prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Koneksi Matematis Siswa
-
Upload
tikamathworld -
Category
Education
-
view
267 -
download
2
Transcript of prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Koneksi Matematis Siswa
1014
PENGEMBANGAN SOAL MATEMATIKA UNTUK MENGUKUR
KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA
(Tika Dwi Nopriyanti, M.Pd)
Abstrak
Kemampuan koneksi matematis siswa sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam menyelesaikan soal-soal matematika maupun dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Development Research) menghasilkan 20 soal
matematika yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan koneksi matematis siswa yang valid dan praktis. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX.3 SMP Negeri 1 Inderalaya yang berjumlah 32 siswa dengan 11 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Peneliti menyarankan agar siswa dapat menggunakan soal-soal ini untuk melatih kemampuan koneksi matematis siswa selain itu soal tipe ini akan sangat membatu guru untuk meningkatkan daya ingat siswa dalam mengingat materi-materi sebelumnya sehinngga ini jelas akan mempermudah guru dalam memberikan materi selanjutnya. A. PENDAHULUAN
“When student can connect mathematical ideas, their understanding is
deeper and more lasting” (NCTM, 2000: 64). Apabila para siswa dapat
menghubungkan gagasan-gagasan matematis, maka pemahaman mereka akan
lebih mendalam dan lebih bertahan lama. Pemahaman siswa akan lebih
mendalam jika siswa dapat mengaitkan antar konsep yang telah diketahui siswa
dengan konsep baru yang akan dipelajari oleh siswa. Seseorang akan lebih
mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah
diketahui orang tersebut. Oleh karena itu untuk mempelajari suatu materi
matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang itu akan
mempengaruhi terjadinya proses belajar materi matematika tersebut.
Menurut NCTM (2000: 15), koneksi matematik dibagi menjadi tiga
klasifikasi, yaitu (a) koneksi antar topik matematika, (b) koneksi dengan disiplin
ilmu lain, dan (c) koneksi dengan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan koneksi matematik adalah kemampuan yang ditunjukkan siswa
dalam:
1. mengenali representasi ekuivalen dari konsep yang sama;
2. mengenali hubungan prosedur matematika suatu representasi ke
prosedur representasi yang ekuivalen;
3. menggunakan dan menilai keterkaitan antar topik matematika dan
keterkaitan di luar matematika;
1015
4. menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk itu kemampuan koneksi matematis siswa sangat dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari baik dalam menyelesaikan soal-soal matematika maupun
dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Semakin hari
masalah yang dihadapin akan semakin sulit terutama beberapa tahun lagi era
globalisasi akan menyebabkan masalah bukan hanya dalam lingkungan nasional
tapi juga internasional dan itu artinya kemampuan seseorang untuk
menyelesaikan masalah dengan solusi tepat sangat diharapkan.
Rumusan Masalah
Bagaimana soal matematika untuk mengukur kemampuan koneksi matematis
siswa Sekolah Menengah Pertama yang valid dan praktis?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan soal-soal matematika untuk
kemampuan koneksi matematis siswa Sekolah Menengah Pertama yang valid
dan praktis.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru,
dan peneliti.
1. Dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan koneksi matematis
melalui soal-soal matematika
2. Sebagai apresiasi dalam perbaikan evaluasi pembelajaran sehingga
dapat melatih kemampuan koneksi matematis siswa.
3. Sebagai bahan masukan untuk mengkaji lebih mendalam mengenai soal-
soal matematika dalam upaya mengukur kemampuan koneksi matematis
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Koneksi Matematika
Koneksi secara umum adalah suatu hubungan atau keterkaitan. Koneksi
dalam kaitannya dengan matematika yang disebut dengan koneksi matematika
dapat diartikan sebagai keterkaitan secara internal dan eksternal. Keterkaitan
secara internal adalah keterkaitan antara konsep-konsep matematika yaitu
berhubungan dengan matematika itu sendiri dan keterkaitan secara eksternal,
yaitu keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari.
Adanya keterkaitan antara kehidupan sehari-hari dengan materi pelajaran
yang akan dipelajari oleh siswa juga akan menambah pemahaman siswa dalam
1016
belajar matematika. Kegiatan yang mendukung dalam peningkatan kemampuan
koneksi matematika siswa adalah ketika siswa mencari hubungan keterkaitan
antar topik matematika, dan mencari keterkaitan antara konteks eksternal diluar
matematika dengan matematika. Konteks eksternal yang diambil adalah
mengenai hubungan matematika dengan kehidupan sehari-hari. Konteks
tersebut dipilih karena pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa dapat
melihat masalah yang nyata dalam pembelajaran. Mudah sekali mempelajari
matematika kalau kita melihat penerapannya di dunia nyata (Elanie B. Johnson,
2010).
Menurut NCTM (National Council of Teacher of Mathematics) (2008: 64),
indikator untuk kemampuan koneksi matematika yaitu:
a) Mengenali dan memanfaatkan hubungan-hubungan antara gagasan
dalam matematika.
Dalam hal ini, koneksi dapat membantu siswa untuk memanfaatkan
konsep-konsep yang telah mereka pelajari dengan konteks baru yang akan
dipelajari oleh siswa dengan cara menghubungkan satu konsep dengan konsep
lainnya sehingga siswa dapat mengingat kembali tentang konsep sebelumnya
yang telah siswa pelajari, dan siswa dapat memandang gagasan-gagasan baru
tersebut sebagai perluasan dari konsep matematika yang sudah dipelajari
sebelumnya.
b) Memahami bagaimana gagasan-gagasan dalam matematika saling
berhubungan
Berhubungan dan mendasari satu sama lain untuk menghasilkan suatu
keutuhan koheren. Pada tahap ini siswa mampu melihat struktur matematika
yang sama dalam setting yang berbeda, sehingga terjadi peningkatan
pemahaman tentang hubungan antar satu konsep dengan konsep lainnya.
c) Mengenali dan menerapkan matematika dalam konteks-konteks di luar
matematika.
Konteks-konteks eksternal matematika pada tahap ini berkaitan dengan
hubungan matematika dengan kehidupan sehari-hari, sehingga siswa mampu
mengkoneksikan antara kejadian yang ada pada kehidupan sehari-hari (dunia
nyata) ke dalam model matematika
Menurut Utari Sumarmo (2003), kemampuan koneksi matematika siswa
dapat dilihat dari indikator-indikator berikut:
1) Mengenali representasi ekuivalen dari konsep yang sama;
1017
2) Mengenali hubungan prosedur matematika suatu representasi keprosedur
representasi yang ekuivalen;
3) Menggunakan dan menilai keterkaitan antar topik matematika dan
keterkaitan diluar matematika; dan
4) Menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis,
dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep
yang paling kompleks. Dalam matematika terdapat topik atau konsep prasyarat
sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep selanjutnya. Ibarat
membangun sebuah gedung bertingkat, lantai kedua dan selanjutnya tidak akan
terwujud apabila fondasi dan lantai sebelumnya yang menjadi prasyarat benar-
benar dikuasai, agar dapat memahami konsep-konsep selanjutnya (Suherman,
2003: 22).
Kemampuan siswa dalam mengkoneksikan keterkaitan antar topik
matematika dan dalam mengkoneksikan antara dunia nyata dan matematika
dinilai sangat penting, karena keterkaitan itu dapat membantu siswa memahami
topik-topik yang ada dalam matematika. Siswa dapat menuangkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari ke model matematika, hal ini dapat membantu
siswa mengetahui kegunaan dari matematika.
Maka dari itu, efek yang dapat ditimbulkan dari peningkatan kemampuan
koneksi matematika adalah siswa dapat mengetahui koneksi antar ide-ide
matematika dan siswa dapat mengetahui kegunaan matematika dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga dua hal tersebut dapat memotivasi siswa untuk
terus belajar matematika.
