Proposal Riset.docx
-
Upload
irfan-ramadhannoor -
Category
Documents
-
view
10 -
download
3
Transcript of Proposal Riset.docx
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Diabetes Melitus merupakan sebuah penyakit yang tidak ditularkan, namun sering dijumpai
pada masyarakat di seluruh dunia. Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya1.
Menurut data di WHO 347 juta orang didunia mengidap diabetes. Bahkan pada tahun 2012,
sekitar 1,5 juta kematian secara langsung disebabkan oleh diabetes. WHO memproyeksikan
bahwa diabetes akan menjadi 7 penyebab utama kematian pada tahun 2030. Bahkan di Indonesia
laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan
(RISKESDAS) tahun 2013 menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi pada penderita diabetes
mellitus yang diperoleh berdasarkan wawancara yaitu 1,1 % pada tahun 2007 menjadi 1,5 %
pada tahun 2013 sedangkan prevalensi diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter atau gejala
pada tahun 2013 sebesar 2,1%1.
Dengan data-data yang telah ada bahwa Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyait
metabolik yang prevalensinya meningkat dari tahun ketahun. Oleh karena itu dengan
pengelolaan yang baik, angka morbiditas dan mortalitas dapat diturunkan. Dalam pengelolaan
Diabetes Melitus tipe 2, diperlukan juga usaha mengkoreksi faktor-faktor resiko penyakit
kardiovaskular yang sering menyertai DM tipe 2, seperti hipertensi, dislipidemia, resistensi
insulin, dan lain-lain2.
Berdasarkan latar belakang diatas Peneliti tertarik untuk meneliti salah satu faktor resiko
penyakit kardiovaskular yaitu hubungan hipertensi pada Diabetes Melitus tipe 2 di Rumah Sakit
Dorys Sylvanus pada usia 30-65 tahun.
Dengan harapan hasil penelitian ini nantinya bisa sebagai informasi maupun pandangan lebih
lanjut bagi warga yang mengidap Diabetes Melitus tipe 2 di Rumah Sakit Dorys Sylvanus pada
usia 30-65 tahun.
1
1.2 Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian
sebagai berikut.
a.Berapakah prevalensi penderita Diabetes Melitus tipe 2 pada usia 30-65 tahun di Rumah Sakit
Dorys Sylvanus Palangka Raya pada tahun 2014?
b.Bagaimana hubungan Hipertensi pada Diabetes Melitus tipe 2?
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk membuktikan adanya hubungan hipertensi pada Diabetes Melitus tipe 2.
b. Tujuan Khusus
1. Mengatahui prevalensi hipertensi pada Diabetes Melitus tipe 2 di Rumah Sakit Dorys
Sylvanus Palangka Raya pada usia 30-65 tahun.
2.Membuktikan hubungan hipertensi pada Diabetes Melitus tipe 2 di Rumah Sakit Dorys
Sylvanus Palangkaraya pada usia 30-65 tahun.
1.4 Manfaat Penelitian
Bagi Masyarakat
Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi lebih kepada masyarakat
khususnya pada usia tua mengenai hubungan hipertensi pada Diabetes Melitus tipe 2.
Bagi Institusi
Diharapkan hasil penelitian ini bisa menambah pengetahuan, wawasan dan dapat menjadi
informasi tambahan untuk Universitas Palangka Raya dibidang penelitian maupun sebagai
salah satu rujukan pada penelitian-penelitian selanjutnya.
Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan sehingga peneliti bisa memberikan informasi
mengenai pengaruh hipertensi pada Diabetes Melitus tipe 2.
2
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi Diabetes Melitus
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak cukup
dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien menggunakan insulin itu sendiri3.
Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula darah. Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula
darah, adalah efek3 yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam waktu panjang dapat terjadi
kerusakan yang serius pada beberapa sistem tubuh, khususnya pada pembuluh darah jantung
(penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal ginjal),
syaraf (dapat terjadi stroke) (WHO, 2011).
Diabetes mellitus tipe II disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar
insulin dapat normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme
glukosa tidak ada /kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi
hiperglikemia3.
2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi diabetes mellitus dan penggolongan glukosa menurut Riyadi (2007:70) yaitu :
a. Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau DM Tipe 1
Defisiensi insulin karean kerusakn sel-sel langerhans yang berhubungan dengan tipe HLA
(Human Leucocyte Antigen) spesifik, predisposisi pada insulin fenomena autonium
(cenderung ketosis dan terjadi pada semua usia muda). Kelainan ini terjadi karena
kerusakan system imunitas (kekebalan tubuh) yang kemudian merusak pulau langerhans di
pancreas. Kelainan berdampak pada penurunan fungsi insulin.
b. Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau DM Tipe 2
Diabetes resisten, lebih sering pada dewasa, tapi dapat terjadi pada semua umur.
Kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada kecenderungan familiar, mungkin perlu
insulin pada saat hiperglikemik selama stress.
c. Diabetes Melitus tipe lain
3
DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu hiperglikemik terjadi karena
penyakit lain : penyakit pancreas, hormonal, alat/bahan kimia, endrokrinopati, kelainan
reseptor insulin, sindro genetic tertentu.
d. Impaired Glukosa Tolerance (gangguan toleransi glukosa)
Kadar glukosa antara normal dan diabetes, dapat menjadi normal atau tetap tidak berubah.
e. Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Merupakan intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan. Dalam kehamilan terjadi
perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemanasan makanan
bagi janin serta persiapan menyusui. Menjelang aterm, kebutuhan insulin meningkat
sehingga mencapai 3 kali lipat dari keadaan normal. Bila seseorang ibu tidak mampu
meningkatkan produksi insulin sehingga relative hipoinsulin maka mengakibatkan
hiperglikemi. Resisten insulin juga disebabkan oleh adanya hormone estrogen,
progesterone, prolaktin, dan plasenta laktogen. Hormon tersebut mempengaruhi reseptor
insulin pada sel sehingga mengurangi aktivitas insulin4.
2.3 Manifestasi Klinis
Insulin merupakan hormon yang penting untuk kehidupan. Hormon ini mempengaruhi baik
metabolisme karbohidrat maupun protein dan lemak. Pada diabetes tipe II ini, pankreas masih
mempunyai beberapa fungsi sel yang menyebabkan kadar insulin bervariasi yang tidak cukup
untuk memelihara homeostasis glukosa. Pasien dengan diabetes tipe II ini seringkali gemuk dan
sering dihubungkan dengan organ target yang membatasi respon insulin endogen dan eksogen.
Pada beberapa kasus, resistensi insulin disebabkan oleh penurunan jumlah reseptor insulin
(Mycek, 2001)7.
Resistensi insulin ditandai dengan peningkatan lipolisis dan produksi asam lemak bebas,
peningkatan produksi glukosa hepatik dan penurunan pengambilan glukosa pada otot skelet.
Disfungsi sel β mengakibatkan gangguan pada pengontrolan glukosa darah7.
2.4 Faktor Resiko yang Dapat Diubah
Beberapa faktor yang diketahui dapat mempengaruhi DM tipe II (Smeltzer & Bare, 2002)
antara lain:
4
a. Kelainan genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes, karena gen
yang mengakibatkan tubuh tak dapat menghasilkan insulin dengan baik.
b. Usia
Umumnya penderita DM tipe II mengalami perubahan fisiologi yang secara drastis, DM
tipe II sering muncul setelah usia 30 tahun ke atas dan pada mereka yang berat badannya
berlebihan sehingga cadangan gula darah yang disimpan didalam tubuh sangat berlebihan
sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin.
c. Gaya hidup stress
Stres kronis cenderung membuat seseorang makan makanan yang manis-manis untuk
meningkatkan kadar lemak seretonin otak. Seretonin ini mempunyai efek penenang sementara
untuk meredakan stresnya. Tetapi gula dan lemak berbahaya bagj mereka yang beresiko
mengidap penyakit DM tipe II.
d. Pola makan yang salah
Pada penderita DM tipe II terjadi obesitas (gemuk berlebihan) yang dapat mengakibatkan
gangguan kerja insulin (resistensi insulin).
Obesitas bukan karena makanan yang manis atau kaya lemak, tetapi lebih disebabkan
jumlah konsumsi yang terlalu banyak, sehingga cadangan gula darah yang disimpan didalam
tubuh sangat berlebihan. Sekitar 80% pasien DM tipe II adalah mereka yang tergolong
gemuk5.
2.5 Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2002) DM tipe II disebabkan kegagalan relatif sel β dan resisten
insulin. Resisten insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan
glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glikosa oleh hati. Sel β tidak
mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defensiensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa,
maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel β
pancreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa5.
