PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf ·...

209
PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVER ORANG DENGAN SKIZOFRENIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun oleh : Kartika Perwara Sari 119114060 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf ·...

Page 1: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVER

ORANG DENGAN SKIZOFRENIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh :

Kartika Perwara Sari

119114060

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

iv

HALAMAN MOTTO

If you fall a thousand times, stand up millions of times

Because you don’t know how close you are to succes

Karya sederhana ini saya persembahkan untuk :

Allah SWT yang Maha Segalanya

Bapak, Ibu, dan Adikku tercinta, Nada yang selalu memberi dukungan

di setiap proses kehidupanku, baik suka maupun duka

Keluarga dan Sahabat-sahabat yang terkasih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

HALAMAN PERSEMBAHAN

Terimakasihku kepada Allah SWT sang pemilik kehidupan, yang telah

memberikan kekuatan di tengah kesulitan dan keputusasaanku.

Karya sederhana ini saya persembahkan untuk :

Allah SWT yang Maha Segalanya

Bapak, Ibu, dan Adikku tercinta, Nada yang selalu memberi dukungan

di setiap proses kehidupanku, baik suka maupun duka

Keluarga dan Sahabat-sahabat yang terkasih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

vii

PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVER ORANG

DENGAN SKIZOFRENIA

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

Kartika Perwara Sari

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses resiliensi yang dialami oleh informal

caregiver atau keluarga orang dengan skizofrenia. Fokus penelitian ini adalah melihat

bagaimana informal caregiver menyesuaikan diri dengan keadaan yang tidak nyaman

hingga bangkit dan memiliki kenyamanan hidup seperti sekarang. Penelitian ini

menggunakan metode kualitatif naratif. Partisipan dalam penelitian ini adalah tiga orang

informal caregiver yang memiliki pengalaman merawat orang dengan skizofrenia (ODS)

minimal tiga tahun. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara semi-terstruktur dengan

validitas hasil penelitian yang menggunakan metode member checking. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa caregiver yang telah mengembangkan aspek positif di dalam dirinya,

memiliki pengetahuan yang cukup tentang gangguan jiwa dan menganggap positif perannya

sebagai caregiver akan memberikan daya dukung pada pencapaian resiliensi diri.

Kata kunci: Resiliensi, caregiver, skizofrenia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

viii

THE PROCESS OF RESILIENCE AMONG SCHIZOPHRENICS

CAREGIVERS

Sanata Dharma Uviversity

Kartika Perwara Sari

ABSTRACT

This study aims to find out the process of resilience experienced by informal caregiver, known as

family members who take care of schizophrenics. The focus of this study is so figure out how

informal caregivers adjust themselves with inconvenient situations until they can finally settle

things down and live peacefully as what they do now. This study uses a qualitative-narrative

research method. There were three informal caregivers as the participants of this study. Who

participants were considered to have fulfilled the characteristics of resilience by the comunnity of

skizophrenic counterparts. The data gathering was carried out by conducting a semi-structured

interview, in which the result validity of the study used a member-checking method. The study

result shows that the caregiver who has developed positive aspect internally has adequate

knowledge about mental disorder and consider his/her role as the caregiver will positively give

support for the accomplishment of self-resilience.

Keywords: Resilience, caregivers, schizophrenia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Allah SWT,

Tuhanku yang telah memberikan kemampuan dan kekuatan sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Proses Pencapaian Resiliensi Diri pada

Caregiver Orang dengan Skizofrenia” ini dengan baik. Skripsi ini merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi, di Fakultas Psikologi,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Dalam pengerjaan skripsi dari awal hingga selesai, penulis telah

mendapatkan banyak doa, dukungan, semangat, bimbingan, saran dan bantuan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankan penulis

dengan segala kerendahan hati menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Bapak Agus Sumanto dan Ibu Kristiani selaku orang tua penulis yang

selalu memberikan doa, dukungan, motivasi dan memberikan fasilitas

dengan sangat baik kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai

dengan baik.

2. Ibu Dr. Titik Kristiyani., M.Psi, selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si., selaku Kepala Program Studi

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing

Akademik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

x

5. Bapak C. Wijoyo Adinugroho, M.Psi selaku dosen pembimbing skripsi

satu yang telah membimbing penulis dari awal pengerjaan penelitian ini.

Terimakasih atas dukungan, pengarahan dan kesabarannya yang sangat

membantu penulis.

6. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi selaku dosen pembimbing skripsi

dua. Terima kasih atas dukungan, bimbingan dan pendampingannya yang

juga sangat membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.

7. Segenap dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma atas ilmu

dan bimbingan selama penulis mengikuti proses perkuliahan.

8. Seluruh staff yang bekerja di Fakultas Psikologi, yang telah memberikan

pelayanan dengan baik.

9. Adikku tercinta Refa Nada Violina, terimakasih atas segala dukungannya.

10. Dimas Anggy Prasetyanto, terimakasih sudah setia menunggu dengan

sabar pada proses yang panjang ini.

11. Kakung, Uti, dan Embahku tersayang, terimakasih atas perhatian,

dukungan dan doa untuk penulis.

12. Mbak Aril Halida, M.Psi, terimakasih segala afirmasi positif, dukungan

dan motivasinya.

13. Seluruh keluarga dan saudara yang sudah mendukung dan mendoakan

penulis.

14. Teman-teman kelompok bimbingan ‘Menuju S.Psi’ yang berada di bawah

bimbingan Bapak Adi, Manda, Pudar, Ilis, Olive, Dika dan yang tidak bisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

xi

saya sebutkan satu per satu. Terimakasih atas dukungan, semangat dan

bantuannya.

15. Butet, Eka, Pakde, Floren, Cik Clo, Dedew, Keke, Mira dan teman-teman

bimbingan skripsi di bawah bimbingan Bapak Siswa yang tidak bisa saya

sebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuan dan supportnya, see you

on top!

16. Teman-teman “The last warriors”, terimakasih telah saling menguatkan

pada detik-detik terakhir ini.

17. Ketiga Partisipan yang telah bersedia meluangkan waktu dan berbagi

pengalaman, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

18. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penelitian ini, matur

nuwun sanget.

Penulis merasa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis

meminta maaf kesalahan atau kelalaian yang telah diperbuat. Penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat

menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................................... vi

ABSTRACT ......................................................................................................... vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ................................... viii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv

DAFTAR SKEMA ............................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ........................................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 8

D. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 8

1. Manfaat Teoretis ............................................................................................. 8

2. Manfaat Praktis ............................................................................................... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 9

A. Proses .................................................................................................................... 9

1. Definisi Proses .............................................................................................. 9

B. Resiliensi .............................................................................................................. 9

1. Definisi Resiliensi ......................................................................................... 9

2. Ciri-ciri Individu yang Resilien ................................................................ 11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

xiii

3. Aspek-aspek Resiliensi .............................................................................. 12

4. Faktor yang Mempengaruhi Resiliensi .................................................... 15

C. Caregiver ............................................................................................................ 17

1. Jenis-Jenis Caregiver ................................................................................. 18

2. Tugas-Tugas Informal Caregiver ............................................................. 19

3. Dampak dari Caregiving ............................................................................ 20

D. Skizofrenia ......................................................................................................... 17

1. Definisi Skizofrenia ...................................................................................... 23

2. Gejala Klinis Skizofrenia ............................................................................. 24

3. Ekspresi Emosi pada Keluarga Orang dengan Skizofrenia ..................... 27

4. Dinamika Resiliensi pada Caregiver Orang dengan Skizofrenia ........... 29

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 34

A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 34

B. Fokus Penelitian ................................................................................................ 35

C. Partisipan Penelitian.......................................................................................... 36

1. Teknik Pemilihan Partisipan ..................................................................... 36

2. Karakteristik Partisipan .............................................................................. 36

D. Prosedur Penelitian ........................................................................................... 37

E. Metode Pengumpulan Data .............................................................................. 38

F. Metode Analisis Data ....................................................................................... 40

G. Keabsahan Data ................................................................................................. 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 45

A. Proses Pengambilan data .................................................................................. 45

1. Proses Penelitian ........................................................................................ 45

2. Proses Pengambilan Data ......................................................................... 46

3. Identitas Partisipan .................................................................................... 48

B. Hasil Analisis Data Penelitian ......................................................................... 51

1. Partisipan 1 ................................................................................................. 51

2. Partisipan 2 ................................................................................................. 64

3. Partisipan 3 ................................................................................................. 76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

xiv

4. Proses Member Checking pada Partisipan .............................................. 87

5. Analisis Naratif Ketiga Partisipan ........................................................... 88

6. Kesimpulan Hasil Proses Resiliensi pada Caregiver ODS .................. 94

7. Pembahasan ................................................................................................ 95

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 106

A. KESIMPULAN .............................................................................................. 106

B. SARAN ............................................................................................................. 107

1. Saran Bagi Keluarga ................................................................................ 107

2. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................................. 107

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 108

LAMPIRAN................................................................................................................. 111

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pedoman Wawancara ..................................................................................... 40

Tabel 2. Keterangan Koding ......................................................................................... 42

Tabel 3. Jadwal Pengambilan Data .............................................................................. 47

Tabel 4. Identitas Partisipan .......................................................................................... 48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

xvi

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Pikir ........................................................................................ 33

Skema 2. Proses Resiliensi Partisipan 1 ............................................................... 63

Skema 3. Proses Resiliensi Partisipan 2 ............................................................... 75

Skema 4. Proses Resiliensi Partisipan 3 ............................................................... 86

Skema 5. Proses Resiliensi pada Ketiga Partisipan ............................................. 93

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Verbatim Partisipan 1 Wawancara 1 .................................................... 112

Lampiran 2 Verbatim Partisipan 1 Wawancara 2 .................................................... 131

Lampiran 3 Verbatim Partisipan 2 Wawancara 1 .................................................... 145

Lampiran 4 Verbatim Partisipan 2 Wawancara 2 .................................................... 163

Lampiran 5 Verbatim Partisipan 3 Wawancara 1 .................................................... 169

Lampiran 6 Verbatim Partisipan 3 Wawancara 2 .................................................... 175

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap tahun jumlah penderita gangguan jiwa mengalami peningkatan,

baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan jiwa

itu sendiri, hingga saat ini masih menjadi permasalahan kesehatan yang

signifikan di dunia termasuk di Indonesia. WHO atau Badan Kesehatan

Dunia (2013), menyatakan bahwa diperkirakan jumlah penderita gangguan

jiwa meningkat hingga mencapai 450 juta jiwa di seluruh dunia. Hasil dari

Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas pada tahun 2013, menunjukkan sekitar

15-30 persen penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa berat. Lebih

lanjut menurut data Riskesdas (2013), prevalensi gangguan jiwa di Daerah

Istimewa Yogyakarta memiliki angka skizofrenia atau gangguan jiwa berat

tertinggi, yaitu sekitar 3 dari 1000 orang.

Gangguan jiwa diartikan sebagai gangguan pola perilaku dan

psikologis manusia yang berkaitan dengan gejala penderitaan seperti disstress

dan disability (ketidakberdayaan) dalam fungsi penting pada manusia dari

segi perilaku, psikologis, biologis dan hubungan sosial, sehingga gangguan

jiwa merupakan gangguan fungsi jiwa yang menyebabkan pendertita

kehilangan kemampuan menjalankan peran sosialnya (Sulistyorini, 2013).

Salah satu yang termasuk dalam gangguan jiwa adalah skizofrenia.

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang ditandai dengan gejala

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

2

utama berupa gangguan pikiran, gangguan emosi dan perilaku dimana

pikiran-pikiran yang dihasilkan tidak saling berhubungan secara logis,

memiliki anggapan dan perhatian yang keliru, memiliki afek datar dan tidak

sesuai, serta berbagai gangguan aktivitas motorik yang tidak wajar sehingga

penderita tidak dapat berfungsi secara normal (Davidson, Neale, Kring,

2006).

Merawat dan mendampingi anggota keluarga dengan skizofrenia tentu

saja tidak mudah. Keluarga harus menghadapi berbagai masalah yang

ditimbulkan oleh orang dengan skizofrenia (ODS), melewati proses

penanganan dan pemulihan yang sangat panjang, serta memberikan dukungan

baik secara fisik, materi, maupun emosional. Penelitian Fitrikasari (2012)

mengatakan bahwa merawat anggota keluarga dengan skizofrenia

menimbulkan beban tersendiri, antara lain timbulnya perasaan tidak nyaman,

beratnya masalah akibat gangguan yang dihadapi dan berdampak pada

hubungan sosial serta menurunnya kualitas hubungan pernikahan. Senada

dengan hasil penelitian Ambarsari dan Sari (2012), yang mengatakan bahwa

memiliki anggota keluarga dengan skizofrenia menimbulkan beban personal,

seperti beban fisik, mengingat ODS membutuhkan pendampingan, perawatan

dan pengawasan dari orang terdekat atau keluarga. Selain itu merawat ODS

juga menimbulkan beban materi karena biaya pengobatan yang tidak sedikit

dan tidak sesuai dengan keadaan ekonomi keluarga. Beban lain yang

dirasakan adalah beban mental serta perasaan malu yang disebabkan oleh

pandangan negatif masyarakat terhadap anggota keluarganya sebagai ODS.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

3

Dalam penelitian Gitasari dan Shavira (2015), mengatakan bahwa

merawat ODS menimbulkan perasaan tidak nyaman pada keluarga, hal ini

disebabkan karena perilaku dan emosi ODS yang tidak dapat dikondisikan,

sehingga memberikan dampak tersendiri bagi orang-orang di sekitarnya.

Selain itu, merawat ODS juga merubah ritme aktivitas di dalam keluarga itu

sendiri. Beban lain yang dirasakan yaitu beban finansial akibat pengobatan

ODS yang dilakukan secara terus-menerus dengan biaya yang tidak sedikit,

serta mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari lingkungan

sekitar.

Dari hasil penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa skizofrenia

tidak hanya memberikan efek yang luar biasa bagi orang dengan skizofrenia,

namun juga pada keluarga pendamping atau caregiver. Caregiver diartikan

sebagai seseorang yang membantu menyediakan kebutuhan dasar, perhatian,

perlindungan serta pengawasan pada orang lain yang membutuhkan bantuan

karena tidak mampu atau sedang sakit (widyanti, 2009 dalam Gitasari dan

Savira, 2015). Caregiver dibedakan menjadi dua macam, yaitu informal

caregiver yang diartikan sebagai seseorang yang dengan sukarela

memberikan bantuan dan perawatan pada kerabat atau keluarga yang

membutuhkan. Sedangkan formal caregiver yaitu seseorang yang menerima

bayaran dan bekerja pada suatu instansi kesehatan untuk merawat orang sakit.

(Barrow, 1996 dalam Astuti 2010).

Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada informal caregiver atau

keluarga pendamping. Menurut Goode, 2007 dalam Nainggolan dan Hidajat,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

4

(2013), keluarga adalah suatu sistem yang terbuka, apabila salah satu anggota

keluarga mengalami perubahan, maka hal tersebut akan mengubah seluruh

sistem di dalam keluarga tersebut. Hal ini berarti bahwa satu sama lain

anggota keluarga saling mempengaruhi, sehingga jika terdapat salah satu

anggota keluarga yang mengalami skizofrenia, maka seluruh anggota

keluarga akan merasakan dampaknya.

Hasil penelitian Nainggolan dan Hidajat (2013), mengungkapkan

gambaran beban yang ditimbulkan akibat perubahan sikap anggota keluarga

karena mengalami skizofrenia. Peran istri sebagai caregiver skizofrenia

menyebabkan bebannya bertambah berat, karena selain harus mengurus anak,

istri juga harus merawat suaminya yang mengalami skizofrenia, selain itu

pengobatan ODS dan kebutuhan rumah tangga yang bertambah banyak

menimbulkan beban ekonomi yang semakin berat. Selain itu, sikap negatif

masyarakat yang memberikan label “orang gila” pada ODS, membuat istri

selaku caregiver merasa malu dan marah.

Berbeda dengan peran anak sebagai caregiver untuk orang tua yang

mengalami skizofrenia, hal ini menyebabkan anak kehilangan sosok orang tua

atau role model untuk menjadi pribadi yang matang, selain itu muncul

perasaan malu yang disebabkan memiliki orang tua dengan gangguan jiwa

berat yang harus di rawat di rumah sakit jiwa. Sementara peran saudara

kandung sebagai caregiver ODS akan meningkatkan tugas dan tanggung

jawabnya sehingga hal tersebut menyebabkan kelelahan fisik dan

meningkatkan beban emosional pada caregiver, seperti kehilangan waktu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

5

untuk diri sendiri dan berkumpul bersama pasangan atau keluarga. Selain itu,

stigma negatf dari masyarakat juga menambah beban caregiver dan

mempengaruhi hubungan sosialnya dengan masyarakat sekitar. Peran orang

tua sebagai caregiver ODS, menimbulkan perasaan sedih dan khawatir pada

kelangsungan hidup masa depan anaknya jika orang tua telah meninggal

dunia. Di samping itu, orang tua juga bertanggung jawab memberikan biaya

kehidupan anaknya walaupun usia anaknya sebagai ODS sudah pantas untuk

hidup mandiri.

Sebagai pendamping utama orang dengan skizofrenia, kemampuan

untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang tidak nyaman tentu saja

bukanlah hal yang mudah bagi caregiver mengingat beban yang dirasakan

keluarga pendamping dengan keluarga lain yang tidak merawat dan

mendampingi penderita skizofrenia. Kondisi stres yang dimunculkan oleh

keluarga terkadang dicerminkan dengan expressed emotion (EE) yaitu dengan

marah atau kekerasan fisik maupun verbal yang memberikan peluang pada

ODS untuk kambuh kembali. Hal ini diperkuat dengan penelitian Pardede

(2016), dikatakan bahwa sebagian dari keluarga pendamping merasakan

jengkel dan kesal terhadap perilaku ODS sehingga tak jarang keluarga

menanggapinya dengan marah, tidak peduli, dan mengkritik sehingga

memperburuk keadaan ODS.

Hasil penelitian Widiastutik, Winarni, dan Lestari (2016), mengatakan

bahwa, keluarga memiliki pengetahuan tentang skizofrenia sebagai sakit

pikir, stres, atau gila. Namun pengetahuan tersebut tidak sesuai dengan upaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

6

penyembuhan yang dilakukan oleh keluarga, yaitu dengan membawa ODS

pada pengobatan alternatif atau kepada dukun karena keluarga memiliki

keyakinan adanya gangguan gaib yang tidak dapat dijelaskan dengan akal

sehat. Upaya pengobatan yang tidak sesuai tersebut membuat keluarga

mengalami kegagalan dalam usaha penyembuhan yang mengakibatkan

keluarga kehilangan harapan, memiliki beban psikologis yang berat serta

mengalami krisis ekonomi karena biaya pengobatan yang tidak sedikit.

Berdasarkan penjelasan yang sudah dijabarkan peneliti, maka

penyesuaian diri dalam keadaan yang tidak nyaman pada caregiver ODS

merupakan hal yang penting dilakukan untuk menjaga kesehatan mentalnya.

Oleh karena itu, caregiver membutuhkan kemampuan untuk bertahan dan

bangkit dari kondisi yang tidak nyaman, kemampuan tersebut disebut dengan

resiliensi.

Resiliensi diartikan sebagai kemampuan untuk bangkit dari proses

kehidupan yang dirasa tidak mudah, menanggapi kesulitan dengan cara yang

sehat, mengijinkan perasaan marah, sedih, kecewa berada pada dirinya namun

tidak mengijinkan perasaan tersebut bertahan lama di dalam diri (Siebert,

2005). Hasil penelitian Widiyastutik (2016) mengatakan bahwa spiritual

merupakan hal terpenting dalam dinamika resiliensi keluarga. Keyakinan

yang salah menyebabkan keluarga membawa berobat kepada dukun sehingga

biaya yang harus dikeluarkan semakin banyak serta harus mengorbankan aset

keluarga. Hal ini membuat keadaan keluarga menjadi lebih terpuruk sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

7

pada akhirnya keluarga melakukan adaptasi dan dapat menerima keadaan

anggota keluarga dengan skizofrenia apa adanya.

Penelitian lain mengatakan bahwa resiliensi tidak dapat dipengaruhi

kemampuan pribadi seseorang saja, melainkan terdapat faktor eksternal yang

mempengaruhi, antara lain I have yang bersumber pada diri sendiri, keluarga

dan lingkungan. I am meliputi harga diri, kapasitas untuk memonitor diri

sendiri, dan spiritualitas. I can yaitu kemampuan sosial untuk berkomunikasi

dan mengatasi permasalahan. Resiliensi keluarga tidak hanya dipengaruhi

kemampuan diri sendiri namun juga dukungan sosial yang memberi kekuatan

pada keluarga dalam menghadapi cobaan. (Shoviana, 2011).

Pencapaian resiliensi merupakan hal yang tidak mudah karena adanya

sejumlah beban berat yang harus dihadapi. Oleh karena itu, peneliti ingin

mengetahui proses keluarga sebagai caregiver dalam menghadapi keadaan

yang tidak nyaman hingga mampu bertahan dan memiliki perasaan nyaman

dengan keadaan tersebut hingga sekarang. Selain itu, peneliti ingin melihat

pencapaian resiliensi menggunakan tujuh faktor dari Reivich dan Shatte

(2002), yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, analisis

kausal, empati, efikasi diri, dan pencapaian.

B. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana proses pencapaian resiliensi diri pada caregiver orang

dengan skizofrenia?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

8

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pencapaian resiliensi

diri pada caregiver ODS berkaitan dengan perawatan keluarga yang

menderita skizofrenia.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoretis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis dalam

membagikan informasi dan perluasan teori di bidang psikologi klinis, yaitu

mengenai proses pencapaian resiliensi diri pada caregiver ODS berkaitan

dengan perawatan keluarga yang menderita skizofrenia. Selain itu,

penelitian ini diharapkan dapat memperkaya sumber kepustakaan

penelitian mengenai psikologi klinis sehingga hasil penelitian nantinya

diharapkan dapat menjadi penunjang untuk bahan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi

pedoman yang bermanfaat untuk membangun kesehatan mental caregiver

sehingga kondisi mental dan psikologisnya dapat selalu terjaga walaupun

di tengah keadaan yang tidak nyaman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses

1. Definisi Proses

Di dalam kamus besar bahasa indonesia, proses diartikan

sebagai serangkaian perubahan dalam perkembangan suatu hal yang

berjalan secara terus-menerus. Menurut Handayaningrat (2007), proses

merupakan sesuatu yang menuntut perubahan dari satu peristiwa

perkembangan yang dilakukan secara terus-menerus.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa proses

merupakan runtutan perubahan di dalam perkembangan sesuatu yang

dilakukan secara continue

. B. Resiliensi

1. Definisi Resiliensi

Setiap individu pernah mengalami kesulitan dan keadaan yang

tidak menyenangkan di dalam hidupnya. Dalam keadaan terseb ut,

individu membutuhkan kemampuan untuk bangkit, bertahan dan

berjuang untuk menghadapinya. Kemampuan yang dimaksud oleh

peneliti adalah resilliensi.

Resiliensi diartikan sebagai kemampuan untuk bangkit dari proses

perubahan kehidupan yang dirasa tidak mudah. Individu yang resilien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

10

dapat mengatasi perasaan yang membuat tidak nyaman dengan cara yang

sehat, seperti mampu mengijinkan diri mereka untuk merasakan marah,

kesedihan, kehilangan, dan kebimbangan, namun tidak mengijinkan

perasaan tersebut bertahan terlalu lama di dalam dirinya (Siebert, 2005).

Lebih lanjut menurut Siebert (2005), resiliensi adalah kapasitas

seseorang untuk mengatasi kesulitan di dalam hidupnya dengan baik,

tetap mampu menjaga kesehatan fisik maupun mental saat berada di

bawah tekanan kemudian bangkit kembali dengan mudah dari

keterpurukan yang dialaminya, serta menghadapi persoalan dengan

tenang dan tanpa emosi negatif.

Definisi yang lain mengatakan bahwa resiliensi adalah kemampuan

individu untuk tetap tenang dalam menghadapi permasalahan dan mampu

menemukan cara untuk menyelesaikannya dengan kreatif dan produktif

(Panksepp, 1998 ; Panksepp & Biven, 2012 dalam Kent, Davis dan

Reich, 2014).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa resiliensi

merupakan kemampuan individu untuk bertahan dan tidak menyerah

dalam situasi yang tidak menyenangkan dan membuat tidak nyaman,

berusaha untuk bertahan, serta mampu menyesuaikan diri dengan

keadaan tersebut kemudian bangkit sehingga menjadi pribadi yang lebih

baik dalam menghadapi permasalahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

11

2. Ciri-ciri Individu yang Resilien

Sarafino, (1994) menyatakan bahwa ciri-ciri individu yang resilien

ialah tidak tempramental sehingga mampu memiliki hubungan yang baik

dengan keluarga dan lingkungan serta tidak mudah menyerah dalam

menghadapi permasalahan sehingga mampu bangkit untuk

menyelesaikannya. Lebih lanjut menurut Grotberg (1995), individu yang

resilien adalah inidividu yang memiliki kendali atas perasaan dan

dorongan dari dalam dirinya, mampu mengatasi permasalahannya dengan

baik, serta memiliki inisiatif dalam mengambil keputusan dan peduli

terhadap sesama. Reivich (2002), mengatakan bahwa individu resilien

ialah individu yang optimis dalam menyelesaikan masalah sehingga tidak

menimbulkan stres, dan mampu mengekspresikan sikap dan pikirannya

tanpa beban. (Dalam Dewi, Djoenaina, dan Melisa, 2004).

Berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan, dapat disimpulkan

bahwa individu yang resilien adalah individu yang memiliki kemampuan

untuk menyelesaikan permasalahannya dengan tenang, memiliki

pengendalian diri yang baik, serta realistik dan optimis dalam

memandang masalah. Dengan demikian, hubungan dengan individu lain

dapat terjalin baik dan tidak menimbulkan stres.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

12

3. Aspek – Aspek Resiliensi

Menurut Reivich & Shatte, 2002 (dalam Ifdil & Taufik, 2012)

terdapat tujuh aspek resiliensi. Adapun tujuh aspek tersebut adalah

sebagai berikut:

3.1 Regulasi Emosi

Regulasi emosi adalah keterampilan individu untuk menghadapi

situasi yang tidak mudah dengan mampu mengendalikan emosi, atensi

dan perilakunya serta dapat meng ekspresikan emosi secara tepat.

Terdapat dua jenis keterampilan yang membantu individu dalam

pencapaian regulasi emosi, yakni tenang (calming) dan fokus

(focusing). Kedua kemampuan tersebut akan membantu individu agar

tetap fokus dalam berpikir walaupun banyak hal yang mengganggu

serta mampu mengurangi stres.

3.2 Pengandalian Impuls

Pengendalian impuls merupakan keterampilan individu dalam

mengontrol dorongan, kesukaan dan tekanan dari dalam dirinya.

Individu dengan pengendalian impuls yang baik mampu menahan diri

dari perasaan negatif, seperti sabar dalam menghadapi masalah, tidak

mudah marah, dan memberikan respon yang tepat pada permasalahan

yang sedang dihadapi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

13

3.3 Optimisme

Optimis adalah kemampuan individu dalam memandang masa depan

yang cemerlang, memiliki harapan baik pada masa depannya serta

percaya pada dirinya sendiri untuk memegang kendali atas kehidupan

yang di masa sekarang dan masa depan. Optimisme yang dimaksud

oleh penulis ialah optimisme yang realistis, yaitu keyakinan pada

masa depan lebih baik yang diimbangi dengan usaha dan doa untuk

mewujudkannya.

3.4 Analisis Kausal

Analisis kausal adalah kemampuan individu untuk mengenali

penyebab masalah secara akurat kemudian digunakan untuk mencari

makna dalam suatu kejadian supaya tidak mengulangi kesalahan yang

serupa. Individu resilien adalah individu yang mampu

mengidentifikasi penyebab masalah kemudian mencari solusi untuk

mengatasi masalah yang sedang dihadapi sehingga mampu bangkit

dan meraih kesuksesan.

3.5 Empati

Empati adalah keterampilan individu untuk memahami kondisi

emosional dan psikologis orang lain serta memiliki keterampilan yang

cukup baik dalam menangkap bahasa-bahasa non-verbal yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

14

ditunjukkan oleh orang lain, seperti ekspresi wajah, intonasi suara,

bahasa tubuh dan memahami sesuatu yang dirasakan orang lain.

3.6 Efikasi Diri

Efikasi diri ialah keyakinan seseorang bahwa dirinya mampu

menyelesaikan masalah yang dialami dan percaya bahwa dirinya

mampu mencapai keberhasilan. Individu dengan efikasi diri yang

tinggi akan mengusahakan berbagai cara untuk memecahkan masalah

serta tidak mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan.

3.7 Reaching Out (Pencapaian)

Reaching Out (Pencapaian) adalah kemampuan individu untuk

menumbuhkan dimensi positif dalam diri. Hal ini bekaitan dengan

keberanian individu tersebut untuk mencoba menyelesaikan masalah

ataupun mengerjakan hal-hal yang berada di luar batas kemampuan.

Individu yang resilien memandang masalah sebagai tantangan yang

harus diselesaikan, bukan ancaman yang menghambat dirinya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa

individu resilien ialah individu yang mampu menahan dorongan dan

emosi negatif dari dalam dirinya ketika dihadapkan pada sebuah

kesulitan serta dapat mengenali penyebab masalah secara akurat

sehingga mampu menemukan cara untuk memecahkannya. Selain itu,

individu resilien juga tidak mudah menyerah dalam menghadapi suatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

15

masalah, mampu bangkit dari keterpurukan sehingga dapat mencapai

kesuksesan.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi

Dalam membangun resiliensi, terdapat beberapa faktor yang saling

mempengaruhi satu sama lain. Faktor-faktor tersebut antara lain:

4.1 Karakteristik Individu

Individu yang memiliki kemampuan untuk membangun resiliensi

ialah individu yang paham akan kemampuan dirinya, mampu

menginterpretasikan dorongan, keinginan, serta memiliki rencana

hidup yang terorganisasi untuk mencapai masa depan yang lebih

baik. Selain itu, untuk dapat meningkatkan resiliensi, individu harus

mempunyai relasi yang baik dengan sesama, rasa humor, mandiri,

mampu mengendalikan diri, optimis, memiliki rasa ingin tahu yang

tinggi, percaya diri, serta kreatif. (Schoon, 2006 dalam Patilima,

2015).

4.2 Pengaruh Keluarga

Salah satu faktor yang mempengaruhi terbangunnya resiliensi adalah

pola asuh orang tua. Kualitas hubungan antara orang tua dan anak

sangat berpengaruh pada perkembangan kemampuan individu seperti

memberi rasa tenang dan rangsangan emosi, memberi rasa aman

untuk mendalami lingkungannya. Selain itu, hubungan yang baik

antara orang tua dan anak dapat membantu individu dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

16

menciptakan rasa peduli, saling memperhatikan, mampu beradaptasi

dengan baik, memiliki sikap hangat dan mendorong individu untuk

berhasil secara akademis dan prestasi. (Schoon, 2006 dalam

Patilima, 2015).

4.3 Lingkungan Sekitar

Lingkungan dapat dianggap sebagai tempat munculnya resiko yang

membentuk kehidupan individu, keluarga dan masyarakat. Dampak

dari lingkungan sangat berpengaruh terutama yang berkaitan dengan

kemiskinan, kejahatan dan kekerasan. Menurut Schoon, 2006

resiliensi ialah hubungan timbal balik antara individu dengan

konteks seperti budaya, lingkungan, dan keluarga yang mempunyai

pengaruh bervariasi dalam kedekatan individu.

4.4 Kelembagaan

Kelembagaan memberikan pengaruh yang besar pada perkembangan

individu. Sekolah adalah salah satu sistem sosial yang memiliki

potensi untuk mendukung perkembangan individu, seperti untuk

menghindari diferensiasi, stigmatisasi dan pelebelan. Adaptasi

positif adalah salah satu penenti terbentuknya resiliensi. Adaptasi

positif tidak hanya menyepadankan kesulitan atau trauma yang

dialami, tetapi juga untuk mengetahui bagaimana individu mampu

kreatif dan mengembangkan ilmu dan fungsi optimalnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

17

Berdasarkan uaraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi resiliensi, antara lain karakteristik

individu, yaitu sifat bawaan yang mampu mempengaruhi kualitas

resiliensi seseorang. Selain itu, gaya pengasuhan keluarga juga

memberikan andil pada individu dalam mengembangkan resiliensi. Hal

yang lain adalah lingkungan sekitar dan kelembagaan juga memiliki

pengaruh besar pada perkembangan resiliensi individu.

C. Caregiver

1. Definisi Caregiver

Caregiver merupakan seseorang yang memberikan perawatan pada

orang lain yang membutuhkan atau mengalami penyakit kronis,

membantu tugas sehari-harinya tanpa menerima bayaran atau upah.

(Savage dan Bailey, 2004 dalam Goodhed dan McDonald, 2007).

Pengertian lain mengatakan bahwa caregiver merupakan seseorang

yang memiliki kedekatan atau hubungan keluarga dengan individu yang

mengalami suatu penyakit atau gangguan mental dan memiliki tanggung

jawab untuk merawat serta mendampingi (Erwina, Gusty, Monalisa,

2016). Elsevier (2009), mengartikan bahwa caregiver ialah individu yang

bersedia memberikan bantuan baik secara medis, ekonomi, sosial, dan

sumber daya lingkungan kepada seseorang yang mengalami gangguan

kesehatan (dalam Trisnasari, 2017).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

18

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

caregiver merupakan seseorang baik memiliki hubungan kekerabatan

atau tidak yang bertanggung jawab dan bersedia memberikan bantuan

kepada orang yang mengalami gangguan kesehatan, baik fisik maupun

mental.

2. Jenis-Jenis Caregiver

Menurut Barrow, 1996 (dalam Astuti, 2010), caregiver dapat

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu formal caregiver dan informal

caregiver. Formal caregiver merupakan individu yang merawat secara

profesional serta menerima bayaran dan biasanya bekerja di suatu

instansi, seperti psikiater, paramedis dan tenaga profesional lainnya.

Sedangkan informal caregiver ialah seseorang yang memberikan

perawatan secara suka rela tanpa menerima bayaran.

Perawatan secara informal tersebut biasanya dilakukan oleh

individu yang memiliki hubungan dekat dengan penderita, seperti

keluarga yang meliputi suami, istri, anak, adik, kakak atau orang tua,

dan kerabat yang meliputi tetangga atau sanak saudara. Pada penelitian

ini, peneliti ingin berfokus pada keluarga yang merawat anggota

keluarga dengan skizofrenia atau disebut informal caregiver.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

19

3. Tugas-Tugas Informal Caregiver

Sebagai pendamping, caregiver tentu saja memiliki tugas untuk

menjaga dan merawat pasien. Secara umum, caregiver bertugas untuk

memberikan bantuan dan perawatan secara personal, meliputi

membantu mengenakan pakaian, mandi dan urusan toilet, membantu

mobilitas pasien seperti berjalan dan membaringkan di tempat tidur,

memberikan pengawasan tentang minum obat, memberikan dukungan

emosional pada pasien, membantu pekerjaan rumah, seperti belanja,

memasak dan lain sebagainya, membantu masalah finansial dan segala

yang berhubungan dengan administratif. Arksey, 2005 (Dalam

Goodhed & McDonald, 2007).

Lebih spesifik, informal cargiver diartikan sebagai seseorang yang

memiliki tugas menjaga dan memberikan perawatan kepada anggota

keluarga atau kerabat dekat yang memiliki masalah dengan kesehatan

fisik maupun mental. Perawatan yang diberikan meliputi, memastikan

keselamatan anggota keluarga (recipient), mampu menerima perilaku

agresif anggota keluarga (recipient) serta berdamai dengan penolakan

lingkungan, memastikan bahwa anggota keluarga mengkonsumsi obat

tepat waktu, membantu menyediakan dan mengatur finansial,

memberikan dukungan penuh kepada anggota keluarga yang sakit,

menjadi perantara antara tenaga profesional kesehatan dan lainnya,

serta memberikan edukasi kepada keluarga dan lingkungan tentang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

20

kondisi recipient supaya lingkungan juga dapat memberikan andil

dalam upaya pemulihan. (Arksey, 2005 ; Colling & Seminuik, 1998

dalam Goodhead & McDonald, 2007).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa informal

caregiver memiliki tugas yang lebih kompleks dan berlangsung terus-

menerus, meliputi perawatan kesehatan bagi anggota keluarga yang

membutuhkan, bertanggung jawab atas pengobatan, menjadi

penghubungan antara tenaga medis profesional dan lainnya, serta

mengedukasi keluarga dan masyarakat agar mampu memberikan

keadaan yang kondusif dalam upaya pemuliahan anggota keluarganya

(recipient).

4. Dampak dari Caregiving

Memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa tentu saja tidak

mudah, mengingat perawatan orang dengan gangguan jiwa terutama

skizofrenia membutuhkan waktu yang lama. Kenyataan tersebut dapat

menimbulkan reaksi yang berbeda-beda pada setiap keluarga saat

mengetahui terdapat salah satu anggotaa keluarganya yang mengalami

gangguan jiwa berat atau skizofrenia. Ada keluarga yang menganggap

hal tersebut merupakan ujian dari Tuhan, sehingga keluarga dapat

menerima dan berusaha memberikan perawatan yang terbaik untuk

kesembuhan penderita, namun tak jarang pula keluarga yang menolak,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

21

memasung, mengusir, serta membiarkan penderita tinggal di Rumah

Sakit Jiwa seumur hidupnya.

