Proposal Tesin Faskes Tingkat 1
-
Upload
eliha-mahsuna -
Category
Internet
-
view
81 -
download
2
Transcript of Proposal Tesin Faskes Tingkat 1
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS SPASIAL
LOKASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN
DI PROVINSI BANTEN
TESIS
ELIHA MAHSUNA
1206179422
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PASCA SARJANA ILMU GEOGRAFI
DEPOK, FEBRUARI 2015
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan suatu program
Pemerintah dan Masyarakat/Rakyat dengan tujuan memberikan kepastian jaminan
kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia
dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera. Program yang diselenggarakan oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan ini, bersifat wajib bagi
seluruh penduduk Indonesia.
Pemerintah menargetkan seluruh penduduk Indonesia menjadi peserta Program
JKN paling lambat tahun 2019. Kepesertaan menyeluruh JKN tersebut
berdampak pada meningkatnya kebutuhan penduduk akan pelayanan kesehatan,
fasilitas kesehatan, dan tenaga kesehatan.
Pelayanan kesehatan di era JKN dilakukan secara berjenjang mulai dari fasilitas
kesehatan tingkat pertama sampai fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, sesuai
dengan kebutuhan medis. Selain itu, sistem JKN juga memberlakukan prinsip
managed care yang terdiri dari 4 (empat) pilar yaitu promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif. Keempat pilar ini memfokuskan pelayanan kesehatan di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sebagai pintu gerbang peserta BPJS
Kesehatan dalam mengakses pelayanan kesehatan.
Berdasarkan PERMENKES No. 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan
pada JKN, FKTP terdiri dari Puskesmas beserta jejaringnya, Praktik Dokter
dengan jejaringnya (apotek, laboratorium, bidan, perawat), Praktik Dokter Gigi
beserta jejaringnya, Klinik Pratama beserta jejaringnya, fasilitas kesehatan milik
TNI/POLRI beserta jejaringnya, dan Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang
setara.
4 fungsi pokok fasilitas kesehatan tingkat pertama yaitu:
Universitas Indonesia
3
1. kontak pertama: FKTP merupakan tempat pertama yang dikunjungi
peserta JKN setiap kali peserta membutuhkan pelayanan kesehatan,
membutuhkan konsultasi, dan menyampaikan keluhannya terkait
kesehatan.
2. kontinuitas pelayanan: hubungan FKTP dengan peserta dapat terus
berlanjut sehingga penanganan penyakit dapat berjalan optimal.
3. komprehensif: FKTP memberikan pelayanan yang komprehensif terutama
untuk pelayanan promotif dan preventif.
4. koordinasi: FKTP berperan sebagai koordinator pelayanan bagi peserta
untuk mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhannya.
FKTP terdiri dari 5 (lima) jenis yaitu Puskesmas, Klinik Pratama, Dokter Praktik
Perorangan, Klinik TNI dan Klinik Polri. Indikator FKTP dapat memberikan
pelayanan berkualitas yaitu: memiliki kelengkapan sarana prasarana fasilitas
kesehatan, komitmen pelayanan kepada peserta JKN, program unggulan dan
inovasi, dan pengetahuan kebijakan program pelayanan primer JKN.
Upaya penguatan FKTP yaitu tenaga medis harus mampu dan menguasai hal-hal
terbaru mengenai prediksi, tanda, gejala, penegakan diagnosis dan
penatalaksanaan komprehensif terhadap berbagai penyakit. Selain itu, tenaga
medis juga harus mampu mencegah penyakit yang terjadi di wilayah kerja
masing-masing. FKTP akan berdampak besar bagi peningkatan status kesehatan
masyarakat.
Hal lain yang harus dipertimbangkan dalam peningkatan mutu pelayanan
kesehatan yaitu pemerataan sebaran FKTP dan keterjangkauannya, pemerataan
pendapatan bagi tiap FKTP berdasarkan kapitasi yang ditentukan dan penyamaan
standar kompetensi FKTP.
Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan, maka kebutuhan fasilitas kesehatan tingkat pertama pun semakin
bertambah. Pengaturan lokasi FKTP yang sesuai dengan faktor – faktor yang
Universitas Indonesia
4
berpengaruh terhadap permintaan FKTP, maka pengaturan lokasi dapat lebih
efisien dan efektif bagi peserta BPJS Kesehatan.
Saat ini masih dirasakan perbedaan tingkat pencapaian terhadap lokasi FKTP yang
ada. Sehingga FKTP yang ada belum optimal melayani peserta JKN. Di satu
pihak ada FKTP yang sangat sibuk melayani pasien, di pihak lain kurang sibuk.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lokasi strategis berdasarkan kerangka
kerja yang prospektif bagi pelayanan peserta JKN dan kemajuan kualitas FKTP.
Semakin strategis suatu lokasi, berarti akan semakin besar peluang untuk meraih
keuntungannya. Artinya, semakin strategis lokasi FKTP, maka BPJS dapat
dengan mudah meningkatkan kualitas pelayanan kepada peserta JKN.
Kedepannya, BPJS dapat memperbesar keuntungan dengan menekan biaya dan
meraih pasar yang besar dan luas.
Penelitian ini juga dilengkapi dengan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG)
untuk menvisualisasikan posisi penyebaran penduduk di Provinsi Banten pada
kondisi sesungguhnya dan menentukan lokasi strategis FKTP.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka rumusan masalah penelitian
adalah:
1) Bagaimana menentukan lokasi yang strategis untuk membangun poin
servis BPJS bagi badan usaha di Kab. Tangerang?
2) Bagaimana membangun SIG yang dapat mengintegrasikan beberapa
kriteria, sehingga diperoleh suatu informasi lokasi yang tepat untuk
membangun poin servis BPJS?
3) Berapa banyak poin servis yang dibutuhkan untuk menjangkau seluruh
tenaga kerja di wilayah industri Tangerang?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian penentuan lokasi poin servis BPJS bagi badan usaha di
Tangerang adalah
Universitas Indonesia
5
1) Identifikasi faktor – faktor penentu lokasi strategis untuk membangun poin
servis BPJS bagi badan usaha di Kab. Tangerang.
2) Mengetahui cara mengintegrasikan beberapa kriteria ke dalam SIG untuk
penentuan lokasi strategis.
3) Identifikasi kebutuhan poin servis untuk menjangkau seluruh tenaga kerja
di wilayah industri Tangerang.
1.4 Batasan Penelitian
1) Badan Usaha/perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan
jenis usaha yang bersifat tetap, terus menerus, yang didirikan, bekerja dan
berkedudukan dalam wilayah Indonesia, untuk tujuan memperoleh
keuntungan dan atau laba. Empat kategori skala usaha, yaitu : mikro, kecil,
menengah, dan besar. Kecuali untuk perusahaan/usaha industri
pengolahan, kriteria yang digunakan adalah berdasarkan omset yang
dimiliki perusahaan dan kriteria lain yang selama ini digunakan oleh BPS.
Pengelompokan berdasarkan omset per tahun adalah sebagai berikut :
- usaha mikro : < Rp. 50 juta
- usaha kecil : Rp. 50 juta - Rp. 1 milyar
- usaha menengah : Rp. 1 milyar – Rp. 3 milyar
- usaha besar : > Rp. 3 milyar
Perusahaan/usaha industri pengolahan menggunakan jumlah tenaga kerja
yang dimiliki perusahaan/usaha. Pengelompokkannya sebagai berikut :
- usaha mikro : < 5 orang
- usaha kecil : 5 – 19 orang
- usaha menengah : 20 – 99 orang
- usaha besar : > 100 orang
(Sensus Ekonomi, BPS 2014)
2) Poin servis adalah ujung tombak perusahaan yang memiliki tiga fungsi
untuk memberikan informasi, melayani pengaduan dan menerima
pengumpulan iuran. Poin servis ini harus dapat menciptakan persepsi
positif perusahaan kepada pelanggan, memudahkan pelanggan dan
memberikan solusi terbaik jika terjadi permasalahan.
Universitas Indonesia
6
3) Sistem jaminan sosial yang terdiri dari Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Hari Tua (JHT),
Jaminan Kematian (JKm) dan Jaminan Pensiun (JP).
Universitas Indonesia
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Teori yang mendasari penelitian ini adalah teori lokasi. Landasan dari teori lokasi
adalah ruang. Tanpa ruang maka tidak mungkin ada lokasi. Dalam studi tentang
wilayah, yang dimaksud dengan ruang adalah permukaan bumi baik yang ada di
atasnya maupun yang ada di bawahnya sepanjang masih dapat dijangkau oleh
manusia awam. Lokasi menggambarkan posisi pada ruang tersebut. Studi
tentang lokasi adalah melihat kedekatan atau kejauhan satu kegiatan dengan
kegiatan lain dan apa dampaknya atas kegiatan masing-masing karena lokasi yang
berdekatan/berjauhan tersebut.
Lokasi merupakan konsep utama dan menjadi ciri khusus dari pengetahuan
geografi. Lokasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu lokasi absolut dan lokasi
relatif. Lokasi absolute yaitu lokasi yang berkenaan dengan posisi menurut garis
lintang dan garis bujur. Sedangkan lokasi relatif yaitu lokasi yang berkaitan
dengan faktor alam atau faktor budaya yang ada di sekitarnya.
Landasan dari teori lokasi adalah ruang. Tanpa ruang maka tidak mungkin ada
lokasi. Dalam studi tentang wilayah, yang dimaksud dengan ruang adalah
permukaan bumi baik yang ada di atasnya maupun yang ada di bawahnya
sepanjang masih dapat dijangkau oleh manusia awam. Lokasi menggambarkan
posisi pada ruang tersebut. Studi tentang lokasi adalah melihat kedekatan atau
kejauhan satu kegiatan dengan kegiatan lain dan apa dampaknya atas kegiatan
masing-masing karena lokasi yang berdekatan/berjauhan tersebut.
2.1 Teori Lokasi
Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan
ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber – sumber
yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap berbagai
macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006).
Universitas Indonesia
8
Pemilihan lokasi oleh suatu unit aktivitas ditentukan oleh beberapa faktor seperti:
bahan baku lokal (local input), permintaan lokal (local demand), bahan baku yang
dapat dipindahkan (transferred input), dan permintaan luar (outside demand).
(Hoover dan Gianrratani, 2007)
Lokasi dalam ruang dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Lokasi absolut.
Lokasi absolut adalah lokasi yang berkenaan dengan posisi menurut koordinat
garis lintang dan garis bujur (letak astronomis). Lokasi absolut suatu tempat dapat
diamati pada peta.
2. Lokasi relatif.
Lokasi relatif adalah lokasi suatu tempat yang bersangkutan terhadap kondisi
wilayah-wiayah lain yang ada di sekitarnya. Ada beberapa teori lokasi yaitu :
a. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory) dari Walter Christaller.
b. Teori Lokasi Industri (Theory of Industrial Location) dari Alfred Weber.
c. Teori Susut dan Ongkos Transpor (Theory of Weight Loss and Transport
Cost).
d. Model Gravitasi dan Teori Interaksi (the Interaction Theory) dari Issac
Newton.
Teori Tempat Sentral (Central Place Theory) dari Walter Christaller
Christaller pertama kali mempublikasikan studinya tentang bagaimana
menentukan jumlah, ukuran dan pola penyebaran kota-kota. Asumsi-asumsi yang
dikemukakan antara lain:
a. Suatu lokasi yang memiliki permukaan datar yang seragam.
b. Lokasi tersebut memiliki jumlah penduduk yang merata.
c. Lokasi tersebut mempunyai kesempatan transportasi dan komunikasi yang
merata.
d. Jumlah penduduk yang ada membutuhkan barang dan jasa.
Universitas Indonesia
9
Prinsip yang dikemukakan oleh Christaller adalah:
a. Range
Adalah jarak jangkauan antara penduduk dan tempat suatu aktivitas pasar yang
menjual kebutuhan komoditi atau barang. Misalnya seseorang membeli baju di
lokasi pasar tertentu,range adalah jarak antara tempat tinggal orang tersebut
dengan pasar lokasi tempat dia membeli baju. Apabila jarak ke pasar lebih jauh
dari kemampuan jangkauan penduduk yang bersangkutan, maka penduduk
cenderung akan mencari barang dan jasa ke pasar lain yang lebih dekat.
b. Threshold
Adalah jumlah minimum penduduk atau konsumen yang dibutuhkan untuk
menunjang kesinambungan pemasokan barang atau jasa yang bersangkutan, yang
diperlukan dalam penyebaran penduduk atau konsumen dalam ruang
(spatial population distribution).
Dari komponen range dan threshold maka lahir prinsip optimalisasi pasar
(marketoptimizing principle). Prinsip ini antara lain menyebutkan bahwa dengan
memenuhi asumsi di atas, dalam suatu wilayah akan terbentuk wilayah tempat
pusat (central place). Pusat tersebut menyajikan kebutuhan barng dan jasa bagi
penduduk sekitarnya. Apabila sebuah pusat dalamrange dan threshold yang
membentuk lingkaran, bertemu dengan pusat yang lain yang juga
memiliki range dan threshold tertentu, maka akan terjadi daerah yang
bertampalan. Penduduk yang bertempat tinggal di daerah yang bertampalan akan
memiliki kesempatan yang relatif sama untuk pergi kedua pusat pasar itu.
Keterbatasan sistem tempat pusat dari Christaller ini meliputi beberapa kendala,
antara lain:a. Jumlah penduduk.
b. Pola aksesibilitas.
c. Distribusi.
Perubahan penduduk yang besar akan menjadikan pola tidak menentu terhadap
pola segi enam yang seyogyanya terjadi. Keterbatasan aksesibilitas transportasi ke
suatu wilayah akan menjadi kebiasan pola segi enam, terutama bila terdapat
keterbatasan fisik wilayah. Dalam kenyataannya, konsumen atau masyarakat tidak
Universitas Indonesia
10
selalu rasional dalam memilih barang atau komoditi yang diinginkan. Berikut di
bawah ini gambar sistem segi enam Christaller.
Teori Lokasi Industri (Theory of industrial location) dari Alfred Weber
Teori ini dimaksudkan untuk menentukan suatu lokasi industri dengan
mempertimbangkan risiko biaya atau ongkos yang paling minimum, dengan
asumsi sebagai berikut:
1. Wilayah yang akan dijadikan lokasi industri memiliki: topografi, iklim dan
penduduknya relatif homogen.
2. Sumber daya atau bahan mentah yang dibutuhkan cukup memadai.
3. Upah tenaga kerja didasarkan pada ketentuan tertentu, seperti Upah Minimum
Regional (UMR).
4. Hanya ada satu jenis alat transportasi.
5. Biaya angkut ditentukan berdasarkan beban dan jarak angkut.
6. Terdapat persaingan antarkegiatan industri.
7. Manusia yang ada di daerah tersebut masih berpikir rasional.
Persyaratan tersebut jika dipenuhi maka teori lokasi industri dari Alfred Weber
dapat digunakan. Weber menggunakan tiga faktor (variabel penentu) dalam
analisis teorinya, yaitu titik material, titik konsumsi, dan titik tenaga kerja. Ketiga
titik (faktor) ini diukur dengan ekuivalensi ongkos transport.
Berdasarkan asumsi tersebut di atas, penggunaan teori Weber tampak seperti pada
gambar berikut ini.
Universitas Indonesia
11
Segitiga Weber dalam menentukan lokasi industri
(Sumber: Ilmu Pengetahuan Populer, 2000)
Keterangan:
M = pasar P = lokasi biaya terendah.
R1, R2 = bahan baku
(a) : apabila biaya angkut hanya didasarkan pada jarak.
(b) : apabila biaya angkut bahan baku lebih mahal dari pada hasil industri.
(c) : apabila biaya angkut bahan baku lebih murah dari pada hasil industri.
Teori Susut dan Ongkos Transpor (Theory of Weight Loss and Transport
Cost)
Model Gravitasi dan Teori Interaksi (The Interaction Theory) dari Issac
Newton
Teori lokasi industri adalah suatu teori yang dikembangkan untuk
memperhitungkan pola lokasi kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya kegiatan
industri dengan cara konsisten dan logis. Teori lokasi seringkali dikatakan sebagai
pondasi dan bagian yang tidak terpisahkan dalam analisa ekonomi regional.
Peranan teori lokasi dalam ilmu ekonomi regional sama dengan teori mikro dan
makro pada analisa tradisional. Dengan demikian analisa ekonomi regional tidak
dapat dilakukan tanpa teori lokasi.
Geografi industri sebagai bagian dari Geografi ekonomi yang mempelajari lokasi
industri, sedangkan faktor lokasi ini berkaitan dengan wilayah bahan mentah,
pasaran, sumber suplai tenaga kerja, wilayah bahan bakar dan tenaga, jalur
Universitas Indonesia
12
transportasi, kondisi wilayah, bahan bakar (tenaga), buruh dan konsumen.
Penerapan ilmu menentukan tempat dan lokasi, banyak dikaji oleh perencana
wilayah dalam kegiatan industri.
Pemilihan lokasi untuk setiap bentuk kegiatan dalam proses produksi sangat
menentukan efektifitas dan efisiensi keberlangsungan kegiatan tersebut. Suatu
lokasi yang optimal secara ekonomis, mengurangi beban biaya yang ditanggung
oleh suatu bentuk kegiatan. Dalam pemilihan lokasi industri yang tepat akan
berkaitan dengan analisa ekonomi karena akan mempengaruhi biaya total proses
produksi, selain faktor ekonomi juga dipengaruhi faktor ruang (spatial factor).
Karena lokasi yang ideal jarang ditemukan, maka faktor yang paling menentukan
berdirinya industri tersebut biasanya diorientasikan terhadap bahan mentah, pasar
dan sumber bahan baku.
Aksesibilitas adalah suatu faktor yang sangat mempengaruhi apakah suatu lokasi
menarik untuk dikunjungi tidak. Tingkat aksesibilitas merupakan tingkat
kemudahan di dalam mencapai dan menuju arah suatu lokasi ditinjau dari lokasi
lain di sekitarnya (Tarigan, 2006). Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas
dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana hubungan, ketersediaan berbagai sarana
penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan
untuk melalui jalur tersebut.
Pertimbangan utama dalam menentukan alternatif lokasi industri yaitu ditekankan
pada biaya transportasi yang rendah. Beberapa teori yang banyak digunakan
dalam menentukan lokasi industri, adalah sebagai berikut:
1. Theory of industrial location (teori lokasi industri) dari Alfred Weber.
2. Theory of optimal industrial location (teori lokasi industri optimal) dari
Losch.
3. Theory of weight loss and transport cost (teori susut dan ongkos transport).
4. Model of gravitation and interaction (model gravitasi dan interaksi) dari
Issac Newton dan Ullman.
Universitas Indonesia
13
5. Theory of cental place (teori tempat yang sentral) dari Walter Christaller.
Pada prinsipnya beberapa teori lokasi tersebut untuk memberikan masukan
bagi penentuan lokasi optimum, yaitu lokasi yang terbaik dan menguntungkan
secara ekonomi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai beberapa teori
lokasi.
2.2 Kota dan Pusat Kota
Terjadinya kota merupakan akibat dan pemusatan penduduk pada suatu
tempat dan ruang tertentu. Pemusatan penduduk yang nampak pada pemusatan
permukiman penduduk ini didorong oleh berbagai hal yang memberikan ciri khas
kepada kota, jadi kota memiliki ciri khas yang ditentukan oleh fungsi kota dalam
ruang lingkup daerah (Salim, 1984). Terjadinya pemusatan tersebut pada akhirnya
membagi kota menjadi bagian-bagian tertentu dan terdapat apa yang disebut
dengan “pusat”.
2.2.1 Hubungan antara Pusat Kota dan Daerah sekitarnya
Mengambil istilah dari “urban land rent theory”, hubungan antara pusat kota
dengan daerah sekitarnya dapat berkorelasi positif ataupun negatif. Pada teori ini,
diasumsikan bahwa sebuah pusat kota sangat diperlukan sekali dan juga adanya
kekurangan pada ketersediaan lahan, pengguna lahan akan membuat tawaran
bersaing untuk lahan yang terbatas itu. Hal yang dapat dibahas dari pernyataan
tersebut adalah dimana keterbatasan lahan pada pusat kota meningkatkan nilai
yang ada pada pusat kota. Faktor kedekatan dengan pusat kota menjadikan
kawasan ini padat dan diisi oleh orang-orang yang mampu membayar lahan
dengan harga tinggi.
2.3 Struktur Perkotaan
Istilah struktur internal mengacu pada lokasi, susunan, dan hubungan antara
elemen sosial dan fisik pada sebuah kota. Hal tersebut memberi kesan bahwa
Universitas Indonesia
14
perlu adanya distribusi spasial dan interaksi antara distibusi tersebut (Bourne,
1971). Struktur ruang perkotaan nampak dari bentuk geometris antara sosial dan
fisiknya (Madanipour, 1996). Dalam hal menentukan struktur kota maka caranya
adalah mengenali kota dari bentuknya. Pada sebuah studi mengenai struktur
internal sebuah kota, terdapat deskripsi mengenai struktur perkotaan yang pada
umumnya terbagi atas tiga model berbentuk konsentri, sektoral, dan inti berganda.
Struktur perkotaan juga merupakan kumpulan bangunan dan artefak yang terlihat
sebagai sebuah tempat untuk hubungan sosial.
2.3.1 ‘Classical’ Models of Urban Structure
Dalam model perkotaan, terdapat apa yang disebut model 'klasik' dari
penggunaan lahan perkotaan. Pertama dikemukakan oleh Park Burgess (1925),
seorang kolaborator utama, dan tidak diragukan lagi, model ini yang paling
dikenal. Model Konsentris menawarkan kerangka deskriptif di mana untuk
melihat kedua organisasi spasial yakni penggunaan lahan di kota dan perubahan
dari waktu ke waktu. Burgess sadar akan bekerja pada nilai-nilai tanah perkotaan
dan sewa pada modelnya. Modelnya sebagian didirikan pada jenis basis ekonomi.
Model ini membuat sejumlah asumsi yang termasuk permukaan tanah yang
seragam, aksesibilitas yang universal ke kota yang berpusat tunggal dan
persaingan bebas dalam ruang.
2.3.2. Pendekatan Morfologi Kota
-True Bounded City: batas fisikal kota koinsiden dengan batas administrasi
kota. Ini berarti seluruh areal kota berada pada batas-batas administrasi
kota.
2.3.3 Urban Realms
Dengan melihat adanya beberapa kesuaian dari konsep Urban Realms di atas
dengan harapan penelitian ini, maka penelitian ini mendasarkan teori Urban
realms ini untuk mengklasifikasikan dan membatasi subwilayah dari pusat dan
subpusat kotanya.
2.4 Satelite Model
Universitas Indonesia
15
Kota satelit (satellite town) menurut definisinya, diartikan sebagai kota yang
terletak di pinggiran (di sekitar) atau berdekatan dengan satu kota besar, yang
secara ekonomi, sosial, administrasi dan politis, tergantung pada kota utama. Kota
satelit mirip dengan kota mandiri, dilihat dari letaknya kota mandiri itu berdekatan
(di sekitar) pusat kota umum, dan masih berada di lingkup kota metropolitan
(Adisasmita, 2010).
2.5 Analisis Spasial
Dalam bukunya, Mathew & Herbert (2004) mencatatatkan bahwa analisis spasial
muncul pada 1950-an dan 1960-an dan tentu saja memiliki bobot dan substansi
untuk berperan dalam paradigma baru untuk Geografi. Meskipun sangat
bergantung pada seperangkat metodologi baru yang secara luas terasa dalam
deskripsi metode ilmiah, namun terdapat lebih banyak paradigma baru dari
sekedar teknik atau metode. Bailey (dalam Rustiadi 2011), mendefinisikan
analisis spasial sebagai upaya untuk memanipulasi data spasial ke dalam berbagai
bentuk-bentuk dan mengekstrak pengertian-pengertian tambahan sebagai
hasilnya.
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian pertama adalah penelitian yang berjudul Structure of Urban
Movements: Polycentric Activity and Entangled Hierarchical Flows. Penelitian ini
dilakukan oleh Camille Roth,Soong Moon Kang, Michael Batty, dan Marc Barthe
´lemy. Penelitian yang dikemas dalam bentuk jurnal ini dipublikasikan pada
tanggal 7 Januari 2011. Dalam penelitian ini berisikan tentang masalah yang ada
di perkotaan.
Universitas Indonesia
16
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bukunya, Rustiadi (2011) mengungkapkan sebuah Hukum Geografi
“Tobler”. Hukum Geografi “Tobler” yang pertama menyebutkan bahwa ‘Setiap
hal memiliki keterkaitan dengan hal lainnya, namun yang lebih berdekatan
memiliki keterkaitan lebih dari lainnya’. Hal tersebut menunjukan hal yang wajar
apabila suatu wilayah lebih dipengaruhi oleh wilayah di sebelahnya atau lebih
dekat dibandingkan wilayah lain yang lebih berjauhan akibat adanya interaksi
sosial-ekonomi antarpenduduk.
Dasar hukum tersebut menjadi sebuah landasan dalam metode penelitian ini
dimana penulis menyajikan unit analisis berupa pusat kota dan subpusat kota
beserta subwilayahnya. Acuan tersebut mempermudah dalam analisis khususnya
analisis yang bersifat spasial. Secara umum, metodologi penelitian ini bersifat
eksploratif yakni mengekplorasi Kota Bandung secara mendalam dilihat dari
struktur keruangannya serta hubungan antar pusat kota dan subpusatnya. Berikut
adalah pembahasan dalam metode penelitian yakni terdiri atas pengumpulan data,
pengolahan data dan analisis data :
3.1 Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penelitian ini menggunakan data yang bersifat spasial.
Data spasial ini diterjemahkan pula dalam bentuk data tabular serta grafik untuk
memperjelas angka luasannya. Data primer dalam penelitian ini berupa data foto
yang diambil langsung ke lapangan untuk tujuan verifikasi sejumlah data
sekunder yang diolah dan juga untuk melengkapi analisis data. Data sekunder
yang berupa data spasial terseut diperoleh dari berbagai instansi pemerintah.
Berikut adalah gambaran mengenai data sekunder yang digunakan :
Tabel 3.1 Data Penelitian dan Sumber Data
Universitas Indonesia
17
Data Jenis Data Tahun Sumber Data
Penggunaan Lahan image 2009 BAPPEDA Kota Bandung
Aksesibilitas, Administrasi
image 2009 BPN, BAPPEDA, Dinas Binamarga
Demografi raster 2010 World population
Topografi Wilayah Data SRTM
Sumber: Data Penelitian, 2013
Dari tabel di atas dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut:
- Data penggunaan lahan dipergunakan untuk mendapatkan kelas
penggunaan tertentu sebagai cerminan dari aktifitas manusia dan kegiatan
yang terdapat di dalamnya.
- Data aksesibilitas dipergunakan untuk mengetahui struktur jaringan jalan
dan kerapatan jaringan jalan di Kota Bandung.
- Data administrasi dipergunakan untuk menjelaskan batasan kota dalam
unit kecamatan. Pembagian data administrasi tidak dipergunakan dalam
analisis data melainkan untuk gambaran umum wilayah.
- Data demografi yang dipergunakan yakni data yang menjelaskan
kepadatan jumlah penduduk secara spasial. Data ini merupakan data
sensus kontemporer dalam memproduksi dataset distribusi penduduk yang
akurat. Data ini merupakan data raster dengan satuan pixel.
- Data topografi dipergunakan untuk menggambarkan kondisi fisik yakni
berupa kemiringan lereng.
3.2 Pengolahan Data
Pengolahan data pada umumnya adalah menyusun data dan
mengklasifikasikan data dan merepresentasi data dalam bentuk peta. Pengolahan
data dalam penelitian ini yakni pengolahan data dengan menggunakan alat bantu
perangkat GIS berupa Arc GIS 9.3 untuk membuat peta. GIS dapat diterapkan
untuk menggambarkan berbagai macam fenomena manusia dan fisik dan
menafsirkan data spasial dalam cara yang lebih tajam. nilai pendekatan ini
sebagai instrumen geografer untuk berkontribusi dalam penelitian interdisipliner
(Mathew&Herbert, 2004). Dalam penelitian ini, pengolahan data terbagi dua
Universitas Indonesia
18
bagian yakni pengolahan dalam membahas model perkotaan berdasarkan teori dan
juga pembahasan mengenai keterkaitan anatara pusat dan subpusat kota serta
subwilayahnya. Oleh karena itu, unit analisis penelitian ini tidak menggunakan
unit administrasi namun morfologi dan struktur yang ada dalam ruang perkotaan.
Dalam menentukan model kota berdasarkan teori, secara umum dilakukan
geoprocessing dengan overlay berupa union antara unsur pembentuknya yakni
dataran wilayah yang ditunjukkan oleh topografi wilayah berupa kemiringan
lereng, jaringan transportasi berupa jaringan jalan dan fungsi penggunaan lahan
khususnya kawasan permukiman yang mendominasi Kota Bandung dan fungsi
kegiatan internal. Penarikan garis disesuaikan dengan jaringan jalan yang
memisahkan antara pengelompokkan wilayah tertentu berdasarkan sifat-sifatnya
tersebut. Berikut adalah matriks dari unsur pembentuk model perkotaan
berdasarkan teori:
Tabel 3. 2 Matriks Penentuan Model Perkotaan
Variabel PenentuKawasan
CBDKawasan Suburban
Penggunaan Lahan
Pusat Kegiatan √ : Institusi Pemerintah dan Pendidikan
: Perdagangan dan Jasa Permukiman √ √Industri √ √
Kelas Jalan
Jalan Arteri Primer √Jalan Arteri Sekunder √Jalan Provinsi √ Jalan Nasional √ Jalan Kolektor Primer √Jalan Kolektor Sekunder √
Kemiringan Lereng
0-2 % √ 2-7 % √7-15 % √15-30 % √30-70 % √
Sumber: Pengolahan Data, 2013
Dalam membahas mengenai pusat kota dan subpusatnya maka dalam penelitian
mengambil titik pusat kota dan subpusatnya berdasarkan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Bandung 2011-2031. Bahasan mengenai pusat dan subpusat ini
Universitas Indonesia
19
menunjukkan struktur yang memiliki hirarki, dimana adanya perbandingan
kenampakan pada bagian yang berjenjang berdasarkan jarak. Konsep mengenai
hirarki berupa order ini ditentukan oleh jarak dimana pengaruh jarak dari pusat
menentukan kenampakannya. Berikut adalah titik-titik beserta jarak tersebut:
Tabel 3.3 Titik Pusat dan Subpusat Kota Bandung
Pusat Jarak dari Pusat (Km)
Arcamanik 7,97Derwati 9,45
Gede Bage 11,09Kopo Kencana 1,88
Kordon 5,45Maleer 3,28
Pusat Alun-Alun 0Sadang Serang 4,07
Setrasari 5,14Ujung Berung 11,13
Sumber: Pengolahan Data, 2013
Secara umum proses pengolahan data dasar meliputi:
• Membuat peta administrasi dengan unit kecamatan di Kota Bandung
sebagai peta dasar dengan bantuan perangkat Arc GIS 9.3.
• Mengolah data penggunaan lahan tahun 2009 hingga diklasifikasikan
sebagai berikut:
Tabel 3.4 Klasifikasi Penggunaan Lahan
Kelas Jenis
Penggunaan Lahan
Bangunan
1. Institusi Pemerintah dan Pendidikan2. Perdagangan dan Jasa3.Perumahan/Komplek4. Industri
Kawasan Hijau
1. Hutan Kota2. Rumput3. Ruang Terbuka Hijau 4. Semak Belukar
Pertanian1. Kebun2. Sawah3. Tegalan/Ladang
Universitas Indonesia
20
Transportasi 1.BandaraSumber: Pengolahan Data, 2013
• Membuat peta kelas jaringan jalan yang didapat dari Dinas Binamarga
dengan data tahun 2009 dan diolah dengan Arc GIS 9.3 untuk membuat
kerapatan jalan.
Tabel 3.5 Kelas Kerapatan Jaringan Jalan
Kerapatan Jaringan Jalan
Kelas
41,48-75,75 (m/ha) Kerapatan Rendah76,75-111,02 (m/ha) Kerapatan Sedang
112,025-146,29 (m/ha) Kerapatan TinggiSumber: Pengolahan Data, 2013
• Membuat peta kemiringan lereng berdasarkan data kontur Kota Bandung .
Klasifikasi kemiringan lereng yang digunakan berdasarkan klasifikasi Van
Zuidam seperti berikut:
Tabel 3.6 Kelas Kemiringan Lereng
Kemiringan Lereng Klasifiaskasi0-2 % Datar (almost flat)2-7 % Landai (gently sloping)7-15 % Miring (sloping)
15-30 %Agak Curam (moderately
steep)30-70 % Curam (steep)
• Membuat peta kepadatan penduduk berdasarkan data raster yang di unduh
dalam situs http://www.clas.ufl.edu/users/atatem/index_files/AsiaPop.htm.
Berikut keterangan dari data kepadatan tersebut:
Tabel 3.7 Keterangan pada Data Raster Kepadatan Penduduk
Versi: alphaUnit: Orang per kotak persegi
Proyeksi: Geographic (WGS84)Resolusi spasial: 0.000833 derajat
(~ 100m di khatulistiwa)
Tahun: 2010, 2015Pendekatan Pemetaan: Identik dengan AfriPopFormat: GeoTiff (zip
Universitas Indonesia
21
menggunakan 7-zip (open access tool): www.7-zip.org)
Sumber: http://www.clas.ufl.edu/users/atatem/index_files/AsiaPop.htm
Berikut adalah kelas kepadatan penduduk berdasarkan pengelompokkan yang
dibagi menjadi tiga kelas:
Tabel 3.8 Kelas Kepadatan Penduduk
Kepadatan Penduduk
Kelas
0-10 (jiwa/pixel)Kepadatan
Rendah
10-100 (jiwa/pixel)Kepadatan
Sedang>100 (jiwa/pixel) Kepadatan Tinggi
Sumber: Pengolahan Data, 2013
Sebelum melakukukan geoprocessing, maka terlebih dahulu menentukan unit
analisisnya dan memetakannya. Unit analisis dalam penelitian ini berupa titik
pusat kota dan subpusatnya seperti yang telah diungkapkan dalam tabel 3.3.
Langkah selanjutnya yakni melakukan overlay dengan bantuan perangkat Arc GIS
9.3 dari seluruh data yang telah diklasifikasi. Overlay dilakukan sebagai bagian
dari geoprocessing berupa union dan intersect. Dari proses ini menghasilkan
superimpose peta untuk dapat dianalisis secara spasial.
3.3 Analisis
. Dalam bukunya, Mathew dan Herbert (2004) menjelaskan bahwa metode
analisis spasial berkaitan dengan perkembangan geografi di pertengahan abad 20.
Metode ini terlait dengan geostatistik, penginderaan jauh, dan juga SIG (Sistem
Informasi Geografi). Dalam penelitian ini analisis dilakukan berdasarkan metode
yang ada dalam SIG. Analisis yang dimaksud adalah pembahasan mendalam
terhadap hasil penelitian dan isi suatu penelitian. Analisis ini berfungsi utuk
menjelaskan data secara keruangan dan visual sehingga memudahkan pembaca
dalam memahami hasil penelitian. Secara umum, penelitian ini menggunakan
analisis spasial.
Universitas Indonesia
22
Dalam tema anasisis ini, fokus utamanya adalah kenampakkan fisik
budayawi dimana kenampakkan tersebut diartikan sebagai bentuk bangunan atau
bentukan tertentu (bukan bangunan) yang keberadaannya secara sengaja
dihadirkan oleh manusia untuk dimanfaatkan sebagai sarana dan prasarana
penyelenggaraan kehidupannya (Yunus, 2012).
Analisis Spasial
Dalam penelitian ini secara umum merupakan penelitian dengan pendekatan Ilmu
Geografi, oleh karena itu, analisis utama yang dipergunakan adalah analisis
spasial. Analisis spasial yang dimaksud adalah analisis mengenai struktur
keruangan yakni pusat kota dan hubungannya dengan daerah sekitar pusat kota,
terkait dengan penggunaan lahan, jaringan jalan, kepadatan penduduk dan
topografi wilayah Kota Bandung. Menurut Yunus (2012) dalam bukunya yang
berjudul Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer, dinyatakan bahwa dalam
analisis struktur keruangan merupakan upaya menganalisis ruang atas dasar
strukturnya dimana stuktur tersebut dapat berupa gejala fisikal, non-fisikal,
maupun gabungan keduanya. Konfigurasi spasial yang ditunjukkan dalam struktur
keruangan dibagi menjadi delapan komponen yakni kepadatan, kontinuitas,
konsentrasi, pengelompokkan, pemusatan, nuclearity, campuran penggunaan
lahan dan kedekatan.
Universitas Indonesia
23
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Adisasmita, Rahardjo.(2010).Pembangunan Kota Optimum, Efisien & Mandiri.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Alatas, Secha.(1995).”Studi Migrasi Penduduk Indonesia”. Migrasi dan Distribusi Penduduk di Indonesia. Jakarta: Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN.
Ananta, Aris.(1995).”Peran Analisis Migrasi”. Migrasi dan Distribusi Penduduk di Indonesia. Jakarta: Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN.
Berke, Philip R., et all.(1995).Urban Land Use Planning..(Fifth Edition). Urbana and Chicago: University of Illionis Press.
Branch, Melville.(1995).Perencanaan Kota Komprehensif, Pengantar & Penjelasan..(Cetakan Pertama).Penerjemah: Bambang Hari Wibisono. Penyunting: Achmad Djunaedi.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Bourne, Larry S. 1971. Internal Structure of The City: readings on space and
environment. USA: Oxford University Press.
Choldin, Harvey M. (1985). Cities and Suburbs: An Introduction To Urban Sociology.USA: McGraw-Hill, Inc.
Davis, Kingsley.1973. Cities : their origin, growth and human impact. California :
W.H Freeman and Company.
Djumantri, Maman, et all.(2009).Kamus Penataan Ruang.Jakarta: Dirjen Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum.
Fernandes, Edésio.(2004).A View From Brazil.(Ebook). Habitat Debate.
Hagett, Peter.(2001).Geography A Global Synthesis. London: Prentice Hall. University of Bristol.
Universitas Indonesia
24
Hartshorn, Truman A. 1992. Interpreting the city: an urban geography – 2nd ed.
Canada : John Wiley & Sons, Inc.
Johnson, James H. 1972. Urban Geography: An Introdutory Analysis 2nd Edition.
London : Pergamon Press.
Lynch, Kevin.(1960). The Image of The City . America : The MIT Press.
Knox, Paul L. 1987. Urban Social Geography. New York : Longman Group.
Kota Bandung Dalam Angka 2012. BPS Kota Bandung. Katalog: 1102001.3273
Madanipour, Ali.(1996). Design of Urban Space: An Inquiry Into a Socio-Spatial
Process. England: John Wiley&Sons.
Marbun, B.N.(1979).Kota Indonesia Masa Depan: Masalah dan Prospek. Jakarta: Erlangga.
Mathew & Herbert.(2004).Unifying Geography.Routledge.
Peter Daniel and Michael Hopkinson. (1993). The Geography of Settlement.
Singapore : Olyver&Boyd.
Raithelhuber, Martin.(2004). Geographical Information Systems for City Planners. Habitat Debate.
Rustiadi, Erman., dkk.(2011).Perencanaan dan Pengembangan Wilayah.(Edisi Kedua).Jakarta: Crestpent Press dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Salim, Emil.(1984).Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta: LP3ES.
Suganda, Her .(2012). Wisata Parijs Van Java: Sejarah, Peradaban, Seni, Kuliner, dan Belanja. Bandung: Kompas.
Sujarto, D.(1997).Kota Baru di Indonesia: Masalah dan Prospek Pengembangannya, Bunga Rampai Perencanaan Pembangunan di Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Universitas Indonesia
25
Tom, Carter. (2006). Understanding Disinvestment and Decline. Canada: Canada Research Chair in Urban Change and Adaptation, The University of Winnipeg
Winarno, Andi.(2007).Studi tentang urban sprawl kota Semarang Terhadap Kualitas Tegangan Listrik Studi Kasus Kelurahan Meteseh Kecamatan Tembalang
Yudhistira, M Halley.(2007).Analisis Arah Pergerakan Aktivitas Ekonomi Jakarta Terhadap Daerah Sekitarnya Dengan Menggunakan Pendekatan Urban Sprawl. Depok: FE UI.
Yunus, Hadi Sabari.(1987).“Permasalahan Daerah Urban Fringe dan Alternatif Pemecahannya”. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.
Yunus, Hadi Sabari.(2006).Megapolitan: Konsep, Problematika, dan Prospek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yunus, Hadi Sabari.(2009).Klasifikasi Kota.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yunus, Hadi Sabari.(2012).Struktur Tata Ruang Kota.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jurnal :
Anas, dkk. (1998). Urban Spatial Structure. Journal of Economic Literature, Vol.
36, No. 3 (Sep., 1998), pp. 1426-1464
Kustiawan, Iwan.Teori Tipologi Perkembangan Kota: Penerapan Compact City Untuk Pengembangan Kawasan Perkotaan Yang Lebih Berkelanjutan. E-mail: [email protected]
Piyathamrongchai, K., and M. Batty.(2007).Integrating Cellular Automata and Regional Dynamics Using Gis: The Dynamic Settlement Simulation Model (DSSM).Centre for Advanced Spatial Analysis (CASA). London: University College London, UK. Springer.
Paegelow M, Camacho Olmedo MT.(2008). 1 Advances in geomatic simulations for environmental dynamics. Environmental Science and Engineering Subseries: Environmental Science. Springer-Verlag Berlin Heidelberg
Universitas Indonesia
26
Roth, dkk. (2011). Structure of Urban Movements: Polycentric Activity and
Entangled Hierarchical Flows. PLoS ONE 6(1): e15923
Internet:
Human Geography Models and Theory. Diambil dari:
http://quizlet.com/1959317/human-geograpy-models-and-theories-flash-
cards/ diaskes pada tanggal 06 Januari 2014 Pukul 12.24 WIB
Models and History of Modeling. Diambil dari http://www.mat.univie.ac.at/~herman/papers/modtheoc.pdf
diakses pada tanggal 19 September 2013 Pukul 16.10 WIB.
Models of Urban Structure . Diambil dari
http://teacherweb.ftl.pinecrest.edu/snyderd/mwh/readings/urban/urban2.pd
f diakses pada tanggal 06 Januari 2014 Pukul 12.18 WIB
Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan 2010. Diambil dari http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=12. diakses pada tanggal 24 Juli 2013 pukul 11.45 WIB.
Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung:
http://www.bandungheritage.org Diakses pada tanggal 28 November 2013
Pukul 10.31 WIB
Rencana Struktur Wilayah Kota:http://www.penataanruang.com/rencana-struktur-ruang.html Diakses pada tanggal 30 November 2013 Pukul 10.20 WIB
Rencana Tata Ruang Kota Bandung 2011-2031:www. bandung .go.id/index.php?fa=pemerintah.detail&id=1897 Diakses pada tanggal 30 November 2013 Pukul 10.40 WIB
Sekilas dan Kondisi Umum Daerah Jawa Barat. Diambil dari http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/kondisi-umum-daerah-jabar diakses pada tanggal 10 Mei 2013 Pukul 17.29 WIB.
Universitas Indonesia
27
Spatial Analysis. Diambil dari http://en.wikipedia.org/w/index.php?oldid=572267683 lisensi dari //creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0/ diakses pada tanggal 24 September 2013 Pukul 15.55 WIB
The Internal Structure of Cities . Diambil dari
http://cronodon.com/PlanetTech/Cities_Structure.html diakses pada
tanggal 06 Januari 2014 Pukul 12.10 WIB
Urban Geography Models. Diambil dari
http://geography.about.com/od/urbaneconomicgeography/a/Urban-
Geography-Models.htm diakses pada tanggal 06 Januari 2014 Pukul 12.15
WIB
Urban Realms Model . Diambil dari
https://mhsaphuge3.wikispaces.com/Urban+Realms+Model diakses pada
tanggal 06 Januari 2014 Pukul 12.12 WIB
Urban Structure. Diambil dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Urban_structure diakses pada tanggal 26 Agustus 2013 Pukul 14.04 WIB.
Urbanization Summary. Diambil dari:
http://www.martinsaphug.com/wp- content/uploads/2010/09/Urbanization- Summary.pdf Diakses pada tanggal 26 Agustus 2013 Pukul 14.09 WIB.
http://bandung.go.id/images/Materi_Teknis_RTRW_2011-2031/Bab_1_Pendahuluan.pdf Diakses pada tanggal 24 Oktober 2013 Pukul 16.07 WIB.
http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jabar/bandung.pdf Diakses pada tanggal 24 Oktober 2013 Pukul 16.09 WIB.
Naskah akademik UU SJSN Tahun 2004
Universitas Indonesia