Proses Manufaktur II - 1
-
Upload
adrisuryana -
Category
Documents
-
view
24 -
download
1
description
Transcript of Proses Manufaktur II - 1
PROSES MANUFAKTUR II
BAB 1 TEKNOLOGI PENGECORAN LOGAM
1.1 Proses Pengecoran
Teknologi pengecoran logam yang mencakup pekerjaan pencairan logam coran, penuangan ke dalam
cetakan dan dibiarkan mendingin dan membeku sudah dikenal manusia sejak tahun 4000 Sebelum
Masehi. Teknologi ini dimulai ketika manusia mengetahui bagaimana mencairkan logam dan
membuat cetakan.
Sejak dikenalnya tembaga, timah dan timbal cair dan cara menuang logam cair ke dalam cetakan,
manusia mulai mampu untuk membuat coran berbentuk rumit semisal perabot rumah atau hiasan
makam berbahan perunggu.
Sejalan dengan tingkat penguasaan teknologi, maka di abad ke 14 manusia sudah mampu mengecor
besi kasar dengan cara menuang langsung logam cair yang didapat dari bijih besi ke dalam cetakan.
Di abad ke 18, ditemukan kokas yang merevolusi cara pengecoran dari bijih besi ke besi kasar dengan
tanur kupola. Di abad ke 19 tanur busur elektrik ditemukan sehingga dapat dibuat baja yang lebih
unggul dibandingkan besi kasar.
Mengecor logam merupakan proses manufaktur dalam satu langkah tunggal yang dimulai dari logam
cair sampai didapatkan benda kerja tanpa proses antara seperti proses pembentukan atau pemesinan.
Karena sangat sederhananya, proses ini menjadi pondasi pertumbuhan industri yang sangat luas
dengan bergam produknya. Produk proses pengecoran bisa dibagi menjadi dua bentuk yaitu benda
setengah jadi (yang nantinya akan diproses lebih lanjut) semisal ingots atau bentuk-bentuk lain
semisal slab dan billet dan shaped casting yang sudah merupakan benda jadi. Jika dilihat
karakteristiknya dibandingkan dengan proses manufaktur lainnya, berikut deskripsi singkat tentang
beberapa proses manufaktur secara umum:
1. Pengecoran: Produksi benda-benda dengan bentuk tertentu dengan menuangkan logam cair ke
dalam cetakan.
2. Pengerjaan Mekanik: pembentukan logam dalam keadaan padat melalui deformasi plastis
diatas atau dibawah suhu rekristalisasi dengan cara pengerjaan panas atau pengerjaan dingin.
Bahan bakunya bisa berupa cast ingots atau billet dengan syarat logam mempunyai kapasitas
untuk terdeformasi secara plastis. Produknya kebanyakan berupa barang standar atau barang
setengah jadi seperti batangan, pelat, lembaran, atau potongan (section) yang dihasilkan dari
proses pengerolan (rolling) dan ekstrusi (extrusion) dan dapat menjadi bahan baku bagi
proses-proses lainnya.
3. Fabrikasi dengan joining process: Produksi sebuah struktur dengan menyatukan komponen-
komponen yang lebih kecil yang dibuat sebelumnya melalui proses lainnya. Yang populer
1PROSES MANUFAKTUR II – TMUB M.S. MA'ARIF
adalah proses pengelasan. Proses ini mampu bersaing dengan proses pengecoran dalam
memproduksi benda sampai dengan berat tertentu. Proses lainnya adalah paku keling
(riveting), pembautan (bolting) dan metode fastening lainnya.
4. Pemesinan: Produksi sebuah benda yang mempunyai bentuk tertentu dengan pemotongan
yang dimulai dari benda dasar (semisal pelat atau batangan) atau benda setengah jadi (semisal
hasil coran atau penempaan) dengan memakai mesin perkakas. Prosesnya bisa berupa proses
keseluruhan dalam artian membuat benda dari bakalan sampai berbentuk benda jadi atau
hanya proses finishing saja karena kapabilitasnya dalam memproduksi barang dengan dimensi
yang akurat.
5. Metalurgi serbuk: Produksi barang yang mempunyai bentuk tertentu dengan cara die pressing
dan sintering serbuk logam.
Kalau dilihat, sebenarnya proses-proses produksi tersebut bisa bersifat komplementer (saling
menggantikan) dan kapabilitas mereka saling melengkapi bahkan overlap satu dengan lainnya. Karena
itu dalam memproduksi sebuah barang, sangat memungkinkan terjadinya keputusan alternatif untuk
proses yang akan dipakai yang didasarkan akan daya saing masing-masing proses dalam hal sifat-sifat
mekanik dan biaya yang dikeluarkan. Pendekatan analisis nilai (value analysis approach) di bidang
desain rekayasa (engineering design) berarti bahwa material dan produk akan dipilih berdasarkan
alasan rasional daripada kebiasaan umum yang telah lama diikuti.
1.2 Karakteristik Teknologi Pengecoran
Seperti pada proses-proses lainnya, sebuah proses selalu mempunyai keunggulan dan kekurangan.
Untuk proses pengecoran, karakteristiknya dapat dilihat pada uraian berikut ini.
1.2.1 Design versatility
Berat benda coran
Tidak ada batasan tentang berat benda coran, artinya kita bisa memproduksi benda coran sebesar dan
seberat mungkin. Hanya saja, berat benda coran dibatasi oleh kemampuan penyediaan logam cairnya
dan kemampuan pengangkatan (lifting) dan penanganan (handling) dari benda coran.
Bentuk dan kerumitan
Tidak ada proses lain yang bisa menyamai kemampuan proses pengecoran dalam memproduksi
bentuk-bentuk kompleks, baik dalam kontur maupun detail yang rumit yang mungkin sangat mahal
dan tidak memungkinkan untuk diproses dengan proses pemesinan misalnya. Contohnya adalah
pembuatan pagar berornamen. kemampuan ini dimiliki baik dalam proses yang sederhana seperti
proses pengecoran dengan pasir cetak atau dengan cetakan (die) atau investment casting.
2PROSES MANUFAKTUR II – TMUB M.S. MA'ARIF
Komposisi bahan
Hampir semua logam dan paduannya dapat dijadikan bahan baku proses pengecoran dengan teknik
yang sesuai.
Tabel 1 Paduan Coran
Grup Paduan Tipe Paduan Elemen PaduanBesi Tuang (Cast Iron) Besi Tuang Kelabu; Besi tuang mampu tempa; Besi tuang
speroidal grafitC, Si, P, Ni, Cr
Baja Baja karbon dan baja paduan rendah; Baja paduan tinggi termasuk stainless steel dan paduan tahan panas
C, Mn, Cr, Ni, Mo
Paduan Berbahan Dasar Tembaga
Kuningan, termasuk high tensile brass; macam-macam jenis perunggu dan gunmetals, termasuk aluminium dan paduan perunggu silikon
Zn, Sn, P, Pb, Ni, Al, Fe, Mn, Si
Paduan Berbahan Dasar Aluminium
Paduan untuk pengecoran pasir dan cetakan (die) Si, Cu, Mg, Mn, Zn, Ni
Paduan Berbahan Dasar Magnesium
Paduan untuk pengecoran pasir dan cetakan (die) Al, Zn, Zr, Mn, rare earths
Paduan Berbahan Dasar Seng
Pressure die casting alloys Al, Mg, Cu
Paduan Berbahan Dasar Nikel
High temperature alloys; corrosion resisting alloys Cr, Co, C, Ti, Al; Cu, Cr, Mo, Si
Lain-lain Lead and Tin base alloys, khususnya untuk bantalan; cobalt base alloys untuk ketahanan panas, korosi dan aus; Permanent magnet alloys; titanium, chromium, molybdenum, dan material khusus lainnya untuk ketahanan temperatur tinggi dan korosi
Sn, Pb, Sb, Cu
Cr, Ni, Mo, W, No
Fe, Co, Ni, Al
Sumber: Beeley et.al, Foundry Technology, Butterworth Scientific, 1972
Struktur coran
Karena proses pengecoran harus melaui proses solidifkasi, maka akan sangat banyak karakteristik
metalurginya. Juga jika proses diikuti lebih lanjut oleh proses perlakuan panas atau pendinginan
lanjutan. Biasanya dikatakan bahwa ukuran butir dan bentuk serta distribusi micro-constituents akan
sangat sensitif terhadap kondisi pengecoran, dan sifat mekanik sangat tergantung kepada segregation
dan microporousity.
Fleksibilitas proses
Proses pengecoran bisa dilakukan dengan modal yang sangat sedikit jika dibandingkan dengan
milling, press atau proses produksi lain. Jika skala produksi sangat besar, maka plant butuh untuk
dimekanisasi atau diotomasi. Dalam kasus ini, investasi awal yang dibutuhkan menjadi besar dengan
imbalan keuntungan produksi yang besar dan ongkos perunit yang rendah.
1.3 Teknologi Pengecoran Logam
Dilihat dari jenisnya, secara umum proses pengecoran dapat dibagi menjadi proses pengecoran
gravitasi dan pressure die casting; investment casting dan centrifugal casting. Meskipun demikian,
untuk menunjukkan karakteristik umum proses pengecoran, dapat dengan mudah dijelaskan oleh
3PROSES MANUFAKTUR II – TMUB M.S. MA'ARIF
Pemilihan Proses
Desain dan Spesifikasi
Penentuan Teknik Pengecoran
Pembuatan Pola Persiapan Operasi Tungku
Persiapan pembuatan moulding
Pembuatan Moulding dan Inti
Logam Cair
Pengecoran
Pembongkaran Coran
Perlakuan Panas dan Finishing
Inspeksi dan Pengetesan
Benda Coran Jadi
fenomena yang terjadi pada proses pengecoran pasir dengan memakai cetakan konvensional. Secara
umum urutan proses pengecoran dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
Gambar 2 Diagram Alir Proses Produksi Pengecoran
Sumber: Beeley et.al, Foundry Technology, Butterworth Scientific, 1972
4PROSES MANUFAKTUR II – TMUB M.S. MA'ARIF