Proposal Skripsi

53
KEMENTRIAN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PROPOSAL SKRIPSI NAMA : MUHAMMAD NUR HARDIAN NIM : 3101410032 PRODI : PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN : SEJARAH BAB 1. PENDAHULUAN A. Judul Penelitian PERANANAN MODEL PEMBELAJARAN BERFIKIR KRITIS DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI 1 GODONG TAHUN 2013/2014 B. Latar Belakang Pendidikan yang baik sangat tergantung dengan bagaimana seorang guru bisa mengajar dengan baik. Faktor guru di yakini sangat berpengaruh besar dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan. Mengajar yang baik itu apabila siswanya mau belajar, 1

Transcript of Proposal Skripsi

KEMENTRIAN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

PROPOSAL SKRIPSI

NAMA : MUHAMMAD NUR HARDIAN

NIM : 3101410032

PRODI : PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN : SEJARAH

BAB 1. PENDAHULUAN

A. Judul Penelitian

PERANANAN MODEL PEMBELAJARAN BERFIKIR KRITIS DALAM

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN

SEJARAH DI SMA NEGERI 1 GODONG TAHUN 2013/2014

B. Latar Belakang

Pendidikan yang baik sangat tergantung dengan bagaimana seorang

guru bisa mengajar dengan baik. Faktor guru di yakini sangat berpengaruh besar

dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan. Mengajar yang baik itu apabila

siswanya mau belajar, kalau siswa tidak mau belajar berarti mengajarnya

tidak baik. Penerapan model pembelajaran yang baik juga akan berpengaruh

terhadap berlangsungnya kegiatan pembelajaran dan pada giliranya

mempengaruhi prestasi peserta didik. Sehingga demikian penerapan model

1

pembelajaran yang baik akan sangat menentukan kualitas pendidikan (Nasution

M.A, 1999: 111).

Menurut Undang-Undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,

yakni sebagaimana tercantum dalam Bab 1 ketentuan umum pasal 1 ayat (1)

sebagai berikut : Guru adalah pendidik professional yang tugas utamanya

mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Guru professional

adalah orang yang memiliki keahlian dan kemampuan khusus dalam bidang

keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai gurur

dengan kemampuan maksimal (Moh Uzer Usman, 2010 : 15).

Penerapan model pembelajaran yang baik akan berakibat positif bagi

perkembangan siswa, baik dalam pengetahuan atau keterampilan siswa, oleh

karena itu siswa akan antusias dengan apa yang di sampaikan oleh guru

sebagai fasilitator dalam proses kegiatan belajar mengajar. Bila itu

terlaksana dengan baik, maka apa yang di sampaikan oleh guru akan

berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Ketertarikan itu akan

mengahasilkan minat belajar siswa. Minat itu sendiri di pengaruhi oleh

faktor psikis,lingkungan dan fisik yang ketiganya saling melengkapi.

Minat menjadi sumber yang kuat untuk suatu aktivitas, karena

terciptanya sebuah minat belajar siswa tergantung bagaimana cara guru

dalam mengajar. Kegiatan belajar mengajar yang sinkron adalah adanya

minat dan perhatian siswa dalam belajar.peran guru di dalam pendidikan

itu sangat besar dan strategis. Karena guru yang berperan dalam pendidikan,.

2

Pembelajaran di kelas hanya bersifat showing dan telling sehingga

pembelajaran di kelas terasa membosankan dan kering karena tidak

menyentuh minat para peserta didik sama sekali. Pembelajaran di kelas akan

menjadi lebih bermakna dan optimal penyerapan pelajaran oleh peserta

didik jika guru mengambil posisi sebagai pengelola pembelajaran, yang

di maksud pengelola pembelajaran adalah bahwa posisi guru di dalam

kelas tidak hanya bersifat showing dan telling (Sembiring G.M, 2009: 46).

Guru dalam pembelajaran di kelas tidak pernah atau jarang

melibatkan peserta didik dalam setiap pembahasan materi pembelajaran .

Demi menciptakan suasana pembelajaran agar optimal dari persektif

penyampaian, guru harus sejauh mungkin melibatkan sebanyak-banyaknya

peserta didik secara maksimal. Indikator yang baik untuk mengetahui

sejauh mana penyampaian ini optimal adalah dengan memperhatikan

bahwa semakin guru sedikit bertindak di dalam kelas , maka semakin

baiklah kelas tersebut. Dengan kata lain,guru harus mampu sejauh mungkin

memicu serta menggali potensi semua peserta didik agar terlibat secara

mendalam dan meluas. Jika sebagai guru masih merasa dominan di kelas

dalam mengantarkan pelajaran, sesungguhnya pembelajaran yang sejati

sebenarnya belum terjadi. Dalam beberapa kondisi, ada guru berargumen,bila

tidak menghantarkan pelajaran seperti biasa, mengajar secara klasik dimana

guru menjadi tokoh sentral maka sering terjadi kelas tidak efektif.

Artinya pembelajaran di kelas jadi macet dan tidak berkembang. (Sembiring

G.M, 2009: 47)

Apa yang harus dilengkapi oleh guru adalah di dalam kelas harus

di buat hidup dan dinamis, bisa memicu antusiasme dan minat peserta

3

didik untuk berperan aktif dalam kelas. Jika di beri tahu,maka murid akan

lupa,jika di perlihatkan, maka murid akan ingat namun jika di libatkan

murid akan mengerti artinya bahwa penyampaian di kelas jika hanya

bersifat telling dan showing belum menjamin peserta didik dapat memahami

mengerti apalagi menguasai dengan baik . Apa yang membuat peserta

didik menjadi mengerti dan menguasai ternyata adalah ketika melibatkan

mereka. (Sembiring G.M, 2009: 49)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti berminat mengadakan

penelitian dengan judul:

“PERANAN MODEL PEMBELAJARAN BERFIKIR KRITIS UNTUK

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN

SEJARAH DI SMA NEGERI 1 GODONG TAHUN 2013/2014 “

C. Perumusan Masalah

1. Bagaimana efektifitas peranan model pembelajaran berfikir kritis dalam

meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran sejarah di SMA NEGERI

1 GODONG melalui materi G 30 S??

2. Bagaimana pandangan guru sejarah di SMA NEGERI 1 GODONG mengenai G 30 S??

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui efektifitas peranan model pembelajaran berfikir kritis dalam

meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran sejarah di SMA NEGERI 1

GODONG sejarah melalui materi G 30 S

2. Untuk Mengetahui Pandangan guru sejarah di SMA NEGERI 1 GODONG

mengenai G 30 S?

