proposal tentang KKN

36
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan reformasi yang menghendaki terwujudna pemerintahan yang bersih, berwibawa, dan transparan dalam menjalankan tugas dengan tekad memerangi praktek korupsi, kolusi dan nepotisme, menuntut pemerintah untuki meningkatkan kinerja pelayanan aparatur secara terus menerus. Tanpa kinerja pelayanan yang tinggi , tidak mungkin aparatue pemerintah memiliki keunggulan kompetitif dan mempunyai etos kerja yang tinggi sebagai syarat untuk memberikan pelayanan publik yang betul- betul prima dalam arti sesuai dengan harapan , keinginan, dan kebutuhan masyarakat. Dengan kata lain, tanpa kinerja pelayanan yang optimal pelayanan publik yang diperankan oleh aparatur pemerintah tidak akan berhasil. Pelayanan publik dalam artian ini adalah pelayanan yang dilakukan oleh birokrasi pemerintah atau lembaga lain yang tidak termasuk badan usaha swasta yang tidak berorientasi pada laba (profit). Pelayanan ini lazim pula disebut pelayanan umum yang harus dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan terpadu yang bersifat sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar dan terjangkau (Boediono 1999:59) 1

description

Studi yang memfokuskan diri pada masalah dampak korupsi, kolusi dan nepotisme di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil di Kota Bandar Lampung terhadap pelayanan masyarakat, memrlukan kerangka pemikiran yang digunakan sebagai pedoman atau arah pembahasan studi bersangkutan. Untuk itu, sebelumnya perlu ditemukan terlebih dahulu lingkup kajian secara umum masalah KKN dan dampaknya terhadap pelayanan masyarakat. Berdasarkan atas pemahaman lingkup kajian tersebut selanjutnya dengan pertimbangan tertentu dapat dilakukan pembatasan-pembatasan seperlunya sehingga studi tidak terlalu luas lingkupnya.

Transcript of proposal tentang KKN

Page 1: proposal tentang KKN

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang Masalah

Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan reformasi

yang menghendaki terwujudna pemerintahan yang bersih, berwibawa, dan

transparan dalam menjalankan tugas dengan tekad memerangi praktek korupsi,

kolusi dan nepotisme, menuntut pemerintah untuki meningkatkan kinerja

pelayanan aparatur secara terus menerus. Tanpa kinerja pelayanan yang tinggi ,

tidak mungkin aparatue pemerintah memiliki keunggulan kompetitif dan

mempunyai etos kerja yang tinggi sebagai syarat untuk memberikan pelayanan

publik yang betul-betul prima dalam arti sesuai dengan harapan , keinginan, dan

kebutuhan masyarakat. Dengan kata lain, tanpa kinerja pelayanan yang optimal

pelayanan publik yang diperankan oleh aparatur pemerintah tidak akan berhasil.

Pelayanan publik dalam artian ini adalah pelayanan yang dilakukan oleh birokrasi

pemerintah atau lembaga lain yang tidak termasuk badan usaha swasta yang tidak

berorientasi pada laba (profit). Pelayanan ini lazim pula disebut pelayanan umum

yang harus dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan terpadu yang bersifat

sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar dan terjangkau (Boediono

1999:59)

Padahal berbagai upaya sudah dilakukan oleh pemerintah melalui

penerbitan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat.

Antara lain : Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan aparatur Negara Nomor

81/1993 tentan Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum yang kemudian

disempurnakan dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor 63/KEP/M/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan

Pelayanan Publik dan Surat Edaran Menteri Koordinator Bidang Pengawasan

Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 56/MK/Waspan/1998

tanggal 1 Juni 1998 perihal Langkah Nyata Memperbaiki Pelayanan Masyarakat

sesuai dengan Aspirasi Reformasi.

1

Page 2: proposal tentang KKN

Di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandar lampung ini pun

telah memiliki tugas dan fungsi nya sebagai berikut :

(1) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil merupakan unsur pelaksana tugas

Walikota, mempunyai tugas Pokok melaksanakan urusan pemerintahan Kota

dibidang Kependudukan dan Catatan Sipil berdasarkan asas otonomi dan tugas

pembantuan.

(2) Untuk menyelengarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada Pasal (1),

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis dibidang Kependudukan dan Catatan Sipil;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang

Kependudukan dan Catatan Sipil;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang Kependudukan dan Catatan Sipil;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota dibidang Kependudukan

dan Catatan Sipil;

e. Pelayanan administratif.

Pemberian pelayanan merupakan tugas utama pegawai pemerintah

kependudukan dan catatan sipil yang langsung berhubungan dengan warga

masyarakat. Setiap bentuk penyalahgunaan kewenangan atau cara-cara tindakan

yang tidak memenuhi syarat pelayanan akan langsung dirasakan sebagai

perbuatan sewenang-wenang atau merugikan masyarakat yang mempengaruhi

citra dan wibawa aparat pemerintahan. Salah satu pelayanan yang ada di Dinas

Kependudkan dan Catatan sipil adalah pembuatan KTP, Surat Keterangan

Keluarga, Surat Nikah dan lain-lain.

Citra pelayanan di Dinas Kependudukan dan catatan sipil kota Bandar

Lampung ini harus jelas dan transparan karena mengurusi surat-surat penting yang

harus segera diselesaikan, agar urusan masyarakat segera terpenuhi. Dinas

Kependuduakn dan catatan sipil ini langsung berhubungan dan melayani

masyarakat. Aparatur pemerintahan khususnya yang langsung berhubungan

2

Page 3: proposal tentang KKN

dengan masyarakat harus dapat memberikan pelayanan yang adil kepada

masyarakat. Walaupun dalam pelaksanaannya tidak akan mudah dan

membutuhkan waktu yang lama, mengubah pola pikir dan budaya yang biasa

dilayani menjadi pola pikir dan perilaku sebagai pelayan. Kurangnya kemampuan

atau ketidaktahuan pada bidang tugas yang menjadi tugas dan kewajibannya, tidak

terampil dan cakap dalam melaksanakan tugasnya sangat mempengaruhi kualitas

pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Fenomena yang terjadi adalah

pegawai lamban dalam melaksanakan pekerjaannya, tidak tepat waktu, adanya

kekeliruan dan lainnya yang menyimpang dari hal-hal yang telah ditetapkan. Di

lain pihak, masyarakat menuntut mendapatkan pelayanan yang baik.

Kebijakan menetapkan pelayanan KTP sebagai salah satu program

perbaikan/penyempurnaan pelayanan publik menunjukkan bahwa kondisi pelayan

KTP memang membutuhkan penyempurnaan karena pelayanan KTP sangat

penting dan dibutuhkan seluruh lapisan masyarakat. Sebagai tindak lanjut

program perbaikan dan peningkatan pelayanan KTP tersebut, Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandar Lampung melakukan perbaikan

dan peningkatan pelayanan masyarakat.

Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak warga

masyarakt yang tidak puas atas pelayanan bidang kependudukan dan catatan sipil.

Contohnya seperti Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil)

Kota Bandarlampung ditemukan belum adanya loket khusus pembayaran yang

memadai dan keadaan ruangan kantor tidak tertib. Sementara itu, warga

Bandarlampung mengeluhkan proses pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP),

Kartu Keluarga (KK), dan Akta Kelahiran di Bandarlampung membutuhkan

waktu cukup lama. "Pembuatan dokumen keluarga itu sedikitnya memakan waktu

sebulan mulai dari RT, kelurahan hingga penerbitan Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil (Disdukcapil) setempat, selain lama, pengurusan dokumen itu juga

memakan biaya yang tidak kecil.

Saat ini pelayanan Kota Bandarlampung sangat buruk karena berada di nomor 21

dari 22 kabupaten/kota. pelayanan yang paling buruk terdapat dalam pembuatan

KTP, akta kelahiran, dan kartu keluarga.

3

Page 4: proposal tentang KKN

Kota Bandarlampung harus cepat memperbaiki pelayanan, dan perbaikan bukan

hanya dilakukan di kecamatan maupun kelurahan namun disdukcapil perlu

memperbaiki pelayanan juga.

Disdukcapil sudah seperti pasar, karena terlihat kurang tertib dan tidak teratur.

Perlu ada tambahan loket untuk pembuatan KTP, akta kelahiran dan kartu

keluarga. Agar pelayanan lebih maksimal maka akan ditambah 10 loket, sehingga

permintaan masyarakat akan terpenuhi.

(http://www.antaralampung.com/print/258784/menanti-optimalisasi-layanan-

publik-di-bandarlampung)

Kondisi tersebut secara nyata menunjukkan kinerja pelayanan

kependudukan yang dilakukan pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan sipil

yang jauh dari optimal. Hal ini tentu saja bukan tanpa sebab. Sebabnya adalah

pegawai nya yang sering melakukan tindakan Korupsi, kolusi dan nepotisme..

Masyarakat yang akan membuat KTP atau Kartu Keluarga dan surat penting lain

di minta sejumlah uang yang merugikan masyarakat. Belum lagi dengan adanya

nepotisme, yaitu mendahulukan saudara, sehimgga saat membuat surat-surat

tersebut akan didahulukan yang memiliki ikatan saudara dengan pegawai

pelayanan pembuatan surat-surat tersebut.

Adapun alasan dipilihnya Dinas Kependudukan dan Catatn sipil adalah

karena banyaknya keluhan masyarakat yang merasa tidak dilayani dengan

maksimal, fasilitas yang buruk belum lagi pungutan liar yang ada di Dinas

tersebut. Uraian di atas memperhatikan fenomena yang menarik untuk diteliti

secara ilmiah, sehingga penulis tertarik untuk meneliti masalah kinerja pelayanan

terhadap masyarakat ditinjau dari dampak KKN yang menjamur saat ini . Dengan

judul “Dampak KKN terhadap Pelayanan Masyarakat di Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil Kota Bandar Lampung”

4

Page 5: proposal tentang KKN

I.II Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah nya terdiri atas :

1. Bagaimana kinerja pelayanan masyarakat jika pegawai melakukan KKN ?

2. Dampak apa yang akan di rasakan masyarakat jika pegawai pemerintah

melakukan KKN ?

3. Adakah pengaruh KKN terhadap pelayanan masyarakat di Dinas

Kependudukan & Catatan Sipil Kota Bandar Lampung ?

4. Apakah para pegawai paham tentang dampak buruk dari KKN tersebut ?

5. Apakah para pegawai paham tentang pelayanan masyarakat itu sendiri ?

I.III Tujuan Penelitian

Penelitian pada umumnya memiliki tujuan untuk menambah wawasan

pemikiran terhadap obyek yang dikaji juga penelitian yang akan peneliti bahas

saat pembuatan skripsi nanti. Adapun mengenai tujuan yang akan dicapai dalam

penelitian ini yaitu untuk mengetahui :

1. Pengaruh KKN terhadap pelayanan masyarakat Bandar Lamnpung saat

datang ke Dinas Kependudkan dan Catatan Sipil Kota Bandar lampung.

2. Kinerja pegawai terhadap pelayanan masyarakat

3. Pemahaman Pegawai terhadap dampak KKN dan tata cara pelayanan

masyarakat yang baik

5

Page 6: proposal tentang KKN

I.IV Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kegunaan

sebagai berikut:

1. Secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

bagi pengembangan dalam Ilmu Pemerintahan dan Administrasi

Negara khususnya mengenai Pelayanan Publik (masuyarakat)

2. Secara praktis diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah

dalam kinerja pelayanan masyarakat dan untuk menaggulangi KKN di

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandar Lampung

I.V Kerangka Pemikiran

Studi yang memfokuskan diri pada masalah dampak korupsi, kolusi dan

nepotisme di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil di Kota Bandar Lampung

terhadap pelayanan masyarakat, memrlukan kerangka pemikiran yang digunakan

sebagai pedoman atau arah pembahasan studi bersangkutan. Untuk itu,

sebelumnya perlu ditemukan terlebih dahulu lingkup kajian secara umum masalah

KKN dan dampaknya terhadap pelayanan masyarakat. Berdasarkan atas

pemahaman lingkup kajian tersebut selanjutnya dengan pertimbangan tertentu

dapat dilakukan pembatasan-pembatasan seperlunya sehingga studi tidak terlalu

luas lingkupnya.

Sebagai pijakan dasar, berikut ini dikemukakan lingkup kajian umum

masalah dampak KKN terhadap pelayanan masyarakat .

6

Page 7: proposal tentang KKN

Bagan 1

Dampak KKN Terhadap Pelayanan Masyarakat di Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandar Lampung

Dari bagan tersebut terlihat memuaskan atau tidaknya pelayanan masyarakat jika

KKN marak dilakukan oleh pegawai.

a. Penyebab KKN

Korupsi Kolusi Nepotisme, tiga penyakit moral bangsa ini tidak muncul

dengan sendirinya, akan tetapi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Faktor internal atau person atau dari diri sang penderita

Faktor yang muncul dari dalam diri pelaku KKN, bisa disebabkan

karena kurangnya pendidikan, terutama pendidikan ilmu agama yang

merupakan pokok hubungan personil dengan Tuhan, atau hubungan

vertikal/pribadi.

2. Faktor eksternal atau pengaruh dari luar

faktor eksternal sangat komplek dan luas, yang meliputi :

a. Faktor dari lingkungan terkecil yaitu, dari keluarga, kerabat dan

orang-orang disekitar tempat tinggal. Dari pengaruh keluarga bisa

7

Penyebab KKN yang dilakukan pegawai

Dampak terhadap pelayanan masyarakat

Memuaskan atau Tidak Memuaskan

Page 8: proposal tentang KKN

berupa, tuntutan hidup, gaya hidup dan keinginan keluarga yang

lebih.

b. Faktor lingkungan lebih luas yaitu dari lingkungan pergaulan di

tempat kerja, pergaulan anak dan istri

Pada faktor eksternal di lingkungan kerja ada masa proses dalam penyebabnya

melakukan tindak pidana KKN yaitu :

1. Awal sebelum menjabat

Awal Sebelum menjabat Adalah faktor dalam proses perekrutan calon

pegawai negeri/aparat pemerintahan, kasus suap marak pada proses ini,

seorang calon aparat pemerintahan harus rela mengeluarkan sejumlah uang

agar dapat diangkat menjadi aparat pemerintah. Sehingga pada saat aparat

menjadi pegawai baru, tentu gaji yang didapat tidak sepadan dengan uang

yang telah dikeluarkan untuk menyuap. Akibatnya sebagai aparatur sibuk

mencari-cari uang bagaimana agar modal yang telah dikeluarkan kembali.

Jadi titik awal penyebab KKN adalah tindakan suap menyuap dalam

proses perekrutan dan pengangkatan aparat pemerintah

2. Masa saat menjabat

Pada masa menduduki jabatan inilah, tindakan KKN merajalela, makin

besar dan peluang besar, sebab karena jabatan yang dipegangnya, ada

wewenang untuk membuat suatu kebijakan yang menguntungkan diri

sendiri. Pada masa ini segala bentuk rayuan dari berbagai kalangan dengan

tujuan yang bermacam-macam, dengan loby serta suap agar supaya

kepentingannya berjalan mulus tanpa hambatan apapun.

3. Akhir saat menjabat

Pada masa akhir jabatan, seseorang akan cenderung menumpuk harta

dengan berbagai cara dalam melakukan KKN tanpa peduli resiko yang

akan ditanggungnya, tidak akan takut pada hukum akibat perbuatannya.

Kecenderungan KKN dalam kapasitas yang besar kan tampak pada masa

akhir jabatan. Dikarenakan perhitungan masa jabatannya yang segera

8

Page 9: proposal tentang KKN

berakhir, maka tindakan KKN untuk bekal masa pensiun. Sehingga boleh

kehilangan jabatan tetapi tidak mau kehilangan harta benda, dengan

jabatannya membuat kebijakan yang kontroversial yang menguntungkan

bagi dirinya, dan menjadi beban bagi pejabat yang menggantikannya.

Walau telah kehilangan jabatan tetapi para kroninya dari hasil KKN masih

kuat diinstitusi tersebut.

b. Dampak terhadap pelayanan masyarakat

Dalam pelaksanaannya tidak akan mudah dan membutuhkan waktu yang

lama, mengubah pola pikir dan budaya yang biasa dilayani menjadi pola

pikir dan perilaku sebagai pelayan. Kurangnya kemampuan atau

ketidaktahuan pada bidang tugas yang menjadi tugas dan kewajibannya,

tidak terampil dan cakap dalam melaksanakan tugasnya sangat

mempengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

Fenomena yang terjadi adalah pegawai lamban dalam melaksanakan

pekerjaannya, tidak tepat waktu, adanya kekeliruan dan lainnya yang

menyimpang dari hal-hal yang telah ditetapkan. Di lain pihak, masyarakat

menuntut mendapatkan pelayanan yang baik.

c. Memuaskan atau Tidak Memuaskan

Dalam proposal penelitian ini nantinya peneliti akan tahu apakah

pelayanan masyarakat di Dinas Kependudukan dan Catatan sipil di Kota

Bandar Lampung sudah memuaskan atau malah tidak memuaskan karena

para pegawainya melakukan Korupsi, Kolusi danNepotisme.

9

Page 10: proposal tentang KKN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.I Tinjauan Tentang KKN

a. Korupsi

Asal kata korupsi adalah dari bahasa latin corruptio atau corruptus.

Corruptio berasal dari kata corrumpere, suatu kata latin yang lebih tua.

Dari bahasa latin itulah turun ke banyak bahasa Eropa seperti Inggris yaitu

corruption, corrupt; Prancis yaitu corruption; dan Belanda yaitu corruptie,

korruptie. Dari Bahasa Belanda inilah kata itu turun ke Bahasa Indonesia

yaitu korupsi. (Andi Hamzah, 2005, Pemberantasan Korupsi)

Korup : busuk; palsu; suap (Kamus Bahasa Indonesia, 1991)

buruk; rusak; suka menerima uang sogok; menyelewengkan uang/barang

milik perusahaan atau negara; menerima uang dengan menggunakan

jabatannya untuk kepentingan pribadi (Kamus Hukum, 2002)

Korupsi : kebejatan; ketidakjujuran; tidak bermoral; penyimpangan dari

kesucian

(The Lexicon Webster Dictionary, 1978)

penyuapan; pemalsuan (Kamus Bahasa Indonesia, 1991)

penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahaan sebagai

tempat seseorang bekerja untuk keuntungan pribadi atau orang lain

(Kamus Hukum, 2002)

Syeh Hussein Alatas, dalam bukunya “The Sociology of

Corruption”mengemukakan pengertian korupsi dengan menyebutkan

10

Page 11: proposal tentang KKN

benang merah yang menjelujuri dalam aktivitas korupsi, yaitu subordinasi

kepentingan umum di bawah kepentingan tujuan-tujuan pribadi yang

mencakup pelanggaran norma-norma, tugas, dan kesejahteraan umum,

dibarengi dengan kerahasian, penghianatan, penipuan dan kemasabodohan

yang luar biasa akan akibat yang diderita oleh masyarakat. Menurutnya,

“corruption is the abuse of trust in the interest of private gain” yakni

penyelahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi.  Lebih lanjut Hussein

Alatas, menyebutkan tipe korupsi dalam prakteknya meliputi ciri-ciri

sebagai berikut : 

1. Korupsi selalu melibatkan lebih dari satu orang.

2. Korupsi pada umumnya dilakukan dengan penuh kerahasiaan

3. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik.

4. Korupsi dengan bebagai macam akal berlindung dibalik pembenaran

hukum

5. Mereka yang terlibat korupsi adalah yang menginginkan keputusan

yang tegas dan mereka mampu mempengaruhi keputusan

6. Tindakan korupsi mengandung penipuan baik pada badan publik atau

masyarakat umum.

7. Setiap bentuk korupsi adalah suatu penghianatan kepercayaan.

8. Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari

mereka yang melakukan itu

9. Suatu perbuatan korupsi melanggar norma-norma tugas dan

pertanggungjawaban dalam tatanan masyarakat

Dalam ketentuan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Undang-Undang

No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Korupsi tidak ditemukan

pengertian tentang korupsi. Akan tetapi, dengan memperhatikan kategori

tindak pidana korupsi sebagai delik formil, maka Pasal 2 dan Pasal 3

Undang-Udang No. 31 Tahun 1999 mengatur secara tegas mengenai

unsur-unsur pidana dari tindak pidana korupsi dimaksud. Pasal 2 Undang-

Udang No. 31 Tahun 1999, menyatakan sebagai berikut : “Setiap orang

yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri

11

Page 12: proposal tentang KKN

sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan

keuangan negara atau perekonoman negara...” Selanjutnya dalam Pasal 3

Undang-Udang No. 31 Tahun 1999, menyatakan : “Setiap orang yang

dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang

ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan

keuangan negara atau perekonomian negara...”

Definisi yuridis di atas merupakan batasan formal yang ditetapkan oleh

badan atau lembaga formal yang memiliki wewenang untuk itu di suatu

negara. Oleh karena itu, batas-batas korupsi sangat sulit dirumuskan dan

tergantung pada kebiasaan maupun undang-undang domestik suatu negara.

Korupsi pertama kali dianggap sebagai tindak pidana di Indonesia

berdasarkan Undang-Undang No. 24 Prp. Tahun 1960 tentang Pengusutan,

Penuntutan, dan Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi. Dalam

kenyataannya undang-undang ini tidak mampu melaksanakan tugasnya

sehingga dicabut dan diganti dengan Undang-Undang No. 3 tahun 1971

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan terakhir sejak tanggal

16 Agustus 1999 diganti dengan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999

sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun

2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.  Tujuan pemerintah

dan pembuat undang-undang melakukan revisi atau mengganti produk

legislasi tersebut merupakan upaya untuk mendorong institusi yang

berwenang dalam pemberantasan korupsi, agar dapat menjangkau berbagai

modus operandi tindak pidana korupsi dan meminimalisir celah-celah

hukum, yang dapat dijadikan alasan untuk dapat melepaskan diri dari

jeratan hukum. Dalam pengertian yuridis, Undang-Undang No. 31 Tahun

1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-Undang No. 20

Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, memberikan

batasan tentang pengertian Tindak Pidana Korupsi dengan cakupan yang

lebih luas sehingga meliputi berbagai tindakan termasuk tindakan

”penyuapan”, yang dapat dipahami dari bunyi teks pasal-pasalnya,

kemudian mengelompokannya ke dalam beberapa rumusan delik. Dengan

12

Page 13: proposal tentang KKN

memahami hal tersebut diharapkan segala tindakan hukum dalam rangka

pemberantaan korupsi akan terwujud, baik dalam bentuk pencegahan

(preventif) maupun tindakan (represif).

Pemberantasan korupsi tidak hanya memberikan efek jera bagi pelaku,

tetapi juga berfungsi sebagai daya tangkal. 

Sebab-sebab korupsi :

1. Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci

yang mampu memberi ilham dan mempengaruhi tingkah laku yang

menjinakkan korupsi.

2. Kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan etika.

3. Kolonialisme, suatu pemerintahan asing tidaklah menggugah kesetiaan

dan kepatuhan yang diperlukan untuk membendung korupsi.

4. Kurangnya pendidikan.

5. Adanya banyak kemiskinan.

6. Tidak adanya tindakan hukum yang tegas.

7. Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku anti korupsi.

8. Struktur pemerintahan.

9. Perubahan radikal, suatu sistem nilai yang mengalami perubahan

radikal, korupsi muncul sebagai penyakit transisional.

10. Keadaan masyarakat yang semakin majemuk.

Dalam teori yang dikemukakan oleh Jack Bologne atau sering

disebut GONE Theory, bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

korupsi meliputi :

1. Greeds(keserakahan) : berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang

secara potensial ada di dalam diri setiap orang.

2. Opportunities(kesempatan) : berkaitan dengankeadaan organisasi atau

instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka

kesempatan bagi seseorang untuk melakukan kecurangan.

3. Needs(kebutuhan) : berkaitan dengan faktor-faktor yamg dibutuhkan oleh

individu-individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.

13

Page 14: proposal tentang KKN

4. Exposures(pengungkapan) : berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi

yang dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan

melakukan kecurangan.

b. Kolusi

Kolusi atau suap dalam bahasa arab disebut “Rasywah” atau “rasya”

secara bahasa bermakna memasang tali, ngemong, mengambil hati.

Suap adalah sesuatu yang diberikan kepada seseorang dengan syarat

orang yang diberi tersebut dapat menolong orang yang memberi.

Maksudnya sesuatu yang dapat berupa uang ataupun hadiah yang

diberikan kepada seseorang dengan tujuan meraih sesuatu yang

diinginkan berkat bantuan orang yang diberi tersebut.

Unsur-unsur suap :

a. Penerima suap ; orang yang mnerima sesuatu dari orang

lain berupa harta atau uang maupun jasa supaya mereka

melaksanakan permintaan penyuap, padahal tidak

dibenarkan oleh syara’.

b. Pemberi suap ; orang yang menerahkan harta atau uang

atau jasa untuk mencapai tujuannya.

c. Suapan ; harta atau uang atau jasa yang diberikan sebagai

sarana untuk mendapatkan sesuatu yang didambakan .

diharapkan dan diminta.

c. Nepotisme

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pengertian nepotisme adalah

tindakan yang hanya menguntungkan sanak saudara atau teman-teman

sendiri, terutama dalam pemerintahan walaupun objek yang

diuntungkan tidak kompeten.

Pengertian nepotisme sebagai tindakan mengambil kesempatan

terhadap suatu keadaan, posisi atau jabatan berdasarkan hubungan

14

Page 15: proposal tentang KKN

kekerabatan, tidak selalu mempunyai konotasi makna yang negatif.

Nepotisme menjadi sebuah perilaku positif (baik), apabila objek yang

diuntungkan memang dianggap kompeten.

Pengertian Nepotisme dalam Undang-Undang adalah setiap perbuatan

penyelenggaraan negara secara melawan hukum yang menguntungkan

kepentingan keluarganya atau kroninya diatas kepentingan masyarakat,

negara dan bangsa.

Sedangkan pengertian nepotisme dalam Islam adalah menganjurkan

untuk mendahulukan pemberian atau mementingkan sanak saudara atau

teman sendiri, terutama dalam hal sedekah, infak dan zakat yang betul-

betul membutuhkan dan mendesak.

Yang menjadi persoalan, jika tindakan nepotisme dikaitkan pemberian

posisi atau jabatan tertentu kepada orang yang mempunyai kekerabatan

dengan seorang pelakunya tanpa memperdulikan unsur-unsur sebagai

berikut :

Pertama, unsur keahlian atau kemampuan yang dimiliki, kalau

nepotisme dilakukan dengan tidak memperdulikan kualitas, maka

pelakunya bisa dikategori sebagai orang yang dzalim dan dapat

merusak tatanan kehidupan, baik keluarga, masyarakat, negara, maupun

agama.

Kedua, unsur kejujuran dalam menjalankan amanat, Jika nepotisme

dijalankan dengan cara yang tidak dibenarkan dalam suatu peraturan

atau hukum tertentu, seperti menutup kesempatan kepada orang lain

yang sama-sama mempunyai hak, maka ia termasuk kelompok yang

bisa dikategorikan sebagai orang yang tidak jujur dan khianat terhadap

amanat.

II.II Tinjauan Tentang Pelayanan Masyarakat

15

Page 16: proposal tentang KKN

Segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara

pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan

maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan”. (Keputusan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MenPAN) Nomor

63/KEP/M.PAN/7/2003)

Pelayanan publik dapat juga diartikan sebagai pemberian layanan (melayani)

keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi

itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Pada

hakikatnya, pemerintah adalah pelayanan kepada masyarakat. Ia tidaklah diadakan

untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat serta

menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat

mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai tujuan bersama

(Rasyid, 1998).

Unsur-Unsur Pelayanan Publik Menurut Keputusan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara (MenPAN) Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003

Berdasarkan berdasarkan Keputusan Menpan  Nomor 63 Tahun 2003 bahwa di

dalam memberikan pelayanan publik harus mengandung unsur-unsur sebagai

berikut:

1.      Hak dan kewajiban bagi pemberi maupun penerima pelayanan umum harus

jelas dan di ketahui sacara pasti oleh masing-masing.

2.      Pengaturan setiap bentuk pelayanan umum harus disesuaikan dengan

kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar

berdasarkan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku dengan tetap

berpegang pada efisiensi dan efektifitas.

3.      Mutu proses dan hasil pelayanan umum harus diupayakan agar memberi

keamanan, kenyamanan, kelancaran, dan kepastian hukum yang dapat

dipertanggungjawabkan.

4.      Apabila pelayanan umum yang oleh instansi pemerintah terpaksa harus

mahal, maka instansi pemerintah yang bersangkutan berkewajiban memberi

peluang kepada masyarakat untuk ikut menyelenggarakannya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

16

Page 17: proposal tentang KKN

Asas Pelayanan Publik Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara (MenPAN) Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003

A.      Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dipahami dan dapat diakses oleh semua pihak yang

membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

B.      Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

C.      Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan

publik dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

D.     Partisipatif

Mendorong peran serta msayarakat dalam penyelenggaraan pelayanan

publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat.

E.      Kesamaan Hak

Tidak diskriminatif, dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama,

golongan, gender, dan status ekonomi .

F.       Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan

kewajiban masing-masing pihak.

Prinsip Pelayanan Publik Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara (MenPAN) Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003

A.      Kesederhanaan

Proseduran pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah

dilaksanakan.

B.      Kejelasan

1.      Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik

2.      Unit kerja/pejabat yang berwenang bertanggung jawab dalam

memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa

dalam pelaksanaan pelayanan publik

3.      Rincian biaya pelayanan publik tata cara pembayaran

17

Page 18: proposal tentang KKN

C.      Kepastian Waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang

telah ditentukan.

D.     Akurasi

Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah

E.      Keamanan

Proses dan produk  pelayanan publik rasa aman dengan kepastian hukum.

F.       Tanggung Jawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk 

bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelenggaraan

pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan

pelayanan publik.

G.     Kelengkapan Sarana dan Prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung

lainnya yang termasuk penyediaan sarana teknologi  telekomunikasi dan

informatika.

H.     Kemudahan Akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau

oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi dan informatika.

I.        Kedislipinan, Kesopanan, Dan Keramahan

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan disiplin,sopan dan santun, ramah,

serta memberikan pelayanan ikhlas.

J.        Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang

bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan

fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah, dan lain-

lain.

Standar Pelayanan Publik Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara (MenPAN) Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003

1.      Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan.

18

Page 19: proposal tentang KKN

2.      Waktu Penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan

sampai dengan penyelesaian pelayanan.

3.      Biaya Pelayanan

Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses

pemberian pelayanan.

4.      Produk Pelayanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan.

5.      Sarana dan Prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai oleh penyelenggara pelayan

publik.

6.      Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan

Petugas pemberi pelayanan harus memiliki pengetahuan, keahlian,

keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.

 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

19

Page 20: proposal tentang KKN

III.I Tipe Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat penelitian deskriptif

dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

III.II Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat “Deskriptif Analisis” yaitu penelitian hanya

melukiskan , memaparkan dan melaporkan suatu obyek atau gejala tertentu. Cara

ini digunakan untuk memaparkan dampak korupsi, kolusi dan nepotisme terhadap

pelayanan masyarakat di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandar

Lampung.

III.III Lokasi Penelitian

Menurut Masi Singarimbun dan Effendi (2000:169). Penetapan

penelitian ditentukan secara purposive atau berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan dan tujuan penelitian. Purposive adalah lokasi penelitian dipilih

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dan diambil berdasarkan tujuan

penelitian.

Penelitian ini sendiri dilakukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota

Bandar Lampung . Yang beralamat di Jl. Wolter Monginsidi, Bandar Lampung.

III.IV Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

20

Page 21: proposal tentang KKN

Menurut Bambang Prasetyo (2005: 119) Populasi adalah keseluruhan dari

objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan,

udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya sehingga objek-

objek ini dapat menjadi sumber data penelitian. Jadi yang dimaksud dengan

populasi adalah keseluruhan objek yang menjadi sumber data dalam suatu

penelitian, bila jumlah populasi dibawah seratus maka populasi tersebut

dijadikan sampel oleh peneliti, sebaliknya jika di atas seratus maka

digunakan perumusan dalam penarikan sampel. Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh Pegawai Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kota Bandar Lampung.

2. Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (1998: 104) Sampel adalah satuan wakil populasi yang

diteliti. Menurut Husein Umar (1998: 108 ) untuk menghitung jumlah

sampel digunakan rumus perhitungan sebagai berikut:

n= N

1+Ne2

Keterangan:

n = Ukuran Sampel

N = Ukuran Populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang masih ditolelir

21

Page 22: proposal tentang KKN

III.V Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi kepada dua macam,

yakni :

1. Penelitian Lapangan (Field Research).

Yaitu mengadakan kegiatan mengumpulkan data di lapangan dengan

menggunakan teknik pengumpul data sebagai berikut :

a. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung terhadap

pelaksanaan kegiatan kerja pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kota Bandar Lampung.

b. Interview, yakni mengadakan wawancara / Tanya jawab secara langsung

dengan para pegawai dan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian itu.

c. Angket, questioner adalah lembaran pertanyaan tertulis yang diberikan

kepada responden tentang objek penelitian

2. Penelitian Perpustakaan (Library research)

Yakni mengadakan penelitian terhadap sejumlah literature yang ada

kaitannya dengan penelitian ini.

III.VI Metode Analisis Data

Lexy J. Moleong dalam Hasan (2008:29) menyatakan bahwa, “Analisis data

merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori,

dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis

kerjanya”. Teknik analisis data digunakan untuk menyederhanakan data yang diperoleh

dari lapangan agar lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Pada penelitian ini,

analisis data yang digunakan yaitu:

1. Metode Analisis Korelasi Spearman (rs)

Setelah data diperoleh dan terkumpul kemudian data diolah, sehingga data dapat

dianalisis. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis diskriptif

kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mendiskripsikan dampak korupsi,

22

Page 23: proposal tentang KKN

kolusi dan nepotisme terhadap pelayanan masyarakat di Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kota Bandar Lampung dan hubungan keduanya. Sedangkan untuk

mengetahui hubungan dampak korupsi, kolusi dan nepotisme terhadap pelayanan

masyarakat di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandar Lampung peneliti

menggunakan rumus koefisien korelasi Spearman (rs).

Koefisien korelasi Spearman’s Rho (rs) menurut Iqbal Hasan (2008:57)

dirumuskan sebagai berikut :

r s=1−6 Σb

i2

n ( n2−1 )

Keterangan :

rs = Koefisien korelasi rank

b = Selisih rank

n = Banyaknya pasangan rank

2. Metode Analisis Komparatif

Yaitu metode yang berusaha mencari pemecahan masalah melalui analisis sebab

akibat yakni meneliti faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi atau

fenomena yang diselidiki dan membandingkan satu faktor dengan yang lain.

3. Metode Berpikir dalam Mengambil Keputusan

Yakni untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang benar maka diperlukan cara

pengambilan kesimpulan yang tepat. Maka dalam penelitianj ini di gunakan

deduksi. Deduksi adalah cara pengambilan kesimpulan dari umum ke khusus.

Daftar Pustaka

23

Page 24: proposal tentang KKN

http://eprints.undip.ac.id/17819/1/INDUNG_WIJAYANTO.pdf

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/131327-T%2027609-Pengaruh%20kompensasi-Pendahuluan.pdf

http://rumputliar95.blogspot.com/2010/11/penyebab-kkn.htm

KPK ‘Mengenali dan Memberantas Korupsi’

: http://id.shvoong.com/law-and-politics/law/2027081-pengertian-korupsi-dan-tindak-pidana/#ixzz2EilQDO8w

http://soloraya.net/korupsi-dan-pengertiannya.html

suap dalam pandangan islam  Abdullah Bin Abdul Muhsin

http://www.referensimakalah.com/2012/12/pengertian-nepotisme.html

http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/10/pengertian-pelayanan-publik.html

http://www.antaralampung.com/print/258784/menanti-optimalisasi-layanan-publik-di-bandarlampung)

24

Page 25: proposal tentang KKN

25