PRORAM PASCASARJANA PENDIDIKAN KIMIA UNIVERSITAS … · pembangunan yang ber-Pancasila. 2. Guru...
Transcript of PRORAM PASCASARJANA PENDIDIKAN KIMIA UNIVERSITAS … · pembangunan yang ber-Pancasila. 2. Guru...
LAPORAN STRATEGI PEMBELAJARAN
KODE ETIK DAN KOMPETENSI GURU
OLEH:
AZZAHROTUL HASANAH (17176020)
HUTDIA PUTRI MURNI (17176006)
TIARA VODELF (17176017)
DOSEN: Dr. LATISMA DJ, M.Si
PRORAM PASCASARJANA PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017
A. KODE ETIK GURU
Kode etik terdiri dari dua kata, yaitu “kode” dan “etik”. Perkataan “etik” berasal dari
bahasa Yunani, “ethos” yang berarti watak, adab, atau cara hidup. Dapat diartikan bahwa
etik itu menunjukkan “cara berbuat yang menjadi adat, karena persetujuan dari manusia”.
Etik biasanya dipakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang disebut”kode”, sehingga
menjelma menjadi “kode etik”. Secara harfiah kode etik berarti sumber etik. Etika artinya
tata susila (etika) atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaann dalam mengerjakan
suatu pekerjaan. Jadi, “kode etik guru” merupakan “aturan tata susila keguruan”. Westby
Gibson mengemukakan bahwa kode etik guru merupakan suatu statment formal yang berisi
norma (aturan tata susila) dalam mengatur tingkah laku guru (Djamarah, Syaiful, 2005: 49).
Guru sebagai tenaga profesional perlu memiliki “kode etik guru” dan menjadikannya
sebagai pedoman yang mengatur pekerjaan guru selama dalam pengabdian. Kode etik guru
ini merupakan ketentuan yang mengikat semua sikap dan perbuatan guru. Bila guru telah
melakukan perbuatan asusila dan amoral berarti guru telah melanggar “kode etik guru”.
Berikut ini beberapa kode etik guru Indonesia berdasarkan hasil rumusan kongres PGRI XIII
pada 21 Mei 1973 di Jakarta, terdiri dari sembilan item (Djamarah, Syaiful, 2005: 49), yaitu:
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangunan yang ber-Pancasila.
2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai kebutuhan
anak didik masing-masing.
3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak
didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
4. Guru menciptakn suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang
tua anak didik sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat disekitar sekolahnya maupun
masyarakat disekitar ssekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk
kepentingan pendidikan.
6. Guru sendiri atau bersama-sama mengembangkan dandan meningkatkan mutu
profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru, baik berdasarkan
lingkungan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan.
8. Guru secara hukum bersama-sama memelihara, membina, dan meningkatkan mutu
organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijakan pemerintah dalam
bidang pendidikan.
B. HAKIKAT KOMPETENSI GURU
1. Pengertian
Echols dan Shadily menjelaskan bahwa kompetensi dalam bahasa indonesia
merupakan serapan dari bahasa inggris, competence yang berarti kecakapan dan
kemampuan. Kompetensi adalah kemampuan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan
yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan.
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatiham, dan belajar mandiri dengan
memanfaatkan sumber belajar (Musfah, Jejen, 2011: 27).
Kompetensi tidak hanya terkait dengan kesuksesan dalam menjalankan tugasnya,
tetapi apakah ia juga berhasil bekerja sama dalam satu tim, sehingga tujuan lembaganya
tercapai sesuai harapan. Kenezevich (dalam Musfah, Jejen, 2011: 28) berpendapat
bahwa, “kompetensi adalah kemampuan untuk mencapai tujuan organisai.” Tugas
individu dalam sebuah lembaga, jelas berbeda dengan pencapaian tujuan lembaga,
meskipun ia sangat berkaitan. Tujuan lembaga hanya mungkin tercapai ketika individu
dalam lembaga itu bekerja sebagai tim sesuai standar yang ditetapkan.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan
kemampuan seseorang yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang dapat
diwujudkan dalam hasil kerja nyata yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya
(Musfah, Jejen, 2011: 29). Ketiga aspek kemampuan ini saling terkait dan mempengaruhi
satu sama lain. Kondisi fisik dan mental serta spiritual seseorang besar pengaruhnya
terhadap produktivitas kerja seseorang, maka tiga aspek ini harus dijaga pula sesuai
standar yang disepakati. Menurut Sudjana kompetensi guru terbagi dalam tiga bagian,
yaitu “bidang kognitif, sikap, dan perilaku (performance). Ketiga kompetensi ini tidak
berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain (Musfah,
Jejen, 2011: 29).
Kemampuan individu dapat berkembang dengan cara pelatihan, praktik, kerja
kelompok, dan belajar mandiri. Pelatihan menyediakan kesempatan seseorang
mempelajari keterampilan khusus. Pengalaman kerja dapat membuat orang semakin
kompeten di bidangnya. Littrell mejelaskan hakikat kompetensi adalah “kekuatan mental
dan fisik untuk melakukan tugas atau keterampilan yang dipelajari melalui latihan dan
praktek (Musfah, Jejen, 2011: 29).
Menjadi guru tidak cukup sekedar untuk memenuhi panggilan jiwa, tetapi juga
memerlukan seperangkat keterampilan dan kemampuan khusus dalam bentuk menguasai
kompetensi guru, sesuai dengan kualifikasi jenis dan jenjang pendidikan jalur sekolah
tempatnya bekerja. Penguasaan dan kemampuan melaksanakan kompetensi secara prima
dalam arti efektif dan efisien, menempatkan profesi guru sebagai sebuah profesi.
Selanjutnya dikatakan pula bahwa profesi berarti juga suatu kompetensi khusus yang
memerlukan kemampuan intekektual tinggi,yaitu mencakup penguasaan atau didasari
pengetahuan tertentu. Unsur terpenting dalam profesi guru adalah penguasaan sejumlah
kompetensi sebagai keterampilan atau keahlian khusus, yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas mendidik dan mengajar secara efektif dan efesien (Darnim,
Sudarwan, 2010: 55-56).
Hubungan antara profesi dengan kompetensi dijelaskan oleh Muhibin Syah dengan
mengatakan pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan.
Kompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme yaitu guru yang profesional adalah
guru yang kompeten (berkemampuan). Karena itu kompetensi profesionalisme guru
dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi
keguruannya dengan kemampuan tinggi. Kompetensi yang harus dimiliki guru yang
profesional menurut Richard D. Kellough (Darnim, Sudarwan, 2010: 56-58) adalah:
a. Guru harus menguasai pengetahuan tentang meteri pelajaran yang diajarkannya.
b. Guru merupakan anggota aktif organisasi profesi guru, membaca jurnal profesional,
melakukan dialoga sesame guru, mengembangkan kemahiran metodologi, membina
siswa dan materi pelajaran.
c. Guru memahami proses belajar dalam arti siswa memahami tujuan belajar, harapan-
harapan dan prosedur yang terjadi di kelas.
d. Guru adalah “perantara pendidikan” yang tidak perlu tahu segala-galanya.
e. Guru melaksanakan perilaku sesuai model yang diinginkan di depan siswa.
f. Guru terbuka untuk berubah , berani mengambil resiko dan sikap bertanggung jawab.
g. Guru tidak berprasangka gender, membedakan jenis kelamin, etnis, agama, penderita
cacat dan status sosial.
h. Guru mengorganisasi kelas dan merencanakan pelajaran secara cermat.
i. Guru merupakan komunikator-komunikator yang efektif.
j. Guru harus berfungsi secara efektif sebagai pengambil keputusan.
k. Guru harus secara konstan meningkatkan kemampuan, misalnya dalam strategi
pembelajaran.
l. Guru secara nyata menaruh perhatian pada kesehatan dan keselamatan siswa.
m. Guru harus optimis terhadap kondisi belajar siswa dan menyiapkan situasi belajar
yang positif dan konstruktif.
n. Guru memperlihatkan percaya diri pada setiap kemampuan siswa dalam belajar.
o. Guru harus terampil dan adil dalam menilai proses dan hasil belajar siswa.
p. Guru harus memperlihatkan perhatian terus menerus dalam tanggunjawab
profesional dalam setiap kesempatan.
q. Guru harus terampil bekerja dengan orang tua atau wali, sesame guru, administrator,
dan memelihara hubungan baik sesuai etika profesional.
r. Guru memperlihatkan minat dan perhatian luas tentang berbagai hal.
s. Guru sebaiknya mempunyai humor yang sehat.
t. Guru harus mampu mengenali secara cepat siswa yang memerlukan perhatian
khusus.
u. Guru harus melakukan usaha khusus untuk memperlihatkan bagaimana materi
pelajaran berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
v. Guru hendaknya dapat dipercaya, baik dalam membuat perjanjian maupun
kesepakatan.
Suharsismi Arikunto mmengatakan bahwa secara garis besarnya kompetensi guru
dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu: Kompetensi personal, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional. Kompetensi personal atau kepribadian guru adalah
kemampuan untuk memiliki sikap/kepribadian yang ditampilakn dalam perilaku yang
baik dan terpuji, sehingga dapat menimbulkan rasa percaya diri dan dapat menjadi
panutan atau teladan bagi orang lain terutama bagi siswanya.
Conny R. Semiawan mengemukan kompetensi guru memiliki tiga kriteria yang
terdiri dari (Darnim, Sudarwan, 2010: 59):
Knowledge criteria, yakni kemampuan Intelektual yang dimiliki seorang guru
yang meliputi penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai belajar dan
tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan dan penyuluhan,
pengetahuan tentang kemasyarakatan dan penegtahuan umum.
Performance criteria, kemampuan guru yang berkaitan dengan berbagai
keterampilan dan perilaku, yang meliputi keterampilan mengajar, membimbing,
menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul dan berkominkasi dengan
siswa dan keterampilan menyusun persiapan mengajar atau perencanaan.
Product criteria, yakni kemampuan guru dalam mengukur kemampuan dan
kemajuan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar.
2. Empat Kompetensi
Dalam perspektif kebijakan nasional, pemerintah telah merumuskan emapat jenis
kompetensi guru, sebagaimana tercantum dalam penjelasan Peraturan Pemerintah No.19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikn, yaitu kompetensi pedagogis,
kepribadian, sosial, dan profesional.
a) Kompetensi Pedagogis
Tugas guru yang utama ialah megajar dan mendidik murid di kelas dan diluar
kelas. Guru selalu berhadapan dengan murid yang memerlukan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap utama untuk menghadapi hidupnya dimasa depan. Menurut
Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:88), yang dimaksud dengan kompetensi
pedagogis adalah :
Kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman
wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman tentang peserta didik; (c)
pengembangan kurikulum/silanus; (d) perencanaan pembelajaran; (e)
pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar;
dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yag dimilikinya.
Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. Seorang guru harus
memahami hakikat pendidikan dan konsep yang terkait dengannya. Diantaranya
yaitu fungsi dan peran lembaga pendidikan. Konsep pendidikan seumur hidupdan
berbagai implikasinya, peranan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan,
pengaruh timbl balik antara sekolah keluarga, dan masyarakat, sistem pendidikan
nasional dan inovasi pendidikan (Musfah, Jejen, 2011: 31).
Pemahaman tentang peserta didik. Artinya adalah guru harus mengenal dan
memahami siswa dengan baik, memahami tahap perkembangan yang telah
dicapainya, kemampuannya, keunggulan dan kekurangannya, hambatan yang
dihadapi serta faktor dominan yang mempengaruhunya. Pada dasarnya anak-anak itu
ingin tahu, dan sebagian tugas guru ialah membantu perkembangankeiingintahuan
tersebut, dan membuat merekan lebih ingin tahu (Musfah, Jejen, 2011: 31).
Pengembangan kurikulum/silabus. Setiap guru menggunakan buku sebagai
bahan ajar. Buku pelajaran banyak tersedia, demikian pula buku penunjang. Guru
dapat mengadaptasi materi yang akan diajarkan dari buku-buku yang distandardisasi
oleh Depdiknas, tepatnya Badab Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP).
Singkatnya, guru tidak perlu repot meulis buku sesuai dengan bidang studinya
(Musfah, Jejen, 2011: 34-35).
Meskipun demikian, menurut Miller dan Seller guru harus memerhatikan
proses pengembangan kurikulum, yang mencakup tiga hal (Musfah, Jejen, 2011: 35):
a. Menyusun tujuan umum (TU) dan tujuan khusus(TK).
b. Mengidentifikasi materi yang tepat.
c. Memilih strategi belajar mengajar.
Perencanaan pembelajaran. Naegie menjelaskan bahwa, “Guru efektif
mengatur kelas merekan dengan prosedur dan mereka menyiapkannya. Di hari
pertama masuk kelas, mereka telah memikirkan apa yang mereka ingin siswa lakukan
dan bagaimana dan bagaimana hal itu harus dilakukan”. Jika guru memberitahu siswa
sejak awal bagaimana guru mengaharapkan mereka bersikap dan belajar di kelas,
guru menegaskan otoritasnya, maka mereka akan serius dalam belajar.
Perencanaan pembelajaran menimbulkan dampak positif (Musfah, Jejen, 2011:
36-37) sebagai berikut ini.
Siswa akan selalu mendapat pengetahuan baru dari guru; tidak akan terjadi
pegulangan materi yang tidak perlu yang dapat mengakibatkan kebosanan
siswa dalam belajar. Pegulangan materi perlu sebatas untuk penguatan.
Menumbuhkan kepercayaan siswa pada guru,sehingga mereka akan senang
dan giat belajar.
Belajar akan menjadi aktivitas yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu oleh
dan bagi siswa, karena mereka merasa tidak akan sia-sia datang belajar ke
kelas. Berbeda perasaan siswa saat berhadapan dengan guru yang mengajar
selalu tanpa persiapan atau kadang siap kadang tidak siap. (mengajar).
Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Pada anak-anak dan
remaja, inisiatif belajar harus muncul dari pada guru, karena mereka pada umumnya
belum memahami pentingnya belajar. Maka, guru harus mampu menyiapkan
pembelajaran yang bisa menarik, menantang, dan tidak monoton, baik dari sisi
kemasan isi atau materinya (Musfah, Jejen, 2011: 37).
Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. “Belajar merupakan proses dimana pengetahuan, konsep, keterampilan
dan perilaku diperoleh, dipahami, diterapkan, dan dikembangkan. Anak-anak
mengetahui perassan mereka melalui rekannya dan belajar. Maka, belajar merupakan
proses kognitif, soisal, dan perilaku (Musfah, Jejen, 2011: 34).
Guru sekolah hendaknya mampu merealisasikan terwujudnya tujuan umum
sekolah. Berikut ini contoh beberapa tujuan sekolah menengah di U.S.A. (Musfah,
Jejen, 2011: 42), yaitu:
a. Membantu siswa berkembang secara intelektual, sosial, fisik, dan emosional.
b. Meningkatkan kesan diri siswa (self-image).
c. Menyediakan kesempatan untuk sukses.
d. Melaksanakan belajar aktif.
e. Menguatkan ekplorasi dan menyediakan keamanan.
b) Kompetensi Kepribadian
BSNP menjelaskan bahwa kompetensi kepribadian, yaitu “kemampuan
kepribadian yang: (a) berakhlak mulia; (b) mantap, stabil, dan dewasa; (c) arif dan
bijaksana; (d) menjadi teladan; (e) mengevaluasi kinerja sendiri; (f) mengembangkan
diri; dan (g) religius” (Musfah, Jejen, 2011: 42-43).
Berakhlak mulia. “pendidikan nasiomal yang bermutu diarahkan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
(BSNP, 2006: 74). Arahan pendidikan nasional ini hanya mungkin terwujud jika guru
memiliki akhlak mulia, sebab murid adalah cermin dari gurunya.
Mantap, stabil, dan dewasa. Menurut Husain dan Ashraf, “jika disepakati
bahwa pendidikan bukan hanya melatih manusia untuk hidup, maka karakter guru
merupakan hal yang sangat penting.” Itu sebabnya, menurut Husain dan Ashraf, “
meskipun murid pulang kerumah meninggalkan sekolah atau kampus guru mereka,
mereka tetap mengenangnya dalam hati dan pikiran mereka, kenangan tentang
kepribadian yang agung dimana mereka pernah berintegrasi dalam masa tertentu
dalam hidup mereka” (Musfah, Jejen, 2011: 43).
Arif dan Bijaksana. “Guru bukan hanya menjadi seorang manusia pembelajar
tetapi menjadi pribadi bijak, seorang saleh yang dapat memengaruhi pikiran generasi
muda”. Seorang guru tidak boleh sombong dengan ilmunya, karena merasa paling
mengetahui dan terampil dibanding guru yang lainnya, sehingga menganggap remeh
dan rendah rekan sejawatnya. Allah SWT mengingatkan orang-orang sombong
dengan firmannya:
“... kami tinggikan derjat orang yang kami kehendaki; dan diatas tiap-tiap
orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang maha mengetahui.” (QS.
Yusuf[12]:76).
Menjadi teladan. Mulyasa menyatakan, “pribadi guru sangat berperan dalam
membentuk pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena manusia merupakan
makhluk yang suka mencontohpribadi gurunya dalam membentuk pribadinya.”
“Secara teoritis, menjadi teladan merupakan bagian integral dari seorang guru,
sehingga menjadi guru berarti menerima tanggung jawab menjadi teladan (Musfah,
Jejen, 2011: 47).
Mengevaluasi kinerja sendiri. Pegalaman adalah guru terbaik. (experience is
the best teacher). Demikian pepatah inggris. Pengalaman mengajar merupakan
modal besar guru untuk meningkatkan mengajar di kelas. Pengalaman di kelas
memberikan wawasan bagi guru untuk memahami karakter anak-anak, dan
bagaimana cara terbaik untuk menghadapi keragaman tersebut. Guru jadi tahu
metode apa yang terbaik bagi mata pelajaran apa, karena ia pernah mencobanya
berkali-kali .
Mengembangkan diri. Di antara sifat yang harus dimiliki guru ialah pembelajar
yang baik atau pembelajar mandiri, yaitu semangat yang besar untuk menuntut ilmu.
Sebagai contohkecil yaitu kegemarannya membaca dan berlatih keterampilan yang
dapat menunjang profesinya sebagai pendidik. Berkembang dan bertumbuh hanya
dapat terjadi jika guru mampu konsisten sebagai pembelajar mandiri, yang cerdas
memanfaatkan fasilitas pendidikan yang ada disekolah dan lingkungannya.
Religius. Ciri religiositas dtambahkan pada kompetensi kepribadian, karena ia
era kaitannya dengan akhlak mulia dan kepribadian seorang muslim. Akhlak mulia
timbul karena seseorang percaya pada Allah sebagai pencipta yang memiliki nama-
nama baik dan sifat yang terpuji. Budi pekerti yang baik tumbuh subur dalam pribadi
yang khusuk dalam menjalankan ibadah vertikal dan horizontal. Pribadi yang selalu
menghayati ritual ibadahdan mengingat Allah akan melahirkan sikap terpuji. Seorang
pendidik muslim harus memiliki sifat-sifat berikut ini (Musfah, Jejen, 2011: 50).
Pengabdi Allah. Tujuan, sikap da pemikirannya untuk mengabdi pada Allah.
Ikhlas. Tujuannya menyebarkan ilmu hanya semata mencari keridhaan Allah.
Sabar dalam menyampaikan pembelajaran kepada para siswa, karena belajar
perlu pengulangan, menggunakan berbagai metode, dan biasanya peserta didik
putus asa untk menguasai pelajaran.
Jujur. Tanda kejujuran ialah guru menjalankan apa yang dikatakannya pada
siswa.
c) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk: (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan teknologi
komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik;
dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar (BSNP, 2006: 88).
Menurut Sukmadinata, “Di antara kemampuan sosial dan personal yang paling
mendasar yang harus dikuasai guru adalah idealisme, yaitu cita-cita luhur yang ingin
dicapai dengan pendidikan.” Cita-cita semacam ini dapat diwujudkan guru melalui
(Musfah, Jejen, 2011: 53):
Kesungguhan mengajar dan mendidik para murid. Tidak peduli kondisi
ekonomi, sosial, politik, dan medan yang dihadapinya. Ia selalu semangat
memberikan pengajaran bagi muridnya.
Pembelajaran masyarakat melalui interaksi atau komunikasi langsung dengan
mereka dibeberapa tempat seperti mesjid, majelis taklim, musholla, pesantren,
balai desa, dan posyandu.
Guru menuangkan dan mengekspresikan pemikiran dan idenya melalui tulisan,
baik dalam bentuk artikel, cerpen, novel, sajak, maupun artikel ilmiah.
d) Kompetensi Profesional
Tugas guru ialah mengajarkan kepada murid. Guru tidak sekedar mengetahui
materi yang akan diajarkannya, tetapi memahaminya secara luas dan mendalam. Oleh
karena itu, murid harus selalu belajar untuk memperdalam pengetahuannya terkait mata
pelajaran yang diampunya. Mennurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 88)
kompetensi profesional adalah:
Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
meliputi: (a) konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang
menaungi/koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum
sekolah; (c) hubungan konsep antarmata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep
keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetisi secara profesional dalam
konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.
Seorang guru harus menjadi orang yang spesial, namun lebih baik lagi jika menjadi
spesial bagi semua siswanya. Guru harus merupakan kumpulan orang-orang yang pintar
di bidangnya masing-masing dan juga dewasa dalam bersikap. Namun yang lebih penting
lagi adalah bagaimana caranya guru tersebut dapat menularkan kepintaran dan
kedewasaannyatersebut pada para siswanya di kelas. Sebab guru adalah jembatan bagi
lahirnya anak-anak cerdas dan dewasa di masa mendatang (Musfah, Jejen, 2011: 54).
C. STANDAR KOMPETENSI GURU
Standar adalah suatu kriteria yang telah ditetapkan dan dikembangkan berdasarkan
atas sumber, prosedur, dan manajemen yang efektif. Sedangkan criteria adalah sesuatu yang
menggambarkan ukuran keadaan yang dikehendaki. Secara konseptual, standar juga dapat
berfungsi sebagai alat untuk menjamin bahwa program-program pendidikan suatu profesi
dapat memberikan kualifikasi kemampuan yang harus dipenuhi oleh calon sebelum masuk
kedalam profesi yang bersangkutan. Sedangkan kompetensi adalah seperangkat tindakan
inteligen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam pekerjaan tertentu. Sifat inteligen harus
ditunjukkan sebagai kemahiran, ketapatan, dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggungjawab
harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan,
teknologi maupun etika (Majid, Abdul, 2006: 4-5). Dapat disimpulkan bahwa standar
kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk
penguasaan pengetahuan dan berperilaku layaknya seorang guru untuk menduduki jabatan
fungdional sesuai bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan.
Standar kompetensi guru bertujuan untuk memperoleh acuan baku dalam
pengukuran kinerja guru untuk mendaptakan jaminan kualitas guru dalam mengingkatkan
kualitas proses pembelajaran. Ruang lingkup standar kompetensi guru meliputi tiga
komponen kompetensi, yaitu: Pertama, Komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran
yang mencakup: (1) penyusunan perencanaan pembelajaran: (2) Pelaksanaan interaksi
belajar mengajar; (3) penilaian prestasi belajar ppeserta didik; (4) pelaksanaan tindak lanjut
hasil penilaian. Kedua, Komponen kompetensi pengembangan potensi yang diorientasikan
pada pengembangan profesi. Ketiga, Komponen kompetensi penguasaan akademik yang
mencakup: (1) pemahaman wawasan kependidikan: (2) penguasaan bahan kajian akademik
(Depdiknas, 2004: 9). Untuk lebih jelasnya rincian komponen kompetensi guru dapat dilihat
pada tabel berikut ini (Majid, Abdul, 2006: 7-9).
Komponen Pengelolaan Pembelajaran
Kompetensi Indikator
1. Penyusunan
perencanaan
pembelajaran
1. Mampu mendeskripsikan tujuan/ kompetensi
pembelajaran
2. Mampu memilih/menentukan materi.
3. Mampu mengorganisisr materi.
4. Mampu menentuakn metode/strategi pembelajaran
5. Mampu menentukan sumber belajar/media/alat praga
pembelajaran.
6. Mampu menyusun perangkat penilaian
7. Mampu menetukan teknik penilaian
8. Mampu mengalokasikan waktu
2. Pelaksanaan
interaksi belajar
mengajar
1. Mampu membuka pelajaran.
2. Mampu menyajikan materi
3. Mampu menggunakan metoda/media
4. Mampu menggunakan alata peraga
5. Mampu menggunakan bahasan yang komunikatif
6. Mampu memotivasi siswa
7. Mampu mengorganisasi kegiatan
8. Mampu berinteraksi dengan siswa secara komunikatif
9. Mampu menyimpulkan pelajaran
10. Mampu memberikan umpan balik
11. Mampu melaksanakan penilaian
3. Penilaian
prestasi belajar
peserta didik
1. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran
2. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat pembeda
3. Mampu memperbaiki soal yang tidak valid
4. Mampu memeriksa jawab
5. Mampu mengklasifikasikan hasil-hasil penelitian
6. Mampu mengolah dan menganalisis hasil penilaian
7. Mampu mengolah hasil penilaian
8. Mampu membuat interpretasi kecenderungan hasil
penilaian
9. Mampu menentukan korelasi antara soal berdasarkan
hasil penilaian
10. Mampu mengidentifikasi tingkat variasi hasil
penilaian
11. Mampu menyimpulkan dari hasil penilaian secara jelas
dan logis.
4. Pelaksanaan
tindak lanjut
hasil penilaian
prestasi belajar
peserta didik
1. Menyusun program tindak lanjut hasil penilaian
2. Mengklasifikasikan kemampuan siswa
3. Mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil
penilaian
4. Melaksanakan tindak lanjut
5. Mengevaluasi hasil tindak lanjut
6. Menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut
D. UJI KOMPETENSI GURU
Untuk meningkatkan kualitas guru, perlu dilakukan suatu sistem pengujiana terhadap kompetensi
guru. Sejalan dengan kebijakan otonomi daerah, beberapa daerah telah melakukan uji kompetensi guru
untuk mengetahui kemampuan guru, untuk kenaikan pangkat dan jabatan, serta untuk mengangkat
kepala sekolah dan wakil kepala sekolah. Uji kompetensi guru atau UKG, baik secara teoritis maupun
secara praktis memiliki manfaat yang sangat penting, terutama dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan melalui peningkatan kualitas guru. Pentingnya UKG dapat dilihat sebagai berikut ini (Mulyasa,
2009: 187-190).
1. Sebagai alat untuk mengembangkan standar kemampuan profesional guru
UKG dapat digunakan untuk mengembangkan standarkemampuan profesional guru.
Berdasarkan hasil ujidapat diketahui kemampuan rata-rata para guru, aspek manayang perlu
ditingkatkan, dan siapa yang perlu mendapat pembinaan secara kontinu, serta siapa yang telah
mencapai standar kemampuan minimal.
2. Merupakan alat seleksi penerimaan guru
Pada saat ini telah banyak calon guru lulusan lembaga pendidikan, baik negeri maupun
swasta yang mengantri menunggu pengangkatan. Banyaknya calon guru mengakibatkan perlunya
seleksi penerimaan guru untuk memilih guru sesuai dengan kebutuhan. Untuk kepentingan
tersebut, perlu ditetapkan kriteria secara umum kompetensi-kompetensi dasar yang
perludipenuhi sebagai syarat menjadi seorang guru. Kriteria ini akan mendorong para calon guru
untuk meningkatkan kualitas dan kompetensinya sehingga diterima dan lulusuji kompetensi.
Melalui uji kompetensi diharapkan dapat terjaring guru-guru yang kompeten, kreatif, profesional;
dan menyenangkan, sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
3. Untuk pengelompokkan guru
Berdasarkan hasil UKG, guru-guru dikelompokkan berdasarkan hasilnya, misalnya
kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok kurang. Untuk kelompok kuranng merupakan
kelompok yang harus mendapat perhatian dan pembinaan agar dapat meningkatkan
kompetensinya.
4. Sebagai bahan acuan dalam pengembangan kurikulum
Keberhasilan pendidikan tercermin dalam kualitas pembelajaran dan keterlibatan peserta
didik dalam proses pembelajaran. Hal ini harus dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan yang
mempersiapkan calon guru atau calon tenaga kependidikan, karena keberhasilan tersebut
terletakn pada berbagai komponen dalam proses pendidikan di lembaga pendidikan. Oleh karena
itu, kurikulum lembaga pendidikanyang mempersiapkan calon guru harus dikembangkan
berdasarkan kompetensi guru. Tujuan, program pendidikan, sistem pembelajaran, dan evaluasi
perlu direncanakan sedemikian rupa agar sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan kompetensi
guru.
5. Merupakan alat pembinaan guru
Untuk memperoleh guru yang kreatif, profesional, dan menyenangkan dalam
menjalankan tugas dan fungsunya, perlu ditetapkan jenis kompetensi yang perlu dipenuhi sebagai
syarat agar seseorang dapat diterima menjadi guru. Dengan adanya syarat yang menjadi kriteria
calon guru, maka akan ada pedoman bagi para administrator dalam memilih, menyeleksi dan
menempatkan guru sesuai karakteristik dan kondisi, serta jenjang sekolah.
6. Mendorong kegiatan dan hasil belajar
Guru yang teruji kompetensinya akan lebih mampu menciptakan suasana pelajaran yang
kondusif, kreatif, efektif, dan menyenangkan agar mampu mengembangkan potensi seluruh
peserta didiknya secara optimal.
E. MATERI UJI KOMPETENSI GURU
Materi uji kompetensi guru dijabarkan dari kriteria profesional. Kriteria profesional
jabatan guru mencakup fisik, kepribadian, keilmuan dan keterampilan sebagai berikut
(Mulyasa, 2009: 190-191).
1. Kemampuan dasar (kepribadian)
a. Beriman dan bertaqwa
b. Berwawasan pancasila
c. Mandiri dan penuh tanggung jawab
d. Berwibawa
e. Berdisiplin
f. Berdedikasi
g. Bersosialisasi dengan masyarakat
h. Mencintai peserta didik dan penuh dan peduli terhadap pendidikannya
2. Kemampuan umum (kemampuan mengajar)
a. Menguasai ilmu pendidikan dan keguruan yang mencakup
1) Psikologi pendidikan
2) Teknologi pendidikan
3) Metodologi pendidikan
4) Media pendidikan
5) Evaluasi pendidikan
6) Penelitian pendidikan
b. Menguasai kurikulum yang mencakup
1) Mampu menganalisis kurikulum, merencanakan pembelajarann,
mengembangkan silabus, dann mendayagunakan sumber belajar.
2) Mampu melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode, kegiatan,
dan alat bentu pembelajaran yang sesuai.
3) Mampu menyusun program perbaikan (remedial) bagi peserta didik yang
kurang mampu.
4) Mampu menyusun program pengayaan bagi peserta didik yang pandai.
c. Menguasai didaktik metodik umum
1) Mampu menggunakan metode yang bervariasi secara tepat
2) Mampu mendorong peserta didik bertanya
3) Mampu membuat alat peraga sederhana
d. Menguasai pengelolaan kelas
1) Menguasai pengelolaan fisik kelas
2) Menguasai pengelolaan pembelajaran
3) Menguasai pengelolaan dan pemanfaatan pajangan kelas
e. Mampu melaksanakan monitoring dan evaluasi peserta didik
1) Mampu menyusun instrumen penilaian kompetensi peserta didik dalam ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik
2) Mampu menilai hasil karya peserta didik, baik melalui tes maupun non tes
(observasi, jurnal, portofolio)
3) Mampu menggunakan berbagai penilaian, baik tertulis, lisan maupun
perbuatan.
f. Mampu mengembangkan dan aktualisasi diri
1) Mampu bekerja dan bertindak secara mandiri untuk memecahkan masalah dan
mengambil keputusan.
2) Mampu berprakarsa, kreatif dan inovatif dalam mengemukakan gagasan baru
dan mempelajari serta melaksanakan hal-hal baru.
3) Mampu meningkatkan kemampuan melalui kegiatan membaca, meulis,
seminar, lokakarya, melanjutkann pendidikan, studi banding, dan berperan
serta dalam organisasi profesi.
3. Kemampuan khusus (pengembangan keterampilan mengajar)
a. Keterampilan bertanya
b. Memberi penguatan
c. Mengadakan variasi
d. Menjelaskan
e. Membuka dan menutup pelajaran
f. Membimbing diskusi kelompok kecil
g. Mengelola kelas
h. Mengajar kelompok kecil dan perorangan
KEPUSTAKAAN
BSNP. 2006. Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menegah. Jakarta.
Mulyasa. 2009. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenankan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Majid, Abdul. 2006. Perencanaan Pembalajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Danim, Sudarman. 2010. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta cv.
Musfah, Jejen. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori
dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.