Proposal Skripsi
-
Upload
azkaa-constantine -
Category
Documents
-
view
31 -
download
0
Transcript of Proposal Skripsi
KEMENTRIAN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
PROPOSAL SKRIPSI
NAMA : MUHAMMAD NUR HARDIAN
NIM : 3101410032
PRODI : PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN : SEJARAH
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Judul Penelitian
PERANANAN MODEL PEMBELAJARAN BERFIKIR KRITIS DALAM
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN
SEJARAH DI SMA NEGERI 1 GODONG TAHUN 2013/2014
B. Latar Belakang
Pendidikan yang baik sangat tergantung dengan bagaimana seorang
guru bisa mengajar dengan baik. Faktor guru di yakini sangat berpengaruh besar
dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan. Mengajar yang baik itu apabila
siswanya mau belajar, kalau siswa tidak mau belajar berarti mengajarnya
tidak baik. Penerapan model pembelajaran yang baik juga akan berpengaruh
terhadap berlangsungnya kegiatan pembelajaran dan pada giliranya
mempengaruhi prestasi peserta didik. Sehingga demikian penerapan model
1
pembelajaran yang baik akan sangat menentukan kualitas pendidikan (Nasution
M.A, 1999: 111).
Menurut Undang-Undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,
yakni sebagaimana tercantum dalam Bab 1 ketentuan umum pasal 1 ayat (1)
sebagai berikut : Guru adalah pendidik professional yang tugas utamanya
mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Guru professional
adalah orang yang memiliki keahlian dan kemampuan khusus dalam bidang
keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai gurur
dengan kemampuan maksimal (Moh Uzer Usman, 2010 : 15).
Penerapan model pembelajaran yang baik akan berakibat positif bagi
perkembangan siswa, baik dalam pengetahuan atau keterampilan siswa, oleh
karena itu siswa akan antusias dengan apa yang di sampaikan oleh guru
sebagai fasilitator dalam proses kegiatan belajar mengajar. Bila itu
terlaksana dengan baik, maka apa yang di sampaikan oleh guru akan
berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Ketertarikan itu akan
mengahasilkan minat belajar siswa. Minat itu sendiri di pengaruhi oleh
faktor psikis,lingkungan dan fisik yang ketiganya saling melengkapi.
Minat menjadi sumber yang kuat untuk suatu aktivitas, karena
terciptanya sebuah minat belajar siswa tergantung bagaimana cara guru
dalam mengajar. Kegiatan belajar mengajar yang sinkron adalah adanya
minat dan perhatian siswa dalam belajar.peran guru di dalam pendidikan
itu sangat besar dan strategis. Karena guru yang berperan dalam pendidikan,.
2
Pembelajaran di kelas hanya bersifat showing dan telling sehingga
pembelajaran di kelas terasa membosankan dan kering karena tidak
menyentuh minat para peserta didik sama sekali. Pembelajaran di kelas akan
menjadi lebih bermakna dan optimal penyerapan pelajaran oleh peserta
didik jika guru mengambil posisi sebagai pengelola pembelajaran, yang
di maksud pengelola pembelajaran adalah bahwa posisi guru di dalam
kelas tidak hanya bersifat showing dan telling (Sembiring G.M, 2009: 46).
Guru dalam pembelajaran di kelas tidak pernah atau jarang
melibatkan peserta didik dalam setiap pembahasan materi pembelajaran .
Demi menciptakan suasana pembelajaran agar optimal dari persektif
penyampaian, guru harus sejauh mungkin melibatkan sebanyak-banyaknya
peserta didik secara maksimal. Indikator yang baik untuk mengetahui
sejauh mana penyampaian ini optimal adalah dengan memperhatikan
bahwa semakin guru sedikit bertindak di dalam kelas , maka semakin
baiklah kelas tersebut. Dengan kata lain,guru harus mampu sejauh mungkin
memicu serta menggali potensi semua peserta didik agar terlibat secara
mendalam dan meluas. Jika sebagai guru masih merasa dominan di kelas
dalam mengantarkan pelajaran, sesungguhnya pembelajaran yang sejati
sebenarnya belum terjadi. Dalam beberapa kondisi, ada guru berargumen,bila
tidak menghantarkan pelajaran seperti biasa, mengajar secara klasik dimana
guru menjadi tokoh sentral maka sering terjadi kelas tidak efektif.
Artinya pembelajaran di kelas jadi macet dan tidak berkembang. (Sembiring
G.M, 2009: 47)
Apa yang harus dilengkapi oleh guru adalah di dalam kelas harus
di buat hidup dan dinamis, bisa memicu antusiasme dan minat peserta
3
didik untuk berperan aktif dalam kelas. Jika di beri tahu,maka murid akan
lupa,jika di perlihatkan, maka murid akan ingat namun jika di libatkan
murid akan mengerti artinya bahwa penyampaian di kelas jika hanya
bersifat telling dan showing belum menjamin peserta didik dapat memahami
mengerti apalagi menguasai dengan baik . Apa yang membuat peserta
didik menjadi mengerti dan menguasai ternyata adalah ketika melibatkan
mereka. (Sembiring G.M, 2009: 49)
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti berminat mengadakan
penelitian dengan judul:
“PERANAN MODEL PEMBELAJARAN BERFIKIR KRITIS UNTUK
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN
SEJARAH DI SMA NEGERI 1 GODONG TAHUN 2013/2014 “
C. Perumusan Masalah
1. Bagaimana efektifitas peranan model pembelajaran berfikir kritis dalam
meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran sejarah di SMA NEGERI
1 GODONG melalui materi G 30 S??
2. Bagaimana pandangan guru sejarah di SMA NEGERI 1 GODONG mengenai G 30 S??
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui efektifitas peranan model pembelajaran berfikir kritis dalam
meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran sejarah di SMA NEGERI 1
GODONG sejarah melalui materi G 30 S
2. Untuk Mengetahui Pandangan guru sejarah di SMA NEGERI 1 GODONG
mengenai G 30 S?
