Proposal Skripsi Inessaigner
description
Transcript of Proposal Skripsi Inessaigner
KORELASI BODY MASS INDEXTERHADAP KADAR TRIGLISERIDA PADA DIABETES
MELITUS TIPE 2
DI RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG
Usulan Skripsi
Diajukan oleh:
Ines Permata Putri
NIM: 108114145
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
Persetujuan Pembimbing
KORELASI BODY MASS INDEX TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA PADA DIABETES MELITUS TIPE 2
DI RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG
Usulan skripsi yang diajukan oleh:
Ines Permata Putri
NIM : 108114145
telah disetujui oleh
Pembimbing Utama
(dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK)Tanggal 14 Mei 2013
ii
INTISARI
Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan tipe DM yang sering terjadi pada orang dewasa yang obesitas. Komplikasi yang sering terjadi pada penyandang DM tipe 2 adalah penyakit kardiovaskuler. Faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler pada penyandang DM tipe 2 adalah dislipidemia yang ditandai salah satunya dengan kenaikan kadar trigliserida. Orang yang obesitas memiliki risiko mengalami dislipidemia. Obesitas dapat diukur dengan salah satu metode antropometri yaitu body mass index (BMI). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur korelasi antara BMI terhadap kadar trigliserida pada DM tipe 2.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Responden penelitian adalah penyandang DM tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung berjumlah 120 orang yang terdiri dari 60 pria dan 60 wanita dengan usia >40 tahun dan dipilih menggunakan teknik non-random dengan jenis purposive sampling. Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran body mass index, sedangkan kadar trigliserida diperoleh dari hasil Laboratorium RSUD Kabupaten Temanggung menggunakan metode GPO-PAP.
Kata kunci : Diabetes melitus tipe 2, body mass index, trigliserida
iii
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Prevalensi diabetes melitus (DM) di Indonesia pada tahun 2030
diperkirakan mencapai 21,3 juta orang (Wild, Roglic, Green, Sicree dan King,
2004). Diabetes melitus tipe 2 merupakan tipe DM yang sering terjadi pada orang
dewasa yang obesitas (Crowley, 2001).American Diabetes Association(2012)
menyatakan bahwa DM tipe 2 menyumbang 90% dari seluruh kasus diabetes.
Insiden DM tipe 2 banyak terjadi pada usia lebih dari 40 tahun (Yuliasih, 2009).
Komplikasi diabetes yang utama adalah penyakit kardiovaskuler yang
menjadi penyebab kematian pada orang dengan diabetes (National Diabetes
Education Program, 2007). American Heart Association (2013 a) menyatakan
bahwa penyakit jantung dan stroke adalah penyebab kematian dan kecacatan
nomor satu pada orang dengan DM tipe 2. Sekitar 65% orang dengan DM
meninggal karena berbagai bentuk penyakit jantung dan stroke (NDEP, 2007).
International Diabetes Federation (2007) menyatakan bahwa sindrom
metabolik menjadi pemicu munculnya DM tipe 2.Sindrom metabolik merupakan
abnormalitas metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang ditandai dengan
dislipidemia, kenaikan tekanan darah, kenaikan kadar glukosa darah puasa dan
obesitas (Knowles, Paiva, Sanchez, Revilla, Lopez, Yasuda, et al., 2011).
1
2
Dislipidemia merupakan salah satu faktor risikopaling utama untuk
penyakit kardiovaskuler yang banyak terdapat pada DM tipe 2 (Santoso, 2006;
Kumar, Abbas dan Fausto, 2009). Dislipidemia pada DM meliputi kenaikan kadar
trigliserida, penurunan kolesterol high-density lipoprotein (HDL) dan kenaikan
kadar kolesterol low-density lipoprotein (LDL) (Mooradian, 2009). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Soewondo, Soegondo, Suastika, Pranoto,
Soeatmadji dan Tjokroprawiro (2010) pada 1390 penyandang DM tipe 2 di pusat
kesehatan sekunder dan tersier di Indonesia, 60% di antaranya mengalami
dislipidemia.
Berat badan berlebih dan obesitas menjadi faktor risiko DM tipe 2 yang
mengarah ke tingginya risiko penyakit kardiovaskuler dan penyandang DM tipe 2
cenderung mengalami dislipidemia yang disebut dislipidemia diabetik(AHA,
2013b; World Heart Federation, 2013). Penelitian oleh Shah, Devrajani,
Devrajani dan Bibi (2010) di Pakistan yang membandingkan profil lipid antara
kelompok obesitas dan non-obesitas menunjukkan adanya korelasi yang kuat
antara dislipidemia dengan obesitas dengan nilai rerata kolesterol HDL total, LDL
total dan trigliserida pada kelompok obesitas berbeda signifikan (p<0,05) dengan
non-obesitas. Trigliserida sebagai salah satu komponen lipid dapat menjadi
penanda untuk faktor risiko lipid lain (tingginya LDL dan rendahnya HDL) dan
faktor risiko non-lipid (kenaikan tekanan darah) (National Cholesterol Education
Program Adult Treatment Panel III, 2002).
