Prosiding Festival Iklim 2018

134
Prosiding Festival Iklim 2018 Tiga Tahun Capaian Pengendalian Perubahan Iklim KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM Januari 2018

Transcript of Prosiding Festival Iklim 2018

Page 1: Prosiding Festival Iklim 2018

Prosiding Festival Iklim 2018Tiga Tahun Capaian Pengendalian Perubahan Iklim

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM Januari 2018

Page 2: Prosiding Festival Iklim 2018
Page 3: Prosiding Festival Iklim 2018

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

Januari 2018

Prosiding Festival Iklim 2018Tiga Tahun Capaian Pengendalian Perubahan Iklim

Page 4: Prosiding Festival Iklim 2018

ii

Penyusun:Tim Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim

1. Ir. Emma Rachmawaty, M.Sc2. Ir. Agung Setyabudi, M.Sc3. Dra. Sri Tantri Arundhati, M.Sc4. Dr. Ir. Joko Prihatno, MM5. Ir. Achmad Gunawan Widjaksono, MAS6. Ir.RafflesBrotestesPanjaitan,M.Sc.7. Yulia Suryanti, S.Si., M.Sc.8. Novia Widyaningtyas, S.Hut., M.Sc.9. Dr. Israr Albar10. Ir. Sumantri11. Ir. Arif Wibowo12. Endah Trikurniawati, S. Hut., ME13. Ir. Dida Migfar, M.Si.14. Dr. Ir. RA Belinda Arunarwati M, M.Sc.15. Dr. Ir. Lawin Bastian K16. HendraNurRofiq,S.Hut,M.S.E,M.A

Editor: Dr. Ir. Nur Masripatin, M.For.Sc.

ISBN: 978-602-51356-1-3

©Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang menggunakan isi maupun memperbanyak Prosiding ini sebagian atau seluruhnya,baikdalambentukfotocopy,cetak,microfilm,elektronikmaupunbentuklainnya, kecuali untuk keperluan pendidikan atau non-komersial lainnya dengan mencantumkan sumbernya sebagai berikut:

Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (2018). Festival Iklim 2018. Tiga Tahun Capaian Pengendalian Perubahan Iklim.Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Diterbitkan oleh:Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan IklimKementerian Lingkungan Hidup dan KehutananJl. Jend.Gatot Subroto, Gd. Manggala Wanabakti Blok VII Lt. 12 Jakarta 10270, IndonesiaTelp. / Fax.: 62 21 5720194

Page 5: Prosiding Festival Iklim 2018

iii

KATA SAMBUTANPuji dan syukur dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselenggaranya “Festival Iklim 2018: Tiga Tahun Capaian Pengendalian Perubahan Iklim” pada tanggal 16-17 Januari 2018 di Manggala Wanabakti-Jakarta.

Agenda Festival Iklim merupakan bagian penting dalam mempersiapkan implementasi NDC Indonesia. Kepedulian dan perhatian para pemangku kepentingan termasuk masyarakat mengenai isu perubahan iklim telah berkembang pesat di bandingkan tahun-tahunsebelumnya,terefleksipadaduahariacaraFestivalIklim2018.

Pesan yang disampaikan oleh para Menteri terkait pentingnya untuk dilakukan aksi-aksi bersama dalam menghadapi perubahan iklim juga telah disuarakan secara langsung untuk dapat disebarluaskan ke masyarakat luas.

Perubahan iklim merupakan tantangan bagi seluruh umat manusia. Upaya mencegah dampak negative perubahan iklim harus kita lakukan bersama-sama melalui aksi nyata sesuai peran masing-masing. Masyarakat dapat mendukung Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan aksi-aksi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula dunia usaha dapat lebih aktif dan inovatif dalam melaksanakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menetapkan berbagai kebijakan dan menyiapkan perangkat menuju pembangunan “rendah karbon” dan “bertahanan iklim”, mendorong peran aktif dan menumbuhkan sense of belonging Kementerian/Lembaga untuk mengimplementasikan kebijakan pembangunan “rendah karbon” dan “berketahanan iklim” dimaksud pada setiap sektor.

Kami ucapkan terimakasih atas partisipasi seluruh Pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan Festival Iklim 2018. Terima kasih untuk komitmen implementasi Paris Agreement dan untuk aksi nyata pengendalian perubahan iklim.

Semoga senantiasa mendapatkan ridho Allah SWT.

Jakarta, Januari 2018

Dr. Ir. Siti Nurbaya, M. Sc.

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Page 6: Prosiding Festival Iklim 2018

iv

KATA PENGANTARDokumen the First NDC (First Nationally Determined Contribution) yang disampaikan oleh Pemerintah Indonesia merupakan salah satu dokumen untuk dapat dirujuk dalam aksi-aksi perubahan iklim untuk mencapai target penurunan emisi GRK dan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang telah terjadi di Indonesia.

Implementasi NDC dengan target sebesar 29% (unconditional) dan sampai dengan 41% (conditional) untuk menurunkan emisi GRK di lima kategori sektor serta komitmen adaptasi memerlukan proses koordinasi dan sinergi antara Kementerian/Lembaga terkait dan seluruh pemangku kepentingan termasuk pemerintahan daerah, dunia usaha, masyarakat sipil dan para pemangku kepentingan lain.

Rangkaian proses telah dilakukan oleh KLHK sebagai National focal Point UNFCCC untuk menindaklanjuti penyampaian NDC. Festival Iklim 2018 dengan tema “Capaian Tiga Tahun Pengendalian Perubahan Iklim” merupakan lanjutan proses dimaksud dan diselenggarakan untuk memenuhi prinsip transparasi dalam menyampaikan informasi kepada public dari Menteri-Menteri terkait pada Kabinet Kerja Presiden Jokowi yang disampaikan dalam acara ini merupakan salah satu hal penting yang dpat dijadikan pegangan untuk Bersama melakukan aksi perubahan iklim.

Prosiding “Festival Iklim 2018: Capaian Tiga Tahun Pengendalian Perubahan Iklim” disusun untuk menginformasikan proses yang terjadi pada saat acara tersebut berlangsung, termasuk pembahasan teknis dalam agenda Workshop dan Seminaryangmengidentifikasibutir-buirpentingyangakanditindaklanjuti terkaitimplementasi NDC. Kami berharap prosiding ini memberikan gambaran lebih jelas mengenai proses yang telah berjalan, kebutuhan dan potensi untuk mempersiapkan implementasi NDC di tingkat nasional dan sub-nasional dengan pelibatan seluruh pemangku kepentingan.

Akhir kata, ucapak terima kasih kami sampaikan kepada berbagai pihak yang membantu penyelenggaraan acara Festival Iklim 2018 dan dalam proses penyusunan Prosiding. Semoga Prosiding ini bermanfaat

Jakarta, Januari 2018

Dr. Ir. Nur Masripatin, M. For. Sc.

Page 7: Prosiding Festival Iklim 2018

v

DAFTAR ISIKATA SAMBUTAN .......................................................................................................iiiKATA PENGANTAR .....................................................................................................ivDAFTAR ISI .................................................................................................................vDaftar Istilah dan Singkatan .......................................................................................viTIGA TAHUN CAPAIAN PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM .................................1I. LATAR BELAKANG ..................................................................................................1II. PEMBUKAAN FESTIVAL IKLIM 2018 .....................................................................6

LAPORAN 3 TAHUN CAPAIAN PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM ...................... 7PESAN UNTUK PUBLIK DARI MENTERI-MENTERI TERKAIT ...................................... 7PEMBERIAN PENGHARGAAN KONTRIBUTOR SRN .................................................. 11

III. SEMINAR DAN WORKSHOP ................................................................................121. REDD+ DI BAWAH PARIS AGREEMENT .............................................................. 122. PENDANAAN PERUBAHAN IKLIM ....................................................................... 213. FOCUS GROUP DISCUSSION: RAPERMEN LHK PANDUAN KAJIAN

KERENTANAN, RISIKO DAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM ............................... 274. TALK SHOW “PERSPEKTIF DAERAH TENTANG IMPLEMENTASI NDC:

PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI” .............................................................. 335. ELABORASI NDC ADAPTASI ............................................................................... 41

Sesi Pertama ..................................................................................................... 44Sesi Kedua ........................................................................................................ 45Sesi Ketiga ........................................................................................................ 47

6. DIALOG INTERAKTIF: KONTRIBUSI NON-STATE STAKEHOLDERS-NPS DALAM IMPLEMENTASI NDC .............................................................................. 49

Sesi Pertama ..................................................................................................... 51Sesi Kedua ........................................................................................................ 54

7. ONE GHGS DATA POLICY .................................................................................. 57Sesi Pertama ..................................................................................................... 59Sesi Kedua ........................................................................................................ 61

8. MENCARI BENTUK PATROLI PENCEGAHAN KARHUTLA PERMANEN DI TINGKAT TAPAK ............................................................................................. 63

9. GREEN GROWTH COMPACT (GGC) DAN PERAN PARA PIHAK KALIMANTAN TIMUR DALAM PEMENUHAN NDC .................................................................... 67

10. NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH PERUBAHAN IKLIM ............................................................................................. 74

11. SEMINAR HASIL PENELITIAN LITBANG HUTAN UNTUK MENDUKUNG PENGUATAN AKSI ADAPTASI DAN MITIGASI ................................................... 81

12. DIALOG NASIONAL: PERAN STRATEGIS PEMERINTAH KOTA DAN MASYARAKAT SIPIL DALAM AGENDA PERUBAHAN IKLIM ............................... 88

13. MEWUJUDKAN INVESTASI PERUBAHAN IKLIM: PERKEMBANGAN, TANTANGAN DAN PELUANG ............................................................................ 98

Sesi Pertama ..................................................................................................... 10114. TALK SHOW: VILLAGE FUN FOR FOREST CONSERVATION AND

HIGHLIGHT ON SICCR-TAC ................................................................................ 104Sesi Pertama ..................................................................................................... 104Sesi Kedua ........................................................................................................ 106

IV. DIALOG IKLIM DENGAN SISWA SD, SMP DAN SMA ...........................................108V. PAMERAN FESTIVAL IKLIM 2018 ...........................................................................111LAMPIRAN .................................................................................................................113

Page 8: Prosiding Festival Iklim 2018

vi

Daftar Istilah dan SingkatanAFOLU : Agriculture Forestry and Other Land UseBAU : Business As UsualBRG : Badan Restorasi GambutCTU : Clarity Transparency UnderstandingDDP : Deep De-Carbonization PathwayEBT : Energi Baru TerbarukanFREL : Forest Reference Emission LevelGCF : Green Climate FundGRK : Gas Rumah KacaIPCC : Intergovernmental Panel on Climate ChangeIPPU : Industrial Processes and Product UseKEN : Kebijakan Energi NasionalKPH : Kesatuan Pengelolaan HutanLFG : Land Fill GasMRV : Measurement Reporting and VerificationNAMAs : Nationally Appropriate Mitigation ActionsNDC : Nationally Determined ContributionNFP : National Focal PointNPS : Non Party StakeholdersRDF : Refuse Derived FuelREDD+ : Reduce Emissions from Deforestation and Forest Degradation+REL : Reference Emission LevelRIL : Reduced Impact LoggingRUEN : Rencana Umum Energi NasionalSDG : Sustainable Development GoalsSIDIK : Sistem Informasi Data Indeks KerentananSRI : System of Rice IntensificationSRN : Sistem Registri NasionalUNFCCC : United Nations Framework Convention on Climate ChangeWPK : Wilayah Penilaian Kinerja

Page 9: Prosiding Festival Iklim 2018

1

FESTIVAL IKLIM 2018TIGA TAHUN CAPAIAN PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

I. LATAR BELAKANGMasa depan “governance” pengendalian perubahan iklim global mengalami revolusi yang menjanjikan setelah 197 negara yang tergabung dalam konvensi UNFCCC menghasilkan Paris Agreement atau Perjanjian Paris pada pertemuan COP-21 di akhir tahun 2015. Dalam Perjanjian ini, isu perubahan iklim yang terkait dengan mitigasi, adaptasi dan means of implementation (dalam bentuk pendanaan iklim, alih teknologi dan peningkatan kapasitas) dijangkau secara seimbang. Beberapa pengaturan yang juga masuk dalam perjanjian ini adalah mengenai Nationally Determined Contribution (NDC) yang berisi komitmen negara pihak pasca 2020, kerangka transparansi, global stocktake, serta fasilitasi dan compliance. Dalam Perjanjian Paris juga memasukkan isu-isu perubahan iklim yang relevan lainnya termasuk peran non-party stakeholders, isu gender dan indegenous people dan local community.

Di dalam negeri, Indonesia telah menindaklanjuti hasil Paris Agreement dengan meratifikasiperjanjianinimelaluiUUNo16Tahun2016.Dalamwaktuyanghampirbersamaan Indonesia juga telah menyampaian komitment nasional dalam Indonesia’s First NDC untuk mengurangi emisi sebesar 29% dari BAU dengan upaya sendiri dan sampai 41% dengan bantuan internasional. Lima Kementerian sektor terkait dengan mitigasi perubahan iklim, yaitu Kementerian LHK, Kementerian ESDM, Kementerian PUPR, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Pertanian telah berproses menuju pencapaian target NDC. Demikian juga untuk aspek adaptasi perubahan iklim, dimana Kementerian/Lembaga terkait juga telah menyiapkan dirinya masing-masing mencapai target NDC yang ditetapkan. Kementerian LHK sebagai National Focal Point (NFP) telah menyusun 9 Program dalam Strategi Implementasi NDC dan menyiapkan berbagai perangkatnya.

Untu membumikan Perjanjian Paris, diperlukan modalitas, procedure and guideline (MPG) pelaksanaannya yang sedang dipersiapkan oleh Negara pihak konvensi UNFCCC. Pada COP-23 tanggal 06-17 November 2017 di Bonn-Jerman membahas MPG tersebut yang akan diputuskan di COP-24 di akhir tahun 2018. Banyak Keputusan dan kesimpulan persidangan maupun pertemuan-pertemuan terkait yang diikuti oleh Delegasi RI selama penyelenggaraan COP-23/CMP-13/CMA-1. Hasil-hasil keputusan tersebut

Page 10: Prosiding Festival Iklim 2018

2

telah mengakomodir kepentingan Indonesia, namun kepentingan Indonesia tersebut akan dilanjutkan pada perhelatan COP-24 mendatang. Selain terus mengikuti pembahasan MPG tersebut, banyak yang sudah dibuat oleh Pemerintah Indonesia setelahmeratifikasi Perjanjian Paris. Lebih dari 500Delegasi Indonesiamengikuti pertemuan di atas yang terbagi ke dalam Tim negosiasi dan Tim Outreach, Campaign, serta dalam upaya memperkuat networks atau jejaring kerja.

Progress ini perlu diketahui oleh publik dan memerlukan pelaksanaan/tindak lanjut oleh Kementerian/Lembaga sesuai mandat masing-masing secara sinergis dengan K/L terkait, serta upaya peningkatan pelibatan Peran Non-Party Stakeholders (Pemerintah Propinsi/ Kabupaten/Kota, swasta, dan civil societies serta masyarakat). Publik perlu mengetahui juga apa yang sudah disiapkan oleh Kementerian/Lembaga terkait tentang pelaksanaan NDC dan rencana yang akan dilaksanakan untuk meraihnya. Demikian juga dari kalangan pemerintah propinsi/kabupaten/kota, swasta, akademisi, peneliti dan NGO serta masayarakat luas perlu diketahui oleh publik tentang peran mereka dalam meraih target NDC, serta best practices yang mereka miliki. Hal-hal inilah yang mendorong dilaksanakannya Festival Iklim 2018.

Tujuan dari penyelenggaraan “Festival Iklim 2018: Tiga Tahun Capaian Pengendalian Perubahan Iklim” adalah:▪ Penyampaian ke masyarakat umum tentang progress implementasi PA dan NDC;▪ Peluncuran Produk dan Rencana Aksi Pengendalian Perubahan Iklim dari KLHK

dan stakeholderterkait; dan ▪ Sarana untuk bertukar pikiran tentang rencana, agenda dan aksi pengendalian

perubahan iklim oleh dan untuk berbagai stakeholder.

Page 11: Prosiding Festival Iklim 2018

3

Acara yang terbuka untuk umum ini berlokasi di Gedung Manggala Wanabakti pada Hari Rabu-Kamis tanggal 16-17 Januari 2018 dan dikemas dalam bentuk:1. Launching Product dan Rencana Penyusunan Kebijakan Strategis Pengendalian

Perubahan Iklim

2. Penyelenggaraan Workshop dan Seminar, baik yang diselenggarakan oleh DJPPI maupun oleh mitra dan K/L terkait, yakni:a. Diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim-

DJPPIa. 1. Pendanaan Perubahan Iklim (Direktorat Mobilisasi Sumberdaya

Sektoral dan Regional-Dit. MS2R)a. 2. REDD+ di bawah Paris Agreement (Direktorat Mitigasi Perubahan

Iklim-Dit. MPI)a. 3. Elaborasi NDC Adaptasi (Direktorat Adaptasi Perubahan Iklim-Dit. API)a. 4. Dialog Interaktif: Kontribusi NPS dalam Implementasi NDC (Direktorat

Mitigasi Perubahan Iklim-Dit. MPI)a. 5. One GHGs Data Policy (Direktorat Inventarisasi GRK dan Monitoring

PelaporanVerifikasi-Dit.IGRKMPV)a. 6. Mencari Bentuk Patroli Pencegahan Karhutla Permanen di tingkat tapak

(Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan-Dit. PKHL)a. 7. Dialog Iklim dengan Siswa SD, SMP dan SMAa. 8. Naskah Akademis RPP Perubahan Iklim (Sekretariat Direktorat Jenderal

Pengendalian Perubahan Iklim-Sekditjen PPI)b. Diselenggarakan oleh mitra kerja DJPPI sebagai co-host

b. 1. FGD: Rapermen LHK Panduan Kajian Kerentanan, Risiko dan Dampak Perubahan Iklim (USAID-APIK)

b. 2. Talk Show: Perspektif Daerah tentang Implementasi NDC: Perencanaan dan Implementasi (Global Green Growth Institute-GGGI)

b. 3. Green Growth Compact (GGC) dan peran Para pihak Kalimantan Timur dalam Pemenuhan NDC (The Nature Conservancy-TNC)

b. 4. Seminar Hasil Penelitian Litbang Hutan untuk Mendukung Penguatan Aksi Adaptasi dan Mitigasi (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, KLHK)

b. 5. Dialog nasional: Peran Strategis Pemerintah Kota dan Masyarakat Sipil dalam Agenda Perubahan Iklim (Internasional Council for Local Government Environmental Innitiatives-ICLEI)

b. 6. Mewujudkan Investasi Perubahan Iklim: Perkembangan, Tantangan dan Peluang (WWF)

b. 7. Talk Show: Village Fun for Forest Conservation and highlight on SICCR-TAC

Tabel 1 menunjukkan jadwal dan pengaturan Workshop dan Seminar.

3. Pameran tentang produk, teknologi, sistem, best practice dan lain-lain yang sesuai dengan tema Festival Iklim 2018 yang menampilkan mitra kerja DJPPI.

Page 12: Prosiding Festival Iklim 2018

4

Tabel 1. Jadwal penyelenggaraan Seminar dan Workshop sebagai rangkaian acara “Festival Iklim 2018: Tiga Tahun Capaian Pengendalian Perubahan Iklim”

No Waktu (WIB) Tempat Acara Penyelenggara

16 Januari 2018

1. 13.30 - 15.30 Auditorium REDD+ di bawah Paris Agreement Dit. MPI, KLHK

2. 13.00 - 15.30 Rimbawan 2 Pendanaan Perubahan Iklim Dit.M2SR, KLHK

3. 13.00 - 16.00 Sonokeling besar

FGD: Rapermen LHK Panduan KajianKerentanan, Risiko dan Dampak Perubahan Iklim

USAID-APIK

4. 13.00 - 15.30 Rimbawan 1

Talk Show: Perspektif Daerah tentang Implementasi NDC: Perencanaan dan Implementasi

GGGI

17 Januari 2018

5. 09.00 - 15.30 Sonokeling Besar Elaborasi NDC Adaptasi Dit. API, KLHK

6. 09.00 - 13.00 Rimbawan 1 Dialog Interaktif: Kontribusi NPS dalam Implementasi NDC

Dit. MPI, KLHK

7. 09.00 - 13.00 Rimbawan 3b One GHGs data Policy Dit. IGRK MPV, KLHK

8. 09.00 - 13.00 Rimbawan 2 Mencari Bentuk Patroli Pencegahan Karhutla Permanen di tingkat tapak

Dit. PKHL, KLHK

9. 09.00 -13.00 Auditorium Dialog Iklim DJPPI, KLHK

10. 09.00 -13.00 Sonokeling Kecil

Green Growth Compact (GGC) dan peran Para pihak Kalimantan Timur dalam Pemenuhan NDC

TNC

11. 13.00 - 15.30 Rimbawan 2 NA RPP Perubahan Iklim Setdit DJPPI, KLHK

12. 13.00 - 15.30 Rimbawan 1

Seminar Hasil Penelitian Litbang Hutan untuk Mendukung Penguatan Aksi Adaptasi dan Mitigasi

Puslitbang Hutan, KLHK

13. 13.00 15.30 Auditorium

Dialog nasional: Peran Strategis Pemerintah Kota dan Masyarakat Sipil dalam Agenda Perubahan Iklim

ICLEI-Indonesia

Page 13: Prosiding Festival Iklim 2018

5

14. 13.00 - 15.30 Sonokeling kecil

Mewujudkan Investasi Perubahan Iklim: Perkembangan, Tantangan dan Peluang

WWF

15. 13.00 - 16.30 Rimbawan 3b Talk Show: Village Fun for Forest Conservation and highlight on SICCR-TAC

SICCR-TAC

Peta rangkaian kegiatan “Festival Iklim 2018: Tiga Tahun Capaian Pengendalian Perubahan Iklim” sebagaimana dicantumkan dalam leaflet pada Lampiran 1. Peserta yang menghadiri rangkaian acara Festival Iklim 2018 tercatat sebanyak 1,489 orang, dengan komposisi peserta adalah 53.90% dari K/L, 4.70% asosiasi dan dunia usaha, 18.30% LSM, 1.30% media massa serta 13.30% lainnya termasuk perwakilan dari masyarakat dan siswa.

No Waktu (WIB) Tempat Acara Penyelenggara

Page 14: Prosiding Festival Iklim 2018

6

II. PEMBUKAAN FESTIVAL IKLIM 2018“Festival Iklim 2018: Tiga Tahun Capaian Pengendalian Perubahan Iklim” dibuka oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta dihadiri oleh Menteri Perindustrian, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.

Festival Iklim 2018 dimulai dengan penyampaian laporan mengenai capaian pengendalian perubahan iklim di Indonesia diikuti dengan pemutaran video launching produk pengendalian perubahan iklim, untuk kemudian dilanjutkan dengan sesi “Pesan untuk Publik dari Menteri-Menteri Terkait” yang didahului dengan pengantar dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Rangkaian acara Pembukaan dilanjutkan dengan Pemberian Penghargaan Kontributor SRN, sebagai penutup.

Page 15: Prosiding Festival Iklim 2018

7

LAPORAN 3 TAHUN CAPAIAN PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim menyampaikan mengenai bagaimana Ditjen PPI berproses dari gabungan 4 institusi yang berbeda, dan bersinergi sebagai suatu unit yang solid, untuk mengejar berbagai target sesuai mandat yang diberikan. Awal proses, Ditjen PPI berusaha meletakkan fondasi yang kuat sebagai pijakan kokoh untuk melangkah kedepan. Berbagai produk (sebanyak 29 produk) yang terdiri dari 12 regulasi, 21 buku, dan 4 rancangan kebijakan strategis merupakan bentuk nyata dari kinerja yang sudah dilakukan selama 3 tahun ini (detil laporan dan produk yang dilaunching sebagaimana dalam Lampiran 1).

PESAN UNTUK PUBLIK DARI MENTERI-MENTERI TERKAIT

Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, menyampaikan bahwa perubahan iklim adalah tantangan seluruh umat manusia dan upaya mencegah dampak negatifnya tidak dapat hanya disandarkan pada Pemerintah. Ketahanan nasional kita cukup teruji dengan modal sosial yang cukup kuat, ini belum tentu dimiliki bangsa lain. Indonesia telah bekerja nyata menunjukkan komitmen mengatasi dampak perubahan iklim dan ini bukan omong kosong. ”

Page 16: Prosiding Festival Iklim 2018

8

Eko Putro Sandjojo, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

Bambang Brodjonegoro, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi menyampaikan bahwa pemanasan global perlahan tapi pasti telah terjadi. Komitmen untuk menjaga lingkungan tidak bisa ditawar lagi, dan ini tugas bersama. Dengan menjaga lingkungan, cita-cita menjadikan Indonesia sebagai negara yang maju adil dan makmur berdasarkan Pancasila bisa tercapai. Seluruh unsur pemangku kepentingan diminta untuk menjaga Indonesia, sehingga dengan lahan tropis yang besar akan menjadi stok pangan dunia. ”

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas menyampaikan bahwa isu perubahan iklim merupakan isu yang sudah tidak perlu lagi diperdebatkan kebenarannya. Penanganannya bukan tanggung jawab pemerintah semata, dibutuhkan peran aktif seluruh elemen masyarakat. Masyarakat agar mendukung upaya pemerintah dalam menangani perubahan iklim melalui aksi nyata, dengan melakukan aksi ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. ”

Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian

Menteri Perindustrian menyampaikan bahwa Kementerian Perindustrian telah melakukan peran penting dalam mendorong industri hijau, penghematan energi dan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Kementerian Perindustrian telah membuat pedoman teknis penurunan energi, dan sistem pelaporan GRK yang terintegrasi dengan Sinas. Penurunan GRK adalah tugas semua sektor, dan harapannya semua sektor menerapkan hal yang tepat. Kementerian Perindustrian juga mendukung adanya kendaraan dengan emisi rendah berbasis kepada kendaraan listrik. ”

Page 17: Prosiding Festival Iklim 2018

9

Retno LP Marsudi, Menteri Luar Negeri

Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan

Menteri Luar Negeri menyampaikan bahwa perubahan iklim menjadi salah satu tantangan global terbesar. Ini harus kita hadapi demi masa depan generasi mendatang. Di tingkat global Indonesia aktif menyuarakan berbagai hal terkait perubahan iklim. Selain itu juga melakukan berbagai aksi adaptasi guna mengurangi kerentanan serta meningkatkan ketahanan terhadap dampaknya. Komitmen di tingkat global tersebut perlu diwujudkan di tingkat nasional melalui partisipasi semua pihak. Mari kita atasi perubahan iklim. ”

Menteri Keuangan menyampaikan bahwa perubahan iklim adalah tantangan untuk generasi sekarang maupun generasi yang akan dating, dan ini tanggung jawab kita semua. Negara kepulauan seperti Indonesia akan terdampak sangat signifikan akibat perubahaniklim. Karenanya kita perlu mengkampanyekan hidup yang sustainable dan tetap ramah lingkungan, serta menjaga agar emisi karbon tidak meningkat. Sehingga dunia menjadi tempat untuk tinggal bagi anak, cucu, dan cicit kita di masa mendatang. ”

Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral menyampaikan bahwa telah banyak inisiatif dilakukan mengikuti apa yang sudah digariskan di Dewan Energi Nasional dan Peraturan Pemerintah tentang kebijakan energi nasional. Diantaranya tentang bauran energi yang berasal dari renewable pull energy berasal dari energi baru yang terbarukan. Kementeri Energi dan Sumber Daya Mineral juga akan memasang independent home solar e-system yang diberikan gratis pada masyarakat yang kurang mampu. ”

Mengingat adanya kendala waktu untuk menghadiri Festival Iklim 2018, beberapa Menteri terkait dari Kabinet Kerja menyampaikan pesan kepada publik secara lisan melalui pemutaran video singkat mengenai pentingnya seluruh pemangku kepentingan untuk bersama-sama melakukan aksi-aksi menghadapi perubahan iklim. Berikut beberapa butir penting yang disampaikan melalui video singkat tersebut.

Page 18: Prosiding Festival Iklim 2018

10

Andi Amran Sulaiman, Menteri Pertanian

Menteri Pertanian telah mengimbau pegawai Kementerian Pertanian agar mendukung upaya dan kerja keras KLHK dalam rangka memitigasi dampak perubahan iklim yang begitu ekstrem. Menteri Pertanian mengimbau kepada sahabat petani seluruh Indonesia, jangan melakukan pembakaran pada perkebunan. Optimalkan alat mesin pertanian yang kita berikan, penggunaan herbisida dan lainnya untuk menekan Karhutla. Memitigasi dampak dari perubahan iklim agar dilakukan lebih cepat, dan ini merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya Kementerian LHK. ”

Budi Karya Sumadi, Menteri Perhubungan RI

Dalam mendukung pencapaian target Nationally Determined Contributions (NDC) tahun 2030, Kementerian Perhubungan akan terus berkomitmen untuk terlibat aktif dalam setiap aksi menurunkan emisi gas rumah kaca khususnya disektor transportasi melalui program pembangunan dan aksi mitigasi pada transportasi darat, transportasi laut, transportasi udara dan perkeretaapian diantaranya pengembangan BRT, pengembangan kereta api perkotaan dan bandara, peremajaan kapal, ecoport, short sea shipping serta perbaikan navigasi udara, peremajaan pesawat udara dan eco airport. ”

Page 19: Prosiding Festival Iklim 2018

11

PEMBERIAN PENGHARGAAN KONTRIBUTOR SRN

Pemberian Penghargaan Kontributor Sistem Registri Nasional disampaikan kepada para pihak yang telah berperan aktif sebagai untuk mencatatkan aksi dan sumberdaya dalam rangka pengendalian perubahan iklim ke dalam Sistem Registri Nasional. Pada Festival Iklim 2018, pemberian penghargaan kontributor Sistem Registri Nasional disampaikan kepada sejumlah 7 (tujuh) pimpinan dari Unit Eselon-1 K/L dan Pimpinan perusahaan swasta yang telah melalui proses mulai dari registrasisampaiverifikasidanmemenuhikriteriayangditetapkan.

Penganugerahan Penghargaan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan atas kontribusi dalam Registri Aksi dan Sumber Daya kepada para pihak yang telah aktif mendaftarkan aksi terkait perubahan iklim ke dalam Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI) adalah sebagai berikut:1) Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi - Kementerian

Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM), untuk pelaksanaan “Aksi Mitigasi di Bidang Energi”.

2) Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri - Kementerian Perindustrian, untuk pelaksanaan “Aksi Mitigasi Penurunan Clinker Ratio dan Pemanfaatan BahanBakarAlternatifdanEfisiensiEnergidiIndustriSemen”.

3) Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, untuk pelaksanaan kegiatan “Forest and Climate Change Programme Financial Cooperation (FORCLIME-FC)”.

4) Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan-Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, untuk pelaksanaan kegiatan “Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan”.

5) Direktur Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem-Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, untuk pelaksanaan kegiatan “Persiapan Program Pengurangan Emisi Karbon dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (Program REDD+) di Taman Nasional Berbak”.

6) Kepala Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi, untuk pelaksanaan kegiatan “Tropical Forest Conservation for Reduction Emission from Deforestation and Forest Degradation and Enhancing Carbon Stock in Meru Betiri National Park, Indonesia”.

7) Direktur Regional PT PLN (Persero), untuk pelaksanaan “Rehabilitasi Boiler dan Turbin-Generator di Unit PLTU Suralaya”.

Page 20: Prosiding Festival Iklim 2018

12

III. SEMINAR DAN WORKSHOP Seminar dan Workshop, sebagai bagian dari rangkaian acara Festival Iklim 2018 yang dilangsungkan secara paralel setelah sesi pembukaan sampai dengan berakhirnya acara pada tanggal 17 Januari 2018, dinilai penting dalam proses pembahasan di masing-masing isu sesuai dengan tema agenda. Prosiding ini memberikan gambaran singkat alur pembahasan di setiap acara Seminar dan Workshop yang akan menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam proses pembahasan selanjutnya.

1. REDD+ DI BAWAH PARIS AGREEMENT

Hari, Tanggal : Selasa, 16 Agustus 2018Waktu : Pukul 13.30 – 16.30Tempat : Auditorium Dr. Soedjarwo, Gd. Manggala Wanabakti,

JakartaPeserta yang hadir : ± 206 orangModerator : Ir. Wahjudi Wardojo, M. ScNarasumber

No Nama Instansi Judul/Tema Paparan

1 Dr. Nur MasripatinDirektur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, KLHK

National Policy on REDD+ post Paris Agreement

2 Mr. Michael Bucki EU Delegation REDD+ after Wrap Up and EU Activities

3 Mr. Adam Gerrand FAO Regional Asia Pacific REDD+ After Wrap Up and FAO Activities

4 Mr. Johan Kieft UNEP Regional Asia Pacific REDD+ After Wrap Up and UNEP Activities

5 Prof. Rizaldi Boer CCROM SEA - IPBScientific aspects of REDD+ in the context of Paris Agreement

Pembahasan terkait pengurangan emisi dari deforestasi dimulai sejak 1994, hingga pada COP 13 UNFCCC pada tahun 2007 diputuskan bahwa REDD+ harus menjadi bagian dari negosiasi. Hal ini mendapat perhatian dari mayoritas negara berkembang sebagai pelaksana dan negara maju sebagai penyedia dukungan bagi implementasi REDD + di negara-negara berkembang. Sejak COP 13 di Bali sampai COP 19 di Warsawa (“Warsaw REDD+ Framework”) telah dihasilkan 14 (empat belas) keputusan COP terkait REDD+ yang digunakan sebagai guidance internasional untuk implementasi REDD+. Paris Agreement yang telah diratifikasi pada tanggal 24 November 2016, padaPasal 5 secara jelas mengartikulasikan dan mengakui peran hutan dan REDD+ untuk

Page 21: Prosiding Festival Iklim 2018

13

implementasi penuh (full implementation) melalui result-based payment. Seiring dengan gerakan global ini, para pemangku kepentingan global, khususnya mereka yang telah bekerja di bidang REDD+ berharap dapat melakukan full implementation REDD+ dan menaruh harapan besar untuk terus melangkah maju dengan adanya Artikel 5 dari Paris Agreement. Pada saat yang sama, para pemangku kepentingan global juga mempertanyakan masa depan REDD+ pasca kesepakatan di Paris.

Dalam konteks nasional, REDD+ Indonesia di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah mencapai kemajuan dalam beberapa hal baik teknis maupun kebijakan, untuk implementasi penuh REDD+ sebagaimana tertuang dalam Warsaw REDD+ Framework. Sejumlah perangkat/ instrumen/ infrastruktur telah dan sedang dibangun yaitu: Forest Reference Emission Level (FREL), Monitoring, Reporting, and Verification (MRV) serta Sistem Informasi Pelaksanaan Safeguards (SIS) REDD+. Aspek lainnya dari REDD+ yang sedang dalam proses penyiapan adalah aspek pendanaan REDD+ di berbagai tingkatan (nasional dan sub nasional).

Pada sesi Diskusi Interaktif REDD+: “REDD+ Under Paris Agreement” disampaikan update dari Pemerintah Indonesia dan beberapa mitra pelaksana REDD+ di Indonesia, terkait kemajuan dan kesiapan full implementation REDD +, termasuk hambatan yang dihadapi dalam mencapai result-based payment, dan secara interaktif mendiskusikan perspektif dan gagasan tentang tindakan yang diambil untuk menanggapi respon global, serta kemungkinan kontribusi REDD+ untuk memenuhi target NDC.

Tujuan dari Dialog Interaktif ini adalah:• Menginformasikan dan mengkomunikasikan progres terkini persiapan

implementasi REDD+ di Indonesia, serta mendiskusikan implikasi Paris Agreement.

• Membangun kesamaan pemahaman, peran dan tanggung jawab semuapelaksana REDD+ untuk mendukung full implementation REDD+ di Indonesia (result-based payment) dan pencapaian target NDC.

Page 22: Prosiding Festival Iklim 2018

14

• Mengumpulkanmasukandangagasanuntukmenyusunlangkah-langkahkonkritselanjutnya untuk mewujudnyatakan implementasi REDD+ Indonesia secara penuh, serta untuk mencapai target NDC.

REDD+ sangat penting bagi Indonesia. Beberapa artikel menyebutkan bahwa REDD+ sudah mati atau tidak berprogress. Tema pembahasan terhadap hal tersebut didiskusikan dari berbagai sudut pandang yang disampaikan oleh para panelis baik dari segi pelaksanaannya di tingkat nasional maupun dukungan dari mitra internasional dengan tema utama pelaksanaan REDD+paska diratifikasinyaParis Agreement. Diskusi ini merupakan kesempatan bagi multi pihak dalam memandang REDD+ baik dari sudut pandang optimisme maupun pesimisme dan kebijakan nasional.

Ringkasan Paparan Narasumber 1. “National Policy on REDD+ post Paris Agreement”, Ditjen PPI-KLHK

• BeberapapihakberanggapanbahwaREDD+di Indonesia sudahmatidantidak berprogress sejak dibubarkannya Badan Pengelola REDD+ yang tugas dan fungsinya digabungkan ke dalam Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim telah melaksanakan REDD+ dengan pendekatan silently progressing untuk menyelesaikan pekerjaan yang berat dalam memenuhi REDD+ menuju implementasi penuh, yaitu terkait dengan pendanaan REDD+, namun topik tersebut relatif tidak menarik untuk konsumsi publik dan media.

• Paris Agreement memberikan implikasi kepada negara pihak (parties) berada pada 1 (satu) platform dengan komitmen yang secara sukarela disampaikan melaui Nationally Determined Contributions (NDC), dimana masing-masing negara, baik negara berkembang maupun negara maju punya kewajiban walaupun dengan pembedaan, yang diekspresikan dalam NDC.

• NDC Indonesia menempatkan REDD+menjadi bagian penting dari NDCsektor kehutanan. Berdasarkan target NDC sebesar 29% dengan kemampuan sendiri dan 41% apabila ada dukungan internasional dibandingkan dengan BAU pada tahun 2030, sebesar 17 – 23 % berasal dari sektor kehutanan. Hutan Indonesia seluas 128 juta Ha, 113 juta Ha untuk FREL dan 96.5 juta Ha termasuk dalam Wilayah Pengukuran Kinerja (WPK) REDD+ yang berada di seluruh wilayah hutan termasuk yang belum dibebani ijin.

• Pelaksanaan REDD+ di tingkat sub nasional yang telah dilaksanakancenderung menggunakan pendekatan proyek termasuk yang dilaksanakan melalui skema ijin Restorasi Ekosistem dan juga ijin usaha PAN/RAP karbon. Dalam konteks pelaksanan REDD+ pasca Paris Agreement dan dalam rangka pencapaian target NDC, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memetakan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Proses ini digunakan untuk mengelola keterlanjuran dengan menempatkan seluruh aksi termasuk REDD+ dalam kerangka pelaksanaan Paris Agreement dan pencapaian target NDC. Secara historis, REDD+ masuk ke dalam negosiasi COP-11, dilatarbelakangi oleh data tahun 2003 bahwa deforestasi berkontribusi sekitar 18% dari emisi GRK global dan 75%-nya berasal dari negara berkembang, sehingga memberikan peluang

Page 23: Prosiding Festival Iklim 2018

15

bagi negara REDD+ untuk dapat menurunkan emisi namun tetap dapat melaksanakan pembangunan dari insentif positif yang diperoleh dari negara maju. Selama proses negosiasi, REDD+ menggunakan skema pembayaran berbasis kinerja (result-based payment) yaitu pembayaran yang akan diperoleh dengan menunjukkan performance (kinerja) yang ter-MRV tanpa adanya transfer kredit karbon.

• Indonesia sebagainegarapihak telahmenyiapkan instrumenREDD+yangdimandatkan dalam keputusan COP diantaranya Strategi Nasional, National Forest Monitoring System, Forest Reference Emission Level, Sistem Informasi Safeguards REDD+ dan skema MRV. Pekerjaan berat yang masih berproses adalah penyiapan Badan Layanan Umum terutama untuk mengelola pendanaan di luar APBN. Badan Layanan Umum merupakan pengelola dana lingkungan hidup yang payung hukumnya adalah Peraturan Pemerintah No. 46 tahun 2017 tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup yang di dalamnya terdapat window untuk pendanaan REDD+.

• PaskaParis Agreement, beberapa pihak berusaha untuk membawa skema REDD+ ke Artikel 6 (enam) atau mekanisme pasar. Di tingkat internasional terdapat skema pasar sukarela yang pada dasarnya skema pasar yang diakui dan berada di UNFCCC adalah mekanisme pasar di bawah Protokol Kyoto melalui skema Clean Development Mechanism (CDM). Pelaksanaan REDD+ masih memprioritaskan terlaksanakannya Artikel 5 Paris Agreement sebagai result-based payment dan belum memberikan prioritas ke Artikel 6 dalam jangka pendek.

• SecaraumumpelaksanaanREDD+di Indonesia telahbanyakmemberikankontribusi yang tidak dapat terukur secara langsung dalam konteks pengurangan emisi. Pelaksanaan REDD+ mendorong terbentuknya one map policy (kebijakan satu peta) dan juga perbaikan tata kelola di tingkat sub nasional. REDD+ serta pelibatan local community yang memiliki legal connection dalam penguatan kapasitas. Indonesia juga telah menerjemahkan prinsip transparansi melalui pengembangan Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim termasuk di dalamnya registri pelaksanaan REDD+. Melalui sistem registri nasional juga dapat digunakan untuk menyajikan capaian kinerja melalui pelaksanaan REDD+ di Indonesia.

Page 24: Prosiding Festival Iklim 2018

16

2. “REDD+ After Wrap Up and EU Activities”, EU Delegation• BerbicarahalmendasarmengenaiREDD+,REDD+bukanhanyamerupakan

policy, REDD+ bukan berbicara tentang uang, dan bukan hanya hal yang bersifat teknis. REDD+ merupakan ide yang sederhana, yaitu jika sebuah negara bisa mengurangi deforestasi dengan memperhatikan safeguards, maka akan ada insentif disana.

• Karena disana ada transaksi dan melibatkan uang, sehingga perlumengelaborasikan elemen-elemen REDD+ untuk mengetahui tingkat kelayakan result-based payment dalam mendapatkan insentif berupa pendanaan. Penurunan laju deforestasi harus dibuktikan dan juga melalui elemen-elemen REDD+ yaitu : Strategi Nasional, NFMS, FREL, dan SIS.

• Hal-hal tersebut diatas selanjutnya berkembang,misalnyamengenai FRELdan kaitan antara nasional dan sub nasional, aktivitas lainnya selain deforestasi dan degradasi hutan, megenai kebijakan, pendanaan, dan hal-hal lainnya, sehingga diskusi REDD+ kemudian menjadi lebih kompleks.

• Dalamkontekskebijakannasional,diIndonesiasudahbanyakkebijakanyangdibuat seperti : FLEGT, ISPO, BLU, One Map, hak masyarakat hutan adat, IELH,reformasiagraria,insentiffiskal,danlainsebagainya.Semuakebijakantersebut sangat penting dan berkaitan dengan REDD+ walaupun REDD+ tidak tertulis secara eksplisit disana.

• Sebagaisuatuide(filosofi),REDD+tidakakanbisamati,dantantanganREDD+akan terus ada dalam tahun-tahun mendatang di masa generasi manusia selanjutnya, karena adaptasi dan mitigasi perubahan iklim merupakan hal yang akan terus berlanjut di masa mendatang. • Dalam hal pendanaan REDD+, banyak yang dapat berkontribusi dalam

mitigasi berbasis landscape. Terkait dengan peluang pasar karbon, EU menyatakan tidak memiliki peran dalam offset di sektor hutan hingga 2030. EU memulai dengan REDD+ dengan pendekatan LULUCF, dan di masa mendatang akan dipertimbangkan mengenai pasar karbon (Artikel 6 Paris Agreement) dalam konteks tersebut.

• Selainsumberpendanaanpublikyangtelahada(bilateralmaupunmultilateralseperti GCF, FCPF World Bank, UN REDD+ dll.), juga terdapat sumber pendanaan berasal dari investasi swasta berbasis land use yang berkomitmen dalam penurunan emisi yang mereka hasilkan (climate footprint), seperti yang saat ini sedang didiskusikan secara bilateral antara Indonesia dan Eropa. EU saat ini sedang dalam diskusi mengenai promoting sustainable palm oil di Indonesia dan rewarding sustability palm oil production di Eropa. Selain itu EU juga bekerjasama dengan Indonesia dalam hal FLEGT licensing. Hal-hal tersebut merupakan contoh dari banyak kebijakan yang relevan dalam REDD+ di tingkat nasional.

• Terkaitdenganelemen-elemenREDD+,yangterpentingadalahbagaimanaketiga elemen tersebut dapat mendukung keselarasan pendanaan dan kebijakan. SIS dan Non- Carbon Benefits merupakan alat untuk memastikan sustainability of implementation, memastikan semua REDD+ policy berkontribusi terhadap SDGs yang relevan; NFMS bertujuan untuk membangun trust and understanding; sedangkan FREL basis dari political agreement, seperti bagaimana niatan untuk maju, seberapa jauh deforestasi

Page 25: Prosiding Festival Iklim 2018

17

diterima di wilayah tertentu, dan berapa luasan restorasi yang diwajibkan dalam suatu wilayah, dimana hal – hal ini harus konsisten dengan NFMS.

• Dalamkonteks transparancy framework pasca Paris Agreement, diperlukan pemahaman dan pengertian yang sama untuk EU bisa mendukung dalam usaha pencapaian target penurunan emisi.

3. “REDD+ After Wrap Up and UNEP Activities”,UNEPRegionalAsiaPacific• BergerakmenujuimplementasiPerjanjianParis,tahun2018merupakantitik

yang kritis. Setelah 2030, emisi GRK masih terlalu tinggi, kemungkinan tidak akan mencapai target 2° C, sehingga apabila kita ingin mencapai sasaran itu kita harus lebih menekankan kepada proses-proses tidak hanya untuk mengurangi emisi, namun juga mengambil karbon yang sudah ada di udara, dan disimpan di dalam tanaman/tanah (enhancement, yang merupakan “plus” dalam REDD+).

• Aksi yang dilakukan oleh pemerintah nasional maupun sub nasional,termasuk pemerintahan di tingkat tapak serta swasta merupakan kunci untuk meningkatkan ambisi mengendalikan perubahan iklim di masa mendatang. Belum banyak evidence bahwa non-state actors (swasta, masyarakat sipil) bisa mengisi bagian penting dari kesenjangan emisi, walaupun ada potensi signifikan untuk melakukannya. Peningkatan pemantauan dan pelaporantindakan non-state dan pengurangan emisi yang dihasilkan akan sangat penting untuk melihat apakah aksi-aksi tindakan yang telah dilakukan bisa diperhitungkan dengan transparan dan kredibel. Ada beberapa strategi untuk mencapai itu: dengan alami (peran hutan), melalui teknologi (carbon capture storage) atapun kombinasi keduanya.

• BerapatitikyangbisadipelajaridaripelaksanaankegiatanREDD+yangtelahberlangsung sejak tahun 2007, diantaranya dari sisi pembiayaan, potensi pengambilan karbon dari atmosfer untuk kembali disimpan dalam ekosistem, dan strategi pengurangan emisi.

• Dilihatdarisegipembiayaan,potensipenguranganemisipadatahun2030dengan biaya <US $ 100 / tCO2e, dibandingkan dengan lintasan kebijakan saat ini, tidak cukup untuk menutup kesenjangan emisi pada tahun 2030 di bawah semua kasus yang dinilai. Ini bisa memberi banyak manfaat bagi tujuan lingkungan, sosial dan ekonomi penting lainnya

• Pengambilankarbondioksidadariatmosferdapatmemberikanunsurmitigasitambahan secara konvensional.

• Untukstrategipenguranganemisi,pengambilanCO2secarabiologimelaluipenghijauan, penghijauan, pengelolaan hutan, pemulihan lahan yang terdegradasi, peningkatan karbon tanah dan penerapan biochar di pertanian dapat memainkan peran langsung, dan juga dapat berkontribusi secara signifikanuntukmencapaiSustainable Development Goals.

• Pemerintah,swastadanmasyarakatharusdapatmengisigap dalam rangka pencapaian target penurunan emisi. Hal ini juga memberi peluang untuk pemenuhan target-target kebijakan ekonomi dan sosial.

4. “REDD+ After Wrap Up and FAO Activities”,FAORegionalAsiaPacific• PenguranganemisiGRKyangdibutuhkanuntukmencapaitargetdibawah2

Page 26: Prosiding Festival Iklim 2018

18

derajat Celcius merupakan tantangan besar saat ini. Deforestasi di kebanyakan negara tropis menyumbang sekitar 11% dari global emisi GRK. Sekitar 60% emisi GRK di Indonesia berasal dari konversi hutan dan lebih besar lagi pada tahun 2015/2016 ketika kebakaran hutan hebat terjadi.

• Dibawah UNFCCC dan Paris Agreement, diupayakan penyediaan instrumen untuk penghitungan dan pelaporan sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan dan bisa dilihat bagaimana improvement terhadap pengurangan emisi telah dilakukan, sehingga bisa diberikan credit (pembayaran). Diperlukan alat pemantau komitmen negara terhadap Perjanjian Paris dan NDCs, termasuk untuk memantau pengurangan emisi melalui REDD+.

• Banyaknegaraberkembangmemilikikendalautama,diantaranyaareayangluas dengan infrastruktur terbatas untuk diakses dan dimonitor. Data satelit sulit diperoleh dan digunakan, sumber daya/keahlian terbatas. Tantangan terberat yaitu untuk mengubah data menjadi informasi yang berguna untuk para pengambil keputusan, serta terbatasnya penyimpanan dan daya komputasi.

• FAO memiliki metode dalam pengumpulan data menggunakan Collect Earth dengan sample google earth. Dengan alat ini, data akan terkumpul dengan cepat, contohnya : menggunakan Collect Earth Indonesia,. 36 orang menyelesaikan 8000 titik data dalam 5 hari dimana dengan manual mapping akan memerlukan waktu 1 tahun. Keunggulan perangkat ini adalah cepat, mudahdalam klasifikasi visual tutupan lahan, tautan ke penyimpanan danpemrosesan data komputasi awan, pemantauan perubahan tutupan lahan yang cepat secara konsisten, serta dapat melakukan statistik perubahan tutupan hutan tahunan yang cepat (UNFCCC).

• FAOjugamenggunakanSEPAL(System for Earth Observation Data Access, Processing and Analysis for Land Monitoring), yaitu sistem pengolahan citra satelit komputasi awan. Keunggulan dalam penggunaan SEPAL yaitu landsat image akan diproses dalam hitungan menit dan sangat menyingkat waktu pengerjaan, memiliki scripts yang bisa untuk pengerjaan deforestasi, kepemilikan penuh oleh negara dengan password, dan dapat diakses lebih dari 128 CPU dan kapasitas petabytes data. SEPAL juga mengatasi banyak tantangan yang dihadapi oleh negara-negara untuk pembuatan peta LC/LU yang lebih cepat, lebih murah, lebih mudah dan lebih akurat, dengan tingkat kepercayaan yang baik.

5. “Scientific aspects of REDD+ in the context of Paris Agreement”, CCROM SEA-IPB • Indonesia berkontribusi secara sukarela malalui NDC yang secara global

kalau diagregasi maka emisi pada tahun 2030 jika tanpa upaya sebesar 69.9, sehingga diharapkan akan mampu menurunkan 15,8 dan sektor kehutanan Indonesia sebesar 3.8 (2.2-4.5) Gt atau sebesar 24%, maka aksi utama untuk mengurangngi emisi dari deforestasi dan lahan gambut melalui sektor kehutanan dan pertanian dengan tantangan yang cukup besar.

• Bagaimana pencapaian NDC dan pembangunan sektor pertanian dalampemenuhan ketahanan pangan. Dalam konteks pengurangan emisi dapat

Page 27: Prosiding Festival Iklim 2018

19

tercapai dengan pemenuhan ketahanan pangan, dan kebutuhan kayu dengan cara meningkatkan indeks ketahanan pangan, infrastruktur pertanian. Sedangkan dalam konteks kebutuhan lahan terbesar adalah untuk perkebunan sawit.

• Dalam konteks rencana target produksi minyak sawit yang sekarang,diperlukan skenario sinkronisasi kebijakan.

• UntukpencapaianpeningkatanketahananpangandengantetapmencapaiNDC, dapat dilaksanakan melalui percepatan dan peningkatan produktivitas dan peningkatan indeks penanaman. Untuk itu diperlukan sinergitas semua sektor, termasuk pemenuhan critical factor (peat restoration, peat water management dan land rehabilitation). Pemenuhan hal tersebut diperkirakan memerlukan penambahan investasi sebesar 2.5 billion USD (sampai dengan 2030). Tantangan terbesar adalah seberapa jauh dan secepat apa hal tersebut dapat dilaksanakan.

Pembahasan dan Diskusi• UntukimplementasiREDD+,IndonesiatelahmenyiapkaninfrastrukturREDD+:

Strategi Nasional, menetapkan FREL/REL sebagai benchmark untuk mengukur kinerja, NFMS, dan SIS. Yang belum tersedia dan saat ini tengah berproses adalah kebijakan mengenai pendanaan melalui Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BDLH). Indonesia juga akan memiliki Peraturan Menteri LHK mengenai Tata Cara Pelaksanaan REDD+ yana akan menjadi guidance untuk pelaksanaan REDD+ di Indonesia.

• Perludipahamioleh stakeholdersmengenaiperbedaan result-based payment dalam REDD+ dengan carbon market, karena keduanya berbeda dalam hal prinsip dan tujuan, meskipun keduanya menggunaakan dasar penurunan emisi.

Page 28: Prosiding Festival Iklim 2018

20

EU menggunakan carbon market di Eropa, yang disebut European Emission Trading Scheme (ETS), yang merupakan economic mechanism yang kompleks. Bagi EU, perdagangan “forest offset” antara negara REDD+ dan negara Eropa bukan merupakan short-term priority, sampai dengan 2030. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan adanya carbon trade/carbon market karena banyaknya voluntary market yang memiliki Carbon Trading System yang mungkin terbuka untuk REDD+. Hal ini sangat tergantung pada dinamika pasar (harga, akses, kualitas), ambisi, dan kepentingan.

• EU memiliki pendekatan landscape, forest dan agriculture yang akan secara bersama-sama berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim. Terkait perannya dalam pendanaan REDD+, EU merupakan donor terbesar kedua setelah Norway. Kontribusi pendanaan EU terbagi dalam SFM, UN REDD+, FCPF WB dan lain sebagainya, walaupun kadang agak sulit untuk melacaknya. EU memiliki dana upfront finance, namun di saat yang sama, harus meyakinkan negara-negara kontributor untuk tetap spend money di sektor kehutanan apabila kita tidak bisa mencapai target penurunan emisi. Di Brazil, dapat tetap dilakukan peningkatan produksi di bidang pertanian dan peternakan, namun sekaligus berhasil dilakukan penurunan laju deforestasi. Upfront payment merupakan dana untuk membantu proses usaha penurunan emisi, namun untuk long grant, ketersediaan sumber daya pendanaan iklim yang berkelanjutan akan tergantung pada hasil yang dicapai.

• DalamkaitanREDD+denganmasyarakatadat,peranmasyarakatadatsangatpenting, apalagi dengan perkembangan kebijakan di Indonesia (pengakuan tanah adat), sehingga saat ini merupakan kesempatan yang baik, karena ada agenda dari kebijakan pemerintah yang mendorong keterlibatan masyarakat adat, baik dari segi kepemilikan lahan maupun dari segi pemanfaatan jasa ekosistem dari hutan yang dikelola masyarakat adat.

• Ada2(dua)critical points dalam rangka mencapai target komitmen penurunan emisi sekaligus menjalankan program kebijakan pemerintah, yaitu : (1) Bagaimana meningkatkan produktivitas lahan, karena kebutuhan lahan akan pertanian akan tergantung pada kebutuhan pangan; dan (2) Bagaimana meningkatkan indeks penanaman. Untuk dapat memantau dan menangkap apa yang menjadi kebutuhan-kebutuhan kita tersebut, sistem monitoring diperlukan untuk menangkap perubahan-perubahan dari pelaksanaan kegiatan mitigasi, khususnya dalam konteks NDC, salah satu target penurunan emisi yg cukup besar adalah dari enhancement of forest carbon stock. Keberhasilan kegiatan perhutanan sosial juga menjadi salah satu critical point, dan juga pelaksanaan TORA, agar petani memiliki status lahan yang clean dan clear untuk bisa mengakses dukungan pendanaan maupun kredit. Berbagai kebijakan terkait telah ada, namun tantangannya adalah sejauh mana kebijakan telah dilaksanakan, secepat apa bisa terealisasikannya dalam rangka pencapaian target emisi yang ditetapkan.

• REDD+merupakansuatuskemayangbersifattransformatif;karenaREDD+telahmembawa para pihak sepakat untuk memiliki One Map Policy. Oleh karenanya, manfaat REDD+ untuk Indonesia tidak hanya diukur dari penurunan emisi yang diperoleh.

Page 29: Prosiding Festival Iklim 2018

21

Wrap Up• Di tingkat global, kebijakan dan aturan-aturan tentang REDD+ telah tersedia

lengkap, termasuk dengan adanya Article 5 Paris Agreement beserta keputusan-keputusan COP UNFCCC terkait REDD+ yang telah terbit sebelumnya.

• Dari paparan para narasumber, ada progres yang menggembirakan tentangREDD+ di Indonesia, selain progres dalam hal penyiapan infrastruktur REDD+, juga telah terdapat rekognisi dalam penyediaan data dan informasi dan penyediaan peta.

• Ditingkatnasionaldisiapkanbeberapainstrumenyangsudahdisiapkantermasukyang sudah berproses adalah PP dan Perpres dan PermenLHK REDD+

• PerandarinegaramajusangatberagamdalamREDD+.• REDD+tidakhanyatentangsektorkehutanan,tapimenyangkutmultisektor,dan

juga terkait dengan peran local community.

2. PENDANAAN PERUBAHAN IKLIM

Hari, Tanggal : Selasa, 16 Januari 2018 Waktu : Pukul 14.00 – 16.30 WIB Tempat : Ruang Rimbawan IIPeserta yang hadir : ± 130 orang Moderator : Ir. Achmad Gunawan, MASNarasumber :

No Nama Instansi Judul/Tema Paparan

1. Parjiono, PhD

Pusat Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral – Badan Kebijakan Fiskal - Kemeneku

Konsep Pengelolaan Pendanaan Perubahan iklim di Indonesia

2. Ir. Basah Hernowo, MA

Direktorat Sistem dan Pendanaan Pembangunan – Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan - Bappenas

Pembiayaan MAPI dalam Perencanaan Pembangunan

3. Edy SetyawanDirektorat Bidang Keuangan Berkelanjuta – Otoritas Jasa Keuangan

Bagaimana Sustainable Finance dapat mendukung pencapaian NDC

4. Anne Jeanette Lead of Environmental Specialist – World Bank

Pendanaan Iklim di tingkat Global

5. Yans Simbolon Indonesia Infrastructure Finance

Kontribusi Lembaga Keuangan dalam pendanaan perubahan iklim di Indonesia

Page 30: Prosiding Festival Iklim 2018

22

Sebagaimana kita ketahui bahwa perubahan iklim merupakan salah satu isu global yang berimplikasi ke nasional dan lokal, baik bagi negara maju maupun negara berkembang. Sebagai wujud peningkatan komitmen untuk melakukan upaya pengendalian perubahan iklim, para pihak UNFCCC telah mengadopsi Paris Agreement. Pada COP 21 tahun 2015 Paris Agreement merupakan satu dari sedikit persetujuan Internasional yang ‘entry into force’ dalam waktu kurang dari satu tahun sejak pengadopsiannya. Pemerintah Indonesia telahmeratifikasiParis Agreement melalui UU No. 16/2016. Melalui Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29% dibawah tingkat Bussiness-As-Usual (BAU) 2030 dan sampai 41% apabila terdapat dukungan internasional.

Artikel 5 dan 6 Paris Agreement menyebutkan bahwa negara maju diminta untuk mendukung negara berkembang dalam penurunan emisi gas rumah kaca melalui berbagai pendekatan, baik melalui insentif positif untuk kegiatan yang bersifat result- based payment ataupun pendekatan pasar. Selain itu, pada Artikel 9 Paris Agreement disebutkan pula bahwa negara maju diminta untuk mendukung dan meningkatkan dukungan pendanaannya kepada negara berkembang melakukan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Upaya untuk dapat memobilisasi dan meningkatkan pendanaan telah dilakukan oleh berbagai pihak baik pemerintah maupun pihak-pihak lain. Sumber-sumber pendanaan yang digunakan juga berasal dari berbagai pihak seperti dari dana APBN, APBD maupun bantuan luar negeri serta investasi pihak swasta. Setiap pendanaan ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh berbagai pihak untuk menuju pencapaian target kontribusi tersebut. Upaya dan progress ini perlu diketahui oleh publik dan memerlukan pelaksanaan/tindak lanjut oleh Kementerian/Lembaga sesuai mandat masing-masing, serta upaya peningkatan peran non-party stakeholders. Di samping itu perkembangan yang sangat cepat di tingkat global seperti pada 2 (dua) pertemuan terakhir (COP23 di Bonn, November 2017 dan KTT Satu Planet (The One Planet Summit) di Paris, 12 Desember 2017, dan implikasinya perlu diketahui pula oleh publik Indonesia.

Page 31: Prosiding Festival Iklim 2018

23

Tujuan dari workshop tersebut di atas yakni: • SosialisasimengenaikebijakanperubahaniklimdanpendanaannyadiIndonesia• Identifikasidanoptimalisasiperanparapihakdalamupayapenanganandampak

perubahan iklim dan mitigasi perubahan iklim

Ringkasan Paparan Narasumber 1. “Konsep Pengelolaan Pendanaan Perubahan iklim di Indonesia”, Pusat Kebijakan

Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral-Badan Kebijakan Fiskal, Kemenkeu • Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam mencapai target NDC

terkait dengan pendanaannya:a. Kebijakan makro dan kebijakan green economy b. Pioritas strategi pencapaian NDC dan penghitungan kebutuhan

pembiayaannyac. Kapasitas pemerintah

• Instrumenfiskaldapatmenjadisalahsatubentukinsentifdalammemperbaikikondisi lingkungan hidup. Kementerian Keuangan telah mengeluarkan beberapa skema insentif terkait lingkungan hidup secara umum.

• Dana APBN tidak mencukup untuk memenuhi kebutuhan pendanaanperubahan iklim dalam mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29%. Untuk itu, pemerintah harus menciptakan pendanaan iklim yang inovatif. Salah satu inovasi pendanaan adalah green bond atau green sukuk. Pemerintah berencana akan mengeluarkan green sukuk tahun ini dengan fokus program perubahan iklim. Green Sukuk diharapkan dapat memobilisasi dana internasional di pasar obligasi.

• PemerintahIdonesiatelahmelakukantagging pada level output atas dana-dana yang digunakan untuk perubahan iklim. Berdasarkan tagging tersebut, danaperubahaniklimyangdigunakanberdasarkanhasilverifikasipadatahun2016 sebesar 59 trilyun, sementara pada tahun 2017 sebesar 78 trilyun.

• Potensi pendanaan iklim global yang dapat dimanfaatkan adalah Green Climate Fund. NDA GCF untuk Indonesia adalah Kementerian Keuangan.

2. “Pembiayaan MAPI dalam Perencanaan Pembangunan”, Direktorat Sistem dan Pendanaan Pembangunan-Bappenas• Perencanaan pendanaan perubahan iklimmelalui APBN dan APBD sudah

ada. Mengenai masalah pinjaman (pendanaan perubahan iklim melalui PHLN). Yang paling penting untuk kita adalah bagaimana menemukan lokasi yang diprioritaskan.

• Salah satu pendanaan perubahan iklim yang ada saat ini adalah danaperwalian yang dikelola oleh Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF). Dalam hal ini, pemerintah dapat menjadi steering committte namun tidak harus terlibat dalam business to business.

• PendanaanMPIdanAPIdapatdilihatdalamprogramKolaborasi InformasiPerencanaan dan Informasi Kinerja Anggaran (Krisna) yang dilakukan melalui taggingdenganprosesverifikasiolehBappenasdanKementerianKeuangan.

• Pemerintah Indonesia telahmengeluarkanUUNo. 19 tahun2008 tentangSurat Berharga Syariah Negara.

Page 32: Prosiding Festival Iklim 2018

24

3. “Bagaimana Sustainable Finance dapat mendukung pencapaian NDC”, Direktorat Bidang Keuangan Berkelanjutan-Otoritas Jasa Keuangan• Saat inipertumbuhanekonomiduniabelumpulih secarapenuhdari krisis

keuangan di tahun 2007, dan juga terdapat banyak krisis lainnya dari lingkungan, makanan, energi, dan sebagainya. Melalui kesepakatan global (SDGs), perlu adanya pembiayaan yang berkelanjutan untuk mengatasi krisis tersebut.

• OJKmemilikitugasdalammengawasisektorperbankan,pasarmodal,danlembaga keuangan non-bank. Total asset yang diawasi sebesar Rp 10 ribu triliun. Dalam merespon ini, OJK membuat master plan sehingga lembaga-lembaga keuangan tersebut lebih kompetitif.

• Terkaitdenganisulingkungan,OJKmendorongkebijakansustainable finance initiative. OJK telah bekerjasama dengan beberapa kementerian untuk mendorong lembaga keuangan untuk mendorong pengimplementasian rendah karbon, termasuk di dalamnya Green Bond, guidance sektoral untuk green building, sawit, dll.

• BeberapaprodukpentingdariOJKsebagaiberikut:- Mandatory to implement sustainable finance principle- Mandatory to have action plan on SF- Mandatory to deliver sustainability report

• OJKberkontribusidenganlembagaterkait,LSMdomesticdaninternasional,untuk mendorong sustainable banking financing dan financial system untuk mendorong tujuan-tujuan terkait lingkungan, terutama dengan pembangunan untuk mendukung SDGs. Terdapat beberapa tantangan yang muncul adalah belum diperoleh kesepakatan tentang hal-hal yang dianggap “green” dalam project-project yang muncul di kementerian/lembaga.

• OJK telah mengeluarkan Peraturan OJK No 60 tahun akhir 2017 terkaitdengan Green bonds. Hal terpenting yang harus dipersiapkan pemerintah Indonesia dalam mengeluarkan green sukuk adalah verifikasi atas suatuprogram/kegiatanyangdiklasifikasisebagaikegiatanramahlingkungan.

• AgendautamaOJKditahun2018:- Menyiapkan technical guidelines- Mengeluarkan green project catalogue dengan kerjasama dengan K/L- Capacity Building- Mulai mempersiapkan kerangka pengawasan- Dibentuk task force- Industrial leadership pada project green bond

4. “Pendanaan perubahan iklim di tingkat global”, World Bank• World Bank merupakan salah satu multilateral bank terbesar yang

mengroganisasikan pendanaan iklim di beberapa sektor. Sekitar 28% dari total dana yang dikelola ditujukan untuk perubahan iklim.

• Tahun lalu sekitar US$12.8milyar didistribusikan di Indonesia atau sekitar23% dari total dana yang dikelola. WB mengharapkan dapat meningkatkan penyaluran pendanaan iklim sampai 31% dengan salah satu fokus sektor adalah sektor energi geothermal.

Page 33: Prosiding Festival Iklim 2018

25

• Salah satu focus pendanaan iklim yang dikelola WB adalah sektor lahan.Penurunan emisi dari sektor lahan tidak hanya penting bagi Indonesia tetapi penting juga untuk global mengingat Indonesia sebagai salah satu Negara yang memiliki hutan hujan tropis yang cukup luas. Program terkait sektor lahan yang dibiayai oleh WB adalah FCPF di Kalimantan Timur and Bio Carbon Fund di Jambi.

• Pendanaan iklim merupakan salah satu puzzle yang sangat penting di Indonesia dan Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan pendanaan iklim yang ada.

5. “Kontribusi Lembaga Keuangan dalam pendanaan perubahan iklim di Indonesia”, Indonesia Infrastructure Finance• IIF merupakan lembaga keuangan non-bank yang disupervisi oleh OJK

terkait lembaga pembiayaan infrastruktur di Indonesia. IIF dimandatkan untuk memberikan pembiayaan khususnya di sector infrastruktur, seperti air minum, air limbah, kelistrikkan, telekomunikasi, dan gas. Saat ini portfolio berjumlah Rp 10 triliun rupiah, dan sebagian besar berada pada sektor kelistrikkan.

• SebagaisalahsatuinstitusiyangdimilikiolehIFC,IIFmemilikisuatuguidanceyang mengadopsikan prinsip sosial dan lingkungan.

• Jenis-jenis bidang usaha IIF Melakukan proses-proses yang dilakukan di perbankan, seperti pembiayaan

(kredit, loan, dll) dan non-funded (garansi, dan standby facility). Dari sisi advisory, IIF juga melakukan jasa konsultasi kepada sektor publik terkait dengan proyek-proyek yang layak mendapatkan pembiayaan melalui IIF. Peran IIF dari advisory ini adalah bagaimana IIF dapat mengevaluasi proyek-proyek yang ada agar mendapat pembiayaan.

• Potensi Pembiayaan di Sektor Renewable Berdasarkan potensi renewable energy sebesar 11.6 giga, dan hanya 3% dari

angka tersebut yang baru mendapat pembiayaan. Potensi-potensi renewable energy lain selain hydropower adalah solar, angin dan lain-lain. Tantangan yang ada adalah pembiayaan untuk geothermal cukup sulit.

• Terkait denganproduk-produk yangmendorong kegiatanperubahan iklimdapat dilakukan dalam bentuk kredit, pemberian garansi, dan pinjaman. IIF memiliki credit rating yang cukup baik dalam melakukan pembiayaan ke infrastruktur, dengan rating tersebut IIF memiliki kredibilitas dalam memberikan garansi terhadap potensi gagal bayar pada beberapa produk tertentu.

• IIF mempunyai salah satu assessment di kredit dan pembiayaan danmenerapkan prinsip sosial dan lingkungan dalam melakukan evaluasi kedua aspek tersebut pada potensi debitur. Jika terdapat gap dari penerapan yang ada, maka akan dilakukan rekomendasi dari Tim SMI yang terdapat di IIF untuk melakukan corrective action plan agar gap tersebut dapat dimitigasi. Hal ini merupakan salah satu upaya bagaimana IIF dapat mengembangkan suatufinancialplanningyangsesuaidenganstandarinternasional.

Page 34: Prosiding Festival Iklim 2018

26

Pembahasan dan Diskusi1. Pendanaan perubahan iklim yang ada di global yang disalurkan melalui multilateral

entity, seperti World Bank, disalurkan melalui berbagai mekanisme yang telah disepakati antara Pemerintah, Donor dan lembaga penyalur. Dalam hal ini, penyaluran pendanaan tersebut mengikuti peraturan nasional yang ada. Sebagai contoh pendanaan yang disalurkan World Bank memiliki berbagai mekanisme yang berbeda mengikuti target penerima manfaat, seperti smallholders yang memiliki mekanisme yang lebih sederhana dibandingkan dengan penerima manfaat dengan proyek skala besar.

2. Pemerintah harus merubah paradigma dalam peningkatan pendapatan pajak maupun pendapatan negara bukan pajak yang berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam yang dapat mendukung pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan.

3. Perlu disusun pedoman untuk melakukan tagging untuk adaptasi. Selain itu, untuk adaptasi, beberapa pihakmasih menganggap bahwa definisi adaptasi masihfloatingsehinggaperludisusundefinisiadaptasiyangjelasgunamembedakankegiatan adaptasi dengan kegiatan adaptasi BAU yang selama ini dilakukan.

4. Lembaga keuangan yang mengelola pendanaan iklim sebaiknya tidak berbentuk satker yang penyalurannya harus melalui mekanisme APBN murni. Hal tersebut terkadang sulit memenuhi permintaan donor yang menginginkan penyalurannya lebihfleksibledandapatmenjangkautargetyanglebihluas.

5. Salah satu potensi pendanaan iklim di tingkat global yang dapat diakses oleh Indonesia adalah Green Climate Fund. NDA untuk GCF adalah Kementerian Keuangan dan saat ini pemerintah sedang mempersiapkan country program untuk GCF. Berdasarkan country program tersebut, setiap pihak dapat mengajukan pendanaan, baik melalui national entity yang sudah terakreditasi oleh GCF, yaitu PT Sarana Multi Infrastruktur, maupun mengajukan langsung ke GCF melalui NDA GCF dengan melalui proses akredetasi terlebih dahulu.

Page 35: Prosiding Festival Iklim 2018

27

3. FOCUS GROUP DISCUSSION: RAPERMEN LHK PANDUAN KAJIAN KERENTANAN, RISIKO DAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

Hari, Tanggal : Selasa, 16 Januari 2017Pukul : Pukul 13.00 – 16.00 WIBTempat : Ruang Sonokeling Besar Peserta yang hadir : ± 76 orangModerator : Perdinan, Ph.D, MNRENarasumber :

No Nama Instansi Judul/Tema Paparan

1 Ir. Arif Wibowo, MScKepalaSubditIdentifikasidan Analisis Kerentanan, Dit. API, KLHK

Struktur Rancangan Permen Pedoman Kajian Kerentanan, Risiko, dan Dampak Perubahan Iklim

2 Adhi Wiriana Direktur Diseminasi Statistik, BPS

Ketersediaan dan Mekanisme Akses Data Sosial Ekonomi Berbasis Spasial

3. Lien Rosalina Kepala Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik, BIG

Tanggapan atas Rancangan Permen Pedoman Kajian Kerentanan, Risiko, dan Dampak Perubahan Iklim

4. Anna Amalia

Fungsional Perencana Muda, Direktorat Lingkungan Hidup Bappenas

Pembahasan Rapermen KRDPI:

Pada tataran implementasi program dan kegiatan di level Nasional dan Daerah, Proyek Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (APIK) berkolaborasi dengan elemen pemerintah, masyarakat sipil, dan dunia usaha, yang tujuannya untuk memperkuat dan mendorong implementasi aksi adaptasi perubahan iklim dan dampak bencana (terkait cuaca ekstrem dan iklim), dan untuk mengarusutamakan agenda adaptasi perubahan iklim (API) dan pengurangan risiko bencana (PRB) dalam perencanaan, penganggaran, dan kegiatan utama mereka. Mengingat API dan PRB bersifat lintas sektoral, maka sinergisitas lembaga/institusi dan aktor lainnya seperti LSM, Dunia Usaha dan Perguruan Tinggi dan praktisi lainnya menjadi sangat penting dalam mengurai persoalan, tantangan, dan peluang untuk mewujudkan aksi adaptasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana melalui penyiapan perangkat kebijakan dan operasional (teknis), praktek, dan pembelajaran aksi API-PRB bersama masyarakat dan mendorong perhatian dunia usaha melalui perencanaan bisnis yang berkelanjutan.

Page 36: Prosiding Festival Iklim 2018

28

Pada pertengahan tahun 2017 telah disusun Naskah Akademis sebagai dasar pemikiran dan pertimbangan untuk menyusun panduan kajian kerentanan, risiko dan dampak perubahan iklim. Hal yang mendasari dibuatknya panduan kajian ini adalah untuk mendorong upaya dan inisiatif adaptasi perubahan iklim API oleh KLHK dan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) oleh BNPB. Kajian tersebut diperlukan agar dapat disusun upaya integratif API-PRB untuk meminimalisasi potensi dampak perubahan iklim global di Indonesia. Pada tingkat komunitas (tataran aksi), kajian risiko dapat memperkuat upaya kesiapsiagaan dan mitigasi terhadap ancaman bencana khususnya ancaman bencana hidrometeorologis (i.e., bencana terkait iklim), dengan pertimbangan metoda yang disusun dapat mengestimasi adanya potensi kejadian suatu jenis bencana dan menganalisis faktor-faktor pendorong kejadian bencana tersebut.

Dalam tataran teknis terkait kajian risiko, pemerintah Indonesia melalui KLHK telah mengembangkan sistem online yang disebut Sistem Informasi Data Indeks Kerentanan (SIDIK). Saat ini, SIDIK memiliki penekanan dalam kemampuan mengukur tingkat kapasitas, sensitivitas, dan keterpaparan wilayah, http://sidik.menlhk.go.id/. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga telah mengembangkan basis data online untuk penilaian risiko bencana, yaitu: DIBI dan informasi risiko suatu jenis bencana pada suatu wilayah disebut dengan INARISK, http://inarisk.bnpb.go.id/. Memahami kapasitas kedua sistem tersebut dan adanya inisiatif Konvergensi APIPRB, perlu didorong adanya mekanisme analisis standar kajian risiko yang sudah mempertimbangkan atau sudah memasukkan skenario perubahan iklim sebagai acuan bagi pengguna, sehingga hasilnya dapat digunakan secara nasional.

Ruang lingkup kegiatan penyusunan naskah akademik dan draft Permen sudah didiskusikan secara internal oleh Direktorat Adaptasi – Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim – KLHK. Sebagai tindak lanjut dari pertemuan tersebut disepakati untuk pembahasan dengan fokus pada makalah akademis dan diarahkan pada komponen penilaian risiko dan dampak, yang mencakup indikator dan data pendukung, yaitu data formal dan sukarela yang tersedia. Diskusi juga akan diarahkan khususnya pada kesiapan dan ketersiadaan suplai data proyeksi iklim wilayah Indonesia, sehingga dapat dipergunakan untuk menyusun skenario risiko perubahan iklim terhadap berbagai wilayah dan sektor di masa depan (e.g., 2030 dan 2050). Hasil kajian risiko tersebut akan bermanfaat untuk dipergunakan sebagai dasar dalam merumuskan kebijakan, penyusunan rencana penanggulangan bencana, dan rencana pembangunan saat ini, jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Strategi tersebut, dalam konteks ini dimaksudkan sebagai langkah adaptasi perubahan iklim dan penguragan risiko bencana, sebagai masukan penting dalam pengembangan kebijakan dan perencanaan pembangunan adaptif terhadap perubahan iklim sebagaimana dijelaskan pada Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN API) yang diluncurkan oleh Bappenas tahun 2014.

Kesepakatan mengenai tingkat analisis (Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, atau berbasis landscape/bentang alam/ekosistem/DAS) dan ketersediaan data dan informasi pendukung yang diperlukan untuk penilaian risiko dan dampak, termasuk untuk mendukung sistem analisis yang sudah tersedia saat ini, yaitu: SIDIK. Penentuan indikator untuk perbedaan keperluan analisis dan kesepakatan terkait

Page 37: Prosiding Festival Iklim 2018

29

kompatibiltas data tersedia dan dengan pertimbangan penyusunan dokumen dirancang dengan melibatkan para pemangku kepentingan, diskusi terfokus pada indikator, data, dan informasi (misal: iklim, bio-fisik, sosial-ekonomi pendukungkajian kerentanan pada berbagai resolusi dan/atau skala administrasi) dan model-model yang dipergunakan dalam analisis risiko dan/atau dampak perubahan iklim pada sektor Pertanian, Sumberdaya Air/DAS, Kelautan dan Perikanan, Kehutanan, Kesehatan, dan Perkotaan. Pembahasan juga meliputi kebijakan-kebijakan berkaitan dengan penentuan indikator dan data/informasi yang dipergunakan dikaitkan dengan Internasional komitmen, misalnya: SDGs, NDC, dan Sendai Framework, serta kesepakatan terkait penggunaan data bersumber bukan dari penyedia data resmi di Indonesia.

Draft Peraturan Menteri mengenai penentuan kriteria untuk pelaksanaan Kajian Risiko dan Dampak Perubahan Iklim (KRDPI) ini mengatur mengenai berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan KRDPI sehingga dapat dipergunakan untuk penyusunan rekomendasi tindak lanjut intervensi yang akan dilakukan sesuai tujuan dan ruang lingkup yang telah ditetapkan.

Diskusi bertujuan untuk mendiskusikan draft awal Peraturan Menteri mengenai Kajian Risiko dan Dampak Perubahan Iklim (Permen KRDPI) dengan melibatkan multi-pihak yang terkait. Adapun hasil diskusi yang diharapkan adalah arahan terkait kesepakatan dan masukan yang diperlukan untuk perumusan atau revisi Draft Awal Permen KRDPI. Hasil langsung yang diharapkan adalah:• KesepakatanmengenaiperansertaK/LterkaitdenganimplementasiRapermen

KRDPI• ArahanterkaitmekanismeimplementasiRapermenKRDPItingkatnasionaldan

sub-nasionalKesepakatan mengenai posisi dan pemanfaatan hasil kajian sesuai Rapermen KRDPI dalam proses penyusunan KLHS dan perencanaan pembangunan di tingkat nasional dan sub-nasional.

Acara diawali dengan pemaparan Materi pokok yaitu terkait struktur rancangan Permen LHK tentang Pedoman Kajian Kerentanan, Risiko dan Dampak Perubahan Iklim dilanjutkan oleh tanggapan dari beberapa narasumber yang memberikan tanggapan terkait peran, mekanisme komunikasi data dalam rangka pemanfaatan rancangan permen ini setelah nanti ditetapkan

Page 38: Prosiding Festival Iklim 2018

30

Ringkasan Paparan Narasumber 1. “Struktur Rancangan Permen Pedoman Kajian Kerentanan, Risiko, dan Dampak

Perubahan Iklim”, Direktorat Adaptasi Perubahan Iklim, KLHK• Latar belakang disusunnya rancangan Peraturan Menteri LHK tentang

Pedoman Kajian Kerentanan, Risiko, dan Dampak Perubahan Iklim antara lain: Undang-Undang nomor 32 tahun 2009, PP nomor 46 tahun 2016, dan Peraturan Menteri LHK nomor 33 tahun 2016.

• StrukturRancanganPermenLHKdimaksudterdiridari4Babyaitu:- Bab I Ketentuan Umum berisi pengertian dan tujuan rancangan permen- Bab II merupakan inti dari Rancangan Permen, yaitu berisi ketentuan

terkait lingkup, metodologi, indikator, sumber data yang digunakan dalam penyusunan kajian kerentanan, risiko, dan dampak perubahan iklim

- BabIIImemuatketentuanmengenaiverifikasiterhadaphasilkajian- Bab IV ketentuan penutup

• Narasumbermenjelaskan tentang instrumenberupa sistem informasi yangmampu mengukur indeks kerentanan secara nasional menggunakan data PODES dari BPS. Saat ini telah diidentifikasi 29 indikator kunci (nasional)dan perlu mendapat masukan dari semua K/L. Di samping itu, diperlukan koordinasi dan komunikasi data untuk mendukung operasionalisasi SIDIK.

2. “Ketersediaan dan Mekanisme Akses Data Sosial Ekonomi Berbasis Spasial”, Direktorat Diseminasi Statistik-BPS • Narasumber menjelaskan berbagai jenis data yang disediakan oleh

BPS. Secara umum digambarkan bahwa perubahan iklim dapat disajikan menggunakan data spasial yang didukung penyediaannya oleh BMKG, BIG, LAPAN, BPS, BPPT.

• SaatiniBPSjugamenyediakandatasosialekonomiberbasisspasial,misalnyajumlah korban meninggal yang diakibatkan bencana, jumlah desa tepi laut berdasarkan provinsi, penduduk yang menggunakan telepon seluler berdasarkan provinsi, dsb.

• Beberapa produk BPS yang dapat digunakan untuk mendukung dataperubahan iklim antara lain adalah Potensi Desa, dan Survei Penduduk antar Sensus (SURPAS). Dalam SURPAS bahkan sudah ada beberapa pertanyaan terkait perubahan iklim, antara lain:

- Apakah selama lima tahun terakhir merasakan suhu udara yang lebih panas?

- Apakah melakukan upaya mengurangi akibat dari suhu udara yang lebih panas?

- Apakah selama 5 tahun terakhir merasakan musim hujan yang tidak menentu?

- Apakah selama 5 tahun terakhir merasakan kelangkaan air bersih?- Apakah pernah mendengar tentang perubahan iklim?- Apakah tahu mengenai perubahan iklim?

Page 39: Prosiding Festival Iklim 2018

31

• Hampir semuadatadiBPSdapatdiakses secara luasmelauiwebsiteBPS.Secara periodik, BPS melakukan penilaian konten website untuk menjamin data yang ditayangkan telah terupdate. BPS juga memiliki program pelayanan statistik terpadu.

3. “Tanggapan atas Rancangan Permen Pedoman Kajian Kerentanan, Risiko, dan Dampak Perubahan Iklim”, Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik-BIG• Narasumber secara langsung memberi komentar dan masukan atas

rancangan peraturan menteri. Secara garis besar, bebeapa komentar, saran, atau pertanyaan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

- Perlu kejelasan mengenai posisi kajian dampak dalam konsep risiko perubahan iklim yang telah dirumuskan dalam fungsi R = H x V

- Saran penyesuaian untuk beberapa istilah: skala spasial menjadi skala peta,gridmenjadiresolusipiksel.Indikatorbiofisikdantutupanlahansaling tumpang tindih karena tutupan lahan termasuk dalam indikator biofisiksehinggasebaiknyadigunakansalahsatusaja

- Skala peta untuk kajian tingkat makro dapat menyesuaikan dengan Peraturan Kepala BNPB untuk kajian risiko bencana. Skala nasional 1: 250.000. Dengan demikian diharapkan dapat terintegrasi

- Sumber data adalah wali data sesuai dengan Rancangan Perpres Satu data Indonesia.

4. “Pembahasan Rapermen KRDPI: Pemanfaatan Data dan Informasi Kaji Ulang RAN API”, Direktorat Lingkungan Hidup-Bappenas• Narasumber memaparkanmengenai latar belakang dan proses kaji ulang

dokumen RAN-API. Kaji ulang RAN-API memerlukan data dan informasi serta proses kajian yang memadai agar dokumen yang dihasilkan mempunyai basis ilmiah yang memadai.

• Saatiniproseskajiulangtelahmenyelesaikankajian/bagianbasisilmiahyaitubagian bahaya iklim yang dibagi berdasarkan 4 sektor yaitu: air, kesehatan, pesisir dan laut, dan pertanian. Pengelolaan data input kajian dari hasil modelling dan data observasi BMKG.

• Narasumbermenekankanpentingnya legitimasidatasesuaiwalidatayangdimandatkan dalam rancangan perpres satu data. Oleh karena itu, SIDIK sangat penting perannya sehingga diharapkan data kerentanan nasional mengacu pada data dari KLHK

• SaatinisedangdisusunIndeksresiliensisebagaiindikatormonevdanakandiadposi dalam RPJMN 2020-2024.

• Ketersediaan data berperan krusial dalam penyusunan strategi adaptasispesifiksektormaupundaerah

Page 40: Prosiding Festival Iklim 2018

32

Pembahasan dan Diskusi• Masihbanyakyangbelummempunyaipemahamanyangsamaantaraterminologi

yang digunakan dalam adaptasi perubahan iklim dengan terminologi yang digunakan dalam kebencanaan. Kerangka kerja dari kedua pemahaman tersebut secara global telah ada (UNSDR dan UNFCCC). Pemahaman dan artikulasi penerjemahan konsep keduanya dalam praktek kajian yang perlu dipertajam.

• Arah dari rancangan permen ini diharapkan dapat menjadi pegangan daripemerintah (K/L) maupun daerah dalam menyusun dokumen kajian. Namun dengan statusnya sebagai Peraturan Menteri dirasa belum mencukupi bila ingin diadopsi oleh semua K/L. Bila perlu, dapat didorong menjadi Perpres. Dalam kaitannya dengan Permen LHK nomor P.33, rancangan Permen ini bersifat melengkapi yang belum diatur dalam P.33

• Secara umum, rancangan peraturan ini tidak mengunci kebebasan dalammembuat kajian, hanya memberikan syarat minimal yang harus diikuti agar kajian berkualitas. Misalnya untuk metodologi, yang dikunci adalah kemampuan dari metodologi yang digunakan.

• Terkaitdenganisugender,secaraumumisuinisudahterwadahidalamrancanganpedoman ini dimana indikator gender, kelompok rentan, wilayah khusus seperti kepulauan dan pesisir, dll termasuk kedudukan data lapangan yang tersedia di tingkat tapak hingga desa/kelurahan yang dapat menjadi sarana dalam proses verifikasilapanganhasilkajian.

• Permen inimembukaruangantarKLdalamberbagidatamelaluisistemyangterintegrasi dalam kerangka sistem satu data dan satu peta (one map system) sehingga dapat mendukung RAN-API yang sedang dalam proses reviu.

• Keberadaan sistem SIDIK diharapkanmenjadiOne-system Product Indonesia sehingga dimanfaatkan oleh semua pihak sebagai entry point kajian kerentanan dan risiko yang lebih dalam/detail.

Wrap Up• Secara umum rancangan Permen ini mendapat apresiasi dari peserta karena

sangat penting dalam memandu berbagai pihak dalam melakukan kajian secara terstruktur sehingga tepat dalam memberikan arahan rekomendasi adaptasi yang tepat.

Page 41: Prosiding Festival Iklim 2018

33

• Sosialisasi perlu terus dilakukan karena banyak aspek mendasar yang perludilakukan penyamaan pemahaman terutama terkait definisi dan terminologiatau istilah baku yang diatur dalam permen dengan persepsi yang terjadi dimasyarakat.

• Masukanterkaitsubstansisecaraumumsudahmendapatpenjelasan.

4. TALK SHOW “PERSPEKTIF DAERAH TENTANG IMPLEMENTASI NDC: PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI”

Hari, Tanggal : Selasa, 16 Januari 2018 Waktu : Pukul 13.20 – 15.40 WIB Tempat : Ruang Rimbawan IPeserta yang hadir : ± 80 orangModerator : Muhammad Farid, ShutPembahas : 1. Ir. Emma Rachmawati, MSc (Direktur Mitigasi

Perubahan Iklim, KLHK) 2. Irfan (Bappenas), 3. Ir. Sugeng Mujiyanto, MSc, M.Env.Eng.Sc (Direktur

Konservasi Energi, Ditjen Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi, ESDM),

4. Drs. Nyoto Suwignyo, MM (Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintah Daerah I).

Narasumber :

No Nama Instansi Judul/Tema Paparan

1 Ir. Langen Budi HarjoKabid Perekonomian SDA dan Kerjasama Bappeda Kalteng

Perspektif Prov Kalteng. Implementasi NDC: Perencanaan dan Implementasi.

2 Prof. Dr. Ir. H. Daddy Ruhiyat

Ketua Harian Dewan Daerah Perubahan Iklim, Kaltim

Aksi Pemerintah Provinsi Kaltim dalam pencapaian terget NDC Indonesia

Presiden Joko Widodo pada Konferensi Para Pihak UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) yang ke-21 di Paris tahun 2015 lalu menyatakan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca 29% di bawah business as usual pada tahun 2030 dan sampai dengan 41% dengan bantuan internasional. Sebagai tindak lanjut komitmen ini, Indonesia meratifikasi Paris Agreement ke dalam Undang-Undang No. 16/2016.

Sebagai bagian tidak terpisahkan dari ratifikasi Paris Agreement, Nationally Determined Contributions (NDC) disusun dan disampaikan ke Sekretariat UNFCCC. NDC mengatur dan memproyeksikan potensi penurunan emisi GRK yang akan dilakukan Indonesia paska 2020. Dalam NDC dijelaskan tentang lima kategori sektor

Page 42: Prosiding Festival Iklim 2018

34

dan proporsi kontribusinya dalam upaya penurunan emisi GRK 29% dari BAU 2030, yakni: Kehutanan (17.2%), Energi (11%), Pertanian (0.32%), Industri (0.1%), dan Limbah (0.38%). Sedangkan untuk adaptasi, meliputi ketahanan ekonomi, ketahanan sosial dan sumber penghidupan, serta ketahanan ekosistem dan lansekap. NDC juga sejalan dengan komitmen nasional atas Sustainable Development Goals (SDGs), dimana pengurangan emisi menjadi bagian dari climate action.

Pencapaian target NDC memerlukan komitmen para pihak, termasuk Non Parties Stakeholders seperti Pemerintah Provinsi dan Kabupaten. Untuk itu, telah disusun sembilan program, mulai dari persiapan sampai dengan tahap akhir, mencakup: 1. Pengembangan ownership dan komitmen2. Pengembangan kapasitas3. Enabling environment4. Penyusunan kerangka kerja dan jaringan komunikasi5. Kebijakan Satu Data GRK6. Penyusunan kebijakan, rencana, dan program (KRP) intervensi7. Penyusunan pedoman implementasi NDC8. Implementasi NDC9. Pemantauan dan review NDC

Lebih jauh, untuk setiap program, telah disiapkan kegiatan yang semestinya dilakukan, para pihak yang terlibat dalam pelaksanaannya, dan kerangka waktu pelaksanaan. Pemerintah Daerah terlibat di lima program, yaitu: pengembangan ownership dan komitmen, pengembangan kapasitas, penyusunan kerangka kerja dan jaringan komunikasi, penyusunan kebijakan, rencana, dan program (KRP) intervensi, dan implementasi NDC.

Pertanyaannya kemudian, pertama, sejauh mana kesiapan Pemerintah Daerah untuk bisa mendukung program-program di atas? Pertanyaan kedua, Instrumen apa yang bisa digunakan Pemerintah Daerah untuk menjalankan dan melestarikan upaya pencapaian target NDC?

Tujuan dari Talk Show adalah:1. Mengkomunikasikan NDC sebagai bagian yang tidak terpisahkan atau kelanjutan

dari komitmen nasional serupa, misalnya SDGs dan Rencana Aksi Nasional/Daerah untuk Pengurangan Emisi (RAN/RAD-GRK).

2. Mengidentifikasiinstrumen-instrumenyangsecarapraktisdapatdigunakanolehPemerintah Daerah untuk menjalankan, memantau dan mengevaluasi hasil NDC.

3. Mengidentifikasi tantangan yang dimiliki Pemerintah Daerah untuk bisamengarusutamakan NDC.

Page 43: Prosiding Festival Iklim 2018

35

Moderator membuka acara dengan memberikan catatan mengenai Nationally Determined Contribution (NDC). NDC memuat tentang lima kategori sektor dan proporsi kontribusinya dalam upaya penurunan emisi GRK 29% dari BAU 2030, yakni: Kehutanan (17.2%), Energi (11%), Pertanian (0.32%), Industri (0.1%), dan Limbah (0.38%). Sedangkan untuk adaptasi, meliputi ketahanan ekonomi, ketahanan sosial dan sumber penghidupan, serta ketahanan ekosistem dan lansekap. NDC juga sejalan dengan komitmen nasional atas Sustainable Development Goals (SDGs), dimana pengurangan emisi menjadi bagian dari climate action. Pencapaian target NDC memerlukan komitmen para pihak, termasuk Non Parties Stakeholders seperti Pemerintah Provinsi dan Kabupaten.

Ringkasan Paparan Narasumber 1. “Perspektif Provinsi Provinsi Kalimantan Tengah tentang Implementasi NDC”,

Bappeda-Prov. Kalimantan Tengah• Propinsi Kalimantan Tengah memiliki luas sekitar 153 juta km2, dengan

kawasan hutan sekitar 15 juta ha yang terdiri dari hutan produksi, hutan lindung dan hutan konservasi. Populasi sekitar 2.5 juta penduduk dan tingkat pertambahan penduduk 2.3% yang tersebar di 13 kabupaten dan 1 kota. Pertumbuhan ekonomi tercatat 5.6%.

• MandatNDCdanGreen Growth Roadmap telah tercakup dalam perencanaan pembangunan nasional dan RPJMD Kalteng (2016-2021).

• Berdasarkan RPJMD 2016-2021, propinsi Kalteng memiliki 8 misi yakni :1) Pemantapan tata ruang wilayah provinsi; 2) pengelolaan infrastruktur; 3) pengelolaan sumberdaya air, pesisir, dan pantai; 4) pengendalian inflasi,pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan kemiskinan; 5) pemantapan tata kelola pemerintah daerah; 6) peningkatan pendidikan, kesehatan, pariwisata; 7) Pengelolaan LH dan SDA; 8) Pengelolaan Pendapatan Daerah dimana butir 7 terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup dan sumberdaya alam.

Page 44: Prosiding Festival Iklim 2018

36

• IsustrategisdalamRPJMDKaltengantaralainyaitu:Sustainable Development Goals/SDGs, Pertumbuhan Ekonomi Hijau (Green Economy), ancaman krisis ekonomi global, sumber energi baru dan terbarukan (EBT), antisipasi menipisnya cadangan mineral dunia, perubahan iklim global ( ), dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

• Hingga saat ini NDC tidak banyak dipahami oleh stakeholder di daerah sehingga perlu komunikasi, sosialisasi dan kampanye penyadartahuan lebih lanjut dari instansi kunci (KLHK & mitra);

• Keberadaansektorkehutananyangmengembanmandat17.2%penurunanemisi GRK berdasarkan regulasi, namun secara faktual justru diemban oleh provinsi (UU 23/2014).

• RPJMDProvinsiKalimantanTengahberlaku2016-2021,sehinggakonsekwensiuntuk 2021 mengemban mandat penurunan emisi GRK sebesar 29% dari BAU dan terkait dengan pelaksanaan Pilkada serentak, otomatis Pemkab/kota mengemban mandat dimaksud;

• Kalteng sudahmelakukan langkah RZWP3K (sektor kelautan) dan RUED-P(sektor energi), dan ini mandat ke seluruh Provinsi sehingga faktor Emisi & EBT diprioritaskan;

• Persyaratan KLHS dalam setiap proses penyusunan RPJMD (provinsi,kabupaten & kota) di Kalimantan Tengah;

• KendalayangdialamiKalimantanTengahadalahadanyabeberapametodeperhitungan karbon (carbon accounting) dengan dasar yang berbeda;

• Mandatpenyusunan/implementaiRADGRKtidaksampaikelevelKabupaten/Kota.

• MetodepenghitunganemisiGRKdan keberadaangambutdiKalteng (isukebakaran hutan/lahan gambut, restorasi dan rehabilitasi gambut);

2. “Aksi Pemerintah Provinsi Kaltim dalam pencapaian terget NDC Indonesia”, Dewan Daerah Perubahan Iklim-Provinsi Kalimantan Timur• DewanDaerahPerubahanIklimmemilikimandatuntukmengkoordinasikan

semua kegiatan terkait Perubahan Iklim di Kalimantan Timur. Selain itu juga untuk memastikan kab/kota mengadopsi pembangunan rendah karbon. DDPI Kaltim diketuai oleh Gubernur dengan anggota OPD yang terkait perubahan iklim dan pakar universitas.

• PropinsiKaltimmemilikiluas12.7jutaha,dengan8.5jutahaberupahutan.Sejak tahun 1970, pembangunan bertumpu pada sektor ekstraktif sumber daya alam (kayu) dilanjutkan dengan migas dan batubara. Pada tahun 2016 dengan angka pertumbuhan -1.21% dilakukan transformasi ekonomi yang difokuskan pada green economy hingga 2030.

• Strategi pembangunan hijau Kaltim sejak 2010 dengan pencananganDeklarasi Kaltim Green, Strtegi Pembangunan Rendah Karbon, Strategi dan Rencana Aksi Provinsi REDD+, RAD Penurunan Emisi GRK, Master Plan Perubahan Iklim Kaltim, Master Plan Pembangunan Ekonomi Hijau Kaltim dan Deklarasi Green Growth Compact.

• Misi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim Kalimantan Timur yaitu: (1)mengarusutamakan perubahan iklim dalam perencanaan pembangunan di provinsi dan kabupaten/kota; (2) meningkatkan kapasitas kelembagaan

Page 45: Prosiding Festival Iklim 2018

37

pemerintah, swasta dan masyarakat dalam beradaptasi dan memitigasi perubahan iklim; (3) mendorong implementasi program dan kegiatan pembangunan yang rendah emisi; (4) memastikan

• Aksimitigasiperubahaniklim:sektorlahan,limbahdanenergi.• Aksi adapatsi perubahan iklim: sumber daya air, kesehatan, pertanian,

infrastruktur, perikanan/pesisir dan pengelolaan bencana.• Aksimitigasiprogramprioritassektorkehutananberupaperhutanansosial,

dan penguatan KPH, percepatan perhutanan sosial, pembentukan desk resolusi konflik kehutanan, pengelolaan usaha kehutanan berkelanjutan(PHPL, SLVK), perlindungan dan pencegahan karhutla.

• Dalam hal pengembangan perkebunan targetnya yaitu terbangunnyakesepakatan antara pemerintah, provinsi dan kabupaten/kota.

• Tantanganyangdihadapiadalahpengarusutamaanperubahan iklimdalamprogram dan kegiatan di kab kota.

Pembahasan dan DiskusiPada sesi pembahasan, moderator memberikan kesempatan kepada masing-masing penanggap untuk memberikan ulasan terkait dengan dua paparan dari nara sumber.

Direktur Mitigasi Perubahan Iklim• ApresiasidiberikankepadaProvinsiKalimantanTengahdanKalimantanTimur

yang telah memberikan paparan yang sangat menarik dan komprehensif. Kedua provinsi tersebut cukup aktif dalam mengintegrasikan isu perubahan iklim ke dalam proses pembangunan di daerah. Terkait dengan NDC, perlu dipahami bersama bahwa NDC merupakan komitmen Indonesia yang bersifat wajib di dunia internasional untuk dilaksanakan dan akan diminta pertanggungjawabannya oleh berbagai pihak termasuk masyarakat Indonesia sendiri pada tahun 2030.

• Penurunan emisi sebesar 29% adalah tanggung jawab di tingkat nasional.Untuk sektor kehutanan 17.2% dan sektor energi 11% dengan ESDM sebagai penanggungjawab. Penurunan emisi merupakan tanggungjawab Pemerintah (Parties) dan Non-Parties, dengan KLHK sebagai NFP. Ada 4 faktor dalam sektor prioritas kehutanan terkait penyumbang penurunan emisi: penurunan deforestasi,

Page 46: Prosiding Festival Iklim 2018

38

degrasi, rehabilitasi dan konservasi gambut. Dirjen PHPL sedang menata langkah mitigasi perusahaan yang juga dapat diklaim sebagai bagian 17.2%.

• Terkait REDD+, terdapat FREL nasional yang telah dibangun dan tercatat diSecretariat UNFCCC. Penurunan emisi akan dibandingkan dengan FREL sub-nasional, yang menjadi bagian utuh kehutanan.

• TerdapatsatutantangandariProvinsiKaltengyaituNDCtidakmudahdipahamidi provinsi Kalteng dikarenakan belum adanya sosialisasi NDC di Kalteng. Namun demikian, kegiatan sosialisasi telah dilakukan di beberapa provinsi lainnya. Di dalam mengimplementasikan NDC, maka banyak K/L yang akan terlibat di dalamnya, begitu juga pemerintah daerah di dalam menyiapkan dokumen di daerah.

• Di dalam pelaksanaan NDC, maka proses verifikasi akan menjadi tantangantersendiri. Untuk itu pada tingkat nasional telah dilakukan perhitungan untuk masing-masing sektor.

• Di daerah, penyusunan dokumen RADmerupakan suatu modal yang sangatpenting dan bermanfaat bagi implementasi NDC di daerah.

Staf Direktorat LH Bappenas• Di dalam pengimplementasian NDC, terdapat banyak tantangan di provinsi

karena kondisi dan permasalahan yang beragam di tiap daerah.• Padakenyataannya,prosesPilkada sangatmempengaruhi kebijakandidalam

pengimplementasian NDC seperti review RAD.• Bahan review RAD tersebut digunakan sebagaimasukan dalam perencanaan

sehingga kegiatan-kegiatan yang mendukung pelaksanaan NDC dapat dimasukkan ke dalam dokumen RPJMD.

• Didalamprerencanaan, saat inidipusat sedangdilakukanprosesperubahanRAN-GRK menjadi Pembangunan Rendah Karbon, dimana saat ini juga sedang dibahas dengan seluruh K/L.

Direktur Konservasi Energi, Ditjen EBTKE-ESDM• Rencana Umum Energi Daerah (RUED) disusun dengan mempertimbangkan

target penurunan emisi sebesar 41% artinya telah mengimplementasikan faktor perubahan iklim. Perlu diketahui bersama bahwa transportasi dan industri merupakan sekttor yang menyumbang emisi terbesar di dalam sektor energi.

• Secara ekonomis, harga produk dari renewable energi sangat kompetitif dipasaran. Saat ini energi terbarukan bukan lagi menjadi suatu hal politis namun telah menjadi suatu bisnis yang berpotensi untuk digarap. Sebagai contoh, pembangkit listrik tenaga kincir angin Bayu Sidrap di Sulawesi Selatan sudah dalam skala ekonomis. Demikian juga untuk lampu hemat energi LED rumah tangga juga telah turun harganya.

• Terkaitdenganefisiensienergi,makaefisiensienergidiJawasudahmencukupi,namun perlu diperhatikan bagaimana di luar Jawa.

• Saat ini peraturan terkait dengan perubahan iklim sudah bagus dan cukupbanyak, untuk itu Kementerian ESDM berupaya mengurangi peraturan dengan mengoptimalkan peraturan yang ada untuk dapat dilaksanakan.

Page 47: Prosiding Festival Iklim 2018

39

Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintah Daerah I• Dengan adanya dinamika politik, maka terjadi perubahan mendasar terkait

kelembagaan yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan NDC. Satu hal yang sudah jelas bahwa pekerjaan terkait perubahan iklim menjadi wewenang KLHK sesuai dengan Perpres. Sehingga dari aspek kelembagaan saat ini telah mengalami perbedaan manajemen.

• Dokumen RAD dilihat dari aspek pemerintahahan, maka di dalam dokumentersebut berisi berbagai kegiatan dalam menjalankan peraturan presiden. Presiden menugaskan Gubernur sebagai wakil pemerintah untuk menyusun RAD.

• Terkait dengan KLHS, telah terbit Perpres No 59/2017 tentang tujuanpembangunan berkelanjutan yang sudah mencantumkan tujuan, target, sasaran dari 17 agenda termasuk perubahan iklim. KLHS membantu Pemerintah Propinsi dalam pengajuan usulan RAD yg akan ditetapkan propinsi.

• Tantangan saat ini bagi daerah adalah bagaimana memasukkan RAD dalamdokumen perencanaan. Hal ini penting karena di dalam RAD mengandung muatan secara umum baik dari pemda dan swasta sedangkan RPJMD lebih berisi target dari APBD.

• Propinsi Kalteng sudahdapatmenyelesai RTRWdimana18%daerahKaltengmerupakan non-hutan.

• Pilkada Kateng di 10 kab kota pada tahun 2018, terkait dengan KLHS wajibdigunakan dalam penyusunan RPJMD dengan mengacu pada PP 46/2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis, khususnya pasal 2(a) yang berbunyi “KLHS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaksanakan ke dalam penyusunan atau evaluasi: (a) rencana tata ruang wilayah beserta rencana rincinya, RPJP nasional, RPJP daerah, RPJ nasional, dan RPJM daerah; dan 2(b) Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko Lingkungan Hidup”.

• TelahterdapatforumkoordinasiperencanaanpembangunanKalimantan.Perludiketahui bahwa Kalimantan sangat dominan di sektor lahan. Perhitungan emisi dilakukan dengan mencoba mengkoordinasikan fungsi Bappeda sebagai sekretariat yang menangani GRK, melibatkan Perguruan Tinggi dan tim kerja, pendamping GGGI, dan proyek Lestari yang sangat berkompetem terkait perubahan iklim untuk menjadi satu team work dan difungsikan sesuai keahliannyamasing-masing.DiKalteng, telahdiidentifikasipemilikdari setiaplahansehinggalahangambutyangterbakarjikatelahteridentifikasipemiliknya,maka pemilik diminta untuk bertanggungjawab.

• Bappeda Maluku menyampaikan apresiasi atas dukungan KLHK dalampenyusunan roadmap NDC di Provinsi Maluku. Apresiasi juga diberikan atas implementasi berbagai aksi dalam pengurangan emisi di Provinsi Kalteng dan Kaltim, yang memiliki perbedaan dalam implementasi. Pertanyaannya adalah “bagaimana best practices yang mengarah kepada green economy”. Bappenas telah meluncurkan dokumen pembangunan rendah karbon, dan dari sisi perencanaan diharapkan terdapat dokumen induk sehingga lebih mudah di dalam implementasi kebijakan nasional.

• DLHProvinsiSumateraSelatanmenyarankanperlunyakesepahamandokumen-dokumen terkait perubahan iklim dan implementasinya serta sosialisasi ke

Page 48: Prosiding Festival Iklim 2018

40

propinsi/kab/kota.• GGGItelahmelakukanpendampinganKLHKterutamakePemdauntuksosialisasi

KLHS yang juga merupakan dokumen untuk monitoring dan evaluasi. • WRI menanggapi bahwa aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sulit

implementasinya karena kebutuhan pendanaan. Beberapa propinsi juga berbeda dalam merespon perubahan iklim sebagai contoh Kalteng sangat aktif sedangkan prop lain belum aktif. Diharapkan apa yang sudah dilakukan oleh prop yang aktif dapat dicontoh oleh propinsi lain. Beberapa regulasi yang tidak sesuai dengan pembangunan berkelanjutan perlu dicarikan solusinya.

• Di Kaltim terdapat alih fungsi deltaMahakamdari 60%menjadi tambak ikanudang, secara tradisional.

• IsuNDCdi ESDM cukupmaju denganmigas, pertambangan, pembangkitanenergi terbarukan dan fosil yang cukup rinci. Untuk sektor lain belum selesai. Demikian juga di KLHK. Untuk daerah belum selesai berapa angka pastinnya. Menteri KLHK baru menerbitkan tim pemantau NDC.

• ESDM telah mengembangkan PLTSHE. Inventory telah menggunakan Tier2,dengan indeks masing-masing. Sebagai contoh untuk bahan bakar RON88 sudah ada angka untuk emisi per liter. Listrik untuk mitigasi juga sudah pada tahap Tier3, sebagai contoh untuk Jawa Bali sudah ada angka konsumsi bahan bakar yang selanjutnya dikalikan dengan indeks emisi. Pusdatin ESDM memiliki data emisi per bagian.

• Kemendagrimenyampaikanbahwaindikatorpembangunanakanmemanfaatkantujuan pembangunan berkelanjutan No 13 yang tidak terpisahkan dari RPJMD dengan 413 indikator dimana 319 indikator adalah tujuan pembangunan berkelanjutan. Permendagri No. 86/2017 tentang Tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah memberikan ruang untuk menambah indikator jika diperlukan daerah.

• Monev KLHS juga akan dilakukan pendampingan oleh Kemendagri karenamerupakan alat pemantauan seperti yang telah dilakukan di Sukabumi, Cimahi, Tasikmalaya.

• IGGImenyampaikanapresiasikepadaKLHKyangtelahmemberikankesempatankepada GGGI selaku co-host dengan peserta lebih dari 80 orang dari target 50 peserta. GGGI juga melakukan pendampingan di Kalteng dan Kaltim. Pertemuan hari ini merupakan momentum pertemuan untuk dapat lebih bekerjasama.

Wrap Up• Sosialisasi NDC baru dilakukan di Kalimantan Tengah dan beberapa propinsi

lainnya. Peserta menyarankan agar sosialisasi dapat dilakukan di propinsi lainnya yang diharapkan dihadiri oleh stake holders terkait.

• Perlu pendampingan untuk Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota dalamstreamline NDC dalam rencana pembangunan (RPJMD).

• Workshop Perspektif Daerah Tentang Implementasi NDC: Perencanaan danImplementasi, diperkirakan akan dihadiri oleh sekitar 50 peserta namun peserta yang hadir tercatat sekitar 80 orang.

Page 49: Prosiding Festival Iklim 2018

41

5. ELABORASI NDC ADAPTASI

Hari, Tanggal : Selasa, 17 Januari 2018 Waktu : Pukul 09.00 – 16.00 WIB Tempat : Sonokeling BesarPeserta yang hadir : 111 orang Moderator : 1. Sesi pertama : Dr. Imam B. Prasojo 2. Sesi Kedua : Dr. Efransyah 3. Sesi Ketiga : Dr. Syaiful AnwarNarasumber :

No Nama Instansi Judul/Tema Paparan

SESI PERTAMA

1. Dra. Sri Tantri Arundhati, MSc

Direktur Adaptasi Perubahan Iklim, KLHK

Kebijakan Nasional Adaptasi Perubahan Iklim dalam Mendukung NDC Adaptasi

2. Laksmi Wijayanti Direktur PDLKWS, KLHKPengarusutamaan Adaptasi dalam RPPLH dan KLHS

3. Eka Wardana

Kasubdit pada Kepala Pusat Pembiayaan Multilateral dan PI, Badan Kebijakan Fiskal

Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dalam proses budget Tagging Adaptasi Perubahan Iklim

4. Yudi Prakoso

Kasi pada Direktorat Sinkronisasi Urusan Pemerintah Daerah I, Kementerian Dalam Negeri

Pengarusutamaan Adaptasi Perubahan Iklim ke dalam KRP Pemerintah Daerah dalam mendukung NDC Adaptasi

SESI KEDUA

1. Dr. Prayudi Syamsuri, M.Si.

Kepala Bagian Kebijakan dan Program, Biro Perencanaan, Kem. Pertanian.

Kebijakan dan Strategi Penanganan Dampak PI sektor Pertanian dalam Implikasi NDC Adaptasi

2. Ir. Agus Cahyono Adi, M.T.

Kepala Biro Perencanaan, Kem ESDM

Kebijakan Sektor ESDM dalam Implementasi Program NDC Adaptasi

3. Dr. Perdinan GRFM-IPB Pemanfaatan Data Iklim dalam NDC Adaptasi

Page 50: Prosiding Festival Iklim 2018

42

SESI KETIGA

1 Johan Safari Biro Perencanaan Kementerian Kesehatan

Kebijakan dan Rencana Program Kem Kesehatan dalam mencapai Tujuan NDC Adaptasi

2 Agus Sutanto Dir. Penataan Kawasan, Kementerian ATR/BPN

Peran Kem ATR/BPN dalam API untuk Mencapai Tujuan NDC

3 Isac Tarigan Fungsional Perencana, Biro Perencanaan KKP

Kebijakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan dalam Implementasi NDC

4 Syaiful Ramadhan Biro Perencanaan KLHK Elaborasi NDC Adaptasi PI KLHK

Sebagai tindak lanjut kesepakatan Paris (Paris Agreement) dalam UNFCCC COP21, Indonesia telah berkomitmen berkontribusi bersama-sama dengan masyarakat global dalam memerangi perubahan iklim melalui Nationally Determined Contribution (NDC) yang disampaikan oleh Pemerintah Indonesia pada akhir tahun 2016.

NDC adalah salah satu komponen dari Paris Agreement yang merupakan komitmen mengikat dari negara pihak UNFCCC untuk dilaksanakan pada tahun 2020-2030. Komitmen Indonesia adalah mengarahkan pembangunan rendah emisi karbon dan berketahanan iklim pada tahun 2030 dengan target penurunan emisi GRK sebesar 29% pada tahun 2030 dengan kemampuan sendiri (unconditional) dan sebesar 41% dengan dukungan internasional (conditional). Karena sifatnya mengikat (legally bound), maka pada akhir tahun 2030, Indonesia harus dapat membuktikan capaianpenurunanemisiGRKyangdapatdiukur,dilaporkandandiverifikasi(MRV)sesuai dengan prinsip-prinsip TACCC (Transparent, Accountable, Completeness, Consistent, Comparable) serta clarity, transparency and understanding.

Selain komitmen untuk menurunkan emisi, NDC juga memuat komitmen Pemerintah dalam mengambil langkah-langkah adaptasi perubahan iklim. Adaptasi merupakan upaya untuk menyesuaikan diri terhadap dampak perubahan iklim. Adaptasi penting dilakukan karena meskipun mitigasi telah dilakukan dengan scenario terbaik, namun dampak dari perubahan iklim tidak akan serta merta berhenti. Oleh karena itu upaya mitigasi harus disertai dengan upaya-upaya adaptasi.

Dalam dokumen NDC, tujuan jangka menengah strategi adaptasi adalah untuk menurunkan risiko perubahan iklim dari semua sektor pembangunan (pertanian, air, ketahanan energy, kelautan dan perikanan, kesehatan, kehutanan, pelayanan umum, infrastruktur, dan perkotaan) pada tahun 2030 melalui penguatan kapasitas masyarakat local, meningkatkan pengelolaan pengetahuan, konvergensi kebijakan adaptasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana, dan penerapan teknologi adaptif.

No Nama Instansi Judul/Tema Paparan

Page 51: Prosiding Festival Iklim 2018

43

Tujuan adaptasi tersebut dicapai dengan pendekatan strategis sebagai berikut:a. Pendekatan berbasis lansekap: daratan, pesisir, dan ekosistem kelautanb. Menonjolkan praktek-praktek terbaik (best practices): mengangkat kearifan local

dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklimc. Mengarusutamakan agenda iklim ke dalam perencanaan pembangunan:

memasukkan indikator perubahan iklim dalam menyusun target program-program pembangunan

d. Mempromosikan ketahanan pangan, air, dan energy: meningkatkan pengelolaan seumber daya alam menuju ketahanan iklim dengan melindungi dan memulihkan ekosistem daratan, pesisir, dan laut.

Tujuan dan strategi adaptasi dalam dokumen NDC merupakan arahan umum yang memandu apa dan bagaimana adaptasi perubahan iklim dilakukan hingga tahun 2030. Dibandingkan dengan NDC mitigasi yang dengan jelas memuat target kuantitatif penurunan emisi GRK, NDC adaptasi memerlukan elaborasi lebih detil dan mendalam bagaimana strategi dan tujuan yang ingin dicapai dapat diterjemahkan ke dalam aksi nyata adaptasi perubahan iklim. Oleh karena itu, diperlukan suatu forum bagi para pemangku kepentingan terkait untuk membahas dan membedah dokumen NDC terutama bagian adaptasi perubahan iklim.

Tujuan dari penyelenggaraan workshop adalah untuk mengelaborasi tujuan dan strategi adaptasi perubahan iklim yang tertuang dalam dokumen NDC.

Acara diawali dengan sambutan dari Mathew Burton dari USAID Indonesia dan dilanjutkan oleh Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim, KLHK. Pemerintah Amerika melalui USAID komitmen untuk mendukung penguatan kapasitas Pemerintah Indonesia dalam Kebiajaka Adaptsi Perubahan Iklim dan Pengurangan Risiko Bencana.

Isu perubahan iklim lebih banyak didominasi oleh isu mitigasi, namun demikian adaptasi sudah mulai menjadi perhatian semua pihak sehingga Indonesia memasukkan upaya adaptasi dalam NDC sebagai bagian dari komitmen Indonesia kepada dunia internasional. Adaptasi dan Mitigasi perubahan iklim dalam pembangunandigambarkan seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Kegagalan mitigasi akan memberi beban bagi upaya adaptasi, demikian juga sebaliknya.

Page 52: Prosiding Festival Iklim 2018

44

SESI PERTAMARingkasan Paparan Narasumber 1. “Kebijakan Nasional Adaptasi Perubahan Iklim dalam Mendukung NDC

Adaptasi Kebijakan Nasional Adaptasi Perubahan Iklim dalam Mendukung NDC Adaptasi”, Direktorat Adaptasi Perubahan Iklim, KLHK• DampakPerubahanIklimdanproyeksiperubahaniklim• Arahan Proses penyusunan Aksi Adaptasi Perubahan Iklim berdasarkan

Permen KLHK NO. P.33 tahun 2016• KerangkaNDCadaptasibesertalangkahpencapaianNDC

2. “Pengarusutamaan Adaptasi dalam RPPLH dan KLHS”, Direktorat PDLKWS-KLHK• Penyusunan RPPLH dilakukan untuk melindungi jasa layanan lingkungan.

RPPLH memuat arahan pemenuhan enabling condition: kapasitas pemerintah, kepastian hokum, dan hak akses serta pencapaian target berdasarkan aktor utama pembangunan

• KLHSdilakukansebagaipisauanalisiskebijakanformaldansebagaijembatanuntuk menyelesaikan konflik. KLHS akan menguji skenario pembangunanyang disusun kepala daerah apakah kegiatan yang dilakukan menunjang pembangunan berkelanjutan.

• RPPLH merupakan penjabaran atau terjemahan secara operasional dalamrangka mewujudkan pembangunan yang sesuai dengan daya tampung dan daya dukung lingkungan.

3. “Penandaan Anggaran PI”, Pusat Pembiayaan Multilateral dan PI-BKF• Badget tagging sebagai tools pemetaan dukungan pembiayaan public

(APBN) terhadap kegiatan terkait pengendalian PI. Namun saat ini budget tagging yang sudah berjalan untuk mitigasi PI.

• Melaluipenandaanmakakandiperolehvalue of money dari setiap kegiatan dalam menurunkan emisi GRK

• Dari penandaanmitigasi 74 % sesuai dengan RANGRK, sisa 26 % tidaktercantum dalam RAN GRK

• UntukAdaptasipenandaanmengacuRANAPI• UntukAdaptasi399outputdari17K/Lyangdi-tagging baru 17 output

4. “Kewenangan dan Kelembagaan Pelaksanaan PI”, Direktorat Sinkronisasi Urusan Pemerintah Daerah I, Kemendagri• Daerahpadadasarnyaantusiasuntukmelakukanpengendalianperubahan

iklim, namun maslahnya dari sisi ability, kemampuan daerah baik dari sisi kapasitas maupun pendanaan

• Perubahan iklim masuk sebagai bagian dari tujuan pembangunanberkelanjutan sehingga pada dasarnya target-target dalam NDC perubahan iklim sejalan dengan TPB

• PerlusinkronisasidanelaborasiindicatorPIdalamRANTPB

Page 53: Prosiding Festival Iklim 2018

45

Pembahasan dan Diskusi• Saat ini Pemerintah daerahmerasakan adanyaover-regulated dimana banyak

Perpresyangterlaludetail.Sehinggadiperlukanidentifikasitipologiyangdiaturdan apa yang terjadi, identifikasi apa yang dihadapi dengan adanya regulasiyang ada sehingga membuka arah bagi perubahan iklim yang bisa diterima oleh Pemerintah daerah.

• PersoalankoordinasimerupakanpermasalahanutamaantarKL,sehinggaperanMenko dalam menjalankan fungsi koordinasi antar KL perlu diupayakan bahkan koordinasi antar Menko. Komunikasi informal diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan koordinasi antar KL.

• Saat ini Pemerintah daerahmerasakan adanyaover-regulated dimana banyak Perpresyangterlaludetail.Sehinggadiperlukanidentifikasitipologiyangdiaturdan apa yang terjadi, identifikasi apa yang dihadapi dengan adanya regulasiyang ada sehingga membuka arah bagi perubahan iklim yang bisa diterima oleh Pemerintah daerah.

• PersoalankoordinasimerupakanpermasalahanutamaantarKL,sehinggaperanMenko dalam menjalankan fungsi koordinasi antar KL perlu diupayakan bahkan koordinasi antar Menko. Komunikasi informal diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan koordinasi antar KL.

• AgarNDCAdaptasidapatberjalandenganbaik,perludilakukanmappingterkaitberbagaidefinisihinggainstrumenyangadadiberbagaiinstitusi.

SESI KEDUARingkasan Paparan Narasumber 1. “Kebijakan dan Strategi Penanganan Dampak PI sektor Pertanian dalam Implikasi

NDC Adaptasi”, Biro Perencanaan-Kem. Pertanian. • PertaniansebagaisalahsatusumberPItapijugasebagaisektorterdampakPI• Karena kedaulatan pangan menjadi hal yang sangat penting bagi sektor

pertanian, maka upaya adaptasi menjadi hal yang paling penting, sedangkan mitigasimenjadicobenefit.

• DalamRANAPI ketahananpanganmenjadi salah satu subbidangbagiandari bidang ketahanan ekonomi. Untuk sektor pertanian, sub sektor tanaman pangan dan tanaman semusim sangat rentan terhadap iklim ekstrim.

• LangkahoperasionaldalamadaptasiPI sektorpertanian:penyesuaiandanpengembangan sistem usaha tani, penerapan teknologi adaptif, optimalisasi penggunaan sumber daya lahan, air dan genetic serta penguatan peran pemangku kepentingan.

• Balitbangtan telahmemiliki peta kerentananpanganberbasis sumberdayalahan, iklim dan air.

• Untukmengantispasidampakselama2010-2017telahdilakukanperbaikaninfrastruktur pertanian: rehabilitasi irigasi tersier, optimalisasi lahan (benih), dan pengembangan alat pertanian

• Untukmengindari kerugian petani telah dikembangkan asuransi padi danternak

• Informasi cuaca dan dukungan penggunaan teknologi informasi dankomunikasi (ICT) menjadi kebutuhan untuk upaya adaptasi.

Page 54: Prosiding Festival Iklim 2018

46

2. “Kebijakan Sektor ESDM dalam Implementasi Program NDC Adaptasi”, Biro Perencanaan-Kem.ESDM• PImemberikandampakberupagangguanproduksienergi (misal:produksi

migas,pasokanairPLTA),gangguanperalatanproduksi,penurunanefisiensipembangkit karena cuaca.

• Perlupercepataninfrastrukturenergiyanghandal.• Peningkatan ketahanan energi melalui pemanfaatan energi setempat

untuk meningkatkan swasembada energi, peningkatan kemampuan akses masyarakat terhadap energi dan ketersediaan energi dengan harga yang terjangkau dan menguntungkan bagi produsen serta penegmbangan energi bersih yang terjangkau;

• KebijakansektorenergidiKemESDMsudahmempertimbangkanadaptasiPI• Prioritassaatiniadalahpeningkatancadanganenergidanpemerataanakses

terhadap energy.

3. “Pemanfaatan Data Iklim dalam NDC Adaptasi”, GRFM-IPB• Perubahan iklim tidak selalu berhubungan dengan bencana sebab ada di

beberapa wilayah PI memberikan dampak yang positif (menguntungkan), namun demikian kita harus beradaptasi walaupun perubahan yang terjadi relatif kecil.

• Perludisusunkriteria informasi iklimyangdiperlukanoleh sektor sehinggaBMKG dapat memberikan informasi yang diperlukan.

• Kegiatan sosial ekonomi manusia merupakan faktor yang mempengaruhisistem iklim bumi.

• UntukmelakukanadaptasiPIdalammencapaiNDCdiperlukankajianrisikodan dampak.

• Perluinformasiiklimyangdiperlukanuntukmelakukanadaptasidiberbagaisektor, kebutuhan informasi iklim untuk setiap sektor akan berbeda-beda jenis data, waktunya (mingguan, harian, jam)

Pembahasan dan Diskusi• Diperlukan koordinasi data sebagai dasar pada saat koordinasi di dalam

pengambilan keputusan kebijakan terkait adaptasi perubahan iklim.• KoordinasidalampelaksanaanadaptasisektorpertanianantaraKemtandengan

PU sudah cukup baik. Pembangunan irigasi primer, sekunder dibangun oleh PU. Dirjen Sarpras Kemtan sudah membentuk tim yang berkoordinasi dengan PU. Kerjasama pengembangan varietas juga dilakukan dengan bekerjasama dengan perguruan tinggi, BPTP Kemtan juga diperkuat karena beda lokasi varietas yang disukai masyarakat juga beda. Perlu pendekatan non-formal untuk dapat meningkatkan koordinasi yang secara formal telah dilakukan

• Masihperluupayayangcukupbesaruntukmengkomunikasikanisuperubahaniklim di level grass root. Masih perlu peningkatan kesadartahuan terkait perubahan iklim

• Datainformasiiklimhasilproyeksiyangbersifatjangkapanjangseringkalisusahdipahamikarenaseringkalihanyamenginformasikanfluktuasidataiklim,namunsebenarnya yang paling penting adalah informasi climate shock yang akan berdampak pada sistem manusia

Page 55: Prosiding Festival Iklim 2018

47

SESI KETIGARingkasan Paparan Narasumber 1. “Kebijakan dan Rencana Program Kem Kesehatan dalam mencapai Tujuan NDC

Adaptasi”, Biro Perencanaan-Kem. Kesehatan• Perubahaniklimberdampakpadasektorkesehatan,banyakpenyakitmenular

yang sensitive terhadap perubahan iklim (DBD, malaria) dan juga memicu peningkatan kejadian gizi buruk (stunting) terkait gangguan ketersediaan pangan.

• Kelompokrentandisektorkesehatan:masyarakatmiskinperkotaan,pesisir,lansia dan anak-anak

• KemenkestelahmenyusunPermenkes35Tahun2012tentang indentifikasifaktor risiko kesehatan akibat perubahan iklim.

• UpayaadaptasidisektorkesehatanjugasejalandengantargetSDGs• Upaya Kemenkes untuk adaptasi PI: advokasi dan sosialisasi, peningkatan

kapasitas, kajian kerentanan (diare malaria dan DBD), media KIE, pedoman penilaian kerentanan kesehatan, tim teknis adaptasi dan berbagai program GERMAS, PHBS, PSN dan STBM

2. “Peran Kem ATR/BPN dalam API untuk Mencapai Tujuan NDC”, Direktorat Penataan Kawasan-Kem. ATR/BPN• Kebijakan adaptasi dan mitigasi tidak bisa dilepaskan dengan kebijakan

penataan ruang kawasan.• Adaptasi sektor tata ruang dilakukan untuk mengurangi risiko dampak PI

melalui penataan ruang.• Mitigasidisektortataruangdilakukanuntukmengurangiterjadipelepasan

GRK melalui penataan ruang• PertimbanganPIdalampenyusunantataruangdilakukandenganmembuat

negative dan positive list kegiatan, mana yang mendukung mana yang menghambat tercapainya NDC dan membuat rekomendasi kebijakan penataan ruang sebagai basis perijinan.

• Hambatan: kapasitas pemerintah daerah, belum banyak pihak-pihak yangterlibat dalam penyusunan tata ruang concern terhadap PI.

• Strategiadaptasiterkaittataruang:menyediakanaksesinformasi,peningkatan

Page 56: Prosiding Festival Iklim 2018

48

kapasitas untuk mengidentifikasi wilayah yang terdampak PI, peningkatankapasitas institusi, mainstreaming dalam penysunan tata ruang daerah, membangun jaringan untuk dapat mendorong replikasi kegiatan sekaligus untuk dapat sharing knowledge, kebijakan yang responsive dalam rencana detail tata ruang: green building, compact city, dll

• Pendekatan adaptasi: berbasis lanskap, menonjolkan best practices, mengarusutamakan agenda PI dalam perencanaan pembangunan, mempromosikan ketahanan pangan, air dan energy.

• Kem ATR/BPN mengembangkan program penataan 30 kawasan kawasanrawan bencana dan rawan terhadap dampak PI

• Perlustandarddantoolsuntukmenilaiapakahsuaturencanatataruangyangtelah disusun sudah responsive thd PI.

3. “Kebijakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan dalam Implementasi NDC”, Biro Perencanaan-KKP• BerbagaikegiatandalamadaptasidanmitigasiPIdilakukanmelaluipenataan

ruang laut (penyusunan zonasi ruang laut), pelestarian kawasan pesisir (kawasan konservasi perairan laut), rehabilitasi pesisir (penanaman mangrove), pembangunan desa pesisir tangguh.

4. “Elaborasi NDC Adaptasi PI KLHK”, Biro Perencanaan-KLHK• KLHKtelahmemilikiberbagiprogramuntukmendukungtargetcapaianNDC

Adaptasi: Perhutanan Sosial, TORA• KLHK telah mencoba melakukan tagging terkait pembiayaan adaptasi

perubahan iklim.

Pembahasan dan Diskusi• Terkaitisuenergikhususnyapenggunaanbatubara,perludilakukanupayaserius

bagaimana energi alternatif “dikebut” termasuk membangun kesadaran yang lebih serius. Terkait infrastruktur akses energi ke masyarakat saat ini kendala pendanaan sangat besar terutama dalam mengimbangi target 35.000 MW.

• AwarenessPImasih sangat rendahsehinggaperludilakukanmobilisasidalammembangun kesadaran nasional perubahan iklim.

• Terkaitisupendanaanadaptasiperubahaniklimperludilakukanberbagaiupayaterobosan disamping mengefektifkan sistem pembiayaan yang ada seperti pemanfaatan dana cukai tembakau yang jumlahnya sangat besar.

• ProyeksiiklimsepertiSLR,suhu,curahhujandlltingkatketidakpastiannyasangattinggi.

Wrap Up• NDC Adaptasi merupakan hal yang relatif baru namun berdasarkan paparan

dari beberapa sektor, telah diperoleh gambaran awal bagaimana adaptasi sudah mulai dilaksanakan. Sehingga perlu terus dilakukan pengembangan agar memiliki arah yang semakin terstruktur secara nasional sejalan dengan fokus dan arah NDC adaptasi.

• Kebijakan dari kementerian keuangan terkait tagging adaptasi di APBN

Page 57: Prosiding Festival Iklim 2018

49

17 KL yang mulai berlaku sejak 2018 merupakan entry point strategis dalam membangun kesadaran semua pihak terhadap adaptasi perubahan iklim. Secara substansi Permen KLHKNo. P.33 Tahun 2016 akanmenjadi filter bagaimanaadaptasi perubahan iklim dilaksanakan secara terstruktur.

6. DIALOG INTERAKTIF: KONTRIBUSI NON-STATE STAKEHOLDERS-NPS DALAM IMPLEMENTASI NDC

Hari, Tanggal : Rabu 17 Januari 2018 Waktu : Pukul 09.00 – 13.00 WIB Tempat : Ruang Rimbawan IPeserta yang hadir : ± 200 orang Moderator : 1. Sesi Pertama : Ir. Emma Rachmawaty, M.Sc 2. Sesi Kedua : Ir. Noer Adi Wardojo, M.ScNarasumber :

No Nama Instansi Judul/Tema Paparan

SESI PERTAMA

1. Ir. Sugeng Mujianto, M.Env.Eng.Sc

Direktorat Konservasi Energi, Ditjen EBTKE, Kementerian ESDM

Kebijakan Pemerintah dalam mendorong Peran Sektor Swasta dan Provinsi dalam Implementasi NDC Sektor Energi

2. Ir. Erni Pelita Fitratunnisa, ME

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI

Peran Provinsi DKI dalam Implementasi NDC

3. Dr. Elvriadi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Peran Perhutanan Sosial, Masyarakat adat sebagai best practice dalam mencapai NDC

4. Ir. Henny Herdiyanto, MP Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur Web Gis Green Kaltim

SESI KEDUA

1. Purwadi Soeprihanto Asosiasi Pengusahan Hutan Indonesia

Peran dan Strategi Industri Kehutanan dalam Implementasi NDC Sektor Kehutanan

2. Dr. Ir. Suryadharma, MBA Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia

Peran dan Strategi Dunia Usaha dalam Implementasi NDC Sektor Energi

Page 58: Prosiding Festival Iklim 2018

50

3. Sri indah Wibi Nastiti Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI)

Pelaksanaan ADIPURA sebagai bagian dari Implementasi NDC Sektor Limbah

4. Tri Sunar Sekretariat ISPO

Kontribusi POME dari Industri Kelapa Sawit dalam Implementasi NDC Sektor Limbah Cair Industri

Pertemuan COP 21 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Paris tahun 2015 mengadopsi Persetujuan Paris (Paris Agreement) yang menyepakati penurunan emisi gas rumah kaca oleh setiap negara pihak melalui Nationally Determined Contribution (NDC) atau Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional, untuk mencegah kenaikan suhu bumi tidak lebih dari 2oC dan menuju 1.5oC pada tahun 2100 dibandingkan dengan era pra-industri.

Dokumen First NDC Indonesia merupakan komitmen nasional menuju arah pembangunan rendah karbon dan berketahanan iklim yang merupakan salah satu penjabaran Nawa Cita sebagai aksi prioritas pembangunan nasional. Dokumen tersebut menuangkan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim sebagai satu prioritas yang terintegrasi dan lintas-sektoral dalam agenda Pembangunan Nasional.

First NDC Indonesia disampaikan kepada UNFCCC pada bulan November 2016 sebagai bentuk kontribusi Indonesia untuk mengimplementasikan Persetujuan Paris yangdiratifikasimelaluiUUNo.16tahun2016,melaluitargetpenurunanemisiGRKsebesar 29% dengan kemampuan sendiri (unconditional) dan sampai dengan 41% dengan dukungan internasional (conditional) dibandingkan dengan tanpa ada aksi (business as usual) pada tahun 2030. Target conditional ini akan dicapai melalui penurunan emisi GRK sektor kehutanan (17.2%), energi (11%), pertanian (0.32%), industri (0.10%), dan limbah (0.38%).

Implementasi NDC memerlukan komitmen tidak hanya Pemerintah tetapi juga NPS, mencakup Provinsi, Kabupaten/Kota, dunia usaha, dan masyarakat sipil. Rincian capaian NDC per sektor di atas dengan masing-masing penanggung-jawab di Kementerian /Lembaga, telah mempunyai skenario pembagian peran dan target yang akan dicapai antara Party dan NPS. Oleh karena itu, pelaksanaan NDC oleh NPS harus sejalan dengan pelaksanaan oleh Pemerintah melalui Kementerian/Lembaga sehingga capaian penurunan emisi GRK oleh NPS dapat diintegrasikan ke dalam capaian nasional.

Pengukuran kinerja capaian implementasi NDC dalam penurunan emisi GRK oleh setiap negara sangat penting untuk menunjukkan kontribusinya dan untuk perbandingan serta agregasi upaya global penurunan emisi GRK. Hasil pengukuran harus dilaporkan dan dapat diverifikasi melalui proses MRV. Oleh karena itu,penjabaran NDC ke dalam aksi-aksi mitigasi oleh seluruh Kementerian/Lembaga

No Nama Instansi Judul/Tema Paparan

Page 59: Prosiding Festival Iklim 2018

51

serta NPS, dapat merujuk kepada proses MRV dan tercatat dalam Sistem Registri Nasional (SRN) yang telah dikembangkan oleh KLHK.

Mengingat komitmen mengikat yang tertuang dalam NDC merupakan hal baru bagi negara berkembang termasuk Indonesia, maka untuk mengimplementasikannya diperlukan strategi yang sesuai dengan tingkat kesiapan masing-masing negara. Indonesia memiliki 9 (sembilan) program strategi implementasi NDC, dimulai dengan persiapan pada tahun 2017. Sembilan strategi tersebut adalah: 1) Pengembangan ownership dan komitmen; 2) Pengembangan kapasitas; 3) Enabling environment; 4) Penyusunan kerangka kerja dan jaringan komunikasi; 5) Kebijakan satu data GRK; 6) Penyusunan kebijakan, rencana dan program (KRP) intervensi; 7) Penyusunan guidance implementasi NDC; 8) Implementasi NDC; dan 9) Pemantauan dan review NDC.

“Dialog Interaktif Kontribusi NPS dalam Implementasi NDC” bertujuan untuk:• Mensosialisasikan NDC termasuk target penurunan emisi GRK pada pada 5

kategori sektor;• Menginformasikan peran dariNPS dalampelaksanaanNDC, dan pencapaian

target penurunan emisi GRK pada pada 5 kategori sektor;• Sarana untuk bertukar pikiran tentang rencana, agenda dan aksi mitigasi

perubahan iklim oleh dan untuk berbagai stakeholder;• MenjaringmasukanuntukimplementasiNDC.

SESI PERTAMARingkasan Paparan Narasumber 1. “Kebijakan Pemerintah dalam mendorong Peran Sektor Swasta dan Provinsi

dalam Implementasi NDC Sektor Energi”, Direktorat Konservasi Energi, Kementerian ESDM• Target dan strategi Kementerian Energi dan Sumber DayaMineral dalam

komitmen NDC (Nationally Determined Contribution) dalam mencapai penurunan 314 juta Ton CO2e (unconditional) dan 398 Ton CO2e (conditional) melaluiefisiensienergiyangtertuangdalamRUEN(RencanaUmumEnergiNasional).

Page 60: Prosiding Festival Iklim 2018

52

• Strategi penerapan konservasi energi diantaranya dilakukan melaluipenerapan mandat manajemen energi untuk pengguna Energi ≥ 6.000 TOE. Penggunaan Energi ≥ 6.000 TOE pada umumnya masih terbatas pada industri-indsutri besar; Penerapan standar dan label efisiensi energi untukperalatan.

• Upaya Kementerian ESDM mendorong pemerintah provinsi dalam sektorenergi melalui upaya memanfaatkan sampah menjadi energi (waste to energy) yaitu pembangunan PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) dan juga pemanfaatan limbah cair industri seperti POME untuk pemanfaatan energi bagi industri.

• PemerintahdaerahdidoronguntukmembuatRencanaUmumEnergiDaerah(RUED) dengan melandaskan pada RUEN.

• Selainmendorongpemerintahdaerah,KementerianESDMjugamendorongNGO/LSM, pengusaha untuk dapat membantu menginisiasi penerapan konservasi energi melalui Energi Baru Terbarukan.

• Berkenaan dengan monitoring konsumsi energi, Kementerian ESDM barumelakukan monitoring pada gedung-gedung besar.

2. “Peran Provinsi DKI dalam Implementasi NDC”, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI• Sejaktahun2012,PemerintahProvinsiDKIJakartasudahpeduliterhadapisu

perubahaniklim.AdapunprofilemisiGRKtahun2016sebesar57GgCO2e.• PemprovDKI saat ini telahberkomitmenmenurunakanemisiGRKsebesar

30% sampai tahun 2030. Sektor limbah dan energi (transportasi) menjadi kontribusi terbesar dalam peningkatan emisi GRK.

• KebijakanDKIJakartakaitannyadenganperubahaniklimadayangbersifatvoluntary maupun mandatory. Dalam hal voluntary salah satunya mendorong private sector melakukan green building, dan saat ini ada 7 perusahaan yang mendapat sertifikat.Sedangkanmandatorymelaluiefisiensipadagedung-gedung, namun terkendala dengan monitoringnya.

• Pemrov DKI memiliki sistem informasi GRK daerah, kedepan diharapkandapan dilink-kan dengan SRN dan PEP Online Bappenas.

• Padasektor IPPUsebenarnyaDKIJakarta terdapatbanyak industri,namunterkendala dengan data yang ada tidak sesuai IPCC guidance dengan data yang dimiliki oleh BPS.

• RencanaUmumEnergiDaerahProvinsiJakartasedangdisusunolehDinasEnergi dan SDM namun belum ditetapkan secara regulasi, salah satu rencananya adalah penggatian lampu jalan dengan lampu LED, perlakuan retrovit pada gedung balai kota dan DPRD.

3. “Peran Perhutanan Sosial, Masyarakat adat sebagai best practice dalam mencapai NDC”, Faperta Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau• Program nasional yang dilakukan perlu sinkronisasi dengan pemerintah

daerah khususnya pada tingkat tapak yaitu sebagai pelaku atau penentu ada tidaknya kerusakan lingkungan (misalkan deforestasi dan degradasi hutan). Masyarakat lokal pada dasaranya sudah melakukan upaya mitigasi sejak dahulu melalui kearifan lokal meskipun dengan perbedaan prespektif.

Page 61: Prosiding Festival Iklim 2018

53

• Padaumumnyalahandanhutanyangdikelolaolehmasyarakatsekitarminimatau hampir kecil kerusakan yang ditimbulkannya. Karena masyarakat sangat menghargai terhadap alam dan memikirkan keberlanjutan ekosistemnya untuk masa yang akan datang. Local knowledge sebagai best practise untuk mendapatkan kedamaian dan kenyamanan dan tidak serta merta untuk komersial.

• Kendaladalampenerapanmasyarakatadatsebagaibest practice diantaranya adalah idealisme masyarakat dalam kegiatan pengelolaan lingkungan masih sangat kurang, kurangnya perhatian dari pemerintah kabupaten/kota maupun provinsi yang tidak saling sinergi, kemudian keberadaan industri besar hal ini terkait dengan penggunaan lahan khususnya lahan gambut.

• Masyarakat adat juga memiliki posisi penting dalam suatu Kementeriandi negara lain untuk dapat menjadi penasehat dalam hal pengelolaan lingkungan.

4. “Web Gis Green Kaltim/ Ir. Henny Herdiyanto”, Dinas Perkebunan-Provinsi Kalimantan Timur• Provinsi Kalimananta Timur merupakan salah satu lokasi project FCPP

bagaimana menggunakan WEBGis untuk pemantauan emisi gas rumah kaca.• Penggunaan WebGis berbasis spasial dapat mengkontrol pergerakan

berbasis sumber daya alam, misalkan kontrol real time hotspot, areal RKT di areal perkebunan dan dapat mengawasi ijin lokasi.

• Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi KalimantanTimur sudah mengintegrasikan dalam upaya penurunan emisi GRK. Semua Kabupaten/Kota telah berkomitmen untuk menjaga hutan.

Pembahasan dan Diskusi• Penerapan energi baru terbarukan bukan merupakan isu politis lagi namun

sebagai isu ekonomis, hal ini didasarkan pada kemampuan daya beli masyarakat dalam penggunaan energi.

• DKIsudahmenunjukkanupaya-upayaperbaikan lingkungansepertiProklimdiSunter, Kebon Kosong. Diantaranya Bank Sampah, DKI memiliki 48 komunitas peduli lingkungan.

• One data policy yang dikembangkan oleh Kementerian LHK tidak overlap dengan Kementerian Bappenas melalui PEPnya. PEP online sebatas untuk kegiatan mitigasi di tingkat Provisi melalui RAD GRK, sedangkan SRN pada KLH mencakup aksi secara luas baik adaptasi, mitigasi, join adapatasi dan mitigasi serta sumberdaya.

Page 62: Prosiding Festival Iklim 2018

54

SESI KEDUARingkasan Paparan Narasumber 1. “Peran dan Strategi Industri Kehutanan dalam Implementasi NDC Sektor

Kehutanan”, Asosiasi Pengusahan Hutan Indonesia • PeranAPHIdalamimplementasiNDCantaralainmelalui:

- Perluasan dan penerapan best management practice pada tingkat unit manajemen

- Penguatan kapasitas unit manajemen- Penguatan kebijakan dan kerjasama dengan NGO, swasta, dll- Penguatan data dan dokumentasi program MRV

• Penurunan emisi dengan land base approach pada dasaranya berkorelasi dengan data aktivitas yaitu luasan lahan/hutan. Potensi penurunan GRK sektor kehutanan pada NDC merupakan agregasi Non Party Stakeholders yaitu pada HPH, HTI/RE yaitu sebesar 30.62 Juta Ha dari 68.85 Juta Ha HP.

• Terhadap rencana implementasi NDC (4 main area of action) beberapa rencana /strategi yang akan dilakukan oleh APHI antara lain:

- Mendorong penurunan kebakaran hutan sampai 99%, kuncinya adalah community base dengan mendorong program desa bebas api

- Managing landscape approach- Reduce Impact Logging (RIL), tahun ini ada 10 perusahaan yang

disertifikasi/diaudit dan diharapkan target penurunan karbon dapatdiperoleh.

- Pengelolaan ekosistem mangrove dan restorasi gambut- Pengelolaan hutan untuk produk non kayu seperti jasa lingkungan.

2. “Peran dan Strategi Dunia Usaha dalam Implementasi NDC Sektor Energi”, Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI)• Energi terbarukansangatpentingkarenamerupakanamanatdariUndang-

undang No 30 Tahun 2007 tentang Energi, adapun penetapannya pada PP No 79 tahun 2017 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) melalui optimasi pemanfaatan energi.

• Energi terbarukan memberikan peran yang signifikan, adapun kompoisi

Page 63: Prosiding Festival Iklim 2018

55

pembangkitan tahun 2025 dengan komposisi bauran energi 60% dari fosil dan 40% dari energi terbarukan.

• Kendalaimplementasienegiterbarukanadalahperaturanyangdikeluarkanpemerintah tidak konsisten dan berubah-ubah. Peraturan yang dibuat diharapkan dapat menarik perhatian para investor.

• Berkenaandengantantanganpencapaianpenurunanemisibaik26%padatahun 2020 dan 29% pada tahun 2030, METI mendorong lahirnya UU mengenai Energi Terbarukan. Hal ini untuk penguatan kebijakan sehingga konsisten dan mendorong semua pihak. Saat ini Undang-undang sedang dibahas di DPR RI.

3. “Pelaksanaan ADIPURA sebagai bagian dari Implementasi NDC Sektor Limbah Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI)• PengalamanAPEKSIdalamupayasosialisasidalamkonteksperubahaniklim,

masih ditemukan banyak kota yang belum memahami penurunan emisi GRK.• APEKSItelahmelakukankerjasamadenganbanyakpihakmelaluipeningkatan

kapasitas kota. Beberapa sudah mulai memahami perubahan iklim karena adanya pendampingan. Adanya NGO membantu dalam penyadaran masyarakat. Semua uapaya telah dilakuan dengan transfer best practise, pelatihan misalkan dalam membangun waste to energy.

• Peran APEKSI terhadap pemerintah kota dalam pengendalian perubahaniklim diantaranya: aktif membangun jejaring melalui POKJA perubahan iklim pada pemerintah kota yang memiliki inisiatif terkait adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, melakukan sharing dan pertukaran informasi, melakukan transfer best practise isu perubahan iklim serta melakukan dialog dengan pemerintah kota setiap tahun.

• Padaumumnyasektoryangsignifikanmenimbulkanpermasalahandisemuakota adalah limbah (sampah) dan energi.

• Perlukampanyebesardalampengelolaansampahdiperkotaan,khususnyapada kota yang memiliki keterbatasan lahan. Kerjasama dengan pengelolaan sampah terkendala terkait mekanisme/prosedur yang terbengkalai.

• Terkaitdengansektorenergi,banyakdaerahyangmemilikiinisiatifdantelahbekerjasama dengan dinas perhubungan. Namun inisiatif masih bersifat sporadis karena keterbatasan pengetahuan bahwa kegiatan tersebut dapat berkontribusi dalam penurunan emsii GRK.

4. “Kontribusi POME dari Industri Kelapa Sawit dalam Implementasi NDC Sektor Limbah Cair Industri”, Sekretariat ISPO • PerkebunanKelapasawaitmemilikicitranegatifkarenaberkontribusiterhadap

peningkatan emisi GRK, pengguna air yang berlebihan dan penggunaan lahan, dan sebagainya. Namun demikian berdasarkan hasil perhitungan bersama Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI) kelapa sawit dapat menyerap CO2 13.7 CO2 /ha. Setiap unit usaha menghasilkan 3.6 ton CO2 /ha.

• Sebelum ada isu perubahan iklim industri kelapa sawit sudah melakukanupaya pengolahan limbah cair industri dari POME supaya tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Sampai saat ini sekitar 1,200 perusahaan

Page 64: Prosiding Festival Iklim 2018

56

perkebunan, sekitar 700 PKs yang sudah dibangun, sehingga ada potensi untuk mengelola limbah cair untuk menjadi sumber energi. Dari 700 PKS yang baru bisa merubah waste to energy baru 15% karena terkendala biaya, instalasi untuk membangun POME menjadi energi listrik perlu 30 Milyar dengan kapasitas 30-45 MWh.

• Peraturan Kementan No 11/2015 tentang Sistem Sertifikasi Kelapa SawitBerkelanjutan Indonesia sudah ada pemanfaatan POME untuk menjadi listrik.

• KendalapenjualanlistrikdariPOMEtidakjelassehinggabanyakperusahaankelapa sawit yang tidak tertarik.

• Regulasiharus sinkronantara instasi satudengan instasi yang lain.Banyakperusahaan yang mengeluh terkait harga Lisrik dari POME, namun demikian Kementerian tetap mewajibakan perusahaan bahwa untuk mendapatkan sertifikasiharusadapenangananlimbah.

Pembahasan dan Diskusi• PembuatanUndang-undangkhususnyaEnergiTerbarukanperludidorongkarena

merupakan bagian dari pelaksanaan kebijakan. Sehingga adanya UU tersebut diharapkan kebijakan akan lebih stabil dan konsisten (tidak berubah-ubah)

• Terjadinya kebakaran pada lahan gambut selain karena pengaruh cuaca jugakarena lemahnya koordinasi pada tingkat tapak (unit management).

• Salahsatukuncipengelolaanlahangambutagartidakterbakaradalahpengaturantata air dengan tetap menjaga pertumbuhan tanaman, perlu terus pengupayaan pengembangan teknologi dalam rangka pemulihan lahan gambut.

• APEKSI berusaha memberikan penyadaran dengan media yang dimiliki.Kolaborasi dengan semua pihak perlu dilakukan seperti kerjasama dengan forum masyarakat lokal, NGO, Perguruan Tinggi, dan masyarakat lokal sendiri untuk dapat menjadi kader dalam melakukan kampanye.

• Berkenaan dengan limbah pada limbah padat industri, sudah banyak limbahpadat dari sawit yang dapat diaplikasikan untuk beberapa jenis produk, misalnya dari batang sawit menjadi gula merah dari niranya, tandan buah kosong untuk bahan bakar, cangkang untuk asap cair sebagai pembeku latek/karet dan pengawet makanan.

Wrap Up• UpayapenurunanemisiGRKdalamimplementasiNDCtidaksertamertamenjadi

tanggung jawab pemerintah pusat, namun Non Party Stakeholder (NPS) juga mempunyaikontribusiyangsignifikandalamimplementasiNDC.

• ImplementasiNDCsaat inimasihpadatingkatsektoral,adapununtuk tingkatprovinsi masih belum dilakukan dan kedepan provinsi dapat mempersiapkan.

Page 65: Prosiding Festival Iklim 2018

57

7. ONE GHGS DATA POLICY

Hari, Tanggal : Rabu, 17 Januari 2018 Waktu : Pukul 09.00 – 13.00 WIB Tempat : Ruang Rimbawan III BPeserta yang hadir : ± 70 orang dengan.Moderator : 1. Sesi Pertama : Dr. Ir. Ruandha Ruandha Sugardiman,

Direktur IPSDH, PKTL 2. Sesi Kedua : Ir. Dida Migfar Ridha, MSi, Kepala

Subdit Inventarisasi GRK Sektor Berbasis Non Lahan

Narasumber :

No Nama Instansi Judul/Tema Paparan

SESI PERTAMA

1. Dr. Ir. Joko Prihatno, MM.

Direktorat Inventarisasi GRK dan MPV, Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim

Kebijakan Satu Data GRK Dalam Implementasi NDC

2. Prof. Rizaldi Boer

Centre for Climate Risk and Opportunity Management in South East Asia and Pacific (CCROM SEAP), Institut Pertanian Bogor

Framework “One GHG Data Policy” sektor Berbasis Lahan

3. Ir. Lien Rosalina, MM.Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik Badan Informasi Geospasial

Best Practices Implementasi Kebijakan Satu Peta dalam Penyediaan Data Spasial Inventarisasi GRK

SESI KEDUA

1. Dr. Retno Gumilang DewiPusat Pengembangan Kebijakan Energi, Institut Teknologi Bandung (ITB)

Framework “One GHGs Data Policy” Non-Land Based Sector

2. Ir. Bambang Edi Prasetyo

Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral

Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Sektor ESDM

3. Nanik SupriyaniDirektorat Statistik Ketahanan Sosial, Badan Pusat Statistik

Penyediaan data statistiknasional untuk inventarisasi gas rumah kaca (GRK)

Page 66: Prosiding Festival Iklim 2018

58

Tantangan pelaksanaan NDC perlu dijawab dengan data yang konsisten sebagai hasildariprosesyangmenggunakanstandar,definisi,klasifikasi,satuan,danasumsiyang sama serta riwayat data yang terstandar. Data yang objektif menggambarkan kondisi sebenarnya yang diwakili data tersebut karena patuh pada metodologi kegiatan statistik dan produksi informasi geospasial yang benar. Data yang tepat waktu dan selalu dimutakhirkan agar mampu memotret kondisi terkini.

Data-data dengan kualitas yang lebih baik dihasilkan dari tatakelola data yang terpadu, melibatkan berbagai kementerian/lembaga dan para pemangku kepentingan lainnya. Data-data tersebut merupakan hasil koordinasi yang baik diantara penghasil data dan pengguna data, atau sesama penghasil dan pengguna data. Koordinasi dan tatakelola data yang tepat antara sisi substansi data (apa isi dan untuk apa data tersebut) dan sisi metodologi data (bagaimana data tersebut dihasilkan) akan akan mendukung target pelaksanaan NDC yang direncanakan dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini menunjukkan pentingnya penerapan kebijakan satu data gas rumah kaca (One Data GHGs Policy) dalam strategi implementasi NDC di Indonesia.

Pada saat ini, sudah banyak sistem yang dibangun bagi nasional maupun internasional, untuk modalitas pelaksanaan “One GHGs Data Policy” di Indonesia. Upaya-upaya menuju “One GHGs Data Policy” di Indonesia dapat dimulai dengan melakukan apa yang mungkin dilakukan bersama-sama secara bertahap, berjenjang dan terukur. Upaya-upaya tersebut adalah menemu-kenali persoalan tatakelola data dalam konteks kelembagaan, serta memperhatikan kemajuan yang telah dicapai sekaligus keterbatasan yang dihadapi. Termasuk di dalamnya adalah memperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang tersedia untuk meningkatkan modalitas yang telah tersedia dan dihasilkan, meningkatkan apa yang telah atau sedang dijalankan.

Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan Workshop “One GHGs Data Policy“, yaitu`:• Saranauntukbertukarpikirandanmeningkatkanpemahamantentangpentingnya

“One GHGs Data Policy” dalam kerangka implementasi Nationally Determined Contributions (NDC) Indonesia;

• MenggaliberbagaiBest Practices yang telah dikembangkan dalam penerapan “One GHGs Data Policy”;

• Mengidentifikasipeluangdantantangan,sertamerumuskanstrategipenerapan“One GHGs Data Policy” dalam kerangka implementasi NDC.

Page 67: Prosiding Festival Iklim 2018

59

SESI PERTAMA1. “Kebijakan Satu Data GRK dalam Implementasi NDC”, Direktur Inventarisasi

GRK dan MPV, Ditjen PPI-KLHK• Pembicara menyampaikan tujuan One GHG Data Policy yaitu untuk

meningkatkan (1) Akuntabilitas Data, dimana pengguna data dapat merujuk pada informasi data yang terstandar, dan diperoleh ketepatan, kerincian, kemutakhiran dan kelengkapan data; (2) Integrasi Data, berupa penggabungan data dari berbagai walidata menjadi lebih mudah, data dapat digabungkan dan dimutakhirkan secara konsisten, dan format data yang sama memudahkan penyatuan data untuk berbagai tema atau subject matter berbeda; serta (3) Efektifitas Pelaporan Data, dalam penyusunan laporan,baik pada tingkat Nasional maupun Internasional (NatCom dan BUR) Format filedatayangsejalandenganprinsipdata terbukayangdilaporkansecaraperiodic.

• Sampai saat ini telah tersedia modalitas sistem dalam membangunOne GHG Data Policy, diantaranya: (1) Sistem Inventarisasi GRK Nasional (SIGN SMART), KLHK; (2) Sistem Registri Nasional (SRN) PPI, KLHK; (3) Sistem Pemantauan, Evaluasi, Dan Pelaporan (PEP) Aksi Mitigasi Perubahan Iklim, BAPPENAS; (4) National Forest Monitoring System (NFMS/SIMONTANA), KLHK; (5) Indonesian National Carbon Accounting System (INCAS) – Badan Litbang dan Inovasi KLHK; (6) Bank Data Penginderaan Jauh Nasional dan Sistem Pemantauan Bumi Nasional, LAPAN; (7) Pelaporan Online Manajemen Energi (POME), Kementerian ESDM; (8) Sistem Informasi Monitoring Emisi Gas Rumah Kaca (SIM GRK), Kementerian Perindustrian; (9) Sistem Industri Nasional (SIINAS), Kementerian Perindustrian; (10) Enviromental Management System (EMS), Kementerian Perhubungan; (11) Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN); (12) Sistem Informasi Pelaporan Elektronik Perizinan Lingkungan Hidup (SIMPEL); (13) National Water Supply and Sanitation Information Services (NAWASIS); dan (14) Aplikasi Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3 (Si Raja Limbah).

• SelainitutelahtersediamodalitaspengaturandalamMembangunOne GHG Data Policy; diantaranya: (1) Pengaturan pada Perpres 71/2011 (dan revisi); (2) Permen LHK One GHG Data Policy; (3) Pedoman Inventarisasi dan Pelaporan GRK Nasional; dan (4) Roadmap Sistem Registri Nasional PPI. Implementasi One GHG Data Policy selanjutnya perlu diatur dalam ketentuan/peraturan, antara lain diatur pada Peraturan Presiden dan Permen LHK

2. “Framework One GHG Data Policy sektor Berbasis Lahan”, CCROM SEAP-IPB• Pembicara menyampaikan faktor Penentu Kualitas IGRK meliputi: (1)

Kualitas Data Aktivitas dan Faktor Emisi dari Sumber Emisi Kunci; (2) Sistem pengukuran data atau pengambilan sample data serta sistem pengecekan kualitasdatasertaverifikasinya;(3)Kontinuitasdata(frequensipengukuran);(4) Metode pengisian data hilang (data gaps) ~ penggunaan data proxy; dan (5) Managemen pengelolaan data.

• StrategimenujuOneGHGDataPolicydiantaranya:(1)perlunyakajiankategorikunci tingkat sektor/sub-sektor terkait sumber emisi kunci dan pelaksanaan aksi mitigasi yang dilakukan di dalam dan di luar pemerintah dalam kaitannya

Page 68: Prosiding Festival Iklim 2018

60

dengan sumber emisi kunci; (2) Penyesuaian form pengumpulan data yang sudah megakomodasi aksi mitigasi; (3) Perencanaan perbaikan kualitas data aktivitas dan faktor emisi dari kategori kunci, terkait istem pengecekan kualitas dan verifikasi data aktivitas (QA/QC) dan riset pengembanganfaktor emisi lokal (baseline dan mitigasi); (3) Pengembangan mekanisme kelembagaan yang jelas antara lembaga pelaksana aksi mitigasi, pengelola data dan penyusun IGRK pada setiap sektor serta IGRK nasional (Lembaga akhir penyedia data aktivitas); dan (4) Peraturan Menteri terkait pengumpulan dan pengelolaan data terkait emisi GRK ~ kelembagaan.

3. “Best Practices Implementasi Kebijakan Satu Peta dalam Penyediaan Data Spasial Inventarisasi GRK”, Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik-BIG• PembicaramenyampaikanBest Practices Implementasi Kebijakan Satu Peta

dalam Penyediaan Data Spasial Inventarisasi GRK. Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta tertuang dalam PERPRES No 9 Tahun 2016 bertujuan untuk menghasilkan Informasi Geospasial tunggal yang terintegrasi terhadap IGD (Peta Dasar) dengan cakupan nasional dalam skala 1:50,000 selama periode 2016 – 2019. Salah satu tantangan pemanfaatan IGT terintegrasi dalambidangperubahaniklimadalahmengidentifikasisecarakomprehensifkebutuhan dan penyediaan data spasial khususnya dalam inventarisasi GRK berbasis lahan.

• Prinsip yang perlu dikembangkan dalam pengembangan satu data,berdasarkan pengalaman dari kebijakan satu peta adalah perlunya prasyarat satu referensi, satu database, satu standar, satu portal. Hal ini akan bermanfaat dalam perbaikan kualitas data pada masing-masing sektor sesuai standar dan peraturan yang berlaku, perencanaan, monitoring dan pengambilan keputusan, seperti meningkatkan akurasi spasial dan menghindari tumpang tindih perizinan antar sektor, analisis sektoral terkait inventarisasi GRK, dan analisis dampak perubahan iklim.

Pembahasan dan Diskusi• PembahasandandiskusiterkaitdenganperluanyatatakelolaOneDataPolicy,

termasuk persiapan data untuk menteri mekanismenya seperti apa, terjebak di persiapan data aktivitas, data impact seperti apa. Solusi untuk mengatasi kesulitan dalam pengumpulan data walaupun dalam konteks eselon; serta manfaat apabila melakukan sharing data.

• Pembahasandandiskusijugamenekankanpentingnyauntukmemastikansistemonline yang sudah dibangun oleh K/L bisa diintegrasikan, sehingga jangan sampai masing-masing sektor mempunyai perhitungan sendiri, perlu ditetapkan siapa yang berhak jadi koordinator membangun data faktor emisi. Sistem yang telah dikembangkan, seperti sistem PEP Bappenas, perlu diintegrasikan dalam kebijakan yang akan dikembangkan.

• BerkenaandenganprosesverifikasiolehKLHK,ditekankanpentingnyaproses.Yang sudah publish, tentang hasil hitungan IGRK yang terverifikasi. Metodeverifikasisaatinibelumbisadilakukankelapangan.TimPanelMetodologisudahdibentuk, tapi belum pernah bertemu untuk membuat keputusan bagaimana metodologi, penggunaan faktor emisi. Model verifikasi, dapat dilakukan

Page 69: Prosiding Festival Iklim 2018

61

pengaturanapakahterpusatdiDitjenPPIatautersebardisemuasektor.Verifikasisebetulnya bisa dilakukan oleh semua sektor dan menjadi bagian dari Sistem VerifikasiNasional.

• BerdasarkanbestpracticedalamkebijakansatupetauntukkebijakansatudataGRK, BIG pernah melakukan membuat peta mangrove. BIG membangun pokja dan NSPK yang disepakati, portal bersama, serta rencana aksi dipantau oleh SISPAN, dan masing-masing walidata melakukan apa yang menjadi tugasnya.

SESI KEDUARingkasan Paparan Narasumber 1. “Framework One GHGs Data Policy Non-Land Based Sector”, PPE-ITB

• Pembicaramenyampaikan isu-isuPentingdalam“One GHGs Data Policy” meliputi aspek: (1) Metodologi (IPCC GLs dan Tier); (2) double counting atau tidak komprehensif (ada yang tidak tercakup); (3) pengumpulan data aktivitas: “many surveys – not match with the needs for inventory”; (4) Kemampuan melaksanakan inventory (metodologi/software, data aktivitas (unit/satuan dan konversinya), faktor emisi, dll.); dan (5) Data integrasi. Selain itu isu mengenai keterkaitan Inventory dan Mitigasi serta bagaimana menyusun baseline yang kredibel menjadi isu yang perlu mendapatkan perhatian.

2. “Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Sektor ESDM”, Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral-Kem. ESDM• Pembicara menyampaikan kegiataan utama pengelolaan data oleh Pusat

Data dan Teknologi Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, meliputi: (1) Pengelolaan Data Statistik; (2) Pengelolaan Data Hulu Migas Pengelolaan Data Spasial; dan (3) Penugasan sebagai simpul jaringan IGT Kementerian ESDM dalam kebijakan satu peta (koordinator), dan sebagai koordinator pengumpulan data dan informasi permintaan KPK-RI serta Sekretariat bersama dengan Set. Itjen dalam kegiatan Korsup Bidang ESDM bersama KPK-RI.

• KementerianEnergiDanSumberDayaMineralsecaraperiodiksetiaptahunmenerbitkan Handbook of Energy Statistics (HEESI) yang telah dipergunakan dalam perhitungan inventarisasi gas rumah kaca nasional.

3. “Penyediaan Data Statistik Nasional untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK)”, Direktorat Statistik Ketahanan Sosial-BPS• Pembicara menyampaikan peran dan kontribusi Badan Pusat Statistik

dalam Penyediaan Data Statistik Nasional untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK). BPS memerankan 2 (dua) peran penting yaitu: (1) sebagai data provider; dan (2) sebagai data user. BPS sebagai instansi penyedia data, ikut andil dalam penyediaan data GRK Nasional sesuai dasr hukum : (1) Undang- undang nomor 16 tahun 1997 tentang Statistik ; (2) Undang-undang nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; (3) SDGs Goal 13 tentang Penanganan Perubahan Iklim; (4) Peraturan Presiden No 61/2011 Tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca; dan (5) Peraturan Presiden No 71/2011 Tentang Penyelenggaraan

Page 70: Prosiding Festival Iklim 2018

62

Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional.• Kontribusi Badan Pusat Statistik dalamPenyediaanData StatistikNasional

untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK), antara lain: (1) Sektor Transportasi - melihat emisi CO3 kendaraan bermotor Data Jumlah Kendaraan Bermotor dari Subdit Statistik Transportasi; (2) Sektor Industri - melihat emisi CO2 dari industri kapur, industri besi baja, industri logam non baja, dll - Data produksi kapur, Produksi besi baja, dan ProduksiLogam Nonbaja dari Subdit Statistik Industri Besar dan Sedang; (3) Sektor Rumah tangga - melihat emisi CO2 rumah tangga - Data Jumlah Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Jenis Bahan Bakar untuk Memasak dari Subdit Statistik Kesejahteraan Rumah Tangga (Susenas); (4) Sektor Peternakan - melihat emsi CH4 dari hewan ternak dan unggas - Data Jumlah Populasi Ternak dan Unggas dari Subdit Subdit Pertanian, Peternakan dan Kehutanan; dan (5) Sektor Pertanian - melihat emisi CH4 Lahan Sawah - Data Luas Lahan Sawah dari Subdit Pertanian, Peternakan dan Kehutanan.

Pembahasan dan Diskusi• PembahasandandiskusimenekankanbahwadalamkebijakansatudataGRKdi

sektor non lahan, pentingnya peran lembaga-lembaga penyedian data, termasuk Badan Pusat Statistik dan lembaga-lembaga penyedia data di Kementerian dan Lembaga terkait dalam penyediaan data untuk inventarisasi GRK, terutama meliputi data industri dan energi. Pengendalian mutu dan penjaminan mutu menjadi bagian penting yang perlu dilakukan sehingga data yang dihasilkan lebih akuntabel dan sesuai dengan keperluan.

• Perbaikandanpendetilandataperludilakukanuntukmendapatkanperhitunganemisi gas rumah kaca berbasis non lahan yang lebh akurat. Tantangan kedepan, perlunya melakukan disagregasi data yang diperlukan ke tingkat sub sektor berbasis non lahan, serta ke tingkat regional untuk mengatasi ketersediaan data di daerah.

• Survei-survei yang telah dilakukan, perlu disinergikan untuk mengatasiketerbatasan data dalam inventarisasi GRK. Beberapa survei /ujicoba yang dikerjakan oleh BPS dapat lebih disinergikan seperti (1) SPPLH untuk melihat perilaku rumah tangga peduli lingkungan hidup dalam hal penghematan energi, penghematan air, penggnaan transportasi, pengelolaan sampah (rinci); (2) Modul Hansos BAB Lingkungan Hidup : perilaku rumah tangga peduli lingkungan hidup yang merupakan transformasi dari SPPLH; dan (3) SUPAS untuk Melihat mitigasi terhadap Perubahan Iklim seperti penanaman pohon; serta (4) Susenas untuk mengetahui perilaku rumah tangga peduli lingkungan hidup (secara umum).

Wrap Up• Tantangan pelaksanaan NDC perlu dijawab dengan data yang konsisten

sebagaihasildariprosesyangmenggunakanstandar,definisi,klasifikasi,satuan,dan asumsi yang sama serta riwayat data yang terstandar. Data yang objektif menggambarkan kondisi sebenarnya yang diwakili data tersebut karena patuh pada metodologi kegiatan statistik dan produksi informasi geospasial yang benar. Data yang tepat waktu dan selalu dimutakhirkan agar mampu memotret kondisi terkini.

Page 71: Prosiding Festival Iklim 2018

63

• Data-datadengankualitasyanglebihbaikdihasilkandaritatakeloladatayangterpadu, melibatkan berbagai kementerian/lembaga dan para pemangku kepentingan lainnya. Data-data tersebut merupakan hasil koordinasi yang baik diantara penghasil data dan pengguna data, atau sesama penghasil dan pengguna data. Koordinasi dan tatakelola data yang tepat antara sisi substansi data (apa isi dan untuk apa data tersebut) dan sisi metodologi data (bagaimana data tersebut dihasilkan) akan akan mendukung target pelaksanaan NDC yang direncanakan dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini menunjukkan pentingnya penerapan kebijakan satu data gas rumah kaca (One Data GHGs Policy) dalam strategi implementasi NDC di Indonesia. Implementasi One GHG Data Policy selanjutnya perlu diatur dalam ketentuan/peraturan, antara lain diatur pada Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri LHK.

8. MENCARI BENTUK PATROLI PENCEGAHAN KARHUTLA PERMANEN DI TINGKAT TAPAK

Hari, Tanggal : Rabu, 17 Januari 2018 Waktu : Pukul 09.00 – 12.00 WIB Tempat : Ruang Rimbawan IIPeserta yang hadir : ± 50 orang Moderator : Ir. Haryanto R. Putro, M.SiPembahas : 1. Drs. Budi Antoro, MBA, Direktur Kelembagaan dan

Kerjasama Desa, Ditjen Bina Pemerintahan Desa, Kemendagri

2. Dr. Ir. Muhammad Rizal, Kepala Biro Perencanaan, Setjen Kemendes, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

3. Dr. Iwan Gunawan, Bank DuniaNarasumber :

No Nama Instansi Judul/Tema Paparan

1. Ir.RafflesB.Panjaitan,M.Sc.

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan

Patroli Terpadu Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan : Kondisi dan Pencarian Bentuk Ideal

Patroli terpadu pencegahan kebakaran hutan dan lahan dilaksanakan mulai tahun 2016 dan masih berjalan untuk tahun 2018. Tahun 2016 dilaksanakan di 450 desa di 7 provinsi rawan kebakaran hutan dan lahan (Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur). Tahun 2017 dilaksanakan di 300 posko menjangkau 1203 desa rawan di 8 provinsi rawan kebakaran (Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur). Patroli terpadu melibatkan personil Manggala Agni, TNI, POLRI, pemerintah daerah dan masyarakat desa dalam satu tim. Anggaran kegiatan patroli terpadu dibebankan pada Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Ditjen PPI, KemenLHK.

Page 72: Prosiding Festival Iklim 2018

64

Patroli terpadu menjadi salah satu upaya unggulan dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang mampu menjalin sinergitas para pihak sampai di tingkat tapak. Patroli terpadu difokuskan pada kegiatan deteksi dini dan sosialisasi serta penyuluhan kepada masyarakat untuk optimalisasi pencegahan kebakaran hutan dan lahan di tingkat tapak.

Kegiatan patroli terpadu dinilai sangat efektif dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan yang berkontribusi nyata dalam penurunan hotspot dan luasan kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2016 dan 2017. Patroli terpadu masih diharapkan dapat dilaksanakan pada tahun-tahun berikutnya dengan lebih mengoptimalkan peran masyarakat dan pemerintah desa/kecamatan.

Pola kerja patroli terpadu perlu diduplikasi dan diinisiasi secara mandiri oleh masyarakat di desa rawan kebakaran hutan dan lahan dengan supervisi/pendampingan dari Manggala Agni KLHK, TNI, POLRI dan NGO. Peran pemerintah desa dan kecamatan harus terus ditingkatkan sebagai penanggung jawab dan komando. Selain itu, untuk menunjang keberlangsungan kegiatan, perlu digagas skema kelembagaan dan penganggaran yang bersifat permanen yang ditempatkan di desa atau kecamatan.

Page 73: Prosiding Festival Iklim 2018

65

Workshop ini bertujuan untuk :1. Mencari bentuk ideal patroli terpadu dengan basis masyarakat di tingkat tapak

dengan peningkatan peran dan fungsi aparat desa dan kecamatan;2. Mencari bentuk kelembagaan permanen dan pendanaan untuk kegiatan patroli

terpadu pencegahan kebakaran hutan dan lahan;

Ringkasan Paparan Narasumber Kondisi karhutla pada 3 (tiga) tahun terakhir digambarkan sebagai berikut:a. Periode 2015-2017 terjadi penurunan hotspot untuk seluruh Indonesia, yakni

jumlah hotspot berdasarkan satelit NOAA18, pada tahun 2015 adalah 21.929 hotspot, tahun 2016 adalah 3.915 hotspot, dan tahun 2017 adalah 2,581 hotspot;

b. Pada periode yang sama, telah terjadi penurunan luasan karhutla untuk total Indonesia, yakni pada tahun 2015 seluas 2.6 juta Ha, tahun 2016 seluas 438,363 Ha, dan tahun 2017 seluas 165,484 Ha;

c. Sedangkan luas karhutla menurut fungsi kawasan dirinci sebagai berikut: APL: 67.865 Ha, HK: 35.694 Ha, HP: 16,782 Ha (sumber data: Dit. PKHL)

Salah satu pengalaman sukses dalam rangka menekan kejadian karhutla adalah “Patroli Terpadu” sebagai upaya terobosan baru. Latar belakangnya adalah:1. Pelajaran dari kejadian Karhutla tahun 2015: sinergi antar instansi kurang, respon

kurang cepat, penanganan fokus pada pemadaman;2. Amanat Presiden pada Rakornas Pencegahan Karhutla 16 Januari 2016:

pencegahan dan early warning, reward and punishment, perbaikan dan penataan ekosistem, tinjau ke lapangan, penegakan hukum, sinergi pusat dan daerah

3. Amanat Presiden pada Rakornas Pengendalian karhutla 23 Januari 2017: a. Penetapan Siaga Darurat yang lebih dini, b. Mengajak masyarakat untuk terlibat aktif dalam mencegah kebakaran hutan

dan lahan; c. Menyiagakan operasi udara yang lebih awal;d. Melanjutkan proses penegakan hukum; e. Perbaikan tata kelola hutan dan lahan; f. Peningkatan koordinasi dan sinergitas para pihak

Page 74: Prosiding Festival Iklim 2018

66

Pelaksanaan patroli terpadu pada tahun 2016 sebanyak 7 provinsi, meliputi Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim. Dilaksanakan di 450 desa rawan dengan penanggung jawab kegiatan di provinsi adalah Balai Besar/Balai KSDA dan Taman Nasional.Tahun 2017 dilaksanakan di 8 provinsi meliputi Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng, Kalsel, dan Kaltim. Dilaksanakan di 300 posko desa yang menjangkau 1.203 desa rawan dengan penanggung jawab kegiatan di provinsi adalah Balai PPI dan Karhutla.

Secara operasional tim patroli terpadu terdiri dari 6 orang, yang berasal dari unsur MA, TNI, POLRI, dinas terkait, masyarakat setempat/MPA/LSM. Tugas harian dari Tim adalah:1. Monitoring kawasan (sumber air, kedalaman gambut, tinggi muka air, penumpukan

bahan bakaran, cuaca, aktivitas masyarakat yang berisiko terjadinya karhutla)2. Sosialisasi (anjangsana, penyuluhan dll)3. Pencarian informasi dan pemetaan masalah4. Melakukan groundcheck hotspot apabila terdeteksi muncul hotspot di wilayah

kerja5. Pemadaman dini apabila terjadi kebakaran, meminta bantuan posko daops

apabila membutuhkan dukungan6. Hasil dari tugas harian dilaporkan secara harian melalui versi wa dan versi laporan

tertulis dan disampaikan secara berjenjang setiap posko, dengan tujuan agar informasi dari lapangan selalu terpantau dan sehingga cepat ditindak-lanjuti.

Patroli terpadu pencegahan karhutla ini memiliki keunggulan, yaitu :1. Pelaksana patroli terpadu adalah lintas instansi/lembaga sebagai bentuk

rpersentasi kehadiran pemerintah dalam pengendalian karhutla di tingkat tapak.2. Patroli terpadu beroperasi di tingkat tapak sehingga kondisi wilayah rawan

karhutla termonitor setiap hari sehingga kejadian dapat lebih cepat tertangani.3. Laporan harian up todate, dimana monitoring secara harian dan berjenjang dari

desa ke pusat.4. Patroli terpadu melibatkan masyarakat desa setempat. Kegiatan ini sebagai

bentuk proses transfer pengetahuan, dimana proses perubahan sikap dan perilaku dapat berjalan.

Di tahun-tahun mendatang, patroli terpadu ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan di tingkat tapak. Untuk itu perlu dilakukan pembahasan mengenai bentuk ideal dari patroli terpadu ini, mulai dari bentuk kelembagaan, sumber pembiayaan, optimalisasi peran kecamatan dan kabupaten, serta bagaimana operasional kegiatan tetap dalam supervisi Manggala Agni, TNI Polri.

Page 75: Prosiding Festival Iklim 2018

67

9. GREEN GROWTH COMPACT (GGC) DAN PERAN PARA PIHAK KALIMANTAN TIMUR DALAM PEMENUHAN NDC

Hari, Tanggal : Rabu, 17 Januari 2018 Waktu : Pukul 09.00 – 12.30 WIB Tempat : Ruang Sonokeling KecilPeserta yang hadir : ± 25 orang (daftar hadir terlampir)Moderator : Dr. Niel Makinuddin (The Nature Conservancy)Narasumber :

No Nama Instansi Judul/Tema Paparan

1. Dr. Niken Sakuntala Dewi

Pusat Penelitian Pengembangan dan Inovasi-P3SEKPHI BLI, KLHK

FCPF Carbon Fund dan Status Negosiasi Terkini

2. Mohammad Fadli, S. Hut, MSi

Kasie Pemeliharaan Lingkungan Dinas LH Prov Kaltim

Upaya Kaltim dalam memenuhi NDC

3. Ir. Henny Herdianto MPKepala Bidang Perkebunan Berkelanjutan, Dinas Perkebunan Kaltim

Upaya penurunan emisi dari sub sektor perkebunan melalui web Geospasial Bun

4. Kaharuddin S. HutDirektur Produksi PT UDIT Gunung Gajah Group Kaltim

Pengelolaan Hutan di PT Gunung Gajah Abadi

5. Delon Martinus S. Hut, MSc The Nature Conservancy

Peran NGO mendukung FCPF-CF dan NDC Kaltim

6. Agustinus Karna Kepala Kampung Merabu Kecamatan Kelay

Pengelolaan di tingkat tapak (Kampung Merabu, Kecamatan Kelay)

Dalam COP 21, melalui Nationally Determined Contribution (NDC), Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi sebesar 29% dari Business as Usual dan 41% dengan dukungan internasional pada 2030. Untuk itu Pemerintah Indonesia telah secara aktif menyiapkan program pengurangan emisi dalam kerangka REDD+ dengan pembayaran berbasis kinerja dalam Carbon Fund. Program ini kemudian diejawantahkan melalui Forest Carbon Partnership Facilities-Carbon Fund (FCPF-CF) yang dikelola bersama Bank Dunia. FCPF-CF adalah program untuk mengurangi emisi dari deforestasi, degradasi hutan, dan pengelolaan hutan menyeluruh, dengan skema pembayaran berbasis kinerja. Pada bulan Oktober 2015, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah memilih Provinsi Kalimantan Timur sebagai lokasi program. Saat ini Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan KLHK telah menyelesaikan penyerahan Emission Reduction – Program Idea Note (ER-PIN) dan telah menyiapkan tahap akhir dokumen Emission Reduction Program Document

Page 76: Prosiding Festival Iklim 2018

68

(ERPD). Penurunan emisi yang dihasilkan dari program ini akan berkontribusi pada target penurunan emisi nasional seperti yang tertuang pada dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia.

Hasil perhitungan emisi dan diskusi-diskusi yang telah dilakukan oleh para pemangku kepentingan di Kalimantan Timur dan pada tingkat nasional menemukan bahwa sumber emisi di Kalimantan timur, sekitar 70% berasal dari konversi hutan alam menjadi non-hutan alam. Faktor yang memicu konversi hutan sebagian besar berasal dari sektor pekebunan, kehutanan monokultur, dan pertambangan. Untuk menghasilkan pengurangan emisi yang nyata, faktor-faktor pemicu konversi tersebut perlu diatasi. Komitmen pemerintah nasional dan Provinsi Kalimantan Timur mutlak diperlukan. Selain itu kontribusi pihak swasta (dengan luasnya hutan alam tersisa yang berada di konsesi yang dikelola swasta), masyarakat desa/kampung, akademisi, LSM nasional dan internasional, dan penyandang dana juga sangat penting.

Propinsi Kalimantan Timur telah banyak melakukan inisiatif dan inovasi, dengan keterlibatan aktif banyak pihak, dalam mendukung upaya penurunan emisi dan pelaksanaan FCPF-CF. Pemerintah Kalimantan Timur telah mendeklarasikan visi Kalimantan Hijau pada tahun 2009. Untuk mendukung percepatan perwujudan visi ini, Pemerintah Kalimantan Timur mendeklarasikan Kesepakatan Pembangunan Hijau (Green Growth Compact, GGC) pada tanggal 29 Mei 2016 sebagai wujud komitmen kemitraan para pihak yang terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan kabupaten, swasta, masyarakat adat, LSM nasional dan internasional, negara sahabat (bilateral) dan lembaga multilateral. Provinsi Kalimantan Timur juga telah melakukan terobosan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutannya melalui penandatanganan Deklarasi Rio Branco, berpartisipasi aktif dalam dialog mengenai REDD+ di Indonesia dan forum international, mengembangkan strategi pertumbuhan yang rendah carbon, melakukan moratorium ijin pertambangan, kehutanan dan kelapa sawit serta mengembangkan strategi dan rencana aksi perubahan iklim. Kesepakatan ini kemudian diejawantahkan dalam pengembangan beberapa inisiatif model yang kemudian di sepakati bersama oleh para pihak pada pertemuan Governor’s Climate and Forest di Balikpapan pada tanggal 27 September 2017.

Page 77: Prosiding Festival Iklim 2018

69

Tujuan seminar ini adalah:• Mensosialisasikan kemajuan, tantangan, dan pembelajaran terkait upaya

pemerintah propinsi Kalimantan Timur, peran serta sektor swasta, LSM, perguruan tinggi dan masyarakat desa/kampung dalam memenuhi NDC dan melaksanakan FCPF-CF.

• Mendapatkan masukan dari para pihak untuk menyempurnakan strategi daninisiatif yang sudah terlaksana di Kalimantan Timur.

Acara dihadiri oleh peserta yang memiliki wilayah kerja atau wilayah studi di Kaltim. Jalannya acara sangat menarik, karena diikuti berbagai pihak yang memberikan informasi dari berbagai sisi/kalangan (pemerintah pusat, pemerintah daerah, NGO, perusahaan swasta/HPH, dan masyarakat kampong).

Ringkasan Paparan Narasumber 1. “FCPF Carbon Fund dan Status Negosiasi Terkini”, P3SEKPHI BLI-KLHK

• PenjelasantentanyangapaituFCPF,apatargetpencapaianperfasenya,dansudah sampai dimana proses FCPF dilaksanakan di kaltim, dan apa peran World Bank disitu;

• KaltimpadasaatinimasihberadapadaperiodeReadinessfund(2011-2019)yang focus pada capacity building;

• Faseimplementasiataufasecarbonfundyangfocuspadahasilterverifikasidan peran insentif baru dilaksanakan pada periode 2019-2024;

• DibawahWBada2skemabesarpendanaan,yaituBiocarbonFunddanFCPF.Kaltim adalah untuk FCPF.

• BanyakpembelajaranyangbarudipahamiIndonesiasetelahterlibatdenganFCPF, antara lain permasalahan leakage dan displacement, juga hal-hal terkait institutional arrangement dan penyiapan SDM;

• Dalamimplementasi,perlunyakomitmenpolitikdandukungansub-nasionalyang kuat, termasuk skala atau cakupan harus jelas, ada standard kepatuhan, harus sesuai dengan strategi nasional, dan informasi challenge yang dihadapi

• Di dalam ERPD disepakati bahwa 94% dari keberhasilan penurunan emisidengan FCPF Kaltim bisa masuk ke dalam NDC Indonesia

• PotensiinsentifFCPF(USD5/toncarbonemisi);• Padaperjalannya,masalahFCPFlebihkearahinstitutionalarrangement• Pembelajaran FCPF: pengaturan kelembagaan untuk implementasi

REDD+, pembelajaran upaya trasnformasi praktek pengelolaan lahan untuk pemenuhan NDC dan tujuan pembangunan iklim. Termasuk pembelajaran tentangnon-carbonbenefit;

• Tantangan: carbon accounting, pemahaman REDD+ yang terbatas, peran berbagai sektor diluar kehutanan (ini kaitannya dengan driver), kesiapan sektor kehutanan, rasa memiliki kebijakan REDD+, Pilkada, persiapan regulasi dan kelembagaan REDD+, dan hal-hal terkait finance (keterkaitan denganbenefitsharing dan investasi lanjutan untuk pencapaian target), serta kesiapan semua stakeholders.

Page 78: Prosiding Festival Iklim 2018

70

2. “Upaya Kaltim dalam memenuhi NDC” , Dinas LH Provinsi Kaltim• Kondisi Kaltim: januari ultah Kaltim ke-62. Potensi Kaltim: 129 ribu m2

daratan, 7 kabupaten dan 3 kota, 103 kecamatan, 1,032 desa (3.3 juta jiwa penduduknya); 157 sungai besar dan 3 danau, lahan kritis seluas 7.7 juta ha, 8 juta ha hutan; Indeks kualitas lingkungan 82, dan target penurunan emisi 1,650 ton

• Dengan sumber daya itu, Kaltim meletakkan masyarakat sebagai focus,dengan kelestarian menjadi hal utama untuk dipertahankan;

• AkanadaPilkadabaru,namundemikian tahun iniakanada“Master Plan” (blue print) perubahan iklim, sehingga bisa menjadi acuan bagi pemimpin kaltim berikutnya (terkait kemungkinan pergantian gubernur dan interestnya);

• Program Kaltim Hijau dan berbagai kesiapan yang ada (dokumen danperaturan);

• 1M29jutaadalahBaselineuntuksektorlahan:43jutatonCO2e adalah emisi sektor lahan, akibat perubahan lahan

• Driver yang sudah dicatat oleh provinsi kaltim – tentunya ini harus dikaitkan dengan rencana aksinya;

• Emisidihutandibawahtarget,tapitetaptinggi–apakahstrategikaltimuntukini, apakah ada setting planned dan unplanned deforestasi

• Kawasanpertambangan–adatargethutanprimeryangakandipertahankan• GGC–29mai2016–bertujuanmemperluasinistiatifyangadadanmengisi

gap yang ada, serta memadukan kewajiban membangun komitment dengan para pihak (khususnya perusahan)

• Tantangan:tidaksemuastakholdersmemahamiGGC,jaminanpembangunanekonomi yang sehat, penurunan anggaran APBD

• Pembelajaran: CCG diakomodir pada saat pertemuan GCF tahunan, inimenunjukkan bagaimana CCG akan diposisikan di Kaltim;

• Dukungan NDC: perlu dukungan aturan, mekanisme insentif, koordinasiantara di nasional dan sub-nasional, penyesuaian kewenangan akibat UU23, sistem registry;

• FCPFmerupakansalahsatupembelajaranyangbagusuntuk implementasiREDD+ di lapangan, menjamin kesinambungan/lestari.

3. “Upaya penurunan emisi dari sub sektor perkebunan melalui web Geospasial Bun”, Dinas Perkebunan Provinsi Kaltim• MemperkenalkanWebGeoSpasialBun;• Status kondisi pengelolaan perkebunan di kaltim: pada produktivitas,

komoditas unggulan non-sawit, dan juga melingsungi wilayah yang bernilai konservasi tinggi.

• Perkebunan masih banyak pada komoditas, bagaiman dengan unsurpenggunaan lahan yang terkait pembangunan rendah emisi

• PerkebunanmasihmerupakanbackboneuntukPDRBKaltim• Adanya deklarasi kesepakatan pengembangan kebun berkelanjutan,

mempertahankan 640,000 ha hutan alam yang ada, menurunkan deforestasi setengahnya

• Onemaponedatauntukketerbukaanprosesperijinanperkebunan

Page 79: Prosiding Festival Iklim 2018

71

• Database atas dasar citra resolusi tinggi (SPOT 6 dan 7) – perlu tahubagaimana dengan kesinambungan dari sistem yang ada (terkait dengan keterbatasan data source). Apresiasi - WebGIS LHK hanya pada informasi di dalam kawasan hutan, dan yang kebun diluar belum tercatat

• WebGISmemberikan informasi yang cukup up-todate untukperijinandanproses pengelolaan perkebunan- sangat membantu urusan pengawasan

• UrusanpelatihandanpengembanganSDMterkaitdenganWebGIS• Ada4kategoriuseruntukwebGISini,danadaprotocoldatasudahada(bisa

untuk dikaji tentang protocolnya)

4. “Pengelolaan Hutan di PT Gunung Gajah Abadi”, PT UDIT Gunung Gajah Group Kaltim• Pengelolaan hutan di PTGunungGajah Abadi, denganmengikuti prinsip

TPTI secara penuh;• Contoh-contoh lapangan pengelolaan hutan secara lestari (PHPL-SFM) –

dengan penerapan RIL C; dengan hasil 37% penurunan emisi carbon setelah penerapan RIL-C.

• Dari data yang dikumpulkan dan dilaksanakan dengan kerjasama denganTNC diperoleh data bahwa logging memberikan kontribusi 12%, untuk itu RIL-C menjadi sangat penting – dengan menurunkan SKID (skidding);

• Tantangan:peningkatankapasitas (konvesionalkeRIL), investasialatberat,pemberdayaan masyarakat, kajian pemanfaatan limbah;

• Pengusaan hutan sebetulnya adalah benteng terakhir untuk menjagakelestarian hutan di dalam hutan. Karena ini kepastian adanya pengelola menjadi sangat penting;

• Harapan: perlindungan/dukungan pemerintah untuk menjaga kepastiankawasan produksi terkait dan mengurangi perubahan tutupan lahan karena kebijakan; Mendorong pasar hasil hutan kayu;

• Kunci keberhasilan bisa mencapai rotasi kedua: komitmen dan ketertibandalam menjalankan peraturan TPI yang ada;

• PerluadafasilitasikomunikasidenganDitjenPHPLdanpemerintahprovinsiuntuk memberikan dukungan agar RIL ini bisa dilaksanakan, terlebih karena RIL-C memang bisa dilakukan;

• Ada 3 komponen utama untuk pelaksanaan RIL-C: surveyor yangberpengalaman, operator GIS untuk mempersiapkan rencana pemanenan sebagus mungkin, operator buldoser yang masuk dulu, baru diikuti oleh operator chainsaw yang sudah mendapatkan pelatihan dengan baik (masuk ciri2 RIL-C)

• Komitmensangatpenting,karenasebenarnyauntuksemuaHPH,dukungan3 komponen utama untuk pelaksanaan RIL-C sudah pasti ada

5. “Peran NGO mendukung FCPF-CF dan NDC Kaltim”, The Nature Conservancy• KeterhubunganantaraNDCdenganapayangsudahdikomitmenkandalam

FCPF. Dalam hal ini FCPF menjadi lesson learnt untuk keberlangsungan NDC;• BanyaknyaLSMyangberejadiKaltim,dimanacakupankerjanyajugabanyak

dari blue carbon, perhutanan social, hutan produksi sampai webGIS dsb;

Page 80: Prosiding Festival Iklim 2018

72

• Pembelajaran TNC: HPH, perlindungan species penting (WEHEA KELAY),perhutanan social, pengelolaan hutan lindung (WEHEA), pengelolaan kebun sawit, inisiatif blue carbon (Delta Mahakam) → goalnya penurunan emisi;

• 32jutaton/tahun,namunemisidi2016sangattinggi–compatibledenganyang nasional, namun ada tambahan: emission source dari logging dan mangrove soil – ada jaminan tidak ada overlapping (double counting) diantara komponen emsi);

• KontribusiKaltimuntukNDC–diperlukantargetsetiaptahunsampaidengan2030 dari pendekatan nasional (kesulitannya tentunya terkait planned deforestation);

• Tantangan: komitmen luar biasa dari pemerintah (berbagai level) untukpenurunan emisi, Juga Komunikasi, policy/kebijakan dan benefit sharing dan dukungan riil Nasional per-sektor yang dirasa belum terlihat.

6. “Pengelolaan di tingkat tapak di Kampung Merabu, Kecamatan Kelay”, Kampung Merabu Kecamatan Kelay• Sebagai Putera Asli Dayak Lebo yangmenjadi kepala KampungMerabu-

Kecamatan Kelay-Kabupaten Berau: menyampaikan tingginya kepedulian untuk menjaga kelestarian alam;

• Dibutuhkan dukungan untuk menumbuhkan rasa percaya diri masyarakatlocal dalam menjaga kelestarian alam;

• Dalam fungsimasuk di HP danHL, dan ada ekosistemKarts (7,500 ha) –sedang diusulkan sebagai warisan dunia (Sangkulirang Mangkalihat);

• Pemberdayaan masyarakat: Madu Hutan (Madu Merabu). Keterlibatananggota masyarakat untuk bisa berpartisipasi dalam rencana pembangunan;

• SIGAP REDD+: dengan adanya SIGAP REDD+ ini, ternyata anggarankampung bisa naik dari 1.6 menjadi 4.5 milyar/tahun;

• Tantangan:dari luardihimpitolehperkebunan (untuk fasilitas,perkebunanmembutuhkan kayu); tantangan dari dalam; kurangnya lapangan kerja (dimanffatkan untuk terlibat illegal logging). Harapannya dari iklim ini bisa mendapatkan manfaat nyata, minimal dari urusan lapangan kerja;

• KampunginisangatadakansuntukdikaitkandenganProklim.

Page 81: Prosiding Festival Iklim 2018

73

Pembahasan dan Diskusi• GGCdenganFCPFmemberikanprosespembelajarandalampenanganan isu

perubahan iklim di tingkat sub-nasional. Beberapa contoh yang ditunjukkan oleh dinas LH cukup memberikan informasi tentang bagaimana capacity building telah dilakukan, walaupun mungkin dirasa masih belum sepenuhnya mencapai kebutuhan optimal;

• Dalam hal ini, maka komitmen dari pemerintah, termasuk pemerintah pusat,pemerintah daerah dan para stakeholders terkait, termasuk NGO, pengusaha dan masyarakat menjadi sangat penting;

• Institutional arrangement adalah kunci untuk menjalankan isu perubahan iklim secarasignifikan.FCPFdiharapkanbisamemberikanprosespembelajaranterkaithal ini. Institutional arrangement juga mencakup tata hubungan kerja, bisnis proses, termasuk protocol data dan iformasi yang terkait. Dalam hal ini penyediaan website untuk informasi online sangatlah membantu para stakeholder terkait untuk memahami permasalahan yang dihadapi; Apa yang sudah dibangun oleh Dinas Perkebunan ini dapat juga dilengkapi oleh Dinas-dinas lainnya, sehingga webGIS yang ada bisa memberikan informasi lebih komprehensif.

• PermasalahanyangdihadapiuntukimplementasiREDD+adalahmencakupbaikurusan teknis dan non-teknis. Dalam hal ini diharapkan CCG bisa menjadikan wadah untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan terebut;

• Masyarakatditingkattapakberharapagardukungansampaitingkattapakdapatditingkatkan, minimal untuk memberikan kepercayaan kepada mereka untuk melalukan pengelolaan sumber daya alam secara optimal, dan berkontribusi pada penanganan perubahan iklim.

Wrap Up• SudahbanyakkemajuanyangterjadidiKaltimterkaitisuperubahaniklim,namun

demikian tantangan masih cukup banyak, terlebih yang langsung terkait dengan implementasi di lapangan;

• Tantanganakanmencakupaspekteknismaupunnonteknis,termasukpoliticalwill dan komitment baik pemerintah pusat, daerah, swasta, NGO dan masyarakat lokal;

• Kolaborasi pengelolaan para pihak merupakan pembelajaran berharga, dandengan CCG diharapkan dapat terus dikembangkan.

Page 82: Prosiding Festival Iklim 2018

74

10. NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH PERUBAHAN IKLIM

Hari, Tanggal : Rabu, 17 Januari 2018 Waktu : Pukul 13.30 – 16.45 WIB Tempat : Ruang Rimbawan IIModerator : Dr. Agus PambagioPeserta yang hadir : ± 200 orangNarasumber :

No Nama Instansi Judul/Tema Paparan

SESI PERTAMA

1. Dr. Ir. Nur Masripatin, M. For. Sc Direktur Jenderal PPI Naskah Akademis RPP

PI

2. Ir. Satya Widya Yudha, M.Sc., Ph.D Wakil Ketua Komisi VII DPR

Perspektif dan Tanggapan Legislatif Terhadap Sinkronisasi Multisektoral untuk Pengendalian Perubahan Iklim

3. Dr. Hayu Susilo PrabowoKetua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan SDA, MUI

RPP Pengendalian Perubahan Iklim dari Perspektif agama Islam

4. Pdt. Penrad SiagianSekretaris Eksekutif Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan, PGI

RPP Pengendalian Perubahan Iklim dari Perspektif agama Kristen

SESI KEDUA

5. Prof. Asep Warlan YusufDosen Fak. Hukum Universitas Parahyangan Bandung

Pokok-pokok pikiran (NA) RPP Perubahan Iklim

6.Dr. Muhamad Ramdan Andri Gunawan Wibisana, SH, LLM

Lektor Kepala pada Fak. Hukum Universitas Indonesia

UU atau PP Perubahan Iklim

7. Roosdinal Salim KADINPengaturan tentang Perubahan Iklim dari Perspektif dunia usaha

8. Dayu Hilma Kemitraan Indonesia

Perspektif Good Governance dan RPP Pengendalian Perubahan Iklim

Perubahan iklim mempresentasikan suatu ancaman yang mendesak dan berpotensi permanen bagi peradaban, kehidupan manusia dan planet bumi. Perubahan iklim terjadi karena adanya peningkatan suhu permukaan bumi yang mengakibatkan

Page 83: Prosiding Festival Iklim 2018

75

semakin tingginya curah hujan, intensitas dan frekuensi badai, semakin tingginya suhu ketika musim kemarau, kegagalan panen, penyebaran penyakit, kematian akibat gelombang panas, sampai pada kenaikan permukaan air laut.

Hasil kajian ilmiah para pakar dunia menguatkan pandangan tersebut bahwa perubahan iklim benar telah terjadi dan dampaknya semakin kuat karena tingginya emisi gas rumah kaca (CO2, CH4, N2O) yang dilepas ke atmosfer dari aktivitas manusia. Salah satu faktanya yaitu untuk pertama kalinya selama periode 800,000 tahun konsentrasi CO2 di atmosfer melewati 400 ppm terjadi pada bulan Juni 2013. Saat ini kenaikan suhu global telah mencapai 0.85 °C dibandingkan dengan kondisi suhu rata-rata pada masa pra-industri. Jika kenaikan tingkat emisi gas rumah kaca terus berlanjut, maka diprediksi pada tahun 2,100 konsentrasi CO2e di atmosfer akan melampaui 1,000 ppm, dan kenaikan suhu global diperkirakan mencapai lebih dari 4–5°C. Apabila hal ini terjadi, maka dampak perubahan iklim akan semakin sulit atau mustahil untuk dapat diatasi. Oleh karena itu, hampir semua negara pihak United Nations Convention on Climate Change (UNFCCC) menyepakati Paris Agreement pada tahun 2015.

Sebagai negara kepulauan, dan rentan terhadap dampak perubahan iklim, Indonesia turut serta dalam upaya pengendalian perubahan iklim dan berkepentingan melindungi warga negara Indonesia untuk memperoleh hidup yang layak dan sehat sesuai dengan UUD 1945. Indonesia secara aktif turut serta dalam proses negosiasi perubahan iklim di forum internasional. Pada tahun 2016, Indonesia meratifikasiParis Agreement melalui UU Nomor 16 tahun 2016 tentang Pengesahan Wrap Upto the United Nations Convention on Climate Change (Persetujuan Paris atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim). Persetujuan Paris merupakan kerangka kerjasama global dalam konteks mitigasi, adaptasi, penggalangan sumber pendanaan oleh Negara maju untuk negara berkembang, teknologi transfer dari Negara maju ke Negara berkembang dan peningkatan kapasitas (sumber daya manusia, kelembagaan, data dan informasi, penelitian, transparansi).

Persetujuan Paris dilaksanakan oleh semua komponen bangsa sesuai dengan peran masing-masing seperti pemerintah, dunia usaha, agamawan, pakar legislatif, masyarakat, dan lembaga pendidikan dan media. Karena luasnya pengaturan pengendalian perubahan iklim dan untuk memenuhi komitmen Indonesia yang telah disampaikan melalui Kontribusi yang Diniatkan (Nationally Determined Contribution-NDC), maka perlu disusun suatu peraturan pelaksana dari UU nomor 16 tahun 2016 dan UU nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang fokus pada pengendalian perubahan iklim.

Kegiatan ini merupakan dialog nasional yang pertama dilakukan dan bertujuan untuk sharing informasi serta mendapatkan masukan dari berbagai perspektif seperti agama, hukum, dunia usaha, legislatif, masyarakat (LSM) mengenai upaya pengaturan pengendalian perubahan iklim.

Dialog Nasional Perubahan Iklim dibuka oleh Direktur Jenderal PPI dan dihadiri para peserta dari berbagai perwakilan instansi pemerintah pusat dan daerah, perguruan

Page 84: Prosiding Festival Iklim 2018

76

tinggi, dunia usaha, lembaga penelitian dan masyarakat dan para mahasiswa. Direktur Jenderal PPI menyampaikan kebijakan perubahan iklim dan kewajiban melaksanakan NDC serta perlunya peraturan perundang-undangan dibidang perubahan iklim (UU Perubahan Iklim atau setidaknya Peraturan Pemerintah). Dengan melihat fenomena dampak perubahan iklim yang semakin besar di berbagai tempat dan kondisi nasional serta komitmen manadtory di bawah Paris Agreement, maka perlu adanya suatu pengaraturan yang komprehensif terkait perubahan iklim. Rancangan peraturan pemerintah mendesak untuk disusun dalam jangka waktu yang singkat karena sebagai implementasi dari Persetujuan Paris atau UU no 16 tahun 2016, dan juga merupakan mandat UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sedangkan dalam jangka panjang, maka perlu adanya Rancangan Undang-Undang tentang Pengendalian Perubahan Iklim.

Ringkasan Paparan Narasumber 1. “Perspektif dan Tanggapan Legislatif Terhadap Sinkronisasi Multisektoral untuk

Pengendalian Perubahan Iklim”• MenyampaikanpandangandarisisilegislatifterhadapmateriRPPPerubahan

Iklim• SinkronisasimultisektoraldalampenyusunanRPPPengendalianPerubahan

iklim dengan eksisting peraturan yang sudah ada di berbagai Kementerian/Lembaga.

• Melihatperbandinganhukum/perbandingandengannegaralain(Amerikadan Tiongkok)

• Melihat potensi pasar teknologi lingkungan serta mendorong green budgeting.

• SinkronisasiantaraSDGdenganfocalpointBappenasdanNDCdenganfocalpoint KLHK sehingga dapat dimasukkan dalam rancangan RPJMN.

• Perlumempertimbangkansystempembatasanpencemarmelaluimekanismekuota.

• UrgensipenyusunanRPPPerubahaniklimmendesakdilakukandalamjangkapendek (segera) sedangkan rancangan undang-undang dapat disusun dalam konteks pengendalian perubahan iklim dalam jangka panjang.

Page 85: Prosiding Festival Iklim 2018

77

2. “RPP Pengendalian Perubahan Iklim dari Perspektif agama Islam”, Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan SDA, MUI• PengelolaanLHtidakbisalepasdarifaktorhukum,tetapihukumsajabelum

cukup, perlu faktor moral & etika yang berbasis pada agama. • Perluadaregulasiuntukmencegahpemanasanglobal,peningkatanpopulasi

jumlah penduduk, sektor pertanian dan kerentanan.• Pengaturan dibidang perubahan iklim selaras dengan spirit Pengelolaan

Sumber Daya Alam dalam Pasal 33 ayat (1), (2), (3), (4), dan (5) UUD 1945 yang secara jelas menyiratkan bahwa penguasaan perekonomian terkait hasil sumberdaya alam harus berpatok kepada kepentingan bersama dan untuk kemakmuran rakyat yang berasaskan kepada keadilan. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan dalam pengajaran agama Islam.

3. “RPP Pengendalian Perubahan Iklim dari Perspektif agama Kristen”, Persatuan Gereja Indonesia (PGI)• Padasaatinisudahterjadikrisisekologisyangmamacuterjadinyaperubahan

iklim sehingga berdampak pada kehancuran iklim.• Pengaturan Perubahan Iklim dapat mencegah keserakahan – kerakusan

manusia yang tak terbatas, pertumbuhan penduduk, pemakaian teknologi yang tidak ramah lingkungan, cara pandang yang salah terhadap bumi dan alam, Kultur dan Sistem Sosial-Ekonomi (ketidakadilan global), Pemaksaan alam melebihi batas-batas yang diciptakan ketika Allah menciptakannya.

• PandanganKristiani terhadap alam semesta adalah “SungguhAmatBaik”diciptakan Tuhan, Merusak ciptaanNya sama dengan merusak relasi dengan Pencipta.

4. “Pokok-pokok pikiran (NA) RPP Perubahan Iklim”, Fak. Hukum Universitas Parahyangan Bandung• Berdasarkan Pasal 1 angka 11 UU 12/2011 tentang tata cara penyusunan

Perundangan, Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu RUU, Raperda Provinsi, atau Raperda Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat.

• Ratifikasi Perjanjian Parismelalui UU 16 Tahun 2016merupakanperaturanyang mengikat Negara akan suatu komitmen global, tidak mengikat warga Negara atau korporasi. Rancangan undang-undang atau Peraturan Pemerintah tentang Pengendalian perubahan iklim akan mengikat warga Negara, dan korporasi.

• SampaisaatinibelumadaUUyangmengaturperubahaniklimsecarakhusus.Namun sector atau K/L terdapat peraturan yang berisi isu perubahan iklim. Oleh karena itu perlu adanya suatu pengaturan yang sinkron dan sinergi dengan peraturan yang sudah ada.

• Untuk itupengaturandalambentukUndang-undangatauPPdapatdibuatsebagai pelaksanaan UU nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta UU nomor 6 tahun 1994 tentang UNFCCCsertaUUnomor16tahun2016tentangRatifikasiPerjanjianParis Agreement.

Page 86: Prosiding Festival Iklim 2018

78

• Jenissanksi(administrasi,perdata,pidana)berkaitandenganjenisperaturanyang ingin disusun RPP atau RUU.

5. “UU atau PP Perubahan Iklim”, Fak. Hukum Universitas Indonesia• PenyusunanUU/PPdibidangPerubahaniklimdibutuhkanuntuksinkronisasi

peraturan dan kewenangan terkait mitigasi/adaptasi dalam rangka komitmen pelaksanaan NDC.

• Dalam penyusunan Peraturan dibidang perubahan iklim tidak hanyadibatasi pada emisi dari deforestasi/degradasi hutan termasuk mengurangi dan mengatasi kerugian dan kerusakan (loss and damage) akibat dampak perubahan iklim.

• PerlumemertimbangkanGRKsebagaipolutanataupencemarsehinggaadapembatasan melalui baku mutu, pemberian kuota

6. “Pengaturan tentang Perubahan Iklim dari Perspektif dunia usaha”, KADIN• Dari sisi dunia usaha dibutuhkan konsistensi dari regulasi-regulasi yang

dikeluarkan Pemerintah karena menyangkut masalah kepastian investasi.

7. “Perspektif Good Governance dan RPP Pengendalian Perubahan Iklim”, Kemitraan Indonesia• Dalam penyusunan pengaturan dibidang perubahan iklim agar

memperhatikan:1) Good Governance dalam RPP Perubahan Iklim;2) Berbagai Aktor dalam Pengendalian Perubahan Iklim;3) Kesenjangan Peran Berbagai Pihak (Energi dan Pertanian);4) Peran Non State Actors;

• Saranuntukdimasukkandalampenyusunanpengaturandibidangperubahaniklim:

1) Good Governance dalam pencapaian target NDC mensyaratkan koordinasi dan pembagian peran antar aktor.

2) Masih terdapat kesenjangan peran berbagai aktor dalam upaya pencapaian komitmen NDC.

3) Untuk mengurangi kesenjangan dan mendorong peran berbagai aktor

Page 87: Prosiding Festival Iklim 2018

79

dalam pencapaian NDC, proses perumusan RPP Perubahan Iklim sebaiknya bersifat inklusif, dengan melibatkan berbagai pihak.

4) Dengan proses yang inklusif, RPP Pengendalian Perubahan Iklim diharapkan dapat mengatasi permasalahan teknis dan non teknis (termasuk politik) dalam upaya penurunan gas rumah kaca.

Pembahasan dan Diskusi1. Krisis lingkungan sudah terjadi yang menimbulkan dampak perubahan Iklim.

Krisis moral menjadi pemicu utama dengan anggapan bumi sebagai potensi untuk dieksploitasi. Sehingga perlu peran umat beragama untuk menyikapinya. Dalam Islam segala sesuatu tindakan harus ada basis hukum Islam.

2. Perubahan iklim bukan hanya masalah politis, tapi sudah menjadi masalah keamanan, dan mewujudkan ekstrimisme.

3. Salah satu kelemahan kita dalam implementasi hukumadalah basis moralitas yang tidak tertib. PGI berpandangan sudah terjadi krisis ekologis akibat cara hidup yang tidak memperhatikan sumber daya alam dan lingkungan dalam konteks spiritual. Oleh karena itu sudah waktunya gereja-gereja mendorong umatnya melakukan pertobatan ekologis.

4. NA ini perlu pendalaman dengan melakukan harmonisasi lintas sector. Hadirnya PP karena sebuah kebutuhan pengaturan dan diharapkan adanya kolaborasi antara beberapa UU sektor terkait.

5. Dari sisi urgensi janji Indonesia terhadap dunia (NDC), maka sinkronisasi peraturan lintas sektor lebih mendesak.

6. Disampaikan mengenai contoh putusan pengadilan Indonesia berkaitan dengan perubahan iklim yaitu kasus tambang batubara di Kalimantan. Salah satu perhitungan kerusakan lingkungan untuk perubahan iklim adalah lepasnya zat gas rumah kaca akibat kebakaran. Demikian juga dengan hampir semua kasus kebakaran hutan yang masuk pengadilan mencantumkan dampak kebakaran terhadap perubahan iklim yaitu lepasnya GRK. Hal ini dapat dipertimbangakan dalam RPP yang akan disusun.

7. Kadin Indonesia sangat mendukung penyusunan RPP ini terutama berkaitan dengan peraturan ini yang dapat menarik investasi kedalam negeri, serta adanya mekanisme karbon trading, system insentif dan disinsentif.

8. Dalam RPP ini peran masyarakat, good governance untuk mencapai kemitmen NDC, koordinasi, sinergi, lintas sektor dan lintas masyarakat perlu diatur sehingga ada umpan balik dan interaksi timbal balik dari pelaku-pelaku sektoral dan level (pemerintah pusat dan daerah).

9. Perlu penegasan sanksi dalam RPP ini meliputi sanksi terhadap pelanggaran dibidang ambang batas emisi.

Wrap Up• DalamkaitanlegislasipenyusunanRPPperludilakukanSinkronisasiantaraSDGs

terutama Kebijakan Nasional yang terdiri dari SDG 13 dengan NDC Climate Action, Pernyataan pemerintah di COP 23, Climate-related hazards, natural disasters, National policies, strategies, planning, Education, awareness, capacity, Funding climate action, Women, youth, local, marginalized.

• DalampenyusunanRPPperludiaturstrategidampaktanahobjekreformaagraria

Page 88: Prosiding Festival Iklim 2018

80

(TORA) 9 juta ha dan Perhutanan Sosial 12.7 ha terhadap NDC Indonesia di sektor LULUCF/FOLU (penurunan laju deforestasi) melalui penguatan komitmen, regulasi, dan pengawasan di sektor kehutanan (mengambil lessons learned dari pengalaman buruk karhutla akibat pengawasan dan pencegahan yang buruk).

• RPP ini perlu menekankan ulang posisi diplomatis (diplomatic stance) terkait syarat dan ketentuan bantuan pendanaan luar negeri untuk pengendalian perubahan iklim sehingga mendorong klausul untuk bantuan muka (up-front assistance) alih-alih hanya berdasarkan performa (performance-based).

• RPP ini merupakan pengaturan yang dapat mengikat dan mendorong agarpencapaian NDC Indonesia mengesampingkan ego sektoral dan bersifat lintas kementerian/sektor secara riil di pelaksanaan serta realisasi melalui sinkronisasi antar-national focal point, SDGs, NDC, dan peraturan turunannya.

• RPP ini juga mengatur inventarisasi GRK secara nasional setiap lima tahun,diperlukan pemutakhiran serta analisis Climate Budget Tagging yang pernah diprakarsai tahun 2014.

• KomisiVIIDPRRImemintapemerintahkonsistenmemasukkanNDCkedalamRPJMN agar pelaksanaannya bisa efektif.

• TerhadappertimbanganmemasukkanGRKsebagaipollutantyangmembutuhkanpenetapan baku mutu emisi. Hal ini sudah dilakukan di Amerika dalam Air Clean Act dan sudah ada putusan Pengadilan Massassuchat agar kendaraan bermotor meningkatkanefisiensinyasehinggagasbuang(GRK)bisadibatasi.Kuotasudahditerapkan di Eropa dengan cara Model dari Carbon Trading yang ditetapkan berdasarkan laporan emisi setiap 5 tahunan. Bahkan beberapa perusahaan di Eropa diwajibkan melakukan pembatasan emisi yang dipersyaratkan dalam ijin atau seperti AMDAL di Indonesia sehingga ada batasan emisi (kuota). Dalam kaitan dengan ketentuan didalam UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 21 ayat 2 terdapat penetapan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup meliputi kriteria baku kerusakan ekosistem dan kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim.

• Ketentuanhukumdi IndonesiaGRKbukanbahanpencemarBakumutuudaraambien PP No. 41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara tidak mencantumkan GRK sebagai polutan yang harus dibatasi. Sehingga seharusnya tidak bisa dinyatakan terjadi pencemaran udara karena “pelampauan” GRK.

• BeberapaputusanPengadilandi Indonesia telahadayurispudensibaikdalambidang pidana dan perdata bahwa pelanggaran dalam bidang baku mutu dapat dituntut dan dihukum.

• Dalam penyusunan RPP dibidang perubahan iklim tidak hanya dibatasi padaemisi dari deforestasi/degradasi hutan termasuk mengurangi dan mengatasi kerugian dan kerusakan (loss and damage) akibat dampak perubahan iklim. Pemahaman loss and damage dalam konteks penyusunan RPP perlu pengkajian lebih mendalam karena berkaitan dengan aspek kausalitas yang dapat dibuktikan di pengadilan.

• PersoalankausalitasputusanpengadilanmengenaiperubahaniklimdiIndonesiasudah pernah dibuktikan karena telah ada putusan Pengadilan untuk itu perlu diatur dalam Rancangan PP yang akan disusun.

• Berdasarkan Pasal 1 angka 11 UU 12/2011 tentang tata cara penyusunanPerundangan, Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian

Page 89: Prosiding Festival Iklim 2018

81

hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu RUU, Raperda Provinsi, atau Raperda Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat.

• Penyusunan RPP tentang Pengendalian Perubahan Iklim sebagai amanatyang diatur dalam UU 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan pasal 63 ayat (1) huruf j: Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, Pemerintah bertugas dan berwenang: menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon serta UU 16 tahun 2016 tentang Paris Agreement perlu disusun pengaturannya sebagai payung dari koordinasi lintas sektor.

11. SEMINAR HASIL PENELITIAN LITBANG HUTAN UNTUK MENDUKUNG PENGUATAN AKSI ADAPTASI DAN MITIGASI

Hari, Tanggal : Rabu, 17 Januari 2018 Waktu : Pukul 13.00 – 17.00 WIB Tempat : Ruang Rimbawan IPeserta yang hadir : ± 84 orang Moderator : Dr. Adi SusmiantoNarasumber :

No Nama Instansi Judul/Tema Paparan

1. Prof. Dr. Jatna Supriatna, M.Sc., Ph.D.

Direktur, RCCC Universitas Indonesia

Biodiversitas dan Perubahan Iklim

2. Dr. Haruni KrisnawatiPeneliti, Pusat Litbang Hutan, Badan Litbang dan Inovasi

Potensi hutan alam primer sebagai penyerap karbon dan kerentanannya terhadap perubahan iklim

3. Dr. Maman TurjamanPeneliti, Pusat Litbang Hutan, Badan Litbang dan Inovasi

Mikroba Hutan Tropis dan Perannya dalam Perubahan Iklim

4. Dr. Hesti Lestari TataPeneliti, Pusat Litbang Hutan, Badan Litbang dan Inovasi

Teknik paludiculture untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di ekosistem gambut

5. Rinaldi Imanuddin, S. Hut, M.Sc.

Peneliti, Pusat Litbang Hutan, Badan Litbang dan Inovasi

Dampak perubahan tutupan lahan ekosistem esensial mangrove terhadap emisi

Page 90: Prosiding Festival Iklim 2018

82

6. Dr. Sigit Nugroho

Kepala Sub Direktorat Pemantauan Sumber Daya Hutan, Dit. IPSDH, Ditjen PKTL

Teknologi Untuk Pemantauan Kebakaran Hutan

Peran science dan teknologi dalam negosiasi dan implementasi pengendalian perubahan iklim sangat signifikan. Scence dan teknologi diharapkan dapat meningkatkan ketepatan, kecepatan, keakuratan, keterbukaan data dan informasi yangmenjadi justifikasi implementasiaksidankebijakanpengendalianperubahaniklim, termasuk komitmen negara seperti Nationally Determined Contributions (NDC).

IndonesiatelahmeratifikasiParis Agreement (melalui Undang Undang No. 16 tahun 2016) dan telah menyampaikan dokumen NDC pertama ke Sekretariat UNFCCC dengan target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29% dengan kemampuan sendiri dan sampai dengan 41% dengan dukungan internasional, dibandingkan dengan kondisi tanpa adanya aksi (business as usual) pada tahun 2030. Target terbesar dalam penurunan emisi GRK ini diharapkan akan dicapai melalui sektor kehutanan, sebesar 17.2%; diikuti dengan sektor ndust (11%), pertanian (0.32%), ndustry (0.1%) dan limbah (0.38%). Sektor kehutanan menempati posisi penting dalam upaya mencapai target penurunan emisi ini melalui aksi mitigasi perubahan iklim, utamanya dari kegiatan REDD+, yaitu penurunan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, serta peran konservasi, pengelolaan hutan berkelanjutan, dan peningkatan stok karbon hutan.

Dalam implementasi NDC dan pencapaian target penurunan emisi, diperlukan komitmen dari berbagai pihak, tidak hanya dari kalangan pemerintah, tetapi juga termasuk dunia usaha, LSM, serta masyakarat termasuk lembaga penelitian atau kelompok peneliti dan akademisi dalam memberikan dukungan ilmiah (science dan teknologi) dalam penguatan aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim untuk pencapaian target dimaksud. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, sebagai salah satu lembaga penelitian di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, bekerja sama dengan beberapa pihak, telah ikut berkontribusi dalam berbagai kegiatan, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam upaya peningkatan kapasitas pengetahuan dan kemampuan teknis, pengembangan metodologi dan teknologi serta peningkatan peran serta para pihak dalam pengendalian perubahan iklim. Dengan latar belakang pengetahuan, kemampuan teknis dan pengalaman dari berbagai kegiatan penelitian yang dimiliki oleh para peneliti, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan bermaksud untuk berpartisipasi dalam acara seminar hasil-hasil penelitian perubahan iklim dalam rangkaian acara Festival Iklim 2018, yang akan diselenggarakan di Jakarta, pada hari Rabu, 17 Januari 2018.

Tujuan dari penyelenggaraan workshop ini adalah:a) Mengkomunikasikan perkembangan hasil-hasil penelitian dan pengembangan

terkait perubahan iklimb) Mendiseminasikan hasil-hasil penelitian untuk mendukung upaya mitigasi dan

adaptasi perubahan iklim

No Nama Instansi Judul/Tema Paparan

Page 91: Prosiding Festival Iklim 2018

83

c) Memperkuat peran lembaga penelitian yang memiliki kepedulian terhadap isu perubahan iklim di Indonesia

Seminar dibuka dengan laporan Kepala Pusat Litbang Hutan, yang menyampaikan tujuan dari penyelenggaraan kegiatan ini yaitu untuk : mengkomunikasikan dan mendiseminasikan perkembangan hasil-hasil penelitian dan pengembangan terkait perubahan iklim untuk mendukung upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, serta memperkuat peran lembaga penelitian yang memiliki kepedulian terhadap isu perubahan iklim di Indonesia. Kegiatan secara resmi dibuka oleh Kepala Badan Litbang dan Inovasi KLHK. Seminar menampilkan paparan mengenai hasil-hasil penelitian yang mendukung penguatan aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, dilanjutkan dengan diskusi.

Ringkasan Paparan Narasumber 1. “Biodiversitas dan Perubahan Iklim” oleh Prof.Dr. Jatna Supriatna, M. Sc

• Beberapadampakperubahan iklimdapat terjadi pada struktur dan fungsidari bioma, ekosistem, komunitas, populasi hingga spesies, terkait dengan : (a) Karbondioksida dalam tumbuhan; (b) Climate envelope untuk distribusi spesies.

• Secaraekologi,adanya interaksidinamisantaraspesies tumbuhandengantipe lingkungannya akan menyebabkan pola respon spesifik yang dapatberbeda pada satu ekosistem dengan ekosistem l

• Iklimmakro lebihberpengaruhterhadaptumbuhanpenyusun lapisantajukatau emergent tree, sementara iklim mikro lebih berpengaruh terhadap tumbuhanpenyusunlapisanbawahtajuk(epifit)

• Perubahan iklimberaksipada tingkatspesies (terdapatvariabilitas respon).Setiap spesies dan atau kelompok spesies memiliki toleransi terhadap kekeringan yang berbeda-beda.

• Kemampuan toleransi sangat terkait dengan karakter morfologi, strukturanatomidanbentukhidup,yangakanmempengaruhipolafisiologinya.

Page 92: Prosiding Festival Iklim 2018

84

• Jaringan stasiun riset diperlukan untuk mendukung riset-riset respon dandampak perubahan iklim. pada tumbuhan dan satwa

2. “Potensi hutan alam primer sebagai penyerap karbon dan kerentanannya terhadap perubahan iklim” oleh Dr. Haruni Krisnawati• Hutanalamprimertelahmengalamipertumbuhandanmenyerapkarbondari

atmosfer selama lebih dari 50 tahun, menurut penelitian yang dipublikasikan di Nature Communications akhir Desember lalu. Sampai saat ini, data serapan karbon untuk hutan tropis di Asia sangat terbatas, termasuk Indonesia. Hasil penelitian ini konsisten dengan estimasi pertumbuhan hutan tropis di Amazon dan Afrika yang dipublikasikan baru-baru ini, dan memberikan bukti tentang penyerapan karbon hutan tropis yang hilang. Penelitian ini menggunakan data dari 71 plot monitoring jangka panjang di hutan Kalimantan yang dimonitor antara tahun 1958 dan 2015.

• HasilpenelitianmenunjukkanbahwahutanalamprimerdiKalimantantelahmengalami peningkatan biomassa (di atas permukaan tanah) selama periode rata-rata 1988-2010, dengan peningkatan yang sebanding dengan plot monitoring di Amazon dan Afrika.

• Meskipun demikian, hutan alam primer yang berfungsi sebagai penyerapkarbon ini sangat rentan terhadap perubahan iklim dan perubahan penggunaan lahan. Sebagai contoh, fragmentasi hutan karena aktivitas manusia akan menyebabkan emisi karbon, yang akan menyeimbangkan serapan karbon yang dihasilkan. Kekeringan yang panjang akibat El Nino 1997-1998 juga telah menghentikan serapan karbon secara temporer karena meningkatnya kematian pohon.

• Dengan demikian, hasil penelitian ini menambah bukti ilmiha yangmenunjukkan bahwa sementara hutan tropis dapat membantu memitigasi perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia, kerentanannya terhadap kekeringan dan perubahan penggunaan lahan akan mempengaruhi kapasitasnys untuk menyerap karbon dari atmosfer.

3. “Mikroba Hutan Tropis dan Perannya dalam Perubahan Iklim” oleh Dr. Maman Turjaman• Perubahan iklim telahmemberikanpengaruh terhadap komunitasmikroba

hutan tropis baik eksistensi maupun peranannya dalam memitigasi pemanasan global. Mikroba hutan tropis memiliki peran dalam memitigasi perubahan iklim di Indonesia.

• Kelompokmikroba hutan tropis yangmemegang peranan penting dalamproses pengaturan siklus nutrisi dan berinvestasi karbon dengan inang pohonnya di lantai hutan diantaranya adalah kelompok fungi/jamur Mikoriza, bakteri penambat nitrogen, bakteri PGPR (Promoting Growth Promoting Rhizobacteria), jamur PGPF (Plant Growth Promoting Fungi), jamur saprofit(dekomposer), dan lain-lain.

• Simbiosis mikoriza merupakan kelompok jamur dari Basidiomycetes danAscomycetes yang bekerjasama secara mutualistis dengan lebih dari 95% vegetasi hutan tropis. Mikroba hutan tropis memiliki strategi dalam memitigasi perubahan iklim di hutan tropis Indonesia. Jamur ektomikoriza

Page 93: Prosiding Festival Iklim 2018

85

Pisolithus arhizus yang bersimbiosis dengan Pinus merkusii merubah pola musim produksi tubuh buah (fruit body) yang biasanya bermunculan pada awal masuknya musim hujan (Oktober-Desember) sebelum tahun 2005. Kemudian berubah trend produksinya setelah 2005, dalam satu tahun dapat 2-3 kali produksi tubuh buah dalam satu tahun.

• Demikian pula dengan jamur ektomikoriza Scleroderma columnare yang banyak bersimbiosis pada jenis-jenis Dipterocarpaceae di KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Dramaga (Bogor) , Haurbentes (Jasinga), dan Carita (Banten). Secara kuantitatif produksi tubuh buah ektomikoriza mengalami penurunan drastis, namun eksistensi kedua jamur ektomikoriza mampu berkontribusi memberikan pertumbuhan pada inang pohon dari keluarga Pinaceae dan Dipterocarpacea. Simbiosis mutualisme antara keduanya berlangsung lestari seumur hidup, artinya ada investasi karbon dan pertukaran nutrisi esensial antara jamur mikoriza dan inangnya.

• Jamur ektomikorizaHemiopora retisporus yang bersimbiosis dengan jenis pohon Tritaniopsis obovata (pohon pelawan) turut merubah strategi produksi tubuh buah jamur dari satu tahun sekali, menjadi 2-3 kali dalam setahun. Jamur mikoriza memiliki perbanyakan melalui vegetatif, ada kemungkinan kurangnya tubuh buah yang timbul akibat dari suplai karbon yang diberikan inang adalah bagian untuk mempertahankan simbiosis, menjaga kapasitas penyerapan unsur esensial yang harus dipasok ke inang pohon, eksistensi keberlanjutan masing-masing species jamur ektomikoriza dalam bentuk vegetatif lain seperti hifa/miselia, spora, dan propagul lainnya.

• Jamurmorel (edible mushroom) yang tumbuh spesifikdi kawasandatarantinggi TamanNasional (TN)Gunung Rinjani yang bersifat saprofitik, untukhidupnya memanfaatkan karbon dari bahan organik yang berasal dari vegetasi, tumbuhan bawah, dan hasil ekstraksi serangga yang hidup di lantai hutan gunung Rinjani. Terdapat pola pergeseran produksi jamur morel yang biasanya tumbuh antara bulan Maret-Mei pada tahun 2012, tetapi pada tahun 2017 jamur morel tumbuh antara bulan Mei-Agustus. Perubahan iklim di TN Rinjani menyebabkan jamur morel harus mampu beradaptasi dan memitigasi perubahan iklim di Indonesia.

• Dapat disimpulkan bahwa mikroba hutan tropis khususnya yang memilikisimbiosis mutualistis dengan inang pohon memiliki strategi untuk memitigasi perubahan iklim dengan cara mengatur investasi karbon dan pola produksi tubuh buah jamur mengalami pergeseran waktu karena telah terjadi perubahan musim hujan dan kemarau lebih dari 15 tahun yang lalu, dan secara kuantitas panen jamur ektomikoriza untuk kepentingan biofertilizer dan biofood-security mengalami penurunan produksi jamur yang cukup drastis.

4. “Teknik paludiculture untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di ekosistem gambut” oleh Dr. Hesti Lestari Tata• Ekosistem gambut merupakan salah satu ekosistem yang memiliki peran

penting dalam jasa-jasa ekosistem, meliputi jasa penyedia, jasa pengatur, jasa pendukung atau habitat dan jasa budaya, selain sebagai sumber kehidupan bagi masyarakat.

Page 94: Prosiding Festival Iklim 2018

86

• Aktivitasmanusia pada ekosistemgambut, sepertimelakukan pembukaanhutan dan lahan, pembangunan kanal secara masif dan penggunaan bahan kimia secara berlebihan, menyebabkan kerusakan ekosistem gambut, dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

• Oleh karena itu, tindakan pemulihan ekosistem gambut yang tergangguberupa restorasi ekosistem gambut, melalui tindakan penyekatan kanal, pembasahan kembali lahan gambut, pengaturan hidrologi, rehabilitasi vegetasi, perlu dilakukan. Ulasan ini dilakukan dengan melakukan sintesis hasil-hasil penelitian terkait dengan restorasi ekosistem gambut yang telah dipublikasikan pada berbagai media. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan restorasi ekosistem gambut yang terdegradasi dapat memitigasi perubahan iklim, melalui penurunan emisi gas rumah kaca (khususnya CO2) dan peningkatan biomassa.

• Keterlibatan masyarakat secara aktif dalam kegiatan restorasi dapatmeningkatkan adaptasi masyarakat terhadap perubahan ikllim, melalui tindakan-tindakan restorasi yang ramah lingkungan dan pemilihan jenis tanaman yang sesuai dengan tipologi lahan gambut dan bernilai ekonomi, akan dapat meningkatkan pendapatan masyakarat yang menggantungkan sumber pendapatannya dari ekosistem gambut.

5. “Dampak perubahan tutupan lahan ekosistem esensial mangrove terhadap emisi” oleh Rinaldi Imanuddin, S. Hut, M.Sc• Hutanmangrovemerupakansalahsatuekosistemterpentingpadaekosistem

perairan terkait dengan jasa lingkungan, fungsi dan kondisi ekologi termasuk penyediaan berbagai layanan yang mendukung mata pencaharian, mengatur prosesbiofisikyangmelindungiekosistemdandaerahsekitarnyadarierosi,gelombang tinggi, badai dan tsunami. Selain itu, ekosistem mangrove juga berperan dalam kegiatan mitigasi perubahan iklim yaitu sebagai karbon sekuester yang sangat efektif dalam penyimpanan karbon serta memiliki potensi sangat tinggi untuk mitigasi perubahan iklim, jika dikelola secara lestari.

• Namundemikian,ekosistemmangrovejugaberpotensimenjadiemiterataupenyumbang emisi GRK khususnya CO2 sebagai dampak dari perubahan tata guna dan tutupan lahan. Dengan kata lain, ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang paling rentan terhadap perubahan iklim serta perubahan tata guna dan tutupan lahan. Karena nilai dan ancaman yang tinggi terhadap ekosistem, penilaian cadangan karbon ekosistem mangrove dan perubahan tata guna dan tutupan lahan menjadi sangat penting untuk menduga dampak kegiatan pengelolaan lahan dan perubahan penggunaan lahan, serta emisi dan serapan GRK yang dihasilkan.

• Kajian ini menyajikan hasil tentang cadangan karbon dan perkiraan emisidan serapan GRK karena perubahan tutupan hutan mangrove di Kubu Raya, Kalimantan Barat. Ekosistem hutan mangrove Kubu Raya mengalami perubahan secara dinamis selama kurun waktu 2000-2014, dengan laju clearing sebesar 205.6 ha/tahun dan laju revegetasi sebesar 287.2 ha/tahun.

• Terjadinyadinamikaperubahan tutupanhutanmangroveberdampakpadaperan hutan mangrove sebagai karbon sekuester dan juga emiter CO2,

Page 95: Prosiding Festival Iklim 2018

87

hutanmangroveKubuRayamengemisi130,651tonCO2-eqpertahundanpeningkatan cadangan karbon melalui penyerapan karbon sebesar 182,566 tonCO2-eqpertahun.

6. “Teknologi Untuk Pemantauan Kebakaran Hutan” oleh Dr. Sigit Nugroho• Kebakaranhutandanlahanpadatahun2015seluas2.6jutahektarmerupakan

bencana ekologis yang berdampak ekologis dan ekonomi. Kerugian ekonomi diperkirakan hingga Rp 221 triliun atau setara US$ 17.6juta (World Bank, 2015). Emisi dari luas kebakaran hutan dan lahan tersebut diperkirakan sebesar 0.8 - 1.1 GigaTon Co2e (Ditjen PPI KLHK, 2015).

• Metodemonitoringluaskebakaranhutanlahanterusdikembangkandenganteknologi penginderaan jauh multi spatiotemporal. Peningkatan pemanfaatan multi data resolusi spasial dari resolusi rendah (data NOAA, Modis Terra Aqua)sampairesolusisedangLandsat8OLImampumeningkatkanakurasi.Peningkatan temporal dari monitoring tahunan menjadi bulanan sangat bermanfaat untuk upaya penanggulangan dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan.

• Berdasarkanhasildeliniasiarealkebakarandandiintegrasikandengandatalaporan lapangan serta verifikasi terhadap hasil deliniasi areal terbakardengan kondisi sebenarnya di lapangan maka didapatkan data luasan kebakaran hutan dan lahan series bulanan pada tahun 2017. Hasil analisis luas areal yang terbakar tahun 2017 adalah 165,483 hektar, dimana seluas 13,554 hektar berada areal gambut dan 151,929 pada tanah mineral.

• MonitoringluasKebakaranHutandanLahandenganteknologipenginderaanjauh multi spatiotemporal dapat dilakukan dengan cepat dan akurat.

Pembahasan dan Diskusi• Hasilpenelitianmengenaibiodiversitasdankaitannyadenganperubahaniklim,

yang dilakukan terhadap fenologi Anggrek sebagai penyerap karbon dari jenis anggrekepifit(margaBulbaphyllum spp), menunjukkan bahwa perubahan iklim berdampakterhadapperubahanfenologianggrekyangsangatsignifikan.

• Hutan alam primer berpotensi sebagai penyerap karbon sekaligus memilikikerentanan terhdap dampak terhadap perubahan iklim. Meskipunada studi yang menyeutkan bahwa hutan alam primer sudah klimaks, dari hasil suatu studi, selama 50 tahun hutan alam primer Kalimantan telah mengalami proses pertumbuhan dan peningkatan biomassa sebesar rata-rata 0.91 mg/ha/tahun atau 0.43 mg C/ha/tahun.

• Mikroba hutan tropis, khususnya kelompok fungi/jamur mikoriza memegangperan penting terhadap proses adaptasi tanaman inangnya terhadap dampak perubahan iklim, yaitu dengan melalui simbiosis dengan tanaman inangnya (Pinus, Dipterocarpaceae, dll).

• Agroforestrydanpaludikulturdigambutberpotensiuntukdikembangkansecaraluas di gambut dengan dampak ekonomi, social, dan lingkungan yang sangat signifikan,melaluipeningkatanbiomasa.

• Hasil-hasilpenelitian terkaitdenganperubahan iklim iniperludisajikandalambentuk tulisan yang lebih mudah dicerna untuk kepentingan pengambilan kebijakan (misalnya dalam bentuk policy brief), supaya lebih dapat dimanfaatkan untuk memperkuat aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Page 96: Prosiding Festival Iklim 2018

88

Wrap Up• HasilpenelitianyangdipaparkandalamSeminarinisemakinmenguatkanfakta

dan menyediakan basis data yang akurat bahwa perubahan iklim adalah nyata dan telah merubah fenologi, perilaku, produksi dan sustainability biodiversitas mulai dari anggrek marga Bulbaphyllum spp, hutan alam primer, mikroba, dan mangroves.

• Ekosistemmangrovemerupakanekosistemmemilikikerentanantinggiterhadapperubahan iklim serta perubahan tata guna dan tutupan lahan.

• Untukdapatmendukungpenguatanaksimitigasidanadaptasiperuahaniklim,dan Data dan informasi dari hasil-hasil penelitian ini perlu didiseminasikan secara lebih luas.

12. DIALOG NASIONAL: PERAN STRATEGIS PEMERINTAH KOTA DAN MASYARAKAT SIPIL DALAM AGENDA PERUBAHAN IKLIM

Hari, Tanggal : Rabu, 17 Januari 2018 Waktu : Pukul 13.30 – 16.40 WIB Tempat : Ruang AuditoriumPeserta yang hadir : ± 80 orangModerator : Chalid MuhammadNarasumber :

No Nama Instansi

Keynote speakerIr. Rachmat Witoelar

Utusan Khusus Presiden RI untuk Pengendalian Perubahan Iklim

1. Dr. Joko Prihatno Direktur IGRK & MRV

2. Drs.YuswirArifin Bupati Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat

3. Fitratunnisa Kepala Bidang Tata Lingkungan dan Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta

4. Drs. H. Said Endrawiyanto, MM. Kepala Bappeda Kota Tangerang

5. Gina Karina Country Manager ICLEI-Indonesia

6. Abdul Karim Ketua Forum Kota Sehat Kota Bogor

7. JumhanaLutfi Kepala Dinas LH Kota Bekasi

8. Prof. Jatna Supriatna Ketua Pusat Riset Perubahan Iklim, UI

Laju pertumbuhan ekonomi dan proses urbanisasi yang pesat di sejumlah negara Asia Tenggara selain membawa harapan pemerataan kesejahteraan namun juga menghadirkan tantangan-tantangan berupa ancaman kerusakan lingkungan hidup, tingginya kontribusi gas rumah kaca dan perebutan ruang kota serta sumber daya kota yang semakin tajam di kota-kota besar (megacities) Asia Tenggara. Keadaan faktual

Page 97: Prosiding Festival Iklim 2018

89

menempatkan kota – kota tersebut dalam kebutuhan bersama akan kolaborasi aksi demi pencapaian pembangunan yang berkelanjutan berdasarkan inisiatif-inisiatif mitigasi perubahan iklim yang ambisius namun terukur dalam kerangka kerja sama regional di kawasan.

Perkembangan kawasan perkotaan 10 tahun terakhir memperlihatkan bahwa dunia sedang mengalami era “menjadi urban” dimana sebagian besar penduduk dunia beraktivitas dan bertempat tinggal di kota-kota dan atau kawasan urban di seluruh dunia. Keadaan ini, mendorong Kota menjadi salah satu kontributor utama dan terbesar dalam upaya penanggulangan perubahan iklim melalui inisitif – inisiatif pembangun rendah karbon dengan target mitigasi gas rumah kaca (GRK) yang tinggi namun terukur. Komitmen dan inisiatif pemerintah kota menjadi penting dalam memfasilitasi aksi dan investasi mitigatif yang secara kolektif dapat mendukung komitmen pemerintah nasional yang telah dimandatkan sebagai bagian dari Wrap Up 2015.

Kesepakatan Paris yang dicapai pada UNFCCC Conference of the Parties (COP 21) pada Desember 2015 memandatkan disusunnya Intended Nationally Determined Contributions (INDCs). Sebagai langkah tindak lanjut kesepakatan tersebut di atas, Indonesia telah menyatakan komitmen untuk mengurangi emisi GRK sebesar 29% dari BAU (Business as Usual) pada 2030 dan 41% dengan dukungan internasional.

Untuk mendukung pencapaian target penuruan emisi Indonesia, peran pemerintah daerah sangat strategis dan penting. Masing-maing pemerintah Provinsi dan beberapa kota telah berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca secara terukur. Sebagai contoh Pemerintah DKI Jakarta, telah memiliki instrumen Peraturan Gubernur Nomor 131 tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan emisi gas rumah DKI Jakarta untuk melakukan penurunan emisi gas rumah kaca hingga 30% di tahun 2030. Demikian juga halnya kota Bogor akan menurunkan hingga 29% di tahun 2030, semetara itu kota Balikpapan telah memiliki komitmen untuk menurunkan hingga 19.39% di tahun 2020.

Disisi lain, terdapat banyak Pemerintah Daerah juga telah memiliki strategi adaptasi dampak perubahan iklim. Dalam 5 tahun terakhir, ICLEI telah berinteraksi dan membantu menyusun rencana aksi daerah dampak perubahan iklim di 10 kota di Indonesia. Kota-kota tersebut telah memiliki telaah cukup mendalam tentang dampak-dampak perubahan iklim, wilayah-wilayah dan actor-aktor rentan, sekaligus terdapat proyeksi iklim dalam 40 tahun ke depan, rencana aksi dan aksi-akis konkrit untuk mengurangi dampak perubahan iklim di masa mendatang.

Inisiatif dan aksi-akis konkrit yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah dan melibatkan masyarakat sipil di perkotaan ini merupakan kontribusi nyata dalam mendukung pemerintah Indonesia mencapai ambisi 29% dan atau 41% dengan bantuan donor dalam pengurangan emisi ditingkat global.

Peran serta masyarakat sipil cukup strategis untuk mendorong terciptanya lingkungan yang rendah karbon, khususnya melalui perubahan gaya hidup masyarakat di perkotaan. Harus diakui bahwa kesadaran masyarakat akan lingkungan masih rendah,

Page 98: Prosiding Festival Iklim 2018

90

salah satunya dalam hal penggunaan energi dan transportasi secara kurang efektif dan efisien yangmana hal ini cenderungmemberikan dampak negatif terhadapperubahan iklim. Perubahan gaya hidup perlu menjadi sorotan utama yang mana sedikit banyak dapat memberikan dampak positif terhadap perubahan iklim melalui penurunan penggunaan energi dan emisi udara di perkotaan.

Namun demikian, harus diakui belum semua pemerintah kota menyadari akan pentingnya keterlibatan pemerintah daerah dalam mendukung aksi-aksi mengatasi perubahan iklim di Indonesia. Sebagian pemerintah daerah belum memiliki rencana aksi konkrit agenda perubahan iklim yang terintegrasi dalam perencanaan pembangunan di daerah.

Kondisi ini menjadi tantangan dan peluang bagi Pemerintah Pusat untuk dapat lebih intensif untuk mendorong pemerintah daerah untuk dapat lebih aktif dalam mendukung agenda perubahan iklim. Selain memberikan apresiasi kepada kepada pemerintah daerah yang sudah aktif, juga perlu disiapkan instrument yang dapat menstimulus bagi pemeritah daerah dalam mengintensifkan aksi-aksi konkrit agenda perubahan iklim di daerah.

Keaktifan Pemerintah Daerah dalam mendukung perubahan iklim tentu menjadi perhatian banyak pihak sehingga dibutuhkan skema pengintegrasian kebijakan pusat dan daerah yang lebih operasional.

Tujuan dari Seminar tersebut adalah:1. Membedah peran Pemerintah Kota dan masyarakat sipil dalam mendukung

Agenda Perubahan Iklim di Indonesia2. Mengindentifikasi isu-isu penting bagi pemerintah kota dan masyarakat sipil

dalam mendukung aksi nasional perubahan iklim3. Membuat rekomendasi bagi pemerintah pusat dan daerah dalam mendukung

percepatan pencapaian target penurunan emisi gas rumah kaca di Indonesia

Pada bagian awal, Keynote Speaker menyampaikan paparan mengenai pentingnya peran pemerintan daerah dan masyarakat sipil dalam agenda perubahan iklim. Selanjutnya moderator mempersilahkan seluruh narasumber untuk bergabung di

Page 99: Prosiding Festival Iklim 2018

91

depan peserta yang hadir dalam format round table meeting untuk menyampaikan pandangannya sesuai dengan pertanyaan moderator terkait kegiatan yang telah dilakukan oleh masing-masing narasumber di bidang tugasnya. Moderator mengharapkan narasumber dari KLHK menyampaikan informasi tentang kebijakan nasional dalam perubahan iklim. Sedangkan pimpinan daerah diharapkan menyampaikan usaha yang telah dilakukan serta stakeholders yang terlibat dalam kegiatan perubahan iklim dan narasumber dari UI diharapkan melihat konsistensi Pemerintah dan Pemkab/kota dalam menjalankan agenda perubahan iklim.

Ringkasan Paparan Narasumber 1. Keynote Speech oleh Utusan Khusus Presiden RI untuk Pengendalian Perubahan

Iklim• BpRachmatWitoelarmenyampaikanapresiasiataskehadiranpimpinandari

daerah atau yang mewakili dalam dialog interaktif yang diselenggarakan Festival Iklim 2018.

• PermasalahanbencanadiIndonesiadisebabkanpermasalahancuacaakibatpemanasan global. Prakiraan bencana hidrometeorologi akan semakin mengancam terutama pada kota-kota metropolitan dengan sumber emisi yang beragam.

• Pada tahun 2050, Indonesia diperkirakan akanmenduduki peringkat ke-8dalam hal ekonomi dengan jumlah penduduk sekitar 320 juta, dan 85% tinggal di kota yang akan berpengaruh terhadap peningkatan di beberapa hal dikarenakan pertumbuhan penduduk yang masif tersebut.

• Pada tahun 2020, diperkirakan terdapat 20 megapolitan dan 50 kotadengan jumlah penduduk 500 ribu dan lebih dari 100 kota kecil. Kota tersebut berpotensi sebagai penyimpan karbon dan juga emisi GRK karena keterbatasan teknologi.

• Haltersebutakanberpengaruhterhadapkenaikanpolatransportasi,khususnyakendaraan bermotor seperti motor dan mobil yang akan menurunkan kualitas kehidupan.

• Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah perlu merespon denganpembangunan rendah karbon melalui kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, dengan mempromosikan masyarakat lingkungan yang berkelanjutan.

• Life style dalam kehidupan sehari-hari juga berpengaruh terhadap emisikarbon. Diperlukan suatu visi ke depan yang menganut konsep sustainable development, yang tidak hanya sekedar membangun secara linier saja dengan konsep yang harus ditekankan adalah “no one cannot be left behind” dalam pembangunan.

2. Direktur IGRK & MRV• Komitmen Presiden dalam penurunan GRK sebesar 29% dengan usaha

sendiri dan 41% dengan kerjasama internasional, dituangkan dalam NDC. Sektor kehutanan bertanggungjawab atas penurunan emisi sebesar 17.2%, energi 11%, pertanian 0.32%, limbah 0.38%, industri 0.1%.

• Penurunanemisidilakukanmelaluipendekatantingkatnasionaltapidilakukanpada tingkat pemerintah daerah, sehingga peran daerah sangatlah penting

Page 100: Prosiding Festival Iklim 2018

92

dalam menanggapi isu perubahan iklim.• AplikasiSIGNSMARTV2untukperhitunganemisiGRKakandilaunchingpada

tanggal 25 Januari 2017 sebagai penyempurnaan versi terdahulu yang untuk seluruh propinsi dan kabupaten/kota telah diberikan password. Perhitungan melalui SIGN-SMART 2 untuk perhitungan seluruh emisi GRK pada Tier 1-3.

• Didalaminventori,dikembangkansistemSRNuntukkeperluanmedaftarkanseluruh aksi mitigasi dari 5 sektor agar apa yang telah dilakukan dapat dilacakMRV-nya.VerifikasidilakukanolehKLHKdimanaKab/Kotaakandapatmengetahui berapa penurunan emisi di masing-masing sektor.

• Padatahun2016secaranasionalemisiGRKyangsudahterverifikasidapatdikurangi 7% dari BAU 2030.

• Perlu adanya capacity building kepada provinsi, kemudian provinsi kekabupaten kota untuk mendukung agenda-agenda Kementerian (KLHK) untuk menanggapi isu perubahan iklim.

• RespondariPempropcukupbagustetapimasihterkendaladenganbanyaknyadokumen terkait perubahan iklim. Data Potensi Penurunan Emisi yang belum terverfikasi.

• ProgramyangdilakukanBappenasberupapotensipenurunanGRKsedangkanKLHKmelakukanverifikasi.

3. Bupati Sijunjung• Berbagi pengalamanmengenai program pemerintah kabupaten Sijunjung

dalam bidang kebijakan yang telah dilakukan dalam mengantiipasi dampak perubahan iklim.

• KabupatenSijunjungberbatasandenganBukitBarisandanpropinsiRiaudisebelah timur. Jumlah penduduk sekitar 250 ribu dengan luas 3,130 km2, 8 kecamatan, 62 nagari dan kampung dan 304 jorong dengan visi ‘terwujudnya masyarakat kabupaten Sijunjung yang madani, berkualitas, sejahtera dan merata’.

• PerlindungansumberdayaalamdanlingkungandiSijunjungdigerakkanoleh3 elemen penting : (1) Pergerakan masyarakat dalam Kelompok Kerja Nagari Sehat (multi stake holders), (2) Kelompok Tani dan (3) Kelompok Biodiversity (pabrik teh herbal Garcity).

• Kegiatan Antisipasi perubahan iklim di lakukan oleh Pemerintah daerahKabupaten Sijunjung dengan seluruh elemen masyarakat

• 80%Wilayah kabupatenSijunjungadalahhutandengan luas186,000ha,terdiri dari hutan produksi 50,000 ha, hutan lindung 80,000 ha dan hutan konservasi berkisar 50,000 ha. Gerakan menyelamatkan hutan adalah gerakan sadar menjaga ekosistem dan mengantisipasi dampak perubahan iklim.

• Program Pro Proklim digalakan di seluruh Nagari (desa) di KabupatenSijunjung.

• Beberapadampakkegiatantersebutdiatasantaralain:pelestariankawasanhutan tetap asri, hilangnya kegiatan ilegal loging, masyarakat merasa memiliki hutan, ekonomi masyarakat meningkat, kreativitas masayrakat kelompok lokal bioversity berhasil membentuk pabrik teh tradisional dengan bahan baku asam kandis dan asam gelugur.

Page 101: Prosiding Festival Iklim 2018

93

4. Kepala Bidang Tata Lingkungan dan Kebersihan, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta• Komitmen nasional untuk menurunkan GRK, dituangkan dalam Pergub

131/2012 tentang RAD penurunan emisi GRK dan Pergub 38/2012 tentang green building.

• DKI juga mengeluarkan Grand Design of Green Building dan komitmen untuk mengurangi konsumsi air, energi dan emisi CO2 pada gedung-gedung sebesar 30% (35 juta ton CO2e) pada tahun 2030.

• Sektor terbesar di DKI adalah energi yang dirinci dalam : transportasi,bangunan, sampah dan rumah tangga.

• DKIjugamenyampaikanlaporankeBappenassetiaptahundaninventarisasiGRK ke KLHK.

• Darisektorenergi,baru12dari15aksimitigasisektorenergiyangdatanyatelah terkumpul. Jumlah tersebut masih jauh dari jumlah kegiatan sektor energi yang direncanakan di dalam RAD DKI Jakarta sebanyak 27 aksi.

• Belumadanyamekanismepengumpulandatadanmetodologiperhitunganmenjadi penyebab belum mampu dilakukannya perhitungan capaian penurunan emisi dari aksi mitigasi yang signifikan terhadap ketercapaiantarget RAD pada 2030 yaitu pada aksi konservasi energi industri, konservasi energi rumah tangga, dan biofuel.

• Penurunanemisiyangdicapaipada2016didominasiolehcapaiandariaksimitigasinon-RADyaituefisiensienergipembangkitlistrikdenganpenurunanemisi sebesar 3,7 juta ton CO2e.

• Beberapahal rekomendasi yangdiperlukan (1)perludilakukansinkronisasiRAD GRK DKI Jakarta terhadap dokumen perencanaan pembangunan dan rencana strategis unit terkait, (2) perlu diberikan kemudahan dalam mengakses data dari Lembaga-Lembaga Pemerintah Pusat seperti BPS, BPH Migas, dll, (3) perlu dilakukan penyamaan satuan antara metodologi IPCC 2006 dengan data-data yang ada di Indonesia misalnya data-data dari BPS dan (4) perlu disediakan mekanisme perhitungan emisi GRK untuk kegiatan Proper.

5. Kepala Bappeda Kota Tangerang• KotaTangerangmemiliki jumlahpenduduksekitar2 juta,dengan luas184

km2, dimana 10% merupakan kawasan bandara SHIA dan 4% tidak boleh dibangun untuk keselamatan area SHIA. Dalam 1 menit terdapat 7 pesawat take-off dan landing di SHIA.

• Isustaretegisdalamlingkunganhidupadalahbanjir,kemacetan,polusidariindustri dan sampah serta ketersediaan RTH.

• Dalam mengelola kota Tangerang, yang dilakukan adalah berkolaborasidengan stakeholders dengan membuka peran semuanya dalam mengelola lingkungan.

• Jalur transportasi ke SHIA tidak ada jalan negara, terobosannya adalahangkutan masal langsung ke bandara dan jalan negara ke SHIA.

• Produksisampahsekitar1,400ton/hari,sedangkanyangdapatdiangkutkeTPA dengan luas 25 ha baru 1.000 ton. Untuk itu diperlukan pengurangan sampah di TPA melalui teknologi yang tepat guna, dan program langit biru dengan uji emisi.

Page 102: Prosiding Festival Iklim 2018

94

• Seluruh sekolah di kota Tangerang telah melaksanakan program sekolahadiwiyata.

• Untuk mendukung target yang ditetapkan, Proklim, Kampung Berkelir,Kampung PHBS dibuat di setiap RW.

• Dalam hal penurunan emisi, 30% penurunan emisi dari Prop Bantenmerupakan sumbangan dari Kota Tangerang.

6. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi• Sumber GRK di Kota Bekasi antara lain (1) kepadatan jumlah kendaraan

bermotor; (2) pertambahan jumlah industri; (3) alih fungsi lahan; (4) pemakaian AC non BPO; dan (5) pemakaian batu bara.

• KotaBekasiyangterletakdigerbangtimurkotaJakartadenganpenduduk2.6 juta jiwa dan luas 10 km2, dikategorikan sangat padat.

• KotaBekasimerupakantempatpenampungansampahdariDKIdenganluasTPA 113 ha. Untuk kota Bekasi sendiri tersedia TPA seluas 16 ha yang meliputi 3 kelurahan. Produksi sampah kota Bekasi adalah 1,700 ton per hari, namun hanya bisa diangkut sekitar 600 ton ke TPA. Dengan demikian terdapat 1,100 ton sampah di masyarakat yang tersebar di kali, pingir jalan, dsb.

• UpayayangdilakukandalampenurunanGRK:Proklim,penghijauankota,carfree day, uji emisi, bank sampah dan rumah kompos.

• Setahun terakhir, telah dibangun 1,013 bank sampah dengan partisipasimasyarakat di setiap RW. Sebanyak 200 bank sampah sudah berbadan hukum dan memiliki Akte Notaris.

• GerakanpedulilingkungandapatmemperkecilvolumesampahkeTPA.

7. Country Manager ICLEI-Indonesia▪ ICLEI - Pemerintah Daerah untuk keberlanjutan adalah jaringan dunia yang

terdiri dari lebih dari 1,500 kota, dan wilayah yang berkomitmen untuk membangun masa depan yang berkelanjutan. Sekretariat ICLEI Asia Tenggara (ICLEI SEAS), berbasis di Manila, Filipina, saat ini melayani Anggota ICLEI di Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand.

▪ ICLEI adalah asosiasi pemerintah kota yang bekerja di bidang isu perubahan iklim dan lingkungan hidup. Selain itu juga, membantu memfasilitasi Pemda dalam pencapaian target GRK nasional. Pada COP-21 telah terdapat peran Pemda dalam perubahan iklim. Pada COP-23 terdapat Talanua Dialog yaitu dialog yang inklusif berbagai pihak yang bersifat mencapai solusi tertentu. ICLEI sebagai fokal poin Pemda di level nasinal, berusaha mencapai target yang lebih tendensius membantu target nasional.

▪ ICLEI mendukung atau mendorong penurunan GRK dan komitmen penurunan GRK dunia.

▪ Program Urban LEDS dilakukan di Kota Bogor, Tangeran Selatan, Balikpapan dan Tarakan.

▪ Pada awalnya ICLEI membantu dalam hal Inventarisasi GRK pada tahun 2013 dimana waktu itu pemerintah daerah belum mendapat mandat penurunan GRK.

Page 103: Prosiding Festival Iklim 2018

95

8. Ketua Forum Kota Sehat Kota Bogor▪ Resiko yang dihadapi oleh kota Bogor terutama peningkatan curah hujan

dengan dampak kerusakan lapisan tanah karena banjir. Untuk itu strategi yang dilakukan adalah menampung air hujan yang teritegrasi dengan jalan lingkungan.

▪ Masalah: Genangan air hujan di jalan karena drainase yang kurang memadai, Limpasan air hujan langsung mengalir ke sungai, genangan air hujan membuat jalan cepat rusak sehingga terganggunya kegiatan perekonomian masyarakat.

▪ Strategi yang dilakukan : Pembuatan sistem drainase, penampungan limpasan air hujan, pemanfaatan air hujan, biaya konstruksi murah, biaya pemeliharaan murah dan dapat dilakukan oleh masyarakat.

▪ Drainase berkelanjutan didesain untuk pengurangi potensi dampak baru dan lama dengan membangun sarana drainase yang adaptip terhadap perubahan iklim dan berkelanjutan. Sumur resapan dibangun di jalan pada setiap 10 m, dengan diameter 2x2x1m.

▪ Stakeholders yang terkait dalam pembangunan drainase: Forum Kota Sehat sebagai inisiator, masyarakat sebagai pengguna dan pemelihara, satgas perubahan iklim kota Bogor sebagai fasilitator dan ICLEI sebagai penyandang dana.

▪ Sebagai pembelajaran: kolaborasi yang baik antara pemerintah daerah, masyarakat dan pendukung dana menghasilkan hasil yang baik

▪ Forum Kota Sehat juga berkolaborasi dengan pemerintah dan masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat dengan kegiatan penanganan limbah domestik. Dalam RPJMD kota Bogor target akses sanitasi untuk 112 ribu KK. Pemerintah hanya menyediakan pembangunan sedangkan ketersediaan lahan dari masyarakat. Forum Kota Sehat menjembatani penyediaan lahan dengan minimal luas 50m2. Hingga tahun 2016 telah terbangun 105 unit, dengan 1 tempat dapat diakses oleh 100 KK.

9. Kepala Pusat Riset Perubahan Iklim, Universitas Indonesia▪ UN Sustainble Development Solustion Network (UNSDSN), merupakan

konsorsium 700 universitas dunia yang digagas oleh mantan Sekjen PBB, Ban Ki Moon dengan tujuan mencari solusi lokal dalam perubahan iklim. Di Indonesia, perubahan iklim secara lokal telah banyak solusinya, namun tantangannya adalah bagaimana mereplikasinya di lokasi lain.

▪ Sejak 2014 UNSDSN menyelenggarakan sayembara kepada daerah untuk aksi perubahan iklim yang solutif. Bojonegoro, kelompok anak jalan menjadi petani organik di Jakarta merupakan daerah yang pernah diapresiasi oleh UNSDSN.

▪ Terdapat 50 Perguruan Tinggi di Indonesia yang masih berupa menara gading, yang ahli dalam perubahan iklim namun melakukan risetnya secara sendiri. Sebagai contoh, UI melakukan monitor atas polusi dan malaria di kota Jakarta.

▪ Banyak solusi di dunia yang sebenarnya tidak memerlukan dana dalam aksi lokal perubahan iklim.

▪ Dalam Paris Agreement terdapat Reseacrh Scientific Observatory (RSO) yang

Page 104: Prosiding Festival Iklim 2018

96

merupakan bagian keterlibatan dari perguruan tinggi dalam perubahan iklim. ▪ Ambisi untuk mengurangi emisi sangat besar. Untuk 5 tahun ke depan sektor

kota dan energi akan menjadi tumpuan dalam pengurangan emisi, bukan sektor kehutanan.

▪ Indonesia memiliki potensi pada tingkat kota/kabupaten, dalam pengurangan emisi GRK yang dapat mengurangi emisi hingga 25%.

Pembahasan dan Diskusi• Diskusilebihbanyakberupapenggalianlebihdalamdaripaparannarasumber

yang dilakukan oleh moderator dan tanggapan dari peserta.• Untuk kegiatan adaptasi masih sulit diukur secara kuantitatif dibandingkan

dengan kegiatan mitigasi. Mainstreaming adaptasi secara internasional atau nasional lebih terasa gaungnya dibanding mitigasi. Bukan berarti adaptasi itu tak penting hanya perlu upaya lebih keras dalam bahasa yang sederhana, salah satunya adalah melalui Proklim.

• Perlu adanyapenghargaan kepada aktor terbawahdalamaktifitas lingkungandan atau perubahan iklim.

• Visidaripemerintahdaerahmemilikiperanyangsangatpentingdalammeresponperubahan iklim

• Perluadanyacapacitybuildingkepadaprovinsi,kemudianprovinsimentransferpengetahuan ke kabupaten/kota untuk mendukung agenda-agenda Kementerian dalam menanggapi isu perubahan iklim

• Kegiatanpembangunganrendahemisidanadaptifterhadapdampakperubahaniklim harus dimasukkan ke dalam RPJMD di daerah (Propinsi, Kabupaten/kota)

• DaristudikasusKabupatenSijunjung,kesadaranmasyarakatitumemilikiperanyang penting. Adanya kesadaran dari masyarakat dapat membantu pemerintah daerah untuk melaksanakan program-programnya dalam merespon isu perubahan iklim

• Peran masyarakat sangat penting baik dalam aksi mitigasi maupun adaptasikarena merekalah yang merasakan langsung dampak perubahan iklim

• Dukungan untuk implementasi program-programdan aksi-aksi pembangunankota rendah emisi dan adaptif terhadap dampak perubahan iklim dari lembaga nasional dan Internasinal cukup banyak, ini dapat menjadi peluang bagi Pemerintah Daerah dan Komunitas.

• Pendataanterkaitsolusidisetiapdaerahmemilikiperanyangpentingdimananantinya dapat dijadikan pembelajaran untuk daerah-daerah lainnya

• Perlu ada sistem pelayan publik di Pemda untuk memberi arahan kepadamasyarakat dalam kerangka meningkatkan kesadaran terutama yang terkait dengan isu lingkungan.

• Indonesiapunyapotensisebagaipusatstudiglobaldalammenjalankanagenda-agenda perubahan iklim, untuk itu diperlukan keseriusan Indonesia dalam menangkap peluang ini.

• Terdapatkomitmendankesungguhandaripemerintahpusatdandaerahsertamasyakrat dalam mendukung agenda perubahan iklim. Komitmen pemerintah pusat direspon positif dengan sangat serius oleh pemerintah daerah.

• Masyarakat sipil memiliki kemandirian untuk mendukung aksi-aksi perubahan

Page 105: Prosiding Festival Iklim 2018

97

iklim sehingga hal ini harus menjadi pemicu bagi pemerintah untuk tetap komitmen dalam mendukung aksi perubahan.

Wrap Up• Pemdatelahbanyakmemilikiinisiatifdalamkerangkauntukmendukungupaya

penuruan emisi dan aksi-aksi konkrit adaptasi dampak perubahan iklim.• Kolaborasidenganstakeholder – membuka peran seluruh masyarakat dan lain

sebagainya untuk membangun kota merupakan kunci keberhasilan pembangunan berkelanjutan.

• Mengedukasimasyarakatmenjadi hal pentinguntukmeningkatkan kesadaranmasyarakat untuk membantu program-program pemerintah daerah dalam penurunan GRK.

• Perlu adanya kerjasama yang menyeluruh dari berbagai ahli atau universitasuntuk bersinergi untuk penurunan emisi GRK.

Page 106: Prosiding Festival Iklim 2018

98

13. MEWUJUDKAN INVESTASI PERUBAHAN IKLIM: PERKEMBANGAN, TANTANGAN DAN PELUANG

Hari, Tanggal : Selasa, 17 Januari 2018 Waktu : Pukul 14.00 – 16.30 WIB Tempat : Sonokeling kecilPeserta yang hadir : ± 40 orangModerator : Ari MohammadNarasumber :

No Nama Instansi Judul/Tema Paparan

SESI PERTAMA

1. Edy setyawanDirektorat Bidang Keuangan Berkelanjutan - OJK

Kebijakan regulasi keuangan berkelanjutan dan obligasi hijau

2. Hanung Rachman, Direktur Industri dan SDA Perencanaan Agribisnis lainnya (BKPM)

3. Harimba Bupati Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat

Kebijakan & arah green investment dan tahap perkembangannya

4. Jarot Winarno Climate Policy Initiative

Komitmen Kabupaten Konservasi dan arah pembangunan/ investasi perubahan iklim

Modalitas pendanaan perubahan iklim di Indonesia untuk mendukung investasi perubahan iklim saat ini semakin kuat, komitmen para pemangku kepentingan juga mulai terpetakan. Mulai dari Persetujuan Paris tentang penanganan perubahan iklim yang lebih ambisiusdiratifikasipada tahun2016danPeraturanPresiden tentangTujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) pada tahun 2017, peraturan penanaman modal berwawasan lingkungan, mekanisme keuangan berkelanjutan dan obligasi hijau disertai Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2017 tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup yang telah lama dinanti telah sah dikeluarkan pada pertengahan tahun 2017.

Bahkan aturan untuk mengakomodir Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesiadipasca-2020pun telah tersedia.Dukunganfinansial yangdibutuhkanuntuk mencapai komitmen perubahan iklim yang lebih ambisius tersebut tidak hanya berasal dari pembiayaan publik tetapi juga dari sumber keuangan sektor swasta. Cakupan tersebut masuk di dalam peraturan tentang keuangan berkelanjutan dan obilgasi hijau yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun yang

Page 107: Prosiding Festival Iklim 2018

99

sama di 2017. Kini pemerintah daerah dapat mengeluarkan obligasi hijau untuk mendorong investasi terkait mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, infrastruktur dan transportasi serta perlindungan KEHATI dan penggunaan lahan.

Sebelumnya, OJK telah meluncurkan Roadmap Keuangan Berkelanjutan pada tanggal 5 Desember 2014. Terdapat dua target utama yang ditetapkan di dalam Roadmap yang bertujuan untuk memobilisasi pendanaan investasi berkelanjutan. Pertama, dengan meningkatkan kemampuan lembaga jasa keuangan (LJK) dalam mengelola risiko lingkungan, sosial dan tata kelola (LST) di dalam keputusan bisnisnya dalam penyaluran dana; Kedua, meningkatkan portofolio keuangan berkelanjutan guna mengisi kekurangan suplai dana untuk investasi-investasi yang berkelanjutan terutama yang sejalan dengan agenda pemerintah dalam perubahan iklim. Komitmen industri perbankan untuk menjadi pionir dalam penerapan keuangan berkelanjutan juga tengah memulai langkah implementasinya—delapan bank mewakili 46% total aset perbankan nasional secara sukarela berkomitmen menjadi First Movers on Sustainable Banking. Inisiatif ini digulirkan OJK pada tahun 2015 dan didukung oleh WWF-Indonesia.

Sejumlah komitmen internasional seperti Green Climate Fund, FCPF Carbonfund, Biocarbon fund dan bantuan dana lainnya yang terus bertumbuh merupakan potensi sumber pendanaan dari eksternal/ internasional yang dapat dimanfaatkan baik sektor privat, pemerintah daerah, Masyarakat Adat, dan para pemangku kepentingan lainnya dalam meningkatkan nilai komersil investasi hijaunya. Salah satunya, Mekanisme Hibah Dana Khusus untuk mendukung peningkatan kapasitas Masyarakat Adat dan komunitas lokal telah resmi diluncurkan di tahun 2017. Terutama untuk memperkuat partisipasi Masyarakat Adat untuk menjadi bagian dari berbagai perencanaan investasi berkelanjutan.

Tidak terbatas pada regulasi terkait suplai pendanaan berkelanjutan, dari sisi penanaman modal, pada tahun 2012, pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang mendorong investasi berwawasan lingkungan (green investment1) . Didalamnya telah diatur mengenai kemudahan berupa insentif dan fasilitas guna mendukung green investment. Dengan disahkannya PP instrumen ekonomi lingkungan hidup di tahun 2017 seharusnya realisasi mekanisme insentif ini semakin mudah untuk direalisasikan.

Dari sisi sektor riil, kini sejumlah pemerintah provinsi dan daerah mulai mendemonstrasikan komitmennya untuk mendorong pembangunan berkelanjutan di daerahnya dan siap untuk mengimplementasikan segala bentuk regulasi dan kebijakan yang ada. Beberapa kabupaten di Indonesia telah ditetapkan sebagai kabupaten konservasi dan beberapa berada pada tahap persiapan. Kabupaten Kapuas Hulu, Katingan dan Malinau merupakan kabupaten konservasi dan beberapa kabupaten lainnya, diantaranya Sintang sedang dalam tahap persiapan menerapkan konsep tata ruang berlandaskan green economy.

1 Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2012.

Page 108: Prosiding Festival Iklim 2018

100

Rantai dari hulu ke hilir untuk mewujudkan investasi berkelanjutan semakin kongkrit baik dari sisi regulasi maupun komitmen sektor riil dan pemerintah daerah. Penting untukmengidentifikasidanmencarisolusiterkaitpotensi-potensihambatan(bottle neck)terkaitprosesyangtengahterjadiini.Beberapadiantaranyadapatdiidentifikasi,antara lain:• Bagaimanamenjagaefektifitasdantepatgunaditahapawalgunamenjagaarah

mobilisasi pendanaan diprioritaskan untuk para pemangku kepentingan yang telah berkomitmen. Seperti sektor privat, pemerintah daerah dan Masyarakat Adat yang siap.

• Informasi yang terbatas terkait perkembangan kebijakan dan implementasiriil dari hulu ke hilir diantara para pemangku kepentingan termasuk regulator. Misalnya, terbatasnya pengetahuan investor dan pemodal sehingga beberapa menganggapnya sebagai sektor berisiko tinggi dan kurang kompetitif dibandingkan produk konvensional serta ketidakpastian pasar terkait dengan hal tersebut. Terlebih lagi, informasi mengenai kejelasan mengenai rencana kebijakan sangat terbatas untuk diakses.

Tujuan diskusi panel interaktif yaitu:• Untuk mempertemukan para pemangku kepentingan yang telah

mendemonstraiskan komitmennya dalam prinsip keberlanjutan maupun mendukung target perubahan iklim,

• Untuk mengidentifikasi model mobilisasi pendanaan yang saat ini dapatdirealisasikan dan menentapkan prioritas potensi para pihak yang mendapat akses prioritas,

• Mendoronginisiatifproyekpilotdarihulukehilir(mulaidarisuplaipendanaansampai dengan pemanfaat akhir di daerah/ sektor riil)

• Mengidentifikasi inisiatif yangdapatmengoreksi keterbatasan akses informasidiantara para pemangku kepentingan.

Page 109: Prosiding Festival Iklim 2018

101

SESI PERTAMARingkasan Paparan Narasumber 1. “Kebijakan regulasi keuangan berkelanjutan dan obligasi hijau”, Direktorat

Bidang Keuangan Berkelanjutan-OJK• Saat ini pertumbuhan ekonomi dunia belum fully recovered dari financial

krisis di tahun 2007, dan juga terdapat banyak krisis lainnya dari lingkungan, makanan, energi, dll. Melalui kesepakatan global (SDGs), perlu adanya financingyangberkelanjutanuntukmengatasikrisistersebut.

• OJKmemilikitugasdalammengawasisektorperbankan,pasarmodal,danlembaga keuangan non-bank. Total asset yang diawasi sebesar 10 ribu triliun. Dalam merespon ini, OJK membuat master plan sehingga lembaga-lembaga keuangan tersebut lebih kompetitif.

• Terkaitdenganisulingkungan,OJKmendorongkebijakansustainablefinanceinitiative. OJK telah bekerjasama dengan beberapa kementerian untuk mendorong lembaga keuangan untuk mendorong pengimplementasian rendah karbon, termasuk di dalamnya Green Bond, guidance sektoral untuk green building, sawit, dll.

• BeberapaprodukpentingdariOJKsebagaiberikut:- Mandatorytoimplementsustainablefinanceprinciple- Mandatory to have action plan on SF- Mandatory to deliver sustainability report

• OJKberkontribusidenganlembagaterkait,LSMdomesticdaninternasional,untuk mendorong sustainable banking financing dan financial system untuk mendorong tujuan-tujuan terkait lingkungan, terutama dengan pembangunan untuk mendukung SDGs. Terdapat beberapa tantangan yang muncul adalah belum diperoleh kesepakatan tentang hal-hal yang dianggap “green” dalam project-project yang muncul di kementerian/lembaga.

• OJK telah mengeluarkan Peraturan OJK No 60 tahun akhir 2017 terkaitdengan Green bonds. Hal terpenting yang harus dipersiapkan pemerintah Indonesia dalam mengeluarkan green sukuk adalah verifikasi atas suatuprogram/kegiatanyangdiklasifikasisebagaikeguatanramahlingkungan.

• AgendautamaOJKditahun2018:- Menyiapkan technical guidelines- Mengeluarkan green project catalogue dengan kerjasama dengan K/L- Capacity Building- Mulai mempersiapkan kerangka pengawasan- Dibentuk task force- Industrial leadership pada project green bond

2. “Arah Kebijakan dan green investment”, Direktorat Industri dan SDA Perencanaan Agribisnis lainnya-BKPM• Pemerintah telah mengeluarkan UU Penanaman Modal yang telah

memasukkan aspek lingkungan hidup sebagaimana tergambar pada pasal 3, 12, 15, 16, 17, 18, 24, dan 30.

• Selain itu, pada Perpres No. 16 tahun 2012 mengenai rencana umum

Page 110: Prosiding Festival Iklim 2018

102

penanaman modal juga telah memasukkan aspek lingkungan melalui pasal 2 (green investment – penanaman modal yang berwawasan lingkungan).

• Pemerintah telah mengeluarkan insentif fiscal dan non fiscal untuk greeninvestment. Insentif fiscal berupa kebijakan pembebasan pajak masuk(Peraturan Menteri Keuangan No.159 Tahun 2015) dan pengurangan pajak (Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 2016). Pembebasan pajak diterapkan terhadap industry pioneer yang meliputi antara lain industri pemurnian minyak bumi dan/atau kimia dasar organik (biofuel) dan industri dengan sumber daya terbarukan. Sementara pengurangan pajak diterapkan pada sub sektor pembangkit (geothermal dan energi terbarukan).

• Penguranganpajaktelahdiberlakukanuntukbeberapabidangusaha,antaralain industry semen, pengusahaan panas bumi, pengelolaan dan pembuangan sampah yang tidak berbahaya, dan pembangkit tenaga listrik.

• Sementara untuk kebijakan dimana bea masuk ditanggung pemerintah,kriteria yang ditetapkan sebagai berikut:

a. Belum diproduksi di dalam negerib. Sudahdiproduksididalamnegerinamunbelummemenuhispesifikasi

yang dibutuhkanc. Sudah diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya belum mencukupi

kebutuhan industri• Perludidiskusikankembaliperaturan-peraturan serta kebijakankredit yang

telah ada.

3. “Komitmen Kabupaten Konservasi dan arah pembangunan/ investasi perubahan iklim”, Kabupaten Sintang-Provinsi Kalimantan Barat• LuaswilayahKabupatenSintangsebesar21,000km2dan59%darikawasan

tersebut adalah kawasan hutan. 41% dari total area Kabupaten Sintang adalah Area Penggunaan Lain. Kawasan APL digunakan untuk tujuan pembangunan yang seimbang antara aspek sosial dan lingkungan. APL berhutan sudah dilimpahkan pengelolaannya kepada masyarakat (SK Bupati Sintang) sebagai Kawasan Ekosistem Esential (kawasan ekobudaya, hutan tutupan, sumber air baku PDAM, pelepasan liar orang utan, dan lahan gambut.

• Kabupaten Sintang mengeluarkan kebijakan zero forest burned danmeminimalkan deforestasi.

• KomitmenPemdaKabupaten yang lain adalah telahdikeluarkannyaPerdaNomor 20 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sintang Tahun 2016 – 2036 dan Perda Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

• KegiatanCSOyangadadiKabupatenSintangsebagaiberikut:a. Microhydro Power Plant (Tempunak, Serawai)b. Clean Water Infrastructure (Tempunak)c. Sustainable Agriculture (Tempunak, Dedai)d. Empowering Women Society (Dedai)e. Conservation & Rehabilitation Local Species (Kelam Permai)

Page 111: Prosiding Festival Iklim 2018

103

• Selain itu, Kabupaten Sintang juga telah menyusun perencanaanpembangunan berkelanjutan, seperti Optimalisasi Pemanfaatan Energi Bersih Dan Terbarukan

• Saatiniterdapat46ijinperkebunan.

4. “Subyek hukum yang berhak mendapatkan benefit sharing dan perkembangan untuk mewujudkannya”, Climate Policy Initiative• Tujuan Pemetaan yang dilakukan CPI adalah untuk mengetahui investasi

dari sektor public dan swasta serta melihat efektifitas dana public dalammendorong investasi sektor swasta.

• Investasi terbesar di global adalah di tahun 2015 adalah pada bidangpembangunan solar dan energy terbarukan, seperti di China dan India.

• Pendanaaniklimglobalsekitar410bilionUSDantaratahun2015-2016danpenggunaan dana publik terbesar ada di sektor mitigasi dan sebagai besar adalah energy terbarukan (SOLAR PV dan Wind) . Sumber Pendanaan Publik terbesar adalah Development Finance Institution yang disalurkan melalui Multilateral channeling.

• Instrumen Pendanaan Publik dan Swasta :Balance Sheet Finance, Project Debt, Low Cost Project , Project Equity , grants and Others

• Padatahun2011ditingkatnasional,pendanaanpublikiklimyangdisediakansekitar IDR 8.37 trilyun. Penggunaan dana iklim tersebut untuk direct used and indirect used. Mayoritas penggunaannya untuk indirect used. Sektor yang didanai adalah di sektor kehutanan dan energi.

• Dukungan pemerintah untuk energi terbarukan menggunakan revenue, expenditure, financing.

• Di skala global, dukungan pendanaan publik telah berhasil meningkatkanpartisipasi swasta untuk terlibat dalam pendanaan untuk perubahan iklim.

• Biaya dari teknologi energi terbarukan pada tahun 2015 – 2016menurutsekitar 10%, terutama pada teknologi pembangkit listrik tenaga matahari dan angin, mendorong peningkatan investasi swasta.

• PemetaanpendanaanpublikdanswastauntukperubahaniklimdiIndonesiaperlu dilakukan guna mengukur efektivitas pemanfaatan dana publik dalam mendorong partisipasi swasta, dan sekaligus untuk mengevaluasi pencapaian target KEN, RAN-GRK dan NDC

5. “Bukit Tiga Puluh Landscape”, WWF• BukitTigaPuluhNationalParkterletakdi4Kabupatendan2Provinsi.Untuk

itu, diperlukan rencana pengelolaan yang terintegrasi.• PendekatanperkebunankaretmenggantikanKelapaSawit• Investasitidakberhubunganlangsungdenganprofittetapidanajugaunutk

mengurangikonfliksosialdanekonomi• WWFsaatinisedangmengajukanpendanaaniklimkeGreen Climate Fund.

Pembahasan dan Diskusi• Resiko usaha atau permasalahan yang dihadapi terkait dengan bankability

adalah pengembalian dan insurance karena tidak ada kepastian. Untuk itu,

Page 112: Prosiding Festival Iklim 2018

104

kegiatan yang bankability adalah kegiatan yang telah terbukti dapat mencapai output yang ditargetkan, seperti kegiatan/teknologi yang telah terbukti dapat menurunkan emisi gas rumah kaca.

• Perlu menghubungkan antara jasa keuangan dan badan usaha milik desa.Badan usaha milik desa dapat menjadi shareholders dalam pembiayaan terkait lingkungan hidup, termasuk perubahan iklim.

• BankMuamalattelahmenyusunproseduruntuksustainable financing yang masih difokuskan pada kelapa sawit.

• OJKtelahmengeluarkanperaturanOJKNo51tahun2017tentangPenerapanKeuangan Berkelanjutan Bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, Dan Perusahaan Publik. Pada peraturan tersebut diatur bahwa lembaga jasa keuangan wajib mengalokasikan sebagian dana tanggungjawab social dan lingkungan untuk mendukung kegiatan penerapan Keuangan Berkelanjutan. Tanggungjawab social dan lingkungan tersebut wajib dituangkan dalam rencana keuangan berkelanjutan pada masing-masing lembaga jasa keuangan.

14. TALK SHOW: VILLAGE FUN FOR FOREST CONSERVATION AND HIGHLIGHT ON SICCR-TAC

Hari, Tanggal : Selasa, 16 Januari 2018 Waktu : Pukul 14.00 – 16.30 WIB Tempat : Ruang Rimbawan IIIbPeserta yang hadir : ± 70 orang Moderator : Gedsiri Suhartono (SICCR-TAC)

Diskusi dilakukan dalam format talk show yang menggali cerita dan pengalaman-pengalaman lapangan yang menarik dan humanis dari para narasumber. Talk show dibagi ke dalam dua sesi dengan dipandu oleh Moderator yang menyampaikan kemajuan proyek SICCR-TAC dengan dibantu slide.

Acara dibuka oleh Hainrich Terhorst, Team Leader SICCR-TAC dengan Sambutan yang diberikan oleh Mohammad Ferbi, Manajer Program Perubahan Iklim Uni Eropa. Talk Show dibagi menjadi dua sesi dengan narasumber adalah peserta pelatihan yang sudahdilaksanakanolehSICCRTACyakniMustaqin (PPNSKabPediAceh)dan Isma Hadi (Penyuluh KPH III Pedi) pada Sesi Pertama. Talk Show Sesi Kedua menampilkan narasumber dari Pemerintah Kabupaten Piedi yakni Wakil Bupati, Kepala Bappeda dan Tenaga Ahli dari Universitas Syah Kuala.

SESI PERTAMARingkasan Paparan Narasumber 1. TUPOKSI PPN dan kaitannya dengan Project Pelatihan PPNS oleh SICCR TAC

• PPNS adalah petugas yang diberi kewenangan melakukan penangkapan,penyitaan dan pemeriksaan terkait penegakan hukum penanganan tindak pidana tertentu.

• Pelaksanaan penegakan hukum melalui pengumpulan data, penyelidikan,

Page 113: Prosiding Festival Iklim 2018

105

intelijen, dan penyidikan sesuai dengan peraturan yang berlaku.• Manfaat pelatihan PPNS yang didukung oleh program SICCR TAC adalah

dengan terbentuknya TIM PPNS Kehutanan sehingga penegakan hukum bidang kehutanan di Kab. Piedi bisa dilaksanakan sampai pada proses penuntutan, atau P21 sehingga dapat memberi efek jera pada pelaku kejahatan kehutanan.

• Kendaladalampenegakanhukumadalahbagaimanakitatepatbertindakdansesuai dengan aturan yang beraku yang tidak mudah diterapkan di tataran penegakan hukum terutama di Aceh.

2. Program penyuluhan oleh SICCR TAC.• Petugas penyuluh kehutanan adalah petugas lapangan yang bertugas

membantu masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan tentang kehutanan serta membantu peningkatan ekonomi tanpa merusak hutan.

• Faktor yang merusak hutan ada 3 yaitu faktor kebijakan, kebutuhan dankemiskinan.

• PelaksanaanpelatihanpenyuluholehprogramSICCRTACsangatbermafaatbagi masyarakat sekitar hutan untuk bisa diajak menjaga hutan dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan disertai perubahan sikap masyarakat untuk tidak merusak hutan.

• Tantangannyaadalahtidaksemuamasyarakatmaudanbisamenerimasertamengikuti apa yang sudah diajarkan.

Pembahasan dan Diskusi• SampaisaatinijumlahpenyuluhdiAcehhanya56orangdenganluaskawasan

yang sangat besar maka tidak jumlah itu cukup karena 1 penyuluh membawahi 6 kecamatan. Penyiasatannya adalah dengan menunjuk koordinator kelompok tani

Page 114: Prosiding Festival Iklim 2018

106

di tingkat desa terutama desa sekitar hutan.• Penanganan kasus dimulai dengan kegiatan intelijen dimana kegiatan ini

dilakukan dengan bekerjasama dengan masyarakat, pamhut, dan lembaga swadaya masyarakat.

• Saatinifokuspenyuluhanadalahdenganmemberikanpenyuluhanpadapetaniuntukproduksidenganmengarahsistemsertifikasiproduk.

• Anggaran dalam proses penegakan hukum masih belum semua terpenuhimelalui belanja pemerintah daerah. Dengan adanya SICCR TAC diharapkan bisa menutup kebutuhan penegakan hukum.

SESI KEDUARingkasan Paparan Narasumber 1. Inisiatif Dana Desa Dalam Pencegahan Perusakan Lingkungan Dan Hutan

• PemerintahKabPiedisangatmemperhatikandanberkomitmendalamupayaperlindungan alam khususnya hutan dan ekosistemnya.

• Kab. Piedi hanya 2 jam dari Banda Aceh dengan 42 km pantai memilikipotensi yang sangat besar di sektor perkebunan, pertanian dan kehutanan. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk membangun Piedi.

• Project SICCR TAC sudah disinkronkan dengan Rencana Kerja Kab Piedidengan mengharmonisasikan progam dan anggaran dari tingkat Kabupaten sampai dengan di tingkat desa yang secara regulasi sudah ditetapkan melalui Peraturan Daerah, Peraturan Bupati sampai Peraturan Desa.

2. Indikator lingkungan hidup dalam penggunaan dana desa di Kab. Piedi• Indikator lingkunganmenjadi salah satu indikator yangdimasukkan dalam

pelaksanaan pembangunan desa menggunakan dana desa, dimana kedepannya akan dituangkan dalam Peraturan Bupati.

• Peraturan Bupati terkait penggunaan dana desa ini sudah dikonsultasikansampai tingkat pusat.

Page 115: Prosiding Festival Iklim 2018

107

3. Penggunaan dana desa dalam aturan hukumnya• Secara hukum, penggunaan dana desa untuk lingkungan hidup sudah

diatur dalam undang-undang. Yang menjadi konsentrasinya adalah alokasi dana desa dari dimana ada 20% alokasi dana desa bersifat afirmasi danada 4 indikator terkait sosial ekonomi dalam pembobotannya. Indikator ekologi dimasukkan oleh Kab. Piedi dalam pembelanjaan dana desa. Dan ini menjadikan Kab. Piedi sebagai pioner dalam memasukkan indikator ekologi pada pembelanjaan dana desa.

• Indikator ekologi ada beberapa parameter yang digunakan yaitu tutupanlahan, jumlah penduduk dan fungsi kawasan.

• Perlu ada perubahan paradigma berpikir dimana ada keberanian berpikiruntuk berinovasi tanpa harus menunggu aturan dari atas/pemerintah pusat. Pemerintah pusat harus memberi ruang improvisasi (diskresi) kepada daerah dengan tetap pada koridor hukum.

Pembahasan dan Diskusi• Dengan indikator ekologi masuk dalam parameter pembangunan desa dan

pembelanjaan dana desa akan menimbulkan semangat kompetisi desa untuk membangun desa berbasis lingkungan.

• TelahdibentukBadanUsahaMilikDesa(BUMD)namunsampaisaat inibelumada mekanisme pendanaan langsung dana desa melalui BUMD. Saat ini dana desa didistribusikan pemerintah melalui kas desa/rekening desa.

• Bagaimana skema pengembangan PES (Payment for Environtment Services) yang akan dikembangkan di Kab. Piedi dari hulu ke hilir masih sedang disusun.

• Piedi perlu dijadikan kabupaten yang menerapkan pembangunan yangberkelanjutan yang berbasis desa. Untuk membangun berkelanjutan harus masih ada support dari ekternal. Perlu juga ada pengukuran nilai indeks kebahagiaan dan tidak harus selalu dilihat dari ukuran ekonomi.

• Banyak kendaladalampemanfaatandanadesa terutama terkait dasar hukumdan aturan pelaksanaan. Kontribusi dana desa untuk lingkungan harus dan diatur dengan dasar hukum yang kuat baik melalui perBup atau aturan lainnya yang lebih tinggi.

Wrap UpPembangunan berkelanjutan dengan memasukkan indikator ekologi dan indikator tingkat kebahagiaan menjadi tujuan kedepan yang akan dibangun oleh Kab. Piedi dengan langkah awal meletakkan dasar aturan dan kebijakan baik ditingkat kabupaten dengan diharmonisasikan sampai tingkat desa, guna menjadi dasar hukum pelaksanaan pembangunan sampai tingkat desa dengan tidak hanya melihat pembelanjaan dana desa pada indikator kemiskinan dan pada sektor infrastruktur tanpa melihat lingkungan.

Indikator ekologi belum masuk dalam indikator utama dalam aturan perundangan penggunaan dana desa saat ini, namun melalui diskresi indikator ekologi harus tetap diperjuangkan.

Page 116: Prosiding Festival Iklim 2018

108

IV. DIALOG IKLIM DENGAN SISWA SD, SMP DAN SMA

Hari, Tanggal : Rabu, 17 Januari 2018 Waktu : Pukul 09.00 – 13.00 WIB Tempat : Auditorium

Anak-anakmerupakankelompokyangteridentifikasisebagaikelompokmasyarakatyang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Pemahaman sejak usia dini sangat diperlukan untuk membangun kapasitas masyarakat yang tangguh dan tahan iklim, sehingga aksi-aksi adaptasi dan mitigasi dapat diterapkan dan menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat di masa depan. Sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kapasitas dan kepedulian masyarakat termasuk kelompok rentan perubahan iklim tersebut, Ditjen PPI menyelenggarakan Dialog Iklim tentang perubahan iklim yang melibatkan siswa sekolah dasar dan sekolah menengah.

Dialog, yang dihadiri oleh 444 siswa didampingi guru pembimbing (total peserta adalah 480) dari 86 sekolah di wilayah Jabodetabek dan Garut, dibuka oleh Direktur Jenderal PPI yang memperkenalkan dasar-dasar perubahan iklim yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

Setelah sesi materi cerita perubahan iklim (Dirjen PPI, 2 orang champion Gambut dari Jambi dan KalBar), para peserta kelompok siswa SMP dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing diberi soal cerita (kasus) dengan tema yang berbeda-beda, yaitu di seputar masalah banjir, kebakaran hutan dan lahan, limbah, serta penggunaan

Page 117: Prosiding Festival Iklim 2018

109

energi. Setiap kelompok berdialog (didampingi fasilitator) dan mendiskusikan setiap soal cerita yang diberikan, untuk memahami persoalan dan berupaya mencari alternatif pemecahan masalah. Di akhir sesi, setiap kelompok memainkan “role play” (fragmen drama) mengenai hasil diskusi dari setiap cerita. Dialog dalam “role play” yang ditampilkan sekaligus menggambarkan peran berbagai pihak (perwakilan pemerintah, kelompok wanita, pemuka adat, dll.) dalam meng-address isu perubahan iklim dalam konteks keseharian. Pendekatan yang dipergunakan di Group Siswa SMA adalah menggali lebih dalam pemahaman siswa mengenai perubahan iklim. Di awal sesi Siswa SMA, fasilitator menyampaikan paparan singkat perubahan iklim yang dimulai dari dampak yang telah dirasakan serta penyebab dari timbulnya dampak tersebut, untuk kemudian siswa diberikan contoh praktik nyata aksi melalui peragaan composting yang telah dilakukan masyarakat di lokasi Penerima ProKlim (RW01 Sunter Jaya-Jakarta). Diskusi interaktifmulaiberjalansejakawal,melaluipemberianquizsingkatberkaitandengansubstansi perubahan iklim agar tidak ada kesalah-pemahaman siswa terhadap perubahan iklim dan issue lingkungan hidup secara umum.

Pada dasarnya, antusiasme siswa peserta Dialog Iklim terus terjaga sejak awal. Pendekatan interaktif dari para fasilitator memperoleh respon positif dalam proses

Page 118: Prosiding Festival Iklim 2018

110

peningaktan pemahaman siswa terhadap issue lingkungan global tersebut. Sebelum penutupan Dialog Iklim yang dimulai juga dengan permainan interaktif, Direktur Jenderal PPI menyampaikan apresiasi kepada sekolah yang berpartisipasi dengan menyerahkan sertifikat kepada perwakilan seluruh sekolah yang hadir. Dalamacara Penutupan Dialog Iklim, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim menyampaikan pesan agar para siswa terus meningkatkan pengetahuan tentang perubahan iklim, dan menjadi agen perubahan iklim.

Page 119: Prosiding Festival Iklim 2018

111

V. PAMERAN FESTIVAL IKLIM 2018Pameran Festival Iklim 2018 dengan tema “Capaian Tiga Tahun Pengendalian Perubahan Iklim” dimulai sepanjang acara utama berlangsung yaitu 16-17 Januari 2018 dan bertempat di selasar lobby Auditorium Dr. Sudjarwo, Manggala Wanabakti, dengan total sebanyak 39 institusi yang terdiri dari Kementerian/Lembaga, sektor, Akademisi, serta masyarakat/umum. Data peserta pameran terlampir dalam tabel di bawah ini. Selain pameran produk di tingkat nasional, Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim-KLHK juga menampilkan produk-produk yang dihasilkan oleh unit pelaksana teknis yang berlokasi di daerah.

Tabel 1. Peserta Pameran Festival Iklim 2018 (jumlah total booth: 48)

No Jenis Booth Keterangan

1. Utama Ditjen PPI, Balai PPI-KHL

2. Sektor PSLB3-KLHK, Kem. ESDM, Kem. Perindustrian, Humas-KLHK, Kem. Pertanian

3. Lembaga Pemerintah

Badan Restorasi Gambut, Ditjen. KSDAE-KLHK, Ditjen. PKTL-KLHK, Balitbang KLHK, BIG, KPPPA, Pemda DKI, BMKG, LAPAN, KPPPA, BNPB

4. Perguruan Tinggi CCROM-IPB, IPB, Unibraw, UI

5. Asosiasi APIKI Network, APHI

6. Komunitas Komunitas Peduli Alam Indonesia, Sensativ Teknologi, Lingkar Temu, Climate Reality

7. LSM FSC, WWF, WRI, Wetlands Indonesia, FFI, Burung, CIFOR, Pantau Gambut, GGGI, Muslim, Kehati

8. Swasta PT HAS, PT GAIA, PT Basuki, APP Sinar Mas

9. Lain-lain CCS,SICCR-TAC,GIZForclime,JICA,FAO,CI

Denah Pameran Festival Iklim 2018 sebagaimana dalam Lampiran 2.

Page 120: Prosiding Festival Iklim 2018

112

Page 121: Prosiding Festival Iklim 2018

113

LAMPIRANLampiran 1. Laporan Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim tentang

Tiga tahun capaian pengendalian perubahan iklim: regulasi, buku, dan rancangan kebijakan strategis.

Lampiran 2. Leaflet Festival Iklim 2018: Tiga Tahun Capaian Pengendalian Perubahan Iklim.

Lampiran 3. Denah Pameran Festival Iklim 2018Lampiran 4. Bahan paparan Narasumber dalam rangkaian Workshop dan Seminar

Festival Iklim 2018.

Page 122: Prosiding Festival Iklim 2018

114

LAMPIRAN

Lampiran 1.TIGA TAHUN CAPAIAN PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM: REGULASI, BUKU, DAN RANCANGAN KEBIJAKAN STRATEGIS

12 Regulasi

No Judul Keterangan

1. Permen LHK tentang Penye lengga raan SRN PPI

Bertujuan untuk penyelenggaraan SRN PPI yang men-dukung pelaksanaan pendataan aksi dan sumber daya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang kredibel dan mengembangkan model pengakuan pemerintah atas kontribusi berbagai pihak terhadap upaya pengendalian perubahan iklim dengan ruang lingkup : komponen aksi dan sumber daya; pelaksana aksi dan sumberdaya; penye-lenggaraan SRN PPI; informasi publik; Pembiayaan; Koor-dinasi dan evaluasi; dan Apresiasi.

2. PermenLHK tentang Pedoman Penyeleng-garaan dan Pelapo-ran IGRK Nasional

Pedoman yang meliputi Prinsip dan tahapan Penyeleng-garaan Inventarisasi GRK; Metodologi penyelenggaraan Inventarisasi GRK; Pelaporan dari Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah; komunikasi publik; serta keraha-siaan (confidentiality) data dan informasi.

3. PermenLHK tentang Pengukuran, Pelapo-ran,danVerifikasiun-tuk Aksi dan Sumber-daya Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

Pengukuran,pelaporan,danverifikasi(MRV)aksidansum-ber daya Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim dilakukan guna menjamin akuntabilitas capaian aksi dan sumber-daya secara akurat, transparan dan dapat dipertanggung-jawabkan. Ruang lingkup Permen ini meliputi penguku-ran, pelaporan dan verifikasi aksimitigasi, aksi adaptasidan sumberdaya.

4. Permen LHK No. 84 Tahun 2016 No. P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 ten-tang Program Kam-pung Iklim (PROKLIM)

Bertujuan untuk memberikan pedoman bagi Pelaksana ProKlim; Pemerintah; dan Pendukung ProKlim dengan ru-ang Lingkup meliputi Ruang Lingkup Peraturan Menteri ini terdiri dari: Tata Laksana ProKlim; Apresiasi ProKlim; Pembinaan; Pembiayaan; dan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan.

5. Perdirjen PPI Nomor: P.1 Tahun 2017 ten-tang Pedoman Pelak-sanaan Program Kam-pung Iklim (PROKLIM)

Sebagai arahan dan pedoman dalam pelaksanaan PROK-LIM bagi pelaksana, pemerintah, dan pendukung PROK-LIM dengan Ruang meliputi: Informasi Umum PROKLIM; Pedoman Pembentukan dan Pengembangan PROKLIM; Pedoman Pengusulan PROKLIM; Pedoman Penilaian PROKLIM; dan Pedoman Pemantauan, Evaluasi dan Pel-aporan PROKLIM.

Page 123: Prosiding Festival Iklim 2018

115

6. Permen LHK No. 33 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusu-nan Aksi Adaptasi Pe-rubahan Iklim

Memberikan Pedoman bagi Pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyusun rencana aksi adaptasi perubah-an iklim dan mengintegrasikan rencana tersebut ke dalam perencanaan pembangunan wilayah dan/atau sektor spe-sifik yangmeliputimeliputi antara lain: Ketahanan pan-gan; Kemandirian energi; Kesehatan; Permukiman; Infra-struktur; dan Pesisir dan pulau-pulau kecil.

7. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan ten-tang Pemantauan Im-plementasi NDC

Pedoman yang mengatur ruang lingkup kegiatan, pen-gaturan kelembagaan dan mekanisme pemantuan imple-mentasi kontribusi yang ditetapkan secara nasional (NDC) pada masing-masing sektor dalam rentang waktu tahun 2017 – 2019 (pra-2020) dan tahun 2020 – 2030 (pasca 2020).

8. Peraturan Dirjen Pe-doman Penghitun-gan Emisi Gas Rumah Kaca Untuk Aksi Mit-igasi Perubahan Iklim Berbasis Masyarakat

Pedoman yang memberikan arahan dalam penghitungan emisi gas rumah kaca pada aksi mitigasi perubahan iklim berbasis masyarakat pada sektor energi, kehutanan, per-tanian dan peternakan serta sektor limbah

9. Perdirjen tentang Pedoman Fasilitasi Penyusunan Rencana Adaptasi Perubahan Iklim di daerah

Bertujuan untuk menjadi arahan bagi Balai PPIKHL dalam melaksanakan peningkatan kapasitas daerah melalui ke-giatan fasilitasi penyusunan Rencana Adaptasi Perubahan Iklim di daerah mulai dari tahap awal sampai pemantauan dan evaluasi akhirnya

10. Perdirjen tentang Pe-doman Penilaian Reg-istrasi Pakar Terkait Perubahan Iklim

Tujuan disusunnya pedoman penilaian registrasi pakar terkait perubahan iklim adalah memberikan arahan dan mekanisme penilaian kompetensi kepakaran terkait pe-rubahan iklim sesuai mandat PERMEN KLHK Nomor 33 Tahun 2016. Dengan adanya registrasi pakar terkait iklim ini, maka setiap pakar iklim akan terkumpul data-datan-ya terutama pada database KLHK sehingga dengan mu-dah untuk menyebar luaskan informasi mengenai daftar pakar-pakar serta memberikan rekomendasi pakar terkait perubahan iklim kepada pengguna

11. Keputusan Direktur Jenderal tentang Pengelola SRN

Bertujuan untuk mendukung operasionalisasi SRN PPI, ser-ta memudahkan para pihak dalam rangka menyediakan, menyajikan dan mengakses data dan informasi Pengelo-laan aksi dan sumber daya adaptasi dan mitigasi peruba-han iklim. Pengelola SRN PPI merupakan perwakilan dari unit kerja Direktorat Jenderal Pengendalian erubahan Iklim yang terdiri atas : (1) Penanggung Jawab; (2) Ketua; (3) Sekretariat dan (4) Tim Teknis SRN PPI.

12 Regulasi

No Judul Keterangan

Page 124: Prosiding Festival Iklim 2018

116

12. Keputusan Dirjen No: SK. 22/PPI/IGAS/PPI.2/6/2017 tentang Tim Panel Metodolo-gi

Bertujuanuntukmelakukanidentifikasi,menghimpundanmengkaji metodologi yang berkaitan dengan penurunan emisi dan/atau peningkatan serapan gas rumah kaca dari berbagai inisiatif lokal, individu, instansi atau lembaga dan sektor swasta. Susunan Tim Panel Metodologi Aksi Mitigasi Perubahan Iklim terdiri dari : Penanggung Jawab Tim; Ketua Tim Panel Metodologi; Tim Pengarah; Tim Kerja; dan Sekretariat.

21 Buku

No Judul Keterangan

1. Third National Com-munication

Dokumen resmi Pemerintah mengenai pelaksanaan UN-FCCC. Di dalam Third National Communication disam-paikan bahwa tingkat emisi gas rumah kaca nasional pada tahun 2014 adalah 1,836,610 Gg CO2e. Kontribusi emisi GRK per sektor adalah LULUCF termasuk kebakaran hutan (53.5%), diikuti oleh energi (32.9%), pertanian (6.2%), lim-bah (5.4%) dan IPPU (2.3%).

2. Strategi Implementa-si NDC

Strategi yang terdiri atas 9 (sembilan) Program Imple-mentasi NDC dengan mengacu pada Paris Agreement dan disesuaikan kondisi dan potensi Indonesia, mulai dari persiapan sampai tahap akhir termasuk review dan pem-baruan komitmen dalam NDC pada setiap periode yang ditentukan.

3. Roadmap SRN Pen-gendalian Perubahan Iklim 2017-2030

Strategi pengembangan SRN PPI menuju pencapaian NDC ke depan untuk dapat dijadikan sebagai dasar bagi semua pihak baik pelaksana, penanggungjawab aksi (pro-ponent) dalam pelaksanaan pendataan aksi dan sumber daya untuk Adaptasi dan Mitigasi perubahan iklim di In-donesia.

4. Roadmap Program Kampung Iklim (PROKLIM)

Rencana rinci yang memuat tahapan sistematis guna memberikan arah dan acuan bagi semua pihak baik pelak-sana, pemerintah dan pendukung dalam pengembangan lebih lanjut dan pelaksanaan ProKlim secara nasional un-tuk periode waktu sampai dengan tahun 2030.

5. Buku Praktis Pro-gram Kampung Iklim (PROKLIM)

Panduan teknis kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim guna mendukung kegiatan Proklim untuk mestimula-si minat para pihak guna mempelajari lebih lanjut proses dan manfaat kegiatan mitigasi dan adaptas

6. Identifikasi AdaptasiPerubahan Iklim Ber-basis Ekosistem

Informasi beberapa contoh kegiatan yang telah dilak-sanakan oleh pengelola ekosistem untuk mewujudkan ekosistem yang mampu bertahan dari dampak perubahan iklim, sekaligus membantu masyarakat dalam melakukan adaptasi perubahan iklim.

12 Regulasi

No Judul Keterangan

Page 125: Prosiding Festival Iklim 2018

117

21 Buku

No Judul Keterangan

7. Satu Tahun Imple-mentasi Permen LHK No. 33 Tahun 2016

Memberikan pemahaman terhadap adaptasi dan gam-baran upaya yang telah dilakukan dalam implementasi Peraturan Menteri KLHK No. 33/2016 tentang Pedoman Penyusunan Aksi Adaptasi Perubahan Iklim dalam kurun waktu satu tahun.

8. Menuju Operasional-isasi Pendanaan Iklim

Memberikan gambaran bagaimana pendanaan peru-bahan iklim akan dikelola dengan pendekatan pengelo-laan keuangan badan layanan umum dalam mendukung komitmen Indonesia dalam menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebagaimana tertuang dalam Nationally De-termined Contribution (NDC)

9. Analisis Kebutuhan Peningkatan Kapasi-tas dan Teknologi Un-tuk Aksi Perubahan Iklim

Dokumen analisa kebutuhan teknologi atau Technology Needs Assessment (TNA) dan analisa kebutuhan pening-katan kapasitas atau Capacity Building Needs Assessment (CBNA) dalam rangka pencapaian NDC di semua sektor, dan oleh semua segmen pemerintahan dan masyarakat

10. Bunga Rampai Pe-rundingan Perubahan Iklim (Potret 3 Tahun Perjuangan Indone-sia Pada Perundingan UNFCCC)

Memberikan gambaran mengenai 3 tahun perjuangan In-donesia dalam perundingan perubahan iklim melalui 7 fo-rum perundingan 4 forum Bonn Climate Change Confer-ence dan 3 COP (COP-21, COP-22 n COP-23). Bagaimana Ditjen PPI menjalankan mandatnya sebagai NFP for UNF-CCC dalam mengelola perundingan, mengelola substansi perundingan dan mengelola DELRI, di tengah dinamika politik baik di tingkat nasional maupun global.

11. Emission Factors Da-tabase (EFDB) Indo-nesia

EFDB-Indonesia merupakan kumpulan ringkasan data hasil penelitian yang dapat digunakan untuk menyusun coutry specific /site specific emission factor untuk Inven-tarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia. Dengan adanya EFDB-Indonesia akan meningkatkan kualitas Inventarisasi Gas Rumah Kaca dengan penggunaan data faktor emisi/serapan yang sesuai dengan kondisi Indonesia (minimal Tier 2). Informasi lengkap tentang EFDB-Indonesia dapat diakses secara online melalui situs: http://signsmart.menl-hk.go.id/signsmart_new/web/efdb

12 National Forest Ref-erence Emission Lev-el For Deforestation and Degradation (In The Context of Decis-sion 1/CP 16 Para 70 UNFCCC)

Acuan tingkat emisi atau benchmark nasional untuk men-gukur kinerja negara (nasional) dalam upaya pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dalam implementasi REDD+ ditetapkan berdasarkan data dan informasi yang mam-pu menggambarkan tingkat emisi rerata aktivitas REDD+ pada rentang waktu tertentu sebagai acuan untuk penen-tuan FREL Sub-Nasional.

Page 126: Prosiding Festival Iklim 2018

118

21 Buku

No Judul Keterangan

13. Pedoman Penetapan Tingkat Rujukan Emisi Hutan (FREL) Sub Na-sional

Pedoman yang mengatur penetapan tingkat rujukan emi-si hutan dengan mengacu pada hasil penghitungan FREL nasional dan batas atas per satuan Sub Nasional, serta menggunakan buffer yang ditetapkan dengan memper-timbangkankondisibiogeofisik,kepentinganpembangu-nan dan tingkat resiko tidak tercapainya target penguran-gan emisi.

14. Pedoman MRV REDD+

Pedoman yang digunakan dalam kegiatan pengukuran, pelaporan, dan verifikasi terhadap capaian pelaksanaanREDD+ yang telah diklaim oleh pengelola REDD+ di ting-kat nasional dan pelaksana di tingkat sub nasional dalam rangka menuju pembayaran berbasis kinerja atas hasil capaian pengurangan emisi (result based payment) di Wilayah Pengukuran Kinerja REDD+ pada periode waktu tertentu.

15. State of The Art on Climate Change Ad-aptation

Memuat informasi perkembangan studi mengenai ker-entanan, risiko, dan dampak perubahan iklim di Indone-sia, dalam rentang waktu 2010-2015. Selain itu, buku ini memuat informasi mengenai inisiatif (kebijakan, program, dan perangkat pendukung) Pemerintah dan pemangku kepentingan lain terkait dengan upaya adaptasi peruba-han iklim di Indonesia.

16. Kerangka Kerja Kon-vergensi Adaptasi Perubahan Iklim dan Pengurangan Resiko Bencana

Merupakan hasil kajian dan rekomendasi terkait kebija-kan, metodologi, kelembagaan, dan kapasitas dalam up-aya konvergensi Adaptasi Perubahan Iklim – Pengurangan Risiko Bencana (API-PRB) di Indonesia.

17. Sistem Informasi Data Indeks Kerentanan Perubahan Iklim (SI-DIK)

Menyajikan informasi dan data indeks kerentanan dan risiko perubahan iklim di seluruh wilayah Indonesia den-gan unit analisis hingga level desa. Informasi dan data di-olah berdasarkan data Potensi Desa tahun 2014. Informasi SIDIK juga dapat diakses secara daring melalui website sidik.menlhk.go.id

18. From Montreal To Kigali: Pengendalian Konsumsi Bahan Pe-rusak Ozon

Memberikan gambaran tentang berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam melak-sanakan program perlindungan lapisan ozon dan peng-hapusan BPO antara lain mengulas secara garis besar tentang lapisan ozon, BPO, serta pengalaman Indonesia dalam mengimplementasikan Protokol Montreal selama kurun waktu 25 tahun (1992-2017).

Page 127: Prosiding Festival Iklim 2018

119

19. Keberhasilan dan Tantangan Pengen-dalian Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia tahun 2017

Buku ini menyajikan upaya-upaya yang dilakukan dalam Pengendalian Kebakaran Hutan dan lahan sehingga ber-hasil menekan luas kebakaran hutan dan lahan secara sig-nifikantermasukmeningkatkanupayapenyelesaianyangdidarkan pada karakteristik masing-masing daerah dan upaya menjawab tantangan melalui peningkatan koordi-nasi, sinergi, dan harmonisasi antara pemerintah pusat dan daerah, serta meningkatkan partisipasi sektor lainnya pada skala nasional maupun regional.

20. Patroli Terpadu: Sin-ergi Pengendalian Karhutla di Tingkat Tapak

Buku ini lahir sebagai upaya mendokumentasikan salah satu aksi lapangan dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan di tingkat tapak yang merangkum kegiatan patroli terpadu yang dilakukan di Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur pada tahun 2016-2017. Bagaimana proses konstruksinya, pelak-sanaan, hasilnya, serta upaya perbaikan dan hasil evaluasi terhadap kegiatan tersebut.

4 Rancangan Kebijakan Strategis

No Judul Keterangan

1. Permen LHK tentang Tata Cara Pelaksa-naan REDD+

Pedoman yang memberikan acuan pelaksanaan REDD+ yang sesuai dengan persyaratan keputusan COP UNFCCC tentang REDD+ dan konsisten dengan kebijakan nasional, serta mendorong pelaksana REDD+ untuk menuju pelak-sanaan REDD+ secara penuh (result based payment), da-lam rangka mendukung pencapaian target implementasi NDC sektor Kehutanan. (menunggu terbitnya PerpPres BLU).

2. Indonesia Report on REDD+ Performance

Laporan yang memuat capaian pengurangan emisi dari pelaksanaan REDD+ yang didasarkan pada Forest Ref-erence Emission Level dan juga pelaksanaan instrumen pelaksanaan REDD+ sesuai REDD+ Warsaw Framework yang terdiri atas Strategi Nasional; Forest Reference Emis-sion Level(FREL)/ Forest Reference Level(FRL); Measuring, Reporting, Verifying(MRV); National Forest Monitoring Systems (NFMS); Instrumen Pendanaan; Safeguards dan Sistem Informasi Safeguard REDD+; Sistem Registri Na-sional (SRN) dalam rangka pembayaran berbasis kinerja (result based payment).

21 Buku

No Judul Keterangan

Page 128: Prosiding Festival Iklim 2018

120

Buku dari K/L dan Stakeholders Lainnya

No Judul Keterangan

1. Panduan Measure-ment (M), Reporting (R), Verification (V)Sektor Industri Semen

Pedoman untuk dapat mengetahui berbagai aspek, metode serta langkah-langkah yang dibutuhkan agar pelaksanaan aksi-aksi mitigasi serta capaian penurunan emisi GRK di Industri Semen dapat diukur dengan baik untukkemudiandilaporkandandiverifikasi.

2. Petunjuk Teknis Per-hitungan dan Pelapo-ran Emisi CO2 Indus-tri Semen

Petunuk teknis untuk memberikan arahan serta informasi lengkap bagi pelaku industri semen maupun pemangku kepentingan lainnya dalam melaksanakan perhitungan serta pelaporan emisi CO2 di industri semen. Acuan metodologi perhitungan yang digunakan dalam buku ini adalah metodologi yang diterbitkan oleh Cement Sustain-ability Ini a ve (CSI) dari World Business Council for Sus-tainable Development (WBCSD).

3. Petunjuk Teknis Per-hitungan Emisi Gas Rumah Kaca Industri Pupuk

Petunjuk teknis bertujuan untuk memberikan acuan dalam proses perhitungan emisi GRk di industri Pupuk. Dengan acuan yang jelas, diharapkan dapat memudahkan baik dalam proses perhitungan maupun dalam mendapatkan pengakuan atas hasil perhitungannya sehingga men-dukung sektor industri untuk berkontribusi aktif dalam up-aya penurunan emisi GRk nasional.

4. Roadmap Mitigasi dan Adaptasi Peruba-han Iklim dan Pemba-ngunan Berkelanjutan Provinsi Maluku

Dokumen yang memberikan acuan dalam menetapkan ar-ahan kebijakan terhadap isu strategis mitigasi dan adap-tasi, merumuskan strategi, menyajikan hasil identifikasimodalitas, prosedur, pedoman yang dimiliki dan dibutuh-kan untuk implementasi mitigasi dan adaptasi di Provinsi Maluku, dalam rangka mendukung implementasi NDC Indonesia.

3. Rancangan Permen LHK tentang Pe-doman Kajian Ker-entanan Risiko dan Dampak Perubahan Iklim

Panduan bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Mas-yarakat dalam melakukan kajian kerentanan, risiko, dan dampak perubahan iklim. Ruang lingkup rancangan Per-men ini mencakup penentuan lingkup kajian, metodologi, indikator, sumber data, dan verifikasi guna mendukungperencanaan adaptasi perubahan iklim sejalan dengan Peraturan Menteri LHK nomor P.33 tahun 2016.

4. Naskah Akademis Rancangan Pengatur-an Pengendalian Pe-rubahan Iklim

Naskah akademis ini akan dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan NDC dan pengaturan yang terintegrasi di bidang pengendalian perubahan iklim yang berisi ten-tang kajian dengan pendekatan sosio-ekonomi dan tek-no-ekonomi serta peraturan perundang-undangan.

4 Rancangan Kebijakan Strategis

No Judul Keterangan

Page 129: Prosiding Festival Iklim 2018

121

Website

No Judul Keterangan

1. Website Ditjen Pen-gendalian Perubahan Iklim – http://ditjenp-pi.menlhk.go.id

Pintu gerbang utama untuk menyebarluaskan informasi ke publik sebagai salah satu unit kerja Kementerian Lingkun-gan Hidup dan Kehutanan yang menangani perubah-an iklim khususnya penyelenggaraan mitigasi, adaptasi, penurunan gas rumah kaca, penurunan dan penghapusan bahan perusak ozon, mobilisasi sumberdaya, inventarisasi gasrumahkaca,monitoring,pelaporandanverifikasiaksimitigasi perubahan iklim serta pengendalian kebakaran hutan dan lahan.

2. Knowledge Centre Perubahan Iklim (KCPI) - http://dit-jenppi.menlhk.go.id/kcpi

Pembangunan website KCPI ditujukan untuk masyarakat umum yang berisi pengetahuan umum tentang penger-tian perubahan iklim, dampak-dampak perubahan iklim, respons dunia terhadap perubahan iklim beserta reaksi dan tindakannya, peran Indonesia dalam isu perubahan iklim dan informasi yang dilakukan oleh masyarakat untuk berpartisipasi menurunkan suhu bumi dan mengendalikan perubahan iklim.

Page 130: Prosiding Festival Iklim 2018

122

LAMPIRAN 2. LEAFLET FESTIVAL IKLIM 2018: TIGA TAHUN CAPAIAN PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM.

Page 131: Prosiding Festival Iklim 2018

123

LAMPIRAN 2. LEAFLET FESTIVAL IKLIM 2018: TIGA TAHUN CAPAIAN PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM.

Page 132: Prosiding Festival Iklim 2018

124

LAMPIRAN 3. DENAH PAMERAN FESTIVAL IKLIM 2018

Page 133: Prosiding Festival Iklim 2018
Page 134: Prosiding Festival Iklim 2018

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

GEDUNG MANGGALA WANABAKTI BLOK VII LT. 12JL. JEND. GATOT SUBROTO - JAKARTA PUSAT 10270

TELP. 021 - 5730144FAX. 021 - 5720194www.ditjenppi.menlhk.go.idEmail : [email protected] [email protected]

ISBN 978-602-51356-1-3