Proposal Seminar
-
Upload
edwin-rahayu -
Category
Documents
-
view
221 -
download
1
Transcript of Proposal Seminar
1
A. JUDUL
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK CACING KALUNG TERHADAP
BAKTERI SALMONELA TYHPI
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Kekayaaan fauna di Indonesia memberikan potensi luar biasa jika
dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia dan lingkungan. Manfaat
tersebut tentunya bisa dirasakan secara langsung maupun tidak langsung
dengan melewati beberapa proses pengujian agar tidak membahayakan. Salah
satu tanaman tersebut adalah lengkuas (Alpinia galanga L) yang banyak
tumbuh liar di sekitar kita, namun kita belum sepenuhnya menjadikan
lengkuas sebagai tanaman yang bermanfaat bagi kesehatan. Tanaman ini
lebih sering kita gunakan sebagai bagian dari pelengkap masakan. Lengkuas
di indikasikan memiliki senyawa anti mikroba sehingga relevan jika
digunakan sebagai obat tradisional dalam menangani penyakit yang
disebabkan bakteri.
Bakteri merupakan kelompok terbanyak dari organisme hidup,
memiliki ukuran mikroskopik dan kebanyakan uniseluler dengan struktur sel
relatif sederhana. Mereka tersebar di tanah, air dan udara, sebagaian banyak
sebagai patogen bagi organisme lain. Bakteri patogen merupakan bakteri
parasit yang menimbulkan penyakit pada hospes atau inangnya ( D.A Pratiwi
dkk : 46 ). Diantara penyakit yang disebabkan bakteri patogen ialah disentri.
Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka pada usus di tandai
dengan gejala khas disebut dengan sindrome disentri yakni sakit di perut,
2
disertai adanya tinja yang mengandung darah dan lendir (Arif Mansjoer dkk,
2000 : 476). Disentri tidak hanya disebabkan oleh bakteri saja, tetapi
penyebab lainya dapat berupa parasit.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penting diadakan
penelitian mengenai ekstrak lengkuas (Alpinia galanga L) guna memberi nilai
positip dalam mengatasi penyakit disentri. Dengan demikian penelitian lebih
lanjut tentang “ Uji Efektivitas Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga L)
Terhadap Daya Hambat Bakteri Shigella Dysenteriae “.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu :
1. Adakah pengaruh perbedaan ekstrak lengkuas (Alpina galanga L)
terhadap zona hambat bakteri Shigella dysenteriae.
2. Berapa konsentrasi minimun ekstrak lengkuas (Alpina galanga L) yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Shigella dyseenteriae.
D. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui pengaruh perbedaan ekstrak lengkuas (Alpinia galanga L)
terhadap zona hambat bakteri Shigella dysenteriae.
2. Mengetahui konsentrasi minimum yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Shigella dysenteriae.
3
E. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak
diantaranya yaitu :
1. Penilitian ini diharapkan dapat memanmbah wawasan / pengetahuan kita
manfaat lain dari cacing kalung
F. KERANGKA PEMIKIRAN
Kondisi masyarakat saat ini masih belum melepaskan diri dari
penggunaan obat-obat kimia dalam mengobati penyakit yang di alaminya.
Padahal alternatif obat sudah disediakan oleh alam yang relatif murah, aman
dan ramah bagi tubuh manusia. Sudah saatnya untuk memasyarakatkan
penggunaan obat alami kepada masyarakat sebagai solusi terbaik yang
ditawarkan alam dalam mengatasi penyakit terutama yang disebabkan oleh
bakteri.
Jumlah bakteri yang melimpah, tak terkecuali di tubuh manusia ada
yang merugikan dan ada yang menguntungkan. Bakteri patogen pada manusia
sering kali menimbulkan berbagai penyakit. Salah satu diantaranya penyakit
diare yang sering menyerang anak dibawah usia 10 tahun. Di tandai dengan
adanya rasa sakit pada saat buang air besar, tinja mengandung darah dan
lendir dsb. Dengan demikian pengembangan antibakterial alami merupakan
salah satu usaha tepat terutama bagi negara yang memiliki kekayaan flora
seperti indonesia. Misalnya ekstrak lengkuas (Alpinia galanga L) dapat
digunakan sebagai penghambat bakteri Shigella dysenteriae pada penderita
4
diare atau disentri. Bio bakterisida merupakan anti bakteri berasal dari
tumbuh-tumbuhan yang mudah di jumpai, mudah dibuat dan tidak
membahayakan tubuh, salah satu tanaman tersebut dapat dibuat sebagai bio
bakterisida ialah lengkuas (Alpinia galanga L).