4
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk mengetahui penjelasan dan gambaran yang jelas mengenai Efektifitas
peranan model pembelajaran berfikir kritis dalam meningkatkan minat belajar
siswa pada pemebelajaran sejarah melalui materi G 30 S.
b. Untuk menambah wawasan bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan.
c. Dapat memberikan rekomendasi pada dunia pendidikan dalam melaksanakan
pembelajaran Dan meningkatkan minat belajar siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Sebagai kritik internal dalam pelaksanakaan pembelajaran dan minat belajar
siswa
b. Bagi Sekolah
Sebagai masukan bagi pihak sekolah untuk mengetahui bagaimana dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas yang baik dan bagaimana pengaruhnya
terhadap minat belajar siswa khususnya pelajaran sejarah.
F. Pembatasan Konsep
1. Berfikir kritis
Berfikir kritis dapat didefinisikan sebagai suatu proses kompleks yang
melibatkan penerimaan dan penggunaan data, analisis data, dan evaluasi data
dengan mempertimbangkan aspek kualitatif serta melakukan seleksi atau
5
membuat hasil keputusan berdasarkan hasil evaluasi (Redhena dalam sugiyarti,
2005 : 23)
Menurut komarudin dan Tjuparmah dalam Purwaningsih (2005:9) proses
berfikir kritis dilakukan melalui pengujian fakta, peristiwa, atau pikiran. Arti
fakta, peristiwa, atau pikiran dilakukan dengan pertimbangan melalui berbagai
alternatif pemecahan masalah dan kesimpulan dapat ditarik dan selanjutnya
memperoleh pendapat yang berdasarkan pada analisis obyektif.
2. Minat Belajar Siswa
Menurut Slameto (2001:106) Minat adalah kecenderungan hati yang
tinggi terhadap sesuatu, gairah atau keinginan terhadap sesuatu. Minat juga dapat
di artikan sebagai suatu rasa lebih suka atau ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat adalah keadaan seorang dimana
seseorang mempunyai perhatian terhadap suatu objek dan di sertai dengan
keinginan untuk mengetahui mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut
tentang objek tertentu dengan pengertian dan hubunganya lebih aktif terhadap
objek tertentu.
Minat dalam penelitian ini yang di maksud adalah partisipasi dalam suatu
aktivitas, kaitanya dengan belajar sejarah. Yang berarti dalam diri siswa terdapat
perasaan suka yang dapat di lihat dari keseriusan, kerajinan, keaktifan saat
pelaksanaan pembelajaran, ketertarikanya untuk mendalami dan memaknai
pembelajaranyang di berikan dan gairahnya dalam menerima tugas-tugas
sejarahdengan antusias.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
6
Untuk memperjelas garis besar dari penyusunan skripsi ini maka penulis
mencantumkan sistematika penulisan penyusunan. Adapun sistematikanya adalah
sebagai berikut :
1. Bagian awal terdiri dari : Halaman judul, Halaman persetujuan pembimbing,
Halaman pengesahan, Halaman pernyataan, Motto, Persembahan, Kata
pengantar, Sari, Daftar isi dan Lampiran
2. Bagian isi terdiri dari :
BAB 1 Pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
Penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika
skripsi.
BAB II Landasan teori yang berisi uraian terkait model berfikir krtitis,
G 30 S
BAB III Metode penelitian yang menguraikan tentang pendekatan
penelitian, subjek penelitian, focus penelitian, sumber dan data
penelitian, teknik sampling, teknik pengumpulan data, keabsahan
data dan metode penelitian data
BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang laporan hasil
penelitian dan pembahasan
BAB V Penutup yang berisi uraian kesimpulan yang di dasarkan pada
hasil penelitian kemudian di lanjutkan dengan saran-saran
3. Bagian akhir terdiri dari : daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A . Kajian Pustaka
Penelitian tentang model berfikir kritis sudah pernah di lakukan oleh
peneliti terdahulu.Penelitian biasanya mengacu pada penelitian sebelumnya
karena dapat di jadikan referensi dalam sebuah penelitian. Berikut hasil dari
penelitian terdahulu yang dapat di jadikan kajian pustaka.
Abdul hasan (2012:30) dalam penelitianya berjudul “Pengaruh strategi
pembelajaran berfikir kritis terhadap hasil belajar ekonomi siswa SMA Negeri 1
Subah Kabupaten Batang”. Penelitian ini bersifat kuantitatif. Menyimpulkan
bahwa penggunaan strategi pembelajaran berfikir kritis di SMA Negeri 1 subah,
termasuk dalam kriteria baik dengan siswa mampu berfikir kritis sebesar 70,1
%. Hasil belajar siswa ekonomi siswa di SMA Negeri 1 subah dalam kriteria
baik sebesar 74, 48 %. Jadi terdapat pengaruh antara strategi pembelajaran
berfikir kritis terhadap hasil belajar di SMA Negeri 1 subah sebesar 42, 6 %.
Penelitian yang di lakukan oleh peneliti terdahulu telah memberikan
gambaran mengenai bagaimana pengaruh strategi pembelajaran berfikir kritis.
Penelitian ini memiliki perbedaan dimana penelitian yang di lakukan oleh Abdul
hasan bersifat kuantitatif dan penelitian di terapkan pada jenjang Sekolah
Menengah Atas (SMA). Pada penelitian ini menggunakan penelitian yang
bersifat kualitatif dan penelitian di terapkan di SMA Negeri 1 Godong
8
Kabupaten Grobogan untuk mengetahui peranan model berfikir kritis untuk
meningkatkan minat belajar siswa. Peneliti lebih memfokuskan penelitian pada
proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan pelaksanaan
pembelajaran.
