Proposal Skripsi Batik
-
Upload
bagong-semar -
Category
Documents
-
view
193 -
download
12
Transcript of Proposal Skripsi Batik
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan sangat
ditentukan oleh keberhasilan para karyawan dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Peran
Sumber Daya Manusia sangat diperlukan untuk mengadopsi segala perubahan yang terjadi.
Sumber Daya Manusia yang ada di perusahaan harus selalu dikembangkan secara kontinyu
guna meningkatkan kemampuan agar sesuai dengan tuntutan lingkungan bisnis. Salah satu
cara untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian karyawan yaitu dengan pelatihan.
Pelatihan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan,
dan sikap dalam rangka meningkatkan kinerja (Finegold et al, 2005).
Dengan semakin besarnya penggunaan tim-tim kerja dan meningkatnya keterlibatan
karyawan di semua aspek bisnis, pelatihan menjadi penting untuk semua karyawan serta
dukungan organisasi yang sering dikenal dengan istilah “perceived organizational support”.
Dukungan organisasi merupakan konsep yang penting manajemen karena memberikan
penjelasan mengenai pengaruh antara perlakuan organisasi, perilaku karyawan terhadap
pekerjaan mereka yang berdampak pada komitmen terhadap perusahaan.
Dukungan organisasi dapat berarti menghargai kontribusi karyawan,mendengar
keluhan, merasa bangga akan hasil kinerja atau prestasi karyawannya dan memenuhi
kebutuhan karyawan. Dengan adanya dukungan organisasi yang diberikan organisasi kepada
karyawan menjadikan karyawan merasa lebih puas dan lebih berkomitmen dengan
pekerjaannya (Rhoades et al., 2001). Apabila karyawan merasakan adanya dukungan dari
organisasi dan dukungan itu sesuai dengan norma, keinginan, dan harapannya maka
karyawan dengan sendirinya akan memiliki komitmen untuk memenuhi kewajibannya pada
organisasi.
Komitmen organisasi mengandung pengertian sebagai sesuatu hal yang lebih dari
sekedar kesetiaan pasif terhadap organisasi, tetapi juga menyiratkan hubungan karyawan
dengan perusahaan atau organisasi secara aktif. Allen dan Meyer (1990) membedakan
komitmen organisasi atas tiga komponen, yaitu pertama komponen Afektif , berkaitan
dengan emosional, identifikasi dan keterlibatan karyawan didalam suatu organisasi. Kedua,
komponen normatif merupakan perasaan karyawan tentang kewajiban apa yang harus ia
berikan pada organisasi. Dan ketiga, komponen continuance berarti komponen berdasarkan
persepsi karyawan tentang kerugian yang akan dihadapi jika ia meninggalkan organisasi.
Allen dan Meyer (1990) menyatakan bahwa setiap komponen memiliki dasar yang
berbeda. Karyawan dengan komponen afektif tinggi, masih bergabung dengan organisasi
karena keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi. Sementara karyawan yang
memiliki komponen continuance yang tinggi, tetap bergabung dengan organisasi tersebut
karena membutuhkan organisasi dan karyawan dengan komponen normatif yang tinggi
masih tetap bergabung dengan organisasai karena mereka harus melakukannya.
Meyer, Allen dan Smith (dalam Rhoades et al., 2001) berpendapat apabila seseorang
yang berkomitmen secara Afektif lebih mungkin untuk mengembangkan perilaku yang
sesuai dengan visi dan misi organisasinya, serta lebih mungkin untuk mengikuti
perkembangan dalam pekerjaan. Berbeda dengan individu yang memiliki komitmen
continuance dan normatif yang kuat, mereka biasanya kurang terlibat dalam aktivitas-
aktivitas keorganisasian maupun pekerjaan.
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta merupakan salah satu perusahaan jasa
atau instansi jasa yang memberikan pelayanan jasa dibidang kesehatan. Dengan semakin
banyaknya jumlah pasien dan berkembangnya Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta,
dibutuhkan karyawan yang mampu menciptakan gagasan-gagasan baru, inovasi, serta
mempunyai ketrampilan menyelesaikan masalah ataupun menangkap peluang dan
ketepatannya dalam mengambil keputusan.
