Prosedur perawatan GTT.docx

8
Prosedur perawatan GTT -Preparasi Preparasi gigi penyangga merupakan tindakan yang penting dalam perawatan gigi tiruan tetap. Gigi penyangga diharapkan dapat bertahan lama dalam fungsi kunyah. Persyaratan preparasi: 1. Kemiringan dinding-dinding aksial Preparasi dinding aksial yang saling sejajar terhadap poros gigi sulit untuk menentukan arah pemasangan. Disamping itu, semen juga sulit keluar dari tepi retainer sehingga jembatan tidak bisa duduk sempurna pada tempatnya. Untuk itu, dibuat kemiringan yang sedikit konus ke arah oklusal. memandang Kebanyakan literatur mengatakan kemiringan dinding aksial preparasi berkisar 5-7 derajat, namun kenyataaannya sulit dlicapai karena faktor keterbatasan secara intra oral. Kemiringan yang lebih kecil sulit diperoleh karena dapat menyebabkan daerah gerong yang tidak terlihat dan menyebabkan retainer tidak merapat ke permukaan gigi. Retensi sangat berkurang jika derajat kemiringan dinding aksial preparasi meningkat. Kegagalan pembuatan jembatan akibat hilangnya retensi sering terjadi bila kemiringan dinding aksial preparasi melebihi 30 derajat. Preparasi gigi yang terlalu konus mengakibatkan terlalu banyak jaringan gigi yang dibuang sehingga dapat menyebabkan terganggunya vitalitas pulpa seperti hipersensitifitas, pulpitis, dan bahkan nekrosis pulpa.

description

Prosedur GTT

Transcript of Prosedur perawatan GTT.docx

Page 1: Prosedur perawatan GTT.docx

Prosedur perawatan GTT

-Preparasi

Preparasi gigi penyangga merupakan tindakan yang penting dalam perawatan gigi tiruan

tetap. Gigi penyangga diharapkan dapat bertahan lama dalam fungsi kunyah.

Persyaratan preparasi:

1. Kemiringan dinding-dinding aksial

Preparasi dinding aksial yang saling sejajar terhadap poros gigi sulit untuk menentukan arah

pemasangan. Disamping itu, semen juga sulit keluar dari tepi retainer sehingga jembatan

tidak bisa duduk sempurna pada tempatnya. Untuk itu, dibuat kemiringan yang sedikit konus

ke arah oklusal. memandang Kebanyakan literatur mengatakan kemiringan dinding aksial

preparasi berkisar 5-7 derajat, namun kenyataaannya sulit dlicapai karena faktor keterbatasan

secara intra oral. Kemiringan yang lebih kecil sulit diperoleh karena dapat menyebabkan

daerah gerong yang tidak terlihat dan menyebabkan retainer tidak merapat ke permukaan

gigi. Retensi sangat berkurang jika derajat kemiringan dinding aksial preparasi meningkat.

Kegagalan pembuatan jembatan akibat hilangnya retensi sering terjadi bila kemiringan

dinding aksial preparasi melebihi 30 derajat. Preparasi gigi yang terlalu konus mengakibatkan

terlalu banyak jaringan gigi yang dibuang sehingga dapat menyebabkan terganggunya

vitalitas pulpa seperti hipersensitifitas, pulpitis, dan bahkan nekrosis pulpa.

2. Ketebalan preparasi

Jaringan gigi hendaklah diambil seperlunya karena dalam melakukan preparasi kita harus

mengambil jaringan gigi seminimal mungkin. Ketebalan preparasi berbeda sesuai dengan

kebutuhan dan bahan yang digunakan sebagai retainer maka ketebalan pengambilan jaringan

gigi berkisar antara 1-1,5 mm sedangkan jika menggunakan logam porselen pengambilan

jaringan gigi berkisar antara 1,5 – 2 mm. Pengambilan jaringan gigi yang terlaluy berlebihan

dapat menyebakan terganggu vitalitas pulpa seperti hipersensitivitas pulpa, pulpitis, dan

nekrosis pulpa. Pengamnbilan jaringan yang terlalu sedikit dapat mengurangi retensi retainer

sehingga menyebabkan perubahan bentuk akibat daya kunyah

3. Kesejajaran preparasi

Page 2: Prosedur perawatan GTT.docx

Preparsi harus membentuk arah pemasangan dan pelepasan yang sama antara satu gigi

penyangga dengan gigi penyangga lainnya. Arah pemasangan harus dipilih yang paling

sedikit mengorbankan jaringan keras gigi, tetapi dapat menyebabkan jembatan duduk

sempurna pada tempatnya

Prinsip kesejajaran ini sangat memengaruhi kestabilan dari kedudukan GTJ nantinya, kecuali

pada GTJ yang sifatnya konektor non-rigid, cantilever bridge, atau telescopic bridge.

Sedangkan prinsip pengambilan jaringan berhubungan dengan kemampuan memegang

retainer dan kemampuan gigi dalam menerima beban kunyah tambahan (distribusi tekanan

dari pontik). Pada keadaan tertentu:

- Pada gigi yang pendek, untuk memperoleh retensi optimal dan mendapatkan kekuatan untuk

menahan beban, maka pengambilan oklusal pada daerah supporting cusp lebih banyak. Bila

perlu dengan tambahan groove sebagai penambah kemampuan resistensi.

- Pada diasteme yang sempit, pengambilan proksimal harus lebih banyak, agar konektor bisa

lebih tebal dan kuat.

- Pada span yang panjang, preparasi servikal sebaiknya mempunyai ketebalan optimal,

misalnya minimal dengan bentuk chamfer.

Ada beberapa tindakan khusus berupa modifikasi preparasi abutment untuk mendapatkan

kesejajaran, antara lain:

a. Jika salah satu terminal abutment miring

Penyesuaian dengan kurva oklusal, mengharuskan pengambilan lebih banyak pada

distooklusal. Analisa arah pemasukan dengan dental suveyor atau garis khayal, berupa garis

sejajar dengan garis bagi sudut yang terbentuk yang terbentuk oleh kedua sumbu kedua gigi

penyangga.

b. Terminal abutment dan gigi tetangganya miring

Kemungkinan jaringan mahkota gigi tetangga bagian mesial harus diambil sedikit agar tidak

menghalangi insersi bridge.

c. Setiap terminal abutment miring dengan kedua sumbu konvergen

Page 3: Prosedur perawatan GTT.docx

Sisi yang berhadapan dengan diastema dipreparasi sejajar garis bagi sudut yang dibentuk oleh

kedua sumbu gigi. Sedang disisi lain dipreparasi sesuai dengan sumbu gigi masing-masing.

Tetapi bila kedua sumbu gigi divergen tidak bisa ditolerir dengan pengasahan, sehingga harus

dilakukan dulu perbaikan posisi / inklinasinya atau dibuat non-vital (merupakan terapi

pendahuluan)

d. Posisi gigi diluar lengkung karena sedikit rotasi

Pada keadaan demikian perlu pengambilan jaringan yang lebih banyak. Daerah yang keluar

dari lengkung lebih banyak dipreparasi.

e. Salah satu abutment sedikit palatoversi/labioversi

Pada keadaan gigi penyangga miring ke lingual maka lebih banyak terjadi pengambilan di

daerah lingual, pada gigi penyangga yang protrusi maka lebih banyak terjadi pengambilan di

daerah labial.

4. Preparasi mengikuti anatomi gigi

Preparasi yang tidak mengikuti anatomi gigi dapat membahayakan vitalitas pulpa juga dapat

mengurangi retensi retainer gigi tiruan jembatan tersebut. Preparasi pada oklusal harus

disesuaikan dengan morfologi oklusal. Apabila preparasi tidak mengukuti morfologi gigi

maka pulpa dapat terkena sehingga menimbulkan reaksi negatif pada pulpa.

5. Pembulatan sudut-sudut preparasi

Preparasi yang dilakukan akan menciptakan sudut-sudut yang merupakan pertemuan dua

bidang preparasi. Sudut-sudut ini harus dibulatkan karena sudut yang tajam dapat

menimbulkan tegangan atau stress pada restorasi dan sulit dalam pemasangan jembatan.

Page 4: Prosedur perawatan GTT.docx

Berikut adalah contoh preparasi dari porcelain fused to metal crown pada gigi insisivus:

-Sementasi

Bahan yang bias digunakan untuk sementasi permanen antara lain GIC, Semen Resin, Zinc-

Polikarbonat, dan Zinc-Fosfat.

Glass-Ionomer Cement

Merupakan bahan semen yang paling banyak dipakai karena kemampuan

biokompatibilitas ke jaringan dan restorasi yang baik melalui ikatan kimia. Terdiri atas bubuk

dan liquid yang mengandung fluor sebagai proteksi dari karies. Saat pemasangan pastikan

gigi tidak terkontaminasi oleh saliva karena sifat semen yang water-based. Apabila material

yang digunakan adalah logam logam tersebut dilapisi dengan opaquer terlebih dahulu.

Sayangnya karena daya larut yang rendah risiko kebocoran tepi servikal tinggi.

Resin Cement (Zinc Siloco Phosphate Cement)

Page 5: Prosedur perawatan GTT.docx

Semen ini sudah tidak banyak dipakai karena sifatnya yang asam sehingga restorasi tidak

tahan lama dan mengiritasi jaringan. Namun semen ini karena memiliki komposisi resin

maka sifat translusensinya sangat baik. Biasanya semen ini digunakan pada retainer yang

menggunakan material akrilik atau porselen serta gigi penyangga yang non-vital (dowell

crown).

Zinc Poly-Carboxylate Cement

Merupakan bahan semen jenis akrilik dengan paduan antara bubuk dan liquidnya akan

menurunkan pH serta meningkatkan bond strength karena reaksi dengan kalsium gigi dan

kandungan fluornya. Sifat adhesif ke logam tinggi sehingga banyak dipakai untuk sementasi

Pasak-Inti. Kekurangannya adalah setting time yang cepat sehingga tidak cocok untuk GTJ

dengan span panjang atau multiple abutment bridge. Tingkat kekerasannya juga masih

dibawah semen zinc-fosfat.

Zinc Phosphate Cement

Merupakan bahan semen yang paling pertama dikeluarkan tetapi masih menjadi pilihan

utama karena memiliki tingkat kekerasan, film thickness dan setting time yang memadai.

Semen ini juga punya pilihan warna sehingga tidak terlalu mencolok. Sayngnya pH semen ini

rendah sehingga berisiko mengiritasi pulpa saat belum mengeras. Oleh karena itu biasanya

diberikan pelaps untuk proteksi pulpa dengan cavity varnish.

Rosenstiel S.F., Land M.F., Fujimoto J. 2006. Contemporary Fixed Prosthodontics. Mosby

Inc. St. Louis,

Smith B.G.N. 1998. Planning and Making Crown and Bridges. Mosby. St. Louis. 3rd ed.

IHS Specialists.2003. Dental Specialties Reference Guide. Indian Health Service.