Proposal Sosiologi

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan salah satu komoditi pertanian yang memiliki nilai ekonomis tinggi, di samping berjenis-jenis komoditi pertanian ekonomis lainnya. Menurut pendapat para ahli, pala adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari kepulauan Banda dan Maluku. Kemudian menyebar dan berkembang ke pulau-pulau lain yang berada di sekitarnya, bahkan sekarang telah mencapai Aceh, Sulawesi Utara dan Irian Jaya. Sebagai tanaman rempah-rempah, pala dapat menghasilkan minyak etheris dan lemak khusus yang berasal dari biji dan fuli. Biji pala menghasilkan 2 sampai 15% minyak etheris dan 30 - 40 % lemak, sedangkan fuli menghasilkan 7 - 18 % minyak etheris dan 20 - 30 % lemak, fuli adalah arie yang berwarna merah tua dan merupakan selaput jala yang membungkus biji. (Mansur, 2005). 1

Transcript of Proposal Sosiologi

Page 1: Proposal Sosiologi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan salah satu komoditi pertanian

yang memiliki nilai ekonomis tinggi, di samping berjenis-jenis komoditi pertanian

ekonomis lainnya. Menurut pendapat para ahli, pala adalah tanaman asli Indonesia

yang berasal dari kepulauan Banda dan Maluku. Kemudian menyebar dan

berkembang ke pulau-pulau lain yang berada di sekitarnya, bahkan sekarang telah

mencapai Aceh, Sulawesi Utara dan Irian Jaya. Sebagai tanaman rempah-rempah,

pala dapat menghasilkan minyak etheris dan lemak khusus yang berasal dari biji dan

fuli. Biji pala menghasilkan 2 sampai 15% minyak etheris dan 30 - 40 % lemak,

sedangkan fuli menghasilkan 7 - 18 % minyak etheris dan 20 - 30 % lemak, fuli

adalah arie yang berwarna merah tua dan merupakan selaput jala yang membungkus

biji. (Mansur, 2005).

Daging buah pala dapat digunakan sebagai manisan atau asinan, biji dan

fulinya bermanfaat dalam industri pembuatan sosis, makanan kaleng, pengawetan

ikan dan lain-lainnya. Disamping itu minyak pala hasil penyulingan, dapat digunakan

sebagai bahan baku dalam industri sabun, parfum, obat-obatan dan sebagainya.

Sementara itu permintaan pasar dunia akan pala setiap tahun terus meningkat,dan

tidak kurang dari 60 % kebutuhan pala dunia didatangkan dari Indonesia. Dalam

rangka ikut serta meningkatkan devisa negara melalui export non migas, memperluas

lapangan kerja dan melihat prospek pala yang menjanjikan harapan baik tersebut,

1

Page 2: Proposal Sosiologi

2

maka sudah waktunya tanaman pala perlu mendapatkan perhatian dan penanganan

untuk dikembangkan secara luas di Propinsi Irian Jaya. Pala Indonesia lebih disukai

oleh pasar dunia, karena mempunyai beberapa kelebihan di banding pala dari negara

lain, kelebihannya antara lain rendemen minyaknya yang tinggi dan memiliki aroma

yang khas (Pramono, 2008).

Dengan meningkatnya permintaan dari pasar dunia secara luas, usaha

budidaya perlu dilakukan. Perbanyakan pala umumnya secara generatif, namun

perbanyakan secara vegetatif telah dilakukan tetapi masih memerlukan uji coba

dalam skala besar. Dewasa ini, pengadaan bibit pala untuk penanaman skala besar

dapat dilakukan dari bibit ataupun pengumpulan anakan dari hutan ataupun kebun.

Dengan alasan ini perlu dilakukan tindakan yang tepat agar ketersediaan pala tetap

stabil (Direktorat Pertanian, 2008).

Keberhasilan kegiatan penanaman pala, khusunya pada areal perkebunan

perlu didukung oleh bibit yang bermutu, baik, tersedia dalam jumlah yang cukup dan

tepat waktu. Pembibitan yang dikelola dengan baik diharapkan dapat menghasilkan

pertumbuhan bibit yang sehat dan mempunyai sistem perakaran yang kuat sehingga

dapat mengambil unsur hara (nutrisi) dari dalam tanah dengan sempurna (Mansur,

2005).

Untuk mencapai kegiatan tersebut dapat digunakan media tanam berupa

campuran sekam padi, serbuk gergaji, kompos dan pupuk kandang. Penggunaan

media tanam ini sebagai suatu media untuk dapat ditanam bibit agar dapat berdiri

tegak dan tumbuh dengan baik dan merupakan komponen utama ketika akan

membuat pembibitan. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan

Page 3: Proposal Sosiologi

3

jenis tanaman yang ingin ditanam. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga

kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan

ketersediaan unsur hara (Pratiwi, 2003).

Pada lahan pertanian sekam padi dan serbuk gergaji sangat baik untuk

membantu menyuburkan tanah. Menurut beberapa informasi sekam padi bisa

berfungsi sebagai penyimpan sementara unsur hara dalam tanah sehingga tidak

mudah tercuci oleh air. Dan akan sangat mudah dilepaskan ketika dibutuhkan atau

diambil oleh akar tanaman. Bisa dikatakan arang sekam akan berfungsi seperti zeolit

(Suswono, 2008).

Kompos dan pupuk kandang mengandung bahan organik yang tinggi yang

sangat penting untuk memperbaiki kondisi tanah. Berdasarkan hal tersebut dikenal 2

peranannya dalam memperbaiki struktur tanah, terutama tanah kering dan

memperbaiki kemampuan tukar kation pada tanah (Sutanto, 2007).

Selajutnya di samping penggunaan media tanam yang berupa bahan-bahan

organik tersebut, pupuk NPK Mikro Hektar merupakan salah satu kegiatan dalam

usaha meningkatkan kualitas bibit. Pupuk ini mengandung unsur-unsur yang sangat

dibutuhkan oleh tanaman pala untuk pertumbuhannya.

Pupuk NPK Mikro Hektar merupakan pupuk majemuk yang sangat berguna

bagi tanaman. Pupuk ini memiliki manfaat antara lain yaitu : (1) Menjadikan daun

tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau daun yang penting

bagi proses fotosintesa, (2) Mempercepat pertumbuhan tanaman, mempercepat

pencapaian tinggi tanaman maksimum dan jumlah anakan maksimum, (3) Memacu

pertumbuhan akar, perakaran lebih lebat sehingga tanaman menjadi sehat dan kuat,

Page 4: Proposal Sosiologi

4

(4) Manjadikan batang lebih tegak, kuat dan mengurangi resiko rebah, (5)

Meningkatkan daya tahan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman dan

kekeringan, (6) Memacu pembentukan bunga, mempercepat pemasakan biji sehingga

panenlebih cepat, (7) Menambah kandungan protein, (8) Memperlancar proses

pembentukan gula dan pati, (9) Memperbesar jumlah buah / biji tiap tangkai, (10)

Memperbesar ukuran buah umbi, serta butir biji-bijian dan (11) Meningkatkan

ketahannan hasil selama pengangkutan dan penyimpnan (Departemen Pertanian,

2008).

Agar memperoleh bibit yang bermutu tinggi dan berkualitas baik, maka

disamping memperhatikan ragam media tanam juga terhadap bibit perlu dilakukan

pemberian pupuk NPK Mikro Hektar dengan dosis yang tepat dan sesuai dengan

dosis anjuran untuk tanaman pala . Sehingga media tanam dan unsur hara yang

dibutuhkan selama pertumbuhan bibit tersedia dalam jumlah yang cukup.

Secara umum penggunaan media tanam dan dosis pupuk NPK Mikro Hektar

ini dapat memacu pertumbuhan tanaman, namun cepat lambat pertumbuhan tanaman

tidak akan sama pada tiap perlakuan media tanam dan dosis pupuk NPK Mikro

Hektar yang diberikan. Berdasarkan hal tersebut di atas, belum diketahui media

tanam yang sesuai dan dosis pupuk NPK Mikro Hektar yang tepat untuk

pertumbuhan bibit pala, sehingga perlu dijawab melalui sebuah penelitian.

1.2. Rumusan Masalah

Sejauh mana pengaruh perlakuan media tanam dan dosis pupuk NPK Mikro

Hektar terhadap pertumbuhan bibit pala.

Page 5: Proposal Sosiologi

5

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui jenis media tanam yang sesuai dan dosis pupuk NPK

Mikro Hektar yang tepat terhadap pertumbuhan bibit pala dan ada tidaknya interaksi

antara kedua faktor yang dicobakan.

1.4. Hipotesis

Terdapat pengaruh yang nyata antara perlakuan media tanam dan dosis pupuk

NPK Mikro Hektar dan interaksi keduanya terhadap pertumbuhan bibit pala.

Page 6: Proposal Sosiologi

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman Pala

2.1.1. Morfologi Tanaman Pala

Akar dan Batang

Tanaman pala memiliki akar yang panjang dan berserabut. Bentuk batang

pala berpenampilan indah, tinggi 10-20 m, menjulang tinggi ke atas dan ke pinggir,

mahkota pohonnya meruncing, berbentuk piramidal (kerucut), lonjong (silindris) dan

bulat dengan percabangan relatif teratur. Berdasarkan informasi dari para petani pala

di Maluku, penentuan pohon pala jantan dan betina secara dini (bibit) dapat diduga

dari sudut percabangan. Percabangan mendatar diduga pohon betina dan sudut

percabangannya meruncing diduga pohon jantan (Mansur, 2005).

Daun

Daunnya berwarna hijau mengkilap dan gelap, panjang 5-4 cm dengan lebar

3-7 cm, panjang tangkai daun 0,4-1,5 cm. Penentuan jenis kelamin secara dini dapat

diduga dari bentuk helaian daun. Bentuk helaian daun lebih terkulai merupakan ciri

pala betina. Sedangkan bentuk helaian daun yang relatif lebih kecil dengan letak

daun lebih tegak, menunjukan pala jantan (Ayuningsih et al., 2006).

Bunga

Cara pembungaan pada pala unisexual-dioecious, walaupun terdapat juga

yang polygamous/ hermaphrodite. Pala merupakan tanaman berumah dua (dioecous)

dimana bunga jantan dan bunga betina terdapat pada individu/pohon yang berbeda

(Mannsur, 2005).

6

Page 7: Proposal Sosiologi

7

Dari 100 biji atau pohon pala rata-rata terdapat 55 pohon betina, 40 pohon

jantan dan 5 pohon yang hermaphrodite. Pohon jantan dicirikan oleh habitus yang

lebih kecil dari betina, cabang lebih tegak, daun lebih kecil dan menghasilkan banyak

bunga jantan dalam bentuk rangkaian yang membawa 3 sampai 15 bunga per kuntum

sedangkan bunga betina sekitar 1 sampai 3 per kuntum (Ayuningsih et al., 2006).

Bunga keluar dari ujung cabang dan ranting. Bunga betina mempunyai

kelopak dan mahkota meskipun perkembangannya tidak sempurna. Warna bunga

kuning, dengan diameter ± 2,5 mm serta panjangnya ± 3 mm. Mahkota bunga betina

bersatu mulai dari bagian pangkal dan pada bagian atas terbuka menjadi 2 bagian

yang sistematis. Kelopak kecil dan menutup sebagian kecil dari bagian bawah

mahkota. Di dalam mahkota terdapat pistil yang bersatu dengan bakal bunga. Kepala

putik terbelah pada bagian ujungnya (Mansur, 2005).

Di dalam bakal buah terdapat bakal kulit biji dan bakal biji. Bentuk bunga

jantan agak berbeda dengan bunga betina walaupun warna bunganya juga kuning,

dengan diameter 1,5 mm dan panjang ± 3 mm. Mahkota dari bunga jantan bersatu

dari pangkal pada 5/8 bagian dan kemudian terbagi menjadi 3 bagian. Kelopak

berkembang tidak sempurna, bentuknya seperti cincin yang melingkar pada bagian

pangkal mahkota (Ayuningsih et al., 2006).

Benang sari berbentuk silindris merupakan tangkai bersatu, panjangnya ± 2

mm. Sari melekat pada tangkai tersebut membentuk baris-baris yang jumlahnya 8

buah dan berpasangan. Antara baris dibatasi oleh jalur kecil ± 1/10 mm lebarnya

(Budianto, 2007).

Page 8: Proposal Sosiologi

8

Buah dan Biji

Buahnya bulat sampai lonjong, berwarna hijau kekuning-kuningan, apabila

masak akan berbelah dua, diameter 3 - 9 cm. Daging buahnya pericarp tebal dan

rasanya asam. Biji berbentuk bulat sampai lonjong, panjangnya 1,5 - 4,5 cm dengan

lebar 1 - 2,5 cm. Warnanya coklat dan mengkilap pada bagian luarnya. Kernel

bijinya berwarna keputih-putihan. Fulinya merah gelap dan ada pula yang putih

kekuning-kuningan dan membungkus biji menyerupai jala. Petani pala di Maluku

biasanya menentukan pala jantan atau betina dari bentuk bijinya. Biji yang memiliki

permukaan ujung membukit diduga jantan dan biji yang bagian ujungnya rata diduga

betina (Mansur, 2005).

2.1.2. Sistematika Tanaman Pala

Menurut Pramono (2005) dalam sistem klasifikasi, tanaman pala memiliki

penggolongan sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta / Anthophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Sub Class : Choripetaleae

Ordo : Ramales

Famili : Myristicaceae

Genus : Myristica

Spesies : Myristica fragans Houtt

Varietas : Lokal

Page 9: Proposal Sosiologi

9

2.2. Syarat Tumbuh Pala

2.2.1. Iklim

Tanaman pala memerlukan iklim tropis yang panas dengan curah hujan yang

tinggi tanpa adanya periode kering yang nyata. Rata-rata curah hujan di daerah

asalnya (Banda) sekitar 2.656 mm/th dengan jumlah hari hujan 167 hari merata

sepanjang tahun. Meskipun terdapat bulan-bulan kering, tetapi selama bulan kering

tersebut masih terdapat 10 hari hujan dengan sekurang-kurangnya ± 100 mm/th,

ketinggian 0-700 m di atas permukaan laut. Suhu berkisar antara 18°C-34°C, suhu

yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman pala antara 25°C-30°C (Mansur, 2005).

Tanaman pala sangat peka terhadap angin kencang, oleh karena itu

penanaman pala membutuhkan tanaman pelindung atau penahan angin. Angin yang

bertiup terlalu kencang, bukan saja menyebabkan penyerbukan bunga terganggu,

tetapi juga menyebabkan buah, bunga dan pucuk tanaman akan luruh berguguran.

Akan tetapi tanaman pelindung yang terlalu rapat dapat menghambat pertumbuhan

pala, dan menjadi saingan dalam mendapatkan unsur hara. Tanaman pala

menghendaki naungan yang rendah sekitar 25 – 30%. Pohon pelindung yang banyak

ditanam di Maluku, Maluku Utara dan Sulawesi Utara adalah kenari dan kelapa

sedangkan di papua umumnya bercampur dengan berbagai pohon hutan (Budianto,

2007).

2.2.2. Tanah

Tanaman pala memerlukan tanah yang subur dan gembur, terutama tanah-

tanah vulkanis, miring atau memiliki pembuangan air atau drainase yang baik.

Tanaman pala akan tumbuh baik pada tanah berstruktur dari pasir bercampur

Page 10: Proposal Sosiologi

10

lempung (loam). Makin rendah kandungan liat semakin baik untuk pertumbuhan

tanaman pala. Keadaan pH tanah dengan kemasaman sedang sampai netral (pH 5,5-

7,0) sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman pala, karena kimia maupun biologi

tanah berada pada titik optimum (Mansur, 2005).

2.3. Peranan Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Pala

Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam.

Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang

ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman

yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap

daerah memiliki kelembaban dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum,

media tanam harus dapat menjaga kelembaban daerah sekitar akar, menyediakan

cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara (Setiawati, 2004).

Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama. Di

Asia Tenggara, misalnya, sejak tahun 1940 menggunakan media tanam berupa

pecahan batu bata, arang, sabut kelapa, kulit kelapa, atau batang pakis. Bahan-bahan

tersebut juga tidak hanya digunakan secara tunggal, tetapi bisa dikombinasikan

antara bahan satu dengan lainnya. Misalnya, pakis dan arang dicampur dengan

perbandingan tertentu hingga menjadi media tanam baru. Pakis juga bisa dicampur

dengan pecahan batu bata (Soewandi, 2002).

Untuk mendapatkan media tanam yang baik dan sesuai dengan jenis tanaman

yang akan ditanam, seorang hobis harus memiliki pemahaman mengenai

karakteristik media tanam yang mungkin berbeda-beda dari setiap jenisnya.

Berdasarkan jenis bahan penyusunnya, media tanam dibedakan menjadi bahan

Page 11: Proposal Sosiologi

11

organik dan anorganik. Bahan-bahan organik meliputi sabut kelapa, serbuk gergaji,

kompos dan lain-lain. Sedangkan anorganik misalnya pasir, kerikil dan lain-lain

(Setiawati, 2004).

2.3.1. Sekam Padi

Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari

dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses

penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau

limbah penggilingan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan

untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan sebagai

media tanam (Subagyo, 2004).

Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30% dari

bobot gabah. Penggunaan energi sekam bertujuan untuk menekan biaya pengeluaran

untuk bahan bakar bagi rumah tangga petani. Penggunaan Bahan Bakar Minyak yang

harganya terus meningkat akan berpengaruh terhadap biaya rumah tangga yang harus

dikeluarkan setiap harinya (Anton, 2003).

Pada lahan pertanian sekam padi sangat baik untuk membantu menyuburkan

tanah. Menurut beberapa informasi sekam padi bisa berfungsi sebagai penyimpan

sementara unsur hara dalam tanah sehingga tidak mudah tercuci oleh air. Dan akan

sangat mudah dilepaskan ketika dibutuhkan atau diambil oleh akar tanaman. Bisa

dikatakan arang sekam akan berfungsi seperti zeolit (Subagyo, 2004).

Sekam padi memiliki peranan penting sebagai media tanam pengganti tanah.

Arang sekam bersifat porous, ringan, tidak kotor dan cukup dapat menahan air.

Penggunaan sekam padi cukup meluas dalam budidaya tanaman hias, sayuran

Page 12: Proposal Sosiologi

12

(terutama budidaya secara hidroponik) maupun pembibitan tanaman-tanaman lain

(Subagyo, 2004).

2.3.2. Serbuk Gergaji

Serbuk gergaji merupakan sisa kayu gergajian yang bisa digunakan sebagai

media semai. Sementara kelebihan serbuk gergaji sebagai media tanam yaitu mudah

mengikat air, tidak mudah lapuk, merupakan sumber kalium (K) yang dibutuhkan

tanaman, dan tidak mudah menggumpal atau memadat sehingga akar tanaman dapat

tumbuh dengan sempurna (Anton, 2003).

Kebutuhan kayu yang terus meningkat dan potensi hutan yang terus

berkurang menuntut penggunaan kayu secara efisien dan bijaksana, antara lain

dengan memanfaatkan limbah berupa serbuk kayu menjadi produk yang bermanfaat. 

Serbuk kayu yang dihasilkan dari limbah penggergajian kayu dapat dimanfaatkan

menjadi briket arang, arang aktif, komposit kayu plastik, pot organik sebagai

pengganti polybag, sebagai media tanam jamur dan bentuk-bentuk lainnya

(Depatemen Kehutanan, 2003).

Diketahui industri penggergajian kayu menghasilkan limbah yang berupa

serbuk gergaji 10,6%, sebetan 25,9% dan potongan 14,3% dengan total limbah

sebesar 50,8% dari jumlah bahan baku yang digunakan. Produksi total kayu gergajian

Indonesia mencapai 2,6 juta m³ pertahun.  Dengan asumsi, jumlah limbah yang

terbentuk 54,24% dari produksi total, maka dihasilkan limbah penggergajian kayu

sebanyak 1,4 juta m³ per tahun (Anton, 2003). 

Page 13: Proposal Sosiologi

13

2.3.3. Kompos

Setiawati (2004), Kompos merupakan media tanam organik yang bahan

dasarnya berasal dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami,

sekam, daun, rumput, dan sampah kota. Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai

media tanam adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui

perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos

juga menjadi fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan

oleh tanaman.

Kandungan bahan organik yang tinggi dalam kompos sangat penting untuk

memperbaiki kondisi tanah. Berdasarkan hal tersebut dikenal 2 peranan kompos

yakni soil conditioner dan soil ameliorator. Soil ( ondotioner yaitu peranan kompos

dalam memperbaiki struktur tanah, terutama tanah kering, sedangkan soil ameliorator

berfungsi dalam memperbaiki kemampuan tukar kation pada tanah. Kompos yang

baik untuk digunakan sebagai media tanam yaitu yang telah mengalami pelapukan

secara sempurna, ditandai dengan Perubahan warna dari bahan pembentuknya (hitam

kecokelatan), tidak berbau, memiliki kadar air yang rendah, dan memiliki suhu ruang

(Departemen Kehutanan, 2005).

2.3.4. Pupuk Kandang

Anton (2003) menyatakan pupuk kandang merupakan kotoran padat dan cair

hewan ternak yang tercampur dengan sisa-sisa makanan ataupun alas kandang.

Pupuk kandang mempunyai beberapa siifat yang lebih baik dari pupuk alam lainnya

maupun dari pupuk buatan, antara lain merupakan humus, sebagai sumber hara

Page 14: Proposal Sosiologi

14

nitrogen, menaikkan daya menahan air, dan banyak mengandung jasad-jasad renik

yang dapat menyuburkan tanah.

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Hewan yang

kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan yang bisa

dipelihara oleh masyarakat, seperti kotoran kambing, sapi, domba, dan ayam. Selain

berbentuk padat, pupuk kandang juga bisa berupa cair yang berasal dari air kencing

(urine) hewan.Pupuk kandang mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk

kandang padat (makro) banyak mengandung unsur fosfor, nitrogen, dan kalium.

Unsur hara mikro yang terkandung dalam pupuk kandang di antaranya kalsium,

magnesium, belerang, natrium, besi, tembaga, dan molibdenum. Kandungan

nitrogen dalam urine hewan ternak tiga kali lebih besar dibandingkan dengan

kandungan nitrogen dalam kotoran padat (Subagyo, 2004).

Pupuk kandang yang telah siap diaplikasikan memiliki ciri dingin, remah,

wujud aslinya tidak tampak, dan baunya telah berkurang. Jika belum memiliki ciri-

ciri tersebut, pupuk kandang belum siap digunakan. Penggunaan pupuk yang belum

matang akan menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan bisa mematikan tanaman.

Penggunaan pupuk kandang yang baik adalah dengan cara dibenamkan, sehingga

penguapan unsur hara akibat prose kimia dalam tanah dapat dikurangi. Penggunaan

pupuk kandang yang berbentuk cair paling bauk dilakukan setelah tanaman tumbuh,

sehingga unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang cair ini akan cepat diserap

oleh tanaman (Anton, 2003).

Page 15: Proposal Sosiologi

15

2.4. Peranan NPK Mikro Hektar Terhadap Pertumbuhan Bibit Pala

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman

untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu

berproduksi dengan baik dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan jenis dan cara

pemupukan yang optimal bagi tanaman (Hardjowigeno, 2007).

Kategori pupuk berdasarkan asalnya dapat dibedakan menjadi pupuk alam

dan pupuk buatan. Penjelasannya sebagai berikut : (1) Pupuk alam, yaitu pupuk yang

terdapat di alam atau dibuat dengan bahan alam tanpa proses yang berarti. Contoh:

pupuk kompos, pupuk kandang, guano, pupuk hijau, dan pupuk batuan P, (2) Pupuk

buatan, yaitu pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan mengubah sumber daya alam

melalui proses fisika dan atau kimia (Antoni, 2008).

Pemberian pupuk harus memenuhi persyaratan 4 tepat yaitu : (1) Tepat

takaran (dosis), (2) Tepat jenis, (3) tepat cara, dan (4) tepat waktu. Pemberian pupuk

terhadap tanaman dilakukan dengan cara : (1) Ditabur merata pada permukaan tanah,

(2) Ditempat dalam lubang atau larikan tanaman, dan (3) Menurut tujuan

penanamannya (Sutejo, 2002).

Pupuk NPK Mikro Hektar ini memiliki beberapa keunggulan antara lain : (1)

Dibuat melalui proses industri berteknologi tinggi sehingga dihasilkan butiran yang

homogen, (2) Dapat digunakan untuk semua jenis tanaman serta pada berbagai

kondisi lahan, iklim dan lingkungan, (3) Penggunaan pupuk ini menjamin

diterapkannya teknologi pemupukan berimbang sehingga dapat meningkatkan

produksi dan mutu hasil pertanian dan (4) Dapat meningkatkan efektifitas dan

Page 16: Proposal Sosiologi

16

fisiensi pemupuka, mudah dalam aplikasi, serta memiliki sifat-sifat agronomis yang

menguntungkan (Departemen Pertanian, 2008).

Sedangkan peranan pupuk NPK Mikro Hektar untuk tanaman yaitu : (1)

tanaman segera segar, hijau dan sedap dipandang mata, (2) sistem perakaran bagus,

lebat memunggkinkan supply zat hara yang memadai bagi pertumbuhan tanaman, (3)

Helai daun kuat tidak mudah patah, dau lentur, proses fotosintesis berlangsung lebih

sempurna, (4) Tahan rebah dan akar tidak mudah tercabut bila angin kencang, sebab

akar yang kokoh dan tegap, (5) Pembentukan buah lebih sempurna menimbulkan

aroma khas bagi tanaman melon maupun buah lain, (6) Zat hara yang cukup

mengakibatkan tanaman lebih tahan terhadap gangguan hama dan penyakit, dan (7)

Mutu dari buah lebih baik, memenuhi standar konsumenn perkotaan dan

memungkinkan ekspor untuk produk hortikultura (Waryuningsih, 2008).

Spesifikasi Pupuk NPK Mikro Hektar adalah sebagai berikut : unsur N 16 %,

P2O5 16 % dan K2O 16%. Pupuk ini merupakan pupuk majemuk yang dibuat dari

bahan-bahan bermutu dan berkualitas. Komposisi unsur hara pada pupuk ini dapat

disesuaikan dengan jenis tanah dan jenis tanaman yang dibudidayakan (Depatemen

Pertanian, 2008).

Page 17: Proposal Sosiologi

17

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Drien Bungong Kecamatan Bandar dua

Kabupaten Pidie Jaya yang dilakukan dari Bulan Januari sampai dengan April 2013 .

3.2. Bahan dan Alat

3.2.1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit pala yang berumur

20 hari yang diperoleh dari tempat pembibitan di Kabupaten Biereuen.

Media tanam yang digunakan yaitu : tanah (top soil) , sekam padi, serbuk,

kompos dan pupuk kandang diperoleh Kabupaten Pidie Jaya.

Selanjutnya pupuk NPK Mikro Hektar sebagai pupuk yang diteliti.

3.2.2. Alat

Alat-alat yang digunakan meliputi : polibag berukuran 12 x 21 cm, cangkul,

sekop, ayakan, sprayer, kamera, papan nama, alat tulis-menulis, alat untuk

pengambilan bahan organik di lapangan dan alat-alat lain yang mendukung

penelitian ini.

3.3. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola

faktorial. Ada 2 faktor yang diteliti yaitu jenis media tanam ada 4 taraf dan faktor

dosis pupuk NPK Mikro Hektar ada 4 taraf.

1.Faktor jenis media tanam (M), ada 4 taraf :

a. M1 = Tanah + Sekam Padi

17

Page 18: Proposal Sosiologi

18

b. M2 = Tanah + Serbuk Gergaji

c. M3 = Tanah + Kompos

d. M4 = Tanah + Pupuk Kandang

1. Faktor dosis pupuk NPK Mikro Hektar (D), ada 4 taraf :

a. D0 = 0 gram polibag-1

b. D1 = 100 gram polibag-1

c. D2 = 150 gram polibag-1

d. D3 = 200 gram polibag-1

Dengan demikian terdapat 16 kombinasi perlakuan dengan 2 ulangan

sehingga terdapat 32 satuan percobaan, dalam 1 perlakuan terdapat 5 polibag,

sehingga secara keseluruhan terdapat 160 tanaman. Susunan kombinasi perlakuan

jenis media tanam dan dosis pupuk NPK Mikro Hektar terhadap pertumbuhan bibit

pala dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Susunan Kombinasi Jenis Media Tanam dan Dosis Pupuk Mikro Hektar

terhadap pertumbuhan bibit pala

NoKombinasi

PerlakuanMedia Tanam

Pupuk NPK Mikro Hektar

( gram polibag-1)

1.

2.

3.

4.

M1D0

M1D1

M1D2

M1D3

Tanah + Sekam Padi

Tanah + Sekam Padi

Tanah + Sekam Padi

Tanah + Sekam Padi

0

100

150

200

5. M2D0 Tanah + Serbuk Gergaji 0

Page 19: Proposal Sosiologi

19

6.

7.

8.

M2D1

M2D2

M2D3

Tanah + Serbuk Gergaji

Tanah + Serbuk Gergaji

Tanah + Serbuk Gergaji

100

150

200

9.

10.

11.

12.

M3D0

M3D1

M3D2

M3D3

Tanah + Kompos

Tanah + Kompos

Tanah + Kompos

Tanah + Kompos

0

100

150

200

13.

14.

15.

16.

M4D0

M4D1

M4D2

M4D3

Tanah + Pupuk Kandang

Tanah + Pupuk Kandang

Tanah + Pupuk Kandang

Tanah + Pupuk Kandang

0

100

150

200

Analisis Data

Model statistika untuk Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial sebagai

berikut :

Yijk = + Kk + Mi + Hj + (MH)ij + ijk

Yijk = Nilai pengamatan pada kelompok percobaan ke-k yang memperoleh

kombinasi perlakuan ij (taraf ke-i dari faktor media tanam dan taraf

ke-j dari faktor pupuk NPK Mikro Hektar)

. = Nilai rata-rata tengah.

Kk = Nilai pengamatan pengaruh kelompok ke-k.

Mi = Nilai pengamatan pengaruh media tanam pada taraf ke-i.

Hj = Nilai pengamatan pengaruh pupuk NPK Mikro Hektar pada taraf ke-j.

Page 20: Proposal Sosiologi

20

(MH)ij = Nilai pengamatan interaksi media tanam pada taraf ke-i dan pupuk

NPK Mikro Hektar pada taraf ke-j.

ijk = Pengaruh acak percobaan pada kelompok percobaan ke-k yang

memperoleh kombinasi perlakuan media tanam pada taraf ke-i dan

pupuk NPK Mikro Hektar pada taraf ke-j.

Untuk mengetahui pengaruh masing-masing faktor perlakuan serta

interaksinya terhadap beberapa parameter pertumbuhan bibit pala dilakukan Analisis

Ragam (Uji Fisher) dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada level 5

%. Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan interaksi, dihitung brdasarkan nilai

beda rata-rata interaksi.

3.4. Pelaksanaan Penelitian

3.4.1. Persiapan Lokasi

Persiapan lokasi penelitian dengan memperhatikan areal yang datar, tidak

berbatu dan mudah untuk dilakukan penyiraman. Selanjutnya dipersiapkan bahan-

bahan dan alat-alat yang dibutuhkan dalam penelitian.

3.4.2. Pembuatan Naungan

Pembuatan naungan dibuat dengan arah Utara Selatan yang dimaksud agar

cahaya matahari dapat masuk dari arah depan naungan. Adapun tinggi bagian depan

adalah 125 cm dan bagian belakang 75 cm dengan 50 % cahaya matahari.

3.4.3. Persemaian

Page 21: Proposal Sosiologi

21

Benih pala yang akan dijadikan bibit yaitu benih yang baru diperoleh dari

pohonnya maksimal 24 jam, karena apabila lebih dari 24 jam benih pala tidak akan

berkecambah lagi. Setelah benih diperoleh kemudian langsung ditanam ke polibag

kecil untuk berkecambah.

3.4.4. Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan tanah bagian atas (top soil) yang subur dengan

tekstur tanah lempung liat berpasir, tanah diayak dengan 20 mesh bertujuan agar

tanah bebas dari benda atau bahan-bahan yang tidak diinginkan seperti batu .

Selanjutnya media tanam yang berupa bahan organik yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari sekam padi, serbuk gergaji, kompos dan pupuk kandang.

3.4.5. Penyapihan Bibit Ke Polibag

Setelah umur bibit 4 minggu berkecambah, bibit hasil penyemaian di

pindahkan ke polibag (penyapihan), yakni 3-5 cm setelah memiliki daun rata-rata

empat lembar. Pemindahan bibit dilakukan secara manual dengan memberikan satu

bibit pada satu polibag, polibag yang digunakan berukuran 12 x 21 cm, dengan

medianya adalah campuran tanah dan bahan organik.

3.4.6. Pemeliharaan Bibit di Persemaian

Pemeliharaan bibit di persemaian terdiri dari penyulaman, penyiraman,

pemotongan akar, dan pengaturan kembali bibit dibedeng sapih. Penyulaman

bertujuan untuk menggantikan kecambah yang mati dengan segera setelah

pemindahan ke polibag. Penyiraman dilakukan secara rutin pada pagi dan sore hari

serta disesuaikan dengan kebutuhan.

Page 22: Proposal Sosiologi

22

Pengendalian hama dan penyakit dilkukan apabila tanaman terserang, begitu juga

dengan pengendalian gulma. Pengendalian dilakukan apabila ada gulma yang

tumbuh.

3.4.7. Aplikasi Pupuk NPK Mikro Hektar

Pemupukan pertama dilakukan setelah bibit melewati masa penyapihan 2

minggu di polibag, pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk NPK Mikro

Hektar sesuai dengan kombinasi perlakuan seperti tertera pada tabel 1. Pemberian

pupuk ini dilaksanakan setiap 2 minggu sekali sebanyak 4 kali pemberian.

3.5. Pengamatan

Parameter yang diamati meliputi :

1. Tinggi tanaman. Diukur dengan meteran 100 cm, dari leher akar sampai titik

tumbuh tertinggi, diamati dengan interval 20 hari sekali yaitu 50, 70 dan 90 Hari

Setelah Tanam (HST), satuannya adalah cm.

2. Jumlah Daun. Dihitung secara manual, dari daun pertama sampai dengan daun

yang paling ujung, diamati dengan interval 20 hari sekali, yaitu 50, 70 dan 90

Hari Setelah Tanam (HST), satuannya adalah helai.

3. Panjang Akar. Diukur dari leher akar sampai ke ujung akar, satuannya adalah cm.