PROSIDING -...

14

Transcript of PROSIDING -...

Page 1: PROSIDING - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/4404230008142708359323March... · Upaya Meminimalisir Produk Cacat pada Proses Pengecatan . Shell ... Pada
Page 2: PROSIDING - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/4404230008142708359323March... · Upaya Meminimalisir Produk Cacat pada Proses Pengecatan . Shell ... Pada

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL PEMODELAN DAN PERANCANGAN SISTEM

“Peningkatan Mutu Produk dan Jasa Berdasarkan Cara Pandang Sistem”

Magister Teknik Industri Universitas Katolik Parahyangan

Bandung, 30 November – 1 Desember 2011

Editor: Romy Loice

Yani Herawati

Sekretariat : Jl. Merdeka No. 30 Bandung – 40117

E-mail : [email protected] Website : www.pps-mti.web.id

Cetakan Pertama November 2011

Penerbit Magister Teknik Industri

Universitas Katolik Parahyangan Bandung

Hak cipta pada penulis, dilarang keras mengutip, menjiplak, mengopi baik sebagian atau keseluruhan dari isi buku ini tanpa mendapat ijin tertulis atau keseluruhan dari pengarang atau penerbit

Page 3: PROSIDING - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/4404230008142708359323March... · Upaya Meminimalisir Produk Cacat pada Proses Pengecatan . Shell ... Pada

SISTEM PERBAIKAN DAN PENGENDALIAN MUTU Strategi Dimensi Teknologi dalam Mencapai Keunggulan Kompetisi

Diana S.Mandar, Leli Deswindi

69

Perbaikan Manajemen Bencana Alam/Darurat di PT X Berdasarkan NFPA 1600:2010

Tika Resmitasari, Carles Sitompul

77

Perancangan Sistem Pengendalian Kualitas Industri Tahu

Khamdi Mubarok, Dian Setiya Widodo, Nurkholis Abdi Pranata

85

Pengurangan Jumlah Produk Cacat yang Memperhitungkan Biaya Produksi di Perusahaan

Garment PT X

Gita Permata Liansari, Y. M Kinley Aritonang

97

Pengembangan Model Kualitas Jasa Penjualan Online Tiket Penerbangan Berdasarkan Integrasi

HSQM dan Bauran Pemasaran

Hanky Fransiscus, Paulus Sukapto, Carles Sitompul

107

Six Sigma, Lean Management, dan Lean Six Sigma: Tinjauan Literatur Terhadap Konsep dan

Aplikasi

Simon Herlambang, Y. M. Kinley Aritonang

117

Pengembangan Model Pengukuran Kualitas Layanan e-Banking dengan Melibatkan Faktor-Faktor Bauran Pemasaran

Alfian, Paulus Sukapto, Carles Sitompul

127

Upaya Meminimalisir Produk Cacat pada Proses Pengecatan Shell Helmet dengan Menggunakan

Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) di Departemen Painting PT Yasunli Abadi

Utama Plastik

Muhammad Kholil, Resa Taruna Suhada

135

Analisis Peningkatan Kualitas pada Outsole dengan Menggunakan Metode Six Sigma

Siti Rohana Nasution, Sri Rusdiyanti

141

Pemetaan Aktivitas Layanan Jurusan Teknik Industri Unpar dengan Menggunakan Value Stream

Map

Cindy Marika Amalia, Catharina B. Nawangpalupi, Yogi Yusuf Wibisono

151

 

SISTEM PRODUK DAN JASA Pengujian Kriteria Efektivitas Toko Online Appleberryland

Andy Prasetio, Catharina Badra Nawangpalupi

161

Rancangan Kursi Operator SPBU yang Ergonomis dengan Menggunakan Pendekatan Antropometri

Eko Prasetyo, Agri Suwandi

169

Penggunaan Metode TRIZ Dalam Pemecahan Masalah: Sebuah Tinjauan Literatur terhadap Konsep

dan Aplikasinya

179

iii 

Page 4: PROSIDING - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/4404230008142708359323March... · Upaya Meminimalisir Produk Cacat pada Proses Pengecatan . Shell ... Pada

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Pemodelan dan Perancangan Sistem 2011 Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

ISBN 978-602-19492-0-7 PPS – MTI 141

ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS PADA OUTSOLE DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA

Siti Rohana Nasution 1)

Sri Rusdiyanti 2)

Jurusan Teknik Industri Universitas Pancasila, Jakarta

Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta 12640 Email : [email protected])

Abstrak

Masalah kualitas dalam suatu perusahaan khususnya pabrik manufaktur, haruslah menjadi prioritas utama dalam berproduksi. Karena kualitas suatu produk akan menjadi persaingan bisnis dengan perusahaan lain yang mengutamakan kualitas dalam hasil produksinya.. Masalah kualitas tidak terlepas dari produk rusak ataupun cacat, dengan begitu harus dilakukan perbaikan guna meningkatkan produktivitas perusahaan. Dengan dilakukannya perbaikan tersebut dapat membantu perusahaan dalam mengatasi masalah sekaligus dapat mengantisipasi dan meminimasi produk cacat yang dihasilkan dalam produksi. Perbaikan yang diusulkan penulis dengan menggunakan metode Six Sigma yang tujuannya untuk menekan kerusakan hingga mencapai angka yang paling kecil mendekati zero defect yaitu 3.4 PPM/ Part Per Million. Metode ini memiliki tahapan untuk mencapai perbaikan yaitu DMAIC (Define – Measurement – Analyze – Improvement - Control). Langkah pertama adalah pendefinisian dan klarifikasi permasalahan, kedua yaitu measurement meliputi perhitungan prosentase produk cacat, uji kenormalan dengan hipotesis Chi-Square, menghitung nilai sigma dan hasilnya adalah 3.69, langkah ketiga yaitu analisis permasalahan cacat pada outsole yang dimulai dari mengumpulkan penyebab masalah dengan brainstorming untuk digunakan dalam cause and effect analysis yang dilanjutkan dengan cause failure modes effect (CFME) untuk mencari akar dari permasalahannya. Langkah keempat yaitu melakukan perbaikan dengan menggunakan bantuan alat dari six sigma yaitu failure modes and effect analysis (FMEA) yang selanjutnya dibuat tindakan perbaikan dari penyebab permasalahan tersebut, lalu mencegah terjadinya permasalahan cacat dengan menggunakan Poka-Yoke. Langkah terakhir yaitu mengontrol dan memonitoring hasil perbaikannya dengan teratur dan terjadwal.

Kata kunci : Defect, Definisi, Pengukuran, Analisis, Perbaikan, Kontrol

PENDAHULUAN Dewasa ini dalam dunia perindustrian khususnya di Indonesia menghadapi tantangan yang semakin ketat dalam persaingan perdagangan. Untuk itu setiap perusahaan dituntut untuk dapat memberikan yang terbaik kepada setiap konsumennya, agar perusahaan dapat mempertahankan eksistensinya dalam persaingan di pangsa pasar nasional dan internasional. Tantangan tersebut haruslah diperhatikan perusahaan apabila ingin tetap bertahan diantara perusahaan lain. Perusahaan akan mampu bertahan diantara ketatnya persaingan apabila produk yang dihasilkan masih dapat diterima dipasaran. Selain itu, Perusahaan juga harus dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan permintaan/ keinginan konsumen, sehingga nantinya Perusahaan akan mampu bertahan dan bersaing dengan Perusahaan lain.

Page 5: PROSIDING - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/4404230008142708359323March... · Upaya Meminimalisir Produk Cacat pada Proses Pengecatan . Shell ... Pada

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Pemodelan dan Perancangan Sistem 2011 Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

ISBN 978-602-19492-0-7 PPS – MTI 142

σ RPM 4 6210 → 0.0621% barang diretur 5 233 → 0.0233% barang diretur 6 3.4 → 0.00034% barang diretur

Dalam pembuatan sepatu ada dua proses produksi yang harus diketahui yaitu proses produksi UPPER (bagian atas sepatu) dan BOTTOM (bagian bawah sepatu). Di sini dari produk yang dihasilkan pada bagian bottom banyak terdapat produk cacat berupa outsole pada proses out pressnya. Apabila banyak terdapat cacat pada produk outsole yang dihasilkan dapat menyebabkan kualitas produk akan jelek atau tidak memenuhi standart. Selain itu dengan banyaknya produk yang kualitasnya di bawah standard akan menyebabkan banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk perbaikannya dan tentu saja hal ini dapat merugikan perusahaan.

Agar pengendalian kualitas dapat terlaksana dengan baik maka dibutuhkan upaya-upaya perbaikan (improvement) dalam perusahaan. Upaya perbaikan tersebut dapat di lakukan dengan salah satu metode yaitu metode six sigma. Metode six sigma merupakan metoda improvement dengan pendekatan statistik, yang pertama kali mengenalkan adalah Motorola dan kemudian terus dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan lainnya di dunia. Tujuan dari metoda ini adalah untuk menekan kerusakan hingga mencapai angka yang paling kecil mendekati zero defect yaitu 3.4 PPM/ Part Pert Million. Oleh karena itu, penulis mencoba untuk membantu perusahaan ini untuk mengendalikan jumlah produk reject khususnya pada outsole dengan metoda six sigma.

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka pokok persoalan yang akan dianalisis adalah bagaimana caranya untuk meminimasi jumlah cacat yang terjadi pada outsole sepatu. Outsole di sini merupakan salah satu bagian dari produk yang dihasilkan di departemen bottom yaitu alas/ bagian bawah dari sepatu. Fungsi outsole sendiri adalah sebagai alas sepatu karena apabila tidak ada outsole maka sepatu tidak akan terbentuk dan berfungsi sebagaimana mestinya pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan metoda six sigma dalam meminimasi / mengurangi dan juga mengantisipasi terjadinya masalah defect pada outsole.

KONSEP DASAR SIX SIGMA Pokok persoalan yang terjadi dalam suatu pengontrolan proses ada dua yaitu: yang pertama adalah tepat namun tidak akurat yang menggambarkan suatu proses memiliki variasi yang kecil tetapi tidak tepat pada target. Yang kedua adalah akurat namun tidak tepat,yakni suatu proses yang tepat pada target, tapi memiliki variasi yang besar.

Six sigma di sini berperan untuk menangani kedua masalah tersebut, dengan kata lain six sigma berperan untuk mengecilkan variasi, dan menggeser rata-rata proses menuju target yang diinginkan sampai tingkat kemungkinan kerusakan sekecil mungkin yaitu 3.4 PPM (Part Per Million). Untuk lebih jelasnya lihat ilustrasi di bawah ini.

Gambar 1 Ilustrasi Six Sigma Sumber : Six Sigma for Electronics Design and Manufacturing, 2002

Tabel 1 Tingkat Sigma dengan Jumlah PPM

Sumber Six Sigma Quality, Productivity & Quality Management Consultants 2002 Six sigma diartikan sebagai metode berteknologi canggih yang digunakan oleh para insinyur dan statistikawan dalam memperbaiki / mengembangkan proses atau produk. Six sigma diartikan demikian

σ RPM 1 690000 → 68.96% barang diretur 2 308000 → 30.8% barang diretur 3 66800 → 6.6% barang diretur

Page 6: PROSIDING - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/4404230008142708359323March... · Upaya Meminimalisir Produk Cacat pada Proses Pengecatan . Shell ... Pada

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Pemodelan dan Perancangan Sistem 2011 Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

ISBN 978-602-19492-0-7 PPS – MTI 143

karena kunci utama perbaikan six sigma menggunakan metode-metode statistic, meskipun tidak secara keseluruhan membicarakan tentang statistic. Pengertian six sigma yang lain adalah tujuan yang mendekati kesempurnaan dalam mencapai kebutuhan pelanggan atau peningkatan kualitas dengan cara mengurangi cacat (defects) dan berbagai penyebabnya dalam aktivitas proses bisnis.

Definisi secara lengkap dan jelas mengenai six sigma adalah suatu system yang komprehensif dan fleksibel untuk mencapai, memberi dukungan dan memaksimalkan proses usaha, yang berfokus pada pemahaman akan kebutuhan pelanggan dengan menggunakan fakta, data dan analisis statistic serta terus-menerus memperhatikan pengaturan, perbaikan dan mengkaji ulang proses usaha. ( Miranda, S.T., Dra amin Widjaja Tunggal, Ak, MBA, Six Sigma GE Motorola, Harvarindo, 2002).

Keuntungan dari penerapan six sigma ini berbeda untuk tiap perusahaan. Tergantung pada usaha apa yang dijalankannya, dan biasanya pengunaan metode ini akan memberikan perbaikan pada hal-hal berikut :

1. pengurangan biaya 2. perbaikan produktivitas 3. pertumbuhan pangsa pasar 4. pengurangan waktu siklus

5. retensi pelanggan 6. pengurangan produk cacat 7. perubahan budaya kerja 8. pengembangan produk/ jasa

PENERAPAN SIX SIGMA DI PERUSAHAAN Six sigma dapat diterapkan di perusahaan pada segala bidang. Pengembangan dari metode ini dapat dipakai sebagai peralatan analisis yang dapat diaplikasikan ke seluruh sistem bisnis, desain, manufacturing, sales, service, dan lain-lain.

Pada manufacturing six sigma berjalan sebagai jaringan kualitas barang atau produk yang akan dihasilkan dengan perbaikan secara serius dan terus menerus serta memonitoring CTQ (Critical to Quality) secara real time. Pada disain, metoda ini berperan sebagai jaminan konsumen terhadap kelengkapan disain pada tahap pengembangan produk dengan cara: pemilihan CTQ yang tepat guna memenuhi kebutuhan konsumen, keputusan yang tepat dalam hal toleransi dari suatu karakteristik serta jaminan terhadap analisis kapabilitas dari CTQ. Penerapan yang lain untuk six sigma adalah untuk data atau proses yang bersifat transaksional, tujuannya adalah untuk memaksimalkan penjualan dan menekan biaya service.

KEUNGGULAN SIX SIGMA

Pada awalnya perusahaan hanya puas dengan konsep 3 sigma. Tabel berikut menunjukkan perbandingan perusahaan 3-sigma dan 6-sigma

Tabel 2 Perbandingan Perusahaan 3σ dan 6σ Perusahaan 3 σ Perusahaan 6 σ

• Menghabiskan 15 – 25% dari hasil penjualan terhadap failure cost.

• Menghasilkan 66.807 PPM • Menyadari bahwa dengan inspeksi

dapat menemukan defect • Percaya bahwa kualitas tinggi adalah

mahal • Tiadak ada metoda pendekatan yang

tepat untuk mengumpulkan data • Benchmarks agar dapat lebih baik dari

competitornya. • Percaya 99% cukup bagus • Menemukan CTQ secara internal

• Menghabiskan 5% dari hasil penjualan terhadap failure cost

• Menghasilkan 3.4 PPM • Menyadari bahwa dengan proses yang capable tidak

akan memproduksi barang cacat. • Percaya bahwa menghasilkan produk berkualitas

adalah murah • Menggunakan tahap define, measure, analyze,

improve, control. • Benchmarks guna mencapai yang terbaik di dunia • Percaya 99% belum cukup bisa diterima • Menemukan CTQ secara external

Sumber: Six sigma for manufacture, LGEIN 2003

Page 7: PROSIDING - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/4404230008142708359323March... · Upaya Meminimalisir Produk Cacat pada Proses Pengecatan . Shell ... Pada

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Pemodelan dan Perancangan Sistem 2011 Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

ISBN 978-602-19492-0-7 PPS – MTI 144

Six sigma juga mampu menggeser paradigma kita tentang berbagai hal mengenai indeks, data, target, range, metoda, action, dan aplikasi pada perusahaan.

Tabel 3 Perbedaan Traditional Approach dan Six Sigma Approach

Issue Traditional Approach 6σ approach Index Data Target Range Method Action Application

% (Defect rate) Data diskrit Kepuasan terhadap manufacturing process Spec outlier Experince + job Bottom up Manufacturing process

σ (Sigma) data diskrit dan kontinyu Kepuasan konsumen Variation improvement Experince + job + statistical ability Top down Design, manufacturing, sales, service

Sumber: Six sigma for manufacture, LGEIN 200

TAHAPAN SIG SIGMA 1. Define

Pada tahap ini dilakukan identifikasikan masalah dengan mencari jenis cacat paling ter tinggi pada proses outsole, merumusan tujuan dan permasalahan yang terjadi dan analisis untuk mencari pemecahan masalahnya. Usulan dilakukan dengan penerapan metode Six Sigma yang akan ditujukan kepada perusahaan yaitu :

1. Mengurangi jumlah cacat yang terjadi pada outsole sepatu pada bagian bottom dengan analisa faktor potensialnya.

2. Mengantisipasi terjadinya cacat produk outsole selama proses produksi berlangsung. 3. Mencari kemungkinan penyebab terjadinya kesalahan (error) yang mengakibatkan timbulnya cacat

pada outsole, sekaligus memberikan usulan perbaikan pada proses yang dilakukan.

Pada tahap akhir dari define, yaitu membuat pernyataan masalah yang dapat membantu penulis dalam menganalisa permasalahan yang akan diteliti (lihat tabel 4).

Tabel 4 Tabel Pernyataan Masalah

Pernyataan Jawaban

What Banyaknya cacat pada produk outsole sepatu Terdapat 12 opportunity (jenis cacat) yang sering muncul pada outsole.

Where Permasalahan muncul pada departemen bottom yang melibatkan outsole, yaitu bagian press

When Pengamatan dilakukan pada periode April – Mei 2006

Who Yang terlibat dalam penelitian ini adalah operator, staff bottom yaitu sebagai pemberi saran

Why

Kebutuhan pelanggan akan produk outsole sepatu dengan tingkat cacat rendah

How Usulan penerapan six sigma untuk perbaikan kualitas sebagai bahan pertimbangannya.

Page 8: PROSIDING - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/4404230008142708359323March... · Upaya Meminimalisir Produk Cacat pada Proses Pengecatan . Shell ... Pada

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Pemodelan dan Perancangan Sistem 2011 Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

ISBN 978-602-19492-0-7 PPS – MTI 145

2. Measurement

a. Identifikasi Defect per Unit (DPU) Data jumlah cacat Outsole dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5 Data jumlah Cacat Outsole

Jenis cacat Banyaknya Hasil Produksi DPU

Kotor 109 27599 0.00396

Lewat Warna 3749 27599 0.1358 Kurang Matang 892 27599 0.0323

Total 0.17206 Sumber : pengolahan data

b. Defect per Opportunity (DPO)

DPO 014338333.012

17206.0=

c. Defect per Million Opportunities (DPMO)

DPMO = 0.014338333 x 1.000.000 = 14338.33

d. Menghitung Sigma Level

Dari tabel konversi six sigma, nilai DPMO berada pada kisaran nilai 12200 sampai 16800 atau nilai kisaran 3.75 sampai 3.625. sehingga perhitungan nilai sigma dengan bantuan perhitungan interpolasi adalah :

3.75 69.3)75.3625.3(1220016800

1220033.14338=−

−−

3. Analysis

a. Sumbang Saran ( Brainstorming)

Dilakukannya dengan brainstorming berdasar pada pareto chart yang diketahui jenis cacat yang paling tinggi nilainya adalah mengenai colour migration, selanjutnya akan dibuat ke dalam cause and effect diagram. Hasil sumbang saran dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6 Hasil Brainstorming cacat Colour migration/ lewat warna No. Hasil Brainstorming 1 Penempatan karet kompond/ komposisi warna di dalam mould tidak sesuai 2 Kompond karet terlalu tebal 3 Mould rusak 4 Kurangnya skill dari operator 5 Scorch time dari kompon karet terlalu tinggi 6 Zat kimia atau material yang dipakai terlalu berlebih 7 Pengamatan hanya dilakukan oleh para operatornya saja 8 Air penyemprot untuk membersihkan mould kurang berfungsi dengan baik 9 Kompond karet yang digunakan terlalu lembek

10 Ketidakseragaman tebalnya mould Sumber : Pengumpulan Data

Page 9: PROSIDING - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/4404230008142708359323March... · Upaya Meminimalisir Produk Cacat pada Proses Pengecatan . Shell ... Pada

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Pemodelan dan Perancangan Sistem 2011 Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

ISBN 978-602-19492-0-7 PPS – MTI 146

b. Identifikasi faktor penyebab

Dilakukannya Cause and Effect Diagram dapat membantu penulis dalam memuat daftar dari penyebab potensial terhadap masalah. Jenis cacat pada outsole yang menjadi objek penelitian yaitu mengenai Colour migration/ lewat warna. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.

c. Cause Failure Mode Effect (CFME)

Cause Failure Mode Effect (CFME) merupakan pengembangan dari diagram sebab akibat dan digunakan untuk mendeteksi akar penyebab permasalahan. Data yang digunakan untuk membuat CFME juga merupakan data yang digunakan pada diagram sebab akibat. CFME di buat dari hasil brainstorming dan bentuknya sangat sederhana. Untuk tiap penyebab pada diagram sebab akibat di cari lagi apa penyebabnya sebagai akar penyebab, dan untuk akar penyebab tersebut di cari lagi penyebabnya dengan terus bertanya mengapa hal tersebut terjadi hingga tidak ada lagi jawaban yang dapat diberikan (lihat gambar 3).

Gambar 2 Cause and Effect Diagram untuk cacat outsole lewat warna

Gambar 3 Cause Failure Mode Effect diagram untuk cacat outsole lewat warna

d. FMEA (Failure Modes and Effects Analysis) FMEA adalah sekumpulan petunjuk, sebuah proses, dan form untuk mengidentifikasi dan mendahulukan masalah-masalah potensial (kegagalan). FMEA pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 7.

Page 10: PROSIDING - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/4404230008142708359323March... · Upaya Meminimalisir Produk Cacat pada Proses Pengecatan . Shell ... Pada

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Pemodelan dan Perancangan Sistem 2011 Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

ISBN 978-602-19492-0-7 PPS – MTI 147

Tabel 7 FMEA (Failure Modes and Effects Analysis) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Karakteristik produk yang diharapkan

Mode of failure Cause of failure Effect of failure

Frequency of Occurance (1-10)

Degree of Severity (1-10)

Chance of Detection (1-10)

RPN Rank

‘outsole yang bebas cacat colour

migration tanpa pengerjaan ulang

(repair)

Operator kurang memiliki skill dan pengalaman kerja

Sistem rektrutmen yang langsung tanpa uji coba atau

training

Pekerja kurang kompeten dalam bekerja 5 6 4 120 3

Operator tidak memahami prosedur

kerja

Kurangnya pelatihan untuk operator dalam

hal kerjanya

Dalam hal penilaian hasil produk hanya berdasarkan intuisi (penilaian pribadi)

2 5 4 40 6

Operator tidak memahami standar

kualitas

Kurangnya pengawaasan dan penilaian standar

produk dari perusahaan

Pekerja hanya mengandalkan penilaian

pribadi

2

5 3 30 7

Zat penambah yang berlebih

Kurang teliti pada saat

penimbangan dan juga

timbangan yang digunakan sudah

tua

Kompond karet yang digunakan terlalu lembek 3 5 4 60 4

Setting mesin roll yang kurang akurat

dan tidak tepat

Kurang pengetahuan &

belum ada prosedur baku

Ketebalan dari lembaran karet kompond tidak akurat 3 6 3 54 5

Setting temperatur pada mesin press yang kurang teliti

Operator kurang mengerti kinerja mesin

Scorch time dari kompond karet terlalu tinggi 3 4 2 24 9

Kurangnya pemahaman dalam mensetting mesin press

training kurang dilakukan untuk kinerja operator pada bagian tersebut

Operator dalam mensetting temperatur pada mesin kurang teliti

4 5 3 60 4

outsole yang bebas cacat

colour migration tanpa pengerjaan

ulang (repair) 1

Penempatan karet kompond di dalam mould tidak rata

Model outsole yang sulit

Cacat colour migration pada outsole 6 7 5 210 1

Design mould jelek Kurang inpeksi pada saat pembelian

Ketidakseragaman tebalnya mould dalam satu size group 3 3 3 27 2

2 3 4 5 6 7 8 9 Air penyemprot untuk membersihkan mould kurang berfungsi

Pemeliharaan bagian-bagian mesin tidak teratur

Mould tidak bersih sepenuhnya 2 3 1 6 11

Kurangnya inspeksi pada kinerja mesin press

Pengawasan dari perusahaan tidak teliti dan kurangnya maintenance schedule

Pemeliharaan pada mesin tidak teratur 4 3 2 24 9

Kurangnya inspeksi dari maintenance department

Mesin yang digunakan kurang akurat dan presisi 3 3 2 18 10

Tiap pekerja/Operator tidak melakukan inspeksi atau antisipasi langsung pada waktu proses berjalan

Kurang memahami dari jenis cacat yang timbul

Banyak produk cacat yang terjadi 7 6 4 168 2

Kurangnya training dari perusahaan mengenai jenis cacat

Banyak produk cacat yang terjadi 5 6 4 120 3

Page 11: PROSIDING - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/4404230008142708359323March... · Upaya Meminimalisir Produk Cacat pada Proses Pengecatan . Shell ... Pada

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Pemodelan dan Perancangan Sistem 2011 Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

ISBN 978-602-19492-0-7 PPS – MTI 148

Tabel 8. Action Planning for Failure Modes

Rank Failure Mode Actionable Cause Design Action/ Potensial Solutions Design Validation

1. Penempatan karet komponddi dalam mould tidak rata Model outsole yang sulit

Sebelum melakukan proses produksi sebaiknya dilakukan briefing pengerjaan terlebih dahulu

Semua operator harus mengerti tentang proses kerja yang akan dilakukan

2. Tiap pekerja/ operator tidakmelakukan inspeksi atau antisipasi cacat secara langsung

Kurang memahami dari jenis cacat

Pembuatan standar kualitas terutama untukhasil outsole

Dokumen standar kualitas tiap model dengan art berbeda sebelum memulai produksi Penekanan untuk kesadaran nilai

pentingnya antisipasi cacat langsung melalui briefing sebelum melakukan aktifitas

Laporan ke masing-masing pengawas/ kepala regu

3.

Operator kurang memiliki skill dan pengalaman kerja

Sistem rekrutmen yang langsung tanpa uji coba atau training

Pemberian training yang memadai dan dilakukannya briefing pada waktu rekrutmen

Laporan performance kerja operator Pemberlakuan sistem uji coba bagi para

pekerja/ operator yang baru direktut Tiap pekerja/ operator tidakmelakukan inspeksi atau antisipasi cacat secara langsung

Kurangnya training yang dilakukan perusahaan mengenai jenis cacat

Operator harus memahami dengan benar mengenai jenis cacat melalui penjelasan dari kepala regu

Laporan hasil produksi

4.

Zat penambah yang berlebih

Kurang teliti pada saat penimbangan dan timbangan yang digunakan sudah tua

Usahakan memakai zat penambah sesuai takaran/keperluan

Gunakan timbangan yang otomatis

Kurangnya pemahaman dalam mensetting mesin press

Training percobaan tata cara kerja mesin press kurang dilakukan

Training proses press kpd operator baru, dan pemahaman kinerja mesin press Dibuat SOP pada proses press

5. Setting mesin roll yang tidak tepat dan kurang akurat

Pemahaman ttg mesin kurang dan tidak adanya prosedur baku

Pembuatan sop setting mesin roll Dokumen SOP setting mesin roll Pemberian materi tentang setting mesin

roll kepada para operator

6. Operator tidak memahami prosedur kerja

Kurangnya pelatihan untuk operator

Harus dilakukan briefing sebelum proses produksi dimulai

Semua operator harus mengerti tentang proses kerja

7. Operator tidak memahami standar kualitas

Kurangnya pengawasan dan penilaian standar produk dari perusahaan

Pembuatan standar kualitas produk Semua pekerja mengerti standarkualitas dan dapat langsung menggantisipasi cacat

Sosialisasi standar kualitas kepada semua operator

8. Design mould jelek Kurang inspektion pada saat pembelian mould

Harus memiliki standar mould yang akan digunakan

Design dari mould harus disesuaikan dengan model outsole yang akan dikerjakan

4. Rencana Perbaikan Mengatasi Colour Migration pada outsole.

Langkah-langkah perbaikan yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menangani colour migration dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Langkah perbaikan mengatasi colour migration No Faktor What

Apa rencana perbaikan Why

Mengapa perlu diperbaiki How

Bagaimana perbaikan 1 Machine - Perawatan mould

sebaiknya 2 minggu sekali

- Mensetting Hotpress machine

- Mengganti mould yang lama

- Kotoran sisa kompond karet yang ada di mould lama sudah melekat di permukaan

- Agar sesuai dengan proses kerja yang akan dikerjakan

- Mould yang sudah lama terpakai, bentuk per bagiannya tidak akurat

- Buat schedule maintenance - Operator dituntut untuk selalu

membersihkan mould - Resetting ulang hotpress machine

sebelum pemakaian - Dept. maintenance harus

menjadwalkan penggantian mould yang baru

2 Man - Standarisasi skill operator (qualification of skill)

- Agar operator lebih terampil dan teliti dalam bekerja

- Training ulang/memberikan instruksi mengenai proses kerja di Hot Press

3 Material - Mengurangi parts yang rusak

Parts yang masuk ke proses selanjutnya dalam kondisi tidak rusak

- Informasi ke QC untuk selalu dilakukan inspection

Page 12: PROSIDING - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/4404230008142708359323March... · Upaya Meminimalisir Produk Cacat pada Proses Pengecatan . Shell ... Pada

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Pemodelan dan Perancangan Sistem 2011 Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

ISBN 978-602-19492-0-7 PPS – MTI 149

Tabel 9. Langkah perbaikan mengatasi colour migration (lanjutan) No Faktor What

Apa rencana perbaikan Why

Mengapa perlu diperbaiki How

Bagaimana perbaikan

4 Method - Cara kerja diperbaiki - Penambahan proses kerja

Mengantisipasi terjadinya peluang cacat Lebih memudahkan pengaturan pada waktu

kompond karet akan di press

- Selalu dilakukan pengawasan langsung pada proses produksi yang sedang berjalan.

-Penggunaan tricoat oil

5. Memberikan Usulan Pencegahan Terjadinya Cacat Dengan Poka-Yoke (Mistake Proofing).

Poka Yoke adalah suatu metode untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan resiko kegagalan. Pada industri manufaktur penggunaan poka yoke bertujuan untuk mengurangi cacat pada produk. Poka yoke dilakukan pada area yang diyakini sering terjadinya kegagalan dalam berproduksi. Poka yoke yang diusulkan di sini berupa peringatan yang bertujuan untuk mengingatkan kepada operator agar terhindar dari kesalahan pada saat proses produksi berlangsung (lihat tabel 10).

Tabel 10. Poka Yoke Untuk Mengurangi Cacat Pada Outsole.

Area Proses Peringatan Bagian Rolling

- Mixing bahan material

Setting mesin kneader/banbury mixing sebelum memulai proses pencampuran bahan materialnya.

Pada saat melakukan proses open mill/roller mixing, usahakan zat kimia tersebut sudah tercampur rata.

Saat pendinginan bahan kompond, suhu digunakan harus sesuai standart - Mixing kompond dengan sulfur dan accelerator untuk pewarnaan Kontrol temperatur mesin Roll 18 sesuai ketentuan.

- Callendering Roll Bagian Cutting

Telitilah dalam menset kebutuhan mesin agar ketebalan dan kelebaran kompond yang diinginkan sesuai. Pakai cetakan untuk cutting sesuai kebutuhan, dan telitilah dalam memotong kompond tersebut agar tidak terjadi kemiringan pada bahan.

Bagian Press

Sebelum memulai proses usahakan periksa kompond karet apakah terlalu tebal atau tipis.

Setting hot press machine sesuai kebutuhan. Selalu periksa besarnya tekanan pada mesin.

Sumber : Pengolahan Data

6. Control

Pada tahap control ini, hal yang dilakukan hanya mengontrol dan monitoring dari hasil analisa yang dilakukan. Hal ini dilakukan agar dalam jalannya proses perbaikan mengenai produk cacat pada outsole dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Untuk itu, dalam melakukan pengontrolan dan monitoring harus benar-benar dilakukan oleh pihak manajemen pabrik ataupun para pekerja yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Adanya control dan monitoring pada saat proses produksi berlangsung, akan membantu kita dalam mengantisipasi terjadinya produk cacat pada hasil produksinya. Karena apabila pada waktu control dan monitoring di area yang di yakini sering terjadinya masalah tersebut, kita dapat mengatasinya secara langsung dan mencari pemecahan masalah secara cepat dan tepat. Sehingga produk cacat yang terjadi dapat di minimasi dari hasil produksinya. Untuk itu, penulis mengusulkan agar dibuat checksheet (lembar pengecekan) pada waktu dilakukannya pengontrolan dan monitoring untuk bagian press.

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Define, mengidentifikasi masalah apa yang akan dijadikan objek penelitian yaitu mencari jenis cacat

paling tinggi nilainya yang terjadi pada outsole model panther, yang kemudian akan dianalisis untuk mencari pemecahan masalahnya.

Page 13: PROSIDING - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/4404230008142708359323March... · Upaya Meminimalisir Produk Cacat pada Proses Pengecatan . Shell ... Pada

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Pemodelan dan Perancangan Sistem 2011 Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

ISBN 978-602-19492-0-7 PPS – MTI 150

2. Measurement, hasil uji hipotesis dengan Chi-square menandakan berdistribusi normal, hasil DPU cacat outsole adalah 0.17206, DPO = 0.014338333, DPMO = 14338.33 sehingga nilai sigmanya adalah sebesar 3.69.

3. Analyze, pada pengumpulan factor potensial dengan brainstorming yang dibuat dalam cause and effect diagram diketahui bahwa cacat pada outsole mengenai colour migration banyak disebabkan oleh faktor human error dan material. Dilanjutkan dengan pembuatan cause failure mode effect (CFME) guna mengetahui akar penyebab dari factor potensial yang sudah di dapat.

4. Improvement, dilakukan perbaikan dengan menggunakan failure mode effect analysis (FMEA) dengan nilai RPN paling tinggi yaitu mengenai penempatan karet kompon di dalam mould tidak rata dan ini disebabkan karena model outsole yang sulit dikerjakan oleh operator. Dan hal ini dapat dikatakan menjadi faktor human error. Hasil FMEA di dapat guna melakukan Action planning for failure modes, untuk mengetahui tindakan apa yang akan dilakukan guna mengantisipasi atau memeinimasi produk cacat pada outsole. Selanjutnya memberikan pencegahan mengenai cacat dengan poka yoke untuk dilakukan pada tempat atau area yang sering diyakini terjadinya produk rusak atau cacat.

5. Control, yaitu melakukan kontrol atau pengawasan dan memonitoring dari hasil perbaikan secara teratur dan terjadwal.

DAFTAR PUSTAKA Augustine A. Stagliano,. (2005). Rath & Strong’s Six Sigma Advanced Tools Pocket Guide, penerbit ANDI,

Yogyakarta.

Ariani. Dorothea Wahyu, Pengendalian Kualitas Statistik, penerbit ANDI, Yogyakarta, 2004

Miranda, Amin Widjaja Tunggal, Six Sigma GE Motorola, Harvarindo, 2002

Spiegel. Murray R, Statistik, Penerbit Erlangga, 1994

Pande. Peter S, Robert P. Neuman, Roland R. Cavanagh, The Six Sigma Way, Penerbit Andi

-------------, Minitab 13 for windows, Minitab inc, 2000 (software)

-------------, Six Sigma Quality, Productibility & Quality Management Consultant, LGEIN, Jakarta, 2002

-------------, Six Sigma For Manufacture, LGEIN, 2003

-------------, www.tech.Volvo.se/Standard/sv/fmea

Page 14: PROSIDING - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/4404230008142708359323March... · Upaya Meminimalisir Produk Cacat pada Proses Pengecatan . Shell ... Pada