4

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk mengetahui penjelasan dan gambaran yang jelas mengenai Efektifitas

peranan model pembelajaran berfikir kritis dalam meningkatkan minat belajar

siswa pada pemebelajaran sejarah melalui materi G 30 S.

b. Untuk menambah wawasan bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan.

c. Dapat memberikan rekomendasi pada dunia pendidikan dalam melaksanakan

pembelajaran Dan meningkatkan minat belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Sebagai kritik internal dalam pelaksanakaan pembelajaran dan minat belajar

siswa

b. Bagi Sekolah

Sebagai masukan bagi pihak sekolah untuk mengetahui bagaimana dalam

melaksanakan pembelajaran di kelas yang baik dan bagaimana pengaruhnya

terhadap minat belajar siswa khususnya pelajaran sejarah.

F. Pembatasan Konsep

1. Berfikir kritis

Berfikir kritis dapat didefinisikan sebagai suatu proses kompleks yang

melibatkan penerimaan dan penggunaan data, analisis data, dan evaluasi data

dengan mempertimbangkan aspek kualitatif serta melakukan seleksi atau

5

membuat hasil keputusan berdasarkan hasil evaluasi (Redhena dalam sugiyarti,

2005 : 23)

Menurut komarudin dan Tjuparmah dalam Purwaningsih (2005:9) proses

berfikir kritis dilakukan melalui pengujian fakta, peristiwa, atau pikiran. Arti

fakta, peristiwa, atau pikiran dilakukan dengan pertimbangan melalui berbagai

alternatif pemecahan masalah dan kesimpulan dapat ditarik dan selanjutnya

memperoleh pendapat yang berdasarkan pada analisis obyektif.

2. Minat Belajar Siswa

Menurut Slameto (2001:106) Minat adalah kecenderungan hati yang

tinggi terhadap sesuatu, gairah atau keinginan terhadap sesuatu. Minat juga dapat

di artikan sebagai suatu rasa lebih suka atau ketertarikan pada suatu hal atau

aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat adalah keadaan seorang dimana

seseorang mempunyai perhatian terhadap suatu objek dan di sertai dengan

keinginan untuk mengetahui mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut

tentang objek tertentu dengan pengertian dan hubunganya lebih aktif terhadap

objek tertentu.

Minat dalam penelitian ini yang di maksud adalah partisipasi dalam suatu

aktivitas, kaitanya dengan belajar sejarah. Yang berarti dalam diri siswa terdapat

perasaan suka yang dapat di lihat dari keseriusan, kerajinan, keaktifan saat

pelaksanaan pembelajaran, ketertarikanya untuk mendalami dan memaknai

pembelajaranyang di berikan dan gairahnya dalam menerima tugas-tugas

sejarahdengan antusias.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

6

Untuk memperjelas garis besar dari penyusunan skripsi ini maka penulis

mencantumkan sistematika penulisan penyusunan. Adapun sistematikanya adalah

sebagai berikut :

1. Bagian awal terdiri dari : Halaman judul, Halaman persetujuan pembimbing,

Halaman pengesahan, Halaman pernyataan, Motto, Persembahan, Kata

pengantar, Sari, Daftar isi dan Lampiran

2. Bagian isi terdiri dari :

BAB 1 Pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan

Penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika

skripsi.

BAB II Landasan teori yang berisi uraian terkait model berfikir krtitis,

G 30 S

BAB III Metode penelitian yang menguraikan tentang pendekatan

penelitian, subjek penelitian, focus penelitian, sumber dan data

penelitian, teknik sampling, teknik pengumpulan data, keabsahan

data dan metode penelitian data

BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang laporan hasil

penelitian dan pembahasan

BAB V Penutup yang berisi uraian kesimpulan yang di dasarkan pada

hasil penelitian kemudian di lanjutkan dengan saran-saran

3. Bagian akhir terdiri dari : daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A . Kajian Pustaka

Penelitian tentang model berfikir kritis sudah pernah di lakukan oleh

peneliti terdahulu.Penelitian biasanya mengacu pada penelitian sebelumnya

karena dapat di jadikan referensi dalam sebuah penelitian. Berikut hasil dari

penelitian terdahulu yang dapat di jadikan kajian pustaka.

Abdul hasan (2012:30) dalam penelitianya berjudul “Pengaruh strategi

pembelajaran berfikir kritis terhadap hasil belajar ekonomi siswa SMA Negeri 1

Subah Kabupaten Batang”. Penelitian ini bersifat kuantitatif. Menyimpulkan

bahwa penggunaan strategi pembelajaran berfikir kritis di SMA Negeri 1 subah,

termasuk dalam kriteria baik dengan siswa mampu berfikir kritis sebesar 70,1

%. Hasil belajar siswa ekonomi siswa di SMA Negeri 1 subah dalam kriteria

baik sebesar 74, 48 %. Jadi terdapat pengaruh antara strategi pembelajaran

berfikir kritis terhadap hasil belajar di SMA Negeri 1 subah sebesar 42, 6 %.

Penelitian yang di lakukan oleh peneliti terdahulu telah memberikan

gambaran mengenai bagaimana pengaruh strategi pembelajaran berfikir kritis.

Penelitian ini memiliki perbedaan dimana penelitian yang di lakukan oleh Abdul

hasan bersifat kuantitatif dan penelitian di terapkan pada jenjang Sekolah

Menengah Atas (SMA). Pada penelitian ini menggunakan penelitian yang

bersifat kualitatif dan penelitian di terapkan di SMA Negeri 1 Godong

8

Kabupaten Grobogan untuk mengetahui peranan model berfikir kritis untuk

meningkatkan minat belajar siswa. Peneliti lebih memfokuskan penelitian pada

proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan pelaksanaan

pembelajaran.

Suatu penelitian di perlukan gambaran yang jelas mengenai kajian

pustaka dari penelitian tersebut, Dengan tujuan agar peneliti tetap berada dalam

pengertian yang di maksud dalam judul. Adapun landasan teori tersebut sebagai

berikut :

1. Berfikir kritis

Menurut Chance (1986: 22) kemampuan untuk menganalisis fakta,

mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat

perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan

masalah. Sedangkan menurut Mertes (1991: 24) sebuah proses yang sadar dan

sengaja yang di gunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan

pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan kemampuan yang memandu

keyakinan dan tindakan.

Menurut John Dawey (1909: 7) Disebut juga sebagai reflective thinking

yaitu pertimbangan yang aktif, persisten dan hati-hati terhadap suatu

pengetahuan atau nilai berdasar alasan yang mendasarinya dan kesimpulan.

Menurut America Philosophical Association (AMA, 1990: 16) Berfikir

kritis merupakan proses yang penih makna untuk mengarahkan dirinya sendiri

dalam membuat suatu keputusan. Proses tersebut memberikan berbagai alasan

sebagai pertimbangan dalam menentukan bukti, konteks, konseptualisasi,

metode dan kriteria yang sesuai. Dengan kata lain dapat di simpulkan bahwa

pengertian berfikir kritis adalah Proses intelektual yang dengan aktif dan

9

terampil mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan

mengevaluasi informasi yang dihasilkan yang di hasilkan dari pengamatan,

pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi untuk memandu keyakinan

dan tindakan (Scriven dan paul 1992)

2. Minat Belajar

Tingkah laku siswa ketika mengikuti proses belajar mengajar dapat

mengindikasikan akan ketertarikan siswa tersebut terhadap pelajaran atau

sebaliknya, ia tidak merasa tertarik pada pelajaran tersebut. Ketertarikan siswa

inilah yang merupakan salah satu tanda-tanda minat. Terdapat beberapa

pengertian minat di antaranya :

Menurut kamus besar bahasa indonesia minat adalah kecenderungan hati

yang tinggi terhadap suatu gairah keinginan. Belajar adalah suatu proses usaha

yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, yang

baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkunganya.

Sedangkan pengertian minat secara istilah telah banyak di kemukakan

oleh para ahli, di antaranya yang di kemukakan oleh hilgard yang dikutip oleh

slameto menyatakan “ interestis persisting tedancy to pay attention to and enjoy

some activity and content (Slameto, 1991 : 57).

Menurut M. Alisuf Sabri (1994 : 84) Minat adalah kecendurungan untuk

selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus, minat ini

erat kaitanya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu

terjadi karena sikap senang kepada sesuatu, orang yang berminat kepada sesuatu

berarti ia sikapnya senang terhadap sesuatu.

10

Menurut muhibin syah (2001 : 136) Minat adalah kecenderungan dan

kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat di

artikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau

arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau

kebutuhan-kebutuhan sendiri.

Berdasarkan beberapa definisi yang di kemukakan oleh para ahli seperti

yang di kutip di atas dapat di simpulkan bahwa, minat adalah kecendurungan

seseorang terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang digemari,yang di sertai

dengan perasaan senang, adanya perhatian dan keaktifan berbuat.

Adapun pengetian belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah

mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah

proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai

pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu

(Nana sudjana, 1987 : 28 ).

Belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya

interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan

sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkunganya.

Dari pengertian minat dan belajar di atas, maka dapat di simpulkan bahwa minat

belajar adalah sesuatu keinginan atau kemauan yang disertai dengan perhatian

dan keaktifan yang di sengaja yang akhirnya melahirkan rasa senang dalam

perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Apabila seseorang guru ingin berhasil dalam melakukan kegiatan belajar

mengajar harus dapat memberikan rangsangan rangsangan kepada murid agar ia

berminat dalam mengikuti proses belajar mengajar tersebut. Apabila murid

11

sudah merasa berminat mengikuti pelajaran, maka ia akan dapat mengerti

dengan mudah dan sebaliknya apabila murid merasakan tidak berminat dalam

melakukan proses pembelajaran ia akan merasa sungkan mengikuti pelajaran

tersebut.

a. Aspek-aspek Minat

The Liang Gie (1991:8) menjelaskan bahwa orang yang berminat memiliki

keterlibatan sepenuhnya atau pernyataan diri dengan segenap aktivitas untuk

memperoleh berbagai keterangan dan mencapai pemahaman terhadap suatu hal.

Minat juga dapat dilihat dari wujud pernyataan, dari pengakuan seseorang dalam

melakukan sesuatu dan dapat berupa rasa tertarik orang tersebut terhadap objek

yang diminatinya. Lebih lanjut The Liang Gie (1994:8) menyatakan bahwa

aspek-aspek pada minat seseorang adalah:

1) Perhatian yaitu aktivitas yang disertai dengan perhatian intensif akan lebih

sukses dan prestasinya pun akan lebih tinggi. Maka dari itu sebagai seorang

guru harus selalu berusaha untuk menarik perhatian anak didiknya sehingga

mereka mempunyai minat terhadap pelajaran yang diajarkannya.

2) Perasaan yaitu sebagai gejala psikis yang bersifat subjektif. Tiap aktivitas dan

pengalaman yang dilakukan akan selalu diliputi oleh suatu perasaan, baik

perasaan senang maupun perasaan tidak senang. Perasaan pada umumnya

bersangkutan dengan fungsi mengenal artinya perasaan dapat timbul karena

mengamati, menganggap, mengingat-ingat atau memikirkan sesuatu. Yang

dimaksudkan dengan perasaan di sini adalah perasaan senang dan perasaan

tertarik.

12

3) Motif yaitu sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan

sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam

subyek untuk melakukan kreativitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.

seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. Dalam

hal ini motivasi sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk

belajar. Minat merupakan potensi psikologis yang dapat dimanfaat untuk

menggali motivasi. Seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka dia akan

melakukan aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu. Ketiadaan minat

terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangkal penyebab kenapa siswa tidak

bergeming untuk mencatat apa yang telah disampaikan oleh guru. Itulah sebagai

pertanda bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Oleh karena itu

guru harus bisa membangkitkan minat siswa. Jadi motivasi merupakan dasar

penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang sehingga ia berminat

terhadap sesuatu objek, karena minat adalah alat motivasi dalam belajar.

Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat

tidak timbul sendiri, ada unsur kebutuhan, unsur afeksi, kesadaran sampai

pilihan nilai, pengerahan perasaan, seleksi dan kecenderungan hati.

a. Cara Untuk Membangkitkan Minat

Minat belajar memilki peranan dalam mempermudah dan memperkuat

melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan, membantu untuk berkonsentrasi

serta dapat mengurangi rasa bosan dalam belajar. Menurut John Adams (dalam

The Liang Gie, 1991:29) minat yang dimiliki seseorang, maka pada saat itulah

perhatiannya tidak lagi dipaksakan dan beralih menjadi spontan.

Menurut Indrafachrudi (2009: 100) cara membangkitkan minat adalah

sebagai berikut : Pertama, bahan pelajaran yang akan dipelajari siswa dirubah

13

dan ditempatkan pada kontek yang berbeda dan menyenangkan. Pelajaran

berhitung misalnya dapat dirubah kedalam kontek permainan yang

menyenangkan hati. Dengan demikian minat siswa dapat dibangkitkan. Kedua,

bahan-bahan yang sudah menjadi minat dapat dimasukkan dalam bahan

pelajaran yang tidak menimbulkan minat. Pelajaran sejarah misalnya dibentuk

menjadi cerita yang menarik. Ketiga,Guru harus berusaha supaya membuat

suasana dikelas yang menyenangkan. Serta kerjasama yang baik antara guru dan

siswa akan memberimsemangat untuk belajar dan menimbulkan minat intrinsic

dalam diri siswa. Keempat, bahan yang harus dipelajari dapat ditempatkan

sebagai suatu rintangan antara siswa dan tujuan yang akan dicapai. Ilmu pasti

misalnya yang merupakan pelajaran sulit. Ilmu alam itu diberikan dalam bentuk

praktek yang didalam praktek itu menggunakan ilmu pasti.

Para pengajar disarankan untuk berusaha memanfaatkan minat siswa yang

telah ada ataupun membentuk minat-minat baru pada diri siswa dengan jalan

memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan

pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu,

menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang (Tanner &

Tanner (dalam Slameto, 1991:181).

Selain itu menurut Rooijakkers (Slameto, 1991:181) menumbuhkan

minat-minat baru dapat pula dicapai dengan cara menghubungkan bahan

pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan

siswa.

b. Indikator Minat Belajar

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia indikator adalah alat pemantau

(sesuatu) yang dapat memberikan petunjuk atau keterangan. Kaitannya dengan

14

minat siswa maka indikator adalah sebagai alat pemantau yang dapat

memberikan petunjuk ke arah minat. Ada beberapa indikator siswa yang

memiliki minat belajar yang tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses belajar

dikelas maupun dirumah (Depdikbud, 1991: 10) antara lain:

1) Perasaan Suka atau senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap

pelajaran sejarah misalnya, maka ia akan terus mempelajari ilmu yang

berhubungan dengan sejarah. Sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk

mempelajari bidang tersebut.

2) Perhatian dalam Belajar

Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap

pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan yang lain

dari pada itu. Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka dengan

sendirinya dia akan memperhatikan objek tersebut, misalnya, seorang siswa

menaruh minat terhadap pelajaran sejarah, maka ia akan berusaha untuk

memperhatikan penjelasan dari gurunya. Perhatian dan minat siswa dalam

belajar harus ditumbuhkan oleh siswa dan guru sehingga pembelajaran dapat

berjalan dengan baik. Disamping itu, siswa perlu menambahkan perhatian dan

minatnya tersebut dengan konsentrasi. Ketika pembelajaran berjalan, siswa

memiliki kecenderungan yang besar pada pelajaran, disertai perhatian yang baik

dan adanya pemusatan pikiran. Biasanya hal-hal seoerti itu akan memberikan

hasil pelajaran yang baik.

3) Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik

Tidak semua siswa menyukai suatu bidang studi pelajaran karena

faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya terhadap bidang

15

pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya, teman sekelas, bahan pelajaran

yang menarik. Walaupun demikian lama-kelamaan jika siswa mampu

mengembangkan minatnya yang kuat terhadap mata pelajaran maka ia bisa

memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong siswa yang

berkemampuan rata-rata. Sebagaimana dikemukakan oleh Brown yang dikutip

oleh Ali Imran sebagai berikut: Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci

atau bersikap acuh tak acuh, tertarik kepada mata pelajaran yang diajarkan,

mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama

kepada guru, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin identitas

dirinya diketahui oleh orng lain, tindakan kebiasaan dan moralnya selalu dalam

kontroldiri, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu

terkontrol oleh lingkungannya.

a. Fungsi Minat dalam Belajar

Minat merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi usaha

yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih

serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Jika seorang

siswa memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan

mengingatnya. Elizabeth B. Hurlock menulis tentang fungsi minat bagi

kehidupan anak sebagaimana yang ditulis oleh Abdul Wahid (1998: 109-110)

sebagai berikut:

1) Minat mempengaruhi bentuk-bentuk intensitas cita-cita. Sebagai contoh

siswa yang berminat pada olahraga maka cita-citanya adalah menjadi

olahragawan yang berprestasi. Siswa yang berminat pada kesehatan fisiknya

maka cita-citanya menjadi dokter.

