Proposal Skripsi Inessaigner

44
KORELASI BODY MASS INDEXTERHADAP KADAR TRIGLISERIDA PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG Usulan Skripsi Diajukan oleh: Ines Permata Putri NIM: 108114145 i

description

diabetus militus

Transcript of Proposal Skripsi Inessaigner

Page 1: Proposal Skripsi Inessaigner

KORELASI BODY MASS INDEXTERHADAP KADAR TRIGLISERIDA PADA DIABETES

MELITUS TIPE 2

DI RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG

Usulan Skripsi

Diajukan oleh:

Ines Permata Putri

NIM: 108114145

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

i

Page 2: Proposal Skripsi Inessaigner

Persetujuan Pembimbing

KORELASI BODY MASS INDEX TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA PADA DIABETES MELITUS TIPE 2

DI RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG

Usulan skripsi yang diajukan oleh:

Ines Permata Putri

NIM : 108114145

telah disetujui oleh

Pembimbing Utama

(dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK)Tanggal 14 Mei 2013

ii

Page 3: Proposal Skripsi Inessaigner

INTISARI

Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan tipe DM yang sering terjadi pada orang dewasa yang obesitas. Komplikasi yang sering terjadi pada penyandang DM tipe 2 adalah penyakit kardiovaskuler. Faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler pada penyandang DM tipe 2 adalah dislipidemia yang ditandai salah satunya dengan kenaikan kadar trigliserida. Orang yang obesitas memiliki risiko mengalami dislipidemia. Obesitas dapat diukur dengan salah satu metode antropometri yaitu body mass index (BMI). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur korelasi antara BMI terhadap kadar trigliserida pada DM tipe 2.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Responden penelitian adalah penyandang DM tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung berjumlah 120 orang yang terdiri dari 60 pria dan 60 wanita dengan usia >40 tahun dan dipilih menggunakan teknik non-random dengan jenis purposive sampling. Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran body mass index, sedangkan kadar trigliserida diperoleh dari hasil Laboratorium RSUD Kabupaten Temanggung menggunakan metode GPO-PAP.

Kata kunci : Diabetes melitus tipe 2, body mass index, trigliserida

iii

Page 4: Proposal Skripsi Inessaigner

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Prevalensi diabetes melitus (DM) di Indonesia pada tahun 2030

diperkirakan mencapai 21,3 juta orang (Wild, Roglic, Green, Sicree dan King,

2004). Diabetes melitus tipe 2 merupakan tipe DM yang sering terjadi pada orang

dewasa yang obesitas (Crowley, 2001).American Diabetes Association(2012)

menyatakan bahwa DM tipe 2 menyumbang 90% dari seluruh kasus diabetes.

Insiden DM tipe 2 banyak terjadi pada usia lebih dari 40 tahun (Yuliasih, 2009).

Komplikasi diabetes yang utama adalah penyakit kardiovaskuler yang

menjadi penyebab kematian pada orang dengan diabetes (National Diabetes

Education Program, 2007). American Heart Association (2013 a) menyatakan

bahwa penyakit jantung dan stroke adalah penyebab kematian dan kecacatan

nomor satu pada orang dengan DM tipe 2. Sekitar 65% orang dengan DM

meninggal karena berbagai bentuk penyakit jantung dan stroke (NDEP, 2007).

International Diabetes Federation (2007) menyatakan bahwa sindrom

metabolik menjadi pemicu munculnya DM tipe 2.Sindrom metabolik merupakan

abnormalitas metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang ditandai dengan

dislipidemia, kenaikan tekanan darah, kenaikan kadar glukosa darah puasa dan

obesitas (Knowles, Paiva, Sanchez, Revilla, Lopez, Yasuda, et al., 2011).

1

Page 5: Proposal Skripsi Inessaigner

2

Dislipidemia merupakan salah satu faktor risikopaling utama untuk

penyakit kardiovaskuler yang banyak terdapat pada DM tipe 2 (Santoso, 2006;

Kumar, Abbas dan Fausto, 2009). Dislipidemia pada DM meliputi kenaikan kadar

trigliserida, penurunan kolesterol high-density lipoprotein (HDL) dan kenaikan

kadar kolesterol low-density lipoprotein (LDL) (Mooradian, 2009). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Soewondo, Soegondo, Suastika, Pranoto,

Soeatmadji dan Tjokroprawiro (2010) pada 1390 penyandang DM tipe 2 di pusat

kesehatan sekunder dan tersier di Indonesia, 60% di antaranya mengalami

dislipidemia.

Berat badan berlebih dan obesitas menjadi faktor risiko DM tipe 2 yang

mengarah ke tingginya risiko penyakit kardiovaskuler dan penyandang DM tipe 2

cenderung mengalami dislipidemia yang disebut dislipidemia diabetik(AHA,

2013b; World Heart Federation, 2013). Penelitian oleh Shah, Devrajani,

Devrajani dan Bibi (2010) di Pakistan yang membandingkan profil lipid antara

kelompok obesitas dan non-obesitas menunjukkan adanya korelasi yang kuat

antara dislipidemia dengan obesitas dengan nilai rerata kolesterol HDL total, LDL

total dan trigliserida pada kelompok obesitas berbeda signifikan (p<0,05) dengan

non-obesitas. Trigliserida sebagai salah satu komponen lipid dapat menjadi

penanda untuk faktor risiko lipid lain (tingginya LDL dan rendahnya HDL) dan

faktor risiko non-lipid (kenaikan tekanan darah) (National Cholesterol Education

Program Adult Treatment Panel III, 2002).

Obesitas dapat diukur dengan antropometri. Antropometri

merupakanpengukuran status nutrisi umum seseorang atau kelompok

Page 6: Proposal Skripsi Inessaigner

3

populasiyang murah dan non-invasif yang digunakan secara luas (Cogill, 2003).

Salah satu pengukuran antropometri adalah body mass index (BMI).BMI

merupakan pengukuran untuk obesitas keseluruhan yang mudahdalam memantau

peningkatan risiko kesehatan karena berat badan berlebih pada tingkat

populasi.Pengukuran lemak tubuh yang sesungguhnya tidak praktis dan mahal

untuk digunakan pada tingkat populasi dan pengukuran lemak tubuh lainnya sulit

mengukur secara akurat dan konsisten pada populasi besar (misal skinfold

thickness atau lingkar pinggang)(National Obesity Observatory, 2009). Sakurai,

Takamura, Miura, Kaneko dan Nakagawa (2008) dalam penelitiannya pada wanita

Jepang usia 35-59 tahun menyatakan bahwa pada wanita Asia yang kurus, BMI

dapat menjadi indeks yang lebih baik daripada lingkar pinggang untuk lemak total

dan abdominal dalam menentukan sindrom metabolik.

Berdasarkan data rekam medik RSUD Kabupaten Temanggung, jumlah

penyandang DM tipe 2 yang melakukan rawat jalan terus meningkat sejak

2010.Data penelitian di RSUD Kabupaten Temanggung melaporkan bahwa belum

pernah dilakukan penelitian observasional dengan responden penyandang DM

RSUD Kabupaten Temanggung.

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur korelasi BMI sebagai parameter

obesitas terhadap kadar trigliserida pada DM tipe 2 di RSUD Kabupaten

Temanggung. Dengan adanya penelitian ini, peneliti mengharapkan adanya

gambaran korelasi antara BMI dengan peningkatan kadar trigliserida dalam darah

pada respondenDM tipe 2sehingga dapat memprediksi terjadinya dislipidemia

yang merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler.

Page 7: Proposal Skripsi Inessaigner

4

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang tercantum dalam latar belakang di atas, maka

permasalahan yang diangkat oleh penulis dalam penelitian ini adalah:

Apakah terdapat korelasi antara body mass index (BMI) terhadap kadar

trigliserida pada penyandang diabetes melitus tipe 2?

2. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan korelasi body mass index

(BMI) terhadap kadar trigliserida yang telah dipublikasi antara lain sebagai

berikut:

a. Waist Circumference, Body Mass Index, and Other Measures of

Adiposity in Predicting Cardiovascular Disesase Risk Factors among Peruvian

Adults (Knowles, Paiva, Sanchez, Revilla, Lopez, Yasuda,et al., 2011) tentang

berbagai metode antropometri terhadap komponen sindrom metabolik. Penelitian

melibatkan 1518 orang dewasa Peru dengan rata-rata usia 38,3 tahun untuk pria

dan 39,9 tahun untuk wanita. Hasil penelitian menunjukkan kadar trigliserida

memiliki korelasi positif yang kuat terhadap BMI pada pria (r=0,462) dan wanita

(r=0,437).

b. A Study of Correlation between Lipid Profile and Body Mass Index

(BMI) in Patients with Diabetes Mellitus (Sandhu, Koley dan Sandhu, 2008).

Penelitian dilakukan di Punjab, India, dengan responden pria dan wanita yang

dipilihn secara random diabetes melitus usia 31-91 tahun. Hasil menunjukkan

adanya korelasi positif dari BMI terhadap trigliserida pada kelompok usia 31-40

tahun (r = 0,41) dan kelompok usia 61+ tahun (r = 0.23).

Page 8: Proposal Skripsi Inessaigner

5

c. Frequency of Dyslipidemia in Obese versus Non-obese in Relation to

Body Mass Index (BMI), Waist Hip Ratio (WHR) and Waist Circumference (WC)

(Shah, Devrajani, Devrajani dan Bibi, 2010). Penelitian dilakukan di Liaquat

University Hospital, Pakistan, yang membandingkan kelompok obesitas dan non-

obesitas serta melibatkan 200 responden. Rancangan penelitian adalah cross

sectional komparatif. Perbandingan profil lipid antara kedua kelompok

menunjukkan nilai rata-rata kolesterol HDL total, kolesterol LDL total dan

trigliserida pada kelompok obesitas berbeda signifikan (p<0,05).

d. BMI May Be Better Than Waist Circumference for Defining Metabolic

Syndrome in Japanese Women (Sakurai, Takamura, Miura, Kanekodan

Nakagawa, 2008). Penelitian dilakukan di Jepang yang melibatkan subyek 2935

pria dan 1622 wanita berusia antara 35 dan 59 tahun. Hasil penelitian

menunjukkan BMI berkorelasi terhadap kadar trigliserida serum dan kolesterol

HDL. Namun lingkar pinggang lebih kuat berkorelasi dengan dislipidemia (kadar

trigliserida tinggi dan kolesterol HDL rendah) sementara BMI lebih kuat

berkorelasi dengan dislipidemia pada wanita.

e. Korelasi Body Mass Index terhadap (BMI) dan Triceps Skinfold

Thickness terhadap Rasio Kadar Kolesterol Total/HDL (Prayogie, 2011).

Penelitian melibatkan 70 subyek uji yang merupakan dosen dan karyawan pria

Kampus I, II, III, dan IV Universitas Sanata Dharma berusia 30-50 tahun. Hasil

penelitian menunjukkan adanya korelasi positif yang bermakna antara body mass

index terhadap rasio kolesterol total/HDL (p<0,050) dengan kekuatan korelasi

sedang.

Page 9: Proposal Skripsi Inessaigner

6

f. Korelasi Body Mass Index dan Triceps Skinfold Thickness terhadap

Trigliserida (Anastasia, 2011). Penelitian termasuk observasional analitik dengan

rancangan cross sectional dan teknik non-random sampling dengan jenis

purposive sampling. Subyek penelitian berjumlah 70 orang yang merupakan

dosen dan karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan rentang usia

30-50 tahun. Hasil penelitian menemukan adanya korelasi positif yang bermakna

antarabody mass index terhadap kadar trigliserida dengan kekuatan lemah.

g. Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Abdominal Skinfold Thickness

terhadap Kadar Trigliserida pada Staf Wanita Universitas Sanata Dharma

(Poerwidjojo, 2011). Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan

rancangan cross sectional, teknik sampling yang digunakan adalah non-random

sampling dengan jenis purposive sampling. Responden merupakan 57 orang staf

wanita Universitas Sanata Dhama Yogyakarta dengan rentang usia 30-50 tahun.

Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif bermakna antara BMI

terhadap kadar trigliserida (r=0,444; p=0,001).

h. Hubungan Lingkar Pinggang dengan Kadar Gula Darah, Trigliserida

dan Tekanan Darah pada Etnis Minang di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera

Barat (Jalal, Liputo, Susanti dan Oenzil, 2006). Desain penelitian adalah cross

sectional. Responden berjumlah 92 orang yang dipilih secara multistage random

sampling. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif antara lingkar

pinggang terhadap trigliserida serum (r=0,292; p=0,005).

i. Hubungan Beberapa Indikator Antropometri dengan Profil Lipid

Pasien Dislipidemia (Dewi, 2005). Jenis penelitian adalah eksplanatif dengan

Page 10: Proposal Skripsi Inessaigner

7

desain cross sectional. Responden merupakan pasien dislipidemia dengan jumlah

38 orang dan teknik pengambilan sampel dengan cara consecutive

samplingParameter antropometri berupa indeks massa tubuh, rasio lingkar

pinggang-panggul dan lingkar pinggang. Hasil penelitian menunjukkan terdapat

korelasi bermakna antara indikator rasio lingkar pinggang-panggul dan lingkar

pinggang dengan kadar trigliserida (r 0,532, p= 0,01; r= 0,435, p= 0,006).

j. Relevansi Beberapa Ukuran Antropometrik dan Komposisi Badan

terhadap Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler pada Penduduk Daerah Istimewa

Yogyakarta (Hastuti, Rahmawati, Suriyanto dan Nuryana, 2009). Subyek

penelitian adalah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta, umur 20-60 tahun,

jumlah 200 orang yang terdiri atas 130 perempuan dan 70 laki-laki. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa BMI memiliki korelasi signifikan terhadap kadar

trigliserida pada laki-laki dan perempuan.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoretis . Penelitian ini diharapkan memberikan informasi

mengenai korelasi body mass index (BMI) terhadap kadar trigliserida pada

diabetes melitus tipe 2.

b. Manfaat praktis . Data yang diperoleh diharapkan dapat menjadi acuan

bagi pihak terkait mengenai korelasi body mass index (BMI) terhadap kadar

trigliserida pada diabetes melitus tipe 2 dan pengukuran body mass index

diharapkan mampu memberikan gambaran kadar trigliserida sehingga orang

dengan diabetes tipe 2 dapat memantau kesehatan fisiknya dan sebagai prediksi

terjadinya dislipidemia yang merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler.

Page 11: Proposal Skripsi Inessaigner

8

B. Tujuan Penelitian

Untuk mengukur korelasi antara body mass index (BMI) terhadap kadar

trigliserida pada diabetes melitus tipe 2.

Page 12: Proposal Skripsi Inessaigner

BAB II

PENELAHAAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang disebabkan oleh

ketidakmampuan sel-sel pankreas mensekresi insulin yang cukup atau insulin

yang tidak digunakan dengan efisien dengan gejala berupa kurangnya daya

kesanggupan (toleransi) karbohidrat, gangguan metabolisme lemak maupun

protein yang dikarenakan adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

keduanya. Salah satu manifestasi utama DM adalah kenaikan kadar glukosa darah

(American Diabetes Association, 2011; Crowley, 2001). Diabetes melitus

dibedakan menjadi 4 macam yaitu DM tipe 1 (destruksi sel beta sehingga

menyebabkan defisiensi insulin absolut), DM tipe 2 (defisiensi insulin relatif

hingga gangguan sekresi insulin serta resistensi insulin), DM tipe lain (genetik,

infeksi, dan obat-obatan) dan DM gestasional (muncul pada masa kehamilan)

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005).

Diabetes melitus tipe 2 lebih sering terjadi daripada tipe 1 dan insidennya

telah meningkat sejak 1940 dengan gangguan metabolik yang lebih kompleks.

Kondisi ini sering terjadi pada orang tua yang kelebihan berat badan dan orang

dewasa yang obesitas. Islet pankreas mensekresi insulin dengan normal, namun

jaringan tidak sensitif terhadap insulin dan tidak mampu merespon dengan baik

(Crowley, 2001; Huether dan McCance, 2008).

Diagnosis kadar glukosa dalam darah pada penderita DM 2 yaitu, lebih

dari 7,0 mmol/L (126 mg/dL) pada saat puasa dan lebih dari 11,1 mmol/L (200

9

Page 13: Proposal Skripsi Inessaigner

10

mg/dL) pada saat 2 jam post-prandial (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia,

2011).

Diabetes melitus, terutama DM tipe 2, berkaitan dengan penyakit

kardiovaskuler. Orang dengan DM memiliki risiko dua hingga empat kali lipat

untuk mengalami penyakit koroner daripada orang tanpa DM (Ali, Narayan dan

Tandon, 2010). Penyakit kardiovaskuler adalah penyebab utama mortalitas pada

orang dengan diabetes (Boras, Pavlic-Renar, Car danMetelko, 2002).

Sindrom metabolik menjadi pemicu munculnya DM tipe 2 (International

Diabetes Federation, 2007) Sindrom metabolik merupakan abnormalitas

metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang ditandai dengan dislipidemia,

kenaikan tekanan darah, kenaikan kadar glukosa darah puasa dan obesitas

(Knowles, Paiva, Sanchez, Revilla, Lopez, Yasuda, et al., 2011).

B. Obesitas

Berat badan berlebih dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak

yang abnormal atau berlebih. Seseorang dianggap obesitas bila BMI >30 kg/m2,

dan berat badan berlebih dengan BMI>25 kg/m2 (World Health Organization,

2013). Prevalensi penyakit terkait obesitas, misalnya hipertensi dan penyakit arteri

koroner mulai meningkat pada nilai BMI >25,0 kg/m2 dan terus meningkat pada

nilai yang lebih tinggi (Kumar, Abbas dan Fausto, 2010).

Obesitas disebabkan karena adanya kelebihan asupan energi (energy

intake) dibandingkan dengan yang diperlukan (energy expenditure) oleh tubuh

sehingga kelebihan tersebut disimpan dalam bentuk lemak (Soegih dan

Page 14: Proposal Skripsi Inessaigner

11

Wiramihardja, 2009). Selain karena kelebihan asupan energi, obesitas juga

merupakan dampak dari penurunan aktivitas fisik yang tidak melibatkan gerakan

atau kurang berolahraga (International Union of Food Science and Technology,

2007).

C. Dislipidemia

Dislipidemia merupakan kondisi gabungan dari kenaikan kadar

trigliserida dan penurunan kolesterol HDL bersamaan dengan peningkatan

apolipoprotein B (ApoB) dan LDL (IDF,2006). Dislipidemia dibagi menjadi

dislipidemia primer dan dislipidemia sekunder. Dislipidemia primer merupakan

ketidakmampuan memetabolisme lipid karena genetik (hiperkolesterolemia

familial). Dislipidemia sekunder dapat disebabkan oleh faktor lingkungan (diet

kaya akan lemak tersaturasi atau gaya hidup), penyakit seperti diabetes tipe 2, dan

obat-obatan (Misra, Luthra dan Vikram, 2004). Dislipidemia menjadi salah satu

faktor risiko untuk penyakit kardiovaskuler pada diabetes tipe 2 (Mooradian,

2009).

Profil lipid pada diabetes tipe 2 terdiri dari hipertrigliseridemia,

kolesterol HDL yang rendah dan kolesterol LDL yang normal. Molekul LDL yang

kecil dan padat rentan mengalami oksidasi sehingga hiperglikemia kronis dapat

meningkatkan glikasi LDL dan menaikkan aterogenisitas dari LDL (Canadian

Diabetes Association, 2006). Pelepasan asam lemak bebas dari sel-sel lemak

resisten insulin ke dalam hati dengan adanya simpanan glikogen yang adekuat

meningkatkan produksi trigliserida, yang kemudian menstimulasi sekresi ApoB

Page 15: Proposal Skripsi Inessaigner

12

dan kolesterol VLDL. Ketidakmampuan insulin untuk menghambat pelepasan

asam lemak bebas mengarah ke peningkatan produksi kolesterol VLDL

hepatik(Mooradian, 2009).

