Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

38
PROPOSAL TEKNIK PENYUSUNAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN GAYA HIDUP BRAND MINDED DENGAN PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Dosen pengampu: Dr. Nanik Prihartanti, M.Si Disusun Oleh : Nama : Modista Dea Sandiyaning K.P Nim : F100120052 Kelas : D FAKULTAS PSIKOLOGI

description

fdfef

Transcript of Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

Page 1: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

PROPOSAL TEKNIK PENYUSUNAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN GAYA HIDUP BRAND MINDED DENGAN PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWI DI UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Dosen pengampu:

Dr. Nanik Prihartanti, M.Si

Disusun Oleh :

Nama : Modista Dea Sandiyaning K.P

Nim : F100120052

Kelas : D

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERISTAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

DAFTAR ISI

Page 2: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi
Page 3: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahPermasalahan yang muncul di era globalisasi ini menarik untuk ditinjau kembali

mengenai budaya yang berkembang pada masyarakat Indonesia. Diantaranya termasuk

pola hidup konsumtif masyarakat yang sering di pandang sebagai salah satu dampak

pengaruh globalisasi. Globalisasi inilah yang mendasari terjadinya perubahan-perubahan

kebiasaan dan cara pandang manusia di berbagai lapisan masyarakat terhadap suatu

obyek. Fenomena tersebut juga tidak terlepas dari budaya asing yang berdampak pada

terbentuknya kebiasaan-kebiasaan baru yang mengubah gaya hidup masyarakat

Indonesia.

Perilaku konsumtif di artikan sebagai kecenderungan mengkonsumsi barang

secara berlebihan tanpa berbagai pertimbangan, dimana masyarakat hanya melihat dari

sisi kesenangan dan mementingkan prioritas daripada kebutuhan. Perilaku konsumtif

tidak lagi memandang fungsional dari suatu barang, melainkan mendahulukan keinginan

daripada kepentingan, Fryzia (dalam kompasiana, 2015). Dikatakan demikian karena,

banyaknya remaja-remaja yang lebih menggunakan uangnya untuk hal yang tidak

produktif, seperti membeli baju untuk berdan-dan ria di konser musik, membeli

perlengkapan gaul, dan kosmetik-kosmetik yang tidak sesuai dengan umurnya, Khairil

(dalam kompasiana, 2015).

Menurut Syamila (dalam kompasiana, 2015), Kebutuhan tersier merupakan

kebutuhan yang bersifat “hiburan”. Tetapi saat ini kebutuhan tersier seperti menggantikan

kebutuhan primer. Gaya hidup mewah yang diperkenalkan kepada masyarakat melalui

media elektronik, media cetak, media sosial dll menjadi pedoman mayoritas masyarakat

saat ini terutama kaum muda. Salah satu faktor pendukung gaya hidup ialah informasi.

Pesatnya perkembangan teknologi jaman sekarang memudahkan masyarakat Indonesia

terutama kaum muda dalam mengakses informasi tentang gaya hidup yang mereka

inginkan. Tidak hanya melalui TV, Koran atau tabloid, kemajuan teknologi menyuguhkan

kemudahan melalui internet. Dengan mudah masyarakat mengakses internet yang

sekaligus menjadi pemicu terjadinya perubahan perilaku seseorang tentang gaya hidup.

Page 4: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

Yang dulunya mendapatkan barang produk luar negeri harus jauh-jauh pergi ke luar

negeri, kini dengan mengakses internet memudahkan masyarakat membeli atau

mengkonsumsi barang-barang produksi luar negeri tanpa harus pergi keluar negeri. Di

Yogyakarta, khususnya kaum mahasiswa cenderung mengikuti tren terbaru. Misalkan

seorang mahasiswa mempunyai pakaian yang masih ketika barang masih layak dipakai

tapi demi memenuhi kinginannya untuk mengikuti tren terbaru ia membeli pakaian

tersebut agar tidak dianggap ketinggalan jaman.

Menurut Mahasiswa cenderung mengikuti tren terbaru. Misalkan seorang

mahasiswa mempunyai pakaian yang masih ketika barang masih layak dipakai tapi demi

memenuhi kinginannya untuk mengikuti tren terbaru ia membeli pakaian tersebut agar

tidak dianggap ketinggalan jaman. Faktanya berdasarkan data survey yang dirilis pada

tahun 2013 oleh Lembaga Perlindungan Konsumen. Menunjukkan adanya permintaan

barang-barang mewah yang cukup signifikan. Dari yang tadinya 3.6 % menjadi 19% dari

total permintaan barang selama tahun 2013. Belum lagi kenyaatan bahwa subyek survey

kebanyakan merupakan kalangan menegah kebawah (berpenghasilan 8.00.000-3.000.000

per bulan) menunjukkan adanya kecenderungan masyarakat kelas menengah menjadi

konsumtif, (dalam kompasiana, 2015).

Menurut Marknetter’s, (2013) yang menyatakan bahwa penggerak ekonomi pasar

website jual beli online merupakan kaum muda, dengan rincian; remaja berumur 17-19

menempati urutan pertama (34%), dilanjutkan oleh netizen berumur 20-28 (27%)

kemudian berumur 28-35 (21%) dan diatas 35 tahun (18%). Dari sini kemudian

disimpulkan bahwasannya pasar online sangat bergantung dari budaya konsumsi dari

netizen yang berusia relatif muda (dalam Syamila di kompasiana, 2015). INI DIGANTI

YA MODISTAAAA, KARENA TIDAK NYAMBUNG SAMA JUDUL ttd : Nanik

Prihatanti HAHAHAHAH

Tingkat pertumbuhan konsumsi domestik di Indonesia diperkirakan akan terus

mengalami tren peningkatan hingga 10 tahun mendatang. Hal ini didorong oleh perilaku

masyarakat yang konsumtif dan menyukai hal-hal baru yang tengah menjadi tren.

"Tingginya pertumbuhan konsumsi domestik membuat laju perekonomian Indonesia tetap

stabil di tengah kondisi perekonomian dunia yang penuh dengan ketidakpastian," ujar

Fabrice Carrasco, Managing Director Indonesia-Vietnam-Philippines Kantar WorldPanel

(KWP), dalam keterangan persnya Kamis (5/12/2013). (dalam Tribun Bisnis, 2015).