Keluarga sebagai pendamping utama ODS atau disebut juga

dengan caregiver, mengalami tekanan yang berat selama tinggal dan

merawat ODS. Sebagian besar waktu yang caregiver miliki digunakan

untuk merawat dan mendampingi ODS, selain itu caregiver juga

bertanggung jawab untuk memberikan dukungan sosial agar tidak

memperburuk kondisi ODS. Beban lain yang caregiver rasakan ialah

stigma negatif dari masyarakat sekitar yang menimbulkan perasaan

malu dan berusaha menarik diri dari lingkungan sekitar. Selain itu,

besarnya biaya pengobatan dan perubahan peran serta tanggung jawab

antar keluarga, menimbulkan perubahan ritme di dalam keluarga yang

akan berpengaruh pada kesehatan fisik maupun mental, seperti merasa

cemas, depresi, sehingga menjadikan ketidakberdayaan pada caregiver

(Gitasari & Savira, 2015).

Menurut Basheer, Niazi, Mihas, dan Najam, 1998 (dalam Isnaeni,

2015), beban yang dialami caregiver terdiri dari dua jenis, yaitu beban

objektif dan beban subjektif. Beban objektif ialah beban yang

ditimbulkan dari merawat ODS, seperti, masalah ekonomi, sosial, dan

lain sebagainya (Ambarsari & Sari, 2012). Sedangkan beban subjektif

lebih mengacu pada gangguan emosi pada caregiver, seperti mengalami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

22

kecemasan, depresi, ketidakpuasan di dalam hidup dan merasa

terbebani (Goodhead & McDonald, 2007).

Memberikan perawatan dan pendampingan pada ODS

diasosiasikan dengan munculnya beban bagi caregiver. Beban tersebut

tentu saja diartikan sebagai dampak negatif dari cergiving pada

informal caregiver. Pemberian perawatan atau caregiving dapat

meningkatkan stress pada status perikahan atau ketidakpuasan, selain

itu caregiving memiliki kecenderungan memunculkan perasaan

bersalah, marah, serta hancur, mengubah ritme dalam keluarga dan

menurunkan kemampuan untuk membangun relasi, mengurangi

hubungan sosial, mengakibatkan gangguan tidur dan kurangnya waktu

untuk beristirahat serta menimbulkan beban finansial, Horsburg &

Trenhholme, 2002 dalam (Goodhead & McDonald, 2007)

Tidak semua tindakan caregiving atau memberikan perawatan pada

orang dengan skizofrenia memiliki dampak yang negatif bagi caregiver.

Menurut Goodhead & McDonald (2007), tidak sedikit caregiver yang

merawat dengan sukarela dan dari peran sebagai caregiver, dirinya

merasa lebih positif. Penerimaan peran pada caregiver dipengaruhi oleh

kualitas hubungan antara caregiver dan recipient.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa merawat

ODS memberikan beban tersendiri untuk para pendampingnya atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

23

caregiver, hal ini dapat berdampak pada kelangsungan hidup caregiver,

baik secara finansial, peran sosial, dan ritme aktivitas di dalam

keluarga. Namun, memberikan perawatan tidak selalu memiliki dampak

negatif untuk caregiver, tapi juga memiliki dampak positif tergantung

pada kualitas hubungan antara caregiver dan recipient.

D. Skizofrenia

1. Definisi Skizofrenia

Skizofrenia erat kaitannya dengan label orang gila atau sakit

mental. Eugen Bleuler mengartikan skizofrenia sebagai kepribadian

yang terpecah. Bleuler memandang masalah utama pada skizofrenia

terdapat pada gangguan pikiran yang memiliki dasar biologis. Lebih

lanjut, Bleuler memperluas dasar penyakit ini pada gangguan

‘kompleks psikis’, seperti ambivalensi (hidup di dua dunia), autistik,

gangguan afek, dan perhatian (Junaidi, 2012).

Menurut Nevid, Rathus dan Greene (2003), skizofrenia diartikan

sebagai gangguan psikologis yang ditandai dengan putusnya hubungan

antara pikiran dan perasaan serta adanya gangguan persepsi, memiliki

gagasan yang keliru, dan konsep pemikiran yang tidak berhubungan

secara logis. Pendapat lain menyebutkan bahwa skizofrenia merupakan

gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan dalam pikiran,

emosi, dan perilaku-perilaku yang terganggu. Penderita skizofrenia

mengalami pemikiran yang tidak saling berhubungan secara logis,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

24

persepsi dan perhatian yang salah, afek yang datar atau tidak sesuai

serta berbagai gangguan aktivitas motorik yang aneh. Orang dengan

skizofrenia umumnya menarik diri dari kenyataan dan ditandai dengan

adanya halusinasi serta waham (Davidson, Neale, & Kring 2006).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

skizofrenia merupakan gangguan psikologis dimana terjadi pemisahan

antara pikiran, perasaan, persepsi, emosi dan perilaku yang ditandai

dengan halusinasi dan delusi sehingga penderita tidak dapat berfungsi

secara normal.

2. Gejala Klinis Skizofrenia

Skizofrenia memiliki gejala-gejala yang menandainya, diantaranya

adalah gejala positif, gejala negatif dan gejala lainnya. Adapun

penjelasan lebih lanjut dari gejala-gejala tersebut ialah sebagai berikut:

Gejala positif adalah gejala yang ditandai dengan gangguan

perilaku yang sifatnya berlebihan dimana pada orang kebanyakan tidak

muncul, tapi pada penderita skizofrenia justru muncul. (Davidson, dkk

2006).

2.1 Berikut adalah karakteristik pada gejala positif:

2.1.1 Halusinasi, yaitu pengalaman kejadian sensorik tanpa

adanya pengaruh rangsangan dari lingkungan sekitar.

Penderita yang mengalami halusinasi akan merasakan

stimulus yang sebetulnya tidak ada, seperti suara,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

25

penglihatan, pengecapan, perabaan atau penciuman (Yusuf,

Fitryasari, & Nihayat, 2015).

2.1.2 Delusi (waham) sebagai keyakinan yang keliru namun tetap

diyakini dan dipertahankan walaupun sudah ditunjukkan

cukup bukti tentang kekeliruannya. Waham termasuk pada

gangguan isi pikiran dimana penderita meyakini bahwa

dirinya seperti apa yang dipikirkannya (Yusuf, dkk, 2015).

2.2 Gejala negatif, yaitu gejala yang ditandai dengan gangguan

perilaku yang seharusnya dimiliki orang normal, namun tidak

muncul pada penderita skizofrenia (Davidson, dkk, 2006; Durand

& Barlow, 2006). Berikut adalah karakteristik yang termasuk

pada gejala negatif:

2.2.1 Avolition, merupakan kondisi berkurangnya minat dan

ketidakmampuan mempertahankan berbagai macam

kegiatan sehari-hari secara rutin.

2.2.2 Alogia, yaitu berkurangnya kuantitas percakapan, jumlah

percakapan tidak memadai dan informasi yang diberikan

sangat singkat dan membingungkan serta cenderung

diulang-ulang.

2.2.3 Anhedonia, adalah tidak adanya perasaan senang yang

dialami oleh sebagian penderita skizofrenia. Hal ini

tercermin dalam berkurangnya minat di berbagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

26

aktivitas, gagal dalam mengembangkan hubungan dekat

dengan orang lain, dan ketiadaan minat untuk

berhubungan seks.

2.2.4 Afek datar, yaitu ketiadaan stimulus yang memunculkan

respons emosional, dengan kata lain penderita

skizofrenia tidak memperlihatkan emosi yang seharusnya

mereka perlihatkan.

2.2.5 Asosialitas, adalah ketidakmampuan dalam menjalin

hubungan sosial dengan orang lain. Penderita skizofrenia

biasanya kehilangan minat untuk berkumpul bersama

orang lain dan tidak memiliki keterampilan sosial.

2.2.6 Innapropriate, yaitu ketidaksesuaian antara ekspresi

dengan suasana hati.

2.3 Gejala disorganisasi, merupakan perilaku yang aneh yang

ditampilkan oleh penderita skizofrenia. Hal ini mempengaruhi

pembicaraan, perilaku motorik, dan reaksi emosional (Davidson,

dkk, 2006; Durand, & Barlow, 2006). Berikut merupakan

karakteristik gejala disorganisasi, yaitu:

2.3.1 Perilaku bizzare (aneh), yaitu perilaku yang tidak lazim dan

tidak mempunyai tujuan yang jelas.

2.3.2 Disorganisasi pembicaraan, merupakan gangguan berfikir

formal. Hal ini merujuk pada cara mengelola pemikiran serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

27

dalam berbicara sehingga pendengar tidak dapat memahami

informasi yang disampaikan.

3. Ekspresi Emosi pada Keluarga Orang dengan Skizofrenia

Di dalam keluarga, tentu saja dibutuhkan komunikasi yang baik

antara anggota keluarga yang satu dengan lainnya. Komunikasi yang

baik di dalam keluarga bertujuan untuk menginformasikan sesuatu

kepada keluarga agar dapat diterima dengan baik pula. Namun, salah

satu yang memperburuk kondisi skizofrenia di dalam keluarga

diantaranya adalah penyimpangan dalam komunikasi. Wahlberg, 2001

(dalam Nevid, dkk 2003) menjelaskan bahwa penyimpangan

komunikasi diartikan sebagai bentuk komunikasi yang tidak jelas,

samar, dan terganggu yang dilakukan keluarga kepada anggota keluarga

skizofrenia, hal tersebut ditandai dengan adanya pembicaraan yang

intinya sulit dipahami, menyampaikan sesuatu dengan kekerasan verbal

kepada anggota keluarga, dan cenderung memberikan komentar negatif.

Penyimpangan dalam komunikasi tersebut adalah salah satu faktor yang

berhubungan dengan stres dan meningkatkan resiko terjadinya

skizofrenia pada keluarga yang memiliki kerentanan genetik (Goldstein,

1987 dalam Nevid, dkk, 2003).

Pengukuran dari penyimpangan dalam komunikasi atau

komunikasi yang terganggu di dalam keluarga tersebut disebut dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

28

ekspresi emosi. Ekspresi emosi (EE) pada keluarga dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu keluarga yang memiliki kecenderungan kasar,

mengkritik, dan tidak memberikan dukungan pada anggota keluarga

ODS serta mengekspresikan emosi yang berlebihan, disebut keluarga

dengan EE tinggi dan keluarga yang menunjukkan ekspresi emosi lebih

sedikit, disebut keluarga dengan EE rendah. Memburuknya kondisi

ODS, terjadinya kekambuhan setelah ODS keluar dari rumah sakit dan

penyesuaian diri yang buruk disebabkan oleh anggota keluarga yang

memiliki ekspresi emosi tinggi, yang ditandai dengan minimnya empati,

toleransi dan keluwesan (Hooley dan Hiller, 2000 dalam Nevid, dkk,

2003). Hal tersebut dapat meningkatkan resiko kekambuhan, depresi

dan gangguan makan pada ODS (Butzlaff dan Hooley, 1998 dalam

Nevid, dkk, 2003).

Menurut Bellack dan Mueser (1993) keluarga dengan EE rendah

cenderung bersikap untuk melindungi anggota keluarga ODS dari

stimulus yang menyebabkan stres dan pengaruh buruk dari lingkungan

yang beresiko meningkatkan kekambuhan. (Dalam Nevid, dkk, 2003).

Penelitian lintas negara dan budaya yang telah dilakukan menyebutkan

bahwa orang dengan skizofrenia yang telah keluar dari rumah sakit dan

tinggal dengan keluarga dengan EE tinggi akan beresiko mengalami

kekambuhan dibandingkan dengan keluarga dengan EE rendah.

Keluarga dengan EE tinggi, cenderung memiliki anggapan bahwa ODS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

29

dapat berperilaku sesuai dengan kendali orang yang bersangkutan,

sehingga kritik, amarah dan emosi yang berlebihan akan muncul ketika

perilaku ODS tidak sesuai dengan apa yang keluarga inginkan

(Weisman, 1998 dalam Nevid, dkk, 2003).

Dari penjelasan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan keluarga

pendamping atau caregiver yang memiliki ekpresi emosi (EE) tinggi

yang ditunjukkan dengan amarah, emosi yang berlebihan serta kritik

yang tidak membangun, akan memperburuk kondisi dan meningkatkan

resiko kekambuhan pada orang dengan skizofrenia (ODS) dibandingkan

dengan keluarga dengan ekspresi emosi (EE) rendah, yang cenderung

menjaga dan melindungi ODS agar tidak terjadi episode yang berulang.

4. Dinamika Resiliensi pada Caregiver Orang dengan Skizofrenia

Sebagaimana manusia pada umumnya, individu pasti berkeinginan

memiliki keluarga yang sehat dan bahagia. Namun demikian, harapan

akan kebahagiaan yang dimiliki individu harus dipertaruhkan ketika

kenyataannya terdapat anggota keluarga mereka yang menderita

gangguan jiwa yaitu skizofrenia. Dengan adanya anggota keluarga yang

menderita skizofrenia tersebut, tentu saja memberikan beban tersendiri

pada keluarga selaku caregiver. Timbulnya perasaan malu, jenuh, lelah,

bingung harus berbuat apa, dan ketidak pastian kapan hal tersebut akan

berakhir tentunya akan mempengaruhi kondisi psikologis keluarga

selaku pendamping yang umumnya berupa distress. Hal tersebut juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

30

dapat memacu emosi negatif dari anggota keluarga yang ditunjukkan

dengan ekspresi emosi tinggi, seperti marah, mengkritik dan

menunjukkan emosi negatif secara berlebihan sehingga memperburuk

kondisi ODS.

Dalam menghadapi persoalan tersebut, tak jarang keluarga

mengasingkan dan menyembunyikan keberadaan mereka demi

menghindari pandangan negatif yang ditujukan masyarakat terhadap

orang dengan skizofrenia atau ODS. Pandangan negatif berupa stigma

atau label “orang gila” yang ditunjukkan masyarakat terhadap orang

dengan skizofrenia tentu saja menimbulkan beban tersendiri bagi para

pendamping ODS, sehingga mempengaruhi mereka dalam merawat dan

mendampingi ODS tersebut.

Selama proses mendampingi ODS, keluarga diharapkan mampu

meningkatkan aspek-aspek positif di dalam dirinya sehingga keluarga

selaku pendamping mampu meningkatkan kemampuan diri untuk

bangkit dan menghadapi keadaan yang membuat mereka tidak nyaman.

Ketrampilan hidup yang dimaksud adalah resiliensi, yang dapat

didefinisikan sebagai sebuah kemampuan individu untuk menyesuaikan

diri dengan suatu keadaan yang tidak menyenangkan kemudian bangkit

dari keadaan tersebut sehingga menjadi pribadi yang lebih tangguh

dalam menghadapi permasalahan di dalam hidup. Resiliensi ini

dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas diri keluarga sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

31

pendamping ODS sehingga dapat merawat anggota keluarga ODS

secara optimal.

Dalam proses mengembangkan kemampuan resiliensi, keluarga

selaku pendamping atau caregiver dapat melakukannya dengan melihat

kualitas diri pribadi yang positif. Kualitas diri yang adekuat dapat

diperoleh cargiver dari kemampuan dirinya untuk tetap tenang dalam

keadaan yang penuh tekanan. Keluarga sebagai unit terdekat, kiranya

dapat menerapkan serangkaian ketrampilan untuk mengontrol emosi,

atensi dan perilakunya selama proses mendampingi ODS. Selain itu

caregiver pun diharapkan mampu mengendalikan keinginan dan

dorongan yang muncul dari dalam dirinya serta menumbuhkan perasaan

optimis atau pandangan bahwa dirinya memiliki masa depan yang

cemerlang.

Hal yang tak kalah penting adalah mampu menunjukkan sikap

empati sebagai bentuk memahami kondisi emosional ODS. Kemudian,

kecakapan lain yang sebaiknya dimiliki adalah mampu mengidentifikasi

masalah secara akurat serta keyakinan untuk dapat menyelesaikan

setiap tantangan selama proses mendampingi. Dengan melatih diri dan

mengembangkan beberapa aspek positif tersebut, diharapkan keluarga

sebagai pendamping ODS mampu mencapai kesuksesan dalam

keberaniannya untuk mengatasi masalah ataupun melakukan ha-hal

yang ada di luar batas dirinya. Selain itu, dibutuhkan juga ekspresi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

32

emosi (EE) keluarga yang lebih rendah, yang ditunjukkan dengan sikap

tenang dan mampu berfikir jernih ketika menghadapi perilaku ODS,

sehingga dapat memberikan suasana yang kondusif dan mencegah

kekambuhan pada ODS.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif naratif

untuk mengetahui proses pencapaian resiliensi diri pada caregiver

orang dengan skizofrenia. Proses sendiri memiliki arti runtutan

perubahan suatu peristiwa dalam perkembangan suatu kejadian yang

terjadi secara terus-menerus dan naratif didefinisikan sebagai

interpretasi terarah tentang suatu kejadian. Menurut Riceour, 1984

(dalam Smith, 2013), Fungsi naratif dalam sebuah proses ialah

memberikan keteraturan atau disebut sebagai pengaluran (emplotment)

pada suatu kejadian. Selain itu naratif merupakan upaya untuk

menyusun rangkaian peristiwa ke dalam alur (plot) tertentu yang

bergerak dari awal hingga akhir.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

33

Skema 1. Kerangka berpikir proses pencapaian resiliensi pada caregiver

orang dengan skizofrenia

Keluarga pendamping

(Family Caregiver)

Orang Dengan

Skizofrenia

Mengatasinya dengan

kualitas pribadi yang

resilien, yaitu:

1. Regulasi emosi

2. Pengendalian

Impuls

3. Optimisme

4. Analisis Kausal

5. Empati

6. Efikasi Diri

7. Pencapaian

INDIVIDU RESILIEN

Menyebabkan masalah dari

beberapa aspek, seperti masalah

fisik, psikologis, sosial dan

ekonomi yang diakibatkan dari

merawat anggota keluarga

ODS.

Memiliki beban yang lebih berat

dari keluarga lain karena harus

merawat orang dengan skizofrenia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

34

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan tata cara untuk mendalami dan

memahami makna yang berasal dari masalah kemanusiaan atau sosial

oleh sekelompok individu. Proses penelitian kualitatif tersebut

menyertakan cara-cara penting, seperti mengemukakan pertanyaan-

pertanyaan dan langkah-langkah, mengumpulkan data yang jelas dari

para partisipan, menganalisis data dengan cara induktif yang dimulai dari

pokok pikiran umum ke pokok pikiran khusus, serta menginterpretasikan

makna data. Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki pola yang lebih

luwes (Creswell, 2010).

Moleong (2007), mengatakan bahwa penelitian kualitatif

merupakan penelitian yang menggunakan wawancara terbuka dengan

tujuan untuk menganalisis dan mendalami sikap, pandangan, perasaan,

dan perilaku pada individu atau sekelompok orang.

Definisi lain menegaskan bahwa penelitian kualitatif sebagai jenis

penelitian yang hasilnya tidak diperoleh dari metode statistik ataupun tata

cara hitungan lainnya. Dengan kata lain, penelitian ini diwujudkan dalam

bentuk pengumpulan data berupa laporan-laporan verbal secara natural

dan apa adanya, laporan-laporan tersebut berupa hasil wawancara atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

35

percakapan tertulis, analisis terhadap datanya pun dilaksanakan secara

tekstual. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

penelitian tersebut ialah interpretasi dari kandungan sebuah teks dan

bukan menghasilkan sebuah hitungan atau angka (Smith, 2013; Strauss &

Corbin, 2003).

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian naratif. Penelitian

naratif merupakan interpretasi terorganisir tentang serangkaian peristiwa

yang berhubungan dengan pengalaman hidup individu. Penelitian naratif

sendiri memiliki tiga komponen utama, yaitu awal, berupa latar belakang

pengalaman individu, kemudian tengah, yang berisi tentang perjuangan

individu dalam menghadapi konflik, serta akhir, yaitu pencapaian dari

hasil perjuangan individu tersebut. Interpretasi ini mendalami tentang

hubungan sebab-akibat pada berbagai kejadian. Prosedur yang digunakan

biasanya berupa penceritaan kembali pengalaman yang dimulai dari

kejadian penting yang dialami oleh individu. Pengumpulan data

dilakukan dengan cara wawancara dan observasi, sedangkan analisisnya

menitik beratkan pada titik balik dari pengalaman individu (Smith, 2013;

Creswell, 2014).

B. Fokus Penelitian

Penelitan ini berfokus pada gambaran proses resiliensi pada

caregiver orang dengan skizofrenia. Untuk mengetahui hal tersebut,

peneliti menjabarkan permasalahan yang dihadapi oleh caregiver orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

36

dengan skizofrenia beserta prosesnya untuk bangkit dari pengalaman

perubahan proses kehidupan yang dialami oleh individu.

C. Partisipan Penelitian

1. Teknik Pemilihan Partisipan

Dalam penelitian ini, teknik pemilihan partisipan menggunakan

Purposive Sampling Technic. Purposive Sampling Technic. Purposive

diartikan sebagai usaha untuk memperoleh sampel data dengan

pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut misalnya, memilih

orang yang dianggap paling paham tentang hal yang sesuai harapan

peneliti, atau orang yang memiliki andil besar sehingga dapat

memudahkan peneliti menelusuri hal yang ingin diteliti (Sugiyono,

2013). Peneliti melakukan dengan cara mencari informasi pada ketua

komunitas caregiver ODS untuk mendapatkan partisipan yang sesuai

dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya agar mendapatkan

data yang diperlukan dalam memahami proses resiliensi pada

caregiver orang dengan skizofrenia.

2. Karakteristik Partisipan

Dalam penelitian ini, individu yang menjadi partisipan ialah

keluarga memiliki dan merawat anggota keluarga penderita

skizofrenia. Caregiver yang menjadi partisipan adalah seseorang (laki-

laki maupun perempuan) yang telah merawat anggota keluarga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

37

penderita skizofrenia dalam kurun waktu minimal tiga tahun, memiliki

kesediaan untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan

oleh peneliti dalam melaksanan penelitian ini. Langkah-langkah

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mencari dan mengumpulkan literatur yang berkaitan dan

mendukung tentang resiliensi, caregiver dan skizofrenia. Literatur

tersebut didapatkan dari jurnal, buku, artikel serta informasi yang

didapatkan dari internet.

2. Peneliti menentukan karakteristik partisipan yang akan diteliti.

3. Setelah itu, peneliti bertemu dan membangun rapport kepada

partisipan serta menanyakan kesediaannya untuk menjadi

partisipan tanpa adanya paksaan.

4. Peneliti menyusun pertanyaan berdasarkan aspek-aspek resiliensi

yang digunakan menjadi pedoman wawancara agar memperoleh

data yang sesuai.

5. Sebelum mengajukan serangkaian pertanyaan, partisipan diminta

kesediaannya untuk membaca dan mengisi inform consent yang

berisi tentang pengambilan data, kesediaan partisipan untuk

menjadi subjek penelitian, dan hak-hak yang akan diperoleh selama

melakukan proses wawancara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

38

6. Peneliti menghubungi partisipan untuk menentukan hari, waktu dan

tempat guna melakukan proses wawancara.

7. Hasil wawancara yang telah dilakukan direkam menggunakan

smart phone peneliti kemudian hasil wawancara tersebut diubah

dalam bentuk verbatim.

8. Melakukan analisis dengan karakteristik dan metode yang telah

ditentukan di bawah pengawasan dosen pembimbing supaya tujuan

penelitian dapat tercapai dengan baik.

9. Hasil data yang telah dianalisis kemudian ditarik kesimpulannya

sehingga diperoleh saran untuk caregiver atau keluarga

pendamping ODS dan peneliti selanjutnya.

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan

adalah wawancara. Wawancara merupakan komunikasi dua arah yang

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pihak yang mengajukan pertanyaan dan

pihak yang memberikan jawaban, hal ini dilakukan untuk mencapai

tujuan tertentu (Moleong, 2007).

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara semi terstruktur. Menurut Smith (2013), wawancara semi

terstruktur adalah proses tanya jawab antara peneliti dan partisipan

dimana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat lebih luwes dan

dapat digali kembali ketika peneliti menemukan jawaban yang

menarik dari partisipan. Dalam melakukan wawancara tersebut,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

39

peneliti menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun dalam

suatu daftar wawancara, sehingga memudahkan peneliti dan

memfokuskan pertanyaan yang akan diajukan, bukan untuk mendikte

partisipan. Peneliti juga menggunakan alat bantu rekam guna

mempermudah mengolah data. Tujuan dari wawancara semi

terstruktur ialah untuk menemukan suatu permasalahan secara lebih

terbuka, dimana partisipan dapat menuturkan pandangan atau ide-

idenya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

40

Tabel 1

Pedoman wawancara

Topik-topik area yang diungkap dalam pertanyaan

1. Pengalaman awal ketika merawat anggota keluarga ODS

a. Perasaan awal yang muncul

b. Reaksi terhadap perasaan

c. Cara pengelolaan perasaan

2. Pengalaman setelah merawat keluarga ODS

a. Perasaan ketika mendampingi

b. Emosi yang dirasakan

c. Reaksi terhadap emosi

d. Cara pengelolaan emosi

e. Upaya yang dilakukan untuk kesembuhan

3. Pengalaman kini merawat anggota keluarga ODS

a. Perasaan kini saat merawat OD

b. Upaya yang dilakukan untuk bangkit dan bertahan dalam

kondisi yang tidak nyaman.

F. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengumpulkan data,

mengurutkan, mengelompokkan, menemukan struktur serta hal

penting yang akan dipelajari, dan memberikan kode yang bertujuan

agar kategori data memiliki makna sehingga memperoleh temuan

yang sesuai dengan pertanyaan penelitian yang ingin dijawab dan agar

lebih mudah untuk dipahami (Seiddel, 1998 dalam Moleong, 2007).

Menurut Creswell (2010), terdapat beberapa langkah yang

dilakukan dalam menganalisis data, adapun langkah-langkah tersebut

adalah sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

41

1. Mengolah dan menyiapkan data

Data yang akan dianalisis berupa transkrip wawancara serta

membuat data lapangan. Data tersebut kemudian dikelompokkan ke

dalam jenis-jenis yang berbeda sesuai dengan sumber

informasinya.

2. Membaca keseluruhan data

Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah melihat makna secara

umum yang terkandung di dalam data. Peneliti juga menuliskan

catatan khusus dan gagasan umum tentang data yang didapatkan.

3. Menganalisis lebih detail dengan meng-coding data

Coding merupakan teknik mengolah data menjadi tulisan sebelum

diberi makna. Data yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan

dan dikelompokkan dengan istilah khusus yang biasanya berasal

dari bahasa pastisipan (Rossman & Rillis, 1998).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

42

Tabel 2

Keterangan Koding

Kode Keterangan

A

A1

A2

A3

Regulasi Emosi

Tetap tenang dalam kondisi yang penuh

tekanan

Mengontrol emosi, atensi dan perilaku

Mengekspresikan emosi secara tepat

B

B1

B2

Pengendalian impuls

Mengendalikan keinginan, dorongan,

kesukaan dan tekanan yang muncul dari dalam

diri.

Memiliki regulasi emosi yang tinggi

C

C1

C2

C3

Optimisme

Percaya akan masa depan yang cemerlang

Mempunyai harapan terhadap masa depan

Percaya bahwa mereka pemegang kendali

akan kehidupan yang dijalani

D

D1

D2

D3

Analisis Kausal

Mengidentifikasi secara akurat penyebab dari

permasalahan

Mencari tahu penyebab dari masalah

Tidak mengulangi kesalahan yang sama

E

E1

E2

Empati

Membaca tanda-tanda emosional dan

psikologis orang lain

Menangkap sesuatu yang dirasakan orang lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

43

F

F1

F2

Efikasi diri

Keyakinan diri bahwa individu mampu

memecahkan masalah

Keyakinan diri untuk mencapai kesuksesan

G

G1

G2

G3

Reaching Out (Pencapaian)

Meningkatkan aspek positif dalam diri

Melakukan hal di luar batas kemampuannya

Menganggap masalah sebagai tantangan,

bukan ancaman

1= Pengalaman awal

2= Pengalaman tengah

3= Pengalaman akhir

4. Terapkan proses coding untuk mendeskripsikan data yang akan

dianalisis.

Pada tahap deskripsi, perlu disampaikan informasi secara detail

mengenai orang, lokasi, atau peristiwa dalam setting tertetu. Dalam

proses ini, kode dapat dibuat untuk mendeskripsikan informasi tersebut

agar dapat dianalisis untuk kepentingan penelitian dan lain sebagainya.

Setelah itu, membuat beberapa tema atau kategori melalui proses

coding yang kemudian hasilnya digunakan untuk membuat judul dalam

bagian hasil penelitian.

5. Menyajikan kembali deskripsi dan tema-tema dalam laporan kualitatif

Analisis pada pendekat naratif biasanya membahas tentang kronologi

kejadian, tema tertentu dan keterkaitan antar tema. Pembahasan ini

disajikan dengan penggambaran secara spesifik atau dengan tabel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

44

6. Menginterpretasi dan memaknai data

Peneliti dapat memaknai data yang diperoleh dengan berpedoman pada

kebudayaan, sejarah atau pengalaman pribadinya. Interpretasi data juga

digunakan sebagai pembanding antara hasil penelitian dengan informasi

yang didapat dari beberapa referensi teori dengan tujuan untuk melihat

apakah hasil penelitian membenarkan atau justru menyangkal teori

tersebut, bahkan dapat memunculkan pertanyaan baru dari hasil

analisis.

G. Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, keabsahan data yang digunakan adalah

member checking method atau mengecek kembali pada partisipan

(Supratiknya, 2015). Metode ini dilakukan untuk melihat sejauh mana

kesesuaian antara hasil analisis data dengan hal yang dimaksud oleh

partisipan. Data yang diberikan kepada partisipan tentu saja bukanlah

data mentah, melainkan data yang sudah dianalisis. Dalam proses ini,

dapat juga dilakukan wawancara lebih lanjut guna memberikan

kesempatan pada partisipan untuk menanggapi hasil penelitian, setelah

hasilnya sudah tepat menurut partisipan, barulah peneliti boleh

menuliskan pada laporan akhir (Creswell, 2010; Supratiknya, 2015).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Proses Pengambilan Data

1. Proses Penelitian

Dalam penelitian ini, partisipan yang terlibat adalah tiga orang

caregiver yang merawat anggota keluarga dengan skizofrenia. Sebelum

melakukan proses pengambilan data, peneliti menjelaskan maksud dan

tujuan dari penelitian ini. Peneliti juga menanyakan mengenai

kesediaan untuk menjadi partisipan dengan memberikan lembar

persetujuan tertulis (inform consent) yang disetujui oleh partisipan.

Setelah partisipan menyatakan kesediaannya untuk menjadi narasumber

dalam penelitian ini, maka selanjutnya peneliti membuat janji dengan

partisipan untuk melakukan wawancara. Hasil wawancara direkam

dengan menggunakan voice recorder melalui smart phone peneliti

yang sebelumnya telah mendapatkan persetujuan dari partisipan.

Hasil wawancara yang sudah terekam pada smart phone

didengar kembali oleh peneliti dan kemudian ditulis dalam bentuk

verbatim. Tujuannya adalah agar data yang diperoleh tidak berubah dan

dapat di cross-check agar sesuai dengan maksud partisipan.

Selanjutnya peneliti akan mencari makna dari tabel hasil

verbatim yang telah dibuat sesuai dengan ciri-ciri resilien partisipan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

46

Makna tersebut kemudian dibahas dan disimpulkan oleh peneliti

sehingga memperoleh hasil dari masing-masing partisipan.

2. Proses Pengambilan Data

Proses pengambilan data dilakukan secara individual dengan

waktu dan tempat yang berbeda sesuai kesepakatan yang telah dibuat

antara peneliti dan partisipan. Sebelum melakukan wawancara, peneliti

menjelaskan kembali maksud dan tujuan peneliti dan menanyakan

kesediaan parisipan dalam melakukan proses wawancara dan

menggunakan alat perekam selama proses berlangsung. Setelah

partisipan menyetujui, proses wawancara akhirnya dimulai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

47

Tabel 3

Jadwal Pengambilan Data

No. Partisipan Hari, tanggal, jam Tempat

1.

HN

Minggu, 22 Mei 2016

18.30 – 19.10 WIB

Senin, 30 Mei 2016.

18.30-19.15 WIB

Sushi Garasi,

Jogokaryan.

2.

SS

Minggu, 5 Juni 2016.

15.30-16.15 WIB

Sabtu, 23 Juli 2016.

17.00-17.25 WIB

Rumah

partisipan,

Bantul.

3.

EW

Senin, 22 Agustus 2016

12.00-12.30 WIB

Sabtu, 24 September

2016

16.15-17.05 WIB

Rumah

partisipan,

Godean.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

48

3. Identitas Partisipan

3.1 Data Demografis Partisipan

Tabel 4

Identitas Partisipan

Partisipan 1 Partisipan 2 Partisipan 3

Nama HN SS EW

Tanggal lahir Yogyakarta, 14

April 1968

Bantul, 27

Agustus 1968

Sleman, 16

September

1982

Usia 49 tahun 49 tahun 35 tahun

Pendidikan

terakhir

S1 SMP S1

Pekerjaan Wirausaha Wirausaha Wirausaha

3.2 Latar Belakang Partisipan

Partisipan 1 merupakan caregiver skizofrenia yang berusia

49 tahun. Partisipan menyatakan bahwa dirinya merawat anaknya

yang menderita skizofrenia selama empat tahun. Pada awalnya,

partisipan tidak paham tentang skizofrenia dan menganggap

perilaku tidak wajar anaknya sebagai dampak dari kesurupan.

Partisipan menyadari ketika semakin lama perilaku dan kata-kata

yang diucapkan anaknya semakin tidak terkontrol sehingga

partisipan berinisiatif untuk membawanya ke Rumah Sakit Jiwa.

Setelah partisipan mengetahui bahwa anaknya mengalami

skizofrenia, partisipan memutuskan untuk merawat serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

49

memberikan dukungan penuh terhadap anaknya. Atas kepedulian

partisipan terhadap orang dengan gangguan jiwa terutama

skizofrenia, partisipan bergabung pada komunitas caregiver orang

dengan skizofrenia dengan harapan agar mental para caregiver

dapat lebih sehat supaya dapat mendampingi anggota keluarganya

dengan lebih optimal.

Partisipan 2 adalah seorang caregiver skizofrenia yang telah

merawat istrinya selama 19 tahun. Partisipan mulai menyadari

istrinya mengalami gangguan jiwa yaitu skizofrenia pada saat

istrinya mulai menarik diri dari lingkungan sosial dan mulai

mengalami halusinasi. Pada awalnya, partisipan merasa terpuruk

karena beban yang dipikul semakin banyak, selain mencari

nafkah, merawat ketiga anaknya, juga merawat istrinya yang

menderita skizofrenia. Partisipan juga mendapatkan perlakuan

yang tidak menyenangkan dari mertua partisipan karena dianggap

sebagai penyebab istrinya menderita gngguan jiwa. Namun

karena kesabarannya merawat, kini partisipan mampu bangkit dan

bersedia membagi pengalamannya apabila dibutuhkan menjadi

pembicara pada suatu acara.

Partisipan ketiga adalah caregiver skizofrenia yang merawat

kakak kandungnya sejak tahun 2001. Pada awalnya partisipan

merasa malu karena kakaknya berperilaku tidak wajar dan mulai

menarik diri dari lingkungan sekitar. Namun setelah beberapa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

50

waktu berlalu, akhirnya partisipan berinisiatif membawa

kakaknya ke RSJ guna mengetahui penyebab penyakit yang

diderita kakaknya. Setelah didiagnosa skizofrenia akhirnya

parisipan memutuskan untuk merawat dan memperhatikan

pengobatannya hingga usahanya untuk memberikan keterampilan

agar kakaknya dapat berkembang dan mandiri walaupun

mengidap skizofrenia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

51

B. Hasil Analisis Data Penelitian

1. Partisipan 1

1.1 Kategorisasi Data

Keterangan : W1 (Wawancara 1)

W2 (Wawancara 2)

1.1.1 Awal ketika anggota keluarga mulai menujukkan perilaku aneh

(gejala skizofrenia)

No. Baris Kata Kunci

(W1)

3-5

6-9

25-28

Tidak mengetahui bahwa anaknya menderita skizofrenia

Menganggap anaknya mengalami kerasukan.

Menganggap perilaku aneh anaknya akibat dari

kerasukan.

Ketidakpahaman partisipan tentang skizofrenia membuat dirinya

beranggapan bahwa anaknya kerasukan.

1.1.2. Perasaan saat anggota keluarga ODS menunjukkan perilaku yang

aneh

No. Baris Kata Kunci

(W1)

20-24

69-71

82-88

91-95

Senang anaknya dapat berbicara normal kembali (dianggap

membaik).

Takut ketika perilaku anaknya tidak seperti biasanya.

Terkejut ketika anaknya berani bersikap kasar terhadap

partisipan.

Sakit hati atas perlakuan anaknya terhadap partisipan.

Perasaan negatif saat ODS menunjukkan perilaku tidak wajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

52

1.1.3. Reaksi atas perasaan saat anggota keluarga menunjukkan perilaku

yang aneh

No. Baris Kata Kunci

(W1)

81-82

95-102

Marah ketika perilaku anaknya dianggap tidak wajar.

Melaporkan pada polisi.

Marah dan melaporkan anaknya pada polisi karena perilakunya

dianggap tidak wajar.

1.1.4. Cara mengidentifikasi penyebab masalah

No. Baris Kata Kunci

(W1)

108-113

122-126

(W2)

8-10

Membawa ke RSJ karena perilakunya dianggap sudah

tidak dapat ditoleransi.

Hasil pemeriksaan menyimpulkan harus dirawat di RSJ.

Diagnosa awal adalah disfungsi emosi atau depresi.

Membawa ke RSJ dan hasil diagnosa awal adalah disfungsi emosi atau

depresi sehingga harus dirawat di RSJ.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

53

1.1.5. Perasaan setelah anggota keluarga mendapat perawatan secara

medis

No.Baris Kata Kunci

(W1)

129-134

142-146

157-158

158-159

163-165

Khawatir jika anaknya mendapat perlakuan kasar di RSJ.

Sedih ketika melihat anaknya dimasukkan ke dalam sel

(RSJ).

Seolah merasakan yang dirasakan oleh anaknya (empati).

Sangat khawatir dan tidak dapat mengendalikan pikiran

ketika ananknya dirawat di RSJ.

Perasaan khawatir yang sukar dikendalikan.

Perasaan sedih, khawatir dan tidak nyaman dirasakan patisipan ketika

anaknya mulai dirawat di RSJ.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

54

1.1.6. Perasaan saat mendampingi anggota keluarga ODS

No. Baris Kata Kunci

(W1)

202-208

215-221

242-244

(W2)

24-31

34-36

Merasa berat menerima bahwa perilaku anaknya sudah

berbeda dari sebelum sakit.

Sedih menghadapi pandangan negatif dari tetangga

sekitar terhadap keluarganya.

Marah karena anaknya kembali menggunakan napza.

Merasa tidak berguna ketika ODS tidak memberi atensi

pada nasehat partisipan.

Sedih dan bingung harus berbuat apa agar ODS memberi

atensi pada partisipan.

Muncul dorongan negatif kembali ketika menghadapi permasalahan

baru yang timbul setelah anaknya keluar dari RSJ.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

55

1.1.7. Reaksi atas perasaan yang muncul saat mendampingi anggota

keluarga ODS

No. Baris Kata Kunci

(W1)

211-213

244-248

289-297

(W2)

39-42

Pindah rumah untuk menghindari pandangan negatif

tetangga.

Muncul kekerasan fisik dan kekerasan verbal sebagai

reaksi kemarahan dan kekecewaan.

Muncul emosi negatif karena perilaku ODS dianggap tidak

wajar yang memperburuk keadaan ODS.

Pasrah pada keadaan yang dialami.

Pindah rumah untuk menghindari pandangan negatif tetangga, selain

itu kemarahan dan kekecewaan partisian menimbulkan kekerasan

verbal dan fisik yang memperburuk kondisi ODS.

1.1.8. Upaya menentukan pengobatan selanjutnya

No. Baris Kata Kunci

(W1)

310

311-322

330-331

Membawa anaknya ke psikolog untuk mengidentifikasi

masalah yang dialami anaknya.

Hasil psikotes dan wawancara menunjukkan anaknya

menderita skizofrenia.

Membawa kembali ke RSJ untuk mendapat pengobatan.

Membawa ke psikolog untuk diperiksa, setelah didiagnosa skizofrenia

partisipan membawanya kembali ke RSJ.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

56

1.1.9. Perasaan saat anggota keluarga didiagnosa skizofrenia

No. Baris Kata Kunci

(W1)

299-304

379-380

396-399

Menyesal karena tidak dapat mengendalikan emosi

negatifnya dalam menghadapi perilaku ODS.

Dapat memahami emosi yang dialami orang lain.

Mulai menerima keadaan anaknya sebagai ODS.

Ada perasaan menyesal pada diri partisipan ketika dirinya tidak

mampu mengendalikan emosi dan kini partisipan mulai menerima

keadaan anaknya sebagai ODS.

1.1.10. Upaya meningkatkan kemampuan diri untuk menyelesaikan

masalah

No. Baris Kata Kunci

(W1)

435-438

438-453

456-459

459-466

(W2)

174-178

Kesadaran untuk merawat ODS dengan baik dan berharap

dapat mendedikasikan diri pada masalah gangguan jiwa.

Harapan bersambut baik dengan dibentuknya komunitas

caregiver ODS.

Aktif dalam kegiatan komunitas caregiver ODS.

Berharap bisa memberikan yang terbaik untuk ODS

lainnya.

Melakukan kegiatan positif untuk membantu penyembuhan

ODGJ lainnya.

Setelah anaknya keluar dari RSJ, partisipan berusaha mengembangkan

sikap positif dalam dirinya dan mendedikasikan diri untuk masalah

kejiwaan lewat komunitas caregiver ODS.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

57

1.1.11. Hambatan yang muncul saat mendampingi anggota

keluarga ODS

No. Baris Kata Kunci

(W1)

491-497

509-513

534-535

Anak keduanya yang belum dapat menerima ODS apa

adanya dan menimbulkan reaksi negatif.

Stuck ketika ODS tidak memberi atensi pada nasehat

partisipan.

Menginginkan perilaku ODS seperti yang partisipan

inginkan.

Muncul kendala saat mendampingi ODS baik eksternal maupun

internal.

1.1.12. Cara menghadapi hambatan yang mucul

No. Baris Kata Kunci

(W1)

497-499

503-506

548-552

Berkonsultasi dengan psikolog.

Memberi pengertian pada anak keduanya agar dapat

menerima ODS apa adanya.

Tidak memberi target apapun terhadap perilaku ODS.

Meningkatkan sikap positif dan menerima ODS apa adanya agar

keadaan ODS membaik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

58

1.1.13. Perasaan mendampingi anggota keluarga ODS saat ini

No. Baris Kata Kunci

(W1)

477-479

554-558

562-563

563-568

Senang ODS memiliki kesadaran akan minum obat.

Senang ketika ODS menunjukkan progress dalam hal

pendidikan.

Bersyukur karena keadaan anaknya lebih baik dibanding

ODGJ yang tidak dirawat.

Lebih memiliki rasa empati pada ODS lainnya.

Partisipan merasa senang dan bersyukur dengan keadaan ODS senang

yang semakin membaik, selain itu partisipan lebih berempati pada

ODS lainnya.

1.1.14. Hal yang membangkitkan semangat untuk bertahan

mendampingi ODS

No. Baris Kata Kunci

(W1)

536-538

561-562

Partisipan mendapat inspirasi karena seringnya pertemuan

sesama caregiver ODS.

Pertemuan dengan sesama caregiver ODS membangkitkan

semangat partisipan.

Adanya komunitas caregiver ODS membuat partisipan mendapat

inspirasi dan semangat mendampingi ODS.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

59

1.1.15. Proses pencapaian kenyamanan diri

No. Baris Kata Kunci

(W2)

174-180

197-205

274-280

289-295

323-326

329-334

345-347

357-364

366-371

391-392

406-409

Melakukan hal yang bermanfaat untuk ODS lainnya.

Memotivasi keluarga agar menerima ODS apa adanya.

Menerima keadaan diri apa adanya.

Memandang masalah sebagai tantangan bukan hambatan.

Mencapai keberhasilan menyelesaikan masalah.

Keyakinan untuk bangkit dari keadaan yang tidak nyaman.

Memberi motivasi untuk menumbuhkan kesadaran orang

lain akan gangguan jiwa.

Tidak malu membagi pengalaman mendampingi ODS.

Menerima diri apa adanya dan meningkatkan hal positif

dalam diri.

Bermanfaat untuk orang lain.

Nyaman dengan keadaannya kini.

Dengan dukungan dari sesama anggota komunitas dan usahanya untuk

meningkatkan hal positif dalam dirinya, partisipan kini mampu

menerima ODS apa adanya dan mencapai kenyamanan diri dalam

mendampingi ODS.

1.2 Analisis Naratif

1.2.1 Awal (Latar Belakang)

Pada awalnya, partisipan menyadari perubahan sikap

anaknya, namun tidak memiliki pengetahuan tentang skizofrenia,

yang partisipan ketahui, perubahan sikap anaknya diakibatkan

karena pengaruh kerasukan yang dialami. Perubahan sikap anaknya

yang tidak disertai dengan pengetahuan mengakibatkan partisipan

menanggapi dengan emosi negatif, yaitu dengan cara marah,

memukul, hingga melaporkan anaknya ke kantor polisi karena sikap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

60

anaknya telah dianggap sebagai tindak kriminal. Menyadari sikapnya

tidak memberikan pengaruh yang baik kepada anaknya, partisipan

akhirnya berinisiatif untuk membawa anaknya ke rumah sakit jiwa.

Setelah melewati serangkaian pemeriksaan, anak partisipan

didiagnosa mengalami disfungsi emosi dan depresi sehingga harus

menjalani rawat inap di rumah sakit jiwa. Mengatahui hal tersebut,

partisipan merasa terpukul, sedih, khawatir jika anaknya

mendapatkan perlakuan yang tidak baik, serta perasaan yang tidak

nyaman.

1.2.2 Tengah (Perjuangan Konflik)

Setelah menjalani perawatan di rumah sakit jiwa, partisipan

merasa berat menerima keadaan anaknya, karena dianggap berbeda

dari sebelum anaknya mengalami sakit. Dampak lainnya ialah

pandangan negatif masyarakat sekitar terhadap keluarga partisipan,

hal ini membuat partisipan merasa sedih dan terbebani hingga

partisipan memutuskan untuk pindah ke lingkungan rumah yang

baru untuk menghindari reaksi negatif masyarakat. Perilaku anaknya

yang belum stabil membuat partisipan kembali salah bertindak,

emosi negatif yang diekpresikan dengan kekerasan fisik dan verbal

kemudian memperburuk kondisi anaknya. Partisipan kemudian

mengambil tindakan untuk membawa anaknya kepada psikolog.

Setelah melalui psikotes dan wawancara, hasilnya menunjukkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

61

bahwa anaknya mengalami gangguan jiwa berat yaitu skizofrenia

dan harus di bawa kembali ke rumah sakit jiwa. Setelah menjalani

rawat inap di rumah sakit jiwa, keadaan anaknya sebagai ODS

mengalami peningkatan dan membaik. Namun, di saat yang

bersamaan perasaan partisipan merasa sedih dan khawatir akan masa

depan anaknya. Selain itu, anak kedua partisipan atau adik dari ODS

tersebut belum mampu menerima keadaan kakaknya yang sudah

berbeda dari sebelum sakit, hal itu menyebabkan hubungan kedua

anaknya semakin tidak baik. Partisipan kemudian mengambil jalan

tengah untuk membawa anak keduanya kepada psikolog dan

diberikan pengetahuan tentang keadaan kakaknya sehingga lambat

laun dirinya mampu menerima.

1.2.3 Akhir (Pencapaian Hasil)

Pengalaman yang sudah terlewati oleh partisipan membuat

partisipan menyadari bahwa ODS harus diperlakukan dengan tepat

dan baik agar kondisinya stabil. Dari kejadian itu, partisipan

memutuskan untuk mendampingi anaknya sebagai ODS dengan

optimal, memberikan edukasi pada anaknya akan pentingnya

minum obat, dan memberikan motivasi kepada anaknya agar

dirinya mampu melanjutkan pendidikan di bangku kuliah namun

partisipan tidak memberikan target pada anaknya. Selain itu,

partisipan berusaha meningkatkan aspek positif di dalam dirinya

dengan cara bergabung dengan komunitas caregiver di bawah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

62

naungan rumah sakit jiwa tempat anaknya dirawat sehingga

partisipan mampu mengembangkan pikiran untuk selalu bersikap

positif terhadap masalah gangguan jiwa. Dari hal tersebut,

partisipan kemudian berhasil mencapai kenyamanan dirinya yang

diwujudkan dengan cara mendedikasikan diri pada masalah

gangguan kejiwaan dan membantu memberi jalan keluarga yang

memiliki masalah serupa dengan dirinya dan tidak mampu secara

finansial untuk memberikan pengobatan pada anggota keluarganya

atau tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang gangguan

jiwa. Saat ini, partisipan telah mencapai keberhasilannya sebagai

caregiver ODS serta tidak memiliki rasa malu lagi untuk

membagikan pengalamannya ketika diminta untuk mengisi sebuah

acara yang berhubungan dengan gangguan jiwa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

63

Skema 2. Proses pencapaian resiliensi pada partisipan 1

Menyadari perubahan

sikap anggota keluarga

namun tidak memiliki

pemahaman tentang

skizofrenia

hhhhh Menyadari perubahan

perilaku anggota keluarga

enyad

Muncul perasaan negatif

dan ditanggapi dengan

ekspresi emosi tinggi

(marah, memukul,

melaporkan pada polisi)

Membawa ke RSJ untuk

mencari tahu penyebab

perubahan perilaku mn

Diagnosa sementara

adalah disfungsi emosi /

depresi dan harus

menjalani perawatan di

rumah sakit jiwa

n

Muncul perasaan

negatif (sedih,

khawatir, tidak

nyaman)

Merasa berat menerima

keadaan anaknya dan

mendapat pandangan

negatif dari tetangga

Menghindari

pandangan negatif

(pindah rumah)

Menanggapi emosi

negatif yang

diekspresikan

dengan kekerasan

fisik dan verbal

Memperburuk

keadaan ODS

(relapse)

Membawa anaknya

kepada psikolog

Hasil psikotes dan

wawancara

menunjukkan indikasi

skizofrenia

Membawa ke RSJ

kembali

Muncul hambatan

baik internal

maupun eksternal

Meningkatkan

aspek positif di

dalam diri

1. Mendampingi ODS dengan lebih optimal.

2. Bergabung dengan komunitas caregiver

ODS

3.Mendedikasikan diri untuk masalah

gangguanjiwa

Mencapai kenyamanan diri dan

berhasil mencapai kesuksesan

dalam mendampingi ODS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

64

2. Partisipan 2

2.1 Kategorisasi Data

Keterangan : W1 (Wawancara 1)

W2 (Wawancara 2)

2.1.1. Awal ketika anggota keluarga mulai menujukkan perilaku aneh

(gejala skizofrenia)

No. Baris Kata Kunci

(W1)

15-19

(W2)

3-5

Bingung tentang penyakit apa yang menimpa istrinya

hingga berperilaku tidak wajar.

Bingung, susah, sedih saat perilaku istrinya mulai

berubah.

Ketidakpahaman partisipan pada skizofrenia membuat partisipan

bingung dan sedih karena istrinya mulai berperilaku tidak wajar.

2.1.2. Perasaan saat anggota keluarga menunjukkan perilaku yang aneh

No. Baris Kata Kunci

(W1)

12-14

16-19

28-33

Sedih karena istrinya berperilaku tidak wajar.

Sedih dan tidak menyangka karena harapan akan

pernikahannya tidak sesuai dengan kenyataannya.

Tidak dapat menerima keadaan karena masih awam tentang

skizofrenia.

Tidak dapat menerima keadaan istrinya yang dianggap tidak wajar serta

mengalami ketidakpuasan dalam pernikahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

65

2.1.3. Reaksi atas perasaan saat anggota keluarga menunjukkan perilaku

yang aneh

No. Baris

Kata Kunci

(W1)

34

34-37

37-39

40-45

45-46

(W2)

45-50

Pasrah dengan keadaan.

Mengusahakan penyembuhan.

Tabah dan menjalankan tanggung jawab dengan baik.

Berusaha tenang dan berfikir positif dalam keadaan yang

tidak mudah.

Bersikap peduli terhadap istri.

Berpedoman pada agama dan bertanggung jawab sebagai

suami.

Partisipan berusaha mengembangkan sikap positif dalam dirinya

walaupun dalam keadaan yang tidak mudah.

2.1.4. Cara mengidentifikasi penyebab masalah

No. Baris

Kata Kunci

(W1)

10-12

120-135

Membawa ke Rumah Sakit Umum.

Mengusahakan berbagai pengobatan dengan harapan cepat

sembuh

Mencari segala macam pengobatan dengan harapan cepat sembuh,

akhirnya dibawa ke RS Umum untuk diperiksa secara medis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

66

2.1.5. Perasaan setelah anggota keluarga mendapat perawatan secara

medis

No.Baris Kata Kunci

(W1)

48-50

54-58

Shock karena ekonomi menjadi tidak stabil.

Tidak kuat karena beban ekonomi semakin banyak.

Partisipan tidak kuat karena beban ekonomi yang semakin banyak dan

menyebabkan perekonomiannya tidak stabil.

2.1.6. Perasaan saat mendampingi anggota keluarga ODS

No. Baris Kata Kunci

(W1)

229-235

458-463

(W2)

16-17

27-29

120-121

Dilema pada masa depan partisipan yang membutuhkan

seorang pendamping.

Perasaan down ketika istrinya (ODS) kambuh.

Merasa ikhlas merawat istrinya.

Lelah dengan rutinitas merawat istri sebagai ODS.

Muncul perasaan jenuh merawat istri sebagai ODS.

Perasaan partisipan didominasi oleh perasaan negatif saat awal

mendampingi istrinya sebagai ODS.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

67

2.1.7. Reaksi atas perasaan yang muncul saat mendampingi anggota

keluarga ODS

No.

Baris

Kata Kunci

(W1)

32-35

206-209

(W2)

123-125

Berusaha menenangkan diri ketika lelah merawat ODS.

Berusaha mengembangkan sikap empati dan peduli.

Menyadari bahwa partisipan memiliki tanggung jawab

pada keluarga terutama istrinya.

Partisipan mengembangkan cara positif untuk meregulasi emosi yang

muncul di dalam dirinya.

2.1.8. Upaya menentukan pengobatan

No.

Baris

Kata Kunci

(W1)

146-150

Membawa ke RSJ karena istri melakukan percobaan bunuh

diri.

Perilaku istri yang mulai membahayakan dirinya membuat partisipan

memutuskan untuk membawa ke Rumah Sakit Jiwa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

68

2.1.9. Perasaan saat anggota keluarga didiagnosa skizofrenia

No.

Baris

Kata Kunci

(W1)

71-73

Tidak menyangka dan kaget ketika istrinya didiagnosa

skizofrenia.

Partisipan merasa terkejut dan tidak menyangka ketika istrinya

didiagnosa skizofrenia

2.1.10. Upaya meningkatkan kemampuan diri untuk menyelesaikan

masalah.

No.

Baris

Kata Kunci

(W1)

181-185

(W2)

90-97

99-103

106-108

108-113

Kesadaran bahwa istrinya (ODS) harus dipedulikan.

Belajar memahami tanda-tanda emosional dan psikologis

istri (ODS)

Berusaha memberi perhatian dalam kondisi terburuk

istrinya (ODS).

Memberikan kegiatan bermanfaat untuk istrinya (ODS).

Berusaha memberikan kondisi yang kondusif agar kondisi

istri membaik.

Partisipan mentingkatkan kesadaran dan sikap yang positif untuk

menerima dan mendampingi ODS dengan optimal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

69

2.1.11. Hambatan yang muncul saat mendampingi anggota

keluarga ODS

No.

Baris

Kata Kunci

(W1)

280-287

287-295

(W2)

19-24

Respon mertua partisipan yang belum dapat menerima

keadaan istri partisipan sebagi ODS.

Mertua yang terkesan menyalahkan partisipan atas

kejadian yang menimpa istrinya.

Respon keluarga istri (ODS) yang kurang baik pada

partisipan.

Partisipan mengalami hambatan eksternal dalam mendampingi ODS.

2.1.12. Cara menghadapi hambatan yang mucul saat mendampingi

anggota keluarga ODS

No.

Baris

Kata Kunci

(W1)

32-35

(W2)

123-125

139-145

Berusaha menenangkan diri ketika lelah merawat ODS.

Selalu menyadari bahwa dirinya memiliki tanggung jawab.

Melakukan kegiatan yang bermanfaat agar tidak terfokus

pada bebannya sebagai caregiver.

Partisipan meningkatkan sikap positif dalam dirinya untuk menghadapi

hambatan yang dialaminya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

70

2.1.13. Perasaan mendampingi anggota keluarga ODS saat ini

No.

Baris

Kata Kunci

(W1)

16-17

238-240

395-404

565-568

Merasa ikhlas merawat ODS.

Khawatir jika di hari tuanya tidak memiliki pendamping.

Tenang karena masyarakat tidak memberikan pandangan

negatif terhadap diri dan keluarga partisipan.

Senang karena dapat bermanfaat untuk orang lain.

Saat ini partisipan merasa ikhas merawat istrinya, namun ada

kekhawatiran pada dirinya jika suatu hari tidak memiliki pendamping.

2.1.14. Hal yang membangkitkan semangat untuk bertahan

mendampingi ODS

No.

Baris

Kata Kunci

(W1)

380-392

(W2)

78-87

Harapan yang besar terhadap masa depan anak-anaknya.

Termotivasi dari nasehat orang tua dahulu sehingga

partisipan yakin akan masa depan yang lebih baik.

Partisipan memiliki harapan dan keyakinan pada masa depan yang

lebih baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

71

2.1.15. Proses pencapaian kenyamanan diri

No.

Baris

Kata Kunci

(W1)

519-525

529-535

554-558

(W2)

147-148

151-156

Meningkatkan aspek positif dalam dirinya.

Memotivasi keluarganya agar dapat memahami ODS.

Membagikan pengalamannya kepada orang lain agar

menjadi manfaat.

Memandang masalah sebagai cobaan.

Menganggap masalah bukan sebagai beban, namun

tantangan yang harus diselesaikan.

Partisipan memandang masalah sebagai tantangan yang harus

diselesaikan sehingga dirinya meningkatkan aspek positif dalam

dirinya.

2.2 Analisis Naratif

2.2.1 Awal (Latar Belakang)

Pada awalnya, partisipan menyadari perubahan sikap

istrinya namun tidak mengetahui bahwa hal tersebut adalah

skizofrenia. Hal tersebut menimbulkan perasaan sedih dan hancur

karena harapan pada pernikahannya tidak sesuai dengan kenyataan

yang diterima. Dibalik perasaan sedih tersebut, partisipan

mengusahakan kesembuhan untuk istrinya, dari usaha secara

alternatif hingga medis, yaitu dengan membawa istrinya berobat di

rumah sakit umum. Biaya yang tidak sedikit untuk usaha

penyembuhan istrinya menyebabkan partisipan merasa sedih karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

72

beban ekonomi yang semakin berat. Namun, partisipan tidak patah

semangat dan terus berusaha agar kebutuhan anak-anak dan biaya

pengobatan istrinya dapat terpenuhi. Kondisi istrinya yang belum

menunjukkan peningkatan membuat partisipan berinisiatif membawa

istrinya ke rumah sakit jiwa.

2.2.2 Tengah (Perjuangan Konflik)

Tanggung jawab yang semakin berat, membuat partisipan

merasakan lelah dan jenuh. Namun, pada saat partisipan merasakan

emosi negatif dirinya berusaha menenangkan diri serta menyadari

akan tanggung jawabnya sebagai seorang suami dan ayah. Perilaku

istrinya yang tidak stabil, mendorong partisipan untuk membawanya

ke rumah sakit jiwa, setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan, istri

partisipan didiagnosa mengidap gangguan jiwa berat, yaitu

skizofrenia. Pada saat itu partisipan merasa kaget dan tidak

menyangka perihal keadaan istrinya, namun kembali partisipan

menyadari bahwa hal tersebut merupakan tanggung jawab yang

harus dijalani. Mengetahui hal yang sebenarnya terjadi pada istrinya,

partisipan berusaha memberikan perhatian dan lingkungan yang

kondusif agar tidak memperburuk kondisi istrinya, selain itu

partisipan berusaha memandirikan istrinya dengan memberikan

kegiatan yang bermanfaat serta tidak memberikan target pada apa

yang dilakukan isrinya. Namun, usaha partisipan dalam

mendampingi tidak selalu berjalan mulus, reaksi keluarga dari istri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

73

yang terkesan menyalahkan partisipan atas apa yang menimpa

istrinya, membuat keluarga menyalahkan partisipan. Hal tersebut

membuat partisipan merasa sedih, namun tidak mengahalangi

partisipan untuk bertanggung jawab pada kesembuhan istrinya. Alih-

alih merespon dengan emosi negatif, partisipan lebih memilih

menenangkan diri dan melakukan kegiatan yang lebih positif untuk

mengalihkan emosi negatifnya.

2.2.3 Akhir (Pencapaian Hasil)

Hingga saat ini, partisipan telah mendampingi istrinya

sebagai ODS kurang lebih 20 tahun. Dalam kurun waktu tersebut,

partisipan merasa ikhlas merawat istrinya sebagai ODS, respon dan

dukungan masyarakat di lingkungan tempat partisipan tinggal

membuat partisipan merasa tidak sendiri. Dengan keadaan partisipan

kini, partisipan tidak merasa segan untuk membagikan

pengalamannya kepada orang lain, bahkan jika diminta menjadi

pembicara di dalam sebuah acara yang bersangkutan dengan

pengalamannya, partisipan akan melakukannya dengan senang hati.

Di samping itu, harapan yang besar pada masa depan anak-anaknya

serta dukungan penuh dari keluarga mampu membangkitkan

semangat partisipan dalam mendampingi istrinya sebagai ODS.

Dalam proses mencapai kenyamanan dirinya, partisipan berusaha

untuk meningkatkan empatinya pada ODS, mengelola emosi

negatifnya dengan lebih baik lagi, mampu mengendalikan dorongan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

74

dari dalam dirinya, serta oprimis pada masa depan yang lebih baik.

Dengan sikap yang ditampilkan oleh partisipan tersebut, dirinya

mampu memberikan motivasi kepada keluarga dan orang lain agar

dapat menghargai ODS. Di samping itu, partisipan memandang

masalah sebagai beban, namum tantangan yang harus dicari

solusinya agar dapat terlewati dengan baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

75

Skema 3. Proses Resiliensi pada Partisipan 2

Tidak memiliki

pemahaman tentang

skizofrenia

Menimbulkan

perasaan negatif

Mengusahakan segala

macam pengobatan

Muncul perasaan sedih

disebabkan karena beban

ekonomi yang bertambah

berat

Muncul perasaan

negatif selama

mendampingi ODS

Menanggapi dengan

perasaan yang lebih

positif untuk

meregulasi emosinya

Mengupayakan

pengobatan dengan

membawa ke RSJ

Muncul perasaan sedih

ketika istri didiagnosa

skizofrenia

Mengatasinya dengan cara

meningkatkan kesadaran dan

sikap positif untuk merawat ODS

dengan lebih optimal ODS

dengan optimal

Mengalami hambatan

ektsternal dalam proses

mendampingi

Meningkatkan sikap

positif dalam dirinya

1. Memandang masalah

sebagai tantangan yang harus

diselesaikan, bukan beban

yang harus dihindari.

2. Memotivasi keluarga agar

dapat menerima ODS apa

adanya.

3. Membagikan pengalaman

kepada masyarakat.

Mencapai kenyamanan

diri dan menjadi

individu yang resilien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

76

3. Partisipan 3

3.1 Kategorisasi Data

Keterangan : W1 (Wawancara 1)

W2 (Wawancara 2)

3.1.1 Awal ketika anggota keluarga mulai menujukkan perilaku aneh

(gejala skizofrenia)

No. Baris Kata Kunci

(W2)

3-6

Tidak memiliki pemahaman tentang skizofrenia

Awalnya partisipan tidak memiliki pemahaman tentang skizofrenia.

3.1.2. Perasaan saat anggota keluarga menunjukkan perilaku yang aneh

No. Baris Kata Kunci

(W1)

37-38

(W2)

6-7

Muncul perasaan malu dan tidak menentu.

Bingung pada hal yang dialami kakaknya hingga

menyebabkan perasaan malu.

Partisipan bingung tentang hal yang dialami kakaknya sehingga

menyebabkan dirinya merasa malu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

77

3.1.3. Reaksi atas perasaan saat anggota keluarga menunjukkan perilaku

yang aneh

No. Baris

Kata Kunci

(W1)

40-42

Muncul inisiatif untuk membawa ke Rumah Sakit.

Partisipan memiliki inisiatif untuk memberikan pengobatan pada

kakaknya.

3.1.4. Cara mengidentifikasi penyebab masalah

No. Baris

Kata Kunci

(W1)

8-11

23-24

Membawa ke Rumah Sakit Umum.

Membawa ke pengobatan alternatif.

Partisipan mengusahakan pengobatan untuk kakanya, dari alternatif

hingga membawa ke RSU.

3.1.5. Perasaan setelah anggota keluarga mendapat perawatan medis

No.Baris Kata Kunci

(W1)

27-31

Perasaan cukup tenang karena sikap kakaknya tenang dalam

pengaruh obat.

Partisipan cukup tenang karena obat yang diberikan dari RSU membuat

keadaan kakaknya tenang untuk sementara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

78

3.1.6. Perasaan saat mendampingi anggota keluarga ODS

No. Baris Kata Kunci

(W1)

14-20

(W2)

129-133

Muncul perasaan marah ketika ODS kambuh dan suasana

hati partisipan sedang tidak baik.

Perasaan jengkel ketika kondisi ODS terlalu berat dan

suasana hati partisipan sedang tidak baik.

Muncul perasaan negatif ketika suasana hati partisipan sedang tidak baik

dan kondisi ODS sedang kambuh.

3.1.7. Reaksi yang muncul saat mendampingi anggota keluarga ODS

No.

Baris

Kata Kunci

(W2)

138

140-145

Menanggapi dengan emosi.

Menyadari bahwa ODS sedang tidak baik sehingga dirinya

kemudian mengendalikan perilaku dan perasaan.

partisipan menanggapi dengan emosi, namun kemudian menyadari

kondisi ODS dan mulai mengendalikan perilaku dan perasaannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

79

3.1.8. Upaya menentukan pengobatan

No.

Baris

Kata Kunci

(W2)

18-20

46-52

Membawa ke Rumah sakit jiwa dan divonis skizofrenia

paranoid.

Membawa ke RSJ karena muncul gejala skizofrenia yang

tidak dapat dikendalikan.

Partisipan membawa kakaknya ke Rumah sakit jiwa guna

mengidentifikasi penyebab penyakit kakaknya lebih lanjut.

3.1.9. Perasaan saat anggota keluarga didiagnosa skizofrenia

No.

Baris

Kata Kunci

(W2)

56-60

72

76-78

80-82

Menerima kenyataan bahwa kakaknya mengidap

skizofrenia.

Perasaan khawatir ketika kakaknya dirawat di RSJ

Khawatir kakaknya diberi perlakuan tidak baik dari pihak

RSJ.

Menerima penjelasan dari pihak RSJ.

Muncul emosi negatif pada saat kakaknya harus dirawat di RSJ.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

80

3.1.10. Upaya meningkatkan kemampuan diri untuk menyelesaikan

masalah

No.

Baris

Kata Kunci

(W1)

84-85

86-90

94-96

100-106

137-142

Berusaha mengerti keadaan kakaknya.

Meluangkan waktu untuk memperhatikan pengobatan.

Bertanggung jawab pada pengobatan kakaknya (ODS).

Berusaha memberikan keterampilan pada kakaknya (ODS).

Berusaha ikhlas dan bertanggung jawan sebagai keluarga

serta menerima dengan apa adanya.

Mengembangkan sikap positif untuk menerima ODS apa adanya.

3.1.11. Hambatan yang muncul saat mendampingi anggota

keluarga ODS

No.

Baris

Kata Kunci

(W2)

84-90

110-111

Tidak memandang sebagai suatu hambatan, namun ODS

memerlukan perhatian dan kesabaran yang penuh.

Keinginan membuat ODS menjadi mandiri belum

terlaksana.

Tidak ada hambatan yang berarti bagi partisipan selama merawat,

hanya saja keinginan untuk membuat ODS menjadi mandiri belum

terlaksana.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

81

3.1.12. Cara menghadapi hambatan yang mucul

No.

Baris

Kata Kunci

(W1)

140-145

(W2)

112-114

Kembali menyadari bahwa perilaku ODS sedang

memburuk.

Mengusulkan kepada direktur RSJ untuk memfasilitasi

kegiatan positif untuk ODS.

Partisipan memiliki kesadaran penuh terhadap perilaku ODS, sehingga

dapat meregulasi emosi dengan baik serta berusaha memandirikan

ODS.

3.1.13. Perasaan mendampingi anggota keluarga ODS saat ini

No.

Baris

Kata Kunci

(W1)

109-110

128-129

Senang karena keadaan ODS mulai stabil.

Merasa sudah optimal dalam mendampingi ODS.

Partisipan merasa senang dan optimal dalam mendampini ODS hingga

keadaan ODS stabil.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

82

3.1.14. Hal yang membangkitkan semangat untuk bertahan

mendampingi ODS

No.

Baris

Kata Kunci

(W1)

151-157

Pertemuan dengan sesama caregiver membuat partisipan

mendapat manfaat yang positif.

Partisipan merasakan manfaat yang positif dari pendidikan keluarga

3.1.15. Proses pencapaian kenyamanan diri

No.

Baris

Kata Kunci

(W1)

144-146

149-157

Memandang masalah sebagai cerita hidup yang harus

dijalani.

Mengerahkan usaha-usaha untuk kesehatan ODS dan

kesehatan mental caregiver.

Partisipan memandang masalah sebagai cerita hidup yang harus

dijalani sehingga dirinya berusaha meningkatkan kemampuan positif

dalam dirinya.

3.2 Analisis Naratif

3.2.1. Awal (Latar Belakang)

Pada awalnya, partisipan tidak memiliki pemahaman

tentang skizofrenia sehingga partisipan merasa bingung dengan

perubahan sikap kakaknya yang dirasa tidak wajar. Sikap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

83

kakaknya yang kerap kali terlihat melamun dan tertawa seorang

diri menimbulkan perasaan malu dan tidak menentu dalam diri

partisipan. Keadaan kakaknya yang dirasa tidak wajar tersebut

menimbulkan inisiatif dalam diri partisipan untuk dibawa ke

Rumah Sakit guna mencari tahu penyebabnya. Partisipan

mengusahakan berbagai pengobatan alternatif hingga pada

akhirnya partisipan membawa kakaknya ke Rumah Sakit Umum.

Dalam proses pengobatan di Rumah Sakit Umum, partisipan

cukup merasa tenang karena obat yang diberikan membuat

kakaknya merasa tenang untuk sementara waktu karena

memberikan efek tidur. Pengobatan di Rumah Sakit Umum

tersebut sudah berjalan selama 15 tahun. Selama mendampingi

kakaknya, terkadang partisipan merasa kesal ketika kakaknya

menunjukkan perilaku yang tidak wajar disaat suasana hati

partisipan sedang tidak baik, hal ini menyebabkan partisipan

menanggapinya dengan emosi negatif. Namun, partisipan

memiliki kesadaran penuh tentang keadaan kakaknya sehingga

dirinya pun dapat mengendalikan perilaku dan perasaannya.

3.2.2. Tengah (Perjuangan Konflik)

Keadaan kakaknya yang sudah tidak dapat ditolerir

membuat partisipan kemudian membawanya ke Rumah Sakit

Jiwa. Setelah melewati pemeriksaan, kakak partisipan didiagnosa

skizofrenia paranoid dan harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

84

Mengetahui hal tersebut, partisipan merasa khawatir jika

kakaknya diberi perlakuan tidak baik dari pihak rumah sakit (red:

diikat, dll). Namun penjelasan yang diberikan oleh dokter

membuat partisipan mampu menerima kenyataan tentang

penyakit yang diderita kakaknya. Rasa empati dan tanggung

jawab sebagai saudara kandung membuat partisipan merasa ikhlas

mendampingi dan merawat kakaknya. Partisipan berusaha untuk

meningkatkan hal positif dalam dirinya dan berusaha memahami

keadaan kakaknya sebagai ODS serta meluangkan banyak

waktunya untuk memperhatikan pengobatan dan merawat ODS.

Partisipan juga berusaha untuk memberikan keterampilan yang

positif dengan harapan ODS bisa mandiri dan produktif. Namun

hal tersebut ternyata tidak mudah, keinginan untuk memfasilitasi

ODS untuk mandiri ternyata belum dapat terlaksana karena

keterbatasan partisipan, oleh karena itu dirinya berusaha

mengusulkan kepada direktur RSJ untuk memberi wadah pada

para ODS dan ODGJ agar mampu produktif dan mandiri. Namun

harapannya belum dapat terealisasi hingga saat ini.

3.2.3. Akhir (Pencapaian Hasil)

Saat ini, partisipan sudah mendampingi kakaknya sebagai

ODS selama kurang lebih 17 tahun. Dalam waktu yang tidak

sebentar itu, partisipan merasa ikhlas merawat karena menyadari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

85

bahwa kakaknya membutuhkan pendampingan, di samping itu

juga karena tanggung jawabnya sebagai saudara kandung.

Partisipan juga menerima keadaan kakaknya sebagai ODS dengan

apa adanya. Saat ini, partisipan merasa tenang karena keadaan

kakaknya sebagai ODS mulai membaik dan dirinya pun merasa

sudah memberikan pendampingan dan perawatan secara optimal.

Pertemuan dengan sesama caregiver di rumah sakit jiwa membuat

partisipan merasa tidak sendiri, selain itu partisipan juga

merasakan hal positif ketika bertukar pikiran dengan sesama

caregiver. Masalah yang menimpa parisipan dan keluarganya

tersebut, dipandang partisipan sebagai cerita hidup yang harus

dijalani, bukan sebagai beban yang harus dihindari. Saat ini,

partisipan lebih fokus untuk mengerahkan usaha agar

pendampingannya pada ODS lebih optimal dan kesehatan

mentalnya tetap terjaga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

86

Skema 4. Proses Resiliensi pada Partisipan 3

Menyadari perubahan

sikap kakaknya namun

tidak memahami tentang

skizofrenia

Menimbulkan perasaan

bingung dan malu dan

malu

Berinisiatif untuk

memberikan

pengobatan

Mengusahakan berbagai

pengobatan sebelum pada

akhirnya membawa ke RS

Umum

Menimbulkan perasaan

negatif (sedih, bingung).

Membawa ke RSJ dan

didiagnosa skizofrenia

paranoid.

Menerima kenyataan

bahwa kakaknya

sizofrenia

Mengembangkan sikap

positif dalam dirinya

Memiliki kendala dalam

mendampingi ODS

Mengatasinya dengan

sikap yang lebih

positifdan optimis

1. Memandang masalah

sebagai cobaan hidup

yang harus diterima dan

dihadapi.

2. Bergabung pada

komunitas caregiver

ODS

3. Merasa nyaman

terhadap diri.

4. Menerima ODS

sepenuhnya

Mencapai resiliensi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

87

4. Proses member checking pada partisipan

Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dibuat oleh

peneliti, peneliti kembali menemui para partisipan untuk

memastikan bahwa data yang diperoleh sudah sesuai dengan yang

dimaksud oleh partisipan.

Partisipan 1 mengoreksi kesimpulan datanya. Partisipan 1

mengatakan bahwa hasil analisis yang ditulis oleh penulis sudah

sesuai dengan yang dimaksud oleh partisipan 1. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak ada data yang diubah pada kesimpulan

partisipan 1. Berbeda dengan partisipan 2, dirinya mengoreksi

tentang penekanan data. Penulis menulis mengenai respon mertua

partisipan 2 yang tidak dapat menerima keadaan anaknya sebagai

ODS, namun partisipan 2 menganggap hal itu sebagai sikap

menyalahkan partisipan atas yang terjadi pada istrinya. Sama

halnya dengan partisipan 3, dirinya mengoreksi tentang data yang

telah dituliskan oleh penulis. Awalnya penulis menuliskan tentang

emosi negatif yang dirasakan partisipan 3 saat mendampingi

kakaknya sebagai ODS. Namun partisipan 3 menekankan bahwa

emosi negatif dan sikap marah yang ditunjukkan partisipan 3 hanya

pada saat suasana hatinya sedang tidak baik dan berbenturan

dengan keadaan ODS yang kambuh, sehingga menyebabkan emosi

negatif. Selebihnya, partisipan 3 memiliki kesadaran penuh bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

88

keadaan kakaknya sebagai ODS memang butuh dipahami secara

ekstra.

5. Analisis Naratif Ketiga Partisipan

5.1 Cerita awal (Latar Belakang)

Pada awalnya, ketiga partisipan tidak memahami bahwa

anggota keluarganya menderita skizofrenia. (P1.B3-5, P2.B15-

19, P3.B3-6). Ketidak pahaman ketiga partisipan tersebut

menimbulkan perasaan negatif saat menghadapi perubahan

perilaku anggota keluarga yang dianggap tidak wajar (P1.B69-

71, P2.12-14, P3.B37-38). Perasaan negatif yang dirasakan

oleh ketiga partisipan menimbulkan dua reaksi yang berbeda,

partisipan 1 cenderung menanggapi perubahan sikap anggota

keluarganya dengan menampakkan emosi negatifnya yaitu

marah (P1.B81-82), sedangkan partisipan 2 dan 3

menanggapinya dengan reaksi yang lebih tenang yaitu dengan

mengusahakan penyembuhan untuk anggota keluarganya

(P2.B34-37, P3.B40-42). Dalam mengidentifikasi penyebab

masalah yang dialami oleh anggota keluarganya, ketiga

partisipan tersebut memiliki dua respon yang berbeda,

partisipan 1 langsung membawa anggota keluarganya ke

Rumah Sakit Jiwa guna mengetahui penyebab penyakitnya

lebih lanjut (P1.B 108-113), sedangkan partisipan 2 dan 3

mengusahakan berbagai alternatif kesembuhan sebelum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

89

akhirnya membawa anggota keluarganya ke Rumah Sakit

Umum (P2.B10-12, P3.B8-11). Setelah mengusahakan

pengobatan secara medis, partisipan 1 dan 2 cenderung

memiliki perasaan negatif, seperti khawatir, sedih dan

merasakan beban yang semakin berat (P1.B158-159, P2.B48-

50), berbeda dengan partisipan 3, dirinya memiliki perasaan

yang lebih tenang karena melihat perilaku anggota keluarga

yang cukup tenang dalam pengaruh obat (P3.B27-31). Dalam

proses pendampingan pada anggota keluarganya, ketiga

partisipan memiliki emosi yang cenderung negatif, seperti

marah, jenuh, lelah fisik, dan lelah psikis (P1.B24-31,

P2.B120-121, P3.B129-133). Perasaan negatif yang dialami

oleh ketiga partisipan pun direspon secara berbeda, yaitu

dengan reaksi positif dan negatif. Partisipan 1 merespon

perasaan negatifnya dengan emosi negatif yang berujung pada

kekerasan fisik dan verbal pada anggota keluarga dengan

skizofrenia (P1.B244-248), berbeda dengan partisipan 2 dan 3,

kedua partisipan ini merespon emosi negatif dengan lebih

tenang dengan berusaha menenangkan diri dan meningkatkan

kesadaran akan tanggung jawab mereka sebagai pendamping

ODS (P2.32-35, P3.B140-145). Dalam menentukan

pengobatan selanjutnya, ketiga partisipan memiliki usaha yang

sama, yaitu membawa keluarga mereka ke Rumah Sakit Jiwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

90

guna mendapatkan kesembuhan (P1.B330-331, P2.B146-150,

P3.B18-20).

5.2 Perjuangan dalam Menyelesaikan Konflik

Pada saat anggota keluarga didiagnosa skizofrenia,

partisipan 1 dan 3 cenderung mulai menerima keadaan anggota

keluarganya sebagai ODS (P1.B396-399, P3.B56-60), namun

pada partisipan 3 muncul perasaan cemas ketika anggota

keluarganya mulai dirawat di Rumah Sakit Jiwa (P3.B72),

berbeda dengan partisipan 2, dirinya tidak menyangka jika

salah satu anggota keluarganya menderita skiofrenia (P2.B71-

73). Dalam upaya menyelesaikan masalah tersebut, ketiga

partisipan berusaha untuk mengembangkan aspek positif dalam

diri mereka melalui berbagai cara. Partisipan 1

mengembangkan sikap positifnya lewat keaktifannya dalam

kegiatan komunitas caregiver ODS, partisipan 2 dan 3

berusaha memberikan kegiatan positif untuk anggota keluarga

mereka sebagai ODS (P1.B456-459, P2.B106-108, P3.B100-

106). Dalam proses pendampingan anggota keluarga ODS,

ketiga partisipan menghadapi hambatan baik internal maupun

eksternal (P1.B491-497, P2.B280-287, P3.B110-111). Namun,

ketiga partisipan meningkatkan sikap positif dalam dirinya

untuk menghadapi hambatan-hambatan tersebut sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

91

dapat mendampingi anggota keluarga ODS dengan optimal

(P1.B503-506, P2.B123-125, P3.B140-145).

5.3 Pencapaian Hasil

Saat ini ketiga partisipan merasa senang karena kondisi

anggota keluarga mereka sebagai ODS mulai membaik

(P1.B554-558, P2.B238-240, P3.109-110), namun di tengah

perasaan senangnya, tersirat keinginan atau kebutuhan pada

partisipan 2 yang membutuhkan pendamping di hari tuanya

kelak (P2.B16-17). Dalam proses pendampingan pada anggota

keluarga ODS, ketiga pasrtisipan memiliki motivasi untuk

dirinya sendiri agar tetap semangat menajalankan perannya

sebagai caregiver. Partisipan 1 dan 3 termotivasi dan lebih

bersemangat ketika berkumpul dengan sesama caregiver ODS

karena mendapatkan inspirasi dari sharing yang dilakukan

sesama anggota komunitas, serta mendapat manfaat yang

positif untuk kesehatan mentalnya sebagai pendamping ODS

(P1.B561-562, P3.B151-157), berbeda dengan partisipan 2,

dirinya merasa bersemangat untuk mendampingi anggota

keluarga ODS karena termotivasi dari nasehat orang tuanya

sehingga partisipan yakin akan masa depan yang lebih baik

(P2.B78-87). Dalam proses untuk mencapai kenyamanan diri,

ketiga partisipan memandang masalah sebagai tantangan yang

harus dihadapi, bukan sebagai hambatan yang harus dihindari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

92

(P1.B278-280, P2.151-156, P3.B144-146). Partisipan 1 dan 2

mampu memotivasi keluarganya agar dapat menerima keadaan

ODS dengan apa adanya, selain itu mereka juga tidak segan

lagi untuk membagikan pengalamannya sebagai pendamping

ODS (P1.345-347, P2.B554-558), sedangkan partisipan 3

cenderung meningkatkan kemampuan dirinya untuk

mengusahakan pengobatan pada anggota keluarga ODS

dengan harapan anggota keluarganya mampu sehat secara

mental dan mandiri (P3.B149-157).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

93

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

94

6. Kesimpulan Hasil Proses Pencapaian Resiliensi pada Caregiver

ODS

Ketiga partisipan menyadari perubahan sikap pada anggota

keluarganya, namun ketiganya tidak menyadari bahwa hal tersebut

adalah skizofrenia. Perubahan sikap anggota keluarganya tersebut

menimbulkan beban, meliputi beban psikologis, fisik, sosial dan

ekonomi. Beban tersebut menimbulkan dua reaksi berbeda pada

partisipan, yaitu ekspresi emosi tinggi yang ditunjukkan dengan

marah, kekerasan fisik dan verbal yang berakibat pada

meningkatnya gejala positif maupun negatif pada ODS, sedangkan

ekspresi emosi rendah yang ditunjukkan dengan menenangkan diri

ketika dihadapkan pada suatu masalah.

Ketika partisipan menyadari bahwa anggota keluarganya

menderita skizofrenia, ketiga partisipan berusaha meningkatkan

kualitas dirinya sebagai keluarga pendamping, yaitu dengan

memberikan pengobatan yang tepat, memberikan lingkungan dan

kondisi yang kondusif, berusaha memberikan kegiatan yang positif

untuk ODS dengan harapan agar ODS bisa mandiri dan produktif,

berusaha menurunkan ekspresi emosi saat keadaan ODS menurun.

Dengan demikian, partisipan menyadari bahwa menanggapi ODS

dengan ekspresi emosi yang rendah serta meningkatkan sikap

positif dalam diri caregiver, dapat membantu pemulihan ODS dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

95

memberikan kondisi yang lebih baik lagi serta lebih memiliki daya

dukung pada proses pencapaian resiliensi diri pada caregiver.

7. Pembahasan

Ketiga partisipan menyadari perubahan sikap anggota

keluarganya, namun ketiganya tidak mengetahui bahwa hal tersebut

merupakan gangguan jiwa yaitu skizofrenia. Ketidaktahuan

tersebut menimbulkan perasaan negatif pada ketiga partisipan,

seperti marah, malu, sedih, bingung harus berbuat apa, dan tidak

dapat menerima keadaan. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga

partisipan tidak dapat menahan diri dari perasaan negatif yang

muncul, menanggapi dengan marah, serta tidak dapat memberikan

respon yang tepat pada permasalahan yang sedang dihadapi.

(Reivich dan Shatte, 2002 dalam Ifdil dan Taufik, 2012).

Perasaan negatif yang dirasakan oleh ketiga partisipan

tersebut menimbulkan inisiatif yang sama, yaitu membawa anggota

keluarga ke Rumah Sakit untuk mencari tahu penyebab perubahan

perilaku keluarganya. Hal ini memiliki kesesuaian dengan salah

satu aspek resiliensi yaitu analisis kausal yang berarti berusaha

mencari tahu penyebab masalah sehingga dapat mencari cara untuk

mengatasinya (Reveich dan Shatte, 2002 dalam Ifdil dan Taufik,

2012). Kenyataan bahwa anggota keluarganya harus mendapatkan

perawatan secara medis, menimbulkan beban tersendiri bagi para

partisipan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

96

Partisipan 1 tidak dapat menerima kenyataan bahwa anaknya

harus dirawat di rumah sakit jiwa. Hal ini kemudian menimbulkan

perasaan sedih, khawatir, dan tidak nyaman. Reaksi ini

menunjukkan bahwa partisipan 1 tidak memilikin pengendalian

impuls yang baik, sehingga dirinya tidak mampu mengontrol

perasaan negatif yang muncul pada dirinya saat mengalami tekanan

atau keadaan yang tidak nyaman (Reivich dan Shatte, 2002 dalam

Ifdil dan Taufik, 2012). Selain itu, perilaku anaknya yang dirasa

tidak wajar kemudian memancing emosi negatif partisipan 1 yang

diekspresikan dengan kekerasan fisik dan verbal, hal ini

mengakibatkan kondisi anaknya memburuk. Perilaku yang

ditunjukkan partisipan 1 merupakan ciri dari penyimpangan

komunikasi dalam keluarga atau ekspresi emosi tinggi, yang

datandai dengan amarah, kritikan, serta mengekspresikan emosi

secara berlebihan. Hal ini menyebabkan kondisi ODS semakin

buruk (Hooley dan Hiller, 2000 dalam Nevid, Ratus, & Greene,

2003).

Efek lain dari mendampingi ODS adalah pandangan negatif

yang diberikan masyarakat kepada keluarga partisipan 1 yang

membuat tekanan pada dirinya semakin berat, hal ini membuat

partisipan merasa terbebani dan memutuskan untuk pindah rumah

ke lingkungan yang baru. Kejadian yang dialami oleh partisipan 1

erat kaitannya dengan perasaan negatif yang ditimbulkan dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

97

stigma masyarakat yang ditujukan pada ODS dan keluarganya,

sehingga tak jarang keluarga ODS kemudian menarik diri dari

lingkungan tersebut (Gitasari & Savira, 2015).

Berbeda dengan partisipan 2, pengobatan yang berlangsung

secara terus-menerus dan membutuhkan biaya yang besar,

menyebabkan perekonomian keluarganya tidak stabil, sehingga

menjadikan beban finansial bagi partisipan 2. Hal ini memiliki

kesesuaian dengan beban objektif yang dialami caregiver selama

proses pendampingan dan perawatan pada anggota keluarga yang

membutuhkan pertolongan, seperti beban ekonomi, sosial dan lain

sebagainya (Ambarsari dan Sari, 2012). Sedangkan partisipan 3

menanggapi dengan perasaan negatif saat kakaknya sebagai ODS

menunjukkan perilaku yang tidak wajar di saat suasana hati

partisipan 3 sedang tidak baik. Sesuai dengan pendapat Reivich dan

Shatte, 2002 (dalam Ifdil dan Taufik, 2012), bahwa partisipan 3

tidak memiliki regulasi emosi yang baik sehingga tidak mampu

mengontrol emosi dan perilakunya, serta tidak dapat

mengekspresikan emosi secara tepat saat dihadapkan pada suasana

yang tidak nyaman.

Ketiga partisipan memiliki perbedaan dalam merespon emosi

negatifnya. Hal ini disebabkan karena perbedaan karakteristik

antara partisipan satu dengan lainnya. Partisipan 1 dan 3 merespon

emosi negatifnya dengan ekspresi emosi yang tinggi, misalnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

98

marah atau dengan kekerasan fisik yang dapat memperburuk

kondisi ODS. Menurut Schoon, 2006 dalam Patilima, 2015, yang

dialami partisipan 1 dan 3 disebabkan karena dirinya belum mampu

mampu menginterpretasikan dorongan, keinginan, belum dapat

mengendalikan dirinya, serta memiliki rencana hidup yang

terorganisasi untuk mencapai masa depan yang lebih baik.

Sebaliknya, partisipan 2 menghadapi emosi negatifnya dengan

ekspresi emosi yang lebih rendah, hal ini disebabkan karena

partisipan 2 memahami kemampuan dirinya, mampu menahan

dorongan negatif yang muncul, mandiri dan optimis.

Keadaan anggota keluarga ketiga partisipan yang semakin

tidak wajar dan tidak dapat ditolerir, membuat ketiganya

melakukan pengobatan lanjutan dengan membawanya ke Rumah

Sakit Jiwa untuk pemeriksaan lebih lanjut. Hal ini memiliki

kesesuaian pada salah satu aspek yang membentuk resiliensi yaitu

analisis kausal, yang diartikan sebagai upaya untuk mengetahui

penyebab masalah dan mencari cara untuk mengatasi masalah

tersebut agar tidak mengulangi kesalahan yang sama sehingga

partisipan mampu bangkit dari kondisi yang tidak nyaman (Reivich

dan Shatte, 2002).

Serangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan,

menunjukkan bahwa anggota keluarga dari ketiga partisipan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

99

mengalami gangguan jiwa berat, yaitu skizofrenia. Skizofrenia

diartikan sebagai terpecahnya pikiran sehingga pendertita tidak

mampu membedakan antara halusinasi dan realita, sehingga

menyebabkan pikiran penderita tidak berhubungan secara logis,

mengalami gangguan afek, serta gangguan aktivitas motorik

(Nevid, Ratus, & Greene, 2003 ; Davidson, Neale, & Kring, 2006).

Diagnosa skizofrenia pada anggota keluarga membuat ketiga

partisipan merasa sedih, tidak menyangka dan timbul perasaan

negatif lainnya seperti khawatir. Respon tersebut menunjukkan

bahwa ketiga caregiver belum dapat menahan diri dari perasaan

negatif yang muncul saat mendampingi anggota keluarga ODS.

(Reivich dan Shatte, 2002 dalam Ifdil dan Taufik, 2012).

Menyadari akan kondisi ODS, ketiga partisipan berusaha

meningkatkan aspek positif di dalam dirinya. Seperti yang telah

dilakukan oleh partisipan 1, setelah anaknya menjalani perawatan

dan menunjukkan kondisi yang semakin membaik, partisipan 1

berusaha bersikap tenang serta meningkatkan kesadaran untuk

merawat dan mendampingi ODS. Hal ini memiliki kesesuaian

dengan keteranpilan bersikap tenang dan fokus dalam menghadapi

situasi yang tidak mudah. (Reivich dan Shatte, 2002 dalam Ifdil

dan Taufik, 2012). Sedangkan partisipan 2 dan partisipan 3, lebih

meningkatkan sikap empatinya yang ditunjukkan dengan

memahami kondisi ODS dengan memberikan perhatian,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

100

lingkungan yang nyaman serta kondusif agar tidak memperburuk

kondisi ODS. Sikap yang demikian menunjukkan bahwa partisipan

2 dan partisipan 3 memiliki sikap empati pada anggota keluarga

ODS, yaitu dengan memahami kondisi ODS dengan baik dan

berusaha memahami sesuatu yang ODS rasakan. Reivich dan

Shatte, 2002 dalam Ifdil dan Taufik, 2012).

Usaha peningkatan aspek positif di dalam diri ketiga

partisipan tidak serta merta berjalan mulus. Ketiga partisipan

mendapatkan hambatan yang berbeda. Usaha partisipan 1

terhambat karena terdapat anggota keluarga partisipan yang belum

dapat menerima keadaan anaknya sebagai ODS, sehingga hal

tersebut menjadi tugasnya untuk memberikan pengertian pada

anggota keluarganya. Selain itu, yang muncul perasaan sedih

ketika anaknya sebagai ODS tidak memberikan atensi pada nasehat

yang diberikan pasrtisipan 1.

Berbeda dengan partisipan 2, dirinya merasa niat baik untuk

memberikan pengobatan pada istrinya tidak mendapatkan respon

yang baik dari kedua orang tua istrinya, bahkan mertuanya tersebut

terkesan menyalahkan partisipan 2 atas apa yang terjadi pada

istrinya tersebut. Hal ini lah yang memicu munculnya perasaan

negatif dari partisipan 2 seperti sedih dan sakit hati. Hambatan lain

yang dirasakan oleh partisipan 3 ialah niatnya untuk memberikan

fasilitas pada kakaknya sebagai ODS agar mampu produktif dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

101

mandiri belum dapat terlaksana karena keterbatasan partisipan.

Hambatan tersebut termasuk pada beban objektif dan subjektif

yang dialami caregiver selama mendampingi ODS, meliputi

masalah ekonomi, sosial, serta emosi negatif yang muncul pada

caregiver seperti cemas, tidak puas dalam hidup dan merasa

terbebani. (Goodhead dan McDonald, 2007).

Hambatan yang menimbulkan beban pada ketiga partisipan,

tidak lagi direspon dengan emosi negatif. Ketiga partisipan

berusaha untuk mengatasi permasalahannya dengan sikap yang

lebih positif, seperti mengedukasi keluarga dan orang di sekitarnya

agar dapat menerima ODS dengan baik, mengalihkan perasaan

negatifnya dengan kegiatan yang lebih positif dan bermanfaat, serta

begrusaha untuk memfasilitasi ODS agar dapat produktif dan

mandiri. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Grotbeg, 1995

(dalam Dewi, Djoeanina, & Melisa, 2004) bahwa individu yang

resilien ialah individu yang mampu mengendallikan perasaan dan

dorongan yang muncul di dalam dirinya serta mampu

menyelesaikan masalah dengan bijak. Selain itu, individu resilien

juga memiliki rasa peduli pada sesama dan berani mengambil

keputusan sendiri.

Dalam menghadapi hambatan, partisipan 1 memilih untuk

mengandalikan semua keinginan di dalam dirinya, serta berusaha

memahami bahwa kondisi anaknya sebagai ODS tidak sama seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

102

sebelum sakit, sehingga partisipan 1 berusaha tidak memberikan

target pada segala yang dilakukan oleh ODS. Hal ini membuktikan

bahwa partisipan 1 memiliki pengendalian impuls yang baik,

dimana dirinya dapat mengendalikan perasaan, kesukaan dan

sesuatu yang membuatnya tidak nyaman sehingga dirinya mampu

memberikan respon yang tepat agar tidak memperburuk kondisi

ODS (Reivich dan Shatte, 2002 dalam Ifdil dan Taufik, 2012).

Berbeda dengan partisipan 2, walaupun dirinya merasa sedih

dan sakit hati atas perlakuan mertuanya yang terkesan

menyalahkan, namun partisipan 2 menanggapinya dengan sabar

dan tenang. Di saat perasaan negatif itu muncul, partisipan 2

memilih untuk menenangkan diri dan melakukan kegiatan yanng

positif untuk mengalihkan perasaan negatifnya tersebut. Menurut

Reivich dan Shatte, 2002 dalam Ifdil dan Taufik, 2012, sikap

partisipan 2 tersebut mencerminkan bahwa dirinya memiliki

regulasi emosi yang baik, sehingga dirinya mampu menggunakan

serangkaian keterampilannya untuk membantu mengontrol emosi,

atensi dan perilakunya di saat muncul perasaan negatif dalam

dirinya. Bahkan, partisipan 2 memiliki keyakinan pada

kesembuhan istrinya. Hal ini menandakan bahwa partisipan 2

memiliki harapan pada masa depan yang cemerlang dan percaya

bahwa segalanya dapat berubah menjadi lebih baik. (Reivich dan

Shatte, 2002 dalam Ifdil dan Taufik, 2012).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

103

Hambatan yang dialami oleh partisipan 3 membuat dirinya

berusaha mencari cara agar keinginannya untuk membuat ODS

mandiri dan produktif segera terwujud. Mengusulkan kepada

direktur rumah sakit jiwa agar diberi wadah dan keterampilan

untuk para ODS adalah salah satu usahanya untuk mewujudkan

keinginannya. Sikap ini menunjukka bahwa partisipan 3 memiliki

efikasi diri yang ditunjukkan dengan usaha untuk memecahkan

masalah dengan caranya sendiri secara efektif serta tidak mudah

menyerah saat dihadapkan pada kesulitan. (Reivich dan Shatte,

2002 dalam Ifdil dan Taufik, 2012).

Saat ini, ketiga partisipan merasa senang atas usaha yang

telah dilakukan dan membuahkan hasil yang baik. Hal ini

menandakan bahwa ketiga partisipan telah mencapai kesuksesan

dalam mendampingi dan berhasil menumbuhkan dimensi positif di

dalam diri masing-masing. (Reivich dan Shatte, 2002 dalam Ifdil

dan Taufik, 2012). Menurut Sarafino, 1994 (dalam Dewi,

Djoeanina, & Melisa, 2004), ciri individu yang telah resilien adalah

memiliki relasi sosial yang baik serta mampu bangkit dan

mengatasi permasalahan. Dukungan sosial dan dukungan antar

sesama caregiver inilah yang membuat partisipan 1 dan partisipan

2 merasa tidak sendiri serta lebih bersemangat dalam menghadapi

segala permasalahan. Sedangkan, partisipan 3 telah menerima

perannya sebagai caregiver untuk kakak kandungnya dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

104

ikhlas, serta menerima keadaan kakaknya tersebut dengan apa

adanya. Hal ini memiliki kesesuaian dengan teori Goodhead dan

McDonald (2007), yang mengatakan bahwa tidak selamanya

memberikan perawatan pada anggota keluarga ODS berdampak

negatif. Namun, penerimaan peran sebagai caregiver ODS dapat

memberikan dampak yang positif pada kelangsungan hubungan

antara caregiver dan recipient.

Menurut Reivich dan Shatte, 2002 (Dalam Ifdil dan Taufik,

2012), individu yang telah sampai pada tahap pencapaian,

memandang permasalahan yang sedang dihadapinya sebagai

tantangan yang harus dicari jalan keluarnya, bukan sebagai

ancaman yang harus dihindari. Hal inilah yang membuat para

partisipan dikatakan telah mencapai resiliensi diri. Dengan

pencapaiannya tersebut, partisipan 1 dan partisipan 2 memiliki

kesadaran akan tugasnya sebagai pendamping yang diwujudkan

dengan membagikan pengalaman mendampingi ODS pada

masyarakat, memberikan edukasi dan motivasi pada keluarga agar

dapat menerima ODS sepenuhnya. Hal ini merupakan kesadaran

caregiver akan tugas yang harus dilakukannya, salah satunya

adalah mengedukasi keluarga dan lingkungan agar dapat membantu

berkontribusi pada usaha pemulihan ODS. (Arksey, 2005 ; Colling

dan Seminuik, 1998 dalam Goodhead dan McDonald, 2007). Hal

ini pula yang membuat ketiga merasa nyaman pada dirinya sendiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

105

dan merasa telah mencapai kesuksesan. (Reivich dan Shatte, 2002

Dalam Ifdil dan Taufik, 2012)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

106

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis pada penelitian, dapat disimpulkan

bahwa tidak adanya pengetahuan yang cukup tentang gangguan jiwa

terutama skizofrenia memunculkan ekspresi emosi tinggi dan

membuat ketiga partisipan salah bereaksi. Vonis gangguan jiwa berat

atau skizofrenia yang diterima ketiga partisipan tanpa disertai dengan

pengetahuan yang cukup, memunculkan perasaan negatif pada

ketiganya dan membuat ketiganya shock. Ketidakmampuan untuk

menerima anggota keluarganya sebagai ODS ditambah dengan stigma

negatif dari masyarakat, menimbulkan potensi untuk resisten dan

penolakan pada realita.

Namun, ketiga partisipan kemudian mengembangkan aspek positif

dalam dirinya, yaitu dengan cara menerima realita bahwa anggota

keluarganya menderia skizofrenia, menganggap positif perannya

sebagai caregiver atau keluarga pendamping, menurunkan ekspresi

emosi serta mampu bertindak secara tepat. Aspek positif yang

dikembangkan dan dilakukan secara tepat mampu membuat ODS

menjadi individu mandiri dan menumbuhkan harapan hidup untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

107

ODS itu sendiri. Selain itu juga memiliki daya dukung pada

pencapaian resiliensi diri untuk ketiga caregiver ODS.

B. Saran

1. Bagi keluarga (caregiver ODS)

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan pada keluarga

pendamping ODS atau caregiver agar tetap berpegang pada ilmu

dan pengalaman yang telah diperoleh serta tidak kehilangan

keyakinan pada kondisi ODS yang akan menjadi lebih baik lagi.

Selain itu, caregiver harus menyadari bahwa perasaan negatif yang

mucul ketika merawat ODS adalah hal yang wajar, dengan

demikian caregiver harus tetap mampu mengekspresikan emosi

dan perilakunya secara tepat.

2. Saran bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar lebih mendalami metode

naratif dan mampu memberikan penjelasan tentang karakteristik

resilien pada partisipan yang akan diteliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

108

DAFTAR PUSTAKA

Afriyeni, N., & Sartana. (2016). Gambaran tekanan dan beban yang dialami oleh

keluarga sebagai caregiver penderita psikotik di RSJ Prof. H.B. Sa’anin

Padang. Jurnal Ecopsy, 3, 115-120.

Ambarsari, R.D,. & Sari, E.P. (2012). Penyesuaian diri caregiver orang dengan

skizofrenia (ODS). Psikologika, 17, 77-85.

Astuti, R. (2010). Hubungan jenis stroke dengan kecemasan pada caregiver

pasien stroke di RSUD dr. Moewardi Surakarta (Skripsi). Universitas

Sebelas Maret, Surakarta, Jawa Tengah. Diunduh dari https://

eprints.uns.ac.id/9723/

Creswell, J.W. (2014). Qualitative Inquiry & Research Design: Choosing Among

Five Approaches, Third Edition. Dalam S.Z. Qudsy (Ed.), Penelitian

Kualitatif & Desain Riset: Memilih di antara Lima Pendekatan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Creswell. J.W. (2010). Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed

Methods Approaches, Third Edition. Dalam A. Fawaid (Ed.), Research

Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Davidson, G,. Neale, J,. & Kring, A. (2006). Abnormal Psikologi (ed. Ke-9).

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Dewi, F.I., Djoeanina, V., & Melisa. (2004). Hubungan antara resiliensi dengan

depresi pada perempuan pasca pengangkatan payudara (masektomi).

Jurnal Psikologi, (2)2, 101-120.

Erwina, I., Gusty, R.P., & Monalisa. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan

disstres emosional pada caregiver perempuan dengan anggota keluarga

yang mengalami gangguan jiwa. Ners Jurnal Keperawatan, 12(1), 28-

37.

Fitrikasari, A., Kadarman, A., Woroasih, S., & Sarjana, W. (2012). Gambaran

beban caregiver penderita skizofrenia di poliklinik rawat jalan RSJ

amino gondohutomo Semarang. Medica Hospitalia, (1)2, 118-122.

Gitasari, N., & Savira, S. (2015). Pengalaman family caregiver orang dengan

skizofrenia. Character. (3)2, 1-7.

Goodhead, A., & McDonald, J. (2007). Informal Cargivers Literature Review: a

Report Prepared for The National Health Comittee. Health Services

Research Center: Victoria University of Welington.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

109

Halgin, R.P., & Withbourne, S.K. (2011). Psikologi Abnormal Perspektif Klinis

pada Gangguan Psikologis. Jakarta: Salemba Humanika

Ifdil., & Taufik. (2012). Urgensi peningkatan dan pengembangan resiliensi siswa

di sumatera barat. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 12, 115-121.

Imaji. (2017, 5 April). Fakta prevalensi gangguan jiwa di Indonesia: Paling tinggi

di Yogyakarta. Imaji.or.id. Diunduh dari https://imaji.or.id/fakta-

prevalensi-gangguan-jiwa-di-indonesia-di yogyakarta-paling-tinggi/

Isnaeni, T. (2015). Kebahagiaan pada informal caregiver penderita skizofrenia.

(Skripsi). Universitas Negeri Malang, Malang, Jawa Timur. Diunduh

dari http://lib.unnes.ac.id/22570/1/1511410043

Junaidi, I. (2012). Anomali Jiwa: Cara Mudah Mengetahui Penyimpangan Jiwa

dan Perilaku Tidak Normal Lainnya. Yogyakarta: Andi Offset

Kartono, K. (2014). Patologi Sosial 3 Gangguan-Gangguan Kejiwaan. Jakarta:

Grafindo Persada.

Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nainggolan, N.J., & Hidajat, L.L. (2013). Profil kepribadian dan psychological

well-being caregiver skizofrenia. Jurnal Soul, (6)1, 21-42.

Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2002). Abnormal Psychology in a

Changing World. Dalam R. Medya & W. C Kristiaji (Eds.), Psikologi

Abnormal. Jakarta: Erlangga

Panksepp, J. (2011). Seeking and Loss in the Ancestral Genesis of Resilience,

Depression, and Addiction. Dalam M. Kent, M.C Davis & J.W Reich

(Eds.), The Resilience Handbook: Approaches to Stress and Trauma.

New York: Routledge

Pardede, J. A., Sirait, D., Riandi, R., Emanuel, P., & Laia, R. (2016). Ekspresi

emosi keluarga dengan frekuaensi kekambuhan pasien skizofrenia. Idea

Nursing Journal, (7)3, 53-61.

Patilima, H. (2015). Resiliensi Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta

Siebert, A. (2005). The Resiliency Advantage: Master Change, Thrive Under

Pressure, and Bounce Back from Setbacks. California: Berret-Koehler

Publisher, Inc.

Smith, J. A. (2013). Qualitative Psychology: Practical Guide to Research

Methods. Dalam M. Khozim (Ed.), Dasar-Dasar Psikologi Kualitatif

Pedoman Praktis Metode Penelitian. Bandung: Nusa Media

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

110

Strauss, A., & Corbin, J. (2003). Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Sugiyono. (2013). Metode p enelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta

Sukmasari, R. (2016, 28 Juli). Persoalan gangguan jiwa di Indonesia seperti

fenomena gunung es. Detik.com. Diunduh dari

https://health.detik.com/read/2016/07/28/201337/3263914/763/kemenk

es-persoalan-gangguan-jiwa-di-indonesia-seperti-fenomena-gunung-es

Sulistyorini, N. (2013). Hubungan pengetahuan tentang gangguan jiwa terhadap

sikap masyarakat kepada penderita gangguan jiwa di wilayah kerja

puskemas Colomadu I (Skripsi). Univertsitas Muhammadiyah

Surakarta, Surakarta, Jawa Tengah. Diunduh dari https://

eprints.ums.ac.id

Supratiknya, A. (1995). Menganal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius

Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif dalam

Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Trisnasari, M. E. (2017). Gambaran tingkat caregiver burden orang dengan

masalah kejiwaan pada anggota self-help group online. (Skripsi). UIN

Syarif Hidayatullah, Jakarta, DKI Jakarta. Diunduh dari

http://uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/35968

Widiastutik, W., Winarni, I., & Lestari, R. (2016). Dinamika resilience keluarga

penderita skizofrenia dengan kekambuhan. The Indonesian Journal of

Health Science, (6)2, 132-149.

Widiastutik, W., Winarni, I., & Lestari, R. (2016). Studi fenomenologi: Resilience

keluarga penderita skizofrenia di puskesmas bantur. Jurnal Ilmiah

Kesehatan Keperawatan, (12)3, 117-131.

Wiramihardja, A. (2005). Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: Refika

Aditama

Wulansih, S., & Widodo, A. (2008). Hubungan antara pengetahuan dan sikap

keluarga dengan kekambuhan pasien skizofrenia di RSJD Surakarta. Berita Ilmu Keperawatan, ISSN 1979-2697, (1)4, 181-186.

Yusuf, A. H., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan

Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

111

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 112

No Verbatim Keterangan Koding

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

Bisa ceritakan kepada saya, bagaimana awal

mulanya anak bapak didiagnosis skizofrenia?

Jadi awalnya saya betul-betul tidak tahu bahwa anak

saya ni akan eem.. divonis sebagai orang yang

mengalami gangguan jiwa berat yaitu skizofrenia.

Awalnya ee.. yang kami tahu, saya dan istri saya

tahu dan saya dengar anak saya kesurupan, ya.. dan

dia teriak-teriak dan bergulung-gulung di lantai,

itupun kami tidak melihatnya secara langsung. Ee..

waktu itu tahun 2012 akhir ya, sekitar bulan-bulan

September, kami di telpon oleh tetangga kami di

Bantul di Ganjuran, ditelpon bahwa anak bapak

kesurupan, jam tiga pagi langsung kami ke Ganjuran

Bantul. Nah di sana, anak saya sudah tidak

kesurupan lagi, yang ada di sana ada tetangga kami

dan satu orang, ee.. satu orang yang ee.. mengatakan

kepada saya bahwa ini adalah penyebab anak bapak

kesurupan, dia menunjukkan sebuah batu, terus

batunya dibuang dah aman anak bapak aman,

sementara apa, sementara itu anak saya sedang di

kamar mandi, mandi dan sudah satu jam nggak

keluar-keluar lalu saya ketok pintu, kenapa mas?

Aku lagi mandi, lagi bersih-bersih Pa. Saya merasa

senang karena dia sudah berbicara secara normal,

tapi ketika keluar dari kamar mandi, lewat sorot

matanya, lewat caranya berjalan dan bersikap, saya

mendapati ada keanehan yang saya tidak tahu,

mungkin ini ee.. efek dari anak saya kesurupan tadi.

Lalu ketika mau saya ajak pulang dia nggak mau,

dia mau tinggal di Ganjuran, waktu itu dia ee.. dia

Ketidaktahuan tentang skizofrenia,

mengira bahwa anaknya kesurupan.

Senang karena keadaan anaknya dirasa

sudah membaik

Merasakan hal aneh pada perilaku

anaknya dan partisipan mengira hal ini

adalah efek dari kesurupan.

1A1

1A1

1A2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 113

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

45.

46.

47.

48.

49.

50.

51.

52.

53.

54.

55.

56.

57.

58.

59.

60.

61.

sudah mengelola bisnis di sana, ya sambil kuliah,

he’em.. sampai akhirnya sore dia mau saya ajak

pulang ke rumah kami di sini, di Jogokaryan sini,

dan sepanjang perjalanan dia wajar-wajar saja, baik-

baik saja, menyanyi-nyanyi ya, ketika sampai rumah

ee.. di pintu gerbang dia menunjukkan pada saya,

Pa..Pa itu ada binatang-binatang beterbangan

warnanya ijo ada kuningnya, saya nggak lihat apa-

apa. Mana mas nggak ada apa-apa? Ada, papa aja

nggak lihat. Ya Papa nggak lihat e. Yaudah deh itu

lupakan, pintu saya buka lalu masuk ke rumah dan

di rumah ee.. dia makan kemudian saya dan istri

saya ada di teras depan, ya mengamati gerak-gerik

dia, lalu adik saya ee.. adik istri saya kan tinggal di

rumah sebelah, datang kepada saya, kok N aneh

sikapnya. Dia lihat N tu menyembah-nyembah

sambil melihat ke arah atas, sambil ketawa sendiri.

Lalu saya dan istri saya menceritakan kejadian ee..

dari tadi jam tiga dia kesurupan dan seterusnya. Nah

hari besoknya ee.. dia bangun pagi dan normal

berangkat ke kuliah ee.. sampai seperti itu

seterusnya, ya sepertinya normal saja, ee.. walaupun

kadang-kadang kalau saya berbicara dengan anak

saya jawabannya sering tidak gathuk, tidak

nyambung gitu. Itu berlangsung dari September

sampai Desember dan ternyata kami mengetahui

bahwa anak saya tu tidak pernah masuk kuliah, jadi

selama sekian bulan dia pergi dari rumah pamitnya

kuliah, tapi kan adiknya di sana juga, dia tidak

melihat kakaknya di kampus. Kemudian itu sekitar

pertengahan Desember, saya tanya kenapa Mas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 114

62.

63.

64.

65.

66.

67.

68.

69.

70.

71.

72.

73.

74.

75.

76.

77.

78.

79.

80.

81.

82.

83.

84.

85.

86.

87.

88.

89.

90.

91.

92.

nggak kuliah? Dia cuman diem aja terus matanya

melihat saya melotot tajam seperti itu, kenapa Mas

melotot? Aku mau flashback Pah, itu yang saya

ingat. Ya oke flashback apa silahkan papa siap

mendengar. Dia terus diam sambil matanya melotot

lihat saya, dalam sekali.. melihatnya tu gini

(menirukan) jadi mata itemnya tu di atas. Saya kan

takut sekali, kenapa Mas begitu? Terus dia

(menirukan tertawa) lha kan mengerikan, aku

merinding ini. Yaudah Mas, kalau Mas nggak siap

bicara yasudah sekarang Mas tidur. Ee.. ternyata

besoknya juga dia nggak, nggak kuliah lagi.

Berangkat jam delapan pagi dari Jogokaryan ke

universitas X tapi jam sepuluh pagi sudah sampai

rumah lagi, saya waktu itu kerjanya masuk sore jadi

tahu, lho kok nggak kuliah Mas? Nggak. Kenapa?

Diem aja, dia terus rebahan di lantai, saya deketi,

kenapa nggak mau jawab pertanyaan papa, kenapa

nggak kuliah? Diem aja, terus dia matanya lihat

saya, saya dah emosi tak pegang kepalanya, kenapa

nggak jawab pertanyaan papa, di luar dugaan dia

balik memukul saya, daaak. Saya keget setengah

mati, nggak menyangka dia akan me.. bereaksi

seperti itu. Saya ini seorang ayah, nggak pernah

diperlakukan saya kedua anak saya selama ini

seperti itu, dipukul, membentak pun mereka nggak

pernah. Misalnya berdialog misal ada masalah

dibicarakan enak dengan baik-baik. Nah, ee.. waktu

itu saya memutuskan untuk tidak masuk kerja,

karena sorenya saya telpon istri saya, gimana ya Ma,

Papa dipukul, tak laporkan polisi ya. Istri saya nggak

Ada perasaan takut ketika anaknya

berperilaku tidak seperti biasanya

(aneh).

Muncul emosi negatif sebagai ekspresi

kekesalan pada perilaku anaknya.

Terkejut karena anaknya melakukan

kekerasan fisik terhadap dirinya.

Merasa sakit hati atas perlakuan

anaknya dan berencana melaporkan

(-1A2)

(-1A2)

(-1A1)

(-1A2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 115

93.

94.

95.

96.

97.

98.

99.

100.

101.

102.

103.

104.

105.

106.

107.

108.

109.

110.

111.

112.

113.

114.

115.

116.

117.

118.

119.

120.

121.

122.

123.

kasih jawaban, tapi adeknya bertanya Papa sakit hati

ya, Ya dek sakit hati dek, tapi Papa mau apa, mas N

kayaknya lagi nggak normal. Saya dateng ke polisi

betul di polsek Gading, di sana saya mau diproses

mau dicatat, tapi satu Babinsa yang mengatakan, Pak

coba pak diselesaian kekeluargaan dulu, kalau nanti

kami proses, anak bapak kami ambil, kami

masukkan ke penjara, di penjara belum tentu dia

akan diperlakukan dengan lebih baik dan dia akan

lebih parah. Lalu saya pulang, nggak lama kemudian

Babin sa itu datang ke rumah kami, dan anak saya

dipanggil oleh pak polisi ini, ditanya Mas kuliah

dimana? Bapak pangkatnya apa, jawabannya begitu,

jadi setiap kali ditanya dia tidak pernah menjawab

pertanyaan, tapi ee.. bertanya balik, dan nggak

nggak nyambung, ya tu akhir Desember sampai mau

tahun baru itu, kejadian yang nenyimpulkan saya

membawa dia ke Grhasia adalah ketika dia berantem

sama adeknya, berantem fisik pukul-pukulan, teriak-

teriak, tetangga pada dengar pada lihat, kan malu

sekali. Istri saya nggak bisa buat apa-apa dia Cuma

nangis, ya gitu. Dah Mas, mas nenangin diri tak

boncengin yuk, diperjalanan ya oke, nunjukkin ini

rumah temenku Pa, temen yang mana aku nggak

tahu juga, karena saya perjalanannya lewat Palagan

teruus, sampai di kampung itu belok kanan sampai

Grhasia. Di Grhasia dia tanya, ini apa Pa? Ini Rumah

Sakit, Mas N berobat di sini. Aku sehat kok, tapi

waktu itu dah di depan UGD, dan suster sudah ee..

sudah melihat kami lalu kamu masuk lalu diproses

oleh perawat di UGD dan N juga diproses, diperiksa,

anaknya ke polisi.

Berusaha mencari tahu penyebab

kejadian dengan membawa ke RS

Jiwa.

Proses pemeriksaan dan hasilnya

1D1

1D1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 116

124.

125.

126.

127

128.

129.

130.

131.

132.

133.

134.

135.

136.

137.

138.

139.

140.

141.

142.

143.

144.

145.

146.

147.

148.

149.

150.

151.

152.

153.

154.

kemudian saya dipanggil lagi oleh perawatnya ini..

dia menyimpulkan bahwa anak bapak harus dirawat

di sini. Ya saya menyetujui dan menandatangani ee

.. surat pernyataan bahwa kemungkinan nanti anak

saya akan di setrum dan sebagainya, diiket dan

sebagainya kalau dia berontak, ee.. saya berusaha

untuk menawar, mbok kalau bisa jangan di setrum

jangan diiket, anak saya bukan kriminil. Ya, se

nggak sopan-sopannya anakku sudah merupakan

aku, tapi bagaimanapun juga nggak akan rela kalau

mendengar anak saya di setrum atau diapakan.

Enggak pak, ini sebagai alternatif akhir, akhirnya dia

masuk didampingi oleh salah satu, dua perawat ke

ruang asimilasi ya? Kayaknya ruang asimilasi, itu

ada banyak sel-sel, ada banyak pasien-pasien dengan

seragam itu terus anak saya dibawa ke satu ruangan

dulu untuk di data, diidentifikasi dan diminta

pakaiannya dilepas, hp dan sebagainya, anak saya

juga mau, nurut. Di situ saya dah mulai, aduh nggak

enak, sedih banget. Lalu dia dibimbing oleh petugas

disitu dibawa keruangan yang lebih besar itu. Disitu

saya melihat anak saya masuk ke sel, saya nggak

kuat, saya nangis ya, kemudian saya minta sama

penjaganya disitu, Pak.. tolong jangan anak saya

dikasarin walaupun saya sudah tanda tangan tapi

tolong Pak, dan itu dia sudah meyakinkan saya

bahwa itu jalan yang paling keras yang kami

lakukan kalau dia berontak ya harus dilakukan itu.

Dia harus diisolasi, lalu saya lihat lagi sebelum saya

pamit pulang anak saya disana, dia cukup fleksibel,

supel, dia berbicara dengan pasien-pasien disana

menyimpulkan bahwa anaknya harus

dirawat di RSJ.

Perasaan khawatir jika anaknya

diperlakukan tidak baik di RSJ.

Muncul perasaan tidak nyaman, sedih

dan khawatir ketika melihat anaknya

masuk di sel (RSJ).

(-1B1)

(-1B1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 117

155.

156.

157.

158.

159.

160.

161.

162.

163.

164.

165.

166.

167.

168.

169.

170.

171.

172.

173.

174.

175.

176.

177.

178.

179.

180.

181.

182.

183.

184.

185.

yang lagi diisolasi itu, kemudian dia ke arah saya,

Pa, boleh minta rokok? Boleh, dua nih satu buat

temen saya. Lhah ya syukur lah. Tapi aku lihat dia

wajahnya sangat takut, dan di ruangan itu dia seolah-

oleh menyalahkan saya, aku kok dimasukin disini

Pah. Saya deketin, Mas papa pulang ya, ee.. Mas N

harus disini, untuk kebaikan Mas N sendiri. Saya

pulang bawa baju-bajunya dia, bawa hp bawa

dompet dia. Sampai di rumah tu jam sembilan

malem, saya masih terpikir terus, jam sepuluh saya

berangkat lagi ke utara naik motor ke Grhasia,

bawain dia makan, bawain dia pakaian, tapi sama

perawatnya nggak boleh, Pak soal makan sudah

dijamin oleh Grhasia pakaian nggak diperlukan,

nggak nggak perlu. Akhirnya saya saya bawa lagi

makanan dan pakaiannya. Ee pendeknya dia dirawat

di Grhasia waktu 2013 ya, itu selama 2 minggu, hari

dia.. anak saya diisolasi hanya satu hari, akhirnya dia

dipindah ke bangsal, ya bangsal apa saya lupa. Lalu

2 minggu dirawat disana dan yang menengok hanya

saya, istri saya nggak siap, adeknya nggak siap,

Ayah saya malahan nengok, dan ketika nengok ya

dia baik, dia bisa nerima saya dan bisa bicara

normal, bisa nyambung lagi omongannya, lalu kami

ajak pulang, dijemput sama istri saya, bertiga naik

motor, saya ajak ke Klaten dulu nemuin ayah angkat

saya, kebetulan ayah angkat saya deket dengan

anak-anak saya, kemudian dia tanya, anakmu piye

anakmu piye, ni N dah sehat, ya disana diajak

sharing juga oleh Ayah angkat saya, bah..bahkan dia

memberi alternatif-alternatif, nek cah ngono kuwi

Ada perasaan lega ketika anaknya

bersikap fleksibel dan supel pada

pasien-pasien lain, namun partisipan

seolah merasakan ketakutan pada diri

anaknya.

Tidak dapat mengendalikan perasaan

khawatir saat anaknya dirawat di RSJ.

1A2, 1E2

(-1A2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 118

186.

187.

188.

189.

190

200.

201.

202.

203.

204.

205.

206.

207.

208.

209.

210.

211.

212.

213.

214.

215.

216.

217.

218.

219.

220.

221.

222.

223.

224

225

wes ra mungkin iso kuliah, wes rasah kuliah wae

nyambut gawe melu aku, ya tapi saya bilang, enggak

Pak saya akan tawarkan anak saya dulu, saya tidak

akan langsung memutuskan anak saya berhenti

kuliah, terus kami pulang dan di rumah dia

bersalaman dengan orang-orang rumah dengan

neneknya, kami masih tinggal dengan mertua saya,

dengan adeknya jabat tangan, ya normal dah bagus,

normalnya tuh normal sudah berbeda ya, berbeda

ketika dia sebelum mengalami ee.. kesurupan, beda

dan itu satu hal yang berat bagi saya, kok anakku

sudah beda, aku ingin anakku kembali seperti dulu,

ya tapi aku ya sadar kalau anakku ngga mungkin

kembali 100%, 90% okelah. Nah 2013, dia kuliah,

oh dia sempat cuti satu semester dan semester

berikutnya dia kuliah, IP nya bagus dan rajin sekali,

kemudian 2014 tu kami pindah ke Wedomartani, ke

utara, karena disini ya saya mengalami sahabat istri

saya pun menjauh.

Jadi stigma masyarakatnya ya Pak?

Iya, menjauh. Saya sedih juga tapi saya berusaha

membesarkan istri saya, saa.. aku nggak denger apa

yang dibicarakan oleh tetangga-tetangga, tapi dari

sikap dari.. ya saya tahu lah mereka pasti ngga bisa

nerima anakku, dia curiga anakku memakai narkoba,

walaupun iya karena dia pencetusnya adalah

penggunaan obat-obatan, ya. Kemudian 2013 kan

mulus, 2014 mulus, smapai akhirnya pertengahan

2014 dia ijin kepada saya keluar tiap malem minggu,

aku butuh refreshing, aku Cuma mau keluar dengan

temen-temen sesama pecinta motor ceper. Dari situ

Partisipan masih memiliki harapan

pada masa depan anaknya.

Merasa berat menghadapi kenyataan

bahwa perilaku anaknya sudah

berbeda dari sebelum ‘kerasukan’.

Pindah rumah karena kerabat pun

mulai menjauh.

Perasaan sedih karena menghadapi

pandangan negatif dari tetangga-

tetangga terhadap anaknya sebagai

pengguna napza

1C2

(-1B1)

(-1A1)

(-1A2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 119

226.

227.

228.

229.

230.

231.

232.

233.

234

235.

236.

237.

238.

239.

240.

241.

242.

243.

244.

235.

246.

247.

248.

249.

250.

251.

252.

253.

254.

255.

256.

saya bilang, Mas, Mas N dulu jatuh gara-gara

pergaulan yang salah, sekarang kok mau diulang

lagi? Ya aku kalau Cuma dirumah terus, kuliah terus

bosen, kan IP ku juga naik Pah. Lalu kenapa nggak

main di rumah aja biar terkontrol? Temen-temen

diajak ke rumah. Aku nggak mau. Kenapa nggak

mau? Kenapa nggak main dengan pemuda-pemuda

di desa ini? Nggak cocok dia bilang, ya kan. Nah

mungkin yang diomongkan beda ya? Ee.. lalu saya

berunding dengan istri saya, okelah kasih. Pertama

sih malem minggu pulang jam 10, malem minggu

berikutnya pulang jam 1, malem minggu berikutnya

pulang jam 3 dan kami tanya oke oke aja anaknya,

tapi ya itulah ee..kesalahan saya adalah ketika dia

keluar dari Grhasia, kan obatnya habis, itu saya

nggak tau kalau harus kontrol lagi. Saya pikir obat

habis ya sudah, sampai akhirnya dia mengaku pada

saya bahwa dia sudah menggunakan obat-obatan

lagi. Saya merah bukan kepalang, saya pukul dia,

kamu mengecewakan Papa, Papa kasih kepercayaan

tapi kamu.. aduh. Dan saya betul-betul jatuhkan

dirinya, saya pukul saya maki-maki, saya kesel

sekali, saya nggak bisa ngontrol emosi. Akhirnya dia

sudah ngga bisa nerima lagi, kata-kata saya yang

kasar, pukulan fisik saya, ee.. sampai akhirnya dia

ada gejala relapse, gitu. Terus dia lari nggak kuliah

lagi, karena saya dan istri saya bilang, Mas kalau

kamu nggak belajar dengan baik, kamu bakal di DO.

Lalu dia belajar dan hasilnya terntara baik, tapi

ternyata yang masuk di memorinya adalah aku tetap

saja di DO. Padahal.. padahal setelah nilai semester

Minimnya informasi tentang

pengobatan ODS, membuat partisipan

tidak paham tentang pengobatannya.

Perasaan marah, terjadi kekerasan

fisik, tidak dapat mengontrol emosi

negatif, sebagai ekspresi kekecewaan

karena ODS kembali menggunakan

napza.

(-1A2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 120

257.

258.

259.

260.

261.

262.

263.

264.

265.

266.

267.

268.

269.

270.

271.

272.

273.

274.

275.

276.

277.

278.

279.

280.

281.

282.

283.

284.

285.

286.

287.

diterimakan, kami juga menghadap ke dosen, dosen

pembimbingnya kan, dosen pembimbingnya juga

memberikan keyakinan bahwa kamu nggak di DO,

tapi dia nggak mau. Kemudian dia pergi dari rumah

selama satu minggu, ee.. dan nggak mau kuliah lagi,

lalu dia juga sudah menunjukkan perilaku aneh,

sering ketawa sendiri, sering jalan-jalan kayak orang

gila itu, orang gila benerna yang kayak di jalan-jalan

itu, nggak mau bertegur sapa dan untungnya saya

tinggal di dusun yang orang tu tidak, apa ya tidak

gampang untuk menghardik, tidak gampang untuk

memberi justificacy, mereka tetep support ya tetep

support kepada kami. Ee.. sampai akhirnya, itu

berulang terus kan, kejadian itu berjalan-jalan,

tengah malem naik sepeda, saya ikuti dia pergi

kemana, perginya cuma ke internet, main game, saya

ajak pulang naik sepeda lagi, terus dia berhenti, Pa..

aku aku capek naik sepeda lalu sepedanya diangkat

diboncengin motor begitu, oke. Untuk hal

komunikasi yang berurusan dengan kebutuhan dia

makan, minum, uang, rokok itu normal, tapi untuk

yang kuliah dia tidak mau menjawab lagi dan dia

tidak mau diatur lagi dan dia maunya keluar

sewaktu-waktu, keluar rumah kapanpun dia mau, ya

gitu.. lalu sampai ini satu bulan, ya 2014 akhir lah

kejadian relapse nya itu selalu akhir tahun, dia itu

diminta tolong oleh mamanya, Mas tolong ambilin

setrika, setrikanya kan ada di kamarnya dan

kamarnya tu selalu dikunci padahal setrikanya hanya

satu, sampai diulang 3 kali, Mas tolong setrikanya,

Mama mau setrika baju, karena mau ke gereja hari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 121

288.

289.

290.

291.

292.

293.

294.

295.

296.

297.

298.

299.

300.

301.

302.

303.

304.

305.

306.

307.

308.

309.

310.

311.

312.

313.

314.

315.

316.

317.

318.

Minggu, akhirnya pintu dibuka, setrika dilempar

terus istri saya spontan mau jewer, tapi lalu anak

saya balik kanan memukul mamanya, ditangkis oleh

mamanya, melihat kejadian itu aku kalap, tak hajar

habis-habisan. Tak banting, kakinya.. ee kepalanya

tak injak pakai kaki saya, dan dia ngamuk meronta

sampai akhirnya saya, istri saya sama adik saya

sama anak saya yang kedua berusaha untuk

memegangi dia, ee.. dan saya teriak-teriak minta

tolong tetangga datang ada dua, lalu kunci saya ke

kepala dia tak lepas pelan-pelan kemudian yaudah

kami duduk, saya lihat matanya merah, aduh..aku

sudah, apa yang aku lakukan pada anakku sampai

matanya merah, ya. Karena waktu itu saya udah

kalap, nggak nggak nggak terima dia memukul, mau

mukul mamanya. Saya bilang kamu mukul Papa

nggak papa, tapi mukul mama itu dosa kamu, ya.

Terus dihadapan tetangga saya dia bilang, nih

mumpung ada tetangganya mau pukul aku lagi,

pukula aja. Jadi udah bukan kayak anak bapak lagi,

dah kaya musuh yang betul-betul. Ee.. itu klimaks

nya ya, tapi sebelum klimaks itu ada prolognya,

kami dah menemui Pak Adi, kan sama Pak Adi di

wawancara, di tes, dan pada akhirnya.. itu

kejadiannya sebelum Desember kira-kira satu bulan,

berarti Oktober ya, saya bertemu Pak Adi dan bilang

ke saya, dari hasil tes ni pak, dia.. Pak Adi berat

menyatakan sama saya, saya pikir itu masalah emosi

biasa Pak, tapi berat pak saya mengatakannya pak,

dia bilang begitu. Nggak papa Pak Adi, katakan saja,

anak bapak ni ini kena skizofrenia, dia udah nggak

Terjadi kekerasan fisik dan emosi

negatif kembali sebagai ekspresi

kekesalan karena perilaku ODS yang

dianggap tidak wajar.

Ada perasaan menyesal setelah

bertindak kasar pada anaknya (ODS).

Menemui psikolog untuk

mengidentifikasi masalah yang

dialami anaknya, hasil psikotes

menunjukkan bahwa anaknya

menderita skizofrenia.

(-1A2)

(-1A1)

1D1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 122

319.

320.

321.

322.

323.

324.

325.

326.

327.

328.

329.

330.

331.

332.

333.

334.

335.

336.

337.

338.

339.

340.

341.

342.

343.

344.

345.

346.

347.

348.

349.

bisa melihat koneksi dengan dunia luar, dari

gambarnya dia menggambar manusia tapi kepalanya

ayam, ya badannya manusia tapi kakinya ceker

ayam.Yah, merinding kan, aku.. aduh. Lalu kami

harus bagaimana pak? Sementara dia. Yaudah N

dicutikan dulu, atas rekomendasi dari Psikolog

kampus, setelah periksa, dia hanya butuh obat jalan

dan perawatan manusiawi dari keluarga, dengan

cinta dengan kasih sayang. Saya coba sebulan nggak

bisa karena dia mukul, saya datang ke Pak Adi lagi,

ini gini pak kasusnya, kalau begitu udah bawa ke

Rumah Sakit aja, akhirnya kami bawa ke Rumah

Sakit ditolong tetangga saya pakai mobil, nah untuk

ke Rumah Sakit pun harus saya giring, dia mohon

mau mandi dulu, nah di kamar mandi pun ada pintu

langsung keluar, jadi di sebelah kamar mandi tu

kami tutup, kami tutup, kamudian segala macam

benda-benda tajam itu kami sembunyikan, ya.

Akhirnya sudah selesai mandi dia mau masuk ke

rumah udah nggak bisa, Mas harus ke pintu sana,

keluar rumah. Kenapa? Aku mau ambil sesuatu.

Enggak, nggak usah ambil sesuatu, nggak usah bawa

hp nggak usah bawa dompet, Mas harus ke Rumah

Sakit. Aku nggak mau ke Rumah Sakit, aku sehat.

Dia memohon-mohon dengan iba. Aku nggak mau

ke Rumah Sakit lagi, aku sehat. Mas nggak sehat

Mas, Mas udah mukul mama tu dah nggak sehat.

Habis mama udah bikin aku marah. Iya, semarah-

marah kamu kalau sampai mukul itu nggak sehat,

dan kamu diajak bicara udah nggak nyambung. Ini

nyambung. Ya sekarang nyambung karena kamu

Membawa ke RSJ kembali untuk

mendapat pengobatan.

1D1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 123

350.

351.

352.

353.

354.

355.

356.

357.

358.

359.

360.

361.

362.

363.

364.

365.

366.

367.

368.

369.

370.

371.

372.

373.

374.

375.

376.

377.

378.

379.

380.

Papa paksa masuk rumah sakit. Jadi up and down

gitu ya, emosinya naik turun, naik turun kadang

nyambung kadang enggak kadang semaunya. Lalu di

mobil, kebetulan tetangga saya kan polisi, ee..

terkadangt ini Pak bagyo, ini anak bapak ni jangan-

jangan di racun sama temennya Pak. Wah saya

nggak tahu pak ya, kalau saya tanya sih katanya

enggak sih, tapi kadang-kadang dia ngomong sih

kadang-kadang minum, kadang-kadang minum obat,

lalu mungkin bukan itu aja tapi pakai kecubung.

Terus anak saya nyaut, jadi saya di kiri, anak saya di

tengah, di sebelah kanan nih adeknya, ya. Ya

kecubung gue tahu Pak, nyambung gitu dia. Lhoh,

kecubung tu apa Mas? Ah, nggak usah tahu Lo.

Nggak usah tahu Lo. Sama saya Lo. (tertawa). Terus

saya bilang, itu aja dia pokoknya nggak mau ngasih

tahu kecubung itu apa, itu juga racun kan, kayak

ganja itu juga. sampai di rumah sakit, dia berlagak

seperti sehat, seperti normal supaya tidak didiagnosa

dia sakit, lalu dengan tetangga saya juga ngajak

ngobrol, ngrokok bareng, tapi saya dengar ya nggak

nyambung omongannya. Terus saya dipanggil

seperti biasa, anak saya yang kedua juga dipanggil,

bagaimana. Dia harus dirawat, itupun nggak mau

lagi, dan saya kasih pilihan. Mas kalau nggak mau,

mas harus masuk dengan cara paksa, pilih mana?

Mas dipaksa masuk di rantai, atau mas masuk jalan

bareng-bareng ke sana, dia milih yang kedua. Jalan

bareng-bareng, ada saya dibelakangnya ada adeknya,

eem.. yang saya lihat adeknya cukup depres juga ya,

tapi dia pinter bisa nutupin emosinya, lalu ya itu

Memahami tanda-tanda psikologis

orang lain.

2E1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 124

381.

382.

383.

384.

385.

386.

387.

388.

389.

390.

391.

392.

393.

394.

395.

396.

397.

398.

399.

400.

401.

402.

403.

404.

405.

406.

407.

408.

409.

410.

411.

masuk ke kerangkeng lagi seperti yang satu tahun

sebelumnya, ee.. telah terjadi. Dan kali ini masuk

kerangkengnya sudah tidak ada penolakan, pasrah

aja. Tapi ketika mau pulang, dia matanya ada

dendam ke saya. Aku dimasukin kesini lagi ya, kira-

kira seperti itu yang ingin dia katakan. Em.. ya

seperti biasa dia dirawat, saya yang selalu

menengok, untuk hariannya dan waktu relapse yang

kedua, dia satu bulan. Pada istriku, dia hanya datang

di saat ulang tahun saja, ulang tahunnya kami

rayakan di sana bersama dengan pasien-pasien lain.

Nah, malam pertama dia di ruang isolasi hanya satu

hari saja, kemudian udah di bangsal arimbi, ya

bangsal arimbi. Terus saya tengok malem-malem,

kebetulan saya mendapatkan previllage di sana

untuk menengok kapanpun, dan seminggu sekali

saya boleh mengajak anak saya keluar, anak saya

juga mau, seneng, keluar ke pantai, ke kebun, dia

seneng. Saya ajak pulang juga, ketika pulang ketemu

adeknya, Hallo dek apakabar? Baik. Terus mau

pulang lagi ke Rumah sakit, dek, mas pulang dulu

ya. Pulang ke Rumah sakit. Ya.. itu. Lalu em.. iya

kejadiannya waktu dia nonton, ya tahun lalu, tahun

lalu dia nggak mau, tahun ini baru mau, yah dia

menyiapkan mental, tengok anakmu. Dia nangis

juga waktu mau ke rumah sakit ya, liat anaknya

disitu pakai seragam, nengok anak saya N, gimana

mas? Udah baik, aku lihat wajahnya udah teduh,

yah.. udah baik lah. Terus, lha kenapa pa? Papa mau

dirawat disini kayak aku? Enggak lah, papa kan

cuma bilang disini tenang rasanya (tertawa)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 125

412.

413.

414.

415.

416.

417.

418.

419.

420.

421.

422.

423.

424.

425.

426.

427.

428.

429.

430.

431.

432.

433.

434.

435.

436.

437.

438.

439.

450.

451.

452.

emangnya papa mau dirawat kayak aku? Lho yang

dirasakan mas apa? Ya sakit pa, sering halusinasi.

Dia menyadari berarti pak?

Menyadari, padahal yang dirwat kedua dia udah

menyadari, dia udah tahu masalah, apa itu

skizofrenia, halusinasi, waham. Lha mas sering

berhalusinasi apa? Aku tu anaknya orang Bali,

bahwa di rumahku tu ada satu musuh, musuhnya

perempuan, adeknya. Dia berbahaya sekali. Dia bisa

me-recall lagi apa yang dialami pada bulan-bulan

sebelum ee.. dia masuk di rumah sakit. Yah.. satu

bulan di sana boleh keluar, saya ketemu dengan

psikolognya waktu itu, siapa itu.

Yang di Grhasia? Bu Aril?

Nah iya Bu Aril, saya terakhir ketemu dia, ee.. Bu

Aril juga memanggil anak saya yang ke dua, untuk

memberikan pengertian, ee.. tampaknya anak saya

yang kedua bisa mengerti, berbeda ketika anakku

dikasih tahu sama Pak Adi, bahwa kakakmu tu gini

gini, anak saya belum bisa nerima sebelumnya,

masih benci, ya setelah melihat kakaknya dirawat di

rumah sakit A pada saat ulang tahun dirayakan

disana, anak saya udah mulai bisa menerima, lalu

saya punya nadzar ini kalau anakku sehat, ee.. kalau

anakku dah kaluar dari sini, aku akan rawat betul

dan aku akan ee.. memberikan diri saya untuk

masalah-masalah kesehatan jiwa, ya.. dan ternyata

bersambut ya, dipertemukan oleh universe jadi

Desember 2014, N keluar dari rumah sakit A, sekitar

bulan Januari itu aku dipanggil Grhasia untuk ikut,

training bagi keluarga ODGJ, nah disitulah awal

Keyakinan untuk merawat anaknya

dengan baik setelah keluar dari RSJ,

dan mendedikasikan diri untuk

masalah kejiwaan.

Harapan untuk mendedikasikan diri

pada masalah kejiwaan bersambut

baik dengan terbentuknya komunitas

caregiver.

2G1

2C1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 126

453.

454.

455.

456.

457.

458.

459.

460.

461.

462.

463.

464.

465.

466.

467.

468.

469.

470.

471.

472.

473.

474.

475.

476.

477.

478.

479.

480.

481.

482.

483.

terbentuknya.. trainingnya tu bulan Februari, Maret,

April. Januari, februari, Maret, April, nah pada

April, itu selesai training kan, nah pada Mei, Juni,

nah Juni kami dipertemukan lagi di Paguyuban

Laras Jiwo, dan saya ditunjuk sebagain ketuanya

juga.Sejak itu saya mulai aktif, walaupun belum

merasa memberikan semuanya ya, saya ingin salah

satu mimpi saya itu adalah orang-orang gila yang di

jalan itu harus bersih, dan harus disehatkan. Tetapi

ternyata saya belum bisa apa-apa, karena saya harus

bekerja, mencari nafkah untuk biaya kuliah kedua

anak saya, dan saya.. semoga lah suatu saat saya

harus punya segudang uang sehingga saya bisa full

memberikan diri saya secara tulus. Ee.. saya kadang

juga melihat panti-panti lain tapi saya dengar mereka

nggak tulus, kedok untuk mencari uang aja, nah itu

nggak, nggak bisnis nggak sehat itu.

Kemudian, untuk hambatan sendiri apa sih pak?

Hambatan bapak merawat anak bapak?

Anak? Ee..untuk kontrol itu kan ditanggung oleh

BPJS, jadi secara financial nggak ada masalah, ya

dan anak saya juga dah sadar, setiap kali obatnya

habis dia langsung ke Puskesmas mencari rujuk, dan

besoknya langsung ke Grhasia, sendiri. Sejak

kontrol yang pertama, 2015 kan dia habis obatnya

kan, kontrol yang pertama bulan Februari 2015 dia

udah sendiri, nggak diantar.

Berarti memang kesadarannya penuh ya Pak?

Penuh, bahkan ketika keluar dari Grhasia, misalnya

keluar hari Minggu, Seninnya dia udah ke kampus,

nengok-nengok kampus, main basket, ber-Hai-hai

Mulai aktif dalam kegiatan dan

memiliki harapan untuk menyehatkan

semua ODGJ.

2C2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 127

484.

485.

486.

487.

488.

489.

490.

491.

492.

493.

494.

495.

496.

497.

498.

499.

500.

501.

502.

503.

504.

505.

506.

507.

508.

509.

510.

511.

512.

513.

514.

dengan siapa saja. Ditanya satpam, kamu kemana aja

Ko? Aku dirawat di Grhasia.

Berarti dia udah show off ya Pak dengan dirinya

sendiri?

Iya. Tapi saya kemudian, waduuhh.. ini harus di

tahan ini (tertawa). Kemudian semester pertama

ketika sudah diijinkan kuliah lagi, kadang-kadang

dia sekelas sama adeknya, adeknya malu karena

kadang-kadang dia show off, kadang tertawa di

ruang kuliah, kadang dosennya sampai marah, kamu

kalau nggak mau kuliah keluar. Dan itu dilihat

adeknya, adeknya sampai nangis, di rumah itu ngadu

ke saya sama mama nya, ya.. (tertawa), ya ini

masalah lagi, saya bawa ke Pak Adi lagi, anak saya

kedua, akhirnya diberi pengertian, dan sekarang

lebih bagus lah dan kebetulan N ni sayangnya ke

adeknya juga tulus, dalam banyak hal N membela

adeknya, misalnya adeknya lagi tidur tak suruh beli

pulsa listrik, yaudah aku aja Pah yang beli pulsa

listrik, padahal lagi hujan-hujan. Dalam banyak hal,

adeknya sering tak tunjukkan, ini lho kakakmu tu

sayang banget sama kamu, kamu kenapa kadang

benci gitu.

Terus untuk ini Pak, Hal apa sih untuk sekarang

ya, kadang membuat bapak tu down?

Ya saya merasa down, ketika dah apa ya stuck ya,

memberi tahu anak saya jangan merokok, rokoknya

kenceng sekali. Lihatlah papa aja nggak ngrokok,

sayang lho, cari uang susah-susah Cuma dibakar.

Yaaa. Jawabnya gitu aja, Mas masih minum obat?

Masih lah pa, aku kan nggak mau kumat lagi. Aku

Timbul masalah baru ketika anak

keduanya merasa malu (lagi) terhadap

perilaku kakaknya (ODGJ).

Membawa anak keduanya ke psikolog

guna mendapat pengertian dan

bimbingan secara psikologis.

Memberi pengertian pada anak

keduanya agar dapat menerima ODS

apa adanya.

Stuck ketika nasehatnya tidak

didengar oleh anaknya (ODS).

2E1

2B2

2G1

(-2A1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 128

515.

516.

517.

518.

519.

520.

521.

522.

523.

524.

525.

526.

527.

528.

529.

530.

531.

532.

533.

534.

535.

536.

537.

538.

539.

540.

541.

542.

543.

544.

545.

nggak mau sakit lagi. Gitu.. hal yang membuat susah

ketika dia merokok, dan kebersihannya kadang-

kadang harus diingatkan lagi. Pamit kuliah, Pa aku

kuliah. Kuliah kok pakai celana robek sih? Ya dia

naik lagi ke kamarnya, ganti, ya. Tapi menurutku ya

harus didampingi terus menerus sih ya, kebersihan,

jenggot kalau udah banyak dikerok, tu bau kamu

bau, makanya dia pakai baju, ganti baju kemudian

disemprot, gitu. Itu dia cenderung penampilannya

nggak dijaga, ya. Harus sering diingatkan. Karena

ee.. yang membedakan orang yang pernah ODGJ

dan tidak kan penampilan kan? Betul nggak? Kalau

sudah penampilannya lusuh, langsung ketauan.

Karena perawatan dirinya juga berkurang ya

Pak ODGJ?

Iya berkurang, jadi harus sering diingatkan, teknis

nya mandi pun harus saya ajari, supaya bagian-

bagian tubuh tertentukamu gosok supaya tidak

menimbulkan bau. Gosok gigi, istri saya yang selalu

mengingatkan saya, Pa, disyukuri, udah bagus

perkembangannya. Saya kan maunya yang perfect

lah, tapi ya pertemuan dengan temen-temen di

paguyuban Laras Jiwa, saya juga terinspirasi dan

mendapat pengalaman, ada temen saya di Laras Jiwa

itu yang kena gangguan adalah istrinya, istrinya tu

dan sampai, sampai apa.. membongkar kolam ikan

yang udah mau dipanen lagi, ikannya pada lari, duit

sekian juta kan jadi ilang, sertifikat tanah dibakar,

lalu beliau bilang, Pak Slamet namanya, yah yang

bisa saya lakukan ya.. saya tidak bisa menargetkan

apapun, harus didampingi, kalau dia dah melakukan

Berusaha meningkatkan aspek positif

dalam diri untuk merawat keluarga

ODS

Menginginkan anaknya berperilaku

seperti yang dirinya inginkan.

Pertemuan dengan sesama caregiver

membuat partisipan terinspirasi dan

mendapat pengalaman.

3B1

(-2B1)

2G1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 129

546.

547.

548.

549.

550.

551.

552.

553.

554.

555.

556.

557.

558.

559.

560.

561.

562.

563.

564.

565.

566.

567.

568.

569.

570.

571.

572.

573.

574.

575.

576.

itu ya udah ngga bisa, yaudah sertifikat terbakar ya

terbakar aja,ikan lepas yaudah lepas aja, saya nggak

bisa marah. Berarti aku harus ngerem diriku sendiri

untuk menargetkan tertentu pada anak saya N. Ya..

untuk kuliah bagi saya, saya nggak menargetkan dia

IP berapa, nggak saya targetkan dia selesai dalam

waktu berapa, saya lihat N terpacu sekali belajarnya,

mungkin karena adeknya lebih cepet selesai ya,

adeknya dah mau KKN, anak saya yang pertama

kemaren dari IP 0,09 yang terakhir saya dengar,

2,59, itu dah, bagi saya itu dah luar biasa untuk

orang yang pernah mengalami gangguan jiwa berat

ya?

Kemudian yang membuat bapak semangat lagi

itu apa?

Pertemuan dengan temen-temen di Laras Jiwa,

kemudian ee.. kalau saya melihat orang gila di jalan,

aduh.. saya lebih bersyukur, dan kadang kalau saya

bertemu saya berhenti, mau saya kasih uang tapi ini

nggak mendidik, ya saya hanya bisa ngelus dada aja,

sebisa mungkin saya akan membantu mereka dengan

chanel yang ada di Grhasia, di puskemas- puskemas

juga. itu yang membuat saya semangat, ya.

Kalau untuk sekarang, apakah bapak sudah deal

menerima keadaan seperti ini?

Sudah, saya mau diwawancarai ini bukti bahwa saya

sudah deal, saya tampil sebagai pembicara saya

udah deal, saya bisa bercerita dengan temen-temen

deket saya, seperti itu, dengan senyum, nah itu saya

udah bisa nerima apa adanya kondisi anakku.

Kemudian apa sih yang bapak tanamkan pada

Menyadari bahwa perilaku ODS tidak

bisa seperti dulu dan tidak

mentargetkan apapun pada ODS.

Merasa senang ketika ODS

menunjukkan progres dalam hal

pendidikan.

Pertemuan sesama anggota komunitas

membangkitkan semangat partisipan.

Bersyukur ketika melihat ODGJ yang

di jalan, karena anaknya masih lebih

baik.

Keinginan untuk membantu ODGJ

agar mendapat pengobatan layak.

Mampu menerima kondisi ODS apa

adanya, berdamai dengan keadaan.

2B1

2A3

2A3

2G1

2G2

3F3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 130

577.

578.

579.

580.

581.

582.

583.

584.

585.

586.

587.

588.

589.

590.

591.

592.

593.

594.

595.

596.

597.

598.

599.

600.

601.

602.

603.

604.

605.

606.

keluarga bapak untuk, ee.. untuk menerima juga

keadaan yang seperti ini?

Saya mengatakan pada keluarga saya bahwa semua

sakit jiwa itu bisa disembuhkan, ya. Dan itu butuh

proses, dukungan dari keluarga, keluarga harus

memberikan cinta, kasih sayang sepenuhnya pada

Mas N, adek harus berhenti untuk membenci Mas N,

karena Mas N yang dulu bukan Mas N yang

sekarang. Dia udah mengalami progress yang sangat

bagus, ya. Dan mungkin udah diatur ya oleh

semesta, oleh universe, bahwa ada saatnya bahwa

dia benci, ada satu kejadian misalnya, motor bannya

kempes, akhirnya Mas N yang harus nuntun motor

adeknya, semacam itu saya tunjukkan, nih lihat dek.

Betapa kakak kamu tu mencintai kamu juga.

Berarti sekarang adeknya juga sudah mulai

menerima ya pak?

Sudah mulai bisa nerima, walaupun ya sudah

berbeda, berbeda waktu mereka masih kecil, masih

remaja, ya berbeda sekali, berbeda sekali, tapi

yasudah saya nggak bisa apa-apa, saya inginnya sih

kembali seperti dulu ya, dimana mereka bisa gojek,

uyel-uyelan, sekarang enggak, ada, masih ada jarak.

Tapi ya sudah, ini mungkin cerita hidup yang harus

saya hadapi, ya.

Oke, kemudian harapan bapak pada N itu

sebenernya apa Pak?

Saya berharap dia akan menemukan dirinya sendiri, dia

akan happy dengan dirinya sendiri dan menjadi anak

yang mandiri, itu aja.

Memberi motivasi dan dukungan pada

keluarga agar menerima ODS apa

adanya.

3G1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 131

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 131

No Verbatim Keterangan Koding

1.

2.

3.

4.

5.

6 .

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

Jadi kan kemarin bapak cerita soal reaksi bapak

ketika melihat N dengan ekspresi emosi yang tinggi

begitu ya, itu kan awalnya karena ketidak tahuan

bapak tentang skizofrenia. Bagaimana bapak

menyadari bahwa bapak berada pada tahap

ketidak tahuan pada skizofrenia yang dialami oleh

anak bapak?

Sejak N dikirim ke Grhasia bilang itu kan karena

masalah narkoba dan dia mengalami disfungsi emosi

atau depres itu, tapi belum ada kata siko.. skizofrenia

waktu itu. Itu berlangsung dari tahun 2013 sampai

dengan saya ketemu Pak Adi ya. Jadi waktu itu saya

pikir karena dia sudah di rehab dan di detox segala

macem, obat-obatan juga sudah tidak ada, emm ya

saya berfikir maka prosesnya sudah selesai begitu, itu

berlangsung dari 2013 sampai 2014 ya, ketemu Pak

Adi itu satu tahun, ya satu tahun.

Kemudian, kemarin kan bapak bilang kalau N itu

berpakaiannya lusuh atau kadang seperti itu

kemudian hal yang membuat bapak benci itu

adalah ketika N merokok seperti itu ya Pak?

Kemudian perasaan bapak ketika N seperti itu

bagaimana?

Ya saya merasa useless ya sebagai ayah, karena sudah

berusaha mengingatkan berkali-kali, jangan merokok,

itu membuang-buang uang, percuma dan itu tidak baik

untuk kesehatan kamu. Terus cara berpakaian kamu

juga tolong diperhatikan, tapi dia ya Cuma bilang

“ya”, Cuma gitu saja, reaksinya tu datar sekali dan dia

tidak bisa merasakan, tidak bisa berempati pada kedua

Ketidaktahuan pada skizofrenia membuat

partisipan mengira bahwa penyakit yang

dialami anaknya adalah efek dari napza.

Muncul perasaan sedih dan tidak berguna

karena nasehatnya diabaikan dan anaknya

bersikao tidak sesuai

Muncul perasaan sedih dan tidak berguna

ketika anaknya menunjukkan sikap yang

(-1A1)

(-3B1)

(-3A1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 132

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

45.

46.

47.

48.

49.

50.

51.

52.

53.

54.

55.

56.

57.

58.

59.

60.

61.

orang tuanya yang, yang bekerja keras ya, cari uang

untuk membiayai dia kuliah, dia sepertinya ee..

emosinya tu datar sekali. Jadi saya merasa sedih saat

itu, merasa tidak berguna, ya. Merasa buntu juga itu

gimana harus memberi tahu anak saya supaya berhenti

merokok dan berpakaian yang benar.

Kemudian bagaimana bapak mengatasi perasaan

yang tidak nyaman itu ?

Saya, saya pasrah dan saya sabarnya ya beda dengan

istri saya, ibunya N. Ibunya N pun juga dalam keadaan

yang tidak berdaya, ya sudah, yaudah Pa kita terima

saja, kita jalani saja ee.. ya sudah anak kita seperti itu.

Jadi lebih ke pasrah gitu ya Pak?

Lebih ke pasrah, ya. Pada saat dia seperti itu.

Kemudian kan kemarin bapak juga bilang bahwa

adiknya awalnya tidak menerima, terus apa yang

bapak lakukan ketika adiknya tidak menerima

untuk memberi pengertian pada adiknya supaya

menerima keadaan kakaknya?

Pada awalnya susah sekali, bahkan adiknya tu sampai

menangis histeris di rumah dia bercerita bagaimana

kakaknya tuh bertingkah di kampus, ya. Sering kalau

sedang kuliah satu kelas, dia ketawanya keras-keras

dan sering ngrecok suasana kuliah sampai dia pernah

diusir sama dosennya. N kalau kamu nggak mau di sini

silahkan keluar, karena temen-temenmu yang ada di

sini mau belajar, itu ada adiknya di dalem kelas itu.

Dia, dia merasa tertekan sekali di kampus pun dia

tidak mau bertegur sapa, gitu. Dan susah ya sampai

sekarang pun belum bisa klik mereka berdua tu, jadi

mereka berdua tu udah, udah punya issue ee.. pada saat

tidak sesuai dengan keinginannya.

Merasa bingung harus berbuat apa agar

perilaku anaknya bisa sesuai dengan

keinginannnya

Reaksi dari ketidakberdayaan namun

berusaha tetap tenang dalam keadaan yang

tidak nyaman

Memahami keadaan, memahami kondisi

(-3A1)

3A1

2E2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 133

62.

63.

64.

65.

66.

67.

68.

69.

70.

71.

72.

73.

74.

75.

76.

77.

78.

79.

80.

81.

82.

83.

84.

85.

86.

87.

88.

89.

90.

91.

92.

itu ya, ya nggak banyak yang bisa kami perbuat bahwa

ee.. kami tidak bisa memaksa R untuk menerima apa

adanya kakaknya, karena dia juga punya satu limith

yang bisa memahami kakaknya yang mengalami

kemunduran mental, kemunduran dari sisi kejiwaan,

ya yang kami lakukan memberikan kondisi, kondisi-

kondisi yang ee.. membuat anak kami nyaman dengan

dirinya masing-masing dan tidak memaksakan bahwa

kalian berdua harus rukun, kalian berdua harus bekerja

sama, kalau mereka berdua tidak bisa bekerja sama

mengerjakan pekerjaan rumah tertentu ya, ya sudah.

Biarkan proses yang berjalan dan toh dengan

berjalannya waktu ada moment-moment tertentu yang

membuat adiknya sedikit demi sedikit mulai cair,

misalnya adiknya pernah suatu saat ee.. naik motor

kecelakaan tapi tidak parah, cuman cuman motornya

rusak dan harus diganti beberapa sparepart nya, pada

saat itu yang ada di rumah hanya kakaknya saja, ee..

karena adiknya takut ngomong sama saya, adiknya

berkeluh kesah sama kakaknya, ya. Di situ saya dengar

N juga memberikan nasehat-nasehat sebagai seorang

kakak yang melindungi, yang lebih dewasa. Dia

bilang, ya udah dik, nanti kan Papa juga ngerti

situasinya dik. Saya tahu ini dari istri saya karena R

menceritakan apa yang dia bicarakan sama kakaknya,

ya. Tapi kayak up and down gitu ya, ada satu peristiwa

dimana R yang nerima, tapi ada satu peristiwa yang

ee.. trigger nya yang membuat R memori nya tu

teringat lagi untuk harus merasa tidak rukun dengan

kakaknya. Dan itu berulang-ulang terus sampai

sekarang, sampai sekarang. Ya untuk kembali seperti

psikologis orang lain dan berusaha

menciptakan kondisi sekondusif mungkin

Tidak memaksakan kehendak dan

keinginan diri pada orang lain, serta

berusaha menerima keadaan dengan apa

adanya

Membiarkan proses berjalan apa adanya

dan percaya bahwa ada penyelesaian

masalah

Tidak memberikan target apapun kepada

2B1

2F1

2B1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 134

93.

94.

95.

96.

97.

98.

99.

100.

101.

102.

103,

104.

105.

106.

107.

108.

109.

110.

111.

112.

113.

114.

115.

116.

117.

118.

119.

120.

121.

122.

123.

dulu ya saya tidak berharap sekali bahwa mereka

berdua bisa rukun, bisa guling-gulingan, mungkin

karena apa ya, perjalanan hidupnya sudah berbeda-

beda.

Kemudian bapak kan pernah pindah rumah ya,

dikarenakan karena ada stigma masyarakat.

Seperti apa bentuk dari stigma nya itu sendiri

kepada keluarga bapak?

Iya, orang Jawa kalau ingin menyampaikan sesuatu

yang sensitif kan tidak berbicara langsung, ya kan?

Tidak ngomong langsung to the point. Lalu saya pun

juga berasumsi bahwa tetangga-tetangga kayaknya,

apa ya.. dalam tanda petik menolak kehadiran N, gitu.

Misalnya tetangga saya di sini, yang tadinya ramah

yang tadinya ngajak ngobrol lalu setiap kali ada saya

disitu, dia menyingkir. Lalu ada sahabatnya istri saya,

anaknya juga sama N bersahabat, itu juga, itu jauh.

Dan istriku ya bilang, oo mamanya itu menjauh, yo

wes rapopo. Dan akhirnya ya kami pindah, kami

memutuskan untuk pindah. Selain itu alasannya juga

lebih pada supaya kami bisa lebih memberikan suasana

yang nyaman buat anak-anak ya. Karena anak-anak

kan kuliahnya di X, kami juga di “utara”, ya. Maksud

kamu kalau R ada kuliah antara itu kan bisa pulang,

daripada harus nyeberang dari X ke “selatan” kan jauh

sekali, dan juga faktor resikonya kan tinggi, ya.

Terus kan kemarin bapak menceritakan tentang N

ya, bapak bilang kalau bapak tidak menargetkan

apapun pada N. Nah, bagaimana bapak menyadari

bahwa bapak tidak menargetkan sesuatu pada N?

Emm, iya. Sebagai ayah yang punya anak pertama

anak-anaknya dan berusaha menerima apa

adanya

Merasakan perubahan sikap dari

masyarakat yang disebabkan dari

pandangan negatif terhadap keluarganya

Berusaha menenagkan diri sendiri dan

keluarga; pindah rumah untuk menghidari

pandangan negatif

Menyadari bahwa dirinya tidak dapat

2E1

2A3

3B1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 135

124.

125.

126.

127.

128.

129.

130.

131.

132.

133.

134.

135.

136.

137.

138.

139.

140.

141.

142.

143.

144.

145.

146.

147.

148.

149.

150.

151.

152.

153.

154.

laki-laki, saya kan punya harapan, bahwa dia nanti

harus menjadi anak yang kuat, anak yang bisa

melindungi adiknya, bisa mandiri, ee.. lalu kadang

dalam, dalam cara saya mendidik, saya push dia terlalu

keras, untuk menjadi anak yang kuat ya, ee.. sekarang

saya tidak lagi mentargetkan apapun ya karena proses

pergaulan saya dengan temen-temen di Paguyuban

Laras Jiwa. Kami sering bertemu dua bulan sekali, dan

kami saling bercerita tentang keadaan keluarga

masing-masing. Ada istrinya yang terkena skizofrenia,

kami saling berbagi. Oo.. caramu begini efektif. Ada

anggota kami di paguyuban Laras Jiwa yang punya

istri skizofrenia, itu sampai membakar sertifikat

rumah, sampai ee.. membuang ikan yang mau dipanen

besoknya, di buka tutupnya, ikannya pada lari ke

sungai, padahal itu dah mau dibeli oleh pedagang ikan,

itu dah rugi puluhan juta itu. Rumah mau dibakar juga

pernah, tapi hebatnya si bapak itu sampai sekarang

masih setia merawat istrinya, dengan kasih sayang

yang penuh sekali. Lalu saya merasa disitu saya belum

ada apa-apanya. Ee.. penderitaan saya itu kecil sekali.

Dan dia bilang Pak, namanya Pak S. Saya tidak

mentargetkan apapun pada istri saya, saya tidak

mentargetkan istri saya harus bisa membuatkan saya

teh dan sarapan, kalau nggak ada ya udah, saya bikin

teh sendiri saya bikin sarapan sendiri. Gitu juga

dengan N, kalau saya ingin mentargetkan kamu ngga

boleh ngerokok, lalu disitu terjadi perdebatan kan? Ya

udah, kalau kamu mau ngerokok ya ngerokok aja, ya

gitu. Untuk masa depan pun ya, saya tidak

mentargetkan apapun juga. biarlah anak saya sendiri

memaksakan keadaan dan harapan yang ia

bangun mengingat keadaan anaknya kini

memiliki keterbatasan

Mengendalikan kesenangan yang muncul

dari dalam diri

Bertukar pengalaman dengan sesama

anggota komunitas dan merasa mendapat

manfaat dari kegiatan tsb.

Menganggap masalahnya belum ada apa

apanya dibandingkan dengan orang lain

Berusaha mengendalikan keinginan dengan

tidak mentargetkan apapun pada anaknya

Mampu mengendalikan keinginan dan

kesukaan dari dalam diri

2B1

3G1

3G3

3B1

2B1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 136

155.

156.

157.

158.

159.

160.

161.

162.

163.

164.

165.

166.

167.

168.

169.

170.

171.

172.

173.

174.

175.

176.

177.

178.

179.

180.

181.

182.

183.

184.

185.

yang menjalaninya dan berusaha, saya lihat saat ini

sangat bersemangat untuk mengejar ketertinggalannya

dan saya selalu tanya, Mas ada masalah nggak di

kampus? Enggak. Kamu canggung nggak nyoper di

bawah dengan adik-adik kelasmu? Enggak biasa aja.

Ya syukurlah, lalu saya denger dari tantenya, ya. Dia

lebih terbuka sama tantenya dan adik-adiknya, dia

bilang “aku nggak mau mengulang hidupku yang dulu

lagi, nggak mau coba-coba itu lagi, hidupku udah,

udah hancur”. Dia udah mulai sadar itu.

Kemudian, ibu nya N sendiri bagaimana ya Pak,

dalam merawat N sepert itu. Kalau kemarin saya

dengar kan bapak yang berperan, ibu nya tidak

siap, untuk sekarang bagaimana?

Sekarang istri saya lebih, lebih bisa menangguling..

menanggulangi dirinya sendiri. Penolakan-penolakan

itu sudah bisa dia tanggulangi dan dia juga sudah bisa

menerima N itu apa adanya. Dan dia banyak belajar

juga dari saya, saya kasihin cerita seperti temen-temen

di Laras Jiwa, saya informasikan, saya ee.. mengirim

seorang penderita ODGJ ke puskesmas lewat temen-

temen paguyuban, saat ini saya sedang proyek untuk,

sedang punya proyek untuk, untuk membawa

seseorang yang sakit jiwa ke Rumah Sakit. Jadi, ee..

istri saya melihat bahwa sakit jiwa itu bisa

disembuhkan, skizofrenia juga bisa disembuhkan. Dan

ya.. dia menyesuaikan diri, mendekat ke N, namun

juga tidak lalu ee.. memanjakannya lagi. Karena dulu

ibunya sangat deket dengan, dengan anak saya yang

pertama, dalam arti melayani memanjakan, tapi

sekarang dia nggak lagi.

Memotivasi keluarga supaya dapat

menerima ODS dengan apa adanya

Melakukan sesuatu untuk ODGJ lain

sebagai wujud empati

Keyakinan bahwa skizofrenia dapat

disembuhkan

3G1

3G3

3F1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 137

186.

187.

188.

189.

190.

191.

192.

193.

194.

195.

196.

197.

198.

199.

200.

201.

202.

203.

204.

205.

206.

207.

208.

209.

210.

211.

212.

213.

214.

215.

216.

Berarti artiya sudah menyesuaikan diri untuk

menerima ya pak?

Iya, sekarang dia sudah bisa menyesuaikan, karena

dulu dengan proses di Grhasia yang pertama dan kedua

nggak pernah mau nengok ke Grhasia, belum siap.

Ketika bertemu dengan anak saya yang pakai seragam

Grhasia, nangis dia.

Kemudian bagaimana bapak memberi pengertian

pada keluarga bapak tentang keadaan N?

Pada keluarga besar saya?

Pada keluarga inti bapak.

Pada keluarga inti, istri dan anak saya? Saya, intinya

adalah bahwa ini kakakmu, anakmu ini sedang dalam

proses penyembuhan dan yang paling menentukan

adalah keluarga inti, kita harus bisa menerima, ee.. N

itu apa adanya. N yang sekarang berbeda dengan N

yang dulu, sekarang N tu butuh waktu untuk

memahami satu hal, kamu nggak boleh memprotes, ya.

Nggak boleh memaksa, biarkan kita berikan satu apa

ya? Pancingan, satu stimulus, nanti biarkan N sendiri

yang berproses untuk memberikan respon, ya. Anak

saya pernah tanya, Pa, mas N bisa nggak bantu papa

ngasih kelas vegan shusi kayak kemarin? Aku bilang

sama anakku, Dek, mas N belum bisa.

Kelas apa Pak?

Saya kemarin diminta untuk memberikan kelas tentang

vegan shusi, mengajar cara membuat vegan shusi,itu

yang selalu menjadi asisten kan anak saya yang kedua,

si R, karena R sudah bisa membaca pikiran saya, yang

saya butuhkan dia udah tahu, N belum bisa klik

dengan saya, R sudah bisa me.. meng apa..

Meningkatkan hal positif dalam diri untuk

memotivasi keluarganya dan menerima

anaknya dengan apa adanya

3G1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 138

217.

218.

219.

220.

221.

222.

223.

224.

225.

226.

227.

228.

229.

230.

231.

232.

234.

235.

236.

237.

238.

239.

240.

241.

242.

243.

244.

245.

246.

247.

248.

mengimbangi kecepatan kerja saya, N belum bisa. Dan

R selalu tanya, N udah bisa belum Pa? Belum, ya kasih

waktu lah dek, tapi kan N sudah pernah coba juga jadi

asisten papa waktu papa jualan sushi dan sebagainya.

Dia udah berusaha keras, dia menghitung uang juga

udah cepet juga nulis, bisa nulis order, lalu bisa

memberikan order pada customer yang mana ya itu dia

udah tahu, misalnya customer yang udah bayar dan

belum bayar N udah tahu, dan dia asik juga kalau lagi

bantu saya jualan sushi. Tapi memang dua anak saya

beda, R lebih cepat lebih cekatan, N belum bisa.

Terus tadi bapak bilang N sekarang buka N yang

dulu tu maksudnya seperti apa Pak? Bisa

dijelaskan?

N yang dulu tu cerdas, anaknya cerdas, anaknya pintar,

sejak kecil saya bisa lihat dia tak kasih biola, bisa main

he’em.. waktu itu masih kecil masih di bawah 5 tahun,

dia kan ikut kursus biola terus dia di bawah 5 tahun

juga udah bisa main gitar, ya. Udah bisa baca note

balok di bawah 5 tahun ya, aku aja nggak bisa, gitu.

Dan dari note balok itu dia main biolanya. Kalau saya

lihat foto-fotonya, aduuh.. aku sedih banget e,

seandainya waktu bisa tak putar ya. Di situ saya

kadang ngerasa, kok nggak adil ya? Mestinya N tu

nggak seperti sekarang ini. R dulu pada waktu kecil,

itu lebih lambat daripada N, lambat sekali. R kalau

bangun tud selalu siang, N jam 5 tu matanya dah seger,

dah aktif dan sehat dah jalan-jalan pagi-pagi itu, ya.

Dan N yang dulu ketika balita udah peduli sama

adiknya, sayang sama adiknya, dia diajak ada acara

piknik di TK nya kan, pulang dari piknik tu dia beliin

Tidak dapat mengendalikan dorongan yang

muncul dari dalam diri

(-2B1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 139

249.

250.

251.

252.

253.

254.

255.

256.

257.

258.

259.

260.

261.

262.

263.

264.

265.

266.

267.

268.

269.

270.

271.

272.

273.

274.

275.

276.

277.

278.

279.

oleh-oleh buat adiknya di rumah, seperti itu. Dia

sangat care, ee.. hangat, dia generous juga, dia peduli

sama keluarga. Pernah waktu kami mau pulang ke

Jogja, mudik kan, naik bus, ada.. waktu mau turun bus

itu salah satu barang saya terjatuh di jalan, N yang

kecil itu langsung lari menerobos jalan di bundaran HI

itu demi mengambilkan barang yang jatuh tadi itu. Dan

itu luar biasa bagi saya, itu luaarr biasa. Dan dia udah

mandiri seusia dia di bawah 5 tahun, dia juga

melindungi adiknya dari temen-temen yang nakal, lalu

kami pulang ke Jogja, hal yang sama masih dilakukan

juga ketika SD di K itu, ee selatan P itu, kan dia anak

baru pindahan dari Tangerang, kan sering dinakali, N

yang membela adiknya “kowe ojo nakal lho” dan

adiknya juga merasakan itu kasih sayang dari kakanya,

dan itu berlangsung sampai kelas 2 SMA, kelas 3

SMA N udah mulai berubah, dan setelah itu sudah

mulai jauh, sampai sekarang. Saya, saya nggak bisa

apa-apa untuk mendekatkan mereka, ya.. saya hanya

dengan cara apa bisa mendekatkan mereka, dengan

cara ya sudah berperilaku wajar saja, ya. Dan saya

menyediakan kondisi untuk tidak berpihak pada dua

anak, ya. Kalau N ngeluh soal adiknya ya udah itu

kecil le, kerjakan. Kalau misal N, adik harus maem

lho, sekarang N itu kan perkembangannya udah bagus

lho, bener nggak? Iya sih Pa, gitu. Ya dia lagi

berproses, dan saya tidak akan meng.. apa ya, merasa

gagal kalau ada temen saya yang menceritakan oo

anak-anakku rukun, ya syukurlah itu hidup mereka,

aku punya hidupku sendiri, dan aku nggak boleh ngiri

nggak boleh ee.. menyalahkan orang lain, ya sudah

Berusaha memberikan kondisi yang

kondusif bagi anak-anaknya

Menerima permasalahan yang ada di

hidupnya dan tidak membandingkannya

dengan orang lain

2A3

3G1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 140

280.

281.

282.

283.

284.

285.

286.

287.

288.

289.

290.

291.

292.

293.

294.

295.

296.

297.

298.

299.

300.

301.

302.

303.

304.

305.

306.

307.

308.

309.

310.

semua orang punya masalah sendiri-sendiri. Kadang-

kandang bebannya itu kan menjadi berat karena beban

sosial, apa lagi di Jawa, di Indonesia kalau di Amerika

bebas, orang-orang sana tu nggak usil ya, karena

masing-masing tu punya kehidupan sendiri, punya

privacy sendiri, orang nggak usil gitu lho, beda sangat

beda.

Kemudian, bagaimana proses bapak untuk bangkit

dari suatu hal yang menurut bapak tidak nyaman?

Iya, saya melakukan refleksi, melihat lagi ni kenapa

sih kok seperti ini, saya merasa ya karena ada salah

saya juga saya tidak memperhatikan anak, ee.. saya

waku itu terlalu sibuk mencari uang, ya. Kemudian ya

saya harus, harus maju terus menjalani kehidupan ini,

ee.. kadang-kadang kalau diundang temen-temen untuk

ketemuan itu saya nggak bisa hadir, nggak mau hadir.

Temen apa itu Pak? Ya temen SD, temen SMP,

temen kuliah, temen organisasi seusia saya kan lagi

getol-getolnya reuni, itu. Saya selalu menghindar,

karena saya merasa ee.. gagal sebagai temennya gagal,

tapi ya ada temen-temen saya, ada beberapa temen

yang melihat masalah saya, ayolah nggak papa, kamu

gabung dan apa yang kamu pikirkan itu belum tentu

benar kok, ya itu dari situ saya mulai bergaul, dan ya

temen-temen masih sportif untuk mendukung saya

secara spiritual ya, mental, mereka nggak me..

mempermaslahkan itu, lalu ada temen saya juga yang

punya masalah yang lebih berat dengan saya, jadi saya

berhenti untuk berasumsi, ya. Kenapa resistensi terjadi

karena saya berasumsi, “wah ngko gek-gek tekan kono

ditakoni, digrenengi”gitu. Yaa.. itu aja bagaimana

Merasa beban lebih berat karena tekanan

sosial

Mencoba mengingat dan merefleksikan

penyebab terjadinya masalah

Ada perasaan malu ketika akan berinteraksi

dengan orang lain karena memiliki anak

ODS

Ada perasaan malu karena merasa gagal

dalam mendidik anak

(-3B1)

3D1

3C3

(-2B2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 141

311.

312.

313.

314.

315.

316.

317.

318.

319.

320.

321.

322.

323.

324.

325.

326.

327.

328.

329.

330.

331.

332.

333.

334.

335.

336.

337.

338.

339.

340.

341.

saya membangun diri, saya refleksi, kemudian saya

mencari informasi-informasi tentang ee.. penyakit

gangguan jiwa, ya. Saya lebih aktif di Paguyuban

Laras Jiwa, diundang untuk menjadi pembicara,

menjadi saksi ya.. lalu disitu saya merasa saya menjadi

duta gitu ya. Dan sekarang saya lebih sensitif ketika

melihat orang ee.. yang mengalami gangguan jiwa,

saya harus berbuat sesuatu untuk mereka. Disitu saya

merasa lebih punya, punya arti ya, gitu. Saya

menemukan ini mungkin ee.. orang bilang kan

something happen for some reason kan? Mungkin

alam, mungkin Tuhan, memilih saya untuk bergelut,

berjuang di area ini, gitu. Meskipun yang saya lakukan

itu baru kecil tapi ya mempunyai arti, dan teman-

teman mendukung, temen-temen di Paguyuban Laras

Jiwa mendukung.

Berarti dengan dukungan sosial itu bapak menjadi

“saya harus bangkit dari keadaan ini”?

Iya, saya merasa itu salah satu ee.. dukungan salah satu

kayak strenght ... untuk bangkit, di samping saya

sendiri juga harus, saya sendiri ya harus bangkit, kalau

enggak ya gimana, saya punya keluarga, saya punya

istri, saya punya dua anak, kalau seorang kepala

keluarga lemah ya anak-anaknya nggak akan bangkit,

nggak akan PD, dan saya lihat anak-anak saya PD,

mereka kan sering datang ke acara-acara saya ketika

ada event pasar organik, mereka datang, mereka PD

aja ya. Nggak peduli misalnya kami ya.. nggak kaya

lah, motornya jelek, mereka nggak peduli itu, itu yang

aku bangga yang aku suka. Dan mereka mulai bisa

menerima satu sama lain itu apa adanya.

Merefleksikan penyebab dari

permasalahan

Meningkatkan sesuatu yang positif dari

dalam diri

Mampu membaca tanda emosional dan

psikologis orang lain

Keyakinan bahwa dirinya mampu

melakukan hal di luar batas

kemampuannya

Memiliki keyakinan bahw dirinya mampu

bangkit dari masalah

3D1

3G1

3E1

3G2

3F1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 142

342.

343.

344.

345.

346.

347.

348.

349.

350.

351.

352.

353.

354.

355.

356.

357.

358.

359.

360.

361.

362.

363.

364.

365.

366.

367

368.

369.

370.

371.

372.

Kemudian hal apa yang memotivasi bapak untuk

membagi ini di group, sehingga bapak mampu

tampil sebagai pembicara?

Motivasi saya untuk menguatkan orang lain,

menguatkan banyak orang bahwa sakit jiwa itu bisa

disembuhkan, karena ada itu lho, saya kayak kayak..

saya dengan beberapa orang yang punya masalah sama

itu seperti punya connected, dihubungkan oleh

semesta. Ada misalnya contoh baru kenal dengan

seorang bapak dia punya kasus anaknya sakit jiwa, dia

melarikan diri. Anaknya? ayahnya, dia tinggal di

Solo, ayahnya punya bisnis di Jogja dia tu sampai

nggak mau pulang ke Solo karena malu dengan

kondisi anaknya yang sakit jiwa. Itu kan nggak bagus,

makanya saya ingin berbagi pada setiap orang, pada

banyak orang bahkan di group-group WA, di

perkumpulan-perkumpulan alumni dari SD sampai

SMA saya nggak malu-malu lagi untuk cerita, tentang

pentingnya kesehatan jiwa kesehatan mental. Jika

diminta, jika ditanya saya akan jawab, kalau pas ada

moment tertentu ya saya akan cerita, ya. Dan saya

nggak akan malu lagi, nggak pakai tedeng aling-aling

lagi. Dulu kan saya merasa kok gimana ya, gengsi lah.

Ya saya merasa gengsi kalau saya punya anak sakit

jiwa, berarti kamu orang tua yang gagal. Aku sekarang

nggak akan begitu, aku dicap sebagai orang tua yang

gagal ya monggo, tapi aku punya motivasi untuk ya

untuk bercerita, untuk menyadarkan orang lain bahwa

sakit jiwa bisa disembuhkan, menggiring banyak orang

untuk memiliki kesadaran baru, karena kasus yang

saya tangani di X itu, orang tua itu nggak pernah

Berusaha meningkatkan hal yang positif

dalam diri untuk membantu sesama.

Merasa masalah sebagai tantangan yang

harus dihadapi, bukan ancaman yang harus

dihindari

Merasa telah mencapai kesuksesan dalam

menyelesaikan masalah

Mampu meningkatkan sesuatu yang positif

dalam diri untuk dibagikan pada orang lain

3G3

3G3

3F2, 3F3

3G1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 143

373.

374.

375.

376.

377.

378.

379.

380.

381.

382.

383.

384.

385.

386.

387.

388.

389.

390.

391.

392.

393.

394.

395.

396.

397.

398.

399.

400.

401.

402.

403.

mengobati, membawa dia ke rumah sakit,

diobatkannya malah ke orang pintar, ke dukun gitu.

Dan ya, anaknya sih normal ya, tapi kadang-kadang

ketawa sendiri, kadang-kadang menangis sendiri, kalau

ada yang ganggu dia lempar, nglempari mobil yang

lewat. Ya parah menurut saya kalau itu tidak segera di

tangani, ya ini anaknya (menunjukkan foto). Ini

anaknya sama saya manja sekali. Masih usia, kelahiran

80, yang dipakai itu gelang saya, kalau saya kesana tu,

dia pegang-pegang tangan saya. Tapi dia bisa

berbicara normal? Bisa, bisa berbicara normal, tapi

ketika dia main ke X, kadang-kadang dia itu, ketawa-

ketawa, lalu oleh temen-temen saya di Y diketawain,

jangan gitu dong. Kadang-kadang saya marah, tapi

dalam hati. Ketika saya marah mau maki-maki yang

ngetawain, ya saya salah juga karena mereka belum

memiliki kesadaran, belum memiliki pemahaman lah.

Jangan bicara kesadaran dulu. Macam ini ya, saya

bermanfaat untuk orang lain, bukan sesuatu yang

material, tapi suatu immaterial yang menguatkan saya.

Ini mau ke Rumah sakit dia, tapi maunya sama saya.

Maunya sama saya, nah orang tuanya sedang tak minta

untuk ngurus administrasinya, ngurus rujukan ke

puskesmas, jamkesus juga, ya.

Terus perasaan bapak ketika bapak merasa sudah

bangkit dari keadaan ini, itu perasaannya

bagaimana?

Eemm.. perasaannya sih ya biasa aja sih saya, he’em

saya merasa biasa aja. Karena saya juga tidak merasa

istimewa, nggak merasa ingin terkenal. Ingin biasa-

biasa aja, ingin menjalani hidup ini dengan biasa saja.

Memiliki rasa empati dan peduli pada

orang yang memiliki gangguan jiwa

3E2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 1 144

404.

405.

406.

407.

408.

409.

410.

411.

412.

413.

414.

415.

416.

Tapi bapak sudah merasa nyaman dengan yang

seperti ini?

He’em, saya sudah merasa nyaman dan sekarang saya

harus bangkit lagi supaya bisa lebih optimal lagi, dan

saya merasakan bahwa yang penting, yang paling

penting adalah ee.. kami sekeluarga udah connected

ya, kemarin kan istri saya masih belum bisa nerima,

sekarang dia bisa nerima. Adiknya yang walaupun

saya belum puas karena masih teringat memori ketika

mereka kecil sampai dengan masa SMA itu kan sangat

dekat sangat rukun, saya kembali tidak mentargetkan

apapun pada mereka, paling nggak kami bisa pergi

bersama, bisa duduk bersama, itu udah bagus, gitu.

Merasa bahwa diri sudah mencapai

keberhasilan dan telah mampu

menyelesaikan masalah

Berusaha meningkatkan aspek positif

dalam diri

3F2

3G1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 2 145

No Verbatim Keterangan Koding

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

Sejak kapan bapak menjadi caregiver ODS ?

Sejak tahun 97

Bisa ceritakan nggak Pak, bagaimana awalnya?

Awalnya tu ketakutan dari untuk berkeluarga, karena

mental yang kecil untuk berkeluarga, bagaimana nanti

punya anak, ee..untuk ee.. tanggungjawab kepada suami,

nah itu dia takut. Akhirnya dia ee.. turunlah drastis ya,

jatuh. Akhirnya dia itu masuk ke dalam posisi

menyendiri, ee.. dia sering murung, akhirnya jatuh tidak

ingat, gitu. Setelah itu saya bawa ke rumah sakit, rumah

sakit X di daerah Klaten, di sana diobati, lima.. diantara

lima hari kan itu, itu baru pulang. Tapi detik itu saya

hancur mbak, saya sebagai suami kan hancur, nah waktu

itu ada, kenapa kok bisa begini gitu, hancur hatinya.

Nah penyakitnya penyakit apa, kok bisa begini kan

nggak terbayangkan, yang dibayangkan sebagai orang

yang mem.. membuat keluarga atau menyusun keluarga

kan bahagia, tapi di tengah jalan pas ada anak kecil, kan

anak saya masih bayi mbak.

Anak yang pertama ya, Pak?

Anak yang kedua, yang kuliah ini. Itu masih bayi, baru

umur 8 bulan mbak, masih merah seakan-akan.

Akhirnya dari detik itu otomatis momong anak, sama

ee.. yang satu ya masih kecil, yang satu masih bayi, ee..

montang-manting ke Rumah Sakit, ya kita jalani. Ya

dengan Bissmillah. Setelah itu, pulang dari Rumah

Sakit, nah kita masih tetap anu.. mencari celah untuk

sebetulnya sakit apa, secara mental, secara hati nurani

kan nggak menerima, pertamanya nggak menerima, tapi

ini sebenarnya sakit apa, kan waktu itu kan masih awam

Dibawa ke RS Umun pda saat muncul

gejala awal skizofrenia

Ketidaktahuan tentang skizofrenia

yang menimbulkan perasaan sedih

karena harapan tidak sesuai kenyataan Merasa beban semakin berat karena tugas yang diemban semakin banyak Berusaha mencari tahu tentang penyakit istrinya Ketidaktahuan tentang skizofrenia membuat dirinya belum bisa menerima

1D1

(-1A1)

1A1

1D1

(-1B1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 2 146

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

45.

46.

47.

48.

49.

50.

51.

52.

53.

54.

55.

56.

57.

58.

59.

60.

61.

mbak, belum kenal tentang, oo ini ODGJ, oo ini ODS,

ya namanya despresi, depresi ya mbak ya, itu nggak

kenal, bener-bener awam. Dari perjalanan itu kan kita ya

seorang muslim, kita ee.. kita pasrah ya. Yang penting

sebagai orang muslim, saya sebagai seorang suami ya

kita tanggung jawab, saya antarkan istri ee.. dengan

usaha penyembuhan, kan gitu, yang kedua tabah, yang

ketiga mungkin saya diamanahi anak ya kita

menjalankan amanah itu. Itu yang pokok utama, sebagai

pendamping harus kuat dasar utamanya. Dasar yang

kedua mungkin gini mbak, untuk perjalanan hidup, kan

ada acuan ke depannya, harus tenang, harus berfikir

kedepannya, gimana nanti seumpama anak itu nggak

ada ibunya, gimana anak itu kalau jadi orang yang gila

di tengah jalan, itu kan kita pikirkan jauh. Makanya kita

harus intinya peduli, akhirnya dalam keadaan su.. susah

anggep aja susah, senangnya mungkin nggak ada waktu

itu, adanya cuma susah. Susah ya, shock, ekonomi

otomatis carut marut to mbak, nah otomatis berjalan

seadanya. Tapi yang penting pendidikan anak saya

jangan sampai putus, walaupun dulu belum ada sama

sekali itu di lain desa, saya kan beli tanah di lain desa,

itu nggak ada jamkesmas mbak. Jadi biaya sendiri

semuanya. Saya tu dapet jamkesmas baru tahun 2011,

kalo nggak sebelas dua belas mbak, dari tahun 97 mbak.

Nah itu, akhirnya sampai nggak kuat to mbak, naah

punya progress lagi, ini anak sekolah, ini istri yang

harus dibiayai setiap hari harus makan obat, pakai uang.

Hari tempo harus masuk di rumah sakit minimal tujuh

ratus lima puluh ribu, itu minimal, sampai empat

setengah juta, dalam posisi satu minggu mbak. Otomatis

keadaan istrinya Berusaha memberikan pengobatan dan bertanggung jawab atas tugasnya sebagai suami dan ayah Menanamkan sikap positif dalam diri dan berusaha mempersiapkan solusi untuk menghadapi kemungkinan masalah yang akan terjadi. Bersikap positif walaupun dalam keadaan yang tidak mudah Berharap pada masa depan yang lebih baik untuk keluarganya Merasa bertanggung jawab pada keluarga di tengah keadaan yang sulit karena bebannya bertambah

1A1

1B2

1A1

1C1

(-1A1)

1C3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 2 147

62.

63.

64.

65.

66.

67.

68.

69.

70.

71.

72.

73.

74.

75.

76.

77.

78.

79.

80.

81.

82.

83.

84.

85.

86.

87.

88.

89.

90.

91.

92.

ya kita harus bergerak dalam usaha, usaha yang saya

jalankan menggunakan keseimbangan pikir,

keseimbangan badan, saya mborong sama di proyek,

sama meubel, ya itu mbak. Yang baku bisa terpenuhi

untuk itu, tapi tetep min mbak, walaupun penghasilan

saya tu lebih dari orang-orang yang umum, tapi tetep

min, kan gitu. Saking besarnya biaya di Rumah Sakit.

Terus bagaimana perasaan bapak ketika istri bapak

didioagnosa skizofrenia?

Waktu dulu gini mbak, pasrah. Yang dibilang pasrah tu

gini, ya kaget dan pasrah, dalam arti kaget itu, kok bisa

ya? Dalam posisi sakit kan saya kembali anu.. kembali

kepada amanah, saya seorang suami kan harus amanah,

saya kembali kepada amanah ini harus saya hantarkan,

walaupun hanya berfungsi untuk memandikan anak,

atau memasakkan makanan untuk anak. Sampai saya tu

gini mbak, hanya satu fungsi, prinsip saya gitu. Kalau

dia bisa ee.. nganter anak mandi, nanti masakin anak, itu

bagi saya udah cukup, gitu mbak, udah cukup. Untuk

anu mbak, untuk maanfaat keluarga lho itu mbak. Ya itu

yang saya, yang saya tekankan. Tapi saya tidak meng..

anu mengharapkan terlalu banyak untuk istri tentang hal

yang lainnya. Makanya itu saya bebaskan itu mbak yang

lainnya. Untuk semua kebutuhan atau apapun, saya

pikul sendiri mbak, gitu.

Terus pertama kali mengetahui itu, bapak sempet

nggak paham tentang penyakit istri bapak.

Kemudian bagaimana bapak sampai pada titik

“saya harus mengantarkan dia ke Rumah Sakit?”

Bagaimana menentukan pengobatannya?

Tentang menentukkan pengobatan ya mbak? Setiap

Besarnya biaya RS membuat dirinya harus berusaha lebih kuat untuk memenuhi kebutuhan keluarga Tidak menyangka istrinya menderita skizofrenia Bertanggungjawab dan berusaha membantu istri agar dapat mandiri Tidak memberikan target tertentu pada istri

(-2A1)

2C2

2B1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 2 148

93.

94.

95.

96.

97.

98.

99.

100.

101.

102.

103.

104.

105.

106.

107.

108.

109.

110.

111.

112.

113.

114.

115.

116.

117.

118.

119.

120.

121.

122.

123.

penyakit kita kan punya dasar dari al-quran kan ada

obatnya, nah dari dasar al-quran itu saya tanamkan ke

hati, dan tidak lepas dari usaha walaupun itu lewat

dhohir ataupun batin. Dari dhohir kita lewat mungkin

kita wujudnya dari kesehatan Rumah Sakit, dari orang

Jawa mungkin saya masuk ke tanaman-tanaman alami,

nah gitu mbak. Dari doa mungkin saya minta tolong

sama orang, atau mungkin pribadi saya secara ukhrowi

saya mungkin melakukan anu mbak, seakan-akan orang

tirakat, mungkin sholat malam mbak. Nah dari segi

macem-macem itu supaya dia sembuh itu langkahnya

banyak sekali mbak, dari pengajian saya minta bantuan

sama temen-temen doa, tiap ada kumpulan yasinan saya

minta airnya mbak. Beberapa segi itu kan semakin lama

semakin mengerucut, dari pengkajian ya, dari ini dari ini

akhirnya mengerucut. Akhirnya ternyata yang

mendominan sembuh itu disamping doa, kita usaha

ternyata kalau minum obat ini harus gini, nah akhirnya

mengerucut itu mbak. Akhirnya ketahuan.

Tapi sempat dirawat di Rumah Sakit?

Iya mbak. Itu sering kali.

Di Grhasia atau...?

Di Grhasia tu malah belum pernah, dulu pernah saya

bawa kesana tapi mungkin salah set, salah set untuk di

depannya. Ini ee.. mungkin orang, saya nggak punya

jamkesmas dari detik itu juga nggak punya, nggak

punya apa ya, nggak punya kesempatan untuk bawa

uang waktu dulu itu, nggak punya kesempatan untuk

bawa uang, akhirnya saya lari yang penting ini selamat,

karena mau bunuh diri. Istri saya itu mau bunuh diri

mbak, mau potong nadi, itu kan mengerikan mbak. Itu

Melakukan berbagai alternatif pengobatan sebelum akhirnya diberi pengobatan secara medis (dibawa ke RSU) Membawa ke RSJ karena keadaan istri

2C3

2E2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 2 149

124.

125.

126.

127

128.

129.

130.

131.

132.

133.

134.

135.

136.

137.

138.

139.

140.

141.

142.

143.

144.

145.

146.

147.

148.

149.

150.

151.

152.

153.

154.

akhirnya saya bawa ke sana, ternyata di sana harus ada

persyaratan ini ini, ya udah saya bawa balik lagi.

Akhirnya saya lempar ke X. Kalau RS X kan langsung

masuk mbak, siapa yang tanggungjawab siapa? Anu.. is,

suaminya, yaudah masuk. Itu di anu.. mungkin di sini

udah ada perkembangan yang bagus.

Tadi bapak bilang mau bunuh diri, bagaimana

reaksi bapak saat ibu seperti itu?

Gini mbak, waktu itu kita selalu waspada. Setiap saat

kita selalu waspada dalam posisi siang, malam, kan

gejala sudah kelihatan mbak kalau sudah hafal, lebih

dari tiga tahun saya mempelajari itu udah hafal mbak.

Oo ini udah mondar mandir, oo ini sering ngomel, nah

itu udah tu kelihatan, dan itu harus ada tindakan yang

secepatnya. Seumpama ya mbak nanti pagi sudah

ngomel, tu siang atau sore harus sampai di rumah sakit,

itu harus. Kalau ngga nyampe di rumah sakit nanti

malem nggak bisa tidur mbak satu keluarga.

Gejalanya halusinasi seperti itu atau bagaimana

Pak?

Marah, datang marah. Kalau yang pertama kali kan

halusinasi, kalau melihat oo ini warna air kok anu, jadi

darah mau wudhu mau sholat, ini jadi darah, mau masak

kok jadi darah. Tapi akhir-akhir ini sebagian yang

paling condong tu marah. Kurang, kurang apa ya?

Kurang puas apa yang dilakukan keluarga, kurang

menerima intinya seperti itu. Jadinya inginnya marah,

anak pun dimarahi, anak dimarahi apalagi suami mbak,

sampai terlalu over mbak memarahi, sampai memukul

kepala, sampai pakai air panas dilempar, gitu mbak.

Maka kalau orang lain yang bukan saya dan anak saya,

tidak bisa dikendalikan Menangkap tanda-tanda psikologis istri untuk menentukan tindakan yang tepat

2E1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 2 150

155.

156.

157.

158.

159.

160.

161.

162.

163.

164.

165.

166.

167.

168.

169.

170.

171.

172.

173.

174.

175.

176.

177.

178.

179.

180.

181.

182.

183.

184.

185.

udah takut mbak, betul udah takut.

Iya, memang harus dari keluarga ya Pak?

Dari keluarga, pendampingan keluarga, pedulinya

keluarga, pengamatan keluarga dalam setiap saat dia tu

berubah sikapnya, itu penting sekali dan tindakan yang

bener-bener supaya dia tu bisa diatasi dalam waktu

secepatnya, itu paling penting sekali.

Bisa ceritakan Pak, bagaimana bapak bisa sampai

pada titik yang kemudian bapak berpikir “oh saya

harus bangkit nih dari sini” gitu. Bapak sempat

mengalami drop atau down seperti itu?

Iya mbak.

Bagaimana bapak mencapai, mungkin dari keadaan

yang tidak nyaman kemudian bapak harus bertahan

dalam keadaan itu?

Mungkin anu mbak, dari awal saya sebagai pemuda

mbak, saya dari pemuda tu dari remaja udah dididik di

organisasi mbak, dari organisasi saya menginjak remaja

dewasa, saya sering memimpin. Jadi dari sifat ataupun

jiwa untuk ke sosialan mungkin sudah ditanamkan di

setiap organisasi, akhirnya untuk berfikir memikirkan

orang lain, nah itu mungkin ada empatinya mbak. Itu

jadi nya kan harus tenang, harus cekatan, dan harus

diperhatikan dalam posisi ke depannya harus kita

perimbangkan untuk kita, saya sebagai suami ya itu saya

dibutuhkan tidak hanya istri saya, saya dibutuhkan anak

saya dan saya dibutuhkan masyarakat saya dan saya

dibutuhkan agama saya, kan gitu. Jadi saya harus bisa

membagi, dimana tanggungjawab saya sebagai orang

yang harus bisa membagi itu, itu cambuk saya yang

pertama mbak. Saya harus bisa menghantarkan istri saya

Kesadaran dan kepedulian terhadap sitrinya membuat dirinya dapat memahami kondisi istrinya Terlatih menjadi seorang pemimpin, sehingga memiliki rasa peduli dan empati pada orang lain Memiliki perasaan tenang dan cekatan serta peduli terhadap keluarganya

2A3, 2E1

2E1

2C3

2C2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 2 151

186.

187.

188.

189.

190

200.

201.

202.

203.

204.

205.

206.

207.

208.

209.

210.

211.

212.

213.

214.

215.

216.

217.

218.

219.

220.

221.

222.

223.

224

225

sampai sebaik-baiknya dia mampu, saya bisa

menghantarkan anak-anak saya sebaik-baiknya dia bisa

berusaha, bisa mandiri dan saya mungkin hari tuanya

mungkin saya harus lepas tapi saya harus

memperhatikan itu ibunya anak harus saya bantu sampai

kapanpun, walaupun dalam keadaan saya masih jadi

suaminya ataupun nanti tidak jadi suaminya. Tapi disitu

saya tetep harus membantu posisinya istri saya atapun

mantan saya. Itu yang paling penting dalam sisi pribadi

saya, soalnya kan kita harus anu to mbak, harus

menengok ke depan. Saya tidak bisa mengharapkan istri

saya secara tidak langsung, istri saya tu ladang untuk

agama, ladang untuk pahala. Tapi hidup saya kan ke

depan harus punya hidup saya tu yang tua saya tu

gimana, mungkin saya ya maaf ya mbak, membutuhkan

istri lagi bisa jadi, tapi saya tidak lepas dari istri saya

walaupun nanti ini jadi mantan saya, kan gitu. Ini

tanggung jawab saya walaupun ini dah lepas tapi ini

sebagai orang yang wajib saya perhatika. Tapi untuk

pribadi saya mungkin saya harus nyusun. Besok saya

tua saya membutuhkan orang yang di samping saya, nah

itu saya pikirkan terus mbak. Tapi tugas saya sebagai

seorang ayah, saya menghantarkan anak saya dulu.

Kemudian bagaimana reaksi anak-anak ketika

melihat keadaan ibunya seperti ini? Bagaimana

sebenarnya reaksi dan perasaan mereka?

waktu pertama dia kan masih bayi to mbak, waktu

berjalan dari hari-hari, mungkin dari kepekaan

keseharian itu, oo ibunya sering marah, dia ya baik-baik,

dipanggil ya langsung lari, kan gitu mbak. Kepekaan

harian, akhirnya kan dia memilah dan memilih to mbak.

Memiliki harapan yang lebih baik pada keluarganya kelak Ada perasaan dilema pada partisipan yang membutuhkan seorang pendamping (secara normal) dengan bertanggung jawan untuk memberi pengobatan pada istrinya (ODS) Perasaan khawatir tentang masadepan yang membutuhkan seorang pendamping

(-2B1)

(-2C2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 2 152

226.

227.

228.

229.

230.

231.

232.

233.

234

235.

236.

237.

238.

239.

240.

241.

242.

243.

244.

235.

246.

247.

248.

249.

250.

251.

252.

253.

254.

255.

256.

Oo mamak saya oo ibu saya tu karakternya gini, oo

bapak saya seperti ini, nah kadang kala, saya kan

sebagai orang tua sebagai ayah kan memberi tahu, sabar

di depannya ibu mu kan gitu mbak. Dia baru mengalami

gini, harus dimaklumi, di mong, kan gitu mbak. Jadi

saya yang ngarahkan, saya yang nyupport untuk

batinnya dia supaya dia tu menerima, jadi istilahnya tu

menerima dan ternyata anak saya semuanya menerima.

Makanya tidak ada, ya maaf ya mbak, tidak ada orang

lain yang bisa mendukung saya, dalam arti yang tepat

waktu dan secepat itu ee.. terkecuali anak saya. Setiap

saat, setiap detik, disitu dia siap dan disitu dia siap untuk

menerima. Setlah itu baru mungkin rumah sakit mbak.

Tapi maksudnya dukungan keluarga sendiri pun

penuh gitu ya Pak?

Penuh mbak, full. Dari sisi kegiatan istri saya atau ibu

dari anak-anak saya, mungkin menyiapkan dari, tempat

saya kan pemotongan ayam mbak yang di sana itu,

menyiapkan bulu-bulu ayam tu disisihkan nanti

dikumpulkan, ini untuk kegiatan ibu saya (istri), saya

suruh gitu dah biarkan annati dikerjakan nanti untuk

kegiatan, dijual menjadi uang itu dia udah produktif

walaupun dia untuk mementingkan dirinya sendiri, dia

sebagai ibu tidak memikirkan anak tapi dia memikirkan

dirinya sendiri saja sudah cukup bagi saya. Tapi kan

anak sudah saya kasih sendiri, oo ini ada mungkin udah

punya hasil sendiri jadi untuk memotivasi anak-anak

mbak.

Kemudian hambatan apa sih yang selama ini bapak

alami dalam merawat istri?

Dalam merawat mbak? Yang pertama, penerimaan

Memberi pengertian dan memberi dukungan pada anak-anaknya agar mereka semua dapat memahami keadaan yang sedang dihadapi Berusaha memberikan kegiatan positif pada istrinya namun tidak menargetkan apapun untuk istrinya

2A3

2G1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 2 153

257.

258.

259.

260.

261.

262.

263.

264.

265.

266.

267.

268.

269.

270.

271.

272.

273.

274.

275.

276.

277.

278.

279.

280.

281.

282.

283.

284.

285.

286.

287.

orang tua dari mertua, mertua saya. Dia mungkin dari

sisi, sisi apa ya? Mungkin dia nggak mau dijatuhkan

otomatis kan mbak, dikondisi seperti itu kan dia tidak

menerima. Dia tidak mau dibilang oo saya itu keluarga

yang menurunkan anak jadi orang yang ODGJ kan gitu

nggak mau, dan dia nggak menerima. Akhirnya masalah

itu kan dilempar ke saya. Sekarang rasanya gimana

mbak umpamanya dia yang punya anak, akhirnya dia

sakit seperti itu, otomatis secara mental kan pendidikan

dari keluarga pertama kali, akhirnya menjadi orang yang

bermental seperti itu, tapi dia tidak mau menerima.

Tidak menerima, akhirnya kata tidak menerima itu

nggak anu nggak diwujudkan kepada anaknya ataupun

tidak dicari jalan keluarnya, nyalahkan saya. Itu yang

bagi saya sebuah kendala. Seharusnya saya tu beribadah

tu ikhlas lah ya, lilahita’ala dan istri saya harus saya

hantarkan sampai sembuh, tapi dia (mertua) malah

memberi beban bagi saya, ya kan gitu. Men-jugdement

saya tu orang yang membuat ini kurang adil, kurang

kasih sayang kan gitu mbak. Akhirnya yaudah, itu

membatasi saya gerak-gerik saya. Saya tu ingin

memfokuskan dia, dia (mertua) malah menambahi

beban saya, ya akhirnya saya harus mencoba dia. Dia

sebagai orang tua mampu nggak mengatasi masalah

seperti ini? Jangan anu, jangan seenaknya seumpamanya

gitu, jangan seenaknya bilang kamu nggak mampu,

kamu orang gini gini, jangan. Akhirnya ya ini, tapi dari

walaupun seperti itu, saya tetep tidak, tidak gimana ya

tidak termasuk nggak tanggungjawab enggak. Support

dari pengobatan, support dari surat menyurat, Support

dari uang, mungkin dari kegiatan harian tetep dari sini

Beban bertambah karena mertuanya tidak mendukung dan seolah menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada anaknya Hambatan tidak menghalangi partisipan mengusahakan kesembuhan pada istri

(-2A2)

2G3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 2 154

288.

289.

290.

291.

292.

293.

294.

295.

296.

297.

298.

299.

300.

301.

302.

303.

304.

305.

306.

307.

308.

309.

310.

311.

312.

313.

314.

315.

316.

317.

318.

mbak, kan saya hantar ke K. Tapi kan untuk kehidupan

sehari-harian kan disana, tapi untuk support semuanya

dari sini, gitu. Tapi belum lama itu mbak.

Kemudian bagaimana bapak mengatasi hambatan

itu?

Ya biasanya lewat anak mbak, umpamanya kayak gini,

anak kan nggak ada putusnya ya, namanya juga anak.

Tapi kalau saya sampai jatuh, saya sampai roboh nanti

yang rugi anak, umpama saya, saya datang kesana saya

dimarahi umpama ya, dimarahi, dijelek-jelekkan, nanti

mental saya pas dalam posisi down, otomatis saya

ambruk, jatuh, kalau saya jatuh siapa yang rugi? Masa

depan anak, makanya saya ya ambil tindakan, saya

nggak usah kesana, tapi perhatian saya yang sampai

kesana. Lewat perhatian mungkin saya membelikan

pakaian, ataupun uang, mungkin dari sisi itu

kegiatannya, ataupun surat menyurat saya masuk di

Laras Jiwa itu kan termasuk memperlancar lah ya mbak,

otomatis tetep sampai mbak pesan saya yang lewat

tingkah laku tu sampai.

Kemudian suka dukanya apa sih Pak dalam

merawat?

Suka dukanya, waktu anu.. pas menghadapi itu ya mbak

ya?

Iya Pak, selama merawat.

ee.. anu mbak gini, di sisi pihak waktu anak mau

sekolah kuliah, yang satu yang pertama ingin saya

dirikan usaha, itu membutuhkan uang, otomatis mbak.

Yang kedua itu ingin kuliah masuk di kesehatan

otomatis uangnya juga banyak to mbak? Yang ketiga

masih SMP itu saya anggap nggak saya pikir gitu aja,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 2 155

319.

320.

321.

322.

323.

324.

325.

326.

327.

328.

329.

330.

331.

332.

333.

334.

335.

336.

337.

338.

339.

340.

341.

342.

343.

344.

345.

346.

347.

348.

349.

itu sambil lari aja bisa gitu mbak. Tapi kan yang paling

berat tu kan harian istri. Yang paling utama untuk susah

tu otomatis ekonomi mbak, makanya sampai saya jual

tanah sama rumah saya itu. Itu waktu saya merantau kan

beli tanah sama istri sudah saya lantai dua juta, saya jual

mbak. Nah supaya dia tu, untuk sembuh tu dari asal

muasalnya apa saya kasih terus, walaupun saya harus

mengorbankan tanah sama rumah lho. Akhirya, kalau

dia nggak memikirkan harta, kan dia agak ringan, dia

kembali ke asal muasalnya, ke flashback kan mungkin

hari-hari mengingat masa lalu mbak, itu jadinya pulang,

saya pulangkan ke K itu ngga saya tegang untuk

menyakiti, ataupun membuang tidak, tapi biar dia tu

belajar dari masalalu, untuk pelajaran, bagi saya gitu

dan tidak anu, mempunyai angan-angan yang terlalu

tinggi. Akhirnya dia tidak mampu, jatuh lagi, jangan

seperti itu dipulangkan ke masalalu. Tu sebagai cara

untuk pengobatan dia lewat anu mbak, lewat mental.

Tapi saya punya jangkauan InshaaAllah sembuh ya

kalau anak sudah punya usaha sendiri, bisa mengasih

orang tua khususnya ibunya, InshaaAllah saya yakin

sembuh itu, saya punya keyakinan gitu mbak.

Kemudian ada situasi nggak Pak yang membuat

bapak terkadang merasa down atau terkadang

merasa semangat lagi?

Selama ini ya kadang-kadang hanya itu, kalau dibilang

kata nggak tanggungjawab itu. Itu bener-bener

menyakitkan lho mbak, sekarang ya anggap aja siapa

orang yang kuat yang setiap hari digempur sama uang,

sama mental yang harus punya angan-angan tinggi

untuk mendampingi keluarga, menghantarkan keluarga,

Partisipan kehilangan harta benda demi kesembuhan istrinya Sedih karena dianggap sebagai orang yang tidak bertanggung jawab ditengah usaha kerasnya untuk kesembuhan istri

3B1

(-3A2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 2 156

350.

351.

352.

353.

354.

355.

356.

357.

358.

359.

360.

361.

362.

363.

364.

365.

366.

367.

368.

369.

370.

371.

372.

373.

374.

375.

376.

377.

378.

379.

380.

anak, ya siapa hatinya siapa yang sebaik, dibilang orang

nggak tanggungjawab itu kan sakit sekali mbak. Itu lah

yang terkadang menyakitkan mbak.

Kemudian hal yang membuat semangat lagi tu apa

pak?

Yang penting tu anak mbak, jangan sampai, jangan

sampai yang pertama, mental seperti orang tuanya

khusunya ibunya, yang kedua jangan sampai, ee.. kita

buktikan mbak, kita buktikan saya hidup sendiri dengan

anak-anak tiga dalam posisi ini saya berpisah sama istri

ee.. walaupun istri masih tanggungan saya dan saya

kirimi uang ataupun pakaian untuk tanggung jawab

yang dhohiriyah ya mbak ya itu saya harus menjadikan

anak yang posisinya tu kalau bisa tu nggak umum sama

orang, itu prinsip saya mbak. Karena dia haru sekolah

seti.. ee.. semaksimal mungkin dalam menuntut ilmu

kan gitu mbak. Gitu yang membuat cambuk saya seperti

itu mbak.

Kemudian kalau dari masyarakat sendiri , ada

nggak stigma yang diberikan pada keluarga bapak?

Kalau disini kan orang-orang agama nya udah maju gitu

kan mbak, untuk penerimaan agama ya mbak. Dan

untuk penerimaan orang bermasyarakat disini tu

termasuk kismi-kismi mbak, monggo kerso. Jadi nggak

perlu ikut campur urusan orang lain, kamu usaha

silahkan, saya juga usaha jangan diganggu, jadi nggak

ada label itu mbak. Tapi kalau di anu.. di tempat yang

saya dulu yang sebelum saya jual itu ada, itu orang gila

hati-hati jangan mendekat itu ada. Tapi kalau disini

enggak.

Jadi istilahnya kalau disini kondusif ya Pak

Memiliki harapan besar untuk masa depan anak-anaknya agar dapat menjadi orang yang berilmu Perasaan tenang karena masyarakat juga memberikan kondisi yang positif sehingga tidak memberi beban pada partisipan

3C2

3E1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 2 157

381.

382.

383.

384.

385.

386.

387.

388.

389.

390.

391.

392.

393.

394.

395.

396.

397.

398.

399.

400.

401.

402.

403.

404.

405.

406.

407.

408.

409.

410.

411.

masyarakatnya sendiri?

Iya. Dan yang penting, yang terpenting supaya tidak ada

suara seperti itu, label ataupun stigma itu ya kepandaian

kita mbak. Sebagai pendamping atau caregiver nah kita

harus bisa mengimbangi nilai dari orang yang dulu

punya stigma kan, umpama oo dia sakit gila atau ada

gejala ODGJ mungkin dia kan takut mbak. Kalau kita

bisa menarik orang ke dalam ruumah nanti kan dia akan

jadi jawaban di masyarakat mbak. Contohnya mbak,

saya waktu di sana walaupun dalam keadaan jatuh

seperti itu kegiatan saya untuk anak-anak nggak

berhenti. Untuk kegiatan TPA saya mendirikan, untuk

kegiatan yasinan saya mimpin, untuk kegiatan ee..

tabungan islam saya mendirikan juga, jadi hari-hari tu di

tempat saya ramai mbak. Itu yang membuat label

terkikis, jadi orang kan sering datang kalau datang ke

tempatnya Pak Slamet gimana? Istrinya ngamuk nggak?

Enggak, biasa nemoni kan gitu mbak. Makanya yang

ngikis tu pendamping-pendamping itu. Tapi kalau

misalnya saya tu tidak bisa bermasyarakat, bisa jadi

label mbak idatau stigma. Makanya pentingnya untuk

keseimbangan itu.

Kemudian tadi bapak mengatakan bahwa saya tidak

menargetkan apapun pada istri saya, bagaimana

bapak menyadari bahwa bapak tidak menargetkan

apapun?

Karena gini mbak, dalam perjalanan saya mendampingi

waktu sakit itu kan secara tidak langsung kan dia saya

tahu mbak perkembangannya, nah dari perkembangan

itu kan otomatis kan sering menurunnya daripada

menaiknya, secara apa ya, secara grafik, jadi doa atau

Merasa dirinya dapat meningkatkan hal positif sehingga dirinya percaya dapat mengendalikan keadaan agar stigma menjadi berkurang Memahami kondisi istrinya sehingga membuat dirinya tidak menargetkan apapun pada istrinya dan tidak memaksakan kehendak orang lain

3G1, 3C3

3D1, 3E1, 3B1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 2 158

412.

413.

414.

415.

416.

417.

418.

419.

420.

421.

422.

423.

424.

425.

426.

427.

428.

429.

430.

431.

432.

433.

434.

435.

436.

437.

438.

439.

450.

451.

452.

kita lihat dari perasaan atau kacamata kita secara

langsung grafik kan menurun, otomatis titik-titik itu kita

minta pada yang kuasa pada Allah kan gitu mbak. Yang

saya targetkan hanya dia tu jadi orang yang bisa

mengurusi dirinya sendiri gitu aja, syukur-syukur dia

bisa memperhatikan anak, itu saja. Tapi kalau dia sudah

memikirkan dirinya sendiri udah mampu otomatis dia

bisa, akan bisa memikirkan orang lain.

Kemudian, kalau untuk anak sendiri Pak, pernah

nggak ada sesuatu yang membuat dia down gitu pak

ketika melihat ibunya seperti itu?

Kalau down itu ada mbak, dalam posisi ngamuk, nanti

saya anggep ya kan kalau ngamuk kan sukar ditangani,

nah nanti kan harus dipegang erat, waah nanti kalau

ngamuk nah dia marah nah itu di detik itu nangis, detik

itu nangis. Mungkin nangisnya kenapa ibu saya seperti

ini? Nah itu lho mbak, itu titik-titik yang down lagi.

Kemudian bagaimana bapak memberikan motivasi,

memberikan pengertian kepada anak-anak?

Ya, yang penting kalau sudah dimasukkan di Rumah

Sakit, kan satu hal pengobatan langsung berjalan, anak

kan tahu sendiri suntik langsung jedet langsung disuntik

tidur, tidur nanti di ruang khusus dia kita dekati sebagai

arahan.

Jadi komunikasi ya Pak dengan anak?

Iya betul.

Kemudian untuk pengobatan sendiri, kenapa bapak

memilih pengobatan medis?

Medis itu secara hitungan saya petik dari hasil selama

ini mbak, selama anggep aja puluhan tahun ya mbak, itu

memang anu mbak, memang mengena. Kita bisa tahu

Partisipan sering merasa down pada saat istrinya mengalami kekambuhan Merasa pengobatan medis lebih memberikan efek yang baik bagi istrinya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 2 159

453.

454.

455.

456.

457.

458.

459.

460.

461.

462.

463.

464.

465.

466.

467.

468.

469.

470.

471.

472.

473.

474.

475.

476.

477.

478.

479.

480.

481.

482.

483.

mbak, umpamanya ini dari Rumah sakit baru keluar

misalnya dah dibolehkan pulang, kita bisa lihat dia

ngantuk, minum ini ngantuk, minum ini dia agak bisa

berkreatfitas kan gitu, kita tahu mbak, oo jadi otomatis

dia aktif dalam berobat itu bisa kita lihat dan kita anu ya

untk tingkah lakunya bisa menambah baik mbak. Kalau

yang lain nggak ada.

Kalau sekarang apakah keadaannya cukup stabil

untuk berkomunikasi?

Iya mbak sudah, tapi mungkin masih masuk ke

kenangan masa lalu mungkin, jadi sama orang masih

sering menutup diri seakan-akan, tapi kalau anak datang

tu anu wah anakku, sudah biasa mbak. Nanti kalau

anak-anak didekati sama orang umpama sekiranya tu

dulu pernah jahat sama dia tu teringat, memorinya tu

ada memori yang nggak lurus to mbak seakan-akan. Yo,

jadinya anakku jangan dekati, gitu. Nah anggep aja

kalau orang musli suudzon kan mbak. Nanti dia ndak

dipengaruhi kan gitu.

Kalau untuk sekarang gimana Pak, bapak masih ada

perasaan yang mungkin tidak nyaman dalam

merawat?

Kalau merawat saya stel dari sisi strategi tempurnya

mbak, misalnya gini untuk perawatan anak yang penting

satu rujukan, jamkesmas. Yang kedua tu otomatis kan

saya harus nanam orang disana, nah walaupun lewat

anak untuk berembug kan anak lepas dari keluarga kan

mbak? Siapa yang disana yang perlu dihormati, dan

nanti dititipkan gitu, itu cuman arahan saya. Nah disana

nitip makne gedhe gitu kan, pakdhe nya. Nah titip

pakdhe kan gitu, nanti setiap saat nanti yang ngasih obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 2 160

484.

485.

486.

487.

488.

489.

490.

491.

492.

493.

494.

495.

496.

497.

498.

499.

500.

501.

502.

503.

504.

505.

506.

507.

508.

509.

510.

511.

512.

513.

514.

pakdhe nya, tapi kalau obat mau habis, nanti ngebel.

Ngebel le ngetano ke Klaten ambilkan obat kan gitu.

Nanti dah disana ambilkan obat sama ibunya ke RS,

udah kontrol nanti saya suruh kalau pulang jajan kan

gitu, biar refreshing. Jadi langkahnya tu kita susun terus

mbak. Lalu setiap perjalanan, setiap satu langkah

gampangannya kita pikirkan. Walaupun dari jauhan.

Kalau sekarang bisa dibilang bapak sudah dalam

posisi resilien, kemudian ada nggak kejadian yang

bikin bapak merasa tidak nyaman lagi?

Saya sih positif aja mbak, apa lagi hidup kan memang

dibutuhkan sama masyarakat to mbak? Kalau saya tu

memikirkan satu orang yang nggak senang pada saya,

kan kurang manfaat saya. Kembali pada anak nanti saya

eman-eman kalau saya tu jatuh kan eman-eman mbak.

Lebih baik saya berkarya daripada saya ngurusi orang

itu.

Kemudian apa yang bapak tanamkan sama diri

bapak, pada keluarga bapak supaya mampu

bertahan dalam keadaan seperti ini?

Yang saya tanamkan, yang penting orang tu ilmu mbak,

siapa saja, dimana tempatnya, kalau ada ilmu dia akan

jalan, prinsipnya, walaupun itu ilmu untuk ngurusi

orang ODGJ. Kalau dia nggak tahu, nggak berilmu

ataupun nggak mati rasa lah seakan-akan, dan nggak

punya empati aataupun peduli, dia nggak akan jalan

mbak. Makanya setiap saat harus ada ilmu dan harus

peka pada lingkungan atau pada keluarga, itu saya

tanamkan mbak. Sampai-sampai saya memberi nasehat

gini, sampai kapanpun kamu anak tiga jangan sampai

pecah, dalam posisi apapun. Siapa yang tidak mampu,

Meningkatkan aspek positif dalam dirinya agar dapat berkarya lebih optimal dan mencoba menghadapi tantangan

3G1, 3G3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 2 161

515.

516.

517.

518.

519.

520.

521.

522.

523.

524.

525.

526.

527.

528.

529.

530.

531.

532.

533.

534.

535.

536.

537.

538.

539.

540.

541.

542.

543.

544.

545.

harus itu yang didekati dan dibantu. Siapa yang mampu

harus nengok yang tidak mampu. Itu kunci saya gitu

mbak. Makanya anak selalu mengarah mbak.

Kalau sekarang bapak kan kadang menjadi

pembicara untuk membagikan ini, apa motivasi

bapak sehingga bisa show off dengan keadaan ini?

Kan pengalaman saya yang tidak anggap aja tidak

sebentar lah, mungkin yang ngalami seperti saya sampai

15 tahun sampai 19 tahun kan mungkin jarang orang-

orang tu, dan yang paling penting tu gini mbak, yang

masuk ke dalam ranah orang yang mendampingi betul-

betul mendampingi mbak. Sekarang mungkin mbak bisa

lihat, jarang orang yang keluaganya bener-bener sampai

fokus mendampingi, bener-bener mendampingi itu

jarang sekali. Kalau saya mengalami dan saya

mendampingi itu selalu mbak, itu. Akhirnya saya tu itu

kasihan, akhirnya ya kalau bisa dibantu bisa pengalaman

saya yang saya menghadapi seperti ini bisa bermanfaat,

apa salahnya saya membagikan kepada orang lain? Kan

gitu mbak.

Kemudian bagaimana perasaan bapak ketika bapak

sudah bisa show off dan sudah bisa resilien?

Ya syukur aja mbak, ya kita kan gimana ya mbak, ee..

kunci saya kan orang muslim setiap syukur makhluknya

dari Allah, itu kan mesti ada nikmat yang didapat kan

mbak? Makanya ya syukur aja mbak, dan setiap langkah

satu perkataann manfaat untuk orang banyak, tapi saya

ya alhamdulillah aja mbak, itu saya kalau jadi

dimanfaatkan kan saya dapat pahala mbak. Saya kan

ikhlas kan dapat pahala, kita khusnudzon mbak.

Makanya kalau mbak Tika tanya gini saya malah

Mampu membagikan pengalaman agar bermanfaat untuk orang lain Merasa pengalamannya memiliki manfaat untuk orang lain

3F3

3F2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

Analisis Partisipan 2 162

546.

547.

548.

senang, senang bisa berbagi ilmu, pengalaman. Saya

yang mengalami, mbak Tika yang membukukan kan

gitu. Tapi kan semua nya dapat pahala mbak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

163 Analisis Partisipan 2

No Verbatim Keterangan Koding

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

Bagaimana perasaan bapak ketika mendampingi

istri?

Yang pertama kali kan waktu kejadian dia kaya gitu kan

bingung, bingung, susah, sedih dan bisa dikatakan

pedih. Tapi mengalir waktu akhirnya menerima mbak,

menerima ya setelah menerima tetep, ya namanya

tanggung jawab tetep berusaha semaksimal mungkin.

Usaha yang pertama ya mungkin karena dulu belum

kenal sama itu apa? Namannya Rumah Sakit Jiwa ya

kita usaha, dari pengobatan alternatif lah. Nah tapi

setelah kita tahu bahwa ternyata ODGJ ada kelainan

dalam jiwa tu memang ada, dari unsur zat kimia-kimia,

akhirnya masuk ke ranah rumah sakit jiwa.

Kemudian ada perasaan atau emosi saat mendapingi

istri? Ada emosi apa yang bapak rasakan?

Untuk ibu saya ikhlas lillahita’ala mbak. Kan dia itu

orang membutuhkan, kita harus gini.. malah kasihan.

Nah malah kasihan, tapi yang membuat gimana ya, yang

membuat bingung tu malah bukan ibu, tapi malah orang

tuanya. Nah orang lain tu kan nggak tahu, orang nggak

tahu tu kan akhirnya menyalahkan kan gitu. Eehm,

mungkin judgement dia, woo ini sakit karena kurang

momongnya, tapi dia tidak tahu tentang ilmu orang yang

sakit itu seperti apa.

Tapi ada ngga emosi yang lain misalnya capek atau

lelah seperti itu Pak?

Kalau capek pasti mbak, karena nunggui orang yang

kelainan seperti itu, otomatis kan satu hari udah kerja

malem dia tidak tidur mbak, pasti capek sekali mbak.

Sedih dan bingung saat melihat

istrinya mulai berperilaku aneh.

Mulai menerima karena merasa

memiliki tanggung jawab sebagai

suami.

Melakukan upaya untuk pengobatan

istrinya walaupun masih awam tentang

skizofrenia.

Setelah memahami skizofrenia,

akhirnya dirujuk ke RSJ.

Merasa ikhlas ketika merawat istrinya.

Bingung karena keluarga istri

merespon kurang baik pada partisipan.

Lelah dengan rutinitas merawat istri

sebagai ODS.

(-1A1)

1A1

1D1

1A3

3A1

(-1A1)

3A1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

164 Analisis Partisipan 2

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

45.

46.

47.

48.

49.

50.

51.

52.

53.

54.

55.

56.

57.

58.

59.

Kemudian bagaimana bapak mengelola emosi

tersebut?

Kita menyendiri, dalam arti menyendiri tu kita

menenangkan diri mbak, atau tidak menarik diri tapi

kita menenangkan diri, memutuskan dalam posisi

tenang mbak.

Kemudian ada nggak dorongan-dorongan yang

muncul ketika bapak capek atau seperti apa gitu,

dorongan negatif yang muncul apa yang ingin bapak

lakukan itu pernah muncul nggak?

Karena saya tu niat nya niat untuk menunjukkan jalan

terang, selama itu belum pernah. Niatnya hanya baik

terus, niat nya hanya baik gitu aja.

Kemudian bagaimana bapak mengontrol perasaan

yang muncul?

Kita dijalan mbak, jalan di relnya agama. Karena itu

harus saya pikul, tanggungjawab sebagai suami ya harus

saya pikul gitu aja mbak pakai pedoman agama mbak.

Sama anak pun juga gitu, anak-anak harus saya pikul ya

harus semaksimal mungkin, semampu saya ya kita

jalani.

Kemudian apa yang bapak harapkan, keyakinan apa

yang bapak miliki dalam keadaan seperti ini?

Kalau sekarang mungkin gini mbak pandangannya,

karena istri tu kemampuannya hanya seperti itu ya kita

merdekakanlah katakanlah begitu, kita merdekakan biar

dia kreatif dengan dirinya sendiri tapi kita perhatikan,

kita empati dengan dia. Untuk dia berpikiran yang jauh,

memikirkan anak-anak saya kira tidak mampu lagi. Nah

pemikiran yang saya tanamkan ya kita harus manfaat

Berusaha menenangkan diri ketika

merasa lelah karena merawat ODS.

Niat baik untuk merawat membuat

partisipan tidak memiliki dorogan

negatif pada saat lelah karena merawat

ODS.

Berpedoman pada agama dan merasa

bertanggung jawab sebagai suami.

Berusaha memahami dan berempati

pada kondisi istrinya sebagai ODS.

Selalu berusaha agar kehidupannya

2A2

2A3

2A2

2E2

2G1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

165 Analisis Partisipan 2

60.

61.

62.

63.

64.

65.

66.

67.

68.

69.

70.

71.

72.

73.

74.

75.

76.

77.

78.

79.

80.

81.

82.

83.

84.

85.

86.

87.

88.

89.

semuanya, dalam posisi kehidupan saya jangan sampai

terpuruk dalam kehidupan anak saya jangan sampai

terpuruk tapi anak saya giring. Tapi saya walaupun

umpama itu masih saya mampu untuk mendekengi ya

tetep saya dekengi semampu saya mbak. Tapi

umpamanya nanti saya pisah ya, tetep itu saya

perhatikan mbak.

Jadi masih ada tanggungjawab ya Pak?

Iya, umpama nanti saya cerai mungkin saya memikirkan

kehidupan saya untuk hari tua. Bukan saya tu anggaplah

orang yang tidak tanggungjawab tu bukan. Tetap saya

memikikan hari tua saya, besok ya penting kalau dah tua

kalau nggak punya pendamping kan ngeri mbak.

Kemudian dalam keadaan yang down itu bagaimana

cara bapak mengidentifikasi masalah? Bapak

pernah kan merasakan down begitu?

Kita anu ya mbak, cita-cita kan bisa hidup ya namanya

keluarga pengennya sakinah, mawadah, warahmah kan

mbak? Untuk kehidupan harian kita nengok pada

kegiatan harian mbak, kita nengok pada orang tua mbak,

orang tua dulu cari uang susah sekali ya mbak, sekarang

kita nyari uang lebih enak daripada orang tua, sebagai

cambuk ya seperti itu. Apa kita lebih terpuruk dari orang

tua kita? Ataukah kita tu lebih meningkat dari orang tua

kita padahal sama orang kita sudah didoakan, sudah di

modali untuk keyakinan nah kita harus lebih dari orang

tua kita, gitu mbak. Itu sebagai cambuk mbak, motivasi

untuk maju ke depan.

Bagaimana bapak memahami kondisi ibu sebagai

ODS ya Pak?

bisa bermanfaat dan stabil walaupun di

dalam keadaan yang tidak mudah.

Nasehat orang tua membuat partisipan

memiliki keyakinan pada masa depan

yang lebih baik

2C3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

166 Analisis Partisipan 2

90.

91.

92.

93.

94.

95.

96.

97.

98.

99.

100.

101.

102.

103.

104.

105.

106.

107.

108.

109.

110.

111.

112.

113.

114.

115.

116.

117.

118.

119.

Ada kelainan yang biasanya kalau dia itu hari-hari yang

mungkin sudah tentram itu pasti nanti dia ada nilai plus

nya, tapi kalau dia tu ada nilai min dari harian itu

biasanya dia tu inginnya menyendiri dan inginnya

anggap aja ya nggak 100% berfikir dengan normal kan

begitu. Jadinya ya dari gelagat harian mbak. Ada

perubahan harian, mungkin dia mondar-mandir, ya

begitu.

Kemudian ibu seperti itu apa yang bapak lakukan?

Perhatikan mbak. Semaksimal mungkin perhatikan

mbak, dari kita bersapa ya, berbicara kita hati-hati,

untuk dia mau apa kita jangan terlalu memancing

masalah, kita lihat perjalanannya dia, semaksimal dia tu

kayak gimana.

Kemampuan diri apa yang bapak tingkatkan untuk

menyelesaikan permasalahan ini Pak?

Sebetulnya ya kita merdekakan mbak, kita merdekakan,

kita empati dan kita carikan untuk kreativitas harian

untuk dia, itu ada harapan untuk hidup yang lebih

umpamanya anak saya sekolahkan setinggi-tingginya

mbak, supaya jadi orang otomatis dia akan seneng

mbak, senang itu otomatis obat dari dia untuk sakitnya.

Apalagi kalau anak sudah bekerja, punya gaji ngasih

sama orang tua, itu obat mbak.

Pernah nggak bapak merasa up atau down

menghadapi ibu?

Selama ini saya berpikir positif, enggak.

Tapi nggak ada down nya pak dalam hal ini?

Kalau umpama secara perjalanan enggak mbak, tapi

mungkin membuat kita kalau dikatakan itu down saya

Memahami tanda-tanda emosional dan

psikologis istrinya sebagai ODS

Berusaha memberi perhatian

semaksimal mungkin saat kondisi

istrinya tidak baik.

Memberikan kegiatan yang positif

untuk istrinya dan yakin bahwa

dengan usaha-usaha yang dilakukan

keadaan istrinya akan membaik.

Terkadang mengalami perasaan jenuh

2E1

2B2

2C1

(-2A1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 196: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

167 Analisis Partisipan 2

120.

121.

122.

123.

124.

125.

126.

127

128.

129.

130.

131.

132.

133.

134.

135.

136.

137.

138.

139.

140.

141.

142.

143.

144.

145.

146.

147.

148.

149.

kira enggak, tapi kalau kita mengalami katakanlah jenuh

pasti ada. Titik-titik jenuh pasti ada mbak.

Bagaimana bapak menyikapi perasaan tersebut?

Menyikapi tu kita kembali ke tanggung jawab kita, siapa

lagi kalau bukan kita kan mbak? Itu yang saya selalu

kembali ke pokok persoalan.

Apa bapak memiliki keyakinan untuk mendampingi

ibu sebagai penderita ODS itu dengan optimal?

Ya kita tetep mbak, harus mbak. Makanya tadi saya

matur to, walaupun saya tu dalam status apa, status saya

sebagai suami ya harus mbak, walaupun nanti status kita

sudah cerai, itu tetep saya harus empati sama dia.

Makanya saya harus maksimal mbak.

Apakah itu bentuk dari keoptimalan bapak dalam

merawat?

Iya.

Kemudian kemampuan apa yang bapak kerahkan

dalam menghadapi situasi yang istilahnya tidak

mudah untuk bapak?

Kita anu mbak, kita banyak peralihan untuk berpikir, itu

tidak terfokus sekali, misalnya hari ini kita berpikir

untuk istri, yaudah ada batas-batasnya. Nanti kita

alihkan kepada organisasi mbak, nah organisasi kita

alihkan pada usaha mbak. Anaggap saja kita terpontho-

pontho kalau orang Jawa bilang kan begitu. Kalau

terfokus sama satu nanti pusing mbak.

Bagaimana bapak memandang permasalahan ini?

Ya anggap aja ini cobaan gitu ya mbak. Cobaan yang

harus saya hadapi dan saya terima.

Bagaimana proses bapak untuk menyelesaikan

saat merawat istrinya sebagai ODS.

Selalu menyadari bahwa dirinya

memiliki tanggung jawab.

Mencari kesibukan yang lain supaya

tidak terfokus pada bebannya sebagai

caregiver.

Memandang keadaan sebagai cobaan

yang harus dihadapi.

2G1

2A2

2G3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 197: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

168 Analisis Partisipan 2

150.

151.

152.

153.

154.

155.

156.

.

permasalahan ini.

Ya kita jalani mbak, dalam posisi kita sebagai apa, kita

jalani kita terima kita jalani dan kita cari ranah-ranahnya

untuk, ya kalau kita pahami ternyata ini ilmu gitu kan

mbak. Nah kita cari titik manfaatnya gitu kan mbak.

Bukan itu semuanya dianggap beban enggak, bisa jadi

dibalik kesusahan ada kemudahan.

Menganggap masalah bukan sebagai

beban, namun ada kemudahan dibalik

itu.

2G3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 198: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

169 Analisis Partisipan 3

No Verbatim Keterangan Koding

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

Bisa ceritakan nggak mas awalnya mulanya sebelum

mas tahu bahwa kakak mas menderita skizofrenia?

Kakak saya tu awalnya ya itu, ketawa sendiri, sering

cuma duduk gitu ngalamun, ketawa ya saya ingetnya itu

sih. Itu tahun 2000. Terus saya waktu itu sibuk sendiri

cuma pas itu merhatiin, lhoh kok kayak gini sih. Itu

waktu itu kan di Jepara terus akhirnya dia pulang kesini

tu tahun 2001 apa ya? 2001 itu udah kayak tambah,

istilahnya tu ketawanya tu makin intens, terus saya

memutuskan untuk tak periksakan ke PKU

Muhammadiyah. Di situ terus ya cuma dikasih obat sih,

obat jalan sampai tahun 2008 kalau nggak salah, dia

nggak mau, akhirnya dia bosen nggak mau minum lagi

sampai berhenti berapa tahun, dan akhirnya mau lagi

pada tahun.. saya lupa sih. Berhenti lagi, terus mau lagi

akhirnya tapi berhenti lagi. Akhirnya ya sejak itu terus

selang berapa tahun gejalanya kok semakin nggak bisa

teratasi lah. Puncaknya kemarin ini tahun 2016, bulan

Maret ya kalau nggak salah, tak masukin RSJ dan

divonis skizofrenia paranoid. Wahamnya waham berat

Jadi dari tahun 2001 sampai tahun 2016 itu berobat

di RS Umum?

Rumah sakit umum, terus apa namanya? Ke alternatif

juga.

Terus selama 2001 sampai 2016 itu belum tahu kalau

itu skizofrenia?

Saya nggak tahu, soalnya gejalanya cuma gitu dan

teratasi dengan obat, terus biasa lagi. Terus saya juga

belum mengetahui tentang kejiwaan to, ODGJ. Saya

Ketidaktahuan partisipan pada

penyebab perubahan perilaku anggota

keluarganya membuat partisipan

berinisiatif membawa ke RSU.

Perilaku yang tidak dapat diatasi

membuat pasrtisipan memutuskan

membawa ke RSJ.

1D2

2D2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 199: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

170 Analisis Partisipan 3

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

45.

46.

47.

48.

49.

50.

51.

52.

53.

54.

55.

56.

57.

58.

59.

jadinya ya cuman dia diobatin, sembuh, dia lama nggak

minum jadi muncul lagi.

Tapi pada saat di RS Umum itu mereka

mendiagnosa apa mas?

Saya dulu nggak begitu perhatian lah, cuman nganter

dan di dalem cuma dia sendiri, dikasih obat udah.

Waktu muncul gejala itu, gimana perasaan mas?

Yang pertama ya malu sih, campur aduk lah, antara

malu, kok kayak gini menimpa keluarga sendiri. Ya itu.

Ada reaksi apa mas dengan perasaan itu?

Eem, apa ya? Reaksi saya ya lama kelamaan ya ini

harus diobati. Ya itu terus tak anter ke PKU itu pertama

kali. Ke Dokter siapa sih? Dokter Pratiti kalau nggak

salah.

Berarti yang membuat mas membawa ke RSJ itu

karena mas merasa ini sudah tidak bisa ditolerir?

Iya, 2016 itu perilakunya udah.. saya nggak bisa ngatasi.

Anaknya nggak boleh sekolah, dia pokoknya paranoid

lah, kunci pintu itu semuanya dikunci. Eehm, lebih

emosional. Itu intinya, anaknya nggak boleh kemana-

kemana lah. Anaknya, ibu saya, keluar rumah itu nggak

boleh. Ada tamu dateng, disuruh pulang. Walaupun itu

saudara sendiri.

Terus pas waktu udah didiagnosa skizofrenia itu

gimana perasaan mas sebagai pendamping?

Ya, apa namanya? Ya itu kan terus ada penjelasan dari

dokter, harus nginep, harus ini. Yaudah ya terima aja.

Walaupun ya dengan kondisi ya namanya juga Rumah

Sakit, terus masuk di ruangan pertama tu kan kayak

gitu, dicampur yaudah tetep diterima aja, terima terus

Tidak memberi atensi penuh pada

penyakit kakaknya.

Muncul perasaan malu karena

memiliki anggota keluarga ODS.

Memutuskan membawa ke RSU untuk

mendapatkan pengobatan untuk

pertama kalinya.

Memutuskan membawa ke RSJ karena

perilaku yang sudah tidak mampu

ditoleransi.

Mencoba menerima ketika

kenyataannya kakaknya harus dirawat

di RSJ.

1A2

-1A1

1D1

2D1

2A2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 200: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

171 Analisis Partisipan 3

60.

61.

62.

63.

64.

65.

66.

67.

68.

69.

70.

71.

72.

73.

74.

75.

76.

77.

78.

79.

80.

81.

82.

83.

84.

85.

86.

87.

88.

89.

dirawat, ada perkembangan yaudah.

Nggak ada perasaan negatif yang muncul dalam diri

mas?

Ehm, ya dulu-dulu namanya Rumah Sakit Jiwa itu saya

anti lah, maksudnya saya stigmanya jelek. Di sana

diapain nggak tahu saya, pas lihat itu juga dokter jelasin

ini langsung nginep satu dua hari di ruangan yang nggak

istilahnya dicampurlah, nggak nyaman. Di .. bukan

isolasi, eh yo isolasi. Terus ditunjukin juga sih, ya maaf

ruangannya kayak gini dulu selama satu dua hari,

setelah itu ya di ruangan sendiri.

Ada perasaan apa waktu itu mas?

Ya khawatir. Kalau pas yang disini.

Khawatirnya kenapa?

Dia kan pertama udah mau ya, mungkin kan perkiraan

dia kan, dia itu mungkin maunya yang udah kamar

sendiri, nyaman gitu lah kayak kamar gitu lah. Nggak

tahunya disitu kan nggak mau, nolak, terus dia ditarik,

diiket.

Kemudian hal itu menimbulkan rasa khawatir?

Ya ada lah. Tapi kan sebelumnya udah dikasih tahu. Ya

nanti kalau tidak terkondisikan ya harus di gini-gini

mas. Yaudah..

Terus ada hambatan apa mas selama merawat itu?

Ehm, ya saya nggak bilang hambatan ya, cuman kalau

itu kan butuh ekstra dimengerti, ekstra perhatian. Terus

meluangkan waktu yang banyak, kita juga kalau mau

ngapa-ngapa juga maksude kan harus mantau dia

obatnya, sore misal saya pergi besuk juga, oo obat

belum.. soale kan ini obat juga tak pegang. Pagi sore

Muncul perasaan tidak nyaman ketika

kakaknya harus masuk RSJ.

Muncul perasaan khawatir ketika

melihat kakaknya diberi perlakuan

karena menolak untuk diperiksa.

Berusaha menerima penjelasan-

penjelasan dari pihak RSJ.

Berusaha memperhatikan ODS dengan

ekstra dan meluangkan banyak waktu

untuk merawat dan mendampingi.

-2A1

-2A1

2A1

2B2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 201: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

172 Analisis Partisipan 3

90.

91.

92.

93.

94.

95.

96.

97.

98.

99.

100.

101.

102.

103.

104.

105.

106.

107.

108.

109.

110.

111.

112.

113.

114.

115.

116.

117.

118.

119.

yang ngasihkan saya. Belum tak mandiriin aja..

Berarti yang bener-bener aktif merawat itu mas

sendiri ya?

Iya misale, apa namanya enggak ya saya

ninggalin..misalnya saya mau pergi berapa hari, saya

tinggalin pagi sore saya titipin ibu. Ini untuk pagi, ini

untuk sore.

Kalau untuk sekarang bagaimana ?

Udah mulai nganu, ya biasa. Tapi belum aktif, maksude

sholat kadang-kadang ya, bahkan bisa dibilang enggak

lah. Kegiatan sosialisasi belum, terus saya berusaha

mencarikan keterampilan, kan sama dokter disuruh aktif

lah. Saya undang itu sepupu saya, saya suruh ngajarin

bikin bros. Kemarin dipamerin juga di apa namanya? Di

RSJ, terus di balai kota, terus di Ramai Mall kemarin,

tapi nggak tahu laku apa nggak. Pokoke diajari, ya

terserahlah.

Kalau sekarang perasaannya gimana mas merawat ,

untuk sekarang ini?

Ya karena keadaan dia juga udah mulai nganu ya, saya

ya biasa sih, seneng-seneng aja. Ya saya kan mauya dia

mandiri, punya kegiatan sendiri. Itu aja sih kendala

saya. Saya kemarn juga usul, ehm.. itu direkturnya RSJ,

kan ada pertemuan to? Ya itu baru ditanggepin kemarin,

itu harus lntas sektor, lintas dinas, tenaga kerja, sosial.

Emang usulannya apa mas?

Ya itu, pekerjaan untuk ODGJ. Kalau misalnya enggak

ya apalah, dibikin ya untuk kegiatan dia lah.

Terus prosesnya mas dalam keadaan yang kalo bisa

dibilang ya keadaan yang tidak nyaman ya mas

Bertanggung jawab pada pengobatan

kakaknya sebagai ODS.

Berusaha memberikan kegiatan positif

agar ODS produktif.

Senang karena ODS mulai stabil.

Berharap ODS dapat mandiri dengan

kegiatan positif.

Mengusulkan pada direktur RSJ untuk

memberi fasilitas pada kegiatan positif

ODS.

Mengusulkan kegiatan positif untuk

ODS.

2A2

3G1

3F2

3C2

3G3

3G1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 202: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

173 Analisis Partisipan 3

120.

121.

122.

123.

124.

125.

126.

127

128.

129.

130.

131.

132.

133.

134.

135.

136.

137.

138.

139.

140.

141.

142.

143.

144.

145.

146.

147.

148.

149.

sampai mas tu bisa menerima dan masih mau

mendampingi sampai sekarang tu gimana?

Ya mungkin karena saudara sendiri ya, dia juga

suaminya, istilahnya ya bukan lepas sih. Tapi mungkin

belum tahu itu tu sakit yang kayak gini, belum ada yang

jelasin dan belum ada yang ngerawat, ya itu saya merasa

saudara sendiri lah, peduli, tanggung jawab.

Ada nggak emosi negatif yang kadang mas rasain

pas pada saat mendampingi?

Oo iya, maksud e, ehm jengkel itu ada. Itu pun kalau

saya kondisinya berbenturan. Misale pas saya keadaan e

ada konflik sendiri, terus dia lagi kondisi yang terlalu

berat sih, kalau Cuma kondisi biasanya saya nggak

masalah sih. Kadang juga waktu itu sempet mau

nyeburin motor ke kolam. Saya jadi, woh.. pas kondisi

saya juga lagi anu, saya jadi sempat emosi dikit sih.

Tapi nggak terlalu anu..

Terus bagaimana reaksi mas saat iu?

Ya cuman emosi aja.

Kemudian bagaimana cara mengatsinya?

Kemarin itu kayak ada anu sih, ya kalau saya ya sadar

sendiri wong dia orang nya kayak gitu. Jadi ya udah.

Dia nampar saya yaudah tak biarin aja. Saya nggak ikut-

ikutan, dia nonjok saya ya terserah. Terus itu pun kalau

keadaan dia sangat anu ya mbak, kalau enggak ya saya

biasa aja.

Sampai sekarang masih ada kekambuhan gitu mas?

Oo soalnya dia teratur sih, udah biasa sekarang. Titik

beratnya ya Cuma waktu dia belum dibawa ke RSJ itu.

Kalau dulu sih obatnya Cuma bikin tidur aja sih, ya

Rasa tanggung jawab pada saudara

kandungan (empati).

Ada emosi negatif yang dirasa jika

suasana hati sedang tidak nyaman dan

kondisi yang tidak baik.

Menanggapi dengan emosi negatif.

Menyadari bahwa perilaku ODS

sedang memburuk, sehingga dirinya

mengendalikan perilaku dan perasaan.

3G1

-2A2

(-2B1)

2B1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 203: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

174 Analisis Partisipan 3

150.

151.

152.

153.

obat-obat nggak tau saya, sebelum dibawa ke RSJ.

Istilah saya ya obat generik.

Ada nggak harpan mas edy buat kakaknya?

Ya dia bisa mandiri, bisa produktif, itu aja.

Berharap pada masa depan ODS agar

lebih baik.

3C2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 204: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

175 Analisis Partisipan 3

No Verbatim Keterangan Koding

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

Sejak kapan mas merawat kakak?

Dari tahun 2001, eh tapi kalau nganter ke dokter mulai

tahun 2003 apa 2004 saya lupa, ya sekitar itu.

Bagaimana perasaan mas ketika mendampingi

kakak?

Kalau awal-awal saya apa ya, ya malu itu kan ya. Terus

lho kok kakak saya sakit kayak gini, itu mesti. Terus apa

lagi ya, ya itu.

Bagaimana mas mengelola perasaan tersebut?

Karena dia kakak kandung saya sendiri, saya peduli

terus ya ikhlas aja sih dalam merawat kakak saya.

Kemudian ada emosi yang dirasakan selama

merawat?

Ada, misale kalau apa namanya dianya pas kondisi apa

ya, ya nggak kena pengaruh obat kan timbul gejalanya

paranoid atau apa kan dia sering yang aneh-aneh, ngunci

pintu, anaknya ngga boleh sekolah, atau nggak boleh

keluar itu ya terus mau nyeburin motor ke kolam, saya

ya kadang pas kondisi saya lagi nggak baik itu juga

kadang saya juga marah sih, ya gitu aja. Itu ya saya

salah juga nyikapi seperti itu, tapi kadang kondisi saya

lagi ada masalah apa ketemu gitu lho, dia lagi posisi gitu

ya uwis.

Kemudian bagaimana mas mengelola emosi ?

Kadang ada juga yang nengahi, kadang saya berpikir

aduh percuma juga sih kayak gini, gitu aja.

Kemudian kalau misalnya kakaknya sedang seperti

itu, ada nggak dorongan negatif dari diri mas dalam

menyikapi?

Timbul perasaan negatif dan bingung

harus berbuat apa

Ikhlas dalam merawat

Muncul emosi negatif di saat kondisi

perasaan partisipan sedang tidak baik.

Berusaha mengontrol emosi

(-1A2)

1A1

(-1A2)

1A2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 205: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

176 Analisis Partisipan 3

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

45.

46.

47.

48.

49.

50.

51.

52.

53.

54.

55.

56.

57.

58.

59.

Misalnya menarik diri gitu?

Dorongan yang negatif ya, misalnya nggak peduli

dan sebagainya?

Nggak ada. Ya kadang juga mau dibiarin, terus saya

kalau kayak gitu terdorongnya malah mau bawa ke

rumah sakit.

Ada nggak harapan dan keyakinan mas pada

kakak?

Harapan itu timbul apa ya ketika saya, ini kan ke Rumah

sakit kan baru ini sejak puluhan tahun. Ya dari temen

ada yang lebih apa namanya lebih parah dari kakak

saya, terus dari keluarga ya sebetulnya dari keluarga sih

bukan harapan sembuh ya, sembuh tu kayaknya

dipengetahuan saya full sembuh itu nggak bisa. Saya

Cuma kondisi yang dia stabil, terus nggak neko-neko

dah lah, terus saya masih punya harapan buat kesibukan

dia, ini masih belum bisa.

Kemudian apa usaha mas untuk memberikan

kesibukan?

Belum ada sih, ini kan juga ada warung di sini, kecil-

kecilan sih, ini juga maksudnya nggak se-ramai, Cuma

kelas kampung.

Tapi belum sampai dipekerjakan seperti itu?

Belum. Belum ada fasilitator.

Ada nggak mas harapan pada kakaknya?

Ada. Maksudnya kan dia kalau dikasih obat terus

keyakinan saya kalau dia punya kesibukan dia bisa

stabil. Wong kemarin nulis surat ke saya, ya intinya dia

minta dibikinin usaha, bisnis, dia bisa punya uang

sendiri gitu. Saya juga dulu juga nge-share ke group

Memilik dorongan positif untuk

kesembuhan kakaknya

Memiliki harapan yang baik pada

masa depan ODS

Berusaha memandirikan ODS dengan

kegiatan positif

Keyakinan akan masa depan yang

baik pada ODS

1A3

2C2

2C1

2C1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 206: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

177 Analisis Partisipan 3

60.

61.

62.

63.

64.

65.

66.

67.

68.

69.

70.

71.

72.

73.

74.

75.

76.

77.

78.

79.

80.

81.

82.

83.

84.

85.

86.

87.

88.

89.

yang paguyuban itu pak Hari yang anu, dia punya itu

yang di Maguwo itu. Dia kan punya stand itu terus

yaudah coba di bawa ke sini, saya antar ke sana, tapi

kakak saya nggak suka saya bawa ke situ.

Oke, flashback ya mas, waktu awal ketika kakaknya

mengalami gejala skizofrenia, dari keluarga sendiri

bagaimana menganalisis penyebab hingga sampai

pada titik membawa ke RSJ.

Kalau itu, saya ke umum dulu, ke dokter siapa itu, spkj,

itu ya.. ya semakin anu lah melihat tingkahnya dia tu

dah ah nggak kayak biasanya, ketawa sendirian, wah iki

wes.. saya terus memutuskan untuk itu, bawanya aja

juga ke RSU. Kemudian saya menyimpulkan sendiri

karena perilakunya, itu di sana juga udah kayak gitu

terus pulng kesini semakin anu ya, nggak tahu saya disana

diapakan, ya saya memutuskan sendiri untuk membawa

kesana, karena dia ya ketawa sendiri.

Kalau dari masyarakat sendiri ada nggak mas

stigma yang diberikan ?

Nggak tahu ya, kalau langsung ke saya atau keluarga,

nggak ada. Jadi ya fine-fine aja, wong dia juga misalnya

anu ya pada maklum lah.

Pernah nggak mas ada perasaan down saat

merawat?

Iya apa ya, ya pas kondisi saya misalnya juga lagi

bermasalah, dan di keluarga ada kayak gitu ya terus

terang bagi waktunya harus ekstra, saya mau ninggalin

apa juga mikir.

Apa yang mas lakukan ketika ada perasaan seperti

itu?

Membawa ke RSU sebelum akhirnya

dibawa ke RSJ .

Tidak ada stigma negatif dari

lingkungan yang membuat partisipan

merasa nyaman.

Berusaha membagi waktu untuk

masalah pribadi dan kewajiban

merawat ODS

1D1

2A3

2B1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 207: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

178 Analisis Partisipan 3

90.

91.

92.

93.

94.

95.

96.

97.

98.

99.

100.

101.

102.

103.

104.

105.

106.

107.

108.

109.

110.

111.

112.

113.

114.

115.

116.

117.

118.

119.

Saya tu gimana ya, orangnya tu biasanya kalau kayak

gitu terus misalnya jenuh atau apa gitu ya pergi.

Kemudian bagaimana mas memahami kakaknya?

Ya dia itu apa namanya, dia kan paranoid ya, tapi

setelah di obati dia kan gejala-gejala yang anu tu kan

udah turun, hilang belum sih. Terus saya sih

sepemahaman saya, dia itu harus butuh kesibukan, terus

dia mau berkegiatan sendiri, punya uang sendiri, saya

yakin sih dia akan bisa lebih baikan lagi.

Untuk sekarang keinginannya kan belum terealisasi,

apa yang mas usahakan untuk menekan

keinginannya?

Sementara belum, cuma dia minta itu ya saya bilang ya

’sesuk’, ya dia memahami.

Kemampuan apa yang anda tingkatkan, untuk

menyelesaikan masalah?

Saya apa ya, sebenarnya usaha saya kan baru nyari-

nyariin kan, maksudnya pekerjaan yang dia

suka,kemarin juga di paguyuban saya usul tentang

ODGJ kan kesibukannya beda-beda, ini mau diapain dia

kan juga butuh kegiatan. Terus kemarin ada wacana di

RSJ mau bikin semacam minimarket dari produk orang-

orang ini. Ya saya ya baru itu pandangan-pandangan ini.

Pernah nggak ada perasaan up and down gitu mas

dalam menghadapi ODS?

Iya, ya itu ketika dia gejalanya muncul itu lho down

nya.

Kemudian suka dukanya?

Ya ketika saya melihat kondisi dia sudah membaik ya

saya suka, dukanya ya kalau lagi kayak gitu.

Memiliki cara tersendiri untuk

menyelesaikan masalah

Memiliki keyakinan pada masa depan

yang cemerlang

Merasa down ketika gejala skizofrenia

pada ODS muncul kembali

2A2

2C1

(-3A1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 208: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

179 Analisis Partisipan 3

120.

121.

122.

123.

124.

125.

126.

127

128.

129.

130.

131.

132.

133.

134.

135.

136.

137.

138.

139.

140.

141.

142.

143.

144.

145.

146.

147.

148.

149.

Apa yang anda lakukan untuk menghadapi ODS?

Kalau dulu-dulu sebelum saya bawa ke RSJ kan

gejalanya tau-tau pergi naik motor, ya cuma saya diemin

aja, saya pantau tapi saya nggak ngeh kalau dia itu

paranoid sama anaknya, dateng ke sekolah anaknya,

disuruh pulang.

Anda memiliki keyakinan nggak mas untuk

mendapingi ODS secara optimal?

ya selama ini saya sudah berusaha optimal sih,

semampu saya.

Kemampuan apa yang anda kerahkan dalam

mendampingi?

Waktu, ya pikiran tenaga. Dalam hal pengobatan saya

sudah, cuma dalam hal yang selain pengobatan belum.

Bagaimana proses anda bertahan dalam keadaan

yang mungkin tidak nyaman hingga sudah bisa

menerima?

Sudah. Dari lama juga udah, proses menerima juga

udah. Ya selama ini jalan saya merawat dia kan otomatis

dah menerima, menerima keadaan kakak saya seperti

itu, saya tiap bulan nganter, tiap hari ngasih obat,itu ya

salah satu penerimaan saya, keikhlasan saya, dalam arti

dia kan mbak saya.

Bagaimana anda memandang permasalahan ini?

Ya permasalahan ini ya suatu, salah satu dalam hidup,

salah satu apa ya, cerita, ya salah satu suka dukanya

hidup, kita berinteraksi sama manusia, ya itu aja sih.

Bagaimana proses mas menyelesaikan

permasalahan?

Ya prosesnya pertama kan ya diobatin, setelah diobatin

Mengerahkan segala usaha untuk

kesembuhan ODS

Mampu menerima keadaan ODS sejak

awal merawat.

Memandang masalah bukan sebagai

hambatan, namun tantangan yang

harus diselesaikan.

3G1

3C3

3G3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 209: PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVERrepository.usd.ac.id/31698/2/119114060_full.pdf · 2018-10-09 · baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan

180 Analisis Partisipan 3

150.

151.

152.

153.

154.

155.

156.

157.

158.

159.

160.

161.

162.

163.

kan perawatan juga nggak sebentar, terus terang setelah

pengobatan ini saya mau mencarikan kesibukan, terus

saya ikut-ikut itu lah apa, terus memasukan kaka saya ke

RSJ juga ada positifnya bagi saya, dia juga ada subunit

keswamas, mau ngadakan pendidikan keluarga, saya

juga jadi tahu posisi posisi dia mengatasi saudaranya,

anaknya atau ibunya gimana, menambah ilmu, nambah

keluarga.

Kalau dari kegiatan itu, memberi kontribusi nggak

sama mas?

Saya terus terang ketemu baru ketemu itu, kalau di

group wa itu ya setelah pertemuan pertama setelah

diundang, setelah kakak saya keluar. Jadi bulan Mei,

sekitar itu lah.

Mendapat manfaat yang positif dari

merawat anggota keluarga ODS

3G1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI