Proposal Skripsi.pdf

55
PROPOSAL TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENAMBANGAN EMAS JANGKA PENDEK BLOK CIKONENG PT. CIBALIUNG SUMBERDAYA, BANTEN Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program S1 Teknik Pertambangan Oleh : Rizky Ashary BP. 2011/1106915 Konsentrasi : Pertambangan Umum Program Studi : S1 Teknik Pertambangan Jurusan : Teknik Pertambangan FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2015

Transcript of Proposal Skripsi.pdf

  • PROPOSAL TUGAS AKHIR

    PERENCANAAN PENAMBANGAN EMAS JANGKA PENDEK BLOK

    CIKONENG PT. CIBALIUNG SUMBERDAYA, BANTEN

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

    Dalam Menyelesaikan Program S1 Teknik Pertambangan

    Oleh :

    Rizky Ashary

    BP. 2011/1106915

    Konsentrasi : Pertambangan Umum

    Program Studi : S1 Teknik Pertambangan

    Jurusan : Teknik Pertambangan

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS NEGERI PADANG

    2015

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Saat ini sebagian besar tambang yang ada di Indonesia adalah tambang

    terbuka. Akan tetapi endapan bahan galian yang keberadaannya dekat dengan

    permukaan bumi semakin lama akan berkurang karena telah habis ditambang.

    Sedangkan jumlah cadangan dan kadar yang semakin menipis untuk ditambang

    secara tambang terbuka, maka di masa yang akan datang kebutuhan akan bahan

    galian ini akan dipasok dengan sistem tambang bawah tanah.

    Endapan bahan galian emas yang ada di Indonesia keberadaannya cukup

    banyak di Indonesia, namun emas yang ada dalam bentuk urat (vein) lebih

    cocok menggunakan metode tambang bawah tanah.Di bandingkan dengan

    tambang terbuka yang memerlukan biaya rendah untuk lebih rendah

    dibandingan dengan tambang bawah tanah. Namun ketika jumlah tanah

    penutup yang harus dikupas pada tambang terbuka semakin meningkat seiring

    dengan kedalaman lubang bukaan tambang, maka biaya penambangan juga

    akan semakin bertambah. Dengan melihat kondisi tersebut dapat ditentukan

    bahwa metoda tambang bawah tanah akan lebih menguntungkan dibandingkan

    tambang terbuka.

    PT. Cibaliung Sumber Daya merupakan anak perusahaan dari PT Aneka

    Tambang, Tbk yang bergerak dalam bidang pertambangan emas.PT. Cibaliung

    Sumberdaya memiliki wilayah KP seluas 7811 hektar.Dengan rincian luas

    KP.Eksplorasi seluas 6471 hektar dan luas KP.Eksploitasi seluas 1340 hektar.n

  • 2

    Resources emas yang dimiliki diperkirakan sebesar 1,5 juta wmt bijih emas

    dengan kadar rata-rata 9,8 gram emas per ton, dengan umur tambang

    diperkirakan selama 6 tahundengan maksimum produksi 70.000 toz emas.

    Sistem penambangan dilakukan dengan menggunakan metoda

    penambangan bawah tanah (cut and fill).Ada dua tahap utama dalam metoda

    penambangan bawah tanah di PT Cibaliung Sumberdaya yaitu pengembangan

    (development) dan produksi (production). Terdapat dua blok penambangan

    yaitu Blok Cikoneng dan Blok Cibitung, dimana kedua blok tersebut masih

    produksi sampai sekarang.

    Untuk pedoman penambangan pertahun maka dibuatlah rencana kerja

    pada setiap bidang kerja, yang mana dari ke semua aspek bidang kerja

    memiliki target masing-masing. Dari rencana kerja tahun 2015 setelah fase

    triwulan pertama, adanya perbedaan dari rencana dan realisasi di lapangan.

    untuk itu perlu dilakukan perubahan rencana kembali demi tercapainya target

    produksi perbulan dari yang telah direncanakan.

    Oleh karena itu, untuk memberikan wawasan mengenai hal tersebut,

    penulis melakukan penelitian tugas akhir yang berjudul PERENCANAAN

    PENAMBANGAN EMAS JANGKA PENDEK PADA BLOK

    CIKONENG PT. CIBALIUNG SUMBERDAYA

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka dapat dirumuskan

    beberapa permasalahan yang menjadi objek penelitian tugas akhir ini.

  • 3

    1. Rencana kerja tahun 2015 memiliki perbedaan dengan realisasi dilapangan

    setelah melewati fase triwulan pertama.

    2. Realisasi penambangan tahun 2015

    3. Belum adanya perubahan rencana penambangan tahun 2015

    4. Belum adanya rencana penambangan tahun 2016

    C. Batasan Masalah

    Agar penelitian ini dapat dilakukan secara terstruktur, terorganisir dan

    mencapai sasaran, maka dalam penelitian ini perlu adanya batasan masalah

    yaitu hanya di batasi pada :

    1. Penelitian ini dilakukan pada blok cikoneng PT. Cibaliung Sumberdaya,

    Banten.

    2. Desain kelanjutan kemajuan tambang dari bulan Mei sampai Desember

    pada tahun 2015 dari sisa target tahun 2015 dan target 2016 .

    3. Penjadwalan produksi untuk mencapai target produksi dan ore grade yang

    sesuai dengan target tahun 2015 dan tahun 2016.

    4. Dimensi lubang bukaan berdasarkan parameter geoteknik berdasarkan dari

    rekomendasi geoteknik perusahaan.

    5. Kadar batas yang diambil berdasarkan data perusahaan dengan nilai COG

    3 gpt.

    6. Menghitung Mining Recovery berdasarkan hasil rancangan desain lubang

    bukaan.

    7. Mengestimasi waktu kegiatan concrete dan filling untuk lubang bukaan

    sill drift.

  • 4

    D. Rumusan Masalah

    Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang diuraikan

    maka muncul pertanyaan penelitian antara lain :

    1. Bagaimana arah dan desain dari kemajuan tambang sampai dengan akhir

    tahun 2015 dan tahun 2016?

    2. Bagaimana Mining Recovery dari panjang lubang bukaan yang

    direncanakan?

    3. Bagaimana penjadwalan produksi, kemajuan Development dan Filling

    sampai dengan tahun 2016?

    4. Bagaimana kemampuan jumbo drill, LHD dan Mine Truck pada akhir

    April 2015?

    5. Bagaimana keserasian dari LHD dan Mine Truck yang sesuai dengan

    kemajuan tambang sampai dengan akhir tahun 2016?

    E. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

    1. Mengetahui arah kemajuan dari tambang sampai dengan akhir tahun 2015

    dan 2016dari desain yang dibuat.

    2. Mengetahui Mining Recovery dari panjang lubang bukaan yang

    direncanakan.

    3. Mengetahui penjadwalan produksi, kemajuan Development dan Filling

    sampai dengan tahun 2016.

  • 5

    4. Mengetahui kemampuan Jumbo Drill, LHD dan Mine Truck pada Akhir

    April 2015.

    5. Mengetahui Keserasian dari LHD dan Mine Truck yang sesuai dengan

    kemajuan tambang sampai dengan Akhir tahun 2016.

    F. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini :

    1. Memberi masukan kepada perusahaan mengenai hasil penelitian yang

    diperoleh, dan menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan proses

    selanjutnya.

    2. Menambah referensi peneliti mengenai perancangan penambangan bawah

    tanah bagi Mahasiwa Teknik Pertambangan Universitas Negeri Padang.

  • 6

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Deskripsi Perusahaan

    1. Sejarah Singkat Perusahaan

    PT. Cibaliung Sumberdaya (PT.CSD) adalah anak perusahaan dari

    PT.Aneka Tambang (Antam) dan merupakan perusahaan tambang emas

    bawah tanah. Urat Kuarsa yang ditemukan pertama kali oleh seorang

    pekerja bangunan yang berasal dari bayah pada bulan Oktober 1992.

    Pada bulan April 1993 PT.ANTAM mengirim utusan untuk meneliti

    keberadaan penambangan di Cibaliung. Kemudian Berdasarkan hasil

    analisa yang diperoleh dari sampel sedimen sungai dengan ijin SKIP No.

    71.K/2011/DDPT/1994, Aneka Tambang mengajukan Kuasa

    Penambangan Eksplorasi pada bulan November 1994, yang akhirnya

    disetujui pada bulan Mei 1995. Atas kuasa penambangan Eksplorasi yang

    dimiliki oleh Aneka Tambang ini, dalam pelaksanaan penelitian

    selanjutnya dilakukan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan lain :

    a. Tahun 1996-1999 PT Antam Tbk dengan Partner Palmer Resource

    Ltd (Kanada), PT Sitrade Nusaglobus.

    b. Tahun 1999-2008 Pt Antam Tbk dengan Partner Austindo

    Resource Corporation NL (ARX) membentuk Perusahaan PT

    Cibaliun Sumberdaya dalam pelaksanaannya.

    c. Tahun 2009 sekarang PT Antam Tbk memiliki saham 99,15% pada

    PT Cibaliung Sumberdaya setelah mengakuisisi saham

  • 7

    kepemilikian Austindo Resource Corporation NL (ARX) pada

    Bulan Juli 2009.

    Berikut ini adalah Kronologis Proyek Cibaliung :

    a. Tahun 1998-2003 Kegiatan Eksplorasi Core Diamond Drilling

    Cikoneng Cibitung

    b. Tahun 2004 Penyelesaian Tahapan Studi Kelayakan

    c. Tahun 2005 Konstruksi Pembangunan Proyek, penyiapan lahan,

    pembuatan jalan masuk Ciraden, pengembangan terowongan

    Cibitung Box Cut dan Camp Ciburial.

    d. Tahun 2006 Pembangunan terowongan Cibitung Box Cut, Pabrik,

    Pembukaan area TSF (25 ha), pembangunan Infrastruktur dan

    gudang handak.

    e. Tahun 2007 Pembangunan terowongan Cibitung Box Cut (112 m)

    dihentikan, pengembangan terowongan Cikoneng Portal,

    Penyelesaian Pabrik, meneruskan konstruksi TSF (25 ha).

    f. Tahun 2008 (Januari Oktober) Melanjutkan pembangunan

    terowongan Cikoneng (1176m), penyelesaian tahap akhir pabrik

    dan meneruskan konstruksi TSF (25 ha).

    g. Tahun 2008 (November) memasuki tahap care & maintenance.

    h. Tahun 2009 (16 Februari) Penandatanganan Head of Agreement

    yang secara garis besar mengatur langkah-langkah pengambilalihan

    seluruh kepemilikan saham Proyek Cibaliung oleh PT. Antam Tbk.

  • 8

    i. Tahun 2009 (Februari-Juni) Meneruskan kegiatan care &

    maintenance sampai aspek legal pengambilalihan kepemilikan

    selesai.

    j. Tahun 2009 (6 Juli) Penandatanganan Akta Pengambilalihan

    Kepemilikan PT CSD oleh PT Antam Tbk dan PT Antam

    Resourcindo (PTARI).

    k. Tahun 2009 (1 Agustus) Memasuki tahapan Konstruksi dan

    Development

    l. Tahun 2010 (13 Mei) Peleburan pertama core Bullion.

    2. Struktur Organisasi

    Struktur organisasi perusahaan dibuat guna meningkatkan kinerja

    dari setiap departemen penyokong dalam suatu perusahaan. Dengan

    struktur organisasi yang optimal maka diharapkan mampu mendukung

    pencapaian target di setiap tahunnya. Penyusunan struktur organisasi

    dibuat berdasarkan spesifikasi dan fungsi kinerja yang ada sehingga

    dapat di pertanggung jawabkan. Berikut struktur organisasi PT.

    Cibaliung Sumber Daya ( Gambar 1 ).

  • 9

    Struktur Organisasi

    PT. Cibaliung Sumber Daya

    Dept Keuangan

    Dept SDM

    Dept CSR & Umum

    Direksi

    Dept Internal Audit

    Dept Manajemen Head Office

    Staf Direksi Kantor Pusat

    General Manajer

    Manajemen

    Operasional Strategik

    Dept Sisdur

    Dept Tambang

    Dept Kendali Mutu

    Dept Pemeliharaan

    Dept Pengolahan

    Pabrik

    Dept K3L

    Dept Pengadaan &

    Gudang

    Gambar.1. Struktur Organisasi PT. Cibaliung Sumber Daya

    B. Lokasi Kesampaian Daerah

    PT.Cibaliung Sumber Daya secara geografis terletak di sebelah ujung

    barat daya Pulau Jawa dan secara administratif terletak di dua desa, yaitu

    Desa Mangkualam dan Desa Padasuka yang termasuk kedalam Kecamatan

    Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.

    Lokasi tambang PT.Cibaliung Sumber Daya dapat dicapai melalui

    jalur darat dengan kendaraan roda empat selama kurang lebih 6 jam dari

    Jakarta atau dengan jarak kurang lebih 202 km.

  • 10

    Sumber : Dokumen Departemen Kendali Mutu PT. Cibaliung Sumber Daya, 2014

    Gambar.2. Peta Lokasi Tambang Emas Cibaliung

    Dari Gambar .2 dapat dilihat lokasi tambang emas Cibaliung secara

    gasir besar dibatasi oleh kawasan Citeureup dan Tanjung Lesung pada

    sebelah utara, Samudra Hindia di sebelah selatan, Taman Nasional Ujung

    Kulon di sebelah barat dan provinsi Jawa Barat di sebelah barat.

    PT. Cibaliung Sumber Daya memiliki wilayah KP. Eksplorasi seluas

    6471 hektar dan luas KP. Eksploitasi seluas 1340 hektar. Resources emas

    yang dimiliki diperkirakan sebesar 1,5 juta wmt bijih emas dengan kadar

    rata-rata 9,8 gram emas per ton, dengan umur tambang diperkirakan selama

    6 tahun dengan maksimum produksi 70.000 toz emas.

  • 11

    Sumber : Dokumen Departemen Kendali Mutu PT. Cibaliung Sumber Daya, 2014

    Gambar.3. Peta Lokasi KP.Eksplorasi dan KP.Eksploitasi

    C. Keadaan Geologi dan Stratigrafi

    a. Kondisi Geologi

    Keadaan geologi di PT Cibaliung Sumberdaya terletak di bagian

    tengah dari busur magmatik Sunda Banda yang berumur Neogene.

    Batuan asal (Host Rock) pembawa biih emas perak adalah batuan

    Honje Vulkanic dengan umur Akhir Miosen yang diterobos oleh

    Subvulcanic Andesit Diorit berupa plug dan dike dan kadang

    terpotong oleh diameter Breccia. Menumpang tidak selaras di atas

    batuan asal ini berupa Dacitic tuff, sediment muda, dan aliran lava

    basalt yang berumur Miosen Kuarter. Daerah penyelidikan merupakan

    bagian dari Peta Geologi Lembar Cikarang dengan formasi cipacar dan

    bojongmanik.

  • 12

    Jawa terletak pada Sunda Vulcanic Arc yang memanjang dari ujung

    Sumatera melewati Jawa dan Bali, dan terus berlanjut hingga Indonesia

    bagian timur. Jawa Bagian Barat sendiri terletak pada Zona Transisi

    antara subduksi miring di bagian barat dan subduksi normal di bagian

    timur. Area ini dibatasi oleh sesar Cimandiri dan sesar Ujung Kulon.

    Daerah Vulcanic Arc merupakan daerah yang memiliki potensi mineral

    tinggi. Hasil kegiatan eksplorasi bahan galian logam yang dilakukan

    oleh Subdit. Daerah Cibaliung yang terletak di Zona Magmatic Arc

    merupakan wilayah memiliki yang potensi emas yang tinggi.

    Sumber : Dokumen Departemen Kendali Mutu PT. Cibaliung Sumber Daya, 2015

    Gambar.4. Peta Geologi Regional

    b. Geomorfologi

    Berdasarkan peta Geomorfologi Daerah Cibaliung daerah kajian

    termasuk ke dalam satuan struktural bergelombang. Satuan ini terbagi

  • 13

    menjadi dua kelas, yaitu Satuan bergelombang kuat struktural dan

    satuan bergelombang lemah struktural. Satuan bergelombang lemah

    struktural mendominasi daerah kajian. Satuan geomorfologi ini

    mengelilingi seluruh wilayah kajian, sedangkan di bagian tengahnya

    daerah kajian termasuk ke dalam satuan bergolombang kuat struktural.

    Pada zona Jawa Bagian Barat, Pannekoek (1946), membagi zona

    morfologi ini menjadi tiga bagian, yaitu:

    1) Zona Utara terdiri atas daerah lipatan, endapan kipas alluvial,

    jalur peneplain, Gunung Ciremei, Kompleks Gunung Tangkuban

    Perahu, dan Kompleks Pegunungan di Banten.

    2) Zona Tengah merupakan zona depresi yang diisi endapan

    vulkanik muda. Pada zona ini terdapat lipatan menjungkir atau

    membentuk struktur yang menjorok (thrusting) yang

    menyebabkan batuan tersier tertutup.

    3) Zona Selatan (daerah kajian termasuk ke dalam zona ini)

    merupakan dataran tinggi yang luas yang memanjang dari

    Kabupaten Sukabumi (sebenarnya merupakan suatu plato yang

    memiliki lereng ke Samudera Hindia dengan bentuk tebing

    patahan / escarpment pada bagian utaranya, namun sudah

    terkikis, sehingga tidak terlihat lagi platonya) sampai ke timur

    yaitu Karangnunggal section atau plato Karangnunggal.

  • 14

    c. Stratigrafi

    Sudana dan Santosa (1992) dalam Peta Geologi Lembar Cikarang

    skala 1:100.000 membagi stratigrafi regional daerah penelitian ke

    dalam tujuh formasi, yaitu :

    1) Formasi Cimapag

    Formasi ini terdiri dari dua bagian, bagian bawah terdiri

    dari litologi breksi aneka bahan, lava andesit, batupasir,

    batulempung, batugamping, konglomerat, aglomerat dan tuf;

    bagian atas terdiri dari tuf dasit, lava andesit, dan tuf breksi.

    Umurnya diduga Miosen Awal.

    2) Formasi Honje

    Satuan ini terdiri dari litologi berupa breksi gunungapi, tuf,

    lava, andesit-basal, dan kayu terkersikkan. Formasi ini diduga

    berumur Miosen Akhir berdasarkan sebagian dari satuan batuan

    ini yang menjemari dengan Formasi Bojongmanik. Tebal Formasi

    Honje diperkirakan berkisar dari 500600 m. Sebarannya terdapat

    di sekitar Gn. Honje, Gn. Tilu, dan daerah Citerureup; setempat

    diterobos batuan andesit-basalt (Sudana dan Santosa, 1992).

    3) Formasi Bojongmanik

    Formasi Bojongmanik terdiri dari litologi berupa

    perselingan batupasir dan batulempung bersisipan napal,

    batugamping, konglomerat, tuf, dan lignit. Fosil-fosil foraminifera

  • 15

    yang ditemukan pada satuan ini menunjukkan umur Miosen Akhir

    - Pliosen atau pada zonasi Blow N16 N19. Selain fosil

    foraminifera ditemukan juga pecahan moluska, ostrakoda,

    ekinoid, dan kerang dengan lingkungan pengendapan darat hingga

    laut dangkal. Tebal formasi ini diperkirakan mencapai 400 m

    (Sudana dan Santosa, 1992).

    4) Formasi Cipacar

    Formasi ini terdiri dari tuf, tuf berbatuapung, batupasir tuf,

    batulempung tuf, tuf breksi, dan napal. Satuan ini umumnya

    berlapis baik dan tebalnya diperkirakan 250 m, ditindih tak

    selaras oleh Formasi Bojong dan satuan batuan yang lebih muda.

    Fosil - fosil foraminifera dalam formasi ini menunjukkan umur

    relatif Pliosen (N19-N21). Dalam formasi ini dijumpai pula fosil

    moluska, kerangkerangan dan ostrakoda. Lingkungan

    pengendapannya adalah darat - laut dangkal (Sudana dan Santosa,

    1992).

    5) Andesit-Basalt

    Batuan terobosan berupa andesit dan basalt yang diduga

    berumur Pliosen. Satuan ini menerobos Formasi Cimapag dan

    Formasi Honje (Sudana dan Santosa, 1992).

  • 16

    6) Formasi Bojong

    Formasi ini terdiri dari litologi berupa batupasir gampingan,

    batulempung karbonan, napal, lensa batugamping, tuf, dan

    gambut. Formasi ini umumnya berlapis baik, tebalnya antara 150-

    200 m, ditindih tak selaras oleh satuan batuan yang lebih muda.

    Fosil - fosil foraminifera yang ditemukan pada formasi ini

    menunjukkan umur relatif Pleistosen atau N22. Lingkungan

    pengendapannya adalah litoral luar (Sudana dan Santosa, 1992).

    7) Volkanik Kuarter

    Batuan gunungapi Kuarter terdiri dari litologi breksi gunung

    api, aglomerat, dan tuf. Satuan ini tebalnya diperkirakan lebih dari

    100 m dan umurnya diduga Pleistosen (Sudana dan Santosa,

    1992). Berdasarkan Sudana dan Santosa (1992), daerah

    Sindanglaya dan sekitarnya termasuk ke dalam dua satuan batuan,

    yaitu Formasi Bojongmanik dan Formasi Honje. Formasi Honje

    merupakan nama formasi baru yang diusulkan Sudana dan

    Santosa tahun 1992 untuk endapan volkanik dengan lokasi tipe

    terletak di Pegunungan Honje, Cimanggu, Banten Selatan.

    D. Kondisi Iklim dan Cuaca

    Daerah Cibaliung memiliki dua musim yaitu musim hujan yang

    berlangsung dari bulan Oktober sampai Maret dengan kisaran suhu 25C -

    30C dan musim kemarau yang berlangsung dari bulan April sampai

  • 17

    September dengan kisaran suhu 30C - 32C. Suhu udara minimum dan

    maksimum berkisar antara 22,5C 27,9C dengan suhu udara rata-rata

    dataran rendah adalah 27,9C dan untuk dataran tinggi adalah 22,5C.

    Berdasarkan data curah hujan tahun 2005 2013 yang diperoleh dari

    Departemen OHSE PT Cibaliung Sumberdaya, memiliki curah hujan rata-

    rata 331,11 mm/tahun.

    Tabel.1. Data Curah Hujan PT Cibaliung Sumberdaya Tahun

    Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des

    2005 525.00 378.10 332.60 556.40 342.40 262.00 269.00 189.80 273.80 273.40 501.40 782.00

    2006 910.50 441.00 422.70 331.50 114.00 78.00 0.00 0.00 0.00 0.00 76.50 399.50

    2007 176.00 191.00 774.20 370.60 298.00 198.10 19.30 0.00 0.00 48.00 102.60 935.80

    2008 961.20 943.20 523.00 304.30 18.40 32.40 0.00 5.30 86.90 295.20 1,052.80 686.50

    2009 543.40 721.50 321.50 314.90 269.30 316.50 94.50 1.50 24.50 372.00 728.70 237.00

    2010 486.00 400.50 446.50 174.00 665.00 299.50 476.50 400.00 454.50 506.70 403.00 554.90

    2011 516.70 286.50 555.00 216.60 279.50 124.90 186.70 0.60 0.00 123.50 391.80 348.70

    2012 883.20 488.70 443.90 484.00 122.30 39.90 0.00 0.00 0.00 221.80 54.70 303.90

    2013 1,086.30 536.30 234.70 571.56 351.30 387.90 197.60 142.50 20.30 282.10 226.50 956.00

    6,088.30 4,386.80 4,054.10 3,323.86 2,460.20 1,739.20 1,243.60 739.70 860.00 2,122.70 3,538.00 5,204.30

    Rata-Rata

    676.4778 487.4222 450.4556 369.3178 273.3556 193.2444 138.1778 82.18889 95.55556 235.8556 393.1111 578.2556

    Max 1,086.30 943.20 774.20 571.56 665.00 387.90 476.50 400.00 454.50 506.70 1,052.80 956.00

    Min 176.00 191.00 234.70 174.00 18.40 32.40 0.00 0.00 0.00 0.00 54.70 237.00

    Sumber : Departemen OHSE PT Cibaliung Sumber Daya, 2014

    Sumber : Departemen OHSE PT Cibaliung Sumber Daya, 2014

    Grafik.1. Data Grafik Curah Hujan PT Cibaliung Sumberdaya Tahun 2005 - 2013

    2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

    Rata-Rata 390,5 231,1 259,5 409,1 328,8 438,9 252,5 253,5 416,1

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    400

    450

    500

    Cu

    rah

    Hu

    jan

    (m

    m/t

    ahu

    n)

  • 18

    E. Kajian Teori

    1. Pembentukan Endapan Emas Epitermal (Genesa)

    (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008) berpendapat bahwa

    endapan epitermal didefinisikan sebagai salah satu endapan dari sistem

    hidrotermal yang terbentuk pada kedalaman dangkal yang umumnya

    pada busur vulkanik yang dekat dengan permukaan. Penggolongan

    tersebut berdasarkan temperatur (T), tekanan (P) dan kondisi geologi

    yang dicirikan oleh kandungan mineralnya. Secara lebih detailnya

    endapan epitermal terbentuk pada kedalaman dangkal hingga 1000 meter

    dibawah permukaan dengan temperatur relatif rendah (50-200)0C dengan

    tekanan tidak lebih dari 100 atm dari cairan meteorik dominan yang agak

    asin (Pirajno, 1992).

    Tekstur penggantian (replacement) pada mineral tidak menjadi ciri

    khas karena jarang terjadi. Tekstur yang banyak dijumpai adalah berlapis

    (banded) atau berupa fissure vein. Sedangkan struktur khasnya adalah

    berupa struktur pembungkusan (cockade structure). Asosiasi pada

    endapan ini berupa mineral emas (Au) dan perak (Ag) dengan mineral

    penyertanya berupa mineral kalsit, mineral zeolit dan mineral kwarsa.

    2. Tipe Endapan Epitermal

    Endapan Epitermal sendiri memiliki dua tipe utama yaitu low

    sulphidation dan high sulphidation yang dibedakan terutama berdasarkan

    pada sifat kimia fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan

    mineraloginya.

  • 19

    a. Low Sulphidation

    Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Rendah / Tipe

    Adularia-Serisit ( Epithermal Low Sulfidation) dapat dikategorikan

    sebagai berikut :

    1) Tinjauan Umum

    Endapan epitermal sulfidasi rendah dicirikan oleh larutan

    hidrotermal yang bersifat netral dan mengisi celah-celah batuan.

    Tipe ini berasosiasi dengan alterasi kuarsa-adularia, karbonat,

    serisit pada lingkungan sulfur rendah dan biasanya perbandingan

    perak dan emas relatif tinggi. Mineral bijih dicirikan oleh

    terbentuknya elektrum, perak sulfida, garam sulfat, dan logam

    dasar sulfida. Batuan induk pada deposit logam mulia sulfidasi

    rendah adalah andesit alkali, dasit, riodasit atau riolit. Secara

    genesa sistem epitermal sulfidasi rendah berasosiasi dengan

    vulkanisme riolitik. Tipe ini dikontrol oleh struktur-struktur

    pergeseran (dilatational jog).

    2) Genesa dan Karakteristik

    Endapan ini terbentuk jauh dari tubuh intrusi dan

    terbentuk melalui larutan sisa magma yang berpindah jauh dari

    sumbernya kemudian bercampur dengan air meteorik di dekat

    permukaan dan membentuk jebakan tipe sulfidasi rendah,

    dipengaruhi oleh sistem boiling sebagai mekanisme

  • 20

    pengendapan mineral-mineral bijih. Proses boiling disertai

    pelepasan unsur gas merupakan proses utama untuk

    pengendapan emas sebagai respon atas turunnya tekanan.

    Perulangan proses boiling akan tercermin dari tekstur

    crusstiform banding dari silika dalam urat kuarsa.

    Pembentukan jebakan urat kuarsa berkadar tinggi mensyaratkan

    pelepasan tekanan secara tiba-tiba dari cairan hidrotermal untuk

    memungkinkan proses boiling. Sistem ini terbentuk pada

    tektonik lempeng subduksi, kolisi dan pemekaran (Hedenquist

    dkk., 1996 dalam Pirajno, 1992).

    Kontrol utama terhadap pH cairan adalah konsentrasi CO2

    dalam larutan dan salinitas. Proses boiling dan terlepasnya CO2

    ke fase uap mengakibatkan kenaikan pH, sehingga terjadi

    perubahan stabilitas mineral contohnya dari illit ke adularia.

    Terlepasnya CO2 menyebabkan terbentuknya kalsit, sehingga

    umumnya dijumpai adularia dan bladed calcite sebagai mineral

    pengotor (gangue minerals) pada urat bijih sistem sulfidasi

    rendah.

    Endapan epitermal sulfidasi rendah akan berasosiasi

    dengan alterasi kuarsaadularia, karbonat dan serisit pada

    lingkungan sulfur rendah. Larutan bijih dari sistem sulfidasi

    rendah variasinya bersifat alkali hingga netral (pH 7) dengan

    kadar garam rendah (0-6 wt)% NaCl, mengandung CO2 dan

  • 21

    CH4 yang bervariasi. Mineral-mineral sulfur biasanya dalam

    bentuk H2S dan sulfida kompleks dengan temperatur sedang

    (150-300 C) dan didominasi oleh air permukaan.

    Batuan samping (wallrock) pada endapan epitermal

    sulfidasi rendah adalah andesit alkali, riodasit, dasit, riolit

    ataupun batuan batuan alkali. Riolit sering hadir pada sistem

    sulfidasi rendah dengan variasi jenis silika rendah sampai tinggi.

    Bentuk endapan didominasi oleh urat-urat kuarsa yang mengisi

    ruang terbuka (open space), tersebar (disseminated), dan

    umumnya terdiri dari urat-urat breksi (Hedenquist dkk., 1996).

    Struktur yang berkembang pada sistem sulfidasi rendah berupa

    urat, cavity filling, urat breksi, tekstur colloform, dan sedikit

    vuggy (Corbett dan Leach, 1996),

    3) Interaksi Fluida

    Epithermal Low Sulphidation terbentuk dalam suatu

    sistem geotermal yang didominasi oleh air klorit dengan pH

    netral dan terdapat kontribusi dominan dari sirkulasi air

    meteorik yang dalam dan mengandung CO2, NaCl, and H2S.

  • 22

    4) Model Konseptual Endapan Emas Epitermal Sulfidasi Rendah

    Gambar 5. Model endapan emas epitermal sulfidasi rendah

    (Hedenquist dkk., 1996 dalam Nagel, 2008).

    Gambar diatas merupakan model konseptual dari endapan

    emas sulfidasi rendah. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa

    endapan ephitermal sulfidasi rendah berasosiasi dengan

    lingkungan volkanik, tempat pembentukan yang relatif dekat

    permukaan serta larutan yang berperan dalam proses

    pembentukannya berasal dari campuran air magmatik dengan air

    meteorit.

    b. High Epithermal

    Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Tinggi (Epithermal

    High Sulfidation) atau Acid Sulfate dapat dikategorikan sebagai

    berikut :

  • 23

    1) Tinjauan Umum

    Endapan epitermal high sulfidation dicirikan dengan host

    rock berupa batuan vulkanik bersifat asam hingga intermediet

    dengan kontrol struktur berupa sesar secara regional atau intrusi

    subvulkanik, kedalaman formasi batuan sekitar 500-2000 meter

    dan temperatur 1000C-320

    0C. Endapan Epitermal High

    Sulfidation terbentuk oleh sistem dari fluida hidrotermal yang

    berasal dari intrusi magmatik yang cukup dalam, fluida ini

    bergerak secara vertikal dan horizontal menembus rekahan-

    rekahan pada batuan dengan suhu yang relatif tinggi (200-3000C),

    fluida ini didominasi oleh fluida magmatik dengan kandungan

    acidic yang tinggi yaitu berupa HCl, SO2, H2S (Pirajno, 1992).

    Gambar 6. Keberadaan sistem sulfidasi tinggi

  • 24

    Gambar 7. Penampang Ideal Endapan Epitermal Menurut Buchanan (1981)

    2) Genesa dan Karakteristik

    Endapan epitermal high sulfidation terbentuk dari reaksi

    batuan induk dengan fluida magma asam yang panas, yang

    menghasilkan suatu karakteristik zona alterasi (ubahan) yang

    akhirnya membentuk endapan Au+Cu+Ag. Sistem bijih

    menunjukkan kontrol permeabilitas yang tergantung oleh faktor

    litologi, struktur, alterasi di batuan samping, mineralogi bijih dan

    kedalaman formasi. High sulphidation berhubungan dengan pH

    asam, timbul dari bercampurnya fluida yang mendekati pH asam

    dengan larutan sisa magma yang bersifat encer sebagai hasil dari

    diferensiasi magma, di kedalaman yang dekat dengan tipe

    endapan porfiri dan dicirikan oleh jenis sulfur yang dioksidasi

    menjadi SO.

  • 25

    3) Interaksi Fluida

    Epithermal High Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem

    magmatic-hydrothermal yang didominasi oleh fluida hidrothermal

    yang asam, dimana terdapat fluks larutan magmatik dan vapor

    yang mengandung H2O, CO2, HCl, H2S, and SO2, dengan

    variabel input dari air meteorik lokal.

    2. Tambang Bawah Tanah (Underground Mining)

    Tambang dalam atau tambang bawah tanah (underground mining)

    adalah metode penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas

    penambangannya dilakukan di bawah permukaan bumi, dan tempat

    kerjanya tidak langsung berhubungan dengan udara luar.

    Tambang bawah tanah mengacu pada metode pengambilan bahan

    mineral yang dilakukan dengan membuat terowongan menuju lokasi

    mineral tersebut.Berbagai macam logam bisa diambil melalui metode ini

    seperti emas, tembaga, seng, nikel, dan timbal.

    Karena letak cadangan yang umumnya berada jauh dibawah tanah,

    jalan masuk perlu dibuat untuk mencapai lokasi cadangan. Jalan masuk

    dapat dibedakan menjadi beberapa:

    a. Ramp adalah jalan masuk ini berbentuk spiral atau melingkar mulai

    dari permukaan tanah menuju kedalaman yang dimaksud. Ramp

    biasanya digunakan untuk jalan kendaraan atau alat - alat berat

    menuju dan dari bawah tanah.

  • 26

    b. Shaft adalah lubang tegak (vertikal) yang digali dari permukaan

    menuju cadangan mineral. Shaft ini kemudian dipasangi semacam

    lift yang dapat difungsikan mengangkut orang, alat, atau bijih.

    c. Adit adalah terowongan mendatar (horizontal) yang umumnya dibuat

    disisi bukit atau pegunungan menuju ke lokasi bijih.

    Ada dua tahap utama dalam metode tambang bawah tanah yaitu

    development (pengembangan) dan production (produksi).Pada tahap

    development, semua yang digali adalah batuan tak berharga.Tahap

    development termasuk pembuatan jalan masuk dan penggalian fasilitas-

    fasilitas bawah tanah lain. Sedangkan tahap production adalah pekerjaan

    menggali sumber bijih itu sendiri. Tempat bijih digali disebut stope

    (lombong).

  • 27

    Sumber : H.Hamrin, Guide to Underground Mining Methods and

    Applications (Stockholm : Atlas Copco, 1997)

    Gambar 8. Tambang Bawah Tanah

    3. Metoda Cut and Fill

    Cut and fill merupakan suatu cara penambangan yang menggali

    bagian demi bagian. Sebelum pengalian berikutnya dilakukan maka

    dilakukan penggisian material dari luar. Metode ini menggunakan

    material pengisi (filling material) disamping penyanggaan yang teratur.

    Keduanya membutuhkan biaya yang tinggi, oleh sebab itu cara

    penambangan ini menjadi mahal dan hanya endapan-endapan bijih yang

    bernilai tinggi saja yang dapat ditambang dengan cara ini. Fungsi

    material pengisi :

  • 28

    a. Tempat berpijak dalam melakukan pemboran dan persiapan

    peledakan.

    b. Untuk penyangga batuan samping di tempat-tempat yang bijihnya

    sudah diambil.

    c. Untuk menghindari terjadinya amblesan (surface subsidence).

    Sumber :http://www.michanarchy.com

    Gambar 9. Metoda Cut and Fill

    Syarat Penambangan Cut and Fill adalah metode ini cocok untuk

    endapan-endapan bijih yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

    a. Kekuatan bijih kuat dan keras tetapi di bagian tengah-tengahnya ada

    yang kurang kompak dan kadang-kadang memerlukan temporary

    support.

    b. Kekuatan batuan samping agak lemah atau kurang kompak.

    c. Bentuk endapan bijih tabular atau cebakan deposit dan batasnya

    kurang teratur atau banyak batuan kosong (barren rock) di antara

    endapan bijihnya.

    d. Kemiringan endapan 35o - 90o untuk yang berbentuk vein.

  • 29

    e. Ukuran endapan 4 - 40 m, tetapi yang umumnya adalah 10 - 12 m.

    f. Kadar bijih nilainya tinggi.

    g. Kedalamannya dangkal atau dalam.

    Pada kebanyakan cut and fill stopping, kemajuan penambangan

    dilakukan naik sepanjang badan bijih miring. Kemajuan penambangan

    dilakukan didalam suatu siklus yang meliputi tahapan aktivitas sebagai

    berikut :

    a. Pemboran dan peledakan untuk batuan berlapis dengan ketebalan 3

    m dilakukan pada atap stope.

    b. Scalling dan penyanggaan meliputi pemindahan loose material dari

    atap dan dinding stope serta cara penempatan penyanggaan.

    c. Pemuatan dan pengangkutan bijih, dimana bijih secara mekanis

    dipindahkan dari dalam stopeke ore pass, kemudian jatuh ke jalan

    pengangkutan oleh gravitasi.

    d. Pengisian kembali (back filling) stope yang telah kosong diisi

    kembali dengan material filling.

    e.

    Kelebihan metode penambangan cut and fill ini antara lain :

    a. Termasuk metode yang luwes, karena metode ini bisa menambang

    endapan-endapan yang tidak teratur bentuknya, diubah ke metode

    penambangan yang lain tidak begitu sulit, memungkinkan untuk

    dilakukannya selective mining, walaupun terbatas.

  • 30

    b. Akibat dari sifat metode ini maka dapat diusahakan mining

    recovery yang tinggi.

    c. Dari front atau lombong dapat sekaligus dilakukan prospecting dan

    eksplorasi.

    d. Batuan samping yang secara tidak sengaja pecah dapat dipakai

    sebagai filling material sehingga tidak perlu diangkut ke luar

    tambang.

    e. Karena memakai material pengisi maka penyangga kayu bisa

    dikurangi, surface subsidencedapat dicegah, kemungkinan kebakaran

    dan pembusukkan juga berkurang.

    f. Penambangan bisa dilakukan di beberapa lombong sekaligus

    sehingga produksi bisa diatur besar kecilnya.

    Kekurangan metode penambangan cut and fill antara lain :

    a. Selain harus menambang bijihnya, juga harus mengurus material

    pengisi sehingga diperlukan lebih banyak karyawan terutama jika

    material pengisi harus diambil lebih jauh.

    b. Untuk bentuk endapan bijih yang tidak teratur, maka batuan samping

    harus sering digali.

    c. Setiap kali akan dilakukan peledakan, maka harus mempersiapkan

    alat untuk memisahkan material pengisinya dari bijih, berarti ada

    ongkos tambahan.

  • 31

    d. Ongkos penambangannya mahal, Jadi hanya endapan bijih dengan

    nilai tinggi bisa ditambang dengan metode ini.

    e. Endapan bijih yang tipis tetapi perlu penambangan yang lebar untuk

    mendapatkan ruang kerja yang leluasa dan enak. Jika ditambang

    selebar ore body tidak mungkin jadi terpaksa diperlebar dengan

    konsekuensi country rock harus diambil lebih dulu, batuan samping

    diambil sebagian untuk filling dan sebagian dibuang.

    4. Cadangan (Reserve)

    a. Cadangan tereka/terduga/terkira (inferred / prossible raserve)

    Perhitungannya hanya didasarkan pada data dan informasi geologi

    serta percontoh dari singkapan yang ada ; kesalahan perhitungan

    berkisar 40% - 60%.

    b. Cadangan terunjuk/terindikasi (indicated / probable reserve)

    Perhitungannya kecuali didasarkan pada data dan informasi yang lebih

    rinci juga dilengkapi dengan data pengeboran ini geologi yang

    jaraknya kurang rapat (>50 m untuk endapan bijih,> 250 m.

    c. Cadangan terukur/teruji (measured / proven reserve)

    Perhitungannya dapat diperoleh berdasarkan data pemercontohan

    untuk sistematis dari pengeboran inti yang rapat (25 50 m untuk

    endapan bijih; 100 250 m untuk endapan batubara); kesalahannya

    maksimum 20%.

  • 32

    d. Cadangan tertambang (mineable reserve), yaitu cadangan terukur

    yang dapat ditambang secara ekonomis. Satuannya m3 atau ton.

    e. Cadangan terperoleh (recoverable reserve) adalah cadangan

    tertambang sesudah dikurangi kehilangan (losses) atau produksi

    tambang yang dapat dijual, satuannya m3 atau ton.

    5. Perhitungan Cadangan

    Prinsip umum dalam penaksiran cadangan adalah bagaimana

    mendapatkan suatu nilai pengganti terbaik dari sejumlah perconto yang

    diambil dari suatu badan bijih. Secara lebih spesifik kita ingin menaksir

    kadar pada suatu lokasi dimana tidak memiliki data dengan menggunakan

    sejumlah perconto yang letaknya dekat dengan lokasi terbentuk.

    Dalam menaksir suatu sumberdaya / cadangan mineral, diperlukan

    suatu persyaratan penaksiran datalapangan melihat pentingnyabahwa

    semua keputusan teknis sangat tergantung pada data lapangan merupakan

    salahsatu tugas penting dan mempunyai tanggung jawab yang beratdalam

    evaluasi sumberdaya(resource).

    Model data yang kita buat adalah pendekatan dari realitas,

    berdasarkan data atau informasi yang didapatkan di lapangan.Beberapa

    faktor yang menentukan dalam perhitungan cadangan yaitu ;

    a. Luas dan Ketebalan,

    b. Kualitas dari pada Bahan Galian,

    c. Berat Jenis,

  • 33

    d. Sebaran Bahan Galian (EndapanMineral), dll

    Untuk menghitung volume cadangan maka didapat dengan

    mengalikan antara luas blok dengan ketebalan yang mengandung bijih

    pada data log bor tersebut.

    V= L x t

    Dimana :

    V= Volume (m3)

    L= Luas (m2)

    t = Tebal (m)

    Sedangkan menghitung tonase cadangan diperoleh dari hasil kali

    volume blok dengan density insitu.

    T = V x

    Dimana :

    T= Tonase (ton)

    V= Volume (m3)

    = Density (ton/m3)

    6. Jumlah Cadangan Bijih

    Dari data hasil pemboran dan eksplorasi, dapat diketahui jumlah

    cadangan bijih yang dapat ditambang (mineable).Dari jumlah bijih hasil

  • 34

    perhitungan cadangan tersebut terdapat standar pengurangan yang

    digunakan oleh perusahaan sehingga diperoleh mining recovery.

    Mining Recovery =

    x 100%

    Standar pengurangan tersebut dapat berupa :

    a. Geologi Faktor

    b. Mining Losses

    c. Dilution

    7. Perancangan Tambang (Mine Design)

    Rancangan (design) adalah penentuan persyaratan, spesifikasi dan

    criteria teknik yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan dan sasaran

    kegiatan serta urutan teknis pelaksanaannya. DiIndustri pertambangan juga

    dikenal rancangan tambang (minedesign) yang mencakup pula kegiatan -

    kegiatan seperti yang ada pada perencanaan tambang, tetapi semua data

    dan informasinya sudah rinci. Pada umumnyaada dua tingkat

    rancangan,yaitu:

    a. Rancangan konsep (conceptual design), yaitu suatu rancangan awal

    atau titik tolak rancangan yang dibuat atas dasar analisis dan

    perhitungan secara garis besar dan baru dipandang dari beberapa segi

    yang terpenting, kemudian akan dikembangkan agar sesuai dengan

    keadaan (condition) nyata di lapangan.

    b. Rancangan rekayasa atau reka cipta (engineering design), adalah

    suatu rancangan lanjutan dari rancangan konsep yang disusun dengan

  • 35

    rinci dan lengkap berdasarkan data dan informasi hasil penelitian

    laboratorium serta literatur dilengkapi dengan hasil-hasil pemeriksaan

    keadaan lapangan.

    Rancangan konsep pada umumnya digunakan untuk perhitungan

    teknis dan penentuan urutan kegiatan sampai tahap studi kelayakan

    (feasibility study), sedangkan rancangan rekayasa (reka cipta) di pakai

    sebagai dasar acuan atau pegangan dari pelaksanaan kegiatan

    sebenarnya di lapangan yang meliputi rancangan batas akhir tambang,

    tahapan penambangan (mining stages/mining phases pushback),

    penjadwalan produksi dan material buangan (waste).Rancangan

    rekayasa tersebut biasanya juga diperjelas menjadi rancangan bulanan,

    mingguan dan harian.

    8. Klasifikasi Massa Batuan (Rock Mass Classification)

    Klasifikasi massa batuan sangatlah cocok untuk mewakili

    karakteristik massa batuan karena terdiri atas beberapa parameter

    diantaranya yaitu derajat pelapukan massa batuan dan sifat bidang lemah.

    Hal tersebut terdapat sistem klasifikasi massa batuan yang dapat

    merancang kemantapan lereng yang sama halnya dengan kemantapan

    terowongan yang diantaranya yaitu adalah :

    Rock Mass Rating (RMR), Bieniawski (1976, & 1989)

    Rock Structure Rating (RSR), Wickham et al (1972)

    Rock Tunneling Quality Index (Q System), Barton et al, (1974)

  • 36

    Dalam pengklasifikasian massa batuan sering digunakan lebih dari

    satu parameter yang tergantung pada kebutuhan yang diinginkan namun

    semakin banyak parameter yang dipakai maka semakin baik pula analisis.\

    9. Geometri Lubang Bukaanp

    Terowongan adalah lubang bukaan mendatar atau sedikit miring

    yang dibuat di bawah tanah, gunung, sungai, laut, daerah industri, bahkan

    pemukiman padat penduduk.Ada dua tujuan utama manusia membuat

    terowongan.Terowongan yang dibuat untuk mengambil bahan galian

    dibawah tanah, dikenal dengan terowongan tambang.

    Konsep perancangan lubang bukaan adalah sesuatu hal yang relative

    baru.Konsep ini berbeda dengan konsep perancangan struktur pada teknik

    sipil pada umumnya.Metoda pelaksanaan memegang perenan yang sangat

    besar dalam konsep rancangan terowongan.

    a. Metoda-Metoda Pembuatan Lubang Bukaan

    Berbagai macam metoda pembuatan lubang bukaan pada

    batuan maupun tanah telah dikembangkan oleh manusia.Metoda-

    metoda tersebut memiliki karateristik masing-masing, baik itu

    kelebihan maupun kekurangan. Tetapi secara umum metoda

    pembuatan lubang bukaan terowongan dapat dikelompokkan

    menjadi 2 bagian, yaitu :

    1) Cara portal.

    2) Cara open cut.

  • 37

    Ada beberapa metoda pembuatan lubang bukaan dengan cara

    penggalian yaitu :

    1) Metoda Full Face

    Merupakan metoda dimana seluruh penampang

    terowongan digali secara bersamaan.Metoda ini sangat cocok

    untuk terowongan dengan penampang melintag kecil hingga

    terowongan dengan diameter 3 meter.

    Keuntungan dari metoda ini, yaitu :

    a) Dengan menggali seluruh penampang lubang bukaan,

    maka dapat mempercepat pekerjaan.

    b) Lintasan untuk pembuangan hasil peledakan dapat

    langsung dipasang bersamaan pada saat proses penggalian

    berikutnya.

    c) Proses tunneling dapat dilakukan secara berkelanjutan.

    Kerugian dari metoda ini, yaitu :

    a) Membutuhkan alat-alat mekanis dalam jumlah besar.

    b) Tidak dapat digunakan pada kondisi batuan atau tanah

    yang tidak stabil.

    c) Terbatas untuk terowongan yang memiliki lintasan

    pendek.

  • 38

    2) Metoda Heading dan Bench

    MetodaHeading dan Bench merupakan cara penggalian,

    dimana bagian atas penampang terowongan digali terlebih

    dahulu sebelum bagian bawah penampangnya. Setelah

    penggalian bagian ata mencapai panjang 3-5 meter (heading),

    penyangga bawah penampang dikerjakan (bench cut) sampai

    membentuk penampang terowongan yang diinginkan. Proses

    ini diulangi sampai seluruh lintasan terowongan tercapai.

    Keuntungan metoda ini, yaitu :

    a) Memungkinkan pengerjaan pengeboran dan pembuangan

    sisa peledakan dilakukan secara simultan.

    b) Metoda ini efektif untuk terowongan berukuran

    penampang besar dengan lintasan yang reltif panjang.

    c) Metoda ini dapat diterapkan pada setiap kondisi batuan.

    Kerugian metoda ini, yaitu :

    a) Waktu pengerjaan relatif lebih lama jika dibandingkan

    dengan metoda full face.

    3) Metoda drift

    a) Top Drift

    Banyak digunakan pada penggalian endapan di suatu

    tambang.Metoda ini tidak jauh berbeda dengan metoda

    heading dan bench.

  • 39

    Gambar 10. Top Drift

    b) Bottom Drift

    Metoda ini dimulai dengan membuka bagian bawah

    penampang.Pembukaan lubang-lubang bahan peledak

    untuk membuka bagian atas penampang dilakukan dengan

    membor dari bottom draft vertical atas.

    Gambar 11. Bottom Drift

  • 40

    10. Pillar

    Pada tambang bawah tanah pillar dapat digunakan sebagai

    penyangga permanen atau dapat diambil untuk meningkatkan nilai dari

    mining recovery. Bentuk-bentuk pillar ada beberapa macam, yaitu :

    a) Pillar diantara draw point yang dibuat diatas level tempat

    transportasi.

    b) Floor atau craw pillar pada bagian atas dari lubang bukaan.

    c) Rib pillar yang memisahkan ruang-ruangan penambangan.

    11. Concrete

    Beton (concrete) adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu

    batuan yang direkatkan oleh bahan ikat. Beton (concrete) dibentuk dari

    agregat campuran (halus dan kasar) dan ditambah dengan pasta semen.

    Singkatnya dapat dikatakan pasta bahwa semen mengikat pasir dan bahan-

    bahan agregat lain (batu kerikil,basalt dan sebagainya).

    Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen portlan , yang

    terdiri dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air.

    Beton digunakan untuk membuat perkerasan jalan, struktur bangunan,

    pondasi, jalan, jembatan penyeberangan, struktur parkiran, dasar untuk

    pagar atau gerbang, dan semen dalam beton atau tembok blok.

    Dalam perkembangannya banyak ditemukan beton baru hasil

    modifikasi, seperti beton ringan, beton semprot, beton fiber, beton

  • 41

    berkekuatan tinggi, beton berkekuatan sangat tinggi, beton mampat sendiri

    (selfcompacted concrete).

    Kemajuan teknologi beton yang dikembangkan untuk

    menanggulangi kekurangan yang dimiliki beton normal disebut dengan

    beton special.Beton special biasanya terbuat dari campuran semen

    Portland dan agregat alami dan dibuat secara konvensional.

    12. Shotcrete

    Shotcrete atau gunite pertama kali ditemukan oleh Carl Ethan Akeley

    (1864-1926) pada tahun 1910. Arsitek Amerika ini telah terinspirasi untuk

    mewujudkan reproduksi yang nyata dari dinosaurus untuk sebuah taman

    wisata. Mengingat ukuran struktur yang cukup besar, ia mempunyai ide

    untuk mengembangkan "cement gun" mesin yang memungkinkan

    penyemprotan dari cementitious mortar, ide awal ini menyebabkan

    munculnya istilah shotcrete.

    Sistem penyemprotan shotcrete ada 2 yaitu wet mix dan dry mix.

    Pada awalnya alat shotcrete adalah sistem dry mix, seiring dengan

    perkembangannya muncul sistem wet mix. Shotcrete terutama digunakan

    dalam proyek konstruksi bawah tanah sebagai perkuatan struktural awal

    ataupun permanen untuk bangunan struktur seperti jalan bawah tanah,

    terowongan kereta api, pembangkit listrik tenaga air (PLTA), tambang

    bawah tanah, kereta bawah tanah, dll. Namun shotcrete juga dapat

    digunakan untuk stabilisasi lereng mencegah supaya tidak longsor , kolam

  • 42

    renang, saluran air, perbaikan beton, inner lining arsitektur dan struktur.

    Kira-kira 90% dari shotcrete diterapkan di dalam proyek-proyek

    konstruksi bawah tanah.

    Komponen campuran shotcrete terdiri atas semen, pasir, agregat, air,

    dan tambahan admixtures. Perbedaan shotcrete dengan beton normal dapat

    dilihat dari 3 hal, yaitu :

    a. Ukuran agregat maksimum yang digunakan.

    b. Proses pelaksanaan nya.

    c. Campuran dari shotcrete bisa kering atau basah.

    Dalam pelaksanaannya, shotcrete harus memerlukan hal-hal sebagai

    berikut :

    a. Material beton.

    b. Wire mesh.

    c. Accelerator Admixture.

    d. Superplasticizer Admixture.

    e. Silica Fume/ Microsilica .

    f. Steel Fiber (Optional).

    g. Pipa PVC untuk drain.

    13. Filling

    Filling adalah proses pengisan material pada bekas lubang bukaan.

    Fungsi dari filling yaitu

    a. Untuk menjaga wall rock agar tidak runtuh.

  • 43

    b. Tetapi bila ore body tidak sedemikan homogendan juga tidak begitu

    kuat maka temporary timber kita pakai di dalam tambang sampai

    satu jalur lapisan dimana bagian tersebut selesai di tambang.

    c. Berhubung biaya filling cukup mahal, maka bijih harus yang lebih

    high grade dibandingkan dengan penambangan.

    14. Penjadwalan Produksi

    Penjadwalan alat atau produksi adalah melakukan simulasi

    penambangan berdasarkan rencana waktu dan parameter alat .Data yang

    dibutuhkan seperti : Model dan kualitas, topo dan desain pit, OPD, reserve

    database, kalender, parameter alat (PA, UA & Productivity)

    Penjadwalan alat yaitu pengaturan tentang :

    a. Macam alat yang akan dipakai

    b. Jumlah setiap jenis alat yang akan dipakai

    c. Dan beberapa jam setiap harinya alat tersebut diterapkan pada

    pekerjaan pemindahan tanah mekanis

    Suatu penjadwalan produksi tambang menyatakan, dalam periode waktu

    (misalnya tahun), ton nikel, kualitas dan pemindahan material total yang

    akan dihasilkan oleh tambang tersebut.

    15. Perhitungan produktivitas alat

    Menurut Yanto Indonesianto (2005), produktivitas alat gali muat

    dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

  • 44

    Keterangan:

    Q = Produktivitas alat muat, bcm/jam atau ton/jam untuk batubara

    Kb = Kapasitas bucket specs alat

    Ff = Fill factor (faktor koreksi pengisian bucket)

    Sf = Swell factor

    Eff = Effisiensi kerja alat

    Ct = Waktu edar alat muat/excavator, detik

    Sedangkan produktivitas alat angkut dapat dihitung dengan

    menggunakan persamaan sebagai berikut:

    Keterangan:

    Q = Produktivitas alat angkut, bcm/jam atau ton/jam

    n = Frekuensi pengisian truck

    Kb = Kapasitas bucket specs alat

    Ff = Fill factor (faktor koreksi pengisian bucket)

    Sf = Swell factor

    Eff = Effisiensi kerja alat

    Ct = Waktu edar alat angkut/dump truck,

    Ct

    EffSfFfKbQ

    3600

    Ct

    EffSfFfKbnQ

    60

  • 45

    a. Kebutuhan alat

    = /

    =

    b. Match Factor

    Match Factor merupakan angka yang menentukan keserasian

    antara alat muat dan alat angkut.

    MF =

    Keterangan :

    Na = jumlah alat angkut

    Nm = jumlah alat muat

    Cta = waktu edar (cycle time) alat angkut

    Ctm = waktu edar (cycle time) alat muat

    MF < 1maka Nm > Na ( alat angkut perlu ditambahi )

    MF = 1 maka Serasi

    MF > 1 maka Na > Nm ( alat angkut perlu dikurangi )

    Untuk menghitung match factor diperlukan data-data cycle time

    alat muat dan alat angkut.

    c. Parameter efektifitas penggunaan alat tambang mekanis.

    1) Mechanical Availability (MA) atau Availability Index Percent.

    Ctax Nm

    Ctmx Na

  • 46

    Mechanical Availability (MA) adalah angka yang

    menunjukan tingkat suatu alat dapat bekerja dengan

    memperhitungkan kehilangan waktu karena alasan-alasan

    mekanis seperti perawatan atau reparasi mesin, penggantian suku

    cadang (spare part) dan lain-lain. Kesiapan mekanis merupakan

    suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanis yang sesungguhnya

    dari alat yang sedang dipergunakan

    Persamaan untuk Mechanical Availability adalah sebagai

    berikut (Yanto.Indonesianto, 2005) :

    Keterangan :

    W = Jumlah jam kerja alat (hours worked)

    R = Jumlah jam untuk perbaikan (repair hours) karena

    kerusakan alat di luar jam service yang telah ditentukan

    Dengan angka kesiapan mekanis dapat diperkirakan

    kemampuan (performance) dari alat untuk masa mendatang.Bila

    kesiapan mekanis suatu alat rendah, maka sebaiknya alat tersebut

    digunakan untuk pekerjaan ringan atau sebagai cadangan apabila

    alat yang lain rusak.

    W (hours worked) didefinisikan sebagai waktu yang

    dibebankan untuk seorang operator pada suatu alat yang ada

    dalam kondisi yang dapat dioperasikan. Waktu ini biasanya

  • 47

    diambil maksimum 8 jam per shift dan meliputi setiap delay

    time yang ada, termasuk dalam delay time adalah waktu-

    waktu untuk pulang pergi ke front kerja, pindah tempat dan

    pengisian bahan bakar.

    R (repair time) didefinisikan sebagai waktu untuk perbaikan

    dan waktu menunggu suku cadang serta waktu perawatan.

    2) Physical Availability (PA)

    Physical Availability (PA) adalah angka yang menunjukan

    kesiapan kerja dari suatu alat dapat bekerja dengan

    memeperhitungkan kehilangan waktu karena antrian, kerusakan

    jalan dan lain-lain.

    Dengan angka kesiapan fisik dapat diketahui kemampuan

    alat tersebut dalam sejumlah waktu tertentu.Walaupun suatu alat

    telah siap sedia secara mekanis untuk bekerja, tetapi karena

    adanya hal-hal tertentu alat tersebut tidak dapat bekerja secara

    optimal. Kesiapan fisik merupakan suku catatan mengenai

    keadaan fisik dari alat yang sedang digunakan dengan persamaan

    sebagai berikut (Indonesianto, 2005):

    Keterangan :

    S = stand by hours merupakan jumlah jam suatu alat yang

    tidak dapat dipergunakan padahal alat tersebut tidak rusak

  • 48

    dan dalam keadaan siap beroperasi. Contoh : waktu

    tunggu order, hujan, perawatan front, sistem

    W + R + S = schedule hours merupakan jumlah seluruh

    jam jalan dimana alat dijadwalkan untuk beroperasi

    Physical availability percent (PA) pada umumnya selalu

    lebih besar daripada Mechanical Availability (MA).Tingkat

    efeisiensi dari operasi naik jika harga PA mendekati MA.

    3) Use of Availability (UA)

    Menunjukan persentase waktu kerja efektif yang digunakan

    oleh suatu alat untuk operasi pada saat alat itu siap beroperasi.

    Persamaannya adalah (Indonesianto, 2005):

    4) Effective Utilization (EU)

    Menunjukan persentase dari seluruh waktu kerja yang

    tersedia dapat dimanfaatkan secara produktif. Persamaannya

    adalah (Indonesianto, 2005):

    Keterangan :

    T = (W + R + S) = Total hour availability atau jumlah jam

    kerja yang tersedia

    S + R = Lost Time ( S = Standby Time; R = Repair Time

  • 49

    .

    F. KERANGKA PIKIR PENELITIAN

    -

    cycle time LHD

    cycle time MT -

    Topografi Daerah -

    Patahan

    Blok model/ Krigging Cikoneng -

    Outline Kemajuan Tambang Akhir bulan April 2015

    Data RKAP 2015 -

    Data Aviability Alat Jan-April 2015

    Laporan Volume Filling -

    Spesifikasi Alat

    Data Kemajuan Lubang Bukaan

    Rekomendasi Sill Pillar dari Geotek

    Peta

    Kemajuan tambang sampai Akhir Tahun 2016

    Lokasi produksi perbulan

    Estimasi Waktu Filling

    Lokasi dan Volume Filling Perlokasi

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    Menghitung Kemampuan Alat Angkut dan gali muat

    Berdasarkan Kondisi Aktual

    Penentuan Panjang Lubang Bukaan perbulan

    Berdasarkan Cycle Time Peledakan

    Mendesain Sill Drift dan Flat Back Masing-masing Lokasi

    Produksi

    Membuat Schedule Produksi dengan perolehan tonnase

    sesuai RKAP 2015

    Pembuatan desain Kemajuan Tambang Per bulan sampai

    dengan Akhir Tahun 2016

    Membuat Schedule Filling sampai dengan akhir tahun

    2016

    OUTPUT

    PRIMER

    SEKUNDER

    INPUT PROSES

    Kilogram Au dan AG yang sesuai dengan RKAP 2015

    Kebutuhan Alat angkut dan Gali Muat untuk rencana

    kedepan

  • 50

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian

    kuantatif.Penelitian ini lebih terarah ke penelitian terapan (Applied

    Research), yaitu salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk

    memberikan solusi atas permasalahan tertentu secara praktis.

    Dalam pelaksanaan penelitian ini didapatkan data primer melalui

    pengamatan secara langsung ke lapangan maupun data sekunder yang

    didapat dari perusahaan. Tahapan pekerjaan penelitian sebagai berikut:

    a. Studi literatur

    Mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang

    akan dibahas di lapangan melalui buku-buku, seperti Diktat

    perencanaan tambang oleh Prof. Dr. Irwandy Arif, M.Sc dan Ir. Gatut

    Adisoma, Phd, Dikta pemindahan tanah mekanis oleh Andi Tenrisukki

    Tenriajeng, serta mempelajari penelitian yang pernah dilakukan

    sebelumnya berupa skripsi dan laporan perusahaan.

    b. Penelitian langsung dilapangan

    Penelitian langsung dilapangan meliputi orientasi lapangan

    bersama karyawan perusahaan untuk langkah awal penelitian,

    penentuan titik pengamatan dan observasi terhadap permasalahan

    dilakukan dengan cara mengamati secara langsung ke lokasi

    penambangan emas.

  • 51

    c. Pengambilan data

    Pengambilan data setelah studi literature dan penelitian langsung

    di lapangan selesai dilaksanakan.Data yang diambil berupa data primer

    dan sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung dari

    pengamatan dilapangan seperti pengambilan data cycle time dari alat.

    sedang kan data sekunder adalah data yang diambil dari literature atau

    laporan perusahaan, seperti laporan kondisi aviability alat, data peta

    situasi kemajuan tambang.

    d. Pengolahan data

    Pengolahan data yang dilakukan dengan melakukan perhitungan

    secara teoritis.Selanjutnya direalisasikan dalam bentuk rencana

    tambang jangka pendek dan pertimbangan kajian teknis dan ekonomis

    yang dibutuhkan.

    e. Analisis pengolahan data

    Hasil pengolahan data tersebut dilakukan analisis untuk

    perancangan tambang yang sesuai dengan kriteria kelayakan suatu

    tambang dengan pertimbangan-pertimbangan yang sudah dikaji dalam

    bidang teknis dan ekonomis.

    f. Kesimpulan

    Kesimpulan akan diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil

    pengamatan di lapangan, pengolahan data dan analisis permasalahan

    yang diteliti untuk memberikan alternative desain perencanaan jangka

  • 52

    menengah yang akan digunakan dari tahun 2015 sampai dengan tahun

    2016.

    2. Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28April 2015 sampai dengan

    tanggal 21 Mei 2015.Waktu penelitian selama kurang lebih dua bulan

    dilakukan untuk pengambilan data primer dan sekunder untuk selanjutnya

    diolah dan dianalisis.

    3. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di PT.Cibaliung Sumber Daya yang berlokasi

    di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten

  • 53

    B. Diagram Alir Penelitian

    Studi Literatur

    Penelitian langsung di

    Lapangan

    Pengambilan Data

    Primer

    - Cycle Time Alat

    Sekunder

    - Data Avaibility Alat

    - Peta Topografi dan

    Batas IUP

    - Peta Situasi Kemajuan

    Tambang

    - Klasifikasi Massa

    Batuan dari Satker.

    Geotek

    - Cycle Blasting

    - Data Volume Filling

    - Data Curring Time

    Concrete dan Filling

    - Dimensi Lubang

    Bukaan

    - Rencana Kerja tahun

    2015

    Pengolahan Data

    - Kemajuan Lubang

    bukaan per bulan

    - Desain Kemajuan

    Tambang per bulan

    - Kebutuhan Alat

    Angkut dan Muat

    - Filling Lubang

    Bekas Tambang

    Kesimpulan dan Saran

  • 54

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, Data-data laporan dan Arsip.PT. Cibaliung Sumber Daya

    Arif, Irwandy & Adisoma, Gatut S.(2005). Perencanaan Tambang. Bandung :

    Institut Teknologi Bandung.

    Bristol, Rowdy & Jackson, Phil. (2006).Underground Mine Design.Perth : Surpac

    Minex Group

    Hustrulid, W.A. (1982). Underground Mining Methods Handbook. New York :

    The American Institute of Mining, Metallurgical, and Petroleum

    Engineers, Inc

    Yanto Indonesianto, (1998), Persiapan Pembukaan Tambang Bawah Tanah,

    Yogyakarta, Teknik Pertambangan UPN Veteran;Mahameru.

    Partanto Prodjosumarto, (1996). Pemindahan Tanah Mekanis. Bandung ; Institut

    Teknologi Bandung

    http://masdorysaputro.blogspot.com/2015/01/menghitung-ketersediaan-alat-di-

    tambang.html.

    http://masdorysaputro.blogspot.com/2015/01/menghitung-produktivitas-alat-

    angkut-di.html.