Proposal Seminar

34
1 A. JUDUL UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK CACING KALUNG TERHADAP BAKTERI SALMONELA TYHPI B. LATAR BELAKANG MASALAH Kekayaaan fauna di Indonesia memberikan potensi luar biasa jika dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia dan lingkungan. Manfaat tersebut tentunya bisa dirasakan secara langsung maupun tidak langsung dengan melewati beberapa proses pengujian agar tidak membahayakan. Salah satu tanaman tersebut adalah lengkuas (Alpinia galanga L) yang banyak tumbuh liar di sekitar kita, namun kita belum sepenuhnya menjadikan lengkuas sebagai tanaman yang bermanfaat bagi kesehatan. Tanaman ini lebih sering kita gunakan sebagai bagian dari pelengkap masakan. Lengkuas di indikasikan memiliki senyawa anti mikroba sehingga relevan jika digunakan sebagai obat tradisional dalam menangani penyakit yang disebabkan bakteri. Bakteri merupakan kelompok terbanyak dari organisme hidup, memiliki ukuran mikroskopik dan

Transcript of Proposal Seminar

Page 1: Proposal Seminar

1

A. JUDUL

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK CACING KALUNG TERHADAP

BAKTERI SALMONELA TYHPI

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Kekayaaan fauna di Indonesia memberikan potensi luar biasa jika

dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia dan lingkungan. Manfaat

tersebut tentunya bisa dirasakan secara langsung maupun tidak langsung

dengan melewati beberapa proses pengujian agar tidak membahayakan. Salah

satu tanaman tersebut adalah lengkuas (Alpinia galanga L) yang banyak

tumbuh liar di sekitar kita, namun kita belum sepenuhnya menjadikan

lengkuas sebagai tanaman yang bermanfaat bagi kesehatan. Tanaman ini

lebih sering kita gunakan sebagai bagian dari pelengkap masakan. Lengkuas

di indikasikan memiliki senyawa anti mikroba sehingga relevan jika

digunakan sebagai obat tradisional dalam menangani penyakit yang

disebabkan bakteri.

Bakteri merupakan kelompok terbanyak dari organisme hidup,

memiliki ukuran mikroskopik dan kebanyakan uniseluler dengan struktur sel

relatif sederhana. Mereka tersebar di tanah, air dan udara, sebagaian banyak

sebagai patogen bagi organisme lain. Bakteri patogen merupakan bakteri

parasit yang menimbulkan penyakit pada hospes atau inangnya ( D.A Pratiwi

dkk : 46 ). Diantara penyakit yang disebabkan bakteri patogen ialah disentri.

Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka pada usus di tandai

dengan gejala khas disebut dengan sindrome disentri yakni sakit di perut,

Page 2: Proposal Seminar

2

disertai adanya tinja yang mengandung darah dan lendir (Arif Mansjoer dkk,

2000 : 476). Disentri tidak hanya disebabkan oleh bakteri saja, tetapi

penyebab lainya dapat berupa parasit.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penting diadakan

penelitian mengenai ekstrak lengkuas (Alpinia galanga L) guna memberi nilai

positip dalam mengatasi penyakit disentri. Dengan demikian penelitian lebih

lanjut tentang “ Uji Efektivitas Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga L)

Terhadap Daya Hambat Bakteri Shigella Dysenteriae “.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu :

1. Adakah pengaruh perbedaan ekstrak lengkuas (Alpina galanga L)

terhadap zona hambat bakteri Shigella dysenteriae.

2. Berapa konsentrasi minimun ekstrak lengkuas (Alpina galanga L) yang

dapat menghambat pertumbuhan bakteri Shigella dyseenteriae.

D. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui pengaruh perbedaan ekstrak lengkuas (Alpinia galanga L)

terhadap zona hambat bakteri Shigella dysenteriae.

2. Mengetahui konsentrasi minimum yang dapat menghambat pertumbuhan

bakteri Shigella dysenteriae.

Page 3: Proposal Seminar

3

E. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak

diantaranya yaitu :

1. Penilitian ini diharapkan dapat memanmbah wawasan / pengetahuan kita

manfaat lain dari cacing kalung

F. KERANGKA PEMIKIRAN

Kondisi masyarakat saat ini masih belum melepaskan diri dari

penggunaan obat-obat kimia dalam mengobati penyakit yang di alaminya.

Padahal alternatif obat sudah disediakan oleh alam yang relatif murah, aman

dan ramah bagi tubuh manusia. Sudah saatnya untuk memasyarakatkan

penggunaan obat alami kepada masyarakat sebagai solusi terbaik yang

ditawarkan alam dalam mengatasi penyakit terutama yang disebabkan oleh

bakteri.

Jumlah bakteri yang melimpah, tak terkecuali di tubuh manusia ada

yang merugikan dan ada yang menguntungkan. Bakteri patogen pada manusia

sering kali menimbulkan berbagai penyakit. Salah satu diantaranya penyakit

diare yang sering menyerang anak dibawah usia 10 tahun. Di tandai dengan

adanya rasa sakit pada saat buang air besar, tinja mengandung darah dan

lendir dsb. Dengan demikian pengembangan antibakterial alami merupakan

salah satu usaha tepat terutama bagi negara yang memiliki kekayaan flora

seperti indonesia. Misalnya ekstrak lengkuas (Alpinia galanga L) dapat

digunakan sebagai penghambat bakteri Shigella dysenteriae pada penderita

Page 4: Proposal Seminar

4

diare atau disentri. Bio bakterisida merupakan anti bakteri berasal dari

tumbuh-tumbuhan yang mudah di jumpai, mudah dibuat dan tidak

membahayakan tubuh, salah satu tanaman tersebut dapat dibuat sebagai bio

bakterisida ialah lengkuas (Alpinia galanga L).

Lengkuas (Alpinia galanga L) merupakan salah satu tanaman yang

banyak dikenal oleh masyarakat sebagai bumbu dapur dan obat tradisional,

sehingga memiliki potensi sabagai anti bakteri alami yang banyak

memberikan keuntungan. Bahan aktif yang terkandung dalam lengkuas

berupa minyak atsiri, minyak terbang, eugenol, seskuiterpen, pinen

kaemferida, metal sianamat, galangan, galangol, dan kristal kuning terdapat

pada bagian rimpang lengkuas (Syamsiah : 45).

Menurut Zawetz dkk (2001), banyak faktor yang dapat mempengaruhi

efektifitas zat anti mikroba , diantaranya adalah waktu kontak, populasi jenis

mikroba yang akan di binasakan, temperatur, pH, jenis material yang ada

pada jasad renik dan konsentrasi zat antimikroba itu sendiri.

Konsentrasi zat anti mikroba mempengaruhi pertumbuhan

mikroorganisme, artinya jika pemberian konsentrasi ekstrak lengkuas

(Alpinia galanga L) berbeda maka pertumbuhan mikroba pun berbeda.

Konsentrasi besar menyebabkan kematian yang lebih besar pula. Pada

akhirnya konsentrasi berbeda akan memperlihatkan daya hambat berbeda

pada masing-masing pertumbuhan mikroba.

G. HIPOTESIS

Page 5: Proposal Seminar

5

Hipotesis penelitian ini sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh dari perbedaan ekstrak lengkuas (Alpinia galanga L)

terhadap zona hambat bakteri Shigella dysenteriae.

2. Terdapat satu konsentrasi minimum ekstrak lengkuas (Alpinia galanga L)

yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae.

H. KAJIAN TEORITIS

1. Tinjauan tentang Lengkuas (Alpina galanga L)

Lengkuas merupakan tanaman terna berumur panjang. Tanaman ini

banyak dimanfaatkan sebagai bumbu masakan, obat herbal dan pembasmi

hama pada tanaman. Tanaman lengkuas (Alpinia galanga L))

diklasifikasikan oleh Backer dan Van Den Brink, (1996). Sebagai berikut :

Kingdom : Plantarum

Divisio : -

Class : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Familia : Zingiberaceae

Genus : Alpina

Spesies : Alpina galanga L

Nama daerah : Laja, Laos, Lengkuas

Tanaman yang termasuk terna tahunan ini, berbatang semu.

Tumbuh dapat mencapai tinggi hingga 3,5 meter. Batang dan daun keluar

dari batang tua, daun berbentuk langset bundar memanjang. Urat daun

Page 6: Proposal Seminar

6

menyirip sejajar dengan warna permukaan daun hijau tua dan bagian

bawah berwarna hijau muda, panjang daun berkisar 24-27 cm dan lebar

3.5-11.5 cm. Perbungaan terbentuk di ujung batang, berbentuk tandan,

tegak, gagang panjang, ramping dan jumlah bunga di bagian bawah

berkisar 3-6 bunga, sedangkan pada bagian atas berkisar 1-2 bunga saja.

Sehingga tandan berbentuk piramid memanjang, kelopak bunga berbentuk

lonceng atau corong panjangnya berkisar 12 mm, dan berwarna putih

kehijauan (Anonim, 1978).

Rimpang lengkuas (Alpinia galanga L) mengadung zat

antimikroba,. Menurut Ardiansyah, (2007). zat antimikroba adalah

komponen aktif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau

kapang (bakteristatik atau fungistatik) atau membunuh bakteri atau kapang

(bakterisidal atau fungisidal). Beberapa tanaman menghasilkan senyawa

medisinal yang bermanfaat. Fitokemikal antimikroba yang bermanfaat

dapat dibagi ke dalam beberapa kategori yang meliputi fenolik dan

polifenol, terpenoid, alkaloid, lektin, polipeptida dan senyawa lain

(Naim,rochman, 2004).

Senyawa terpenoid adalah senyawa hidrokarbon isometrik yang

juga terdapat dalam lemak/minyak esensial. Yaitu sejenis lemak yang

sangat penting bagi tubuh dalam membantu proses sintesa organik dan

pemulihan sel-sel tubuh (Waha, 2008).

2. Tinjauan tentang Disentri

Page 7: Proposal Seminar

7

Disentri merupakan penyakit yang umum di derita masyarakat di

indonesia. Berasal dari bahasa Yunani yaitu dys yang berarti gangguan dan

enteron yang berarti usus. Jadi disentri berati gangguan berupa radang

pada usus yang menyebabkan tinja feces bercampur lendir dan darah.

Secara endemik, disentri sering terjadi di negara tropis, termasuk

indonesia. Disentri menyerang anak-anak yang kurang baik imunisasinya.

Disentri disebabkan oleh organisme golongan Shigella dysenteriae, yang

terdiri dari tiga golongan strain yaitu Shigella shigae, yang menyerang

daerah tropis, Shigella ambigua dan Shigella flexneri atau paradisentri

yang sering menyerang bagian lintang khatulistiwa (Widjaja,2002).

Gejala ini kadang-kadang disertai pembesaran kelenjar limfa,

gejala klinisnya sebagai berikut :

1. Masa inkubasi delapan hari

2. Tubuh penderita lemah, panas yang tinggi

3. Diare dengan adanya lendir dan darah

4. Pingsan

Organisme disebarkan dari satu orang ke orang lainya melalui

makanan dan air yang sudah dikotori atau melalui vektor berupa lalat.

Bakteri penyebab disentri ini hidup dalam usus besar manusia yang

menyebabkan luka pada dinding usus. Infeksi oleh bakteri dikenal dengan

disentri basiler. Sedangkan infeksi disebabkan oleh amuba dikenal sebagai

disentri amoeba.

3. Tinjauan Umum tentang Bakteri Shigella dysenteriae

Page 8: Proposal Seminar

8

1. Taksonomi Bakteri Shigella dysenteriae

Menurut Ryan (2004), klasfikasi Shigella dysenteriae adalah

sebagai berikut :

Kingdom : Bakteria

Filum : Proteobacteria

Class : Gamma Proteobacteria

Ordo : EnterobacterialesEnterobacteriaceae

Famili : Enterobacteriaceae

Genus : Shigella

Spesies : Shigella dysenteriae

Shigella merupakan bakteri patogen yang dapat menyebabkan

gejala penyakit Shigellosis atau sering disebut disentri basiler. Sifat

shigella sebagai suatu bakteri dari familia Enterobacteriaceae, bersifat

gram negatip bentuk batang. Bakteri ini menyerupai Escherichia hanya

mempunyai perbedaan utama karena Shigella bersifat non motil.

Berdasarkam sifat biokimiawi dan antigeniknya. Genus Shigella

dibedakan menjadi 4 subgrup atau species yaitu subgrup A (Shigella

dysenteriae), subgrup B (Shigella flexneri), subgrup C (Shigella boydii)

dan subgrup D (Shigella sonnei) menurut Supardi (1998).

Berdasarkan antigen spesifik yang dimilki, Shigella dysenteriae

dapat dibedakan menjadi 10 serotipe, diantranya S. Shigae (tipe 1), S.

Achmizii (tipe 2). Sindroma yang ditimbulkan berupa disentri berat,

disertai suhu badan yang tinggi. Shigella flexneri terdiri dari enam

Page 9: Proposal Seminar

9

serotipe yaitu S. new castle bersifat memfermentasi karbohidrat dengan

membentuk asam dan gas (berbeda dengan Shigella lain yang hanya

membentuk asam saja). Serotipe ini merupakan satu-satunya serotipe

berfimbrin. Sindrom yang ditimbulkan lebih ringan daripada golongan

A, tapi lebih berat dari golongan B. S. sonnei hanya memiliki satu

serotipe, dan sindrome yang ditimbulkan lebih ringan daripada

golongan lainnya. Disamping itu, lebih tahan terhadap pemanasan

55°C, 1 jam, sedangkan bakteri yang lainya mati (Supardi, 1998).

a. Patogenesis

Infeksi per oral, bakteri masuk dalam makanan dan

minuman melewati lambung masuk ke usus halus dan kemudian ke

kolon. Dalam usus besar bakteri ditangkap sel epitel. Kemudian

bakteri akan berkembang biak dan akan menyebabkan sel-sel epitel

rusak dan hancur. Sehingga kuman dapat menyebar ke sel-sel yang

berbatasan dengan epitel tadi dan ke lamina propria,

bermultiplikasi terus. Akibat kerusakan sel tadi, timbul ulsera-

ulsera dan makroabses mukosa kolon bagian terminal ileum, terjadi

nekrosis, pendarahan dan pembentukan pseudomembran diatas

ucler. Akibat serangan kuman pada sel yang berdekatan dan lamina

propria menimbulkan reaksi inflamasi dan trombosis kapiler.

b. Mikroskopi

Page 10: Proposal Seminar

10

Organisme tidak bergerak dan merupakan satu-satunya

coliform yang tidak bergerak (Gibson, 1996).

c. Biakan

Organisme tidak memfermentasi laktosa, kecuali S. sonnei

yang memfermentasi secara lambat (Gibson,1996).

d. Gejala Disentri Basiler

Shigella dysenteriae terdiri atas beberapa serotipe yang

berbeda. Tipe 1 pertama kali ditemukan oleh Shiga pada tahun

1898 sebagai penyebab penyakit disentri epidemik di Jepang. Oleh

karena itu, tipe 1 Shigella dysenteriae dikenal juga Bacillus shiga.

Berbeda dengan organisme penyebab disentri lainya terutama yang

menyerang saluran pencernaan. Bacillus shiga memproduksi

eksoktoksin spesifik yang bersifat termolabil dan disebut toksin

shiga. Toksin ini terdiri dari protein dan dapat menyebabkan

paralisis pada berbagai hewan percobaan.

Menurut Syahrurrachman (1994), Shigellosis sangat

bervariasi dari yang ringan, parah sampai fatal. Waktu inkubasi

sampai timbulnya gejala bervariasi dari 1-7 hari, tetapi biasanya

kurang dari 4 hari. Pada dosis yang tinggi, gejala dapat timbul

lebih cepat yaitu berkisar 12-24 jam.

2. Morfologi Bakteri Shigella dysenteriae

a. Kekhasan organisme

Page 11: Proposal Seminar

11

Shigella merupakan batang gram negatip yang tipis,

berbentuk cocobacili terjadi pada perbenihan muda.

b. Kultur

Shigella merpakan fakultatip aerob, tetapi tumbuh baik

secara aerob. Koloni Shigella cembung, bundar, transparan dengan

diameter kira-kira 2 mm dalam 24 jam.

c. Karakteristik kultur

Semua Shigella memfermentasi glukosa. Dengan

pengecualian Shigella sonnei yang tidak memfermentasi laktosa.

Ketidakmampuan untuk memfermentasi laktosa diperlihatkan

Shigallea dalam media diferensial. Shigella membentuk asam dari

karbohidrat tetapi jarang memproduksi gas.

d. Struktur Antigenik

Shigella mempunyai bentuk antigenik yang kompleks. Ada

tumpang tindih dari sifat serologik dari spesies yang berbeda, dan

kebanyakan dari mereka mempunyai antigen O yang sama dengan

basil enterik lainnya.

e. Toksin

Pada autolisis, semua Shigella menularkan liposakarida.

Endotoksin ini mungkin berpengaruh pada iritasi dinding usus.

Shigella sysenteria memproduksi eksotoksin yang tidak tahan

panas yang mempengaruhi usus dan susunan saraf pusat.

Eksotoksin merupakan salah satu protein antigenik dan mematikan.

Page 12: Proposal Seminar

12

Pada manusia eksotoksin juga menghambat penyerapan gula dan

asam amino pada usus.

f. Epidemologi, Pencegahan dan Kontrol

Shigella disebarkan oleh makanan, jari, tinja, dan lalat dari

orang ke orang. Banyak kasus infeksi Shigella terjadi pada anak

dibawah 10 tahun. Ketika manusia host pathogenik Shigella,

kontrol harus diarahkan pada pengurangn oraganisme pada tendon

air dengan cara : 1) Kontrol sanitasi air, makanan dan susu,

pembuatan sampah, kontrol terhadap lalat. 2) Pengisolasian pasien

dan disinfektan. 3). Pendekatan kasus subklinis dan penyebab. 4)

pengobatan antibiotik pada individu yang terinfeksi.

I. METODE PENELITIAN

1. Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi FKIP Universitas

Galuh. Penelitian ini akan dilaksanakn pada bulan April - Mei 2011.

2. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat yang digunakan

Tabel 3.1 Alat

No Nama Alat Spesifikasi Jumlah

1 Blender - 1 buah

2 Gelas ukur 250 ml 10 buah

3 Tabung reaksi 100 ml 20 buah

4 Pipet - 2 buah

5 Jarum ose - 2 buah

Page 13: Proposal Seminar

13

6 Cawan petri D 9.5 mm 30 buah

7 Kompor - 1 buah

8 Inkubator - 1 buah

9 Pengaduk - 2 buah

10 Gunting - 1 buah

11 Kertas label - 5 lembar

12 Jangka sorong - 1 buah

13 Lampu spirtus - 2 buah

14 Korek api - 1 bungkus

15 Pinset - 3 buah

16 Kertas buram - 100 lembar

17 Pulpen - 1 buah

18 Timbangan - 1 buah

19 Alat pelubang D 7 mm 1 buah

2. Bahan yang digunakan

Tabel 3.2 Bahan

No Nama Bahan Spesifikasi Jumlah

1 Lengkuas Umur sedang 500 gr

2 Air/aquadesh Cair 4 liter

3 Isolat Shigella dysenteria Agar 1 tabung

4 Etanol Cair Secukupnya

5 Larutan NaCl Cair Secukupnya

3. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan

pengolahan data analisi varian (anava).

2. Desain Penelitian

Page 14: Proposal Seminar

14

Desain penelitian ini menggunakan RAL (Rancangan Acak

Lengkap) terdiri dari 7 perlakuan :

a. Konsentrasi ekstrak lengkuas (Alpina galanga L) 5 gr/100 ml

b. Konsentrasi ekstrak lengkuas (Alpina galanga L) 10 gr/100 ml

c. Konsentrasi ekstrak lengkuas (Alpina galanga L) 20 gr/100 ml

d. Konsentrasi ekstrak lengkuas (Alpina galanga L) 30 gr/100 ml

e. Konsentrasi ekstrak lengkuas (Alpina galanga L) 40 gr/100 ml

f. Konsentrasi ekstrak lengkuas (Alpina galanga L) 50 gr/100 ml

g. Konsentrasi ekstrak lengkuas (Alpina galanga L) 60 gr/100 ml

Menurut Gomez (1995), rumus untuk menentukan db galat sesuai

rancangan yang digunakan adalah t(r-1). Sehingga untuk menentukan

jumlah ulangan (replikasi) digunakan rumus sebagai berikut :

Diketahui : t = 7Ditanyakan : r ?Jawab : = t (r-1)≥15

= 7 (r-1)≥15 = 7r-7≥15 = 7r≥22 = r≥3.1 = 4

Konsentrasi ekstrak lengkuas yang berbeda dituangkan pada

lubang sumur pada media agar, dengan empat pengulangan yang

masing-masing cawan berisi empat lubang sumur. Hasil pengukuran

zona hambat dari empat lubang sumur pada masing-masing cawan

petri dirata-rata menjadi satu data sehingga total data diperoleh 28

buah.

Page 15: Proposal Seminar

15

Tabel 3.3 RAL

A3 E1 G3 F2 B1 G2 C2

G1 A1 D2 B4 A4 D4 F3

E2 D3 B2 C1 E3 F1 G4

A2 F4 D1 C4 C3 E4 B3

Keterangan :

C3 : C = Menunjukan Perlakuan

3 = Menunjukan Ulangan

4. Variabel dan Parameter

1. Variabel-variabel penelitian ini adalah :

a. Variabel bebas : Ekstrak lengkuas (Alpina galanga L)

b. Variabel terikat : Zona hambat bakteri Shigella Dysenteriae

2. Parameter

Parameter penelitian ini adalah diameter zona hambat yang

ditunjukan dengan daerah bening, yaitu daerah yang tidak ditumbuhi

bakteri.dalam satuan milimeter.

5. Langkah-langkah penelitian

Adapun langkah-langkah penelitian sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan dilakukan dengan menyiapkan dan sterilisasi

seluruh alat dan bahan.

2. Tahap pelaksanaan

Page 16: Proposal Seminar

16

a. Membuat Peremajaan Bakteri

1) Isolat bakteri di suspensi ke dalam larutan NaCl fisiologis pada

tabung reaksi.

2) Isolat bakteri dari NaCl digoreskan dengan jarum ose di atas

Muller Hinton agar yang telah padat.

3) Bakteri di inkubasi selama 18 jam dalam suhu 37°C.

(Gibson,1996).

b. Membuat ekstrak lengkuas

Ekstraksi adalah metode umum yang digunakan untuk

mengambil produk dari bahan alami, seperti jaringan tumbuhan,

jaringan hewan dan mikroorganisme. Ekstraksi dianggap sebagai

langkah awal dalam rangkaian kegiatan pengujian aktivitas biologi

suatu tumbuhan pada organisme uji (Dadang dkk, 1999).

Adapun tahapan dalam proses ekstraksi adalah sebagai berikut :

1) Lengkuas dicuci sampai bersih, kemudian ditiriskan terlebih

dahulu.

2) Lengkuas di iris-iris pipih, kemudian di timbang dengan

konsentrasi perbandingan tertentu.

3) Irisan lengkuas di blender sampai halus bersama etanol sebagai

pelarut.

Page 17: Proposal Seminar

17

4) Hasil blender di endapkan selama 24 jam, lakukan penyaringan

setelah proses pengendapan.

5) Cairan Ekstrak lengkuas di sterilisasi, bahan ekstraksi siap

digunakan untuk penelitian.

c. Membuat suspensi bakteri

Koloni bakteri hasil peremajaan disuspensikan kembali ke

dalam media cair yaitu NaCl fisiologis pada tabung reaksi dan

dibandingkan tingkat kekeruhanya dengan standar Mac farland

0,5%.

d. Membuat media agar

1) Muller hinton agar, dicampurkan dengan aquadesh pada

perbandingan 45 gram muller hinton agar, 1000 ml aquadesh

kemudian dipanaskan sampai mendidih.

2) Agar dituangkan ke dalam tabung reaksi untuk disterilisasi pada

autoklaf.

3) Hasil sterilisasi agar, dituangkan ke dalam cawan petri dengan

tebal 4 mm.

4) Suhu untuk agar kira-kira 45-50°C, 1 ml bakteri cair diteteskan

dan dihomogenkan ke dalam media agar. Kemudian dibiarkan

sampai dingin dan media menjadi padat (Zawetz dkk, 2001).

e. Memasukan bahan uji dengan teknik sumur

Page 18: Proposal Seminar

18

1) Dibuat 4 buah sumur pada media agar yang telah padat dalam

cawan petri dengan alat pelubang berdiameter 7 mm.

2) Ekstrak lengkuas dimasukan 0,2 ml pada masing-masing sumur.

f. Menentukan tata letak percobaan denggan Rancangan Acak Lengkap

(RAL).

1) Membagi tempat percobaan di dalam inkubator kedalam

kelompok dengan banyaknya ulangan sedemikian rupa sehingga

tiap ulangan relatip seragam karakteristiknya.

2) Meletakan secara random setiap kelompok ulangan berupa

cawan petri yang berisi bahan uji kedalam plot-plot sebanyak

perlakuan yang akan di uji.

g. Masukan bahan ke dalam inkubator

1) Bahan uji inkubasi pada suhu 37°C selama 18 jam di dalam

inkubator.

2) Zona hambat di amati dengan cara mengukur daerah bening

(diameter zona hambat) disekitar lubang seumur dengan

menggunakan kapiler atau janka sorong dalam satuan milimeter

dan data hasil pengukuran dimasukan kedalam tabel

pengamatan.

Tabel 3.4 Pengamatan

PerlakuanUlangan

Ke-1Ulangan

Ke-2Ulangan

Ke-3Ulangan

Ke-4

A

B

C

Page 19: Proposal Seminar

19

D

E

F

G

6. Prosedur Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah Analisis Varian (ANAVA)

satu faktor untuk mengetahui Uji Efektivitas Berbagai Konsentrasi

Ekstrak Lengkuas (Alpina galanga L) Terhadap Zona Hambat

Pertumbuhan Bakteri Shigella dysenteriae.

Data hasil pengamatan di analisis dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

1. Mencari rata-rata

2. Tes homogenitas

a. Menetukan standar deviasi

b. Menentukan variasi

c. Menghitung variasi gabungan

vg=¿ Ʃ (n 1−1 ) v1

Ʃ(n1−1)

d. Menentukan nilai B (Barlett)

B = log vg (Ʃ(n1-1))

e. Menghitung nilai x2

x2=2,3026 {B−(¿−1 ) log Vi }

f. Mencari nilai x2 dari daftar

Page 20: Proposal Seminar

20

Rumus x20,99 ( k−1 ) k banyaknya perlakuan

g. Menentukan homogenitas variansi

Jika x2 k<x20,99 ,maka variansi tersebut homogen

Jika x2 k≥ x20,99 , maka variansi tersebut tidak homogen

3. Menentukan derajat kebebasan (db) setiap sumber keragaman

a. Db umum = (r)(t) - 1

b. Db perlakuan = t-1

c. Db galat = t (r-1)

4. Menghitung faktor koreksi (FK)

FK = G ²n ¹

5. Menghitung jumlah (JK)

a. Menghitung jumlah kuadrat perlakuan (JKp)

JKp = ∑i . j

Y 1²−FK

b. Menghitung JK umum

∑i−1

n

x2−FK

c. Menghitung jumlah kuadrat galat (JKG)

JKG = JKu-JKp

6. Menghitung kuadrat tengah (KT)

a. Kuadrat tengah perlakuan

Page 21: Proposal Seminar

21

KT perlakuan = JK perlakuandb perlakuan

b. KT Galat

KT galat = JK galatdb galat

7. Menghitung nilai F

F = KTpKTg

8. Menghitung F tabel pada taraf nyata ˰α = 5% dan α = 1%

Menurut Gomez (1995) ANAVA satu faktor untuk desain rancangan

acak lengkap adalah sebagai berikut :

Tabel 3.5 Ringkasan ANAVA

Sumber Keragaman

(SK)

Derajat Kebebasan

(Db)

Jumlah Kuadrat (JK)

Kuadrat Tengah (KT)

F Hitung F Tabel

Perlakuan t-1∑i=1

r

Ti 2−FK jk perlakunt−1

Galat percobaan

T (r - 1)JK umum - JKperlakuan

JK galatt (r−1)

KT perlakuanKT galat

5%

1%

Umum (r) (t) – 1 ∑i=1

n

x2−FK

Keterangan :

t : treatmen (perlakuan)

r : replikasi (pengulangan)

FK : Faktor koreksi

FK : G ²n

G : jumlah umum

N : Jumlah seuruh pengamatan

Page 22: Proposal Seminar

22

Keputusan yang diambil berdasarkan besar kecilnya F hitung yang

diperoleh dari perbandingan dengan F tabel, sehingga kesimpulan yang di

ambil adalah :

1. Apabila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel pada taraf

nyata 1 %, maka perbedaan perlakuan dikatakan berbeda sangat nyata

dan ditunjukan dengan menempatkan tanda dua bintang pada nilai F

hitung dalam sidik ragam.

2. Apabila nilai F hitung lebih besar daripada F tabel pada taraf 5%

tetapi lebih kecil daripada atau sama dengan nilai F tabel pada taraf

nyata 1%, maka perbedaan perlakuan dikatakan berbeda nyata dan

ditunjukan dengan menempatkan tanda dua bintang pada nilai F

hitung dalam sidik ragam.

3. Apabila nilai F hitung lebih kecil daripada atau sama dengan nilai F

tabel pada taraf nyata 5%, maka perbedaan perlakuan dikatakan tidak

berbeda nyata dan ditunjukan dengan menempatkan tanda tn pada

nilai F hitung dalam sidik ragam.

Jika F hitung ˃ F tabel maka selanjutnya di uji Duncan

1. Uji beda rata-rata dengan uji Duncan

Sₓ¿ √KTgr

2. Menghitung nilai LSR dengan SSR dari tabel 1% dan 5%

LSR = SSR. X. Sₓ

3. Membuat tabel beda nyata rata-rata dengan uji Duncan

4. Menentukan urutan efektifitas

Page 23: Proposal Seminar

23

J. JADWAL KEGIATAN

Objek penelitian dilakukan dilaboratorium biologi Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Galuh. Adapun waktu penelitian yang

dilakukan penulis adalah sebagai berikut :

Tabel 3.6 Agenda Kegiatan

No KegiatanBulan

Jan Peb Mar Apr Mei Jun

1 Persiapan

2 Studi kepustakaan

3 Seminar proposal

4 Penelitian

5 Penyusunan skripsi

6 Sidang skripsi

K. DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, D.A. Maryati, Sri dkk. 2007. Biologi untuk SMA Kelas I. Jakarta :

Erlangga.

Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta :

MediaAesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1989. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta).

Jogjakarta : Gajah Mada University Press.

Page 24: Proposal Seminar

24

Dadang dan Bambang. 1999. Ekstraksi, Sisolasi dan Identifikasi. Bogor : Pusat

Kajian Pengendalian Hama Terpadu.

Arisandi, Yohana dan Andriani, Yovita. 2008. Khasiat Tanaman Obat. Jakarta :

Pustaka Buku Murah.

J Pelzart jr, Michael. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Penerbit

Universitas Indonesia Press.