Prosiding Belitung Final

17
PENELITIAN KONSERVASI BAHAN GALIAN DI WILAYAH BEKAS TAMBANG MENGGUNAKAN CITRA SATELIT DI PULAU BELITUNG, PROVINSI BANGKA BELITUNG Yuman Pertamana Kelompok Penyelidikan Konservasi dan Unsur Tanah Jarang SARI Penelitian konservasi bahan galian di wilayah bekas tambang menggunakan citra satelit di Pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang potensi bahan galian di wilayah bekas tambang serta kemungkinan pemanfaatannya. Lokasi penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur dan secara geografis terletak pada 107°30’ BT - 108°22’ BT dan 2°30’ LS - 3°20’ LS. Sebagian daerah bekas tambang timah di Belitung masih memiliki bahan galian timah yang potensial diusahakan. Potensi timah pada daerah bekas tambang berada di daerah : Air Seruk, Air Batu Buding, Badau, Membalong, Mengku-bang, Sukamandi, Selingsing dan Air Madu; dengan sumber daya hipotetik bijih timah sebesar 115.364,34 ton dimana sumberdaya hipotetik logam timahnya sendiri sebesar 90.869,22 ton. Bijih timah terkandung dalam lapisan aluvial kaya timah (kaksa), lokasi yang potensial adalah daerah Selingsing dengan kadar kasiterit 59,57% (16,2 kg/m 3 ) dan sumberdaya hipotetik 108.486,40 ton. Bijih timah terdapat pula dalam tailing pengolahan timah, lokasi yang potensial adalah daerah Sukamandi dengan kadar kasiterit 31,75% (0,364 kg/m 3 ) dan sumber daya hipotetik 2.457 ton. Bahan galian lain dan mineral ikutan yang potensial pada daerah bekas tambang timah adalah : pasir kuarsa, mineral ilmenit dan mineral tanah jarang (LTJ) berupa monasit dan zirkon. Potensi mineral monasit berada di daerah Air Seruk dengan sumberdaya hipotetik sebesar 5.525,73 ton dimana potensi LTJ-nya sebesar : Cerium 1.140,5 ton, Lantanum 1.130,5 ton, Yttrium 723,6 ton, Thorium 1.888,6 ton. Potensi mineral ilmenit terdapat di daerah Air Seruk, Membalong dan Air Madu dengan sumber daya hipotetik sebesar 33.959,3 ton dimana potensi logam titaniumnya sebesar 10.708,7 ton. Sampai saat ini belum ada usaha memanfaatkan LTJ dan ilmenit ini padahal permintaan dunia terus meningkat dari waktu ke waktu yang sebagian besar diserap kebutuhan teknologi maju,

description

Prosiding Belitung Final

Transcript of Prosiding Belitung Final

PENELITIAN KONSERVASI BAHAN GALIAN DI WILAYAH BEKAS TAMBANG MENGGUNAKAN CITRA SATELIT DI PULAU BELITUNG,

PROVINSI BANGKA BELITUNG

Yuman PertamanaKelompok Penyelidikan Konservasi dan Unsur Tanah Jarang

SARI

Penelitian konservasi bahan galian di wilayah bekas tambang menggunakan citra satelit di Pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang potensi bahan galian di wilayah bekas tambang serta kemungkinan pemanfaatannya. Lokasi penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur dan secara geografis terletak pada 107°30’ BT - 108°22’ BT dan 2°30’ LS - 3°20’ LS.

Sebagian daerah bekas tambang timah di Belitung masih memiliki bahan galian timah yang potensial diusahakan. Potensi timah pada daerah bekas tambang berada di daerah : Air Seruk, Air Batu Buding, Badau, Membalong, Mengku-bang, Sukamandi, Selingsing dan Air Madu; dengan sumber daya hipotetik bijih timah sebesar 115.364,34 ton dimana sumberdaya hipotetik logam timahnya sendiri sebesar 90.869,22 ton.

Bijih timah terkandung dalam lapisan aluvial kaya timah (kaksa), lokasi yang potensial adalah daerah Selingsing dengan kadar kasiterit 59,57% (16,2 kg/m3) dan sumberdaya hipotetik 108.486,40 ton. Bijih timah terdapat pula dalam tailing pengolahan timah, lokasi yang potensial adalah daerah Sukamandi dengan kadar kasiterit 31,75% (0,364 kg/m3) dan sumber daya hipotetik 2.457 ton.

Bahan galian lain dan mineral ikutan yang potensial pada daerah bekas tambang timah adalah : pasir kuarsa, mineral ilmenit dan mineral tanah jarang (LTJ) berupa monasit dan zirkon. Potensi mineral monasit berada di daerah Air Seruk dengan sumberdaya hipotetik sebesar 5.525,73 ton dimana potensi LTJ-nya sebesar : Cerium 1.140,5 ton, Lantanum 1.130,5 ton, Yttrium 723,6 ton, Thorium 1.888,6 ton. Potensi mineral ilmenit terdapat di daerah Air Seruk, Membalong dan Air Madu dengan sumber daya hipotetik sebesar 33.959,3 ton dimana potensi logam titaniumnya sebesar 10.708,7 ton.

Sampai saat ini belum ada usaha memanfaatkan LTJ dan ilmenit ini padahal permintaan dunia terus meningkat dari waktu ke waktu yang sebagian besar diserap kebutuhan teknologi maju, seperti komponen mesin mobil balap, komponen pesawat udara – satelit, elektronika dan telekomunikasi.

Kegiatan penambangan timah di Belitung saat ini dilakukan oleh perusahaan subkontraktor PT Timah dan masyarakat setempat (Tambang Inkonvensional / TI) dengan metode tambang semprot. Kegiatan ini dapat dipandang sebagai usaha pemanfaatan marginal deposit guna memperoleh manfaat yang optimal dari bahan galian timah, tetapi tentu saja harus diiringi usaha meminimalisasi dampak lingkungan yang ditimbulkannya antara lain dengan pengawasan yang intensif oleh instansi terkait, khususnya dinas pertambangan dan energi serta dinas lingkungan hidup.

PENDAHULUANKegiatan penambangan dan

pengolahan mineral umumnya tidak dapat mengambil (menangkap) semua bahan galian berharga dan selalu menyisakan potensi tertinggal dan terbuang. Di samping amanat UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang menjadikan konservasi sebagai salah satu asas pengelolaan sumberdaya mineral, juga kecenderungan peningkatan harga timah dan perkembangan teknologi penambangan dan pengolahan; menjadikan bahan galian timah, bahan galian lain dan mineral ikutan pada wilayah bekas tambang kemungkinan berpotensi untuk dimanfaatkan.

Salah satu teknologi yang dapat digunakan dalam survei bahan galian yang berkembang pesat dewasa ini adalah remote sensing (penginderaan jauh). Kelebihan metode ini antara lain : kemampuan mendapatkan informasi dari jauh, cakupannya luas, dapat menjangkau daerah yang sulit dicapai dan biaya persatuan luas yang murah. Pada umumnya, perpaduan antara teknologi penginderaan jauh dan survei lapangan akan memberikan hasil penelitian bahan galian yang optimal.

Dalam rangka mendorong penerapan konservasi sumber daya mineral, Pusat Sumber Daya Geologi melakukan kegiatan penelitian konservasi bahan galian di wilayah bekas tambang menggunakan citra satelit di Pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung. Kegiatan penelitian ini dibiayai dari dana Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) - Pusat Sumber Daya Geologi Tahun Anggaran 2010.

Lokasi penelitian terletak di Pulau Belitung yang secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung, secara geografis terletak antara 107°30’ BT - 108°22’ BT dan 2°30’ LS - 3°20’ LS (Gambar 1).

GEOLOGI DAN PERTAMBANGANGeologi

Pulau Belitung terletak di sebelah timur dari bagian jalur batuan granitik wilayah timur yang erat hubungannya dengan Raub Bentang Structure. Struktur ini mempengaruhi dan berperan penting dalam

pembentukan mineralisasi timah, ubahan-ubahan hidrotermal pada batuan granit yang membawa bijih timah dan bentang alam Pulau Belitung.

Sebagian Pulau Belitung ditempati oleh bentang alam perbukitan rendah dengan beberapa tonjolan bukit, yang ditempati oleh satuan batuan intrusi granit yang menerobos batuan sedimen seperti satuan batu pasir, lempung dan tufa, gabro, granodiorit, tonalit / diorit kuarsa, adamelit, basal, dasit dan sedimen.

Dengan kondisi geologi tersebut, wilayah Pulau Belitung merupakan daerah mineralisasi kasiterit-wolfram (Jura-Trias). Jalur mineralisasi ini merupakan busur mineralisasi kasiterit terkaya di dunia yang memanjang dari Thailand-Malaysia-Singkep-Bangka-Belitung. Di samping itu terdapat mineralisasi timah hitam yang berasosiasi dengan urat kuarsa yang menerobos tubuh granit.

Formasi Batuan yang mengandung timah primer antara lain Granit Tanjungpandan dan Adamelit Baginda. Granit Tanjungpandan, terdaunkan kelabu muda, holokristalin, berbutir, kasar-sangat kasar, butir hipidiomofik terdiri atas kuarsa, felspar, plagioklas, biotit, horenblenda. Batuan ini termasuk kedalam granit tipe ”S”, mengandung greisen yang kaya mineral kasiterit primer.Adamelit Baginda; Adamelit, kelabu sampai kehijauan, holokristalin, ekui-granular, berbutir kasar dengan mineral penyusun terdiri atas kuarsa, felspar, plagioklas, biotit, horenblenda serta mineral sekunder seperti klorit, karbonat, limonit dan oksida besi. Batuan ini termasuk kedalam tipe granit ”I” yang mengandung mineral kasiterit.

Peta Geologi Belitung dapat dilihat pada Gambar 2.

PertambanganSejak berakhirnya eksploitasi timah oleh

PT Timah pada tahun 1991/1992, penambangan timah di Belitung dilakukan oleh Tambang Inkonvensional dengan metode tambang semprot (hydraulicking).

Sistem tambang semprot adalah suatu cara penambangan yang mempergunakan alat penyemprot air yang disebut “monitor” atau “giant” dengan aktivitas penggalian,

penyemprotan, pengangkutan dan pengolahan. Peralatan yang digunakan umumnya terdiri dari : pompa semprot dan monitor sebagai alat gali, pompa tanah sebagai alat angkut, sakhan sebagai alat konsentrasi bijih timah dan pembangkit tenaga listrik. Pada beberapa lokasi, untuk penggalian digunakan pula alat berat berupa excavator

Pengusahaan bahan galian timah tersebut dikerjakan oleh perusahaan subkontraktor PT Timah dan masyarakat setempat. Penambangan timah oleh perusahaan subkontraktor PT Timah dilakukan pada wilayah KP PT Timah dengan ketentuan, konsentrat timah yang dihasilkan harus dijual kepada PT Timah sesuai harga yang ditetapkan PT Timah. Sedangkan penambangan oleh masyarakat secara perorangan atau kelompok dilakukan di lokasi-lokasi tertentu, baik di dalam atau di luar wilayah KP PT Timah dan sebagian besar di antaranya tanpa izin.

PENGOLAHAN CITRA SATELITPengolahan citra merupakan

manipulasi dan interpretasi dari citra penginderaan jauh (Hardiyanti S., 2001). Pengolahan citra satelit umumnya dilakukan secara digital menggunakan perangkat lunak tertentu. Pengolahan citra digital berguna untuk mengkoreksi, meningkatkan atau menajamkan citra sehingga dapat dimengerti dan mudah diambil informasi yang dibutuhkan. Pada penelitian ini jenis pengolahan citra yang digunakan adalah penyusunan komposit citra berwarna, penajaman citra dan pricincipal component analysis.

Principal Component Analysis (Analisis Komponen Utama) adalah transformasi citra berupa pemadatan informasi dengan cara mengurangi dimensi data menjadi kombinasi linier band spektral yang lebih sedikit yang tidak berkorelasi dan lebih mudah diinterpresi dari pada data spektral asal (Jensen, 1996). Pada penelitian ini, band-band ETM+ (band 1, band 2, band 3, band 4, band 5 dan band 7) ditransformasi dengan PCA menghasilkan citra baru yang dinamakan komponen 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Tiga komponen pertama memiliki tingkat variabilitas yang paling tinggi sehingga

kenampakan citranya paling baik. Pada penelitian ini digunakan komposit komponen 1, 2, dan 4 (PC 124) (Gambar 3 dan Gambar 4).

Adapun citra yang digunakan pada penelitian ini adalah LANDSAT ETM+ yang mencakup keseluruhan wilayah Pulau Belitung, data tersebut direkam oleh satelit Landsat 7 pada tanggal 6 Agustus 2009 yang dikeluarkan oleh USGS (United States Geological Survey).

PEMBAHASANPotensi Timah pada Bekas TambangBerakhirnya operasi penambangan timah PT Tambang Timah di Belitung pada tahun 1992 bukan berarti seluruh timah di Belitung telah habis. Penambangan oleh PT Tambang Timah dilakukan secara selektif (selective mining) pada lokasi-lokasi dengan cadangan yang besar berkadar di atas cut off grade (COG) serta disesuaikan dengan alat tambang yang berkapasitas besar. Naiknya COG akibat penurunan harga timah dunia pada era 1980-1990 menyebabkan banyak cadangan yang semula layak tambang menjadi tidak ekonomis ditambang (marginal deposit). Dampaknya banyak cadangan timah yang tersisa yang mungkin berpotensi ditambang di kemudian hari.

Hasil penelitian menunjukkan bijih timah pada lapisan aluvial kaya timah (kaksa) yang berpotensi dikembangkan terdapat di Desa Selingsing, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur. Analisis laboratorium terhadap conto aluvial timah di daerah ini menunjukkan kandungan bijih timah (kasiterit) 16.192 gram/m3 atau 16,19 kg/m3 dengan sumber daya hipotetik 108.486,40 ton.

Potensi lain timah Belitung terkandung dalam tailing pengolahan PT Timah. Keberadaan timah pada tailing disebabkan lolosnya partikel-partikel kasiterit dan mineral bijih timah lainnya dari proses pengolahan. Tidak tertangkapnya sebagian mineral berharga pada proses pengolahan merupakan hal yang tidak bisa dihilangkan karena keterbatasan proses

pemisahan menyebabkan recovery pengolahan selalu kurang dari 100%. Sisa-sisa bijih timah tersebut bercampur dengan material lainnya membentuk lapisan aluvial yang terhampar cukup luas di Belitung. Bukti nyata kandungan timah pada aluvial adalah ditambangnya kembali tailing tersebut oleh masyarakat.

Berdasarkan hasil analisis terhadap tailing ini, terdapat beberapa lokasi yang potensial dengan kandungan bijih timah (kasiterit) yang relatif tinggi yaitu sebagai berikut :1) Desa Air Seruk dengan kandungan

kasiterit tertinggi 298 gram/m3 serta sumber daya hipotetik kasiterit 125,16 ton.

2) Desa Air Batu Buding dengan kandungan kasiterit 220 gram/m3 serta

sumber daya hipotetik kasiterit 818,40 ton.

3) Desa Sukamandi dengan kandungan kasiterit 364 gram gram/m3 serta sumber daya hipotetik kasiterit 2.457 ton.

Rincian potensi timah di Belitung dijelaskan Tabel 1 dengan jumlah sumber daya bijih timah keseluruhan 115.364,34 ton. Dari jumlah tersebut sumber daya logam timahnya sendiri sebesar 90.869,22 ton.

Tabel 1. Sumber Daya Hipotetik Bijih Timah di BelitungNo. Lokasi Kadar (%) Sumber daya (ton)1 Air Seruk – Lokasi 1 7,02 3.168,002 Air Seruk – Lokasi 2 22,84 125,163 Air Batu Buding 17,04 818,404 Badau 2,78 139,385 Membalong 0,62 16,886 Mengkubang 3,04 140,407 Sukamandi 31,75 2.457,008 Selingsing 59,57 108.486,409 Air madu 0,46 12,72

Total 115.364,34

Revitalisasi Kawasan Bekas TambangLokasi bekas tambang yang

umumnya berupa kolong, di samping menyimpan banyak persoalan ternyata mempunyai beberapa peluang bila dikelola dengan baik, antara lain :1) Pemanfaatan kolong untuk kawasan

pertanianContoh pemanfaatan kolong untuk pertanian berhasil dilakukan di Desa Kampung Jeruk, Kecamatan Pangkalan Baru, Kabupaten Bangka Tengah. Seorang petani kreatif bernama Megah Hasan berhasil merubah bekas tambang menjadi sawah dengan hasil produksi 3 sampai 4 ton gabah kering per hektar-nya. Keberhasilan ini dapat menjadi contoh bagi dinas terkait dan masyarakat Belitung untuk mengembangkan

kawasan bekas tambang menjadi lahan produktif penghasil padi dan komoditas pertanian lainnya.Jenis tanaman lain yang bisa dikembangkan di sekitar bekas tambang adalah tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L) yang berdasarkan hasil penelitian dosen dari Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi Universitas Bangka Belitung, dapat tumbuh dengan baik pada lahan marjinal pasca penambangan timah.

2) Pemanfaatan kolong untuk perikananMenurut Endang Bidayani (2008), usaha perikanan yang dapat dikembangkan, utamanya bagi kolong-kolong yang memiliki akses jalan dan dekat dengan pemukiman antara lain, sistem jaring terapung atau usaha perikanan darat

yang menggunakan sumber air baku dari kolong, dengan jenis-jenis ikan konsumsi yang cukup digemari dan mudah dibudidayakan, seperti lele, bawal, patin, mas atau tambak udang, bila kolong berdekatan dengan pantai. Pemanfaatan kolong sebagai usaha perikanan dan perkebunan ini dapat melibatkan masyarakat sekitar sebagai mitra.

3) Pemanfaatan kolong untuk cadangan air bersihSebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, penambangan dan pengolahan timah tidak melibatkan bahan-bahan kimia. Dengan demikian, lahan dan air pada kawasan bekas tambang umumnya tidak tercemar bahan-bahan berbahaya dan di lokasi-lokasi tertentu memenuhi baku mutu air untuk kebutuhan manusia. Oleh sebab itu, sebagian kolong dengan cadangan air yang melimpah ini menjadi sumber air bagi kebutuhan masyarakat, termasuk yang dikelola oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) di Kabupaten Belitung Timur.

4) Pemanfaatan kolong untuk pariwisataKawasan bekas tambang berupa kolong dapat dipandang sebagai danau buatan yang beberapa di antaranya memiliki fanorama indah dan cocok untuk pariwisata air. Keberadan kolong-kolong ini bahkan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang akan datang ke Negeri Laskar Pelangi ini dan menjadi bagian yang dipromosikan pemerintah Provinsi Bangka Belitung dalam mencanangkan ”Visit Bangka Belitung 2010”.Program yang dapat dilakukan antara lain : pembuatan bangunan sebagai tempat peristirahatan di sekitar kolong yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana rekreasi, seperti akses jalan yang memadai, alat transportasi, arena bermain anak-anak, wisata air seperti pemancingan ikan, wisata perahu hingga usaha penangkaran buaya.

5) Pemanfaatan bekas tambang untuk pemukiman atau perkotaanTanah bekas tambang umumnya tidak subur bahkan gersang sehingga tidak

cocok dijadikan lahan produktif pertanian. Oleh sebab itu, terlepas dari penetapan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah), bekas tambang dapat dijadikan wilayah pemukiman atau bahkan perkotaan.

Potensi Bahan Galian Lain dan Mineral Ikutan

Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri dari endapan aluvial, eluvial, dan koluvial. Mineral yang terkandung di dalam bijih timah pada umumnya mineral utama yaitu kasiterit, sedangkan pirit, kuarsa, zirkon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik, stibnite, kalkopirit, kuprit, xenotim, dan monasit merupakan mineral ikutan.

Hasil analisis 22 conto aluvial, 7 conto lempung, 4 conto pasir diketahui adanya kandungan 16 jenis mineral selain mineral timah (kasiterit) yaitu : magnetit (Fe3O4), ilmenit (FeTiO3), amfibol (SiO4), hematit (Fe2O3), piroksen (XY(Si,Al)2O6), kuarsa (SiO2), zirkon (ZrSiO4), monasit ((Ce,La,Y,Th)PO3), leukosen, oksida besi, rutil (Ti O 2), pirit (FeS2), anatas (TiO2), kaolinit (Al2Si2O5(OH)4), muskofit (KAl2(AlSi3O10)(F,OH)2) dan alumina (Al2O3).

Dari mineral-mineral tersebut yang memiliki kadar yang cukup menonjol adalah kuarsa, kaolinit, monasit dan zirkon. Sedangkan yang lainnya memiliki kadar yang kecil atau bahkan hanya sebagai unsur jejak saja.

Logam Tanah JarangSumber utama logam tanah jarang

(LTJ) di wilayah bekas tambang timah Belitung adalah monasit ((Ce,La,Y,Th)PO3) yang terkandung dalam tailing pengolahan timah, khususnya di Desa Air Seruk, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung. Tailing timah di daerah ini mengandung monasit 5,85% sampai 11,46% dengan total sumberdaya hipotetik monasit 5.525,73 ton. Dari jumlah tersebut potensi Cerium (Ce) 1.140,5 ton, Lantanum (La) 1.130,5 ton,

Yttrium (Y) 723,6 ton dan thorium (Th) 1.888,6 ton.

Saat ini 95% LTJ dunia dihasilkan oleh Republik Rakyat China (Gambar 5), hal ini cukup signifikan dalam menunjang kemajuan teknologi negara tersebut, khususnya dalam industri elektronika dan telekomunikasi. Dari jumlah produksi tersebut, hampir semuanya terserap kebutuhan dalam negerinya.

Di sisi lain permintaan LTJ dunia tumbuh secara eksponensial dimana pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 160.000 ton, akibatnya harga LTJ terus melambung dari waktu ke waktu. Hampir semua industri teknologi maju memerlukan LTJ antara lain : Industri otomotif dan perminyakan Industri gelas, optik, lensa kualitas

tinggi, fiber oftik Elektronika performa tinggi, senjata

teknologi tinggi, teknologi satelit dan teknologi komunikasi.

Industri metalurgi, keramik dan laser

Water treatment, energi alternatif dan biologi laut

Cat, alat laboratorium, teknologi pengeringan

Pembuatan magnet, batteries. Penahan aktivitas radioaktif.

IlmenitSumber daya hipotetik ilmenit di

daerah penelitian sebesar 33.959,3 ton. Ilmenit sebagian besar digunakan sebagai TiO2 untuk pigmen cat dimana belum ada material lain yang dapat mensubstitusinya. Boleh dikatakan, permintaan ilmenit dunia saat ini mengikuti kebutuhan pigmen titanium oksida ini. Produksi cat di China yang tumbuh 22% selama 5 tahun terakhir diperkirakan meningkatkan permintaan konsentrat ilmenit.

Harga ilmenit sendiri dipengaruhi oleh kualitasnya yang berhubungan dengan jumlah pengotor seperti besi, uranium, kromium dan vanadium. Namun faktor utama yang menentukan adalah ongkos transportasi dari negara produsen yang bisa mencapai 50% dari harga jual ilmenit. Ilmenit diperdagangkan dalam bentuk ilmenit sulfat dan ilmenit klorit. Beberapa

negara penghasil ilmenit di dunia saat ini adalah Australia (46%), Norwegia (13%), Ukraina (12%), USA (8%), India (8%), China (4%), Lain-lain (9%).

Ilmenit merupakan bijih utama sumber logam titanium. Sumber daya hipotetik titanium di daerah penelitian sebesar 10.708,7 ton. Titanium digunakan untuk membuat bermacam-macam komponen logam yang memerlukan kekuatan tinggi sekaligus ringan, seperti komponen pesawat terbang dan satelit, mesin mobil balap, alat olahraga seperti rangka sepeda balap dan stik golf. Karena sifatnya yang tahan air garam, logam ini banyak dipakai pada rekayasa bawah laut dan instalasi desalinasi. Penggunaan lainnya antara lain : perhiasan, sambungan tulang manusia, ultrasonic welding, wave soldering, bingkai kaca mata dan alat memasak.

Pengusahaan Mineral IkutanBerdasarkan data yang dikemukakan

sebelumnya, merupakan tantangan bagi Indonesia untuk berkiprah lebih banyak dalam penyediaan dan pengembangan mineral ikutan, khususnya LTJ dan ilmenit. Berbeda dengan bahan galian lain seperti pasir kuarsa, kaolin dan lempung, sampai saat ini di Belitung belum ada perusahaan yang secara khusus melakukan kegiatan pengusahaan LTJ dan ilmenit. Untuk mendorong pengusahaan LTJ dan ilmenit dibutuhkan data potensi yang lebih rinci, oleh sebab itu harus dilakukan eksplorasi dan penelitian yang lebih lanjut oleh pemerintah atau swasta, khususnya pada wilayah sabuk timah Indonesia (Sumatera, Karimun, Kundur, Bangka dan Belitung). Di samping itu perlu dilakukan pembenahan kebijakan pengelolaan mineral ikutan termasuk kemudahan perizinan serta insentif bagi pengusahaannya.

PT Timah sendiri sebagai perusahan tambang terpadu, pada tahun 1998 telah mendirikan anak perusahaan PT Timah Eksplomin yang bergerak di bidang ekplorasi untuk menemukan cadangan bijih timah dan mineral ikutan lainnya seperti ilmenit, zirkon, monasit dan lainnya termasuk ekplorasi aluvial dalam (http://www.timah. com /ina/anak-

perusahaan/1610052010142752/pt-timah-eksplomin/).

KESIMPULAN1) Daerah bekas tambang timah di Belitung

masih memiliki bahan galian yang potensial berupa : mineral bijih timah, mineral logam tanah jarang (monasit dan zirkon), mineral ilmenit dan pasir kuarsa. Daerah penelitian juga memiliki potensi pasir besi, galena, batu granit, lempung dan kaolin.

2) Potensi timah pada daerah bekas tambang berada di daerah : Air Seruk, Air Batu Buding, Badau, Membalong, Mengkubang, Sukamandi, Selingsing dan Air Madu; dengan sumber daya hipotetik bijih timah sebesar 115.364,34 ton dimana sumberdaya hipotetik logam timahnya sendiri sebesar 90.869,22 ton.

3) Bijih timah terkandung dalam lapisan aluvial kaya timah (kaksa), lokasi yang potensial adalah daerah Selingsing dengan kadar kasiterit 59,57% (16,2 kg/m3) dan sumberdaya hipotetik 108.486,40 ton. Bijih timah terdapat pula dalam tailing pengolahan timah, lokasi yang potensial adalah daerah Sukamandi dengan kadar kasiterit 31,75% (0,364 kg/m3) dan sumber daya hipotetik 2.457 ton.

4) Potensi mineral logam tanah jarang (monasit) berada di daerah Air Seruk dengan sumberdaya hipotetik sebesar 5.525,73 ton (Cerium 1.140,5 ton, Lantanum 1.130,5 ton, Yttrium 723,6 ton, Thorium 1.888,6 ton).

5) Logam tanah jarang berpotensi dikembangkan karena permintaannya yang terus meningkat padahal pasokannya sendiri masih terbatas (95% diproduksi China). Indonesia diharapkan dapat berkiprah lebih banyak dalam

penyediaan dan pengembangan logam tanah jarang ini dengan mengintensifkan eksplorasi dan penelitian logam tanah jarang khususnya pada wilayah sabuk timah Indonesia (Sumatera, Karimun, Kundur, Bangka dan Belitung).

6) Potensi mineral ilmenit terdapat di daerah Air Seruk, Membalong dan Air Madu dengan sumber daya hipotetik 33.959,3 ton dimana sumber daya hipotetik logam titaniumnya sendiri sebesar 10.708,7 ton.

7) Penambangan kembali daerah bekas penambangan PT Timah oleh perusahaan subkontraktor PT Timah dan masyarakat merupakan salah satu usaha pemanfaatan marginal deposit guna memperoleh manfaat yang optimal dari bahan galian timah, tetapi tentu saja harus diiringi dengan usaha meminimalisasi dampak lingkungan yang ditimbulkannya.

8) Revitalisasi daerah bekas tambang dapat dilakukan dengan mengembangkan daerah tersebut untuk : pertanian, perikanan, cadangan air bersih, pariwisata dan pemukiman atau perkotaan. Program yang dilakukan harus melibatkan lintas instansi pemerintah, pelaku usaha, serta masyaratkan secara luas.

9) Berdasarkan hasil interpretasi citra satelit, bekas tambang yang teridentifikasi berjumlah 78 dengan luas antara 0,2 km2 sampai 8,5 km2 serta luas keseluruhan 143 km2.

10) Aplikasi citra satelit di bekas tambang pada penelitian ini tidak dapat dilakukan secara maksimal disebabkan keterbatasan ketersediaan dan kualitas data. Namun demikian karena aplikasi citra ini hanya sebagai alat (tools) saja, maka seyogyanya tidak menghalangi pencapaian tujuan dari penelitian ini.

PUSTAKA

Cobbing, E.J., Malick, D.I.J., Pitfield, P.E.J., Teoh, L.H. 1986. The granites of the Southeast Asian Tin Belt. Journ. Geol. Soc. 143 : 537-550.

Denni Widhiatna dkk. 2006, Inventarisasi Potensi Bahan Galian Pada Wilayah PETI Daerah Belitung, Provinsi Bangka Belitug, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.

Direktorat Inventarsisasi Sumberdaya Mineral 2002, Pengawasan, Pemantauan dan Evaluasi Konservasi Sumber Daya Mineral Kabupaten Belitung Propinsi Bangka Belitung, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.

Dori Jukandi, Dampak Penambangan Timah Bagi Masyarakat Bangka Belitung Univer-sitas Negeri Bangka Belitung, 2009. http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=DAMPAK%20PENAMBANGAN%20TIMAH%20BAGI%20MASYARAKAT%20BANGKA%20BELITUNG&&nomorurut_artikel=363.

Endang Bidayani, Pemberdayaan Kolong Bekas Galian Tambang Timah Sebagai Usaha Perikanan Terpaduhttp://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Pemberdayaan%20Kolong%20 Bekas%20Galian%20Tambang%20Timah%20%20Sebagai%20 Usaha%20Perikanan%20Terpadu&&nomorurut_artikel=51.

Karno, E. Suganda & N. Adiwinata, 1996, Eksplorasi mineral logam langka di daerah Pelawan - Toboali, Kabupaten Bangka Manggar - Gantung, Kabupaten Belitung Propinsi Sumatera Selatan, Direktorat Sumber Daya Mineral, Bandung.

Katili, J.A. 1973. Geologi Indonesia, Memoir 60 th J.A. Katili, IAGI.PT. Tambang Timah (Persero), 1978, Penelitian cebakan timah primer dengan metoda magnetik

permukaan (ground magnetic) di daerah T 65.VIII/ab-Rautan, wilasi manggar UPT Belitung.

Safei Siregar dan Sutomo Riadi, 1999. Eksplorasi Endapan Pasir Kuarsa di Tanjung Batu Itam, Pulau Belitung, Jurnal Teknologi Indonesia Jilid XXII, No. 1-2. Puslitbang Geoteknologi LIPI. Bandung.

Suhandi dkk., 2009, Penelitian Bahan Galian Lain dan Mineral Ikutan pada Wilayah Usaha Pertambangan Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Bangka Belitung, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.

Tiar Delimawati T., 2008, Pembuatan Keramik Berfori sebagai Filter Gas Buang dengan Aditif Karbon Aktif, Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Situs Bangka Goes Green, http://www.bangkagoesgreen.co.cc/2008/12/ mengolah -bekas-lahan-tambang-timah.html

Situs PT Timah, http://www.timah.com/ina/anak-perusahaan/1610052010142752/ pt-timah-eksplomin/.

Supriatna Suhala dan M. Arifin, 1997, Bahan Galian Industri, ISBN : 979-8641-04-03, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral, Bandung.

Majalah Peluang No. 43 Th III September 2010.http://tre-ag.com/en/rare-earths_importance.phphttp://www.usgs.govhttp://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=398642http://blogs.gxs.eu/2010/08/03/the-chinese-ree-supply-near-monopoly/

Gambar 1. Peta Lokasi Pulau Belitung

Gambar 2. Peta Geologi Pulau Belitung

Gambar 3. Citra hasil komposit dari komponen 1, 2 dan 4 (PC 124)

Gambar 4. Hasil overlay sebaran bekas tambang dan lokasi conto

Gambar 5. Produksi LTJ dunia ( x 1000 ton) 1950 - 2006 (http://www.usgs.gov)