16

2) Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat. Minat siswa untuk menguasai

pelajaran bisa mendorongnya untuk belajar kelompok di tempat temannya

meskipun suasana sedang hujan.

3) Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas. Minat seseorang

meskipun diajar oleh guru yang sama dan diberi pelajaran tapi antara satu siswa

dan yang lain mendapatkan jumlah pengetahuan yang bebeda. Hal ini terjadi

karena berbedanya daya serap siswa dan daya serap ini dipengaruhi oleh

intensitas minat siswa.

4) Minat yang terbentuk sejak kecil sering terbawa seumur hidup karena

minat membawa kepuasan. Minat menjadi guru yang telah membentuk sejak

kecil sebagai misal akan terus terbawa sampai hal ini menjadi kenyataan.

Apabila ini terwujud maka semua suka duka menjadi guru tidak akan dirasa

karena semua tugas dikerjakan dengan penuh sukarela. Dan apabila minat ini

tidak terwujud maka bisa menjadi obsesi yang akan dibawa sampai mati.

Dalam hubungannya dengan pemusatan perhatian, minat mempunyai

peranan dalam melahirkan perhatian yang serta merta, memudahkan terciptanya

pemusatan perhatian, dan mencegah gangguan perhatian dari luar. Oleh karena

itu minat mempunyai pengaruh yang besar dalam belajar karena bila bahan

pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tersebut

tidak akan belajar dengan sebaik- baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya.

Sedangkan bila bahan pelajaran itu menarik minat siswa, maka ia akan mudah

dipelajari dan disimpan karena adanya minat sehingga menambah kegiatan

belajar (The Liang Gie, 2004: 57).

Fungsi minat dalam belajar lebih besar sebagai motivating force yaitu

sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat

17

terhadap pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar. Berbeda

dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran. Mereka hanya tergerak

untuk mau belajar tetapi sulit untuk terus tekun karena tidak ada pendorongnya.

Untuk memperoleh hasil yang baik dalam belajar seorang siswa harus

mempunyai minat terhadap pelajaran sehingga akan mendorong siswa untuk

terus belajar.

3 . G 30 S (Gerakan 30 September)

Gerakan 30 september adalah sebuah peristiwa yang terjadi pada tanggal

3 september 1965 yang di warnai dengan penculikan dan pembunuhan 7

jenderal AD. Ada versi yang menyebutkan bahwa G 30 S adalah sebuah kudeta

merangkak (Coup D’ etat) yang di lakukan oleh orang yang haus akan

kekuasaan. Tentang siapa dalang di balik peristiwa G 30 S ini masih penuh

dengan misteri.

Ada beberapa versi tentang siapa dalang di balik peristiwa G 30 S ini, di

antaranya adalah Ir soekarno, PKI, Soeharto dan CIA. Kedekatan soekarno

dengan PKI membuat presiden soekarno di tuduh sebagai dalang G 30 S,

padahal NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis) sudah di anggap sebagai

anak sendiri oleh presiden soekarno dan pak karno sama sekali tidak pernah

membeda-bedakan antara ketiga partai tersebut. Pada awal tahun 1965 bung

karno atas saran PKI akibat dari penawaran perdana menteri RRC, mempunyai

ide tentang angkatan kelima yang berdiri sendiri terlepas dari ABRI, dengan

demikian move politik ini di ekspos seolah-olah bung karno sudah

memerintahkan pembentukan angkatan kelima, yang kemudian di tuding

sebagai salah satu keterlibatan bung karno dalam G 30 S, rekayasa lain untuk

mencoba membuktikan keterlibatan bung karno dalam G 30 S adalah keterangan

18

brigadir Jenderal Hr Sugandhi (ajudan presiden 1948-1962) yang memberikan

pengakuan kepada team pemeriksa pusat (TERTEPU) di bawah sumpah, bahwa

ia telah berbicara langsung dengan ketua CC PKI, D.N Aidit dan sekretaris CC,

sudisman pada tanggal 27 september 1965. Kedua tokoh PKI itu katanya

memberitahukan kepadanya bahwa PKI akan melakukan

coup d’ etat atau tindakan untuk membenahi revolusi indonesia yang di

rongrong oleh “dewan jenderal”.

PKI paling santer di sebutkan sebagai dalang dari G 30 S, PKI

merupakan partai komunis terbesar di seluruh dunia, di luar tiongkok dan uni

soviet. Anggotanya berjumlah sekitar 3,5 juta, di tambah 3 juta dari pergerakan

pemudanya, PKI juga mengontrol pergerakan serikat buruh yang mempunyai

3,5 juta anggota dan pergerakan partai barisan tani indonesia yang mempunyai 9

juta anggota, Termasuk pergerakan wanita (gerwani), organisasi penulis dan

pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebih dari 20 juta anggota dan

pendukung. Antonie C.A dalam bukunya in the spirit of red banteng,

mengungkapkan keterlibatan PKI sebagai perencana, bung karno mengetahui.

Tapi yang sangat tidak masuk akal di sini adalah PKI hanya sebuah partai dan

tidak memegang senjata, Rata-rata yang memegang senjata dan melakukan

kudeta adalah militer.

Versi ketiga adalah keterlibatan Soeharto dan CIA, Soeharto di anggap

gila akan kekuasaan sehingga ingin merebut (kudeta) jabatan presiden dari

tangan Soekarno dengan mengkambing hitamkan PKI dan Soekarno, akan butuh

waktu yang sangat lama untuk menjadi presiden jika tidak menyingkirkan 7

jenderal AD, apalagi ada isu yang berkembang jika bung karno akan menunjuk

19

Jenderal Ahmad yani untuk menggantikanya sebagai presiden. Untuk itulah 7

jenderal di singkirkan supaya untuk jadi presiden tidak menunggu lama. CIA

sendiri sama sekali tidak menyukai bung karno karena tidak mau berkerja sama

dengan Amerika serikat dan juga komunis merupakan musuh dari amerika

serikat, bung karno sendiri lebih suka berhubungan dengan uni soviet. CIA ingin

seorang pemimpin yang mau bekerja sama dengan amerika serikat, untuk itulah

di tunjuklah soeharto dan CIA membantu dalam penyingkiran Bung karno dan

PKI demi mewujudkan usahanya tersebut.

Puncak dari kudeta merangkak ini adalah munculnya supersemar, lima

bulan setelah peristiwa tersebut, pada tanggal 11 maret 1966 soekarno memeberi

kekuasaan tak terbatas kepada soeharto dan segera saja soeharto melakukan

penahanan terhadap menteri-menteri penting, bung karno kehilangan pembantu-

pembantunya dan kabinet-kabinet baru harus di bentuk bersama pengemban

supersemar, praktis bung karno sudah kehilangan kekuasaanya, Soeharto

akhirnya menjabat sebagai presiden, ini sangat terlihat jelas sekali ketika bung

karno menjabat sebagai presiden dia menolak melakukan kerjasama dengan

Amerika serikat dan lebih suka melakukan kerja sama dengan uni soviet dan

ketika soeharto menjabat sebagai presiden dia melakukan kerja sama dengan

amerika serikat.

B. Kerangka Berfikir

Penggunaan model pembelajaran yang baik akan mempengaruhi minat

belajar siswa, ketika guru di dalam pembelajaran hanya menggunakan metode

ceramah, pembelajaran hanya bersifat satu arah, itu akan membuat peserta didik

akan merasa bosan, tidak membuat siswa berminat untuk belajar

20

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui peranan model berfikir

kritis untuk meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran sejarah.

Pelaksanaan pembelajaran sejarah slalu kurang efektif. Hal ini di karenakan

materi dalam mata pelajaran sejarah sangat banyak sedangkan materi dalam

pembelajaran sejarah sangat banyak sedangkan waktu yang di sediakan sangat

terbatas, kurangnya variasi dalam penggunaan model dan kurangnya

pemanfaatan alat dan media pembelajaran membuat siswa tidak memiliki minat

untuk mempelajari sejarah. Adapun kerangka berfikir adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Berfikir

21

pembelajaran sejarah

Minat Belajar Siswa

Model berfikir kritis

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif . Kualitatif

adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara fundamental

tergantung pada manusia dalam kawasannya dan peristilahannya (Moleong,

2002:4).

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 60) Penelitian kualitatif

berangkat dari filsafat kontruktivisme, yang memandang kenyataan itu

berdimensi jamak, interaktif dan menuntut interpretasi berdasarkan pengalaman

social. “Reality is multilayer, interactive and a shared social experience

interpretation by individuals”. Kualitatif memandang kenyataan sebagai

kontruksi social, individu atau kelompok menarik atau member makna kepada

suatu kenyataan dengan mengkontruksinya. Kualitatif mempunyai dua tujuan

utama, yaitu: pertama, menggambarkan dan mengungkap (to describe and

explore) dan kedua, menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain).

Metode kualitatif digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama,

menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan

kenyataan ganda yaitu kenyataan-kenyataan yang dihadapi peneliti di lapangan;

kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti

dan informan; dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan

22

diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai

yang dihadapi (Moleong 2002: 5).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di SMA Negeri 1 Godong, Kabupaten

Grobogan. SMA ini di pilih karena dalam SMA ini ada hal yang menarik, salah

satunya rendahnya minat belajar siswa pada pembelajaran sejarah, hal itu sesuai

dengan kriteria yang di cari peneliti sehingga membuat peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian di SMA ini.

C. Focus penelitian

Focus penelitian adalah masalah yang di teliti dalam penelitian. Pada

dasarnya focus merupakan pembatasan masalah dan tujuan penelitian maka

yang menjadi fokus penelitian adalah Peranan model berfikir kritis untuk

meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran sejarah tahun ajaran

2013/2014.

Indikator-indikator yang dapat di gunakan untuk mengetahui peranan

model berpikir kritis adalah sebagai berikut : (1) Kegiatan merumuskan

pertanyaan, (2) membatasi permasalahan, (3) menguji data-data (4)

menganalisis berbagai pendapat dan bias, (5) menghindari pertimbangan yang

sangat emosional, (6) mempertimbangkan berbagai interpretasi, (6) ambiguitas.

Sedangkan indikator yang dapat di gunakan untuk mengetahui minat

belajar siswa adalah sebagai berikut : (1) Perasaan suka atau senang. (2)

perhatian dalam belajar, (3) bahan pelajaran dan sikap guru yang menarik.

D. Sumber Data Penelitian

23

Menurut Bogdan dan Taylor (dalam moleong, 2002 : 3) Penelitian

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang

berupa kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang di amati. Dalam

penelitian ini sebagai sumber data utamanya adalah : Guru yang berada di SMA

Negeri 1 Godong dan Siswa. Dari data yang informan gunakan atau di perlukan

dalam penelitian ini dikaji dari sumber data antara lain :

1) Sumber Data Primer

Yaitu data yang di peroleh secara langsung melalui wawancara dengan

responden atau informan lapangan. Informan yang berkaitan dengan penelitian

ini adalah Guru sejarah SMA Negeri 1 Godong. Adapun pertimbangan

mengambil sumber data tersebut karena informan di anggap berhubungan

langsung dengan masalah yang di teliti sehingga akan mempermudah peneliti

untuk mendapatkan informasi. Selain Guru,peneliti juga akan mewawancarai

beberapa siswa Di SMA Negeri 1 Godong khususnya kelas XII.

2) Sumber data sekunder

Yaitu sumber data yang di dapat atau di peroleh dengan cara tidak

langsung, seperti dokumen. Dokumen menjadi data untuk mengetahui proses

pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa. Dokumen yang di gunakan

meliputi perangkat pembelajaran guru,seperti rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP). Selain itu dokumen mengenai daftar nilai dari hasil evaluasi siswa dapat

di jadikan sumber data penelitian.

E. Teknik Pemilihan Informan

Teknik sampling adalah cara untuk mengambil sampel penelitian yaitu

menentukan informan yang di anggap mampu menjawab dan memecahkan

permasalahan yang peneliti ajukan. Tujuanya adalah untuk merinci kekhususan

24

yang ada ke dalam ramuan konteks yang unik, sedangkan maksud dari sampling

ialah menggali yang akan menjadi dasar rancangan teori yang muncul

(Moleong, 2002: 165).

Dalam penelitian ini penggambilan sampel berdasarkan tujuan atau purposive

sampling yaitu unit sample yang berkarakteristik tertentu yang berkaitan

dengan fokus permasalahan. Fokus penelitian ini adalah Peranan model berfikir

kritis untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran sejarah.

Dengan mengacu pada fokus penelitian tersebut, maka karakteristik sample

yang di tentukan adalah 1) Guru SMA Negeri 1 Godong, 2) Siswa SMA Negeri

1 Godong yang di ajar oleh guru menjadi informan.

Teknik sample di pilih karena subjek penelitian mempunyai karakteristik dalam

suatu populasi. Dalam hal ini adalah peranan model berfikir kritis yang nantinya

mempengaruhi minat belajar siswa dalam pembelajaran sejarah.

F. Teknik Pengumpulan Data

Alat dan teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini

adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi

Menurut Arikunto (1998:145) observasi adalah pengamatan yang

meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan

menggunakan seluruh alat indra.

Menurut Payton (dalam Nugroho, 1993:18-19) penggunaan teknik

observasi dalam penelitian memiliki empat maksud yaitu: menggambarkan

setting tersebut, individu yang berperan dalam kegiatan itu dimaknai di balik

layar kegiatan. Peran serta orang-orang yang terlibat. Observasi yang dilakukan

oleh peneliti sambil membuat catatan secara selektif terhadap pelaksanaannya.

25

Observasi yang dilakukan peneliti bersifat non-partisipan dengan maksud

peneliti tidak terjun langsung dalam proses pembelajaran tetapi peneliti hanya

mengamati sambil mencatat hasil pengamatan.

Dalam hal ini peneliti mengadakan observasi dengan melihat secara

langsung bagaimana proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru sejarah.

Hal-hal yang menjadi objek pengamatan antara lain cara mengajar guru,

penguasaan materi, metode yang digunakan serta aktivitas siswa pada saat

pembelajaran, meliputi tingkah laku siswa, keaktifan siswa dalam bertanya,

tanggapan siswa tentang penyampaian materi oleh guru dan sebagainya.

2. Wawancara mendalam

Wawancara menurut Sugiyono (2006:317) adalah merupakan pertemuan

dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikostruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Sedangkan menurut Hadi

(2004:217) mengemukakan bahwa wawancara adalah suatu proses tanya jawab

lisan, dalam mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu

dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan suaranya dengan telinga.

Wawancara merupakan alat pengumpul informasi langsung untuk berbagai jenis

data sosial, baik yang terpendam (latent) maupun yang memanifes. selama

melakukan observasi peneliti juga melakukan interview kepada orang-orang

yang ada didalamnnya.

Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara

semiterstruktur (semistructure interview), menurut Sugiyono (2006: 320) jenis

wawancara ini termasuk dalam kategori in depth interview, dimana dalam

pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.

Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara

26

lebih terbuka. Informan yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah Guru

sejarah SMA Negeri 1 Godong dan Peserta didik SMA Negeri 1 Godong. Untuk

Menjaga kredibilitas hasil wawancara tersebut maka perlu adanya pencatatan

data, maka dalam hal ini peneliti menggunakan handphone yang berfungsi untuk

merekam hasil wawancara tersebut. Mengingat bahwa tidak setiap informan

suka dengan alat tersebut karena tidak merasa bebas ketika di wawancarai maka

peneliti meminta izin dulu kepada informan dengan menggunakan handphone.

Disamping menggunakan handphone, peneliti juga mempersiapkan

buku catatan yang berfungsi untuk mencatat percakapan dengan sumber data.

Selain itu juga berguna untuk membantu peneliti dalam merencanakan

pertanyaan-pertanyaan berikutnya. Supaya hasil wawancara dapat terekam

dengan baik dan peneliti memiliki bukti bahwa telah melakukan wawancara

kepada informan atau sumber data, maka peneliti mengguunakan handphone

untuk memotret ketika peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan

informan. Dengan adanya foto ini, maka dapat meningkatkan keabsahan

peneliti, karena peneliti benar-benar melakukan pengumpulan data.

1. Dokumentasi

Menurut Hasan (2002: 88) studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan

data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui

dokumen. Dokumen yang digunakan dapat berupa buku harian, surat pribadi,

laporan, notulen rapat, catatan kasus dalam pekerjaan sosial dan dokumen

lainnya.

Dalam penelitian ini, studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti

adalah data-data tertulis dalam pembelajaran, seperti rencana pelaksanaan

pembelajaran, catatan-catatan saat pembelajaran, daftar hasil evaluasi siswa dan

27

data tentang penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan

penelitian ini serta studi dokumen resmi yang dilakukan untuk mengumpulkan

data melalui pencatatan atau data-data tertulis mengenai keadaan SMA Negeri 1

Godong yang penulis teliti.

D. Keabsahan Data

Pemeriksaan terhadap keabsahan data merupakan salah satu bagian yang

sangat penting di dalam penelitian kualitatif yaitu untuk mengetahui derajat

kepercayaan dari hasil penelitian yang dilakukan. Apabila peneliti

melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat dan

menggunakan teknik yang tepat, maka akan diperoleh hasil penelitian yang

benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai segi.

Peneliti menggunakan teknik triangulasi guna memeriksa keabsahan data

dalam penelitian ini. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam

triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yaitu 1) Triangulasi sumber, 2)

Triangulasi metode, 3) Triangulasi penyidik dan

4) Triangulasi teori (Moleong, 2002 : 178). Dari keempat triangulasi ini yang

peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik triangulasi sumber.

Penulis melakukan perbandingan dan pengecekan balik derajat kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh pada waktu dan alat yang berbeda. Pengujian

data dengan sumber dapat ditempuh dengan jalan sebagai berikut :

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

tentang Peranan model berfikir kritis untuk meningkatkan minat belajar

siswa dalam pembelajaran sejarah

28

2) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang lain. Dalam hal ini mengkroscek kepada

siswa, apakah dengan menggunakan model berfikir kritis bisa

menumbuhkan minat belajar siswa dalam pembelajaran sejarah. Kroscek ini

berupa wawancara dengan siswa SMA Negeri 1 Godong.

Informan A

Dengan menggunakan teknik triangulasi di atas diharapkan akan

diperoleh hasil penelitian yang benar-benar sahih, karena teknik triangulasi

tersebut sesuai dengan penelitian yang bersifat kualitatif.

E. Metode Analisis Data

Menurut Bogdan dan Tylor analis data adalah proses yang merinci

usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis

seperti yang disarankan oleh data-data sebagai usaha untuk memberikan

bantuan pada tema dan hipotesis itu (Moleong 2002:103).

Menurut Miles dan Huberman dalam Rachman (1992:120)

menyatakan bahwa ada dua jenis metode analisis data kualitatif yaitu :

Pertama, Model analisis mengalir (Flow Analysis Models). Dimana dalam

model analisis mengalir tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian

data, penarikan kesimpulan/verifikasi dilakukan saling mengalir dengan

proses pengumpulan data dan mengalir bersamaan. Kedua, Model Analisis

Interaksi (interactive analysis models). Dimana komponen reduksi data dan

29

Wawancara mendalam

Informan A

Informan B

Informan C

sajian data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Setelah

data terkumpul, maka tiga komponen analisis (reduksi data, sajian data,

penarikan kesimpulan) saling berinteraksi.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model yang kedua yaitu

model analisis interaktif atau interactive analysis models dengan

langkahlangkah pengolahan data sebagai berikut:

1)Pengumpulan data, dilaksanakan dengan cara pencarian data yang

diperlukan terhadap berbagai jenis data dan bentuk data yang ada di

lapangan, kemudian melaksanakan pencatatan data di lapangan.

2)Reduksi data, apabila data sudah terkumpul, langkah selanjutnya adalah

mereduksi yaitu menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak

perlu dan mengorganisasikannya sehingga nantinya mudah dilakukan

penarikan kesimpulan. Jika data yang diperoleh kurang lengkap maka

peneliti mencari kembali data yang diperlukan di lapangan.

3)Penyajian data, adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

4)Penarikan kesimpulan atau verifikasi, setelah data disajikan, maka dilakukan

penarikan kesimpulan atau verifikasi. Dalam penarikan kesimpulan ini,

didasarkan pada reduksi data dan sajian data yang merupakan jawaban atas

masalah yang diangkat dalam penelitian. Secara skematis model analisis di

atas dapat digambarkan sebagai berikut :

30

Pengumpulan Data Penyajian Data

Penarikan Kesimpulan atau verifikasiReduksi data

DAFTAR PUSTAKA

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sembiring, Gorky M. 2009. Menjadi Guru Sejati. Yogyakarta: Best Publisher.

Ginanto, Eprijum D. 2011, Jadi Pendidik Kreatif dan Inspiratif. Yogyakarta : Jogja Bangkit

Publisher.

Wardaya T Baskara. 2009. Membongkar Supersemar. Yogyakarta : Galang Press.

Shophiaan Manai. 2008. Kehormatan Bagi Yang Berhak. Jakarta Selatan : Transmedia

Pustaka.

Chance, P. (1986). Thingking in the classroom: A survey of programs. New York : Teacher

Collage, Columbia University/

Mertes (1991). Thingking and Writing. Middle School Journ. 24-25.

Miles, Matthew. B dan A. Michael Huberman. 1992. Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi. Analisis data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

M.A, Nasution. 1999. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

The Liang Gie. 1994. Cara Belajar Yang Efesien. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna

Wahid, Abdul. 1998. Menumbuhkan minat dan bakat anak. Jakarta. PBM

Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

31

Indrafachrudi, Soekarto, I Hamalik Oemar. 2009. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Biru Algesindo

Sudjana, Nana. 1987. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Balai Pustaka.

Sabri, M. Alisuf. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

Syah, Muhibbin. 2001. Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya..

Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Usman, Mohamad Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdaya

32

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Saya selaku Pembimbing dari Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

Hari :

Tanggal :

Prodi : Pendidikan Sejarah

Pembimbing

Drs. Karyono, M. Hum

NIP. 195106061980031003

Mengetahui,

Ketua Jurusan

33

Arif Purnomo, S. Pd., S.S., M.Pd.

NIP. 197301311999031002

34