Proposal Puti (1)

55
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris dalam menjalankan profesinya memberikan pelayanan kepada masyarakat sepatutnya bersikap sesuai aturan yang berlaku.Ini penting karena Notaris melaksanakan tugas jabatannya tidaklah semata-mata untuk kepentingan pribadi,melainkan juga untuk kepentingan masyarakat,serta mempunyai kewajiban untuk menjamin kebenaran dari akta-akta yang dibuatnya, karena itu seorang Notaris dituntut lebih peka,jujur,adil dan trans paran dalam pembuatan suatu akta agar menjamin semua pihak yang terkait langsung dalam pembuatan sebuah akta otentik.Dalam melaksanakan tugas jabatannya seorang Notaris harus berpegang teguh kepada kode etik jabatan Notaris,karena tanpa itu,harkat dan martabat profesionalisme akan hilang dan tidak lagi mendapat kepercayaan dari masyarakat. 1 1 Komar Andasasmita, 1981, Notaris Dengan Sejarah, Peranan, Tugas Kewajiban, Rahasia Jabatannya, Sumur, Bandung, hal. 14. 1

description

Proposal Puti (1

Transcript of Proposal Puti (1)

Page 1: Proposal Puti (1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Notaris dalam menjalankan profesinya memberikan pelayanan kepada

masyarakat sepatutnya bersikap sesuai aturan yang berlaku.Ini penting karena

Notaris melaksanakan tugas jabatannya tidaklah semata-mata untuk kepentingan

pribadi,melainkan juga untuk kepentingan masyarakat,serta mempunyai

kewajiban untuk menjamin kebenaran dari akta-akta yang dibuatnya, karena itu

seorang Notaris dituntut lebih peka,jujur,adil dan trans paran dalam pembuatan

suatu akta agar menjamin semua pihak yang terkait langsung dalam pembuatan

sebuah akta otentik.Dalam melaksanakan tugas jabatannya seorang Notaris harus

berpegang teguh kepada kode etik jabatan Notaris,karena tanpa itu,harkat dan

martabat profesionalisme akan hilang dan tidak lagi mendapat kepercayaan dari

masyarakat.1

Notaris juga dituntut untuk memiliki nilai moral yang tinggi, karena

dengan adanya moral yang tinggi maka Notaris tidak akan menyalah gunakan

wewenang yang ada padanya, sehingga Notaris akan dapat menjaga martabatnya

sebagai seorang pejabat umum yang memberikan pelayanan yang sesuai dengan

aturan yang berlaku dan tidak merusak citra Notaris itu sendiri.Sebagaimana

harapan Komar Andasasmita, agar setiap Notaris mempunyai pengetahuan yang

cukup luas dan mendalam serta keterampilan sehingga merupakan andalan

masyarakat dalam merancang, menyusun dan membuat berbagai akta otentik,

1 Komar Andasasmita, 1981, Notaris Dengan Sejarah, Peranan, Tugas Kewajiban, Rahasia Jabatannya, Sumur, Bandung, hal. 14.

1 1

Page 2: Proposal Puti (1)

sehingga susunan bahasa, teknis yuridisnya rapi, baik dan benar, karena

disamping keahlian tersebut diperlukan pulake jujuran atau ketulusan dan sifat

atau pandangan yang objektif.2

Perlindungan hukum terhadap Notaris dalam menjalankan tugas dan

wewenangnya demi terlaksananya fungsi pelayanan dan tercapainya kepastian

hukum dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, telah diatur dan

dituangkan dalam undang-undang tersendiri, yaitu Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris,Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 117(untuk selanjutnya disebut UUJN),undang-undang mana telah

mengalami perubahan dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2014 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004,Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 3 (untuk selanjutnya disebut UU

Perubahan Atas UUJN).Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan

Notaris menentukan“Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk

membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud

dalam undang-undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya.”Notaris

dikatakan sebagai pejabat umum karena Notaris diangkat dan diberhentikan oleh

pemerintah. Meskipun Notaris diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah,namun

Notaris tidak dapat disamakan dengan pegawai negeri yang juga diangkat dan

diberhentikan oleh pemerintah. Yang membedakannya adalah Notaris merupakan

pegawai pemerintah tanpa menerima gaji dari pemerintah.

2 Ibid, hal. 15.

2

Page 3: Proposal Puti (1)

Diberlakukannya UUJN dan UU perubahan atas UUJN diharapkan bahwa

akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris mampu menjamin

kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum.UU perubahan atas UUJN telah

menetapkan dalam Pasal 15 ayat (1) tentang kewenangan seorang Notaris3yaitu

Notaris berwenang membuat akta autentik mengenai semua perbuatan,perjanjian,

dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau

yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta

autentik,menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta,

memberikan grosse, salinan dan kutipan akta,semuanya itu sepanjang pembuatan

akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang

lain yang ditetapkan oleh undang-undang.

Selain itu dalam Pasal 15 ayat (2) UU perubahan atas UUJN menyatakan

Notaris 4juga berwenang mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian

tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku

khusus,membukukan surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku

khusus,membuat kopi dari asli surat dibawah tangan berupa salinan yang memuat

uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang

bersangkutan,melakukan pengesahan kecocokan foto kopi dengan surat

aslinya,memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta,

membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan dan membuat akta risalah

lelang. Dari beberapa kewenangan tersebut jasa seorang Notaris kebanyakan

dibutuhkan oleh masyarakat dalam hal pembuatan aktaotentik jual beli yang

3Undang-Undang atas Perubahan Undang-Undang Jabatan Notaris Pasal15ayat(1)4Ibid, Pasal15ayat(1)

3

Page 4: Proposal Puti (1)

biasa berlaku di tengah-tengah masayrakat. Akta otentik yang dibuat oleh Notaris

pada hakekatnya sesuai dengan apa yang diberitahukan para pihak kepada

Notaris.

Jual beli merupakan suatu bentuk perjanjian yang muncul dari kebutuhan

hukum yang berkembang dalam masyarakat. Misalnya saja jual beli tanah,

merupakan perjanjian tidak bernama, karena tidak ditemukan dalam bentuk-

bentuk perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata.5 Perjanjian jual beli merupakan

implementasi dari asas kebebasan berkontrak, dimana para pihak secara bebas

dapat menentukan kemauannya. Perjanjian jual beli sering ditemukan dalam

praktek sehari-hari di masyarakat maupun di kantor-kantor notaris. Peralihan hak

atau jual beli memerlukan suatu akta otentik yang dibuat oleh seorang pejabat

umum yang disebut dengan Notaris yang diangkat oleh pemerintah. Sehingga

peralihan hak atau jual beli tidak dapat dilakukan begitu saja tanpa memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang - undangan yang

berlaku.

Notaris berkewajiban untuk memasukkan kedalam akta mengenai apa saja

yang dikehendak para pihak dan selanjutnya menuangkan pernyataan atau

keterangan para pihak tersebut kedalam akta Notaris. Sedangkan tulisan dibawah

tangan atau biasa disebut dengan akta dibawah tangan dibuat tidak dibuat

dihadapan Notaris dan dalam bentuk yang tidak ditentukan oleh undang-undang

serta tanpa adanya perantara berdasarkan ketentuan Pasal 1874 Kitab Undang-

undang Hukum Perdata.

5https://id.wikipedia.org/wiki/Jual Beli/diakses pada tanggal 11 Maret 2016 Pukul, 20.00 WIB

4

Page 5: Proposal Puti (1)

Menurut Pasal 1 angka 7 UU perubahan atas UUJN menentukan bahwa

“akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris

menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam undang-undang ini”6.Akta

otentik7yang dimaksud adalah akta otentik sesuai dengan rumusan Pasal 1868

Kitab Undang UndangHukum Perdata(untu kselanjutnya disebut KUHPerdata)

yaitu:“Suatu akta otentik ialah akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh

undang undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai pegawai umum yang

berkuasa untuk itu ditempat dimana akta itu dibuat.”

Berdasarkan pasal tersebut Notaris mempunyai wewenang untuk membuat

akta otentik.Terdapat dua golongan akta otentik yang dibuat oleh Notaris yaitu

akta otentik yang dibuat oleh Notaris dimana merupakan suatu akta yang dibuat

oleh Notaris mengenai suatu tindakan yang dilakukan atas suatu keadaan yang

disaksikan oleh Notaris dan akta otentik yang dibuat dihadapan Notaris yaitu akta

yang dibuat dihadapan Notari syang memuat uraian mengenai hal-hal yang

diterangkan oleh pihak yang menghadap kepada Notaris.

Dengan ada nya UUJN dan UU perubahan atas UUJN kewenangan

Notaris dalam membuat akta otentik nanti dalam penerapannya akta tersebut

mampu menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum bagi semua

pihak yang terkait.Akta otentik merupakan alat bukti tulisan atau surat yang

bersifat sempurna.Akta otentik memiliki 3 (tiga) kekuatan pembuktian yaitu

kekuatan pembuktian lahiriah (uitwendige bewijskracht) yang merupakan

6Ibid, Pasal15ayat(1)7Pasal1868KUHPerdata

5

Page 6: Proposal Puti (1)

kemampuan akta itu sendiri untuk membuktikan keabsahanya sebagai akta

otentik.Kekuatan pembuktian formil (formele bewijskracht )yang memberikan

kepastian bahwa sesuatu kejadian dan fakta tersebut dalam akta betul-betul

diketahui dan didengar oleh Notaris dan diterangkan oleh para pihak yang

menghadap.Kekuatan pembuktian Materil (materiel ebewijskracht) yang

merupakan kepastian tentang materi atau isi suatu akta.8

Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain

untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Berdasarkan pada rumusan yang

diberikan dapat dilihat bahwa jual beli merupakan suatu bentuk perjanjian yang

melahirkan kewajiban atau perikatan untuk memberikan sesuatu. Jual beli

merupakan suatu perjanjian yang bersifat konsensuil. Dengan kesepakatan

tersebut, pembeli terikat untuk menyerahkan kebendaan yang dijual tersebut.

Dalam kaitan dan hubungannya dengan permasalahan penyerahan hak milik ini

perlu diperhatikan ketentuan Pasal 584 KUH Perdata yang mengatakan bahwa:

Dengan pengertian bahwa perjanjian jual beli telah lahir dan mengikat para pihak

yaitu penjual dan pembeli segera setelah mereka mencapai kata sepakat mengenai

kebendaan yang diperjual belikan dan dengan harga yang harus dibayar. “Hak

milik atas suatu benda tidak dapat diperoleh dengan cara lain, melainkan dengan

pemilikan (pendakuan), karena perikatan, karena kadaluarsa, karena pewarisan,

baik menurut Undang-Undang maupun menurut surat wasiat dan dengan

penunjukan atau penyerahan berdasarkan suatu peristiwa perdata untuk

8Komar Andasasmita, Op cit, hal. 20

6

Page 7: Proposal Puti (1)

pemindahan hak milik yang dilakukan oleh orang yang berhak untuk berbuat

bebas terhadap barang itu”Ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 584

KUHPerdata tersebut adalah bersifat mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar oleh

siapapun juga (yang berarti bahwa hak milik tersebut harus pasti kebenarannya

dan tidak dapat diubah-ubah kebenarannya) dan bersifat memaksa yang harus

ditaati oleh siapa saja, dan yang termasuk dalam objek jual beli salah satunya

adalah benda tak bergerak yaitu tanah.

Berbeda dengan pengaturan perolehan hak milik yang terdapat dalam

KUH Perdata, dalam UUPA tidak dikenal adanya perolehan hak milik dengan

cara daluwarsa sebagaimana yang dikenal dalam KUH Perdata.Pasal 19 Peraturan

Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah Lembaran Negara

No. 18 menjelaskan:

”Setiap perjanjian bermaksud memindahkan hak atas tanah, memberikan sesuatu

hak baru atas tanah, menggadaikan tanah atau meminjam uang dengan hak atas

tanah sebagai tanggungan harus dibuktikan dengan suatu akte yang dibuat oleh

dan di hadapan penjabat yang ditunjuk oleh Menteri Agraria (selanjutnya dalam

Peraturan Pemerintah ini disebut penjabat). Akte tersebut bentuknya ditetapkan

oleh Menteri Agraria.”

Hubungan antara seseorang dengan seseorang lain menimbulkan

perhubungan hukum, perhubungan hukum mana mempunyai kriteria masing-

masing dan itu akan menimbulkan persetujuan-persetujuan dan perjanjian-

perjanjian diantara mereka. Perjanjian mana dalam perjanjian lisan, perjanjian di

7

Page 8: Proposal Puti (1)

bawah tangan ataupun akta notaris/ PPAT agar otentik dan dapat dijadikan bukti

bila terjadi masalah.

Walaupun ada dikenal asas kebebasan berkontrak tetapi setiap perjanjian

atau perikatan itu harus selalu mengacu kepada peraturan yang telah ditentukan

untuk itu. Apabila hubungan hukum itu terjadi karena adanya persetujuan antara

seseorang dengan seorang lain mengenai tanah atau rumah atau lainnya, selain

dikaitkan dengan peraturan jabatan notaris/PPAT bila tanah atau rumah yang

menjadi objek dalam perjanjian itu telah mempunyai status yang jelas dan pasti,

seperti sertifikat hak milik, hak guna bangunan dan sebagainya, maka perjanjian

itu harus dibuat di hadapan pejabat yang ditunjuk ialah Pejabat Pembuat Akta

Tanah (PPAT). Aturan seperti ini telah diatur dalam Undang-Undang Pokok

Agraria, peraturan pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 dan telah dicabut dan

disempurnakan lagi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah dan dikaitkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun

1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).

Jadi setiap perjanjian diantara seorang dan seorang yang lainnya atau

antara seorang dengan badan hukum atau sebaliknya, telah tersedia perangkat

hukum yang mengaturnya agar tidak terjadi penyimpangan dari apa yang telah

ditetapkan oleh undang-undang. Apabila terjadi penyimpangan, harus dapat

dibuktikan bahwa penyimpangan itu dapat dibenarkan karena tidak merugikan

para pihak dan telah terjadi secara berkesinambungan dari generasi ke generasi

dan telah baku dan diterima oleh masyarakat tanpa menimbulkan dampak yang

negatif dalam masyarakat maupun pihak-pihak yang melakukan perjanjian

8

Page 9: Proposal Puti (1)

tersebut. Masalah inilah yang ingin diangkat kepermukaan dimana seseorang yang

mengalihkan hak tanahnya yang telah bersertifikat kepada orang lain tetapi tidak

memakai jalur yang ditetapkan oleh peraturan yang ada, penyerahan tanah

tersebut dengan memakai akta notaris/ PPAT. Secara hukum dalam pelaksanaan

tugasnya notaris/ PPAT pada dasarnya bertumpu pada kegiatan pembuatan akta

yang serba formal-prosedural, meski disamping tugas tersebut ia dapat juga

memberi nasihat hukum.

Dikatakan demikian karena kewajibannya hanya melayani pengusahaan

perbuatan hukum dan pihak-pihak yang memakai jasanya. Itulah sebabnya

perjanjian dan ketetapan yang dibuat oleh notaris/PPAT dalam bentuk akta

merupakan perbuatan dari para pihak yang meminta jasanya untuk membuat

pengesahan formal. Pelaksanaan perjanjian peralihan hak/jual beli harus

memperhatikan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh undang-undang.

Kekurangan syarat-syarat tersebut mengakibatkan akta perjanjian peralihan hak

itu menjadi batal demi hukum atau dapat dibatalkan. Apabila perjanjian peralihan

hak/ jual beli dinyatakan batal demi hukum, maka sejak semula akta itu dianggap

tidak pernah ada. Perjanjian peralihan hak yang dinyatakan dapat dibatalkan maka

sejak semula akta itu dianggap ada tetapi kemudiandi batalkan oleh pengadilan

atas permintaan pihak terkait sehubungan dengan tidak terpenuhinya syarat-syarat

subjektif dari perjanjian itu. Hal itu berarti juga bahwa selama tidak ada pihak-

pihak yang keberatan atas adanya perjanjian itu dan tidak adanya pemohon

pembatalan atas perjanjian itu, maka perjanjian itu tetap dianggap berlaku.

Adanya sanksi hukum karena tidak dipenuhinya syarat-syarat subjektif. Akta

9

Page 10: Proposal Puti (1)

peralihan hak yang dinyatakan batal demi hukum adalah jika syaratsyarat objektif

dari perjanjian itu tidak terpenuhi. Adapun mengenai akta peralihan hak yang

dapat dibatakan adalah jika syarat-syarat subjektif dari perjanjian itu tidak

terpenuhi.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan

menyusunnya dalam bentuk tesis dengan judul “ANALISIS YURIDIS TUGAS

DAN FUNGSI NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA JUAL BELI

(STUDI PENELITIAN DI KANTOR NOTARIS DEVI ANANJI, S.H, M.Kn

KOTA BATAM)”.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam suatu penelitian sangat penting

karenamerupakan suatu pedoman serta mempermudah penulis dalam membahas

permasalahan yang akan diteliti, sehingga sasaran yang hendak dicapai jelas

sesuai dengan apa yang diharapkan.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaturan hukum mengenai tugas pokok dan fungsi notaris dalam

persfektif pembuatan akta jual beli?

2. Bagaimana implementasi analisis yuridis mengenai tugas pokok dan fungsi

notaris dalam persfektif pembuatan akta jual beli (Studi penelitian di Kantor

Notaris Devi Ananji, S.H, M.Kn Kota Batam)?

10

Page 11: Proposal Puti (1)

3. Apakah faktor yang menjadi kendala/hambatan mengenai tugas pokok dan

fungsi notaris dalam persfektif pembuatan akta jual beli (Studi penelitian di

Kantor Notaris Devi Ananji, S.H, M.Kn Kota Batam)?

C. Tujuan Penelitian

Dalam suatu penelitian tidak mungkin lepas dari tujuan tertentu yang ingin

dicapai, sesuai dengan tujuannya penelitian dapat didefinisikan sebagai usaha

untuk mengemukakan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu

pengetahuan usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah.

1. Untuk mengetahui pengaturan hukum mengenai tugas pokok dan fungsi notaris

dalam persfektif pembuatan akta jual beli.

2. Untuk mengetahui implementasi analisis yuridis mengenai tugas pokok dan

fungsi notaris dalam persfektif pembuatan akta jual beli (Studi penelitian di

Kantor Notaris Devi Ananji, S.H, M.Kn Kota Batam).

3. Untuk mengetahui faktor yang menjadi kendala atau hambatan mengenai tugas

pokok dan fungsi notaris dalam persfektif pembuatan akta otentik (Studi

penelitian di Kantor Notaris Devi Ananji, S.H, M.Kn Kota Batam).

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbang pemikiran di bidang ilmu

hukum yang akan mengembangkan disiplin ilmu hukum secara teoretis9

mengenai analisis yuridis mengenai tugas pokok dan fungsi notaris dalam

persfektif pembuatan akta jual beli.

9 Buku Pedoman Penyusunan Proposal dan Tesis Program Magister Ilmu Hukum Pasca Sarjana(S2), Universitas Batam, 2014, hal. 7.

11

Page 12: Proposal Puti (1)

2. Manfaat secara Praktis

Hasil penelitian nantinya diharapkan dapat memberikan jalan keluar praktis10

yang akurat terhadap permasalahan yang sedang diteliti dan disamping itu hasil

penelitian ini dapat mengungkapkan teori-teori baru serta pengembangan teori-

teori yang sudah ada mengenai analisis yuridis mengenai tugas pokok dan

fungsi notaris dalam persfektif pembuatan akta jual beli.

E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

1. Kerangka Teori

Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat

konsep, definisi, dan disusun secara sistematis.11 Fungsi teori secara umum

mengandung fungsi menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction) dan

pengendali (control). Dalam sebuah penelitian teori yang digunakan harus sudah

jelas karena fungsi12 teori dalam sebuah penelitian adalah sebagai berikut:

a. Untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup atau konstruksi variabel

yang akan di teliti

b. Untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian

c. Memprediksi dan menemukan fakta tentang sesuatu hal diteliti.

Teori berisi pernyataan-pernyataan mengenai gejala tertentu dan

pernyataan tersebut harus diuji dalam penelitian. Suatu teori secara logis hampir

konsisten artinya tidak ada hal-hal yang bertentangan di dalam kerangka teori

yang bersangkutan. Dalam penulisan karya ilmiah kerangka teori sangat penting

10 Ibid, hal. 711 Sugiyono.Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2012 12 Ibid.,hal. 57

12

Page 13: Proposal Puti (1)

peranannya untuk memberikan arah dalam usaha memecahkan masalah dalam

penelitian. Kerangka13 teori merupakan sarana bagi peneliti yang harus

mengemukakan teori normatif yang relevan dengan penelitian yang akan

dilakukan dan harus dijelaskan variable penelitian dan hubungan antar variabel

yang dibentangkan.

Kerangka teori untuk menganalisis secara yuridis mengenai peranan

notaris dalam proses pembuatan akta fidusia dikaitkan dengan analisis aspek

hukum mengenai peranan Notaris dalam proses pembuatan akta fidusia dengan

menggunakan

Grand theory : analical jurisprudence dari John Austin yang mengatakan bahwa

pada hakikatnya positivisme law (Undang-undang) dan Positive morality (hukum

kebiasaan). Jadi logika hukum adalah Undang-undang, hukum kebiasaan akan

diakui bila dikukuhkan menjadi Undang-undang oleh pejabat berwenang sehingga

memberikan kewenangan penuh bagi seorang pejabat yang sedang menjalankan

tugas jabatannya.14

Karakteristik hukum yang terpenting menurut Austin terletak pada

karakter imperatifnya. Hukum dipahami sebagai  suatu perintah dari penguasa.

Akan tetapi tidak semua perintah oleh Austin dianggap sebagai sebagai hukum,

menurut pandangannya hanya oleh perintah-perintah umum yang mengharuskan

13 Buku pedoman, Penyusunan Proposal dan Tesis Program Magister Ilmu Hukum Pasca Sarjana (S2), Universitas Batam, 2014, Hal. 814 Ibid, hal. 67

13

Page 14: Proposal Puti (1)

seseorang atau orang-orang untuk bertindak atau bersabar dari suatu kelas pantas

mendapat atribut hukum.15

Kata kunci dalam hukum menurut Austin adalah perintah – hukum dalam

masyarakat adalah perintah umum dari entitas politik yang memiliki kedaulatan,

yakni otoritas politik yang paling tinggi (the supreme political authority), yang 

berfungsi mengatur perilaku anggota masyarakat. Yang memiliki kedaulatan ini

mungkin individu atau juga sekelompok individu.Syaratnya : (1) individu atau

kelompok individu merupakan orang atau sekelompok orang yang dipatuhi oleh

segenap anggota masyarakat; dan (2) individu atau kelompok individu yang

berdaulat ini tidak patuh pada siapa pun juga di atasnya. Jadi sumber hukum

menurut Austin, adalah penguasa teringgi yang  de facto dipatuhi oleh segenap

anggota masyarakat sementara ia sendiri tidak tunduk pada siapa pun. Dengan

demikian,Austin mempertanggungjawabkan validitas hukum dengan merujuk

pada asal usul atau sumber yang secara faktual empiris diakui memiliki otoritas

untuk menciptakan hukum.16

Hukum menurut Austin harus dipahami dalam arti perintah karena hukum

seharusnya tidak memberi ruang untuk memilih (apakah mematuhi atau tidak

mematuhi).Hukum bersifat non optional.Karena itu, mengkritik para penganut

teori hukum kodrat Austin menegaskan bahwa hukum bukan setumpuk peraturan

atau nasihat moral.Hukum dalam arti terakhir ini tidak punya implikasi hukuman

apapun. Ketika hukum tidak lagi dapat dipaksakan , yakni pelanggarannya dikenai

hukuman atau sanksi hukum, maka hukum tidak lagi dapat disebut hukum; atau

15 Opcit, Sudikno Mertokusumo, hal. 8516 Opcit, Andre Ata Ujan, hal. 70

14

Page 15: Proposal Puti (1)

hukum kehilangan esensinya sebagai perintah. Dengan demikian, kepatuhan pada

hukum adalah kewajiban yang tidak dapat ditawar-tawar.Menyebut perintah

sebagai hukum tetapi dalam praktek tidak dapat ditegakkan melalui penerapan

sanksi hukum adalah absurd, karena hukumyang demikian tidak mampu

memenuhi fungsi sosialnya sebagai alat kontrol terhadap tingkah laku masyarakat.

PadahalAustin mengontrol perilaku masyarakat adalah fungsi utama

hukum.Dalam arti ini, sebetulnya Austin sepakat dengan Aquinas yang juga

melihat hukum sebagai alat kontrol sosial.Akan tetapi, berbeda dengan Aquinas

yang melihat hukum tertuma sebagai hasil kerja rasio, Austin justru menekankan

watak perintah hukum yang bersumber pada kedaulatan penguasa.Dalam arti ini,

pandangan hukum Aquinas lebih lunak dibandingkan dengan pandangan Austin.17

Hukum sebagai perintah, menurut Austin, memuat dua elemen

dasar.PertamaI, hukum sebagai perintah mengandung pentingnya keinginan,

yakni keinginan dari seorang penguasa bahwa seseorang harus melakukan atau

menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu.Tentu saja, tidak semua keinginan

mempunyai kekuatan sebagai hukum.Kalau saya ingin makan, misalnya,

keinginan seperti ini pasti bukan hukum sifatnya. Karena itu, keinginan dalam arti

hukum memiliki kekhususan, yakni bahwa “pihak yang terkena hukum harus

menanggung akibat yang tidak menyenangkan atau membahayakan dari yang lain

apabila gagal memenuhi hukum yang berlaku.” Dengan demikian, hukum dalam

arti perintah yang mengungkapkan keinginan penguasa pada dasarnya memuat

ancaman hukuman bagi siapa pun yang berada di bawah hukum yang berlaku.

17 Opcit, Sudikno Mertokusumo, hal. 89

15

Page 16: Proposal Puti (1)

Karena itu elemen hukum yang kedua ialah bahwa hukum memiliki

kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang tidak menyenangkan atau bahkan

membahayakan subjek yang melanggarnya. Individu yang terkena perintah

dengan sendirinya terikat, wajib berada dibawah keharusan untuk melakukan apa

yang diperintahkan. Kegagalan memenuhi tuntutan perintah akan berakibat bahwa

subjek yang terkena perintah mendapat sanksi hukum.18

Midlleteory : menggunakan teori pembangunan hukum dari W. Friedmen

bahwa efektif dan berhasil tidaknya penegakan hukum tergantung tiga unsur

sistem hukum, yakni struktur hukum (struktur of law), substansi hukum

(substance of the law) dan budaya hukum (legal culture).Struktur hukum

menyangkut aparat penegak hukum, substansi hukum meliputi perangkat

perundang-undangan dan budaya hukum merupakan hukum yang hidup (living

law) yang dianut dalam suatu masyarakat.Struktur dari sistem hukum terdiri atas

unsur berikut ini, jumlah dan ukuran pengadilan, yurisdiksinnya (termasuk jenis

kasus yang berwenang mereka periksa), dan tata cara naik banding dari

pengadilan ke pengadilan lainnya. Struktur juga berarti bagaimana badan

legislative ditata, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh presiden,

prosedur ada yang diikuti oleh kepolisian dan sebagainya. Jadi struktur (legal

struktur) terdiri dari lembaga hukum yang ada dimaksudkan untuk menjalankan

perangkat hukum yang ada.

Kemudian telah dari karya tulis ini juga menggunakan teori pembangunan

hukum yang dikemukakan

18 Opcit, Andre Ata Ujan, hal. 71

16

Page 17: Proposal Puti (1)

Appllied theory : dikemukakan oleh Mochtar Kusumaatmadja sebagai alat

pembaruan dan pembangunan19 masyarakat, yang berfungsi untuk memelihara

ketertiban masyarakat yang sedang membangun. Oleh karena itu, hasil-hasil

pembangunan harus dipelihara, dilindungi dan diamankan. Selain itu hukum harus

dapat membantu proses perubahan pembangunan masyarakat tersebut.

2. Kerangka Konsep

Penulisan tesis adalah tulisan ilmiah yang memiliki konsep penulisan,

karena konsep20 adalah istilah, terdiri dari satu kata atau lebih yang

memngambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide (gagasan)

tertentu.Kerangka21 konsep adalah kerangka yang menggambarkan hubungan

antara konsep-konsep khusus yang diteliti. Konsep merupakan salah satu unsur

konkrit dari teori. Namun masih diperlukan penjabaran lebih lanjut dari konsep ini

dengan jalan memberikan definisi operasionalnya.Untuk selanjutnya peneliti

memberikan definisi operasional dari beberapa variabel yang terkandung dalam

judul tesis penelitian ini yang dimaksud dengan:

a. Analisis Yuridis

Dalam penelitian yang dimaksud oleh penulis sebagai analisis yuridis adalah

kegiatan untuk mencari dan memecah komponen-komponen dari suatu

19 Ibid, hal. 21, Pembangunan adalah suatu kata yang digunakan untuk menjelaskan proses dan usaha untuk meningkatkan kehidupan ekonomi, politik, budaya, hukum dan infrastruktur masyarakat. Pembangunan juga disejajarkan dengan kata perubahan sosial. 20 Idburhanuddin. Wordpress.com/2013/05/21/landasan-teori-kerangka-pikir-dan-hipotesis-dalam-metode-penelitian/(internet), diteliti pada tanggal 13 Mei 2015;22:2621 Buku pedoman, Penyusunan Proposal Dan Tesis Program Megister ilmu Hukum Pasca

Sarjana (S2), Universitas Batam, 2014, Hal 8

17

Page 18: Proposal Puti (1)

permsalahan untuk dikaji lebih dalam kemudian menghubungkannya dengan

hukum, kaidah hukum serta norma hukum yang berlaku sebagai pemecahan

permasalahannya. Kegiatan analisis yuridis adalah mengumpulkan hukum dan

dasar lainnya yang relevan untuk kemudian mengambil kesimpulan sebagai

jalan keluar atau jawaban atas permasalahan. Tujuan kegiatan analisis yuridis

yaitu untuk membentuk pola pikir dalam pemecahan suatu permasalahan yang

sesuai dengan hukum khususnya mengenai masalah analisis yuridis mengenai

tugas pokok dan fungsi notaris dalam persfektif pembuatan akta jual beli.

b. Peran Notaris adalah menuangkan suatu kejadian di bidang ekonomi dalam

suatu bentuk hukum, memberi nasehat kepada para pelanggan dan kepercayaan

dari pelanggan merupakan dasar hubungan mereka dengan pelanggan.22

Notaris adalah sebuah profesi yang dapat dilacak balik ke abad ke 2-3 pada

masa Roma Kuno, dimana mereka dikenal sebagai scribae, tabellius atau

notaris pada masa itu, mereka adalah golongan orang yang mencatat pidato.

Istilah notaris diambil dari nama pengabdinya, Notarius, yang kemudian

menjadi istilah/titel bagi golongan orang penulis cepat atau stenografer.

Notaris adalah salah satu cabang dari profesi hukum yang tertua di dunia.

Jabatan notaris ini tidak ditempatkan di lembaga yudikatif, eksekutif ataupun

yudikatif. Notaris diharapkan memiliki posisi netral, sehingga apabila

ditempatkan di salah satu dari ketiga badan negara tersebut maka notaris tidak

lagi dapat dianggap netral.23

22 G.H.S. LumbanTobing, Opcit, hal. 3023 Opcit, G.H.S, Lumban Tobing, hal. 3

18

Page 19: Proposal Puti (1)

Dengan posisi netral tersebut, notaris diharapkan untuk memberikan

penyuluhan hukum untuk dan atas tindakan hukum yang dilakukan notaris atas

permintaan kliennya. Dalam hal melakukan tindakan hukum untuk kliennya,

notaris juga tidak boleh memihak kliennya, karena tugas notaris ialah untuk

mencegah terjadinya masalah.

c. Tugas pokok dan fungsi notaris adalah

d. Akta jual beli dalam hukum Romawi akta disebut sebagai gesta atau

instrumenta forensia,juga disebut sebagai public amonumenta atau akta

publica. Akta-akta tersebut dibuat oleh seorang pejabat publik (public

aepersonae).Dari berbagai kata tersebut diatas kemudian muncul kata-kata

publicare dan insinuari, actis inseri,yang artinya mendaftarkan secara

publik.24Menurut A.Pitlo akta itu sebagai surat-surat yang ditanda

tangani,dibuat untuk dipakai sebagai bukti,dan dipergunakan oleh orang,untuk

keperluan siapa surat itu dibuat.Kemudian menurut Sudikno Mertokusumo

akta adalah surat yang diberitan datangan,yang memuat peristiwa-

peristiwa,yang menjadi dasar dari suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak

semula dengan sengaja untuk pembuktian.25Akta Jual beli merupakan dokumen

yang membuktikan adanya hak dari pemilik sebagai penjual dan pembeli

24MuhammadAdam,IlmuPengetahuanNotariat,SinarBaru,Bandung,1985,hlm25225DaengNaja,TeknikPembuatanAkta,PustakaYustisia,Yogyakarta,2012,hlm1

19

Page 20: Proposal Puti (1)

sebagai pemilik baru dengan dilakukannya adanya pembayaran yang telah

disepakati

F. Asumsi

Asumsi adalahPra Anggapan dimana suatu proposisi bias dianggap benar

tanpa perlu ada bukti. Proposisi dapat dianggap benar oleh seseorang  meskipun

harus dibuktikan oleh seseorang lainnya. Suatu asumsi erat kaitannya, dengan

masalah fakta, seperti pernyataan bahwa dalam kehidupan politik semua rakyat

dituntun oleh prinsip kepentinga itu sendiri. Atau mungkin juga berkaitan dengan

nilai, seperti asumsi dalam penelitian ini mengatakan bahwa Notaris mempunyai

tugas dan kewenangan dalam memberikan pelayanan berdasarkan atas

pelaksanaan jabatannya. Beberapa asumsi dapat diungkapkan secara terbuka

sedang beberapa lainnya tidak. Namun begitu secara logika ia tersirat di dalam

apa pun yang diucapkannya.

Dalam penulisan tesis ini peneliti dengan berpedoman Buku Pedoman

Penulisan Tesis ini menetapkan asumsi yang membantu memberikan hakikat,

bentuk dan arah argumentasi.26Berdasarkan uraian permasalahan diatas maka

dalam penelitian tesis ini peneliti mengemukakan beberapa asumsi terkait dengan

objek yang sedang diteliti yaitu:

1. Diasumsikan bahwa pengaturan hukum mengenai tugas pokok dan fungsi

notaris dalam perspektif pembuatan akta jual beli, berdasarkan hasil

penelitian awal penulis maka didapati bahwa pengaturan hukum terhadap

26 Buku Pedoman Penyusunan Proposal dan Tesis Program Magister Ilmu Hukum Pasca Sarjana (S2), Universitas Batam, 2014, hal. 8 huruf F

20

Page 21: Proposal Puti (1)

notaris mengacu pada Undang-undang Jabatan Notaris, dan sudah sesuai

peraturan perundang-undangan lain yang berlaku, dan Notaris dalam

membuat akta jual beli harus sangat teliti dan berhati-hati.

2. Diasumsikan bahwa implementasi analisis yuridis tugas pokok dan fungsi

notaris dalam persfektif pembuatan akta jual beli (Studi penelitian di Kantor

Notaris Devi Ananji, S.H, M.Kn Kota Batam), berdasarkan hasil penelitian

awal penulis maka didapati bahwa di Kantor Notaris Devi Ananji, S.H, M.Kn

tugas pokok dan fungsi Notaris sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang ada.

3. Diasumsikan bahwa faktor yang menjadi kendala/hambatan mengenai tugas

pokok dan fungsi notaris dalam persfektif pembuatan akta jual beli (Studi

penelitian di Kantor Notaris Devi Ananji, S.H, M.Kn Kota Batam),

dilapangan maka penulis mendapatkan bahwa jika terjadi hambatan berupaya

adanya sengketa atas akta jual beli maka langkah yang dilakukan adalah

melakukan koordinasi kerja dengan oragnisasi Ikatan Notaris Indonesia

G. Keaslian Penelitian

Dari hasil tinjauan penulis di perpustakaan kampus Universitas Batam dan

dari penelusuran penulis diberbagai Universitas di Indonesia melalui media

internet, sampai sejauh ini penulis belum menemukan penelitian yang khusus

meneliti tentang implementasi analisis yuridis tugas pokok dan fungsi notaris

dalam persfektif pembuatan akta jual beli (Studi penelitian di Kantor Notaris Devi

Ananji, S.H, M.Kn Kota Batam).

H. Metode Penelitian

21

Page 22: Proposal Puti (1)

Penelitian dalam realisasinya dengan metodologi penelitian hukum untuk

melaksanakan pengkajian penelitian yang akan menghasilkan karya ilmiah pada

lingkungan akademik yang dibedakan berdasarkan strata yaitu: skripsi untuk

jenjang strata sarjana, tesis untuk jenjang strata pasca sarjana dan disertasi untuk

jenjang strata doktoral.27 Metode penelitian hukum di dalam bahasa inggris

disebut legal research methode memiliki esensi pemikiran tentang penelitian. Jika

di telaah dari kata penelitian di dalam Bahasa Inggris dengan peristilahan re

search memiliki makna re = kembali dan search = mencari sehingga jika

digabungkan menghasilkan makna mencari kembali. Hal yang dicari kembali di

dalam penelitian adalah kebenaran yaitu kebenaran non eksoterik28 dengan kata

kunci melakukan kegiatan penelitian berdasarkan metodologi penelitian harus

ilmiah, unsurnya harus objektif dan sistematis. Metodologi penelitian hukum

sangat dibutuhkan dalam mengaji hal tentang pendaftran tanah secara sistematis.

Menurut Soerjono Soekanto, penelitian merupakan suatu usaha untuk

menganalisa serta mengadakan konstruksi secara metodologis, sistematis dan

konsisten. Penelitian merupakan sarana yang digunakan untuk memperkuat,

membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan.29

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa

dan konstruksi yang dilakukan secara meroologis, sistematis, dan konsisten,

metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah

27 Idham, Bahan Ajar Metodologi Penelitian Hukum, Perkuliahan Pada Program Studi Magister Kenotariatan-UNIBA, Batam, 15 November 2015; 19:35 wib28 Penulis menemukan adanya relevansi pendapat plato seorang filsuf yunani yang berpendapat bahwa penelitian dilakukan sebagai upaya untuk menemukan kembali kebenaran yang memenuhi unsure formal dan material bagi suatu objek penelitian, bahan ajar metodologi penelitian hukum, prodi, mkn. Uniba, 14 november 2015, 10:00 wib. Oleh Dr. Idham, S.H.,M.Kn29 Soekanto Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), Hal. 3

22

Page 23: Proposal Puti (1)

berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang

bertentangan dengan suatu kerangka tertentu. Sementara pengertian penelitian

hukum di jelaskan oleh Soerjono Soekanto30. Penelitian hukum meruakan suatu

kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu,

yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum, untuk

kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang

timbul di dalam gejala yang bersangkutan31.

Metode penelitian yang digunakan tergantung pada jenis yang dilakukan.

Pada umumnya suatu penelitian sosial termasuk penelitian hukum dapat ditinjau

dari segi dan sudut sifat, bentuk, tujuan dan penerapan serta sudut disiplin

ilmunya. Sudut sifatnya, suatu penelitian dapat dibedakan menjadi penelitian

eksploratif, diskriptif dan eksplanatoris. Dari sudut bentuk, suatu penelitian dapat

dibedakan menjadi penelitian diagnostik, preskriptif dan evaluatif32. Penelitian

hukum yang peneliti gunakan di dalam penelitian ini adalah penelitian sistematik

hukum, dilakukan terhadap pengertian dasar sistematik hukum yang meliputi:

subjek hukum; hak dan kewajiban; peristiwa hukum; hubungan hukum; objek

hukum.

1. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi data atau dapat dikatakan jenis penelitian adalah suatu pilihan jenis

format penelitian di dalam meneliti objek penelitian pada bidang ilmu hukum

30 Soekanto Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit UI Press, Jakarta, hal. 42

31 Ibid., hal. 4332 Buku Pedoman Penyusunan Proposal Dan Tesis Program Magister Ilmu Hukum Pasca

Sarjana (S2), Uniba, 2015, hal 9

23

Page 24: Proposal Puti (1)

yang diteliti oleh peneliti. Secara khusus menurut jenis, sifat dan tujuannya

spesifikasi penelitian hukum oleh Soerjono Soekanto dibedakan yaitu

penelitian hukum normatif dan penelitian hukum sosiologis atau empiris.

Penelitian hukum normatif ini disebut juga penelitian hukum doktriner, juga

disebut sebagai penelitian perpustakaan atau studi dokumen. Disebut penelitian

hukum doktriner karena penelitian ini dilakukan atau ditujukan hanya pada

peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan-bahan hukum yang lain. Penelitian

perpustakaan ataupun studi dokumen disebabkan penelitian ini lebih banyak

dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan.

Peneliti dalam melakukan penelitian atas objek penelitian ini telah menetapkan

spesifikasi penelitian hukum normatif33.

1. Metode pendekatan

Metode pendekatan dalam penelitian ini adalah penggabungan metode antara

pendekatan normative “legal research” dengan metode pendekatan empiris

“juridis sociologies”. Mekanisme penelitian dengan metode pendekatan hal ini

gabungan ini dilakukan dengan cara penguraian penjelasan penelitian cara

induktif mengarah kepada cara deduktif dan sebaliknya. Dilakukan oleh

penulis untuk membantu menjelaskan tentang duduk hubungan antar variable

penelitian dan objek penelitian sehingga dapat menghasilkan suatu pengertian

yang sangat membantu pembaca khusunya peneliti berikutnya serta kaum

akademisi.

2. Lokasi penelitian, populasi dan sampel

33 Soerjono Soekanto, Jenis Penelitian Antara Lain Penelitian Hukum Normative Atau Dokriner Dan Penelitian Hukum Empiris Atau Sosiologis. hal. 9

24

Page 25: Proposal Puti (1)

Lokasi penelitian dilakukan di Kantor Notaris Devi Ananji, S.H, M.Kn Kota

Batam. Dengan berbagai pertimbangan yang mendasar dalam hal bahwa kantor

Notaris Devi Ananji jaraknya lebih dekat dengan rumah penulis dan lebih

mudah dalam hal mendapatkan data yang diinginkan penulis.

a. Populasi dilakukan pada masyarakat yang memakai jasa notaris dalam

membuatakta jual beli di Kantor Notaris Devi Ananji, S.H, M.Kn Kota

Batam.

b. Sampel dilakukan dengan melaksanakan pengumpulan melalui kuisioner

kepada masyarakat, Notaris Devi Ananji, S.H, M.Kn dan satu orang staf

bagian pembuatan akta jual beli diKantor Notaris Devi Ananji, S.H, M.Kn

Kota Batam.

c. Penetapan lokasi, populasi dan sampel penelitian oleh peneliti guna untuk

mensetralisasikan lokasi serta efektifitas dan efisiensi dalam penelitian.

3. Teknik pengumpulan data dan alat pengumpulan data

Dalam bagian ini akan sekaligus dijelaskan mengenai bahan hukum yang

akan digunakan sebagai dasar analisis dari permasalahan yang akan diteliti

dalam studi kepustakaan (penelitian normative). Bahan hukum sebagaimana

dimaksudkan oleh peneliti terutama dalam konteks melaksanakan penelitian

dalam ranah ilmu pengetahuan dibidang hukum dapat dikualifikasikan yaitu

bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.Dalam

penelitian tesis ini yang dapat dikelompokkan kedalam bahan hukum primer

adalah:

25

Page 26: Proposal Puti (1)

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

b. Undang-Undang Pokok Agraria Nom or . 5 Tahun 1960

c. Undang-UndangRepublikIndonesiaNomor30Tahun2004tentang

JabatanNotaris.

d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentangn

Perubahan Atas Undang-UndangNomor30 Tahun 2004.

e. Kitab Undang-UndangHukum Perdata (KUHPerdata).

f. Kitab UndangUndangHukum Pidana (KUHP).

Selain itu penulis menetapkan digunakannya peraturan pendukung lainnya

dalam penelitian tesis ini bahan hukum sekunder yaitu:

a. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

b. KodeEtikNotaris.

Bahan hukum tersier yang digunakan dalam penelitian ini dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

a. Dokumen akta jual beli yang dibuat oleh Notaris.

b. Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Notaris Devi Ananji, S.H, M.Kn

guna penertiban pemberkasan di Kantornya.

Penulis melakukan studi penelitian terhadap sejumlah besar

peraturan yang mengandung materi pengaturan tentang proses pendaftaran

tanah secara sistematik, hal ini dipandang penting karena dapat menunjukkan

gejala-gejala terjadinya faktor penghambat yang berpotensi membentuk

26

Page 27: Proposal Puti (1)

jurang pemisah yang sangat dalam. Penulis mengharapkan adanya sisi lain

dari peraturan dan/atau diluar peraturan yang dapat dijadikan suatu alasan

mendasar yang dapat menjembatani antara BPN dengan masyarakat.

4. Analisis data

Analisis data merupakan proses paling vital dalam sebuah penelitian.

Menurut pendapat M. Kasiram bahwa analisis data adalah suatu tindakan

tentang analisis data yang memiliki fungsi untuk memberi arti, makna dan

nilai yang terkandung dalam data itu. Tahapan dalam penelitian tesis ini

menggunakan metode kualitatif karena masalah yang diselidiki adalah pola

tingkah laku yang dilihat dari “frame of reference”, jadi individu sebagai

actor senral perlu dipahami dan merupakan satuan analisis serta

menempatkan sebagai bagian dari suatu keseluruhan (holostik).

5. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian34 ini disusun berdasarkan sistematika atau tahapan yang

dimulai dari pelaksanaan penelitian hingga ke tahap analisis data dan penulisan

laporan penelitian hingga ke tahap analisis data dan penulisan laporan

penulisan penelitian.

34Opcit, Buku Pedoman, hal. 21

27

Page 28: Proposal Puti (1)

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian

Nama KegiatanJANUARI

2016

FEBRUARI

2016

MARET

2016

APRIL

2016

MEI

2016

JUNI

2016

1

Studi pendahuluan

2Proposal tesis

3Seminar proposal tesis

4Studi empiris kelapangan

5Penyusunan laporan hasil

penelitian (Draft tesis)

6Ujian tesis

7

Pendidikan dan

penggandaan tesis final

I. Sistematika penelitian

Sistematika penelitian dalam tesis ini adalah sebagai berikut:

BAB I : Dalam bab ini dikemukakan mengenai latar belakang,

perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan/manfaat

penelitian, keaslian penelitian, kerangka teori dan konsep,

metode penelitian, dan sistematika penelitian

BAB II : Dalam bab ini akan diuraikan permasalahan pertama dalam

tesis ini antara lain akan dianalisis pengaturan hukum

28

Page 29: Proposal Puti (1)

mengenai tugas pokok dan fungsi notaris dalam persfektif

pembuatan akta jual beli.

BAB III : Dalam bab ini akan dianalisis konstruksi permasalahan

kedua dalam tesis ini termasuk mengenai implementasi

analisis yuridis mengenai tugas pokok dan fungsi notaris

dalam persfektif pembuatan akta jual beli (Studi penelitian

di Kantor Notaris Devi Ananji, S.H, M.Kn Kota Batam).

BAB IV : Dalam bab ini akan dianalisis permasalahan ketiga dalam

penelitian tesis ini yaitu faktor yang menjadi

kendala/hambatan mengenai tugas pokok dan fungsi notaris

dalam persfektif pembuatan akta jual beli (Studi penelitian

di Kantor Notaris Devi Ananji, S.H, M.Kn Kota Batam).

BAB V : Dalam bab terakhir berisi penutup, dalam bagian ini

peneliti menyampaikan kesimpulan dan saran-saran

terhadap permasalahan yang diteliti dalam tesis ini.

29

Page 30: Proposal Puti (1)

DAFTAR PUSTAKA

a. Buku-Buku

Dr. Titik Triwulan T., S.H., M.H.Hukum Tata Usaha Negara Dan Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara

Indonesia

Ateng Syafrudin, 2002, Menuju Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bersih dan Bertanggung Jawab, Jurnal Pro Justisia Edisi IV, Universitas Parahyangan, Bandung.

Bambang Sunggono, 1997, Metode Penelitian Hukum,Penerbit. Raja Grafindo, Jakarta.

Buku Pedoman Penyusunan Proposal dan Tesis Program Magister Ilmu Hukum Pasca Sarjana (S2), Universitas Batam, 2014.

DaengNaja, 2012, TeknikPembuatanAkta,PustakaYustisia,Yogyakarta.

E. Suherman, 1979, Masalah Tanggung Jawab Pada Charter Pesawat Udara Dan Beberapa Masalah Lain Dalam Bidang Penerbangan (Kumpulan Karangan), Cet. II, Alumni, Bandung.

Hans Kelsen, 2011, General Theory of Law and State, diterjemahkan oleh Rasisul Muttaqien, Nusa Media, Bandung.

HusniThamrin,2011,PembuatanAktaPertanahanolehNotaris,LaksbangPressindo,Yogyakarta.

H. Chaerudin, 1999, Filsafat Suatu Ikhtisar, FH UNSUR, Cianjur.

30

Page 31: Proposal Puti (1)

Idham, 2004, Konsolidasi Tanah Perkotaan Guna Meneguhkan Kedaulatan Rakyat, Alumni Bandung.

Jemmy Rumengan, 2010, Metode Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

J.G.BrouwerdanSchilder,1998,ASurveyofDutchAdministrative Law, Nijmegen: Ars Aeguilibri.

Komar Andasasmita, 1981, Notaris Dengan Sejarah, Peranan, Tugas Kewajiban, Rahasia Jabatannya, Sumur, Bandung.

L.J.VanApeldoorn,1996,PengantarIlmuHukum,PradnyaParamita cetakan 26, Jakarta.

Nazir, Moh. 2011, Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor.

M. Burhan Bungin, 2005, Metode Penelitian Kualitatif, Andi, Jakarta.

Masyhur Efendi, Dimensi/Dinamika Hak Asasi Manusia Dalam Hukum Nasional Dan Internasional, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994.

MiriamBudiardjo,1998, Dasar-DasarIlmuPolitik,GramediaPustaka Utama, Jakarta.

MuhammadAdam, 1985, IlmuPengetahuanNotariat,SinarBaru,Bandung.

Philipus M.Hadjon, 2008, Tentang Wewenang, Makalah Universitas Airlangga, Surabaya.

RidwanHR,2013,HukumAdministrasiNegara,RajaGrafindoPersada, Jakarta.

31

Page 32: Proposal Puti (1)

_________, 2006, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Shidarta, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Edisi Revisi, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Ahmadi Miru, Hukum Merek , PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007

Az Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Daya Widya,1999

Budi Agus Riswandi, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, Raja Grafino Persada, Jakarta, 2004

Esmi Warasih, Pranata Hukum, sebuah Telaah Sosiologis, Suryandaru Utama, Semarang, 2005

Gunawan Widjaya, Seri Hukum Bisnis (Lisensi), Raja GrafindoPersada, Jakarta,2003

Harsono adisumarto, Hak Milik Intelektual khususnya Paten dan Merek, Hak Milik Perindustrian (industry property), Akademika Presindo,Jakarta, 1985

H.B. Sutopo, Metodologi Penelitian Hukum Kualitatif Bagian II, UNS Press, Surakarta, 1998

H.OK Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual , PT Raja GrafindoPersada, Jakarta 2004

32

Page 33: Proposal Puti (1)

Insan Budi Maulana; Sukses Bisnis Melalui Merek, Paten dan Hak Cipta, Citra Aditya Bakti, Bandung 1997

Iman Syahputra, Hak Kekayaan Intelektual (suatu pengantar), Harvarindo,

Jakarta, 2007

J. Satrio, Hukum Perjanjian, Citra aditya Bakti, Bandung, 1992

_______________, Seri Hukum Bisnis (Alternatif Penyeloesaian Sengketa), Raja GrafindoPersada, Jakarta, 2001

Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1980

Muhamad Djumhana, Hak Milik Intelektual, Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003

cli __________________, Perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, Citra aditya Bakti, Bandung, 2006.

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu-ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif), UII Press,Yogyakarta ,2007

Muhammad Abdul Kadir, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001

Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah, Peraturan Hak Kekayaan Inteltual di Indonesia, Pustaka bani Quraisy, Bandung, 2004

R Soebekti dan R Tjitrosudibyo, Kitab Undang – Undang Hukum Perdata, Pradya Paramita, Jakarta, 1986

33

Page 34: Proposal Puti (1)

Roscou Pound, Pengantar Filsafat Hukum (terjemahan Mohammad Radjab) Cetakan Ketiga, Bharatara Karya Aksara, 1982

Rachmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual (Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia,Alumni Bandung, 2003

Soekardono, R : Hukum Dagang Indonesia , Jilid I, Dian Rakyat, Jakarta 1983,

Sudarga Gautama, Segi-segi Hukum Hak Milik Intelektual, PT Eresco,Bandung, 1990

_______________, Hukum Merek Indonesia, Citra aditya Bakti, Bandung, 1990

_______________, Komentar atas Undang-Undang Merek tahun 1992

dan peraturan-peraturan pelaksanaannya, Alumni Bandung, 1994

_______________,Hak Milik Intelektual Indonesia dan Perjanjian Internasional TRIPs, GATT, Putaran Uruguay 1994

, Citra aditya Bakti, Bandung, 1994

Taryana Sunandar, Perlindungan HAKI (di negara –negara Asean), Sinar

Grafika, Jakarta, 2007

Tim Lindsey, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Alumni Bandung, 2006

W.R. Cornish, Intellectual Property dalam Etty Susilowati, “Kontrak Alih Teknologi Pada Industri Manufaktur”, Yogyakarta: Genta Press, 2007

Wiratmo Dianggoro : Pembaharuan UU Merek dan ampak Bagi Dunia Bisnis, Jurnal Hukum Bisnis , Volume 2

34

Page 35: Proposal Puti (1)

Utomo, Budi. 2013. Hukum Perdata. Penerbit Sejahtera: Yogyakarta

Utomo, Budi. 2012. Hukum Perjanjian. Penerbit Mandala: Surabaya.

b. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang atas Perubahan Undang-Undang Jabatan Notaris.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundangan-undangan.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

c. Buku Pedoman Tesis, makalah, artikel,jurnal dan surat kabar

Buku Pedoman Penyusunan Proposal dan Tesis Program Magister Ilmu Hukum

Pasca Sarjana (S2), Universitas Batam, 2014.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

d. Website/Internet

http://definisi_pengertia_analisis_menurut_para_ahli.html, di unduh pada tanggal

20 Januari 2016, Pukul. 20.00 Wib

35