Perawat adalah front-line atau ujung tombak bagi rumah sakit dan salah satu tenaga
kerja yang menjadi peranan penting, Sehingga harus mempunyai kemampuan dan keahlian
dalam memberikan pelayanan terhadap pasien rumah sakit. Salah satu cara yang dilakukan
oleh rumah sakit PKU muhammadiyah untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian
adalah dengan melakukan pelatihan terhadap karyawannya. Bagi perawat kontrak, pelatihan
yang dilakukan selama bekerja di rumah sakit mampu meningkatkan ketrampilan dan
keahlihanya. Rumah sakit berharap perawat kontrak tetap berkomitmen, meskipun dengan
ketrampilan dan keahlihanya memungkinan menemukan pekerjaan di tempat lain.
Selain hal tersebut, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta berusaha untuk
menghargai kontribusi karyawan dengan peduli akan kesejahteraannya melalui pelayan
terhadap karyawannya dan diharapkan dapat meningkatkan komitmen karyawan untuk
menuju kepada kepuasan karyawan. Dukungan organisasi yang dipersepsikan dengan baik
oleh Karyawan akan meningkatkan komitmen pekerja terhadap organisasi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian pada karyawan Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Surakarta dengan judul ”ANALISIS PENGARUH PELATIHAN
KERJA TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN KONTRAK (Study Pada
Karyawan Kontrak Rumah Sakit PKU Muhammadyah Surakarta”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul beserta latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah pelatihan karyawan mempunyai pengaruh positif pada efektivitas kinerja
karyawan?
2. Apakah pelatihan kerja yang diterapkan sudah efektif?
3. Apakah efektifitas karyawan bertambah setelah pelatihan kerja?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan penulis untuk memenuhi beberapa tujuan yang dapat
dinyatakan sebagai berikut
1. Untuk menguji pelatihan karyawan mempunyai pengaruh positif dengan komitmen
efektif.
2. Untuk menguji tingkat keberhasilan pelatihan kerja pada komitmen afektif.
3. Untuk menguji tingkat efektifitas karyawan setelah pelatihan kerja .
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan, dengan adanya penelitian ini diharapkan perusahaan dapat menerapkan
pelatihan yang baik sehingga dapat meningkatkan komitmen karyawan di dalam
perusahaan.
2. Bagi peneliti, hasil yang disajikan dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan
tambahan pengetahuan mengenai pelatihan, perceived organizational support , dan
komitmen afektif
3. Bagi akademisi, membantu akademisi untuk mempelajari hubungan antara pelatihan yang
diberikan organisasi kepada karyawannya terhadap komitmen afektif.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Pelatihan
a. Pengertian
Menurut Carrell dan Kuzmits (1982:282) mendefinisikan pelatihan sebagai
proses sistematis dimana karyawan mempelari pengetahuan (knowledge),
ketrampilan (skill), kemampuan (ability) atau perilaku terhadap tujuan pribadi dan
organisasi.
b. Tujuan Pelatihan
Tujuan utama dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi dari suatu perusahaan. Dimana faktor dari perusahaan yang meliputi
tenaga kerja, modal, dan tempat usaha akan menghasilkan barang atau jasa yang
berguna bagi masyarakat. Dengan demikian citra perusahaan akan meningkat
dimata masyarakat, hal ini merupakan keuntungan bagi perusahaan untuk dapat
mengatasi persaingan dengan persaingan yang sejenis.
Menurut Panggabean (2002:41) tujuan pelatihan pada umumnya untuk
kepentingan karyawan, perusahaan dan konsumen.
1) Bagi Karyawan
a) Memberikan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan karyawan.
b) Meningkatkan moral karyawan dengan keterampilan dan keahlian yang
sesuai dengan pekerjaannya karyawan akan antusias untuk bekerja
dengan baik.
c) Memperbaiki kinerja. Karyawan yang bekerja secara tidak memuaskan
karena kekurangan keterampilan dapat diminimalkan melalui pelatihan.
d) Membantu karyawan dalam menghadapi perubahan-perubahan, baik
prubahan struktur organisasi, teknologi, maupun sumber daya
manusianya.
e) Peningkatan karir karyawan. Dengan pelatihan kesempatan untuk
meningkatkan karir karyawan menjadi lebih besar karena keahlian,
keterampilan dan prestasi kerja lebih baik.