Obesitas dapat diukur dengan antropometri. Antropometri
merupakanpengukuran status nutrisi umum seseorang atau kelompok
3
populasiyang murah dan non-invasif yang digunakan secara luas (Cogill, 2003).
Salah satu pengukuran antropometri adalah body mass index (BMI).BMI
merupakan pengukuran untuk obesitas keseluruhan yang mudahdalam memantau
peningkatan risiko kesehatan karena berat badan berlebih pada tingkat
populasi.Pengukuran lemak tubuh yang sesungguhnya tidak praktis dan mahal
untuk digunakan pada tingkat populasi dan pengukuran lemak tubuh lainnya sulit
mengukur secara akurat dan konsisten pada populasi besar (misal skinfold
thickness atau lingkar pinggang)(National Obesity Observatory, 2009). Sakurai,
Takamura, Miura, Kaneko dan Nakagawa (2008) dalam penelitiannya pada wanita
Jepang usia 35-59 tahun menyatakan bahwa pada wanita Asia yang kurus, BMI
dapat menjadi indeks yang lebih baik daripada lingkar pinggang untuk lemak total
dan abdominal dalam menentukan sindrom metabolik.
Berdasarkan data rekam medik RSUD Kabupaten Temanggung, jumlah
penyandang DM tipe 2 yang melakukan rawat jalan terus meningkat sejak
2010.Data penelitian di RSUD Kabupaten Temanggung melaporkan bahwa belum
pernah dilakukan penelitian observasional dengan responden penyandang DM
RSUD Kabupaten Temanggung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur korelasi BMI sebagai parameter
obesitas terhadap kadar trigliserida pada DM tipe 2 di RSUD Kabupaten
Temanggung. Dengan adanya penelitian ini, peneliti mengharapkan adanya
gambaran korelasi antara BMI dengan peningkatan kadar trigliserida dalam darah
pada respondenDM tipe 2sehingga dapat memprediksi terjadinya dislipidemia
yang merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler.
4
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang tercantum dalam latar belakang di atas, maka
permasalahan yang diangkat oleh penulis dalam penelitian ini adalah:
Apakah terdapat korelasi antara body mass index (BMI) terhadap kadar
trigliserida pada penyandang diabetes melitus tipe 2?
2. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan korelasi body mass index
(BMI) terhadap kadar trigliserida yang telah dipublikasi antara lain sebagai
berikut:
a. Waist Circumference, Body Mass Index, and Other Measures of
Adiposity in Predicting Cardiovascular Disesase Risk Factors among Peruvian
Adults (Knowles, Paiva, Sanchez, Revilla, Lopez, Yasuda,et al., 2011) tentang
berbagai metode antropometri terhadap komponen sindrom metabolik. Penelitian
melibatkan 1518 orang dewasa Peru dengan rata-rata usia 38,3 tahun untuk pria
dan 39,9 tahun untuk wanita. Hasil penelitian menunjukkan kadar trigliserida
memiliki korelasi positif yang kuat terhadap BMI pada pria (r=0,462) dan wanita
(r=0,437).
b. A Study of Correlation between Lipid Profile and Body Mass Index
(BMI) in Patients with Diabetes Mellitus (Sandhu, Koley dan Sandhu, 2008).
Penelitian dilakukan di Punjab, India, dengan responden pria dan wanita yang
dipilihn secara random diabetes melitus usia 31-91 tahun. Hasil menunjukkan
adanya korelasi positif dari BMI terhadap trigliserida pada kelompok usia 31-40
tahun (r = 0,41) dan kelompok usia 61+ tahun (r = 0.23).
5
c. Frequency of Dyslipidemia in Obese versus Non-obese in Relation to
Body Mass Index (BMI), Waist Hip Ratio (WHR) and Waist Circumference (WC)
(Shah, Devrajani, Devrajani dan Bibi, 2010). Penelitian dilakukan di Liaquat
University Hospital, Pakistan, yang membandingkan kelompok obesitas dan non-
obesitas serta melibatkan 200 responden. Rancangan penelitian adalah cross
sectional komparatif. Perbandingan profil lipid antara kedua kelompok
menunjukkan nilai rata-rata kolesterol HDL total, kolesterol LDL total dan
trigliserida pada kelompok obesitas berbeda signifikan (p<0,05).
d. BMI May Be Better Than Waist Circumference for Defining Metabolic
Syndrome in Japanese Women (Sakurai, Takamura, Miura, Kanekodan
Nakagawa, 2008). Penelitian dilakukan di Jepang yang melibatkan subyek 2935
pria dan 1622 wanita berusia antara 35 dan 59 tahun. Hasil penelitian
menunjukkan BMI berkorelasi terhadap kadar trigliserida serum dan kolesterol
HDL. Namun lingkar pinggang lebih kuat berkorelasi dengan dislipidemia (kadar
trigliserida tinggi dan kolesterol HDL rendah) sementara BMI lebih kuat
berkorelasi dengan dislipidemia pada wanita.
e. Korelasi Body Mass Index terhadap (BMI) dan Triceps Skinfold
Thickness terhadap Rasio Kadar Kolesterol Total/HDL (Prayogie, 2011).
Penelitian melibatkan 70 subyek uji yang merupakan dosen dan karyawan pria
Kampus I, II, III, dan IV Universitas Sanata Dharma berusia 30-50 tahun. Hasil
penelitian menunjukkan adanya korelasi positif yang bermakna antara body mass
index terhadap rasio kolesterol total/HDL (p<0,050) dengan kekuatan korelasi
sedang.
6
f. Korelasi Body Mass Index dan Triceps Skinfold Thickness terhadap
Trigliserida (Anastasia, 2011). Penelitian termasuk observasional analitik dengan
rancangan cross sectional dan teknik non-random sampling dengan jenis
purposive sampling. Subyek penelitian berjumlah 70 orang yang merupakan
dosen dan karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan rentang usia
30-50 tahun. Hasil penelitian menemukan adanya korelasi positif yang bermakna
antarabody mass index terhadap kadar trigliserida dengan kekuatan lemah.
g. Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Abdominal Skinfold Thickness
terhadap Kadar Trigliserida pada Staf Wanita Universitas Sanata Dharma
(Poerwidjojo, 2011). Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan
rancangan cross sectional, teknik sampling yang digunakan adalah non-random
sampling dengan jenis purposive sampling. Responden merupakan 57 orang staf
wanita Universitas Sanata Dhama Yogyakarta dengan rentang usia 30-50 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif bermakna antara BMI
terhadap kadar trigliserida (r=0,444; p=0,001).
h. Hubungan Lingkar Pinggang dengan Kadar Gula Darah, Trigliserida
dan Tekanan Darah pada Etnis Minang di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera
Barat (Jalal, Liputo, Susanti dan Oenzil, 2006). Desain penelitian adalah cross
sectional. Responden berjumlah 92 orang yang dipilih secara multistage random
sampling. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif antara lingkar
pinggang terhadap trigliserida serum (r=0,292; p=0,005).
i. Hubungan Beberapa Indikator Antropometri dengan Profil Lipid
Pasien Dislipidemia (Dewi, 2005). Jenis penelitian adalah eksplanatif dengan
7
desain cross sectional. Responden merupakan pasien dislipidemia dengan jumlah
38 orang dan teknik pengambilan sampel dengan cara consecutive
samplingParameter antropometri berupa indeks massa tubuh, rasio lingkar
pinggang-panggul dan lingkar pinggang. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
korelasi bermakna antara indikator rasio lingkar pinggang-panggul dan lingkar
pinggang dengan kadar trigliserida (r 0,532, p= 0,01; r= 0,435, p= 0,006).
j. Relevansi Beberapa Ukuran Antropometrik dan Komposisi Badan
terhadap Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler pada Penduduk Daerah Istimewa
Yogyakarta (Hastuti, Rahmawati, Suriyanto dan Nuryana, 2009). Subyek
penelitian adalah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta, umur 20-60 tahun,
jumlah 200 orang yang terdiri atas 130 perempuan dan 70 laki-laki. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa BMI memiliki korelasi signifikan terhadap kadar
trigliserida pada laki-laki dan perempuan.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoretis . Penelitian ini diharapkan memberikan informasi
mengenai korelasi body mass index (BMI) terhadap kadar trigliserida pada
diabetes melitus tipe 2.
b. Manfaat praktis . Data yang diperoleh diharapkan dapat menjadi acuan
bagi pihak terkait mengenai korelasi body mass index (BMI) terhadap kadar
trigliserida pada diabetes melitus tipe 2 dan pengukuran body mass index
diharapkan mampu memberikan gambaran kadar trigliserida sehingga orang
dengan diabetes tipe 2 dapat memantau kesehatan fisiknya dan sebagai prediksi
terjadinya dislipidemia yang merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler.
8
B. Tujuan Penelitian
Untuk mengukur korelasi antara body mass index (BMI) terhadap kadar
trigliserida pada diabetes melitus tipe 2.
BAB II
PENELAHAAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang disebabkan oleh
ketidakmampuan sel-sel pankreas mensekresi insulin yang cukup atau insulin
yang tidak digunakan dengan efisien dengan gejala berupa kurangnya daya
kesanggupan (toleransi) karbohidrat, gangguan metabolisme lemak maupun
protein yang dikarenakan adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
keduanya. Salah satu manifestasi utama DM adalah kenaikan kadar glukosa darah
(American Diabetes Association, 2011; Crowley, 2001). Diabetes melitus
dibedakan menjadi 4 macam yaitu DM tipe 1 (destruksi sel beta sehingga
menyebabkan defisiensi insulin absolut), DM tipe 2 (defisiensi insulin relatif
hingga gangguan sekresi insulin serta resistensi insulin), DM tipe lain (genetik,
infeksi, dan obat-obatan) dan DM gestasional (muncul pada masa kehamilan)
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005).