5
2.6 Epidemiologi
Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 orang diseluruh dunia
menderita Diabetes Melitus, atau sekitar 2.8% dari total populasi, insidennya terus meningkat
dengan cepat dan diperkirakan tahun 2030 angka ini menjadi 366 juta jiwa atau sekitar 4.4% dari
populasi dunia, DM terdapat diseluruh dunia, 90% adalah jenis Diabetes Melitus tipe 2 terjadi di
negara berkembang, peningkatan prevalensi terbesar adalah di Asia dan di Afrika , ini akibat tren
urbanisasi dan perubahan gaya hidup seperti pola makan yang tidak sehat, di Indonesia sendiri,
berdasarkan hasil Riskesdas (2007) dari 24417 responden berusia > 15 tahun , 10,2% mengalami
toleransi glukosa terganggu (kadar glukosa 140-200 mgdl setelah puasa selama 4 jam diberikan
beban glukosa sebanyak 75 gram). DM lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding dengan
pria, lebih sering pada golongan tingkat pendidikan dan status sosial yang rendah, daerah dengan
angka penderita DM yang tertinggi adalah Kalimantan Barat dan Maluku Utara, yaitu 11.1%
sedangkan kelompok usia terbanyak DM adalah 55-64 tahun yaitu 13.5%, beberapa hal yang
dihubungkan dengan faktor resiko DM adalah Obesitas, hipertensi, kurangnya aktivitas fisik dan
rendahnya komsumsi sayur dan buah (Riskesdas, 2007).
Prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun
diperkotaan 5,7%, prevalensi kurang makan buah dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi
kurang aktifitas fisik pada penduduk >10 tahun sebesar 48,2% disebutkan pula bahwa prevalensi
merokok setiap hari pada penduduk >10 tahun sebesar 23,7% (Depkes, 2008).
Hasil penelitian epidemiologi yang dilakukan pada tahun 1993 di Jakarta daerah urban
membuktikan adanya peningkatan prevalensi DM dari 1.7% pada tahun 1982 menjadi 5.7%
kemudian tahun 2001 di Depok dan didaerah Jakarta Selatan menjadi 12.8%, demikian juga di
Ujung Pandang daerah urban meningkat dari 1.5% pada tahun 1981 menjadi 3,5% pada
tahun1998, kemudian pada akhir 2005 menjadi 12.5%, di daerah rural yang dilakukan oleh
Arifin di Jawa Barat 1,1% didaerah terpencil, di tanah Toraja didapatkan prevalensi DM hanya
0,8% dapat dijelaskan perbedaan prevalensi daerah urban dan rural (Soegondo dkk, 2009)6.
2.7 Diagnosis
Diagnosis klinis diabetes melitus umumnya akan diperkirakan bila ada keluhan khas gejala
hiperglikemia berupa poliuria, polidipsia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya (Scobie, 2007; Soegondo dkk, 2004). Jika keluhan khas ada maka sebaiknya dilakukan
6
pemeriksaan glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 11, 1 mmol/l (200 mg/dl) dan
pemeriksaan kadar glukosa darah puasa (tidak adanya asupan kalori yang masuk selama minimal
8 jam) ≥ 7,0 mmol/l (126 mg/dl) (Holt and Kumar, 2010; Scobie, 2007; Soegondo dkk, 2004).
Diperlukan pemeriksaan kembali kadar glukosa darah melalui hasil tes toleransi glukosa oral.
Diberikan 75 gram glukosa yang dilarutkan dalam 250-350 ml air, setelah 2 jam baru diukur
kadar glukosa darahnya (Holt and Kumar, 2010). Bila didapatkan kadar glukosa darah setelah 2
jam pemberian larutan glukosa ≥ 11,1 mmol/l (200 mg/dl), maka dapat dikatakan seseorang
menderita diabetes melitus (Holt and Kumar, 2010; Scobie, 2007; Soegondo dkk, 2004)7.
Tabel Kriteria penegakan diagnosis
Glukosa Plasma Puasa Glukosa Plasma
2 Jam setelah makan
Normal <100 mg/dL <140 mg/dL
Pra-diabetes 100 – 125 mg/dL -
IFT atau IGT - 140 – 199 mg/dL
Diabetes ≥126 mg/dL >200 mg/dL
Keterangan :
IFT = Impaired Fasting Glucose (IFG)
IGT = Impaired Glucose Tolerance
(sumber : Depkes RI, 2005)
Untuk kelompok tanpa keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah abnormal tinggi
(hiperglikemia) satu kali saja tidak cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM. Diperlukan
konfirmasi atau pemastian lebih lanjut dengan mendapatkan paling tidak satu kali lagi kadar gula
darah sewaktu yang abnormal tinggi (>200 mg/dL) pada hari lain, kadar glukosa darah puasa
7
yang abnormal tinggi (>126 mg/dL), atau dari hasil uji toleransi glukosa oral didapatkan kadar
glukosa darah paska pembebanan >200 mg/dL (Depkes RI, 2005)
Kriteria diagnosis Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association didasarkan atas
pemeriksaan kadar glukosa plasma baik pada keadaan puasa (Fasting Plasma Glucose/FPG)
atau setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Puasa adalah keadaan tanpa asupan
makanan/kalori selama minimal 8 jam (Depkes RI, 2005)7.
2.8 Komplikasi Kronik Diabetes Melitus
Komplikasi kronik dari diabetes mellitus dapat menyerang semua sistem organ tubuh.
Kategori komplikasi kronik diabetes yang lazim digunakan adalah penyakit makrovaskuler,
mikrovaskuler, dan neurologis7.
1. Komplikasi Makrovaskuler
3 jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada penderita diabetes adalah
penyakit jantung koroner (Coronary Heart Disease = CAD), penyakit pembuluh darah otak, dan
penyakit pembuluh darah perifer (Peripheral Vascular Disease = PVD). Walaupun komplikasi
makrovaskular dapat juga terjadi pada DM tipe 1, namun yang lebih sering merasakan
komplikasi makrovaskular ini adalah penderita DM tipe 2 yang umumnya menderita hipertensi,
dislipidemia dan atau kegemukan. Kombinasi dari penyakit-penyakit komplikasi makrovaskular
dikenal dengan berbagai nama, antara lain Syndrome X, Cardiac Dysmetabolic Syndrome,
Hyperinsulinemic Syndrome, atau Insulin Resistance Syndrome. Karena penyakit-penyakit
jantung sangat besar risikonya pada penderita diabetes, maka pencegahan komplikasi terhadap
jantung harus dilakukan sangat penting dilakukan, termasuk pengendalian tekanan darah, kadar
kolesterol dan lipid darah. Penderita diabetes sebaiknya selalu menjaga tekanan darahnya tidak
lebih dari 130/80 mm Hg. Untuk itu penderita harus dengan sadar mengatur gaya hidupnya,
termasuk mengupayakan berat badan ideal, diet dengan gizi seimbang, berolah raga secara
teratur, tidak merokok, mengurangi stress dan lain sebagainya (Depkes RI, 2005)7.
2. Komplikasi Mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita diabetes tipe 1. Hiperglikemia
yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi (termasuk HbA1c) menyebabkan
8
dinding pembuluh darah menjadi makin lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada
pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal inilah yang mendorong timbulnya komplikasi-komplikasi
mikrovaskuler, antara lain retinopati, nefropati, dan neuropati. Disamping karena kondisi
hiperglikemia, ketiga komplikasi ini juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Oleh sebab itu dapat
terjadi dua orang yang memiliki kondisi hiperglikemia yang sama, berbeda risiko komplikasi
mikrovaskularnya. Namun demikian prediktor terkuat untuk perkembangan komplikasi
mikrovaskular tetap lama (durasi) dan tingkat keparahan diabetes (Depkes RI, 2005)7.
Satu-satunya cara yang signifikan untuk mencegah atau memperlambat jalan perkembangan
komplikasi mikrovaskular adalah dengan pengendalian kadar gula darah yang ketat.
Pengendalian intensif dengan menggunakan suntikan insulin multi-dosis atau dengan pompa
insulin yang disertai dengan monitoring kadar gula darah mandiri dapat menurunkan risiko
timbulnya komplikasi mikrovaskular sampai 60% (Depkes RI, 2005)7.
2.9 Hipertensi
2.9.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik
lebih dari 90 mmHg (Wilson LM, 1995). Tekanan darah diukur dengan spygmomanometer yang
telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien
beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang paling sedikit selama lima
menit sampai tiga puluh menit setelah merokok atau minum kopi. Hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih
istilah hipertensi primer untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena
sebab-sebab yang diketahui8.
2.9.2 Etiologi
Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti. Hipertensi primer
tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang
saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti
kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun
penyebab paling umum pada penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati.
9
Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat
dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi
antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat
dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi (Yogiantoro M, 2006)8.
2.9.3 Klasifikasi
Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pada pengukuran rata-rata dua kali atau lebih
pengukuran pada dua kali atau lebih kunjungan8.
Klasifikasi tekanan darah Tekanan darah sistolik
(mmHg)
Tekanan darah diastolic
(mmHg)
Normal
Prehipertensi
Hipertensi tahap I
Hipertensi tahap II
>120
120-139
140-139
>160
<80
80-89
90-99
>100
Sumber : WHO Regional 2005
2.9.4 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin
I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam
mengatur tekanan darah. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan
darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik
(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin
yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan
cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada
akhirnya akan meningkatkan tekanan darah8.
10
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume
cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan
cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume
dan tekanan darah. Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat
komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi jaringan yang
adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume sirkulasi darah, kaliber vaskuler,
viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah dan stimulasi neural. Patogenesis
hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam
dalam diet, tingkat stress dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi. Perjalanan
penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang kadangkadang muncul menjadi
hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik yang lama, hipertensi persisten
berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan
arteri kecil, jantung, ginjal, retina dan susunan saraf pusat8.
Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun (dengan
meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun
(dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan
akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun(Menurut Sharma S et al,
2008 dalam Anggreini AD et al, 2009)8.
2.9.5. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
1. Target tekanan darah yatiu <140/90 mmHg dan untuk individu berisiko tinggi seperti diabetes
melitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah <130/80 mmHg.
2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.
3. Menghambat laju penyakit ginjal.
11
BAB III
Landasan Teori dan Hipotesis
3.1 Landasan Teori
Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyait metabolik yang prevalensinya meningkat dari
tahun ketahun. Diabetes mellitus tipe II ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja
dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin
untuk metabolisme glukosa tidak ada /kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi
sehingga terjadi hiperglikemia. Penderita diabetes dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko yaitu,
faktor genetik, usia, gaya hidup, dan pola makan.
Komplikasi kronik dari diabetes mellitus dapat menyerang semua sistem organ tubuh.
Kategori komplikasi kronik diabetes yang lazim digunakan adalah penyakit makrovaskuler,
mikrovaskuler, dan neurologis. Komplikasi makrovaskular ini adalah penderita DM tipe 2 yang
umumnya menderita hipertensi, dislipidemia dan atau kegemukan. Penderita diabetes sebaiknya
selalu menjaga tekanan darahnya tidak lebih dari 130/80 mm Hg. Untuk itu penderita harus
dengan sadar mengatur gaya hidupnya, termasuk mengupayakan berat badan ideal, diet dengan
gizi seimbang, berolah raga secara teratur, tidak merokok, mengurangi stress dan lain
sebagainya.
12
3.2 Kerangka Teori
Keterangan : Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
13
Hipertensi Dislipidemia Resistensi Insulin
Diabetes Melitus tipe 2
Lain-lain
Komplikasi Makrovaskular
3.3 Kerangka Konsep
3.4 Hipotesis
Penderita penyakit Diabetes Melitus tipe 2 dapat mengalami hipertensi.
14
Diabetes Melitus Tipe 2
Faktor Resiko
Faktor genetik Usia Gaya Hidup Pola makan
Komplikasi Kronik
Kompilkasi Makrovaskuler
Kompilaksi Mikrovaskuler
Neurologis
Hipertensi Resistensi Insulin Lain-lainDislipidemia
Tekanan darah 140/90
Faktor :
Obesitas Stress Nutrisi
BAB IV
Metode Penelitian
4.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
observasional anlitik. Dengan menggunakan metode penelitian Cross-Sectiona l karena metode
ini relative lebih mudah, murah, dan hasilnya cepat diperoleh. Selain itu. Jarang terancam drop
out dan bagus untuk mengetahui prevalensi suatu penyakit.
4.2 Variabel
a. Variabel terikat : Hipertensi
b. Variabel bebas : Diabetes Melitus tipe 2
4.3 Populasi
a. Populasi Target
Populasi target pada penelitian ini adalah penderita Diabetes Melitus tipe 2 usia 30-65 tahun di
Palangkaraya.
b. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah penderita Diabetes Melitus tipe 2 usia 30-65 tahun
di Rumah Sakit Dorys Sylvanus Palangka Raya.
4.4 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah usia 30-65 tahun yang mengalami kejadian Diabetes mellitus
tipe 2 di Rumah Sakit Dorys Sylvanus Palangka Raya.
a. Inklusi
Penderita Diabetes Melitus tipe 2 Usia 30-65 tahun
b. Eksklusi
Penderita Diabetes mellitus tipe 2 yang tidak memenuhi kriteria umur, dan tidak mau bekerja
sama.
15
4.5 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus:
n1 = (Z1 α) 2 p . q _
L2
= ( 1,96 ) 2 . 0, 5. 0, 5 = 96,04 = 97
(0,1)²
n2 = ___n1__
1+ (n1/N)
= ____ 97____ = 53,88 = 54
1+ (97/ 120)
n3 = n2 + 10% = 54 + 5,4 = 59,4 = 60
Ditambah 10% dari n2 sebagai cadangan apabila ada sampel yang drop out. n3 54 + 5,4 = 60
sampel.
Keterangan :
n : besar sampel
N : penderita usia 30-65 Tahun = 120 orang
Z : kurva normal yang nilai tergantung pada α. Bila α : 5 % maka nilai Z = 1,96
p : Hasil survei pendahuluan 50 % = 0,5
q : 1 – p = 1 – 0.5 = 0,5
L : penyimpangan yang masih ditoleransi, dalam penelitian ini L = 10 % = 0,1
dari perhitungan tersebut diperoleh sampel sebesar 64 responden.
16
4.6 Teknik Sampling
Dalam penelitian ini sampel diambil dengan teknik simple random sampling . Pengambilan
sampel ini diambil secara acak berdasarkan kemungkinan frekuensi yang dipilih dengan cara
sebagai berikut :
1. Mengumpulkan jumlah umur 30-65 tahun penderita Diabetes Melitus tipe 2.
2. Diadakan pemilihan maupun pengujian untuk menentukan yang mana yang akan dijadikan
objek penelitian
4.7 Alat dan Bahan
1. Kuesioner
2. SPSS 20
3. Catatan klinis
4.8 Prosedur Pengambilan Data
1. Meminta ijin kepada Pemimpin maupun yang mewakili di Rumah Sakit Dorys Sylvanus
Palangka Raya.
2. Mencari pasien penderita Diabetes Melitus tipe 2.
3. Mengolah data dengan software SPSS 20
4.9 Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil kuesioner yang diberikan kepada penderita untuk diisi. Dalam
pengisian kuesioner, peneliti akan selalu mendampingi agar tidak terjadi kesalahan maupun
kekeliruan dalam pengisian kuesioner oleh responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari catatan medis Rumah Sakit Dorys Sylvanus Palangka Raya
mengenai pasien penyakit Diabetes Melitus tipe 2.
17
4.10 Defisi Operasional
a. Hipertensi
Definisi : Dimana tekanan darah tinggi yaitu 140/90 mmHg atau lebih.
Alat Ukur : Kuesioner
Cara Ukur : Wawancara
Hasil Ukur : Ya : ketika diperiksa tekanan darah nya mencapai 140/90 mmHg atau lebih
Tidak : Tekanan darah normal
Skala Ukur : Nominal
b. Penyakit Diabetes Melitus tipe 2
Definisi : Penyakit dimana ketika pankreas tidak cukup dalam memproduksi insulin atau
ketika tubuh tidak efisien menggunakan insulin itu sendiri.
Alat ukur : Data klinik
Cara ukur : Wawancara
Hasil Ukur : Ya = Mempunyai penyakit Diabetes Melltus tipe 2
Tidak = Tidak mempunyai penyakit Diabetes Mellitus tipe 2
Skala ukur : Nominal
4.11 Pengolahan Data
a. Editing
Dilakukan pengecekan ulang terhadap hasil kuesioner yang telah di isi untuk memeriksa
apakah ada ketidaksesuaian dalam pengisian kuesioner oleh responden. Editing dilakukan
langsung ketika hasil kuesioner ada ditangan peneliti.
b. Koding
Setiap jawaban dari korenspnden diberi kode untuk mempermudah proses analisis data.
Hipertensi :
1= Ya
2= Tidak
18
Menderita diabetes melitus tipe 2:
1= Ya
2= Tidak
c. Entry
Data yang telah diperoleh dimasukkan kedalam lembar kerja di komputer dengan
menggunakan program SPSS untuk dianalisis.
d. Cleaning
Dilakukan analisis data awal dengan mulai menggolongkan, mengurutkan dan
menyederhanakan data sehingga mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan.
4.12 Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan akan di analisis dengan menggunakan program SPSS. Analisis
data akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu:
1. Analisis Univarat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi setiap variable
baik independen atau dependen.
2. Analisi Bivariat (crosstab)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui kemaknaan hubungan antara variable bebas dan
variable terikat. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Chi Square (x2).
4.13 Etik Penelitian
1. Informed consent
Sebelum melakukan penelitian calon subyek akan diberikan selebaran yang menjelaskan tata
cara proses penelitian. Baik dari hal yang akan akan di teliti, keuntungan penelitian dan
kerugian dari penelitian yang akan dilakukan. Jika calon subyek menyetujui maka dapat
langsung menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian.
2. Anonimity (Tanpa nama)
19
Nama subyek tidak dicantumkan dalam lembar pengisian. Cukup dengan menulis kode
subyek yang telah dibuat oleh peneliti agar kerahasiaan tetap terjaga.
3. Confidentiality
Informasi yang telah dikumpulkan dari koresponden dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
4.14 Waktu dan Tempat Penelitian
a. Penelitian mengenai hubungan hipertensi pada Diabetes Melitus tipe 2 pada usia 30-65
tahun akan dilaksanakan bulan November 2014.
b. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Dorys Sylvanus Palangka Raya
4.15 Perincian Anggaran
Tabel 1. Rincian Anggaran untuk Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian
No. Waktu Kegiatan Biaya
1.
2.
3.
September 2014
November 2014
Desember 2014
Pembuatan Proposal
Pengumpulan data
subjek
Menyerahkan informed
consent kepada subjek
Fotocopy Rp 20.000,-
Kertas Rp 45.000,-
Tinta Rp 30.000,-
Penjilidan Rp 10.000,-
Total Rp 105.000,-
Transport Rp 200.000,-
Fotocopy Rp 50.000,-
Honorarium Rp 1.000.000,-
ATK Rp 100.000,-
Total Rp 1.350.000,-
20
4. Januari 2015
untuk meminta ijin
menggunakan data
subjek.
Melakukan wawancara
dan pengisian kuesioner
Pengolahan Data
Pembuatan Laporan
Penelitian
ATK Rp 25.000,-
Konsumsi Rp 100.000,-
Total Rp 125.000,-
ATK Rp 30.000,-
Total Rp 30.000,-
5. Dana Tak Terduga Rp 300.000,-
TOTAL KESELURUHAN Rp 1.910.000,-
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Chapter 1. Diunduh dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41538/5/Chapter%20I.pdf Diakses Selasa, 17 November 2014.
2. L.Arifin Augusta. Panduan Terapi Diabetes Melitus Tipe 2. Sumber dari http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/03/panduan_terapi_diabetes_mellitus.pdf . Diakses 21 November 2014
3. 2BL01043. Diunduh dari : http://e-journal.uajy.ac.id/377/3/2BL01043.pdf . Diakses pada senin, 24 November 2014.
4. bab2. Diunduh dari : http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/207312012/bab2.pdf . Diakses Senin, 24 november 2014.
5. jtptunimus-gdl-danupanggi-5294-3-bab2. Diunduh dari : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-danupanggi-5294-3-bab2.pdf . Diakses Kamis, 27 November 2014.
6. Chapter II USU : Diunduh dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33760/4/Chapter%20II.pdf . Diakses Kamis, 27 November 2014.
7. Chapter II : Diunduh dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38067/3/Chapter%20II.pdf . Diakses Selasa, 17 November 2014
8. Chapter II : Diunduh dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26067/4/Chapter%20II.pdf . Diakses, Kamis, 27 November 2014
9. Misnadiarly. Diabetes Melitus-Mengenali Gejala, Menanggulangi, Mencegah Komplikasi. Edisi 1. Jakarta : Pustaka Populer Obor, 2006. Hal 122-129
10. Kurniawan I. Diabetes Melitus Tipe 2 pada Usia Lanjut. Sumber dari
http://indonesia.digitaljournals.org Diakses tanggal 24 November 2014.
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
22
Jalan Hendrik Timang Komplek UNPAR
KAJIAN ETIK
USULAN RISET MAHASISWA MODUL RISET
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS PALANGKARAYA
Nama Pengkaji : ________________________________________________________
Judul Usulan Riset : HUBUNGAN HIPERTENSI PADA DIABETES MELITUS TIPE 2
PADA USIA 30-65 TAHUN di Rumah Sakit Dorys Sylvanus
Palangka Raya
1. Apakah alasan/motivasi untuk melakukan penelitian ditulis dengan jelas?
Ya / Tidak
2. Apakah tujuan untuk melakukan penelitian ditulis dengan jelas?
Ya/ Tidak
3. Apakah manfaat dari hasil penelitian ditulis dengan jelas?
Ya/ Tidak
4. Adakah masalah etik yang mungkin akan dihadapi?
Ada / Tidak
5. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, apakah penelitian di laboratorium
dan/atau percobaan pada hewan harus dilakukan terlebih dahulu?
Ya / Tidak
6. Bila penelitian iini menggunakan subyek manusia, adakah bahaya potensial yang
langsung atau tidak langsung, segera atau kemudian dan cara-cara untuk mencegah
atau mengatasi kejadian (termasuk rasa nyeri dan keluhan lain)?
Ada / Tidak ada
7. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, adakah dilampirkan contoh surat
persetujuan penderita dan rincian informasi yang kan diberikan kepada subyek
penelitian?
Ada / Tidak
8. Apakah tim peneliti sudah menjelaskan mengenai penjagaan kerahasiaan data subyek
dalam informasi yang diberiakan untuk calon subyek penelitiannya?
23
Sudah / Belum.
Penelitian ini disetujui / tidak disetujui untuk dilaksanakan dengan/tanpa perbaikan.
Palangkaraya, September 2014
Tanda tangan Pengkaji Etik
------------------------------------
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
24
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
Jalan Hendrik Timang Komplek UNPAR
Palangkaraya, 24 September 2014
Lampiran : -
Perihal : Permohonan Izin Pemakaian Data Hasil Pemeriksaan Pasien
K e p a d a
Yth.
Kepala Rumah Sakit Doris Sylvanus
Di Palangkaraya
Sehubungan dengan dilaksanakannya Riset Observasi tentang Hubungan Hipertensi pada
Diabetes Mellitus tipe 2 pada Usia 30-65 Tahun di RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya,
maka kami mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Palangkaraya sangat
membutuhkan data Rekam Medik, berupa data hasil pemeriksaan pasien penderita Diabetes
Mellitus tipe 2 berusia 30-65 di RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya.
Bersama surat ini kami memohon ijin kepada Kepala Rumah Sakit Doris Sylvanus
Palangkaraya agar kiranya dapat memberikan ijin untuk pemakaian data hasil pemeriksaan
pasien penderita Diabetes Mellitus tipe 2 berusia 30-65 di RSUD Doris Sylvanus
Palangkaraya agar penelitian ini dapat memberikan hasil untuk kita semua.
Atas perhatian dan ijin yang diberikan, kami ucapkan terima kasih banyak.
Mengetahui dan Menyetujui
PEMBIMBING PENANGGUNG JAWAB
25
MODUL RISET, MODUL RISET,
dr. Septi Handayani, M.Si drg. Helena Jelita, M.M.,MDSc., Sp. Perio
NIP. 198109202008122003 NIP. 197907062008012011
DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
Dr. dr. Triawanti, M.Kes
NIP. 197109121997022001
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
26
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
Jalan Hendrik Timang Komplek UNPAR
Palangkaraya, 24 September 2014
Nomor : -
Perihal : Permohonan izin menggunakan data hasil pemeriksaan kesehatan
Sehubungan dengan dilaksanakannya Riset Observasi tentang Hubungan Hipertensi pada
Diabetes Mellitus tipe 2 pada Usia 30-65 Tahun di RSUD Doris Sylvanus Palangkaraya, maka
kami mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Palangkaraya memohon
persetujuan untuk menggunakan data hasil pemeriksaaan kesehatan pasien penderita Diabetes
Mellitus tipe 2 berusia 30-65 yang menderita obesitas di RSUD Doris Sylvanus Palangkaraya.
Yang bertanda tangan di bawah ini, PIHAK PERTAMA :
Nama :
Alamat :
Usia :
Jenis kelamin :
Dengan ini mengijinkan PIHAK KEDUA yaitu tim peneliti dari Program Studi
Pendidikan Dokter Universitas Palangka Raya untuk menggunakan data hasil pemeriksaan
kesehatan PIHAK PERTAMA sebagai bahan data penelitian.
Atas kerjasama dan perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Palangkaraya, September 2014
27
PADA USIA 30-65 TAHUN
DI RUMAH SAKIT DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
TAHUN 2014
Nomor responden :
Usia responden :
Pekerjaan :
1. Apakah anda merasa sering pusing?
A. Ya B. Tidak
2. Apakah anda pernah mengalami pendarahan dari hidung?
A. Ya B. Tidak
3. Apakah anda merasa kelelahan?
A. Ya B. Tidak
4. Apakah ketika anda sakit sering mengonsumsi vitamin D?
A. Ya B. Tidak
5. Apakah anda sering merasa stress?
A. Ya B. Tidak
6. Apakah hasil tensi anda, tekanan darahnya tinggi?
A. Ya B. Tidak
Wawancara :
Terimaksih Atas Partisipasi Anda
29