Proposal PTK Smester 6

38
PROPOSAL PTK A. JUDUL PENELITIAN : Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika Melalui Tehnik Mind Mapping (PTK Siswa Kelas X 5 SMAN 2 BELOPA Kab. Luwu) B. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional seperti penyempurnaan atau perbaikan kurikulum pendidikan dasar dan menengah, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan kualitas guru dan pembaharuan pendekatan pembelajaran. Namun demikian pemahaman konsep oleh siswa masih tergolong rendah. Kesulitan siswa untuk memahami suatu konsep pada mata pelajaran tertentu, seperti fisika disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa faktor penting di antaranya adalah motivasi siswa. Tingginya minat dan motivasi siswa untuk belajar dapat berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa.

Transcript of Proposal PTK Smester 6

Page 1: Proposal PTK Smester 6

PROPOSAL PTK

A. JUDUL PENELITIAN : Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika Melalui

Tehnik Mind Mapping

(PTK Siswa Kelas X5 SMAN 2 BELOPA Kab. Luwu)

B. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai

tujuan pendidikan nasional seperti penyempurnaan atau perbaikan kurikulum

pendidikan dasar dan menengah, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan,

peningkatan kualitas guru dan pembaharuan pendekatan pembelajaran. Namun

demikian pemahaman konsep oleh siswa masih tergolong rendah.

Kesulitan siswa untuk memahami suatu konsep pada mata pelajaran tertentu,

seperti fisika disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa faktor penting di antaranya

adalah motivasi siswa. Tingginya minat dan motivasi siswa untuk belajar dapat

berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru fisika SMAN 2 BELOPA,

bahwa kategori ketuntasan belajar berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP) adalah 60, tetapi masih banyak siswa memperoleh nilai di bawah standar

ketuntasan tersebut, selain itu berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 2 Belopa,

siswa memiliki pemahaman konsep yang masih rendah. Hal ini ditandai dengan

ketidakmampuan mendefinisikan konsep-konsep dengan kalimat atau kata-kata

sendiri, ketidakmampuan memberikan contoh dari sesuatu yang disertai alasan yang

benar, ketidakmampuan dalam proses atau langkah-langkah penyelesaian soal serta

Page 2: Proposal PTK Smester 6

ketidakmampuan mengemukakan persamaan yang seharusnya digunakan dalam

penyelesaian soal-soal tersebut.

Berdasarkan kenyataan di atas, maka diperlukan suatu teknik pembelajaran

yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dalam hal ini adalah teknik mind

mapping yang merupakan kombinasi dari bagan konsep yang menggunakan warna,

bentuk, diagram, sketsa, dan kata kunci yang menarik sehingga siswa terdorong untuk

belajar serta menggunakan teknik menghafal yang melibatkan otak kiri dan otak

kanan sehingga informasi dapat disimpan dalam pikiran, sangat cocok untuk materi-

materi yang banyak membahas tentang konsep dan teori, seperti suhu dan kalor,

gerak, aplikasi hukum-hukum Newton, dan sebagainya.. Karena melihat esensi dari

teknik mind mapping tersebut sehingga dilakukanlah penelitian ini.

2. Rumusan Masalah

a. “Apakah dengan menggunakan tehnik Mind Mapping Pemahaman konsep Fisika

Kelas X5 SMAN 2 BELOPA Tahun Pelajaran 2010/2011 dapat meningkat?”

b. “Apakah hasil belajar Fisika Kelas X5 SMAN 2 BELOPA Tahun Pelajaran

2010/2011 dapat meningkat dengan menggunakan Tehknik Mind Mapping?”

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep fisika Kelas X5 SMAN 2

BELOPA Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan menggunakan Tehknik Mind Mapping

b. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Fisika Kelas X5 SMAN 2 BELOPA

Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan menggunakan tehnik Mind Mapping

Page 3: Proposal PTK Smester 6

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru dan siswa. Adapun

manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi guru: Teknik mind mapping sebagai bahan alternatif teknik pembelajaran

dalam meningkatkan kualitas sistem pembelajaran, sehingga bermanfaat untuk

perbaikan dan peningkatan kualitas guru.

2. Bagi siswa: Sebagai bahan informasi untuk meningkatkan pemahaman konsep

siswa.

3. Bagi Sekolah: Dapat memberikan sumbangan/masukan mengenai Tehknik mengajar

yang dapat digunakan di sekolah dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas

pembelajaran fisika baik di sekolah tempat penelitian secara khususnya maupun sekolah

lain pada umumnya.

4. Bagi peneliti selalnjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

perbandingan dan pertimbangan, khususnya bagi yang berniat mengembangkan

hasil penelitian ini.

C. TINJAUAN PUSTAKA

1. Kajian Teoritik

a. Pemahaman Konsep-Konsep Fisika

Dalam taxonomi Bloom, Pemahaman (comprehension) termasuk salah satu

aspek rana kognitif setelah aspek pengetahuan (knowlwdge). Seseorang dikatakan

memahami sesuatu apabila ia mampu menjelaskannya (Drever, 1987: 47). Sedangkan

menurut Mastei dan Johnson (dalam Baharuddin, 1982: 115), bahwa pemahaman

ialah kemampuan seseorang dalam menerangkan sesuatu dengan kata-kata sendiri

dan tidak sama dengan yang tertera dalam buku teks, menginterprestasi, atau menarik

kesimpulan, misalnya dari tabel atau grafik. Dengan demikian, memahami sesuatu

Page 4: Proposal PTK Smester 6

bukan sekedar mengetahui dan mengingatnya, tetapi melibatkan proses mental yang

bersifat dinamis. Sebagai contoh: orang yang membuat grafik tentang pertumbihan

penduduk dengan berdasarkan pada data di dalam tabel.

Pemahaman dapat dibedakan atas: 1) translasi; 2) interpretasi; dan 3)

ekstrapolasi (Subiyanto, 1988: 49). Translasi dimaksudkan sebagai kemampuan

seseorang untuk memahami sesuatu yang dinyatakan dengan cara lain dari pada

pernyataan asli yang dikenal sebelumnya. Interpretasi dimaksudkan sebagai

kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu yang direkam, diubah, atau disusun

dalam bentuk lain, seperti: grafik, tabel, diagram, dan lain-lain. Ekstrapolasi

dimaksudkan sebagai kemampuan seseorang untuk meramalkan kelanjutan

kecenderungan yang ada menurut data tertentu, dengan mengemukakan akibat,

implikasi sejalan dengan kondisi yang digambarkan dalam komunikasi yang asli.

Ditinjau dari aspek kegiatan, Bloom (dalam Syukran Mursyid, 1989: 20) memberikan

pengertian tentang pemahaman yang meliputi: 1) terjemahan, 2) tafsiran, dan 3)

ekstrapolasi. Terjemahan bias dari sesuatu yang abstrak ke keadaan yang lain, dari

suatu bentuk simbolik ke bentuk yang lain, dan dari bentuk verbal ke bentuk yang

lain. Tafsiran berkenaan dengan kemampuan seseorang untuk menguraikan atau

mengorganisir data yang ada menurut pandangannya sendiri, dan berdasarkan tafsiran

itu kemudian ia menarik suatu kesimpulan . Ekstrapolasi berkenaan dengan

kemampuan seseorang untuk menggambarkan, meramalkan, menginterpretasikan,

memprediksikan, dan lain-lain.

Page 5: Proposal PTK Smester 6

Dari beberapa pengertian pengertian tentang pemahaman di atas dapat

disimpulkan, bahwa:

1. Pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk menerangkan dan

menginterpretasikan sesuatu;

2. Memahami sesuatu bukan hanya sekedar mengetahui , yang biasanya

terbatas pada mengingat kembali pengalaman atau memproduksi yang pernah

dipelajari;

3. Pemahaman lebih dari sekedar mengetahui karena pengalaman melibatkan

proses mental yang dinamis; dan

4. Pemahaman merupakan suatu proses bertahap, dan masing-masing tahap

memperlihatkan kemampuan tersendiri.

Berkenaan dengan konsep-konsep fisika, maka pada bagian ini dikemukakan

pengertian konsep-konsep fisika, Pembentukan konsep-konsep fisika, dan

pengembangan konsep-konsep fisika.

1. Pengertian Konsep-konsep Fisika

Carin dan Sund (1980: 90) dalam M. Agus Martawijaya, dkk (1994 : 19)

mengemukakan bahwa a concept is an idea generalized from particular and experiences.

Example are magnet, electricity,plant, cell and sound. Ini berarti, bahwa konsep (khususnya

konsep fisika) merupakan suatu ide atau gagasan yang digeneralisasikan dari pengalaman-

pengalaman yang relevan. Pengalaman itu sendiri mengacu pada kejadian atau obyek

dengan ciri-ciri spesifiknya. Sehubungan dengan itu, Novak dan Gowin (1985: 4)

Page 6: Proposal PTK Smester 6

mengemukakan bahwa we define concept as a regularity in events or objects designated by

soma label. Dalam pernyataan itu, Novak dan Gowin membatasi konsep sebagai suatu

keteraturan sifat kejadian-kejadian atau obyek-obyek yang ditandai oleh beberapa nama.

Konsep semacam itu oleh Winkel (1986: 60) disebutnya sebagai konsep konkret yaitu

konsep yang diperoleh seseorang melalui observasi langsung terhadap lingkungan fisik.

Selain itu, masih ada lagi jenis konsep dalam fisika yang berupa rumusan kata-kata yang

diterangkan dalam bentuk hukum, teori, atau definisi. Menurut Winkel (1986: 61) bahwa

konsep semacam itu adalah konsep terdefenisi, yaitu konsep yang diperoleh melalui

instruksi berval (bahasa), bukan melalui observasi langsung terhadap lingkungan fisik.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep-konsep fisika

memiliki ciri-ciri khusus, merupakan generalisasi yang didasarkan pada pengamatan atau

pengalaman, mengacu pada keteraturan sifat kejadian atau obyek, dan dapat berupa

rumusan verbal.

2. Pembentukan Konsep-Konsep Fisika

Proses pembentukan konsep pada umumnya, khususnya konsep-konsep fisika

senantiasa dimulai dengan adanya kontak pribadi terhadap obyek nyata melalui alat indera.

Selanjutnya, indera melanjutkan kontak itu ke otak sehingga terjadi persepsi, yaitu proses di

mana indera mentrasmisikan pengertian ke otak (Moh. Amien, 1987: 34)

Dalam proses pembentukan konsep, obyek-obyek yang berfungsi sebagai

referens dapat berupa obyek konkret, kejadian, atau benda sesungguhnya. Alat indera

dalam melakukan persepsi dipengaruhi oleh stimulus yang berupa cahaya, bunyi, atau

Page 7: Proposal PTK Smester 6

sejenisnya yang menimbulkan kesan fisik. Persepsi terhadap obyek-obyek

berlangsung terus dan mengkomulasikan kesan sehingga bermakna dan membentuk

konsep. Kesan yang tercatat dalam otak pada mulanya tidak akurat, tetapi bersifat

tentative.

Konsep dapat berubah karena adanya penambahan pengalaman. Anak-anak

biasanya membentuk konsep secara subyektif, karena latar belakang pengalamannya

yang sangat terbatas. Semakin banyak anak mengalami, maka semakin banyak ia

mengenal dan mengerti sehingga lambat laun pembentukan konsepnya semakin

sempurna. Tentang pembentukan konsep Ausubel, dkk. (1978: 127) dalam M. Agus

Martawijaya, dkk (1994 : 19) mengemukakan bahwa pembentukan konsep (concept

formation) merupakan bentuk belajar penemuan (discovery learning). Misalnya,

pembentukan konsep kucing oleh anak adalah binatang yang berkaki empat, berekor,

dan berbulu sebagai ciri-cirinya. Suatu saat anak itu melihat anjing, maka cirri-ciri

tadi dianggap mewakili konsep kucing. Pada saat itu anak tersebut melakukan analisis

deskriminasi sehingga ciri-ciri berkaki empat, berekor, dan berbulu tidak lagi menjadi

kriteria ciri-ciri kucing. Melaui proses diskriminasi terhadap ciri-ciri kucing

sebelumnya, maka anak akan dapat menetapkan kriteria konsep kucing berdasarkan

ciri-ciri atau perbedaan pada umumnya dengan anjing.

3. Pengembangan Konsep-konsep Fisika

Konsep-konsep fisika yang sudah terbentuk di dalam system pikiran (otak) anak

akan terus berkembang sejalan dengan semakin bertambahnya pengalaman serta

Page 8: Proposal PTK Smester 6

perkembangan intelektualnya. Karena itu, guru dalam kegiatan belajar mengajar fisika harus

selalu membimbing dan mengembangkan konsep-konsep yang telah dimiliki anak

berdasarkan pengalamannya terdahulu.

Pengembangan konsep-konsep fisika yang didasari pada pengalaman anak

berkaitan erat dengan perkembangan intelektualnya. Piaget (dalam Ratna Wilis

Dahar, 1989: 157-158) percaya bahwa perkembangan intelektual seseorang

dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor yaitu: kematangan (maturation), pengalaman fisik

(physical experience), pengalaman logiko-matematik (logico-mathematical

experience), transmisi sosial (social transmission), dan proses keseimbangan

(equilibration).

Kematangan berkaitan dengan perkembangan sistem saraf sentral, otak,

koordinasi motorik, dan manifestasi fisik lainnya mempengaruhi perkembangan

kognitif seseorang. Otak bayi misalnya lebih kecil jika dibandingkan dengan otak

dewasa. Namun demikian, kematangan belum cukup menerangkan perkembangan

intelektual itu.

Pengalaman fisik adalah aktivitas-aktivitas seseorang untuk mengabstraksi

sifat-sifat obyek tertentu. Pengalaman fisik ini memberikan pengertian mengenai sifat

suatu obyek dengan jalan berhubungan langsung dengan obyek tersebut. Sebagai

contoh, seorang anak menjatuhkan sebuah benda dan menemukan bahwa benda itu

pecah. Pada situasi ini, anak tersebut sudah terlibat dalam proses abstraksi, yaitu

abstraksi sederhana atau abstraksi empiris. Pengalaman fisik diperoleh seseorang jika

Page 9: Proposal PTK Smester 6

ia melakukan aksi terhadap suatu rangsang sehingga ia mampu melakukan interaksi

terhadap obyek-obyek di sekitarnya.

Pengalaman logico-matematik adalah pengalaman seseorang sebagai hasil

dari pengetahuan yang diperoleh sewaktu ia membangun atau

mengkonstruksihubungan antara satu obyek dengan obyek yang lain. Sebagai contoh,

seorang anak bermain dengan sejumlah kelereng, kemudian menghitung dan

menemukan bahwa kelereng itu sepuluh. Konsep sepuluh ini bukan suatu sifat dari

kelereng-kelereng itu, tetapi suatu kontruksi dari pikiran anak. Pengalaman senacam

itu dapat membantu anak untuk membentuk dan mengembangkan struktur konsep di

dalam sistem pikirannya.

Transmisi sosial dapat dipandang sebagai suatu ungkapan yang digunakan di

dalam pengertian yang laus, yaitu pertukaran informasi antara satu orang dengan

orang lain. Anak hidup di dalam lingkungan sosial seperti: keluarga, masyarakat, dan

sekolah. Melalui lingkungan sosial ini anak memperoleh informasi yang berpengaruh

terhadap perkembangan kognitifnya. Namun demikian transmisi sosial belum cukup,

kecuali bila anak sudah siap untuk memahami informasi yang sampai kepadanya.

Melalui transmisi sosial anak memperoleh informasi yang berpengaruh terhadap

perkembangan intelektualnya. Namun demikian, transmisi sosial belum cukup

kecuali bila anak sudah siap memahami informasi yang sampai kepadanya. Melalui

transmisi sosial, diharapkan dapat menunjang perkembangan anak dalam mempelajari

suatu konsep. Anak akan mampu mempertimbangkan pandangan-pandangan orang

lain, sehingga persepsi yang dilakukannya terhadap obyek juga dipertimbangkan

Page 10: Proposal PTK Smester 6

berdasarkan pandangan-pandangan lain yang diketahuinya. Dengan demikian,

transmisi sosial dapat memberikan dasar bagi anak untuk mengurangi sifat egonya

dalam mengembangkan konsep.

Proses keseimbangan adalah suatu proses pengaturan diri untuk

mengintegrasikan faktor-faktor di atas ke dalam suatu keadaan yang seimbang dan

stabil. Alasan yang memperkuatnya adalah anak senantiasa berada di dalam keadaan

ketidakseimbangan (disequilibrasi). Untuk mencapai keadaan seimbang maka anak

harus beradaptasi. Artinya, anak harus menyeimbangkan antara assimilasi dan

akomodasi (Labinowicz, 1980: 36). Assimilasi adalah proses pengambilan/

penerimaan informasi dari lingkungan dan menggabungkannya ke dalam bagan-

bagan konsep yang ada di dalam struktur kognitifseseorang. Sedangkan akomodasi

adalah proses modifikasi konsep-konsep untuk menerima informasi baru dari

lingkungannya (Moh. Amien, 1987: 46). Kalau anak hanya melakukan assimilasi

terus menerus, maka ia tidak mampu melihat perbedaan antara berbagai hal.

Sebaliknya, kalau anak hanya melakukan akomodasi, maka ia tidak mampu melihat

persamaan antara berbagai hal. Proses keseimbangan dapat berupa aktivitas yang

membentuk struktur konsep yang tersimpan di dalam struktur kognitifnya. Selain itu,

konsep diorganisir menjadi struktur mental secara kontinyu ke tingkat yang lebih

tinggi.

Salah satu upaya untuk melatih anak mengembangkan konsep ialah melalui

pemetaan konsep (concept maping). Konsep yang sudah terbentuk dapat

dikembangkan lagi menjadi konsep yang lebih komprehensif. Untuk

Page 11: Proposal PTK Smester 6

mengembangkan konsep, carin dan Sund (1980: 222) dalam M. Agus Martawijaya,

dkk (1994 : 19) menyarankan:

One approach is to ask a class what they know about a topic … Another technique is to involve students in something, for example, hearing or reading a stori about some scientific discovery, watching a film, taking a field strip, or watching demonstration. Dengan perkataan lain, suatu pendekatan dalam upaya mengembangkan

konsep adalah dengan mengajukan banyak pertanyaan kepada siswa, apa yang

mereka ketahui tentang sesuatu topik. Cara lain adalah dengan melibatkan siswa

dalam mendengarkan atau membaca penemuan-penemuan di bidang IPA, menonton

film, rekreasi, atau menyaksikan demontrasi. Melalui pendekatan ini, diharapkan

konsep-konsep yang telah dimilki (diketahui dan dipahami) siswa dapat berkembang

dan dapat diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari.

Sehubungan dengan pemetaan konsep, Novak dan Gowin (1985: 28) dalam

M. Agus Martawijaya, dkk (1994 : 19) mengemukakan bahwa … concept maps

present a way to visualize concepts and the hierarchical relationship between them.

Dengan perkataan lain, pemetaan konsep merupakan cara untuk memvisualisasikan

konsep-konsep dan hubungan secara hierarkhis. Pemetaan konsep bertujuan agar

siswa dapat belajar secara bermakna, melatih mereka untuk mengetahui sifat dan

aturan-aturan konsep, serta hubungan antara konsep.

Melalui pemetaan konsep, dapat dilihat hubungan antara konsep yang inklusif

dengan konsep yang lebih sederhana dan spesifik yang terjadi secara hierarki.

Tentang penyusunannya, Wahyana (1986: 319) mengemukakan bahwa tidak menjadi

masalah apakah peta konsep yang telah dibuat atau tidak. Yang penting peta konsep

Page 12: Proposal PTK Smester 6

itu memberikan gambaran apa yang telah diperoleh dari kegiatan belajar mengajar.

Dengan membuat dan menggunakan peta konsep dalam kegiatan belajar mengajar

IPA, berarti guru melatih siswa untuk mengembangkan konsep-konsep yang

dimilikinya. Contoh-contoh peta konsep dapat dilihat pada buku Learning How to

Learn, karangan Novak dan Gowin.

a. Hasil Belajar Fisika

Istilah hasil belajar berasal dari dua kata yaitu “hasil” dan “belajar”. Dalam

kamus bahasa Indonesia kata hasil berarti sesuatu yang menjadi akibat dari usaha.

Sedangkan kata belajar mempunyai banyak pengertian, diantaranya menurut Slameto

dalam Haling (2007: 1) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Suatu proses belajar harus bersifat praktis dan langsung. Artinya, bila

seseorang ingin mempelajari sesuatu, maka dia sendirilah yang harus melakukannya,

tanpa melalui “perantaraan” orang lain. Jadi pada dasarnya peristiwa “belajar”, serta

hasil yang diperoleh banyak ditentukan oleh individu yang bersangkutan. Meskipun

demikian karena individu itu tidak pernah lepas hubungannya dengan lingkungan,

faktor lingkungan seperti tempat belajar, teman belajar, dan suasana sekitar dapat

berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Menurut Ali, dkk (1990: 12), ada tiga

unsur utama dalam belajar, yaitu: 1) Motivasi untuk belajar, 2) Tujuan yang hendak

dicapai, 3) Situasi yang mempengaruhi.

Page 13: Proposal PTK Smester 6

Menurut Gagne dalam Ratna wilis dahar (1988: 135) membagi lima kategori

hasil belajar, yakni (1) keterampilan intelektual, (2) strategi kognitif, (3) informasi

verbal, (4) sikap-sikap, dan (5) keterampilan motorik.

Menurut Benyamin S. Bloom (1996 : 7) ada tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif,

afektif dan psikomotorik. Hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh faktor yang berasal

dari anak atau siswa dan faktor yang berasal dari lingkungan. Hasil belajar siswa

dalam bidang studi tertentu dapat diketahui dengan jalan melakukan pengukuran yang

dikenal dengan istilah pengukuran hasil belajar. Hasil belajar dapat diukur dengan

menggunakan tes hasil belajar.

Dengan hasil belajar yang diperoleh, guru akan mengetahui apakah metode

atau strategi yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar siswa

memperoleh angka jelek pada penilaian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan

oleh metode atau strategi yang digunakan kurang tepat. Apabila demikian halnya,

maka guru harus mawas diri dan mencoba mencari metode atau strategi lain dalam

mengajar. Hasil belajar juga merupakan cerminan kualitas suatu sekolah.

Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas, maka yang dimaksud

dengan hasil belajar dalam penelitian ini, yaitu sesuatu atau akibat yang diperoleh

dari suatu usaha yang telah dilakukan/dialami sesesorang (peserta didik) yang

dituangkan dalam bentuk kecakapan, kecerdasan, keterampilan dan tingkah laku.

b. Teknik Mind Mapping

Teknik pembelajaran sering sekali disamakan artinya dengan metode

pembelajaran. Teknik merupakan jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru

untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai.

Sedangkan metode pembelajaran didefenisikan sebagai cara yang digunakan guru,

yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Page 14: Proposal PTK Smester 6

Mind mapping adalah alat pikir yang organisasional yang dengan mudah

menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil keluar otak dengan sistem

mencatat yang kreatif, efektif, dan secara tidak langsung dapat memetakan pikiran-

pikiran siswa. Mind mapping didasarkan pada kemampuan berpikir siswa dapat

dikembangkan sehingga dapat menggunakan kembali informasi yang telah diperoleh

untuk masalah-masalah lain yang diajukan.

Mind mapping bukan hanya sekedar diarahkan agar peserta didik dapat

mengingat dan memahami berbagai data, fakta, dan konsep tersebut, tetapi dapat

dijadikan sebagai alat untuk melatih kemampuan berpikir siswa dalam menghadapi

dan menyelesaikan suatu persoalan, karena mind mapping secara harfiah adalah

pemetaan pikiran yang menempatkan informasi ke dalam otak dan pengambilan

informasi dari otak dengan sangat mudah. Teknik mind mapping merupakan salah

contoh yang baik tentang pendayagunaan teknik yang dapat membantu siswa dalam

memahami konsep-konsep dan menghafalkan informasinya dengan satu prasarana

belajar.

Penggunaan teknik untuk menghafalkan konsep yaitu dengan menggunakan

kata-kata kunci, simbol dan gambar yang dihubungkan dengan garis lengkung

membentuk suatu bagan konsep dan menghafalkan kata-kata, simbol, dan gambar

tersebut dengan menggunakan teknik mengingat untuk memudahkan penghafalan

semua konsep dengan satu rangkaian aturan yang sederhana, mendasar, alami dan

sesuai dengan cara kerja otak. Dengan mind mapping, daftar informasi yang panjang

bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur, dan mudah diingat yang

bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam berbagai hal.

Pada saat konsep utama dan pokok-pokok terkaitnya telah tersusun rapi

dihubungkan dengan hafalan atas apa yang dianggap penting. Untuk membantu

proses hafalan, maka selama proses penciptaan bagan konsep sebaiknya selalu

menggunakan bentuk, diagram, sketsa, warna dan kata kunci yang unik untuk

membantu membentuk suatu kesan yang kuat. Prinsip-prinsip pokoknya adalah

asosiasi dan imajinasi dan menggunakan pancaindra (Edmund Bachman, 2005:73).

Page 15: Proposal PTK Smester 6

Teknik utama mind mapping: 1). Memulai dengan satu tema atau konsep dan

menghubungkan dengan pokok-pokok terkait, 2). Menggunakan imajinasi dan kata-

kata kunci untuk dihubungkan dengan pokok-pokoknya untuk membantu penghafalan

(Edmund Bachman, 2005: 77).

Mind mapping tidak diarahkan untuk menghafal konsep tapi untuk belajar

bermakna dengan menggunakan bagan konsep. Belajar bermakna berlangsung bila

informasi yang baru dikaitkan dengan informasi yang telah dimiliki. Konsep yang

dimasukkan dulu adalah konsep yang paling mudah atau paling dekat dengan konsep

yang telah ada pada seseorang (Mulyati Arifin,2005: 69).

Contoh Bagan Konsep Suhu dan kalor

Gb.1. Bagan Konsep Suhu dan Kalor

a. Teknik Menghafal dan belajar bermakna

Menurut Ausubel, belajar berlangsung pada struktur kognitif dan dapat

diklasifikasikan dalam dua dimensi sebagai berikut.

Dimensi I : Berhubungan dengan cara informasi diberikan.

Ada dua cara yaitu:

Page 16: Proposal PTK Smester 6

Mind mapping ditujukan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis

dan kreativitas belajar. Oleh karena itu, Mulyasa (2003:54) memberikan beberapa

saran untuk mengembangkan kreativitas belajar yaitu: 1) Menilai, menghargai,

berpikir kritis. 2) Memberanikan siswa untuk memanipulasi benda-benda (objek dan

ide-ide), 3) Mengajar bagaimana menguji setiap gagasan secara sistematis, 4)

Menciptakan kondisi yang diperlukan untuk berpikir kreatif, dan 5) Mendorong

kebiasaan untuk menyusun aplikasi ide-ide.

Jadi, yang dimaksud dengan Tehnik Mind Mapping dalam penelitian ini

adalah tehnik pembelajaran yang menggunakan tehnik penghapalan konsep dengan

menggunakan kata-kata kunci, simbol dan gambar yang dihubungkan dengan garis

lengkung membentuk suatu bagan konsep dan menghafalkan kata-kata, simbol, dan

gambar tersebut dengan menggunakan teknik mengingat untuk memudahkan

penghafalan semua konsep dengan satu rangkaian aturan yang sederhana.

Page 17: Proposal PTK Smester 6

Guru Siswa

Hasil Belajar Meningkat

Kelas X5 SMAN 2 BELOPA

Guru SiswaKegiatan belajar Mengajar

Pembelajaran cenderung didominasi oleh guru

Merasa BosanKurang antusiasKurang melibatkan diri dalam pembelajaranTidak memperhatikan ketika guru menjelaskan

Hasil Belajar Rendah

Penerapan Teknik Mind Mapping

Kegiatan belajar Mengajar

2. Kerangka Pikir

Page 18: Proposal PTK Smester 6

3. Rumusan Hipotesis Tindakan

“Hasil belajar Fisika Kelas X5 SMAN 2 BELOPA Tahun Pelajaran 2010/2011

meningkat dengan menggunakan tehnik Mind Mapping”

D. RANCANGAN/METODE PENELITIAN

1. Setting Penelitian

a. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini, yaitu Penelitian tindakan kelas (classroom action

research) dengan tahapan-tahapan pelaksanaan meliputi perencanaan, tindakan,

observasi dan refleksi.

b. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X5 SMAN 2 BELOPA Tahun

Pelajaran 2010/2011.

c. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011, dan akan

dilakukan selama 3 bulan, mulai dari Bulan April – Juni 2011 di SMAN 2 BELOPA

Kab. Luwu.

d. Rencana Siklus Dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti merencanakan akan melakukan 2 Siklus.

2. Variabel Penelitian

Page 19: Proposal PTK Smester 6

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya maka dalam

penelitian ini dikaji dua variabel yakni Variabel Masalah dalam hal ini adalah Hasil

Belajar Fisika, dan Variabel Tindakan dalam hal ini adalah Tehnik Mind Mapping.

3. Rumusan Tindakan

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dalam setiap siklus terdiri atas

perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi serta refleksi.

SIKLUS I

Dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan

a. Perencanaan

Penggunaan Tehnik Mind Mapping untuk meningkatkan hasil belajar fisika

b. Pelaksaanaan Tindakan

1. Guru Mengatur tempat duduk siswa

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar

3. Guru menyampaikan materi fisika di depan kelas dengan tehnik Mind Mapping

4. Guru memberikan soal kepada siswa dan memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengerjakannya

5. Pada saat siswa mengerjakan soal, Guru berkeliling kelas membimbing dan

mengawasi serta langsung menilai apakah pekerjaan siswa sudah benar atau perlu

diperbaiki. Jika sudah benar guru menganjurkan siswa untuk melanjutkan ke soal

selanjutnya dan jika masih salah guru membimbing sehingga siswa tersebut dapat

menemukan sendiri jawabannya.

6. Guru membimbing siswa untuk meyimpulkan jawaban hasil latihan.

Page 20: Proposal PTK Smester 6

7. Pada setiap akhir pertemuan ditarik kesimpulan kemudian guru memberikan PR.

8.Pada akhir siklus I diadakan tes akhir siklus I kemudian diberikan angket pertama.

9. Seluruh hasil observasi, tanggapan siswa dan hasil tes siklus I dianalisis.

c. Observasi

Pada saat guru menjelaskan di depan kelas, masih banyak siswa yang ribut, saling

berbicara dengan temannya, tidak memperhatikan materi, dan masih ada yang belum

mengerti materi yang diajarkan, hal ini terlihat dari ketidakmampuan siswa

menyelesaikan sendiri tugas yang diberikan.

d. Refleksi

Bagaimana cara membuat seluruh siswa mengerti materi yang diajarkan, dan

membuat siswa dapat menyelesaikan sendiri tugas yang diberikan oleh guru, dan

suasana kelas dapat terkontrol.

SIKLUS II

Dilaksanakan dalam 5 Siklus

a. Revisi Perencanaan

Pada siklus II direncanakan melanjutkan program pada siklus I, dengan

penambahan tindakan yaitu guru membagi siswa dalam kelas menjadi beberapa

kelompok kecil, dalam 1 kelompok terdiri dari 2 orang. Dalam setiap kelompok siswa

mendiskusikan soal-soal yang diberikan kemudian mengerjakannya dengan bersama-

sama.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada siklus kedua ini adalah:

a. Siswa yang kurang aktif pada siklus I akan diupayakan jalan keluarnya sehingga

menjadi aktif.

b. Siswa yang kurang mampu mengikuti pelajaran pada siklus I didekati untuk

dibimbing.

c. Siswa yang cepat dalam mengikuti pelajaran dipuji kemudian diberi soal

tambahan(pengayaan) sebagai latihan yang berasal dari buku referensi.

Page 21: Proposal PTK Smester 6

d. Pada akhir siklus II akan diberikan tes.

e. Hasil pengamatan dianalisis untuk dijadikan bahan pemilihan dalam

merefleksikan tindakan yang dilakukan.

b. Pelaksanaan tindakan

a. Guru tetap menjelaskan materi di depan kelas dengan menggunakan tehnik Mind

Mapping

b. Guru membagi siswa dalam kelas menjadi kelompok-kelompok kecil, dimana

setiap kelompok terdiri dari 2 orang, kemudian meminta Siswa mengerjakan soal

yang ada di LKS.

c. Pada saat siswa mengerjakan soal, Guru berkeliling kelas membimbing dan

mengawasi serta langsung menilai apakah pekerjaan siswa sudah benar atau perlu

diperbaiki. Bagi kelompok yang belum bisa maka guru membimbingnya untuk

mengerjakan soal tersebut.

d. Pada akhir siklus II diberikan tes siklus II kemudian siswa diberikan angket

mengenai tanggapan siswa untuk diisi yang dilakukan oleh peneliti.

c. Observasi

Pada saat proses pembelajaran berlangsung, suasana kelas menjadi tentram,

dan siswa betul-betul dapat memahami materi yang diberikan, hal ini terbukti dari

banyaknya kelompok yang dapat menjawab soal latihan dengan benar dan sesuai

dengan apa yang diinginkan. Namun masih masih ada siswa yang bertanya ke

kelompok lain untuk menyelesaikan tugas yang diberikaan

d. Refleksi

Bagaimana cara membuat agar siswa dapat mnyelesaikan tugas yang diberikan tanpa

bertanya ke kelompok lain. Adapun Refleksi yang dilakukan meliputi seluruh

kejadian penelitian siklus I dan II data yang diperoleh berupa angket hasil observasi

dan hasil tes akhir siklus dianalisis.

4. Observasi

Page 22: Proposal PTK Smester 6

Adapun data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data yang

bersifat Kuantitatif dan kualitatif. Data yang diperoleh dari pelaksanaan observasi

dianalisis secara kualitatif, sedangkan data hasil belajar fisika siswa Kelas X5 SMAN

2 BELOPA dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif.

Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu berupa tes hasil

belajar dan observasi.

5. Analisis Dan Refleksi

a. Prosedure Analisis

Data tentang hasil belajar fisika siswa diperoleh dengan menggunakan tes

hasil belajar pada setiap akhir siklus. Untuk data mengenai motivasi belajar siswa

dalam mengikuti proses belajar akan diambil pada saat proses pembelajaran

berlangsung dengan menggunakan pedoman observasi.

Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif

yaitu analisis kuantitatif yaitu skor rata-rata dan persentase. Selain itu ditentukan pula

tabel frekuensi dan persentase nilai minimum dan nilai maksimum yang diperoleh

siswa pada setiap siklus.

Berdasarkan kategorisasi yang telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan

Nasional dan Kebudayaan (2006:24), sebagai berikut:

Tabel 1. Teknik Kategorisasi Standar Menurut Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan

No Nilai Kategori

1

2

3

4

0 – 34

35 – 54

55 – 64

65 – 84

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Page 23: Proposal PTK Smester 6

5 85 – 100 Sangat Tinggi

Nilai rata-rata (mean ) dan simpangan baku (standar deviasi) di hitung dengan

menggunakan rumus

1. Menghitung Mean (X )

X =

∑ X

N

2. Menghitung Standar Deviasi

SD = √∑ X2

N−

(∑ X )2

N

Keterangan:

(X ) = Mean

SD = Standar Deviasi

X = Skor Siswa

N = Jumlah Siswa (Sudjana: 2005)

b. Pemaknaan Analisis

Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar fisika yang

diperoleh siswa setelah diajar dengan teknik mind mapping pada materi pelajaran

suhu dan kalor. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui keadaan subyek penelitian .

Dalam hal ini digunakan skor rata-rata, standar deviasi, skor tertinggi (maksimum),

skor terendah (minimum), persentase peningkatan dan distribusi frekuensi.

Sedangkan hasil observasi siswa diawali dengan analisis pengkodean, lalu

dikelompokan berdasarkan kriteria jawaban yang telah dibuat oleh peneliti.

Berdasarkan analisis yang dilakukan, jika 65 % dari jumlah siswa

memperoleh nilai rata-rata sebesar 85 maka dapat dikatakan terjadi peningkatan hasil

belajar yang telah dicapai oleh siswa.

Page 24: Proposal PTK Smester 6

c. Tindakan Siklus Selanjutnya

JIka siklus I dan II tidak berhasil meningkatkan hasil belajar siswa, maka sebaiknya

perlu ditambahkan lagi siklus dalam penelitian ini.

E. Jadwal Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun

pelajaran 2010/2011, dan akan dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari tanggal 5

April – 5 Juni 2011 di SMAN 2 BELOPA Kab. Luwu.

F. Daftar Pustaka

Ali, dkk. 1990. Bimbingan Belajar. Bandung. Sinar Baru

Arikunto, S. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta. Bumi

Aksara

Bachmand, E. 2005. Metode Belajar Berpikir dan inovasi, Ahli bahasa Bahrul Ulum.

Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher

DEPDIKNAS. 2006. Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompotensi Lulusan.

Jakarta: PERMENDIKNAS

Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, Dan

Implementasi. Bandung: Remaja Rosda karya

Mulyasa, A. 2005. Penggunaan mind map dalam Pembuatan Proposal Pendidikan.

(http://prasetya.Brawijaya.ac.id/jan2005), diakses 12 Maret 2011

Sudjana. 1992. Metoda Statistika. Bandung.Tarsito

Page 25: Proposal PTK Smester 6