Diabetes melitus tipe 2 lebih sering terjadi daripada tipe 1 dan insidennya
telah meningkat sejak 1940 dengan gangguan metabolik yang lebih kompleks.
Kondisi ini sering terjadi pada orang tua yang kelebihan berat badan dan orang
dewasa yang obesitas. Islet pankreas mensekresi insulin dengan normal, namun
jaringan tidak sensitif terhadap insulin dan tidak mampu merespon dengan baik
(Crowley, 2001; Huether dan McCance, 2008).
Diagnosis kadar glukosa dalam darah pada penderita DM 2 yaitu, lebih
dari 7,0 mmol/L (126 mg/dL) pada saat puasa dan lebih dari 11,1 mmol/L (200
9
10
mg/dL) pada saat 2 jam post-prandial (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia,
2011).
Diabetes melitus, terutama DM tipe 2, berkaitan dengan penyakit
kardiovaskuler. Orang dengan DM memiliki risiko dua hingga empat kali lipat
untuk mengalami penyakit koroner daripada orang tanpa DM (Ali, Narayan dan
Tandon, 2010). Penyakit kardiovaskuler adalah penyebab utama mortalitas pada
orang dengan diabetes (Boras, Pavlic-Renar, Car danMetelko, 2002).
Sindrom metabolik menjadi pemicu munculnya DM tipe 2 (International
Diabetes Federation, 2007) Sindrom metabolik merupakan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang ditandai dengan dislipidemia,
kenaikan tekanan darah, kenaikan kadar glukosa darah puasa dan obesitas
(Knowles, Paiva, Sanchez, Revilla, Lopez, Yasuda, et al., 2011).
B. Obesitas
Berat badan berlebih dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak
yang abnormal atau berlebih. Seseorang dianggap obesitas bila BMI >30 kg/m2,
dan berat badan berlebih dengan BMI>25 kg/m2 (World Health Organization,
2013). Prevalensi penyakit terkait obesitas, misalnya hipertensi dan penyakit arteri
koroner mulai meningkat pada nilai BMI >25,0 kg/m2 dan terus meningkat pada
nilai yang lebih tinggi (Kumar, Abbas dan Fausto, 2010).
Obesitas disebabkan karena adanya kelebihan asupan energi (energy
intake) dibandingkan dengan yang diperlukan (energy expenditure) oleh tubuh
sehingga kelebihan tersebut disimpan dalam bentuk lemak (Soegih dan
11
Wiramihardja, 2009). Selain karena kelebihan asupan energi, obesitas juga
merupakan dampak dari penurunan aktivitas fisik yang tidak melibatkan gerakan
atau kurang berolahraga (International Union of Food Science and Technology,
2007).
C. Dislipidemia
Dislipidemia merupakan kondisi gabungan dari kenaikan kadar
trigliserida dan penurunan kolesterol HDL bersamaan dengan peningkatan
apolipoprotein B (ApoB) dan LDL (IDF,2006). Dislipidemia dibagi menjadi
dislipidemia primer dan dislipidemia sekunder. Dislipidemia primer merupakan
ketidakmampuan memetabolisme lipid karena genetik (hiperkolesterolemia
familial). Dislipidemia sekunder dapat disebabkan oleh faktor lingkungan (diet
kaya akan lemak tersaturasi atau gaya hidup), penyakit seperti diabetes tipe 2, dan
obat-obatan (Misra, Luthra dan Vikram, 2004). Dislipidemia menjadi salah satu
faktor risiko untuk penyakit kardiovaskuler pada diabetes tipe 2 (Mooradian,
2009).
Profil lipid pada diabetes tipe 2 terdiri dari hipertrigliseridemia,
kolesterol HDL yang rendah dan kolesterol LDL yang normal. Molekul LDL yang
kecil dan padat rentan mengalami oksidasi sehingga hiperglikemia kronis dapat
meningkatkan glikasi LDL dan menaikkan aterogenisitas dari LDL (Canadian
Diabetes Association, 2006). Pelepasan asam lemak bebas dari sel-sel lemak
resisten insulin ke dalam hati dengan adanya simpanan glikogen yang adekuat
meningkatkan produksi trigliserida, yang kemudian menstimulasi sekresi ApoB
12
dan kolesterol VLDL. Ketidakmampuan insulin untuk menghambat pelepasan
asam lemak bebas mengarah ke peningkatan produksi kolesterol VLDL
hepatik(Mooradian, 2009).
D. Trigliserida
Trigliserida merupakan bentuk utama lemak yang ada di dalam tubuh
yang diperoleh dari asupan makanan dan hasil metabolisme di hati. Kadar
trigliserida yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis (American Heart
Association, 2013 b).
Hipertrigliseridemia dengan BMI>30 kg/m2 memiliki risiko mengalami
penyakit arteri koroner lebih tinggi dibandingkan dengan hipertrigliseridemia
dengan BMI<30kg/m2 pada pasien diabetes (Parvez, Ihsanullah, Rafiq, Ahmad
dan Khan, 2010). Orang dengan kenaikan trigliserida berada pada risiko tinggi
untuk penyakit jantung koroner. Peningkatan trigliserida juga dapat menjadi
marker untuk lipoprotein aterogenik lainnya, faktor risiko lipid lain (LDL dan
rendahnya HDL) dan faktor risiko nonlipid (kenaikan tekanan darah) (National
Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III, 2002). Klasifikasi
trigliserida serum adalah sebagai berikut:
Tabel I. Klasifikasi Trigliserida Serum (NCEP ATP III, 2002)Kategori Trigliserida Kadar Trigliserida
Normal <150 mg/dlBorderline-high triglycerides 150-199 mg/dl
Tinggi 200-499 mg/dlSangat tinggi ≥500 mg/dl
13
E. Antropometri
Antropometri adalah studi pengukuran tubuh manusia yang mencakup
dimensi tulang, otot, dan jaringan adiposa. Ruang lingkup antropometri meliputi
berbagai pengukuran tubuh manusia. Berat badan, tinggi badan, panjang tubuh
saat berbaring, skinfold thickness, lingkar tubuh (kepala, pinggang, lengan)
panjang lengan, dan lebar (bahu, pergelangan tangan) merupakan contoh
pengukuran antropometri (National Health and Nutrition Examination Survey,
2009). Perubahan dimensi tubuh dapat mencerminkan status kesehatan seseorang
dan populasi. Antropometri menjadi pengukuran yang banyak digunakan, murah
dan non-invasif untuk mengukur status gizi umum seseorang atau kelompok
populasi (Cogill, 2003).
Body mass index atau BMI merupakan salah satu metode antropometri.
BMI adalah pengukuran tinggi dan berat badan individu, dihitung dengan
membagi berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meterkuadrat.
Dengan BMI, berat badan seseorang distandarisasikan berdasarkan tinggi
badannya sehingga mampu membandingkan orang-orang dengan tinggi badan
berbeda. BMI merupakan pengukuran yang paling banyak digunakan untuk
memperkirakan apakah seseorang mengalami berat badan berlebih atau
obesitas.Selain itu, BMI merupakan pengukuran yang cukup untuk memantau
peningkatan risiko kesehatan karena berat badan berlebih pada level
populasi(National Obesity Observatory, 2009).
Menurut WHO (2013), klasifikasi internasional berat badan kurang, berat
badanberlebih dan obesitas berdasarkan BMI adalah sebagai berikut:
14
Tabel II. Klasifikasi BMI (WHO, 2013)Klasifikasi BMI (kg/m2)
Berat badan kurang <18,50Berat <16,00Sedang 16,00 -- 16,99Ringan 17,00 – 18,49
Normal 18,50 – 24,99Berat badan berlebih ≥25,00
Pre-obesitas 25,00 – 29,99Obesitas ≥30,00
Obesitas kelas I 30,00 – 34,99Obesitas kelas II 35,00 – 39,99Obesitas kelas III ≥40,00
Sementara itu, penelitian oleh Nyamdorj (2010) tentang nilai cut-offs
BMI untuk etnis Asia menyatakan nilai BMI pria sebesar 23-24 kg/m2 di Cina,
Jepang dan Thailand dan 22-23 kg/m2 di India.
F. Landasan Teori
Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan diabetes yang sering terjadi
pada orang dewasa yang obesitas. Komplikasi yang sering terjadi pada orang DM
tipe 2 adalah penyakit kardiovaskuler dan faktor risiko penyakit kardiovaskuler
yang utama pada DM tipe 2 adalah dislipidemia yang ditandai dengan kenaikan
kadar trigliserida, penurunan kolesterol HDL dan peningkatan LDL. Trigliserida
yang merupakan salah satu komponen lipid dapat menjadi penanda untuk faktor
risiko lipid lain seperti LDL dan HDL, serta faktor risiko non-lipid seperti
kenaikan tekanan darah. Orang yang obesitas memiliki risiko dislipidemia yang
dapat mengarah ke penyakit kardiovaskuler.
Obesitas dapat diukur dengan metode antropometri. Salah satu metode
antropometri adalah body mass index (BMI) yang telah banyak digunakan.
15
Pengukuran obesitas keseluruhan dengan BMI dapat memperkirakan kadar
trigliserida dalam darah yang menjadi faktor risiko penyakit kardiovaskuler.
G. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat korelasi positif yang
bermakna antara body mass indexterhadap kadar trigliserida pada diabetes melitus
tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan
pendekatan rancangan cross-sectional.Analisis korelasi yang dilakukan bertujuan
untuk mengetahui adanya korelasi antara body mass index (BMI)sebagai faktor
risiko terhadap kadar trigliserida yang merupakan faktor efek pada diabetes
melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung. Data penelitian yang diperoleh
diolah secara statistik untuk menganalisis korelasi antara faktor risiko dengan
faktor efek.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Body mass index (kg/m2)
2. Variabel tergantung
Kadar trigliserida (mg/dL)
3. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali : usia dan kondisi puasa sebelum
pengambilan data
b. Variabel tak terkendali : aktivitas, gaya hidup, pola makan, kondisi
patologis-fisiologis, dan obat-obatan yang dikonsumsi.
16
17
C. Definisi Operasional
1. Responden adalah penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten
Temanggung yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian.
2. Karakteristik penelitian meliputi demografi (usia), pengukuran antropometri
(BMI), dan hasil pemeriksaan yang didapat dari Laboratorium RSUD Kabupaten
Temanggung (kadar trigliserida).
3. Pengukuran body mass index adalah pengukuran berat badan dalam kilogram
(kg) dibagi dengan tinggi badan kuadrat dalam meter (m2).
4. Pengukuran body mass index dilakukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan. Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi badan pada
responden yang berdiri tegak dengan pandangan lurus, bahu rileks, tangan di sisi
tubuh, kaki lurus, telapak kaki pada posisi datar dan tidak memakai alas kaki.
Berat badan diukur dalam kilogram menggunakan timbangan berat badan pada
responden tanpa memakai alas kaki.
5. Kadar trigliserida didapat dari hasil laboratorium RSUD Kabupaten
Temanggung.
6. Standar yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
a. Body mass index : Menurut WHO (2013), BMI>25 kg/m2 dinyatakan sebagai
berat badan berlebih dan BMI>30kg/m2 dinyatakan sebagai obesitas.
b. Kadar trigliserida : Menurut NCEP ATP III (2002), batas bawah kadar
trgliserida 150 mg/dL.
18
D. Responden Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah penyandang diabetes melitus tipe
2 di RSUD Kabupaten Temanggung yang memenuhi kriteria inklusi dan esklusi.
Kriteria inklusi yaitu penyandang DM tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung,
pria dan wanita dengan usia lebih dari 40 tahun, bersedia berpuasa sebelum
pengambilan data dan menandatangi informed consent. Kriteria eksklusi yaitu
penyandang DM tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung dengan penyakit
penyerta seperti stroke, gangren, gagal ginjal dan penyakit jantung koroner pada
saat pemeriksaan serta tidak hadir pada saat pengambilan data.
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung yang berlokasi di
Jl. Dr. Sutomo No. 67, Temanggung, Jawa Tengah. Penelitian ini berlangsung
pada bulan Juni-Agustus 2013.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “Korelasi Pengukuran Antropometri
terhadap Profil Lipid, Kadar Glukosa Darah Puasa dan Tekanan Darah pada
Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung.” Penelitian ini
dilakukan berkelompok dengan jumlah anggota sebanyak 14 orang dengan bagian
yang berbeda.
19
G. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara non-
random dengan jenis purposive sampling. Jumlah responden yang ditetapkan
sebanyak 120 orang yang terdiri dari 60 pria dan 60 wanita.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah alat pengukur tinggi
badan, timbangan, leaflet dan informed consent. Alat pengukur tinggi badan dan
timbangan berfungsi untuk mengukur body mass index. Pemeriksaan kadar
trigliserida dilakukan oleh laboratorium RSUD Kabupaten Temanggung
menggunakan metode GPO-PAP.
I. Tata Cara Penelitian
1. Observasi awal
Observasi awal yang dilakukan dengan mencari rumah sakit umum
daerah (RSUD) yang tepat untuk diteliti dengan prevalensi penyandang DM tipe 2
yang tinggi.
2. Permohonan ijin dan kerjasama
Permohonan ijin ditujukan kepada Bagian Penelitian dan Pengembangan
(Litbang) RSUD Kabupaten Temanggung. Permohonan ijin selanjutnya ditujukan
kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearance.
20
Permohonan ijin dilakukan untuk memenuhi etika penelitian menggunakan
sampel darah manusia dan hasil penelitian dapat dipublikasikan.
3. Pembuatan informed consent dan leaflet
Informed consent yang dibuat harus memenuhi standar yang ditetapkan
oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Responden diminta untuk mengisi nama,
alamat, usia dan menandatanganinya. Leaflet berupa selembaran kertas berukuran
A4 yang berisi informasi mengenai penjelasan tentang penelitian.
4. Pencarian calon responden
Pencarian subjek penelitian dilakukan setelah mendapat ijin dari Litbang
RSUD Kabupaten Temanggung. Peneliti akan memberikan penjelasan mengenai
maksud dan tujuan penelitian kepada calon responden. Responden diminta untuk
mengisi nama, alamat, usia dan menandatanganinya.
