Prosedur Prinsip

22
TUGAS MATA KULIAH PERENCANAAN SISTEM INFRASTRUKTUR WILAYAH DAN KOTA PROSES, PROSEDUR DAN PRINSIP PERENCANAAN PRASARANA RUANG PUBLIK KAWASAN PANTAI LOSARI (Kasus Revitalisasi Pantai Losari) Disusun oleh SUKARDI Disusun oleh SUKARDI

description

prosedur prinsip rauang wilayah

Transcript of Prosedur Prinsip

TUGAS MATA KULIAH

PERENCANAAN SISTEM INFRASTRUKTUR WILAYAH DAN KOTA

PROSES, PROSEDUR DAN PRINSIP PERENCANAAN PRASARANA RUANG PUBLIK KAWASAN PANTAI LOSARI(Kasus Revitalisasi Pantai Losari)

Disusun oleh

SUKARDI

Disusun oleh

SUKARDI

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS 45 MAKASSAR

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

MAKASSAR

2015PROSES, PROSEDUR DAN PRINSIP PERENCANAAN PRASARANA

RUANG PUBLIK KAWASAN PANTAI LOSARI

(Kasus Revitalisasi Pantai Losari)

Disusun oleh

SukardiA. LATAR BELAKANGSecara konvensional pembangunan perkotaan dilakukan di atas lahan tanah yang sebelumnya telah tersedia. Namun seiring dengan makin pesatnya pembangunan yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan yang cukup, maka pembangunan perkotaan saat ini juga diarahkan di atas lahan tanah hasil penimbunan area laut/pantai. Penimbunan ini di kenal dengan reklamasi pantai.

Menurut Patrick Mc. Auslan (1986) bahwa tanah berarti investasi, sumber keuntungan ekonomis, yang biasa diterjemahkan dalam pengertian yang abstrak yaitu sebagai keringat yang mengucur dari tubuh manusia beserta segenap konsekuensi padangan hidup yang tumbuh dari situ. Karena urgennya tanah dalam hubungannya dengan manusia, oleh Ter Haar, dijelaskan bahwa tanah merupakan tempat tinggal, tanah memberikan kehidupan dan penghidupan, tanah di mana manusia dimakamkan dan hubungannya bersifat magis-religius.

Reklamasi pantai sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan lahan perkotaan menjadi kemutlakan karena semakin sempitnya wilayah daratan. Kebutuhan dan manfaat reklamasi dapat dilihat dari aspek tata guna lahan, aspek pengelolaan pantai dan ekonomi. Tata ruang suatu wilayah tertentu kadang membutuhkan untuk direklamasi agar dapat berdaya dan hasil guna. Untuk pantai yang diorientasikan bagi pelabuhan, industri, wisata atau pemukiman yang perairan pantainya dangkal wajib untuk direklamasi agar bisa dimanfaatkan.

Otonomi daerah sebagaimana tertuang dalam ketentuan perundang-undangan merupakan landasan yang kuat bagi pemerintah daerah untuk mengimplementasikan pembangunan wilayah laut mulai dari aspek perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian. Implikasi langsung dari ketentuan undang-undang adalah beralihnya kewenangan dalam penentuan kebijakan pengelolaan dan pengembangan di daerah. Secara umum pengaturan penataan ruang diatur dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (selanjutnya disebut UUPR). Pasal 1 UUPR yang menyatakan bahwa ruang terbagi ke dalam beberapa kategori, yang diantaranya ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara. Otonomi daerah sebenarnya merupakan bagian dari pendewasaan politik rakyat ditingkat lokal dan mensejahterakan rakyat. Pembangunan kawasan komersial jelas akan mendatangkan banyak keuntungan ekonomi bagi wilayah tersebut. Asumsi yang digunakan disini adalah semakin banyak kawasan komersial yang dibangun maka dengan sendirinya juga akan menambah pendapatan asli daerah (PAD). Reklamasi memberikan keuntungan dan dapat membantu kota dalam rangka penyediaan lahan untuk berbagai keperluan (pemekaran kota), penataan daerah Pantai, pengembangan wisata bahari, dan lain-lain. Namun harus diingat pula bahwa bagaimanapun juga reklamasi adalah bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap keseimbangan lingkungan alamiah pantai yang selalu dalam keadaan seimbang dinamis sehingga akan melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi dan sedimentasi pantai, dan berpotensi gangguan lingkunganKota Makassar adalah salah satu kota yang berada di pesisir pantai yang mempunyai luas pesisir kurang lebih 53 ha, dengan perkembangan pembangunan yang cepat dengan daya tarik dan potensi yang besar. Perkembangangan dan pertumbuhan Kota Makassar tidak terlepas dari pertumbuhan dan perkembangan bagian pesisir pantai Kota yang sangat dinamis. Hampir semua aspek pemanfaatan untuk pembangunan di Kota Makassar dapat di lihat di kawasan pesisir pantai kota, mulai pemanfaatan sumberdaya perikanan, pemukiman, pariwisata, perdagangan, pelabuhan dan pelayaran terjadi kawasan ini. Pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Kota Makassar dapat dilakukan dengan konsep dan tujuan pemanfaatan yang terpadu dan berkelanjutan.Untuk memenuhi tuntutan kebutuhan akan lahan, akhir-akhir ini kota-kota di pesisir pantai cenderung menambah luasan lahannya dengan mereklamasi pantai, yaitu kegiatan menimbun atau memasukkan material tertentu di kawasan Pantai dengan maksud untuk memperoleh lahan kering. Kegiatan yang dirasakan akhir-akhir ini dilaksanakan di Kota Makassar yang mereklamasi kawasan pantai Losari 950 m. Luas areal yang akan diratakan dan dipadatkan mencapai 106.821 m yang seluruhnya diperuntukkan bagi kepentingan publik khususnya untuk rekreasi dan kawasan CBD.B. PROSES, PROSEDUR DAN PRINSIP PERENCANAAN1. Persiapan Rencana

Diawali tahun 1945, bangunan tambahan pantai yang pertama dibuat. Desain lantai dasar beton sepanjang 910 meter digagas oleh Pemerintah Wali Kota Makassar, DM van Switten (1945-1946). Dimasa pemerintahan NICA tersebut, pemasangan lantai dilakukan untuk melindungi beberapa objek dan sarana strategis warga di Jalan Penghibur dari derasnya ombak selat Makassar.Tahun 2000 dilakukan rencana penimbunan laut (reklamasi pantai) dengan maksud sebagai jalan dan tempat komersil. Selanjutnya tahun 2001 populasi pedagang kaki lima yang makin banyak kemudian direlokasi ke daerah reklamasi. Mulai terlihat pertumbuhan bangunan lain disepanjang pantai yang merangsak kearah laut. Mulai tahun 2010, kawasan pantai losari telah diramaikan bangunan-bangunan bernuansa futuristik seperti perumahan resort elit, gedung konvensi, mal, studio stasiun TV ala disneyland dan Center Point of Indonesia. Banyak yang datang ke pantai Losari untuk duduk duduk menikmati pantai yang bersih, jogging disepanjang pedestrian, atau makan di warung pantai Laguna. (diujung paling selatan pantai). Tua muda akan datang kemari menikmati matahari terbenam disini sambil membeli makanan dari pedagang. Jika suka jogging, tempat ini juga sangat ideal. Udara bersih dan angin bertiup tanpa henti, matahari yang merah keemasan menyapu wajah manusia yang duduk bibir pantai.Kawasan Pantai Losari mengalami perubahan fungsi sejak periode 1960-an. Pantai Losari merupakan kawasan yang dikenal dahulu sebagai pasar ikan, dan Pasar Senggol yang kemudian direlokasi karena dianggap menimbulkan kemacetan.Perkembangan yang terjadi kemudian adalah tren pemanfaatan ruang di sepanjang Losari oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) pada periode 1980- 1990-an, yang kemudian juga direlokasi pada akhir 1990-an.2. Revitalisasi Kawasan (Tahap Pengurugan)Pengembangan kawasan Losari menjadi kawasan wisata pantai, seperti saat ini, dimulai sejak akhir 1960 ketika Makasar dipimpin oleh Walikota Daeng Patompo (1962-1976). Visi yang saat itu diperkenalkan oleh Daeng Potompo adalah merevitalisasi kawasan pantai Losari menjadi seperti Waikiki di Hawai. Rencana revitalisasi kemudian diwujudkan oleh Walikota Makasar berikutnya. Upaya merevitalisasi pantai Losari semakin aktif dilakukan di era 1990-an. Upaya ini pun mendapatkan respon dari kalangan masyarakat sipil yang mengkritisi proses revitalisasi dikarenakan dampak sosial yang ditimbulkannya termasuk penggusuran atau relokasi PKL secara masif.

Respon tersebut, yang seiring dengan semangat reformasi, sedikit menahan laju pemerintah Daerah dalam mengembangkan pantai Losari. Baru pada awal tahun 2000 walikota berikutnya kembali merevitalisasi Pantai Losari. Pada perkembangannya, revitalisasi pantai Losari dilakukan secara bertahap, dalam artian kadang berjalan dan berhenti tergantung ketersediaan dana di anggaran daerah. Di masa pemerintahan Ilham Arief Sirajuddin revitalisasi semakin menunjukkan wujudnya dengan keberadaan anjungan serta pembangunan masjid Apung.3. Pengembangan Kawasan Dalam rencana pengembangan Losari saat ini khususnya tentang pemanfaatan anjungan sebagai ruang publik. Penggunaan anjungan sebagai tempat pertunjukan musik menurutnya tidak sesuai dengan keberadaan rumah sakit yang tepat berada di depannya. Begitu juga dengan pembangunan masjid Apung yang menurutnya tidak ada dalam perencanaan dan lebih menunjukkan kepentingan pimpinan daerah akan penciptaan landmark atau proyek mercu suar, dibandingkan pemanfataan ruang publik untuk manfaat yang lebih besar.

Sejarah perubahan pantai Losari dimaknai oleh beberapa akademisi dan praktisi sosial sebagai pergeseran konsepsi terhadap ruang publik. Mulai dari yang melihatnya secara fungsional, sebagai tempat buang hajat, lalu berkembang menjadi ruang rekreasional hingga saat ini dikembangkan secara lebih masif sebagai ruang ekonomi. Menurutnya, yang menarik adalah bahwa perkembangan persepsi tersebut masih melihat ruang di sepanjang Pantai Losari sebagai ruang publik. Justru yang mengkhawatirkan dari perkembangan saat ini adalah adanya persegeran fungsi ruang-ruang di sepanjang pantai Losari sebagai ruang tambahannya nanti melalui reklamasi pantai menjadi ruang ekonomi dalam skala masif yang akan mendorong lebih banyak terciptanya ruang-ruang privat, ketimbang ruang publik.

Ruang ekonomi dalam skala masif yang dibicarakan di atas terkait dengan rencana pembangunan Center Point of Indonesia (CPI) di sekitar Pantai Losari dan Tanjung Bunga, yang kali ini merupakan program dari pemerintah provinsi Sulawesi Selatan. CPI di sini dimaksudkan untuk menetapkan wilayah Sulawesi Selatan yang diwakili oleh Kota Makasar sebagai pusat Indonesia, Makasar sebagai titik tengah pembangunan Indonesia. Di kawasan CPI, dengan luas total 600 hektar ini, nantinya akan dibangun pusat bisnis dan pemerintahan, kawasan hiburan, hotel hotel kelas dunia yang dilengkapi dengan lapangan golf dengan view ke laut lepas, hampir serupa dengan apa yang dibangun melalui rencana reklamasi pantai utara di Jakarta.

Gambar 1. Konsep Rencana Revitalisasi Kawasan Pantai Losari.C. DAMPAK DAN PERMASALAHAN YANG TIMBULMenurut Elisa Sutanudjaja, ada perbedaan mendasar yang melatarbelakangi rencana reklamasi pantai di kota Jakarta dan Makasar. Untuk reklamasi pantai Jakarta, ada persoalan besar terkait penurunan permukaan tanah yang berakibat pada ancaman tenggelamnya sebagian wilayah utara Jakarta dalam 15 tahun mendatang.Menurut Pemda DKI Jakarta, pembangunanTanggul Jakarta, sekaligus reklamasi pantai utara Jakarta akan mampu mengatasi persoalan tersebut.

Sedangkan untuk Makasar, tidak terlihat persoalan mendasar yang mendesak pemerintah Kota Makasar dan Provinsi Sulawesi Selatan untuk menambah daratan di kota Makasar. Yang ada hanyalah ambisi untuk menjadikan kota Makasar sebagai titik tengah pembangunan Indonesia, dengan segala konsekuensi yang melekat yaitu ancaman kerusakan lingkungan dan dampak sosial.

Dari rancangan di atas, terlihat bahwa kawasan pantai Losari akan berubah menjadi teluk atau bahkan danau dan ini yang dikhawatirkan oleh para pemerhati lingkungan, yaitu dampak lingkungan dari pembangunannya baik terhadap wilayah sekitar pantai Losari maupun pulau-pulau kecil yang tersebar di sekitarnya. Belum lagi dampak sosial dalam hal ini nasib nelayan yang akan mengalami kesulitan dalam memperoleh hasil tangkapan karena perjalanan ke wilayah tangkapan ikan yang lebih jauh.

Fakta pengembangan ruang publik di sekitaran pantai Losari, termasuk reklamasi pantai menunjukan bahwa ruang publik di kota Makasar saat ini menjadi panggung politik bagi pimpinan daerah, dalam hal ini Gubernur Sulawesi Selatan dan Walikota Makasar. Rencana pengembangan ruang publik diarahkan pada pembangunan landmark yang kemudian dijadikan sebagai bukti kepemimpinan. Lapangan Karebosi dan Masjid Apung di anjungan Pantai Losari merupakan salah satu contoh pembangunan landmark bagi Walikota Makasar dan CPI bagi Gubernur Sulawesi Selatan.

Peta rancangan CPI yang ditampilkan di atas bukan merupakan versi terakhir. Menurut Yulianti Tanyadji ada dua kali revisi atas rancangan di atas. Hal ini juga yang menjadi catatan penting bahwa selama ini seringkali dokumen rencana pembangunan yang sifatnya publik tidak bisa diakses oleh warga, kalaupun warga memiliki dokumen tersebut, selalu ada bantahan dari pihak konsultan ataupun pemerintah bahwa itu bukanlah versi terakhir. Masyarakat kemudian dikejutkan dengan berdirinya bangunan tanpa konsultasi sebelumnya.

Adapun dampak-dampak yang terjadi akibat revitalisasi Pantai Losari adalah :1. Kondisi Kualitas PerairanPasca reklamasi Pantai Losari telah memberikan efek kepada lingkungan sehingga sampai sekarang masih banyak yang tertarik untuk mengetahui dampak dari reklamasi tersebut. Reklamasi Pantai Losari antara tahun 2010-2012 merupakan gencar-gencarnya proses pengembangan revitalisasi pantai losari, dari beberapa penelitian yang dilakukan didapatkan hasil analisis kualitas air pada teluk Losari sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Analisis Kualitas Air Teluk Losari sebelum dan sesudah Reklamasi Pantai Losari.

2. Kondisi Sosial Ekonomi Permasalahan Degradasi Sosial Budaya Masyarakat

Tanah adalah aset yang tidak merata distribusinya. Pertumbuhan yang bertumpu pada eksploitasi lingkungan alam bertentangan dengan prinsip pembangunan yang berkelanjutan (suistainable development), yang melestarikan ekologi dimana pendapatan masa depan dan kesehatan manusia bergantung. Reklamasi pantai di Makassar merupakan konflik antara tujuan pembangunan jangka pendek dengan tujuan jangka panjang serta konsekuensi dari besarnya ketimpangan dan intervensi pemerintah atas nama orang-orang kaya. Terlepas dari sifat negatifnya, aktifitas ekonomi di kawasan pantai losari dan CPI (Centre Point of Indonesia) yang sering kali mendapat keuntungan dari subsidi yang berlangsung. Proyek dan skema pembangunan di buat dalam skala besar. Dalam banyak kasus dimana terdapat distribusi tanah yang sangat timpang, pembangunan yang berkelanjutan membutuhkan perhatian serius terhadap Land reform.Makassar yang memiliki budaya yang khas menjadi kota yang di sulap menjadi kota yang moderen yaitu kota Water Wront City. Akan tetapi, perkembangan yang ditunjukkan seakan-akan mulai mengikis sedikit demi sedikit budaya masyarakat makassar yang dikenal siri na pacce . Siri dipergunakan untuk membela kehormatan terhadap orang-orang yang mau memperkosa harga dirinya, sedangkan pacce dipakai untuk membantu sesama anggota masyarakat yang berada dalam penderitaan. Sering kita dengar ungkapan suku Makassar berbunyi Punna tena siriknu, paccenu seng paknia (kalau tidak ada sirimu paccelah yang kau pegang teguh). Apabila sirikna pacce sebagai pandangan hidup tidak dimiliki seseorang, akan dapat berakibat orang tersebut bertingkah laku melebihi tingkah laku binatang karena tidak memiliki unsur kepedulian sosial, dan hanya mau menang sendiri. Berbagai pandangan para ahli hukum adat tentang pengertian siri. Moh. Natsir Said mengatakan bahwa siri adalah suatu perasaan malu (krengking/belediging) yang dilanggar norma adatnya. Menurut Cassuto, salah seorang ahli hukum adat yang berkebangsaan Jepang yang pernah meneliti masalah siri di Sulawesi Selatan berpendapat Siri merupakan pembalasan berupa kewajiban moral untuk membunuh pihak yang melanggar adatnya.

Keberadaan Kawasan Pantai Losari dan CPI membuat budaya di Makassar menjadi menurun. Rentang pembangunan manusia di dunia ini sangat luas dan tidak merata, dengan kemajuan yang menakjubkan terjadi di sebagian wilayah di tengah-tengah lainnya yang mengalami stagnasi dan bahkan penurunurunan. Tingkat pertumbuhan Produk Nasional Bruto (GNP) per kapita riil memiliki banyak variasi, bahkan dalam jangka panjang sekalipun. Adakah tindakan-tindakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah India agar perekonomian negara tersebut dapat tumbuh seperti Indonesia? Bila jawabannya ya, langkah apakah yang sekiranya bisa diambil? Dampak dari kesejahteraan manusia yang terlibat dalam pertanyaan seperti ini itu tidak dapat dibayangkan secara sederhana. Saat seseorang mulai mempertimbangkan hal tersebut, akan sulit untuk melihat hal-hal lain secara proporsional.Selama 2009 tiga proses alihfungsi ekologis yang menuai sorotan, yakni revitalisasi Lapangan Karebosi yang berkesinambungan tahun sebelunya , Proyek Center Point of Indonesia (CPI), dan Reklamasi Buloa, semua di Kota Makassar. Revitalisasi Karebosi bukan hanya mengalihfungsi areal resapan menjadi area komersil, tetapi juga kemudian menimbulkan masalah sosial, karena fungsi sosial Karebosi sebagai area publik perlahan-lahan dihilangkan mengikuti kemauan investor . Revitalisasi Karebosi menjadi salah satu contoh pembangunan mencoba menyampingkan aspek-aspek ekologi, bahkan aspek ekologis dikapitalisasi ke dalam ekspansi investasi yang mengubah fungsi publik menjadi fungsi privat. Pengembangan Kawasan Pantai Losari dan CPI menuai sorotan karena megaproyek ini akan secara ekstrim mengubah fungsi-fungsi ekologis di sepanjang pantai Makassar. Proyek ini akan menutup areal muara Sungai Jeneberang, lalu kemana nantinya 30 juta kubik sedimen lumpur dari Jeneberang? Bagaimana dengan pola gelombang datang dari selat Makassar, bagaimana menjaga kedalaman Pelabuhan Makassar. Karena CPI harus memiliki Amdal yang konprhensif. Disamping itu, harus punya studi kelakayan yang akurat. Reklamasi Buloa, pergerakannya seperti aksi siluman. Tidak ada informasi, diam-diam tiba-tiba ada dan sebagian areal laut sudah tertimbun. Kemudian menimbulkan reaksi masyarakat karena reklamasi ini secara ekologis merusak lingkungan berupa mangrove terumbu karang di kota Makassar yang tersisa, juga sebagai paru-paru penyerap karbon lepasan kawasan industri. Ekosistem pantai terancam, sekaligus dampak sosial terhadap masyarakat nelayan atau masyarakat di sekitar lokasi proyek.Kebiasaan buruk dalam pembangunan kita adalah mengakali Amdal. Idealnya, proyek pembangunan berdasarkan analisis dampak lingkungan, tetapi yang sering terjadi Amdal menyesuaikan pembangunan. Akhirnya Amdal dikondisikan sesuai kehendak pembangunan atau investor. Penurunan Perolehan PenghasilanDalam konteks variabel dampak primer kawasan losari adalah keberadaan dari Jalan Metro Tanjung Bunga sehingga menimbulkan dampak terhadap perubahan lingkungan hidup, yaitu terjadinya penurunan kualitas lingkungan di pesisir Teluk Losari yang di tandai dengan semakin berkurangnya hasil-hasil laut di perairan Teluk Losari yang selama ini menjadi komoditas jual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini telah melahirkan dampak lebih lanjut terhadap perubahan aspek sosial ekonomi komunitas nelayan Mariso Kota Makassar.

Dari hasil penelitian Pusat Studi Lingkungan UNHAS disimpulkan bahwa Sebelum Jalan Metro di bangun pada sekitar akhir tahun 90-an masih banyak terdapat bermacam jenis hasil-hasil laut di Teluk Losari seperti rumput laut, udang kecil, kepiting, setelah ada Jalan Metro ketiga jenis hasil laut ini kini tiada lagi, terutama di bagian Selatan dari letak jalan tersebut, yaitu sekitar TPI Rajawali. Jangankan ikan, kerang laut yang biasa hidup dan berkembang biak di perairan pasang surut yang dangkal bahkan mampu beradaptasi di perairan yang tingkat pencemarannya relatif tinggi kini hilang dari habitatnya.Sedangkan dalam perubahan aspek lahan pencaharian ikan disimpulkan bahwa :

Komunitas nelayan Mariso yang selama ini hidup dibawah garis kemiskinan harus menerima dampak yang tidak menguntungkan dari suatu pembangunan dimana sebagian besar lahan penangkapan telah mereka gunakan selama puluhan tahun sudah tidak dapat lagi dimanfaatkan karena sebagian dari Teluk Losari di bagian Selatan tidak produktif dan sebagian lagi telah berubah menjadi jalan. Adapun lahan perairan yang masih tersisa sudah tidak dapat lagi mencukupi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari.

Penurunan jumlah rata-rata perolehan penghasilan nelayan selain disebabkan oleh adanya penurunan jumlah rata-rata perolehan hasil-hasil laut, juga karena adanya peningkatan biaya yang dikeluarkan akibat biaya BBM tambahan untuk melakukan pekerjaannya sebagai nelayan pencari ikan di wilayah penangkapan baru yang lokasinya berada di luar wilayah Teluk Losari, yaitu sekitar Selat Makassar bahkan sampai pada wilayah kepulauan. Sedangkan aktifitas penangkapan di sekitar perairan Teluk Losari tidak memungkinkan lagi untuk mendapatkan ikan sebanyak pada waktu Jalan Metro belum ada.

Alih Profesi (Perubahan Status Pekerjaan)Aspek perubahan status dan alih profesi terjadi secara besar-besaran dimana pekerjaan sebagai nelayan sudah ditinggalkannya. Dampak dari keberadaan Jalan Metro terhadap penurunan jumlah rata-rata penghasilan yang diperoleh relatif kecil tetapi sangat berpengaruh terhadap aspek ekonomi.

Penurunan jumlah rata-rata perolehan penghasilan dari pekerjaan pokoknya sebagai nelayan yang diikuti oleh semakin bertambahnya beban tanggungan karena adanya perubahan pola konsumsi dan juga pertambahan jumlah anggota keluarga sehingga dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari harus mencari pekerjaan sampingan hingga alih profesi ke profesi lain. Konflik Pemanfaatan LahanSejak tahap kegiatan pra-konstruksi dan konstruksi dari proyek pembangunan kawasan Losari dan CPI serta pembangunan Jalan Metro, telah terjadi benih-benih konflik di antarta kedua pihak karena lahan penangkapan dan jalur yang selama ini digunakan telah dipagari dan ditutup oleh pihak pengembang. Selain itu, pada proses kegiatan selanjutnya dilakukan penimbunan dan pembuatan pondasi dasar jalan tersebut. Hal ini menimbulkan perubahan lingkungan di perairan Teluk Losari yang pada gilirannya berdampak lebih lanjut terhadap perubahan aspek sosial ekonomi komunitas nelayan Mariso. Perubahan Lokasi Wilayah Penangkapan

Aspek perubahan lokasi wilayah penangkapan yang terjadi sesudah ada Jalan Metro merupakan perubahan lokasi yang dihitung menurut jauhnya jarak lokasi lahan penangkapan kelompok pencari ikan. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya jumlah hasil-hasil laut di wilayah penangkapan yang selama ini memanfaatkan sehingga dalam bekerja sebagai nelayan harus pindah lokasi wilayah penangkapannya di sekitar Selat Makassar bahkan ada yang sampai ke wilayah kepulauan.D. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN PANTAI LOSARIPembangunan pada hakikatnya ialah mengubah keseimbangan baru, yang dianggaplebih baik untuk kehidupan manusia dan merupakan suatu proses multi dimensi yang melibatkan segala sumber daya yang ada dalam rangka usaha meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat, yang dilakukan secara berkelanjutan serta berlandaskan kemampuan yang mengacu pada ilmu pengetahuan dan teknologi, namun tetap memperhatikanpermasalahanyangadasertasistempembangunanyangtetapmemperhatikanlingkungan hidup termasuk sumber daya alam yang menjadi sarana untuk mencapai keberhasilanpembangunan dan jaminan bagi kesejahteraan hidup di masa depan.

Berdasarkan revisi RUTRWK tahun 2005 yang merupakan kebijakan akhir dari tata ruangwilayah Kota Makassar dapat ditemukan beberapa hal yang bersifat menyimpang serta tidaksesuai dengan ketetapan yang ada. Hal ini tidak terlepas dari konsekuensi dari pembangunandan perkembangan yang mengakibatkan terjadi pula perubahan fisik kota. Perkembangan dan perubahan fisik kota yang terjadi adalah struktur tata ruang dan penggunaan lahan kota Makassar. Perencanaan struktur tata ruang Kota Makassar yang dalam pelaksanaannya telah mengalami perubahan fungsi lahan/ruang, yaitu perubahan lahan yang tadinya dimanfaatkan oleh komunitas nelayan Mariso tempat bekerja sebagai nelayan telah berubah fungsi akibatadanya pengalihan dari Jalan Nuri yang rencana awalnya akan dijadikan sebagai jalan akses utama menuju kawasan Kota Mandiri Tanjung Bunga kemudian dialihkan dengan membangun Jalan Metro di Teluk Losari sehingga menimbulkan dampak terhadap kualitas

Terhambatnya penetapan PeraturanDaerah Rencana Tata Ruang dan Wilayah(Perda RTRW) diDewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)Kota Makassar dikarenakan dihambatpasal-pasal reklamasi yang masih dipermasalahakan. Sebahagian Legislator Kota Makassar menegaskan,perda RTRW ini terhambat karena pasal-pasalyang menjelaskan mengenai reklamasibelum sepamaham antara anggota dewandengan pemkot, dimana pihak eksekutif belum mampu menjelaskan bagaimana sebenarnya penafsiran rambu-rambu penimbunan laut. "Yang bermasalah itu mengenai pasal-pasal reklamasi karena yang sangat mengherankan banyaknya izin reklamasi yang keluar padahal aturannya belum selesai. Melihat hal tersebut diatas reklamasi bukan merupakan barang haram namun harus sesuai dengan rambu-rambu regulasi dan aturah hukum yang telah ditetapkan. Jangan sampai RTRW ditetapkan untuk legalkan aktivitas yang dapat merugikan masyarakat dan lingkungan

Melihat kondisi tersebut diatas, maka konsep dalam pembuatan regulasi dan kebijakan tentang pemanfaatan ruang pesisir khususnya dalam hal reklamasi pantai sebagai berikut :1. Arahan pengendalian dan pemanfaatan ruang dalam upaya membatasi, dan mendorong dalam upaya pembatasan pemanfaatan ruang;2. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang berupa : Pembuatan Peraturan Zonasi

Arahan Perizinan

Arahan Pemberian Insentif dan Disinsentif

Arahan Pengenaan Sanksi

Sesuai Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penataan Kawasan Pulau, Pantai, Pesisir dan Pelabuhan, pada pasal 23 poin (2) Untuk menikmati dan memanfaatkan kawasan beserta sumber daya alam yang terkandung didalamnya, menikmati manfaat kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini yang dapat berupa manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan dilaksanakan atas dasar pemilikan, penguasaan atau pemberian hak tertentu berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan ataupun atas hukum adat dan kebiasaan yang berlaku atas ruang pada masyarakat setempat, dan pasal 24 poin (1) menyatakan bahwa Hak memperoleh penggantian yang layak atas kerugian terhadap perubahan status semula yang dimiliki oleh masyarakat sebagai akibat pelaksanaan pemanfaatan ruang diselenggarakan dengan cara musyawarah antara pihak yang berkepentingan.Regulasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Makassar yaitu Perda No.16 Tahun 2004 secara kasus-kasus dan realita yang berkembang saat ini telah banyak dilanggar khususnya berkaitan dengan Hak, Kewajiban dan Peran Serta Masyarakat sesuai Bab VII Pasal 23 dan 24, adapun pelecehan hak-hak dasar masyarakat Kota Makassar khususnya pada daerah yang terkena dampak Reklamasi Pantai adalah sebagai berikut :

1. Pengambilan paksa tanah masyarakat yang telah bermukim puluhan tahun di Tanjung Bunga, dengan dasar pengembangan wilayah akan tetapi lahan tersebut hanya dimanfaatkan oleh kaum pemodal dalam pengembangan bisnisnya;

2. Terampasnya hak dasar pencarian kehidupan yang layak bagi kaum nelayan dan pengumpul kerang sehingga mata pencahariannya dengan keahlian yang terbatas tidak dapat bersaing di dunia kerja dengan bermodal keterampilan sebagai nelayan.

3. Perubahan fisik spasial yang berlangsung sangat cepat mendorong akselerasi pembangunan, diawali den-gan berkembangnya fungsi-fungsi baru, mendorong masuknya penduduk pendatang secara infiltratif dan ekspansif. Perubahan formasi sosial tunggal ke formasi ganda yang di dalam terdapat formasi sosial prakapitalis dan formasi sosial kapitalisme menunjukkan bahwa koeksistensi dua tipe formasi sosial dalam penguasaan reproduksi ruang pada pembangunan kawasan kota baru tidak selalu saling kait-mengkait (interrelation) dan harmoni, sehingga berdampak pada marginalisasi komunitas lokalE. PENUTUP1. Pelaksanaan Tata Ruang di Kota Makassar saat ini belum sesuai Perda Nomor 6 Tahun 2006 tentang Tata Ruang Kota Makassar, dimana dalam penelitian banyak ditemukan penggunaan ruang yang tidak sesuai dengan peruntukan sehingga penataan ruang dan lingkungan di Kota Makassar ke depan semakin hari semakin rumit.

2. Peranan pemerintah dalam pengendalian Tata ruang di Kota Makassar dari segi pembuatan dan penyusunan sudah ada dengan adanya RTRW dan Perda Nomor 6 Tahun 2006 tentang Tata Ruang Kota Makassar, namun bahwa didalam mengimplementasikan kedua hal tersebut pemerintah belum ada keinginan untuk melaksanakannya dengan baik karena adanya kepentingan sesaat dari pemerintah yang berkuasa dan ego dari setiap instansi serta tidak adanya koordinasi antar instansi.

3. Peranan masyarakat dalam pengendalian Tata Ruang di Kota Makassar secara umum bahwa pengendalian tata ruang oleh masyarakat dipengaruhi oleh kesadaran hukum, budaya, sosial ekonomi dan potensi masyarakat. Kesadaran hukum masyarakat akan hal ini masih sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan budaya sehingga untuk mewujudkan tata ruang dan lingkungan hidup belum bisa diwujudkan. Disisi lain bahwa penyaluran aspirasi rakyat baru sebatas didengarkan sehingga partisipasi masyarakat tidak terlalu mendukung penataan ruang dan lingkungan hidup.

4. Diharapkan supaya pemerintah konsisten dalam pemanfaatan ruang khususnya Reklamasi Pantai, perlu diatur dalam peraturan daerah seperti Pemberian IMB, peraturan Zonasi, dan pengawasan serta insentif dan disinsentif.5. Agar partisipasi masyarakat dapat menunjang implementasi penataan ruang, maka perlu penjaringan aspirasi yang lebih objektif jangan hanya merupakan formalitas belaka, sehingga hak-hak dasar masyarakat sesuai Pasal 23 dan 24 Perda Kota Makassar No. 16 Tahun 2004 dapat terpenuhi.REFERENSI

Auslan, Patrick Mc. 1986. Tanah Perkotaan Dan Perlindungan Rakyat Jelata. Jakarta : Pen. PT GramediaDahuri,R.,Rais,J., Ginting,SP.,Sitepu, HJ., 2004, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu, PT. Pradnya Paramita, Jakarta

Dietriech G. Bengen. 2001. Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu, Insitut Pertanian Bogor, Bogor

Mungkasa, O (2013), Arahan Pemanfaatan Ruang dan Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang, Pulau dan Kepulauan, Bappenas, JakartaPeraturan Pemerintah RI. Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 6 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar 2005-2015Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang