Proposal Swabakar

25
KAJIAN TEKNIS UPAYA PENANGANAN SWABAKAR DENGAN METODE COMPACTION PADA TEMPORARY STOCKPILE DI PT. BUKIT ASAM (PERSERO) TBK TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa Pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Oleh MUHAMMAD ILHAM 03111002077

description

proposal ta

Transcript of Proposal Swabakar

Page 1: Proposal Swabakar

KAJIAN TEKNIS UPAYA PENANGANAN SWABAKAR DENGAN

METODE COMPACTION PADA TEMPORARY STOCKPILE

DI PT. BUKIT ASAM (PERSERO) TBK TANJUNG ENIM

SUMATERA SELATAN

PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Penelitian Tugas Akhir MahasiswaPada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik

Universitas Sriwijaya

Oleh

MUHAMMAD ILHAM03111002077

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2015

Page 2: Proposal Swabakar

IDENTITAS DAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN

TUGAS AKHIR MAHASISWA

1. Judul : Kajian Teknis Upaya Penanganan Swabakar dengan

Metode Compaction pada Temporary Stockpile di PT.

Bukit Asam (Persero), Tbk Tanjung Enim Sumatera

Selatan

2. Pengusulan

a. Nama : Muhammad Ilham

b. Jenis Kelamin : Laki-Laki

c. NIM : 03111002077

d. Semester : VIII (Delapan)

e. Fakultas/Jurusan : Teknik/Teknik Pertambangan

f. Alamat e-mail : [email protected]

g. Contact Person : 082178000929

3. Lokasi Penelitian : PT. Bukit Asam (Persero), Tbk

Indralaya, Maret 2015Pengusul,

Muhammad IlhamNIM. 03111002077

Menyetujui :Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Pembimbing Proposal,

Hj. Rr. Harminuke Eko Handayani, ST., MT Ir. H.Maulana Yusuf, MS,MTNIP. 196902091997032001 NIP. 195909251988111001

Page 3: Proposal Swabakar

A. JUDUL

Kajian Teknis Upaya Penanganan Swabakar dengan Metode Compaction

pada Temporary Stockpile di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk Tanjung Enim

Sumatera Selatan.

B. BIDANG ILMU

Teknik Pertambangan

C. LATAR BELAKANG

PT. Bukit Asam (Persero), Tbk Tanjung Enim merupakan suatu

perusahaan yang bergerak di bidang penambangan batubara untuk memenuhi

kebutuhan industri. Untuk memenuhi kebutuhan para konsumen, batubara yang

diproduksi harus sesuai dengan permintaan maupun prasyarat yang diinginkan

konsumen. Dalam hal ini terutama adalah kualitas batubara harus sesuai dengan

standar yang telah disepakati.

Kajian secara teknis sangatlah diperlukan untuk menjaga kualitas batubara

yang dihasilkan dari front penambangan hingga pada saat pengiriman batubara

kepada konsumen. Salah satu parameter utama yang dapat mempengaruhi kualitas

dari batubara tersebut yaitu permasalahan swabakar yang terjadi pada saat

penumpukan batubara di stockpile. Hal ini juga terjadi di tempat penumpukan

sementara (temporary stockpile). Beberapa faktor penyebab terjadinya swabakar

pada temporary stockpile ini adalah akibat dari terlalu lamanya penumpukan dan

penimbunan batubara di temporary stockpile, management stockpile yang tidak

berjalan dengan baik diantaranya kapasitas batubara pada temporary stockpile

yang telah melebihi batas dari ketentuan, tidak terpenuhinya syarat dari standar

bentuk dan ukuran dimensi pada temporary stockpile , sistem penirisan yang tidak

berjalan baik di area temporary stockpile, faktor ukuran butir yang tidak seragam,

dan kandungan mineral pengotor (mineral matter) pada tumpukan batubara yang

berada di temporary stockpile tersebut.

Tumpukan batubara pada temporary stockpile yang mengalami swabakar

akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan seperti penurunan kualitas

batubara yang akan mempengaruhi permintaan pasar, terbuangnya sebagian

Page 4: Proposal Swabakar

volume batubara yang telah terbakar dan pihak perusahaan harus mengeluarkan

biaya tambahan untuk penanggulangan batubara yang terbakar.

Oleh sebab itu, dalam rangka meminimalisasi operasi kerja untuk

penanganan swabakar perlu dilakukan kajian teknis upaya penanganan swabakar

dengan metode compaction.

D. PERMASALAHAN

Adapun permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini antara lain:

1. Faktor-faktor apa saja penyebab terjadinya swabakar pada temporary

stockpile di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk ?

2. Bagaimana tahapan proses kegiatan yang dilakukan dalam upaya penanganan

swabakar pada temporary stockpile di PT.Bukit Asam (Persero),Tbk ?

3. Bagaimana tingkat efektivitas metode compaction dalam upaya penanganan

terjadinya swabakar pada temporary stockpile di PT. Bukit Asam

(Persero),Tbk ?

E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Meneliti faktor-faktor penyebab terjadinya swabakar pada temporary stockpile

di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.

2. Melakukan kajian teknis dalam upaya penanganan terjadinya swabakar pada

temporary stockpile di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.

3. Menganalisis efektifitas metode compaction dalam upaya penanganan

terjadinya swabakar pada temporary stockpile di PT. Bukit Asam

(Persero),Tbk.

F. PEMBATASAN MASALAH

Penelitian difokuskan kepada kajian teknis metode compaction sebagai

upaya dalam penanganan swabakar pada temporary stockpile di PT. Bukit Asam

(Persero), Tbk.

Page 5: Proposal Swabakar

G. MANFAAT

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bentuk:

1. Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya swabakar pada temporary

stockpile di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.

2. Dapat dijadikan dasar dalam upaya penanganan swabakar yang efektif pada

temporary stockpile di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.

H. LANDASAN TEORI

1. Stockpile Management Batubara

Menurut Mulyana, hana (2005) mengatakan Stockpile Managemen

adalah suatu proses pengaturan dan prosedur yang terdiri dari pengaturan

kuantitas, pengaturan kualitas dan prosedur penumpukan batubara di stockpile.

Stockpile managemen merupakan suatu upaya agar batubara yang diproduksi

dapat dikontrol, baik kuantitasnya maupun kualitasnya. Selain itu stockpile

managemen berfungsi untuk mengurangi kerugian yang mungkin muncul dari

proses handling batubara di stockpile. Stockpile managemen dibagi menjadi 3

bagian kerja, yaitu :

1. Storage / stocking management,

2. Quality and Quantity Management,

3. Blending Management.

Penjelasan dari 3 bagian kerja didalam stockpile managemen sebagai

berikut:

1. Storage / stocking management yaitu penyimpanan batubara yang terkait

dengan pemeliharaan kuantitas dan kualitas batubara yang ditumpuk di

stockpile. Manajemen penumpukan dimulai dari pembuatan desain stockpile

yang berorientasi pada pemeliharaan kuantitas, kualitas dan lingkungan.

Berorientasi pada pemeliharaan kuantitas karena suatu storage management

harus mempertimbangkan faktor kapasitas stockpile yang dapat

semaksimum mungkin pada area yang tersedia tetapi tetap memperhatikan

faktor kualitas dan lingkungan. Berorientasi pada pemeliharaan kualitas

karena desain kualitas yang efisien sehingga keperluan untuk pengaturan

kualitas seperti blending, segresi penumpukan yang didasarkan pada

Page 6: Proposal Swabakar

kualitas produk. Sedangkan berorientasi pada lingkungan karena desain

stockpile harus benar-benar memiliki fasilitas pengolahan dan pengelolaan

limbah yang berasal dari stockpile. Kemungkinan limbah yang dihasilkan

seperti debu, logam-logam berat yang menyebabkan mengganggu kesehatan

dan batubara berukuran partikel kecil (fine coal) yang terbawa air hujan atau

pada waktu penyemprotan stockpile.

2. Desain stockpile yang akan ditentukan bergantung pada :

a. Kapasitas volume batubara yang akan dikelola.

b. Jumlah pengelompokan kualitas yang akan dijadikan main product.

c. Blending system yang akan diterapkan.

d. Sistem penumpukan / stacking system yang digunakan.

Bentuk bangun atau dimensi stockpile bermacam-macam, tetapi yang

biasa dijumpai adalah bentuk kerucut dan limas terpancung. Rumus

perhitungan volume dari bentuk bangun stockpile batubara sebagai berikut :

i. Volume kerucut terpancung

V = 1/3 π x t ( R2 + r2 + R.r)

Keterangan :

V : volume kerucut terpancung

t : tinggi kerucut terpancung

r : jari-jari lingkaran atas

R : jari-jari lingkaran bawah

ii. Volume limas terpancung

V = 1/3 x t (B + A + √B + A)

Keterangan :

V : volume limas terpancung

t : tinggi limas terpancung

Page 7: Proposal Swabakar

A : luas bidang atas

B : luas bidang bawah

3. Blending management

Didalam stockpile management kegiatan blending management adalah

yang paling rutin dilakukan bahkan stockpile management identik dengan

blending management. Blending adalah suatu proses pencampuran beberapa

batubara yang memiliki kualitas yang berbeda sehingga membentuk satu

batubara dengan kualitas tertentu yang diinginkan.

Menurut Sulistyana dan Saputra (2012) mengatakan kualitas batubara

yang termasuk peringkat rendah dengan kandungan volatile matter yang

cukup tinggi memungkinkan terjadinya spontaneous combustion pada

stockpile batubara sehingga memerlukan stockpile managemen yang baik.

Apabila batubara telah terbakar pada stockpile batubara, maka dilakukan

penanganan sebagai berikut :

1. Melakukan spreading atau penyebaran untuk mendinginkan suhu

batubara.

2. Bila kondisi cukup parah, maka bagian batubara yang kualitasnya

telah turun dapat dibuang.

3. Memadatkan batubara yang mengalami self heating atau

spontaneous combustion.

4. Untuk menyimpan batubara lebih lama bagian atas stockpile harus

dipadatkan guna mengurangi resapan udara dan air ke dalam

stockpile.

2. Syarat Teknik Penimbunan Batubara

Didalam menentukan kapasitas penimbunan didalam stockpile, maka

akan bergantung dengan desain stockpile yang telah direncanakan. Pada

stockpile yang direncanakan memiliki kapasitas yang besar, maka perencanaan

desain stockpile harus benar-benar sesuai, hal ini untuk mencegah batubara

yang ditimbun turun kebagian bawah. Dalam hal ini akan seolah-olah

kehilangan batubara didalam stockpile. Menurut Mulyana, hana (2005) syarat

teknis penimbunan meliputi :

Page 8: Proposal Swabakar

1. Kualitas Batubara

Batubara sebagai salah satu syarat teknis penimbunan juga harus

diperhatikan. Batubara yang berpengaruh sebagai berikut:

a. Batubara yang Ditimbun Diusahakan Sejenis

Untuk menghindari terbakarnya batubara kelas lebih tinggi maka untuk

setiap satu lokasi penimbunan digunakan batubara yang sejenis (kelas

dan kualitas yang sama). Hal tersebut dikarenakan batubara kelas lebih

rendah lebih mudah dan cepat untuk terbakar dengan sendirinya,

sehingga panas yang dihasilkan oleh batubara kelas lebih rendah

terakumulasi dan mempengaruhi batubara kelas lebih tinggi untuk

terbakar.

b. Ukuran Butir

Ukuran butiran memiliki pengaruh terhadap timbulnya swabakar,

ketidakseragaman ukuran butir pada timbunan batubara juga akan

memudahkan batubara mengalami oksidasi. Pada dasarnya semakin besar

luas permukaan yang berhubungan langsung dengan udara luar, semakin

cepat proses swabakar. Sebaliknya semakin besar ukuran bongkah

batubara, semakin lambat proses swabakar.

2. Desain Permukaan Dasar Stockpile

Permukaan dasar dari suatu stockpile harus dibuat stabil dan dibuat

bedding dengan menggunakan material yang cukup kuat untuk menopang

berat tumpukan batubara. Selain itu permukaan dasar stockpile harus dibuat

agak cembung agar drainase pada stockpile lancar. Hal ini dimaksudkan

agar tidak terjadi genangan air yang terjebak di tengah stockpile pada saat

hujan. Pada penumpukan batubara yang menyerupai kerucut, titik berat akan

berada di sekitar pusat lingkaran. Hal ini akan menyebabkan terjadinya

penurunan dasar stockpile. Penurunan dasar stockpile dapat dilihat pada

(Gambar 3.6).

Page 9: Proposal Swabakar

Sumber : Mulyana, hana, 2005

GAMBAR 3.6

PENURUNAN DASAR STOCKPILE

Apabila terjadi penurunan dasar stockpile (Gambar 3.6), maka akan

menyebabkan air terjebak dalam cekungan tersebut yang mengakibatkan

terjadinya perbedaan humiditas dalam tumpukan batubara tersebut yang

dalam jangka panjang akan memicu terjadinya self heating atau menjadi

akselerator pada saat batubara bagian atas mengalami kenaikan temperatur.

Selain itu cekungan tersebut semakin lama akan semakin dalam dengan

kegiatan operasional di stockpile yang pada akhirnya akan menimbun

sebagian batubara kedalam tanah.

Pada saat pengambilan batubara atau reclaiming, yang dijadikan dasar

permukaan adalah level disekitar pinggiran stockpile yang belum turun,

sehingga pada saat pengambilan batubara di bagian tengah tumpukan,

batubara dalam cekungan yang diakibatkan dari beban batubara tersebut

akan tertinggal dan semakin lama semakin banyak. Apabila hal ini terjadi

maka kita seolah-olah kehilangan batubara pada saat dilakukan pengukuran

stock inventory yang biasanya diukur secara berkala baik bulanan atau

tahunan. Dengan membuat dasar stockpile cukup kuat dan relatif cembung,

maka diharapkan kejadian tersebut diatas dapat dicegah. Cekungan yang

terbentuk dan terisi batubara dapat dilihat pada (Gambar 3.7)

Page 10: Proposal Swabakar

5.

6.

7.

8.

Sumber : Mulyana, Hana 2005

GAMBAR 3.7

CEKUNGAN STOCKPILE YANG AKAN TERISI BATUBARA

3. Keadaan Tempat Penimbunan

Keadaan tempat timbunan di daerah stockpile akan berpengaruh

terhadap syarat teknis penimbunan yang dilakukan pada saat penimbunan

batubara yang baru masuk kedalam stockpile. Untuk itu perlu diperhatikan

syarat-syarat keadaan tempat penimbunan yang baik. Syarat keadaan

penimbunan yang baik adalah sebagai berikut:

a. Area Penimbunan yang Bersih

Area penimbunan batubara harus bebas dari segala material yang mudah

terbakar seperti kayu dan sampah. Selain itu juga harus bebas dari

potongan-potongan logam.

b. Pembuatan Saluran Air di Sekeliling Stockpile

Untuk mengalirkan air yang berasal dari tumpukan batubara baik yang

berasal dari air hujan, maupun yang berasal dari penyemprotan air di

sekeliling areal stockpile tersebut harus dibuatkan paritan atau saluran air

yang akhirnya di alirkan ke settling pond atau kolam pengendap. Air

yang melewati tumpukan batubara akan melarutkan batubara halus dari

tumpukan batubara, sehingga partikel batubara yang halus tersebut akan

terbawa oleh aliran air.

Sebelum air dialirkan ke sungai, perlu ada pengolahan air dari stockpile

tersebut, atau paling tidak dibuatkan kolam pengendap. Dengan demikian

Page 11: Proposal Swabakar

partikel batubara yang terbawa oleh aliran air dari stockpile tersebut tidak

mencemari lingkungan khususnya tidak mencemari sungai. Selain

settling pond, apabila terbukti dari pengukuran bahwa air yang berasal

dari stockpile tersebut bersifat asam, maka perlu juga dilakukan

netralisasi. Netralisasi air asam dari batubara dapat menggunakan kapur.

Proses netralisasi dilakukan setelah air tersebut melewati settling pond,

atau dilakukan sebelum air dibuang ke sungai atau ke laut.

c. Posisi Stockpile

Posisi stockpile harus memperhatikan arah angin. Dengan mengetahui

arah angin maka posisi stockpile diusahakan tidak menghadap arah angin

terutama pada bagian panjang stockpile sehingga permukaan timbunan

yang diterpa angin semakin kecil yang bertujuan menghindari proses

oksidasi pada timbunan yang menyebabkan spontaneous combustion.

3. Sistem Penumpukan dan Pola Penimbunan

Sistem penumpukan batubara harus diatur sedemikian rupa agar

segregasi atau pemisahan stock berdasarkan perbedaan kualitas dapat

dilakukan dengan baik, juga tumpukan tersebut dapat meminimalkan resiko

terjadinya pembakaran spontan di stockpile. Hal ini dapat dilakukan dengan

cara menumpuk batubara memanjang searah dengan arah angin agar

permukaan tumpukan batubara yang menghadap ke arah datangnya angin

menjadi kecil. Arah penumpukan batubara dapat dilihat pada (Gambar 3.8).

9.

Sumber : Mulyana, hana 2005

GAMBAR 3.8

ARAH PENUMPUKAN BATUBARA

Page 12: Proposal Swabakar

Pemadatan terhadap seluruh permukaan dapat dilakukan apabila batubara

tersebut akan disimpan dalam jangka waktu yang lama. Namun demikian hal

tersebut dapat dilakukan tergantung ada desain penumpukan batubara di

stockpile tersebut. Untuk penumpukan batubara dengan system stacking biasa,

pemadatan permukaan batubara dapat dilakukan dengan mudah.

Untuk menghindari segregasi partikel batubara yang halus dengan yang

besar yang akan mempercepat terjadinya pembakaran spontan, maka

penumpukan harus dibuat sedemikian rupa agar seggregasi partikel tersebut

dapat diminimalkan. Caranya adalah dengan membuat tumpukan dengan

bentuk chevron atau windrow. Selain itu untuk mencegah atau memperlambat

terjadinya pemanasan dengan sendirinya di stockpile adalah dengan

mengusahakan agar permukaan bagian atas tumpukan dibuat rata dan tidak

berpuncak-puncak. Karena apabila permukaan atas tidak rata atau berpuncak-

puncak, maka hal ini juga dapat menyebabkan percepatan terjadinya oksidasi

batubara yang mengarah ke terjadinya pmbakaran spontan.

Untuk maintenance stockpile dan untuk merelokasi batubara yang

terbakar apabila tidak bisa dicegah, maka tumpukan batubara harus diatur agar

tidak ada bagian tumpukan batubara yang sampai ke tepi areal stockpile. Di

sekeliling tumpukan batubara harus ada akses jalan baik untuk kontrol maupun

untuk excavator apabila diperlukan untuk menggali batubara yang terbakar

(Gambar 3.9).

Sumber : Mulyana, hana 2005

GAMBAR 3.9

AKSES JALAN DI SEKELILING TUMPUKAN BATUBARA

Page 13: Proposal Swabakar

Sedangkan pada pola penimbunan, terdiri dua metode yaitu metode

penimbunan terbuka (open stockpile) dan metode penimbunan tertutup

(coverage storage). Penimbunan yang umum dilakukan di dalam kegiatan

pertambangan adalah dengan metode penimbunan terbuka (open stockpile).

Open stockpile adalah penumpukan material di atas permukaan tanah secara

terbuka dengan ukuran sesuai tujuan dan proses yang digunakan.

4. Spontaneous Combustion pada Batubara

Menurut Mulyana, hana (2005) mengatakan bahwa Spontaneous

combustion atau disebut juga self combustion adalah salah satu fenomena yang

terjadi pada batubara pada waktu batubara tersebut disimpan atau di storage /

stockpile dalam jangka waktu tertentu. Proses spontaneous combustion

diketahui dari proses self heating atau pemanasan dengan sendirinya yang

berasal dari oksidasi atau suatu reaksi kimia dari suatu mineral didalam

batubara itu sendiri.

Menurut Falcon, R.M (1986) menyebutkan spontaneous combustion

pada semua batubara terjadi akibat kontak atmosfir (udara) yang secara cepat

atau lambat menunjukkan tanda-tanda oksidasi dan pelapukan dengan resultan

penurunan konten kalori, volatile matter, dan terjadinya swelling capacities.

Reaksi eksotermis yang menghasilkan panas apabila tidak hilang akan

mencapai suhu inisiasi yang pada akhirnya membentuk titik api pada hot spot

batubara. Reaksi spontaneous combustion dapat digambarkan sebagai berikut :

C + O2 (>5%) CO2 (150°F - 200° F)

CO2 + C CO (212° F - 300° F)

Menurut Sukandarrumidi (2008), proses spontaneous combustion

mengalami proses bertahap yang dijelaskan sebagai berikut :

1. Mula-mula batubara akan menyerap oksigen dari udara secara perlahan-

lahan dan kemudian temperatur udara akan naik.

2. Akibat temperatur naik kecepatan batubara menyerap oksigen dan udara

bertambah dan temperatur kemudian akan mencapai 100oC – 140oC.

Page 14: Proposal Swabakar

3. Setelah mencapai temperatur 140oC, uap dan CO2 akan terbentuk sampai

temperatur 230oC, isolasi CO2 akan berlanjut. Bila temperatur telah berada

di atas 350oC, ini berarti batubara telah mencapai titik sulutnya dan akan

cepat terbakar.

5. Faktor-faktor Penyebab Batubara Terbakar Sendiri

Batubara merupakan bahan organic, dan apabila bersinggungan langsung

dengan dalam keadaan temperature tinggi maka akan menyebabkan terjadinya

spontaneous combustion. Pada stockpile batubara, pengaturan sudut

kemiringan akan diperhitungkan karena akan berpengaruh terhadap terpaan

angin. Menurut sukandarrumidi (2008), sebab-sebab terjadinya spontaneous

combustion adalah sebagai berikut :

1. Reaksi eksotermal (uap dan oksigen di udara). Reaksi ini merupakan hal

yang paling sering terjadi.

2. Akibat bakteri.

3. Aksi katalis dari benda-benda anorganik.

Sedangkan kemungkinan dapat terjadinya spontaneous combustion

diantara sebagai berikut :

1. Karbonisasi yang rendah (low carbonization)

2. Kadar belerangnya tinggi (>2%). Ambang batas belerang yang disarankan

sebaiknya 1,2% saja.

6. Penanggulangan Batubara yang Terbakar Sendiri

Menurut Sukandarrumidi (2008) Bilamana batubara yang ditimbun di

tempat penimbunan yang tertutup (indoor storage) maka harus dibuat

peraturan agar gudang penimbunan tersebut bersih dari endapan-endapan debu

batubara, terutama yang ditemukan di permukaan alat-alat. Dengan demikian

maka perlu ada perawatan yang terus menerus dan konstan. Apabila tempat

penimbunan ini terbuka (outdoor storage) maka sebaiknya dipilih tempat yang

rata dan tidak lembab. Hal ini untuk menghindari penyusutan kotoran-kotoran

(impurities).

Untuk batubara yang mengandung zat-zat tinggi, maka perlu dilakukan

penyiraman air (sprinkler). Penyiraman batubara yang terlalu lama juga

membahayakan. Paling lama batubara sebaiknya disimpan selama 1 bulan.

Page 15: Proposal Swabakar

I. METODOLOGI PENELITIAN

Metodelogi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi :

1. Pengumpulan data baik data primer maupun data sekunder.

a. Data primer, yaitu data yang diambil dari pengamatan lapangan

dengan mencatat secara sistematis data yang dibutuhkan, terdiri dari :

1. Lamanya penimbunan , metode penimbunan, pola penimbunan,

kondisi penimbunan, pengukuran saluran air temporary stockpile,

dan manajemen FIFO terhadap penimbunan.

2. Menghitung dimensi stockpile yang ada di lapangan.

3. Menghitung perbandingan waktu penanganan swabakar, penurunan

temperatur hasil penanganan serta waktu potensi timbulnya kembali

swabakar antara metode compaction dan metode injeksi chemical.

b. Data sekunder, yaitu data yang diambil dari literatur dan

referensi- referensi yang berhubungan dengan penelitian ini.

1. Data Produksi Batubara Berdasarkan Kualitas UPTE tahun 2013.

2. Data Status Volume Batubara di Temporary Stockpile.

3. Data Rencana Produksi UPTE .

4. Data Curah Hujan.

5. Data Kapasitas Batubara di Temporary Stockpile UPTE.

Selanjutnya, dari data-data tersebut dilakukan proses pengolahan

data yang dilakukan dengan beberapa perhitungan yang menuju

perumusan dalam pembahasan dalam penyelesaian masalah. Setelah

semua itu didapatkan, maka dilakukan penarikan kesimpulan yang

merupakan hasil akhir dari korelasi antara hasil pengolahan data yang

dilakukan dengan permasalahan yang diteliti.

2. Pengolahan data

Pengolahan data merupakan perubahan dari data mentah yang

diambil dari lapangan, disusun berdasarkan urutan, ditabulasi, kemudian di

hitung nilai-nilai yang diperlukan seperti nilai rata-rata, rumus luasan dan

volume bangun ruang, dan hasilnya nanti akan digunakan sebagai

masukan-masukan dalam penggambaran dan perhitungan selanjutnya yang

Page 16: Proposal Swabakar

kemudian disajikan dalam bentuk tabel, grafik, atau perhitungan

penyelesaian.

3. Analisa Data

Pemecahan masalah dilakukan berdasarkan pada analisa pada data

yang diperoleh di lapangan yang didasari oleh literatur - literatur yang

berhubungan dengan masalah tersebut.

J. JADWAL PELAKSANAAN

Rencana pelaksanaan kerja tugas akhir adalah mulai tanggal 1 April 2015

sampai dengan 1 Juni 2015, dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut:

No KegiatanWaktu Pelaksanaan

Minggu Ke -1 2 3 4 5 6 7 8

1. Orientasi Lapangan

2. Pengumpulan Referensi dan Data

3. Konsultasi dan Bimbingan

4. Pengolahan Data

5. Penyusunan dan Pengumpulan Draft Laporan

K. PENUTUP

Demikianlah proposal ini saya buat sebagai bahan pertimbangan agar dapat

diterima untuk melaksanakan Tugas Akhir di PT. Bukit Asam (Persero),Tbk.

Melihat keterbatasan dan kekurangan yang saya miliki, maka saya sangat

mengharapkan bantuan dan dukungan baik secara moril maupun materil dari

pihak perusahaan untuk kelancaran penelitian tugas akhir ini.

Adapun bantuan yang sangat kami harapkan dalam pelaksanaan penlitian

tugas akhir ini adalah:

1. Adanya bimbingan selama penelitian tugas akhir

2. Kemudahan dalam mengadakan penelitian (akomodasi) ataupun pengambilan

data-data yang diperlukan selama melaksanakan tugas akhir

3. Tempat tinggal dan konsumsi selama melaksanakan penelitian tugas akhir

Page 17: Proposal Swabakar

4. Transportasi pulang-pergi Palembang-daerah penelitian.

Semoga hubungan baik antara pihak industri pertambangan dengan pihak

institusi pendidikan pertambangan di Indonesia tetap berlangsung secara harmonis

demi kemajuan dunia pendidikan dan perkembangan industry pertambangan

Indonesia. Atas perhatian dan bantuan yang diberikan, kami ucapkan terima kasih.

L. DAFTAR PUSTAKA

Muchgidin, 2006, “Pengendalian Mutu Dalam Industri Batubara”, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Sukandarrumidi.(2008). Batubara dan Gambut. Universitas Gajah Mada: aaaaa Yogyakarta

Mulyana Hana, 2005, “Kualitas Batubara dan Stockpile Management”, PT Geoservices, LTD, Yogyakarta.

Reuben M Olson, 1993, “Dasar-Dasar Mekanika Fluida Teknik”, PT Gramedia Pustaka, Jakarta.

Sulistyana, W., 2007, “Perencanaan Tambang”, Awan Putih Offset, Yogyakarta.