Lengkuas (Alpinia galanga L) merupakan salah satu tanaman yang
banyak dikenal oleh masyarakat sebagai bumbu dapur dan obat tradisional,
sehingga memiliki potensi sabagai anti bakteri alami yang banyak
memberikan keuntungan. Bahan aktif yang terkandung dalam lengkuas
berupa minyak atsiri, minyak terbang, eugenol, seskuiterpen, pinen
kaemferida, metal sianamat, galangan, galangol, dan kristal kuning terdapat
pada bagian rimpang lengkuas (Syamsiah : 45).
Menurut Zawetz dkk (2001), banyak faktor yang dapat mempengaruhi
efektifitas zat anti mikroba , diantaranya adalah waktu kontak, populasi jenis
mikroba yang akan di binasakan, temperatur, pH, jenis material yang ada
pada jasad renik dan konsentrasi zat antimikroba itu sendiri.
Konsentrasi zat anti mikroba mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme, artinya jika pemberian konsentrasi ekstrak lengkuas
(Alpinia galanga L) berbeda maka pertumbuhan mikroba pun berbeda.
Konsentrasi besar menyebabkan kematian yang lebih besar pula. Pada
akhirnya konsentrasi berbeda akan memperlihatkan daya hambat berbeda
pada masing-masing pertumbuhan mikroba.
G. HIPOTESIS
5
Hipotesis penelitian ini sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh dari perbedaan ekstrak lengkuas (Alpinia galanga L)
terhadap zona hambat bakteri Shigella dysenteriae.
2. Terdapat satu konsentrasi minimum ekstrak lengkuas (Alpinia galanga L)
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae.
H. KAJIAN TEORITIS
1. Tinjauan tentang Lengkuas (Alpina galanga L)
Lengkuas merupakan tanaman terna berumur panjang. Tanaman ini
banyak dimanfaatkan sebagai bumbu masakan, obat herbal dan pembasmi
hama pada tanaman. Tanaman lengkuas (Alpinia galanga L))
diklasifikasikan oleh Backer dan Van Den Brink, (1996). Sebagai berikut :
Kingdom : Plantarum
Divisio : -
Class : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Alpina
Spesies : Alpina galanga L
Nama daerah : Laja, Laos, Lengkuas
Tanaman yang termasuk terna tahunan ini, berbatang semu.
Tumbuh dapat mencapai tinggi hingga 3,5 meter. Batang dan daun keluar
dari batang tua, daun berbentuk langset bundar memanjang. Urat daun
6
menyirip sejajar dengan warna permukaan daun hijau tua dan bagian
bawah berwarna hijau muda, panjang daun berkisar 24-27 cm dan lebar
3.5-11.5 cm. Perbungaan terbentuk di ujung batang, berbentuk tandan,
tegak, gagang panjang, ramping dan jumlah bunga di bagian bawah
berkisar 3-6 bunga, sedangkan pada bagian atas berkisar 1-2 bunga saja.
Sehingga tandan berbentuk piramid memanjang, kelopak bunga berbentuk
lonceng atau corong panjangnya berkisar 12 mm, dan berwarna putih
kehijauan (Anonim, 1978).
Rimpang lengkuas (Alpinia galanga L) mengadung zat
antimikroba,. Menurut Ardiansyah, (2007). zat antimikroba adalah
komponen aktif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau
kapang (bakteristatik atau fungistatik) atau membunuh bakteri atau kapang
(bakterisidal atau fungisidal). Beberapa tanaman menghasilkan senyawa
medisinal yang bermanfaat. Fitokemikal antimikroba yang bermanfaat
dapat dibagi ke dalam beberapa kategori yang meliputi fenolik dan
polifenol, terpenoid, alkaloid, lektin, polipeptida dan senyawa lain
(Naim,rochman, 2004).
Senyawa terpenoid adalah senyawa hidrokarbon isometrik yang
juga terdapat dalam lemak/minyak esensial. Yaitu sejenis lemak yang
sangat penting bagi tubuh dalam membantu proses sintesa organik dan
pemulihan sel-sel tubuh (Waha, 2008).
2. Tinjauan tentang Disentri
7
Disentri merupakan penyakit yang umum di derita masyarakat di
indonesia. Berasal dari bahasa Yunani yaitu dys yang berarti gangguan dan
enteron yang berarti usus. Jadi disentri berati gangguan berupa radang
pada usus yang menyebabkan tinja feces bercampur lendir dan darah.
Secara endemik, disentri sering terjadi di negara tropis, termasuk
indonesia. Disentri menyerang anak-anak yang kurang baik imunisasinya.
Disentri disebabkan oleh organisme golongan Shigella dysenteriae, yang
terdiri dari tiga golongan strain yaitu Shigella shigae, yang menyerang
daerah tropis, Shigella ambigua dan Shigella flexneri atau paradisentri
yang sering menyerang bagian lintang khatulistiwa (Widjaja,2002).
Gejala ini kadang-kadang disertai pembesaran kelenjar limfa,
gejala klinisnya sebagai berikut :
1. Masa inkubasi delapan hari
2. Tubuh penderita lemah, panas yang tinggi
3. Diare dengan adanya lendir dan darah
4. Pingsan
Organisme disebarkan dari satu orang ke orang lainya melalui
makanan dan air yang sudah dikotori atau melalui vektor berupa lalat.
Bakteri penyebab disentri ini hidup dalam usus besar manusia yang
menyebabkan luka pada dinding usus. Infeksi oleh bakteri dikenal dengan
disentri basiler. Sedangkan infeksi disebabkan oleh amuba dikenal sebagai
disentri amoeba.
3. Tinjauan Umum tentang Bakteri Shigella dysenteriae
8
1. Taksonomi Bakteri Shigella dysenteriae
Menurut Ryan (2004), klasfikasi Shigella dysenteriae adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Bakteria
Filum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Ordo : EnterobacterialesEnterobacteriaceae
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Shigella
Spesies : Shigella dysenteriae
Shigella merupakan bakteri patogen yang dapat menyebabkan
gejala penyakit Shigellosis atau sering disebut disentri basiler. Sifat
shigella sebagai suatu bakteri dari familia Enterobacteriaceae, bersifat
gram negatip bentuk batang. Bakteri ini menyerupai Escherichia hanya
mempunyai perbedaan utama karena Shigella bersifat non motil.
Berdasarkam sifat biokimiawi dan antigeniknya. Genus Shigella
dibedakan menjadi 4 subgrup atau species yaitu subgrup A (Shigella
dysenteriae), subgrup B (Shigella flexneri), subgrup C (Shigella boydii)
dan subgrup D (Shigella sonnei) menurut Supardi (1998).
Berdasarkan antigen spesifik yang dimilki, Shigella dysenteriae
dapat dibedakan menjadi 10 serotipe, diantranya S. Shigae (tipe 1), S.
Achmizii (tipe 2). Sindroma yang ditimbulkan berupa disentri berat,
disertai suhu badan yang tinggi. Shigella flexneri terdiri dari enam
9
serotipe yaitu S. new castle bersifat memfermentasi karbohidrat dengan
membentuk asam dan gas (berbeda dengan Shigella lain yang hanya
membentuk asam saja). Serotipe ini merupakan satu-satunya serotipe
berfimbrin. Sindrom yang ditimbulkan lebih ringan daripada golongan
A, tapi lebih berat dari golongan B. S. sonnei hanya memiliki satu
serotipe, dan sindrome yang ditimbulkan lebih ringan daripada
golongan lainnya. Disamping itu, lebih tahan terhadap pemanasan
55°C, 1 jam, sedangkan bakteri yang lainya mati (Supardi, 1998).
a. Patogenesis
Infeksi per oral, bakteri masuk dalam makanan dan
minuman melewati lambung masuk ke usus halus dan kemudian ke
kolon. Dalam usus besar bakteri ditangkap sel epitel. Kemudian
bakteri akan berkembang biak dan akan menyebabkan sel-sel epitel
rusak dan hancur. Sehingga kuman dapat menyebar ke sel-sel yang
berbatasan dengan epitel tadi dan ke lamina propria,
bermultiplikasi terus. Akibat kerusakan sel tadi, timbul ulsera-
ulsera dan makroabses mukosa kolon bagian terminal ileum, terjadi
nekrosis, pendarahan dan pembentukan pseudomembran diatas
ucler. Akibat serangan kuman pada sel yang berdekatan dan lamina
propria menimbulkan reaksi inflamasi dan trombosis kapiler.
b. Mikroskopi
10
Organisme tidak bergerak dan merupakan satu-satunya
coliform yang tidak bergerak (Gibson, 1996).
c. Biakan
Organisme tidak memfermentasi laktosa, kecuali S. sonnei
yang memfermentasi secara lambat (Gibson,1996).
d. Gejala Disentri Basiler
Shigella dysenteriae terdiri atas beberapa serotipe yang
berbeda. Tipe 1 pertama kali ditemukan oleh Shiga pada tahun
1898 sebagai penyebab penyakit disentri epidemik di Jepang. Oleh
karena itu, tipe 1 Shigella dysenteriae dikenal juga Bacillus shiga.
Berbeda dengan organisme penyebab disentri lainya terutama yang
menyerang saluran pencernaan. Bacillus shiga memproduksi
eksoktoksin spesifik yang bersifat termolabil dan disebut toksin
shiga. Toksin ini terdiri dari protein dan dapat menyebabkan
paralisis pada berbagai hewan percobaan.
Menurut Syahrurrachman (1994), Shigellosis sangat
bervariasi dari yang ringan, parah sampai fatal. Waktu inkubasi
sampai timbulnya gejala bervariasi dari 1-7 hari, tetapi biasanya
kurang dari 4 hari. Pada dosis yang tinggi, gejala dapat timbul
lebih cepat yaitu berkisar 12-24 jam.
2. Morfologi Bakteri Shigella dysenteriae
a. Kekhasan organisme
11
Shigella merupakan batang gram negatip yang tipis,
berbentuk cocobacili terjadi pada perbenihan muda.
b. Kultur
Shigella merpakan fakultatip aerob, tetapi tumbuh baik
secara aerob. Koloni Shigella cembung, bundar, transparan dengan
diameter kira-kira 2 mm dalam 24 jam.
c. Karakteristik kultur
Semua Shigella memfermentasi glukosa. Dengan
pengecualian Shigella sonnei yang tidak memfermentasi laktosa.
Ketidakmampuan untuk memfermentasi laktosa diperlihatkan
Shigallea dalam media diferensial. Shigella membentuk asam dari
karbohidrat tetapi jarang memproduksi gas.
d. Struktur Antigenik
Shigella mempunyai bentuk antigenik yang kompleks. Ada
tumpang tindih dari sifat serologik dari spesies yang berbeda, dan
kebanyakan dari mereka mempunyai antigen O yang sama dengan
basil enterik lainnya.
e. Toksin
Pada autolisis, semua Shigella menularkan liposakarida.
Endotoksin ini mungkin berpengaruh pada iritasi dinding usus.
Shigella sysenteria memproduksi eksotoksin yang tidak tahan
panas yang mempengaruhi usus dan susunan saraf pusat.
Eksotoksin merupakan salah satu protein antigenik dan mematikan.
12
Pada manusia eksotoksin juga menghambat penyerapan gula dan
asam amino pada usus.
f. Epidemologi, Pencegahan dan Kontrol
Shigella disebarkan oleh makanan, jari, tinja, dan lalat dari
orang ke orang. Banyak kasus infeksi Shigella terjadi pada anak
dibawah 10 tahun. Ketika manusia host pathogenik Shigella,
kontrol harus diarahkan pada pengurangn oraganisme pada tendon
air dengan cara : 1) Kontrol sanitasi air, makanan dan susu,
pembuatan sampah, kontrol terhadap lalat. 2) Pengisolasian pasien
dan disinfektan. 3). Pendekatan kasus subklinis dan penyebab. 4)
pengobatan antibiotik pada individu yang terinfeksi.
I. METODE PENELITIAN
1. Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi FKIP Universitas
Galuh. Penelitian ini akan dilaksanakn pada bulan April - Mei 2011.
2. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat yang digunakan
Tabel 3.1 Alat
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah
1 Blender - 1 buah
2 Gelas ukur 250 ml 10 buah
3 Tabung reaksi 100 ml 20 buah
4 Pipet - 2 buah
5 Jarum ose - 2 buah
13
6 Cawan petri D 9.5 mm 30 buah
7 Kompor - 1 buah
8 Inkubator - 1 buah
9 Pengaduk - 2 buah
10 Gunting - 1 buah
11 Kertas label - 5 lembar
12 Jangka sorong - 1 buah
13 Lampu spirtus - 2 buah
14 Korek api - 1 bungkus
15 Pinset - 3 buah
16 Kertas buram - 100 lembar
17 Pulpen - 1 buah
18 Timbangan - 1 buah
19 Alat pelubang D 7 mm 1 buah
2. Bahan yang digunakan
Tabel 3.2 Bahan
No Nama Bahan Spesifikasi Jumlah
1 Lengkuas Umur sedang 500 gr
2 Air/aquadesh Cair 4 liter
3 Isolat Shigella dysenteria Agar 1 tabung
4 Etanol Cair Secukupnya
5 Larutan NaCl Cair Secukupnya
3. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan
pengolahan data analisi varian (anava).
2. Desain Penelitian
14
Desain penelitian ini menggunakan RAL (Rancangan Acak
Lengkap) terdiri dari 7 perlakuan :
a. Konsentrasi ekstrak lengkuas (Alpina galanga L) 5 gr/100 ml
b. Konsentrasi ekstrak lengkuas (Alpina galanga L) 10 gr/100 ml
c. Konsentrasi ekstrak lengkuas (Alpina galanga L) 20 gr/100 ml
d. Konsentrasi ekstrak lengkuas (Alpina galanga L) 30 gr/100 ml
e. Konsentrasi ekstrak lengkuas (Alpina galanga L) 40 gr/100 ml
f. Konsentrasi ekstrak lengkuas (Alpina galanga L) 50 gr/100 ml
g. Konsentrasi ekstrak lengkuas (Alpina galanga L) 60 gr/100 ml
Menurut Gomez (1995), rumus untuk menentukan db galat sesuai
rancangan yang digunakan adalah t(r-1). Sehingga untuk menentukan
jumlah ulangan (replikasi) digunakan rumus sebagai berikut :
Diketahui : t = 7Ditanyakan : r ?Jawab : = t (r-1)≥15
= 7 (r-1)≥15 = 7r-7≥15 = 7r≥22 = r≥3.1 = 4
Konsentrasi ekstrak lengkuas yang berbeda dituangkan pada
lubang sumur pada media agar, dengan empat pengulangan yang
masing-masing cawan berisi empat lubang sumur. Hasil pengukuran
zona hambat dari empat lubang sumur pada masing-masing cawan
petri dirata-rata menjadi satu data sehingga total data diperoleh 28
buah.
15
Tabel 3.3 RAL
A3 E1 G3 F2 B1 G2 C2
G1 A1 D2 B4 A4 D4 F3
E2 D3 B2 C1 E3 F1 G4
A2 F4 D1 C4 C3 E4 B3
Keterangan :
C3 : C = Menunjukan Perlakuan
3 = Menunjukan Ulangan
4. Variabel dan Parameter
1. Variabel-variabel penelitian ini adalah :
a. Variabel bebas : Ekstrak lengkuas (Alpina galanga L)
b. Variabel terikat : Zona hambat bakteri Shigella Dysenteriae
2. Parameter
Parameter penelitian ini adalah diameter zona hambat yang
ditunjukan dengan daerah bening, yaitu daerah yang tidak ditumbuhi
bakteri.dalam satuan milimeter.
5. Langkah-langkah penelitian
Adapun langkah-langkah penelitian sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan dilakukan dengan menyiapkan dan sterilisasi
seluruh alat dan bahan.
2. Tahap pelaksanaan
16
a. Membuat Peremajaan Bakteri
1) Isolat bakteri di suspensi ke dalam larutan NaCl fisiologis pada
tabung reaksi.
2) Isolat bakteri dari NaCl digoreskan dengan jarum ose di atas
Muller Hinton agar yang telah padat.
3) Bakteri di inkubasi selama 18 jam dalam suhu 37°C.
(Gibson,1996).
b. Membuat ekstrak lengkuas
Ekstraksi adalah metode umum yang digunakan untuk
mengambil produk dari bahan alami, seperti jaringan tumbuhan,
jaringan hewan dan mikroorganisme. Ekstraksi dianggap sebagai
langkah awal dalam rangkaian kegiatan pengujian aktivitas biologi
suatu tumbuhan pada organisme uji (Dadang dkk, 1999).
Adapun tahapan dalam proses ekstraksi adalah sebagai berikut :
1) Lengkuas dicuci sampai bersih, kemudian ditiriskan terlebih
dahulu.
2) Lengkuas di iris-iris pipih, kemudian di timbang dengan
konsentrasi perbandingan tertentu.
3) Irisan lengkuas di blender sampai halus bersama etanol sebagai
pelarut.
17
4) Hasil blender di endapkan selama 24 jam, lakukan penyaringan
setelah proses pengendapan.
5) Cairan Ekstrak lengkuas di sterilisasi, bahan ekstraksi siap
digunakan untuk penelitian.
c. Membuat suspensi bakteri
Koloni bakteri hasil peremajaan disuspensikan kembali ke
dalam media cair yaitu NaCl fisiologis pada tabung reaksi dan
dibandingkan tingkat kekeruhanya dengan standar Mac farland
0,5%.
d. Membuat media agar
1) Muller hinton agar, dicampurkan dengan aquadesh pada
perbandingan 45 gram muller hinton agar, 1000 ml aquadesh
kemudian dipanaskan sampai mendidih.
2) Agar dituangkan ke dalam tabung reaksi untuk disterilisasi pada
autoklaf.
3) Hasil sterilisasi agar, dituangkan ke dalam cawan petri dengan
tebal 4 mm.
4) Suhu untuk agar kira-kira 45-50°C, 1 ml bakteri cair diteteskan
dan dihomogenkan ke dalam media agar. Kemudian dibiarkan
sampai dingin dan media menjadi padat (Zawetz dkk, 2001).
e. Memasukan bahan uji dengan teknik sumur
18
1) Dibuat 4 buah sumur pada media agar yang telah padat dalam
cawan petri dengan alat pelubang berdiameter 7 mm.
2) Ekstrak lengkuas dimasukan 0,2 ml pada masing-masing sumur.
f. Menentukan tata letak percobaan denggan Rancangan Acak Lengkap
(RAL).
1) Membagi tempat percobaan di dalam inkubator kedalam
kelompok dengan banyaknya ulangan sedemikian rupa sehingga
tiap ulangan relatip seragam karakteristiknya.
2) Meletakan secara random setiap kelompok ulangan berupa
cawan petri yang berisi bahan uji kedalam plot-plot sebanyak
perlakuan yang akan di uji.
g. Masukan bahan ke dalam inkubator
1) Bahan uji inkubasi pada suhu 37°C selama 18 jam di dalam
inkubator.
2) Zona hambat di amati dengan cara mengukur daerah bening
(diameter zona hambat) disekitar lubang seumur dengan
menggunakan kapiler atau janka sorong dalam satuan milimeter
dan data hasil pengukuran dimasukan kedalam tabel
pengamatan.
Tabel 3.4 Pengamatan
PerlakuanUlangan
Ke-1Ulangan
Ke-2Ulangan
Ke-3Ulangan
Ke-4
A
B
C
19
D
E
F
G
6. Prosedur Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah Analisis Varian (ANAVA)
satu faktor untuk mengetahui Uji Efektivitas Berbagai Konsentrasi
Ekstrak Lengkuas (Alpina galanga L) Terhadap Zona Hambat
Pertumbuhan Bakteri Shigella dysenteriae.
Data hasil pengamatan di analisis dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Mencari rata-rata
2. Tes homogenitas
a. Menetukan standar deviasi
b. Menentukan variasi
c. Menghitung variasi gabungan
vg=¿ Ʃ (n 1−1 ) v1
Ʃ(n1−1)
d. Menentukan nilai B (Barlett)
B = log vg (Ʃ(n1-1))
e. Menghitung nilai x2
x2=2,3026 {B−(¿−1 ) log Vi }
f. Mencari nilai x2 dari daftar
20
Rumus x20,99 ( k−1 ) k banyaknya perlakuan
g. Menentukan homogenitas variansi
Jika x2 k<x20,99 ,maka variansi tersebut homogen
Jika x2 k≥ x20,99 , maka variansi tersebut tidak homogen
3. Menentukan derajat kebebasan (db) setiap sumber keragaman
a. Db umum = (r)(t) - 1
b. Db perlakuan = t-1
c. Db galat = t (r-1)
4. Menghitung faktor koreksi (FK)
FK = G ²n ¹
5. Menghitung jumlah (JK)
a. Menghitung jumlah kuadrat perlakuan (JKp)
JKp = ∑i . j
Y 1²−FK
b. Menghitung JK umum
∑i−1
n
x2−FK
c. Menghitung jumlah kuadrat galat (JKG)
JKG = JKu-JKp
6. Menghitung kuadrat tengah (KT)
a. Kuadrat tengah perlakuan
21
KT perlakuan = JK perlakuandb perlakuan
b. KT Galat
KT galat = JK galatdb galat
7. Menghitung nilai F
F = KTpKTg
8. Menghitung F tabel pada taraf nyata ˰α = 5% dan α = 1%
Menurut Gomez (1995) ANAVA satu faktor untuk desain rancangan
acak lengkap adalah sebagai berikut :
Tabel 3.5 Ringkasan ANAVA
Sumber Keragaman
(SK)
Derajat Kebebasan
(Db)
Jumlah Kuadrat (JK)
Kuadrat Tengah (KT)
F Hitung F Tabel
Perlakuan t-1∑i=1
r
Ti 2−FK jk perlakunt−1
Galat percobaan
T (r - 1)JK umum - JKperlakuan
JK galatt (r−1)
KT perlakuanKT galat
5%
1%
Umum (r) (t) – 1 ∑i=1
n
x2−FK
Keterangan :
t : treatmen (perlakuan)
r : replikasi (pengulangan)
FK : Faktor koreksi
FK : G ²n
G : jumlah umum
N : Jumlah seuruh pengamatan
22
Keputusan yang diambil berdasarkan besar kecilnya F hitung yang
diperoleh dari perbandingan dengan F tabel, sehingga kesimpulan yang di
ambil adalah :
1. Apabila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel pada taraf
nyata 1 %, maka perbedaan perlakuan dikatakan berbeda sangat nyata
dan ditunjukan dengan menempatkan tanda dua bintang pada nilai F
hitung dalam sidik ragam.
2. Apabila nilai F hitung lebih besar daripada F tabel pada taraf 5%
tetapi lebih kecil daripada atau sama dengan nilai F tabel pada taraf
nyata 1%, maka perbedaan perlakuan dikatakan berbeda nyata dan
ditunjukan dengan menempatkan tanda dua bintang pada nilai F
hitung dalam sidik ragam.
3. Apabila nilai F hitung lebih kecil daripada atau sama dengan nilai F
tabel pada taraf nyata 5%, maka perbedaan perlakuan dikatakan tidak
berbeda nyata dan ditunjukan dengan menempatkan tanda tn pada
nilai F hitung dalam sidik ragam.
Jika F hitung ˃ F tabel maka selanjutnya di uji Duncan
1. Uji beda rata-rata dengan uji Duncan
Sₓ¿ √KTgr
2. Menghitung nilai LSR dengan SSR dari tabel 1% dan 5%
LSR = SSR. X. Sₓ
3. Membuat tabel beda nyata rata-rata dengan uji Duncan
4. Menentukan urutan efektifitas
23
J. JADWAL KEGIATAN
Objek penelitian dilakukan dilaboratorium biologi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Galuh. Adapun waktu penelitian yang
dilakukan penulis adalah sebagai berikut :
Tabel 3.6 Agenda Kegiatan
No KegiatanBulan
Jan Peb Mar Apr Mei Jun
1 Persiapan
2 Studi kepustakaan
3 Seminar proposal
4 Penelitian
5 Penyusunan skripsi
6 Sidang skripsi
K. DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi, D.A. Maryati, Sri dkk. 2007. Biologi untuk SMA Kelas I. Jakarta :
Erlangga.
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta :
MediaAesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1989. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta).
Jogjakarta : Gajah Mada University Press.
24
Dadang dan Bambang. 1999. Ekstraksi, Sisolasi dan Identifikasi. Bogor : Pusat
Kajian Pengendalian Hama Terpadu.
Arisandi, Yohana dan Andriani, Yovita. 2008. Khasiat Tanaman Obat. Jakarta :
Pustaka Buku Murah.
J Pelzart jr, Michael. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia Press.