Prosedur Diagnosa Di Bidang Konservasi Gigi
-
Upload
firdianadiani -
Category
Documents
-
view
610 -
download
85
description
Transcript of Prosedur Diagnosa Di Bidang Konservasi Gigi
Prosedur diagnosa di bidang konservasi gigi
a. Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaan yang dilakukan dengan anamesa keluhan yang menjadi alasan penderita mencari
pertolangan pengobatan atau sejumlah infromasi rutin yang berkaitan dengan data pribadi,
riwayat medis, dan riwayat dental serta keluhan utama didapatkan dari pemeriksaan subyektif.
Banyak pasien yang menunjukkan tingkatan nyeri yang jelas dan merasa tertekan. Pada
umumnya nyeri dan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh penyakit pulpa dan periradikuler
yang parah dapat mempengaruhi kondisi fisik pasien. Anamnesa yang diajukan adalah
mengenai lokasi, asal nyeri, karakter dan keparahan nyeri yang dialami. Kemudian pertanyaan
lanjutan mengenai spontanitas dan durasi nyeri, serta stimulus yang merangsang atau
meredakan nyeri. Keparahan rasa nyeri dan obat-obatan yang diminum pasien untuk
meredakan nyeri dan keefektifannya juga perlu diketahui. Makin intens nyerinya, makin besar
kemungkinan adanya penyakit irreversible. Nyeri intens dapat timbul dari pulpitis ieversible
atau dari periodontitis atau abses apikalis akut. Nyeri spontan yang bersama dengan nyeri
intens juga mengindikasikan adanya penyakit pulpa atau periradikuler yang parah. (Walton &
Torabinejad, 1997 : 73-75).
Ada dua jenis anamnesa berdasarakan cara mendapatakannya :
1. Autoanamesa yaitu anamesa secara langsung dari keterangan penderita sendiri.
2. Alloanamesa yaitu anamesa tidak langsung, keterangan didapat dari orang lain yang
mengetahui keluhan penderita.
Pemeriksaan subjektif meliputi:
1. Keluhan Utama Keluhan utama pada umumnya merupakan informasi pertama yang dapat
diperoleh. Keluhan ini berupa gejala atau masalah yang dirasakan pasien dalam bahasanya
sendiri yang berkaitan dengan kondisi yang membuatnya cepat-cepat datang mencari
perawatan. Keluhan utama hendaknya dicatat dengan bahasa apa adanya menurut pasien.
(Walton & Torabinejad, 1997 : 72)
2. Riwayat Kesehatan Umum Suatu riwayat kesehatan umum yang lengkap bagi pasien
terdiri atas data demografis rutin, riwayat medis, riwayat dental, keluhan utama, dan sakit
yang sekarang diderita.
a. Data Demografis Data demografis mengidentifikasi karakteristik pasien.
b. Riwayat Medis Karena suatu riwayat medis tidak dimaksudkan sebagai pemeriksaan
klinis lengkap, pertanyaan medis janganlah terlalu luas. Buatlah formulir pemeriksaan
yang berisi penyakit serius yang sedang dan pernah dialami. Jika ditemukan adanya
penyakit fisik atau psikologis yang parah atau penyakit yang masih diragukan yang
mungkin mengganggu diagnosis dan perawatan kita, lakukanlah pemeriksaan lebih
lanjut dan konsultasikan dengan profesi kesehatan lainnya.
c. Riwayat Dental Riwayat dental merupakan ringkasan dari penyakit dental yang pernah
dan sedang diderita. Informasi ini menyediakan informasi yang sangat berharga
mengenai sikap pasien terhadap kesehatan gigi, pemeliharaan, serta perawatannya.
Infromasi demikian tidak hanya berperan penting dalam penegakan diagnosis,
melainkan berperan pula pada rencana perawatan. Kuesionernya hendaknya berisikan
pertanyaan mengenai gejala dan tanda, baik kini maupun di masa lalu. Pengambilan
riwayat dental ini merupakan langkah teramat penting dalam menentukan diagnosis
yang spesifik.(Walton & Torabinejad, 1997 : 72-73)
B. Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan dilakukan dengan pengamatan fisik dan uji klinis
1. Pemeriksaan ekstraoral Penampilan umum, tonus otot, asimetri fasial, pembengkakan,
perubahan warna, jaringan parut ekstraoral, dan kepekaan atau nodus jaringan limfe servikal
atau fasial yang membesar, merupakan indokator status fisik pasien. Pemeriksaan ekstraoral
yang hati-hati akan membantu mengidentifikasi sumber keluhan pasien serta adanya dan
luasnya reaksi inflamasi rongga mulut.
2. Pemeriksaan intraoral Bibir, mukosa oral, pipi, lidah, palatum, dan otot-otot serta semua
keabnormalan diperiksa. Periksa pula mukosa alveolar dan gingival-cekatnya untuk
memeriksa apakah ada perubahan warna, terinflamasi mengalami ulserasi, atau mempunyai
saluran sinus. Suatu stoma saluran sinus biasanya menandakan adanya pulpa nekrosis atau
periodontitis apikalis supuratif atau kadang-kadang abses periodontium. Gigi geligi diperiksa
untuk mengetahui adanya perubahan warna, fraktur, abrasi, erosi, karies, restorasi yang luas,
atau abnormalitas lain. Mahkota yang berubah warna sering merupakan tanda adanya
penyakit pulpa atau merupakan akibat perawatan saluran akar yang telah dilakukan
sebelumnya. Untuk tes lebih lanjut terhadap gigi, dapat dilakukan tes seperti:
a. Perkusi Perkusi dapat menentukan ada tidaknya penyakit periradikuler. Respons positif
yang jelas menandakan adanya inflamasi periodontium. Karena perubahan inflamasi dalam
ligament periodontium tidak selalu berasal dari pulpa dan dapat diinduksi oleh penyakit
periodontium, hasilnya harus dikonfirmasikan dengan tes yang lain. Cara melakukan
perkusi dengan cara mengetukkan ujung kaca mulut yang diletakkan parallel atau tegak
lurus mahkota pada bagian insisal atau oklusal.
b. Palpasi Untuk menentukan seberapa jauh inflamasi menyebar ke arah periapikal. Respon
positif dari palpasi menandakan adanya inflamasi di daerah periradikuler. Palpasi dilakukan
dengan cara menekan mukosa di atasa apeks dengan cukup kuat. Bagian-bagian yang
dipalpasi untuk menentukan adanya kelainan yaitu kelenjar saliva (submandibular), TMJ
dan limfa nodi.
c. Tes status periodontal Dapat dilakukan dengan cara palpasi, perkusi, tes mobilitas gigi dan
probing.
d. Tes vitalitas pulpa Ada berbagai macam tes untuk mengetahui kevitalan pulpa, yaitu:
1. Tes termal Tes dingin menggunakan larutan chlor etil yang dibasahkan pada cotton
palate. Respon nyeri tajam dan sebentar akan timbul baik pada pulpa normal, pulpitis
reversible maupun irreversible. Akan tetapi jika responnya cukup intens dan
berkepanjangan, pulpa biasanya telah mengalami peradangan irreversible.
Sebaliknya jika pulpa nekrosis tidak akan memberikan respon. Tes panas
menggunakan gutta percha yang dipanaskan dan diaplikasikan pada permukaan
fasial. Seperti halnya pada tes dingin, nyeri tajam dan sebentar menandakan pulpa
vital atau peradangan reversible. Respon hebat dan tidak cepat hilang adalah pulpitis
irreversible. Jika tidak ada respon menandakan pulpanya nekrosis.
2. Electric Pulp Testing (EPT) Hal ini dilakukan dengan cara memberikan rangsang
berupa aliran elektrik pada gigi menggunakan alat yang disebut electric pulp tester.
Adanya respon positif menunjukkan pulpa masih vital, sedangkan respon negatif
menunjukka pulpa sudah tidak vital atau terjadinya nekrosis pulpa. Pada kondisi
tertentu, tes ini dapat mengakibatkan salah diagnosa, misalnya pada kondisi gigi
dengan akut alveolar abses, terjadinya kontak dengan gingival, trauma gigi yang
baru, restorasi yang cukup besar.
3. Tes kavitas Dilakukan dengan cara menggunakan bur high speed nomer 1 dan 2
yang disertai dengan pemakaian water coolant. Pasien tidak dianastesi pada
pemeriksaan ini, tujuannya untuk mendapatkan gambaran ada tidaknya rasa sakit
pada saat tes. Rasa nyeri menandakan pulpa vital. Tujuan tes ini terutama
menentukan kavitas preparasi. Jika pada saat tes tidak terasa nyeri, maka kavitas
preparasi dilanjutkan terus sampai ruang pulpa dan melakukan perawatan endodonsi.
4. Tes jarum miller Tes ini dilakukan jika kavitas sudah perforasi pulpa.Jika kavitas
belum perforasi maka dilakukan tes thermal dingin dan panas terlebih dahulu. Tes
ini dilakuakan dengan memasukkan jarum miller ke dalam kavitas dan diteruskan ke
saluran akar sampai timbul rasa sakit. Bila tidak terasa sakit, lanjutkan sampai
panjang rata-rata gigi menurut Ingle, kemudian hentikan. Bila ujung jarum miller
belum menyampai apikal gigi namun sudah terasa sakit berarti gigi masih vital,
namun jika ujung jarum miller sudah mencapai apikal gigi tidak terasa sakit berarti
gigi sudah non vital.
C. Pemeriksaan Radiografis
a. Periapeks Lesi periradikuler yang disebabkan oleh pulpa biasanya memiliki empat
karakteristik yaitu
(1) hilangnya lamina dura di daerah apeks,
(2) radiolusensi tetap terlihat di apeks bagaimanapun sudut pengambilannya,
(3) radiolusensi menyerupai suatu hanging drop; dan
(4) a. biasanya nekrosisnya pulpa telah jelas. Lesi radiolusen yang terbentuk
sempurna disebabkan oleh hasil dari suatu pulpa yang nekrosis. Suatu
radiolusensi yang cukup besar di daerah periapeks dengan gigi yang pulpanya
vital adalah bukan berasal dari lesi endodonsi melainkan struktur normal atau
penyakit nonendodonsi. Perubahan juga bisa berupa radioopak. Condensing
osteitis adalah reaksi yang jelas terhadap pulpa atau inflamasi periradikuler dan
mengakibatkan peningkatan dalam tulang medulla.
b. Pulpa Hanya sedikit keadaan patologis khusus yang berkaitan dengan pulpitis
ireversibel terlihat secara radiografis. Suatu pulpa yang terinflamasi dengan
aktivitas dentinoklast dapat memperlihatkan pembesaran ruang pulpa yang
berubah abnormal dan merupakan tanda patologis dari resorpsi
interna.kalsifikasi yang menyebar luas dalam kamar pulpa menunjukkan
adanya iritasi dengan derajat rendah yang sudah berjalan lama (tidak harus
suatu pulpitis ireversibel.) (Walton & Torabinejad, 1997 : 83-85