Berdasarkan indikator koneksi di atas, peneliti menggunakan indikator
koneksi matematis berikut untuk pengukuran kemampuan koneksi matematis
siswa:
menggunakan koneksi antara matematika dengan disiplin ilmu lain
menggunakan koneksi antar topic matematika
menghubungkan prosedur antar representasi ekuivalen
menerapkan pemikiran dan pemodelan matematika untuk menyelesaikan
masalah yang muncul pada disiplin ilmu lain
mengeksplorasi masalah dan menjelaskan hasilnya dengan grafik numeric,
fisik, aljabar, dan model matem
1018
C METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2011/2012. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX.3 SMP Negeri 1
Inderalaya yang berjumlah 32 siswa dengan 11 siswa laki-laki dan 21 siswa
perempuan.
B. Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan
atau development research. Penelitian pengembangan ini adalah jenis penelitian
yang ditujukan untuk menghasilkan soal matematika untuk mengukur
kemampuan koneksi matematis yang valid dan praktis
Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu Self Evaluation dan tahap
formatifevaluation (Prototyping) yang meliputi expert reviews dan one-to-one (low
resistance to revision) dan small group serta field test (high resistance in revision)
(Tessmer,1993)
Low resistance to Revise High resistance to Revision
Gambar 3.1. Alur Desain formative evaluation (Tessmer,1993)
C. Prosedur Penelitian
1. Self Evalution
1.1 Persiapan
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap kurikulum dan buku
paket/pegangan siswa dikelas VIII SMP Negeri 1 Inderalaya.
1.2 Pendesainan
Pada tahap ini dilakukan pendesainan kisi-kisi dan soal-soal yang
didasarkan pada indicator koneksi matematis.
Revise
Expert Reviews
Small
Group
Group
Field
Test
test
Revise Revise
Self Evaluation
One-to-one
1019
2. Prototyping (validasi, evaluasi, dan revisi)
2.1 Expert Reviews (Uji Pakar)
Pada tahap ini desain soal yang dibuat peneliti divalidasi oleh pakar, teman
sejawat dan guru matematika. Produk yang didesain dilihat, dinilai dan
dievaluasi. Uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas konten, uji validitas
konstruk, dan uji validitas bahasa.
2.2 One-to-one
Pada tahap ini, peneliti meminta tiga orang siswa dengan berbagai
tingkatan keampuan sebagai tester.
2.3 Small Group (Kelompok Kecil)
Hasil revisi dan komentar dari expert review dan one-to-one dijadikan dasar
untuk mendesain soal pada tahap selanjutnya. Desain soal ini dicobakan pada
small group non subjek penelitian untuk melihat kepraktisannya. Siswa-siswa
tersebut diminta untuk memberikan tanggapan terhadap soal-soal matematika
yang diujikan
2.4 Field Test (uji Lapangan)
Pada tahap ini uji coba dilakukan pada subjek penelitian yang
sesungguhnya sebagai field test. Produk yang telah diujicobakan pada field test
haruslah yang telah memenuhi criteria kualitas. Akker (1999:126)
mengemukakan bahwa tiga kreteria kualitas adalah: validitas (dari pakar, teman
sejawat dan guru matematika), kepraktisan (penggunaannya mudah dan dapat
digunakan dalam proses pembelajaran) dan efektivitas (memiliki efek potensial).
Suatu perangkat pembelajaran yang memiliki validitas baik jika soal-soal tersebut
mampu mengukur kemampuan koneksi matematis siswa yang seharusnya
dikuasai sesuai dengan dimensi pembelajaran yang tercantum dalam indicator
pembelajaran. Kepraktisan berarti produk mudah digunakan oelh pengguna
dalam hal ini siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan jenis data yang ingin diperoleh dalam penelitian ini, maka
instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah soal-soal
matematika dan dokumen hasil jawaban siswa dalam menyelesaikan soal
matematika Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dengan teknik
sebagai berikut:
1. Walkthrough
1020
Tabel
Gambaran pakar tentang soal-soal matematika
Jumlah pakar (ahli) 3 orang pakar
Waktu pelaksanaan Dikonsultasikan
Fokus Kevalidan dari soal-soal matematika meliputi analisis bahasa, kalimat dan kata yang digunakan dalam soal-soal yang didesain
Teknik Walkthrough
Prosedur Peneliti memberikan hasil dari desain soal-soal matematika untuk mengukur kemampuan koneksi matematis kepada pakar/pembimbing. Peneliti melakukan perbaikan terhadap soal-soal tersebut dengan mempertimbangkan semua komentar dan saran dari pakr/pembimbing.
2. Dokumen
Untuk memperoleh data dan dan melihat kepraktisan soal-soal untuk
mengukur kemampuan koneksi matematis siswa Sekolah Menengah Pertama
yang telah dibuat peneliti yang meliputi kejelasan dan keterbacaan soal.
3. Tes soal-soal matematika
Tes dilakukan untuk melihat kemampuan koneksi matematis siswa
sekolah dasar yang dibetikan berdasarkan kreteria-kreteria yang telah dibuat.
E. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Validasi Ahli
Untuk menganalisis data validasi ahi digunakan analisi deskriptif dengan
cara merevisi berdasarkan catatan validator. Hasil dari analisis digunakan untuk
merevisi soal-soal yang dibuat oleh peneliti.
2. Analisis Data Kepraktisan Soal
Untuk menganalisis data kepraktisan soal-soal matematika digunakan
analisis deskriptif. Data analisis berdasarkan dokumen hasil tes yang diperoleh
siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika. Hasil dari analisis digunakan
untuk merevisi soal-soal yang dibuat oleh peneliti.
1021
3. Analisis Data Tes Soal-soal Matematika
Untuk melihat kemampuan koneksi matematis siswa dapat diketahui
berdasarkan hasil tes soal-soal matematika yang dibeikan pada siswa.
Selanjutnya dilakukan penyekoran terhadap jawaban siswa dan skor yang
diperoleh siswa dianalisis secara deskriptikualitatif dan dikelompokkan dalam
kategori sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
F. Sistem Penskoran Kemampuan Koneksi matematis
Data yang didapat dari hasil tes dianalisis untuk menentukan tingkat
kemampuan koneksi matematis siswa dikategorikan sebagai berikut:
Tabel
Kategori Kemampuan Koneksi matematis
Nilai Siswa Tingkat Kemampuan Koneksi matematis Siswa
76 – 100 Sangat Baik
51– 75 Baik
26 – 50 Cukup
0 – 25 Kurang Baik
Sumber: Modifikasi Arikunto (2006)
G. Kriteria Keberhasilan
1. Valid secara kualitatif
Soal dikatakan valid secara kualitatif jika semua pakar mengatakan
bahwa soal valid dari segi, konten, konstruk dan bahasa
2. Valid secara kuantitatif (Reliabilitas)
Valid secara butir tercermin pada besaran koefisien korelasi antara skor
butir dengan skor total instrumen (Djaali dan Muljono, 2008).
3. Praktis
Aspek praktis hanya dapatdipenuhi jika:
a. para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat
diterapkan;
b. kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat
diterapkan
1022
F. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengembangan Soal
Berdasarkan prosedur penelitian yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, ada 3 tahapan besar pada penelitian ini, yaitu Self Evaluation,
Prototyping dan Field test. Berikut ini adalah hasil dari setiap tahapan tersebut:
Self Evaluation
a. Analisis
Pada tahap ini meliputi:
Analisis siswa, bertujuan untuk mengetahui jumlah siswa, dan
informasi bahwa siswa SMP N 1 Inderalaya belum pernah
mengenal soal-soal matematika model ini.