Suatu penelitian di perlukan gambaran yang jelas mengenai kajian
pustaka dari penelitian tersebut, Dengan tujuan agar peneliti tetap berada dalam
pengertian yang di maksud dalam judul. Adapun landasan teori tersebut sebagai
berikut :
1. Berfikir kritis
Menurut Chance (1986: 22) kemampuan untuk menganalisis fakta,
mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat
perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan
masalah. Sedangkan menurut Mertes (1991: 24) sebuah proses yang sadar dan
sengaja yang di gunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan
pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan kemampuan yang memandu
keyakinan dan tindakan.
Menurut John Dawey (1909: 7) Disebut juga sebagai reflective thinking
yaitu pertimbangan yang aktif, persisten dan hati-hati terhadap suatu
pengetahuan atau nilai berdasar alasan yang mendasarinya dan kesimpulan.
Menurut America Philosophical Association (AMA, 1990: 16) Berfikir
kritis merupakan proses yang penih makna untuk mengarahkan dirinya sendiri
dalam membuat suatu keputusan. Proses tersebut memberikan berbagai alasan
sebagai pertimbangan dalam menentukan bukti, konteks, konseptualisasi,
metode dan kriteria yang sesuai. Dengan kata lain dapat di simpulkan bahwa
pengertian berfikir kritis adalah Proses intelektual yang dengan aktif dan
9
terampil mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi informasi yang dihasilkan yang di hasilkan dari pengamatan,
pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi untuk memandu keyakinan
dan tindakan (Scriven dan paul 1992)
2. Minat Belajar
Tingkah laku siswa ketika mengikuti proses belajar mengajar dapat
mengindikasikan akan ketertarikan siswa tersebut terhadap pelajaran atau
sebaliknya, ia tidak merasa tertarik pada pelajaran tersebut. Ketertarikan siswa
inilah yang merupakan salah satu tanda-tanda minat. Terdapat beberapa
pengertian minat di antaranya :
Menurut kamus besar bahasa indonesia minat adalah kecenderungan hati
yang tinggi terhadap suatu gairah keinginan. Belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkunganya.
Sedangkan pengertian minat secara istilah telah banyak di kemukakan
oleh para ahli, di antaranya yang di kemukakan oleh hilgard yang dikutip oleh
slameto menyatakan “ interestis persisting tedancy to pay attention to and enjoy
some activity and content (Slameto, 1991 : 57).
Menurut M. Alisuf Sabri (1994 : 84) Minat adalah kecendurungan untuk
selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus, minat ini
erat kaitanya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu
terjadi karena sikap senang kepada sesuatu, orang yang berminat kepada sesuatu
berarti ia sikapnya senang terhadap sesuatu.
10
Menurut muhibin syah (2001 : 136) Minat adalah kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat di
artikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau
arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau
kebutuhan-kebutuhan sendiri.
Berdasarkan beberapa definisi yang di kemukakan oleh para ahli seperti
yang di kutip di atas dapat di simpulkan bahwa, minat adalah kecendurungan
seseorang terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang digemari,yang di sertai
dengan perasaan senang, adanya perhatian dan keaktifan berbuat.
Adapun pengetian belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah
mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah
proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai
pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu
(Nana sudjana, 1987 : 28 ).
Belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya
interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan
sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkunganya.
Dari pengertian minat dan belajar di atas, maka dapat di simpulkan bahwa minat
belajar adalah sesuatu keinginan atau kemauan yang disertai dengan perhatian
dan keaktifan yang di sengaja yang akhirnya melahirkan rasa senang dalam
perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Apabila seseorang guru ingin berhasil dalam melakukan kegiatan belajar
mengajar harus dapat memberikan rangsangan rangsangan kepada murid agar ia
berminat dalam mengikuti proses belajar mengajar tersebut. Apabila murid
11
sudah merasa berminat mengikuti pelajaran, maka ia akan dapat mengerti
dengan mudah dan sebaliknya apabila murid merasakan tidak berminat dalam
melakukan proses pembelajaran ia akan merasa sungkan mengikuti pelajaran
tersebut.
a. Aspek-aspek Minat
The Liang Gie (1991:8) menjelaskan bahwa orang yang berminat memiliki
keterlibatan sepenuhnya atau pernyataan diri dengan segenap aktivitas untuk
memperoleh berbagai keterangan dan mencapai pemahaman terhadap suatu hal.
Minat juga dapat dilihat dari wujud pernyataan, dari pengakuan seseorang dalam
melakukan sesuatu dan dapat berupa rasa tertarik orang tersebut terhadap objek
yang diminatinya. Lebih lanjut The Liang Gie (1994:8) menyatakan bahwa
aspek-aspek pada minat seseorang adalah:
1) Perhatian yaitu aktivitas yang disertai dengan perhatian intensif akan lebih
sukses dan prestasinya pun akan lebih tinggi. Maka dari itu sebagai seorang
guru harus selalu berusaha untuk menarik perhatian anak didiknya sehingga
mereka mempunyai minat terhadap pelajaran yang diajarkannya.
2) Perasaan yaitu sebagai gejala psikis yang bersifat subjektif. Tiap aktivitas dan
pengalaman yang dilakukan akan selalu diliputi oleh suatu perasaan, baik
perasaan senang maupun perasaan tidak senang. Perasaan pada umumnya
bersangkutan dengan fungsi mengenal artinya perasaan dapat timbul karena
mengamati, menganggap, mengingat-ingat atau memikirkan sesuatu. Yang
dimaksudkan dengan perasaan di sini adalah perasaan senang dan perasaan
tertarik.
12
3) Motif yaitu sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam
subyek untuk melakukan kreativitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. Dalam
hal ini motivasi sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk
belajar. Minat merupakan potensi psikologis yang dapat dimanfaat untuk
menggali motivasi. Seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka dia akan
melakukan aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu. Ketiadaan minat
terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangkal penyebab kenapa siswa tidak
bergeming untuk mencatat apa yang telah disampaikan oleh guru. Itulah sebagai
pertanda bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Oleh karena itu
guru harus bisa membangkitkan minat siswa. Jadi motivasi merupakan dasar
penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang sehingga ia berminat
terhadap sesuatu objek, karena minat adalah alat motivasi dalam belajar.
Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat
tidak timbul sendiri, ada unsur kebutuhan, unsur afeksi, kesadaran sampai
pilihan nilai, pengerahan perasaan, seleksi dan kecenderungan hati.
a. Cara Untuk Membangkitkan Minat
Minat belajar memilki peranan dalam mempermudah dan memperkuat
melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan, membantu untuk berkonsentrasi
serta dapat mengurangi rasa bosan dalam belajar. Menurut John Adams (dalam
The Liang Gie, 1991:29) minat yang dimiliki seseorang, maka pada saat itulah
perhatiannya tidak lagi dipaksakan dan beralih menjadi spontan.
Menurut Indrafachrudi (2009: 100) cara membangkitkan minat adalah
sebagai berikut : Pertama, bahan pelajaran yang akan dipelajari siswa dirubah
13
dan ditempatkan pada kontek yang berbeda dan menyenangkan. Pelajaran
berhitung misalnya dapat dirubah kedalam kontek permainan yang
menyenangkan hati. Dengan demikian minat siswa dapat dibangkitkan. Kedua,
bahan-bahan yang sudah menjadi minat dapat dimasukkan dalam bahan
pelajaran yang tidak menimbulkan minat. Pelajaran sejarah misalnya dibentuk
menjadi cerita yang menarik. Ketiga,Guru harus berusaha supaya membuat
suasana dikelas yang menyenangkan. Serta kerjasama yang baik antara guru dan
siswa akan memberimsemangat untuk belajar dan menimbulkan minat intrinsic
dalam diri siswa. Keempat, bahan yang harus dipelajari dapat ditempatkan
sebagai suatu rintangan antara siswa dan tujuan yang akan dicapai. Ilmu pasti
misalnya yang merupakan pelajaran sulit. Ilmu alam itu diberikan dalam bentuk
praktek yang didalam praktek itu menggunakan ilmu pasti.
Para pengajar disarankan untuk berusaha memanfaatkan minat siswa yang
telah ada ataupun membentuk minat-minat baru pada diri siswa dengan jalan
memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan
pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu,
menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang (Tanner &
Tanner (dalam Slameto, 1991:181).
Selain itu menurut Rooijakkers (Slameto, 1991:181) menumbuhkan
minat-minat baru dapat pula dicapai dengan cara menghubungkan bahan
pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan
siswa.
b. Indikator Minat Belajar
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia indikator adalah alat pemantau
(sesuatu) yang dapat memberikan petunjuk atau keterangan. Kaitannya dengan
14
minat siswa maka indikator adalah sebagai alat pemantau yang dapat
memberikan petunjuk ke arah minat. Ada beberapa indikator siswa yang
memiliki minat belajar yang tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses belajar
dikelas maupun dirumah (Depdikbud, 1991: 10) antara lain:
1) Perasaan Suka atau senang
Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap
pelajaran sejarah misalnya, maka ia akan terus mempelajari ilmu yang
berhubungan dengan sejarah. Sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk
mempelajari bidang tersebut.
2) Perhatian dalam Belajar
Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap
pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan yang lain
dari pada itu. Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka dengan
sendirinya dia akan memperhatikan objek tersebut, misalnya, seorang siswa
menaruh minat terhadap pelajaran sejarah, maka ia akan berusaha untuk
memperhatikan penjelasan dari gurunya. Perhatian dan minat siswa dalam
belajar harus ditumbuhkan oleh siswa dan guru sehingga pembelajaran dapat
berjalan dengan baik. Disamping itu, siswa perlu menambahkan perhatian dan
minatnya tersebut dengan konsentrasi. Ketika pembelajaran berjalan, siswa
memiliki kecenderungan yang besar pada pelajaran, disertai perhatian yang baik
dan adanya pemusatan pikiran. Biasanya hal-hal seoerti itu akan memberikan
hasil pelajaran yang baik.
3) Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik
Tidak semua siswa menyukai suatu bidang studi pelajaran karena
faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya terhadap bidang
15
pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya, teman sekelas, bahan pelajaran
yang menarik. Walaupun demikian lama-kelamaan jika siswa mampu
mengembangkan minatnya yang kuat terhadap mata pelajaran maka ia bisa
memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong siswa yang
berkemampuan rata-rata. Sebagaimana dikemukakan oleh Brown yang dikutip
oleh Ali Imran sebagai berikut: Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci
atau bersikap acuh tak acuh, tertarik kepada mata pelajaran yang diajarkan,
mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama
kepada guru, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin identitas
dirinya diketahui oleh orng lain, tindakan kebiasaan dan moralnya selalu dalam
kontroldiri, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu
terkontrol oleh lingkungannya.
a. Fungsi Minat dalam Belajar
Minat merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi usaha
yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih
serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Jika seorang
siswa memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan
mengingatnya. Elizabeth B. Hurlock menulis tentang fungsi minat bagi
kehidupan anak sebagaimana yang ditulis oleh Abdul Wahid (1998: 109-110)
sebagai berikut:
1) Minat mempengaruhi bentuk-bentuk intensitas cita-cita. Sebagai contoh
siswa yang berminat pada olahraga maka cita-citanya adalah menjadi
olahragawan yang berprestasi. Siswa yang berminat pada kesehatan fisiknya
maka cita-citanya menjadi dokter.
16
2) Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat. Minat siswa untuk menguasai
pelajaran bisa mendorongnya untuk belajar kelompok di tempat temannya
meskipun suasana sedang hujan.
3) Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas. Minat seseorang
meskipun diajar oleh guru yang sama dan diberi pelajaran tapi antara satu siswa
dan yang lain mendapatkan jumlah pengetahuan yang bebeda. Hal ini terjadi
karena berbedanya daya serap siswa dan daya serap ini dipengaruhi oleh
intensitas minat siswa.
4) Minat yang terbentuk sejak kecil sering terbawa seumur hidup karena
minat membawa kepuasan. Minat menjadi guru yang telah membentuk sejak
kecil sebagai misal akan terus terbawa sampai hal ini menjadi kenyataan.
Apabila ini terwujud maka semua suka duka menjadi guru tidak akan dirasa
karena semua tugas dikerjakan dengan penuh sukarela. Dan apabila minat ini
tidak terwujud maka bisa menjadi obsesi yang akan dibawa sampai mati.
Dalam hubungannya dengan pemusatan perhatian, minat mempunyai
peranan dalam melahirkan perhatian yang serta merta, memudahkan terciptanya
pemusatan perhatian, dan mencegah gangguan perhatian dari luar. Oleh karena
itu minat mempunyai pengaruh yang besar dalam belajar karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tersebut
tidak akan belajar dengan sebaik- baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya.
Sedangkan bila bahan pelajaran itu menarik minat siswa, maka ia akan mudah
dipelajari dan disimpan karena adanya minat sehingga menambah kegiatan
belajar (The Liang Gie, 2004: 57).
Fungsi minat dalam belajar lebih besar sebagai motivating force yaitu
sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat
17
terhadap pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar. Berbeda
dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran. Mereka hanya tergerak
untuk mau belajar tetapi sulit untuk terus tekun karena tidak ada pendorongnya.
Untuk memperoleh hasil yang baik dalam belajar seorang siswa harus
mempunyai minat terhadap pelajaran sehingga akan mendorong siswa untuk
terus belajar.
3 . G 30 S (Gerakan 30 September)
Gerakan 30 september adalah sebuah peristiwa yang terjadi pada tanggal
3 september 1965 yang di warnai dengan penculikan dan pembunuhan 7
jenderal AD. Ada versi yang menyebutkan bahwa G 30 S adalah sebuah kudeta
merangkak (Coup D’ etat) yang di lakukan oleh orang yang haus akan
kekuasaan. Tentang siapa dalang di balik peristiwa G 30 S ini masih penuh
dengan misteri.
Ada beberapa versi tentang siapa dalang di balik peristiwa G 30 S ini, di
antaranya adalah Ir soekarno, PKI, Soeharto dan CIA. Kedekatan soekarno
dengan PKI membuat presiden soekarno di tuduh sebagai dalang G 30 S,
padahal NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis) sudah di anggap sebagai
anak sendiri oleh presiden soekarno dan pak karno sama sekali tidak pernah
membeda-bedakan antara ketiga partai tersebut. Pada awal tahun 1965 bung
karno atas saran PKI akibat dari penawaran perdana menteri RRC, mempunyai
ide tentang angkatan kelima yang berdiri sendiri terlepas dari ABRI, dengan
demikian move politik ini di ekspos seolah-olah bung karno sudah
memerintahkan pembentukan angkatan kelima, yang kemudian di tuding
sebagai salah satu keterlibatan bung karno dalam G 30 S, rekayasa lain untuk
mencoba membuktikan keterlibatan bung karno dalam G 30 S adalah keterangan
18
brigadir Jenderal Hr Sugandhi (ajudan presiden 1948-1962) yang memberikan
pengakuan kepada team pemeriksa pusat (TERTEPU) di bawah sumpah, bahwa
ia telah berbicara langsung dengan ketua CC PKI, D.N Aidit dan sekretaris CC,
sudisman pada tanggal 27 september 1965. Kedua tokoh PKI itu katanya
memberitahukan kepadanya bahwa PKI akan melakukan
coup d’ etat atau tindakan untuk membenahi revolusi indonesia yang di
rongrong oleh “dewan jenderal”.
PKI paling santer di sebutkan sebagai dalang dari G 30 S, PKI
merupakan partai komunis terbesar di seluruh dunia, di luar tiongkok dan uni
soviet. Anggotanya berjumlah sekitar 3,5 juta, di tambah 3 juta dari pergerakan
pemudanya, PKI juga mengontrol pergerakan serikat buruh yang mempunyai
3,5 juta anggota dan pergerakan partai barisan tani indonesia yang mempunyai 9
juta anggota, Termasuk pergerakan wanita (gerwani), organisasi penulis dan
pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebih dari 20 juta anggota dan
pendukung. Antonie C.A dalam bukunya in the spirit of red banteng,
mengungkapkan keterlibatan PKI sebagai perencana, bung karno mengetahui.
Tapi yang sangat tidak masuk akal di sini adalah PKI hanya sebuah partai dan
tidak memegang senjata, Rata-rata yang memegang senjata dan melakukan
kudeta adalah militer.
Versi ketiga adalah keterlibatan Soeharto dan CIA, Soeharto di anggap
gila akan kekuasaan sehingga ingin merebut (kudeta) jabatan presiden dari
tangan Soekarno dengan mengkambing hitamkan PKI dan Soekarno, akan butuh
waktu yang sangat lama untuk menjadi presiden jika tidak menyingkirkan 7
jenderal AD, apalagi ada isu yang berkembang jika bung karno akan menunjuk
19
Jenderal Ahmad yani untuk menggantikanya sebagai presiden. Untuk itulah 7
jenderal di singkirkan supaya untuk jadi presiden tidak menunggu lama. CIA
sendiri sama sekali tidak menyukai bung karno karena tidak mau berkerja sama
dengan Amerika serikat dan juga komunis merupakan musuh dari amerika
serikat, bung karno sendiri lebih suka berhubungan dengan uni soviet. CIA ingin
seorang pemimpin yang mau bekerja sama dengan amerika serikat, untuk itulah
di tunjuklah soeharto dan CIA membantu dalam penyingkiran Bung karno dan
PKI demi mewujudkan usahanya tersebut.
Puncak dari kudeta merangkak ini adalah munculnya supersemar, lima
bulan setelah peristiwa tersebut, pada tanggal 11 maret 1966 soekarno memeberi
kekuasaan tak terbatas kepada soeharto dan segera saja soeharto melakukan
penahanan terhadap menteri-menteri penting, bung karno kehilangan pembantu-
pembantunya dan kabinet-kabinet baru harus di bentuk bersama pengemban
supersemar, praktis bung karno sudah kehilangan kekuasaanya, Soeharto
akhirnya menjabat sebagai presiden, ini sangat terlihat jelas sekali ketika bung
karno menjabat sebagai presiden dia menolak melakukan kerjasama dengan
Amerika serikat dan lebih suka melakukan kerja sama dengan uni soviet dan
ketika soeharto menjabat sebagai presiden dia melakukan kerja sama dengan
amerika serikat.
B. Kerangka Berfikir
Penggunaan model pembelajaran yang baik akan mempengaruhi minat
belajar siswa, ketika guru di dalam pembelajaran hanya menggunakan metode
ceramah, pembelajaran hanya bersifat satu arah, itu akan membuat peserta didik
akan merasa bosan, tidak membuat siswa berminat untuk belajar
20
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui peranan model berfikir
kritis untuk meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran sejarah.
Pelaksanaan pembelajaran sejarah slalu kurang efektif. Hal ini di karenakan
materi dalam mata pelajaran sejarah sangat banyak sedangkan materi dalam
pembelajaran sejarah sangat banyak sedangkan waktu yang di sediakan sangat
terbatas, kurangnya variasi dalam penggunaan model dan kurangnya
pemanfaatan alat dan media pembelajaran membuat siswa tidak memiliki minat
untuk mempelajari sejarah. Adapun kerangka berfikir adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka Berfikir
21
pembelajaran sejarah
Minat Belajar Siswa
Model berfikir kritis
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif . Kualitatif
adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara fundamental
tergantung pada manusia dalam kawasannya dan peristilahannya (Moleong,
2002:4).
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 60) Penelitian kualitatif
berangkat dari filsafat kontruktivisme, yang memandang kenyataan itu
berdimensi jamak, interaktif dan menuntut interpretasi berdasarkan pengalaman
social. “Reality is multilayer, interactive and a shared social experience
interpretation by individuals”. Kualitatif memandang kenyataan sebagai
kontruksi social, individu atau kelompok menarik atau member makna kepada
suatu kenyataan dengan mengkontruksinya. Kualitatif mempunyai dua tujuan
utama, yaitu: pertama, menggambarkan dan mengungkap (to describe and
explore) dan kedua, menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain).
Metode kualitatif digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama,
menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan ganda yaitu kenyataan-kenyataan yang dihadapi peneliti di lapangan;
kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti
dan informan; dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan
22
diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai
yang dihadapi (Moleong 2002: 5).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan di SMA Negeri 1 Godong, Kabupaten
Grobogan. SMA ini di pilih karena dalam SMA ini ada hal yang menarik, salah
satunya rendahnya minat belajar siswa pada pembelajaran sejarah, hal itu sesuai
dengan kriteria yang di cari peneliti sehingga membuat peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian di SMA ini.
C. Focus penelitian
Focus penelitian adalah masalah yang di teliti dalam penelitian. Pada
dasarnya focus merupakan pembatasan masalah dan tujuan penelitian maka
yang menjadi fokus penelitian adalah Peranan model berfikir kritis untuk
meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran sejarah tahun ajaran
2013/2014.
Indikator-indikator yang dapat di gunakan untuk mengetahui peranan
model berpikir kritis adalah sebagai berikut : (1) Kegiatan merumuskan
pertanyaan, (2) membatasi permasalahan, (3) menguji data-data (4)
menganalisis berbagai pendapat dan bias, (5) menghindari pertimbangan yang
sangat emosional, (6) mempertimbangkan berbagai interpretasi, (6) ambiguitas.
Sedangkan indikator yang dapat di gunakan untuk mengetahui minat
belajar siswa adalah sebagai berikut : (1) Perasaan suka atau senang. (2)
perhatian dalam belajar, (3) bahan pelajaran dan sikap guru yang menarik.
D. Sumber Data Penelitian
23
Menurut Bogdan dan Taylor (dalam moleong, 2002 : 3) Penelitian
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang
berupa kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang di amati. Dalam
penelitian ini sebagai sumber data utamanya adalah : Guru yang berada di SMA
Negeri 1 Godong dan Siswa. Dari data yang informan gunakan atau di perlukan
dalam penelitian ini dikaji dari sumber data antara lain :
1) Sumber Data Primer
Yaitu data yang di peroleh secara langsung melalui wawancara dengan
responden atau informan lapangan. Informan yang berkaitan dengan penelitian
ini adalah Guru sejarah SMA Negeri 1 Godong. Adapun pertimbangan
mengambil sumber data tersebut karena informan di anggap berhubungan
langsung dengan masalah yang di teliti sehingga akan mempermudah peneliti
untuk mendapatkan informasi. Selain Guru,peneliti juga akan mewawancarai
beberapa siswa Di SMA Negeri 1 Godong khususnya kelas XII.
2) Sumber data sekunder
Yaitu sumber data yang di dapat atau di peroleh dengan cara tidak
langsung, seperti dokumen. Dokumen menjadi data untuk mengetahui proses
pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa. Dokumen yang di gunakan
meliputi perangkat pembelajaran guru,seperti rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP). Selain itu dokumen mengenai daftar nilai dari hasil evaluasi siswa dapat
di jadikan sumber data penelitian.
E. Teknik Pemilihan Informan
Teknik sampling adalah cara untuk mengambil sampel penelitian yaitu
menentukan informan yang di anggap mampu menjawab dan memecahkan
permasalahan yang peneliti ajukan. Tujuanya adalah untuk merinci kekhususan
24
yang ada ke dalam ramuan konteks yang unik, sedangkan maksud dari sampling
ialah menggali yang akan menjadi dasar rancangan teori yang muncul
(Moleong, 2002: 165).
Dalam penelitian ini penggambilan sampel berdasarkan tujuan atau purposive
sampling yaitu unit sample yang berkarakteristik tertentu yang berkaitan
dengan fokus permasalahan. Fokus penelitian ini adalah Peranan model berfikir
kritis untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran sejarah.
Dengan mengacu pada fokus penelitian tersebut, maka karakteristik sample
yang di tentukan adalah 1) Guru SMA Negeri 1 Godong, 2) Siswa SMA Negeri
1 Godong yang di ajar oleh guru menjadi informan.
Teknik sample di pilih karena subjek penelitian mempunyai karakteristik dalam
suatu populasi. Dalam hal ini adalah peranan model berfikir kritis yang nantinya
mempengaruhi minat belajar siswa dalam pembelajaran sejarah.
F. Teknik Pengumpulan Data
Alat dan teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini
adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi
Menurut Arikunto (1998:145) observasi adalah pengamatan yang
meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indra.
Menurut Payton (dalam Nugroho, 1993:18-19) penggunaan teknik
observasi dalam penelitian memiliki empat maksud yaitu: menggambarkan
setting tersebut, individu yang berperan dalam kegiatan itu dimaknai di balik
layar kegiatan. Peran serta orang-orang yang terlibat. Observasi yang dilakukan
oleh peneliti sambil membuat catatan secara selektif terhadap pelaksanaannya.
25
Observasi yang dilakukan peneliti bersifat non-partisipan dengan maksud
peneliti tidak terjun langsung dalam proses pembelajaran tetapi peneliti hanya
mengamati sambil mencatat hasil pengamatan.
Dalam hal ini peneliti mengadakan observasi dengan melihat secara
langsung bagaimana proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru sejarah.
Hal-hal yang menjadi objek pengamatan antara lain cara mengajar guru,
penguasaan materi, metode yang digunakan serta aktivitas siswa pada saat
pembelajaran, meliputi tingkah laku siswa, keaktifan siswa dalam bertanya,
tanggapan siswa tentang penyampaian materi oleh guru dan sebagainya.
2. Wawancara mendalam
Wawancara menurut Sugiyono (2006:317) adalah merupakan pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikostruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Sedangkan menurut Hadi
(2004:217) mengemukakan bahwa wawancara adalah suatu proses tanya jawab
lisan, dalam mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu
dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan suaranya dengan telinga.
Wawancara merupakan alat pengumpul informasi langsung untuk berbagai jenis
data sosial, baik yang terpendam (latent) maupun yang memanifes. selama
melakukan observasi peneliti juga melakukan interview kepada orang-orang
yang ada didalamnnya.
Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara
semiterstruktur (semistructure interview), menurut Sugiyono (2006: 320) jenis
wawancara ini termasuk dalam kategori in depth interview, dimana dalam
pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.
Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara
26
lebih terbuka. Informan yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah Guru
sejarah SMA Negeri 1 Godong dan Peserta didik SMA Negeri 1 Godong. Untuk
Menjaga kredibilitas hasil wawancara tersebut maka perlu adanya pencatatan
data, maka dalam hal ini peneliti menggunakan handphone yang berfungsi untuk
merekam hasil wawancara tersebut. Mengingat bahwa tidak setiap informan
suka dengan alat tersebut karena tidak merasa bebas ketika di wawancarai maka
peneliti meminta izin dulu kepada informan dengan menggunakan handphone.
Disamping menggunakan handphone, peneliti juga mempersiapkan
buku catatan yang berfungsi untuk mencatat percakapan dengan sumber data.
Selain itu juga berguna untuk membantu peneliti dalam merencanakan
pertanyaan-pertanyaan berikutnya. Supaya hasil wawancara dapat terekam
dengan baik dan peneliti memiliki bukti bahwa telah melakukan wawancara
kepada informan atau sumber data, maka peneliti mengguunakan handphone
untuk memotret ketika peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan
informan. Dengan adanya foto ini, maka dapat meningkatkan keabsahan
peneliti, karena peneliti benar-benar melakukan pengumpulan data.
1. Dokumentasi
Menurut Hasan (2002: 88) studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan
data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui
dokumen. Dokumen yang digunakan dapat berupa buku harian, surat pribadi,
laporan, notulen rapat, catatan kasus dalam pekerjaan sosial dan dokumen
lainnya.
Dalam penelitian ini, studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti
adalah data-data tertulis dalam pembelajaran, seperti rencana pelaksanaan
pembelajaran, catatan-catatan saat pembelajaran, daftar hasil evaluasi siswa dan
27
data tentang penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan
penelitian ini serta studi dokumen resmi yang dilakukan untuk mengumpulkan
data melalui pencatatan atau data-data tertulis mengenai keadaan SMA Negeri 1
Godong yang penulis teliti.
D. Keabsahan Data
Pemeriksaan terhadap keabsahan data merupakan salah satu bagian yang
sangat penting di dalam penelitian kualitatif yaitu untuk mengetahui derajat
kepercayaan dari hasil penelitian yang dilakukan. Apabila peneliti
melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat dan
menggunakan teknik yang tepat, maka akan diperoleh hasil penelitian yang
benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai segi.
Peneliti menggunakan teknik triangulasi guna memeriksa keabsahan data
dalam penelitian ini. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam
triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yaitu 1) Triangulasi sumber, 2)
Triangulasi metode, 3) Triangulasi penyidik dan
4) Triangulasi teori (Moleong, 2002 : 178). Dari keempat triangulasi ini yang
peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik triangulasi sumber.
Penulis melakukan perbandingan dan pengecekan balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh pada waktu dan alat yang berbeda. Pengujian
data dengan sumber dapat ditempuh dengan jalan sebagai berikut :
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
tentang Peranan model berfikir kritis untuk meningkatkan minat belajar
siswa dalam pembelajaran sejarah
28
2) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain. Dalam hal ini mengkroscek kepada
siswa, apakah dengan menggunakan model berfikir kritis bisa
menumbuhkan minat belajar siswa dalam pembelajaran sejarah. Kroscek ini
berupa wawancara dengan siswa SMA Negeri 1 Godong.
Informan A
Dengan menggunakan teknik triangulasi di atas diharapkan akan
diperoleh hasil penelitian yang benar-benar sahih, karena teknik triangulasi
tersebut sesuai dengan penelitian yang bersifat kualitatif.
E. Metode Analisis Data
Menurut Bogdan dan Tylor analis data adalah proses yang merinci
usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis
seperti yang disarankan oleh data-data sebagai usaha untuk memberikan
bantuan pada tema dan hipotesis itu (Moleong 2002:103).
Menurut Miles dan Huberman dalam Rachman (1992:120)
menyatakan bahwa ada dua jenis metode analisis data kualitatif yaitu :
Pertama, Model analisis mengalir (Flow Analysis Models). Dimana dalam
model analisis mengalir tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian
data, penarikan kesimpulan/verifikasi dilakukan saling mengalir dengan
proses pengumpulan data dan mengalir bersamaan. Kedua, Model Analisis
Interaksi (interactive analysis models). Dimana komponen reduksi data dan
29
Wawancara mendalam
Informan A
Informan B
Informan C
sajian data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Setelah
data terkumpul, maka tiga komponen analisis (reduksi data, sajian data,
penarikan kesimpulan) saling berinteraksi.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model yang kedua yaitu
model analisis interaktif atau interactive analysis models dengan
langkahlangkah pengolahan data sebagai berikut:
1)Pengumpulan data, dilaksanakan dengan cara pencarian data yang
diperlukan terhadap berbagai jenis data dan bentuk data yang ada di
lapangan, kemudian melaksanakan pencatatan data di lapangan.
2)Reduksi data, apabila data sudah terkumpul, langkah selanjutnya adalah
mereduksi yaitu menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu dan mengorganisasikannya sehingga nantinya mudah dilakukan
penarikan kesimpulan. Jika data yang diperoleh kurang lengkap maka
peneliti mencari kembali data yang diperlukan di lapangan.
3)Penyajian data, adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
4)Penarikan kesimpulan atau verifikasi, setelah data disajikan, maka dilakukan
penarikan kesimpulan atau verifikasi. Dalam penarikan kesimpulan ini,
didasarkan pada reduksi data dan sajian data yang merupakan jawaban atas
masalah yang diangkat dalam penelitian. Secara skematis model analisis di
atas dapat digambarkan sebagai berikut :
30
Pengumpulan Data Penyajian Data
Penarikan Kesimpulan atau verifikasiReduksi data
DAFTAR PUSTAKA
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sembiring, Gorky M. 2009. Menjadi Guru Sejati. Yogyakarta: Best Publisher.
Ginanto, Eprijum D. 2011, Jadi Pendidik Kreatif dan Inspiratif. Yogyakarta : Jogja Bangkit
Publisher.
Wardaya T Baskara. 2009. Membongkar Supersemar. Yogyakarta : Galang Press.
Shophiaan Manai. 2008. Kehormatan Bagi Yang Berhak. Jakarta Selatan : Transmedia
Pustaka.
Chance, P. (1986). Thingking in the classroom: A survey of programs. New York : Teacher
Collage, Columbia University/
Mertes (1991). Thingking and Writing. Middle School Journ. 24-25.
Miles, Matthew. B dan A. Michael Huberman. 1992. Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi. Analisis data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
M.A, Nasution. 1999. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
The Liang Gie. 1994. Cara Belajar Yang Efesien. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna
Wahid, Abdul. 1998. Menumbuhkan minat dan bakat anak. Jakarta. PBM
Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
31
Indrafachrudi, Soekarto, I Hamalik Oemar. 2009. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Biru Algesindo
Sudjana, Nana. 1987. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Balai Pustaka.
Sabri, M. Alisuf. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Syah, Muhibbin. 2001. Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya..
Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Usman, Mohamad Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdaya
32
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Saya selaku Pembimbing dari Mahasiswa Universitas Negeri Semarang
Hari :
Tanggal :
Prodi : Pendidikan Sejarah
Pembimbing
Drs. Karyono, M. Hum
NIP. 195106061980031003
Mengetahui,
Ketua Jurusan
33