2) Bagi Perusahaan
a) Memenuhi kebutuhan-kebutuhan perencanaan sumber daya manusia.
Dengan pelatihan perusahaan melakukan usaha bersama untuk secara
benar untuk mendapatkan sumber daya manusia yang memenuhi
kebutuhan perusahaan.
b) Penghematan. Pelatihan dapat mengurangi biaya produksi karena
pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan karyawan,
jika karyawan terampil, maka bekerjanya lebih cepat, pengguanaan
bahan baku lebih hemat dan bisa menggunakan mesin-mesin dengan
lebih baik.
c) Mengurangi tingkat kerusakan dan kecelakaan. Dengan pelatihan dapat
dikurangi kerusakan barang, produksi mesin-mesin dan tingkat
kecelakaan karyawan karena keterampilan karyawan telah meningkat.
d) Memperkuat komitmen karyawan. Organisasi yang gagal menyediakan
pelatihan akan kehilangan karyawan yang berorientasi pencapaian yang
merasa frustasi karena merasa tidak ada kesempatan untuk promosi dan
akhirnya memilih keluar untuk mencari perusahaan lain yang
menyediakan pelatihan bagi kemajuan karir karyawan.
3) Bagi Konsumen
a) Konsumen akan memperoleh produk yang lebih baik dalam hal kualitas
dan kuantitas.
b) Meningkatkan pelayanan karena pemberian pelayanan yang baik
merupakan daya tarik yang sangat penting bagi rekanan perusahaan
yang bersangkutan. Ini berarti bahwa dengan adanya pelatihan akan
member manfaat yang lebih baik bagi konsumen.
c. Metode Pelatihan
Metode dapat di definisikan sebagai suatu cara tertentu untuk melaksanakan
tugas dengan memberikan pertimbangan yang cukup kepada tujuan fasilitas yang
tersedia dan jumlah penggunaan uang waktu dan kegiatan. Metode pelatihan
dimaksudkan sebagai suatu cara sistematis yang dapat memberikan deskripsi
secara luas serta dapat membuat kondisi tertentu dalam menyelenggarakan
pelatihan guna mendorong peserta dapat mengembangkan aspek efektif dan
psikomotorik terhadap penyelesaian tugas dan pekerjaan yang akan dibebankan
kepadanya.
Sedangkan metode pelatihan menurut Panggabean (2002:45) adalah sebagai
berikut :
1) On The Job
Ada dua cara dala latihan ini yaitu :
a) Cara formal, yaitu pelatihan yang menyuruh peserta latihan untuk
memperhatikan orang lain yang sedang mengerjakan pekerjaan, kemudian
disuruh untuk mengerjakan pekerjaannya.
b) Cara informal, yaitu supervisor menunjuk seorang karyawan senior untuk
melakukan pekerjaan tersebut dengan cara-cara yang dilakukan oleh
karyawan senior.
2) Vestibule
Adalah Metode pelatihan yang dilakukan di dalam kelas untuk
memperkenalkan pekerjaan kepada karyawan baru dan melatih mereka
mengerjakan pekerjaan tersebut
3) Demonstration and example
Adalah Metode latihan yang dilakukan dengan cara peragaan dan
penjelasan bagaimana mengerjakan suatu pekerjaan melalui contoh-contoh
atau pekerjaan yang didemonstrasikan.
4) Simulation
Merupakan situasi atau kejadian yang ditampilkan semirip mungkin
dengan situasi yang sebenarnya tetapi hanya merupakan tiruannya saja.
5) Classroom metode
Metode pelatihan ini terdiri dari :
a) Lecture (ceramah atau kuliah)
Metode kuliah ini diberikan kepada peserta yang banyak didalam
kelas, dimana pelatih mengajarkan teori-teori sedangkan yang dilatih
mencatat dan mempersiapkannya.
b) Conference (rapat)
Pelatih memberikan makalah tertentu dan para perserta ikut serta
berpartisipasi dalam memecahkan masalah tersebut.
c) Programmed instruction
Peserta dapat belajar sendiri, sebab langkah-langkah pekerjaannya
sudah deprogram melalui komputer, buku, pedoman.
d) Metode studi kasus
Peserta ditugaskan untuk mengidentifikasi masalah, menganalisa
situasi, dan merumuskan penyelesaiannya.
e) Role playing
Metode ini untuk keahlian dalam hal pengembangan keahlian
hubungan antar manusia yang berinteraksi.
f) Metode Diskusi
Dilakukan untuk melatih peserta agar berani memberikan pendapat
dan merumuskannya serta cara-cara bagaimana meyakinkan orang lain
percaya pada pendapat itu.
g) Metode Seminar.
Peserta dilatih agar dapat mengevaluasi serta memberikan saran
menerima atau menolak pendapat orang lain.
d. Evaluasi Hasil Program Pelatihan
Evaluasi mengetahui sejauh mana efektifitas suatu program pelatihan
tidaklah mudah. Prestasi kerja karyawan peserta program dapat merupakan salah
satu indikasi efektif tidaknya program yang telah diberikan.
Menurut Hariandja (2002:190) mengemukakan bahwa evaluasi pelatihan
dilihat dari efek pelatihan yang dikaitkan dengan :
1) Reaksi peserta terhadap isi dan proses pelatihan Cara mudah untuk menilai
program pelatihan, yaitu dengan menanyakan kepada peserta tentang apa yang
mereka dapat dari pelatihan tersebut. Pertanyaan biasanya diberikan dalam
bentuk kuesioner.
2) Pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman pelatihan Evaluasi dengan
melihat hasil tes yang diberikan sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Ini
dapat dilakukan dengan mengadakan pretest yaitu tes sebelum pelatihan, dan
post tes yaitu tes sesudah pelatihan.
3) Perubahan perilaku Evaluasi
dilakukan dengan mengukur perubahan perilaku setelah pelatihan dilakukan
dengan menanyakan langsung kepada atasannya rekan kerjanya atau
melakukan pengamatan dilapangan.
4) Perbaikan pada organisasi
Evaluasi dapat dilihat dari perputaran kerja yang menurun, kecelakaan kerja
yang semakin rendah, menurunnya ketidakhadiran dan penurunan biaya
proses.
2. Komitmen Organisasi
a. Pengertian
komitmen organisasi didefinisikan sebagai derajat keberpihakan identitas
diri personil pada tujuan organisasi tertentu dan hasrat untuk memelihara
keanggotaannya pada organisasi (Robbins, 2001 : 178 )
b. Jenis Komitmen organisasi
Allen dan Meyer (1990) mengelompokan komitmen organisasi menjadi
tiga model komponen, yaitu;
1) Komitmen afektif yaitu komitmen yang berkaitan dengan emosional,
identifikasi dan keterlibatan karyawan di dalam organisasi. Karyawan dengan
Komitmen afektif tetap berada dalam organisasi karena keinginannya sendiri.
2) Komitmen normatif yaitu perasaan karyawan tentang kewajiban yang harus
berikan pada organisasi. Karyawan akan tetap berada dalam organisasi karena
merasa wajib mempunyai loyalitas kepada organisasi tersebut.
3) Komitmen kontinuan yaitu komitmen organisasi yang didasarkan persepsi
karyawan tentang akibat yang dihadapi apabila meninggalkan organisasi.
Karyawan memutuskan untuk menetap di suatu organisasi karena
menganggapnya sebagai pemenuhan kebutuhan.
Karyawan dengan komponen afektif tinggi masih bergabung dengan
organisasi karena keinginan untuk tetap menjadi anggota.. Sementara itu karyawan
dengan komponen kontinuan tinggi tetap bergabung dengan organisasi tersebut
karena mereka membutuhkan organisasi, dan karyawan dengan komponen
normatif yang tinggi tetap menjadi anggota organisasi karena mereka harus
melakukannya. Setiap karyawan memiliki dasar dan tingkah laku yang berbeda
berdasarkan komitmen organisasi yang dimiliki.
3. Komitmen Afektif
a) Pengertian
Mowday et al., (dalam Rhoades et al., 2001) menyatakan bahwa komitmen
afektif adalah suatu pengaruh yang kuat antara individu dengan perusahaan yang di
identifikasikan dengan keikutsertaannya dalam kegiatan perusahaan atau
organisasi. Dari definisi komitmen afektif menunjukkan adanya keterikatan
psikologis (psychological attachment) individu dan organisasinya, sehingga
individu yang mempunyai komitmen terhadap organisasinya tersebut akan
melibatkan dirinya secara mendalam pada aktivitas organisasi dan menikmati
kegiatannya di dalam organisasi tersebut dan bertahan di organisasi karena
memang menginginkannya.
Hartmann dan Bambacas (2000) menyatakan bahwa komitmen afektif
sebagai perasaan memiliki dan menjadi bagian dari organisasi dan memiliki
hubungan dengan karakteristik pribadi, sturktur organisasi dan pengalaman kerja.
Komitmen yang tinggi setiap individu dapat dilihat dari keterlibatan dalam
organisasi dan merasa nyaman sebagai anggota organisasi.
b) Faktor Yang Mempengarui Komitmen Afektif
Porter dan Mowday (dalam Rhoades et al., 2001) menyatakan bahwa ada
dua faktor yang mempengaruhi komitmen afektif, yaitu :
a. Dukungan organisasi
Dukungan organisasi yaitu sejauhmana individu merasa bahwa
organisasi tempatnya bekerja dapat diandalkan dalam memperhatikan
minat para anggotanya. apabila organisasi dapat diandalkan dan dipercaya
memperhatikan kesejahteraan anggota, maka mereka akan merasa lebih
bertanggung jawab pada organisasinya.
b. Situasi organisasi
Situasi organisasi yaitu sejauhmana individu merasa dipentingkan
atau diperlukan dalam mengembangkan misi organisasi. Jika organisasi
dapat memberi rasa aman dan situasi yang menyenangkan, maka mereka
akan berkomitmen yang besar terhadap organisasinya.
Rhoades et al., (2001) mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara dukungan organisasi dan situasi organisasi. Dukungan organisasi
yang dimaksudkan adalah perhatian organisasi terhadap kebutuhan individu yang
meliputi keberadaan organisasi dalam memperhatikan minat dan kesejahteraan
anggota organisasi. Sedangkan situasi organisasi yang dimaksudkan adalah tingkat
kenyamanan individu dalam bekerja pada organisasi yang meliputi perasaan
individu tersebut bila diperlukan dalam organisasi. Keduanya telah dibuktikan
berpengaruh secara signifikan terhadap komitmen afektif karyawan.
B. Penelitian Terdahulu
1. Maria Jose Chambel dan Filipa Sobral (2011)
Penelitian Maria Jose Chambel dan Filipa Sobral menemukan bentuk investasi
dalam pelatihan yang tepat untuk dapat memperoleh komitmen afektif para pekerja
kontrak. Penelitian ini dilakukan terhadap 240 pekerja kontrak di industri IT yang berada
di portugal. Hasil penelitian menemukan bahwa Pelatihan mempunyai pengaruh positif
pada komitmen afektif.
2. Alexander Newman, Rani Thanacoody, and Wendy Hui (2011)
Penelitian Alexander Newman, Rani Thanacoody, dan Wendy Hui di dilakukan
terhadap 437 karyawan yang terdapat di 5 perusahaan multinasional yang beroperasi di
sektor pelayanan di negara china. Hasil penelitian ini menemukan bahwa pelatihan kerja
mempunyai hubungan positif terhadap komitmen afektif, Sedangkan mempunyai
hubungan negatif dengan turnover intentions.
3. Penelitian Moideenkutty, Blau, Kumar, and Nalakath (1998).
Penelitian Moideenkutty et al., (1998) dilakukan terhadap 195 karyawan yang
bekerja pada beberapa perusahaan di India, dengan menggunakan analisis regresi.
Penelitian ini menemukan bahwa Pelatihan kerja memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap komitmen afektif .
C. Kerangka Penelitian
Kerangka pemikiran adalah suatu model konseptual tentang bagaimana teori-teori
berhubungan dengan beberapa faktor yang akan diidentifikasi sebagai suatu permasalahan
(Sekaran, 2003). Dalam penelitian ini kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut
H3
H2
H1
Gambar II. 1 : Kerangka Penelitian
Sumber : Maria Jose Chambel and Filipa Sobral (2011)
Dari kerangka pemikiran di atas diketahui bahwa variabel independen dalam
penelitian ini adalah Pelatihan, varibel dependennya adalah komitmen afektif.
TRAINING AS PROMOTED EMPLOYABILITY
WORK
AFFECTIVE
AFFECTIVE COMMITMENT
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pernyataan yang dikemukakan
dalam perumusan masalah. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini didasarkan pada
kajian dari beberapa penelitian sebelumnya sehingga diharapkan hipotesis tersebut layak
untuk diuji.
Komitmen afektif merupakan sebuah ikatan emosional dengan organisasi, yang
memungkinkan keyakinan dan penerimaan individu terhadap tujuan dan nilai organisasi,
upaya mereka terhadap pencapaian tujuan organisasi dan keinginan mereka untuk
mempertahankan keanggotaan organisasi ( Monday et al., 1979). Komitmen
afektif merupakan sikap yang mendorong ketidakhadiran turnover (pergantian pekerjaan)
atau niat turnover yang rendah, serta kepuasan kerja yang lebih tinggi, perilaku keanggotaan
organisasi dan prestasi kerja (Maria & Filipa, 2011).
Pelatihan telah dianggap sebagai praktek manajemen sumberdaya yang penting untuk
meningkatkan komitmen afektif karyawan terhadap organisasi dan telah dimasukkan kedalam
pemahaman yang berbeda tentang sistem sumber daya. Untuk menganalisa mekanisme yang
memungkinkan terbentuknya suatu hubungan antara pelatihan dengan komitmen afektif
karyawan, maka penting untuk mempertimbangkan motivasi karyawan (wright and shell.,
1991) dan persepsi tentang praktek sumberdaya manusia tersebut (Nishii et al.,2008).
Pelatihan dapat memberikan pengaruh yang diharapkan terhadap komitmen afektif karyawan.
Pertama-tama harus dirasakan dan ditafsirkan secara subyektif oleh karyawan dengan suatu
cara yang akan menimbulkan reaksi sikap (wright and Nishii,2007). Reaksi sikap karyawan
terhadap pelatihan didasarkan kepada mereka mengaitkan niat manajemen pada saat
melaksanakan praktek ini. Para karyawan akan menanggapi pelatihan dengan sebuah sikap
yang mendukung apabila mereka merasa bahwa niat manajemen didasarkan kepada masalah
kebutuhan karyawan(Nishii et al.,2008).
Pelatihan dapat menjadi sebuah praktek sumberdaya manusia yang penting yang
memberi karyawan dengan peluang yang terus menerus untuk mengembangkan keterampilan
mereka dan memperbaiki perilaku mereka (Maria and Filipa, 2011). Bagi karyawan, memiliki
kesempatan untuk mengembangkan serangkaian keterampilan yang dapat ditransfer melalui
pelatihan dapat dianggap sebagai suatu manfaat yang berharga yang ditawarkan oleh
organisasi dan meningatkan kesempatan mereka untuk memperoleh pekerjaan di bursa kerja
dalam dan luar (Finegold et al.,2005). Untuk memperoleh komitmen dari pekerja kontrak,
perusahaan harus menetapkan sebuah pembelajaran tersirat yang akan meningkatkan
kemampuan kerja pekerja kontrak (Finegold et al.,2005).
Pelatihan yang dilakuk pelatihan karyawan mempunyai pengaruh positif dengan
komitmen efektif.an oleh perusahaan berdampak luas terhadap pengolahan SDM karena
adanya pengelolaan SDM yang baik akan lebih menguntungkan bagi kedua belah pihak, baik
bagi karyawan maupun bagi perusahaan. Oleh karena itu, hipótesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut ini :
H1 : Pelatihan karyawan mempunyai pengaruh positif dengan
komitmen efektif.
H2 : keberhasilan pelatihan kerja pada komitmen efetifitas kerja.
H3 : Efektifitas karyawan Meningkat setelah pelatihan kerja.