Analisis materi, bertujuan untuk mengetahui materi pembelajaran
matematika yang diberikan di tingkat SMP, yaitu: (1) Bilangan, (2)
Aljabar, (3) Geometri dan pengukuran, (4) Statistika dan peluang.
Analisis soal-soal yang sesuai dengan indikator kemampuan
koneksi matematis, bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk
soal yang mengukur kemampuan koneksi matematis pada soal-
soal .
b. Desain
Desain soal matematika untuk kemampuan koneksi matematis yang
dibuat meliputi:
Pengembangan kisi-kisi soal.
Kartu soal dan kunci jawaban.
Pengembangan soal matematika.
Desain soal yang telah dihasilkan terdiri dari 20 soal untuk
mengukur kemampuan koneksi matematis siswa. Sebagai bahan
pertimbangan bagi validator untuk memeriksa validitas soal.
Keseluruhan soal tersebut dapat dilihat secara lengkap dalam lampiran
beserta kunci jawabannya.
Prototyping
a. Expert Reviews
Pada tahap ini, 20 soal yang telah dibuat dilakukan validitas soal secara
kualitatif dikonsultasikan kepada pakar , yaitu Dr. Yusuf Hartono dan Dr. Ratu
1023
Ilma Indra Putri, M.Si. Setelah itu, peneliti meminta pendapat kepada para pakar
(dosen) dan teman sejawat yang sudah berpengalaman dalam pendidikan
matematika dan berpengalaman dalam soal sebagai validator Soal-soal
matematika untuk mengukur kemampuan koneksi matematis siswa yang telah
dibuat beserta kisi-kisi dan kartu soal diberikan kepada validator
b. One-to-one
Pada tahap one-to-one, soal yang telah dihasilkan diujicobakan pada 2
siswa kelas IX SMP . Masing-masing siswa tersebut berkemampuan tinggi,
sedang dan rendah.Siswa diminta untuk mengerjakan soal matematika kemudian
peneliti meminta siswa untuk memberikan komentar terhadap soal yang sudah
dikerjakan.
c. Uji validasi
Setelah expert review dan one-to-one yang dilakukan peneliti adalah
melakukan analisis butir soal yang ada pada prototype 2 untuk menguji validits
butir soal. perhitungan validitas butir soal dilakukan dengan menentukan korelasi
product moment dari Karl Pearson. Dari perhitungan tersebut diperoleh 20 soal
valid
d. Small Group
Pada tahap ini, soal-soal yang telah direvisi berdasarkan hasil dari expert
review dan one-to-one dinamakan dengan prototype 2. Soal-soal tersebut
diujicobakan terhadap siswa kelas IX SMP N 1 Inderalaya yang terdiri dari 5
orang siswa dengan kemampuan yang berbeda, yaitu 2 siswa berkemampuan
rendah, 2 siswa berkemampuan sedang dan 1 siswa berkemampuan tinggi.
Kelima siswa tersebut menjawab 20 soal yang diujicobakan di lembar jawaban
yang tersedia. Setelah proses small group selesai kelima siswa tersebut diminta
menuliskan komentar mengenai soal yang diujicobakan.
e. Field Test
Soal matematika model PISA untuk mengukur kemampuan koneksi
matematis pada tahap ini diujicobakan pada subjek penelitian yaitu siswa kelas
IX.3 SMP N 1 Inderalaya dengan jumlah siswa 32 siswa yang terdiri dari 18
siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki pada tanggal 23 maret dan 24 maret
2012. Soal-soal tersebut diberikan kepada siswa selama 2 kali pertemuan (80
menit) dengan masing-masing 10 soal ditiap pertemuan. Peneliti mengobservasi
untuk melihat kesulitan-kesulitan yang mungkin terjadi selama proses
1024
pengerjaan, sehingga dapat mengetahui masalah siswa dalam menjawab soal-
soal tersebut.
Data yang diperoleh dalam tahap ini kemudian dianalisis untuk
memperoleh nilai masing-masing siswa yang selanjutnya dikonversikan ke dalam
data kualitatif untuk menentukan kategori kemampuan koneksi matematis siswa
masing-masing siswa dan menganalisis jawaban siswa untuk melihat
kemampuan koneksi mereka.
Berikut adalah tabel tingkat kemampuan koneksi matematis siswa kelas
field test terhadap 20 soal model PISA:
Distribusi nilai rata-rata kemampuan koneksi matematis siswa
Interval Nilai frekuensi Persentase kategori
0 - 25 2 6,25 kurang
26 - 50 11 34,375 cukup
51 - 75 16 50 baik
76 - 100 3 9,375 sangat baik
Total 32 100
rata-rata 54,14
Cukup
Sumber: Hasil analisis peneliti 2012
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa soal-soal yang telah
dikembangkan dapat mengukur kemampuan koneksi matematis siswa, secara
umum juga dapat terlihat bahwa kemampuan koneksi siswa kelas field test
berada dikeempat kategori yang ada. Sedangkan secara klasikal kemampuan
koneksi matematis siswa pada kelas field tes ini diperoleh rata-rata 54,14 yang
masuk dikategori cukup sehingga masih sangat dibutuhkan usaha lebih lanjut
dalam hal ini adalah latihan soal-soal yang diberikan guru hendaknya bisa
memacu siswa untuk menggunakan kemampuan koneksinya.
Soal nomor 4
Soal nomor 4 ini oontek yang dipakai adalah yang sering dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari siswa yaitu diskon. Pada tahap one-to-one soal no 4
1025
mengalami revisi pada redaksi soal karena menghasilkan pemahaman yang
berbeda pada siswa. Siswa pada tahap one-to-one kurang memahami arti diskon
30%+20%, secara umum kesalahan tersebut karena siswa menafsirkannya
dengan diskon 50% itu sama (30%+20%=50%). Oleh karena itu redaksi soal
diperjelas menjadi “memberikan diskon 30% dan mendapatkan diskon lagi
sebesar 20%”.
Indikator kemampuan koneksi matematis yang akan muncul ketika
siswa menyelesaikan soal nomor 4 adalah sebagai berikut:
menggunakan koneksi antar topic matematika;
menerapkan pemikiran dan pemodelan matematika untuk menyelesaikan
masalah yang muncul pada disiplin ilmu lain;
mengeksplorasi masalah dan menjelaskan hasilnya dengan grafik
numeric, fisik, aljabar, dan model matematika
Menganalisis hasil validitas siswa sudah memahami maksud soal dan
mampu menyelesaikannya, meskipun masih ada siswa yang melakukan
kesalahan dalam menentukan jumlah diskon. Hal ini juga terjadi pada saat field
tes. Berikut jawaban siswa:
Gambar 4.60
Jawaban Siswa yang Salah
Jawaban siswa di atas menunjukkan bahwa siswa tersebut masih belum
mampu memahami kalimat yang ada pada soal sehingga terjadi kekeliruan yang
sama pada tahap sebelumnya. Diskon yang diberi toko kedua adalah 30% dari
1026
harga awal, kemudian didiskon kembali 20% itu bukan dari harga awal tapi dari
harga setelah diskon 30%. Akan tetapi, indikator kemampuan koneksi matematis
sudah terlihat pada siswa tersebut. Dengan menggunakan konsep yang ada
pada matematika khususnya pada materi diskon, siswa sudah mampu
menyelesaikan persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Perhitungan
diskon pada toko pertama sudah tepat artinya pada tahap menghitung diskon di
toko pertama siswa sudah mampu mengeksplorasi masalah dan menjelaskan
hasilnya dengan grafik numeric, fisik, aljabar, dan model matematika verbal atau
representasi. Sedangkan untuk menghitung diskon di toko ke dua siswa kurang
tepat, sehingga siswa ini diberi skor 2.
