prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Koneksi Matematis Siswa

15
1014 PENGEMBANGAN SOAL MATEMATIKA UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA (Tika Dwi Nopriyanti, M.Pd) Abstrak Kemampuan koneksi matematis siswa sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam menyelesaikan soal-soal matematika maupun dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Development Research) menghasilkan 20 soal matematika yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan koneksi matematis siswa yang valid dan praktis. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX.3 SMP Negeri 1 Inderalaya yang berjumlah 32 siswa dengan 11 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Peneliti menyarankan agar siswa dapat menggunakan soal-soal ini untuk melatih kemampuan koneksi matematis siswa selain itu soal tipe ini akan sangat membatu guru untuk meningkatkan daya ingat siswa dalam mengingat materi-materi sebelumnya sehinngga ini jelas akan mempermudah guru dalam memberikan materi selanjutnya. A. PENDAHULUAN When student can connect mathematical ideas, their understanding is deeper and more lasting” (NCTM, 2000: 64). Apabila para siswa dapat menghubungkan gagasan-gagasan matematis, maka pemahaman mereka akan lebih mendalam dan lebih bertahan lama. Pemahaman siswa akan lebih mendalam jika siswa dapat mengaitkan antar konsep yang telah diketahui siswa dengan konsep baru yang akan dipelajari oleh siswa. Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang tersebut. Oleh karena itu untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang itu akan mempengaruhi terjadinya proses belajar materi matematika tersebut. Menurut NCTM (2000: 15), koneksi matematik dibagi menjadi tiga klasifikasi, yaitu (a) koneksi antar topik matematika, (b) koneksi dengan disiplin ilmu lain, dan (c) koneksi dengan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan koneksi matematik adalah kemampuan yang ditunjukkan siswa dalam: 1. mengenali representasi ekuivalen dari konsep yang sama; 2. mengenali hubungan prosedur matematika suatu representasi ke prosedur representasi yang ekuivalen; 3. menggunakan dan menilai keterkaitan antar topik matematika dan keterkaitan di luar matematika;

Transcript of prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Koneksi Matematis Siswa

1014

PENGEMBANGAN SOAL MATEMATIKA UNTUK MENGUKUR

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA

(Tika Dwi Nopriyanti, M.Pd)

Abstrak

Kemampuan koneksi matematis siswa sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam menyelesaikan soal-soal matematika maupun dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Development Research) menghasilkan 20 soal

matematika yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan koneksi matematis siswa yang valid dan praktis. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX.3 SMP Negeri 1 Inderalaya yang berjumlah 32 siswa dengan 11 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Peneliti menyarankan agar siswa dapat menggunakan soal-soal ini untuk melatih kemampuan koneksi matematis siswa selain itu soal tipe ini akan sangat membatu guru untuk meningkatkan daya ingat siswa dalam mengingat materi-materi sebelumnya sehinngga ini jelas akan mempermudah guru dalam memberikan materi selanjutnya. A. PENDAHULUAN

“When student can connect mathematical ideas, their understanding is

deeper and more lasting” (NCTM, 2000: 64). Apabila para siswa dapat

menghubungkan gagasan-gagasan matematis, maka pemahaman mereka akan

lebih mendalam dan lebih bertahan lama. Pemahaman siswa akan lebih

mendalam jika siswa dapat mengaitkan antar konsep yang telah diketahui siswa

dengan konsep baru yang akan dipelajari oleh siswa. Seseorang akan lebih

mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah

diketahui orang tersebut. Oleh karena itu untuk mempelajari suatu materi

matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang itu akan

mempengaruhi terjadinya proses belajar materi matematika tersebut.

Menurut NCTM (2000: 15), koneksi matematik dibagi menjadi tiga

klasifikasi, yaitu (a) koneksi antar topik matematika, (b) koneksi dengan disiplin

ilmu lain, dan (c) koneksi dengan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan koneksi matematik adalah kemampuan yang ditunjukkan siswa

dalam:

1. mengenali representasi ekuivalen dari konsep yang sama;

2. mengenali hubungan prosedur matematika suatu representasi ke

prosedur representasi yang ekuivalen;

3. menggunakan dan menilai keterkaitan antar topik matematika dan

keterkaitan di luar matematika;

1015

4. menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk itu kemampuan koneksi matematis siswa sangat dibutuhkan dalam

kehidupan sehari-hari baik dalam menyelesaikan soal-soal matematika maupun

dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Semakin hari

masalah yang dihadapin akan semakin sulit terutama beberapa tahun lagi era

globalisasi akan menyebabkan masalah bukan hanya dalam lingkungan nasional

tapi juga internasional dan itu artinya kemampuan seseorang untuk

menyelesaikan masalah dengan solusi tepat sangat diharapkan.

Rumusan Masalah

Bagaimana soal matematika untuk mengukur kemampuan koneksi matematis

siswa Sekolah Menengah Pertama yang valid dan praktis?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan soal-soal matematika untuk

kemampuan koneksi matematis siswa Sekolah Menengah Pertama yang valid

dan praktis.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru,

dan peneliti.

1. Dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan koneksi matematis

melalui soal-soal matematika

2. Sebagai apresiasi dalam perbaikan evaluasi pembelajaran sehingga

dapat melatih kemampuan koneksi matematis siswa.

3. Sebagai bahan masukan untuk mengkaji lebih mendalam mengenai soal-

soal matematika dalam upaya mengukur kemampuan koneksi matematis

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Koneksi Matematika

Koneksi secara umum adalah suatu hubungan atau keterkaitan. Koneksi

dalam kaitannya dengan matematika yang disebut dengan koneksi matematika

dapat diartikan sebagai keterkaitan secara internal dan eksternal. Keterkaitan

secara internal adalah keterkaitan antara konsep-konsep matematika yaitu

berhubungan dengan matematika itu sendiri dan keterkaitan secara eksternal,

yaitu keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari.

Adanya keterkaitan antara kehidupan sehari-hari dengan materi pelajaran

yang akan dipelajari oleh siswa juga akan menambah pemahaman siswa dalam

1016

belajar matematika. Kegiatan yang mendukung dalam peningkatan kemampuan

koneksi matematika siswa adalah ketika siswa mencari hubungan keterkaitan

antar topik matematika, dan mencari keterkaitan antara konteks eksternal diluar

matematika dengan matematika. Konteks eksternal yang diambil adalah

mengenai hubungan matematika dengan kehidupan sehari-hari. Konteks

tersebut dipilih karena pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa dapat

melihat masalah yang nyata dalam pembelajaran. Mudah sekali mempelajari

matematika kalau kita melihat penerapannya di dunia nyata (Elanie B. Johnson,

2010).

Menurut NCTM (National Council of Teacher of Mathematics) (2008: 64),

indikator untuk kemampuan koneksi matematika yaitu:

a) Mengenali dan memanfaatkan hubungan-hubungan antara gagasan

dalam matematika.

Dalam hal ini, koneksi dapat membantu siswa untuk memanfaatkan

konsep-konsep yang telah mereka pelajari dengan konteks baru yang akan

dipelajari oleh siswa dengan cara menghubungkan satu konsep dengan konsep

lainnya sehingga siswa dapat mengingat kembali tentang konsep sebelumnya

yang telah siswa pelajari, dan siswa dapat memandang gagasan-gagasan baru

tersebut sebagai perluasan dari konsep matematika yang sudah dipelajari

sebelumnya.

b) Memahami bagaimana gagasan-gagasan dalam matematika saling

berhubungan

Berhubungan dan mendasari satu sama lain untuk menghasilkan suatu

keutuhan koheren. Pada tahap ini siswa mampu melihat struktur matematika

yang sama dalam setting yang berbeda, sehingga terjadi peningkatan

pemahaman tentang hubungan antar satu konsep dengan konsep lainnya.

c) Mengenali dan menerapkan matematika dalam konteks-konteks di luar

matematika.

Konteks-konteks eksternal matematika pada tahap ini berkaitan dengan

hubungan matematika dengan kehidupan sehari-hari, sehingga siswa mampu

mengkoneksikan antara kejadian yang ada pada kehidupan sehari-hari (dunia

nyata) ke dalam model matematika

Menurut Utari Sumarmo (2003), kemampuan koneksi matematika siswa

dapat dilihat dari indikator-indikator berikut:

1) Mengenali representasi ekuivalen dari konsep yang sama;

1017

2) Mengenali hubungan prosedur matematika suatu representasi keprosedur

representasi yang ekuivalen;

3) Menggunakan dan menilai keterkaitan antar topik matematika dan

keterkaitan diluar matematika; dan

4) Menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis,

dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep

yang paling kompleks. Dalam matematika terdapat topik atau konsep prasyarat

sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep selanjutnya. Ibarat

membangun sebuah gedung bertingkat, lantai kedua dan selanjutnya tidak akan

terwujud apabila fondasi dan lantai sebelumnya yang menjadi prasyarat benar-

benar dikuasai, agar dapat memahami konsep-konsep selanjutnya (Suherman,

2003: 22).

Kemampuan siswa dalam mengkoneksikan keterkaitan antar topik

matematika dan dalam mengkoneksikan antara dunia nyata dan matematika

dinilai sangat penting, karena keterkaitan itu dapat membantu siswa memahami

topik-topik yang ada dalam matematika. Siswa dapat menuangkan masalah

dalam kehidupan sehari-hari ke model matematika, hal ini dapat membantu

siswa mengetahui kegunaan dari matematika.

Maka dari itu, efek yang dapat ditimbulkan dari peningkatan kemampuan

koneksi matematika adalah siswa dapat mengetahui koneksi antar ide-ide

matematika dan siswa dapat mengetahui kegunaan matematika dalam

kehidupan sehari-hari, sehingga dua hal tersebut dapat memotivasi siswa untuk

terus belajar matematika.

Berdasarkan indikator koneksi di atas, peneliti menggunakan indikator

koneksi matematis berikut untuk pengukuran kemampuan koneksi matematis

siswa:

menggunakan koneksi antara matematika dengan disiplin ilmu lain

menggunakan koneksi antar topic matematika

menghubungkan prosedur antar representasi ekuivalen

menerapkan pemikiran dan pemodelan matematika untuk menyelesaikan

masalah yang muncul pada disiplin ilmu lain

mengeksplorasi masalah dan menjelaskan hasilnya dengan grafik numeric,

fisik, aljabar, dan model matem

1018

C METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

2011/2012. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX.3 SMP Negeri 1

Inderalaya yang berjumlah 32 siswa dengan 11 siswa laki-laki dan 21 siswa

perempuan.

B. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan

atau development research. Penelitian pengembangan ini adalah jenis penelitian

yang ditujukan untuk menghasilkan soal matematika untuk mengukur

kemampuan koneksi matematis yang valid dan praktis

Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu Self Evaluation dan tahap

formatifevaluation (Prototyping) yang meliputi expert reviews dan one-to-one (low

resistance to revision) dan small group serta field test (high resistance in revision)

(Tessmer,1993)

Low resistance to Revise High resistance to Revision

Gambar 3.1. Alur Desain formative evaluation (Tessmer,1993)

C. Prosedur Penelitian

1. Self Evalution

1.1 Persiapan

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap kurikulum dan buku

paket/pegangan siswa dikelas VIII SMP Negeri 1 Inderalaya.

1.2 Pendesainan

Pada tahap ini dilakukan pendesainan kisi-kisi dan soal-soal yang

didasarkan pada indicator koneksi matematis.

Revise

Expert Reviews

Small

Group

Group

Field

Test

test

Revise Revise

Self Evaluation

One-to-one

1019

2. Prototyping (validasi, evaluasi, dan revisi)

2.1 Expert Reviews (Uji Pakar)

Pada tahap ini desain soal yang dibuat peneliti divalidasi oleh pakar, teman

sejawat dan guru matematika. Produk yang didesain dilihat, dinilai dan

dievaluasi. Uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas konten, uji validitas

konstruk, dan uji validitas bahasa.

2.2 One-to-one

Pada tahap ini, peneliti meminta tiga orang siswa dengan berbagai

tingkatan keampuan sebagai tester.

