Proposal Sugeng

50
PROPOSAL A. Judul Penelitian Pelaksanaan Sekolah Gratis di Madrasah Ibtidaiyah Nuruz Zaman Sumbersalak Ledokombo Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2012/2013 B. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peran yang amat penting untuk perkembangan dan keberlangsungan hidup. Oleh karena itu manusia tidak akan pernah berhenti membahas masalah pendidikan, baik dalam pembaharuan pendidikan, pengembangan dan perluasan pendidikan, maupun terhadap gejala-gejala pendidikan. Membahas masalah pendidikan pada saat ini sangatlah menarik untuk diperbincangkan, terkait dengan masalah problem pendidikan, mutu, kualitas lulusan, kurikulum dan bahkan mengenai biaya pendidikan yang melambung tinggi untuk di jangkau. Peraturan pemerintah tentang wajib belajar sembilan tahun perlu dikaji ulang kembali, karena kewajiban untuk mengenyam pendidikan dasar sembilan tahun dirasa sangat berat dilaksanakan oleh masyarakat terutama kalangan masyarakat bawah, dikarenakan biaya yang harus dikeluarkan sangatlah mahal. 1

description

nbn

Transcript of Proposal Sugeng

PROPOSAL PENELITIAN

PROPOSAL A. Judul Penelitian

Pelaksanaan Sekolah Gratis di Madrasah Ibtidaiyah Nuruz Zaman Sumbersalak Ledokombo Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2012/2013B. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peran yang amat penting untuk perkembangan dan keberlangsungan hidup. Oleh karena itu manusia tidak akan pernah berhenti membahas masalah pendidikan, baik dalam pembaharuan pendidikan, pengembangan dan perluasan pendidikan, maupun terhadap gejala-gejala pendidikan.

Membahas masalah pendidikan pada saat ini sangatlah menarik untuk diperbincangkan, terkait dengan masalah problem pendidikan, mutu, kualitas lulusan, kurikulum dan bahkan mengenai biaya pendidikan yang melambung tinggi untuk di jangkau.

Peraturan pemerintah tentang wajib belajar sembilan tahun perlu dikaji ulang kembali, karena kewajiban untuk mengenyam pendidikan dasar sembilan tahun dirasa sangat berat dilaksanakan oleh masyarakat terutama kalangan masyarakat bawah, dikarenakan biaya yang harus dikeluarkan sangatlah mahal.

Kita bergembira karena kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anaknya meningkat, tetapi kita bersedih dan sangat bersedih, karena biaya sekolah semakin mahal. Dampaknya sekolah-sekolah yang kualitasnya bagus (sekolah favorit) akhirnya menjadi tempat atau hanya dapat dijangkau oleh mereka yang tidak miskin (Susetyo, 2002:112). Hal itu sangatlah bertolak belakang dengan UUD 1945 yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan (Pasal 31 ayat 1) dan dipertegas pula oleh UU No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) yang menyatakan setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu (Pasal 5 ayat 1).

Seharusnya pemerintah, dan para penyelenggara pendidikan merasa malu terhadap kecenderungan masyarakat pada setiap tahun pelajaran baru, perum pegadaian pasti semakin ramai dan penuh. Para orang tua rela berhutang demi pendidikan anaknya, hal itu menandakan bahwa biaya pendidikan di negara kita semakin mahal, masyarakat tidak mampu untuk membayar biaya pendidikan anaknya kalau hanya sekedar mengeluarkan uang tabungan saja.

Fenomena tersebut tentu tidak akan pernah terjadi apabila pemerintah konsekuen dengan aturan yang ada bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya dan negara memprioritaskan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional (UUD 1945, Pasal 31 :Ayat 2, 4).

Untuk mengatasi masalah-masalah yang sudah terjadi hanya da satu jalan yaitu dengan sistem sekolah gratis, masyarakat diwajibkan untuk menuntaskan pendidikan dasar tanpa membayar karena memang tanggung jawab pemerintah untuk merealisasikan yang sudah tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 (Prasetyo, 2004:18).

Pendidikan Gratis yang diidam-idamkan selama ini oleh masyarakat Indonesia terutama dari golongan ekonomi bawah hanyalah sebuah mimpi belaka mengapa demikian, pendidikan gratis yang dicanangkan hanyalah sebagai komoditas politik oleh para calon penguasa. Namun realisasinya tidak pernah ada bahkan mereka lupa pada apa yang telah dikampanyekan (Susetyo, 2005:122).

Madrasah Ibtidaiyah Nuruz Zaman Sumbersalak Ledokombo Kabupaten Jember merupakan satu-satunya sekolah gratis yang ada di Desa Sumbersalak, hal ini terwujud berangkat dari kegelisahan yayasan yang peduli terhadap pendidikan yang akhir-akhir ini sulit dijangkau oleh kalangan masyarakat yang perekonomiannya tergolong kelas bawah (masyarakat miskin).

Sekolah gratis di Madrasah Ibtidaiyah Nuruz Zaman Sumbersalak Ledokombo Kabupaten Jember tidak hanya gratis dalam segi operasional pendidikan, tetapi yayasan ini berupaya untuk menggratiskan semua sarana dan prasarana yang menunjang aktivitas belajar seperti pakaian, buku paket, dan ekstrakurikuler dengan tidak mengabaikan mutu dan kualitas pendidikan supaya dapat bersaing dengan sekolah yang lain. Realita itu yang melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul Pelaksanaan Sekolah Gratis di Madrasah Ibtidaiyah Nuruz Zaman Sumbersalak Ledokombo Jember Tahun Pelajaran 2012/2013.

C. Fokus Penelitian

Perumusan masalah merupakan hal yang sangat esensi dalam suatu penelitian sebab masalah merupakan obyek yang hendak diteliti dan perlu dicari pemecahannya. Dalam hal ini Arikunto (2002:27) menjelaskan bahwa masalah merupakan bagian dari kebutuhan seseorang untuk dipecahkan, orang mengadakan penelitian karena ingin mendapatkan jawaban dari masalah yang dihadapi.

Dari uraian di atas masalah yang diangkat dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Fokus Umum

Bagaimana pelaksanaan sekolah gratis di Madrasah Ibtidaiyah Nuruz Zaman Sumbersalak Ledokombo Jember tahun pelajaran 2012/2013?2. Fokus Khusus

a. Bagaimana sumber dana pendidikan sekolah gratis di Madrasah Ibtidaiyah Nuruz Zaman Sumbersalak Ledokombo Jember tahun pelajaran 2012/2013?

b. Bagaimana operasional pendidikan Gratis di Madrasah Ibtidaiyah Nuruz Zaman Sumbersalak Ledokombo Jember tahun pelajaran 2012/2013 ?

c. Bagaimana mutu pendidian sekolah gratis di Madrasah Ibtidaiyah Nuruz Zaman Sumbersalak Ledokombo Jember tahun pelajaran 2012/2013?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah yang dipaparkan sebelumnya maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Ingin mendeskripsikan sekolah gratis di Madrasah Ibtidaiyah Nuruz Zaman Sumbersalak Ledokombo Jember tahun pelajaran 2012/2013.

2. Tujuan Khusus

a. Ingin mendeskripsikan sumber dana pendidikan sekolah gratis di Madrasah Ibtidaiyah Nuruz Zaman Sumbersalak Ledokombo Jember tahun pelajaran 2012/2013.b. Ingin mendeskripsikan operasional pendidikan Gratis di Madrasah Ibtidaiyah Nuruz Zaman Sumbersalak Ledokombo Jember tahun pelajaran 2012/2013.c. Ingin mendeskripsikan mutu pendidian sekolah gratis di Madrasah Ibtidaiyah Nuruz Zaman Sumbersalak Ledokombo Jember tahun pelajaran 2012/2013.E. Manfaat Penelitian

Secara khusus penelitian ini mengandung tiga manfaat, baik manfaat bagi peneliti sendiri maupun manfaat bagi lembaga pendidikan dan masyarakat, di antaranya :

1. Bermanfaat bagi peneliti sendiri dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam mengadakan penelitian lebih lanjut.

2. Mengembangkan wawasan peneliti dalam hal pengalaman dan pengetahuan mengenai cara pengelolaan lembaga pendidikan sesuai dengan profesi peneliti.

3. Sebagai masukan atau pengalaman bahwa tidak semua pendidikan identik dengan biaya mahal.

4. Diharapkan agar lembaga pendidikan mampu menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar (Wajar Dikdas) sembilan tahun dengan cara menerapkan pendidikan yang dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat.

5. Sebagai informasi bagi masyarakat yang tidak mampu bahwa biaya bukan alasan utama untuk tidak melanjutkan pendidikan anaknya.

F. Definisi Istilah Penegasan judul diperlukan untuk menghindari adanya interpretasi lain atau bias yang merancukan maksud dari penelitian ini. Adapun istilah-istilah yang perlu mendapatkan penegasan antara lain :

1. Pelaksanaan Pelaksanaan adalah proses, cara, perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan, dan sebagainya) (Daryanto, 2007: 384). Sedangkan Badudu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kata pelaksanaan sebagai pengerjaan, perwujudan suatu pekerjaan (Badudu, 1996:1031).

2. Sekolah Gratis Menurut Kamus Bahasa Indonesia, sekolah adalah bangunan tempat murid-murid (Badudu, 1996 : 1244).

Sedangkan gratis menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah cuma-cuma, tidak dipungut bayaran. Jadi sekolah gratis menurut pengertian yang sudah dijelaskan di atas adalah bangunan tempat murid-murid belajar (menuntut ilmu) secara cuma-cuma tanpa dipungut bayaran.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan pelaksanaan sekolah gratis di Madrasah Ibtidaiyah Nuruz Zaman Sumbersalak Ledokombo Jember adalah perwujudan sekolah gratis di Madrasah Ibtidaiyah Nuruz Zaman Sumbersalak Ledokombo Kabupaten Jember. G. Kajian Kepustakaan 1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian, penelitian terdahulu diperlukan untuk mendukung kerangka teori dan sekaligus untuk melihat sejauhmna nilai originilitas penelitian. Sehingga dengan adanya penelitian terdahulu dapat dibandingkan antara penelitian yang sekarang dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Menurut pengetahuan peneliti, sampai saat ini belum ditemukan tentang penelitian yang membahas tentang sekolah gratis, baik di STAIN Jember maupun di kampus-kampus lain. 2. Kajian Teori a. Sumber Dana Dana merupakan salah satu faktor utama dalam setiap aktivitas, dalam situasi seperti sekarang tanpa dana semuanya akan mustahil dapat dilakukan. Begitu juga dalam pendidikan dengan dana yang cukup tersedia maka faktor pendukung dalam pendidikan, seperti sarana dan prasarana serta alat-alat yang lain akan tersedia, hal ini akan sangat berpengaruh pada kualitas dan mutu pendidikan. Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan (Mulyasa, 2004: 47).

Selanjutnya Mulyasa (2004:48) menyatakan bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu lembaga pendidikan merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan proses belajar-mengajar disekolah bersama komponen-komponen lain. Dengan kata lain kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan biaya, baik di sadari maupun tidak. Komponen keuangan dan pembiayaan ini perlu dikelola sebaik-baiknya, agar dana yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan terealisasinya semua program yang telah dicanangkan dengan sebaik -baiknya.

Salah satu rendahnya partisipasi pendidikan khususnya pada kelompok miskin adalah tingginya biaya pendidikan baik biaya langsung atau biaya tidak langsung. Biaya langsung meliputi antara lain iuran sekolah, buku materi, seragam dan alat-alat tulis, sementara biaya tidak langsung meliputi antara lain biaya transportasi, kursus, uang saku dan biaya lain-lain (Depag dan Diknas, 2005:2).

Susetyo (2005:38) menyatakan bahwa dana untuk pendidikan sedikit banyak akan berpengaruh pada mutu pendidikan dan lebih jauh pada mutu Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Jika dibandingkan dengan Negara Asean lainnya, anggaran pendidikan Indonesia berada diurutan bawah.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dana merupakan salah satu yang sangat urgen dalam pelaksanaan pendidikan tanpa dana maka segala aktivitas dalam pendidikan menjadi terhambat.

Sumber keuangan dan pembiayaan sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian :

1) Pemerintah

Keberlangsungan pendidikan pada dasarnya adalah tanggung jawab pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sesuai dengan amanat UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya (Pasal 31 ayat 1 dan 2), dan dipertegas oleh UU No.20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) (2003: Pasal 49, ayat 1 dan 3):

a) Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20 % dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20 % dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD).

b) Dana pendidikan dari pemerintah dan pemerintah daerah untuk satuan pendidikan diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Peran pemerintah sangat menentukan tumbuh dan berkembangnya lembaga pendidikan, karena pemerintahlah yang bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan agar program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun dapat terlaksana secara maksimal.

Partisipasi pemerintah dalam pendanaan sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang -Undang RI No. 20 tahun 2003 yang menetapkan pendanaan pendidikan diambil dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) sekurang kurangnya 20 % dari pendapatan Negara dan Daerah. Perananan pemerintah dalam pendanaan pendidikan dapat direalisasikan antara lain:

1) Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

a) Pengertian BOS

BOS Adalah bantuan operasional sekolah yang diberikan oleh pemerintah kepada lembaga pendidikan sebagai kompensasi pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM) untuk meringankan biaya sekolah (Tim Penyusun, 2005).

Berkaitan dengan pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM) pada tahun 2005 pemerintah Indonesia memprogramkan pemberian bantuan operasional sekolah (BOS) bagi sekolah SD/MI/SDLB/SMP/MTs/SMPLB baik sekolah negeri maupun swasta serta salafiyah maupun sekolah non Islam setara SD dan SMP.

Program peemberian Bantuan Operasional Sekolah dimaksudkan sebagai bantuan kepada sekolah /madrasah/ salafiyah dalam rangka membebaskan iuran siswa namun sekolah tetap dapat mempertahankan mutu pelayanan pendidikan kepada masyarakat.

Pemberian bantuan kepada masyarakat dimaksudkan dapat memnuhi kebutuhan masyarakat kaluarga kurang/ tidak mampu akan layanan pendidikan jenjang sekolah lanjutan atas dan yang sederajat (Diknas dan Depag, 2005:9)

b) Landasan dan Sasaran.

Menurut Diknas dan Depag (2005:5) landasan hukum dalam pelaksanaan PKPS-BBM Bidang pendidikan tahun 2005 didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara lain sebagai berikut:

1) Undang-undang No 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

2) Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

3) Undang-undang No 32 Tahun 2003 Tentang Pemerintahan Daerah.

4) Undang-undang No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

5) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 Tentang Pendidikan Dasar.

6) Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 Tentang Pendidikan Menengah.

7) Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1994 Tentang Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar.

8) Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 Tentang Pengelolaan Dan Pertanggungjawaban Keuangan Dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan.

9) Keputusan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 036/U/1995 Tentang Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar.

10) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 Tentang Dewan Pendidikan Dan Komite Sekolah.

11) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 060/U/2002 Tentang Pedoman Pendirian Sekolah.

c) Ketentuan Yang Harus Diikuti Oleh Sekolah Penerima BOS

1) Sekolah dengan jumlah penerimaan dari peserta didik lebih kecil dari BOS.

Menurut Depag dan Diknas (2005:7-9) bagi sekolah yang selama ini memungut dana penerimaan siswa baru dan iuran bulanan yang tertuang dalam rencana angaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS) lebih kecil dari dana BOS, maka sekolah tersebut harus membebaskan semua bentuk pungutan/ sumbangan/ iuran kepada seluruh peserta didik yang akan digunakan untuk membiayai beberapa komponen pembiayaan pendidikan sebagai berikut.

Uang formulir pendaftaran

Buku pelajaran pokok dan buku penunjang untuk perpustakaan

Biaya peningkatan mutu guru (MGMP, MKS, pelatihan dll)

Biaya pemeliharaan

Ujian sekolah, ulangan umum bersama, dan ulangan umum harian

Honor guru dan tenaga kependidikan honorer

Kegiatan kesiswaan (remidial, pengayaan, ekstrakurikuler)

Sekolah penerima BOS juga diwajibkan untuk membantu peserta didik kurang mampu yang mengalami kesulitan transportasi dari dan ke sekolah.

Sekolah dilarang memanipulasi data dengan tujuan tetap dapat memungut iuran peserta didik, atau untuk memperoleh dana BOS lebih besar.

2) Sekolah dengan jumlah penerimaan dari peserta didik lebih besar dari BOS

Apabila sekolah memiliki jumlah penerimaan dari peserta didik yang tertuang dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) lebih besar dari BOS, maka sekolah dapat memungut tambahan biaya, dengan ketentuan sebagai berikut.

Apabila di sekolah tersebut terdapat siswa miskin, maka sekolah diwajibkan membebaskan iuran seluruh siswa miskin yang ada di sekolah tersebut. Sisa dana BOS (bila masih ada) digunakan untuk mensubsidi siswa lain sehingga iuran bulanan siswa lebih kecil dibandingkan sebelum menerima dana BOS.

Bagi sekolah yang tidak mempunyai siswa miskin, maka dana BOS digunakan untuk mensubsidi seluruh siswa, sehingga dapat mengurangi iuran yang dibebankan kepada orang tua siswa minimum senilai dana BOS yang diterima sekolah.2) Bantuan Sarana dan Prasarana

Secara etimologis prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan (Daryanto, 2005:51). Menurut Burhanuddin (2008:76) sarana adalah alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam pendidikan sarana misalnya: Ruang Kelas , Buku, Perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya. Sedangkan prasarana dalam pendidikan misalnya: lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan dan lain sebagainya.

Sarana pendidikan menurut Mulyasa (2002 :49) adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat alat dan media pengajaran. Sedangkan yang dimaksud prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman, jalan menuju sekolah, sarana olahraga tetapi kalau dimanfaatkan langsung untuk proses belajar mengajar, sepertri taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah untuk kegiatan olahraga dan pelajaran baris-berbaris atau upacara.

Bantuan sarana dan prasarana dari pemerintah kepada lembaga pendidikan berupa hibah (pemberian) secara Cuma-Cuma untuk menunjang proses belajar mengajar supaya berjalan dengan lancar.

2) Masyarakat Keterbatasan pemerintah dalam pengadaan sarana dan prasarana serta pembiayaan pendidikan menyebabkan dukungan serta pertisipasi masyarakat menjadi semakin penting (Depag, 2003:93).

Partisipasi masyarakat dalam hal ini merupakan kebutuhan yang sangat diharapkan oleh lembaga pendidikan. masyarakat dapat berperan aktif dalam pendidikan baik berupa dukungan moral, material dan pemanfaatan masyarakat sebagai sumber donatur untuk keberlangsungan pendidikan.

Selain itu pengelola pendidikan juga bisa memanfaatkan intansi-intansi yang peduli terhadap keberlangsungan pendidikan. dukungan intansi ini sifatnya sukarela dalam artian tidak mengikat lembaga pendidikan terhadap maksud -maksud tertentu yang mengakibatkan keluar dari tujuan pendidikan yang sebenarnya. Partisipasi tersebut bisa berbentuk sarana dan prasarana yang mendukung aktifitas pendidikan menjadi lancar (Depag, 2003: 94).

Peran serta masyarakat dalam pendidikan sebagai mana dijelaskan dalam Undang-Undang No 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) (2003:32) meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, dan pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. Jadi peran serta masyarakat dalam hal ini sangat dibutuhkan oleh lembaga pendidikan baik secara individu, kelompok, demi tercapainya tujuan pendidikan.

Menurut Mulyasa (2004:50) hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain untuk:

a) Memajukan kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak.

b) Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat, dan

c) Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.

Untuk merealisasikan tujuan tersebut, banyak cara yang bisa dilakukan oleh sekolah untuk menarik simpati masyarakat terhadap sekolah dan menjalin hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat. Hal tersebut antara lain dapat dilakukan dengan memberitahu masyarakat mengenai program-program sekolah, baik program yang telah dilakukan atau program yang akan dilakukan sehingga masyarakat mendapat gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan.

Mulyasa dalam bukunya (2004:51) menjelaskan hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat ini semakin dirasakan pentingnya pada masyarakat yang telah menyadarai dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anak. Namun tidak berarti pada masyarakat yang masih kurang menyadari pentingnya pendidikan. Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan dengan baik, maka rasa tanggung jawab dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah juga akan baik dan tinggi. Agar tercipta hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat, masyarakat perlu mengetahui dan memiliki gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan.

Gambaran dan kondisi sekolah dapat di informasikan kepada masyarakat melalui laporan kepada orang tua murid, bulletin bulanan, pameran sekolah, open house, kunjungan kesekolah dan kunjungan kerumah murid, serta kegiatan yang lain yang intinya mengandung informasi terhadap masyarakat atau wali murid.

Dari pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan yang harmonis dengan masyarakat perlu dibina dengan baik, apabila hubungan sekolah dengan masyarakat telah berjalan dengan harmonis maka pencarian sumber dana dari masyarakat untuk keberlangsungan lembaga pendidikan akan terealisasi dengan mudah. Partisipasi masyarakat dalam hal ini baik perorangan atau organisasi (kelompok) dapat dilakukan dengan cara donatur, swasembada masyarakat dalam pengadaan sarana dan prasarana seperti pembangunan gedung, sarana olah raga atau sarana dan prasarana yang lainya yang menunjang proses belajar mengajar.

b. Operasional Pendidikan 1) Fisik

a) Pengadaan sarana dan prasarana

Seragam sekolah adalah kebutuhan dasar yang di butuhkan oleh orang tua dalam persiapan untuk menyekolahkan anaknya sebelum kebutuhan yang lain terpenuhi. Krisis multi dimensi sudah lama melanda bangsa Indonesia, apalagi di tambah dengan naiknya bahan bakar minyak (BBM) yang menambah semakin tercekiknya kaum miskin dengan naiknya harga BBM maka semua barang-barang menjadi naik. Begitupun dengan kebutuhan alat sekolah, seperti alat-alat tulis, seragam dan biaya transportasi bagi siswa yang sekolah jauh dari rumahnya.

Eko prasetyo (2004:132) menyatakan bahwa kebutuhan alat-alat sekolah merupakan kebutuhan yang sangat urgen, apalagi pada masa-masa tahun ajaran baru. Sudah menjadi tradisi setiap tahun ajaran baru permintaaan terhadap alat-alat sekolah seperti buku, alat tulis dan seragam menjadi meningkat. Pada umumnya siswa yang baru masuk sekolah semuanya dalam keadaan baru, buku baru, baju baru, tas dan sepatu baru dari berbagai macam merk. Tetapi bagaimana dengan anak orang yang miskin?

Kebanyakan anak-anak dari kalangan miskin memakai seragam bekas, atau pemberian tetangga, bekas kakaknya, apabila memakai baju baru itupun dengan harga yang sangat murah. Selain itu sering kita jumpai kasus baik dimedia cetak atau elektronik yang sangat menyedihkan terjadi pada seorang anak siswa sekolah dasar yang bunuh diri karena orang tuanya tidak bisa membelikan seragam baru pada waktu kenaikan kelas, karena diolok-olok oleh temannya karena memakai baju yang kusam membuat anak tersebut nekat gantung diri.

Dari uraian kasus di atas sangatlah jelas bahwa pengadaan seragam sekolah juga penting diperhatikan dalam lembaga pendidikan. Karena hal itu juga sangat berpengaruh pada kondisi kejiwaan (Mental) peserta didik. Mereka akan merasa tenang apabila yang mereka pakai sama seperti teman-teman satu kelas atau teman-teman satu sekolahnya.

b) Pengadaan Buku Materi (Paket Pelajaran)Dunia Pendidikan di negara kita merupakan ladang bisnis yang sangat subur untuk para pengusaha. Setiap pergantian menteri pendidikan selalu diikuti dengan pergantian kurikulum yang berdampak bergantinya buku paket atau buku materi pelajaran (Prasetyo, 2004:84).

Sering bergantinya kurikulum mengakibatkan sering bergantinya pula buku materi pelajaran membuat para wali murid atau orang tua siswa kewalahan untuk membelikan buku pelajaran anaknya. Tetapi hal itu tidak berdampak orang tua siswa yang perekonomiannya menengah keatas. Tetapi bagi orang tua siswa yang taraf ekonominya tergolong lemah hal tersebut menjadi problem yang sangat signifikan. Oleh karena itu lembaga pendidikan hendaknya menyediakan fasilitas untuk siswa yang tidak mampu untuk membeli buku materi pelajaran supaya semua siswa memperoleh akses pengetahuan yang sama antara yang kaya dengan siswa yang miskin.

Kebanyakan siswa terutama dari kalangan keluarga yang tidak mampu hanya mengandalkan buku catatan yang di ajarkan oleh guru sebagai referensi dalam belajar, mereka tidak mampu memperoleh akses yang luas karena keterbatasan kemampuan untuk membeli buku paket atau buku pelajaran yang akhir-akhir ini semakin suliut dijangkau karena harganya semakin hari-semakin mahal, apalagi pada musim tahun ajaran baru dan diperparah lagi oleh kenaikan bahan bakar minyak yang mengakibatkan semua kebutuhan sekolah menjadi mahal pula.Yang lebih ironis lagi dari pihak guru yang sering mewajibkan untuk siswanya membeli buku LKS akan bertambah memberatkan bagi kalangan siswa yang daya belinya relatif rendah.

Kartono (2002: 12) menyatakan banyak lembaga pendidikan khususnya sekolah, pada awal tahun ajaran akan ditempuh mekanisme pembelian buku pelajaran secara sentralisasi. Pihak sekolah menentukan buku-buku yang dibeli oleh siswa sekaligus pembayaran dilakukan besamaan dengan daftar ulang. Pihak sekolah memang dimudahkan, buku tertib ada, namun dengan dalih apapun demi kemudahan, demi membantu guru, demi kemurahan dan atau yang lainnya tetapi ujung-ujungnya tetaplah wajah bisnis dalam relasi itu. hitung saja selisih rabat dari penerbit dengan yang diberikan kepada siswa. Sungguh sangat ironis sekali wajah pendidikan yang pada saat ini menjadi target pasar yang sangat potensial dan terorganisir sangat rapi. Yang lebih ironis siswa diwajibkan untuk memiliki buku pelajaran dengan alasan untuk mempermudah dalam belajar. Melihat realita yang terjadi yang paling dirugikan adalah siswa yang tergolong ekonominya lemah yang mengakibatkan terhambatnya memperoleh akses atau informasi yang cepat dalam belajar.

Sebenarnya anak-anak orang miskin dapat berkembang dan memiliki kreatifitas yang sama seperti anak-anak orang kaya, apabila tersedia ruang yang sama, memulai dengan cara yang sama, dan diberi bimbingan yang sama pula. Ketertinggalan mereka sebetulnya terletak pada awal melangkah, fasilitas, dan bimbingan yang diberikan (Darmaningtyas, 2005:328).

Perbandingan antara anak orang kaya dan orang miskin dalam pendidikan terletak pada fasilitas dan sarana belajar yang lebih lengkap dan lebih memadai (dalam hal ini buku materi atau buku pelajaran dan refrensi lain) sebagai salah satu sumber ilmu dalam pendidikan. c) HR Pengajar / Guru

Gaji adalah hak yang diterima oleh guru atas pekerjaannya dari penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan dalam bentuk financial secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Aqib, 2010:56).

Guru merupakan pemeran utama proses pendidikan yang sangat menentukan tercapai tidaknya tujuan. Dalam menjalankan tugasnya, guru memerlukan rasa aman secara psikologis melalui kepastian karier dan insentif sebagai imbalan atas pekerjaannya. Jaminan ini harus ada, meskipun negara dalam keadaan krisis Sehubungan dengan itu, dalam rangka otonomi daerah dari desentralisasi pendidikan, perlu diidentifikasi urusan-urusan yang harus ditangani oleh pusat dan yang dilimpahkan ke daerah. Hal ini perlu dilakukan secara bertahap dan seselektif mungkin dengan mempertimbangkan secara arif kepentingan-kepentingan berikut.

(1) Dunia pendidikan secara utuh dan menyeluruh berkenaan dengan perluasan kesempatan, peningkatan mutu, relevansi dan efisiensi.

(2) Usaha menjaga Integritas, persatuan dan kesatuan nasional. (3) Keamanan psikologis guru dalam menjalankan tugasnya (Mulyasa, 2004:74).2) Nonfisik

Ekstrakurikuler

Ekstrakurikuler dalam pendidikan adalah kegiatan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran. Kegiatan ini bertujuan untuk membekali keterampilan peserta didik dalam menghadapi dunia yang serba modern. Banyak biaya dan tenaga yang harus dipersiapkan dalam kegitan ini, para orang tua peserta didik rela mengeluarkan uang tambahan untuk mengikutsertakan anaknya dalam ektrakurikuler ini. Misalnya :

a. Komputer.

b. Pelajaran tambahan di luar sekolah (Les).

c. Study Tour.

d. Pramuka, dan kegiatan ekstra lainnya.

Hal yang demikian tentulah dirasakan amat berat bagi orang yang tergolong ekonomi bawah. Karena untuk mengikuti kegiatan ini tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tua supaya anaknya bisa ikut dalam kegiatan tersebut.

Ektrakurikuler sebenarnya banyak membantu siswa untuk mengasah, menambah pengalaman dan pengetahuan peserta didik. Hal inilah yang mengakibatkan perbedaan kemajuan belajar siswa terutama antara siswa dari golongan ekonomi menengah keatas dengan siswa yang ekonominya yang tergolong lemah (miskin) sebenarnya anak-anak dari golongan ekonomi bawah bisa sama tingkat kecerdasannya apabila mendapatkan waktu, tempat, sarana, dan kesempatan yang sama seperti yang didapatkan oleh siswa yang ekonominya bagus (anak orang kaya) (Darmaningtyas, 2005 :328).

c. Mutu Pendidikan Menurut data Human Resource Development (HRD) sebagaimana dikutip oleh Nurdin (2005:76) kualitas suberdaya Indonesia berada diperingkat ke-109. kalah dari Malaysia, Jepang, Thailand, dan Vietnam. Padahal pendidikan merupakan proses yang bersifat Irreversible (tidak dapat didaur ulang). Artinya, bila didalam pendidikan itu terjadi salah asuh, maka selamanya akan terjadi salah asuhan.

Selanjutnya Nurdin menjelaskan Istilah irreversible memberi kesan bahwa pendidikan merupakan salah satu dari sekian aktifitas yang beresiko tinggi. Karena itu, diperlukan kehati-hatian dalam mengelolanya. Pemahaman itu mengingatkan kita pada prinsip otoritas, yaitu mendidik hanya dapat dilakukan oleh orang yang berjiwa pendidik, yakni orang yang punya otoritas, kewenangan, dan kewibawaan karena lembaga pendidikan seperti lembaga peradilan, yakni tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, maka bisa dibayangkan kalau lembaga pendidikan dipegang oleh orang yang tidak punya keahlian atau kecakapan (Profesional) (2005:78).

Setiawan menjelaskan beberapa indikator yang menjadi tolok ukur mutu pendidikan adalah:

1) Hasil Akhir Pendidikan. hasil akhir merupakan tujuan akhir pendidikan. dari hasil tersebut diharapkan para lulusannya dapat memnuhi tuntutan masyarakat bila ia bekerja atau melanjutkan studi ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi.

2) Hasil Langsung Pendidikan. hasil langsung itu berupa :a) pengetahuan, b) sikap dan, c) keterampilan. Hasil inilah yang sering digunakan sebagai kriteria keberhasilan pendidikan.

3) Proses Pendidikan. proses pendidikan merupakan interaksi antara raw input, instrumental input, dan lingkungan, untuk mencapai tujuan pendidikan. Pada proses ini, tidak berbicara mengenai wujud gedung sekolah dan alat-alat pelajaran, akan tetapi bagaimana mempergunakan gedung dan fasilitas lainnya agar siswa dapat belajar dengan baik.

4) Instrumental Input. Terdiri dari tujuan pendidikan, kurikulum, fasilitas dan media pendidikan, sistem administrasi pendidikan, guru, sistem penyampaian, evaluasi serta bimbingan dan penyuluhan. instrumental input tersebut harus dapat berinteraksi dengan raw input (siswa) dalam proses pendidikan.5) Raw Input Dan Lingkungan, juga mempengaruhi mutu pendidikan.

Salah satu kelemahan pendidikan kita adalah kurangnya perhatian pada Out Put. Standar kompetensi apa yang harus dikuasai oleh seorang anak setelah mengikuti kegiatan pendidikan dengan tantangan masa depan yang begitu besar dengan laju teknologi yang begitu dahsyat. Oleh karena itu seluruh pemerhati (yang peduli) terhadap pendidikan dari orang tua, tokoh masyarakat, pemimpin agama, pemuka adat, organisasi profesi, dan lainnyaharus mengadakan dialog produktif sehingga timbul kesadaran dan tanggung jawab masyarakat terhadap mutu pendidikan.

Dari beberapa penjelasan di atas, maka mutu pendidikan dapat dilihat aspek pendidik (guru), karena dengan pendidikan yang bermutu atau berkualitas akan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaanya (Uhbiyati, 2008:65).

Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik dimasyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Pendidik adalah pekerjaan yang luhur dan mulia, baik ditinjau dari sudut masyarakat dan negara maupun ditinjau dari sudut keagamaan (Purwanto, 2002:138).

Profesi sebagai pendidik selain merupakan tugas yang mulia juga merupakan suatu kewajiban sesuai dengan firman Allah:

(((((( (((((( (((( (((((((( ((((((((( (((((((( ((((((((((( (((((((((((((((( (((((((( (((( (((((((((((((( ((((((((((( (((((((( ((((((((((( (((((((((((((( ((((( ((((((( ((((((( ( (((((((( ((( ((((((((((( .

Artinya:

Dan ingatlah ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): Hendaklah Kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia dan janganlah kamu menyembunyikan, lalu mereka melemparkan janji itu, kebelakang punggung mereka dan mereka menukarkannya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima. (Depag RI, 2008: )Sabda Nabi:

( ).

Artinya:

Barang siapa yang menyembunyikan ilmunya maka tuhan akan mengekangnya dengan kekangan dari api. (Uhbiyati, 2008: 70).

Dalam proses pendidikan kualitas seorang pendidik harus benar-benar diperhatikan, karena profesionalitas seorang guru banyak mempengaruhi mutu pendidikan yang akan mengakibatkan atau berdampak pada mutu siswa (peserta didik).

Disamping itu guru juga harus mempunyai keterampilan khusus, karena seorang guru disamping dia sebagai pengajar dalam kelas, guru juga akan berhadapan dengan orang-orang, anak didik dan wali murid. Oleh karena itu seorang guru harus piawai dan mempunyai kompetensi dibidangnya (Suparno, 2002: 107).

Menurut Brown yang dikutip Nurdin (2005:119) menyatakan bahwa seorang guru harus mempunyai visi yang jauh kedepan dan setidaknya harus mempunyai sepuluh kriteria:

a) Visualiszing, Guru mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang hendak dicapai dan kapan hal itu akan dicapai.

b) Futuristic Thinking, guru tidak hanya memikirkan kondidsi saat ini, tetapi juga memikirkan kondisi yang diinginkan pada masa yang akan datang.

c) Sowing Foresign, guru adalah perencana yang dapat memperkirakan masa depan. Dalam membuat rencana tidak hanya mempertimbangkan apa yang ingin dilakukan, tetapi juga mempertimbangkan teknologi, prosedur, organisasi, dan factor lain yang dapat mempengaruhi rencana.

d) Proactive Planning, guru menetapkan sasaran dan strategi yang spesifik agar bias mencapai sasaran tersebut dengan baik serta mampu mengantisipasi atau mempertimbangkan berbagai rintangan potensial dan melakukan pengembangan rencana darurat untuk menanggulangi hambatan.

e) Creatif Thinking, guru dalam menghadapi tantangan berusaha mencari alternatif pemecahannya dengan memperhatikan isu, peluang, dan masalah.

f) Taking Risk, guru berani mengambil resiko sekecil apapun, dan menganggap kegagalan sebagai peluang bukannya sebuah kemunduran.

g) Processing Alignment, Guru mampu menghubungkan sasaran dirinya dengan sasaran organisasi.

h) Coalting Alignment, guru sadar bahwa dalam rangka mencapai tujuan, dia harus bekerjasama dalam menciptakan hubungan yang harmonis, baik kedalam maupun keluar.

i) Continuous Learning, guru selalu mampu mengikuti pelatihan dan pendidikan secara teratur, dalam rangka mengembangkan profesionalitas dan memperluas pengetahuan, serta memberikan tantangan berpikir dan mengembangkan imajinasi.

j) Embracing change, guru tahu bahwa perubahan adalah suatu bagian terpenting bagi pertumbuhan pengembangan kemampuan dirinya.ketika da perubahanyang diinginkan atau tidak diantisipasi sebelumnya, guru dengan aktif menyelidiki jalan yang dapat memberikan manfaat dari perubahan tersebut. Menurut Undang-Undang No 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:27) Pengrekrutan atau penyeleksian tenaga pendidik harus sesuai dengan bidang ilmu disiplin yang ditekuninya, karena seorang pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional.

Dalam proses pendidikan sering ditemukan masalah-masalah, dan dari beberapa masalah salah satunya berhubungan dengan guru (Freire, 2002:58). Mengapa terjadi hal demikian, disebabkan karena guru atau pendidik tidak sesuai dengan bidang atau disiplin ilmu yang ditekuninya. Banyak kasus yang terjadi di dalam lembaga pendidikan kita yang mengarah atau berpangkal pada profesionalitas guru yang menjadi faktor utama keberhasilan pendidikan. Sungguh sangat ironis sekali dunia pendidikan yang sering disebut sebagai pondasi utama keberlangsungan bangsa apabila lembaga tersebut hanya berisikan tenaga pendidik yang tidak profesional karena hal tersebut akan berdampak pada (kualitas) baik pendidikan maupun mutu peserta didik.

Sebagaimana dikatakan Sagala, bahwa guru yang berutu niscaya mampu melaksanakan pendidikan, pengajaran dan pelatihan yang efektif dan efisien (Sagala, 2009:41).

H. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan menguji suatu pengetahuan yang dilakukan dengan metode-metode ilmiah (Hadi, 2008:4).

Penelitian pada hakekatnya merupakan untuk menemukan kebenaran dan melalui metode tertentu itulah si peneliti akan menemukan kebenaran oleh karena itu metode merupakan suatu hal yang sangat penting, karena dengan metode yang baik dan benar, akan memungkinkan tercapainya suatu tujuan. Sedangkan prosedur adalah jalur penyelesaian (masalah) atau cara bekerja atau cara menyatakaan (pendapat / usulan) (Partanto, 1994:623).

Berikut akan dibahas metode penentuan populasi dan sampel penyusunan data dan analisis data.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini dilakukan adalah untuk mencari titik temu antara apa yang tertuang dalam bentuk teori dengan realitas yang ada di lapangan, oleh karena itu digunakan suatu pendekatan kualitatif.

Menurut Sugiono (2008 : 1) mendefinisikan metode kualitatif sebagai berikut:

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Sedangkan mengenai jenis penelitian, peneliti menggunakan jenis penelitian fenomenologis, yaitu penelitian yang mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu.2. Lokasi Penelitian Lokasi yang dijadikan penelitian adalah di Madrasah Ibtidaiyah Nuruz Zaman, peneliti melakukan penelitian di Madrasah Ibtidaiyah Nuruz Zaman Sumbersalak Ledokombo Kabupaten Jember karena ada beberapa hal yang menarik dari lembaga ini yaitu :

1. Munculnya antusias masyarakat untuk memasukkan anak-anaknya ke lembaga ini.2. Tingkat kelulusan di Madrasah Ibtidaiyah Nuruz Zaman Sumbersalak Ledokombo Kabupaten Jember rata-rata 100% selain itu sekolah ini cocok untuk keluarga miskin, karena semua biaya pendidikan digratiskan

3. Walaupun dengan biaya gratis, madrasah ini sering mendapatkan prestasi. 3. Subyek Penelitian

Dalam subyek penelitian dilaporkan sumber data dan jenis data. Data adalah sumber darimana data dapat diperoleh. Sedangkan menurut Lofland dalam Moleong (2009: 157) menjelaskan Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakkan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen. Jadi jenis data pada penelitian ini adalah berupa kata-kata dan sumber data tertulis berupa dokumen sekolah. Teknik penentuan sampel menggunakan purposive sampling. Adapun yang dijadikan informan adalah :a. Ketua Yayasanb. Kepala madrasah c. Gurud. Siswa

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian, metode pengumpulan data yang harus tepat dan proporsional serta relevan dengan tujuan. Karena pengumpulan data pada dasarnya merupakan suatu kegiatan operasional agar tindakan seseorang peneliti masuk pada penelitian yang sebenarnya. Dalam hal ini, metode pengumpulan data yang digunakan meliputi :

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap obyek ditempat terjadi tempat berlangsungnya peristiwa sehingga observer berada pada obyek yang diteliti disebut observasi langsung (Hadi dan Haryono, 2008:129). Sedangkan menurut Arikunto (2008:234), dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini observer (Peneliti) bisa terlibat (membaur) dengan populasi yang akan diambil sampel atau tidak terlibat langsung.

Menurut Margono (2003:158) menjelaskan bahwa "observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian". Menurut Lincoln dan Guba yang dikutip oleh Moleong ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif, pengamatan dimanfaatkan sebesar-sebesarnya, alasannya sebagai berikut:

1) Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengamatan secara langsung.

2) Teknik pengamatan ini guna memungkinkan bagi peneliti untuk mengamati dan melihat sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi sebenarnya.3) Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang lanngsung diperoleh dari data.4) Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan jangan data yang dijaringnya ada yang keliru atau "bias". 5) Teknik observasi memungkinkan peneliti untuk memahami situasi-situasi yang rumit.6) Dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikasi lainnya tidak memungkinkan, pengamatan dapat dijadikan alat yang sangat bermanfaat (2005:174175).

Dari uraian di atas observasi adalah suatu cara untuk memperoleh data kegiatan penelitian yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung terhadap fenomena-fenomena yang berada pada obyek penelitian dengan mengadakan pencatatan secara sistematis.

b. Interview

Interview merupakan alat pengumpulan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula (Hadi, 2008:135). Interview dalam suatu penelitian yang berlangsung secara lisan atau interaksi secara langsung untuk mendengarkan informasi-informasi yang diberikan oleh informan bias dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mendapatkan informasi yang benar-benar objektiv dan akurat.

Metode interview ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2008:231).

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian (Margono, 2003:181)

Sedangkan metode dokumentasi menurut Arikunto (2008: 236) yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda, dan sebagainya.

Metode dokumenter adalah metode yang digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan data dari berbagai catatan tentang peristiwa masa lampau dalam bentuk dokumen.

Metode dokumenter ini digunakan untuk memperoleh data tentang:

1) Keadaan siswa Madrasah Ibtidaiyah Nuruz Zaman Sumbersalak Ledokombo Kabupaten Jember.

2) Keadaan tenaga pendidik Madrasah Ibtidaiyah Nuruz Zaman Sumbersalak Ledokombo Kabupaten Jember.

3) Struktur organisasi Madrasah Ibtidaiyah Nuruz Zaman Sumbersalak Ledokombo Kabupaten Jember.

4) Keadaan fasilitas Madrasah Ibtidaiyah Nuruz Zaman Sumbersalak Ledokombo Kabupaten Jember.

5) Denah Madrasah Ibtidaiyah Nuruz Zaman Sumbersalak Ledokombo Kabupaten Jember.

5. Analisis Data

Analisa data adalah proses pengorganisasian, pengurutan data dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan pendapat diluruskan seperti yang disarankan data (Moleong, 2004:103).

Analisa data yang dimaksud adalah hasil observasi, interview dan dokumentasi yang telah diperoleh, kemudian dikelola sehingga mendapat kesimpulan dari penelitian. Dalam penelitian ini data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan analisis Kualitatif Deskriftif.

Analis kualitatif adalah tekhnik yang digunakan untuk menganalisis data kualitatif. Data tersebut tidak berwujud angka tetapi berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Hadi (2008:129) menyatakan bahwa Data pada penelitian kualitatif dilaksanakan bersama-sama Karena pada waktu pertama kali memahami data mulai menganalisis, sebab tanpa pemahaman data yang diperoleh, peneliti menemui kesukaran untuk mencari data berikutnya.

a. Reduksi data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus menerus selama proyek yang berorientasi pada penelitian kualitatif berlangsung.

Menurut Huberman (2004:11) Proses reduksi ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian, yang dimulai sejak sebelum proses pengambilan data. Data reduksi sudah dimulai sejak peneliti mengambil keputusan (walaupun tidak disadari sepenuhnya). Tentang kerangka kerja konseptual, tentang pemilihan kasus, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan tentang cara pengumpulan data yang dipakai. Pada saat pengumpulan data yang berlangsung, data reduction berupa membuat singkatan, coding, memusatkan tema membuat batas-batas permasalahan dan penulisan memo proses reduksi ini baru berlangsung sampai laporan penelitian selesai.

b. Penyajian data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengumpulan tindakan.

Menurut Miles dan Huberman (2004:11) adanya penyajian data maka akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengajukan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut. Yang banyak dilakukan pada masa lalu, penyajian data, berupa kalimat-kalimat panjang atau cerita.

Hal tersebut akan sangat menyulitkan peneliti untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang data keseluruhan guna menyusun kesimpulan, karena kemampuan manusia sangat terbatas dalam menghadapi real note yang mungkin jumlahnya mencapai ribuan halaman. Dengan demikian susunan penyajian data yang baik, jelas dan sistematis yang akan menolong peneliti sendiri. Dalam hal ini display mengikuti berbagai jenis matrik, gambaran atau skema, dan jaringan kerja kesemuanya dirancang guna merakit informasi secara teratur supaya mudah dilihat, dimengerti, dalam bentuk yang kompak. Data display merupakan bagian analisis, sehingga kegiatan perencanaan kolom dan bentuk matrik bagi data kualitatif dalam bentuk yang khusus sudah berani memasuki daerah analisis penelitian.

6. Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat kepercayaan yang dicapai dan menunjukkan kepercayaan hasil temuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan yang diteliti. Untuk memeriksa keabsahan data ini, maka dipakai validitas data triangulasi. Menurut Moleong (2009: 330) menyatakan bahwa Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Patton dalam Moleong (2009: 330-331) menjelaskan ada tiga teknik triangulasi di antaranya :

a. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

b. Triangulasi dengan metode yaitu (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

c. Triangulasi dengan teori yaitu menganalisis dengan menguraikan pola, hubungan, dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis dengan mencari tema atau penjelasan pembanding atau penyaing.

Dalam penelitian ini hanya menggunakan triangulasi sumber. Menurut Moleong (2009: 331) hal ini dapat dilakukan dengan cara :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.I. Tahap-tahap Penelitian

Tahap-tahap menurut Moleong (2007: 127) terdiri dari tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap data. Berikut penjelasannya :

1. Tahap Pra Lapangan

Ada enam tahap pra lapangan yang harus dilakukan oleh peneliti, yaitu:

a. Menyusun rancangan penelitian.

b. Memilih lapangan penelitian.

c. Mengurus perizinan.

d. Menjajahi dan menilai lapangan.

e. Memilih dan memanfaatkan informan.

f. Menyiapkan perlengkapan informan.

g. Menyiapkan perlengkapan penelitian.

h. Persoalan etika penelitian.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Uraian tentang tahap pekerjaan lapangan dibagi atas bagian-bagian yaitu:

a. Memahami Latar Penelitian Dan Persiapan Diri

1) Pembatasan latar dan peneliti.

2) Penampilan.

3) Pengenalan hubungan peneliti di lapangan.

4) Jumlah waktu studi

b. Memasuki Lapangan

1) Keakraban hubungan.

2) Mempelajari bahasa.

3) Peranan peneliti.

c. Berperan Serta Sambil Mengumpulkan Data

1) Pengarahan batas studi.

2) Mencatat data.

3) Petunjuk tentang cara mengingat data.

4) Kejenuhan, keletihan, dan istirahat.

5) Analisis di lapangan.

3. Tahap Analisis Data

Pada tahapan ini dibahas prinsip pokok, tetapi tidak akan dirinci bagaimana cara analisis data itu dilakukan, karena ada bab khusus yang mempersoalkannya.

J. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam skripsi ini terbagi menjadi lima bab, secara singkat dijelaskan sebagai berikut.

Bab I adalah pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, serta sistematika pembahasan.

Bab II memuat pembahasan tentang kajian kepustakaan yang meliputi hasil penelitian terdahulu serta kajian teori.

Bab III membahas tentang metode penelitian yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

Bab IV merupakan penyajian data dan analisis terhadap data-data yang diperoleh dari lapangan terkait dengan Madrasah Ibtidaiyah Nuruz Zaman Sumbersalak Ledokombo Jember. Bab ini meliputi gambaran objek penelitian, penyajian data, dan analisis data dan pembahasan temuan selama melakukan penelitian.

Bab V merupakan bab penutup atau kesimpulan dan saran-saran.

1PAGE 14