Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

27
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS SPASIAL LOKASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DI PROVINSI BANTEN TESIS ELIHA MAHSUNA 1206179422 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PASCA SARJANA ILMU GEOGRAFI DEPOK, FEBRUARI 2015

Transcript of Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

Page 1: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS SPASIAL

LOKASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN

DI PROVINSI BANTEN

TESIS

ELIHA MAHSUNA

1206179422

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM PASCA SARJANA ILMU GEOGRAFI

DEPOK, FEBRUARI 2015

Page 2: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan suatu program

Pemerintah dan Masyarakat/Rakyat dengan tujuan memberikan kepastian jaminan

kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia

dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera. Program yang diselenggarakan oleh

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan ini, bersifat wajib bagi

seluruh penduduk Indonesia.

Pemerintah menargetkan seluruh penduduk Indonesia menjadi peserta Program

JKN paling lambat tahun 2019. Kepesertaan menyeluruh JKN tersebut

berdampak pada meningkatnya kebutuhan penduduk akan pelayanan kesehatan,

fasilitas kesehatan, dan tenaga kesehatan.

Pelayanan kesehatan di era JKN dilakukan secara berjenjang mulai dari fasilitas

kesehatan tingkat pertama sampai fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, sesuai

dengan kebutuhan medis. Selain itu, sistem JKN juga memberlakukan prinsip

managed care yang terdiri dari 4 (empat) pilar yaitu promotif, preventif, kuratif,

rehabilitatif. Keempat pilar ini memfokuskan pelayanan kesehatan di Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sebagai pintu gerbang peserta BPJS

Kesehatan dalam mengakses pelayanan kesehatan.

Berdasarkan PERMENKES No. 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan

pada JKN, FKTP terdiri dari Puskesmas beserta jejaringnya, Praktik Dokter

dengan jejaringnya (apotek, laboratorium, bidan, perawat), Praktik Dokter Gigi

beserta jejaringnya, Klinik Pratama beserta jejaringnya, fasilitas kesehatan milik

TNI/POLRI beserta jejaringnya, dan Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang

setara.

4 fungsi pokok fasilitas kesehatan tingkat pertama yaitu:

Universitas Indonesia

Page 3: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

3

1. kontak pertama: FKTP merupakan tempat pertama yang dikunjungi

peserta JKN setiap kali peserta membutuhkan pelayanan kesehatan,

membutuhkan konsultasi, dan menyampaikan keluhannya terkait

kesehatan.

2. kontinuitas pelayanan: hubungan FKTP dengan peserta dapat terus

berlanjut sehingga penanganan penyakit dapat berjalan optimal.

3. komprehensif: FKTP memberikan pelayanan yang komprehensif terutama

untuk pelayanan promotif dan preventif.

4. koordinasi: FKTP berperan sebagai koordinator pelayanan bagi peserta

untuk mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhannya.

FKTP terdiri dari 5 (lima) jenis yaitu Puskesmas, Klinik Pratama, Dokter Praktik

Perorangan, Klinik TNI dan Klinik Polri. Indikator FKTP dapat memberikan

pelayanan berkualitas yaitu: memiliki kelengkapan sarana prasarana fasilitas

kesehatan, komitmen pelayanan kepada peserta JKN, program unggulan dan

inovasi, dan pengetahuan kebijakan program pelayanan primer JKN.

Upaya penguatan FKTP yaitu tenaga medis harus mampu dan menguasai hal-hal

terbaru mengenai prediksi, tanda, gejala, penegakan diagnosis dan

penatalaksanaan komprehensif terhadap berbagai penyakit. Selain itu, tenaga

medis juga harus mampu mencegah penyakit yang terjadi di wilayah kerja

masing-masing. FKTP akan berdampak besar bagi peningkatan status kesehatan

masyarakat.

Hal lain yang harus dipertimbangkan dalam peningkatan mutu pelayanan

kesehatan yaitu pemerataan sebaran FKTP dan keterjangkauannya, pemerataan

pendapatan bagi tiap FKTP berdasarkan kapitasi yang ditentukan dan penyamaan

standar kompetensi FKTP.

Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan, maka kebutuhan fasilitas kesehatan tingkat pertama pun semakin

bertambah. Pengaturan lokasi FKTP yang sesuai dengan faktor – faktor yang

Universitas Indonesia

Page 4: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

4

berpengaruh terhadap permintaan FKTP, maka pengaturan lokasi dapat lebih

efisien dan efektif bagi peserta BPJS Kesehatan.

Saat ini masih dirasakan perbedaan tingkat pencapaian terhadap lokasi FKTP yang

ada. Sehingga FKTP yang ada belum optimal melayani peserta JKN. Di satu

pihak ada FKTP yang sangat sibuk melayani pasien, di pihak lain kurang sibuk.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lokasi strategis berdasarkan kerangka

kerja yang prospektif bagi pelayanan peserta JKN dan kemajuan kualitas FKTP.

Semakin strategis suatu lokasi, berarti akan semakin besar peluang untuk meraih

keuntungannya. Artinya, semakin strategis lokasi FKTP, maka BPJS dapat

dengan mudah meningkatkan kualitas pelayanan kepada peserta JKN.

Kedepannya, BPJS dapat memperbesar keuntungan dengan menekan biaya dan

meraih pasar yang besar dan luas.

Penelitian ini juga dilengkapi dengan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG)

untuk menvisualisasikan posisi penyebaran penduduk di Provinsi Banten pada

kondisi sesungguhnya dan menentukan lokasi strategis FKTP.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka rumusan masalah penelitian

adalah:

1) Bagaimana menentukan lokasi yang strategis untuk membangun poin

servis BPJS bagi badan usaha di Kab. Tangerang?

2) Bagaimana membangun SIG yang dapat mengintegrasikan beberapa

kriteria, sehingga diperoleh suatu informasi lokasi yang tepat untuk

membangun poin servis BPJS?

3) Berapa banyak poin servis yang dibutuhkan untuk menjangkau seluruh

tenaga kerja di wilayah industri Tangerang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian penentuan lokasi poin servis BPJS bagi badan usaha di

Tangerang adalah

Universitas Indonesia

Page 5: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

5

1) Identifikasi faktor – faktor penentu lokasi strategis untuk membangun poin

servis BPJS bagi badan usaha di Kab. Tangerang.

2) Mengetahui cara mengintegrasikan beberapa kriteria ke dalam SIG untuk

penentuan lokasi strategis.

3) Identifikasi kebutuhan poin servis untuk menjangkau seluruh tenaga kerja

di wilayah industri Tangerang.

1.4 Batasan Penelitian

1) Badan Usaha/perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan

jenis usaha yang bersifat tetap, terus menerus, yang didirikan, bekerja dan

berkedudukan dalam wilayah Indonesia, untuk tujuan memperoleh

keuntungan dan atau laba. Empat kategori skala usaha, yaitu : mikro, kecil,

menengah, dan besar. Kecuali untuk perusahaan/usaha industri

pengolahan, kriteria yang digunakan adalah berdasarkan omset yang

dimiliki perusahaan dan kriteria lain yang selama ini digunakan oleh BPS.

Pengelompokan berdasarkan omset per tahun adalah sebagai berikut :

- usaha mikro : < Rp. 50 juta

- usaha kecil : Rp. 50 juta - Rp. 1 milyar

- usaha menengah : Rp. 1 milyar – Rp. 3 milyar

- usaha besar : > Rp. 3 milyar

Perusahaan/usaha industri pengolahan menggunakan jumlah tenaga kerja

yang dimiliki perusahaan/usaha. Pengelompokkannya sebagai berikut :

- usaha mikro : < 5 orang

- usaha kecil : 5 – 19 orang

- usaha menengah : 20 – 99 orang

- usaha besar : > 100 orang

(Sensus Ekonomi, BPS 2014)

2) Poin servis adalah ujung tombak perusahaan yang memiliki tiga fungsi

untuk memberikan informasi, melayani pengaduan dan menerima

pengumpulan iuran. Poin servis ini harus dapat menciptakan persepsi

positif perusahaan kepada pelanggan, memudahkan pelanggan dan

memberikan solusi terbaik jika terjadi permasalahan.

Universitas Indonesia

Page 6: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

6

3) Sistem jaminan sosial yang terdiri dari Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Hari Tua (JHT),

Jaminan Kematian (JKm) dan Jaminan Pensiun (JP).

Universitas Indonesia

Page 7: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Teori yang mendasari penelitian ini adalah teori lokasi. Landasan dari teori lokasi

adalah ruang. Tanpa ruang maka tidak mungkin ada lokasi. Dalam studi tentang

wilayah, yang dimaksud dengan ruang adalah permukaan bumi baik yang ada di

atasnya maupun yang ada di bawahnya sepanjang masih dapat dijangkau oleh

manusia awam. Lokasi menggambarkan posisi pada ruang tersebut. Studi

tentang lokasi adalah melihat kedekatan atau kejauhan satu kegiatan dengan

kegiatan lain dan apa dampaknya atas kegiatan masing-masing karena lokasi yang

berdekatan/berjauhan tersebut.

Lokasi merupakan konsep utama dan menjadi ciri khusus dari pengetahuan

geografi. Lokasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu lokasi absolut dan lokasi

relatif. Lokasi absolute yaitu lokasi yang berkenaan dengan posisi menurut garis

lintang dan garis bujur. Sedangkan lokasi relatif yaitu lokasi yang berkaitan

dengan faktor alam atau faktor budaya yang ada di sekitarnya.

Landasan dari teori lokasi adalah ruang. Tanpa ruang maka tidak mungkin ada

lokasi. Dalam studi tentang wilayah, yang dimaksud dengan ruang adalah

permukaan bumi baik yang ada di atasnya maupun yang ada di bawahnya

sepanjang masih dapat dijangkau oleh manusia awam. Lokasi menggambarkan

posisi pada ruang tersebut. Studi tentang lokasi adalah melihat kedekatan atau

kejauhan satu kegiatan dengan kegiatan lain dan apa dampaknya atas kegiatan

masing-masing karena lokasi yang berdekatan/berjauhan tersebut.

2.1 Teori Lokasi

Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan

ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber – sumber

yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap berbagai

macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006).

Universitas Indonesia

Page 8: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

8

Pemilihan lokasi oleh suatu unit aktivitas ditentukan oleh beberapa faktor seperti:

bahan baku lokal (local input), permintaan lokal (local demand), bahan baku yang

dapat dipindahkan (transferred input), dan permintaan luar (outside demand).

(Hoover dan Gianrratani, 2007)

Lokasi dalam ruang dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Lokasi absolut.

Lokasi absolut adalah lokasi yang berkenaan dengan posisi menurut koordinat

garis lintang dan garis bujur (letak astronomis). Lokasi absolut suatu tempat dapat

diamati pada peta.

2. Lokasi relatif.

Lokasi relatif adalah lokasi suatu tempat yang bersangkutan terhadap kondisi

wilayah-wiayah lain yang ada di sekitarnya. Ada beberapa teori lokasi yaitu :

a. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory) dari Walter Christaller.

b. Teori Lokasi Industri (Theory of Industrial Location) dari Alfred Weber.

c. Teori Susut dan Ongkos Transpor (Theory of Weight Loss and Transport

Cost).

d. Model Gravitasi dan Teori Interaksi (the Interaction Theory) dari Issac

Newton.

Teori Tempat Sentral (Central Place Theory) dari Walter Christaller

Christaller pertama kali mempublikasikan studinya tentang bagaimana

menentukan jumlah, ukuran dan pola penyebaran kota-kota. Asumsi-asumsi yang

dikemukakan antara lain:

a. Suatu lokasi yang memiliki permukaan datar yang seragam.

b. Lokasi tersebut memiliki jumlah penduduk yang merata.

c. Lokasi tersebut mempunyai kesempatan transportasi dan komunikasi yang

merata.

d. Jumlah penduduk yang ada membutuhkan barang dan jasa.

Universitas Indonesia

Page 9: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

9

Prinsip yang dikemukakan oleh Christaller adalah:

a. Range

Adalah jarak jangkauan antara penduduk dan tempat suatu aktivitas pasar yang

menjual kebutuhan komoditi atau barang. Misalnya seseorang membeli baju di

lokasi pasar tertentu,range adalah jarak antara tempat tinggal orang tersebut

dengan pasar lokasi tempat dia membeli baju. Apabila jarak ke pasar lebih jauh

dari kemampuan jangkauan penduduk yang bersangkutan, maka penduduk

cenderung akan mencari barang dan jasa ke pasar lain yang lebih dekat.

b. Threshold

Adalah jumlah minimum penduduk atau konsumen yang dibutuhkan untuk

menunjang kesinambungan pemasokan barang atau jasa yang bersangkutan, yang

diperlukan dalam penyebaran penduduk atau konsumen dalam ruang

(spatial population distribution).

Dari komponen range dan threshold maka lahir prinsip optimalisasi pasar

(marketoptimizing principle). Prinsip ini antara lain menyebutkan bahwa dengan

memenuhi asumsi di atas, dalam suatu wilayah akan terbentuk wilayah tempat

pusat (central place). Pusat tersebut menyajikan kebutuhan barng dan jasa bagi

penduduk sekitarnya. Apabila sebuah pusat dalamrange dan threshold yang

membentuk lingkaran, bertemu dengan pusat yang lain yang juga

memiliki range dan threshold tertentu, maka akan terjadi daerah yang

bertampalan. Penduduk yang bertempat tinggal di daerah yang bertampalan akan

memiliki kesempatan yang relatif sama untuk pergi kedua pusat pasar itu.

Keterbatasan sistem tempat pusat dari Christaller ini meliputi beberapa kendala,

antara lain:a. Jumlah penduduk.

b. Pola aksesibilitas.

c. Distribusi.

Perubahan penduduk yang besar akan menjadikan pola tidak menentu terhadap

pola segi enam yang seyogyanya terjadi. Keterbatasan aksesibilitas transportasi ke

suatu wilayah akan menjadi kebiasan pola segi enam, terutama bila terdapat

keterbatasan fisik wilayah. Dalam kenyataannya, konsumen atau masyarakat tidak

Universitas Indonesia

Page 10: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

10

selalu rasional dalam memilih barang atau komoditi yang diinginkan. Berikut di

bawah ini gambar sistem segi enam Christaller.

Teori Lokasi Industri (Theory of industrial location) dari Alfred Weber

Teori ini dimaksudkan untuk menentukan suatu lokasi industri dengan

mempertimbangkan risiko biaya atau ongkos yang paling minimum, dengan

asumsi sebagai berikut:

1. Wilayah yang akan dijadikan lokasi industri memiliki: topografi, iklim dan

penduduknya relatif homogen.

2. Sumber daya atau bahan mentah yang dibutuhkan cukup memadai.

3. Upah tenaga kerja didasarkan pada ketentuan tertentu, seperti Upah Minimum

Regional (UMR).

4. Hanya ada satu jenis alat transportasi.

5. Biaya angkut ditentukan berdasarkan beban dan jarak angkut.

6. Terdapat persaingan antarkegiatan industri.

7. Manusia yang ada di daerah tersebut masih berpikir rasional.

Persyaratan tersebut jika dipenuhi maka teori lokasi industri dari Alfred Weber

dapat digunakan. Weber menggunakan tiga faktor (variabel penentu) dalam

analisis teorinya, yaitu titik material, titik konsumsi, dan titik tenaga kerja. Ketiga

titik (faktor) ini diukur dengan ekuivalensi ongkos transport.

Berdasarkan asumsi tersebut di atas, penggunaan teori Weber tampak seperti pada

gambar berikut ini.

Universitas Indonesia

Page 11: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

11

Segitiga Weber dalam menentukan lokasi industri

(Sumber: Ilmu Pengetahuan Populer, 2000)

Keterangan:

M = pasar P = lokasi biaya terendah.

R1, R2 = bahan baku

(a) : apabila biaya angkut hanya didasarkan pada jarak.

(b) : apabila biaya angkut bahan baku lebih mahal dari pada hasil industri.

(c) : apabila biaya angkut bahan baku lebih murah dari pada hasil industri.

Teori Susut dan Ongkos Transpor (Theory of Weight Loss and Transport

Cost)

Model Gravitasi dan Teori Interaksi (The Interaction Theory) dari Issac

Newton

Teori lokasi industri adalah suatu teori yang dikembangkan untuk

memperhitungkan pola lokasi kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya kegiatan

industri dengan cara konsisten dan logis. Teori lokasi seringkali dikatakan sebagai

pondasi dan bagian yang tidak terpisahkan dalam analisa ekonomi regional.

Peranan teori lokasi dalam ilmu ekonomi regional sama dengan teori mikro dan

makro pada analisa tradisional. Dengan demikian analisa ekonomi regional tidak

dapat dilakukan tanpa teori lokasi.

Geografi industri sebagai bagian dari Geografi ekonomi yang mempelajari lokasi

industri, sedangkan faktor lokasi ini berkaitan dengan wilayah bahan mentah,

pasaran, sumber suplai tenaga kerja, wilayah bahan bakar dan tenaga, jalur

Universitas Indonesia

Page 12: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

12

transportasi, kondisi wilayah, bahan bakar (tenaga), buruh dan konsumen.

Penerapan ilmu menentukan tempat dan lokasi, banyak dikaji oleh perencana

wilayah dalam kegiatan industri.

Pemilihan lokasi untuk setiap bentuk kegiatan dalam proses produksi sangat

menentukan efektifitas dan efisiensi keberlangsungan kegiatan tersebut. Suatu

lokasi yang optimal secara ekonomis, mengurangi beban biaya yang ditanggung

oleh suatu bentuk kegiatan. Dalam pemilihan lokasi industri yang tepat akan

berkaitan dengan analisa ekonomi karena akan mempengaruhi biaya total proses

produksi, selain faktor ekonomi juga dipengaruhi faktor ruang (spatial factor).

Karena lokasi yang ideal jarang ditemukan, maka faktor yang paling menentukan

berdirinya industri tersebut biasanya diorientasikan terhadap bahan mentah, pasar

dan sumber bahan baku.

Aksesibilitas adalah suatu faktor yang sangat mempengaruhi apakah suatu lokasi

menarik untuk dikunjungi tidak. Tingkat aksesibilitas merupakan tingkat

kemudahan di dalam mencapai dan menuju arah suatu lokasi ditinjau dari lokasi

lain di sekitarnya (Tarigan, 2006). Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas

dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana hubungan, ketersediaan berbagai sarana

penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan

untuk melalui jalur tersebut.

Pertimbangan utama dalam menentukan alternatif lokasi industri yaitu ditekankan

pada biaya transportasi yang rendah. Beberapa teori yang banyak digunakan

dalam menentukan lokasi industri, adalah sebagai berikut:

1. Theory of industrial location (teori lokasi industri) dari Alfred Weber.

2. Theory of optimal industrial location (teori lokasi industri optimal) dari

Losch.

3. Theory of weight loss and transport cost (teori susut dan ongkos transport).

4. Model of gravitation and interaction (model gravitasi dan interaksi) dari

Issac Newton dan Ullman.

Universitas Indonesia

Page 13: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

13

5. Theory of cental place (teori tempat yang sentral) dari Walter Christaller.

Pada prinsipnya beberapa teori lokasi tersebut untuk memberikan masukan

bagi penentuan lokasi optimum, yaitu lokasi yang terbaik dan menguntungkan

secara ekonomi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai beberapa teori

lokasi.

2.2 Kota dan Pusat Kota

Terjadinya kota merupakan akibat dan pemusatan penduduk pada suatu

tempat dan ruang tertentu. Pemusatan penduduk yang nampak pada pemusatan

permukiman penduduk ini didorong oleh berbagai hal yang memberikan ciri khas

kepada kota, jadi kota memiliki ciri khas yang ditentukan oleh fungsi kota dalam

ruang lingkup daerah (Salim, 1984). Terjadinya pemusatan tersebut pada akhirnya

membagi kota menjadi bagian-bagian tertentu dan terdapat apa yang disebut

dengan “pusat”.

2.2.1 Hubungan antara Pusat Kota dan Daerah sekitarnya

Mengambil istilah dari “urban land rent theory”, hubungan antara pusat kota

dengan daerah sekitarnya dapat berkorelasi positif ataupun negatif. Pada teori ini,

diasumsikan bahwa sebuah pusat kota sangat diperlukan sekali dan juga adanya

kekurangan pada ketersediaan lahan, pengguna lahan akan membuat tawaran

bersaing untuk lahan yang terbatas itu. Hal yang dapat dibahas dari pernyataan

tersebut adalah dimana keterbatasan lahan pada pusat kota meningkatkan nilai

yang ada pada pusat kota. Faktor kedekatan dengan pusat kota menjadikan

kawasan ini padat dan diisi oleh orang-orang yang mampu membayar lahan

dengan harga tinggi.

2.3 Struktur Perkotaan

Istilah struktur internal mengacu pada lokasi, susunan, dan hubungan antara

elemen sosial dan fisik pada sebuah kota. Hal tersebut memberi kesan bahwa

Universitas Indonesia

Page 14: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

14

perlu adanya distribusi spasial dan interaksi antara distibusi tersebut (Bourne,

1971). Struktur ruang perkotaan nampak dari bentuk geometris antara sosial dan

fisiknya (Madanipour, 1996). Dalam hal menentukan struktur kota maka caranya

adalah mengenali kota dari bentuknya. Pada sebuah studi mengenai struktur

internal sebuah kota, terdapat deskripsi mengenai struktur perkotaan yang pada

umumnya terbagi atas tiga model berbentuk konsentri, sektoral, dan inti berganda.

Struktur perkotaan juga merupakan kumpulan bangunan dan artefak yang terlihat

sebagai sebuah tempat untuk hubungan sosial.

2.3.1 ‘Classical’ Models of Urban Structure

Dalam model perkotaan, terdapat apa yang disebut model 'klasik' dari

penggunaan lahan perkotaan. Pertama dikemukakan oleh Park Burgess (1925),

seorang kolaborator utama, dan tidak diragukan lagi, model ini yang paling

dikenal. Model Konsentris menawarkan kerangka deskriptif di mana untuk

melihat kedua organisasi spasial yakni penggunaan lahan di kota dan perubahan

dari waktu ke waktu. Burgess sadar akan bekerja pada nilai-nilai tanah perkotaan

dan sewa pada modelnya. Modelnya sebagian didirikan pada jenis basis ekonomi.

Model ini membuat sejumlah asumsi yang termasuk permukaan tanah yang

seragam, aksesibilitas yang universal ke kota yang berpusat tunggal dan

persaingan bebas dalam ruang.

2.3.2. Pendekatan Morfologi Kota

-True Bounded City: batas fisikal kota koinsiden dengan batas administrasi

kota. Ini berarti seluruh areal kota berada pada batas-batas administrasi

kota.

2.3.3 Urban Realms

Dengan melihat adanya beberapa kesuaian dari konsep Urban Realms di atas

dengan harapan penelitian ini, maka penelitian ini mendasarkan teori Urban

realms ini untuk mengklasifikasikan dan membatasi subwilayah dari pusat dan

subpusat kotanya.

2.4 Satelite Model

Universitas Indonesia

Page 15: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

15

Kota satelit (satellite town) menurut definisinya, diartikan sebagai kota yang

terletak di pinggiran (di sekitar) atau berdekatan dengan satu kota besar, yang

secara ekonomi, sosial, administrasi dan politis, tergantung pada kota utama. Kota

satelit mirip dengan kota mandiri, dilihat dari letaknya kota mandiri itu berdekatan

(di sekitar) pusat kota umum, dan masih berada di lingkup kota metropolitan

(Adisasmita, 2010).

2.5 Analisis Spasial

Dalam bukunya, Mathew & Herbert (2004) mencatatatkan bahwa analisis spasial

muncul pada 1950-an dan 1960-an dan tentu saja memiliki bobot dan substansi

untuk berperan dalam paradigma baru untuk Geografi. Meskipun sangat

bergantung pada seperangkat metodologi baru yang secara luas terasa dalam

deskripsi metode ilmiah, namun terdapat lebih banyak paradigma baru dari

sekedar teknik atau metode. Bailey (dalam Rustiadi 2011), mendefinisikan

analisis spasial sebagai upaya untuk memanipulasi data spasial ke dalam berbagai

bentuk-bentuk dan mengekstrak pengertian-pengertian tambahan sebagai

hasilnya.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian pertama adalah penelitian yang berjudul Structure of Urban

Movements: Polycentric Activity and Entangled Hierarchical Flows. Penelitian ini

dilakukan oleh Camille Roth,Soong Moon Kang, Michael Batty, dan Marc Barthe

´lemy. Penelitian yang dikemas dalam bentuk jurnal ini dipublikasikan pada

tanggal 7 Januari 2011. Dalam penelitian ini berisikan tentang masalah yang ada

di perkotaan.

Universitas Indonesia

Page 16: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

16

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bukunya, Rustiadi (2011) mengungkapkan sebuah Hukum Geografi

“Tobler”. Hukum Geografi “Tobler” yang pertama menyebutkan bahwa ‘Setiap

hal memiliki keterkaitan dengan hal lainnya, namun yang lebih berdekatan

memiliki keterkaitan lebih dari lainnya’. Hal tersebut menunjukan hal yang wajar

apabila suatu wilayah lebih dipengaruhi oleh wilayah di sebelahnya atau lebih

dekat dibandingkan wilayah lain yang lebih berjauhan akibat adanya interaksi

sosial-ekonomi antarpenduduk.

Dasar hukum tersebut menjadi sebuah landasan dalam metode penelitian ini

dimana penulis menyajikan unit analisis berupa pusat kota dan subpusat kota

beserta subwilayahnya. Acuan tersebut mempermudah dalam analisis khususnya

analisis yang bersifat spasial. Secara umum, metodologi penelitian ini bersifat

eksploratif yakni mengekplorasi Kota Bandung secara mendalam dilihat dari

struktur keruangannya serta hubungan antar pusat kota dan subpusatnya. Berikut

adalah pembahasan dalam metode penelitian yakni terdiri atas pengumpulan data,

pengolahan data dan analisis data :

3.1 Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penelitian ini menggunakan data yang bersifat spasial.

Data spasial ini diterjemahkan pula dalam bentuk data tabular serta grafik untuk

memperjelas angka luasannya. Data primer dalam penelitian ini berupa data foto

yang diambil langsung ke lapangan untuk tujuan verifikasi sejumlah data

sekunder yang diolah dan juga untuk melengkapi analisis data. Data sekunder

yang berupa data spasial terseut diperoleh dari berbagai instansi pemerintah.

Berikut adalah gambaran mengenai data sekunder yang digunakan :

Tabel 3.1 Data Penelitian dan Sumber Data

Universitas Indonesia

Page 17: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

17

Data Jenis Data Tahun Sumber Data

Penggunaan Lahan image 2009 BAPPEDA Kota Bandung

Aksesibilitas, Administrasi

image 2009 BPN, BAPPEDA, Dinas Binamarga

Demografi raster 2010 World population

Topografi Wilayah Data SRTM

Sumber: Data Penelitian, 2013

Dari tabel di atas dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut:

- Data penggunaan lahan dipergunakan untuk mendapatkan kelas

penggunaan tertentu sebagai cerminan dari aktifitas manusia dan kegiatan

yang terdapat di dalamnya.

- Data aksesibilitas dipergunakan untuk mengetahui struktur jaringan jalan

dan kerapatan jaringan jalan di Kota Bandung.

- Data administrasi dipergunakan untuk menjelaskan batasan kota dalam

unit kecamatan. Pembagian data administrasi tidak dipergunakan dalam

analisis data melainkan untuk gambaran umum wilayah.

- Data demografi yang dipergunakan yakni data yang menjelaskan

kepadatan jumlah penduduk secara spasial. Data ini merupakan data

sensus kontemporer dalam memproduksi dataset distribusi penduduk yang

akurat. Data ini merupakan data raster dengan satuan pixel.

- Data topografi dipergunakan untuk menggambarkan kondisi fisik yakni

berupa kemiringan lereng.

3.2 Pengolahan Data

Pengolahan data pada umumnya adalah menyusun data dan

mengklasifikasikan data dan merepresentasi data dalam bentuk peta. Pengolahan

data dalam penelitian ini yakni pengolahan data dengan menggunakan alat bantu

perangkat GIS berupa Arc GIS 9.3 untuk membuat peta. GIS dapat diterapkan

untuk menggambarkan berbagai macam fenomena manusia dan fisik dan

menafsirkan data spasial dalam cara yang lebih tajam. nilai pendekatan ini

sebagai instrumen geografer untuk berkontribusi dalam penelitian interdisipliner

(Mathew&Herbert, 2004). Dalam penelitian ini, pengolahan data terbagi dua

Universitas Indonesia

Page 18: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

18

bagian yakni pengolahan dalam membahas model perkotaan berdasarkan teori dan

juga pembahasan mengenai keterkaitan anatara pusat dan subpusat kota serta

subwilayahnya. Oleh karena itu, unit analisis penelitian ini tidak menggunakan

unit administrasi namun morfologi dan struktur yang ada dalam ruang perkotaan.

Dalam menentukan model kota berdasarkan teori, secara umum dilakukan

geoprocessing dengan overlay berupa union antara unsur pembentuknya yakni

dataran wilayah yang ditunjukkan oleh topografi wilayah berupa kemiringan

lereng, jaringan transportasi berupa jaringan jalan dan fungsi penggunaan lahan

khususnya kawasan permukiman yang mendominasi Kota Bandung dan fungsi

kegiatan internal. Penarikan garis disesuaikan dengan jaringan jalan yang

memisahkan antara pengelompokkan wilayah tertentu berdasarkan sifat-sifatnya

tersebut. Berikut adalah matriks dari unsur pembentuk model perkotaan

berdasarkan teori:

Tabel 3. 2 Matriks Penentuan Model Perkotaan

Variabel PenentuKawasan

CBDKawasan Suburban

Penggunaan Lahan

Pusat Kegiatan √ : Institusi Pemerintah dan Pendidikan

: Perdagangan dan Jasa Permukiman √ √Industri √ √

Kelas Jalan

Jalan Arteri Primer √Jalan Arteri Sekunder √Jalan Provinsi √ Jalan Nasional √ Jalan Kolektor Primer √Jalan Kolektor Sekunder √

Kemiringan Lereng

0-2 % √ 2-7 % √7-15 % √15-30 % √30-70 % √

Sumber: Pengolahan Data, 2013

Dalam membahas mengenai pusat kota dan subpusatnya maka dalam penelitian

mengambil titik pusat kota dan subpusatnya berdasarkan Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Bandung 2011-2031. Bahasan mengenai pusat dan subpusat ini

Universitas Indonesia

Page 19: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

19

menunjukkan struktur yang memiliki hirarki, dimana adanya perbandingan

kenampakan pada bagian yang berjenjang berdasarkan jarak. Konsep mengenai

hirarki berupa order ini ditentukan oleh jarak dimana pengaruh jarak dari pusat

menentukan kenampakannya. Berikut adalah titik-titik beserta jarak tersebut:

Tabel 3.3 Titik Pusat dan Subpusat Kota Bandung

Pusat Jarak dari Pusat (Km)

Arcamanik 7,97Derwati 9,45

Gede Bage 11,09Kopo Kencana 1,88

Kordon 5,45Maleer 3,28

Pusat Alun-Alun 0Sadang Serang 4,07

Setrasari 5,14Ujung Berung 11,13

Sumber: Pengolahan Data, 2013

Secara umum proses pengolahan data dasar meliputi:

• Membuat peta administrasi dengan unit kecamatan di Kota Bandung

sebagai peta dasar dengan bantuan perangkat Arc GIS 9.3.

• Mengolah data penggunaan lahan tahun 2009 hingga diklasifikasikan

sebagai berikut:

Tabel 3.4 Klasifikasi Penggunaan Lahan

Kelas Jenis

Penggunaan Lahan

Bangunan

1. Institusi Pemerintah dan Pendidikan2. Perdagangan dan Jasa3.Perumahan/Komplek4. Industri

Kawasan Hijau

1. Hutan Kota2. Rumput3. Ruang Terbuka Hijau 4. Semak Belukar

Pertanian1. Kebun2. Sawah3. Tegalan/Ladang

Universitas Indonesia

Page 20: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

20

Transportasi 1.BandaraSumber: Pengolahan Data, 2013

• Membuat peta kelas jaringan jalan yang didapat dari Dinas Binamarga

dengan data tahun 2009 dan diolah dengan Arc GIS 9.3 untuk membuat

kerapatan jalan.

Tabel 3.5 Kelas Kerapatan Jaringan Jalan

Kerapatan Jaringan Jalan

Kelas

41,48-75,75 (m/ha) Kerapatan Rendah76,75-111,02 (m/ha) Kerapatan Sedang

112,025-146,29 (m/ha) Kerapatan TinggiSumber: Pengolahan Data, 2013

• Membuat peta kemiringan lereng berdasarkan data kontur Kota Bandung .

Klasifikasi kemiringan lereng yang digunakan berdasarkan klasifikasi Van

Zuidam seperti berikut:

Tabel 3.6 Kelas Kemiringan Lereng

Kemiringan Lereng Klasifiaskasi0-2 % Datar (almost flat)2-7 % Landai (gently sloping)7-15 % Miring (sloping)

15-30 %Agak Curam (moderately

steep)30-70 % Curam (steep)

• Membuat peta kepadatan penduduk berdasarkan data raster yang di unduh

dalam situs http://www.clas.ufl.edu/users/atatem/index_files/AsiaPop.htm.

Berikut keterangan dari data kepadatan tersebut:

Tabel 3.7 Keterangan pada Data Raster Kepadatan Penduduk

Versi: alphaUnit: Orang per kotak persegi

Proyeksi: Geographic (WGS84)Resolusi spasial: 0.000833 derajat

(~ 100m di khatulistiwa)

Tahun: 2010, 2015Pendekatan Pemetaan: Identik dengan AfriPopFormat: GeoTiff (zip

Universitas Indonesia

Page 21: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

21

menggunakan 7-zip (open access tool): www.7-zip.org)

Sumber: http://www.clas.ufl.edu/users/atatem/index_files/AsiaPop.htm

Berikut adalah kelas kepadatan penduduk berdasarkan pengelompokkan yang

dibagi menjadi tiga kelas:

Tabel 3.8 Kelas Kepadatan Penduduk

Kepadatan Penduduk

Kelas

0-10 (jiwa/pixel)Kepadatan

Rendah

10-100 (jiwa/pixel)Kepadatan

Sedang>100 (jiwa/pixel) Kepadatan Tinggi

Sumber: Pengolahan Data, 2013

Sebelum melakukukan geoprocessing, maka terlebih dahulu menentukan unit

analisisnya dan memetakannya. Unit analisis dalam penelitian ini berupa titik

pusat kota dan subpusatnya seperti yang telah diungkapkan dalam tabel 3.3.

Langkah selanjutnya yakni melakukan overlay dengan bantuan perangkat Arc GIS

9.3 dari seluruh data yang telah diklasifikasi. Overlay dilakukan sebagai bagian

dari geoprocessing berupa union dan intersect. Dari proses ini menghasilkan

superimpose peta untuk dapat dianalisis secara spasial.

3.3 Analisis

. Dalam bukunya, Mathew dan Herbert (2004) menjelaskan bahwa metode

analisis spasial berkaitan dengan perkembangan geografi di pertengahan abad 20.

Metode ini terlait dengan geostatistik, penginderaan jauh, dan juga SIG (Sistem

Informasi Geografi). Dalam penelitian ini analisis dilakukan berdasarkan metode

yang ada dalam SIG. Analisis yang dimaksud adalah pembahasan mendalam

terhadap hasil penelitian dan isi suatu penelitian. Analisis ini berfungsi utuk

menjelaskan data secara keruangan dan visual sehingga memudahkan pembaca

dalam memahami hasil penelitian. Secara umum, penelitian ini menggunakan

analisis spasial.

Universitas Indonesia

Page 22: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

22

Dalam tema anasisis ini, fokus utamanya adalah kenampakkan fisik

budayawi dimana kenampakkan tersebut diartikan sebagai bentuk bangunan atau

bentukan tertentu (bukan bangunan) yang keberadaannya secara sengaja

dihadirkan oleh manusia untuk dimanfaatkan sebagai sarana dan prasarana

penyelenggaraan kehidupannya (Yunus, 2012).

Analisis Spasial

Dalam penelitian ini secara umum merupakan penelitian dengan pendekatan Ilmu

Geografi, oleh karena itu, analisis utama yang dipergunakan adalah analisis

spasial. Analisis spasial yang dimaksud adalah analisis mengenai struktur

keruangan yakni pusat kota dan hubungannya dengan daerah sekitar pusat kota,

terkait dengan penggunaan lahan, jaringan jalan, kepadatan penduduk dan

topografi wilayah Kota Bandung. Menurut Yunus (2012) dalam bukunya yang

berjudul Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer, dinyatakan bahwa dalam

analisis struktur keruangan merupakan upaya menganalisis ruang atas dasar

strukturnya dimana stuktur tersebut dapat berupa gejala fisikal, non-fisikal,

maupun gabungan keduanya. Konfigurasi spasial yang ditunjukkan dalam struktur

keruangan dibagi menjadi delapan komponen yakni kepadatan, kontinuitas,

konsentrasi, pengelompokkan, pemusatan, nuclearity, campuran penggunaan

lahan dan kedekatan.

Universitas Indonesia

Page 23: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

23

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Adisasmita, Rahardjo.(2010).Pembangunan Kota Optimum, Efisien & Mandiri.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Alatas, Secha.(1995).”Studi Migrasi Penduduk Indonesia”. Migrasi dan Distribusi Penduduk di Indonesia. Jakarta: Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN.

Ananta, Aris.(1995).”Peran Analisis Migrasi”. Migrasi dan Distribusi Penduduk di Indonesia. Jakarta: Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN.

Berke, Philip R., et all.(1995).Urban Land Use Planning..(Fifth Edition). Urbana and Chicago: University of Illionis Press.

Branch, Melville.(1995).Perencanaan Kota Komprehensif, Pengantar & Penjelasan..(Cetakan Pertama).Penerjemah: Bambang Hari Wibisono. Penyunting: Achmad Djunaedi.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Bourne, Larry S. 1971. Internal Structure of The City: readings on space and

environment. USA: Oxford University Press.

Choldin, Harvey M. (1985). Cities and Suburbs: An Introduction To Urban Sociology.USA: McGraw-Hill, Inc.

Davis, Kingsley.1973. Cities : their origin, growth and human impact. California :

W.H Freeman and Company.

Djumantri, Maman, et all.(2009).Kamus Penataan Ruang.Jakarta: Dirjen Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum.

Fernandes, Edésio.(2004).A View From Brazil.(Ebook). Habitat Debate.

Hagett, Peter.(2001).Geography A Global Synthesis. London: Prentice Hall. University of Bristol.

Universitas Indonesia

Page 24: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

24

Hartshorn, Truman A. 1992. Interpreting the city: an urban geography – 2nd ed.

Canada : John Wiley & Sons, Inc.

Johnson, James H. 1972. Urban Geography: An Introdutory Analysis 2nd Edition.

London : Pergamon Press.

Lynch, Kevin.(1960). The Image of The City . America : The MIT Press.

Knox, Paul L. 1987. Urban Social Geography. New York : Longman Group.

Kota Bandung Dalam Angka 2012. BPS Kota Bandung. Katalog: 1102001.3273

Madanipour, Ali.(1996). Design of Urban Space: An Inquiry Into a Socio-Spatial

Process. England: John Wiley&Sons.

Marbun, B.N.(1979).Kota Indonesia Masa Depan: Masalah dan Prospek. Jakarta: Erlangga.

Mathew & Herbert.(2004).Unifying Geography.Routledge.

Peter Daniel and Michael Hopkinson. (1993). The Geography of Settlement.

Singapore : Olyver&Boyd.

Raithelhuber, Martin.(2004). Geographical Information Systems for City Planners. Habitat Debate.

Rustiadi, Erman., dkk.(2011).Perencanaan dan Pengembangan Wilayah.(Edisi Kedua).Jakarta: Crestpent Press dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Salim, Emil.(1984).Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta: LP3ES.

Suganda, Her .(2012). Wisata Parijs Van Java: Sejarah, Peradaban, Seni, Kuliner, dan Belanja. Bandung: Kompas.

Sujarto, D.(1997).Kota Baru di Indonesia: Masalah dan Prospek Pengembangannya, Bunga Rampai Perencanaan Pembangunan di Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Universitas Indonesia

Page 25: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

25

Tom, Carter. (2006). Understanding Disinvestment and Decline. Canada: Canada Research Chair in Urban Change and Adaptation, The University of Winnipeg

Winarno, Andi.(2007).Studi tentang urban sprawl kota Semarang Terhadap Kualitas Tegangan Listrik Studi Kasus Kelurahan Meteseh Kecamatan Tembalang

Yudhistira, M Halley.(2007).Analisis Arah Pergerakan Aktivitas Ekonomi Jakarta Terhadap Daerah Sekitarnya Dengan Menggunakan Pendekatan Urban Sprawl. Depok: FE UI.

Yunus, Hadi Sabari.(1987).“Permasalahan Daerah Urban Fringe dan Alternatif Pemecahannya”. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.

Yunus, Hadi Sabari.(2006).Megapolitan: Konsep, Problematika, dan Prospek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yunus, Hadi Sabari.(2009).Klasifikasi Kota.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yunus, Hadi Sabari.(2012).Struktur Tata Ruang Kota.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jurnal :

Anas, dkk. (1998). Urban Spatial Structure. Journal of Economic Literature, Vol.

36, No. 3 (Sep., 1998), pp. 1426-1464

Kustiawan, Iwan.Teori Tipologi Perkembangan Kota: Penerapan Compact City Untuk Pengembangan Kawasan Perkotaan Yang Lebih Berkelanjutan. E-mail: [email protected]

Piyathamrongchai, K., and M. Batty.(2007).Integrating Cellular Automata and Regional Dynamics Using Gis: The Dynamic Settlement Simulation Model (DSSM).Centre for Advanced Spatial Analysis (CASA). London: University College London, UK. Springer.

Paegelow M, Camacho Olmedo MT.(2008). 1 Advances in geomatic simulations for environmental dynamics. Environmental Science and Engineering Subseries: Environmental Science. Springer-Verlag Berlin Heidelberg

Universitas Indonesia

Page 26: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

26

Roth, dkk. (2011). Structure of Urban Movements: Polycentric Activity and

Entangled Hierarchical Flows. PLoS ONE 6(1): e15923

Internet:

Human Geography Models and Theory. Diambil dari:

http://quizlet.com/1959317/human-geograpy-models-and-theories-flash-

cards/ diaskes pada tanggal 06 Januari 2014 Pukul 12.24 WIB

Models and History of Modeling. Diambil dari http://www.mat.univie.ac.at/~herman/papers/modtheoc.pdf

diakses pada tanggal 19 September 2013 Pukul 16.10 WIB.

Models of Urban Structure . Diambil dari

http://teacherweb.ftl.pinecrest.edu/snyderd/mwh/readings/urban/urban2.pd

f diakses pada tanggal 06 Januari 2014 Pukul 12.18 WIB

Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan 2010. Diambil dari http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=12. diakses pada tanggal 24 Juli 2013 pukul 11.45 WIB.

Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung:

http://www.bandungheritage.org Diakses pada tanggal 28 November 2013

Pukul 10.31 WIB

Rencana Struktur Wilayah Kota:http://www.penataanruang.com/rencana-struktur-ruang.html Diakses pada tanggal 30 November 2013 Pukul 10.20 WIB

Rencana Tata Ruang Kota Bandung 2011-2031:www. bandung .go.id/index.php?fa=pemerintah.detail&id=1897 Diakses pada tanggal 30 November 2013 Pukul 10.40 WIB

Sekilas dan Kondisi Umum Daerah Jawa Barat. Diambil dari http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/kondisi-umum-daerah-jabar diakses pada tanggal 10 Mei 2013 Pukul 17.29 WIB.

Universitas Indonesia

Page 27: Proposal Tesin Faskes Tingkat 1

27

Spatial Analysis. Diambil dari http://en.wikipedia.org/w/index.php?oldid=572267683 lisensi dari //creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0/ diakses pada tanggal 24 September 2013 Pukul 15.55 WIB

The Internal Structure of Cities . Diambil dari

http://cronodon.com/PlanetTech/Cities_Structure.html diakses pada

tanggal 06 Januari 2014 Pukul 12.10 WIB

Urban Geography Models. Diambil dari

http://geography.about.com/od/urbaneconomicgeography/a/Urban-

Geography-Models.htm diakses pada tanggal 06 Januari 2014 Pukul 12.15

WIB

Urban Realms Model . Diambil dari

https://mhsaphuge3.wikispaces.com/Urban+Realms+Model diakses pada

tanggal 06 Januari 2014 Pukul 12.12 WIB

Urban Structure. Diambil dari

http://en.wikipedia.org/wiki/Urban_structure diakses pada tanggal 26 Agustus 2013 Pukul 14.04 WIB.

Urbanization Summary. Diambil dari:

http://www.martinsaphug.com/wp- content/uploads/2010/09/Urbanization- Summary.pdf Diakses pada tanggal 26 Agustus 2013 Pukul 14.09 WIB.

http://bandung.go.id/images/Materi_Teknis_RTRW_2011-2031/Bab_1_Pendahuluan.pdf Diakses pada tanggal 24 Oktober 2013 Pukul 16.07 WIB.

http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jabar/bandung.pdf Diakses pada tanggal 24 Oktober 2013 Pukul 16.09 WIB.

Naskah akademik UU SJSN Tahun 2004

Universitas Indonesia