Proposal Widia Ilvani

40
PENERAPAN COLLABORATIVE LEARNING GROUPS PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMKN 1 AMPEK ANGKEK Proposal Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah Metodologi Penelitian Oleh: WIDIA ILVANI NIM : 2411.026 DOSEN PEMBIMBING: M. IMAMMUDDIN, M.Pd PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI 2013 M/1435 H

description

PENERAPAN COLLABORATIVE LEARNING GROUPS PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XSMKN 1 AMPEK ANGKEK

Transcript of Proposal Widia Ilvani

Page 1: Proposal Widia Ilvani

PENERAPAN COLLABORATIVE LEARNING GROUPS PADA MATA

PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X

SMKN 1 AMPEK ANGKEK

Proposal

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur

Pada Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Oleh:

WIDIA ILVANI

NIM : 2411.026

DOSEN PEMBIMBING:

M. IMAMMUDDIN, M.Pd

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

2013 M/1435 H

Page 2: Proposal Widia Ilvani

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memegang peranan

penting dalam pembentukan pola pikir siswa. Oleh karena itu matematika

merupakan mata pelajaran wajib yang diajarkan di sekolah mulai dari sekolah

dasar, sekolah menengah bahkan perguruan tinggi. Mengingat pentingnya

pelajaran matematika maka guru diharapkan mampu mendidik dan

memotivasi siswa agar tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai.

Menurut Soejadi (2000:30) ”Matematika sebagai salah satu ilmu dasar,

baik aspek terapan maupun aspek penalarannya yang mempunyai peranan

penting dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi”. Oleh karena itu

haruslah mutu pendidikan matematika lebih ditingkatkan sejak dini, hal ini

berguna untuk meningkatkan kualitas SDM yang memiliki kemampuan dalam

menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Islam mengajarkan bahwa Allah SWT telah menciptakan sesuatu

dengan hitungan teliti. Dengan matematika dapat diketahui perkembangan

waktu yang berkembang menjadi ilmu fisika dan perhitungan-perhitungan lain

yang kemudian dikembangkan baik dalam ilmu perkembangan Islam maupun

ilmu lainnya. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Yunus (10) ayat 5:

Artinya:

“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya

dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi

perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan

perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu

Page 3: Proposal Widia Ilvani

2

melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-

Nya) kepada orang-orang yang mengetahui”.

Dapat diketahui bahwa unsur-unsur hidup kita tidak terlepas dari

perhitungan yang telah diatur oleh Allah SWT secara sistematis. Dan juga

dalam menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tak lepas

dari peran matematika yang sangat bermanfaat dalam kehidupan nyata, untuk

itulah siswa seharusnya termotivasi dalam belajar matematika agar tidak

ketinggalan dalam bidang pengetahuan dan teknologi.

Untuk mewujudkan hal di atas maka pemerintah telah melakukan

bermacam-macam usaha diantaranya: meningkatkan kualitas guru,

pemantapan kerja guru, pengembangan dan memperbaharui kurikulum,

penambahan gedung sekolah, ruang kelas, laboratorium, perpustakaan dan

pengembangan fisik lainnya.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru matematika di

SMKN 1 Ampek Angkek, guru mengungkapkan bahwa siswa beranggapan

mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sulit untuk dipahami

maupun dipelajari maka banyak siswa yang tidak memiliki kemauan keras

untuk belajar. Dalam proses pembelajaran yang terjadi cendrung berpusat

pada guru yang sifatnya monoton. Siswa hanya mendengarkan,

memperhatikan, dan mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru sehingga

siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan ide-idenya dan

berfikir kritis. Dan kurangnya interaksi antara guru dengan siswa, dimana

dalam proses pembelajaran guru kurang memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bertanya dan kurangnya interaksi antara siswa dengan siswa,

dimana siswa yang pintar tidak membantu siswa yang kurang pintar.

Pembelajaran seperti ini dapat mengakibatkan hasil belajar siswa

rendah, sehingga motivasi belajar matematika juga tidak ada. Pada tabel

berikut dapat dilihat rata-rata nilai ujian tengah semester matematika semester

Page 4: Proposal Widia Ilvani

3

I siswa yang masih rendah, di mana rata-rata siswa masih di bawah Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 60.

Tabel 1.1

Persentase Ketuntasan Nilai Ujian Tengah Semester Matematika Siswa

Kelas X SMKN 1 Ampek Angkek Tahun Pelajaran 2013/2014

No Kelas Jumlah

Siswa

Nilai <

60

Nilai

60

1 X TB 32 63,7% 36.3%

2 X DKV 24 79.1% 20.9%

3 X ADP 33 84.6% 15.4%

Sumber : Tata Usaha SMKN 1 Ampek Angkek Tahun 2013/2014

Oleh karena itu guru sebagai unsur yang paling penting dalam

pembelajaran harus mampu membangkitkan motivasi belajar siswa dan

menerapkan pembelajaran yang tepat agar siswa lebih aktif dan semangat

dalam belajar. Sardiman (2001:85) menyatakan bahwa “belajar yang baik

diperlukan proses dan motivasi yang baik, karena tanpa motivasi yang baik

maka hasil belajar yang diharapkan tidak dapat tercapai”. Jadi, proses

pembelajaran yang baik tidak terlepas dari peranan guru dalam mengelolanya.

Adapun caranya adalah memilih model pembelajaran yang dapat

menumbuhkan dan mempertahankan motivasi belajar siswa.

Kolaboratif (collaborative Learning) adalah proses pembelajaran yang

dilakukan bersama-sama antara guru dengan siswanya (Dede, 2004: 166).

Collaborative Learning Groups memudahkan para siswa belajar dan bekerja

bersama, saling menyumbangkan pemikiran dan bertanggung jawab terhadap

pencapaian hasil belajar secara kelompok maupun individu. Dengan adanya

collaborative Learning Groups diharapkan kegiatan belajar siswa dapat

meningkat. Dalam proses belajar mengajar, Collaborative Learning Groups

dapat digunakan untuk memberikan pola bervariasi dalam memacu semangat

dan minat siswa.

Page 5: Proposal Widia Ilvani

4

Berdasarkan observasi penulis melihat bahwa kebanyakan siswa sulit

untuk memahami matematika, hal ini disebabkan karena kurangnya minat dan

motivasi dari guru, siswa tidak memahami keterkaitan dan kegunaan belajar

matematika, mereka tidak mempunyai keyakinan bahwa mereka bisa

memahami matematika dan jarang merasa puas dalam belajar. Berdasarkan

uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul :“Penerapan Collaborative Learning Groups Pada Mata Pelajaran

Matematika Siswa Kelas X SMKN 1 Ampek Angkek”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas peneliti

mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar matematika siswa rendah.

2. Pembelajaran masih terpusat pada guru

3. Kurangnya interaksi antara guru dengan siswa

4. Aktivitas siswa dalam belajar matematika belum dikembangkan secara

optimal sehingga siswa pasif dalam belajar.

C. Batasan Masalah

Untuk mencapai sasaran yang diharapkan dan tidak menyimpang dari

ruang lingkup penelitian maka penulis membatasi permasalahan yang akan

diteliti yaitu menenai Aktifitas siswa selama proses pembelajaran dengan

menerapkan Collaborative Learning Gruops dan hasil belajar matematika

siswa setelah dilakukan penerapan Collaborative Learning Groups.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut :

“Apakah aktifitas belajar dan hasil belajar matematika siswa yang

menggunakan Collaborative Learning Groups lebih baik dari pada

pembelajaran konvensional ?”.

Page 6: Proposal Widia Ilvani

5

E. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui aktifitas belajar

dan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan Penerapan

Collaborative Learning Groups lebih baik dari pada pembelajaran

konvensional.

F. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian yang didapatkan berguna bagi:

1. Guru Matematika, khususnya guru matematikan di SMKN 1 Ampek

Angkek sebagai bahan masukan dalam melaksanakan pengajaran yang

dapat diterapkan di sekolah.

2. Pimpinan sekolah, sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu

pendidikan di sekolah.

Page 7: Proposal Widia Ilvani

6

BAB II

KERANGKA TEORETIS

A. Kajian Teori

1. Tinjauan Tentang Pembelajaran Matematika

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi antara guru

dan siswa sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang lebih baik. Pada

pembelajaran terjadi kegiatan belajar mengajar yang merupakan suatu

kegiatan yang sejalan dan searah. Slameto (2003: 2) mengemukakan

bahwa:

“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya”.

Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan

suatu proses kegiatan melalui interaksi untuk memperoleh pengetahuan

dan keterampilan baru yang menghasilkan perubahan tingkah laku kearah

yang lebih baik. Perubahan-perubahan tingkah laku kearah yang lebih

baik, perubahan-perubahan tingkah laku tersebut tidak terlepas dari tugas

dan fungsi guru sebagai pendidik dalam suatu proses pembelajan.

Begitupun pembelajaran matematika tidak terlepas dari adanya

suatu perubahan-perubahan dalam individu yang belajar. Teori belajar

Gagne yang dikutip oleh Suherman (2003:33) menyatakan bahwa:

“Dalam belajar matematika ada dua objek yang akan diperoleh

siswa yaitu objek langsung dan tak langsung. Objek antara lain

kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar

mandiri bersikap positif terhadap matematika, dan tahu bagaimana

semestinya belajar. Sedangkan objek langsung berupa fakta,

keterampilan, konsep dan aturan”.

Page 8: Proposal Widia Ilvani

7

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa dituntut

untuk menemukan fakta, keterampilan, konsep dan aturan tertentu dalam

pembelajaran matematika. Agar dapat menemukan semua itu siswa

diharapkan dapat berinteraksi, mempunyai kemampuan menyelidiki dan

mampu memecahkan masalah. Dalam hal ini siswa dituntut untuk terlibat

aktif dan berpatisipasi dalm pembelajaran, dengan demikian diharapkan

hasil belajar yang diperoleh dapat menjadi lebih baik.

Dalam matematika Nikson yang dikutip oleh Muliyardi (2003: 3)

menyatakan bahwa :

“Pembelajaran matematika adalah upaya membantu siswa untuk

mengkontruksikan konsep-konsep atau prisip-prinsip matematika

dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga

konsep-konsep atau prinsip-prinsip itu terbangun kembali”.

Kutipan diatas mengungkapkan bahwa pemelajaran matematika

bertujuan untuk membangkitkan inisiatif dan peran siswa dalam belajar.

Istilah pembelajaran untuk menggambarkan pada siswa lebih banyak

berperan dalam mengkontruksikan pengetahuan bagi dirinya, dan bahwa

pengetahuan itu bukan hasil proses tranformasi bagi guru.

2. Tinjauan Tentang Collaborative Learning Groups

Pembelajaran kolaboratif (collaborative Learning) adalah proses

pembelajaran yang dilakukan bersama-sama antara guru dengan siswanya

(Dede, 2004: 166). Hakikat pembelajaran kolaboratif adalah belajar yang

saling membantu antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa.

Collaborative Learning Groups memudahkan para siswa belajar

dan bekerja bersama, saling menyumbangkan pemikiran dan bertanggung

jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara kelompok maupun

individu. Dengan adanya collaborative Learning Groups diharapkan

kegiatan belajar siswa dapat meningkat. Dalam proses belajar mengajar,

Collaborative Learning Groups dapat digunakan untuk memberikan pola

bervariasi dalam memacu semangat dan minat siswa.

Page 9: Proposal Widia Ilvani

8

Collaborative Learning Groups merupakan salah satu cara untuk

memotivasi siswa dalam belajar dan memberikan kesempatan untuk

mengembangkan materi pelajaran, Inti pembelajaran Collaborative

Learning Groups adalah bahwa para siswa belajar dalam kelompok-

kelompok kecil, antara anggota kelompok saling belajar dan

membelajarkan untuk mencapai tujuan bersama. Keberhasilan kelompok

adalah keberhasilan individu dan demikian pula sebaliknya.

Menurut Gunawan (2003 : 199), ada lima elemen penting yang harus

ada dalam Collaborative Learning Groups yaitu :

a. Interdependen yang positif (perasaan kebersamaan).

b. Interaksi face to face atau tatap muka yang saling mendukung (saling

membantu, saling menghargai, memberi selamat dan sukses bersama).

c. Tanggung jawab indinidu dan kelompok (demi keberhasilan

pembelajaran).

d. Kemampuan komunikasi antar pribadi dan komunikasi dalam kelompok

kecil (komunikasi, rasa percaya, kepemimpinan, dan pembuatan

keputusan).

e. Pemrosesan secara kelompok (melakukan refleksi terhadap fungsi dan

kemampuan mereka bekerja saam dalam suatu kelompok, dan

bagaimana untuk mampu berprestasi untuk lebih baik).

Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari Collaborative Learning

Groups adalah. Menurut Gunawan (2003 : 203-204) Beberapa kelebihan

dari Collaborative Learning Groups sebagai berikut:

a) Melatih rasa peduli, perhatian dan kerelaan untuk berbagi.

b) Meningkatkan rasa penghargaan terhadap orang lain.

c) Melatih kecerdasan emosinal.

d) Mengutamakan kepentingan kelompok dari pada pribadi.

e) Mengasah kecerdasan interpesonal

f) Melatih kemampuan bekerja sama, team work

Page 10: Proposal Widia Ilvani

9

g) Melatih kemampuan mendengarkan pendapat orang lain.

h) Kemampuan komunikasi.

i) Murid tidak malu bertanya kepada temannya sendiri.

j) Kecepatan dan hasil belajar meningkat pesat.

k) Peningkatan daya ingat terhadap materi yang dipelajari.

l) Meningkatkan motivasi dan suasana belajar.

Beberapa kekurangan yang mungkin timbul dalam Collaborative

Learning Groups adalah :

a. Siswa yang pintar, merasa dirugikan karena harus repot-repot

membantu temannya.

b. Beberapa siswa keberatan karena nilai yang mereka peroleh

ditentukan oleh prestasi kelompok.

c. Bila kerja sama tidak berjalan dengan baik, maka yang bekerja hanya

beberapa murid yang aktif dan yang pintar saja.

Untuk mengatasi kekurangan dari Collaborative Learnings Group

diatas, yang dilakukan guru yaitu:

1. Siswa yang pintar, merasa dirugikan karena harus repot-repot

membantu temannya. Disini guru harus berusaha supaya siswa yang

pintar itu tidak beranggapan bahwa dia merasa dirugikan misalnya

dalam kelompok itu minta anggota yang lain untuk sama-sama

memahami tugas yang diberikan.

2. Beberapa siswa keberatan karena nilai yang mereka peroleh

ditentukan oleh prestasi kelompok. Guru memberikan nilai yang lebih

pada siswa itu.

3. Bila kerja sama tidak berjalan dengan baik, maka yang bekerja hanya

beberapa murid yang aktif dan pintar saja. Guru harus berusaha agar

anggota dalam kelompok itu aktif semua, apabila ada siswa yang

kurang aktif dalam kelompoknya guru mendekati siswa itu dan

Page 11: Proposal Widia Ilvani

10

meminta agar siswa itu ikut bekerja sama dalam kelompoknya.

Apabila siswa itu tidak mau, guru mengurangi nilainya. Karena takut

akan dikurangi siswa itu akan berusaha untuk bekerja sama dalam

kelompoknya.

Dalam pelaksanaan Collaborative Learning Groups ini penulis

berpedoman pada prosedur yang dikemukakan oleh Silberman (2006: 166)

langkah-langkah dalam kelompok belajar dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Beri siswa materi yang pendek dan terformat dengan baik, naskah

singkat, grafik atau diagram yang menarik.

b. Bentuklah kelompok dan beri mereka ruang yang tenang untuk

melaksanakan pembelajaran.

c. Beri petunjuk yang jelas yang membantu siswa untuk belajar dan

menjelaskan dengan cermat.

d. Beri tugas kepada anggota kelompok, misalanya sebagai fasilitator,

pengatur waktu, pencatat atau juru bicara.

e. Perintahkan siswa untuk kembali ke posisi semula dan lakukan salah

satu atau beberapa hal berikut:

1) Membahas materi secara bersama

2) Berikan siswa pertanyaan kuis

3) Dapatkan pertanyaannya.

4) Perintahkan siswa untuk menilai seberapa baik mereka memahami

materi.

5) Sediakan latihan penerapan atau kuis bagi siswa untuk menguji

pemahaman mereka.

Berdasarkan prosedur yang dikemukakan oleh Silberman diatas

penulis memodifikasi sebagai berikut:

a). Sebelum guru memulai pelajaran kegiatan pembelajaran terlebih

dahulu guru menjelaskan tentang Collaborative Learning Groups.

Page 12: Proposal Widia Ilvani

11

b). Guru menjelaskan materi pelajaran dengan ringkas kepada siswa.

c). Guru membagi siswa atas beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5

orang, pengelompokan ini dibentuk berdasarkan kemampuan siswa.

d). Guru membagi materi pelajaran sesuai dengan banyak kelompok

yang telah dibentuk.

e). Guru memberikan materi tersebut pada masing-masing kelompok

untuk dipelajari secara bersama-sama didalam kelompoknya.

f). Guru memberi waktu pada siswa untuk mempelajari materi pelajaran

dalam kelompoknya secara bersama- sama.

g). Guru meminta salah satu kelompok untuk menjelaskan materi yang

dipelajari diberikan. Kelompok yang pertama tampil yaitu kelompok

yang mendapat materi pelajaran awal. Guru menunjuk salah satu

anggota kelompok untuk menjelaskan materi pelajaran, dan satu

orang lagi mengerjakan contoh soal.

h). Guru meminta siswa yang tampil tadi untuk kembali ke anggota

kelompoknya.

i). Guru meminta kelompok lain menanggapi memberi pertanyaan

tentang materi yang telah disampaikan oleh kelompok yang tampil.

j). Kelompok yang tampil harus berusaha menjawab pertanyaan dari

kelompok lain, apabila kelompok yang tampil tidak bisa menjawab

pertanyaan, guru meminta kelompok lain untuk menjawabnya,

apabila kelompok lain tidak bisa maka guru berusaha untuk

menjawab dan menjelaskan sampai siswa itu mengerti.

k). Setelah selesai menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kelompok lain,

guru meminta kelompok itu untuk duduk ditempat semula.

l). Guru meminta kelompok yang mendapat urutan kedua untuk

menjelaskan materi pelajaran berikutnya. Kegiatan sama seperti

kelompok pertama.

Page 13: Proposal Widia Ilvani

12

3. Pembentukan Kelompok Pada Collaborative Learning Groups

Pembentukan kelompok dalam Collaborative Learning Groups

dapat dilakukan dengan memperhatikan tiga hal berikut:

1) Pengelompokan yang dilakukan dengan menggunakan acuan

level kemampuan harus dengan hati-hati. Satu hal yang sering

menjadi kendala adalah bagaimana kita membuat kelompok

mrmjadi efektif? Dalam praktek di dalam kelas, usahakan

membuat kelompok yang terdiri dari beberapa murid dengan

kemampuan yang berbeda.

2) Jumlah anggota kelompok harus diusahakan sedikit. Dari hasil

praktek dan pengamatan yang telah dilakukan selama ini, jumlah

ideal dan paling efektif yaitu 3, 4, dan maksimal 5 orang murid.

3) Collaborative Learning Groups harus diterapkan secara

konsisten dan sistematik, tetapi tidak boleh digunakan secara

berlebihan.

4. Tinjauan Tentang Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran

Manusia dan aktivitas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan, dimana dengan aktivitas manusia dapat mewujudkan semua

yang diinginkannya. Dalam kegiatan pembelajaran terdapat bermacam-

macam aktivitas yang dapat dilakukan siswa, namun mempunyai satu

tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal.

Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan

pembelajaran sangat menentukan berhasil atau tidaknya siswa dalam

memahami materi yang dipelajarinya. Sardiman (2001:15) mengatakan

bahwa “siswa merupakan sentral, maka aktivitas siswa merupakan syarat

mutlak berlangsungnya interaksi belajar mengajar”. Aktivitas-aktivitas

siswa yang dapat dilakukan selama pembelajaran berlangsung menurut

Sardiman (2001: 15) adalah:

Page 14: Proposal Widia Ilvani

13

a. Visual activitas, seperti: membaca, memperhatikan gambar,

demonstrasi, percobaan.

b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.

c. Listening activities, seperti: mendengarkan, uraian, percakapan,

diskusi, pidato.

d. Writing activities, seperti: menulis cerita, laporan, angket.

e. Drawing activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta,

diagram.

f. Motor activities, yang termasuk di dalamnya melakukan percobaan,

membuat kontruksi, model, mereparasi.

g. Mental activities, seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal,

menganalisa, melihat hubungan, melihat hubungan, mengambil

keputusan.

h. Emotional activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, berani, tenang, gugup.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran tidak hanya aktif secara fisik

tetapi juga aktif secara non fisik. Aktifitas siswa tersebut dapat dilihat

dalam beberapa hal. Sudjana yang dikutip juwita (2009: 17) mengatakan

bahwa keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal:

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.

b. Terlibat dalam pemecahan masalah.

c. Bertanya kepada siswa lainnya atau kepada guru apabila tidak

memahami persoalan yang dihadapi.

d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk

pemecahan masalah.

e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.

f. Memiliki kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.

g. Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal yang sejenis.

Page 15: Proposal Widia Ilvani

14

h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah

diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang

dihadapinya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa aktifitas siswa dalam kegiatan

pembelajaran merupakan penentu apakah pembelajaran yang dilakukan

dapat berjalan dengan baik atau tidak. Aktivitas siswa dalam pembelajaran

terbagi dua komponen yaitu: aktivitas yang bersifat negatif dan aktivitas

yang bersifat positif. Adapun aktivitas yang bersifat positif meliputi:

memahami materi pelajaran, menjawab soal dengan baik, bertanya,

memberi saran, dan lainnya. Sedangkan aktivitas siswa yang bersifat

negatif seperti: membuat keributan dalam kelas, mengganggu teman, tidak

memperhatikan pelajaran dan lainnya.

5. Tinjauan Tentang Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran secara

klasikal dengan metode ceramah ataupun eksipotori dan pemberian tugas

secara individu. Proses pembelajaran masih beriontasi pada guru. Pada

umumnya keberhasilan belajar hanya dinilai secara subjektif, maksudnya

hanya menilai hasil ujian.

Dapat dikatakan bahwa pembelajaran konvensional lebih

menitikberatkan pada keaktifan siswa, Pembelajaran konvensional yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran biasa yang

dilaksanakan dengan metode ekdipotori. Sebagaimana yang Dikemukakan

oleh Erman (2003: 203) yaitu:

”Pada metode ekspotori dominasi guru banyak berkurang, karena

tidak terus menerus berbicara. Ia berbicara pada awal pelajaran,

menerangkan materi dan contoh soal dan pada waktu-waktu yang

diperlukan saja. Siswa tidak hanya mendengar dan membuat

catatan tetapi juga membuat soal latihan dan bertanya kalau tidak

Page 16: Proposal Widia Ilvani

15

mengerti, guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara individual,

menjelaskan lagi kepada siswa secara individual atau klasikal.”

Berdasarkan kutipan diatas, kegiatan guru meliputi menerangkan

materi pelajaran di depan kelas secara langsung dilanjutkan dengan tanya

jawab mengenai materi yang dipelajari. Kemudian, guru memberikan

contoh soal dan soal-soal latihan kepada siswa serta diakhiri dengan

pemberian tugas atau pekerjaan rumah.

6. Tinjauan Tentang Hasil Pembelajaran Matematika

a. Kriteria Keberhasilan Pembelajaran

Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari segi hasil, asumsi

dasar adalah proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil

belajar yang optimal pula, dimana ada kolerasi antara proses

pembelajaran dengan hasil yang dicapai. Hasil belajar adalah

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses

pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan

informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai

tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari

informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-

kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun

individu (http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-

hasil-belajar/)

Dalam Islam juga diterangkan dalam Q.S AL-An’am ayat 132

yang berbunyi:

Page 17: Proposal Widia Ilvani

16

Artinya: “Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat

(seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu

tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”.

(QS. Al-An’am: 132)

Pada ayat di atas Allah menjelaskan bahwa seseoarang akan

memperoleh derajat yang sesuai dengan apa yang dikerjakannya.

Apabila seorang siswa yang rajin belajar maka ia akan mendapat

rangking di kelasnya dan dianggap pintar oleh teman-temannya. Untuk

itu keberhasilan yang dimiliki seseorang diperoleh melalui usaha dan

tekad sungguh-sungguh yang dilakukan oleh orang tersebut.

Adapun kriteria keberhasilan pembelajaran itu menurut Sudjana

(2004: 35) adalah:

1) Kriteria ditinjau dari sudut proses.

Kriteria dari sudut proses menekankan kepada pengajaran

sebagai suatu proses haruslah merupakan interaksi dinamis

sehingga siswa sebagai subjek yang belajar mampu

megembangkan potensinya melalui belajar sendiri dan

tujuan yang telah ditetapkan tercapai secara efektif.

2) Kriteria ditinjau dari sudut hasil yang dicapai.

Kriteria dari segi hasil menekankan pada tingkat

penguasaan tujuan oleh siswa baik dari segi kualitas

maupun kuantitas.

Kedua kriteria ini tidak bisa berdiri sendiri tetapi harus

merupakan hubungan sebab dan akibat, dengan kriteria tersebut berarti

pengajaran bukan hanya mengejar hasil tetapi keduanya ada dalam

keseimbangan. Dengan adanya proses pembelajaran yang baik akan

memberikan hasil yang tidak baik pula.

Page 18: Proposal Widia Ilvani

17

b. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran Siswa.

Dalam kegiatan pembelajaran terdapat dua faktor yang dapat

mempengaruhi keberhasilan siswa di sekolah, diantaranya adalah:

1) Faktor Dari Dalam Diri Siswa.

Faktor yang datang dari dalam diri siswa besar sekali pengaruhnya

terhadap hasil belajar yang dicapai. Menurut Clark yang dikutip

oleh Sudjana (2004:39): “ menyatakan bahwa hasil belajar siswa di

sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% oleh

lingkungan”. Dengan demikian seorang siswa harus berusaha

mengerahkan segala daya dan upaya untuk mencapai hasil belajar

yang maksimal.

2) Faktor Dari Luar Diri Siswa.

Faktor yang berada diluar diri siswa dapat menentukan atau

mempengaruhi hasil belajar yang dicapainya. Menurut Caroll yang

dikutip Sudjana (2004: 40) berpendapat bahwa:

”Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor,

yakni (a). Bakat pelajar, (b). Waktu yang tersedia untuk belajar, (c).

Waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, (d).

Kualitas pengajaran, dan (e). Kemampuan individu”.

Dengan adanya bakat atau kemampuan yang ada pada siswa akan

menentukan minat dan motivasi siswa dalam belajar. Sehingga

makin tinggi kualitas pengajaran dan kemampuan yang ada pada

siswa, maka makin tinggi pula hasil belajar yang diperoleh oleh

siswa tersebut.

B. Penelitian yang Relevan

a. Baitul Rahmi (2009), dengan penelitin yang berjudul “ Penerapan

Pembelajaran Kolaboratif Dengan Teknik Kuis Tim Dalam Pembelajaran

Matematika Di Kelas X SMAN 1 Tilatang Kamang ”. Penelitian ini

Page 19: Proposal Widia Ilvani

18

bertujuan untuk mengetahui apakah dengan Pembelajaran Kolaboratif

Dengan Teknik Kuis Tim mempengaruhui hasil belajar siswa. Hasil yang

diperoleh dari penelitian tersebut adalah hasil belajar matematika siswa

yang menggunakan pembelajaran aktif Kolaboratif dengan Teknik Kuis

Tim lebih baik dari pada hasil belajar matematika yang menggunakan

pembelajaran konvensional.

b. Juwita Enria (2009), dengan penelitian yang berjudul “ Penerapan

Pembelajaran Aktif Tipe Collaborative Learning Group Terhadap Hasil

Belajar Matematika Kelas VIII SMP Negeri 1 Rao”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran Aktif Tipe Collaborative

Learning Group mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Pada

penelitian ini, kelas ekperimen diajarkan dengan dan kelas kontrol

dengan pembelajaran konvensional. Hasil yang diperoleh dari penelitian

tersebut adalah hasil belajar matematika siswa yang menggunakan

Pembelajaran Aktif Tipe Collaborative Learning Group lebih baik dari

pada hasil belajar matematika yang menggunakan pembelajaran

konvensional.

C. Kerangka Konseptual

Salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar matematika

disekolah adalah siswa hanya menghafal materi pelajaran, bukan

menyelesaikan tugas, menyelesaikan suatu masalah saja tetapi siswa itu

diajak berinteraksi dalam belajar. Guru sebagai salah satu faktor penentu

keberhasilan belajar harus mampu melaksanakan dan merencanakan

kegiatan belajar mengajar dengan sebaik-baiknya, guru harus mampu

memanfaatkan mengorganisasikan semua yang tersedia secara optimal

demi tercapainya hasil belajar yang optimal.

Dalam proses pembelajaran diperlukan satu atau lebih metode

pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika, sehingga

menimbulkan dan meningkatkan motivasi dan aktifitas siswa dalam

Page 20: Proposal Widia Ilvani

19

belajar. Collaborative Learning Groups merupakan satu metode yang

dapat digunakan dan dengan metode ini siswa dapat berpatisifasi aktif

dalam mempelajari materi pelajaran. Dan dapat meningkatkan keterlibatan

aktivitas siswa baik dalam mengembangkan demokrasi didalam kelas,

sehingga terjadi perbaikan pola interaksi siswa dengan sumber belajar.

Berdasarkan latarbelakang dan kajian teori yang di kemukakan

sebelumnya, maka kerangka konseptual dari penelitian sebagai beriku:

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah

berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan, hipotesis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut: “ Hasil belajar matematika siswa

yang diajarkan menggunakan Collaborative Learning Groups lebih baik

dari pada yang menggunakan pembelajaran konvensional dikelas X

SMKN 1 Ampek Angkek”.

Pembelajaran

Kelas Eksperimen

Pembelajaran dengan

menggunakan collaborative

learning groups

Group Grou groups

Kelas kontrol

Pembelajaran dengan

menggunakan metode

konvensional

Hasil belajar Hasil belajar

Perbandingan

Page 21: Proposal Widia Ilvani

20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Penelitian

ini direncanakan dan diteliti untuk mengumpulkan bukti-bukti yang ada

hubungannya dengan hipotesis. Nazir (2005: 64) menyatakan bahwa:

“Tujuan dari penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki ada

tidaknya hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat

tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa

kelompok eksperimen dan menyediakan kelompok kontrol untuk

perbandingan”.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Control

Group Only Design. Menurut Suryabrata (2004:104) jenis penelitian

Randomized Control Only Design dapat digambarkan seperti tabel berikut:

Tabel 3.1

Rancangan Penelitian

Kelas Perlakuan Postest

Eksperiment

Kontrol

X

-

T

T

Keterangan:

T : Tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen dan kontrol

pada akhir penelitian .

X : Pembelajaran dengan menerapakan collaborative learning

gruops.

B. Populasi dan Sampel

1. populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMKN

1 Ampek Angkek pada semester I Tahun Pejaran 2013/2014. Adapun

Page 22: Proposal Widia Ilvani

21

banyaknya siswa sebanyak 89 orang yang tersebar dalam tiga kelas.

Distribusi siswa kelas X dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.2

Jumlah Siswa kelas X SMKN 1 Ampek Angkek

Tahun Ajaran 2013/2014

Kelas Jumlah siswa (orang)

X TB 32

X DKV 24

X ADP 33

Sumber : Tata Usaha SMKN 1 Ampek Angkek Tahun 2013/2014

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.

Sampel yang dipilih dalam penelitian haruslah representatif yang

menggambarkan keseluruhan karakteristik dari suatu populasi.

Berdasarkan masalah yang akan diteliti maka penulis memerlukan dua

kelompok sampel. Penentuan sampel ini dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a) Mengumpulkan data nilai ujian tengah semester matematika siswa

kelas X SMKN 1 Ampek Angkek Melakukan uji normalitas,

homogenitas variansi dan kesamaan rata-rata populasi. Pengujian

ini dilakukan dengan menggunakan rumus statistik dan bantuan

"Software SPSS" yaitu:

1) Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk melihat apakah sebaran data

populasi mendekati nilai rata-rata dan berdistribusi normal atau

tidak. Uji yang digunakan adalah uji Liliefors. Adapun langkah-

langkahnya menurut Sudjana (2005: 466) adalah sebagai berikut:

1) Menyusun skor siswa dari yang rendah sampai yang tinggi.

Page 23: Proposal Widia Ilvani

22

2) Berdasarkan skor mentah atau sampel akan diuji hipotesis nol

bahwa sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal

melawan hipotesis tandingan bahwa distribusi tidak normal.

Untuk menguji hipotesis nol tersebut dilakukan beberapa

langkah di bawah ini:

a) Skor mentah dijadikan sebagai bilangan baku

nzzzz ,...,,, 321 dengan rumus s

xxz i

i

ix Skor ke i

x = Skor rata-rata

s = Standar deviasi

b) Untuk tiap bilangan baku dan dengan menggunakan daftar

distribusi normal baku hitung peluang ii zzPzF )( .

c) Hitung proporsi nzzzz ,...,,, 321 yang lebih kecil atau sama

dengan iz . Proporsi ini dinyatakan dengan )( izS dengan

rumus: n

zS iin21 z yang z,...,z,z banyaknya

)(

d) Menghitung selisih )( izF dan )( izS , kemudian

menghitung harga mutlaknya.

Harga mutlak terbesar dinyatakan dengan oL

Untuk menolak atau menerima hipotesis nol bandingkan

antara oL dengan nilai kritis L pada uji Liliefors.

Kriteria pengujiannya:

Jika oL < tabelL berarti data sampel berdistribusi normal

Jika oL > tabelL berarti data sampel tidak berdistribusi normal

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah populasi

memiliki keragaman yang sama atau tidak. Uji homogenitas ini

Page 24: Proposal Widia Ilvani

23

menggunakan uji Bartlett, adapun langkah-langkahnya menurut

Sudjana (2005: 263):

a. Menghitung variansi gabungan dari semua populasi dengan

menggunakan rumus:

1

1 2

2

i

ii

n

sns

b. Menentukan harga satuan Bartlett (B) dengan rumus:

1log 2

insB

c. Untuk uji Bartlett digunakan statistik uji chi-kuadrat dengan

rumus:

22 log110 ii SnBLn

Kemudian bandingkan harga 2

hitung dengan harga 2

tabel yang

diperoleh dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan dk = k – 1.

Jika 2

hitung < 2

tabel maka populasi mempunyai variansi yang

homogen.

3) Untuk menguji kesamaan rata-rata populasi, digunakan analisis

variansi satu arah, analisis ini dengan menggunakan rumus :

1

1

i

x

x

n

DK

A

F

Jika hitungF < tabelF maka populasi mempunyai rata-rata yang sama.

b) Jika setiap kelas dari populasi sudah berdistribusi normal, variansinya

homogen dan memiliki kesamaan rata-rata, maka pengambilan sampel

dilakukan dengan teknik Random Sampling, yaitu pengundian secara

acak dan ditetapkan bahwa kelas yang terambil pertama adalah kelas

eksperimen dan kelas terambil kedua adalah kelas kontrol. Jika data

tidak normal maka proses pengambilan sampel dilakukan dengan

Page 25: Proposal Widia Ilvani

24

Purposive Sampling, yaitu penarikan sampel dengan menggunakan

pertimbangan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan

penelitian.

C. Variabel dan Data Penelitian

1. Variabel

Suryabrata (2002:25) mengemukakan bahwa ”Variabel adalah

segala sesuatu yang akan menjadi objek penelitian”. Sesuai dengan

permasalahan dalam penelitian ini maka yang menjadi variabelnya adalah:

1) Variabel bebas: Pembelajaran menggunakan Tipe Kerjasama

Kelompok Belajar. (Collaborative Learning Groups)

2) Variabel terikat: Hasil belajar matematika siswa dikedua kelas sampel.

2. Data

Arikunto (2002:96) menyatakan bahwa data adalah hasil

pencatatan penelitian baik berupa fakta maupun angka.

1). Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder:

a). Data Primer yaitu data yang langsung diperoleh dari subjek yang

diteliti. Dalam hal ini data primer adalah hasil belajar matematika

siswa di kedua kelas sampel.

b). Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain. Sebagai

data sekunder pada penelitian ini adalah nilai jumlah siswa kelas X

dan data nilai ujian tengah semester I kelas X SMKN 1 Ampek

Angkek tahun pelajaran 2013/2014.

2). Sumber Data

a). Seluruh siswa kelas X SMKN 1 Ampek Angkek tahun pelajaran

2013/2014 yang dipilih menjadi sampel untuk memperoleh data

primer.

Page 26: Proposal Widia Ilvani

25

b). Guru matematika kelas X SMKN 1 Ampek Angkek untuk

memperoleh data tentang nilai ujian tengah semester I matematika

siswa.

c). Tata Usaha SMKN 1 Ampek Angkek untuk memperoleh data

siswa kelas X yang terdaftar pada tahun ajaran 2013 / 2014.

D. Prosedur Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan perlu disusun

prosedur yang sistematis. Dimana prosedur dalam penelitian ini adalah:

1. Tahap persiapan.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah :

a. Meninjau sekolah tempat penelitian yang akan diadakan.

b. Mempersiapkan surat izin penelitian.

c. Konsultasi dengan guru pamong yang bersangkutan.

d. Menentukan kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas control.

e. Membuat Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

pokok bahasan yang akan menjadi bahan penelitian.

f. Mempersiapkan soal-soal untuk bahan evaluasi bagi siswa.

g. Mempersiapkan lembaran observasi.

h. Membuat kisi-kisi tes hasil belajar.

i. Mempersiapkan tes akhir.

2. Tahap pelaksanaan

1. Pada kelas eksperimen

Pada kelas eksperimen pembelajaran yang dilaksanakan adalah

dengan menerapkan Collaborative Learning Groups. Langkah-langkah

Collaborative Learning Groups adalah sebagai berikut:

a. Pendahuluan

a). Guru membuka pelajaran.

b). Guru menyampaikan indikator.

c). Guru melakukan apersepsi dan motivasi.

b. Kegiatan Inti

Page 27: Proposal Widia Ilvani

26

a) Sebelum guru memulai pelajaran kegiatan pembelajaran

terlebih dahulu guru menjelaskan tentang Collaborative

Learning Groups.

b) Guru menjelaskan materi pelajaran secara ringkas kepada

siswa.

c) Siswa diminta untuk duduk pada kelompok masins-masing

yang telah ditentukan.

d) Guru menuliskan pembagian materi pelajaran dikertas kecil

sesuai dengan banyak kelompok, berupa materi yang akan

dipelajari dan dijelaskan oleh masing-masing kelompok

didepan kelas. Kemudian kertas itu digulung dan salah satu dari

anggota kelompok disuruh mengambil satu kertas kecil

tersebut. Kemudian guru memonitor siswa dalam mengerjakan

pekerjaan masing-masing dalam kelompok.

e) Setiap kelompok diminta untuk mempelajari materi yang

diberikan beserta mengerjakan contoh-contoh soal yang ada

pada buku paket.

f) Guru meminta setiap kelompok menampilkan hasil pekerjaan

kelompok mereka. Kelompok yang tampil pertama adalah

kelompok yang mendapat materi awal.

g) Guru meminta kelompok lain untuk bertanya kepada kelompok

yang tampil tentang hal yang tidak dipahami, kelompok yang

tampil menjawab pertanyaan itu, apabila jawaban dari

kelompok itu kurang tepat guru berusaha untuk menjelaskan

kembali.

h) Guru meminta kelompok yang tampil untuk duduk

dikelompok mereka.

i) Guru meminta kelompok berikutnya tampil kedepan kelas

untuk menjelaskan materi yang mereka pelajari dalam

kelompok mereka.

Page 28: Proposal Widia Ilvani

27

j) Setelah diskusi selesai, guru menjawab pertanyaan yang tidak

bisa dijawab oleh siswa dan hasilnya dikumpulkan.

c. Penutup

1) Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang telah

dipelajari.

2) Guru memberikan pekerjaan rumah dan mengingatkan siswa

untuk membaca materi selanjutnya.

2. Pada kelas kontrol

Pada kelas kontrol pembelajaran yang dilaksanakan adalah

pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dan latihan dan

kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol adalah sebagai berikut:

1. Pendahluan

a) Guru membuka pelajaran.

b) Guru mengaitkan materi baru dengan materi lama.

2. Kegiatan inti

a) Guru menjelaskan pelajaran.

b) Guru memberi contoh soal.

c) Siswa membuat latihan dan guru membimbing siswa dalam

mengerjakannya.

d) Siswa diminta mengerjakan soal dipapan tulis.

e) Guru membahas jawaban siswa.

3. Penutup

a) Guru menyimpulkan pelajaran.

b) Guru memberi tugas rumah.

c) Mengingatkan materi pelajaran yang akan diajarkan.

3. Tahap akhir

1) Memberikan tes akhir kepada kedua kelas sampel setelah dilakukan tes

uji coba soal.

2) Menganalisis data yang diperoleh dari kedua kelas.

3) Mengambil kesimpulan dari hasil yang diperoleh dari kedua sampel.

Page 29: Proposal Widia Ilvani

28

4) Mengambil kesimpulan dari hasil yang diperoleh sesuai dengan teknik

analisis data yang digunakan.

E. Intrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat pengumpulan data yang

digunakan dalam suatu penelitian. Instrumen pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah lembar observasi dan tes hasil belajar:

1. Lembaran Observasi

Dalam penelitian ini lembar observasi yang digunakan untuk

mengetahui peningkatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran

dengan penerapan Collaborative Learning Groups. Aktivitas yang akan

diamati dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3

Aktivitas Siswa yang Diamati dalam Proses Pembelajaran

No Jenis Aktivitas Aplikasi di kelas

1 Visual activities Memperhatikan penjelasan yang diberikan

guru

2 Oral activities

a. Bertanya pada guru

b. Ikut berpatisipasi dengan mengemukakan

pendapat. 3 Listening activities Mendengarkan hasil diskusi kelompok siswa

lain 4 Writing activities Menyalin/ memperbaiki catatan

5 Mental activities Menjawab/ menanggapi pertanyaan,

mengerjakan soal yang diberikan guru.

6 Emotional activities Hadir didalam kelas sebelum pelajaran

dimulai

Dari lembar observasi ini akan terlihat seberapa jauh peningkatan

atau penurunan aktivitas belajar siswa dengan penerapan Collaborative

Learning Groups .

Page 30: Proposal Widia Ilvani

29

2. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar yang dimaksud adalah tes akhir penelitian kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Soal-soal pada tes akhir penelitian ini

penulis susun berdasarkan materi yang diajarkan selama penelitian

berlangsung. Soal tes berupa essay.

Untuk memperoleh tes yang baik dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Menyusun Tes

Tes yang penulis susun terdiri dari soal-soal dalam bentuk essay.

Langkah-langkah yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

a. Membuat batasan terhadap bahan yang akan diujikan

b. Menyusun kisi-kisi tes

c. Menyusun butir-butir soal

2. Uji Coba Tes

Hasil dari suatu penelitian akan dapat dicapai apabila data yang

digunakan betul-betul akurat atau sudah memiliki validitas,

reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembeda yang tinggi. Agar

soal-soal yang disusun itu memiliki kriteria soal yang baik, maka

soal tersebut perlu diuji cobakan terlebih dahulu dan kemudian

dianalisis untuk mendapatkan soal mana yang memenuhi kriteria

tersebut.

Uji coba dilaksanakan di SMKN 1 Ampek Angkek kelas X, karena

berdasarkan informasi bahwa kelas ini memiliki kemampuan yang

tidak jauh berbeda, yang dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar

matematika siswanya.

3. Analisis soal tes

Dalam melakukan analisis item ada 4 hal yang perlu dilakukan yaitu:

a. Validitas Test

Page 31: Proposal Widia Ilvani

30

Validitas tes adalah tingkatan ketepatan tes. Suatu tes

dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang

seharusnya diukur. Untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu tes

cukup dianalisis dengan validitas isi. Maksudnya isinya telah sesuai

dengan kurikulum yang berlaku dan sesuai dengan materi yang telah

diajarkan. Menurut Prawironegoro ( 1985 :7) bahwa :

1. Bahan tes harus sesuai dengan bahan pelajaran yang telah

diberikan.

2. Bahan tes harus sesuai dengan kurikulum.

3. Bahan tes harus sesuai dengan pengalaman siswa.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa validitas

isi adalah kesesuaian antara soal dengan materi yang ada dalam

kurikulum. Oleh karena itu, untuk mendapatkan soal yang valid

maka dalam menyusun soal penulis menyesuaikan materi dengan

kurikulum KTSP dan juga dikonsultasikan dengan guru matematika

yang mengajar di kelas X SMKN 1 Ampek Angkek.

b. Indeks kesukaran soal

Indeks kesukaran adalah indikator yang menunjukan apakah

soal tersebut termasuk soal yang mudah, sedang atau sukar. Soal

yang terlalu mudah atau terlalu sukar harus diganti. Untuk

mengetahui tingkat kesukaran soal dipakai rumus yang dikemukakan

oleh Prawironegoro (1985: 14):

%1002

mn

DDIk rt

Keterangan : Ik = Indeks kesukaran

Dt = Jumlah skor dari kelompok tinggi

Dr = Jumlah skor dari kelompok rendah

m = Skor setiap soal jika benar

N = Banyak siswa

n = 27 % x N

Page 32: Proposal Widia Ilvani

31

Tabel 3.4

Klasifikasi tingkat kesukaran soal

No Indeks Kesukaran Klasifikasi

1 < 27 % Sukar

2 27 % Ik 73 % Sedang

3 > 73 % Mudah

c. Daya pembeda

Menurut Arikunto (2008: 211) “daya beda soal adalah

kemampuan soal untuk membedakan siswa yang pandai

(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan

rendah).” Daya beda soal ditentukan dengan mencari indeks

pembeda soal. Indeks pembeda soal merupakan angka yang

menunjukan perbedaan kelompok tinggi dan kelompok rendah.

Untuk menentukan daya pembeda soal, digunakan rumus seperti

yang dikemukakan oleh Prawironegoro (1985: 11) :

1

22

nn

XX

MMIp

rt

rt

Keterangan:

Ip = Indeks pembeda soal

Mt = Rata-rata skor kelompok tinggi

Mr = Rata-rata skor kelompok rendah

N = 27% dari banyak siswa

N = banyak siswa

2

tX = Jumlah kuadrat deviasi skor kelompok tinggi

2

rX = Jumlah kuadrat deviasi skor kelompok rendah

Page 33: Proposal Widia Ilvani

32

Tabel 3.5

Kriteria Daya Pembeda Soal

Koefisien Daya Pembeda Kriteria

0,70 ≤ D <1,00 Baik sekali

0,40 ≤ D < 0,70 Baik

0,20 ≤ D < 0,40 Cukup

0,00 ≤ D < 0,20 Jelek

d. Reliabilitas tes

Reliabilitas tes adalah suatu ukuran apakah tes tersebut

dapat dipercaya. Reliabilitas tes digunakan untuk mengetahui

tingkat kemudahan tes dengan menggunakan rumus alpha, yang

dikemukakan Arikunto (2005: 109):

2

2

11 11

t

i

n

nr

dan

N

N

xx

t

t

t

2

2

2

N

N

xx

n

2

2

2

Keterangan:

r11 = Reliabilitas yang dicari

2

i = Jumlah varians skor tiap-tiap item

2

t = Varians total

n = Jumlah butir soal

Page 34: Proposal Widia Ilvani

33

Tabel 3.6

Kriteria Reliabilitas Tes

Koefisien Reliabilitas Tes Kriteria

R11 = 1 Reliabilitas sempurna

0,80 ≤ r11 < 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

0,60 ≤ r11 < 0,80 Reliabilitas tinggi

0,40 ≤ r11 < 0,60 Reliabilitas sedang

0,20 ≤ r11 < 0,40 Reliabilitas rendah

0,00 ≤ r1 1< 0,20 Reliabilitas sangat rendah

F. Teknik Analitis Data

Analisis data dimaksudkan untuk menguji hipotesis, tentang

perbedaan dua rata-rata. Apabila kedua sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal, memiliki varians yang homogen dalam pengujian

hipotesis statistik yang digunakan adalah Uji-t. Sebelum dilakukan Uji-t,

terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

Teknik analisis data yang digunakan sesuai dengan instrument

penelitian.

1. Lembar Observasi

Data observasi diperoleh dengan cara menghitung jumlah siswa

yang melakukan aktivitas sebagaimana terdapat pada lembar observasi.

Data tersebut dianalisis dengan teknik persentase yang dinyatakan oleh

Sudjana (1989:130) sebagai berikut :

P = N

F x 100 %

Keterangan:

P : persentase aktivitas

F : frekwensi aktivitas

N : jumlah siswa

Page 35: Proposal Widia Ilvani

34

Tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran dapat

diklasifikasikan berdasarkan kriteria yang dinyatakan oleh Dimyati dan

Mudjiono (2002:125) sebagai berikut :

Tabel 3.8

Kriteria Tingkat Keberhasilan Aktivitas Belajar Siswa

Kriteria Tingkat Keberhasilan Range Persentase

Sedikit sekali Tidak berhasil 1 – 25

Sedikit Kurang Berhasil 26 – 50

Banyak Berhasil 51 – 75

Banyak Sekali Sangat Berhasil 76 – 100

2. Tes

Analisis data tes hasil belajar bertujuan untuk menguji apakah

hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk melihat apakah kedua

kelompok data berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas ini

menggunakan uji Liliefors, sesuai yang dikemukakan oleh Sudjana

(2005: 466) sebagai berikut:

1) Menyusun skor siswa dari yang rendah sampai yang tinggi,

2) Berdasarkan skor mentah atau sampel akan diuji hipotesis nol

bahwa sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal

melawan hipotesis tandingan bahwa distribusi tidak normal. Untuk

menguji hipotesis nol tersebut dilakukan beberapa langkah di

bawah ini:

a) Skor mentah dijadikan sebagai bilangan baku

nzzzz ,...,,, 321 dengan rumus s

xxz i

i

ix Skor ke i

x = Skor rata-rata

Page 36: Proposal Widia Ilvani

35

s = Standar deviasi

b) Untuk tiap bilangan baku dan dengan menggunakan daftar

distribusi normal baku hitung peluang ii zzPzF )( .

c) Hitung proporsi nzzzz ,...,,, 321 yang lebih kecil atau sama

dengan iz . Proporsi ini dinyatakan dengan )( izS dengan

rumus: n

zS i

z yang z,...,z,z banyaknya )( in21

d) Menghitung selisih )( izF dan )( izS , kemudian menghitung

harga mutlaknya.

Harga mutlak terbesar dinyatakan dengan oL

Untuk menolak atau menerima hipotesis nol bandingkan antara

oL dengan nilai kritis L pada uji Liliefors.

Kriteria pengujiannya:

Jika oL < tabelL berarti data sampel berdistribusi normal

Jika oL > tabelL berarti data sampel tidak berdistribusi

normal

b. Uji Homogenitas Variansi

Uji homogenitas variansi dilakukan untuk melihat apakah

kedua kelompok data mempunyai variansi yang homogen atau tidak.

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji F. Langkah-langkah

yang dilakukan untuk menguji homogenitas variansi menurut Sudjana

(2005: 250) yaitu:

1) Menghitung variansi masing-masing kelompok data, kemudian

menghitung harga F dengan rumus:

2

2

2

1

S

SF

Keterangan: F = Varians kelompok

2

1S = Varians hasil belajar kelas aksperimen

Page 37: Proposal Widia Ilvani

36

2

2S = Varians kelas kontrol

2) Bandingkan harga F yang diperoleh melalui perhitungan dengan

harga F yang diperoleh dari data tabel distribusi F dengan derajat

bebas 1,1 21 nn

Jika tabelhitung FF berarti data kelas sampel mempunyai variansi

yang homogen, sebaliknya jika tabelhitung FF berarti data kelas

sampel tidak mempunyai variansi yang homogen.

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk menentukan apakah hasil belajar

siswa kelas eksperimen lebih meningkat dari pada kelas kontrol

dengan menggunakan uji-t sebagaimana yang dikemukakan oleh

Sudjana (2005:239), yaitu :

2

)1()1(

11 21

2

22

2

112

21

21

nn

snsnsdengan

nns

XXt

Keterangan :

1X = Nilai rata-rata kelas eksperimen

2X = Nilai rata-rata kelas kontrol

1n = Jumlah siswa kelas eksperimen

2n = Jumlah siswa kelas kontrol

2

1s = Simpangan baku kelas eksperimen

2

2s = Simpangan baku kelas kontrol

s = Simpangan baku kedua kelas

Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika t < t(1 - ) di

mana t ( 1 - ) di dapat dari daftar distribusi t dengan derajat

Page 38: Proposal Widia Ilvani

37

kebebasan (dk) = (n1 + n2 – 2) dan peluang (1 - ) dan tolak H0 jika

t t(1 - ), H0 ditolak jika nilai P < . Uji hipotesis ini bertujuan

untuk membuktikan apakah hipotesis yang ditetapkan memang benar

atau tidak, maksudnya apakah hasil belajar siswa kelas eksperimen

lebih baik dari pada kelas kontrol.

Page 39: Proposal Widia Ilvani

38

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Arikunto, Suharsimi. ( 2002 ). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT.

Bina Aksara

________ . ( 2005 ). Prosedur Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara

Dede, Rosyada. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Penada Media

Djafar, Tengku Zahara, 2001. Kontribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil

Belajar. Padang : FIP UNP.

Erman Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran matematika Kontemporer.

Bandung: JICA-Univerditas Pendidikan Indonesia.

Gunawan, Adi. W. 2007. Genius Learning Strategi. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama

Juwita, Endria. 2009. Pengaruh Pembelajaran Aktf Tipe Collaborative Learning

Gruops Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa KelasVIII SMP

Negeri Rao. Skripsi. Padang :FMIPA UBH.

Lie, Anita. 2002. Mempraktekkan Cooperative Learning di ruang-ruang Kelas. J.

Jakarta: Grasindo.

Muliyardi. 2003. Strategi Belajar Matematika. Padang : FMIPA

Nasution, S.2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:

Bumi Aksara

Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, cet, 6.

Prawaronegoro, Praktiknyo. 1985. Evaluasi Hasil Belajar Khusus Analisa Soal

Bidang Studi Matematika. Jakarta: Bumi Aksara.

Prayitno. 1973. Pengajar Psikologi Pendidikan, mengenal dasar-dasar hubungan

guru dan murid. Padang: NPMPT IKIP. Madang.

Page 40: Proposal Widia Ilvani

39

Rahmi, Baitul. 2009. Penerapan Pembelajaran Kollaboratif Dengan Teknik kuis

Team Dalam Pembelajaran Matemátika Di Kelas VIII SMPN 18

Padang Tahun Pelajaran 2008/2009. Skripsi. Padang. FMIPA. UNP.

Sardiman, AM. 2001. Penyusunan Butir Soal dan Instrumen Penilaian. Jakarta

Dikdesmen.

Samadhi, Ari. 2008.Pembeajaran Aktif (Aktif Learning). http://www.google.com

Silberman, Melvin. 2006. Active Learning 101 Cara Bealajar Aktif. Bandung:

Nuansa

.2004 Active Learning 101 Cara Bealajar Aktif. Bandung: Nusa Media

Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Di Indonesia. Dirjen Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan Nasional

Soenarjo. 1989. Alqur’an dan Terjemahannya. Jakarta :P.T Karya Toha

Sudjana, Nana. 2005. Penelitian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: P.T

Remaja Rosdakarya.

________. 2004. Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru

Algensind

Slameto.1999. Evaluasi Pendidikan. Sala tigo: Bumi Aksar.

________.2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta :

PT. Rineka Cipta

Sumadi, Suryabrata. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grapindo.

Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (Edisi

Revisi). Bandung: UPI.

http://www.city.londonmet.ac.uk/deliberation/collab/learning/

http://www.journal.uchicago.edu

http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-hasil-belajar/