PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH INVESTASI PUBLIK ...repository.utu.ac.id/209/1/I-V.pdfPROPOSAL SKRIPSI...
Transcript of PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH INVESTASI PUBLIK ...repository.utu.ac.id/209/1/I-V.pdfPROPOSAL SKRIPSI...
PROPOSAL SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI PUBLIK TERHADAP
KEMISKINAN DI KABUPATEN ACEH BARAT
OLEH
NAMA: ABRAL. IS
NIM :07C20101017
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS
TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2013
PENGARUH INVESTASI PUBLIK TERHADAP
KEMISKINAN DI KABUPATEN ACEH BARAT
OLEH
NAMA: ABRAL. IS
NIM :07C20101017
Skripsi inisebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
PadaFakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar Meulaboh
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS
TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat, pemerintah dihadapkan pada
masalah pengambilan keputusan investasi publik. Keputusan investasi publik
diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program, kegiatan, dan fungsi yang
menjadi prioritas kebijakan. Pengeluaran untuk investasi publik harus mendapat
perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran rutin, karena
pengeluaran investasi/modal memiliki efek jangka panjang, sedangkan pengeluaran
rutin lebih berdampak jangka pendek.
Investasi publik memiliki kaitan yang erat dengan penganggaran
modal/investasi. Penganggaran modal/investasi merupakan proses untuk
menganalisis proyek-proyek dan memutuskan apakah proyek tersebut dapat
diakomodasi oleh anggaran modal/investasi ( Mankiw, 2008).
Pembangunan merupakan syarat mutlak bagi kelangsungan hidup suatu daerah
maupun negara. Menciptakan pembangunan yang berkesinambungan adalah hal
penting yang harus dilakukan oleh sebuah Negara dengan tujuan untuk
menciptakan kondisi bagi masyarakat untuk dapat menikmati lingkungan yang
menunjang bagi hidup sehat, umur panjang dan menjalankan kehidupan yang
produktif. Pembangunan Sumber Daya Manusia mencakup peningkatan kapasitas
dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk dapat
berpartisipasi dalam proses pembangunan. Kapasitas dasar menurut Todaro
2
(2003) yang sekaligus merupakan tiga nilai pokok keberhasilan pembangunan
ekonomi adalah kecukupan (sustenance), jati diri (selfsteem), serta kebebasan
(freedom). Kecukupan dalam hal ini merupakan kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar yang meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan,dan
keamanan.
Di kebanyakan negara berkembang, anggaran pembangunan dan anggaran rutin
dipisahkan. Fokus perhatiannya ditujukan untuk mengintegrasikan kebijakan dengan
pengeluaran manajemen. Dalam praktiknya terdapat permasalahan yang sulit
diselesaikan, di antaranya adalah:
a. Memastikan bahwa program investasi publik yang diajukan merupakan
program yang komprehensif.
b. Memperkirakan pengeluaran yang dibutuhkan di masa yang akan datang.
c. Mengevaluasi relevansi proyek-proyek yang ada.
d. Mengembangkan analisis dan perencanaan untuk pengeluaran investasi
dan pengeluaran rutin.
Sebelum diambil keputusan untuk melakukan investasi, Untuk menentukan
kebutuhan investasi perlu dilakukan evaluasi yang mencakup:
1. Inventarisasi investasi.
2. Inventarisasi investasi memuat daftar nama dan jenis investasi, nilai investasi,
kondisi barang modal yang saat ini ada, apakah baik ataukah buruk.
3. Cakupan layanan dengan tingkat investasi yang sekarang ada.
4. Tambahan cakupan layanan yang dibutuhkan saat ini dan masa yang akan
datang
3
5. Inventarisasi kebutuhan investasi
6. Evaluasi kelayakan investasi
7. Kriteria kelayakan investasi meliputi aspek-aspek teknis, sosial - budaya
finansial, ekonomi dan aspek distribusi.
Dewasa ini juga makin kuat kebutuhan bagi pemerintah, termasuk pemerintah
daerah untuk makin menaruh perhatian pada pembangunan sektor bidang publik. Dari
hasil estimasi diperoleh bukti bahwa investasi sektor publik membawa manfaat bagi
pembangunan manusia dan kesejahteraan penduduk. Investasi bidang tersebut
menghasilkan manfaat dalam peningkatan IPM dan menurunkan tingkat kemiskinan.
Pembangunan manusia yang berhasil juga ditemukan membawa manfaat pada
berkurangnya tingkat kemiskinan. Variabel lain yang diintroduksikan, yakni investasi
swasta dan distribusi pendapatan secara umum ditemukan berpengaruh kuat terhadap
pembangunan manusia dan kemiskinan.
Dalam melakukan fungsi pelayanan masyarakat, pemerintah dihadapkan pada
masalah pengambilan keputusan investasi publik. Keputusan investasi publik
diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program, kegiatan dan fungsi yang
menjadi prioritas kebijakan. Pengeluaran untuk investasi publik harus mendapat
perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran rutin, karena
pengeluaran rutin lebih berdampak jangka pendek, sedangkan pengeluaran investasi
mempunyai efek jangka panjang. Kesalahan dalam melakukan investasi pengambilan
keputusan investasi tidak saja akan berdampak pada anggaran tahun berjalan, namun
juga akan membebani anggaran tahun-tahun berikutnya. Investasi publik memiliki
kaitan yang erat dengan penganggaran modal/investasi. Investasi merupakan salah
4
satu pilar pertumbuhan ekonomi. Investasi dapat berupa investasi modal fisik
maupun investasi modal manusia. Investasi fisik (physical investment) yakni semua
pengeluaran yang dapat menciptakan modal baru (Mankiw, 2000:24) atau
meningkatkan stok barang modal. Sedangkan investasi sumber daya manusia (human
capital investment) dapat berupa nilai-nilai pembelajaran dan pengalaman yang ada
dalam diri tenaga kerja seperti peningkatan produktivitas dan pendapatan.
Beberapa bentuk investasi sumber daya manusia dapat berupa pendidikan,
kesehatan maupun migrasi (Schultz, 2001).
Peranan investasi fisik dalam memacu pertumbuhan ekonomi sudah tidak
perlu diragukan lagi. Sementara itu pendidikan dan kesehatan merupakan faktor
penting dalam pembangunan manusia sekaligus merupakan penentu dari indeks
pembangunan manusia (IPM). Hal ini mengingat pendidikan dan kesehatan akan
berdampak pada kualitas modal manusia (human capital).
Dari berbagai studi telah dibuktikan bahwa modal manusia merupakan salah
satu determinan penting dalam proses pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain
antara pendidikan dan kesehatan dengan pertumbuhan ekonomi terdapat hubungan
saling mempengaruhi (Ranis, 2004) dan (Andreosso dan Callaghan, 2000).
Investasi pada modal manusia diharapkan akan berpengaruh positif
terhadap kinerja perekonomian yang salah satunya dapat diamati dari aspek
tingkat pendidikan, kesehatan dan tingkat kemiskinan. Investasi modal manusia
ini yang mencakup pengembangan Sumber Daya Manusia membutuhkan
kebijakan pemerintah yang tepat sasaran dalam mendorong peningkatan kualitas
SDM. Menurut Mankiw (2008), pengembangan sumber daya manusia dapat
5
dilakukan dengan perbaikan kualitas modal manusia.
Dalam hal ini modal manusia dapat mengacu pada pendidikan dan juga
kesehatan. Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan pembangunan yang
mendasar di suatu wilayah. Menurut Meier dan Rauch (dalam Aloysius Gunadi
Brata, 2002) pendidikan, atau lebih luas lagi adalah modal manusia, dapat
memberikan kontribusi bagi pembangunan. Hal ini karena pendidikan pada
dasarnya adalah bentuk dari tabungan, menyebabkan akumulasi modal manusia
dan pertumbuhan output agregat jika modal manusia merupakan input dalam
salah satu persoalan sosial yang dihadapi oleh Indonesia rendahnya mutu
pendidikan dan kesehatan. Hal ini disebabkan banyak hal, salah satunya
karena prioritas pembangunan selama ini tidak berorientasi pada peningkatan
modal manusia sebagai modal dasar dalam pembangunan nasional yang pada
akhirnya mampu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatnya.
Selain itu kemiskinan merupakan salah satu masalah penting yang
dihadapi pemerintah yang mempengaruhi pembangunan manusia di Aceh Barat.
Tingkat kemiskinan yang tinggi membuat individu tidak mempunyai alokasi dana
dalam rangka memenuhi kebutuhan dasarnya salah satunya yang berhubungan
dengan proses pembangunan manusia.
Pentingnya peranan modal manusia dalam pembangunan tampak pada perhatian
dari berbagai pihak seperti pemerintah maupun swasta yang mengalokasikan
investasi maupun belanja daerahnya.
6
Berdasarkan analisa yang telah penulis uraikan diatas, penulis tertarik untuk
membuat penelitian dengan judul ”Pengaruh Investasi Publik Terhadap
Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut seberapa besar Pengaruh Investasi Publik Terhadap Kemiskinan di
Kabupaten Aceh Barat.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitiannya adalah: Untuk
melihat seberapa besar Pengaruh Investasi Publik Terhadap Kemiskinan di
Kabupaten Aceh Barat.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoriti
Dengan penelitian ini peneliti berharap memperoleh pengetahuan dan wawasan
baru tentang seberapa besar Pengaruh Investasi Publik Terhadap Kemiskinan di
Kabupaten Aceh Barat. peneliti juga berharap penelitian ini bermanfaat bagi semua
pihak yang membaca serta bagi peneliti yang berminat meneliti penelitian ini lebih
lanjut, baik dari disiplin ilmu yang sama maupun dari disiplin ilmu yang berbeda.
1.4.2 Manfaat Praktis
Peneliti berharap penelitian ini juga dapat menjadi tolak ukur bagi pemerintah
khususnya pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Barat terutama dalam mengelola
berbagai Investasi publik di daerah Aceh Barat.
7
1.4.3 Kegunaan Penelitian Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.4.3.1 Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa
Fakultas Ekonomi pada umumnya dan mahasiswa jurusan Ilmu
Ekonomi Studi Pembangunan pada khususnya.
1.4.3.2 Dapat digunakan sebagai sumber masukan yang berguna bagi
pemerintah Daerah Aceh Barat dalam pengambilan keputusan di masa
yang akan datang serta menjadi referensi.
1.4.3.3 Dapat digunakan sebagai masukan bagi peneliti-peneliti yang lain
dengan tipe penelitian sejenis
1.5 Sistematika Pembahasan
BAB 1 : Pendahuluan
Bab ini merupakan bagian dari pendahuluan yang berisi
mengenai latar belakang yang mendasari pemilihan masalah
dalam penelitian ini, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi tentang teori - teori dari penelitian terdahulu
yang melandasi penelitian ini, kerangka pemikiran teoritis dan
hipotesis.
BAB III : Metodologi penelitian
Bab ini menjelaskan mengenai variable - variabel yang
8
digunakan dalam penelitian, dan definisi operasional, jenis
serta sumber data, metode pengumpulan serta metode analisis
yang digunakan dalam penelitian.
Bab IV : Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisi mengenai uraian tentang gambaran umum
objek penelitian. Bagian pembahasan menerangkan interpretasi
dan pembahasan hasil penelitian secara komprehensif.
Bab V : Penutup Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi mengenai kesimpulan
yang diperoleh dari hasil pembahasan di bab IV, selain itu bab ini
juga berisi saran-saran yang nantinya berguna bagi pihak yang
berkepentingan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Investasi Publik
Keputusan Investasi publik diperlukan untuk mendukung pelaksanaan pogram,
kegiatan dan fungsi menjadi prioritas kebijakan. Pengeluaran investasi publik harus
mendapatkan perhatian yang lebih besar dibandingkan pengeluaran rutin karena,
pengeluaran investasi memiliki efek jangka panjang, sedangkan pengeluaran rutin
berdampak jangka pendek. Kesalahan dalam pengambilan keputusan investasi tidak
hanya berdampak pada anggaran tahun berjalan, namun juga akan membebani
annggaran tahun-tahun berikutnya.
Investasi publik memiliki kaitan yang erat dengan penganggaran
modal/investasi. Penganggaran Modal/ Investasi adalah proses untuk menganalisis
proyek-proyek dan mememutuskan apakah proyek tersebut dapat diakomodasi oleh
anggran modal / investasi. Agar mekanisme pengaturan proyek investasi publik dapat
lebih efisien dan efektif, maka perlu dilakukannya anilisis investasi secara mendalam.
Analisis investasi berhubungan erat dengan penganggaran fungsional, alokasi
sumberdaya, dan praktek manajemen keuangan di sektor publik. Program investasi
sektor publik merupakan bentuk dari dual budgeting, yaitu pemisahan anggaran
modal / investasi dari anggaran rutin.
Dikebanyakan negara berkembang, anggaran pembanguan dan anggaran rutin
dipisahkan. Fokus perhatian ditunjukkan hanya untuk mengintegrasikan kebijakan
10
dengan pengeluaran manajemen. Dalam prakteknya terdapat permasalahan yang sulit
diselesaikan, diantaranya adalah : Memastikan bahwa program investasi publik yang
diajukan merupakan program yang komperhensif
1. Memperkirakan pengeluaran yang dibutuhkan dimasa yang akan dating.
2. Mengevaluasi relevensi proyek-proyek yang ada
3. Mengembangkan analisis dan perencanaan untuk pengeluaran investasi dan
pengeluaran rutin.
Sebelum pengambilan keputusan pemerintah harus melakukan evaluasi untuk
menentukan kebutuhan investigasi yang diperlukan, yang mencangkup:
1. Inventarisasi investigasi
2. Inventarisasi investigasi memuat daftar nama dan jenis investigasi, nilai
investasi, kondisi barang modal yang saat ini ada, apakah baik ataukah
buruk.
3. Cakupan layanan dengan tingkat investasi yang sekarang ada.
4. Tambahan cakupan layanan yang dibutuhkan saat ini dan yang akan datang.
5. Inventarisasi kebutuhan investasi.
6. Evaluasi kelayakan investasi.
7. Kriteria kelayakan investasi, meliputi aspek-aspek teknis, sosil-budaya,
finansial, ekonomi dan aspek didtribusi.
Penghitungan kelayakan investasi dapat dialkukan dengan cara mengunakan alat
analisis, misalnya: NPV, IRR, ARR, PP, (Pay Back Period), Cost benefit Analysis,
dan Cost.
11
2.2 Penentuan Kebutuhan Investasi Publik
Analisis yang mendalam sebelum dilakukan investasi sangat penting dilakukan
karena investasi publik berkaitan erat dengan masalah transparasi dan kewajaran
anggaran. Penentuan kebutuhan investasi publik terkait dengan dua kegiatan, yaitu
peningkatan kuantitas investasi dan peningkatan kualitas investasi
Ada beberapa cara dalam menggolongkan usul-usul investasi. Salah satu
penggolongannya adalah:
1. Investasi penggantian.
2. Investasi penambahan kapasitas.
3. Investasi baru.
Pengeluaran investasi untuk penggantian barang modal mengikuti pola umur
manfaat barang modal. Bila umur ekonomi barang telah habis, maka perlu pembelian
barang modal baru untuk menggantinya. Umur ekonomi terkait dengan perkiraan
waktu efektif suatu barang modal dapat memberikan manfaat, sedangkan umur teknis
terkait dengan kemampuan barang modal dalam memberikan manfaat hingga tidak
mampu lagi memberikan manfaat.
Investasi penambahan barang modal perlu dilakukan bila terjadi tuntutan
peningkatan cakupan pelayanan. Jumlah pelayanan unit barang modal ditentukan oleh
produktivitas barang modal yang saat ini ada. Investasi dapat juga berupa investasi
baru yang belum ada sebelumnya. Untuk jenis investasi baru yang belum ada
sebelumnya. Untuk jenis investasi baru, maka pertimbangan mengenai aspek teknis,
ekonomi, sosial-budaya, dan aspek distribusi harus mendapat perhatian lebih besar.
12
2.3 Aspek Kelayakan Investasi
Dalam perencanaan dan analisis investasi harus dipertimbangkan beberapa aspek
yang secara bersama-sama menunjukkan keuntungan atau manfaat yang diperoleh
akibat adanya suatu investasi tertentu. Yaitu :
2.3.1. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan bagian penting dari analisis investasi yang harus
dipertimbangkan. Jika suatu usulan investasi sudah tidak layak dilihat dari aspek
teknisnya, maka usulan tersebut menduduki prioritas pertama untuk ditolak.
2.3.2 Aspek Sosial dan Budaya
Untuk melaksanakan suatu proyek maka perlu mempertimbangkan implikasi
soSial yang lebih luas dari investasi yang diusulkan. Aspek sosial budaya ini
menyangkut pertimbangan pendistribusian pelayanan secara adil dan merata,
sehingga mampu memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Aspek ini juga
mencakup aspek legal dan lingkungan. Suatu proyek investasi yang akan dilakukan
harus mempertimbangkan aspek legalitas dan dampak lingkungan yang merugikan.
2.4 Aspek Ekonomi dan Finansial
Pertimbangan aspek ekonomi meliputi kegiatan menganalisis apakah suatu
proyek yang diusulkan akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap
pembangunan perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya cukup
besar dalam menentukan penggunaan sumber-sumber daya yang digunakan.
Berdasarkan perencanaan anggaran, keputusan-kuputusan mengenai efisiensi proyek
secara finansial, solvabilitas, dan likuiditas perlu dipertimbangkan.
13
2. 5 Aspek Distribusi
Keputusan investasi merupakan keputusan yang perlu dikaitkan dengan masalah
distribusi pelayanan publik secara adil dan merata. Untuk itu perlu diketahui siapa
yang akan menerima manfaat atau keuntungan yang dihasilkan dari proyek investasi;
darimana mendapatkan modal untuk melaksanakan proyek, apakah dari publik
revenue atau oleh individu;apakah terdapat pajak penghasilan atau tidak; apakah
proyek dijalankan oleh publik agencies atau oleh individu. Aspek distribusi terkait
dengan keadilan dan persamaan kesempatan untuk mendapatkan pelayanan publik
(equity & equality).
2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Publik
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam analisis investasi publik adalah :
2.6.1 Tingkat Diskonto
Tingkat diskonto mengklasifikasikan tingkat keuntungan (rate of return) yang
diperoleh dari suatu proyek dengan tingkat risiko tertentu. Jika suatu proyek tidak
memberikan keuntungan yang disyaratkan (required rate of return), maka proyek
tersebut harus ditolak. Penghitungan tingkat diskonto merupakan bagian yang cukup
kompleks dalam analisis investasi. Pada sektor swasta terdapat dua sumber
pendanaan, yaitu pembiayaan modal (equity finance) dan pembiayaan utang (debt
finance). Keuntungan yang diperoleh para kreditor berupa pembayaran bunga utang,
sedangkan investor memperoleh keuntungan berupa deviden dan gain atas saham
yang dimilikinya. Pembiayaan hutang memiliki risiko yang lebih rendah
dibandingkan dengan pembiayaan modal sehingga kreditor akan meminta tingkat
14
kembalian (rate of return) yang lebih rendah dibandingkan dengan investor karena
resiko investasi berbanding lurus dengan return investasi. Semakin tinggi risiko
investasi, maka return yang diharapkan juga semakin tinggi. Di samping itu,
pembiayaan utang memiliki biaya yang lebih kecil dibandingkan dengan pembiayaan
modal. Biaya utang (cost of debt) lebih murah dibandingkan dengan biaya modal
sendiri (cost of equity) karena pembayaran bunga utang merupakan biaya yang
mengurangi pajak.
Antara biaya dan manfaat terjadi pada titik waktu sebelum berbagai alternatif
investasi diperbandingkan untuk ditentukan investasi mana yang akan dilakukan.
Untuk tujuan analisis biaya manfaat, maka perlu digunakan tingkat diskonto sosial
(social discount rate).
Pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan menyatakan social discount
rate sebagai suatu tingkat yang merefleksikan preferensi masyarakat terhadap
manfaat saat ini atas manfaat yang akan diterima di masa yang akan datang, atau
disebut social time preference rate (STPR). Masalah yang muncul adalah bahwa
alasan memilih manfaat sekarang (current benefit) mungkin dipengaruhi oleh
penilaian individu yang menilai terlalu rendah (understimate) manfaat yang akan
diperoleh di masa depan. Asumsi dalam pendekatan ini adalah generasi mendatang
akan lebih sejahtera dari pada generasi sekarang. Oleh karena itu dilakukan
pengurangan terhadap kebutuhan benefits yang tersedia.
15
Penggunaan analisis berdasarkan SOCR adalah bahwa sumber daya yang
digunakan untuk melakukan investasi di sektor publik terbatas dan sumber daya itu
tidak tersedia untuk digunakan di tempat lain.
Satu pemecahan untuk membatasi social discount rate adalah dengan
menggunakan proses pendiskontoan, artinya biaya dan manfaat diharapkan berubah
pada tingkat kembalian investasi yang sama sebagai perubahan dalam kebutuhan
tingkat harga –harga umum (general price levels). Hal ini merupakan pendekatan
yang diadopsikan pemerintah yang menyarankan bahwa discount rate yang
digunakan pada investasi sektor publik harus dinilai dengan pengujian social discount
rate.
2.6.2 Inflasi
Semakin tinggi tingkat inflasi, semakin rendah nilai riil keuntungan dimasa
depan yang diharapkan (expected future return) sehingga semakin tinggi tingkat
keuntungan yang disyaratkan. Inflasi yang tinggi menyebabkan required rate of
return semakin tinggi.
2.6.3 Risiko dan Ketidakpastian
Required rate of return akan semakin tinggi jika risiko investasi naik. Ketidak
pastian ekonomi dan hukum, kekacauan sosial-politik, tidak adanya jaminan
keamanan, dan kebijakan yang tidak konsisten dapat meningkatkan risiko investasi.
Terjaminya keamanan berinvestasi, penegakan hukum dan demokrasi, terjaminnya
property right dan contrct right dapat menurunkan risiko investasi.
16
2.7 Capital Rationing
Adalah keadaan ketika organisasi menghadapi masalah investasi. Perankingan
dapat dilakukan dengan menggunakan rasio manfaat/biaya atau dapat menggunakan
model pemrograman linear. ketersediaan dana untuk melakukan pengeluaran
investasi. Oleh karena itu harus dilakukan perankingan
Hal-hal yang harus diperhatikan atas penilaian investasi publik yaitu:
1. Tingkat utang pemerintah; Jumlah yang harus dibayarkan pemerintah atas
perolehan sumber pembiayaan di luar pajak.
2. Tingkat kesempatan sosial yang dikorbankan (social opportunity cost
rate) Proyek pemerintah harus dapat menghasilkan tingkat keuntungan
(return) yang minimal sama dengan tingkat keuntungan proyek sektor
swasta dengan penggunaan dana yang sama.
3. Social time preference rate Mereflesikan tingkat keuntungan yang
diisyaratkan oleh masyarakat jika menunda konsumsi saat ini untuk
kepentingan konsumsi dimasa depan.
2.8 Teknik Dasar Penilaian Investasi Publik
1. Identifikasi kebutuhan investasi yang mungkin dilakukan.
2. Menentukan semua manfaat dan biaya dari proyek yang akan dilaksanakan
(cost/benefi relationship).
3. Menghitung manfaat dan biaya dalam rupiah.
4. Memilih proyek yang memiliki manfaat terbesar dan efektivitas biaya yang
tinggi.
17
Terdapat beberapa teknik untuk melakukan penilaian investasi. Teknik untuk
mengevaluasi investasi dibedakan menjadi dua metode, yaitu: (1) metode penilaian
investasi tradisional, dan (2) metode aliran kas yang didiskontokan (discounted cash
flow/DFC). Metode penilaian investasi dengan menggunakan discounted cash flow
misalnya adalah net present value (NPV) dan internal rate of return (IRR). NPV
dihitung dengan cara mendiskontokan aliran kas di masa datang (future cash flow)
dengan faktor diskonto tertentu yang merefleksikan biaya kesempatan modal
(opportunity cost of capital).
IRR mendiskontokan future cash flow pada tingkat NPV yang bernilai nol.
Atau dengan kata lain adalah ukuran yang menyetarakan aliran kas bersih di masa
datang (future net cash flow) dengan pengeluaran investasi awal.
Untuk menganalisis usulan investasi publik, manajer publik dapat
menggunakan alat analisis yang biasa dugunakan untuk menilai kelayakan suatu
proyek pada sektor swasta, misalnya NPV, IRR, payback period, dan sebagainya.
2.8.1 Net Present Benefits (NPB)
Net Present Benefit (Manfaat Bersih Sekarang) merupakan nilai bersih suatu
proyek setelah dikurangi seluruh biaya pada satu tahun tertentu dari keuntungan atau
manfaat yang diterima pada tahun yang bersangkutan dan didiskontokan dengan
tingkat bunga yang berlaku.
2.8.2 Analisis Payback Period
Metode payback period digunakan untuk mengetahui jangka waktu
pengembalian investasi. Payback period merupakan teknik analisis investasi yang
18
relative mudah dan sederhana. Sehingga banyak digunakan. Namun demikian,
payback period mengandung kelamahan, yaitu:
1. Metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau proceeds
yang diperoleh setelah payback period tercapai.
2. Metode payback period mengabaikan nilai waktu uang.
3. Metode payback period tidak dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan investasi yang bersifat mutually exclusive.
2.8.3 Analisis Biaya-Manfaat (Cost Benefit Analysis)
Metode cost benefit analysis (CBA) atau benefit cost ratio merupakan cara
mengevaluasi suatu proyek dengan membandingkan nilai sekarang (present value)
dari seluruh manfaat/keuntungan yang diperoleh dengan nilai sekarang dari seluruh
biaya proyek tersebut.
Keputusan mengenai aktivitas investasi dalam private sector detekankan
dengan menilai apakah pemilik perusahaan akan menjadi lebih baik dengan
melakukan investasi tersebut. Sementara itu, keputusan investasi dalam organisasi
sektor publik lebih difokuskan pada penilaian apakah masyarakat secara keseluruhan
akan menjadi lebih baik dengan adanya investasi tersebut. Untuk menentukan
manfaat sosial bersih ini tidak hanya diperhitungkan manfaat yang tangible
melainkan juga termasuk manfaat yang intangible.
Menurut Dixon (1994) dalam Blundell dan Murdock (1997), analisis biaya-
manfaat pada dasarnya harus dapat mengukur manfaat sosial bersih (net social
benefit), yaitu :
19
1. Menutuskan biaya dan manfaat apa saja yang akan dimasukkan.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya double
counting, yaitu satu manfaat atau biaya yang menyebabkan manfaat atau
biaya yang lain dimasukkan sacara bersama-sama.
2. Mengukur dan mengevaluasi biaya dan manfaat. Manfaat dan biaya yang
berwujud (tangible) lebih mudah untuk dihitung, akan tetapi yang bersifat
tidak berwujud (intangible) relatif sulit untuk dihitung.
3. Timing dan aliran biaya dan manfaat.
Tahap ketiga terkait dengan masalah waktu pengakuan biaya atau manfaat yang
terjadi.
2.8.5 Analisis Efektivitas Biaya (Cost-Effectiveness Analysis)
Analisis efektivitas biaya dilakukan karena terdapat kesulitan dalam
menghitung biaya dan manfaat sosial secara kuantitatif.
Langkah-langkah dalam melakukan analisis efektivitas biaya adalah sebagai berikut:
1. Menentukan jumlah dan waktu atas semua biaya modal.
2. Membuat estimasi biaya yang akan terjadi (running cost) selama umur yang
diharapkan dari suatu proyek.
3. Membuat estimasi output terukur selama umur yang diharapkan dari suatu
proyek.
4. Membuat estimasi pengaruh biaya dan pendapatan atas aktivitas yang
dilakukan.
20
5. Mendiskontokan biaya dan manfaat yang dapat diukur untuk memungkinkan
melakukan perbandingan.
6. Menjelaskan secara realistis mengenai kemungkinan adanya biaya-biaya dan
manfaat yang tidak dapat dikuantitatifkan yang akan muncul dari proyek yang
akan dijalankan.
Dalam prakteknya, terdapat beberapa kesulitan dalam melakukan analisis
efektifitas biaya. Kesulitan tersebut terjadi pada waktu membuat estimasi atau
perkiraan mengenai waktu dan besarnya jumlah biaya dan manfat dimasa datang.
Kesulitan juga dialami pada saat pemilihan tingkat diskonto yang tepat atau
penyesuaian untuk tingkat risiko dan ketidakpastian, sebagai gambaran dalam seksi
pendahuluan pada analisis cost-benefit. Namun demikian, mekanisme pendiskontoan
pada dasarnya tidak berbeda dari yang biasa diterapkan pada sektor swasta.
Perbedaan Investasi Sektor Publik Investasi Sektor Privat
Definisi
Penanaman modal jangka
panjang dalam rangka
meningkatkan kualitas dan
kuantitas pelayanan publik.
Pengeluaran yang dilakukan
secara occasionally atau pada
saat tertentu yang sifatnya
jangka panjang.
Ruang
Lingkup
Terkait dengan peningkatan
kualitas dan kuantitas
pelayanan publik yang meliputi
penyediaan atau penambahan
kapasitas fasilitas publik.
Terkait dengan usaha
pencapaian tujuan organisasi,
biasanya profit oriented. Dapat
bertujuan untuk ekspansi atau
pengadaan barang yang dapat
meningkatkan produktivitas dan
efisiensi
21
Dinamika Investasi Fisik, Investasi Pembangunan Manusi dan Kemiskinan
Perkembangan peranan investasi fisik yang dilakukan oleh pihak swasta
terhadap PDRB Aceh Barat terus mengalami penurunan. Penurunan tersebut
berlangsung bukan hanya terjadi selama periode akhir tsunami namun sampai saat
ini. Peranan investasi swasta terhadap pertumbuhan ekonomi Aceh Barat sebelum
memasuki periode krisis berkisar rata-rata sebesar 23,15 persen. Dalam periode
krisis, investasi swasta merosot dibandingkan periode sebelumnya yakni menjadi
22,07 persen.
Pertumbuhan peranan investasi swasta tetap cenderung turun rata-rata hingga
mencapai 15,04 persen meskipun pertumbuhan ekonomi cenderung meningkat.
Penurunan ini diduga erat kaitannya dengan kondisi non-ekonomi sendiri,
diantaranya adalah (a) country risk dan penegakan hukum yang lemah, (b) birokrasi
(pungli), (c) tumpang tindih dalam per-UU-an dan Perda.
Hal tersebut memberikan sinyal bahwa pertumbuhan ekonomi yang semakin
membaik belum tentu akan diimbangi dengan minat investor untuk menanamkan
investasinya di wilayah tersebut bila tidak diimbangi dengan situasi yang kondusif
pada bidang lainnya. Dengan kata lain, investor memerlukan investment incentive
baik berupa faktor ekonomi maupun di luar faktor ekonomi
2.8 Kemiskinan Salah satu masalah yang dihadapi oleh beberapa negara berkembang adalah
kemiskinan, yang merupakan refleksi dari ketidakmampuan seseorang untuk
memenuhi kebutuhannya sesuai dengan standar yang berlaku. Kemiskinan banyak
22
dihadapi oleh rakyat Indonesia khususnya setelah krisis ekonomi pada
tahun1998, dimana tingkat kemiskinan cenderung naik dari tahun ke tahun.
Secara ekonomi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan sumber
daya yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan
kesejahteraan sekelompok orang. Bappenas (2004) mendefinisikan kemiskinan
sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak
mampu memenuhi hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupan yang bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefinisikan sebagai
kondisi dimana seseorang tidak dapat menikmati segala macam pilihan dan
kesempatan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya, seperti tidak dapat memenuhi
kesehatan, standar hidup, kebebasan, harga diri dan rasa dihormati seperti orang
lain. Selain itu menurut World Bank, dalam definisi kemiskinan adalah: ”the
denial of choice and opportunities most basic for human development to lead a
long healthy, creative life and enjoy a decent standard of living freedom, self
esteem and the respect of other”. (www.worlbank.org)
2.9 Indikator Kemiskinan Masalah kemiskinan bisa ditinjau dari lima sudut, yaitu persentase
penduduk miskin, pendidikan (khususnya angka buta huruf), kesehatan (antara
lain angka kematian bayi dan anak balita kurang gizi), ketenagakerjaan, dan
ekonomi (konsumsi/kapita). Indikator-indikator utama kemiskinan berdasarkan
pendekatan di atas yang di kutip dari Badan Pusat Statistik, antara lain sebagai
berikut :
23
1 . Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang,
pangan dan papan).
2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya
(kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).
3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi
untuk pendidikan dan keluarga).
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun
kelompok.
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber
daya alam.
6. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
7. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian
yang berkesinambungan.
8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
9. Ketidakmampuan dan ketergantungan sosial (anak-anak terlantar,
Wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok
margina dan terpencil).
Selain BPS, UNDP dalam laporan Human Development Report 1997
memperkenalkan ukuran kemiskinan dimana ukuran kemiskinan disebut dengan
Indeks Kemiskinan Manusia ( Human Poverty Index-HPI. kemiskinan harus
diukur dalam satuan hilangnya tiga hal utama (three key deprivation), yaitu
24
kehidupan (lebih dari 30 persen di negara-negara kurang berkembang tidak
mungkin hidup lebih dari umur 40 tahun), pendidikan dasar (seperti diukur oleh
presentase penduduk dewasa yang buta huruf, dengan penekanan pada hilangnya
hak pendidikan perempuan), serta keseluruhan ketetapan ekonomi (diukur oleh
presentase penduduk yang tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan dan
air bersih ditambah presentase anak-anak dibawah usia 5 tahun yang kekurangan
berat badan.(Safi’i, 2011)
Ukuran kemiskinan menurut Nurkse,1953 dalam Kuncoro, (1997) secara
sederhana dan yang umum digunakan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
2.9.1 Kemiskinan Absolut Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya
berada di bawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk menentukan kebutuhan
dasar hidupnya. Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan
minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian
dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup.
Kesulitan utama dalam konsep kemiskinan absolut adalah menentukan
komposisi dan tingkat kebutuhan minimum karena kedua hal tersebut tidak hanya
dipengaruhi oleh adat kebiasaan saja, tetapi juga iklim, tingkat kemajuan suatu
negara, dan faktor-faktor ekonomi lainnya. Walaupun demikian, untuk dapat
hidup layak, seseorang membutuhkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan sosialnya.
25
2.9.2 Kemiskinan Relatif Seseorang termasuk golongan miskin relatif apabila telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan
keadaan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan konsep ini, garis kemiskinan akan
mengalami perubahan bila tingkat hidup masyarakat berubah sehingga konsep
kemiskinan ini bersifat dinamis atau akan selalu ada. Oleh karena itu, kemiskinan
dapat dari aspek ketimpangan sosial yang berarti semakin besar ketimpangan
antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah, maka akan
semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan selalu miskin.
2.9.3 Kemiskinan Kultural
Seseorang termasuk golongan miskin kultural apabila sikap orang atau
sekelompok masyarakat tersebut tidak mau berusaha memperbaiki tingkat
kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya atau dengan
kata lain seseorang tersebut miskin karena sikapnya sendiri yaitu pemalas dan
tidak mau memperbaiki kondisinya.Indikator kemiskinan merupakan ukuran dimana
suatu penduduk dinyatakan miskin atau tidak, indikator ini salah satunya dapat
diukur dengan penentuan garis kemiskinan. Garis kemiskinan merupakan
sebuah ukuran yang menyatakan besarnya pengeluaran untuk memenuhi
kebutuhan dasar minimum makanan dan kebutuhan non makanan, atau standar yang
menyatakan batas seseorang dikatakan miskin bila dipandang dari sudut
konsumsi. Garis kemiskinan setiap negara berbeda-beda, sehingga tidak ada satu
garis kemiskinan yang berlaku umum. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
26
lokasi dan standart kebutuhan hidup.
Di Indonesia, garis kemiskinan yang biasanya dipakai untuk mencerminkan
tingkat penduduk miskin adalah garis kemiskinan yang diterapkan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS). Penetapan perhitungan garis kemiskinan dalam masyarakat
adalah masyarakat yang berpenghasilan dibawah Rp 7.057 per orang per hari.
Penetapan angka Rp 7.057 per orang per hari tersebut berasal dari perhitungan
garis kemiskinan yang mencakup kebutuhan makanan dan non makanan. Untuk
kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100 kilokalori per kapita per
hari. Sedang untuk pengeluaran kebutuhan minimum bukan makanan meliputi
pengeluaran untuk perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Sedangkan ukuran
menurut World Bank menetapkan standar kemiskinan berdasarkan pendapatan per
kapita. Penduduk yang pendapatan per kapitanya kurang dari sepertiga rata-rata
pendapatan perkapita nasional. Dalam konteks tersebut, maka ukuran kemiskinan
menurut World Bank adalah USD $2 per orang per hari.
2.1.6.2 Penyebab Kemiskinan
Sharp (dalam Mudrajad, 1997) mencoba mengidentifikasi penyebab kemiskinan
dipandang dari sisi ekonomi. Kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan
pola kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang
timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan
kualitasnya rendah. Selain itu, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas
sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti
produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya
27
kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya tingkat pendidikan, nasib yang
kurang beruntung, adanya diskriminasi atau karena keturunan. Kemiskinan muncul
juga akibat adanya perbedaan akses dalam modal.
Penyebab kemiskinan diatas berakibat pada munculnya teori lingkaran setan
kemiskinan (vicious circle of poverty). Yang dimaksud lingkaran kemiskinan
adalah suatu rangkaian kekuatan yang saling mempengaruhi keadaaan dimana
suatu negara akan tetap miskin dan akan banyak mengalami kesukaran untuk
mencapai tingkat pembangunan yang lebih baik. Adanya keterbelakangan,
ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya
produktivitas, seterusnya mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka
terima dan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya
investasi berakibat pada keterbelakangan, dan seterusnya, logika berpikir ini
dikemukakan oleh Ragnar Nurkse (dalam Hutagalung, 1964).
Kuncoro dalam Safi’i (2004) menyebutkan bahwa penyebab kemniskinan bisa
dianalisis dari dua aspek, yaitu aspek sosial dan ekonomi pendapatan yang timpang.
Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan
kualitasnya rendah. Selain itu, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas
sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti
produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya
kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya tingkat pendidikan, nasib yang
kurang beruntung, adanya diskriminasi atau karena keturunan. Kemiskinan muncul
juga akibat adanya perbedaan akses dalam modal. Kuncoro dalam Safi’i (2004)
28
menyebutkan bahwa penyebab kemniskinan bisa dianalisis dari dua aspek, yaitu
aspek sosial dan ekonomi. karena dua aspek tersebut memiliki saling keterkaitan.
Adapun penyebab kemiskinan jika di pandang secara ekonomi adalah sebagai
berikut:
a) Rendahnya akses terhadap lapangan pekerjaan. Tingkat kesempatan
kerja adalah rasio antara jumlah penduduk yang bekerja terhadap
jumlah angkatan kerja. Pada negara berkembang rasio tersebut lebih
rendah dari negara maju sehingga jumlah kemiskinan di negara
berkembang lebih tinggi dari negara maju.
b) Lemahnya akses masyarakat terhadap faktor produksi, Lemahnya
akses masyarakat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Rendahnya akses modal usaha. Hal tersebut menyebabkan
masyarakat miskin tidak mampu mengembangkan usahanya.
2. Lemahnya masyarakat dalam mengakses pasar.
3. Sedikitnya kepemilikan aset. Selain penyebab kemiskinan dipandang secara ekonomi, penyebab kemiskinan juga
dapat dilihat secara sosial. Adapun hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Rendahnya akses pendidikan. Pada negara terbelakang, pendidikan
masyaraktnya masih rendah sehingga tingkat produktivitasnya
rendah dan akhirnya berdampak pada rendahnya penghasilan yang
menyebabkan terjadinya proses kemiskinan.
29
b) Rendahnya akses fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan di
negara terbelakang jauh lebih sedikit dan kualitasnya tertinggal dari
negara maju. Pada masyarakat yang berkorelasi positif antara
kemiskinan dengan akses kesehatan, diperlukan cara keluar dari
rendahnya akses masyarakat miskin terhadap fasilitas kesehatan
dengan melakukan proteksi terhadap masyarakat miskin melalu
program seperti jamkesnas.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3. 1. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitiannya adalah seluruh investasi
publik yang ada di Kabupaten Aceh Barat dan hubungannya dengan tingkat
kemiskinan.
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat terbagi atas tiga bagian, yakni:
• Periode 1998-2004, merupakan periode terpuruknya pertumbuhan
ekonomi hingga mencapai angka minus pada semua kecamatan.
Keadaan ini lebih dikenal dengan periode krisis ekonomi, masa
konflik dan bencana tsunami.
• Periode 2005- 2012, merupakan priode pertumbuhan ekonomi hingga
mencapai pada tingkat memuaskan.
3. 2. Data Penelitian
3.2.1. Jenis dan sumber data
Data yang dipergunakan adalah data sekunder yang diperolah dari BPS
Aceh Barat; Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh Barat;
Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah ( DPKKD ) Kabupaten Aceh
Barat dan Anggaran Pengeluaran dan Belanja Daerah (APBD). Unit analisis
penelitian ini untuk seluruh variabel (independen dan dependen) adalah
kecamatan di Aceh Barat.
31
3.2.2.Teknik Pengumpulan Data
Teknik dan Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain:
1. Studi Pustaka (Library Research )
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dengan cara
membaca buku-buku dan literatur lain nya baik yang diwajibkan maupun yang di
anjurkan, yang berhubungan dan ada kaitannya dengan masalah yang akan di
bahas dalam penelitian ini.
2. Penelitian lapangan ( Field Research )
Metode ilmiah ini di lakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder secara
lansung dari sumbernya.
3.3. Teknik Analisis dan Pengolahan Data
Teknik analisis dan pengolahan data menggunakan regresi linier berganda
(multiple linear regression) yang diterapkan untuk data panel (gabungan antara
data kerat lintang dan data runtut waktu).
Berdasarkan penelitian yang pernah dikembangkan oleh Kim (1997) oleh
peneliti dijadikan sebagai landasan dalam merancang model untuk melihat
pertumbuhan perekonomian di kabupaten Aceh Barat yang dipengaruhi oleh
input swasta maupun aktivitas pemerintah. Aktivitas pemerintah tampak dari
pengeluaran untuk modal fisik maupun pengeluaran sektor nvestasi publik
lainnya.
Model Regresi Linier Berganda dengan Data Panel Metode estimasi yang
akan digunakan adalah general least square (GLS). Metode GLS adalah
transformasi dari metode OLS (ordinary least square) dengan satu per akar
32
H
H
0
1
varians (standard error) atau 1/s [Gujarati, 2003]. Penggunaan metode estimasi
GLS adalah untuk mengatasi gangguan heterokedastisitas yang cenderung
terjadi pada jenis kerat lintang.
Uji Hausman dalam memilih model fixed effects (FE) atau random effects (RE)
untuk memperoleh estimator yang baik, maka digunakan hipotesis sebagai
berikut:
Hipotesis dalam uji Hausman yaitu:
: terpilih RE (random effects)
: terpilih FE (fixed effects)