Berikut jawaban siswa yang tepat secara cara, perhitungan dan
kesimpulan:
Gambar 4.61
Jawaban Siswa yang Benar
G.KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini telah menghasilkan suatu produk pengembangan soal
matematika yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan koneksi
matematis siswa sekolah menengah pertama. Berdasarkan hasil penelitian,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
=80.000x (30/100) = 24.000
= 80.000-24.000=56.000
= 56.000 x (20/100) = 11.200
= 56.000 – 11.200 = 44.800
1027
Prototype perangkat soal yang dihasilkan adalah sebanyak 20 soal dikategorikan
valid dan praktis baik secara kualitatif maupun secara kuantitif. Valid secara
kualitatif tergambar dari hasil penilaian validator, dimana hampir semua validator
menyatakan baik berdasarkan konten (sesuai dengan indikator kemampuan
koneksi matematis), konstruk (mengukur kemampuan koneksi matematis, kaya
dengan konsep, sesuai dengan level siswa kelas IX SMP), dan bahasa (sesuai
dengan EYD, soal tidak berbelit-belit, soal tidak mengandung penafsiran ganda,
batasan pertanyaan dan jawaban jelas). Adapun valid secara kuantitatif
tergambar berdasarkan analisis butir soal (validasi butir soal), sedangkan praktis
tergambar dari hasil ujicoba, dimana semua siswa dapat menggunakan
perangkat soal dengan baik.
B. Saran
Berdasrkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka berikut ini
terdapat beberapa saran bagi siswa, guru dan peneliti lain.
1. Bagi siswa
Peneliti menyarankan agar siswa dapat menggunakan soal-soal ini untuk
melatih kemampuan koneksi matematis siswa.
2. Bagi guru matematika
Peneliti mengharapkan agar guru matematika dapat menggunakan
perangkat soal matematika dalam pembelajaran untuk menggali potensi
siswa terutama kemampuan koneksi matematis siswa. Soal tipe ini akan
sangat membatu guru untuk meningkatkan daya ingat siswa dalam
mengingat materi-materi sebelumnya sehinngga ini jelas akan
mempermudah guru dalam memberikan materi selanjutnya.
3. Bagi peneliti lain
Bagi peneliti lain disarankan agar perangkat soal ini dapat dipergunakan
sebagai masukan untuk mengkaji lebih dalam mengenai pengembangan
soal-soal untuk mengukur kemampuan koneksi matematis siswa
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
1028
Akker, J.v.d. 1999. Principles and Methods of Development Research. Dalam J.v.d Akker (Ed). Desaign Approaches and Tools in Education and Training. Dordrecht: Kluwer Academic Publisher.
Arikunto, S. 1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standar Kompetensi SMP dan MTs. Jakarta: Depdiknas
Djaali dan Muljono, Pudji. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Hayat, B. dan Yusuf, S. 2010. Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Johnson, Elain B. (2007). Contextual Teaching and Learning. Bandung: MLC.
Krathwohl, D.R. 1997. Methods of Educational & Social Science Research: An Integrated Approach. New York: Longman
NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation Standards for SchoolMathematics. Reston, VA: Authur. http://educare.e-fkipunla.net
______. 2000. Principles and Standarts for School Mathematic.Reston: NCTM.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Suherman, Erman. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika UPI.
Sukardi. 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
______. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Tessmer, Martin. 1993. Planning and Conducting-Formative Evaluations. London, Philadelphia: Kogan Page.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya: Prenada Media.
Yuniawatika. 2011. Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Strategi REACT untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematik Siswa Sekolah Dasar. (jurnal online) Tersedia: http://jurnal.upi.edu/104/author/yuniawatika. Diakses tanggal 19 november 2011
Walle, John. 2008. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah edisi keenam. Jakarta: Erlangga.