PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH INVESTASI PUBLIK ...repository.utu.ac.id/209/1/I-V.pdfPROPOSAL SKRIPSI...

38
PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH INVESTASI PUBLIK TERHADAP KEMISKINAN DI KABUPATEN ACEH BARAT OLEH NAMA: ABRAL. IS NIM :07C20101017 PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2013

Transcript of PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH INVESTASI PUBLIK ...repository.utu.ac.id/209/1/I-V.pdfPROPOSAL SKRIPSI...

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH INVESTASI PUBLIK TERHADAP

KEMISKINAN DI KABUPATEN ACEH BARAT

OLEH

NAMA: ABRAL. IS

NIM :07C20101017

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2013

PENGARUH INVESTASI PUBLIK TERHADAP

KEMISKINAN DI KABUPATEN ACEH BARAT

OLEH

NAMA: ABRAL. IS

NIM :07C20101017

Skripsi inisebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi

PadaFakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar Meulaboh

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2013

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat, pemerintah dihadapkan pada

masalah pengambilan keputusan investasi publik. Keputusan investasi publik

diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program, kegiatan, dan fungsi yang

menjadi prioritas kebijakan. Pengeluaran untuk investasi publik harus mendapat

perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran rutin, karena

pengeluaran investasi/modal memiliki efek jangka panjang, sedangkan pengeluaran

rutin lebih berdampak jangka pendek.

Investasi publik memiliki kaitan yang erat dengan penganggaran

modal/investasi. Penganggaran modal/investasi merupakan proses untuk

menganalisis proyek-proyek dan memutuskan apakah proyek tersebut dapat

diakomodasi oleh anggaran modal/investasi ( Mankiw, 2008).

Pembangunan merupakan syarat mutlak bagi kelangsungan hidup suatu daerah

maupun negara. Menciptakan pembangunan yang berkesinambungan adalah hal

penting yang harus dilakukan oleh sebuah Negara dengan tujuan untuk

menciptakan kondisi bagi masyarakat untuk dapat menikmati lingkungan yang

menunjang bagi hidup sehat, umur panjang dan menjalankan kehidupan yang

produktif. Pembangunan Sumber Daya Manusia mencakup peningkatan kapasitas

dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk dapat

berpartisipasi dalam proses pembangunan. Kapasitas dasar menurut Todaro

2

(2003) yang sekaligus merupakan tiga nilai pokok keberhasilan pembangunan

ekonomi adalah kecukupan (sustenance), jati diri (selfsteem), serta kebebasan

(freedom). Kecukupan dalam hal ini merupakan kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan dasar yang meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan,dan

keamanan.

Di kebanyakan negara berkembang, anggaran pembangunan dan anggaran rutin

dipisahkan. Fokus perhatiannya ditujukan untuk mengintegrasikan kebijakan dengan

pengeluaran manajemen. Dalam praktiknya terdapat permasalahan yang sulit

diselesaikan, di antaranya adalah:

a. Memastikan bahwa program investasi publik yang diajukan merupakan

program yang komprehensif.

b. Memperkirakan pengeluaran yang dibutuhkan di masa yang akan datang.

c. Mengevaluasi relevansi proyek-proyek yang ada.

d. Mengembangkan analisis dan perencanaan untuk pengeluaran investasi

dan pengeluaran rutin.

Sebelum diambil keputusan untuk melakukan investasi, Untuk menentukan

kebutuhan investasi perlu dilakukan evaluasi yang mencakup:

1. Inventarisasi investasi.

2. Inventarisasi investasi memuat daftar nama dan jenis investasi, nilai investasi,

kondisi barang modal yang saat ini ada, apakah baik ataukah buruk.

3. Cakupan layanan dengan tingkat investasi yang sekarang ada.

4. Tambahan cakupan layanan yang dibutuhkan saat ini dan masa yang akan

datang

3

5. Inventarisasi kebutuhan investasi

6. Evaluasi kelayakan investasi

7. Kriteria kelayakan investasi meliputi aspek-aspek teknis, sosial - budaya

finansial, ekonomi dan aspek distribusi.

Dewasa ini juga makin kuat kebutuhan bagi pemerintah, termasuk pemerintah

daerah untuk makin menaruh perhatian pada pembangunan sektor bidang publik. Dari

hasil estimasi diperoleh bukti bahwa investasi sektor publik membawa manfaat bagi

pembangunan manusia dan kesejahteraan penduduk. Investasi bidang tersebut

menghasilkan manfaat dalam peningkatan IPM dan menurunkan tingkat kemiskinan.

Pembangunan manusia yang berhasil juga ditemukan membawa manfaat pada

berkurangnya tingkat kemiskinan. Variabel lain yang diintroduksikan, yakni investasi

swasta dan distribusi pendapatan secara umum ditemukan berpengaruh kuat terhadap

pembangunan manusia dan kemiskinan.

Dalam melakukan fungsi pelayanan masyarakat, pemerintah dihadapkan pada

masalah pengambilan keputusan investasi publik. Keputusan investasi publik

diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program, kegiatan dan fungsi yang

menjadi prioritas kebijakan. Pengeluaran untuk investasi publik harus mendapat

perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran rutin, karena

pengeluaran rutin lebih berdampak jangka pendek, sedangkan pengeluaran investasi

mempunyai efek jangka panjang. Kesalahan dalam melakukan investasi pengambilan

keputusan investasi tidak saja akan berdampak pada anggaran tahun berjalan, namun

juga akan membebani anggaran tahun-tahun berikutnya. Investasi publik memiliki

kaitan yang erat dengan penganggaran modal/investasi. Investasi merupakan salah

4

satu pilar pertumbuhan ekonomi. Investasi dapat berupa investasi modal fisik

maupun investasi modal manusia. Investasi fisik (physical investment) yakni semua

pengeluaran yang dapat menciptakan modal baru (Mankiw, 2000:24) atau

meningkatkan stok barang modal. Sedangkan investasi sumber daya manusia (human

capital investment) dapat berupa nilai-nilai pembelajaran dan pengalaman yang ada

dalam diri tenaga kerja seperti peningkatan produktivitas dan pendapatan.

Beberapa bentuk investasi sumber daya manusia dapat berupa pendidikan,

kesehatan maupun migrasi (Schultz, 2001).

Peranan investasi fisik dalam memacu pertumbuhan ekonomi sudah tidak

perlu diragukan lagi. Sementara itu pendidikan dan kesehatan merupakan faktor

penting dalam pembangunan manusia sekaligus merupakan penentu dari indeks

pembangunan manusia (IPM). Hal ini mengingat pendidikan dan kesehatan akan

berdampak pada kualitas modal manusia (human capital).

Dari berbagai studi telah dibuktikan bahwa modal manusia merupakan salah

satu determinan penting dalam proses pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain

antara pendidikan dan kesehatan dengan pertumbuhan ekonomi terdapat hubungan

saling mempengaruhi (Ranis, 2004) dan (Andreosso dan Callaghan, 2000).

Investasi pada modal manusia diharapkan akan berpengaruh positif

terhadap kinerja perekonomian yang salah satunya dapat diamati dari aspek

tingkat pendidikan, kesehatan dan tingkat kemiskinan. Investasi modal manusia

ini yang mencakup pengembangan Sumber Daya Manusia membutuhkan

kebijakan pemerintah yang tepat sasaran dalam mendorong peningkatan kualitas

SDM. Menurut Mankiw (2008), pengembangan sumber daya manusia dapat

5

dilakukan dengan perbaikan kualitas modal manusia.

Dalam hal ini modal manusia dapat mengacu pada pendidikan dan juga

kesehatan. Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan pembangunan yang

mendasar di suatu wilayah. Menurut Meier dan Rauch (dalam Aloysius Gunadi

Brata, 2002) pendidikan, atau lebih luas lagi adalah modal manusia, dapat

memberikan kontribusi bagi pembangunan. Hal ini karena pendidikan pada

dasarnya adalah bentuk dari tabungan, menyebabkan akumulasi modal manusia

dan pertumbuhan output agregat jika modal manusia merupakan input dalam

salah satu persoalan sosial yang dihadapi oleh Indonesia rendahnya mutu

pendidikan dan kesehatan. Hal ini disebabkan banyak hal, salah satunya

karena prioritas pembangunan selama ini tidak berorientasi pada peningkatan

modal manusia sebagai modal dasar dalam pembangunan nasional yang pada

akhirnya mampu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatnya.

Selain itu kemiskinan merupakan salah satu masalah penting yang

dihadapi pemerintah yang mempengaruhi pembangunan manusia di Aceh Barat.

Tingkat kemiskinan yang tinggi membuat individu tidak mempunyai alokasi dana

dalam rangka memenuhi kebutuhan dasarnya salah satunya yang berhubungan

dengan proses pembangunan manusia.

Pentingnya peranan modal manusia dalam pembangunan tampak pada perhatian

dari berbagai pihak seperti pemerintah maupun swasta yang mengalokasikan

investasi maupun belanja daerahnya.

6

Berdasarkan analisa yang telah penulis uraikan diatas, penulis tertarik untuk

membuat penelitian dengan judul ”Pengaruh Investasi Publik Terhadap

Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalahnya adalah

sebagai berikut seberapa besar Pengaruh Investasi Publik Terhadap Kemiskinan di

Kabupaten Aceh Barat.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitiannya adalah: Untuk

melihat seberapa besar Pengaruh Investasi Publik Terhadap Kemiskinan di

Kabupaten Aceh Barat.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoriti

Dengan penelitian ini peneliti berharap memperoleh pengetahuan dan wawasan

baru tentang seberapa besar Pengaruh Investasi Publik Terhadap Kemiskinan di

Kabupaten Aceh Barat. peneliti juga berharap penelitian ini bermanfaat bagi semua

pihak yang membaca serta bagi peneliti yang berminat meneliti penelitian ini lebih

lanjut, baik dari disiplin ilmu yang sama maupun dari disiplin ilmu yang berbeda.

1.4.2 Manfaat Praktis

Peneliti berharap penelitian ini juga dapat menjadi tolak ukur bagi pemerintah

khususnya pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Barat terutama dalam mengelola

berbagai Investasi publik di daerah Aceh Barat.

7

1.4.3 Kegunaan Penelitian Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.4.3.1 Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa

Fakultas Ekonomi pada umumnya dan mahasiswa jurusan Ilmu

Ekonomi Studi Pembangunan pada khususnya.

1.4.3.2 Dapat digunakan sebagai sumber masukan yang berguna bagi

pemerintah Daerah Aceh Barat dalam pengambilan keputusan di masa

yang akan datang serta menjadi referensi.

1.4.3.3 Dapat digunakan sebagai masukan bagi peneliti-peneliti yang lain

dengan tipe penelitian sejenis

1.5 Sistematika Pembahasan

BAB 1 : Pendahuluan

Bab ini merupakan bagian dari pendahuluan yang berisi

mengenai latar belakang yang mendasari pemilihan masalah

dalam penelitian ini, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi tentang teori - teori dari penelitian terdahulu

yang melandasi penelitian ini, kerangka pemikiran teoritis dan

hipotesis.

BAB III : Metodologi penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai variable - variabel yang

8

digunakan dalam penelitian, dan definisi operasional, jenis

serta sumber data, metode pengumpulan serta metode analisis

yang digunakan dalam penelitian.

Bab IV : Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisi mengenai uraian tentang gambaran umum

objek penelitian. Bagian pembahasan menerangkan interpretasi

dan pembahasan hasil penelitian secara komprehensif.

Bab V : Penutup Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi mengenai kesimpulan

yang diperoleh dari hasil pembahasan di bab IV, selain itu bab ini

juga berisi saran-saran yang nantinya berguna bagi pihak yang

berkepentingan.

1

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Investasi Publik

Keputusan Investasi publik diperlukan untuk mendukung pelaksanaan pogram,

kegiatan dan fungsi menjadi prioritas kebijakan. Pengeluaran investasi publik harus

mendapatkan perhatian yang lebih besar dibandingkan pengeluaran rutin karena,

pengeluaran investasi memiliki efek jangka panjang, sedangkan pengeluaran rutin

berdampak jangka pendek. Kesalahan dalam pengambilan keputusan investasi tidak

hanya berdampak pada anggaran tahun berjalan, namun juga akan membebani

annggaran tahun-tahun berikutnya.

Investasi publik memiliki kaitan yang erat dengan penganggaran

modal/investasi. Penganggaran Modal/ Investasi adalah proses untuk menganalisis

proyek-proyek dan mememutuskan apakah proyek tersebut dapat diakomodasi oleh

anggran modal / investasi. Agar mekanisme pengaturan proyek investasi publik dapat

lebih efisien dan efektif, maka perlu dilakukannya anilisis investasi secara mendalam.

Analisis investasi berhubungan erat dengan penganggaran fungsional, alokasi

sumberdaya, dan praktek manajemen keuangan di sektor publik. Program investasi

sektor publik merupakan bentuk dari dual budgeting, yaitu pemisahan anggaran

modal / investasi dari anggaran rutin.

Dikebanyakan negara berkembang, anggaran pembanguan dan anggaran rutin

dipisahkan. Fokus perhatian ditunjukkan hanya untuk mengintegrasikan kebijakan

10

dengan pengeluaran manajemen. Dalam prakteknya terdapat permasalahan yang sulit

diselesaikan, diantaranya adalah : Memastikan bahwa program investasi publik yang

diajukan merupakan program yang komperhensif

1. Memperkirakan pengeluaran yang dibutuhkan dimasa yang akan dating.

2. Mengevaluasi relevensi proyek-proyek yang ada

3. Mengembangkan analisis dan perencanaan untuk pengeluaran investasi dan

pengeluaran rutin.

Sebelum pengambilan keputusan pemerintah harus melakukan evaluasi untuk

menentukan kebutuhan investigasi yang diperlukan, yang mencangkup:

1. Inventarisasi investigasi

2. Inventarisasi investigasi memuat daftar nama dan jenis investigasi, nilai

investasi, kondisi barang modal yang saat ini ada, apakah baik ataukah

buruk.

3. Cakupan layanan dengan tingkat investasi yang sekarang ada.

4. Tambahan cakupan layanan yang dibutuhkan saat ini dan yang akan datang.

5. Inventarisasi kebutuhan investasi.

6. Evaluasi kelayakan investasi.

7. Kriteria kelayakan investasi, meliputi aspek-aspek teknis, sosil-budaya,

finansial, ekonomi dan aspek didtribusi.

Penghitungan kelayakan investasi dapat dialkukan dengan cara mengunakan alat

analisis, misalnya: NPV, IRR, ARR, PP, (Pay Back Period), Cost benefit Analysis,

dan Cost.

11

2.2 Penentuan Kebutuhan Investasi Publik

Analisis yang mendalam sebelum dilakukan investasi sangat penting dilakukan

karena investasi publik berkaitan erat dengan masalah transparasi dan kewajaran

anggaran. Penentuan kebutuhan investasi publik terkait dengan dua kegiatan, yaitu

peningkatan kuantitas investasi dan peningkatan kualitas investasi

Ada beberapa cara dalam menggolongkan usul-usul investasi. Salah satu

penggolongannya adalah:

1. Investasi penggantian.

2. Investasi penambahan kapasitas.

3. Investasi baru.

Pengeluaran investasi untuk penggantian barang modal mengikuti pola umur

manfaat barang modal. Bila umur ekonomi barang telah habis, maka perlu pembelian

barang modal baru untuk menggantinya. Umur ekonomi terkait dengan perkiraan

waktu efektif suatu barang modal dapat memberikan manfaat, sedangkan umur teknis

terkait dengan kemampuan barang modal dalam memberikan manfaat hingga tidak

mampu lagi memberikan manfaat.

Investasi penambahan barang modal perlu dilakukan bila terjadi tuntutan

peningkatan cakupan pelayanan. Jumlah pelayanan unit barang modal ditentukan oleh

produktivitas barang modal yang saat ini ada. Investasi dapat juga berupa investasi

baru yang belum ada sebelumnya. Untuk jenis investasi baru yang belum ada

sebelumnya. Untuk jenis investasi baru, maka pertimbangan mengenai aspek teknis,

ekonomi, sosial-budaya, dan aspek distribusi harus mendapat perhatian lebih besar.

12

2.3 Aspek Kelayakan Investasi

Dalam perencanaan dan analisis investasi harus dipertimbangkan beberapa aspek

yang secara bersama-sama menunjukkan keuntungan atau manfaat yang diperoleh

akibat adanya suatu investasi tertentu. Yaitu :

2.3.1. Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan bagian penting dari analisis investasi yang harus

dipertimbangkan. Jika suatu usulan investasi sudah tidak layak dilihat dari aspek

teknisnya, maka usulan tersebut menduduki prioritas pertama untuk ditolak.

2.3.2 Aspek Sosial dan Budaya

Untuk melaksanakan suatu proyek maka perlu mempertimbangkan implikasi

soSial yang lebih luas dari investasi yang diusulkan. Aspek sosial budaya ini

menyangkut pertimbangan pendistribusian pelayanan secara adil dan merata,

sehingga mampu memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Aspek ini juga

mencakup aspek legal dan lingkungan. Suatu proyek investasi yang akan dilakukan

harus mempertimbangkan aspek legalitas dan dampak lingkungan yang merugikan.

2.4 Aspek Ekonomi dan Finansial

Pertimbangan aspek ekonomi meliputi kegiatan menganalisis apakah suatu

proyek yang diusulkan akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap

pembangunan perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya cukup

besar dalam menentukan penggunaan sumber-sumber daya yang digunakan.

Berdasarkan perencanaan anggaran, keputusan-kuputusan mengenai efisiensi proyek

secara finansial, solvabilitas, dan likuiditas perlu dipertimbangkan.

13

2. 5 Aspek Distribusi

Keputusan investasi merupakan keputusan yang perlu dikaitkan dengan masalah

distribusi pelayanan publik secara adil dan merata. Untuk itu perlu diketahui siapa

yang akan menerima manfaat atau keuntungan yang dihasilkan dari proyek investasi;

darimana mendapatkan modal untuk melaksanakan proyek, apakah dari publik

revenue atau oleh individu;apakah terdapat pajak penghasilan atau tidak; apakah

proyek dijalankan oleh publik agencies atau oleh individu. Aspek distribusi terkait

dengan keadilan dan persamaan kesempatan untuk mendapatkan pelayanan publik

(equity & equality).

2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Publik

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam analisis investasi publik adalah :

2.6.1 Tingkat Diskonto

Tingkat diskonto mengklasifikasikan tingkat keuntungan (rate of return) yang

diperoleh dari suatu proyek dengan tingkat risiko tertentu. Jika suatu proyek tidak

memberikan keuntungan yang disyaratkan (required rate of return), maka proyek

tersebut harus ditolak. Penghitungan tingkat diskonto merupakan bagian yang cukup

kompleks dalam analisis investasi. Pada sektor swasta terdapat dua sumber

pendanaan, yaitu pembiayaan modal (equity finance) dan pembiayaan utang (debt

finance). Keuntungan yang diperoleh para kreditor berupa pembayaran bunga utang,

sedangkan investor memperoleh keuntungan berupa deviden dan gain atas saham

yang dimilikinya. Pembiayaan hutang memiliki risiko yang lebih rendah

dibandingkan dengan pembiayaan modal sehingga kreditor akan meminta tingkat

14

kembalian (rate of return) yang lebih rendah dibandingkan dengan investor karena

resiko investasi berbanding lurus dengan return investasi. Semakin tinggi risiko

investasi, maka return yang diharapkan juga semakin tinggi. Di samping itu,

pembiayaan utang memiliki biaya yang lebih kecil dibandingkan dengan pembiayaan

modal. Biaya utang (cost of debt) lebih murah dibandingkan dengan biaya modal

sendiri (cost of equity) karena pembayaran bunga utang merupakan biaya yang

mengurangi pajak.

Antara biaya dan manfaat terjadi pada titik waktu sebelum berbagai alternatif

investasi diperbandingkan untuk ditentukan investasi mana yang akan dilakukan.

Untuk tujuan analisis biaya manfaat, maka perlu digunakan tingkat diskonto sosial

(social discount rate).

Pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan menyatakan social discount

rate sebagai suatu tingkat yang merefleksikan preferensi masyarakat terhadap

manfaat saat ini atas manfaat yang akan diterima di masa yang akan datang, atau

disebut social time preference rate (STPR). Masalah yang muncul adalah bahwa

alasan memilih manfaat sekarang (current benefit) mungkin dipengaruhi oleh

penilaian individu yang menilai terlalu rendah (understimate) manfaat yang akan

diperoleh di masa depan. Asumsi dalam pendekatan ini adalah generasi mendatang

akan lebih sejahtera dari pada generasi sekarang. Oleh karena itu dilakukan

pengurangan terhadap kebutuhan benefits yang tersedia.

15

Penggunaan analisis berdasarkan SOCR adalah bahwa sumber daya yang

digunakan untuk melakukan investasi di sektor publik terbatas dan sumber daya itu

tidak tersedia untuk digunakan di tempat lain.

Satu pemecahan untuk membatasi social discount rate adalah dengan

menggunakan proses pendiskontoan, artinya biaya dan manfaat diharapkan berubah

pada tingkat kembalian investasi yang sama sebagai perubahan dalam kebutuhan

tingkat harga –harga umum (general price levels). Hal ini merupakan pendekatan

yang diadopsikan pemerintah yang menyarankan bahwa discount rate yang

digunakan pada investasi sektor publik harus dinilai dengan pengujian social discount

rate.

2.6.2 Inflasi

Semakin tinggi tingkat inflasi, semakin rendah nilai riil keuntungan dimasa

depan yang diharapkan (expected future return) sehingga semakin tinggi tingkat

keuntungan yang disyaratkan. Inflasi yang tinggi menyebabkan required rate of

return semakin tinggi.

2.6.3 Risiko dan Ketidakpastian

Required rate of return akan semakin tinggi jika risiko investasi naik. Ketidak

pastian ekonomi dan hukum, kekacauan sosial-politik, tidak adanya jaminan

keamanan, dan kebijakan yang tidak konsisten dapat meningkatkan risiko investasi.

Terjaminya keamanan berinvestasi, penegakan hukum dan demokrasi, terjaminnya

property right dan contrct right dapat menurunkan risiko investasi.

16

2.7 Capital Rationing

Adalah keadaan ketika organisasi menghadapi masalah investasi. Perankingan

dapat dilakukan dengan menggunakan rasio manfaat/biaya atau dapat menggunakan

model pemrograman linear. ketersediaan dana untuk melakukan pengeluaran

investasi. Oleh karena itu harus dilakukan perankingan

Hal-hal yang harus diperhatikan atas penilaian investasi publik yaitu:

1. Tingkat utang pemerintah; Jumlah yang harus dibayarkan pemerintah atas

perolehan sumber pembiayaan di luar pajak.

2. Tingkat kesempatan sosial yang dikorbankan (social opportunity cost

rate) Proyek pemerintah harus dapat menghasilkan tingkat keuntungan

(return) yang minimal sama dengan tingkat keuntungan proyek sektor

swasta dengan penggunaan dana yang sama.

3. Social time preference rate Mereflesikan tingkat keuntungan yang

diisyaratkan oleh masyarakat jika menunda konsumsi saat ini untuk

kepentingan konsumsi dimasa depan.

2.8 Teknik Dasar Penilaian Investasi Publik

1. Identifikasi kebutuhan investasi yang mungkin dilakukan.

2. Menentukan semua manfaat dan biaya dari proyek yang akan dilaksanakan

(cost/benefi relationship).

3. Menghitung manfaat dan biaya dalam rupiah.

4. Memilih proyek yang memiliki manfaat terbesar dan efektivitas biaya yang

tinggi.

17

Terdapat beberapa teknik untuk melakukan penilaian investasi. Teknik untuk

mengevaluasi investasi dibedakan menjadi dua metode, yaitu: (1) metode penilaian

investasi tradisional, dan (2) metode aliran kas yang didiskontokan (discounted cash

flow/DFC). Metode penilaian investasi dengan menggunakan discounted cash flow

misalnya adalah net present value (NPV) dan internal rate of return (IRR). NPV

dihitung dengan cara mendiskontokan aliran kas di masa datang (future cash flow)

dengan faktor diskonto tertentu yang merefleksikan biaya kesempatan modal

(opportunity cost of capital).

IRR mendiskontokan future cash flow pada tingkat NPV yang bernilai nol.

Atau dengan kata lain adalah ukuran yang menyetarakan aliran kas bersih di masa

datang (future net cash flow) dengan pengeluaran investasi awal.

Untuk menganalisis usulan investasi publik, manajer publik dapat

menggunakan alat analisis yang biasa dugunakan untuk menilai kelayakan suatu

proyek pada sektor swasta, misalnya NPV, IRR, payback period, dan sebagainya.

2.8.1 Net Present Benefits (NPB)

Net Present Benefit (Manfaat Bersih Sekarang) merupakan nilai bersih suatu

proyek setelah dikurangi seluruh biaya pada satu tahun tertentu dari keuntungan atau

manfaat yang diterima pada tahun yang bersangkutan dan didiskontokan dengan

tingkat bunga yang berlaku.

2.8.2 Analisis Payback Period

Metode payback period digunakan untuk mengetahui jangka waktu

pengembalian investasi. Payback period merupakan teknik analisis investasi yang

18

relative mudah dan sederhana. Sehingga banyak digunakan. Namun demikian,

payback period mengandung kelamahan, yaitu:

1. Metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau proceeds

yang diperoleh setelah payback period tercapai.

2. Metode payback period mengabaikan nilai waktu uang.

3. Metode payback period tidak dapat digunakan untuk pengambilan

keputusan investasi yang bersifat mutually exclusive.

2.8.3 Analisis Biaya-Manfaat (Cost Benefit Analysis)

Metode cost benefit analysis (CBA) atau benefit cost ratio merupakan cara

mengevaluasi suatu proyek dengan membandingkan nilai sekarang (present value)

dari seluruh manfaat/keuntungan yang diperoleh dengan nilai sekarang dari seluruh

biaya proyek tersebut.

Keputusan mengenai aktivitas investasi dalam private sector detekankan

dengan menilai apakah pemilik perusahaan akan menjadi lebih baik dengan

melakukan investasi tersebut. Sementara itu, keputusan investasi dalam organisasi

sektor publik lebih difokuskan pada penilaian apakah masyarakat secara keseluruhan

akan menjadi lebih baik dengan adanya investasi tersebut. Untuk menentukan

manfaat sosial bersih ini tidak hanya diperhitungkan manfaat yang tangible

melainkan juga termasuk manfaat yang intangible.

Menurut Dixon (1994) dalam Blundell dan Murdock (1997), analisis biaya-

manfaat pada dasarnya harus dapat mengukur manfaat sosial bersih (net social

benefit), yaitu :

19

1. Menutuskan biaya dan manfaat apa saja yang akan dimasukkan.

Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya double

counting, yaitu satu manfaat atau biaya yang menyebabkan manfaat atau

biaya yang lain dimasukkan sacara bersama-sama.

2. Mengukur dan mengevaluasi biaya dan manfaat. Manfaat dan biaya yang

berwujud (tangible) lebih mudah untuk dihitung, akan tetapi yang bersifat

tidak berwujud (intangible) relatif sulit untuk dihitung.

3. Timing dan aliran biaya dan manfaat.

Tahap ketiga terkait dengan masalah waktu pengakuan biaya atau manfaat yang

terjadi.

2.8.5 Analisis Efektivitas Biaya (Cost-Effectiveness Analysis)

Analisis efektivitas biaya dilakukan karena terdapat kesulitan dalam

menghitung biaya dan manfaat sosial secara kuantitatif.

Langkah-langkah dalam melakukan analisis efektivitas biaya adalah sebagai berikut:

1. Menentukan jumlah dan waktu atas semua biaya modal.

2. Membuat estimasi biaya yang akan terjadi (running cost) selama umur yang

diharapkan dari suatu proyek.

3. Membuat estimasi output terukur selama umur yang diharapkan dari suatu

proyek.

4. Membuat estimasi pengaruh biaya dan pendapatan atas aktivitas yang

dilakukan.

20

5. Mendiskontokan biaya dan manfaat yang dapat diukur untuk memungkinkan

melakukan perbandingan.

6. Menjelaskan secara realistis mengenai kemungkinan adanya biaya-biaya dan

manfaat yang tidak dapat dikuantitatifkan yang akan muncul dari proyek yang

akan dijalankan.

Dalam prakteknya, terdapat beberapa kesulitan dalam melakukan analisis

efektifitas biaya. Kesulitan tersebut terjadi pada waktu membuat estimasi atau

perkiraan mengenai waktu dan besarnya jumlah biaya dan manfat dimasa datang.

Kesulitan juga dialami pada saat pemilihan tingkat diskonto yang tepat atau

penyesuaian untuk tingkat risiko dan ketidakpastian, sebagai gambaran dalam seksi

pendahuluan pada analisis cost-benefit. Namun demikian, mekanisme pendiskontoan

pada dasarnya tidak berbeda dari yang biasa diterapkan pada sektor swasta.

Perbedaan Investasi Sektor Publik Investasi Sektor Privat

Definisi

Penanaman modal jangka

panjang dalam rangka

meningkatkan kualitas dan

kuantitas pelayanan publik.

Pengeluaran yang dilakukan

secara occasionally atau pada

saat tertentu yang sifatnya

jangka panjang.

Ruang

Lingkup

Terkait dengan peningkatan

kualitas dan kuantitas

pelayanan publik yang meliputi

penyediaan atau penambahan

kapasitas fasilitas publik.

Terkait dengan usaha

pencapaian tujuan organisasi,

biasanya profit oriented. Dapat

bertujuan untuk ekspansi atau

pengadaan barang yang dapat

meningkatkan produktivitas dan

efisiensi

21

Dinamika Investasi Fisik, Investasi Pembangunan Manusi dan Kemiskinan

Perkembangan peranan investasi fisik yang dilakukan oleh pihak swasta

terhadap PDRB Aceh Barat terus mengalami penurunan. Penurunan tersebut

berlangsung bukan hanya terjadi selama periode akhir tsunami namun sampai saat

ini. Peranan investasi swasta terhadap pertumbuhan ekonomi Aceh Barat sebelum

memasuki periode krisis berkisar rata-rata sebesar 23,15 persen. Dalam periode

krisis, investasi swasta merosot dibandingkan periode sebelumnya yakni menjadi

22,07 persen.

Pertumbuhan peranan investasi swasta tetap cenderung turun rata-rata hingga

mencapai 15,04 persen meskipun pertumbuhan ekonomi cenderung meningkat.

Penurunan ini diduga erat kaitannya dengan kondisi non-ekonomi sendiri,

diantaranya adalah (a) country risk dan penegakan hukum yang lemah, (b) birokrasi

(pungli), (c) tumpang tindih dalam per-UU-an dan Perda.

Hal tersebut memberikan sinyal bahwa pertumbuhan ekonomi yang semakin

membaik belum tentu akan diimbangi dengan minat investor untuk menanamkan

investasinya di wilayah tersebut bila tidak diimbangi dengan situasi yang kondusif

pada bidang lainnya. Dengan kata lain, investor memerlukan investment incentive

baik berupa faktor ekonomi maupun di luar faktor ekonomi

2.8 Kemiskinan Salah satu masalah yang dihadapi oleh beberapa negara berkembang adalah

kemiskinan, yang merupakan refleksi dari ketidakmampuan seseorang untuk

memenuhi kebutuhannya sesuai dengan standar yang berlaku. Kemiskinan banyak

22

dihadapi oleh rakyat Indonesia khususnya setelah krisis ekonomi pada

tahun1998, dimana tingkat kemiskinan cenderung naik dari tahun ke tahun.

Secara ekonomi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan sumber

daya yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan

kesejahteraan sekelompok orang. Bappenas (2004) mendefinisikan kemiskinan

sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak

mampu memenuhi hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan

kehidupan yang bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefinisikan sebagai

kondisi dimana seseorang tidak dapat menikmati segala macam pilihan dan

kesempatan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya, seperti tidak dapat memenuhi

kesehatan, standar hidup, kebebasan, harga diri dan rasa dihormati seperti orang

lain. Selain itu menurut World Bank, dalam definisi kemiskinan adalah: ”the

denial of choice and opportunities most basic for human development to lead a

long healthy, creative life and enjoy a decent standard of living freedom, self

esteem and the respect of other”. (www.worlbank.org)

2.9 Indikator Kemiskinan Masalah kemiskinan bisa ditinjau dari lima sudut, yaitu persentase

penduduk miskin, pendidikan (khususnya angka buta huruf), kesehatan (antara

lain angka kematian bayi dan anak balita kurang gizi), ketenagakerjaan, dan

ekonomi (konsumsi/kapita). Indikator-indikator utama kemiskinan berdasarkan

pendekatan di atas yang di kutip dari Badan Pusat Statistik, antara lain sebagai

berikut :

23

1 . Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang,

pangan dan papan).

2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya

(kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).

3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi

untuk pendidikan dan keluarga).

4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun

kelompok.

5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber

daya alam.

6. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.

7. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian

yang berkesinambungan.

8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.

9. Ketidakmampuan dan ketergantungan sosial (anak-anak terlantar,

Wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok

margina dan terpencil).

Selain BPS, UNDP dalam laporan Human Development Report 1997

memperkenalkan ukuran kemiskinan dimana ukuran kemiskinan disebut dengan

Indeks Kemiskinan Manusia ( Human Poverty Index-HPI. kemiskinan harus

diukur dalam satuan hilangnya tiga hal utama (three key deprivation), yaitu

24

kehidupan (lebih dari 30 persen di negara-negara kurang berkembang tidak

mungkin hidup lebih dari umur 40 tahun), pendidikan dasar (seperti diukur oleh

presentase penduduk dewasa yang buta huruf, dengan penekanan pada hilangnya

hak pendidikan perempuan), serta keseluruhan ketetapan ekonomi (diukur oleh

presentase penduduk yang tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan dan

air bersih ditambah presentase anak-anak dibawah usia 5 tahun yang kekurangan

berat badan.(Safi’i, 2011)

Ukuran kemiskinan menurut Nurkse,1953 dalam Kuncoro, (1997) secara

sederhana dan yang umum digunakan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

2.9.1 Kemiskinan Absolut Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya

berada di bawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk menentukan kebutuhan

dasar hidupnya. Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan

minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian

dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup.

Kesulitan utama dalam konsep kemiskinan absolut adalah menentukan

komposisi dan tingkat kebutuhan minimum karena kedua hal tersebut tidak hanya

dipengaruhi oleh adat kebiasaan saja, tetapi juga iklim, tingkat kemajuan suatu

negara, dan faktor-faktor ekonomi lainnya. Walaupun demikian, untuk dapat

hidup layak, seseorang membutuhkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi

kebutuhan fisik dan sosialnya.

25

2.9.2 Kemiskinan Relatif Seseorang termasuk golongan miskin relatif apabila telah dapat memenuhi

kebutuhan dasar hidupnya, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan

keadaan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan konsep ini, garis kemiskinan akan

mengalami perubahan bila tingkat hidup masyarakat berubah sehingga konsep

kemiskinan ini bersifat dinamis atau akan selalu ada. Oleh karena itu, kemiskinan

dapat dari aspek ketimpangan sosial yang berarti semakin besar ketimpangan

antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah, maka akan

semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan selalu miskin.

2.9.3 Kemiskinan Kultural

Seseorang termasuk golongan miskin kultural apabila sikap orang atau

sekelompok masyarakat tersebut tidak mau berusaha memperbaiki tingkat

kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya atau dengan

kata lain seseorang tersebut miskin karena sikapnya sendiri yaitu pemalas dan

tidak mau memperbaiki kondisinya.Indikator kemiskinan merupakan ukuran dimana

suatu penduduk dinyatakan miskin atau tidak, indikator ini salah satunya dapat

diukur dengan penentuan garis kemiskinan. Garis kemiskinan merupakan

sebuah ukuran yang menyatakan besarnya pengeluaran untuk memenuhi

kebutuhan dasar minimum makanan dan kebutuhan non makanan, atau standar yang

menyatakan batas seseorang dikatakan miskin bila dipandang dari sudut

konsumsi. Garis kemiskinan setiap negara berbeda-beda, sehingga tidak ada satu

garis kemiskinan yang berlaku umum. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan

26

lokasi dan standart kebutuhan hidup.

Di Indonesia, garis kemiskinan yang biasanya dipakai untuk mencerminkan

tingkat penduduk miskin adalah garis kemiskinan yang diterapkan oleh Badan

Pusat Statistik (BPS). Penetapan perhitungan garis kemiskinan dalam masyarakat

adalah masyarakat yang berpenghasilan dibawah Rp 7.057 per orang per hari.

Penetapan angka Rp 7.057 per orang per hari tersebut berasal dari perhitungan

garis kemiskinan yang mencakup kebutuhan makanan dan non makanan. Untuk

kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100 kilokalori per kapita per

hari. Sedang untuk pengeluaran kebutuhan minimum bukan makanan meliputi

pengeluaran untuk perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Sedangkan ukuran

menurut World Bank menetapkan standar kemiskinan berdasarkan pendapatan per

kapita. Penduduk yang pendapatan per kapitanya kurang dari sepertiga rata-rata

pendapatan perkapita nasional. Dalam konteks tersebut, maka ukuran kemiskinan

menurut World Bank adalah USD $2 per orang per hari.

2.1.6.2 Penyebab Kemiskinan

Sharp (dalam Mudrajad, 1997) mencoba mengidentifikasi penyebab kemiskinan

dipandang dari sisi ekonomi. Kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan

pola kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang

timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan

kualitasnya rendah. Selain itu, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas

sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti

produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya

27

kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya tingkat pendidikan, nasib yang

kurang beruntung, adanya diskriminasi atau karena keturunan. Kemiskinan muncul

juga akibat adanya perbedaan akses dalam modal.

Penyebab kemiskinan diatas berakibat pada munculnya teori lingkaran setan

kemiskinan (vicious circle of poverty). Yang dimaksud lingkaran kemiskinan

adalah suatu rangkaian kekuatan yang saling mempengaruhi keadaaan dimana

suatu negara akan tetap miskin dan akan banyak mengalami kesukaran untuk

mencapai tingkat pembangunan yang lebih baik. Adanya keterbelakangan,

ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya

produktivitas, seterusnya mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka

terima dan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya

investasi berakibat pada keterbelakangan, dan seterusnya, logika berpikir ini

dikemukakan oleh Ragnar Nurkse (dalam Hutagalung, 1964).

Kuncoro dalam Safi’i (2004) menyebutkan bahwa penyebab kemniskinan bisa

dianalisis dari dua aspek, yaitu aspek sosial dan ekonomi pendapatan yang timpang.

Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan

kualitasnya rendah. Selain itu, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas

sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti

produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya

kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya tingkat pendidikan, nasib yang

kurang beruntung, adanya diskriminasi atau karena keturunan. Kemiskinan muncul

juga akibat adanya perbedaan akses dalam modal. Kuncoro dalam Safi’i (2004)

28

menyebutkan bahwa penyebab kemniskinan bisa dianalisis dari dua aspek, yaitu

aspek sosial dan ekonomi. karena dua aspek tersebut memiliki saling keterkaitan.

Adapun penyebab kemiskinan jika di pandang secara ekonomi adalah sebagai

berikut:

a) Rendahnya akses terhadap lapangan pekerjaan. Tingkat kesempatan

kerja adalah rasio antara jumlah penduduk yang bekerja terhadap

jumlah angkatan kerja. Pada negara berkembang rasio tersebut lebih

rendah dari negara maju sehingga jumlah kemiskinan di negara

berkembang lebih tinggi dari negara maju.

b) Lemahnya akses masyarakat terhadap faktor produksi, Lemahnya

akses masyarakat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Rendahnya akses modal usaha. Hal tersebut menyebabkan

masyarakat miskin tidak mampu mengembangkan usahanya.

2. Lemahnya masyarakat dalam mengakses pasar.

3. Sedikitnya kepemilikan aset. Selain penyebab kemiskinan dipandang secara ekonomi, penyebab kemiskinan juga

dapat dilihat secara sosial. Adapun hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Rendahnya akses pendidikan. Pada negara terbelakang, pendidikan

masyaraktnya masih rendah sehingga tingkat produktivitasnya

rendah dan akhirnya berdampak pada rendahnya penghasilan yang

menyebabkan terjadinya proses kemiskinan.

29

b) Rendahnya akses fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan di

negara terbelakang jauh lebih sedikit dan kualitasnya tertinggal dari

negara maju. Pada masyarakat yang berkorelasi positif antara

kemiskinan dengan akses kesehatan, diperlukan cara keluar dari

rendahnya akses masyarakat miskin terhadap fasilitas kesehatan

dengan melakukan proteksi terhadap masyarakat miskin melalu

program seperti jamkesnas.

60

61

7

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitiannya adalah seluruh investasi

publik yang ada di Kabupaten Aceh Barat dan hubungannya dengan tingkat

kemiskinan.

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat terbagi atas tiga bagian, yakni:

• Periode 1998-2004, merupakan periode terpuruknya pertumbuhan

ekonomi hingga mencapai angka minus pada semua kecamatan.

Keadaan ini lebih dikenal dengan periode krisis ekonomi, masa

konflik dan bencana tsunami.

• Periode 2005- 2012, merupakan priode pertumbuhan ekonomi hingga

mencapai pada tingkat memuaskan.

3. 2. Data Penelitian

3.2.1. Jenis dan sumber data

Data yang dipergunakan adalah data sekunder yang diperolah dari BPS

Aceh Barat; Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh Barat;

Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah ( DPKKD ) Kabupaten Aceh

Barat dan Anggaran Pengeluaran dan Belanja Daerah (APBD). Unit analisis

penelitian ini untuk seluruh variabel (independen dan dependen) adalah

kecamatan di Aceh Barat.

31

3.2.2.Teknik Pengumpulan Data

Teknik dan Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

antara lain:

1. Studi Pustaka (Library Research )

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dengan cara

membaca buku-buku dan literatur lain nya baik yang diwajibkan maupun yang di

anjurkan, yang berhubungan dan ada kaitannya dengan masalah yang akan di

bahas dalam penelitian ini.

2. Penelitian lapangan ( Field Research )

Metode ilmiah ini di lakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder secara

lansung dari sumbernya.

3.3. Teknik Analisis dan Pengolahan Data

Teknik analisis dan pengolahan data menggunakan regresi linier berganda

(multiple linear regression) yang diterapkan untuk data panel (gabungan antara

data kerat lintang dan data runtut waktu).

Berdasarkan penelitian yang pernah dikembangkan oleh Kim (1997) oleh

peneliti dijadikan sebagai landasan dalam merancang model untuk melihat

pertumbuhan perekonomian di kabupaten Aceh Barat yang dipengaruhi oleh

input swasta maupun aktivitas pemerintah. Aktivitas pemerintah tampak dari

pengeluaran untuk modal fisik maupun pengeluaran sektor nvestasi publik

lainnya.

Model Regresi Linier Berganda dengan Data Panel Metode estimasi yang

akan digunakan adalah general least square (GLS). Metode GLS adalah

transformasi dari metode OLS (ordinary least square) dengan satu per akar

32

H

H

0

1

varians (standard error) atau 1/s [Gujarati, 2003]. Penggunaan metode estimasi

GLS adalah untuk mengatasi gangguan heterokedastisitas yang cenderung

terjadi pada jenis kerat lintang.

Uji Hausman dalam memilih model fixed effects (FE) atau random effects (RE)

untuk memperoleh estimator yang baik, maka digunakan hipotesis sebagai

berikut:

Hipotesis dalam uji Hausman yaitu:

: terpilih RE (random effects)

: terpilih FE (fixed effects)