Proses Penyembuhan Luka

6
Proses penyembuhan luka: Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka digambarkan seperti yang terjadi pada luka pembedahan (Kozier,1995). a. Fase Inflamatori Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 – 4 hari. Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng) juga dibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab membantu hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel membantu sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme. Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon seluler digunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan jaringan mati. Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak. Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah interstitial. Tempat ini

description

medikal bedah

Transcript of Proses Penyembuhan Luka

Page 1: Proses Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka:

Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga berhubungan

dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka digambarkan seperti  yang terjadi pada luka

pembedahan (Kozier,1995).

a. Fase Inflamatori 

Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 – 4 hari. Dua proses utama  terjadi pada

fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat fase

konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin

(menghubungkan jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah

dibentuk oleh platelet yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi

pengambilan sel. Scab (keropeng) juga dibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan

mati, scab membantu hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme.

Dibawah scab epithelial sel berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel membantu sebagai barier

antara tubuh  dengan lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme. Fase inflamatori

juga memerlukan pembuluh darah dan respon seluler digunakan untuk mengangkat benda-

benda asing dan jaringan mati. Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa bahan-

bahan dan  nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka

tampak merah dan sedikit bengkak. Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil)

berpindah ke daerah interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit

selama lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan

sel debris melalui proses yang disebut pagositosis. Makrofag juga mengeluarkan faktor

angiogenesis (AGF) yang merangsang pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah.

Makrofag dan AGF bersama-sama mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori ini

sangat penting bagi proses penyembuhan.

b. Fase Proliferatif 

Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21 setelah pembedahan.

Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam

pertama setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar yang

disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein

yang menambah tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah

kekuatan permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu sebuah

Page 2: Proses Penyembuhan Luka

lapisan penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka. Kapilarisasi tumbuh melintasi luka,

meningkatkan aliran darah yang  memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi

penyembuhan. berpindah dari pembuluh darah ke luka membawa fibrin. Seiring

perkembangan kapilarisasi jaringan perlahan berwarna merah. Jaringan ini disebut

granulasi jaringan yang lunak dan mudah pecah. 

c. Fase Maturasi 

Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah pembedahan. Fibroblast terus

mensintesis kolagen. Kolagen menjalin dirinya , menyatukan dalam struktur yang lebih kuat.

Bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis putih.

Faktor penyembuhan luka:

a. Usia

Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih

sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari

faktor pembekuan darah. 

b. Nutrisi

Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan

diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A,  dan mineral seperti Fe, Zn.

Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka

setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi

luka dan penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat. 

c. Infeksi

Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.

d. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi

Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah

besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah).

Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih

sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama  untuk sembuh. Aliran darah

dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan

pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan

menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada

Page 3: Proses Penyembuhan Luka

perokok. Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan

menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka. 

e. Hematoma

Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara

bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan

yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga

menghambat proses penyembuhan luka. 

f. Benda asing

Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu

abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses  ini timbul dari serum, fibrin, jaringan

sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang

disebut dengan nanah (“Pus”). 

g. Iskemia 

Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah

pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat

dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu

adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.

h. Diabetes

Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula

darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi

penurunan protein-kalori tubuh. 

i. Keadaan Luka

Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas

penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu. 

j. Obat

Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin),  heparin dan anti neoplasmik

mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat

membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka. 

Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap

cedera

Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan 

Page 4: Proses Penyembuhan Luka

Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri

penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan

tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular. 

Dapus 1. Kaplan NE, Hentz VR, Emergency Management of Skin and Soft Tissue Wounds,

An Illustrated Guide, Little Brown, Boston, USA, 1992.2. Oswari E, Bedah dan perawatannya, Gramedia, Jakarta, 1993. 

3. Thorek P, Atlas Teknik Bedah, EGC , Jakarta, 1994.

4. Saleh M, Sodera VK, Ilustrasi Ilmu Bedah Minor, Bina rupa Aksara, Jakarta 1991. 

5. Wind GG, Rich NM, Prinsip-prinsip Teknik Bedah, Hipokrates Jakarta, 1992. 

6. Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S,  Pedoman Tindakan Medik dan Bedah, EGC Jakarta 2000. 

7. Bachsinar B, Bedah Minor, Hipokrates, Jakarta, 1995.

8.  Puruhito, Dasar-daasar Teknik Pembedahan, AUP Surabaya, 1987.