Proses Hukum Ahok Masih Panjang filenya dugaan tindak pidana yang dilakukan seseorang atau ......

1
[JAKARTA] Proses hukum kasus dugaan penodaan agama dengan tersangka Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) masih panjang. Masih ada pelimpah- an berkas penyidikan ke Kejaksaan sebelum ke Pengadilan atau persidangan terbuka. Setelah vonis peng- adilan tingkat pertama, masih dimungkinkan adanya upaya banding, kasasi, hingga penin- jauan kembali. Selama proses itu berlang- sung, hak Ahok baik sebagai warga negara maupun sebagai cagub DKI, dijamin Konstitusi dan UU Pilkada. Kapolri dan Jaksa Agung sudah berjanji memproses kasus ini dengan cepat. Meski demikian, siapa pun tidak bisa memaksakan proses hukum secara instan. Pakar hukum pidana Indriyanto Seno Adji meyakini, proses penegakan hukum kasus ini belum berkekuatan hukum tetap hingga saat pemungutan suara Pilgub DKI berlangsung pada 15 Februari 2017 men- datang. Kasus ini masih akan berproses saat keputusan pemenang Pilkada. Bahkan, proses hukum terkait kasus ini akan menghabiskan waktu lebih lama jika berlanjut hing- ga ke tingkat kasasi atau Peninjauan Kembali (PK). "Kalau tahapan pro justitia sampai dengan putusan peng- adilan yang inkracht (berke- kuatan hukum tetap), maka putusan akan belum in kracht pada saat pemungutan ataupun keputusan pemenang Pilkada. Putusan in kracht (kalau Ahok jadi tersangka atau terdakwa) diartikan sampai di Kasasi Mahkamah Agung (MA) bahkan kalau Ahok ajukan upaya hukum luar biasa beru- pa PK, justru akan panjang dan memakan waktu," kata Indriyanto, Rabu (23/11). Guru Besar Universitas Krisnadwipayana ini mema- parkan, dalam proses pene- gakan hukum, penyidik mencari dan menemukan dua alat bukti atau lebih. Dari proses tersebut, penyidik secara terbatas menggelar ekspose atau gelar perkara untuk menentukan ada tidak- nya dugaan tindak pidana yang dilakukan seseorang atau beberapa orang. "Dalam hal adanya duga- an tindak pidana, segera ditentukan tersangka, tapi dalam hal tidak ada bukti, maka tersangka dihentikan penyidikannya dengan diter- bitkan SP3 (Surat Perintah Penghentian Penyidikan)," katanya. Indriyanto melanjutkan, jika berkas sudah lengkap, penyidik mengirim berkas itu kepada Kejaksaan untuk dite- liti oleh Tim Peneliti Berkas yang dibentuk Kejaksaan. Dari penelitian yang dilakukan, Kejaksaan dapat memutuskan mengembalikan berkas untuk dilengkapi penyidik atau yang dikenal dengan P19 baik secara formil maupun mate- riil. Selain itu, Kejaksaan juga dapat memutuskan menerima berkas untuk dilimpahkan ke pengadilan atau yang dikenal dengan P21. "Atau bisa juga diterima berkas dari penyidik dengan melakukan pemeriksaan tam- bahan (adanya data/bukti baru yang dikenal dengan P22). dengan memutuskan atau menerbitkan Penghentian Penuntutan (SKP2)," katanya. Mantan pimpinan KPK ini juga menyatakan, sejumlah tahapan tersebut memiliki batas waktu. Setelah menerima pelimpahan berkas dari penyi- dik, jaksa memiliki waktu 14 hari untuk meneliti berkas. Dalam waktu tujuh hari sete- lah menerima berkas, Jaksa Penuntut Umum (JPU) harus sudah memberitahukan kepa- da penyidik tentang lengkap tidaknya berkas tersebut. Jika jaksa mengembalikan berkas, penyidik memiliki waktu selama 14 untuk mengirim kembali berkas yang sudah dilengkapi kepada JPU. "Dalam hal JPU tidak kembalikan berkas ke penyidik, dalam waktu 14 hari itu, maka berkas dianggap telah lengkap, dan sebaliknya JPU dalam waktu 14 hari mengembalikan berkas dengan petunjuk apa- bila belum dianggap lengkap. Pengembalian berkas ini dapat terjadi bolak-balik dari JPU kepada penyidik. Dalam hal JPU anggap berkas sudah lengkap atau sudah memenu- hi petunjuk JPU, maka JPU membuat Surat Dakwaan untuk dilimpahkan ke pengadilan," paparnya. Panjang Sedangkan menurut man- tan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD, meski Ahok sudah berstatus tersang- ka dan mulai menjalani peme- riksaan, proses hukum yang dijalani masih panjang, bahkan mungkin hingga pemungutan suara Pilkada serentak 2017. “Proses hukum Ahok masih panjang. Apalagi baru sebatas penetapan tersangka, belum sampai di pengadilan. Di pengadilan juga lama, jadi kita harus ikuti proses hukumnya,” ujar Mahfud, Rabu (23/11). Tahap penyidikan hingga sebuah perkara berkekuatan hukum tetap bisa, kata Mahfud, bisa membutuhkan waktu hampir dua tahun. Karena selain hasil persidangan yang masih bisa digugat, proses persidangan pun minimal akan berlangsung setahun. Ditambahkan, sesuai UU Pilkada, proses pencalonan Ahok tidak bisa dianulir bah- kan oleh yang bersangkutan. Pengamat sosial politik UGM Arie Sudjito menegas- kan, saat ini semua pihak, termasuk lawan politik Ahok, harus menjaga proses hukum agar berjalan sebagaimana mestinya. “Elite harus menge- rem, jangan memprovokasi rakyat dan biarkan hukum berjalan,” katanya. Justru saat ini kedewasaan berpolitik para elite sedang diuji. [Y-7/F-5/152] Utama 2 Suara Pembaruan Rabu, 23 November 2016 S ituasi politik di Tanah Air akhir-akhir ini memanas. Kasus dugaan penistaan agama dalam penggalan pernyata- an yang disampaikan Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, di Kepulauan Seribu, akhir September lalu dianggap menjadi memantik kere- sahan umat Islam yang menggelar unjuk rasa pada 4 November lalu. Polri telah menggelar proses hukum terhadap Ahok, bahkan menetap- kannya sebagai tersangka. Namun hal itu belum mampu meredakan tekan- an. Bahkan, dirancang unjuk rasa susulan pada 25 November dan 2 Desember mendatang. Terkait hal tersebut, Presiden Joko Widodo menye- but ada aktor politik yang menunggangi aksi demo pada 4 November lalu. Belakangan, aparat keamanan mengeluarkan pernyataan mengenai indi- kasi gerakan makar yang hendak menunggangi aksi unjuk rasa susulan pada 25 November dan 2 Desember. Sumber SP di Jakarta, Rabu (23/11) mengung- kapkan, sejumlah kalangan di kelompok yang ditenga- rai melakukan manuver poli- tik yang memanfaat- kan kasus hukum Ahok, sejatinya mulai gerah. Pasalnya, manuver tersebut memanfaatkan isu agama untuk kepentingan politik. “Faksi di kelompok itu sebenarnya menyadari manuver yang dilakukan itu tidak sehat, dan bahkan kontraproduktif bagi per- satuan bangsa. Mereka pun mulai gerah, apalagi tidak ada tanda-tanda manuvernya mereda meli- hat perkembangan situasi politik nasional saat ini,” jelasnya. Namun, sejauh ini belum ada upaya konkret dari mereka menyikapi perkembangan situasi di kelompoknya. “Mereka masih wait and see,” ujarnya. Sumber itu menambah- kan, memang ada beberapa elite di kelompok itu yang mulai tidak aktif. “Itu sebenarnya pesan mereka tidak sejalan dengan manuver politik yang dila- kukan,” jelasnya. [A-17] Proses Hukum Ahok Masih Panjang Gerah dengan Manuver Politik? [JAKARTA] Penyidik Bareskrim Mabes Polri tancap gas untuk menyelesaikan berkas perkara Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang telah dijadikan tersangka pada kasus dugaan penodaan agama. Kabareskrim Komjen Ari Dono Sukmanto mengatakan, pemberkasan terhadap kasus Ahok sudah mencapai 70% dan pada Jumat (25/11) bisa dilimpahkan ke Kejaksaan. Jenderal bintang tiga ini menambahkan, sejauh ini sebanyak 27 saksi dan ahli sudah dimintai keterangan. Namun ia belum dapat memastikan berapa banyak lagi saksi dan ahli yang belum diperiksa. "Tergantung apakah pelapor atau terlapor masih minta tambahan (saksi dan ahli) atau tidak dari yang lalu itu. Tapi ini berkasnya sudah hampir 70%, kalau saya bilang. Kita maksimalkan kalau hanya keterangan-keterangan ahli yang diminta oleh pelapor, mungkin tidak sampai penuh," lanjutnya. Yang dimaksud ‘tidak sampai penuh’ adalah keterang- an ahli itu tak sepenuhnya perlu di masukkan dalam Berita acara pemeriksaan (BAP) karena bisa diberikan dan dilakukan pendalaman di persidangan. "Hari Jumat kita limpahkan berkas tahap pertama,” katanya. Sementara itu Bareskrim memeriksa Pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab, Selasa (23/11), sebagai saksi ahli yang diajukan pelapor. Seperti diberi- takan, Bareskrim telah memeriksa Ahok sebagai tersang- ka, sesuai sangkaan yang diatur dalam Pasal 156a KUHP, Selasa (22/11). "(Rizieq) diperiksa sebagai tindak lanjut dari penye- lidikan yang lalu. Kalau yang lalu kita sudah periksa semua saksi sampai 40 orang di tingkat penyelidikan, yang sifatnya berita acara interview, interogasi, maka sekarang dalam rangka penyidikan kita melakukan pemeriksaan kembali dengan pro yustisia. Dia sebagai ahli yang ditun- juk pelapor," kata Ari Dono, Rabu (23/11). Ditanya mengenai kemungkinan berkas akan dikem- balikan oleh pihak Kejaksaan, menurut Ari, Kejaksaan memiliki waktu untuk mengoreksi. “Tapi kami sudah sejak awal (memberitahu jaksa) dan jaksa sudah menge- tahui bahwa kita melakukan penyelidikan yang relatif cukup panjang," urainya.[FAR/A-15] Berkas Ahok Jumat Dilimpahkan ke Kejaksaan SP/JOANITO DE SAOJOAO Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memenuhi panggilan untuk pemeriksaan sebagai tersangka kasus penistaan agama di gedung Rupatama, Mabes Polri, Selasa (22/11). Pemeriksaan perkara umumnya dilakukan di kantor Bareskrim Polri. Namun, penyidik memilih memeriksa Ahok di Gedung Utama Mabes Polri. > 9 Terkait hal

Transcript of Proses Hukum Ahok Masih Panjang filenya dugaan tindak pidana yang dilakukan seseorang atau ......

[JAKARTA] Proses hukum kasus dugaan penodaan agama dengan tersangka Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) masih panjang. Masih ada pelimpah-an berkas penyidikan ke Kejaksaan sebelum ke Pengadilan atau persidangan terbuka. Setelah vonis peng-adilan tingkat pertama, masih dimungkinkan adanya upaya banding, kasasi, hingga penin-jauan kembali.

Selama proses itu berlang-sung, hak Ahok baik sebagai warga negara maupun sebagai cagub DKI, dijamin Konstitusi dan UU Pilkada. Kapolri dan Jaksa Agung sudah berjanji memproses kasus ini dengan cepat. Meski demikian, siapa pun tidak bisa memaksakan proses hukum secara instan.

Pakar hukum pidana Indriyanto Seno Adji meyakini, proses penegakan hukum kasus ini belum berkekuatan hukum tetap hingga saat pemungutan suara Pilgub DKI berlangsung pada 15 Februari 2017 men-datang.

Kasus ini masih akan berproses saat keputusan pemenang Pilkada. Bahkan, proses hukum terkait kasus ini akan menghabiskan waktu lebih lama jika berlanjut hing-ga ke tingkat kasasi atau Peninjauan Kembali (PK).

"Kalau tahapan pro justitia sampai dengan putusan peng-adilan yang inkracht (berke-kuatan hukum tetap), maka putusan akan belum in kracht pada saat pemungutan ataupun keputusan pemenang Pilkada. Putusan in kracht (kalau Ahok jadi tersangka atau terdakwa) diartikan sampai di Kasasi Mahkamah Agung (MA) bahkan kalau Ahok ajukan upaya hukum luar biasa beru-pa PK, justru akan panjang dan memakan waktu," kata Indriyanto, Rabu (23/11).

Guru Besar Universitas Krisnadwipayana ini mema-parkan, dalam proses pene-gakan hukum, penyidik

mencari dan menemukan dua alat bukti atau lebih. Dari proses tersebut, penyidik secara terbatas menggelar ekspose atau gelar perkara untuk menentukan ada tidak-nya dugaan tindak pidana yang dilakukan seseorang atau beberapa orang.

"Dalam hal adanya duga-an tindak pidana, segera ditentukan tersangka, tapi dalam hal tidak ada bukti, maka tersangka dihentikan penyidikannya dengan diter-bitkan SP3 (Surat Perintah Penghentian Penyidikan)," katanya.

Indriyanto melanjutkan, jika berkas sudah lengkap, penyidik mengirim berkas itu kepada Kejaksaan untuk dite-liti oleh Tim Peneliti Berkas yang dibentuk Kejaksaan. Dari penelitian yang dilakukan, Kejaksaan dapat memutuskan mengembalikan berkas untuk dilengkapi penyidik atau yang dikenal dengan P19 baik secara formil maupun mate-riil. Selain itu, Kejaksaan juga dapat memutuskan menerima berkas untuk dilimpahkan ke pengadilan atau yang dikenal

dengan P21."Atau bisa juga diterima

berkas dari penyidik dengan melakukan pemeriksaan tam-bahan (adanya data/bukti baru yang dikenal dengan P22).dengan memutuskan atau menerbitkan Penghentian Penuntutan (SKP2)," katanya.

Mantan pimpinan KPK ini juga menyatakan, sejumlah tahapan tersebut memiliki batas waktu. Setelah menerima pelimpahan berkas dari penyi-dik, jaksa memiliki waktu 14 hari untuk meneliti berkas. Dalam waktu tujuh hari sete-lah menerima berkas, Jaksa Penuntut Umum (JPU) harus sudah memberitahukan kepa-da penyidik tentang lengkap tidaknya berkas tersebut. Jika jaksa mengembalikan berkas, penyidik memiliki waktu selama 14 untuk mengirim kembali berkas yang sudah dilengkapi kepada JPU.

"Dalam hal JPU tidak kembalikan berkas ke penyidik, dalam waktu 14 hari itu, maka berkas dianggap telah lengkap, dan sebaliknya JPU dalam waktu 14 hari mengembalikan berkas dengan petunjuk apa-

bila belum dianggap lengkap. Pengembalian berkas ini dapat terjadi bolak-balik dari JPU kepada penyidik. Dalam hal JPU anggap berkas sudah lengkap atau sudah memenu-hi petunjuk JPU, maka JPU membuat Surat Dakwaan untuk dilimpahkan ke pengadilan," paparnya.

Panjang Sedangkan menurut man-

tan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD, meski Ahok sudah berstatus tersang-ka dan mulai menjalani peme-riksaan, proses hukum yang dijalani masih panjang, bahkan mungkin hingga pemungutan suara Pilkada serentak 2017.

“Proses hukum Ahok masih panjang. Apalagi baru sebatas penetapan tersangka, belum sampai di pengadilan. Di pengadilan juga lama, jadi kita harus ikuti proses hukumnya,” ujar Mahfud, Rabu (23/11).

Tahap penyidikan hingga sebuah perkara berkekuatan hukum tetap bisa, kata Mahfud, bisa membutuhkan waktu hampir dua tahun. Karena selain hasil persidangan yang

masih bisa digugat, proses persidangan pun minimal akan berlangsung setahun.

Ditambahkan, sesuai UU Pilkada, proses pencalonan Ahok tidak bisa dianulir bah-kan oleh yang bersangkutan.

Pengamat sosial politik UGM Arie Sudjito menegas-kan, saat ini semua pihak, termasuk lawan politik Ahok,

harus menjaga proses hukum agar berjalan sebagaimana mestinya. “Elite harus menge-rem, jangan memprovokasi rakyat dan biarkan hukum berjalan,” katanya.

Justru saat ini kedewasaan berpolitik para elite sedang diuji. [Y-7/F-5/152]

Utama2 Sua ra Pem ba ru an Rabu, 23 November 2016

Situasi politik di Tanah Air akhir-akhir ini memanas. Kasus

dugaan penistaan agama dalam penggalan pernyata-an yang disampaikan Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, di Kepulauan Seribu, akhir September lalu dianggap menjadi memantik kere-sahan umat Islam yang menggelar unjuk rasa pada 4 November lalu.

Polri telah menggelar proses hukum terhadap Ahok, bahkan menetap-kannya sebagai tersangka. Namun hal itu belum

mampu meredakan tekan-an. Bahkan, dirancang unjuk rasa susulan pada 25 November dan 2 Desember mendatang.

Terkait hal tersebut, Presiden Joko Widodo menye-but ada aktor politik yang menunggangi aksi demo pada 4 November lalu. Belakangan, aparat keamanan mengeluarkan pernyataan mengenai indi-kasi gerakan makar yang hendak menunggangi aksi unjuk rasa susulan pada 25 November dan 2 Desember.

Sumber SP di Jakarta, Rabu (23/11) mengung-kapkan, sejumlah kalangan di kelompok yang ditenga-rai melakukan manuver poli- tik yang memanfaat-

kan kasus hukum Ahok, sejatinya mulai gerah. Pasalnya, manuver

tersebut memanfaatkan isu agama untuk kepentingan politik.

“Faksi di kelompok itu sebenarnya menyadari manuver yang dilakukan itu tidak sehat, dan bahkan kontraproduktif bagi per-satuan bangsa. Mereka pun mulai gerah, apalagi

tidak ada tanda-tanda manuvernya mereda meli-hat perkembangan situasi politik nasional saat ini,” jelasnya.

Namun, sejauh ini belum ada upaya konkret dari mereka menyikapi perkembangan situasi di kelompoknya. “Mereka masih wait and see,” ujarnya.

Sumber itu menambah-kan, memang ada beberapa elite di kelompok itu yang mulai tidak aktif. “Itu sebenarnya pesan mereka tidak sejalan dengan manuver politik yang dila-kukan,” jelasnya. [A-17]

Proses Hukum Ahok Masih Panjang

Gerah dengan Manuver Politik?

[JAKARTA] Penyidik Bareskrim Mabes Polri tancap gas untuk menyelesaikan berkas perkara Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang telah dijadikan tersangka pada kasus dugaan penodaan agama.

Kabareskrim Komjen Ari Dono Sukmanto mengatakan, pemberkasan terhadap kasus Ahok sudah mencapai 70% dan pada Jumat (25/11) bisa dilimpahkan ke Kejaksaan.

Jenderal bintang tiga ini menambahkan, sejauh ini sebanyak 27 saksi dan ahli sudah dimintai keterangan. Namun ia belum dapat memastikan berapa banyak lagi saksi dan ahli yang belum diperiksa.

"Tergantung apakah pelapor atau terlapor masih minta tambahan (saksi dan ahli) atau tidak dari yang lalu itu. Tapi ini berkasnya sudah hampir 70%, kalau saya bilang. Kita maksimalkan kalau hanya keterangan-keterangan ahli yang diminta oleh pelapor, mungkin tidak sampai penuh," lanjutnya.

Yang dimaksud ‘tidak sampai penuh’ adalah keterang-an ahli itu tak sepenuhnya perlu di masukkan dalam Berita acara pemeriksaan (BAP) karena bisa diberikan dan dilakukan pendalaman di persidangan.

"Hari Jumat kita limpahkan berkas tahap pertama,” katanya.

Sementara itu Bareskrim memeriksa Pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab, Selasa (23/11), sebagai saksi ahli yang diajukan pelapor. Seperti diberi-takan, Bareskrim telah memeriksa Ahok sebagai tersang-ka, sesuai sangkaan yang diatur dalam Pasal 156a KUHP, Selasa (22/11).

"(Rizieq) diperiksa sebagai tindak lanjut dari penye-lidikan yang lalu. Kalau yang lalu kita sudah periksa semua saksi sampai 40 orang di tingkat penyelidikan, yang sifatnya berita acara interview, interogasi, maka sekarang dalam rangka penyidikan kita melakukan pemeriksaan kembali dengan pro yustisia. Dia sebagai ahli yang ditun-juk pelapor," kata Ari Dono, Rabu (23/11).

Ditanya mengenai kemungkinan berkas akan dikem-balikan oleh pihak Kejaksaan, menurut Ari, Kejaksaan memiliki waktu untuk mengoreksi. “Tapi kami sudah sejak awal (memberitahu jaksa) dan jaksa sudah menge-tahui bahwa kita melakukan penyelidikan yang relatif cukup panjang," urainya.[FAR/A-15]

Berkas Ahok Jumat Dilimpahkan ke Kejaksaan

SP/Joanito De SaoJoao

Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memenuhi panggilan untuk pemeriksaan sebagai tersangka kasus penistaan agama di gedung Rupatama, Mabes Polri, Selasa (22/11). Pemeriksaan perkara umumnya dilakukan di kantor Bareskrim Polri. namun, penyidik memilih memeriksa ahok di Gedung Utama Mabes Polri.

> 9Terkait hal