Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

38
ANALISIS BATUBARA DAN PELUMAS LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Matakuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL) Disusun Oleh : Musta’it Romadhon No. Mahasiswa : 12612017 PROGRAM STUDI ILMU KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2015

description

LAPORAN PKL

Transcript of Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

Page 1: Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

ANALISIS BATUBARA DAN PELUMAS LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan MenyelesaikanMatakuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Disusun Oleh :

Musta’it RomadhonNo. Mahasiswa : 12612017

PROGRAM STUDI ILMU KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

2015

ANALISIS BATUBARA DAN PELUMAS LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Page 2: Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

Disusun Oleh :

MUSTA’IT ROMADHONNo. Mahasiswa : 12612017

Telah dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Praktik Kerja Lapangan (PKL)Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Islam Indonesia

Yogyakarta, 2015

Mengetahui,Kepala Laboratorium Pembimbing Instansi

.................................... ........................

Menyetujui,

Dosen Penguji, Dosen Pembimbing

................................... ................................

Ketua Program Studi KimiaFakultas MIPA

Dr.Is Fatimah

Page 3: Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-

Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan

dengan judul “Analisis Batubara dan Pelumas”. Penyusunan laporan PKL ini

adalah bentuk dari hasil melakukan praktik kerja lapangan. Waktu pelaksanaan

kerja praktik ini adalah dari tanggal 9 Feburari 2015 – 9 Maret 2015. Dimana

dalam kerja praktik ini penulis ditempatkan di Bagian laboratorium QA/QC PT

Indonesia Power Uboh Labuan Banten.

Didalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat

banyak kekurangan, baik dalam hal penulisan laporan ini maupun dalam hal

materi di lapangan selama kerja praktek. Oleh karena itu, penyusun

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan

bersama.

Tidak lupa pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada

semua pihak yang telah meluangkan waktunya dan penuh kesabaraan

membimbing saya dalam menyusun laporan ini, terutama yang terhormat:

1. Bapak Allwar, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia.

2. Ibu Dr. Is Fatimah Selaku Ketua Program Studi Ilmu Kimia Universitas

Islam Indonesia

3. Bapak .................. selaku pembimbing kami yang selalu mengarahkan kami

dalam penulisan dan penyusunan laporan PKL ini.

4. Dr. Roy A. Sparringa, M.App.Sc. selaku Kepala Balai Besar Pengawas Obat

dan Makanan Semarang.

Page 4: Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

5. Drs. Agus Subagyo, Apt. selaku Kepala Bidang Laboratorium Pangan dan

Bahan Berbahaya.

6. Sukma Radyaswati, STP. selaku pembimbing instansi di Balai Besar

Pengawas Obat dan Makanan Semarang.

7. Staf Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya.

8. Orang tua dan kakakku tercinta yang selalu mendukungku dengan memberi

motivasi, dan doa.

9. Teman-teman Kimia 2012 yang memberikan motivasi dan dukungan, serta

kepada pihak-pihak terkait yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu di

sini.

Saya berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan

semoga amal kebaikan senantiasa mendapatkan ridho dari Allah SWT.

Yogyakarta, Maret 2015

Penyusun

Page 5: Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi listrik merupakan energi yang sekarang ini sangat dibutuhkan oleh

semua orang untuk memenuhi dan menunjang kebutuhan hidup. Indonesia ini

sebagai berkembang dengan teknologi dan ilmu pengetahuannya yang

semakin maju mau tidak mau kebutuhan energi listriknyan juga meningkat,

sedangkan pusat-pusat pembangkit tenaga listrik yang ada belum mampu

memenuhi kebutuhan masyarakat secara baik. Salah satu program pemerintah

untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut adalah dengan proses

percepatan 10.000 MW.

PLTU 2 Banten-Labuan 2x300 MW dengan bahan bakar batubara yang

memiliki nilai kalor rendah ( 4.250 kalori ) sesuai dengan peraturan RI Nomor

71 Tahun 2006, merupakan salah satu pembangkit listrik yang dibangun

dalam rangka program percepatan tersebut.

Sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia yang menyiapkan

mahasiswanya untuk berkarya di dunia industri, Universitas Islam Indonesia

jurusan Ilmu kimia memiliki program kerja praktik dan membangun

pengalaman nyata memasuki dunia industri, membentuk kemampuan

berkomunikasi, dan mengenal dunia kerja secara langsung.

Diperlukan kerjasama yang baik dan saling menguntungkan antara pihak

industri dan pihak akademik dalam mendukung terlaksananya program kerja

praktik ini, PLTU 2 Banten-Labuan ini adalah salah satu industri yang

mendukung kerja praktik bagi mahasiswa.

Page 6: Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

1.2 Tujuan

1.Untuk mengetahui cara pengujian batubara dan pelumas di PT. Indonesia

Power UBOH Labuan 2

2.Untuk mengetahui Kadar air, keasaman dan hasil parameter fisik seperti

spesifik gravimetri (SG), viskositas, Particle Count yang terdapat pada

pelumas.

3.Untuk mengetahui hasil parameter seperti kalori, total moiture, proximate

analyzer, total sulphure

1.3 Tinjauan Pustaka

1.3.1 Sejarah Singkat Perusahaan Berdasarkan peraturan presiden RI rebpublik indonesia No.71

tahun 2006 tanggal 5 juli 2006, pemerintah rebpublik indonesia telah

mencanangkan program percepatan pembangunan pembangkit tenaga

listrik yang mengunakan batu bara hingga akhir tahun 2009.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas PT. PLN (persero) kantor pusat

telah mengeluarkan keputusan direksi NO.138K/DIR/2007 tentang

organisasi, tugas, tanggung jawab dan wewenang tim percepatan

pembangunan pebangkit tenaga listrik yang mengunakan batu bara.

Proyek PLTU 2 Banten Labuan dilaksanakan konsortium antara

Chengda engginering coorporation of china dan PT Truba Jaya

Engineering sesuai dengan kontrak No.050.PJ/041/DIR/2007, tanggal

12 maret 2007. Program ini di cetuskan dalam rangka mengantisipasi

kebutuhan energi listrik yang terrus meningkat di tahun–tahun

mendatang.

Page 7: Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

PLTU 2 Banten-Labuan adalah salah satu jenis istalasi

pemabngkit tenaga listrik dimana tenaga listrik didapat dari turbin

generator yang di putar oleh uap yang di hasilkan boiler melelui

pemanasan air oleh pembakaran batu bara. PLTU batu bara merupakan

sumber utama dari listrik dunia saat ini. Sekitar 60% listrik dunia

bergantung pada batu bara, hal ini dikarakan PLTU batu bara Bisa

menyediakan listrik dengan harga yang murah. Jika beroperasi penuh,

PLTU labuan membutuhkan batu bara 7.600 ton untuk 2 unit perhari

pasokan batu bara berasal dari pulau Kalimantan dan Sumatra.

Pekerjaan konstruksi (ground breaking) pembangunan PLTU 2

banten-Labuan ini di mulai 28 april 2007 untuk memasok kebutuhan

listrik jawa-bali sebesar 300 MW. Unit 1 telah beroperasi sejak 29

oktober 2009 dan unit 2 di operasikan pada bulan maret 2010, hal ini

diharapkan dapat menyumbang kebutuhan listrik yang naik sekitar 7%

pertahunnya. PLTU 2 Banten-labuan ini mendukung program

deversitifikasi energi untuk pembangkit tenaga listrik dari bahan bakar

minyak (BBM) ke non BBM dengan memanfaatkan batu bara berkalori

rendah (41200 Kcal/kg).

Pembangunan PLTU 2 Banten-Labuan 2 × 300 MW yang

mengunakan bahan bakar batu bara sebagai pengganti bahan bakar

minyak (BBM) merupakan salah satu perwujudan dari program

percepatan 10.000 MW yang tertuang dalam praturan presiden RI

No.71 tahun 2006 yang bertujuan :

1. Mengantisipasi kenaikan harga minyak didalam negeri akibat

kenaikan harga minyak dunia sehingga di peroleh biaya pokok

produksi pembangkit yang relatif murah.

2. Penghematan yang diperoleh sebesar kurang lebih Rp.4

Triliun/tahun.

3. Meningkatkan mutu dan keandalan sistem penyediaan, penyaluran

dan pelayanan listrik kepada masyarakat di wilayah kelistrikan jawa-

bali.

Page 8: Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

PLTU 2 Banten-Labuan yang di bangun mengunakan bahan

bakar batu bara berkalori rendah memerlukan batu bara pertahun

sebesar 2.160.000 ton yang di angkut menggunakan barge/tongkang

menuju Jetty PLTU sebagai sarana pelabuhan khusus bongka rmuat

batu bara sedangkan energi listrik yang di hasilkan PLTU di salurkan

melalui saluran udara bertegangan tinggi (SUTT) 150 kV kegardu

induk menes dan gardu induk saketi serta ke gardu induk 150 kV

sekitarnya.

Berdasarkan kajian kelayakan, maka PLTU 2 Banten Labuan di

bangun di desa Suka maju Kec. Labuan Kab. Pandeglang pada

koordinat 1500 49’ 30” BT dan 060 21‘ 11” LS. Pembangunan PLTU 2

Banten-Labuan mencapai puncaknya pada bulan januari dengan

merekrut 5.263 tenaga kerja (terdiri dari 150 tenaga kerja asing dan

5133 tenaga kerja lokal) yang di prioritaskan kepada tenaga kerja

setempat sesuai dengan bidang keahliannya.

1.3.2 Proses Produksi Listrik PLTU

Batubara yang dibongkar dari kapal di coal jetty dengan

menggunakan ship unloader atau dengan peralatan pembongkaran

kapal itu sendiri, dipindahkan ke hopper dan selanjutnya diangkut

dengan conveyor menuju penyimpanan sementara (temporary stock)

dengan melalui telescopic chute (2) atau dengan menggunakan

stacker/reclaimer (1) atau langsung batubara tersebut ditransfer melalui

junction House (3) ke scrapper Conveyor (4) lalu ke coal Bunker (5),

seterusnya ke Coal Feeder (6) yang berfungsi mengtur jumlah aliran ke

Page 9: Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

pulverizer (7) dimana batubara di giling dengan ukuran yang sesuai

kebutuhan menjadi serbu yang halus.

Gambar 2.8. Proses Produksi Energi Listrik pada PLTU

Keterangan :

1. Stacker reclaimer

2. Telescopic Chute

3. Junction House

4. Scraper Conveyor

5. Coal Bunker

6. Coal Feeder

7. Pulverizer

8. Primary Air Fan

9. Coal Burner

10. Forced Draught Fan

11. Air Preheater

12. Induced Draught Fan

13. Electro Static

Precipitator

14. Stack

15. Super Heater

16. High Preasure

Turbine

17. Boiler Feed Pump

18. High Preasure Heater

19. Economizer

20. Steam Drum

21. Circuling Water

Pump

22. Reheater

23. Intermediate Pressure

Turbin

24. Low Pressure Turbin

25. Rotor Generator

26. Stator Generator

27. Generator

Transformator

28. Condensor

29. Condensate

Excraction Pump

30. Low Preasure

31. Sea Water

32. Dearator

33. Desal Plant

34. Raw Water Tank

35. Make Up Water

Page 10: Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

Serbuk batubara ini dicampur dengan udara panas dari Primary

Air Fan (8) dan dibawa ke Coal Bunker (9) yang menyemburkan

batubara tersebut ke dalam ruang bakar untuk proses pembakaran dan

terbakar seperti gas untuk mengubah air menjadi uap. Udara

pembakaran yang digunakan pada ruang bakar dipasok dari Forced

Draught Fan (FDF) (10) yang mengalirkan udara pembakaran melalui

Air Preheater (11). Hasil proses pembakaran yang terjadi menghasilkan

limbah berupa abu dalam perbandingan 14 : 1. Abu yang jatuh ke

bagian bawah boiler secara periodik dikeluarkan dan dikirim Ash

Valley. Gas hasil pembakaran dihisap keluar dari boiler oleh Induced

Draught Fan (IDF) (12) dan dilewatkan melalui Elektro Static

Precipitator (ESP) (13) yang menyerap 99,5 % abu terbang dan debu

dengan sistem elektroda, lalu dihembuskan ke udara melalui

Stack/Cerobong (14). Di elecktro Static Precipitator debu menempel di

plat-plat dengan metode elektroda, untuk merontokan Fly Ash (debu)

plat di hammer(di pukul). Abu kemudian dikumpulkan dan diambil

dengan peneumatic gravity conveyor yang digunakan sebagai material

pembuat jalan, semen dan bahan bangunan (Conblock).

Panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar, diserap

oleh pipa penguap (Water Walls) yang berada di dindig-dinding boiler

(Furnace Boiler) menjadi uap jenuh atau uap basah yang kemudian

dipanaskan di Super Heater (SH) (15) yang menghasilkan uap kering.

Kemudian uap tersebut dialirkan ke Turbin bertekanan tinggi High

Preassure Turbine (16), dimana uap tersebut diexpansikan melalui

Nozzels ke sudu-sudu turbin. Tenaga dari uap mendorong sudu-sudu

turbin dan membuat turbin berputar. Setelah melalui HP Turbine, uap

kembalikan kedalam Boiler untuk dipanaskan ulang di Reheater (17)

guna menambah kualitas panas uap sebelum uap tersebut digunakan

Page 11: Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

kembali di Intermediate Pressure (IP) dan Low Preasure Turbine (LPT)

(19).

Sementara itu, uap bekas dikembalikan menjadi air di

Condensor (23) dengan pendinginan air laut (26) yang dipasok oleh

Circlation Water Pump (32). Air kondensasi akan digunakan kembali

sebagai air pengisi Boiler. Air dimpompakan dari kondensor dengan

menggunakan Condensate Extraction Pump (24), pada awalnya

dipanaskan melalui Low Preassure Heater (25), dinaikkan ke

Deaerator (27) untuk menghilangkan gas-gas yang terkandung didalam

air. Air tersebut kemudian dipompakan oleh Boiler Feed Pump (28)

melalui High Preassure Heater (29), dimana air tersebut dipanaskan

lebih lanjut sebelum ke Steam Drum (31). Siklus air dan uap ini

berulang secara terus menerus selama unit beroperasi. Poros turbin

dikopel dengan Rotor Generator (20), maka kedua poros memiliki

jumlah putaran yang sama.

Ketika telah mencapai putaran nominal 3000 rpm, pada Rotor

Generator dibuatlah magnetasi dengan Brushless Exitation System

dengan demikian Stator Generator (21) akan membangkitkan tenaga

listrik dengan tenaga 23 KV. Listrik yang dihasilkan kemudian

disalurkan ke Generator Transformer (22) untuk dinaikkan teganganya

menjadi 500 kV. Sebagian besar listrik tersebut disalurkan kesistem

jaringan terpadu (interkoneksi) seJawa-Bali melalui saluran udara

tegangan ekstra tinggi 500 Kv dan sebagian lainnya disalurkan kegardu

induk menes dan gardu induk saketi serta kegardu induk melalui

saluran udara tegangan tinggi 150 Kv.

Page 12: Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

1.3.3 BatubaraBatubara adalah bahan bakar yang terbentuk dari suatu ekosistem dimana sisa-sisa tumbuhan pada jaman dahulu kala yang tertimbun oleh air dan lumpur dan terbentuk dari proses oksidasi dan juga biodegradasi kimia.Komponen batubara secara garis besar dapat dibagi rnenjadi 3 bagian yaitu Moisture/Air, Mineral Matter, dan Organik. Kalau batubara dimisalkan sebagai batang atau tabung, maka bagian-bagian atau komponen batubara adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Komponen Batubara

Substansi batubara selain seperti yang diilustrasikan diatas, juga dapat digolongkan lagi menjadi beberapa golongan substansi sepeti Proximate, Ultimate, dan Petrografik.

Page 13: Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

Gambar 2. Komponen Batubara (Coal Proximate, Coal Ultimate & Coal Maceral)

1. Coal Proximate Batubara dapat dibagi menjadi 4 bagian dalam proximate,

dimana pada bagian organik batubara dibagi lagi menjadi 2 berdasarkan sifat penguapan atau keteruraian dengan pemanasan pada suhu tertentu dan waktu tertentu. Bagian organik yang menguap atau terurai ketika batubara dipanaskan tanpa oksigen pada temperatur 900°C digolongkan sebagai Volatile Matter. Sedangkan bagian organic batubara yang tetap pada pemanasan tersebut digolongkan Fixed Carbon atau karbon tetap. Volatile matter biasanya berasal dan struktur alifatik carbon yang mudah putus dengan thermal dekomposisi, sedangkan fixed carbon berasal dan gugus rantai carbon yang kuat seperti gugus aromatik. Semakin

Page 14: Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

tinggi peringkat batubara semakin besar jumlah carbon yang membentuk aromatik, dan semakin tinggi juga fixed carbon dan semakin rendah Volatile Matter yang diperoleh. Oleh karena itu peringkat batubara dapat dilihat dengan penurunan volatile matter.

Lihat ilustrasi gambar struktur batubara di bawah ini :

Page 15: Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi peringkat batubara semakin banyak struktur aromatiknya pada setiap cluster. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi peringkat semakin padat batubara tersebut dan semakin tinggi fixed carbonnya.

2. Coal UltimatePada penggolongan batubara ultimate, unsur moisture dan

mineral matter tetap, tetapi unsur organiknya dibagi berdasarkan unsur pembentuk organik tersebut. Unsur- unsur pembentuk organik batubara terdiri dari Total Carbon, baik yang berasal gugus alifatik maupun yang berasal dari gugus aromatik, Kemudian Hidrogen (tidak termasuk hidrogen yang berasal dari air atau moisture. Kemudian Nitrogen, Sulfur, dan Oksigen. Dalam penentuannya Oksigen tidak secara langsung ditentukan melainkan dengan cara mengurangkan unsur organik yang 100% dikurangi dengan Carbon, Hidrogen, Nitrogen dan Sulfur.

3. Coal MaceralPada penggolongan Coal Maceral, unsur moisture dan mineral matter tetap, akan tetapi unsur organiknya dibagi berdasarkan substansi pembentuk batubara yang terdiri dari 3 golongan atau grup maceral yaitu: Vitrinite, Exinite atau Liptinite, dan Inertinite. Grup maceral ini didasarkan pada fosil atau bahan pembentuk batubara seperti daun, akar, batang, cutikula, spora, dan lain-lain. Grup maceral dan maceral yang terkandung dalam batubara dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Page 16: Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

Tabel 1. maceral Dalam Batubara:

a. VitriniteVitrinite adalah maceral yang paling dominant dalam batubara. Maceral ini berasal dari batang pohon, cabang, dahan, tangkai, daun dan akar pembentuk batubara. Nilai reflectan dari Vitrinite dijadikan penentu peringkat batubara, dan sering dikorelasikan dengan nilai volatile matter seperti yang terdapat pada ASTM standard.

b. Liptinite Seperti namanya, Liptinite berasal dari spora, resin, alga, cutikula (yang terdapat pada permukaan daun) lilin/parafin, lemak dan minyak. Suberinite, tidak tercantum diatas, hanya terdapat pada.batubara tersier. Maceral ini berasal dari subtansi semacam gabus yang terdapat dalam kulit kayu, permukaan akar, batang dan buah-buahan. Fungsi dari maceral ini sebenarnya untuk mencegah pengeringan pada tanaman.

c. Inertinite Material pembentuk inertinite sebenarnya sama dengan pembentuk Vitrinite. Hal yang membedakan adalah historikal pembentukannya yang disebut fusination. Charring atau oksidasi pada saat proses pembentukan batubara berlangsung merupakan

Page 17: Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

proses yang membedakan substansi Vitrinite dan inertinite. Inertirilte ini biasanya memiliki kadar carbon yang tinggi, hydrogen yang rendah serta derajat aromatisisty yang tinggi. Fusinite sering juga disebut sebagai "mother of charcoal" karena diidentikkan dengan terjadinya forest fire pda scat dekomposisi batubara.

Sesuai klasifikasi dari pusat sumberdaya geologi ESDM, ada 4 klasifikasi batubara berdasarkan Nilai Kalorinya yaitu :1. Batubara Kalori Rendah, dengan nilai kalori < 5100 kCal/kg (adb)2. Batubara Kalori Sedang, dengan nilai kalori 5100 – 6100 kCal/kg

(adb)3. Batubara Kalori Tinggi, dengan nilai kalori 6100 - 7100 kCal/kg

(adb)4. Batubara Kalori Sangat Tinggi, dengan nilai kalori > 7100 kCal/kg

(adb)

1.3.4 Pelumas Pelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang diberikan

di antara dua benda bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Zat ini merupakan fraksi hasil destilasi minyak bumi yang memiliki suhu 105-135 derajat celcius. Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung yang memisahkan dua permukaan yang berhubungan. Umumnya pelumas terdiri dari 90% minyak dasar dan 10% zat tambahan. Salah satu penggunaan pelumas paling utama adalah oli mesin yang dipakai pada mesin pembakaran dalam.

A. Klasifikasi Pelumas

Berdasarkan wujudnya, minyak pelumas dapat digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu cair (liquid) atau biasa disebut oli, dan setengah padat (semi solid) atau biasa disebut gemuk.

1. Minyak pelumas cair (oli) dapat digolongkan berdasarkan beberapa hal, yaitu:a. Berdasarkan bahan pelumas itu dibuat

Page 18: Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

Pelumas mineral (pelikan) yang berasal dari minyak bumi. Mineral yang terbaik digunakan untuk pelumas mesin-mesin diesel otomotif, kapal, dan industri.

Pelumas nabati, yaitu yang terbuat dari bahan lemak binatang atau tumbuh-tumbuhan. Sifat penting yang dipunyai pelumas nabati ini ialah bebas sulfur atau belerang, tetapi tidak tahan suhu tinggi, sehingga untuk mendapatkan sifat gabungan yang baik biasanya sering dicampur dengan bahan pelumas yang berasal dari bahan minyak mineral, biasa disebut juga compound oil.

Pelumas sintetik, yaitu pelumas yang bukan berasal dari nabati ataupun mineral. Minyak pelumas ini berasal dari suatu bahan yang dihasilkan dari pengolahan tersendiri. Pada umumnya pelumas sintetik mempunyai sifat-sifat khusus, seperti daya tahan terhadap suhu tinggi yang lebih baik daripada pelumas mineral atau nabati, daya tahan terhadap asam, dll

b. Berdasarkan viscosity atau kekentalan minyak pelumas yang dinyatakan dalam nomor-nomor SAE (Society of Automotive Engineer). Angka SAE yang lebih besar menunjukkan minyak pelumas yang lebih kental. Oli monograde, yaitu oli yang indeks kekentalannya

dinyatakan hanya satu angka. Oli multigrade, yaitu oli yang indeks kekentalannya

dinyatakan dalam lebih dari satu angka.c. Berdasakan penggunaan minyak pelumas (diatur oleh The

American Petroleum Institutes Engine Service Classification) Penggunaan minyak pelumas untuk mesin bensin. Penggunaan minyak pelumas untuk mesin diesel.

B. Karakteristik

Minyak pelumas memiliki ciri-ciri fisik yang penting, antara lain:

1. Viscosity

Page 19: Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

Viscosity atau kekentalan suatu minyak pelumas adalah pengukuran dari mengalirnya bahan cair dari minyak pelumas, dihitung dalam ukuran standard. Makin besar perlawanannya untuk mengalir, berarti makin tinggi viscosity-nya, begitu juga sebaliknya.

2. Viscosity Index

Tinggi rendahnya indeks ini menunjukkan ketahanan kekentalan minyak pelumas terhadap perubahan suhu. Makin tinggi angka indeks minyak pelumas, makin kecil perubahan viscosity-nya pada penurunan atau kenaikan suhu. Nilai viscosity index ini dibagi dalam 3 golongan, yaitu:

HVI (High Viscosity Index) di atas 80. MVI (Medium Viscosity Index) 40 – 80. LVI (Low Viscosity Index) di bawah 40.

3. Flash Point

Flash point atau titik nyala merupakan suhu terendah pada waktu minyak pelumas menyala seketika. Pengukuran titik nyala ini menggunakan alat-alat yang standard, tetapi metodenya berlainan tergantung dari produk yang diukur titik nyalanya.

4. Pour Point

Merupakan suhu terendah dimana suatu cairan mulai tidak bisa mengalir dan kemudian menjadi beku. Pour point perlu diketahui untuk minyak pelumas yang dalam pemakaiannya mencapai suhu yang dingin atau bekerja pada lingkungan udara yang dingin.

5. Total Base Number (TBN)

Menunjukkan tinggi rendahnya ketahanan minyak pelumas terhadap pengaruh pengasaman, biasanya pada minyak pelumas baru (fresh oil). Setelah minyak pelumas tersebut dipakai dalam

Page 20: Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

jangka waktu tertentu, maka nilai TBN ini akan menurun. Untuk mesin bensin atau diesel, penurunan TBN ini tidak boleh sedemikian rupa hingga kurang dari 1, lebih baik diganti dengan minyak pelumas baru, karena ketahanan dari minyak pelumas tersebut sudah tidak ada.

6. Carbon Residue

Merupakan jenis persentasi karbon yang mengendap apabila oli diuapkan pada suatu tes khusus.

7. Density

Menyatakan berat jenis oli pelumas pada kondisi dan temperatur tertentu.

8. Emulsification dan Demulsibility

Sifat pemisahan oli dengan air. Sifat ini perlu diperhatikan terhadap oli yang kemungkinan bersentuhan dengan air.

Selain ciri-ciri fisik yang penting seperti telah dijelaskan sebelumnya, minyak pelumas juga memiliki sifat-sifat penting, yaitu:

1. Sifat kebasaan (alkalinity)

Untuk menetralisir asam-asam yang terbentuk karena pengaruh dari luar (gas buang) dan asam-asam yang terbentuk karena terjadinya oksidasi.

2. Sifat detergency dan dispersancya. Sifat detergency Untuk membersihkan saluran-saluran maupun

bagian-bagian dari mesin yang dilalui minyak pelumas, sehingga tidak terjadi penyumbatan.

b. Sifat dispersancy à Untuk menjadikan kotoran-kotoran yang dibawa oleh minyak pelumas tidak menjadi mengendap, yang lama-kelamaan dapat menjadi semacam lumpur (sludge). Dengan sifat dispersancy ini, kotoran-kotoran tadi dipecah menjadi partikel-partikel yang cukup halus serta diikat

Page 21: Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

sedemikian rupa sehingga partikel-partikel tadi tetap mengembang di dalam minyak pelumas dan dapat dibawa di dalam peredarannya melalui sistem penyaringan. Partikel yang bisa tersaring oleh filter, akan tertahan dan dapat dibuang sewaktu diadakan pembersihan atau penggantian filter elemennya.

3. Sifat tahan terhadap oksidasiUntuk mencegah minyak pelumas cepat beroksidasi dengan uap air yang pasti ada di dalam karter, yang pada waktu suhu mesin menjadi dingin akan berubah menjadi embun dan bercampur dengan minyak pelumas. Oksidasi ini akan mengakibatkan minyak pelumas menjadi lebih kental dari yang diharapkan, serta dengan adanya air dan belerang sisa pembakaran maka akan bereaksi menjadi H2SO4 yang sifatnya sangat korosif.

C. Gemuk Pelumas

Penambahan additive seperti sabun yang dicampur dengan pelumas mineral dapat menghasilkan gemuk lumas. Jenis-jenis sabun tersebut ada beberapa macam, antara lain lithium, calcium, sodium, aluminium, dan ada pula yang bahan dasarnya sintetik.

Gemuk pelumas ini memiliki daya lekat yang baik pada permukaan logam, sehingga dapat melindungi dari pengaruh udara lembab dan air, serta daya tahan terhadap beban kejut pada bantalan.

Gemuk pelumas ini memiliki beberapa sifat-sifat khusus, antara lain:

Menyekat kotoran-kotoran yang masuk atau keluar. Tidak terpengaruh oleh temperatur. Sukar mengalir dan menguap. Mencegah masuknya air, dan meskipun ada molekul-molekul air,

daya lumas tidak berubah.

Page 22: Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

Mempunyai sifat menahan benturan yang besar. Mempunyai sifat anti korosi dan oksidasi.

 

Berdasarkan sifat-sifat tersebut, gemuk pelumas ini dapat digunakan untuk melumasi bagian-bagian yang tidak dapat dilumasi oleh pelumas cair (oli), seperti:

Bagian yang mudah terkena debu dan air. Bagian yang tidak rapat. Bagian yang mempunyai tekanan tinggi. Bagian yang sukar dicapai.

D. Penggunaan pelumas

Untuk memperoleh hasil yang maksimal atau memuaskan di

dalam sistem pelumasan ini maka mutlak diperlukan adanya

selektifitas penggunaan pelumas itu sendiri, yaitu menentukan jenis

pelumas yang tepat untuk mesin dan peralatan yang akan dilumasi.

Hal ini untuk mencegah salah pilih dari pelumas yang akan dipakai

yang dapat berakibat fatal.

1.Hal hal yang perlu diperhatikan :

d. Rekomendasi pabrik pembuat mesin

Biasanya pabrik pembuat mesin seperti pabrik kendaraan

bermotor dan pabrik mesin mesin industri memberi petunjuk

jenis pelumas yang direkomendasikan untuk digunakan.

Petunjuk ini sangat terperinci sedemikian rupa bagi pelumasan

masing masing bagian dalam jangka waktu tertentu.

e. Bahan bakar yang digunakan

Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa

pelumasan untuk mesin dengan bahan bakar bensin berbeda

dengan pelumasan untuk mesin berbahan bakar solar atau gas.

Apabila tidak ada ketentuan ukuran atau aturan penggunaan

pelumas oleh pembuat mesin, maka anjuran dalam penggunaan

Page 23: Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

pelumas biasanya dilaksanakan oleh para teknisi pabrik dengan

melihat pada :

Data teknis dari mesin

Pengetahuan tentang pelumasan dari para teknisi

Pengalaman dari para teknisi

f. Perkembangan teknis pelumas

Hasil kemajuan yang dicapai di bidang pelumas ini, pada

dasarnya adalah hasil kerjasama antara pabrik pembuat mesin,

pembuat pelumas, dan pembuat bahan bahan tambahan

(additif). Walaupun terdapat beragam pelumas berkualitas

tinggi, namun pada intinya yang menentukan mutu dan daya

guna suatu pelumas terdiri dari 3 faktor :

Bahan dasar ( based oil ).

Teknik dan pengolahan bahan dasar dalam pembuatan

pelumas.

Bahan bahan additif yang digunakan atau dicampurkan

kedalam bahan dasar untuk mengembangkan sifat tertentu

guna tujuan tertentu.

Sebenarnya base oil mempunyai segala kemampuan

dasar yang dibutuhkan dalam pelumasan. Tanpa aditif pun,

sebenarnya minyak dasar sudah mampu menjalankan tugas-

tugas pelumasan. Namun unjuk kerjanya belum begitu

sempurna dan tidak dapat digunakan dalam waktu lama.

E. Fungsi dan tujuan pelumasan

Pada berbagai jenis mesin dan peralatan yang sedang bergerak, akan

terjadi peristiwa pergesekan antara logam. Oleh karena itu akan

terjadi peristiwa pelepasan partikel partikel dari pergesekan tersebut.

Keadaan dimana logam melepaskan partikel disebut aus atau

keausan. Untuk mencegah atau mengurangi keausan yang lebih

parah yaitu memperlancar kerja mesin dan memperpanjang usia dari

mesin dan peralatan itu sendiri, maka bagian bagian logam dan

Page 24: Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

peralatan yang mengalami gesekan tersebut diberi perlindungan

ekstra.

1. Tugas pokok pelumas

Pada dasarnya yang menjadi tugas pokok pelumas adalah

mencegah atau mengurangi keausan sebagai akibat dari kontak

langsung antara permukaan logam yang satu dengan permukaan

logam lain terus menerus bergerak. Selain keausan dapat

dikurangi, permukaan logam yang terlumasi akan mengurangi

besar tenaga yang diperlukan akibat terserap gesekan, dan panas

yang ditimbulkan oleh gesekan akan berkurang.

2. Tugas tambahan pelumas

Selain mempunyai tugas pokok, pelumas juga berfungsi

sebagai penghantar panas. Pada mesin mesin dengan kecepatan

putaran tinggi, panas akan timbul pada bantalan bantalan sebagai

akibat dari adanya gesekan yang banyak. Dalam hal ini pelumas

berfungsi sebagai penghantar panas dari bantalan untuk mencegah

peningkatan temperatur atau suhu mesin.

Suhu yang tinggi akan merusak daya lumas. Apabila daya lumas

berkurang, maka maka gesekan akan bertambah dan selanjutnya

panas yang timbul akan semakin banyak sehingga suhu terus

bertambah. Akibatnya pada bantalan bantalan tersebut akan

terjadi kemacetan yang secara otomatis mesin akan berhenti

secara mendadak. Oleh karena itu, mesin mesin dengan kecepatan

tinggi digunakan pelumas yang titik cairnya tinggi, sehingga

walaupun pada suhu yang tinggi pelumas tersebut tetap stabil dan

dapat melakukan pelumasan dengan baik.

Page 25: Proses Reverse Osmosis Air Laut Menjadi Air Demineral

BAB IIMETODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Analisis Batubara2.1.1 Analisis kalor

1. Alat Automatic Calorimeter (5e-1ac/2ac) Neraca Digital