5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian
Instrumen yang memiliki validitas dan reliabel yang baik dapat
dinyatakan dengan nilai CV (coefficient of variation) 5%. Validitas dan
reliabilitas dilakukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan individu
sebanyak 5 kali berturut-turut.
6. Pengambilan darah dan pengukuran antropometri
Pengambilan darah responden yang telah menandatangani informed
consent, dapat berpuasa sebelum waktu pengambilan darah serta tidak sakit pada
hari yang bersangkutan, dilakukan oleh Laboratorium RSUD Kabupaten
21
Temanggung. Pengukuran antropometri dilakukan oleh peneliti meliputi tinggi
badan dan berat badan.
7. Pembagian hasil pemeriksaan
Peneliti akan membagikan hasil pemeriksaan kepada responden secara
langsung. Hasil pemeriksaan dimasukkan ke dalam amplop dan peneliti
memberikan penjelasan langsung kepada responden untuk memahami hasil
laboratorium dan pengukuran antropometri tersebut.
8. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan kategorisasi data sejenis, yaitu
menyusun data dan menggolongkannya dalam kategori-kategori kemudian
dilakukan interpretasi.
J. Analisis data penelitian
Data yang sudah diperoleh kemudian diolah secara statistik. Langkah
pertama dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusi
normal suatu data. Data yang terdistribusi normal dilanjutkan dengan uji korelasi
menggunakan Pearson dan apabila tidak terdistribusi normal akan digunakan uji
Spearman dengan taraf kepercayaan 95%. Uji hipotesis dilakukan dengan melihat
nilai signifikansi p<0,05 (Dahlan dan Sopiyudin, 2011).
22
K. Jadwal Kegiatan
No. TahapLamanyaPenelitian
Bulan ke-1 2 3 4 5
1. Persiapan2. Studipustaka3. Penelitian
4.PengumpulandanPenyelesaian
data5. Analisis data6. Penyusunanlaporan
23
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M.K., Narayan, K.M., and Tandon, N., 2010, Diabetes & coronary heart disease: Current perspectives, Indian J Med Res, 584.
American Diabetes Association, 2011, Standards of Medical Care in Diabetes, Diabetes Care, vol. 34, 1.
American Diabetes Association, 2012, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus, Diabetes Care, vol. 35, 64, 65.
American Heart Association, 2013 a, Cardiovascular Disease and Diabetes, http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/Diabetes/WhyDiabetesMatters/Cardiovascular-Disease-Diabetes_UCM_313865_Article.jsp, diakses tanggal 8 Maret 2013.
American Heart Association, 2013 b, Cholesterol Abnormalities & Diabetes, http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/Diabetes/WhyDiabetesMatters/Cholesterol-Abnormalities-Diabetes_UCM_313868_Article.jsp, diakses tanggal 8 Maret 2013.
Anastasia, F., 2011, Korelasi Body Mass Index (BMI) terhadap Triceps Skinfold Thickness (TSFT) terhadap Trigliserida, Skripsi, 48, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Boras, J., Pavlic-Renar, I., Car, N., and Metelko., Z., 2002, Diabetes and Coronary Heart Disease, Diabetologia Croatica, 31-4, 199.
Canadian Diabetes Association, 2006, Dyslipidemia in Adults With Diabetes, Canadian Journal of Diabetes, 30 (3), 230-240.
Cogill, B., 2003, Anthropometric Indicators Measurement Guide, Food and Nutrition Technical Assistance, Washington D.C., pp. 10.
Crowley, L.V., 2001, An Introduction to Human Disease: Pathology and Pathophysiology Correlations, Fifth Edition, John and Bartlett Publishers, Sudbury, 585, 586.
Dahlan, M., dan Sopiyudin, 2012, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS, Edisi 5, Salemba Medika, Jakarta, pp. 62-75, 170- 175.
24
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus, http://ph-care-dm.pdf, diakses tanggal 29 April 2013.
Dewi, M., 2005, Hubungan Beberapa Indikator Antropometri dengan Profil Lipid Pasien Dislipidemia, Laporan Penelitian, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.
Hastuti, J., Rahmawati, N.T., Suriyanto, R.A., dan Nuryana, T., 2009, Relevansi Beberapa Ukuran Antropometrik dan Komposisi Badanterhadap Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler pada Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta, Laporan Penelitian, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Huether, S.E., and McCarce, K.L., 2008, Understanding Pathophysiology, Fourth Edition, Mosby, St. Louis, pp. 463, 465.
International Diabetes Federation, 2006, The IDF Consensus Worldwide Definition of The Metabolic Syndrome, IDF, Brussels, pp. 1
International Diabetes Federation, 2007, Metabolic Syndrome, The IDFConsensus Worldwide Definition of The Metabolic Syndrome, Brussels,pp. 10.
International Union of Food Science and Technology, 2007, IUFoST Scientific Information Bulletin-Obesity, The International Union of Food Science and Technology (IUFoST), Canada, pp. 1-5.
Jalal, F., Liputo, N.I., Susanti, N., dan Oenzil, F., 2005, Hubungan Lingkar Pinggang dengan Kadar Gula Darah, Trigliserida dan Tekanan Darah pada Etnis Minang di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, Laporan Penelitian, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang.
Knowles, K.M., Paiva, L.L., Sanchez, S.E., Revilla, L., Lopez, T., Yasuda, M.B., et al., 2011, Waist Circumference, Body Mass Index, and Other Measures of Adiposity in Predicting Cardiovascular Disease Risk Factors Among Peruvian Adults, International Journal of Hypertension, vol. 2011, 4.
Kumar, V., Abbas, A.K., dan Fausto, N., 2009, Robbins & Cotran: Dasar Patofisiologi Penyakit, Edisi 7, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 1228.
Misra, A., Luthra, K., and Vikram, N.K., 2004, Dyslipidemia in Asian Indians: Determinants and Significance, JAPI, vol. 52, 137.
25
Mooradian, A.D., 2009, Dyslipidemia in Type 2 Diabetes Mellitus, Nature Clinical Practice Endocrinology and Metabolism, 5(3), 150-151.
National Diabetes Education Program, 2007, The Link Between Diabetes and Cardiovascular Disease, U.S. Department of Health and Human Services’ National Diabetes Education, USA, pp. 1.
National Cholesterol Education Program: Adult Treatment Panel III, 2002, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III), National Institutes of Health, pp. II-5, II-6, II-7.
National Health and Nutrition Examination Survey, 2009, Anthropometry Procedures Manual, CDC, USA, pp. 1-1.
National Obesity Observatory, 2009, Body Mass Index as A Measure of Obesity, Association of Public Health Observatories, USA, pp. 2, 3, 5.
Nyamdorj, R., 2010, Anthropometric measures of obesity—their association with type 2 diabetes and hypertension, Tesis,14, 16, 24, Helsinki University, Helsinki.
Parvez, A., Ihsanullah, Rafiq, A., Ahmad, N., and Khan, E.K., 2010, Relationship of Glycaemia and Triglycerides with BMI in Diabetic Patients, J Ayub Med Coll Abbottabad, 22 (2), 165.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2011, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, Jakarta, pp.6-7.
Poerwowidjojo, F.S., 2011, Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Abdominal Skinfold Thickness terhadap Kadar Trigliserida pada Staf Wanita Universitas Sanata Dharma, Skripsi, 54, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Prayogie, R., 2011, Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Triceps Skinfold Thickness terhadap Rasio Kadar Kolesterol Total/HDL, Skripsi, 46, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Sakurai, M., Takamura, T., Miura, K., Kaneko, S., and Nakagawa, H., 2008, BMI May Be Better Than Waist Circumference for Defining Metabolic Syndrome in Japanese Women, Diabetes Care, vol, 31, no. 3.
Sandhu, H.V., Koley, S., dan Sandhu, K.S., 2008, A Study of Correlation between Lipid Profile and Body Mass Index (BMI) in Patients with Diabetes Mellitus, J. Hum Ecol, 227-229.
26
Santoso, T., 2006, Prevention of Cardiovascular Disease in Diabetes Mellitus, Acta Med Indones-Indones J Intern Med, vol. 38, no. 2, 98.
Shah, S.Z.A., Devrajani, B.R., Devrajani, T., and Bibi, I., 2010, Frequency of dyslipidemia in obese versus non-obese in relation to body mass index (BMI), waist hip ratio (WHR) and waist circumference (WC), Pakistan Journal of Science, vol. 62, no.1, 27.
Soegih, R.R., dan Wiramihardja, K.K., 2009, Obesitas Permasalahan dan Terapi Praktis, Sagung Seto, Jakarta, pp. 10.
Soewondo, P., Soegondo, S., Suastika, K., Pranoto, A., Soeatmadji, D.W., dan Tjokroprawiro, A., 2010, Outcomes on Control and Complications of Type 2 Diabetic Patients in Indonesia, The DiabCare Asia 2008 Study, 19(4), pp. 235-244.
Wild, S., Roglic, G., Green, A., Sicree, R., and King, H., 2004, Global Prevalence of Diabetes, Diabetes Care, vol. 27, no. 5, 1051.
World Health Organization, 2013, BMI Classification, http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html, diakses tanggal 1 Mei 2013.
World Heart Federation, 2013, Obesity, http://www.world-heart-federation.org/cardiovascular-health/cardiovascular-disease-risk-factors/obesity/, diakses tanggal 23 April 2013.
Yuliasih, W., 2009, Obesitas Abdominal sebagai Faktor Risiko Peningkatan Kadar Glukosa Darah, Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang.