Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

77
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG PROSEDUR PELAKSANAAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA (STUDI DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I LOWOKWARU MALANG) Oleh : INTAN NUR NUGRAHENI 0610110094 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS HUKUM

Transcript of Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

Page 1: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG

PROSEDUR PELAKSANAAN PEMBEBASAN BERSYARAT

BAGI NARAPIDANA

(STUDI DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I LOWOKWARU MALANG)

Oleh :

INTAN NUR NUGRAHENI

0610110094

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2009

Page 2: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ketika berbicara tentang kejahatan, maka kata yang pertama muncul adalah pelaku

kejahatan. Pelaku kejahatan ini biasa disebut dengan penjahat, criminal, atau lebih buruk lagi,

sampah masyarakat, dan masih banyak lagi. Maka tidaklah mengherankan bila upaya penanganan

kejahatan masih terfokus hanya pada tindakan penghukuman terhadap pelaku. Dengan memberikan

hukuman kepada pelaku dianggap sebagi upaya yang paling efektif untuk menyembuhkan baik luka

atau derita korban maupun kelainan perilaku yang di idap oleh pelaku kejahatan. Dimana hukuman

yang dimaksud yaitu merupakan suatu sanksi pidana perampasan kemerdekaan sehingga

diharapkan dapat memberikan efek jera terhadap pelaku kejahatan.

Sanksi pidana yang berupa perampasan kemerdekaan dalam perundang-undangan di

Indonesia dibedakan jenisnya yaitu pidana penjara, pidana kurungan, dan pidana tutupan (pasal 10

KUHP dan Undang-undang No 20 Tahun 1946) yang penempatannya menjadi satu dalam lembaga

pemasyarakatan.1

Pidana penjara adalah sanksi pidana berupa pembatasan kekuasaan bergerak dari seorang

terpidana yang dilakukan dengan menutup orang tersebut dalam sebuah penjara dengan

mewajibkan orang untuk mentaati semua peraturan tata tertib yang berlaku didalam penjara yang

dikaitkan dengan suatu tindakan tata tertib bagi mereka yang telah melanggar peraturan tersebut.2

1 Bambang Poernomo, Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan system Pemasyarakatan, Liberty, Yogyakarta, --------, hal 3

2 Ibid,hal 5.

Page 3: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

Pada awalnya rumah penjara sebagai tempat pelaksanaan pidana penjara yang saat itu

dibagi dalam beberapa bentuk antara lain:

1. Tuchtuis adalah rumah penjara untuk menjalankan pidana yang sifatnya berat

2. Rasphuis adalah rumah penjara dimana kepada para terpidana diberikan pelajaran

tentang bagaimana caranya melicinkan permukaan benda-benda dari kayu dengan

mempergunakan amplas.

Pembagian rumah penjara ketika itu erat kaitannya dengan kebiasaan saat itu dalam hal

menempatkan para terpidana secara terpisah sesuai dengan berat ringannya pidana yang

harus mereka jalani.

Di Indonesia, hal tersebut juga diikuti namun bentuk dan namanya diubah menjadi

Lembaga Pemasyarakatan. Dengan penggantian istilah “Penjara” menjadi “Lembaga

Pemasyarakatan” tentu terkandung maksud baik yaitu bahwa pemberian maupun

pengayoman warga binaan tidak hanya terfokus pada pada itikad menghukum (funitif Intend)

saja melainkan berorientasi pada tindakan-tindakan yang lebih manusiawi dan disesuaikan

dengan kondisi dari warga binaan. Dengan demikian tujuan pidana penjara itu adalah

disamping menimbulkan rasa derita pada terpidana, lembaga pemasyarakatan juga

membimbing terpidana agar bertobat dan mendidik supaya setelah menjalani masa pidananya

mereka dapat berintegrasi dengan masyarakat.

Pidana penjara menurut P.A.F Lamintang adala suatu pidana berupa pembatasan kebebasan

bergerak dari seorang terpidana, yang dilakukan dengan menutup orang tersebut dalam sebuah

lembaga pemasyarakatan, dengan mewajibkan orang itu untuk mentaati semua peraturan tata

Page 4: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

tertib yang berlaku didalam lembaga pemasyarakatan, yang dikaitkan dengan sesuatu tindakan tata

tertib bagi mereka yang telah melanggar peraturan tersebut (P.A.F Lamintang, 1988:69)

Pidana Penjara yang mengandung pengertian tata perlakuan terhadap Narapidana tersebut

di buat jera agar tidak mengulangi lagi perbuatan yang melanggar hukum Hal ini akan mengandung

persepsi yang berbeda-beda karena membuat orang jera akan di tempuh berbagai macam cara.

Padahal tidak demikian maksud dari Pidana Penjara, yang sebenarnya adalah satu-satunya

derita yang diberikan oleh Negara adalah dihilangkannya kemerdekaan bergerak dan di bimbing

terpidana agar bertaubat, di didik supaya menjadi seorang anggota masyarakat sosial di Indonesia

yang berguna

Hal ini sesuai dengan orasi ilmiah Dr. Soeardjo, SH pada penerimaan gelar Doktor Honoris

Causa dalam ilmu hukum, oleh Universitas Indonesia di Istana Negara pada tanggal 5 Juli 1963.

Merumuskan bahwa tujuan Pidana penjara adalah “Disamping menimbulkan rasa derita pada

terpidana karena hilangnya kemerdekaan bergerak, membimbing terpidana agar bertaubat,

mendidik supaya ia menjadi seorang anggota masyarakat sosial di Indonesia yang berguna”.

Gagasan tersebut sebagai tonggak sejarah lahirnya tata perlakuan yang lebih baik terhadap

Narapidana yang melahirkan prinsip-prinsip pemasyarakatan, kemudian dirumuskan dalam suatu

sistem yaitu Sistem Pemasyarakatan.

Pidana Penjara merupakan suatu sistem perlakuan pelanggaran hukum yang pada dasarnya

memberi pola perlakuan reintegrasi yang bertujuan memulihkan kesatuan hubungan hidup,

kehidupan dan penghidupan Narapidana dalam kapasitasnya sebagai mahluk pribadi dan mahluk

social dalam konteks Hak Asasi nya sebagai Manusia, Pemulihan kesatuan ini memiliki masalah yang

sangat kompleks. Masalah pembinaan pelangar hukum adalah pembinaan manusia dari segala sisi

Page 5: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

termasuk yang paling prinsip yakni sisi HAMnya. Dalam upaya pemulihan kesatuan ini, yang

terpenting adalah proses yang berfungsi sebagai katalisator pencapaian tujuan tersebut.

Dengan demikian fungsi Pidana Penjara, tidak lagi sekedar penjaraan tetapi juga merupakan

suatu usaha rehabilitas dan reintegrasi sosial. Pidana Penjara seharusnya merupakan Sistem

Pemasyarakatan menitikberatkan pada usaha perawatan, pembinaan, pendidikan dan bimbingan

bagi warga binaan yang bertujuan untuk memulihkan kesatuan yang asasi antara induvidu warga

binaan dan masyarakat.

Pelaksanaan pidana penjara di lembaga pemasyarakatan didasarkan atas prinsip-prinsip

Sistem Pemasyarakatan dengan tujuan agar menjadi warga yang baik dan berguna. Warga binaan

dalam Sistem Pemasyarakatan mempunyai hak-hak asasi untuk memperoleh pembinaan rohani dan

jasmani serta dijamin untuk menjalankan ibadahnya, berhubungan dengan pihak luar baik

keluarganya maupun pihak lain, memperoleh informasi baik melalui media cetak maupun

elektronik, memperoleh pendidikan yang layak dan sebagainya.

Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan, berada

sepenuhnya di tengah-tengah keluarga dan masyarakat dengan maksud memberikan kesempatan

kepada narapidana untuk belajar bergaul dengan keluarga dan masyarakat yang selama mereka di

dalam Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) terputus, agar kelak setelah menjalani pidananya mereka

dapat hidup wajar di tengah-tengah keluarga dan masyarakat. Proses pembinaan melalui pemberian

Pembebasan Bersyarat kepada narapidana pelaksanaannya tidaklah mudah, karena dibutuhkan

persiapan, kemampuan dan kerja keras dari petugas Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) dan Balai

Pemasyarakatan (BAPAS).

Pada asasnya setiap orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia,

meskipun telah melakukan sebuah perbuatan pidana. Oleh karena itu selama menjalani masa

Page 6: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

pidananya, seorang Narapidana tetap mempunyai hak, yaitu seperti yang terdapat dalam pasal 14

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, antara lain :

1. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi)

2. Mendapatkan pembebasan Bersyarat (PB)

3. Mendapatkan cuti menjelang bebas (CMB)

Sedangkan untuk proses pembinaan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan

diselenggarakan oleh Menteri dan dilaksanakan oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan. Sehingga

petugas Lembaga Pemasyarakatan memegang peranan penting dalam proses pembinaan dan

pembimbingan Narapidana. Selain itu petugas Lembaga Pemasyarakatan juga memegang peranan

penting dalam pelaksanaan hak-hak yang dimiliki oleh setiap Narapidana.

