Proposal Sarpras

39
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan kepadatan penduduk terbesar di dunia. Indonesia berada di urutan keempat dengan jumlah penduduk sekitar 230 juta jiwa. Tingginya jumlah penduduk Indonesia menyebabkan tingginya kebutuhan terhadap prasarana dan sarana sanitasi. Peningkatan jumlah penduduk ini juga diiringi dengan laju pembangunan, baik pembangunan tempat tinggal maupun gedung-gedung perkantoran. Peningkatan jumlah penduduk terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, salah satunya adalah kota Surabaya, yang merupakan kota metropolitan ke dua setelah Jakarta. Laju perkembangan pembangunan di Surabaya terjadi secara signifikan, dimana banyak lahan kosong yang digunakan untuk tempat hunian. Bukti nyata yang dapat dilihat adalah penggunaan bantaran sungai sebagai pembangunan tempat tinggal bagi masyarakat. Pembangunan yang dilakukan masyarakat seringkali tidak

description

Mata Kuliah Sarana dan Prasarana Sanitasi Permukiman by ITL UA' 11

Transcript of Proposal Sarpras

Page 1: Proposal Sarpras

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan kepadatan penduduk terbesar

di dunia. Indonesia berada di urutan keempat dengan jumlah penduduk sekitar 230

juta jiwa. Tingginya jumlah penduduk Indonesia menyebabkan tingginya

kebutuhan terhadap prasarana dan sarana sanitasi. Peningkatan jumlah penduduk

ini juga diiringi dengan laju pembangunan, baik pembangunan tempat tinggal

maupun gedung-gedung perkantoran.

Peningkatan jumlah penduduk terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, salah

satunya adalah kota Surabaya, yang merupakan kota metropolitan ke dua setelah

Jakarta. Laju perkembangan pembangunan di Surabaya terjadi secara signifikan,

dimana banyak lahan kosong yang digunakan untuk tempat hunian. Bukti nyata

yang dapat dilihat adalah penggunaan bantaran sungai sebagai pembangunan

tempat tinggal bagi masyarakat. Pembangunan yang dilakukan masyarakat

seringkali tidak sesuai dengan standar secara umum, diantaranya tidak disertai

dengan pembangunan sanitasi yang berbasis lingkungan.

Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup

perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, dan sebagainya. Sanitasi

lingkungan ditujukan untuk memenuhi persyaratan lingkungan yang sehat dan

nyaman. Lingkungan yang sanitasinya buruk dapat menjadi sumber berbagai

penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Pada kuliah lapangan ini,

Page 2: Proposal Sarpras

2

diharapkan mahasiswa dapat mengetahui penerapan sanitasi lingkungan yang

berbasis masyarakat, khususnya di Kelurahan Simokerto, Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi prasarana dan sarana sanitasi air bersih, air limbah,

persampahan, dan drainase di Kelurahan Simokerto?

2. Bagaimana perbandingan penerapan prasarana dan sarana sanitasi

permukiman di Kelurahan Simokerto dengan ketentuan teknis berdasarkan

peraturan perundangan?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui kondisi prasarana dan sarana sanitasi air bersih, air limbah,

persampahan, dan drainase di Kelurahan Simokerto.

2. Mengetahui perbandingan penerapan prasarana dan sarana sanitasi

permukiman di Kelurahan Simokerto dengan ketentuan teknis berdasarkan

peraturan perundangan.

Page 3: Proposal Sarpras

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup

perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, dan sebagainya. Sanitasi

lingkungan dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk

meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi lingkungan yang mendasar

yang mempengaruhi kesejahteraan manusia (Notoadmojo, 2003). Kondisi tersebut

mencakup:

1. pasokan air yang bersih dan aman

2. pembuangan limbah dari hewan, manusia, dan industri yang efisien

3. perlindungan makanan dari kontaminasi biologis dan kimia

4. udara yang bersih dan aman

5. rumah yang bersih dan aman.

Sanitasi lingkungan ditujukan untuk memenuhi persyaratan lingkungan yang

sehat dan nyaman. Lingkungan yang sanitasinya buruk dapat menjadi sumber

berbagai penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Lingkungan yang

sanitasinya buruk akan berdampak buruk pula bagi kesehatan. Berbagai jenis

penyakit dapat muncul karena lingkungan yang bersanitasi buruk menjadi sumber

berbagai jenis penyakit.

Sanitasi lingkungan berhubungan erat dengan kesehatan. Kesehatan

masyarakat sangat dipengaruhi lingkungan, pelayanan kesehataan, perilaku, dan

keturunan. Lingkungan yang tidak sehat atau bersanitasi buruk dapat

Page 4: Proposal Sarpras

4

menimbulkan masalah kesehatan. Perilaku hidup yang tidak sehat seperti

membuang sampah sembarangan, tidak mencuci tangan sebelum atau sesudah

makan, buang air besar atau kecil sembarangan, mencuci atau mandi dengan air

yang kotor merupakan perilaku yang dapat mengundang berjangkitnya berbagai

jenis penyakit. Berdasarkan uraian tersebut, faktor lingkungan sangat berpengaruh

terhadap kesehatan penduduk. Limbah cair dan padat dari hasil aktivitas manusia

serta limbah dari tubuh manusia (kotoran dan air seni) yang dibuang ke

lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan manusia melalui beberapa jalur, yaitu

(Notoadmojo, 2003):

1. melalui air minum yang terkena limbah

2. masuk dalam rantai makanan seperti melalui buah-buahan, sayuran,

dan ikan

3. mandi, rekreasi dan kontak lainnya dengan air yang tercemar

4. limbah menjadi tempat berkembangbiak lalat dan serangga yang dapat

menyebarkan penyakit.

2.1.1 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Pemerintah Republik Indonesia telah mengadopsi kebijakan mengenai

Sanitasi Total sebagai bagian dari Strategi Nasional mengenai sanitasi di pedesaan

dan higenitas untuk dapat diterapkan di dalam kegiatan sehari-hari. Tujuan dari

strategi nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ini untuk memberi arahan

dan mendukung Pemerintah Daerah dalam perencanaan, pelaksanaan,

pemantauan, serta evaluasi program sanitasi total di daerah perdesaan dengan

begitu akan dapat meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat,

terutama di pedesaan. Dalam rangka mempercepat peningkatan cakupan akses

Page 5: Proposal Sarpras

5

sanitasi pedesaan sesuai dengan target Millenium Development Goals (MDGs)

melalui peningkatan perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, maka

disusunlah suatu strategi nasional gerakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

(Community Led Total Sanitation). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

merupakan pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui

pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan (Anonim1, 2008). Sanitasi

Total dapat dicapai oleh masyarakat di pedesaan, kecamatan, dan kabupaten,

apabila setiap Kepala Keluarga akan:

a. Menghentikan BAB sembarangan

b. Menggunakan WC yang dirawat dan bersih

c. Mencuci tangan pakai sabun setelah BAB dan sebelum makan ataupun

menyuapi bayi/ balita

d. Menjaga agar WC tetap bersih dan berfungsi dengan baik

e. Menggunakan air minum yang aman dan mengelola makanan dengan baik

f. Mengelola limbah dengan baik, termasuk di dalamnya limbah padat dan

limbah cair.

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat melakukan pendekatan dengan proses

fasilitas yang sederhana dan dapat merubah sikap lama masyarakat. Pendekatan

yang dilakukan dalam STBM dapat menimbulkan rasa malu kepada masyarakat

tentang kondisi lingkungannya. Ciri utama dari pendekatan ini adalah tidak

adanya subsidi terhadap infrastruktur (jamban keluarga), dan tidak menetapkan

blue print jamban nantinya akan dibangun oleh masyarakat. Sebagai suatu metode

pendekatan STBM mempunyai prinsip-prinsip dasar yang harus dianut dan

Page 6: Proposal Sarpras

6

ditegakkan dalam setiap pelaksanannya. Prinsip dasar STBM tersebut adalah

(Anonim2, 2008):

a. Tanpa subsidi kepada masyarakat

b. Tidak menggurui, tidak memaksa dan tidak mempromosikan jamban

c. Masyarakat sebagai pemimpin

d. Totalitas, seluruh komponen masyarakat terlibat dalam analisa

permasalahan, perencanaan, pelaksanaan serta pemanfaatan dan

pemeliharaan.

2.2 Kecamatan Simokerto

Kecamatan Simokerto merupakan salah satu kecamatan di Kota Surabaya

yang memiliki wilayah seluas 2,59 km2. Kepadatan penduduk di kecamatan

Simokerto sebesar 32.579 jiwa/km2 dengan proporsi jumlah penduduk laki-laki

adalah 41.540 jiwa, sedangkan perempuan 42.840 jiwa. Kecamatan Simokerto

memiliki ketinggian rata-rata 2,5 meter di atas permukaan laut. Terdapat empat

batas wilayah yang berdekatan dengan Kecamatan Simokerto. Bagian utara

Kecamatan Simokerto berbatasan dengan Kecamatan Semampir dan Kecamatan

Kenjeran. Pada bagian timur terdapat Kecamatan Tambak Sari. Wilayah bagian

selatan berbatasan dengan Kecamatan Genteng. Sedangkan pada bagian barat

terdapat Kecamatan Pabean Cantikan (Anonim, 2012).

Kecamatan Simokerto terbagi menjadi lima kelurahan, yaitu Kelurahan

Kapasan, Kelurahan Tambakrejo, Kelurahan Simokerto, Kelurahan Sidodadi, dan

Kelurahan Simolawang. Masing-masing kelurahan di Kecamatan Simokerto

memiliki luas wilayah yang berbeda-beda. Setiap kelurahan terdiri dari beberapa

Page 7: Proposal Sarpras

7

Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah yang bervariasi.

Berdasarkan hasil survei tahun 2012, jumlah RT dan RW di kecamatan Simokerto

berturut-turut 61, dan 375. Jumlah RT dan RW paling banyak berada di kelurahan

Simokerto yaitu sebanyak 94 RT dan 16 RW. Sedangkan di Kelurahan Sidodadi

memiliki jumlah RT dan RW yang paling sedikit yaitu 68 RT dan 10 RW

(Anonim, 2012).

Fasilitas Kesehatan sangat diperlukan di setiap wilayah untuk menangani

keluhan dari masyarakat dalam hal kesehatan. Sarana dan Prasarana Kesehatan di

Kecamatan Simokerto pada tahun 2012 meliputi 2 rumah sakit, 1 rumah bersalin,

1 poliklinik, 2 puskesmas, 5 puskesmas pembantu, 2 laboratorium medis, 10

tempat praktek dokter, 16 apotek, dan 8 lainnya. Selain itu kecamatan Simokerto

juga memiliki pos kesehatan kelurahan (Poskeskel) dan pos pelayanan terpadu

(Posyandu) menurut Anonim (2012).

2.3 Sanitasi Permukiman

Kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman adalah kondisi fisik,

kimia, dan biologi di dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan sehingga

memungkinkan penghuni mendapatkan derajat kesehatan yang optimal.

Persyaratan kesehatan perumahan dan permukiman adalah ketentuan teknis

kesehatan yang wajib di penuhi dalam rangka melindungi penghuni dan

masyarakat yang bermukim di perumahan atau masyarakat sekitar dari bahaya

atau gangguan kesehatan (Soedjadi, 2005). Persyaratan kesehatan lingkungan

perumahan dan permukiman sangat diperlukan karena pembangunan perumahan

berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan individu,

Page 8: Proposal Sarpras

8

keluarga dan masyarakat. Sanitasi lingkungan pemukiman meliputi: pengelolaan

sampah, air bersih, sarana pembuangan air limbah, dan jamban.

2.3.1 Sarana Air Bersih

Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan; juga manusia selama

hidupnya selalu memerlukan air. Dengan demikian semakin tinggi jumlah

penduduk serta laju pertumbuhannya, maka semakin naik pula laju

pemanfaatan sumber-sumber air. Beban pengotoran air juga bertambah cepat

sesuai dengan cepatnya pertumbuhan penduduk. Sebagai akibatnya, sumber air

tawar dan bersih menjadi semangkin langka. Laporan keadaan lingkungan di

dunia tahun 1992 menyatakan bahwa air sudah saatnya dianggap sebagai benda

ekonomi. Karena itu pengelolaan sumber daya air menjadi sangat penting

pengelolaannya, sumber daya air ini sebaiknya dilakukan secara terpadu, baik

dalam pemanfaatannya maupun dalam pengelolaan kualitas (Slamet, 2002).

Air adalah zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga

perempat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat

bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga digunakan

untuk memasak, mencuci, mandi dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar

rumah. Ditinjau dari sudut kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih

harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang

terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-

rata kebutuhan air setiap individu perhari sekitar antara 150-200 liter atau 35-

40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim,

standar kehidupan dan kebiasaan masyarakat (Chandra, 2007).

Page 9: Proposal Sarpras

9

Untuk kebutuhan sehari-hari, air dapat diperoleh dari beberapa sumber

diantaranya air hujan, air permukiman dan air tanah. Air hujan merupakan

penyubliman awan atau uap air menjadi air murni yang ketika turun melalui udara

akan melarutkan benda-benda yang terdapat di dalam. Diantaranya benda-

benda yang larut di udara itu seperti gas, oksigen, karbondioksida, nitrogen, jasad-

jasad renik dan debu. Kelarutan gas karbondioksida di dalam air hujan akan

membentuk asam karbonat yang menjadi air hujan menjadi asam. Beberapa

macam gas oksida dapat berada pula di udara, diantaranya yang penting ialah

belerang dan oksida nitrogen. Kedua oksida ini bersama-sama dengan air hujan

akan membentuk larutan asam nitrat dan asam sulfat. Setelah mencapai

permukaaan bumi, air hujan bukan merupakan air murni lagi.

Air permukaan merupakan salah satu sumber yang bisa dipakai untuk bahan

baku air bersih. Dalam penyediaan air bersih terutama untuk air minum dalam

sumbernya diperhatikan 3 (tiga) hal penting yaitu mutu air baku, kuantitas dan

kontiunitas air baku. Di bandingkan dengan sumber lain, air permukaan

merupakan sumber air yang paling tercemar. Hal ini terutama berlaku bagi tempat

yang dekat dengan tempat tinggal penduduk karena hampir semua buangan dan

sisa kegiatan manusia ditumpahkan ke air atau dicuci ke air yang pada waktunya

akan dibuang pada badan air. Agar air bersih tidak menyebabkan penyakit bagi

manusia maka air tersebut hendaknya diusahakan agar mendekati persyaratan–

persyaratan untuk kesehatan, sekurang-kurangnya diusahakan untuk mendekati

persyaratan yang telah ditentukan.

Menurut Key (1978), dalam pendapatnya menyebutkan bahwa air tersebut

tercemar apabila air itu berubah komposisinya atau keadaannya, secara langsung

Page 10: Proposal Sarpras

10

ataupun tidak langsung sebagai akibat kegiatan manusia. Sehingga air itu menjadi

kurang berguna bagi kehidupan atau kebutuhan tertentu maupun semua kebutuhan

dibandingkan apabila air berada dalam keadaan alamiahnya semula (Slamet,

2002).

Selanjutnya menurut Pickford (1978), dalam pendapatnya menekankan bahwa

pencemaran air tersebut semata-mata disebabkan oleh kegiatan manusia itu

sendiri, sedangkan untuk tanah, tumbuh-tumbuhan, dan ganggang serta pengotor-

pengotor alamiah lainnya yang turut mengotori air hanya digolongkan ke dalam

kotoran (impurity). Air tanah bisa dimanfaatkan untuk kepentingan manusia

dengan cara membuat sumber atau pompa air (Slamet, 2002).

Air mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan. Ada 4 macam

klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air sebagai media penularan

penyakit yaitu :

a. Water borne disease yaitu penyakit penularan melalui air yang

terkontaminasi oleh bakteri dan patogen dari penderita atau carrier. Bila

air yang mengandung kuman patogen terminum maka dapat terjadi

penjangkitan penyakit orang yang bersangkutan.

b. Water based disease yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain

melalui persediaan air sebagai pejamu (host) perantara. Pejamu perantara

ini hidup dalam misalnya schistosomiasis.

c. Water washed desease yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain

melalui persedian air sebagai pencuci atau pembersih.

Page 11: Proposal Sarpras

11

d. Vektor insektisida yang berhubungan dengan air yaitu penyakit vektornya

berkembang baik dalam air. Misalnya malaria, demam berdarah

dan trypanosomiasis (Entjang, 2000).

Tidak hanya mengenai banyaknya penyakit yang dapat disebabkan oleh air,

masih ada masalah-masalah lain yang berkaitan dengan air seperti berikut

(Pamsimas, 2011).

a. Sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat

menyebabkan sumber penularan penyakit.

b. Masih ada masyarakat yang mengambil air untuk keperluan rumah tangga

berasal dari air sungai atau mata air yang tidak di lindungi.

c. Sarana penampungan air hujan yang sudah retak, yang tidak dapat

melindungi air hujan yang disimpan di dalamnya agar tetap bersih, karena

dinding yang retak menjadi tempat perkembangbiakan lumut yang dapat

mengotori air.

d. Sumur pompa tangan yang tidak dilengkapi lantai kedap air menjadi

sumur tersebut tidak sehat, karena air bekas pakai dapat meresap air dalam

sumur.

2.3.2 Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Sarana pembuangan air limbah yang sehat yaitu yang dapat mengalirkan air

limbah dari sumbernya (dapur, kamar mandi) ke tempat penampungan air limbah

dengan lancar tampa mencemari lingkungan dan tidak dapat dijangkau serangga

dan tikus (Pamsimas, 2011). Rumah yang membuang air limbahnya di atas tanah

terbuka tanpa adanya saluran pembuangan limbah akan membuat kondisi

lingkungan sekitar rumah menjadi tidak sehat. Akibatnya menjadi kotor, becek,

Page 12: Proposal Sarpras

12

menyebabkan bau tidak sedap dan dapat menjadi tempat berkembang biak

serangga terutama nyamuk (Pamsimas, 2011). Air limbah adalah cairan buangan

yang berasal dari rumah tangga, industri atau tempat-tempat umum lainya dan

biasanya mengandung bahan atau zat yang dapat membahayakan kehidupan

manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup. Limbah adalah buangan

yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah

tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah akan

dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus   (black water), dan ada air buangan dari

berbagai aktivitas domestik lainnya.

Beberapa sumber air buangan :

a. Air buangan rumah tangga (domestic waste water)

Air buang dari pemukiman ini umumnya mempunyai komposisi yang

terdiri dari ekskreta (tinja dan urin), air bekas cucian, dapur dan kamar

mandi, dimana sebagian merupakan bahan-bahan organik.

b. Air buangan kota (municipal waste water)

Air buangan ini umumnya berasal dari daerah perkotaan, perdagangan,

selokan, tempat ibadah dan tempat umum lainnya.

c. Air buangan industri (industrial waste water)

Air buangan yang berasal dari macam industri. Pada umumnya lebih sulit

pengolahannya serta mempunyai variasi yang luas. Zat-zat yang

terkandung di dalamnya misalnya logam berat, zat pelarut, amoniak

dan lain-lain.

Pengolahan Air Limbah dalam kehidupan sehari-hari dilakukan dengan dua

cara yaitu :

Page 13: Proposal Sarpras

13

a. Menyalurkan air limbah tersebut jauh dari tempat tinggal tanpa diolah

sebelumnya.

b. Menyalurkan air limbah setelah diolah sebelumnya dan kemudian dibuang

ke alam. Pengolahan air limbah ini dapat dilakukan secara pribadi ataupun

terpusat.

Air buangan yang dibuang tidak saniter dapat menjadi media perkembangan

mikroorganisme patogen, larva nyamuk ataupun serangga yang dapat menjadi

media transmisi penyakit kolera, typus abdominalis, disentri baciler dan

sebagainya. Bila air limbah itu dibuang begitu saja tanpa diolah sebelumnya maka

beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu :

a. Tidak sampai mengotori sumber air minum

b. Tidak menjadi tempat berkembangbiaknya berbagai bibit penyakit dan

vector

c. Tidak mengganggu estetika, misalnya dari segi pemandangan dan

menimbulkan bau.

d. Tidak mencemarkan alam sekitarnya, misalnya merusak tempat untuk

rekreasi berenang dan sebagainya (Notoadmodjo, 2007).

Saluran limbah yang bocor atau pecah menyebabkan air keluar dan tergenang

serta meresap ke tanah. jika jarak terlalu dekat dengan sumber air dapat

mencemari sumber air tersebut. Tempat penampungan air yang terbuka dapat

menyebabkan nyamuk bertelur (Pamsimas, 2011).

Page 14: Proposal Sarpras

14

2.3.3 Persampahan

Sampah adalah semua benda atau produk sisa dalam bentuk padat sebagai

akibat aktivitas manusia yang dianggap tidak bermanfaat dan tidak dikehendaki

oleh pemiliknya atau dibuang sebagai barang tidak berguna. Gangguan yang

ditimbulkan oleh sampah diantaranya:

a. Pencemaran lingkungan

Sampah yang dibuang sembarangan dalam kurun waktu tertentu akan

membusuk. Hasil penguraian sampah organik berupa cairan dan gas akan

mencemari tanah, air dan udara. Gas yang dihasilkan berbau busuk

menyengat akan mencemari udara.

b. Sampah merupakan sumber penyakit

Dengan timbulnya bau busuk akan mengundang lalat berkembang biak

sehingga populasi lalat meningkat. Populasi lalat yang meningkat akan

memudahkan membantu penularan penyakit seperti Diare ,   Typhus, Cholera,

Disentri dll. Selain lalat, binatang penular penyakit lainnya seperti kecoa,

nyamuk, tikus dll akan berkembang biak pada sampah yang tentunya akan

menularkan penyakit kepada kita yang tinggal disekitar sampah.

c. Menimbulkan kecelakaan

Sampah berupa pecahan kaca, paku, duri dll dapat menyebabkan

kecelakaan. Sampah yang dibakar tanpa pengawasan tidak jarang

menimbulkan kebakaran.

d. Menimbulkan bencana

Sampah yang dibuang di parit, kali dan sungai lama kelamaan bertumpuk

dan menghambat aliran air pada waktu musim hujan, akibatnya air meluap

Page 15: Proposal Sarpras

15

dan terjadi banjir yang dapat merusak sarana infrastruktur seperti jalan,

jembatan, parit drainase dll. Sampah yang dibiarkan menggunung dapat

menimbulkan longsor atau ledakan seperti yang terjadi di tempat

pembuangan akhir Leuwi Gajah Bandung.

e. Mengganggu pemandangan

Sampah menimbulkan pemandangan yang tak sedap, jorok dll.

Sampah sebaiknya dibuang di tempat pembuangan akhir untuk dikelola lebih

lanjut. Untuk sampai ke tempat pembuangan akhir tentunya perlu mekanisme

penanganan yang terpadu. Bermula dari sampah yang dikumpulkan di rumah

kemudian dibuang di tempat pembuangan sementara yang selanjutnya di angkut

ke tempat pembuangan akhir untuk dikelola lebih lanjut. Bagi permukiman yang

dapat dijangkau pelayanan Dinas Kebersihan setempat tidak menjadi masalah

yang berarti, cukup membayar retribusi sampah dan kumpulkan sampah di TPS,

maka sampah akan sampai di tempat pembuangan akhir untuk dikelola lebih

lanjut.

Bagi permukiman yang belum dapat dijangkau oleh pelayanan Dinas

Kebersihan, sebaiknya agar pemukiman terhindar dari hal hal yang tak diharapkan

akibat dampak sampah, maka sudah saatnya memiliki layanan pembuangan

sampah sendiri. Hal ini tentunya dapat diusulkan ke Pemerintahan

Desa/Kelurahan, yang penting adanya potensi yang mendukung untuk lancarnya

pengelolaan sampah yang baik memenuhi syarat kesehatan. Dimulai dengan skala

kecil, misalnya melayani hanya beberapa wilayah RT atau RW yang penting ada

komitmen antara warga dan Pemerintahan setempat. Adapun potensi tersebut

adalah :

Page 16: Proposal Sarpras

16

1. Adanya petugas pelaksana

2. Sarana pengangkut : gerobak sampah atau mobil sampah

3. Jalan yang memadai untuk angkutan gerobak sampah/mobil sampah

4. Adanya komitmen antara warga dan pemerintahan setempat

5. Sumber dana untuk operasional : Bisa dihimpun melalui iuran sampah

6. Adanya lahan untuk Tempat Pembuangan Akhir

7. Bila perlu lahan untuk Tempat Pengumpul Sementara

Sedangkan setelah sampah sampai di tempat pembuangan akhir (TPA), perlu

dilakukan pemusnahan sampah. Pemusnahan sampah di tempat pembuangan akhir

terdiri dari beberapa jenis kegiatan :

1. Daur ulang : sampah yang masih bisa dimanfaatkan akan didaur ulang,

biasanya bahan plastik, botol, besi tua, kayu dll

2. Komposting : pembuatan kompos diperuntukkan bagi sampah organik

dengan metode penguraian secara alami akan menghasilkan kompos yang

berguna untuk pertanian.

3. Dibakar : bagi sampah yang kering bisa dibakar

4. Dikubur dengan metode sanitary landfil 

Jenis-jenis sampah yang diolah terdiri dari beberapa macam yaitu: sampah

kering, sampah basah, sampah berbahaya beracun (Pamsimas, 2011).

a. Sampah kering

Sampah kering yaitu: sampah yang tidak mudah membusuk atau terurai

seperti. Gelas, besih plastik.

Page 17: Proposal Sarpras

17

b. Sampah basah

Sampah basah yaitu: sampah yang mudah membusuk seperti sisa

makanan, sayuran, daun, ranting, dan bangkai binatang

c. Sampah berbahaya beracun

Sampah berbahaya beracun yaitu: sampah yang karena sifatnya dapat

membahayakan manusia seperti sampah yang berasal dari rumah sakit,

sampah nuklir, batu baterai bekas.

2.3.4 Jamban

Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan

mengumpulkan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, sehingga kotoran

tersebut tidak menjadi penyebab penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman

(Depkes RI, 1995). Menurut Depkes RI, 2004 ada beberapa ketentuan jamban

yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu:

1. Kotoran tidak mencemari permukaan tanah, air tanah, dan air permukaan

2. Jarak jamban dengan sumber air bersih tidak kurang dari 10 meter

3. Konstruksi kuat

4. Pencahayaan minimal 100 lux

5. Tidak menjadi sarang serangga

6. Dibersihkan minimal 2x dalam sebulan

7. Ventilasi 20% dari luas lantai

8. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna

terang

9. Murah

Page 18: Proposal Sarpras

18

10. Memiliki saluran dan pembuangan akhir yang baik yaitu lubang selain

tertutup juga harus disemen agar tidk mencemari lingkungannya.

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik

dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu:

1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit,

2. Melindungi dari gangguan estetika, bau, dan penggunaan sarana yang

aman,

3. Bukan tempat berkembangbiakan serangga sebagai vektor penyakit,

4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.

Jamban dapat dibedakan atas beberapa macam, yaitu (Notoatmodjo, 2003)

a. Jamban Cubluk

Jamban ini sering kita jumpai di daerah pedesaan, tetapi sering dijumpai

jamban cemplung yang kurang sempurna, misalnya tanpa rumah jamban

dan tanpa tutup. Hal yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa jamban

ini tida boleh terlalu dalam, sebab bila terlalu dalam akan mengotori air

tanah dibawahnya. Kedalmannya berkisar 1,5-3 meter dan jarak dari

sumber air minum sekurang-kurangnya 1,5 meter.

b. Jamban Empang

Jamban empang adalah suatu jamban yang dibuat di atas kolam/empang,

sungai/rawa, dimana kotoran langsung jatuh kedalam kolam atau sungai.

Jamban ini dapat menguntungkan karena kotoran akan langsung menjadi

makanan ikan, namun menururut Depkes RI, 2004 buang air besar ke

sungai dapat menimbulkan wabah.

c. Jamban Cubluk dengan Plengsengan

Page 19: Proposal Sarpras

19

Jamban ini sma dengan jamban cubluk, hanya saja dibagian tempat

jongkok dibuat seng atau kaleng yang dibentuk seprti setengah pipa yang

masuk ke dalam lubang, yang panjangnya sekitar satu meter, tujuannya

agar kotoran tidak langsung terlihat.

d. Jamban Leher Angsa

Jamban angsa trine ini bukanlah merupakan type jamban tersendiri, tetapi

merupakan modifikasi bentuk tempat duduk / jongkok nya saja, yaitu

dengan bentuk leher angsa yang dapat menyimpan air sebagai penutup

hubungan antara bagian luar dengan tempat penampungan tinja, yang

dilengkapi dengan alat penyekat air atau penahan bau dan mencegah lalat

kontak dengan kotoran. Untuk tipe angsa trine ini akan memerlukan

persediaan air yang cukup untuk keperluan membersihkan kotoran dan

penggelontor tinja.

2.3.5 Drainase

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem

guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam

perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Menurut Dr. Ir. Suripin,

M. Eng. (2004; 7) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang,

atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian

bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/ atau membuang kelebihan air

dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.

Drainase juga diartikan sebagai suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak

diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang

Page 20: Proposal Sarpras

20

ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Dari sudut pandang yang lain, drainase

adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota

dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat.

Prasarana drainase di sini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan

air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah) dan atau bangunan

resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan

dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.

Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini adalah untuk mengeringkan daerah

becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah, menurunkan

permukaan air tanah pada tingkat yang ideal, mengendalikan erosi tanah,

kerusakan jalan dan bangunan yang ada, mengendalikan air hujan yang

berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.kehidupan kota yang aman,

nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase di sini berfungsi untuk mengalirkan

air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah)

dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali

kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek,

genangan air dan banjir. Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini adalah

untuk mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi

air tanah, menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal,

mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada,

mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.

kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase di sini

berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan

dan bawah permukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga

Page 21: Proposal Sarpras

21

berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk

memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir. Kegunaan dengan adanya

saluran drainase ini adalah untuk mengeringkan daerah becek dan genangan air

sehingga tidak ada akumulasi air tanah, menurunkan permukaan air tanah pada

tingkat yang ideal, mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan

yang ada, mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana

banjir.direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung

pada tata guna lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan permukiman

lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro.

Bila ditinjau deri segi fisik (hirarki susunan saluran) sistem drainase perkotaan

diklasifikasikan atas saluran primer, sekunder, tersier dan seterusnya.

1. Saluran Primer

Saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai. Saluran primer adalah

saluran utama yang menerima aliran dari saluran sekunder.

2. Saluran Sekunder

Saluran yang menghubungkan saluran tersier dengan saluran primer (dibangun

dengan beton/ plesteran semen).

3. Saluran Tersier

Saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke saluran sekunder, berupa

plesteran, pipa dan tanah.

4. Saluran Kwarter

Saluran kolektor jaringan drainase lokal.

Page 22: Proposal Sarpras

22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

3.1.1 Waktu

Survei dan perijinan diadakan pada tanggal 13 April 2014. Pengambilan data

dan pengamatan akan dilakukan pada hari Senin dan Selasa, 5-6 Mei 2014.

3.1.2 Tempat

Survei dan pengambilan data dilakukan di Jalan Grantung Baru IV, Kelurahan

Simokerto, Kecamatan Simokerto, Surabaya.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah alat tulis, kamera serta buku

catatan.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah keterangan dan data sekunder pada wilayah

yang akan dilakukan proses pengambilan data.

3.3 Cara Kerja

Penelitian ini dimulai sengan melakukan survei lokasi ke tempat yang sudah

ditentukan. Setelah itu pengambilan data dan pengamatan dilakukan dengan acuan

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852 tahun 2008. Cara kerja penelitian ini

dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Page 23: Proposal Sarpras

23

Gambar 3.1 Cara Kerja Penelitian

3.3.1 Penentuan dan Survei Lokasi Pengambilan Data

Pada tahap ini dilakukan penentuan lokasi yang akan menjadi daerah

pengamatan. Setelah itu dilakukan survei ke lokasi untuk memastikan

ketersesuaian kriteria tempat yang diinginkan dan perolehan ijin dari pengurus

daerah setempat.

3.3.2 Pengamatan dan Pendataan

Pengamatan di lakukan di tempat yang telah ditentukan meliputi satu gang

atau satu Rukun Tetangga. Pengamatan dilakukan meliputi penyediaan air bersih,

pengelolaan sampah, drainase, pembuangan tinja dan air buangan. Data yang telah

didapat kemudian ditulis dan disusun sesuai keadaan yang ada di lokasi

pengamatan.

Penentuan dan survei lokasi pengambilan data

Studi literatur terkait sanitasi di perumahan

Penyusunan laporan

Pengamatan dan pendataan di lokasi yang ditentukan meliputi penyediaan air bersih pengelolaan sampah, drainase, pembuangan tinja.

Page 24: Proposal Sarpras

24

3.3.3 Studi Literatur

Studi literatur yang dilakukan adalah membandingkan data yang didapat

dengan persyaratan Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

menurut Kepmenkes Nomor 852 tahun 2008.

3.3.4 Penyusunan Laporan

Data yang dikumpulkan akan disusun dalam laporan. Penyusunan laporan

disesuaikan dengan petunjuk yang sudah ada. Dalam penyusunan laporan,

praktikan harus melakukan konsultasi dengan dosen pembimbingnya dan studi

literatur sehingga laporan penelitian dapat terselesaikan dengan baik.

3.4 Jadwal Kegiatan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari persiapan penelitian hingga penyusunan

laporan. Berikut ini merupakan jadwal kegiatan praktikum secara rinci pada tabel

3.2.

Tabel. 3.2 Jadwal Kegiatan Praktikum

No. Jadwal kegiatan Hari ke-I II III IV V VI VII VIII

1 Survei Lokasi              2 Sampling data                3 Studi literatur                4 Penyusunan laporan                

Page 25: Proposal Sarpras

25

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1, 2008. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

Anonim2, 2008. Modul Pelatihan Stop Buang Air Besar Sembarangan (STOP BABS), Depkes RI, Ditjen PP-PL bekerjasama dengan Pokja AMPL Pusat, Jakarta.

Anonim, 2012. http://surabayakota.bps.go.id/data/publikasi/publikasi_61/ publikasi/files/search/searchtext.xml Diakses pada 15 April 2014 pukul 01.15

Chandra, Dr. Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Entjang. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti.

Notoatmodjo. Doekidjo. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineke Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Pamsimas. 2011. Buku Lapangan Misi Supermisi Pamsimas. Banten.

Slamet, J. S., 2002. Kesehatan Lingkungan. Gajahmada University Press, Yogyakarta.

Soedjadi K., dkk. 2005. Faktor Sanitasi Lingkungan Yang Berperan Terhadap Prevalensi Penyakit Skabies (studi Pada Santri di Pondok Pesantren Kabupaten Lamongan). Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol 2 (1). Surabaya: FKM Universitas Airlangga.

Page 26: Proposal Sarpras

26