Page 5: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

Selain itu Dua stasiun TV lokal Jakarta kena 'semprit' (peringatan) dari Komisi

Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jakarta karena dinilai menayangkan program 'Home

Shopping' secara overdosis dari sisi durasi penayangan. “Home shopping sejatinya

merupakan iklan komersial. Sesuai UU Penyiaran dan P3SPS, iklan dibatasi maksimum

20 persen dari keseluruhan waktu tayang. Jika program home shopping-nya saja sudah

melebihi 20 persen, maka stasiun televisi tersebut jelas-jelas telah melakukan pelanggaran

ketentuan dan etika," kata Hamdani Masil, Ketua KPID DKI Jakarta dalam siaran pers

yang diterima Tribunnews.com, Senin (30/12/2013).

Noor Saadah, Komisioner Bidang Pengawasan Isi Siaran berpendapat bahwa

televisi lokal harus lebih cerdas mencari sumber-sumber iklan di luar home

shopping."Iklan, diharapkan juga mengandung unsur edukasi bagi masyarakat," kata

Noor Saadah (dalam Tribun Bisnis, 2013).

Sulistriono (dalam kompasiana, 2015) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) Harga diri adalah pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya sendiri.

Penghargaan diri juga kadang dinamakan martabat diri atau gambaran diri,misalnya, anak

dengan penghargaan diri yang tinggi mungkin tidak hanya memandang dirinya sebagai

seseorang, tetapi juga sebagai seseorang yang baik. Dengan kata lain harga diri bisa

diartikan sebagai kepercayaan diri yang dipadukan dengan penghormatan diri. Orang

yang memiliki harga diri yang kuat berarti berdamai dengan kehidupan dan menjalakan

kehidupan dengan penuh keyakinan, sehingga memiliki tingkat kemampuan yang tinggi

untuk mengatasi masalah-masalah dalam kehidupanya. Sebaliknya orang yang memiliki

harga diri rendah, cenderung tidak bisa menerima kehidupan yang telah dijalani, dan tidak

memiliki keyakinan untuk menjalani kehidupan yang akan datang.

Harga diri merupakan bagian dari konsep diri yang mempunyai arti sebagai suatu

hasil penilaian individu terhadap dirinya yang diungkapkan dalam sikap-sikap yang dapat

bersikap positif maupun negatif (Baron dan Bryne, 2004). Harga diri yang positif akan

membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri,

rasa berguna serta yakin kehadirannya diperlukan di dunia ini. Individu yang memiliki

harga diri rendah akan cenderung merasa bahwa dirinya tidak mampu dan berharga

(Tambunan, 2001). DI GANTI YA MOOOOD, INI TIDAK ADA MENJELASKAN

FENOMENA YANG BERHUBUNGAN DENGAN JUDULMU

Page 6: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

Menurut Sears, Freedman, dan Peplau (1991) harga diri berpengaruh pada

perilaku membeli. Remaja dengan harga diri yang rendah akan cenderung lebih mudah

dipengaruhi daripada orang-orang yang harga dirinya tinggi. Jika tingkat harga diri

remaja putri rendah, maka ia akan cenderung mengikuti tekanan dan kemauan sekitarnya

serta teman sebayanya dalam hal ini melakukan perilaku konsumtif. Sebaliknya, jika

tingkat harga diri remaja putri cukup tinggi, maka ia akan dapat melakukan dan

mengambil keputusan untuk dirinya sendiri tanpa

dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Hawkins (Hidayati, 2001) menyatakan

bahwa konsumen yang tidak yakin pada dirinya sendiri dan mempunyai harga diri yang

rendah akan membeli setiap produk yang mempunyai arti simbolik yang dianggap bisa

menaikkan harga dirinya. Kecenderungan remaja untuk menjadi konsumtif tersebut bisa

merupakan indikasi bahwa mereka kurang percaya diri dan rendah diri.

Menurut Ambarita (dalam kompasiana, 2015), Disekeliling kita ada beragam cara

dan type orang dalam menapaki hari - hari. Kita biasa menyebut dengan istilah “gaya

hidup“. Ada yang memilih hidup sederhana, bisa jadi karena memang hanya mampu

untuk hidup ala kadarnya. Tetapi ada banyak juga orang mampu yang lebih memilih

untuk hidup sederhana. Ada beragam alasan yang mereka berikan, bisa karena sudah

turun temurun hidup sederhana, nasehat orang tua, tidak ingin hidup boros ataupun ada

perencanaan dana untuk hal lain. Sebagian orang memilih untuk hidup gaya, dengan

alasan demi penampilan, tuntutan pekerjaan ataupun hanya ingin kelihatan berkelas.

Kalau memang memiliki dana lebih mungkin wajar wajar saja. Tetapi kenyataannya ada

juga orang dengan penghasilan pas-pasan tetapi ingin mengikuti gaya hidup orang - orang

berpunya. Dengan pakaian bermerk, memilih makan ditempat elite serta tidak mau

ketinggalan dengan gadget terbaru. INI LEBIH TEPATNYA MASUK KE BAB II

KARENA INI KAMU MENJELASKAN HARGA DIRI ITU APA ? DI TELITI LAGI

YAAA HAHAHA

Untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup glamor, sebagian mahasiswa di Kota

Semarang harus mengeluarkan uang yang besarnya jauh lebih besar dari biaya kuliah.

Seorang mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Affandi Santoso

mengatakan, dalam satu bulan dirinya pernah menghabiskan uang Rp 10 juta untuk jalan-

jalan, nongkrong, dan beberapa kali ke tempat hiburan malam. KALO INI SUDAH

OKE ;)

Page 7: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

"Pernah sebulan habis Rp 10 juta, termasuk buat shopping," kata anak seorang pengusaha

asal Yogyakarta itu kepada Tribun Jateng (Tribunnews.com Network), belum lama ini.

NGGAK PERLU DI JELASKAN LAGI DENGAN PERCAKAPAN.

Pengeluaran bulanan Affandi tidak hanya untuk hiburan. Dia juga harus keluar uang

untuk biaya indekos sebesar Rp 1,5 juta per bulan.

"Belum ditambah untuk biaya makan sehari-hari," ujarnya saat ditemui di River View

Cafe, Kota Semarang. Tribunnews.com (2015)

Selain mahasiswa, Ketua DPR RI Setya Novanto politikus Partai Golkar ini

menggemparkan perpolitikan tanah air dengan kepemilikan jam tangan mewah buatan

Swiss merk Richard Mille RM 011 Flyback Chronograph “Rose Gold”. Jam tangan

mewah yang ditaksir sekitar £92.500 atau setara dengan $140.000 (sekitar Rp 2 miliar) itu

dipakai Novanto ketika bertemu bakal calon Presiden Amerika Serikat dari Partai

Republik Donald Trump, Kamis 3 September 2015 lalu. Selain itu, Ketua DPR RI ini

juga memiliki mobil jaguar sri XJL. INI OKE, TAPI LEBIH BAGUS LAGI KALO

KAMU CARI FENOMENANYA MENGENAI MAHASISWI YANG KONSUMTIF

JANGAN LEPAS DARI ITU, BIAR SESUAI DENGAN JUDULMU

Tribunnews.com melaporkan, mobil yang dipasaran harganya berkisar Rp 2,5

miliar itu diparkir di lokasi parkir khusus pimpinan DPR tepatnya di depan lobi gedung

Nusantara III DPR.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penelitian ini ingin membahas Apakah Ada Hubungan Antara Harga Diri dan Gaya Hidup Brand Minded dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswi di Universitas Muhammadiyah Surakarta

C. Tujuan Penelitian

Tujuan peneliti untuk meneliti Hubungan Antara Harga Diri dan Gaya Hidup Brand Minded dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswi di Universitas Muhammadiyah Surakarta

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada:

Page 8: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti-peneliti lain yang ingin meneliti mengenai perilaku konsumen sebagai referensi teoritis dan empiris

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunkanan oleh para praktisi yang bergerak dibidang Psikologis agar memperoleh pengetahuan dan masukan mengenai kepercayaan diri terhadap gaya hidup brand minded dengan kecenderungan perilaku konsumtif pada mahasiswi

Page 9: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kepercayaan Diri1. Pengertian Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan

dirinyauntuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun

terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa

individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri,

alias “sakti”. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada

adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut bahwa ia merasa

memiliki kompetensi, yakin mampu percaya bahwa dia bisa karena dukungan oleh

pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri

sendiri (Fatima, 2010).

Percaya diri adalah kepercayaan pada kemampuan diri yang muncul sebagai

akibat dari adanya dinamika atau proses yang positif di dalam diri seseorang.

Dinamika batin yang menghasilkan kepercayaan pada diri itu antara lain:

Keimanan yang kuat pada ajaran Tuhan.

Pendirian hidup yang kuat terhadap nilai-nilai atau prinsip-prinsip.

Pengalaman masa lalu yang dijadikan guru atau dicerna.

Pengetahuan baru.

Penguasaan terhadap keahlian atau keadaan.

Penglihatan terhadap bukti

Perbandingan positif

Dorongan yang kuat untuk mencapai sesuatu.

Pertimbangan yang matang

Pengasuhan dan pembinaan yang mendorong/memberdayakan (Ubaedy, 2011)

Specer (dalam Ubaedy 2011) mendefinisikan bahwa self confedence atau

percaya diri adalah keyakinan seseorang atas kapasitasnya dalammenjalankan

tugas ini termasuk antara lain ekspresi keyakinanya dalammenghadapi tantangan

atau masalah, keputusannya dalam merealisasikan ide ataugagasan da

ketangguhannya dalam menangani kegagalan.

Page 10: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan

dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun

terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa

individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri.

Sebagian besar orang mengangap percaya diri adalah keyakinan pada kemapuan-

kemapuan sendiri, keyakinan pada adanya sesuatu maksud di dalam kehidupan,

dan kepercayaan bahwa dengan akal dan budi individu akan mampu melakukan

apa yang akan individu tersebut inginkan, rencanakan, dan harapkan (Davies,

2004).

Menurut Goleman (2003) (dalam Rissyo dan Aziza, 2006), kepercayaan diri

adalah kesadaran yang kuat tentang harga diri dan kemampuan diri sendiri. orang

dengan kecakapan ini aka berani tampil dengan keyakinan diri, beranimenyatakan

keberadaannya, berani menyuarakan pandangan yang tidak populer dan bersedia

berkorban demi kebenaran serta tegas, mampu membuat keputusan yang baik

kendati dalam keadaan tidak pasti dan tertekan. Sedangkan menurut Rini (2002)

kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya

untuk menegmbangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun

terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa

individu tersebu mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri.

2. Aspek – Aspek Kepercayaan DiriAspek-aspek yang dikemukakan pada variabel kepercayaan diri ini akanmengacu

kepada teori yang dikemukakan Davies ( 2004), meliputi :

a. Mengetahui dan mampu melnilai diri sendiri

b. Mempunyai keahlian-keahlian sosial yang baik

c. Mempunyai sikap yang positif

d. Tegas

e. Mempunyai tujuan yang jelas

f. Siap menghadapi tantangan-tantangan

E. Gaya Hidup Brand Minded

1. Pengertian Gaya Hidup Brand MindedKotler (2006) mendefinisikan gaya hidup sebagai pola hidup seseorang di dunia

yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opini. Pengertian ini sejalandengan

Setiadi (2003) mengatakan gaya hidup secara luas diidentifikasikan olehbagaimana

Page 11: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas) apa yang mereka anggap penting dalam

lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang merekapikirkan tentang diri mereka

sendiri dan juga dunia di sekitarnya (pendapat).

Gayahidup adalah konsepsi sederhana yang mencerminkan nilai konsumen. Hal

inisesuai dengan Mowen & Minor (2001) yang mengatakan bahwa gaya

hidupmenunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana mereka membelanjakan

uangnya, dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka. Selanjutnya, Nas &

Sande (dalam Eka & Betaria, 2005) mendefinisikan gaya hidup sebagai sebuah

konstruk kesadaran dari frame of reference yang diciptakan relatif bebas oleh individu

untuk menguatkan identitasnya dalam pergaulan dan membantunya dalam

komunikasi. Dalam pengertian ini, gaya hidup menunjuk pada frame of reference

(kerangka acuan) yang dipakai seseorang dalam bertingkah laku.

Hawkins (2007) menyatakan gaya hidup sebagai bagaimana individu

menjalankan proses kehidupan. Gaya hidup merupakan fungsi dari ciri-ciri dalam diri

individu yang terbentuk melalui interaksi sosial sewaktu individu bergerak melalui

daur hidupnya. Gaya hidup itu bersifat dinamis dan secara konstan mengalami

perubahan. Gaya hidup merupakan dasar motivasi yang mempengaruhi sikap dan

kebutuhan individu, yang pada akhirnya mempengaruhi pembelian dan aktivitas yang

digunakan individu.

Hawkins (2007) juga menambahkan bahwa gaya hidup mencakup produk apa

yang kita beli, bagaimana kita menggunakannya, dan apa yang kita pikirkantentang

produk tersebut. Kemudian pengertian dari ”brand minded” adalah polapikir

seseorang terhadap objek-objek komersil yang cenderung berorientasi pada merek

eksklusif atau terkenal (McNeal, 2007). Jadi, dapat disimpulkan gaya hidupbrand

minded merupakan gaya hidup individu yang berorientasi pada penggunaanproduk-

produk yang memiliki merek ekslusif atau terkenal.

2. Dimensi Pengukuran Gaya Hidup Brand MindedGaya hidup brand minded memiliki beberapa dimensi yang dapat digunakan

untuk mengukur gaya hidup konsumen atau disebut sebagai psikografik (Hawkins,

2007), yaitu :

a. Aktivitas

Dimensi aktivitas ini meliputi apa yang dilakukan oleh konsumen, apa

yangdibeli oleh konsumen dan bagaimana konsumen menghabiskan

Page 12: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

waktunya.Individu yang bergaya hidup brand minded cenderung menghabiskan

waktunya dan uangnya untuk berbelanja di toko-toko atau butik-butik tertentu yang

menjual barang-barang yang memiliki merek eksklusif atau terkenal.

b. Minat

Dimensi minat ini mencakup preferensi dan prioritas konsumen dalammemilih

produk yang akan dibeli. Individu dengan gaya hidup brand minded memiliki minat

yang tinggi terhadap penampilannya, sehinggamereka cenderung menggunakan

produk-produk dengan merek yangekslusif atau terkenal agar dapat menunjang

penampilannya di dalamlingkungan sosial.

c. Opini

Dimensi opini ini terdiri dari pandangan dan perasaan konsumen

terhadapproduk-produk yang ada di kehidupannya, baik yang lokal maupun

internasional. Individu dengan gaya hidup brand minded cenderung memiliki

pandangan dan perasaan yang positif terhadap produk-produk dengan merek eksklusif

atau terkenal dimana merupakan produk internasional.

d. Nilai

Nilai secara luas mencakup keyakinan mengenai apa yang diterima atau

diinginkan. Individu yang bergaya hidup brand minded memiliki keyakinan bahwa

produk-produk yang memiliki merek eksklusif atau terkenal dapat meningkatkan

gengsi dan harga dirinya. Mereka beranggapan dengan memakai produk-produk

tersebut akan mencerminkan siapa diri mereka.

e. Demografi

Demografi mencakup usia, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, struktur

keluarga, latar belakang budaya, gender, dan lokasi geografis dari konsumen.

B. Perilaku KonsumtifKata “konsumtif” menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi

barangbarangyang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk

mencapaikepuasan yang maksimal (Tambunan, 2001). Perilaku konsumtif bisa

dilakukanoleh siapa saja. Fromm (dalam Aryani, 2006) menyatakan bahwa

keinginanmasyarakat dalam era kehidupan yang modern untuk mengkonsumsi

sesuatutampaknya telah kehilangan hubungan dengan kebutuhan yang

sesungguhnya.Perilaku konsumtif seringkali dilakukan secara berlebihan sebagai

Page 13: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

usahaseseorang untuk memperoleh kesenangan atau kebahagiaan, meskipun

sebenarnyakebahagiaan yang diperoleh hanya bersifat semu.

1. Pengertian Perilaku KonsumtifSumartono (2002) mengatakan bahwa perilaku konsumtif dapat diartikansebagai

suatu tindakan menggunakan suatu produk secara tidak tuntas. Artinyabelum habis

suatu produk dipakai, seseorang telah menggunakan produk jenisyang sama dari

merek lain atau membeli barang karena adanya hadiah yangditawarkan atau membeli

suatu produk karena banyak orang yang menggunakanproduk tersebut. Sedangkan

Lubis (dalam Sumartono, 2002) mengatakan perilaku konsumtif adalah perilaku yang

tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya

keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi.

Demikian pula, Asry (2006) mengatakan bahwa konsumtif menjelaskanmengenai

keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan

secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal.Konsumtif juga biasanya

digunakan untuk menunjukan perilaku konsumen yangmemanfaatkan nilai uang lebih

besar dari nilai produksinya untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan

pokok (Arsy, 2006).

2. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku KonsumtifTinjauan mengenai perilaku konsumtif perlu ditelusuri melaluipemahaman

mengenai perilaku konsumen. Perilaku konsumen dalam membelibarang dipengaruhi

oleh banyak faktor yang pada intinya dapat dibedakanmenjadi dua faktor, yaitu faktor

eksternal dan faktor internal (Engel, Blackwell &Miniard, 1995; Hawkins, 2007;

Kotler, 2006), yaitu:

1. Faktor eksternal

a. Kebudayaan

Budaya dapat didefinisikan sebagai hasil kreativitas manusia dari satu generasi

ke generasi berikutnya yang sangat menentukan bentuk perilaku dalam

kehidupannya sebagai anggota masyarakat (Mangkunegara, 2002). Manusia

dengan kemampuan akal budaya telah mengembangkan berbagai macam sistem

perilaku demi keperluan hidupnya. Kebudayaan adalah determinan yang paling

fundamental dari keinginan dan perilaku seseorang (Kotler, 2006).

b. Kelas Sosial

Page 14: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

Pada dasarnya manusia Indonesia dikelompokkan dalam tiga

golongan(Mangkunegara, 2002) yaitu golongan atas, golongan menengah, dan

golongan bawah. Perilaku konsumtif antara kelas sosial satu dengan yang lain akan

berbeda,

dalam hubungannya dengan perilaku konsumtif Mangkunegara

(2002)mengkarakteristikkan antara lain :

1. Kelas sosial golongan atas memiliki kecenderungan membeli barangbarangyang

mahal, membeli pada toko yang berkualitas dan lengkap (toko serba ada,

supermarket), konservatif dalam konsumsinya, barangbarang yang dibeli

cenderung untuk dapat menjadi warisan dalamkeluarganya.

2. Kelas sosial menengah cenderung membeli barang untuk

menampakkankekayaannya, membeli barang dengan jumlah yang banyak dan

kualitasnya cukup memadai. Mereka berkeinginan membeli barang yang mahal

dengan sistem kredit, misalnya membeli kendaraan, rumah mewah, dan perabot

rumah tangga.

3. Kelas sosial golongan rendah cenderung membeli barang dengan mementingkan

kuantitas daripada kualitasnya. Pada umumnya mereka membeli barang untuk

kebutuhan sehari-hari, memanfaatkan penjualan barang-barang yang diobral

atau penjualan dengan harga promosi.

c. Kelompok Referensi

Kelompok referensi adalah kelompok yang pandangan atau nilai yang

dianut anggotanya digunakan individu sebagai dasar bagi perilakunya, atau

kelompok yang digunakan individu sebagai acuan berperilaku dalam situasi

spesifik. Sebuah kelompok referensi bagi seseorang adalah kelompok-kelompok

yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan

perilaku seseorang. Kelompok referensi menghadapkan seseorang pada tipe dan

gaya hidup baru. Mereka juga mempengaruhi sikap dan gambaran diri

seseorang karena secara normal orang menginginkan untuk menyesuaikan diri.

Dan kelompok referensi tersebut menciptakan suasana untuk penyesuaian yang

dapat mempengaruhi pilihan orang terhadap merek dan produk (Kotler, 2006).

d. Keluarga

Keluarga sebagai bagian dari faktor eksternal mempunyai pengaruh yang

sangat besar dalam pembentukan sikap dan perilaku anggotanya, termasuk

dalampembentukan keyakinan dan berfungsi langsung dalam menetapkan

Page 15: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

keputusankonsumen (Loudon dan Bitta, 1984). Keluarga mempengaruhi konsumen

dalammembeli barang. Jumlah anggota keluarga dan keadaan sebagai bagian dari

faktoreksternal mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan sikap

dananggotanya.Keluarga merupakan sebuah lembaga sosial penting. Maka secara

konsekuen dapat dikatakan bahwa keluarga seorang individu merupakan

sebuahkelompok referensi yang penting.

e. Demografi

Demografi digunakan untuk menggambarkan populasi dalam istilah ukuran,

struktur, dan distribusi. Ukuran mengandung arti jumlah individu dalam suatu

populasi, struktur menggambarkan populasi dalam bentuk usia dan jenis kelamin

sedangkan distribusi populasi menggambarkan lokasi tempat tinggal individu

ditinjau dari segi wilayah geografis. Ukuran, struktur dan distribusi mempengaruhi

perilaku konsumen serta keinginan konsumen akan jasa dan produk tertentu.

2. Faktor internal

a. Motivasi

Motivasi adalah kekuatan atau dorongan yang menggerakkan perilaku dan

memberikan arah dan tujuan bagi perilaku seseorang. Motif adalah konstruk

yangmenggambarkan kekuatan di dalam diri yang tidak dapat diamati yang

merangsang respon perilaku dan memberikan arah spesifik terhadap respon

tersebut. Motivasi akan mendorong seseorang melakukan perilaku, tidak terkecuali

dalam melakukan pembelian atau penggunaan jasa yang tersedia di pasar.

b. Harga Diri

Harga diri berpengaruh pada perilaku membeli, semakin tinggi harga

diriseseorang maka akan semakin tinggi pula keinginannya untuk

menunjukkanstatus. Keinginan untuk menunjukkan status mendorong seseorang

melakukanperilaku membeli yang diusahakan untuk mencapai konsep diri yang

dimilikinya.

c. Pengamatan dan Proses Belajar

Sebelum seseorang mengambil keputusan untuk membeli suatu produk, ia

akan mendasarkan keputusannya pada pengamatan yang dilakukan atas produk

tersebut. Lebih jauh Howard dan Weth (dalam Lina, 1997) menyatakan bahwa

pembelian yang dilakukan konsumen juga merupakan suatu rangkaian proses

belajar. Bila ada pengalaman masa lalu yang menyenangkan dengan suatu produk

yang dibelinya, akan menentukan keputusan untuk membeli lagi barang tersebut di

Page 16: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

masa yang akan datang. Sebaliknya, pengalaman yang kurang menyenangkan,

akan memberi pelajaran bagi konsumen untuk tidak membeli produk yang sama di

kala yang berbeda ( Mangkunegara, 2002).

d. Kepribadian dan Konsep Diri

Setiap individu memiliki karakteristik sendiri yang unik. Kumpulan

karakteristik perilaku yang dimiliki oleh individu dan bersifat permanen disebut

dengan kepribadian. Kepribadian biasanya dijelaskan dengan menggunakan ciri-

ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, ketaatan, dan kemampuan

bersosialisasi, daya tahan dan kemampuan beradaptasi. Kepribadian dapat

dijadikan korelasi yang kuat antara jenis kepribadian tertentu dengan pemilihan

produk atau merek.

Kotler (2006) menambahkan konsumen sering memilih dan menggunakan

merek yang konsisten dengan konsep diri aktual mereka (bagaimana seseorang

memandang dirinya sendiri).

e. Gaya Hidup

Gaya hidup adalah fungsi dari karakteristik individu yang telah terbentuk

melalui interaksi sosial. Secara sederhana, gaya hidup juga dapat diartikan sebagai

cara yang ditempuh seseorang dalam menjalani hidupnya, yang meliputi aktivitas,

minat, kesukaan/ketidaksukaan, sikap, konsumsi dan harapan.

Gaya hidup merupakan pendorong dasar yang mempengaruhi kebutuhan dan

sikap individu, juga mempengaruhi aktivitas pembelian dan penggunaan produk.

Dengan demikian, gaya hidup merupakan aspek utama yang mempengaruhi proses

pengambilan keputusan seseorang dalam membeli produk. Salah satu tipe gaya

hidup ini adalah gaya hidup yang berorientasi pada merek atau dikenal dengan

sebutan gaya hidup brand-minded.

C. Hubungan Antara Kepercayaan Diri Terhadap Gaya Hidup Brand Minded Dengan Kecenderungan Perilaku Konsumtif Mahasiswi Di Universitas Muhammadiyah Surakarta

Orang yang percaya diri akan lebih mungkin mendapatkan kualitas yang besar

dalam harga diri, penghargaan diri dan pemahaman diri (Jailani, 1999). Menurut

Meadow (dalam Kusuma 2005), harga diri ialah penilaian terhadap dirinya sendiri.

seorang yang menilai dirinya sendiri secara positif, ia mampu menerima keadaan

dirinya sehingga tidak perlu melakukan kompensasi dari ketidakpercayaan dirinya.

Karena itu, ia tidak perlu membeli berbagai macam produk yang sebenarnya tidak

Page 17: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

berguna hanya untuk menutupi ketidakpercayaan dirinya. Sehingga remaja tidak

mengikuti pola hidup konsumtif. Akan tetapi, jika remaja menilai dirinya secra

negatif maka ia akan terus menerus mencari kekurangannya sehinga memblei

berbagai macam produk yang sebenarnya tidak dibutuhkan hanya untuk menjadi

percaya diri. Oleh karena itu, remaja akan mengarah pada pola hidup konsumtif.

Seperti yang dikemukakan Hidayati (2001) bahwa ada perilaku impulsif pada remaja

dalam melakukan pembelian. Mereka akan cenderungmengikuti keinginan sesaat dan

emosi semata jika remaja kurang memiliki pengendalian diri yang baik.

Remaja banyak dijadikan target pemasaran berbagai produk industri,karena

karakteristik remaja yang cenderung labil dan mudah dipengaruhi sehingga

mendorong munculnya berbagai gejala perilaku konsumsi yang tidak wajar

sepertimembeli suatu barang bukan atas dasar kebutuhannya (Zebua dan Nurdjayadi,

dalam Aryani 2006). Salah satu gejala tersebut adalah perilaku konsumtif. Perilaku

konsumtif merupakan tindakan remaja sebagai konsumen dalam mendapatkan,

menggunakan, dan mengambil keputusan dalam memilih sesuatu barang yang belum

menjadi kebutuhannya serta bukan menjadi prioritas utama, hanya karena ingin

mengikuti mode, mencoba produk baru, bahkan hanya untuk memperoleh pengakuan

sosial dengan dominasi faktor emosi sehingga menimbulkan perilaku konsumtif

(Sarwono dalam Farida, 2006). INI LEBIH BAIK DIGANTI, KARNA JUDULMU

MENGENAI MAHASISWI, DAN MAHASISWI ITU BUKAN REMAJA LAGI.

SEMANGAAAT !!!

Hasil penelitian Lamarto (dalam Rosandi, 2004), remaja putri merupakan

pembeli potensial untuk produk-produk bermerek seperti pakaian, sepatu, asesoris,

dan kosmetik. Hal ini dikarenakan oleh sifat-sifat remaja yang mudah terbujuk iklan

(Mangkunegara, 2002), suka ikut-ikutan teman atau alasan konformitas (Hurlock,

1997), tidak realistis serta cenderung boros dalam menggunakan uangnya untuk

keperluan rekreasi dan hobi (Reynold & Wells,1977). Salah satu faktor yang

mempengaruhi perilaku konsumtif ini adalah gayahidup. Menurut Hawkins (2007)

gaya hidup seseorang mempengaruhi kebutuhan,keinginan serta perilakunya termasuk

perilaku membeli. Gaya hidup juga seringkali dijadikan motivasi dasar dan pedoman

dalam membeli sesuatu. Ini berarti, individu dalam membeli suatu produk mengacu

pada gaya hidup yang dianutnya.

Gaya hidup remaja pada saat ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan

zaman (Bakewell et al. dalam Prezz, Visser, & Zietsman, 2009). Mereka sangat

Page 18: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

memperhatikan mode atau tren yang sedang berlangsung. Brandon dan Forney (2002)

mengatakan bahwa gaya hidup berasal dari nila-nilai dasar individu yang mendasari

perilaku konsumen seseorang dapat merefleksikan suatu tren dan gaya berpakaian

orang tersebut. Salah satunya adalah dengan menggunakan produkproduk yang

memiliki merek eksklusif dan mahal. Reynold (dalam Rosandi, 2004) mengatakan

remaja putri lebih banyak membelanjakan uangnya daripada remaja putra untuk

keperluan penampilan seperti pakaian, kosmetik, asesoris, dan sepatu termasuk yang

bermerek eksklusif dan mahal. Gaya hidup yang mengutamakan penggunaan produk

dengan merek eksklusif dan terkenal ini disebut sebagai gaya hidup brand minded.

INI JUGA GANTI YA, JANGAN KEPANJANGAN DAN KEBANYAKAN,

MENDING SEDIKIT TP NGENA DAN PAS SAMA JUDULMU DARI PADA

PANJANG DAN CAPEK2 NGETIK TP SALAH MELULU. SENYUUUM

D. HipotesisHipotesa dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara kepercayaan

diri terhadap gaya hidup brand minded dengan kecenderungan perilaku konsumtif

mahasiswi di universitas muhammadiyah surakarta. HIPOTESISNYA MASIH BLM

DIKATAKAN “ADA” KARENA KETERKAITAN ANTAR VARIABELNYA

MASIH KURANG TEPAT

Page 19: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel PenelitianIdentifikasi variabel penelitian untuk menguji Hipotesa penelitian. Dalam penelitian

ini variabel yang digunakan yaitu :

Variabel Tergantung : Perilaku Konsumtif

Variabel Bebas : Gaya Hidup Brand Minded dengan Kepercayaan Diri

B. Definisi OperasionalKecenderungan Perilaku Konsumtif

Kecenderungan perilaku konsumtif adalah kecenderungan konsumenuntuk

mengkonsumsi atau membeli barang yang tidak lagi didasarkan olehkebutuhan dan

pertimbangan yang rasional, namun hanya berdasarkan hasratkeinginan semata-mata

untuk memperoleh kesenangan. Barang-barang yangdibeli berupa barang-barang yang

dapat menunjang penampilan diri sepertipakaian, sepatu, kosmetik, asesoris, parfum,

dan lain-lain.

Kecenderungan perilaku konsumtif ini akan diukur dengan menggunakanskala

kecenderungan perilaku konsumtif berdasarkan indikator perilaku konsumtif

oleh Sumartono (2002), yaitu:

a. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi.

b. Membeli produk atas pertimbangan harga.

c. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status.

d.Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang

mengiklankanproduk.

e. Membeli produk dengan harga mahal untuk meningkatkan rasa percaya diri.

f. Mencoba lebih dari dua produk sejenis (merek berbeda)

Skor skala ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skor total yang

dimilikisubyek maka menunjukkan semakin tinggi pula kecenderungan perilaku

konsumtif individu dan sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh subyek

maka menunjukkan semakin rendah pula kecenderungan perilaku konsumtif individu.

Gaya Hidup Brand Minded

Page 20: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

Gaya hidup brand minded adalah gaya hidup yang dimiliki oleh

individudimana individu tersebut dalam menghabiskan waktu dan uangnya

cenderungberorientasi pada penggunaan produk-produk yang memiliki merek terkenal

dan eksklusif yang merupakan produk internasional. Gaya hidup brand mindeddiukur

dengan menggunakan skala yang disusun berdasarkan dimensi gaya hidup brand

minded dan sering disebut sebagai AIO statements (Activities, Interests, Opinions)

oleh Hawkins (2007) , yaitu:

a. Aktivitas

b. Minat

c. Opini

Gaya hidup brand minded akan diukur dengan menggunakan skala. Skortotal

merupakan petunjuk tinggi rendahnya gaya hidup brand minded. Jika semakin tinggi

skor total skala yang dicapai seseorang maka gaya hidup brandminded yang dianut

individu tersebut berada pada tingkat yang tinggi. Demikian sebaliknya, jika semakin

rendah skor total skala yang dicapai seseorang maka gaya hidup brand minded yang

dianut oleh individu tersebut berada pada tingkat yang rendah. GA USAH

SEPANJANG INI BOOOOS, JELASKAN MENGENAI 2 VARIABEL ITU TAPI

DI AMBIL INTINYA SAJA.

C. Populasi, Sampel, dan Metode Pengumpulan Sampel1. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel yang dipakai dalam penelitian merupakan salah satu

faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah objek, gejala atau

kejadian yang diselidiki terdiri dari semua individu untuk siapa kenyataan-

kenyataan yang diperoleh dari sampel penelitian itu hendak digeneralisasikan

(Hadi, 2000).

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi

(MENDING ANAK EKONOMI AJA) dan mahasiswa Fakultas Komunikasi

Universitas Muhammdiyah Surakarta.

Teknik sampling adalah cara atau teknik yang digunakan untuk

mengambilsampel. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian

ini dengan menggunakan teknik non probability sampling secara incidental,

dimana setiap anggota populasi tidak mendapat kesempatan yang sama untuk

Page 21: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

terpilih menjadi anggota sampel. Pemilihan sampel dari populasi didasarkan pada

faktor kesediaan dan kemudahan dijumpainya sampel yang sesuai dengan

karakteristik tertentu (Hadi, 2000). Karakteristik sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah mahasiswi Universitas Muhammadiyah Surakarta usia 18

sampai 22 tahun dan mahasiswi aktif.

2. Metode Pengumpulan Sampel

Alat ukur yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian

dan bentuk data yang akan diambil dan diukur (Hadi, 2000). Data penelitian ini

diperoleh dengan menggunakan metode skala.

Skala adalah suatu prosedur pengambilan data yang merupakan suatu alat

ukur aspek afektif yang merupakan konstruk atau konsep psikologis yang

menggambarkan aspek kepribadian individu (Azwar, 2007). Penelitian ini

menggunakan dua skala, yaitu Skala Gaya hidup brandminded dan Skala

Kecenderungan perilaku konsumtif.

1. Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif

Skala kecenderungan perilaku konsumtif disusun berdasarkan

indikatorindikatordari perilaku konsumtif. Untuk mengukur kecenderungan

perilaku konsumtif pada remaja putri, maka pada penelitian ini digunakan skala

model Likert.

Setiap dimensi di atas akan diuraikan dalam sejumlah pernyataan favorable

(mendukung) dan unfavorble (tidak mendukung), dimana subjek diberikan empat

alternatif pilihan yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan

Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk aitem yang favorable, pilihan SS akan

mendapatkan skor empat, pilihan S akan mendapatkan skor tiga, pilihan TS akan

mendapatkan skor dua, dan pilihan STS akan mendapatkan skor satu. Sedangkan

untuk aitem yang unfavorable pilihan SS akan mendapatkan skor satu, pilihan S

mendapatkan skor dua, pilihan TS akan mendapatkan skor tiga, dan pilihan STS

akan mendapatkan skor empat.Blue print yang digunakan dalam penyusunan

skala yang menguku kecenderungan perilaku konsumtif adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Blue Print Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif sebelum Uji

Coba

Page 22: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

Indikator Perilaku

Konsumtif

Favourable Unfavourable Jumlah

1. Membeli produk

demi

menjaga penampilan

diri dan gengsi

1, 9, 32, 5, 15 21, 36, 2, 42, 48 10

2. Membeli produk

ataspertimbangan

harga

25, 3, 43, 22, 49 10, 55, 16, 27 9

3. Membeli produk

hanyasekedar

menjaga simbol

Status

4, 54, 11, 28, 58 23, 38, 17, 44,

56, 50

11

4. Memakai produk

karena unsur

konformitas

terhadap

model yang

mengiklankan

12, 24, 18, 45,

51

6, 29, 57, 39, 33 10

5. Membeli produk

dengan harga mahal

untuk meningkatkan

rasa percaya diri

7, 19, 30, 34, 37 40, 46, 52, 59, 13 10

6. Mencoba lebih

dari duaproduk

sejenis (merek

berbeda)

14, 20, 35, 41,

47

8, 26, 31, 53, 60 10

Jumlah 30 30 60

2. Skala Gaya Hidup Brand Minded

Skala gaya hidup brand minded disusun berdasarkan dimensi gaya hidup

brand minded yaitu AIO statements (Hawkins, 2007) yang terdiri dari:

1. Aktivitas

Dimensi aktivitas ini meliputi apa yang dilakukan oleh konsumen, apa

Page 23: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

yang dibeli oleh konsumen dan bagaimana konsumen menghabiskan waktunya.

Individu yang bergaya hidup brand minded cenderung menghabiskan waktunya

dan uangnya untuk berbelanja di toko-toko ataubutik-butik tertentu yang menjual

barang-barang yang memiliki merek eksklusif atau terkenal.

2. Minat

Dimensi minat ini mencakup preferensi dan prioritas konsumen dalam

memilih produk yang akan dibeli. Individu dengan gaya hidup brand minded

memiliki minat yang tinggi terhadap penampilannya, sehinggamereka cenderung

menggunakan produk-produk dengan merek yangekslusif atau terkenal agar dapat

menunjang penampilannya di dalamlingkungan sosial.

3. Opini

Dimensi opini ini terdiri dari pandangan dan perasaan konsumen

terhadap produk-produk yang ada di kehidupannya, baik yang lokal maupun

internasional. Individu dengan gaya hidup brand minded cenderung memiliki

pandangan dan perasaan yang positif terhadap produk-produk dengan merek

eksklusif atau terkenal dimana merupakan produk internasional (produk impor).

Untuk mengukur gaya hidup brand minded pada remaja putri, maka

padapenelitian ini digunakan skala model Likert. Setiap dimensi di atas akan

diuraikan dalam sejumlah pernyataan favorable (mendukung) dan unfavorable

(tidak mendukung), dimana subjek diberikan empat alternatif pilihan yaitu Sangat

Sesuai(SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk

aitem yang favorable, pilihan SS akan mendapatkan skor empat, pilihan S akan

mendapatkan skor tiga, pilihan TS akan mendapatkan skor dua, dan pilihan STS

akan mendapatkan skor satu. Sedangkan untuk aitem yang unfavorable pilihan SS

akan mendapatkan skor satu, pilihan S mendapatkan skor dua, pilihan TS akan

mendapatkan skor tiga, dan pilihan STS akan mendapatkan skor empat.

Tabel 2. Blue Print Skala Gaya Hidup Brand Minded sebelum Uji Coba

Dimensi Gaya Hidup

Brand Minded

Favorabel Unfavorabel Jumlah

1. Aktivitas 1, 4, 14, 22, 25,

28,

31, 38, 48, 52

7, 10, 19, 16,

34, 43,

46, 53, 56, 60

20

2. Minat 2, 5, 11, 32, 35, 9, 13, 17, 20, 20

Page 24: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

39,

41, 49, 51, 58

23, 27,

37, 44, 54, 30

3. Opini 8, 12, 15, 18, 21,

24, 42, 45, 55,

59

3, 6, 26, 29, 33,

36,

40, 50, 47, 57

20

Jumlah 30 30 60

D. Validitas Dan Realiabilitas1. Validitas

Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

melakukan fungsi ukurnya. Valid tidaknya suatu alat ukur tergantu pada mampu

tidaknya lat ukur tersebut mencapai tujuan pengukurannya yang dikhendaki

dengan tepat Azwar dalam (Anwar, 2010). Validitas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah validitas isi validitas ini merupakan validitas yang

diestemani lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisi rasional atau lewat

profesonal judgement yang didalam penelitian ini adalah dosen pembimbing

penelitian ini.

2. Realibilitas

Reliablilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegkan atau konsistensi alat ukur

yang bersangkutan, bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang berbeda.

Hadi dalam (Anwar, 2010). Reliabiltas alat ukur yang dapat dilihat dari koefesien

reliabilitas merupakan indicator konsistensi atau alat kepercayaan hasil ukur yang

mengandung makna kecermatan.

E. Analisis DataAnalisis data yang digunakan untuk melihat pebedaan kecemasan mahasiswa

psikologi dan mahasiswa komunikasi saat berpresentasi akdemik didepan umum

adalah dengan menggunakan korelasi person product moment. Cara penghitungannya

dibantu dengan menngunakan program SPSS 16.0 for windows

Page 25: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi

DAFTAR PUSTAKA

Arsy, M. (2006). Kebutuhan atau Gaya Hidup Konsumtif. Sriwijaya Post.

Aryani, G. (t.thn.). Hubungan Antara Konformitas dan Perilaku Konsumtif ada Remaja di SMA Negeri 1 Semarang . Tahun Ajaran 2005/2006. Tidak di cetak. Semarang. Univeristas Negeri Semarang: Skripsi.

Fryzia, A. (2015, Juni 17). Gaya Hidup Remaja Konsumtif. Dipetik November 19, 2014, dari Kompasiana: http://www.kompasiana.com/adelia_fryzia21/gaya-hidup-remaja-konsumtif_54f9372ea3331178178b477e

Hawkins, B. (2007). Consumer Behaviour, Building Marketing Strategy, 10th Edtion. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Khairil, M. (2015, Juni 26). Generasi Konsumtif. Dipetik Oktober 23, 2010, dari Kompasiana: http://www.kompasiana.com/m.khairil/generasi-konsumtif_550037c3a33311307250ffd7

Kotler, P. &. (2006). Marketing Management, 12th Edition/International Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Lina & Rosyid, H. (1997). Perilaku Konsumtif berdasar Locus of Control Pada Remaja Putri. Jurnal Psikologika, 4.

Loudon, D. &. (1984). Consumer Behaviour: Concept and Application. 2nd Edition. New York: McGraw-Hill.

Mangkunegara, A. (2002). Perilaku Konsumen . Bandung: PT. Refika Aditama.

McNeal, J. (2007). On Becoming a Consumer. the development of consumer behaviour patterns in chilhood. Butterworth-Heinemann.

Mowen, J. &., & Alih Bahasa Latin, L. (2002). Perilaku Konsumen, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Setiadi, N. (2003). Perilaku Konsumtif. Bogor: Kencana.

Sumartono. (2002). Terperangkap Dalam Iklan: Meneropong Imbas Pesan Iklan Televisi. Bandung: Alfabeta.

Syamila, A. (2015, Juni 17). Saat Perilaku Konsumtif Menjadi Budaya Remaja. Dipetik Desember 20, 2014, dari Kompasiana: http://www.kompasiana.com/www.ahdasyamil.com/saat-perilaku-konsumtif-menjadi-budaya-remaja_54f92016a33311f8478b4b84

Tambunan, R. (2001). Remaja dan Perilaku Konsumtif. Dipetik Februari 10, 2009, dari http://www.e-psikologi.com/remaja/191101.htm

Tribun. (2013, Desember 30). Overdosis Tayangkan Home Shopping, JakTV dan OChannel Kena Semprit. Diambil kembali dari Tribun Seleb: http://www.tribunnews.com/seleb/2013/12/30/overdosis-tayangkan-home-shopping-jaktv-dan-ochannel-kena-semprit

Page 26: Proposal Teknik Penyusunan Skripsi