Titik berat penulisan laporan penelitian ini adalah peneliti ingin mengkaji lebih dalam

mengenai prosedur pelaksanaan hak Narapidana dalam hal mendapatkan pembebasan bersyarat

(seperti yang terdapat dalam pasal 14 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1995

tentang Pemasyarakatan, dan dalam praktek di lapangan apakah ditemukan hambatan dalam

pemberian hak tersebut kepada Narapidana. Hak tersebut pada intinya bertujuan untuk

memberikan kesempatan bagi Narapidana yang berkelakuan baik selama menjalani masa

pidananya, untuk mendapatkan pengurangan masa hukuman tersebut tentu saja tidak semua

Narapidana bisa mendapatkannya.

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh Narapidana untuk mendapatkan hak

tersebut. Kesemua syarat tersebut diatur dalam peraturan perundang-undangan Indonesia.

Sebagaimana permasalahan yang telah disebutkan diatas, hal inilah yang melatarbelakangi

Page 7: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

penulisan laporan ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai prosedur pelaksanaan

pemberian hak Pembebasan Bersyarat bagi Narapidana pada Lembaga Pemasyarakatan.

1.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Penulis akan membatasi ruang lingkup kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini dengan

mengidentifikasi tentang nama dan tempat kedudukan kantor lembaga, sejarah berdirinya lembaga,

fungsi dan tugas lembaga, visi dan misi lembaga, struktur organisasi lembaga, Prosedur pelaksanaan

tugas lembaga, kendala yang dihadapi lembaga serta rekomendasi yang diberikan penulis untuk

penyelesaian masalah, perkembangan dan perbaikan terhadap bekerjanya lembaga.

1. Nama kantor lembaga tempat KKL

LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I LOWOKWARU MALANG.

2. Fungsi dan tugas lembaga tempat KKL

Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan

berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari

sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana.3 Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan

mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan

Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk

meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki

diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan

masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai

warga yang baik dan bertanggung jawab. Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut

3 Undang-undang No 12 tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan,Pasal 1 angka 1

Page 8: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik

Pemasyarakatan.

1.3. Tahapan Kegiatan

Dalam pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL), penulis akan banyak terjun langsung

dalam kegiatan-kegiatan dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang. Hal ini

tidak lepas dari dukungan dan bantuan pegawai Lembaga Pemasyarakatan yang diharapkan

dapat memberikan keleluasaan, keterbukaan, dan kerjasama yang baik sehingga penulis dapat

dengan jelas mengetahui informasi-informasi yang ada di dalamnya guna memperoleh data

yang diperlukan untuk menyusun laporan KKL.

Prosedur pelaksanaan KKL yang akan dilakukan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Persiapan : Minggu I – III

a. Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing untuk mendiskusikan hal-hal yang berkaitan

dengan prosposal pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL).

b. Mengurus Surat Pengantar dari Dekan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya di Bagian

Akademik yang ditujukan kepada lembaga tempat pelaksanaan KKL.

2. Pelaksanaan : Minggu IV – VII

a. Menyampaikan Surat Pengantar dari Dekan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya dan proposal

KKL yang telah disetujui oleh dosen pembimbing ke lembaga tempat KKL.

Page 9: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

b. Mencari data-data di lembaga tempat KKL dengan menggunakan metode partisipasif,

wawancara, studi dokumentasi, dan observasi.

c. Mencari dan mencatat berbagai informasi yang menyangkut hal-hal sebagai berikut:

(1) Nama lembaga tempat KKL.

(2) Sejarah berdirinya lembaga tempat KKL.

(3) Fungsi dan tugas lembaga tempat KKL.

(4) Visi dan misi lembaga tempat KKL.

(5) Struktur organisasi lembaga tempat KKL.

(6) Kendala dan atau problematik yang dihadapi lembaga tempat KKL.

(7) Upaya yang telah dilaksanakan oleh lembaga tempat KKL.

(8) Rekomendasi dari penulis untuk perbaikan dan atau alternatif solusi pemecahan problematik

yang dihadapi lembaga tempat KKL.

d. Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing untuk pelaksanaan kegiatan beserta

penyusunan laporan kegiatan KKL.

3. Evaluasi : Minggu VIII – X

Evaluasi terhadap kegiatan KKL yang dilakukan oleh dosen pembimbing selama proses

pelaksanaan kegiatan KKL dan penyusunan laporan kegiatan KKL yang meliputi:

a. Evaluasi pelaksanaan kegiatan KKL.

b. Evaluasi penyusunan laporan dari kegiatan KKL.

Page 10: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

Kegiatan yang akan dilaksanakan penulis selama Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Lembaga

Pemasyarakatan Lowokwau Klas I Malang terbagi menjadi tiga jenis kegiatan, yaitu :

a. Kegiatan Operasional

Kegiatan operasional adalah kegiatan yang sifatnya melibatkan diri dalam usaha melaksanakan

kegiatan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang.

b. Kegiatan Pengamatan

Kegiatan pengamatan adalah kegiatan yang sifatnya mengadakan menyimak, mempelajari, dan

mengamati pelaksanaan pemberian hak pelepasan bersyarat bagi Narapidana, serta

mempelajari bagaimana prosedurnya.

c. Kegiatan Wawancara

Kegiatan wawancara adalah kegiatan memperoleh data dan informasi melalui dialog atau

wawancara langsung dengan sumber data yang berasal dari pegawai dan Kepala Lembaga

Pemasyarakatan Lowokwaru Klas I Malang.

1.4. Tujuan KKL

1.4.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari kegiatan KKL ini adalah untuk mengidentifikasi nama dan tempat

kedudukan kantor lembaga, sejarah berdirinya lembaga, fungsi dan tugas lembaga, visi dan

misi lembaga, struktur organisasi lembaga, mekanisme bekerjanya lembaga saat ini.

Page 11: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

1.4.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari kegiatan KKL ini untuk mengetahui pelaksanaan pembebasan bersyarat

bagi narapidana pada lembaga, kendala yang dihadapi pihak lembaga dalam pelaksanaan

pemberian hak pembebasan bersyarat bagi narapidana, kendala yang dihadapi oleh

lembaga serta rekomendasi yang diberikan penulis untuk penyelesaian masalah,

perkembangan dan perbaikan terhadap bekerjanya lembaga.

1.5. Manfaat KKL

1. Bagi Mahasiswa

a. Memberikan gambaran dan pemahaman yang lebih mendalam tentang aplikasi teori,

konsep dan proses manajemen dalam praktek dan sebagai bahan evaluasi tentang

pengetahuan yang telah diserap dalam perkuliahan oleh mahasiswa dengan realitas kondisi

serta situasi yang ada di lapangan.

b. Peneitian ini diharakan dapat menjadi wawasan baru dalam ilmu kepenjaraan (Penologi)

selain daripada teori yang didapakan dalam perkuliahan

c. Dapat meningkatkan kompetensi, kecerdasan intelektual, dan emosional mahasiswa

tersebut.

d. Sebagai sarana memperluas pengetahuan, pengalaman, sebelum terjun ke dunia kerja yang

sesungguhnya.

2. Bagi Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang

Page 12: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

a. Dapat melaksanakan salah satu bentuk tanggung jawab sosial lembaga negara kepada

masyarakat.

b. Hasil dari Kuliah Kerja Lapangan ini nantinya dapat digunakan sebagai bahan perbandingan

atas langkah-langkah yang telah atau sedang diambil oleh instansi terkait dalam mencapai

tujuannya.

c. Selain itu dapat juga digunakan sebagai bahan masukan yang obyektif atau sumbangan

pemikiran bagi instansi terkait untuk membantu peningkatan kinerja di masa yang akan

datang, khususnya dalam pelaksanaan pemberian pembebasan bersyarat.

d. Membantu proses pekerjaan administratif secara umum pada instansi terkait.

3. Bagi Fakultas / Perguruan Tinggi

a. Memperluas jaringan kerjasama dengan lembaga lain yang terkait dengan peningkatan

mutu pendidikan

b. Adanya umpan balik sebagai acuan bagi pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan selanjutnya.

c. Sebagai bahan tambahan alternatif materi kuliah dan penyempurnaan kurikulum agar lebih

efektif dan efisien.

d. Sebagai upaya memperkenalkan mahasiswa dengan almamater perguruan tingginya pada

dunia kerja.

e. Meningkatkan relevansi kurikulum berbagai program pendidikan di Fakultas Hukum dengan

dunia kerja.

1.6. Metode Penelitian

Page 13: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

Metode kegiatan dalam pelaksanaan KKL ini adalah Metode Partisipatif, artinya mahasiswa

yang bersangkutan terlibat dalam proses kegiatan yang dilakukan oleh lembaga tempat KKL.

Adapun metode pencarian data yang dilakukan untuk melengkapi penyusunan Laporan

Kuliah Kerja Lapangan (KKL) adalah sebagai berikut:

1. Library Research

Setiap penulisan ilmiah pasti akan bergantung dan bersandar pada kepustakaan. Dengan adanya

studi literatur atau kepustakaan maupun peraturan perundang-undangan, penulis dapat melakukan

kontrol serta menegaskan kerangka teoritis yang menjadi landasan jalan pemikiran penulis.

2. Field Research

Dalam penelitian ini riset lapangan perlu dilakukan untuk mempelajari secara intensif tentang latar

belakang obyek yang diteliti. Metode yang dilakukan dengan cara:

a. Observasi

Suatu cara untuk memperoleh data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu

objek tertentu dengan jalan ikut serta aktif melihat, mengamati, dan juga melaksanakan

kegiatan yang terjadi pada objek yang bersangkutan serta mengadakan pencatatan secara

sistematis terhadap objek yang diteliti.

b. Interview

Suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan wawancara langsung pada pihak terkait

(informan kunci/sumber informasi) yang terdapat dalam lembaga tempat KKL, yang dianggap

dapat memberikan penjelasan sehubungan dengan objek yang diteliti atau masalah yang akan

dibahas.

Page 14: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

c. Dokumentasi

Suatu cara untuk memperoleh data yang dilakukan dengan cara menelusuri pustaka dan

peraturan perundang-undangan yang terkait.

Page 15: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

BAB II

KERANGKA KONSEPSIONAL

2.1.Pidana dan Pemidanaan

Pidana merupakan salah satu bagian dari ilmu hukum yang berisi tentang penderitaan yang

sengaja dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat

terentu. (Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1984: 2)

Pidana adalah reaksi atas delik dan ini berwujud suatu nestapa yang sengaja ditimpalkan negara

pada pembuat delik itu (Roeslan Salah, 1983 : 9). Selanjutnya ia menyatakan bahwa memang

nestapa ini bukanlah suatu tujuan yang terakhir dicita-citakan masarakat. Nestapa hanyalah

suatu tujuan yang terdekat.

Berdasarkan beberapa definisi, dapat disimpulkan bahwa pidana memiliki unsur-unsur :

1. Pidana pada hakikatnya merupakan suatu pengenaan pemderitaan atau nestapa atau

akibat-akibat lain yang tidak menyenangkan.

2. Pidana diberikan dengan sengaja oleh orng atau badan yang mempunyai kekuasaan

(oleh yang berwenang)

3. Pidana dikenakan kepada seseorang atau Badan Hukum (korporasi) yang telah

melakukan tindak pidana menurut undang-undang (Muladi dan Barda Nawawi Arief,

1982 : 2,3,4)

Filsafat Pemidanaan mempunyai 2 fungsi yaitu :

Page 16: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

1. Fungsi fundamental, yaitu sebagai landasan dan asas normatif atau kaidah yang

memberikan pedoman, kriteria atau paradigma terhadap masalah pidana dan

pemidanaan.

2. Fungsi teori, dalam hal ini sebagai meta teori maksudnya filsafat pemidanaan

berfungsi sebagai teori yang mendasari dan melatar belakangi setiap teori

pemidanan.

Berdasarkan kedua fungsi diatas dalam proses implementasinya, penetapan sanksi pidana

dan tindakan merupakan aktifitas programlegislasi dan/atau yurisdiksi nuk

menormatifkan jenis dan bentuk sanksi (pemidanaan) sebagai landasan keabsahan

penegakan hukum melalui penerapan sanksi.

Filsafat pemidanaan berkaitan erat dengan alasan pembenar (pembalasan, manfaat

atau utilitas, dan pembalasan yang bertujuan) adanya sanksi pidana. Filsafat pemidanaan

merupkan landasan filosofis untuk merumuskan ukuran/dasar keadilan apabila terjadi

pelanggaran hukum pidana. Filsafat keadilan dalam hukum pidana yang kuat

pengaruhnya ada 2 yaitu keadilan yang berbasis pada filsafat pemalasan (retributive

justice) dan keadilan yang berbasis pada fisafat restorasi atau pemulihan (restorative

justice), dan KUHP menganut filsafat keadilan lebih condong pada retributve justice.

Tujuan Pemidanaan diformulasikan sebagai bagian integral dari sistem

pemidanaan, sebagai pedoman (guidance of sentencing), landasan filsofis, dan justifikasi

pemidanaan, agar tidak hilang atau tidak dlupakan dalam praktek.

Teori-teori pemidanaan dibagi 2 kelompok teori yaitu :

Page 17: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

1. Teori absolut atau teori pembalasan (retributive/vergeldig theorieen)

Menurut teori ini pidana dijatuhkan semata-mata karena orang telah melakukan

kejahatan atau indak pidana (quia peccatumest).

2. Teori relatif atau tujuan (utilitarian/doelthrerieen)

Menurut teori ini memidana bukanlah untuk memutuskan tntutan absolut dari

kadiln.Pembalasan itu sendiri tidak mempunyai nilai tetapi hanya sebagai sarana

untuk melindungi kepentingan masyarakat.

Dalam Pemidanaan wajib mepertimbangkan :

1. Kesalahan pembuat tindak pidana

2. Motif dan tujuan melakukan tindak pidana

3. Sikap batin pembuat tindak pidana

4. Apakah tindak pidana dlakukan dengan berencana

5. Cara melakukan tindak pidana

6. Sikap dan tindakan pembuat sesudah melakukan tindak pidana

7. Riwayat hidup dan keadaan sosial-ekonomi pembuat tindak pidana

8. Pengaruh pidana terhadap masa depan pembuat tindak pidana

9. Pengaruh tindak pidana terhadap korban atau keluarga koran

Page 18: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

10. Pemaafan dari korban dan/atau keluargnya; dan/atau Pandangan masyarakat

terhadap tindak pidana yang dilakukan.

2.2.Pidana Penjara

Pidana Penjara yang mengandung pengertian tata perlakuan terhadap Narapidana

tersebut di buat jera agar tidak mengulangi lagi perbuatan yang melanggar hukum. Hal ini

akan mengandung persepsi yang berbeda-beda karena membuat orang jera akan di tempuh

berbagai macam cara.

Padahal tidak demikian maksud dari Pidana Penjara, yang sebenarnya adalah satu-

satunya derita yang diberikan oleh Negara adalah dihilangkannya kemerdekaan bergerak dan di

bimbing terpidana agar bertaubat, di didik supaya menjadi seorang anggota masyarakat sosial di

Indonesia yang berguna.

Pidana Penjara merupakan suatu sistem perlakuan pelanggaran hukum yang pada

dasarnya memberi pola perlakuan reintegrasi yang bertujuan memulihkan kesatuan hubungan

hidup, kehidupan dan penghidupan Narapidana dalam kapasitasnya sebagai mahluk pribadi dan

mahluk social dalam konteks Hak Asasi nya sebagai Manusia, Pemulihan kesatuan ini memiliki

masalah yang sangat kompleks. Masalah pembinaan pelangar hukum adalah pembinaan

manusia dari segala sisi termasuk yang paling prinsip yakni sisi HAMnya. Dalam upaya pemulihan

kesatuan ini, yang terpenting adalah proses yang berfungsi sebagai katalisator pencapaian

tujuan tersebut.

Dengan demikian fungsi Pidana Penjara, tidak lagi sekedar penjaraan tetapi juga

merupakan suatu usaha rehabilitas dan reintegrasi sosial. Pidana Penjara seharusnya

merupakan Sistem Pemasyarakatan menitik beratkan pada usaha perawatan, pembinaan,

Page 19: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

pendidikan dan bimbingan bagi warga binaan yang bertujuan untuk memulihkan kesatuan yang

asasi antara induvidu warga binaan dan masyarakat.

Pelaksanaan pidana penjara di lembaga pemasyarakatan didasarkan atas prinsip-prinsip

Sistem Pemasyarakatan dengan tujuan agar menjadi warga yang baik dan berguna. Warga

binaan dalam Sistem Pemasyarakatan mempunyai hak-hak asasi untuk memperoleh pembinaan

rohani dan jasmani serta dijamin untuk menjalankan ibadahnya, berhubungan dengan pihak luar

baik keluarganya maupun pihak lain, memperoleh informasi baik melalui media cetak maupun

elektronik, memperoleh pendidikan yang layak dan sebagainya.

2.3.Hak-hak Narapidana

Hak-hak Narapidana diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun

1999, adalah4 :

1. Ibadah

2. Perawatan Rohani dan Perawatan Jasmani

3. Pendidikan dan Pengajaran

4. Pelayanan Kesehatan dan Makanan

5. Keluhan

6. Bahan Bacaan dan Siaran Media massa

7. Upah dan Premi

4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

Page 20: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

8. Kunjungan

9. Remisi

10. Asimilasi dan Cuti

11. Pembebasan Bersyarat

12. Cuti Menjelang Bebas

13. Hak-hak Lain

2.4.Pembebasan Bersyarat

2.4.1. Pengertian

Pengertian pembebasan bersyarat terdapat dalam beberapa ketentuan yang mengatur

tentang pembebasan bersayarat, antara lain :

Dalam pasal 43 undang-undang no 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan :

“Pembebasan Bersyarat adalah proses pembinaan Lembaga Pemasyarakatan setelah

menjalani sekurang-kurangnya 2/3 masa pidana nya minimal 9 bulan.”5

Dalam pasal 15 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana:

“ jika terpidana telah menjalani dua pertiga dari lamanya pidana penjara yang dijatuhkan

kepadanya, yang sekurang-kurangnya harus sembilan bulan, maka kepadanya dapat

diberikan pelepasan bersyarat. Jika terpidana harus menjalani beberapa pidana berturut-

turut, pidana itu dianggap sebagai satu pidana”

2.4.2. Tujuan 5 Undang-undang No 12 Tahun 1995 , Pasal 43

Page 21: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

1. Pembebasan bersyarat diberikan dengan tujuan sebagai pendidikan bagi terhukum

yang diberi kesempatan untuk memperbaiki diri6.

2. Membangkitkan motivasi atau dorongan pada napi dan anak didik pemasyarakatan

kearah pencapaian tujuan pembinaan7

3. Memberikan kesempatan pada Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan untuk

pendidikan dan keterampilan guna mempersiapkan diri hidup mandiri di tengah

masyarakat setelah bebas menjalani pidana8

4. Mendorong masyarakat untuk berperan serta secara aktif dalam penyelenggaraan

pemasyarkatan.9

2.4.3. Subyek Pembebasan Bersyarat

Subyek pembebasan bersyarat, yaitu:

1. Narapidana atau Napi, yaitu terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di

lembaga pemasyarakatan (lapas);

2. Anak Pidana, yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana lapas

anak paling lama sampai berumur 18 tahun;

3. Anak Negara, yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan kepada

negara untuk dididik dan ditempatkan di lapas anak paling lama sampai berumur 18

tahun.

6 KitabUndang-undang Hukum Pidana. Pasal 14 huruf a

7 Permen Hukum dan HAM Republik Inodonesia No. M.2.Pk.04-10 Tahun 2007. Tentang Syarat dan tata cara pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat, Pasal 4 ayat 2.

8 Ibid

9 ibid

Page 22: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

Namun diberikan beberaa pengecualian pemberian pembebasan bersyarat yaitu,

Pembebasan bersyarat tidak bisa diberikan kepada Napi atau anak didik permasyarakatan

yang kemungkinan akan terancam jiwanya; dan Napi yang sedang menjalani pidana penjara

seumur hidup.

2.4.4. Dasar Pertimbangan Keputusan Pemberian Pembebasan Bersyarat

Untuk mendapatkan keputusan pemberian Pembebasan Bersyarat, juga didasarkan atas

beberapa pertimbangan, antara lain10 :

1) Sifat tindak pidana yang dilakukan

2) Pribadi dan riwayat hidup (latar belakang kehidupan) Narapidana

3) Kelakuan Narapidana selama pembinaan

4) Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan setelah ia dibebaskan

5) Penerimaan masyarakat dimana ia akan bertempat tinggal

10 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I,Pt. Raja Grafindo Persada, 2002, hal 63

Page 23: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowowaru Malang

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang adalah unit pelaksana Teknis

(UPT) Pemasyarakatan dan bertanggung jawab pada Kantor Wilayah Hukum dan Hak

Asasi Manusia. Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang terletak di Jalan

Asahan no.7 Kecamatan Lowokwaru Malang. Didirikan pada masa pemerintah Belanda di

Indonesia pada tahun 1918.

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang memiliki luas wilayah sebesar

57.710 m2, yang terdiri dari luas tanah 50.110 m2, luas bangunan 14.679 m2, dan Rumah

dinas seluas 7.600 m2. Dengan sertifikat tanah No. 1614/1985 Tanggal 17 Juli 1985 sebagai

hak pakai,dan sampai sekarang keadaan bangunan masih sangat layak huni. Bangunan

tersebut terdiri dari 22 Blok, 211 Kamar dengan kapasitas 936 Orang. Pada tahun 1987

bangunan ini mulai dilakukan rehabilitasi.

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang memiliki batas-batas sebagai

berikut :

Utara : Permukiman penduduk

Selatan : Permukiman penduduk

Timur : Permukiman penduduk

Page 24: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

Barat : Jalan Asahan dan Lintasan Kereta Api

Fasilitas yang dimiliki Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang antara

lain adalah :

1. Sarana Ibadah, terdiri dari ; Masjid, Gereja, dan Pura

2. BLOK Narapidana, terdiri dari ; Blok Narkoba, Blok Pengasingan, Blok Narapidana

Khusus, Blok Narapidana Anak

3. Lapangan olahraga, terdiri dari lapangan Tenis, Basket,Volley, Sepak Bola

4. Ruang Pendidikan dan Perpustakaan, Ruang Kunjungan, Ruang Poliklinik dan

Psikologi, Ruang Kantor

5. Bengkel Kerja

6. Dapur

Fasilitas yang dimiliki Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang, seluas :

i. Gedung : 10.374 m2

ii. Sarana Olahraga : 2.448 m2

iii. Pertamanan : 25.665 m2

iv. Pertanian : 7.318 m2

v. R.Dinas : 7.600 m2

vi. Bengkel Kerja : 4.285 m2

Page 25: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

Selain itu Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang juga memiliki lahan

pertanian di desa Maguan Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang seluas 20.460 m2 dengan

sertifikat No. 12.30.20.09.4.0001/2001 Tanggal 18 Oktober 2001. Di tanah tersebut

terdapat bagunan seluas 147m2 yang dibangun pada tahun 2004. Sisa nya digunakan

sebagai lahan pertanian terbuka yang berfungsi untuk proses pembinaan Narapidana di luar

Lembaga Pemasyarakatan.

Fasilitas Pendukung yang dimiliki Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru

Malang :

TABEL I

Kendaraan Roda Empat yang Dimiliki Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang

NO Nama Kendaraan Keadaan

1

2

3

4

5

6

7

8

Transpas

Pick Up Daihatsu

Cell Wagon Toyota Dyana

Cell Wagon Mitsubishi

Station Wagon Toyota Kijang

Toyota Ambulans

Ambulans L300 Mitsubishi

Mitsubishi Kuda Minibus

Baik

Rusak Berat

Rusak

Rusak

Baik

Baik

Baik

Baik

Sumber : Data Sub Bagian Umum Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang, 2009

TABEL II

Kendaraan Roda Dua yang Dimiliki Lembaga Pemasyarakatan

Page 26: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

Klas I Lowokwaru Malang

NO Nama Kendaraan Jumlah Keadaan

1

2

3

Sepeda Motor Suzuki GP

Sepeda Motor Suzuki VR

Sepeda Motor

2

1

3

Rusak

Rusak

Baik

Sumber : Data Sub Bagian Umum Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang, 2009

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Lowokwaru Malang memilki beberapa sarana pendukung antara lain : Senjata api, Metal

Detector, Tongkat kejut, Borgol, Scanner Body, Gas air mata, Lampu emergency, Amunisi,

Alat huru-hara, Lonceng pos, Computer, Mesin ketik manual.

3.2. VISI dan MISI Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang

3.2.1. Visi

Memulihkan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan warga binaan

pemasyarakatan sebagai individu, anggota masyarakat dan mahkluk Tuhan Yang Maa

Esa (membangun manusia mandiri).

3.2.2. Misi

Melaksanakan perawatan tahanan,pembinaan dan pembimbingan warga

pemasyarakatan serta pengelolaan benda sitaan negara dalam kerangka penegakan

hukum, pencegahan dan penanggulangan kejahatan serta pemajuan dan perlindungan

hak asasi manusia.

Page 27: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

3.3. Tujuan dan Fungsi Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang

3.3.1. Tujuan

a. Membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutunya,

menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana,

sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan

dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan

bertanggung jawab.

b. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan yang ditahan di Rumah

Tahanan Negara dan Cabang Rumah Tahanan Negara dalam rangka memperlancar

proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan.

c. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan/ para pihak yang berperkara

serta keselamatan dan keamanan benda-benda yang disita untuk keperluan barang

bukti pada tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan

serta benda-benda yang dinyatakan dirampas untuk Negara berdasarkan putusan

pengadilan.

3.3.2. Fungsi

Menyiapkan warga binaan pemasyarakatan agar dapat berinteraksi secara sehat dengan

masyarakat, sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas

dan bertanggung jawab.11

11 Undang-undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 3

Page 28: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

3.4. Kepegawaian dan Stuktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Lowokwaru Malang

Berikut adalah rekapitulasi jumlah pegawai berdasarkan golongan dan jenis kelamin dan struktur

organisasi lembaga beserta tugas dan kewajibannya adalah:

Page 29: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

(STRUKTUR ORGANISASI )

Page 30: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

(REKAP KEPEGAWAIAN)

Page 31: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

Adapun tugas masing-masing bagian sebagai berikut :

1.Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas)

Bertugas memimpin secara keseluruhan terhadap bagian atau seksi yang ada dalam lingkup

organisasi LAPAS, dan bertanggung jawab terhadap kegiatan yang dilakukan dalam LAPAS.

2.Bagian Tata Usaha, bagian ini mempunyai tugas melaksanakan urusan tata usaha dan rumah

tangga Lapas. Terdiri atas :

1. Sub Bagian Umum

Tugasnya melakukan urusan surat-menyurat, perlengkapan dan rumah tangga Lapas,

serta Pemeliharaan fasilitas dinas.

2. Sub Bagian Keuangan

Tugasnya melakukan urusan keuangan.

3. Sub Bagian Kepegawaian

Tugasnya melakukan urusan kepegawaian, dan melakukan pengusulan kenaikan

pangkat pegawai.

3.Kesatuan Pengamanan Lapas (KPLP)

Tugasnya menjaga keamanan dan ketertiban Lapas, antara lain adalah menentukan strategi

penempatan Warga Binaan Pemasyarakatan dan membuat laporan harian berita acara dan

pelaksanaan tugas, KPLP terdiri :

a. Komandan Peleton A

b. Komandan Peleton B

c. Komandan Peleton C

Page 32: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

d. Komandan Peleton D

4.Bidang Pembinaan Narapidana

Terdiri dari :

1. Seksi Registrasi

Bertugas melakukan pencatatan dan membuat statistik serta dokumentasi sidik jari

narapidana.

2. Seksi Bimbingan Kemasyarakatan

Bertugas memberikan bimbingan dan penyuluhan rohani serta memberikan latihan

olahraga, peningkatan, pengetahuan asimilasi, cuti dan pelepasan bersyarat narapidana.

Dalam melaksanakan tugas pembinaan, seksi bimbingan pemasyarakaan(BIMPAS) dibagi

menjadi :

a. Seksi bimbingan agama islam

b. Seksi bimbingan agama kristen

c. Seksi bimbingan kemasyarakatan sosial

d. Seksi bimbingan pengetahuan umum

e. Seksi bimbingan olah raga dan kesenian

3. Seksi Perawatan Narapidana

Bertugas mengurus kesehatan, pakaian, perlengkapan, pengawasan dan memberikan

perawatan bagi Narapidana.

5.Bidang Administrasi Keamanan dan Ketertiban

Page 33: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

Bertugas mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas

pengaanan,penerimaan laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang

bertugas, serta menyusun laporan berkala dibidang keamanan dan menegakkan tata tertib.

Terdiri atas :

1. Seksi Keamanan

Bertugas mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan, kontrol pos jaga dan

pembagian tugas pengamanan.

2. Seksi Pelaporan dan tata tertib

Bertugas menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang

bertugas serta mempersiapkan laporan berkala dibidang keamanan.

6.Bidang Kegiatan Kerja

Tugasnya memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan sarana kerja dan mengelola hasil

kerja. Terdiri atas :

1. Seksi Sarana Prasarana

Bertugas mempersiapkan fasilitas sarana kerja

2. Seksi Bimbingan Kerja

Tugasnya memberikan petunjuk dan bimbingan kerja bagi narapidana

3. Seksi Pengelolaan Hasil Kerja

Bertugas menelola hasil kerja narapidana

Page 34: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

Dengan melihat dari masing-masing bagian diatas, dapat disimpulkan bahwa bagian yang

terkait dengan permasalahan perberian Pembebasan Bersyarat diatur dalam Bagian Pembinaan

Narapidana. Dimana masalah tersebut diatur pada seksi Bimbingan Kemasyarakatan.

3.5. Keadaan Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang

Jumlah keseluruhan penghuni Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang adalah

1.522 orang (data dikumpukan sampai dengan tanggal 21 Agstus 2009 ). Dalam tabel berikut akan

disebutkan status hukum dari penghuni Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang

dalam tabel dibawah ini :

Tabel III

RINCIAN STATUS HUKUM PENGHUNI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I LOWOKWARU MALANG

TAHUN 2009

NO STATUS HUKUM PENGHUNI GOLONGAN JUMLAH PRESENTASE

1.

2.

Narapidana

Tahanan

BI

BIIa

BIIb

BIIIk

BIIIs

AI

AII

AIII

642

288

12

-

-

78

176

42.18 %

18.92 %

0.78 %

0 %

0 %

5.12 %

11.56 %

Page 35: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

AIV

AV

322

3

1

21.15 %

0.19 %

0.07 %

J U M L A H 1522 100%

Sumber : Data Sub Bagian Registrasi Tanggal 21 Agustus 2009 (diolah)

Keterangan :

BI : Pidana 1 tahun lebih, termasuk pidana seumur hidup dan pidana mati

BIIa : Pidana 3 bulan sampai dengan 1 tahun

BIIb : Pidana 1 hari – 3 bulan

BIIIk : Pidana kurungan karena melakukan pelanggaran

BIIIs : Pidana kurungan pengganti denda

AI : Tahanan Kepolisian

AII : Tahanan Kejaksaan

AIII : Tahanan Pengadilan Negeri

AIV : Tahanan

AV: Tahanan

Berdasarkan tabel diatas, penghuni terbanyak di dalam Lapas adalah narapidana yang hukumannya

lebih dari satu tahun termasuk pidana seumur hidup dan pidana mati.

TABEL IV

PENGGOLONGN NARAPIDANA

BERDASARKAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN

Page 36: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I LOWOKWARU MALANG TAHUN 2009

No Jenis Kejahatan Pasal KUHP/ UU Jumlah Presentase

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

Pidana Politik

Pidana terhadap Pers

Pidana terhadap Tata Tertib

Pembakaran

Penyuapan

Kejahatan Mata Uang

Pamalsuan Materai

Kesusilaan

Perjudian

Penculikan

Pembunuhan

Penganiayaan

Pencurian

Perampokan

Pemerasan

Penggelapan

Penipuan

Merusak Barang

Pidana Jabatan

Penadahan

Perlindungan Anak

Subversi/Teroris

Narkoba

UU No.11 Th1963

207-208

154-181

187-188

209-210 dan 418-420

244-251

253-262

281-303

303-303bis

324-336

388-350

351-355

362-364

365

368-371

372-375

378-395

406-412

413-437

480-482

UU No.23 Th 2002

UU No.15 Th 2003

UU No.22 Th 1997

6

-

49

13

-

3

4

71

167

16

94

61

407

84

32

56

63

1

6

28

120

4

225

0.35 %

0 %

2.87 %

0.76

0 %

0.18 %

0.23 %

4.16 %

9.79 %

0.93 %

5.51 %

3.58 %

23.86 %

4.92 %

1.88 %

3.28 %

3.69 %

0.06 %

0.35 %

1.64 %

7.03 %

0.23 %

13.18 %

Page 37: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

Korupsi

Pembajakan

Sajam

KDRT

Kelalaian

Kehutanan

Cukai Rokok

Trafikking

Kesehatan

Merk

UU No.3 Th 1971

UU No.19 Th 2002

UU No.12 Th 1951

UU No.23 Th 2004

360

UU No.41 Th 1999

UU No.11 Th 1995

UU No.21 Th 2007

UU No.23 Th 1992

UU No.15 Th 2001

2

4

37

26

17

73

15

8

11

-

0.12 %

0.23 %

2.17 %

1.52 %

0.99 %

4.28 %

0.88 %

0.47 %

0.64 %

0 %

J U M L A H 1706 100%

Sumber : Data Sub Bagian Registrasi, sampai dengan Bulan Juli 2009 (diolah)

Status Narapidana

1. Narapidana Pelayan

Adalah status pertama yang didapatkan oleh Narapidana yang bekerja di dalam Lembaga

Pemasyarakatan.

2. Narapidana Pendamping

Adalah status yang diperoleh Narapidana setelah mendapatkan status narapidana pelayan.

Fungsi dari narapidana pendamping adalah sebagai penghubung antara para Narapidana

dengan Petugas Lapas

3. Narapidana Pemuka

Page 38: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

Adalah status tertinggi yang dapat diperoleh Narapidana. Narapidana yang memiliki

status pemuka memperoleh kesempatan untuk memperoleh remisi khusus pemuka, yang

besarnya ⅓ remisi umum.

Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang (yang selanjunya disebut

Lapas) tersebut kedalam blok-blok yang ada di dalam Lapas. Blok I dihuni oleh Tahanan. Berikut

adalah nama –nama Blok dan pengaturan penempatan narapidana (yang selanjutnya disebut

Napi) dapat dilihat di Layout Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang.

1. Blok Burung Kakak Tua

2. Blok Burung Cendrwasih

3. Blok Burung Kenari

4. Blok Burung Flaminggo

5. Blok Burung Alap-Alap

6. Blok Burung Beo

7. Blok Burung Kelelawar

8. Blok Burung Elang

9. Blok Burung Merak

10. Blok Burung Kuau Besar

11. Blok Burung Rajawali

12. Blok Burung Nuri

13. Blok Burung Jalak Bali

14. Blok Burung Bangau

15. (BLOK SARANA KERJA)

16. Blok Burung Kukua latah

17. Blok Burung Kaswari

18. (BLOK SARANA KERJA)

19. Blok Burung Gagak

20. Blok Burung Rangkong

21. Blok Burung Onta

22. Blok Burung Walet

( Layout Pemasyarakatan)

Page 39: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

3.6. Tahapan Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang

Berdasarkan Surat Edaran Kepala Direktorat Pemasyarakatan No.KP.10.13/3/1 tanggal 8 Februari

1965 adalah sebagai berikut;

a. Admisi orientasi (pengawasan maksimum security)

yaitu terhadap tiap narapidana yang masuk Lembaga Pemasarakatan dilakukan

penelitian untuk mengetahui segala hal tentang dirinya

b. Tahapan Pembinaan (pengawasan medium security)

yaitu jika proses pembinaan telah berlangsung ⅓ (sepertiga)

c. Asimilasi (pengawasan minimum security)

yaitu jika proses pembinaan telah dijalani ½ (setengah) dari masa pidana yang

sebenarnya dan menurut TIM Pengamat Pemasyarakatan telah dicapai cukup

kemajuan,maka wadah pembinaannya diperluas dengan diperbolehkan mengadakan

asimilasi dengan masyarakat luar.

d. Integrasi

Yaitu jika proses pembinaan telah dijalani ⅔ (duapertiga) dari masa pidana yang

sebenarnya atau sekurang-kurangnya 9 bulan, maka kepada narapidana yang

bersangkutan diberikan pembebasan bersyarat beradasarkan pertimbangan Tim

Pengamat Pemasyarakatan

Pola pembinaan yang diterapkan dalam Lapas Klas I Lowokwaru Malang ini sudah

mengalami perubahan dari yang bersifat kepenjaraan menjadi pemasyarakatan. Pembinaan yang

Page 40: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

dilakukan dalam Lapas ini dilakukan dengan cara berupa interaksi langsung antara pembina

dengan Napi yang dibina. Pembinaan tersebut bersifat persuasif dan edukatif, melalui keteladanan

dan adil. Pembinaan dilakukan secara terencana, terus menerus dan sistematis, dengan

dilakukannya secara bertahap demi tahap. Dalam SK Menteri Kehakiman No. M.02.PK.04.10

Tahun 1990 Tentang Pola Pembinaan Narapidana/ Tahanan menyebutkan 2 pola

pembinaan,yaitu :

1.Pembinaan Secara Umum

a. Pembinaan Kepribadian, terdir dari Pembinaan kesadaran beragama, Pembinaan

kesadaran berbangsa dan bernegara, Pembinaan kemampuan intelektual, Pembinaan

kesadaran hukum, Pembinaan mengintegrasikan diri dengan masyarakat.

b. Pembinaan Kemandirian, terdiri dari Program pendidikan ketrampilan, Ketrampilan

untuk mendukung usaha industri, Ketrampilan yang dikembangkan sesuai dengan bakat

masing-masing, Ketrampilan untuk mendukung usaha pertanian (perkebunan).

2.Pembinaan secara Khusus

Berhasil memantabkan kembali harga diri dan kepercayaan dirinya serta optimis akan masa

depannya; Memperoleh pengetahuan; Berhasil menjadi manusia patuh hukum; Memiliki

jiwa dan semangat pengabdian terhadap bangsa dan negara.12

Pembinaan dengan bimbingan dan kegiatan lainnya yang diprogramkan terhadap

narapidana meliputi cara pelaksanaan Bimbingan mental, sosial, ketrampilan, Bimbingan untuk

memelihara rasa aman dan damai, Bimbingan lainnya yang menyangkut segala aspek kehidupan

bermasyarakat.

12 SK Menteri Kehakiman No. M.02.PK.04.10 Tahun 1990 Tentang Pola Pembinaan Narapidana/ Tahanan

Page 41: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

Pembinaan tersebut dimulai sejak Napi masuk dan diterima di Lapas (atas dasar putusan

pengadilan yang telah mendapatkan kekuatan hukum yang tetap) sampai menjalani program

release atau pelepasan baik berupa asimiliasi, cuti mengunjungi keluarga maupun pembebasan

bersyarat.

Di Lapas Klas I lowokwaru, pembinaan dilakukan melalui beberapa proses, yaitu13 :

1. Masa Pengenalan Lingkungan (Mapenaling)

Masa ini dilaksanakan pada awal masuk dan diterimanya Napi di Lapas. Pada masa ini Napi

diberi penjelasan mengenai tugas,tanggung jawab, dan kewajibannya selama berada di

dalam Lapas; penjelasan mengenai peraturan di dalam Lapas, Program-progaram Lapas;

penjelasan mengenai hak-hak nya.

Semua napi memperoleh hak dan kewajiban yang sama, kecuali ada peraturan khusus

bagi napi yang tidak mendapat hak-hak tertentu.

2. Masa Pembinaan

Masa pembinaan dilaksanakan selama napi menjalani masa pidana didalam maupun

diluar Lapas. Pembinaan di dalam lapas dilaksanakan oleh lapas, sedangkan pembinaan

diluar lapas dilaksanakan oleh BAPAS (Balai Pengawas Pemasyarakatan).

a. Pembinaan Wajib Pendidikan

Penyelenggaraan pendidikan didalam Lapas dilaksanakan oleh seksi Bimbingan

Pemasyarakatan (BIMPAS) sejak tahun 2004. Fokus penyelenggaraan pendidikan di

dalam Lapas adalah persiapan ujian kejar paket A, B, C dan pengentasan buta huruf.

13 Hasil wawancara dengan Pak Haryono (staf Bimpas), Agustus 2009

Page 42: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

Dalam menyelenggarakan pendidikan, Lapas bekerjasama dengan Dinas Pendidikan

Kota Malang. Pengajar berasal dari napi sendiri yang memiliki latar belakang

pendidikan atau yang memiliki pendidikan cukup tinggi. Sekolah dilaksanakan setiap

hari mulai dari pukul 9.00-11.00 WIB.

Selain mengadakan ujian kejar paket dan pengentasan buta huruf, Sekolah Lapas ini

juga memiliki koleksi buku di perpustakaan yang berlokasi di kantor BIMPAS.

b. Pembinaan Kerohanian

Pembinaan di bidang kerohanian dilaksanakan secara bergantian, untuk agama

islam yang merupkan agam mayoritas penghuni Lapas dilaksanakan setiap ari senin

dan rabo diisi dengan ceramah agama dengan mendatangkan ustad dari luar

(kerjasama dengan Depag),kegiatan rutin adalah shalat jumat dan ada ceramah

singkat dari petugas Lapas setiap hari setelah shalat dhuhur.

Agama kristen dilaksanakan pada hari selasa dan kamis, dan kegian rutin kegereja

setiap hari minggu. Untuk agam budha dan hindu dilaksanakan sekali dalam satu

bulan.

Disamping itu dilaksanakan kegiatan hari-hari keagamaan seperti pada bulan

Ramadhan dilkukan solat Tarawih secara bergiliran dan Tadarus.

c. Pembinaan Ketramilan

Setiap napi bebas memilih salah satu jenis ketrampilan yang diajarkan di dalam

Lapas, antara lain ketrampilan anyaman rotan, pertukangan, tenun tikar,

pembuatan keset, pembuatan sepatu, kerajinan tangan, pavin, pertanian, dan

Page 43: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

perkebunan. Bahan dasar dipasok dari Lapas, dan hasil nya ada yang dipakai untuk

kebutuhan Lapas itu sendiri, ada pula yang dijual keluar Lapas.

d. Pembinaan Fisik

Pembinaan fisik dilakukan melalui kegiatan olahraga futsal, bola volley, bola basket,

tenis meja dan tenis lapangan. Lapas memiliki sarana berupa lapangan masing-

masing olahraga sesuai yang telah disebutkan sebelumnya.

Sebagai salah satu sarana pembinaan fisik, makanan di dalam Lapas juga mendapat

pehatian, napi mendapatkan jatah makanan yang cukup layak, ditambah dengan

pemberian bubur kacang ijo setiap hari sabtu. Dari semua makanan yang diberikan

kepada napi adalah makanan yang dimasak sendiri oleh napi yang berstatus

pelayan.

Lapas juga menyediakan sarana untuk berobat dan konsultasi psikolgi di poliklinik

Lapas. Lapas Klas I Lowokwaru Malang memiiki 2 orang dokter dan 1 orang psikiater.

e. Pembinaan Ketertiban

Setelah penyampaian tata tertib Lapas pada masa Mapenaling, Napi wajib

mematuhi segala tata tertib yang ada. Bila terdapat pelanggaran, diberikan sangsi

berupa sangsi administratif dan sangsi fisik.

3. Masa Asimilasi

Pembinaan napi diluar lapas dilaksanakan di desa Maguan Kecamatan Ngajum Kabupaten

Malang

4. Masa Integrasi

Page 44: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

Pada masa ini napi diberi hak berupa Pembebasan bersyarat,Cuti Menjelang Bebas, Cuti

Bersyarat.

Selain itu agar tidak ada kesenjangan antara petugas dengan penghuni maka diadakan

pertemuan antara Kalapas dan staf dengan penghuni Lapas setiap 3(tiga) bulan sekali dengan

materi menyampaikan peraturan-peraturan yang ada dan menerima keluhan dan saran/ usul dari

para penghuni kemudian mencarikan jalan keluarnya.

3.7. Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersayarat di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Malang

Pemberian Hak Pembebasan Bersyarat, seorang narapidana atau anak didik

pemasyarakatan harus memenuhi beberapa persyaratan, yang diatur dalam Peraturan Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.2.PK.04-10 TAHUN 2007 Tentang Syarat Dan Tata Cara

Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, Dan Cuti Bersyarat

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pembebasan Bersyarat

adalah Syarat Substantif dan Syarat Administratif.

1. Syarat Substantif14

a. Napi telah memperlihatkan kesadaran dan penyesalan atas kesalahan yang

menyebabkan dijatuhi pidana

b. Napi telah memperlihatkan perkembangan budi pekerti dan moral yang positif

c. Napi berhasil mengikuti program kegiatan pembinaan dengan tekun dan

bersemangat

14 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.2.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, Dan Cuti Bersyarat . Pasal 6

Page 45: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

d. Masyarakat telah dapat menerima program kegiatan pembinaan napi yang

bersangkutan

e. Berkelakuan baik selama menjalani pidana dan tidak pernah mendapat hukuman

disiplin sekurang-kurangnya dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir

f. Telah menjalani masa pidana 2/3 (dua pertiga) dari masa pidananya sekurang-

kurangnya 9 (sembilan) bulan.

Syarat Administratif15

a. Salinan putusan pengadilan (ekstrak vonis)

b. Surat keterangan asli Kejaksaan bahwa Napi tidak mempunyai perkara lagi

c. Surat keterangan asli dari Pengadilan Negeri yang memutus bahwa sikap Napi pada

waktu pemeriksaan di Pengadilan tidak menyulitkan dan keterangan tentang latar

belakang tindak pidana yang dilakukan.

d. Laporan penelitian kemasyarakatan dari BIMPAS tentang pihak keluarga yang akan

menerima Napi, keadaan lingkungan masyarakat sekitarnya dan pihak lain yang ada

hubungannya dengan Narapidana.

e. Salinan daftar F (Daftar yang memuat tentang pelanggaran tata tertib yang

dilakukan narapidana selama menjalankan masa pidanya) dari Kepala LAPAS.

f. Salinan daftar perubahan atau pengurangan masa pidana, seperti grasi, remisi dan

lain-lain, dari Kepala LAPAS.

15 Ibid, pasal 7

Page 46: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

g. Surat pernyataan kesanggupan dari pihak yang akan menerima Napi, seperti pihak

keluarga, sekolah, instansi pemerinah atau swasta, dengan diketahui oleh

pemerintah setempat serendah-rendahnya lurah atau kepala desa.

h. Surat keterangan kesehatan dari psikolog atau dari dokter umum bahwa Napi sehat

baik jasmani maupun jiwanya, dan apabila psikolog atau dokter umum tidak ada di

tempat LAPAS, diganti dengan surat keterangan dari Kepala LAPAS.

Menurut ketentuan pasal 15 (2) KUHP, setiap pemberian pembebsan bersyarat harus

disertai pemetapan masa percobaan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi selama masa

percobaan. Lama masa percoban sama dengan sisa waktu pidana penjara yang belum dijalani

ditambah satu tahun, demikian ketentuan Pasal 15 ayat (3) KUHP. Sedangkan syarat-syarat yang

harus dipenuhi selama masa percobaan dapat berupa syarat umum yang dapat pula ditambah

dengan syarat khusus.16

Syarat umum adalah berisi keharusan bagi Napi selama masa percobaan, tidak boleh

melakukan tindak pidana dan perbuatan tercela lainnya (Pasal 15 ayat (1)). Perbuatan tercela

tidak hanya dalam lingkup perbuatan pidana, artinya pengertiannya lebih luas dari tindak

pidana, misalnya pergi bersenang-senang di empat pelacuran atau ditempat hiburan malam

seperti diskotek, atau bergaul dengan para penjahat, para preman dan lain sebagainya.17

Sedangkan syarat khusus adalah segala ketentuan perihal kelakuannya, asal saja syarat

itu tidak membatasi hak-hak berpolitik dan menjalankan ibadah agamanya (pasal 15 ayat 2)18

16 Masruchin Ruba’I, Mengenal Pidana dan Pemidanaan di Indonesia, IKIP Malang, 1997, hal 25

17 Adami Chazawi, Op cit, hal 64

18 Loc cit

Page 47: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

Pemberian Pelepasan Bersyarat dapat dicabut, Jaksa tempat beradanya Napi dapat

memerintahkan untuk mencabut hak tersebut dan dapat ditahan kembali dengan alas an untuk

kepentingan umum, jika ada sangkaan yang beralasan bahwa ia dalam masa percobaan telah

melanggar syarat dalam surat lepasnya, penahanan mana harus diberitahukan pada Menkeh

(pasal 15 ayat(3)). Hak untuk menahan dengan alasan melanggar syarat yang ditetapkan dan

demi keteriban umum ini disebut “recht van aanhouding”19

3.8. Tata cara Pelaksaan Pembebasan Bersyarat

Berdasarkan PERMEN HUKUM DAN HAM No M.2.PK.04-10 Tahun 2007, dalam Pasal 11,

menerangkan bahwa tata cara untuk pemberian Pembebasan Bersyarat adalah :

1. Tim Pengawas Pemasyarakatan (TPP) atau TPP Rutan setelah mendengar pendapat anggota

TPP dan mempelajari laporan perkembangan pembinaan dari Wali Pemasyarakatan,

mengusulkan pemberian pembebasan Bersyarat kepada kepala Lapas atau Kepala Rutan;

2. Apabila Kepala Lapas atau Kepala Rutan menyetujui usul TPP Lapas atau TPP Rutan

selanjutnya meneruskan usul tersebut kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum

dan HAM setempat, dengan tembusan kepala Direktur Jendral Pemasyarakatan;

3. Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM memutuskan untuk menolak atau

menyetujui usulan Pembebasan Bersyarat, setelah mempertimbangkan hasil sidang TPP

Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM setempat;

4. Apabila Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM menolak tentang usulan Pembebasan

bersyarat, maka dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas hari) sejak diterimanya

19 Ibid, hal 65

Page 48: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

usul tersebut, memeritahukan penolakan itu beserta alasannya kepada Kepala Lapas atau

kepala Rutan;

5. Apabila Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM menerima tentang usulan

Pembebasan bersyarat, maka dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas hari) sejak

diterimanya usul tersebut, meneruskan usul tersebut kepada Direktur Jenderal

Pemasyarakatan;

6. Apabila Direktur Jenderal Pemasyaraktan menolak tentang usul Pembebasan Bersyarat,

maka dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas hari) sejak tanggal penetapan,

memberitahukan penolakan itu beserta alasannya kepada Kepala Lapas atau kepala Rutan;

7. Apabila Direktur Jenderal Pemasyaraktan menerima tentang usul Pembebasan Bersyarat,

maka Direktur Jenderal Pemasyarakatan menerbitkan keputusan tentang Pembebasan

Bersyarat.

Seorang Napi yang akan diusulkan untuk mendapatkan Pembebasan Bersayarat harus

memenuhi persyaratan administrative dan substantive. Dan hal itu memakan waktu antara 3-6

Bulan. Berikut adalah skema Prosedur Pembebasan Bersyarat :

Page 49: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

SKEMA PROSEDUR PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT

Bagan ini dibuat sesuai dengan Permen Kehakiman RI Nomor M.01-PK.04.10 Tahun 1989 tentang Asimilasi,

Pembebasan Persyarat dan Cuti Menjelang Bebas.

TABEL V

DAFTAR NARAPIDANA YANG MENDAPATKAN PEMBEBASAN BERSYARAT TAHUN 2007-2009

No Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009

1. 49 Orang 79 Orang 93 Orang

Sumber : Kantor BIMPAS, Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang (sampai bulan Juli 2009)

Berdasar tabel diatas, jumlah narapidana yang mendapakan pembebasan bersyarat mengalami

kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2009, tercatat 93 orang yang telah mendapatkan pembebasan

bersyarat (data tercatat sampai bulan Juli 2009).

3.9. Alasan-alasan Dicabutnya Pembebasan Bersyarat

NAPI

2/3 Masa Pidana

Telah memenuhi syarat adm dan syarat substantif

KAKANWIL

Usulan PB

Dirjen PAS

ADM KAMTIBTPP

KALAPAS

BAPASKPLP

KAJARI PB

Napi Bebas

Bersyarat

Page 50: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

Pencabutan pembebasan Bersyarat dapat dilakukan apabila Narapidana, anak didik pidana atau

Anak negara yang sedang melaksanakan pembebasan bersyarat20 :

1. Hidup secara tidak teratur

2. Malas bekerja atau sekolah

3. Bergaul dengan residivis

4. Mengulangi melakukan tindak pidana

5. Menimbulkan keresahan dalam masyarakat.

6. Melanggar ketentuan mengenai pelaksanaan asimilasi, pembebasan bersyarat, dan cuti

menjelang bebas.

Pencabutan ini dilakukan oleh DirjenPas atas usul Kepala Balai Pemasyarakatan (Bapas)

melalui Kakanwil Depkumham setempat.

Akibat Pencabutan Pembebasan Bersyarat

Pencabutan pembebasan bersyarat mempunyai akibat terhadap napi atau anak pidana yang

bersangkutan, yaitu:

1. Tidak diberikan remisi untuk tahun pertama setelah pencabutan;

2. Tidak diberikan pembebasan bersyarat lagi, asimilasi, cuti menjelang bebas atau cuti

bersyarat selama menjalani sisa pidananya untuk pencabutan kedua kalinya; Tidak

20 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 32 Tahun 1999, Tentang syarat dan tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan . Pasal 46

Page 51: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

dihitung menjalani masa pidana selama di luar lapas atau rutan.

3.10. Kendala Yang Dihadapi Pihak Lembaga Pemsayarakatan Dalam Pelaksanaan Pemberian Hak

Pembebasan Bersyarat

Dalam praktek dilapangan, Petugas Lapas tidak banyak menemui kendala yang menghambat

dalam proses pemeberian Pembebasan Bersyarat. Hanya saja untuk hak Pembebasan

Bersyarat, kendala dihadapi oleh petugas BISPA yaitu pada saat proses memenuhi syarat

administratif Napi yaitu Litmas dimana mereka harus melakukan survey langsung kelapangan

untuk melihat bagaimana keadaan rumah yang akan ditinggali Napi. Kendalanya adalah

karena alamat keluarga Napi tidak jelas/susah ditemukan, alamat berpindah-pindah dan

dimungkinkan juga adanya kendala lain yang timbul adalah kesulitan pihak Lapas untuk

meminta ketersediaan masyarakat dari lingkungan dimana Napi akan menjalani Pembebasan

Bersyarat tidak bersedia menerima kembali kehadiran Napi, apabila keadaannya adalah

demikian maka lokasi dimana Napi akan menjalani Pembebasan Bersyarat dapat dialihkan ke

daerah lain. Serta adanya kendala pengawasan terhadap Narapidana yang telah menjalani

Pembebasan Bersyarat. Disamping itu kendala yang dihadapi petugas berasal dari diri napi

yang akan di usulkan Pembebasan bersyarat itu sendiri, seperti yang terjadi pada napi dengan

kasus pembunuhan, kebanyakan dari mereka tidak ingin mengurus upaya pengurangan masa

pidana dengan jalan pembebasan bersyarat. Dengan alasan ingin menghabiskan masa tahanan

nya di dalam penjara. Sikap tidak antusias ini merupakan kendala yang dihadapi oleh petugas

Lapas dalam memberikan hak napi tersebut.

Kendala yang paling besar yang dihadapi petugas adalah ketika melengkapi syarat

administratif, yaitu penyataan pesetujuan korban atas usulan pembebasan bersyarat yang

diberikan kepada Napi tersebut.

Page 52: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

Sejauh ini peugas Lapas telah melaksanakan pemberian hak Pembebasan Bersyarat dengan

semestinya. Dari semua usulan untuk mendapatkan Pembebasan Bersyarat, tidak ada satupun

usulan Pembebasan Bersyarat yang di tolak, karena petugas akan berusaha secara maksimal

untuk memenuhi syarat administratifnya dan setelah semua syarat tersebut terpenuhi, maka

petugas mengusulkannya ke KaLapas yang selanjutnya disulkan ke kantor Departemen

Kehakiman. Hanya saja dalam proses untuk mendapatkan Pembebasan Bersyarat ini harus

memenuhi beberapa persyaratan yang telah disebut diatas dan hal tersebut memakan waktu

yang lama sekitar 3 (tiga) sampai 6 (enam) bulan. 21

3.11. Analisa Dan Rekomendasi Yang Diberikan Mahasiswa Peserta KKL Untuk Perbaikan Terhadap

Bekerjanya Lembaga

Secara umum bekerjanya Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang sudah

sesuai dengan visi misi lembaga serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan tugas dan fungsi lembaga. Namun peningkatan kualitas pembinaan

warga binaan pemasyarakatan masih perlu ditingkatkan. Baik sarana prasarana maupun

pemenuhan kebutuhan warga binaan itu sendiri seperti peningkatan pelayanan kesehatan,

kegiatan kerja maupun sekolah lapas dan kualitas makanan yang diterima oleh warga

binaan pemasyarakatan.

Bila dilihat secara khusus sesuai dengan permasalahan yang di amati oleh peserta KKL,

maka prosedur pembebasan bersyarat telah dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan dari

pemberian pembebasan bersyarat itu berhasil dilaksanakan. Namun dalam menjalankan

tugas dan fungsinya Lembaga banyak menghadapi kendala. Antara lain adalah saat

pemenuhan syarat administratif yang berupa surat pernyataan kesanggupan dan jaminan

21 Hasil wawancara dengan Pak Haryono, Seksi Bimbingan Pemasyarakatan , Agustus 2009

Page 53: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

keluarga dan persetujuan dari pihak korban. Oleh sebab itu diharapkan keluarga napi

petugas melakukan kerjasama dalam rangka melakukan pendekatan terhadap korban dan

memberikan pengertian mengenai hak napi tersebut serta tujuan dan manfaatnya bagi napi

itu sendiri maupun masyarakat secara umum.

Dan dalam rangka melakukan proses usulan Pembebasan bersyarat, hendaknya jangka

waktunya dapat dipersingkat, agar tidak terjadi pemberian keputusan Pembebasan

bersyarat yang telah lewat waktu dari tanggal bebas yang seharusnya.

Page 54: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

1. Narapidana menjalani empat tahapan pembinaan didalam Lapas setelah mendapatkan

putusan tetap dari pengadilan, yaitu :

a. Admisi orientasi (pengawasan maksimum security)

yaitu terhadap tiap narapidana yang masuk Lembaga Pemasarakatan dilakukan

penelitian untuk mengetahui segala hal tentang dirinya yaitu

b. Tahapan Pembinaan (pengawasan medium security)

jika proses pembinaan telah berlangsung ⅓ (sepertiga)

c. Asimilasi (pengawasan minimum security)

yaitu jika proses pembinaan telah dijalani ½ (setengah) dari masa pidana yang

sebenarnya dan menurut TIM Pengamat Pemasyarakatan telah dicapai cukup

kemajuan,maka wadah pembinaannya diperluas dengan diperbolehkan mengadakan

asimilasi dengan masyarakat luar.

d. Integrasi

Yaitu jika proses pembinaan telah dijalani ⅔ (duapertiga) dari masa pidana yang

sebenarnya atau sekurang-kurangnya 9 bulan, maka kepada narapidana yang

bersangkutan diberikan pembebasan bersyarat beradasarkan pertimbangan Tim

Pengamat Pemasyarakatan

Page 55: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

2. Seorang Napi yang telah menjalani ⅔ (duapertiga) dari masa pidana akan diusulkan

untuk mendapatkan Pembebasan Bersayarat, dan ia harus memenuhi persyaratan

administrative dan substantive. Dan hal itu memakan waktu antara 3-6 Bulan

3. Dalam memberikan pembebasan bersyarat, Lembaga menemui beberapa kendala,

antara lain adalah;

a. Narapidana pindah alamat, sehingga kesulitan mencari tempat tinggal keluarga

penjamin dan kesulitan meneliti lingkungan calon tempat tinggal napi setelah

mendapat pembebasan bersyarat

b. Memperoleh persetujuan dari pihak korban

c. Antusiasme napi ataupun pihak keluarga napi nmengenai progaram pembebasan

bersyarat

d. Usulan Pembebasan bersayarat memakan waktu yang cukup lama, yaitu 3-6 bulan,

yang dikawatirkan pemberian keputusan Pembebasan Bersyarat baru terbit setelah

lewat waktu masa bebas yang seharunya.

4.2. Saran

1. Dalam rangka memberikan pelayanan maksimal kepada Napi, sebaikknya Lapas Klas I

Lowokwaru Malang menambah Jumlah Petugas/ Sipir, sehingga dapat lebih

dimaksimalkan pembinaan Napi nya.

Page 56: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

2. Diharapkan diakukan peningkatan peningkatan kualitas pembinaan yang dilakukan

terhadap warga binaan pemasyarakatan masih perlu ditingkatkan. Baik sarana prasarana

seperti sarana ketrampilan, maupun pemenuhan kebutuhan warga binaan itu sendiri

seperti peningkatan pelayanan kesehatan, kegiatan kerja maupun sekolah lapas dan

kualitas makanan yang diterima oleh warga binaan pemasyarakatan.

3. Sebagai Warga Binaan Pemasyarkatan, Napi sudah seharusnya mentaati peraturan yang beraku

dalam Lembaga Pemasyarakatan, sehingga diharapkan dapat membantu kinerja kerja petugas

Lapas dalam proses pembinaan.

4. Lebih ditingkatkan kontrol pengawasan terhadap narapidana yang sedang bekerja diluar

lingkungan Lembaga Pemasyarakatan, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

5. Dihapakan bagi masyarkat, agar tidak menganggap bahwa setiap orang yang baru keluar dari

penjara atau lembaga Pemasyarkatan adalah orang jelek,jahat,sadis, dan sebagainya. Karena

pada dasarnya mereka adalah manusia yang sama dengan kita yang sekali waktu dapat khilaf

berbuat kesalahan

6. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya yang kaitannya dengan pemberian pembebasan

bersyarat, hendaknya hendaknya jangka waktunya dapat dipersingkat, agar tidak terjadi

pemberian keputusan Pembebasan bersyarat yang telah lewat waktu dari tanggal bebas

yang seharusnya.

7. Diharapkan dapat memberi manfaat bagi pengembangan Studi serta menambah pengetahuan

hukum, khususnya aplikasi hukum acara pidana dan penologi.

Page 57: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

DAFTAR PUSTAKA

Adami Chazawi.Pelajaran Hukum Pidana Bagian I,Pt. Raja Grafindo Persada.2002

Bambang Poernomo, Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan system Pemasyarakatan, Liberty,

Yogyakarta,-----

Masruchin Ruba’I,Mengenal Pidana dan Pemidanaan di Indonesia.IKIP Malang.1997

Wirjono Prodjoikoro,Asas-Asas hukum Pidana,PT.Eresco.Bandung.1986

Kitab Undang-undang Hukum Pidana

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara

Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2006 Tentang perubahan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara

Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata

Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

SK Menteri Kehakiman No. M.02.PK.04.10 Tahun 1990 Tentang Pola Pembinaan Narapidana/

Tahanan

Page 58: Prosedur Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana (Studi Di Lapas Klas I LOwokwaru Malang)

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.2.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang

Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas,

Dan Cuti Bersyarat