2.3 Small Group (Kelompok Kecil)

Hasil revisi dan komentar dari expert review dan one-to-one dijadikan dasar

untuk mendesain soal pada tahap selanjutnya. Desain soal ini dicobakan pada

small group non subjek penelitian untuk melihat kepraktisannya. Siswa-siswa

tersebut diminta untuk memberikan tanggapan terhadap soal-soal matematika

yang diujikan

2.4 Field Test (uji Lapangan)

Pada tahap ini uji coba dilakukan pada subjek penelitian yang

sesungguhnya sebagai field test. Produk yang telah diujicobakan pada field test

haruslah yang telah memenuhi criteria kualitas. Akker (1999:126)

mengemukakan bahwa tiga kreteria kualitas adalah: validitas (dari pakar, teman

sejawat dan guru matematika), kepraktisan (penggunaannya mudah dan dapat

digunakan dalam proses pembelajaran) dan efektivitas (memiliki efek potensial).

Suatu perangkat pembelajaran yang memiliki validitas baik jika soal-soal tersebut

mampu mengukur kemampuan koneksi matematis siswa yang seharusnya

dikuasai sesuai dengan dimensi pembelajaran yang tercantum dalam indicator

pembelajaran. Kepraktisan berarti produk mudah digunakan oelh pengguna

dalam hal ini siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan jenis data yang ingin diperoleh dalam penelitian ini, maka

instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah soal-soal

matematika dan dokumen hasil jawaban siswa dalam menyelesaikan soal

matematika Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dengan teknik

sebagai berikut:

1. Walkthrough

1020

Tabel

Gambaran pakar tentang soal-soal matematika

Jumlah pakar (ahli) 3 orang pakar

Waktu pelaksanaan Dikonsultasikan

Fokus Kevalidan dari soal-soal matematika meliputi analisis bahasa, kalimat dan kata yang digunakan dalam soal-soal yang didesain

Teknik Walkthrough

Prosedur Peneliti memberikan hasil dari desain soal-soal matematika untuk mengukur kemampuan koneksi matematis kepada pakar/pembimbing. Peneliti melakukan perbaikan terhadap soal-soal tersebut dengan mempertimbangkan semua komentar dan saran dari pakr/pembimbing.

2. Dokumen

Untuk memperoleh data dan dan melihat kepraktisan soal-soal untuk

mengukur kemampuan koneksi matematis siswa Sekolah Menengah Pertama

yang telah dibuat peneliti yang meliputi kejelasan dan keterbacaan soal.

3. Tes soal-soal matematika

Tes dilakukan untuk melihat kemampuan koneksi matematis siswa

sekolah dasar yang dibetikan berdasarkan kreteria-kreteria yang telah dibuat.

E. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Validasi Ahli

Untuk menganalisis data validasi ahi digunakan analisi deskriptif dengan

cara merevisi berdasarkan catatan validator. Hasil dari analisis digunakan untuk

merevisi soal-soal yang dibuat oleh peneliti.

2. Analisis Data Kepraktisan Soal

Untuk menganalisis data kepraktisan soal-soal matematika digunakan

analisis deskriptif. Data analisis berdasarkan dokumen hasil tes yang diperoleh

siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika. Hasil dari analisis digunakan

untuk merevisi soal-soal yang dibuat oleh peneliti.

1021

3. Analisis Data Tes Soal-soal Matematika

Untuk melihat kemampuan koneksi matematis siswa dapat diketahui

berdasarkan hasil tes soal-soal matematika yang dibeikan pada siswa.

Selanjutnya dilakukan penyekoran terhadap jawaban siswa dan skor yang

diperoleh siswa dianalisis secara deskriptikualitatif dan dikelompokkan dalam

kategori sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan

F. Sistem Penskoran Kemampuan Koneksi matematis

Data yang didapat dari hasil tes dianalisis untuk menentukan tingkat

kemampuan koneksi matematis siswa dikategorikan sebagai berikut:

Tabel

Kategori Kemampuan Koneksi matematis

Nilai Siswa Tingkat Kemampuan Koneksi matematis Siswa

76 – 100 Sangat Baik

51– 75 Baik

26 – 50 Cukup

0 – 25 Kurang Baik

Sumber: Modifikasi Arikunto (2006)

G. Kriteria Keberhasilan

1. Valid secara kualitatif

Soal dikatakan valid secara kualitatif jika semua pakar mengatakan

bahwa soal valid dari segi, konten, konstruk dan bahasa

2. Valid secara kuantitatif (Reliabilitas)

Valid secara butir tercermin pada besaran koefisien korelasi antara skor

butir dengan skor total instrumen (Djaali dan Muljono, 2008).

3. Praktis

Aspek praktis hanya dapatdipenuhi jika:

a. para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat

diterapkan;

b. kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat

diterapkan

1022

F. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengembangan Soal

Berdasarkan prosedur penelitian yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya, ada 3 tahapan besar pada penelitian ini, yaitu Self Evaluation,

Prototyping dan Field test. Berikut ini adalah hasil dari setiap tahapan tersebut:

Self Evaluation

a. Analisis

Pada tahap ini meliputi:

Analisis siswa, bertujuan untuk mengetahui jumlah siswa, dan

informasi bahwa siswa SMP N 1 Inderalaya belum pernah

mengenal soal-soal matematika model ini.

Analisis materi, bertujuan untuk mengetahui materi pembelajaran

matematika yang diberikan di tingkat SMP, yaitu: (1) Bilangan, (2)

Aljabar, (3) Geometri dan pengukuran, (4) Statistika dan peluang.

Analisis soal-soal yang sesuai dengan indikator kemampuan

koneksi matematis, bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk

soal yang mengukur kemampuan koneksi matematis pada soal-

soal .

b. Desain

Desain soal matematika untuk kemampuan koneksi matematis yang

dibuat meliputi:

Pengembangan kisi-kisi soal.

Kartu soal dan kunci jawaban.

Pengembangan soal matematika.

Desain soal yang telah dihasilkan terdiri dari 20 soal untuk

mengukur kemampuan koneksi matematis siswa. Sebagai bahan

pertimbangan bagi validator untuk memeriksa validitas soal.

Keseluruhan soal tersebut dapat dilihat secara lengkap dalam lampiran

beserta kunci jawabannya.

Prototyping

a. Expert Reviews

Pada tahap ini, 20 soal yang telah dibuat dilakukan validitas soal secara

kualitatif dikonsultasikan kepada pakar , yaitu Dr. Yusuf Hartono dan Dr. Ratu

1023

Ilma Indra Putri, M.Si. Setelah itu, peneliti meminta pendapat kepada para pakar

(dosen) dan teman sejawat yang sudah berpengalaman dalam pendidikan

matematika dan berpengalaman dalam soal sebagai validator Soal-soal

matematika untuk mengukur kemampuan koneksi matematis siswa yang telah

dibuat beserta kisi-kisi dan kartu soal diberikan kepada validator

b. One-to-one

Pada tahap one-to-one, soal yang telah dihasilkan diujicobakan pada 2

siswa kelas IX SMP . Masing-masing siswa tersebut berkemampuan tinggi,

sedang dan rendah.Siswa diminta untuk mengerjakan soal matematika kemudian

peneliti meminta siswa untuk memberikan komentar terhadap soal yang sudah

dikerjakan.

c. Uji validasi

Setelah expert review dan one-to-one yang dilakukan peneliti adalah

melakukan analisis butir soal yang ada pada prototype 2 untuk menguji validits

butir soal. perhitungan validitas butir soal dilakukan dengan menentukan korelasi

product moment dari Karl Pearson. Dari perhitungan tersebut diperoleh 20 soal

valid

d. Small Group

Pada tahap ini, soal-soal yang telah direvisi berdasarkan hasil dari expert

review dan one-to-one dinamakan dengan prototype 2. Soal-soal tersebut

diujicobakan terhadap siswa kelas IX SMP N 1 Inderalaya yang terdiri dari 5

orang siswa dengan kemampuan yang berbeda, yaitu 2 siswa berkemampuan

rendah, 2 siswa berkemampuan sedang dan 1 siswa berkemampuan tinggi.

Kelima siswa tersebut menjawab 20 soal yang diujicobakan di lembar jawaban

yang tersedia. Setelah proses small group selesai kelima siswa tersebut diminta

menuliskan komentar mengenai soal yang diujicobakan.

e. Field Test

Soal matematika model PISA untuk mengukur kemampuan koneksi

matematis pada tahap ini diujicobakan pada subjek penelitian yaitu siswa kelas

IX.3 SMP N 1 Inderalaya dengan jumlah siswa 32 siswa yang terdiri dari 18

siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki pada tanggal 23 maret dan 24 maret

2012. Soal-soal tersebut diberikan kepada siswa selama 2 kali pertemuan (80

menit) dengan masing-masing 10 soal ditiap pertemuan. Peneliti mengobservasi

untuk melihat kesulitan-kesulitan yang mungkin terjadi selama proses

1024

pengerjaan, sehingga dapat mengetahui masalah siswa dalam menjawab soal-

soal tersebut.

Data yang diperoleh dalam tahap ini kemudian dianalisis untuk

memperoleh nilai masing-masing siswa yang selanjutnya dikonversikan ke dalam

data kualitatif untuk menentukan kategori kemampuan koneksi matematis siswa

masing-masing siswa dan menganalisis jawaban siswa untuk melihat

kemampuan koneksi mereka.

Berikut adalah tabel tingkat kemampuan koneksi matematis siswa kelas

field test terhadap 20 soal model PISA:

Distribusi nilai rata-rata kemampuan koneksi matematis siswa

Interval Nilai frekuensi Persentase kategori

0 - 25 2 6,25 kurang

26 - 50 11 34,375 cukup

51 - 75 16 50 baik

76 - 100 3 9,375 sangat baik

Total 32 100

rata-rata 54,14

Cukup

Sumber: Hasil analisis peneliti 2012

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa soal-soal yang telah

dikembangkan dapat mengukur kemampuan koneksi matematis siswa, secara

umum juga dapat terlihat bahwa kemampuan koneksi siswa kelas field test

berada dikeempat kategori yang ada. Sedangkan secara klasikal kemampuan

koneksi matematis siswa pada kelas field tes ini diperoleh rata-rata 54,14 yang

masuk dikategori cukup sehingga masih sangat dibutuhkan usaha lebih lanjut

dalam hal ini adalah latihan soal-soal yang diberikan guru hendaknya bisa

memacu siswa untuk menggunakan kemampuan koneksinya.

Soal nomor 4

Soal nomor 4 ini oontek yang dipakai adalah yang sering dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari siswa yaitu diskon. Pada tahap one-to-one soal no 4

1025

mengalami revisi pada redaksi soal karena menghasilkan pemahaman yang

berbeda pada siswa. Siswa pada tahap one-to-one kurang memahami arti diskon

30%+20%, secara umum kesalahan tersebut karena siswa menafsirkannya

dengan diskon 50% itu sama (30%+20%=50%). Oleh karena itu redaksi soal

diperjelas menjadi “memberikan diskon 30% dan mendapatkan diskon lagi

sebesar 20%”.

Indikator kemampuan koneksi matematis yang akan muncul ketika

siswa menyelesaikan soal nomor 4 adalah sebagai berikut:

menggunakan koneksi antar topic matematika;

menerapkan pemikiran dan pemodelan matematika untuk menyelesaikan

masalah yang muncul pada disiplin ilmu lain;

mengeksplorasi masalah dan menjelaskan hasilnya dengan grafik

numeric, fisik, aljabar, dan model matematika

Menganalisis hasil validitas siswa sudah memahami maksud soal dan

mampu menyelesaikannya, meskipun masih ada siswa yang melakukan

kesalahan dalam menentukan jumlah diskon. Hal ini juga terjadi pada saat field

tes. Berikut jawaban siswa:

Gambar 4.60

Jawaban Siswa yang Salah

Jawaban siswa di atas menunjukkan bahwa siswa tersebut masih belum

mampu memahami kalimat yang ada pada soal sehingga terjadi kekeliruan yang

sama pada tahap sebelumnya. Diskon yang diberi toko kedua adalah 30% dari

1026

harga awal, kemudian didiskon kembali 20% itu bukan dari harga awal tapi dari

harga setelah diskon 30%. Akan tetapi, indikator kemampuan koneksi matematis

sudah terlihat pada siswa tersebut. Dengan menggunakan konsep yang ada

pada matematika khususnya pada materi diskon, siswa sudah mampu

menyelesaikan persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Perhitungan

diskon pada toko pertama sudah tepat artinya pada tahap menghitung diskon di

toko pertama siswa sudah mampu mengeksplorasi masalah dan menjelaskan

hasilnya dengan grafik numeric, fisik, aljabar, dan model matematika verbal atau

representasi. Sedangkan untuk menghitung diskon di toko ke dua siswa kurang

tepat, sehingga siswa ini diberi skor 2.

Berikut jawaban siswa yang tepat secara cara, perhitungan dan

kesimpulan:

Gambar 4.61

Jawaban Siswa yang Benar

G.KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini telah menghasilkan suatu produk pengembangan soal

matematika yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan koneksi

matematis siswa sekolah menengah pertama. Berdasarkan hasil penelitian,

maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

=80.000x (30/100) = 24.000

= 80.000-24.000=56.000

= 56.000 x (20/100) = 11.200

= 56.000 – 11.200 = 44.800

1027

Prototype perangkat soal yang dihasilkan adalah sebanyak 20 soal dikategorikan

valid dan praktis baik secara kualitatif maupun secara kuantitif. Valid secara

kualitatif tergambar dari hasil penilaian validator, dimana hampir semua validator

menyatakan baik berdasarkan konten (sesuai dengan indikator kemampuan

koneksi matematis), konstruk (mengukur kemampuan koneksi matematis, kaya

dengan konsep, sesuai dengan level siswa kelas IX SMP), dan bahasa (sesuai

dengan EYD, soal tidak berbelit-belit, soal tidak mengandung penafsiran ganda,

batasan pertanyaan dan jawaban jelas). Adapun valid secara kuantitatif

tergambar berdasarkan analisis butir soal (validasi butir soal), sedangkan praktis

tergambar dari hasil ujicoba, dimana semua siswa dapat menggunakan

perangkat soal dengan baik.

B. Saran

Berdasrkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka berikut ini

terdapat beberapa saran bagi siswa, guru dan peneliti lain.

1. Bagi siswa

Peneliti menyarankan agar siswa dapat menggunakan soal-soal ini untuk

melatih kemampuan koneksi matematis siswa.

2. Bagi guru matematika

Peneliti mengharapkan agar guru matematika dapat menggunakan

perangkat soal matematika dalam pembelajaran untuk menggali potensi

siswa terutama kemampuan koneksi matematis siswa. Soal tipe ini akan

sangat membatu guru untuk meningkatkan daya ingat siswa dalam

mengingat materi-materi sebelumnya sehinngga ini jelas akan

mempermudah guru dalam memberikan materi selanjutnya.

3. Bagi peneliti lain

Bagi peneliti lain disarankan agar perangkat soal ini dapat dipergunakan

sebagai masukan untuk mengkaji lebih dalam mengenai pengembangan

soal-soal untuk mengukur kemampuan koneksi matematis siswa

selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

1028

Akker, J.v.d. 1999. Principles and Methods of Development Research. Dalam J.v.d Akker (Ed). Desaign Approaches and Tools in Education and Training. Dordrecht: Kluwer Academic Publisher.

Arikunto, S. 1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standar Kompetensi SMP dan MTs. Jakarta: Depdiknas

Djaali dan Muljono, Pudji. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Hayat, B. dan Yusuf, S. 2010. Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Johnson, Elain B. (2007). Contextual Teaching and Learning. Bandung: MLC.

Krathwohl, D.R. 1997. Methods of Educational & Social Science Research: An Integrated Approach. New York: Longman

NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation Standards for SchoolMathematics. Reston, VA: Authur. http://educare.e-fkipunla.net

______. 2000. Principles and Standarts for School Mathematic.Reston: NCTM.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Suherman, Erman. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika UPI.

Sukardi. 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

______. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Tessmer, Martin. 1993. Planning and Conducting-Formative Evaluations. London, Philadelphia: Kogan Page.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya: Prenada Media.

Yuniawatika. 2011. Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Strategi REACT untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematik Siswa Sekolah Dasar. (jurnal online) Tersedia: http://jurnal.upi.edu/104/author/yuniawatika. Diakses tanggal 19 november 2011

Walle, John. 2008. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah edisi keenam. Jakarta: Erlangga.