D. Trigliserida

Trigliserida merupakan bentuk utama lemak yang ada di dalam tubuh

yang diperoleh dari asupan makanan dan hasil metabolisme di hati. Kadar

trigliserida yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis (American Heart

Association, 2013 b).

Hipertrigliseridemia dengan BMI>30 kg/m2 memiliki risiko mengalami

penyakit arteri koroner lebih tinggi dibandingkan dengan hipertrigliseridemia

dengan BMI<30kg/m2 pada pasien diabetes (Parvez, Ihsanullah, Rafiq, Ahmad

dan Khan, 2010). Orang dengan kenaikan trigliserida berada pada risiko tinggi

untuk penyakit jantung koroner. Peningkatan trigliserida juga dapat menjadi

marker untuk lipoprotein aterogenik lainnya, faktor risiko lipid lain (LDL dan

rendahnya HDL) dan faktor risiko nonlipid (kenaikan tekanan darah) (National

Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III, 2002). Klasifikasi

trigliserida serum adalah sebagai berikut:

Tabel I. Klasifikasi Trigliserida Serum (NCEP ATP III, 2002)Kategori Trigliserida Kadar Trigliserida

Normal <150 mg/dlBorderline-high triglycerides 150-199 mg/dl

Tinggi 200-499 mg/dlSangat tinggi ≥500 mg/dl

Page 16: Proposal Skripsi Inessaigner

13

E. Antropometri

Antropometri adalah studi pengukuran tubuh manusia yang mencakup

dimensi tulang, otot, dan jaringan adiposa. Ruang lingkup antropometri meliputi

berbagai pengukuran tubuh manusia. Berat badan, tinggi badan, panjang tubuh

saat berbaring, skinfold thickness, lingkar tubuh (kepala, pinggang, lengan)

panjang lengan, dan lebar (bahu, pergelangan tangan) merupakan contoh

pengukuran antropometri (National Health and Nutrition Examination Survey,

2009). Perubahan dimensi tubuh dapat mencerminkan status kesehatan seseorang

dan populasi. Antropometri menjadi pengukuran yang banyak digunakan, murah

dan non-invasif untuk mengukur status gizi umum seseorang atau kelompok

populasi (Cogill, 2003).

Body mass index atau BMI merupakan salah satu metode antropometri.

BMI adalah pengukuran tinggi dan berat badan individu, dihitung dengan

membagi berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meterkuadrat.

Dengan BMI, berat badan seseorang distandarisasikan berdasarkan tinggi

badannya sehingga mampu membandingkan orang-orang dengan tinggi badan

berbeda. BMI merupakan pengukuran yang paling banyak digunakan untuk

memperkirakan apakah seseorang mengalami berat badan berlebih atau

obesitas.Selain itu, BMI merupakan pengukuran yang cukup untuk memantau

peningkatan risiko kesehatan karena berat badan berlebih pada level

populasi(National Obesity Observatory, 2009).

Menurut WHO (2013), klasifikasi internasional berat badan kurang, berat

badanberlebih dan obesitas berdasarkan BMI adalah sebagai berikut:

Page 17: Proposal Skripsi Inessaigner

14

Tabel II. Klasifikasi BMI (WHO, 2013)Klasifikasi BMI (kg/m2)

Berat badan kurang <18,50Berat <16,00Sedang 16,00 -- 16,99Ringan 17,00 – 18,49

Normal 18,50 – 24,99Berat badan berlebih ≥25,00

Pre-obesitas 25,00 – 29,99Obesitas ≥30,00

Obesitas kelas I 30,00 – 34,99Obesitas kelas II 35,00 – 39,99Obesitas kelas III ≥40,00

Sementara itu, penelitian oleh Nyamdorj (2010) tentang nilai cut-offs

BMI untuk etnis Asia menyatakan nilai BMI pria sebesar 23-24 kg/m2 di Cina,

Jepang dan Thailand dan 22-23 kg/m2 di India.

F. Landasan Teori

Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan diabetes yang sering terjadi

pada orang dewasa yang obesitas. Komplikasi yang sering terjadi pada orang DM

tipe 2 adalah penyakit kardiovaskuler dan faktor risiko penyakit kardiovaskuler

yang utama pada DM tipe 2 adalah dislipidemia yang ditandai dengan kenaikan

kadar trigliserida, penurunan kolesterol HDL dan peningkatan LDL. Trigliserida

yang merupakan salah satu komponen lipid dapat menjadi penanda untuk faktor

risiko lipid lain seperti LDL dan HDL, serta faktor risiko non-lipid seperti

kenaikan tekanan darah. Orang yang obesitas memiliki risiko dislipidemia yang

dapat mengarah ke penyakit kardiovaskuler.

Obesitas dapat diukur dengan metode antropometri. Salah satu metode

antropometri adalah body mass index (BMI) yang telah banyak digunakan.

Page 18: Proposal Skripsi Inessaigner

15

Pengukuran obesitas keseluruhan dengan BMI dapat memperkirakan kadar

trigliserida dalam darah yang menjadi faktor risiko penyakit kardiovaskuler.

G. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat korelasi positif yang

bermakna antara body mass indexterhadap kadar trigliserida pada diabetes melitus

tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung.

Page 19: Proposal Skripsi Inessaigner

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

pendekatan rancangan cross-sectional.Analisis korelasi yang dilakukan bertujuan

untuk mengetahui adanya korelasi antara body mass index (BMI)sebagai faktor

risiko terhadap kadar trigliserida yang merupakan faktor efek pada diabetes

melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung. Data penelitian yang diperoleh

diolah secara statistik untuk menganalisis korelasi antara faktor risiko dengan

faktor efek.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Body mass index (kg/m2)

2. Variabel tergantung

Kadar trigliserida (mg/dL)

3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali : usia dan kondisi puasa sebelum

pengambilan data

b. Variabel tak terkendali : aktivitas, gaya hidup, pola makan, kondisi

patologis-fisiologis, dan obat-obatan yang dikonsumsi.

16

Page 20: Proposal Skripsi Inessaigner

17

C. Definisi Operasional

1. Responden adalah penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten

Temanggung yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian.

2. Karakteristik penelitian meliputi demografi (usia), pengukuran antropometri

(BMI), dan hasil pemeriksaan yang didapat dari Laboratorium RSUD Kabupaten

Temanggung (kadar trigliserida).

3. Pengukuran body mass index adalah pengukuran berat badan dalam kilogram

(kg) dibagi dengan tinggi badan kuadrat dalam meter (m2).

4. Pengukuran body mass index dilakukan dengan mengukur tinggi badan dan

berat badan. Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi badan pada

responden yang berdiri tegak dengan pandangan lurus, bahu rileks, tangan di sisi

tubuh, kaki lurus, telapak kaki pada posisi datar dan tidak memakai alas kaki.

Berat badan diukur dalam kilogram menggunakan timbangan berat badan pada

responden tanpa memakai alas kaki.

5. Kadar trigliserida didapat dari hasil laboratorium RSUD Kabupaten

Temanggung.

6. Standar yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

a. Body mass index : Menurut WHO (2013), BMI>25 kg/m2 dinyatakan sebagai

berat badan berlebih dan BMI>30kg/m2 dinyatakan sebagai obesitas.

b. Kadar trigliserida : Menurut NCEP ATP III (2002), batas bawah kadar

trgliserida 150 mg/dL.

Page 21: Proposal Skripsi Inessaigner

18

D. Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah penyandang diabetes melitus tipe

2 di RSUD Kabupaten Temanggung yang memenuhi kriteria inklusi dan esklusi.

Kriteria inklusi yaitu penyandang DM tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung,

pria dan wanita dengan usia lebih dari 40 tahun, bersedia berpuasa sebelum

pengambilan data dan menandatangi informed consent. Kriteria eksklusi yaitu

penyandang DM tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung dengan penyakit

penyerta seperti stroke, gangren, gagal ginjal dan penyakit jantung koroner pada

saat pemeriksaan serta tidak hadir pada saat pengambilan data.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung yang berlokasi di

Jl. Dr. Sutomo No. 67, Temanggung, Jawa Tengah. Penelitian ini berlangsung

pada bulan Juni-Agustus 2013.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “Korelasi Pengukuran Antropometri

terhadap Profil Lipid, Kadar Glukosa Darah Puasa dan Tekanan Darah pada

Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung.” Penelitian ini

dilakukan berkelompok dengan jumlah anggota sebanyak 14 orang dengan bagian

yang berbeda.

Page 22: Proposal Skripsi Inessaigner

19

G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara non-

random dengan jenis purposive sampling. Jumlah responden yang ditetapkan

sebanyak 120 orang yang terdiri dari 60 pria dan 60 wanita.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah alat pengukur tinggi

badan, timbangan, leaflet dan informed consent. Alat pengukur tinggi badan dan

timbangan berfungsi untuk mengukur body mass index. Pemeriksaan kadar

trigliserida dilakukan oleh laboratorium RSUD Kabupaten Temanggung

menggunakan metode GPO-PAP.

I. Tata Cara Penelitian

1. Observasi awal

Observasi awal yang dilakukan dengan mencari rumah sakit umum

daerah (RSUD) yang tepat untuk diteliti dengan prevalensi penyandang DM tipe 2

yang tinggi.

2. Permohonan ijin dan kerjasama

Permohonan ijin ditujukan kepada Bagian Penelitian dan Pengembangan

(Litbang) RSUD Kabupaten Temanggung. Permohonan ijin selanjutnya ditujukan

kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearance.

Page 23: Proposal Skripsi Inessaigner

20

Permohonan ijin dilakukan untuk memenuhi etika penelitian menggunakan

sampel darah manusia dan hasil penelitian dapat dipublikasikan.

3. Pembuatan informed consent dan leaflet

Informed consent yang dibuat harus memenuhi standar yang ditetapkan

oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Responden diminta untuk mengisi nama,

alamat, usia dan menandatanganinya. Leaflet berupa selembaran kertas berukuran

A4 yang berisi informasi mengenai penjelasan tentang penelitian.

4. Pencarian calon responden

Pencarian subjek penelitian dilakukan setelah mendapat ijin dari Litbang

RSUD Kabupaten Temanggung. Peneliti akan memberikan penjelasan mengenai

maksud dan tujuan penelitian kepada calon responden. Responden diminta untuk

mengisi nama, alamat, usia dan menandatanganinya.

5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian

Instrumen yang memiliki validitas dan reliabel yang baik dapat

dinyatakan dengan nilai CV (coefficient of variation) 5%. Validitas dan

reliabilitas dilakukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan individu

sebanyak 5 kali berturut-turut.

6. Pengambilan darah dan pengukuran antropometri

Pengambilan darah responden yang telah menandatangani informed

consent, dapat berpuasa sebelum waktu pengambilan darah serta tidak sakit pada

hari yang bersangkutan, dilakukan oleh Laboratorium RSUD Kabupaten

Page 24: Proposal Skripsi Inessaigner

21

Temanggung. Pengukuran antropometri dilakukan oleh peneliti meliputi tinggi

badan dan berat badan.

7. Pembagian hasil pemeriksaan

Peneliti akan membagikan hasil pemeriksaan kepada responden secara

langsung. Hasil pemeriksaan dimasukkan ke dalam amplop dan peneliti

memberikan penjelasan langsung kepada responden untuk memahami hasil

laboratorium dan pengukuran antropometri tersebut.

8. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan kategorisasi data sejenis, yaitu

menyusun data dan menggolongkannya dalam kategori-kategori kemudian

dilakukan interpretasi.

J. Analisis data penelitian

Data yang sudah diperoleh kemudian diolah secara statistik. Langkah

pertama dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusi

normal suatu data. Data yang terdistribusi normal dilanjutkan dengan uji korelasi

menggunakan Pearson dan apabila tidak terdistribusi normal akan digunakan uji

Spearman dengan taraf kepercayaan 95%. Uji hipotesis dilakukan dengan melihat

nilai signifikansi p<0,05 (Dahlan dan Sopiyudin, 2011).

Page 25: Proposal Skripsi Inessaigner

22

K. Jadwal Kegiatan

No. TahapLamanyaPenelitian

Bulan ke-1 2 3 4 5

1. Persiapan2. Studipustaka3. Penelitian

4.PengumpulandanPenyelesaian

data5. Analisis data6. Penyusunanlaporan

Page 26: Proposal Skripsi Inessaigner

23

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M.K., Narayan, K.M., and Tandon, N., 2010, Diabetes & coronary heart disease: Current perspectives, Indian J Med Res, 584.

American Diabetes Association, 2011, Standards of Medical Care in Diabetes, Diabetes Care, vol. 34, 1.

American Diabetes Association, 2012, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus, Diabetes Care, vol. 35, 64, 65.

American Heart Association, 2013 a, Cardiovascular Disease and Diabetes, http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/Diabetes/WhyDiabetesMatters/Cardiovascular-Disease-Diabetes_UCM_313865_Article.jsp, diakses tanggal 8 Maret 2013.

American Heart Association, 2013 b, Cholesterol Abnormalities & Diabetes, http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/Diabetes/WhyDiabetesMatters/Cholesterol-Abnormalities-Diabetes_UCM_313868_Article.jsp, diakses tanggal 8 Maret 2013.

Anastasia, F., 2011, Korelasi Body Mass Index (BMI) terhadap Triceps Skinfold Thickness (TSFT) terhadap Trigliserida, Skripsi, 48, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Boras, J., Pavlic-Renar, I., Car, N., and Metelko., Z., 2002, Diabetes and Coronary Heart Disease, Diabetologia Croatica, 31-4, 199.

Canadian Diabetes Association, 2006, Dyslipidemia in Adults With Diabetes, Canadian Journal of Diabetes, 30 (3), 230-240.

Cogill, B., 2003, Anthropometric Indicators Measurement Guide, Food and Nutrition Technical Assistance, Washington D.C., pp. 10.

Crowley, L.V., 2001, An Introduction to Human Disease: Pathology and Pathophysiology Correlations, Fifth Edition, John and Bartlett Publishers, Sudbury, 585, 586.

Dahlan, M., dan Sopiyudin, 2012, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS, Edisi 5, Salemba Medika, Jakarta, pp. 62-75, 170- 175.

Page 27: Proposal Skripsi Inessaigner

24

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus, http://ph-care-dm.pdf, diakses tanggal 29 April 2013.

Dewi, M., 2005, Hubungan Beberapa Indikator Antropometri dengan Profil Lipid Pasien Dislipidemia, Laporan Penelitian, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.

Hastuti, J., Rahmawati, N.T., Suriyanto, R.A., dan Nuryana, T., 2009, Relevansi Beberapa Ukuran Antropometrik dan Komposisi Badanterhadap Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler pada Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta, Laporan Penelitian, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Huether, S.E., and McCarce, K.L., 2008, Understanding Pathophysiology, Fourth Edition, Mosby, St. Louis, pp. 463, 465.

International Diabetes Federation, 2006, The IDF Consensus Worldwide Definition of The Metabolic Syndrome, IDF, Brussels, pp. 1

International Diabetes Federation, 2007, Metabolic Syndrome, The IDFConsensus Worldwide Definition of The Metabolic Syndrome, Brussels,pp. 10.

International Union of Food Science and Technology, 2007, IUFoST Scientific Information Bulletin-Obesity, The International Union of Food Science and Technology (IUFoST), Canada, pp. 1-5.

Jalal, F., Liputo, N.I., Susanti, N., dan Oenzil, F., 2005, Hubungan Lingkar Pinggang dengan Kadar Gula Darah, Trigliserida dan Tekanan Darah pada Etnis Minang di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, Laporan Penelitian, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang.

Knowles, K.M., Paiva, L.L., Sanchez, S.E., Revilla, L., Lopez, T., Yasuda, M.B., et al., 2011, Waist Circumference, Body Mass Index, and Other Measures of Adiposity in Predicting Cardiovascular Disease Risk Factors Among Peruvian Adults, International Journal of Hypertension, vol. 2011, 4.

Kumar, V., Abbas, A.K., dan Fausto, N., 2009, Robbins & Cotran: Dasar Patofisiologi Penyakit, Edisi 7, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 1228.

Misra, A., Luthra, K., and Vikram, N.K., 2004, Dyslipidemia in Asian Indians: Determinants and Significance, JAPI, vol. 52, 137.

Page 28: Proposal Skripsi Inessaigner

25

Mooradian, A.D., 2009, Dyslipidemia in Type 2 Diabetes Mellitus, Nature Clinical Practice Endocrinology and Metabolism, 5(3), 150-151.

National Diabetes Education Program, 2007, The Link Between Diabetes and Cardiovascular Disease, U.S. Department of Health and Human Services’ National Diabetes Education, USA, pp. 1.

National Cholesterol Education Program: Adult Treatment Panel III, 2002, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III), National Institutes of Health, pp. II-5, II-6, II-7.

National Health and Nutrition Examination Survey, 2009, Anthropometry Procedures Manual, CDC, USA, pp. 1-1.

National Obesity Observatory, 2009, Body Mass Index as A Measure of Obesity, Association of Public Health Observatories, USA, pp. 2, 3, 5.

Nyamdorj, R., 2010, Anthropometric measures of obesity—their association with type 2 diabetes and hypertension, Tesis,14, 16, 24, Helsinki University, Helsinki.

Parvez, A., Ihsanullah, Rafiq, A., Ahmad, N., and Khan, E.K., 2010, Relationship of Glycaemia and Triglycerides with BMI in Diabetic Patients, J Ayub Med Coll Abbottabad, 22 (2), 165.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2011, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, Jakarta, pp.6-7.

Poerwowidjojo, F.S., 2011, Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Abdominal Skinfold Thickness terhadap Kadar Trigliserida pada Staf Wanita Universitas Sanata Dharma, Skripsi, 54, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Prayogie, R., 2011, Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Triceps Skinfold Thickness terhadap Rasio Kadar Kolesterol Total/HDL, Skripsi, 46, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Sakurai, M., Takamura, T., Miura, K., Kaneko, S., and Nakagawa, H., 2008, BMI May Be Better Than Waist Circumference for Defining Metabolic Syndrome in Japanese Women, Diabetes Care, vol, 31, no. 3.

Sandhu, H.V., Koley, S., dan Sandhu, K.S., 2008, A Study of Correlation between Lipid Profile and Body Mass Index (BMI) in Patients with Diabetes Mellitus, J. Hum Ecol, 227-229.

Page 29: Proposal Skripsi Inessaigner

26

Santoso, T., 2006, Prevention of Cardiovascular Disease in Diabetes Mellitus, Acta Med Indones-Indones J Intern Med, vol. 38, no. 2, 98.

Shah, S.Z.A., Devrajani, B.R., Devrajani, T., and Bibi, I., 2010, Frequency of dyslipidemia in obese versus non-obese in relation to body mass index (BMI), waist hip ratio (WHR) and waist circumference (WC), Pakistan Journal of Science, vol. 62, no.1, 27.

Soegih, R.R., dan Wiramihardja, K.K., 2009, Obesitas Permasalahan dan Terapi Praktis, Sagung Seto, Jakarta, pp. 10.

Soewondo, P., Soegondo, S., Suastika, K., Pranoto, A., Soeatmadji, D.W., dan Tjokroprawiro, A., 2010, Outcomes on Control and Complications of Type 2 Diabetic Patients in Indonesia, The DiabCare Asia 2008 Study, 19(4), pp. 235-244.

Wild, S., Roglic, G., Green, A., Sicree, R., and King, H., 2004, Global Prevalence of Diabetes, Diabetes Care, vol. 27, no. 5, 1051.

World Health Organization, 2013, BMI Classification, http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html, diakses tanggal 1 Mei 2013.

World Heart Federation, 2013, Obesity, http://www.world-heart-federation.org/cardiovascular-health/cardiovascular-disease-risk-factors/obesity/, diakses tanggal 23 April 2013.

Yuliasih, W., 2009, Obesitas Abdominal sebagai Faktor Risiko Peningkatan Kadar Glukosa Darah, Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang.