Proposal Riset.docx

41
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan sebuah penyakit yang tidak ditularkan, namun sering dijumpai pada masyarakat di seluruh dunia. Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya 1 . Menurut data di WHO 347 juta orang didunia mengidap diabetes. Bahkan pada tahun 2012, sekitar 1,5 juta kematian secara langsung disebabkan oleh diabetes. WHO memproyeksikan bahwa diabetes akan menjadi 7 penyebab utama kematian pada tahun 2030. Bahkan di Indonesia laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan (RISKESDAS) tahun 2013 menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi pada penderita diabetes mellitus yang diperoleh berdasarkan wawancara yaitu 1,1 % pada tahun 2007 menjadi 1,5 % pada tahun 2013 sedangkan prevalensi diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter atau gejala pada tahun 2013 sebesar 2,1% 1 . Dengan data-data yang telah ada bahwa Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyait metabolik yang prevalensinya meningkat dari tahun ketahun. Oleh karena itu dengan pengelolaan yang baik, angka morbiditas dan mortalitas dapat diturunkan. Dalam pengelolaan Diabetes Melitus tipe 2, diperlukan juga usaha 1

Transcript of Proposal Riset.docx

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus merupakan sebuah penyakit yang tidak ditularkan, namun sering dijumpai

pada masyarakat di seluruh dunia. Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau keduanya1.

Menurut data di WHO 347 juta orang didunia mengidap diabetes. Bahkan pada tahun 2012,

sekitar 1,5 juta kematian secara langsung disebabkan oleh diabetes. WHO memproyeksikan

bahwa diabetes akan menjadi 7 penyebab utama kematian pada tahun 2030. Bahkan di Indonesia

laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan

(RISKESDAS) tahun 2013 menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi pada penderita diabetes

mellitus yang diperoleh berdasarkan wawancara yaitu 1,1 % pada tahun 2007 menjadi 1,5 %

pada tahun 2013 sedangkan prevalensi diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter atau gejala

pada tahun 2013 sebesar 2,1%1.

Dengan data-data yang telah ada bahwa Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyait

metabolik yang prevalensinya meningkat dari tahun ketahun. Oleh karena itu dengan

pengelolaan yang baik, angka morbiditas dan mortalitas dapat diturunkan. Dalam pengelolaan

Diabetes Melitus tipe 2, diperlukan juga usaha mengkoreksi faktor-faktor resiko penyakit

kardiovaskular yang sering menyertai DM tipe 2, seperti hipertensi, dislipidemia, resistensi

insulin, dan lain-lain2.

Berdasarkan latar belakang diatas Peneliti tertarik untuk meneliti salah satu faktor resiko

penyakit kardiovaskular yaitu hubungan hipertensi pada Diabetes Melitus tipe 2 di Rumah Sakit

Dorys Sylvanus pada usia 30-65 tahun.

Dengan harapan hasil penelitian ini nantinya bisa sebagai informasi maupun pandangan lebih

lanjut bagi warga yang mengidap Diabetes Melitus tipe 2 di Rumah Sakit Dorys Sylvanus pada

usia 30-65 tahun.

1

1.2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian

sebagai berikut.

a.Berapakah prevalensi penderita Diabetes Melitus tipe 2 pada usia 30-65 tahun di Rumah Sakit

Dorys Sylvanus Palangka Raya pada tahun 2014?

b.Bagaimana hubungan Hipertensi pada Diabetes Melitus tipe 2?

1.3 Tujuan

a. Tujuan Umum

Untuk membuktikan adanya hubungan hipertensi pada Diabetes Melitus tipe 2.

b. Tujuan Khusus

1. Mengatahui prevalensi hipertensi pada Diabetes Melitus tipe 2 di Rumah Sakit Dorys

Sylvanus Palangka Raya pada usia 30-65 tahun.

2.Membuktikan hubungan hipertensi pada Diabetes Melitus tipe 2 di Rumah Sakit Dorys

Sylvanus Palangkaraya pada usia 30-65 tahun.

1.4 Manfaat Penelitian

Bagi Masyarakat

Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi lebih kepada masyarakat

khususnya pada usia tua mengenai hubungan hipertensi pada Diabetes Melitus tipe 2.

Bagi Institusi

Diharapkan hasil penelitian ini bisa menambah pengetahuan, wawasan dan dapat menjadi

informasi tambahan untuk Universitas Palangka Raya dibidang penelitian maupun sebagai

salah satu rujukan pada penelitian-penelitian selanjutnya.

Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan sehingga peneliti bisa memberikan informasi

mengenai pengaruh hipertensi pada Diabetes Melitus tipe 2.

2

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi Diabetes Melitus

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak cukup

dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien menggunakan insulin itu sendiri3.

Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula darah. Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula

darah, adalah efek3 yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam waktu panjang dapat terjadi

kerusakan yang serius pada beberapa sistem tubuh, khususnya pada pembuluh darah jantung

(penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal ginjal),

syaraf (dapat terjadi stroke) (WHO, 2011).

Diabetes mellitus tipe II disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar

insulin dapat normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme

glukosa tidak ada /kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi

hiperglikemia3.

2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi diabetes mellitus dan penggolongan glukosa menurut Riyadi (2007:70) yaitu :

a. Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau DM Tipe 1

Defisiensi insulin karean kerusakn sel-sel langerhans yang berhubungan dengan tipe HLA

(Human Leucocyte Antigen) spesifik, predisposisi pada insulin fenomena autonium

(cenderung ketosis dan terjadi pada semua usia muda). Kelainan ini terjadi karena

kerusakan system imunitas (kekebalan tubuh) yang kemudian merusak pulau langerhans di

pancreas. Kelainan berdampak pada penurunan fungsi insulin.

b. Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau DM Tipe 2

Diabetes resisten, lebih sering pada dewasa, tapi dapat terjadi pada semua umur.

Kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada kecenderungan familiar, mungkin perlu

insulin pada saat hiperglikemik selama stress.

c. Diabetes Melitus tipe lain

3

DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu hiperglikemik terjadi karena

penyakit lain : penyakit pancreas, hormonal, alat/bahan kimia, endrokrinopati, kelainan

reseptor insulin, sindro genetic tertentu.

d. Impaired Glukosa Tolerance (gangguan toleransi glukosa)

Kadar glukosa antara normal dan diabetes, dapat menjadi normal atau tetap tidak berubah.

e. Gestasional Diabetes Melitus (GDM)

Merupakan intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan. Dalam kehamilan terjadi

perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemanasan makanan

bagi janin serta persiapan menyusui. Menjelang aterm, kebutuhan insulin meningkat

sehingga mencapai 3 kali lipat dari keadaan normal. Bila seseorang ibu tidak mampu

meningkatkan produksi insulin sehingga relative hipoinsulin maka mengakibatkan

hiperglikemi. Resisten insulin juga disebabkan oleh adanya hormone estrogen,

progesterone, prolaktin, dan plasenta laktogen. Hormon tersebut mempengaruhi reseptor

insulin pada sel sehingga mengurangi aktivitas insulin4.

2.3 Manifestasi Klinis

Insulin merupakan hormon yang penting untuk kehidupan. Hormon ini mempengaruhi baik

metabolisme karbohidrat maupun protein dan lemak. Pada diabetes tipe II ini, pankreas masih

mempunyai beberapa fungsi sel yang menyebabkan kadar insulin bervariasi yang tidak cukup

untuk memelihara homeostasis glukosa. Pasien dengan diabetes tipe II ini seringkali gemuk dan

sering dihubungkan dengan organ target yang membatasi respon insulin endogen dan eksogen.

Pada beberapa kasus, resistensi insulin disebabkan oleh penurunan jumlah reseptor insulin

(Mycek, 2001)7.

Resistensi insulin ditandai dengan peningkatan lipolisis dan produksi asam lemak bebas,

peningkatan produksi glukosa hepatik dan penurunan pengambilan glukosa pada otot skelet.

Disfungsi sel β mengakibatkan gangguan pada pengontrolan glukosa darah7.

2.4 Faktor Resiko yang Dapat Diubah

Beberapa faktor yang diketahui dapat mempengaruhi DM tipe II (Smeltzer & Bare, 2002)

antara lain:

4

a. Kelainan genetik

Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes, karena gen

yang mengakibatkan tubuh tak dapat menghasilkan insulin dengan baik.

b. Usia

Umumnya penderita DM tipe II mengalami perubahan fisiologi yang secara drastis, DM

tipe II sering muncul setelah usia 30 tahun ke atas dan pada mereka yang berat badannya

berlebihan sehingga cadangan gula darah yang disimpan didalam tubuh sangat berlebihan

sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin.

c. Gaya hidup stress

Stres kronis cenderung membuat seseorang makan makanan yang manis-manis untuk

meningkatkan kadar lemak seretonin otak. Seretonin ini mempunyai efek penenang sementara

untuk meredakan stresnya. Tetapi gula dan lemak berbahaya bagj mereka yang beresiko

mengidap penyakit DM tipe II.

d. Pola makan yang salah

Pada penderita DM tipe II terjadi obesitas (gemuk berlebihan) yang dapat mengakibatkan

gangguan kerja insulin (resistensi insulin).

Obesitas bukan karena makanan yang manis atau kaya lemak, tetapi lebih disebabkan

jumlah konsumsi yang terlalu banyak, sehingga cadangan gula darah yang disimpan didalam

tubuh sangat berlebihan. Sekitar 80% pasien DM tipe II adalah mereka yang tergolong

gemuk5.

2.5 Etiologi

Menurut Smeltzer & Bare (2002) DM tipe II disebabkan kegagalan relatif sel β dan resisten

insulin. Resisten insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan

glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glikosa oleh hati. Sel β tidak

mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defensiensi relatif insulin.

Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa,

maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel β

pancreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa5.

5

2.6 Epidemiologi

Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 orang diseluruh dunia

menderita Diabetes Melitus, atau sekitar 2.8% dari total populasi, insidennya terus meningkat

dengan cepat dan diperkirakan tahun 2030 angka ini menjadi 366 juta jiwa atau sekitar 4.4% dari

populasi dunia, DM terdapat diseluruh dunia, 90% adalah jenis Diabetes Melitus tipe 2 terjadi di

negara berkembang, peningkatan prevalensi terbesar adalah di Asia dan di Afrika , ini akibat tren

urbanisasi dan perubahan gaya hidup seperti pola makan yang tidak sehat, di Indonesia sendiri,

berdasarkan hasil Riskesdas (2007) dari 24417 responden berusia > 15 tahun , 10,2% mengalami

toleransi glukosa terganggu (kadar glukosa 140-200 mgdl setelah puasa selama 4 jam diberikan

beban glukosa sebanyak 75 gram). DM lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding dengan

pria, lebih sering pada golongan tingkat pendidikan dan status sosial yang rendah, daerah dengan

angka penderita DM yang tertinggi adalah Kalimantan Barat dan Maluku Utara, yaitu 11.1%

sedangkan kelompok usia terbanyak DM adalah 55-64 tahun yaitu 13.5%, beberapa hal yang

dihubungkan dengan faktor resiko DM adalah Obesitas, hipertensi, kurangnya aktivitas fisik dan

rendahnya komsumsi sayur dan buah (Riskesdas, 2007).

Prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun

diperkotaan 5,7%, prevalensi kurang makan buah dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi

kurang aktifitas fisik pada penduduk >10 tahun sebesar 48,2% disebutkan pula bahwa prevalensi

merokok setiap hari pada penduduk >10 tahun sebesar 23,7% (Depkes, 2008).

Hasil penelitian epidemiologi yang dilakukan pada tahun 1993 di Jakarta daerah urban

membuktikan adanya peningkatan prevalensi DM dari 1.7% pada tahun 1982 menjadi 5.7%

kemudian tahun 2001 di Depok dan didaerah Jakarta Selatan menjadi 12.8%, demikian juga di

Ujung Pandang daerah urban meningkat dari 1.5% pada tahun 1981 menjadi 3,5% pada

tahun1998, kemudian pada akhir 2005 menjadi 12.5%, di daerah rural yang dilakukan oleh

Arifin di Jawa Barat 1,1% didaerah terpencil, di tanah Toraja didapatkan prevalensi DM hanya

0,8% dapat dijelaskan perbedaan prevalensi daerah urban dan rural (Soegondo dkk, 2009)6.

2.7 Diagnosis

Diagnosis klinis diabetes melitus umumnya akan diperkirakan bila ada keluhan khas gejala

hiperglikemia berupa poliuria, polidipsia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan

sebabnya (Scobie, 2007; Soegondo dkk, 2004). Jika keluhan khas ada maka sebaiknya dilakukan

6

pemeriksaan glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 11, 1 mmol/l (200 mg/dl) dan

pemeriksaan kadar glukosa darah puasa (tidak adanya asupan kalori yang masuk selama minimal

8 jam) ≥ 7,0 mmol/l (126 mg/dl) (Holt and Kumar, 2010; Scobie, 2007; Soegondo dkk, 2004).

Diperlukan pemeriksaan kembali kadar glukosa darah melalui hasil tes toleransi glukosa oral.

Diberikan 75 gram glukosa yang dilarutkan dalam 250-350 ml air, setelah 2 jam baru diukur

kadar glukosa darahnya (Holt and Kumar, 2010). Bila didapatkan kadar glukosa darah setelah 2

jam pemberian larutan glukosa ≥ 11,1 mmol/l (200 mg/dl), maka dapat dikatakan seseorang

menderita diabetes melitus (Holt and Kumar, 2010; Scobie, 2007; Soegondo dkk, 2004)7.

Tabel Kriteria penegakan diagnosis

Glukosa Plasma Puasa Glukosa Plasma

2 Jam setelah makan

Normal <100 mg/dL <140 mg/dL

Pra-diabetes 100 – 125 mg/dL -

IFT atau IGT - 140 – 199 mg/dL

Diabetes ≥126 mg/dL >200 mg/dL

Keterangan :

IFT = Impaired Fasting Glucose (IFG)

IGT = Impaired Glucose Tolerance

(sumber : Depkes RI, 2005)

Untuk kelompok tanpa keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah abnormal tinggi

(hiperglikemia) satu kali saja tidak cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM. Diperlukan

konfirmasi atau pemastian lebih lanjut dengan mendapatkan paling tidak satu kali lagi kadar gula

darah sewaktu yang abnormal tinggi (>200 mg/dL) pada hari lain, kadar glukosa darah puasa

7

yang abnormal tinggi (>126 mg/dL), atau dari hasil uji toleransi glukosa oral didapatkan kadar

glukosa darah paska pembebanan >200 mg/dL (Depkes RI, 2005)

Kriteria diagnosis Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association didasarkan atas

pemeriksaan kadar glukosa plasma baik pada keadaan puasa (Fasting Plasma Glucose/FPG)

atau setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Puasa adalah keadaan tanpa asupan

makanan/kalori selama minimal 8 jam (Depkes RI, 2005)7.

2.8 Komplikasi Kronik Diabetes Melitus

Komplikasi kronik dari diabetes mellitus dapat menyerang semua sistem organ tubuh.

Kategori komplikasi kronik diabetes yang lazim digunakan adalah penyakit makrovaskuler,

mikrovaskuler, dan neurologis7.

1. Komplikasi Makrovaskuler

3 jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada penderita diabetes adalah

penyakit jantung koroner (Coronary Heart Disease = CAD), penyakit pembuluh darah otak, dan

penyakit pembuluh darah perifer (Peripheral Vascular Disease = PVD). Walaupun komplikasi

makrovaskular dapat juga terjadi pada DM tipe 1, namun yang lebih sering merasakan

komplikasi makrovaskular ini adalah penderita DM tipe 2 yang umumnya menderita hipertensi,

dislipidemia dan atau kegemukan. Kombinasi dari penyakit-penyakit komplikasi makrovaskular

dikenal dengan berbagai nama, antara lain Syndrome X, Cardiac Dysmetabolic Syndrome,

Hyperinsulinemic Syndrome, atau Insulin Resistance Syndrome. Karena penyakit-penyakit

jantung sangat besar risikonya pada penderita diabetes, maka pencegahan komplikasi terhadap

jantung harus dilakukan sangat penting dilakukan, termasuk pengendalian tekanan darah, kadar

kolesterol dan lipid darah. Penderita diabetes sebaiknya selalu menjaga tekanan darahnya tidak

lebih dari 130/80 mm Hg. Untuk itu penderita harus dengan sadar mengatur gaya hidupnya,

termasuk mengupayakan berat badan ideal, diet dengan gizi seimbang, berolah raga secara

teratur, tidak merokok, mengurangi stress dan lain sebagainya (Depkes RI, 2005)7.

2. Komplikasi Mikrovaskuler

Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita diabetes tipe 1. Hiperglikemia

yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi (termasuk HbA1c) menyebabkan

8

dinding pembuluh darah menjadi makin lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada

pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal inilah yang mendorong timbulnya komplikasi-komplikasi

mikrovaskuler, antara lain retinopati, nefropati, dan neuropati. Disamping karena kondisi

hiperglikemia, ketiga komplikasi ini juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Oleh sebab itu dapat

terjadi dua orang yang memiliki kondisi hiperglikemia yang sama, berbeda risiko komplikasi

mikrovaskularnya. Namun demikian prediktor terkuat untuk perkembangan komplikasi

mikrovaskular tetap lama (durasi) dan tingkat keparahan diabetes (Depkes RI, 2005)7.

Satu-satunya cara yang signifikan untuk mencegah atau memperlambat jalan perkembangan

komplikasi mikrovaskular adalah dengan pengendalian kadar gula darah yang ketat.

Pengendalian intensif dengan menggunakan suntikan insulin multi-dosis atau dengan pompa

insulin yang disertai dengan monitoring kadar gula darah mandiri dapat menurunkan risiko

timbulnya komplikasi mikrovaskular sampai 60% (Depkes RI, 2005)7.

2.9 Hipertensi

2.9.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik

lebih dari 90 mmHg (Wilson LM, 1995). Tekanan darah diukur dengan spygmomanometer yang

telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien

beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang paling sedikit selama lima

menit sampai tiga puluh menit setelah merokok atau minum kopi. Hipertensi yang tidak

diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih

istilah hipertensi primer untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena

sebab-sebab yang diketahui8.

2.9.2 Etiologi

Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti. Hipertensi primer

tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang

saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti

kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun

penyebab paling umum pada penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati.

9

Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat

dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi

antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat

dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi (Yogiantoro M, 2006)8.

2.9.3 Klasifikasi

Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pada pengukuran rata-rata dua kali atau lebih

pengukuran pada dua kali atau lebih kunjungan8.

Klasifikasi tekanan darah Tekanan darah sistolik

(mmHg)

Tekanan darah diastolic

(mmHg)

Normal

Prehipertensi

Hipertensi tahap I

Hipertensi tahap II

>120

120-139

140-139

>160

<80

80-89

90-99

>100

Sumber : WHO Regional 2005

2.9.4 Patofisiologi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin

I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam

mengatur tekanan darah. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah

menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi

angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan

darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik

(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal

untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin

yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi

osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan

cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada

akhirnya akan meningkatkan tekanan darah8.

10

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron

merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume

cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara

mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan

cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume

dan tekanan darah. Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat

komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi jaringan yang

adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume sirkulasi darah, kaliber vaskuler,

viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah dan stimulasi neural. Patogenesis

hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam

dalam diet, tingkat stress dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi. Perjalanan

penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang kadangkadang muncul menjadi

hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik yang lama, hipertensi persisten

berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan

arteri kecil, jantung, ginjal, retina dan susunan saraf pusat8.

Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun (dengan

meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun

(dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan

akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun(Menurut Sharma S et al,

2008 dalam Anggreini AD et al, 2009)8.

2.9.5. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:

1. Target tekanan darah yatiu <140/90 mmHg dan untuk individu berisiko tinggi seperti diabetes

melitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah <130/80 mmHg.

2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.

3. Menghambat laju penyakit ginjal.

11

BAB III

Landasan Teori dan Hipotesis

3.1 Landasan Teori

Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyait metabolik yang prevalensinya meningkat dari

tahun ketahun. Diabetes mellitus tipe II ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja

dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin

untuk metabolisme glukosa tidak ada /kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi

sehingga terjadi hiperglikemia. Penderita diabetes dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko yaitu,

faktor genetik, usia, gaya hidup, dan pola makan.

Komplikasi kronik dari diabetes mellitus dapat menyerang semua sistem organ tubuh.

Kategori komplikasi kronik diabetes yang lazim digunakan adalah penyakit makrovaskuler,

mikrovaskuler, dan neurologis. Komplikasi makrovaskular ini adalah penderita DM tipe 2 yang

umumnya menderita hipertensi, dislipidemia dan atau kegemukan. Penderita diabetes sebaiknya

selalu menjaga tekanan darahnya tidak lebih dari 130/80 mm Hg. Untuk itu penderita harus

dengan sadar mengatur gaya hidupnya, termasuk mengupayakan berat badan ideal, diet dengan

gizi seimbang, berolah raga secara teratur, tidak merokok, mengurangi stress dan lain

sebagainya.

12

3.2 Kerangka Teori

Keterangan : Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

13

Hipertensi Dislipidemia Resistensi Insulin

Diabetes Melitus tipe 2

Lain-lain

Komplikasi Makrovaskular

3.3 Kerangka Konsep

3.4 Hipotesis

Penderita penyakit Diabetes Melitus tipe 2 dapat mengalami hipertensi.

14

Diabetes Melitus Tipe 2

Faktor Resiko

Faktor genetik Usia Gaya Hidup Pola makan

Komplikasi Kronik

Kompilkasi Makrovaskuler

Kompilaksi Mikrovaskuler

Neurologis

Hipertensi Resistensi Insulin Lain-lainDislipidemia

Tekanan darah 140/90

Faktor :

Obesitas Stress Nutrisi

BAB IV

Metode Penelitian

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

observasional anlitik. Dengan menggunakan metode penelitian Cross-Sectiona l karena metode

ini relative lebih mudah, murah, dan hasilnya cepat diperoleh. Selain itu. Jarang terancam drop

out dan bagus untuk mengetahui prevalensi suatu penyakit.

4.2 Variabel

a. Variabel terikat : Hipertensi

b. Variabel bebas : Diabetes Melitus tipe 2

4.3 Populasi

a. Populasi Target

Populasi target pada penelitian ini adalah penderita Diabetes Melitus tipe 2 usia 30-65 tahun di

Palangkaraya.

b. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah penderita Diabetes Melitus tipe 2 usia 30-65 tahun

di Rumah Sakit Dorys Sylvanus Palangka Raya.

4.4 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah usia 30-65 tahun yang mengalami kejadian Diabetes mellitus

tipe 2 di Rumah Sakit Dorys Sylvanus Palangka Raya.

a. Inklusi

Penderita Diabetes Melitus tipe 2 Usia 30-65 tahun

b. Eksklusi

Penderita Diabetes mellitus tipe 2 yang tidak memenuhi kriteria umur, dan tidak mau bekerja

sama.

15

4.5 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus:

n1 = (Z1 α) 2 p . q _

L2

  = ( 1,96 ) 2 . 0, 5. 0, 5 = 96,04 = 97

(0,1)²

n2 = ___n1__

1+ (n1/N)

  = ____ 97____ = 53,88 = 54

1+ (97/ 120)

n3 = n2 + 10% = 54 + 5,4 = 59,4 = 60

Ditambah 10% dari n2 sebagai cadangan apabila ada sampel yang drop out. n3 54 + 5,4 = 60

sampel.

Keterangan :

n : besar sampel

N : penderita usia 30-65 Tahun = 120 orang

Z : kurva normal yang nilai tergantung pada α. Bila α : 5 % maka nilai Z = 1,96

p : Hasil survei pendahuluan 50 % = 0,5

q : 1 – p = 1 – 0.5 = 0,5

L : penyimpangan yang masih ditoleransi, dalam penelitian ini L = 10 % = 0,1

dari perhitungan tersebut diperoleh sampel sebesar 64 responden.

16

4.6 Teknik Sampling

Dalam penelitian ini sampel diambil dengan teknik simple random sampling . Pengambilan

sampel ini diambil secara acak berdasarkan kemungkinan frekuensi yang dipilih dengan cara

sebagai berikut :

1. Mengumpulkan jumlah umur 30-65 tahun penderita Diabetes Melitus tipe 2.

2. Diadakan pemilihan maupun pengujian untuk menentukan yang mana yang akan dijadikan

objek penelitian

4.7 Alat dan Bahan

1. Kuesioner

2. SPSS 20

3. Catatan klinis

4.8 Prosedur Pengambilan Data

1. Meminta ijin kepada Pemimpin maupun yang mewakili di Rumah Sakit Dorys Sylvanus

Palangka Raya.

2. Mencari pasien penderita Diabetes Melitus tipe 2.

3. Mengolah data dengan software SPSS 20

4.9 Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil kuesioner yang diberikan kepada penderita untuk diisi. Dalam

pengisian kuesioner, peneliti akan selalu mendampingi agar tidak terjadi kesalahan maupun

kekeliruan dalam pengisian kuesioner oleh responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari catatan medis Rumah Sakit Dorys Sylvanus Palangka Raya

mengenai pasien penyakit Diabetes Melitus tipe 2.

17

4.10 Defisi Operasional

a. Hipertensi

Definisi : Dimana tekanan darah tinggi yaitu 140/90 mmHg atau lebih.

Alat Ukur : Kuesioner

Cara Ukur : Wawancara

Hasil Ukur : Ya : ketika diperiksa tekanan darah nya mencapai 140/90 mmHg atau lebih

Tidak : Tekanan darah normal

Skala Ukur : Nominal

b. Penyakit Diabetes Melitus tipe 2

Definisi : Penyakit dimana ketika pankreas tidak cukup dalam memproduksi insulin atau

ketika tubuh tidak efisien menggunakan insulin itu sendiri.

Alat ukur : Data klinik

Cara ukur : Wawancara

Hasil Ukur : Ya = Mempunyai penyakit Diabetes Melltus tipe 2

Tidak = Tidak mempunyai penyakit Diabetes Mellitus tipe 2

Skala ukur : Nominal

4.11 Pengolahan Data

a. Editing

Dilakukan pengecekan ulang terhadap hasil kuesioner yang telah di isi untuk memeriksa

apakah ada ketidaksesuaian dalam pengisian kuesioner oleh responden. Editing dilakukan

langsung ketika hasil kuesioner ada ditangan peneliti.

b. Koding

Setiap jawaban dari korenspnden diberi kode untuk mempermudah proses analisis data.

Hipertensi :

1= Ya

2= Tidak

18

Menderita diabetes melitus tipe 2:

1= Ya

2= Tidak

c. Entry

Data yang telah diperoleh dimasukkan kedalam lembar kerja di komputer dengan

menggunakan program SPSS untuk dianalisis.

d. Cleaning

Dilakukan analisis data awal dengan mulai menggolongkan, mengurutkan dan

menyederhanakan data sehingga mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan.

4.12 Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan akan di analisis dengan menggunakan program SPSS. Analisis

data akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu:

1. Analisis Univarat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi setiap variable

baik independen atau dependen.

2. Analisi Bivariat (crosstab)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui kemaknaan hubungan antara variable bebas dan

variable terikat. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Chi Square (x2).

4.13 Etik Penelitian

1. Informed consent

Sebelum melakukan penelitian calon subyek akan diberikan selebaran yang menjelaskan tata

cara proses penelitian. Baik dari hal yang akan akan di teliti, keuntungan penelitian dan

kerugian dari penelitian yang akan dilakukan. Jika calon subyek menyetujui maka dapat

langsung menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian.

2. Anonimity (Tanpa nama)

19

Nama subyek tidak dicantumkan dalam lembar pengisian. Cukup dengan menulis kode

subyek yang telah dibuat oleh peneliti agar kerahasiaan tetap terjaga.

3. Confidentiality

Informasi yang telah dikumpulkan dari koresponden dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

4.14 Waktu dan Tempat Penelitian

a. Penelitian mengenai hubungan hipertensi pada Diabetes Melitus tipe 2 pada usia 30-65

tahun akan dilaksanakan bulan November 2014.

b. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Dorys Sylvanus Palangka Raya

4.15 Perincian Anggaran

Tabel 1. Rincian Anggaran untuk Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian

No. Waktu Kegiatan Biaya

1.

2.

3.

September 2014

November 2014

Desember 2014

Pembuatan Proposal

Pengumpulan data

subjek

Menyerahkan informed

consent kepada subjek

Fotocopy Rp 20.000,-

Kertas Rp 45.000,-

Tinta Rp 30.000,-

Penjilidan Rp 10.000,-

Total Rp 105.000,-

Transport Rp 200.000,-

Fotocopy Rp 50.000,-

Honorarium Rp 1.000.000,-

ATK Rp 100.000,-

Total Rp 1.350.000,-

20

4. Januari 2015

untuk meminta ijin

menggunakan data

subjek.

Melakukan wawancara

dan pengisian kuesioner

Pengolahan Data

Pembuatan Laporan

Penelitian

ATK Rp 25.000,-

Konsumsi Rp 100.000,-

Total Rp 125.000,-

ATK Rp 30.000,-

Total Rp 30.000,-

5. Dana Tak Terduga Rp 300.000,-

TOTAL KESELURUHAN Rp 1.910.000,-

21

DAFTAR PUSTAKA

1. Chapter 1. Diunduh dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41538/5/Chapter%20I.pdf Diakses Selasa, 17 November 2014.

2. L.Arifin Augusta. Panduan Terapi Diabetes Melitus Tipe 2. Sumber dari http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/03/panduan_terapi_diabetes_mellitus.pdf . Diakses 21 November 2014

3. 2BL01043. Diunduh dari : http://e-journal.uajy.ac.id/377/3/2BL01043.pdf . Diakses pada senin, 24 November 2014.

4. bab2. Diunduh dari : http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/207312012/bab2.pdf . Diakses Senin, 24 november 2014.

5. jtptunimus-gdl-danupanggi-5294-3-bab2. Diunduh dari : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-danupanggi-5294-3-bab2.pdf . Diakses Kamis, 27 November 2014.

6. Chapter II USU : Diunduh dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33760/4/Chapter%20II.pdf . Diakses Kamis, 27 November 2014.

7. Chapter II : Diunduh dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38067/3/Chapter%20II.pdf . Diakses Selasa, 17 November 2014

8. Chapter II : Diunduh dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26067/4/Chapter%20II.pdf . Diakses, Kamis, 27 November 2014

9. Misnadiarly. Diabetes Melitus-Mengenali Gejala, Menanggulangi, Mencegah Komplikasi. Edisi 1. Jakarta : Pustaka Populer Obor, 2006. Hal 122-129

10. Kurniawan I. Diabetes Melitus Tipe 2 pada Usia Lanjut. Sumber dari

http://indonesia.digitaljournals.org Diakses tanggal 24 November 2014.

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS PALANGKARAYA

22

Jalan Hendrik Timang Komplek UNPAR

KAJIAN ETIK

USULAN RISET MAHASISWA MODUL RISET

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS PALANGKARAYA

Nama Pengkaji : ________________________________________________________

Judul Usulan Riset : HUBUNGAN HIPERTENSI PADA DIABETES MELITUS TIPE 2

PADA USIA 30-65 TAHUN di Rumah Sakit Dorys Sylvanus

Palangka Raya

1. Apakah alasan/motivasi untuk melakukan penelitian ditulis dengan jelas?

Ya / Tidak

2. Apakah tujuan untuk melakukan penelitian ditulis dengan jelas?

Ya/ Tidak

3. Apakah manfaat dari hasil penelitian ditulis dengan jelas?

Ya/ Tidak

4. Adakah masalah etik yang mungkin akan dihadapi?

Ada / Tidak

5. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, apakah penelitian di laboratorium

dan/atau percobaan pada hewan harus dilakukan terlebih dahulu?

Ya / Tidak

6. Bila penelitian iini menggunakan subyek manusia, adakah bahaya potensial yang

langsung atau tidak langsung, segera atau kemudian dan cara-cara untuk mencegah

atau mengatasi kejadian (termasuk rasa nyeri dan keluhan lain)?

Ada / Tidak ada

7. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, adakah dilampirkan contoh surat

persetujuan penderita dan rincian informasi yang kan diberikan kepada subyek

penelitian?

Ada / Tidak

8. Apakah tim peneliti sudah menjelaskan mengenai penjagaan kerahasiaan data subyek

dalam informasi yang diberiakan untuk calon subyek penelitiannya?

23

Sudah / Belum.

Penelitian ini disetujui / tidak disetujui untuk dilaksanakan dengan/tanpa perbaikan.

Palangkaraya, September 2014

Tanda tangan Pengkaji Etik

------------------------------------

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

24

UNIVERSITAS PALANGKARAYA

Jalan Hendrik Timang Komplek UNPAR

Palangkaraya, 24 September 2014

Lampiran : -

Perihal : Permohonan Izin Pemakaian Data Hasil Pemeriksaan Pasien

K e p a d a

Yth.

Kepala Rumah Sakit Doris Sylvanus

Di Palangkaraya

Sehubungan dengan dilaksanakannya Riset Observasi tentang Hubungan Hipertensi pada

Diabetes Mellitus tipe 2 pada Usia 30-65 Tahun di RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya,

maka kami mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Palangkaraya sangat

membutuhkan data Rekam Medik, berupa data hasil pemeriksaan pasien penderita Diabetes

Mellitus tipe 2 berusia 30-65 di RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya.

Bersama surat ini kami memohon ijin kepada Kepala Rumah Sakit Doris Sylvanus

Palangkaraya agar kiranya dapat memberikan ijin untuk pemakaian data hasil pemeriksaan

pasien penderita Diabetes Mellitus tipe 2 berusia 30-65 di RSUD Doris Sylvanus

Palangkaraya agar penelitian ini dapat memberikan hasil untuk kita semua.

Atas perhatian dan ijin yang diberikan, kami ucapkan terima kasih banyak.

Mengetahui dan Menyetujui

PEMBIMBING PENANGGUNG JAWAB

25

MODUL RISET, MODUL RISET,

dr. Septi Handayani, M.Si drg. Helena Jelita, M.M.,MDSc., Sp. Perio

NIP. 198109202008122003 NIP. 197907062008012011

DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PALANGKARAYA

Dr. dr. Triawanti, M.Kes

NIP. 197109121997022001

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

26

UNIVERSITAS PALANGKARAYA

Jalan Hendrik Timang Komplek UNPAR

Palangkaraya, 24 September 2014

Nomor : -

Perihal : Permohonan izin menggunakan data hasil pemeriksaan kesehatan

Sehubungan dengan dilaksanakannya Riset Observasi tentang Hubungan Hipertensi pada

Diabetes Mellitus tipe 2 pada Usia 30-65 Tahun di RSUD Doris Sylvanus Palangkaraya, maka

kami mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Palangkaraya memohon

persetujuan untuk menggunakan data hasil pemeriksaaan kesehatan pasien penderita Diabetes

Mellitus tipe 2 berusia 30-65 yang menderita obesitas di RSUD Doris Sylvanus Palangkaraya.

Yang bertanda tangan di bawah ini, PIHAK PERTAMA :

Nama :

Alamat :

Usia :

Jenis kelamin :

Dengan ini mengijinkan PIHAK KEDUA yaitu tim peneliti dari Program Studi

Pendidikan Dokter Universitas Palangka Raya untuk menggunakan data hasil pemeriksaan

kesehatan PIHAK PERTAMA sebagai bahan data penelitian.

Atas kerjasama dan perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Palangkaraya, September 2014

27

----------------------------------

KUESIONER

HUBUNGAN HIPERTENSI PADA DIABETES MELLITUS TIPE 2

28

PADA USIA 30-65 TAHUN

DI RUMAH SAKIT DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

TAHUN 2014

Nomor responden :

Usia responden :

Pekerjaan :

1. Apakah anda merasa sering pusing?

A. Ya B. Tidak

2. Apakah anda pernah mengalami pendarahan dari hidung?

A. Ya B. Tidak

3. Apakah anda merasa kelelahan?

A. Ya B. Tidak

4. Apakah ketika anda sakit sering mengonsumsi vitamin D?

A. Ya B. Tidak

5. Apakah anda sering merasa stress?

A. Ya B. Tidak

6. Apakah hasil tensi anda, tekanan darahnya tinggi?

A. Ya B. Tidak

Wawancara :

Terimaksih Atas Partisipasi Anda

29

30