Proposal Ptk q

36
PENELITIAN TINDAKAN KELAS MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS TENTANG PENINGGALAN SEJARAH MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN PUNTUK DORO 2 MAGETAN Oleh : MURNI DIASTUTI 09141148 PGSD / VII D PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Transcript of Proposal Ptk q

Page 1: Proposal Ptk q

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS TENTANG

PENINGGALAN SEJARAH MELALUI PEMBELAJARAN

KOOPERATIF MODEL THINK PAIR SHARE PADA SISWA

KELAS IV SDN PUNTUK DORO 2 MAGETAN

Oleh :

MURNI DIASTUTI

09141148

PGSD / VII D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

IKIP PGRI MADIUN

2013

Page 2: Proposal Ptk q

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ada presepsi umum yang sudah berakar dalam dunia pendidikan

dan juga sudah menjadi harapan masyarakat. Presepsi umum ini

menganggap bahwa sudah merupakan tugas guru untuk mengajar dan

menyodori siswa dengan muatan-muatan informasi dan pengetahuan.

Guru perlu bersikap atau setidaknya dipandang oleh siswa sebagai

yang maha tau dan sumber informasi. Lebih celaka lagi, siswa belajar

dalam situasi yang membebani dan menakutkan karena dibayangi oleh

tuntutan-tuntutan mengejar nilai-nilai tes dan ujian yang tinggi.

Tampaknya ada perubahan paradigm dalam menelaah proses

belajar siswa dan interaksi antara siswa dan guru. Sudah

seyogyanyalah kegiatan belajar mengajar juga lebih

mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol yang bisa

diisi dengan muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu

oleh guru. Selain itu, arus proses belajar tidak harus berasal dari guru

menuju siswa.

Siswa juga bisa saling mengajar dengan sesama siswa yang

lainnya. Bahkan, banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran

oleh teman sebaya ternyata lebih efektif daripada oleh guru. Sistem

pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk

Page 3: Proposal Ptk q

bekerja sama dengan sesame siswa dalam tugas-tugas yang tersetruktur

disebut sebagai “ pembellajaran gotong toyong “atau cooperative

learning. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilitator.

Sesungguhnya metode gotong royong tidak terlampau asing dan

mereka telah sering menggunakannya dan mengenalnya sebagai

metode kerja kelompok. Memang tidak bisa disangkal bahwa banyak

guru telah sering menugaskan para siswa untuk bekerja dalam

kelompok. Sayangnya, metode kerja kelompok sering dianggap kurang

efektif. Berbagai sikap dan kesan negatif memang bermunculan dalam

pelaksanaan metode kerja kelompok. Jika kerja kelompok tidak

berhasil, siswa cenderung saling menyalahkan.

Sebaliknya jika berhasil, muncul perasaan tidak adil. Siswa yang

pandai/rajin merasa rekannya yang kurang mampu telah membonceng

pada hasil kerja mereka. Akibatnya, metode kerja kelompok yang

seharusnya bertujuan mulia, yakni menanamkan rasa persaudaraan dan

kemampuan bekerja sama, justru bisa berakhir dengan ketidakpuasan

dan kekecewaan. Bukan hanya guru dan siswa yang merasa pesimis

mengenai penggunanan metode kerja kelompok, bahkan kadang-

kadang orang tua pun merasa was-was jika anak mereka dimasukkan

dalam satu kelompok dengan siswa lain yang dianggap kurang

seimbang.

Berbagai dampak negatife dalam menggunakan metode kerja

kelompok tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau

Page 4: Proposal Ptk q

meluangkan waktu dan perhatian dalam mempersiapkan dan

menyusun metode kerja kelompok. Yang diperkenalkan dalam metode

pembelajaran cooperative learning bukan sekedar kerja kelompok,

melainkan pada penstrukturannya. Jadi, system pengajaran cooperative

learning bisa didefinisikan sebagai kerja/belajar kelompok yang

terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsure

pokok (Johnson & Jonhson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif,

tanggung jawab individu, interaksi personal, keahlian bekerja sama,

dan proses kelompok.

Kekhawatiran bahwa semangat siswa dalam mengembangkan

diri secara individu bisa terancam dalam penggunaan metode kerja

kelompok bisa dimengerti karena dalam penugasan kelompok yang

dilakukan secara sembarangan, siswa bukannya belajar secara

maksimal, melainkan belajar mendominasi ataupun melempar

tanggung jawab. Metode pembelajaran gotong royong distruktur

sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota dalam satu

kelompok melaksanakan tanggung jawab pribadinya karena ada

system akuntabilitas individu. Siswa tidak bisa begitu saja

membonceng jerih payah rekannya dan usaha setiap siswa akan

dihargai sesuai dengan poin-poin perbaikannya.

Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa

terdorong untuk melihat pengaruh pembelajaran terstruktur dan

pemberian balikan terhadap prestasi belajar siswa dengan mengambil

Page 5: Proposal Ptk q

judul “ Meningkatkan Prestasi Belajar IPS tentang Peninggalan

Sejarah melalui Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share

Pada Siswa Kelas IV SDN Puntukdoro 2 Magetan ”.

B. Identifikasi Masalah

Dari paparan latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasikan permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini,

yaitu :

1. Apakah pembelajaran kooperatif model think pair share

berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV ?

2. Bagaimana pembelajaran kooperatif model think pair share pada

pelajaran IPS ?

3. Bagaimana prestasi belajar IPS yang diperoleh siswa sebelum

menggunakan model pembelajaran think pair share ?

4. Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran IPS dengan

diterapkannya model pembelajaran kooperatif model think pair

share pada siswa kelas IV ?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah yang dibatasi

sebagai berikut :

1. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Puntukdoro 2

Magetan.

Page 6: Proposal Ptk q

2. Materi yang digunakan dalam penelitian ini tentang peninggalan

sejarah di kabupaten/kota dan provinsi.

3. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

model pembelajaran kooperatif model think pair share.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan identifikasi

masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Apakah pembelajaran kooperatif model think pair share

berpengaruh terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa

kelas IV SDN Puntukdoro 2 Magetan ?

2. Seberapa tingg tingkat penguasaan materi pelajaran IPS dengan

diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model think pair

share pada siswa kelas IV SDN Puntukdoro 2 Magetan ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :

1. Untuk mengungkap pengaruh pembelajaran kooperatif model

think pair share terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

siswa kelas IV SDN Puntukdoro 2 Magetan.

2. Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan

mata pelajaran IPS setelah diterapkannya pembelajaran

Page 7: Proposal Ptk q

kooperatif model think pair share pada siswa kelas IV SDN

Puntukdoro 2 Magetan.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan

metode pembelajaran yang dapat memeberikan manfaat

bagi siswa dan bisa meningkatkan inovasi dalam

menyampaikan materi pembelajaran.

2. Siswa, dapat meningkatkan motivasi belajar dalam melatih

sikap sosial untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa

lain dalam mencapai tujuan belajar. Dan bisa meningkatkan

prestasi dalam hal akademik.

3. Sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya

meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

4. Menambah wawasan dann pengetahuan penulis tentang

peranan guru Ilmu Pengetahuan Sosial dalam meningkatkan

pemahaman siswa belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.

Page 8: Proposal Ptk q

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengajaran Kooperatif

Pengajaran kooperatif (cooperative Learning) memerlukan pendekatan

pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja

sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan

belajar (Houlobec,2001).

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang

silih asah sehingga sumber belajar siswa bukan hanya guru dan

buku ajar tetapi juga sesame siswa. Manusia adalah makhluk

individual, berbeda satu dengan yang lain, karena sifatrnya yang

individual maka manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya

sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi

makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya.

Karena satu sama lain saling membutuhkan maka harus ada

interaksi yang silih asih (saling menyayangi atau saling mencintai).

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara

sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi

antar sesama siswa. Dengan ringkas Abdurrahman dan Bintoro

(200:78) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan

Page 9: Proposal Ptk q

interaksi yang silih asah, silih asih, silih asuh antar sesama siswa

sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata “.

2. Prinsip Belajar Kooperatif dan Manfaat Belajar Kooperatif

a. Kesamaan Tujuan

b. Tujuan yang sama pada anak-anak dalam kelompok membuat

kegiatan belajar lebih kooperatif. Jika suatu kelas bekerja sama

dalam satu permainan, tujuan kelompok adalah menghasilkan

suatu permainan yang menyebabkan anak-anak lain senang.

c. Ketergantungan Positif

Kegiatan akan dapat berhasil jika anggota keluarga dapat

bekerja sama. Kegiatan individu dapat dilakukan dengan cara :

1. Memberi peranan khusus pada tiap individu

2. Membagi tugas menjadi sub-sub tugas

3. Menciptakan situasi fantasi untuk membangun kekuatan

imajinatif

d. Manfaat Belajar Kooperatif

1. Meningkatkan hasil belajar siswa

2. Meningkatkan hubungan antar kelompok

3. Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar

4. Membina sifat kebersamaan, peduli, tenggang rasa dan rasa

andil terhadap keberhasilan tim

5. Meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas

6. Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan

Page 10: Proposal Ptk q

3. Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya

terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai

elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya :

a. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana

belajar yang mendorong agar siswa merasa saling

membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah

yang dimaksud dengan saling memberikan motivasi untuk

meraih hasil belajar yang optimal. Saling ketergantungan

tersebut dapat dicapai melalui :

1. Saling ketergantungan pencapaian tujuan

2. Saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas

3. Saling ketergantungan dahan atau sumber

4. Saling ketergantungan peran

5. Saling ketergantungan hadiah

b. Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka menurut para ahli dalam kelompok dapat

saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog,

tidak hanya guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi

semacam itu memungkinkan para siswa dapat saling menjadi

sumber belajar sehingga sember belajar lebih bervariasi.

Page 11: Proposal Ptk q

Interaksi semacam itu sangat penting karena ada siswa yang

merasa lebih mudah belajar dari sesamanya.

c. Akuntabilitas individu

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar

kelompok. Meskipun demikian, penelitian ditunjukan untuk

mengetahui penguasaan siswa terhadap ateri pelajaran secara

individual. Hasil penelitian secara individual tersebut

selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar

semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok

yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang

dapat memberikan bantuan.

d. Ketrampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau

ketrampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (Abdurahman

& Bintoro, 2000:78-79) Dalam pembelajaran kooperatif

ketrampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap

teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani

mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain,

mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam

menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relarionship)

tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa

tidak hanya dapat menjalin hubungan antar pribadi, tidak hanya

memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari semua siswa.

Page 12: Proposal Ptk q

4. Peran Guru Dalam Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan relatife

dari pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru dalam

pembelajaran kooperatif tersebut adalah :

a. Guru harus merumuskan tujuan pembelajaran

b. Menentukan jumlah anggota dalam kelompok belajar

c. Menentukan tempat duduk siswa

d. Merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan

positif

e. Menentukan peran siswa untuk menunjang saling

ketergantungan positif

f. Menjelaskan tugas akademik

g. Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan

bekerja sama

h. Menyusun akuntabilitas individu

i. Menyusun kerja sama antar kelompok

j. Menjelaskan kriteia keberhasilan

k. Menjelaskan perilaku siswa yang diharapkan

l. Memantau perilaku siswa

m. Memberikan bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan tugas

n. Melakukan intervensi untuk melakukan ketrampilan bekerja

sama

o. Menutup pelajaran

Page 13: Proposal Ptk q

p. Menilai kualitas pekerjaan atau hasil belajar siswa

q. Menilai kualitas kerja sama antar anggota kelompok

B. Model Think Pair Share

Model ini dekembangkan oleh Spencer dan kawan-kawannya

dari Universitas Maryland yang mampu mengubah asumsi bahwa

metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting

kelompok kelas secara keseluruhan. Model Think Pair Share

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan merespon

serta saling pendek atau para siswa telah selesai membaca suatu tugas.

Selanjutnya, guru meminta kepada para siswa untuk menyadari secara

lebih serius mengenai apa yang telah dijelaskan oleh guru atau apa

yang telah dibaca.

Guru tersebut lebih memilih model Think Pair Share daripada

metode Tanya jawab. Untuk kelompok secara keseluruhan (whole-

group question and answer). Lyman dan kawan-kawannya

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Berpikir (Thinking). Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang

terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu satu menit untuk

berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut.

2. Berpasangan (Pairing). Guru meminta siswa untuk berpasangan

dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi

Page 14: Proposal Ptk q

selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu

pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu

isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru mengizinkan tidak

lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

3. Berbagi (Sharing). Pada langkah akhir guru meminta siswa

pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama

dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka

bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru

berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain,

sehingga seperempat ataiu separo dari pasangan-pasangan tersebut

memperoleh kesempatan untuk melapor.

C. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu hasil yang telah dicapai

pembelajar dalam kegiatan belajarnya (dad yang telah dilakukan,

dikerjakan, dan sebagainya), sebagaimana dijelaskan dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia, (1995:787). Dari pengertian ini maka,

hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lajimnya ditunjukkan dengan

nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Page 15: Proposal Ptk q

Belajar itu sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, atau

memaknai sesuatu yang diperoleh. Akan tetapi apabila kita bicara

tentang hasil belajar, maka hal itu merupakan hasil yang telah

dicapai oleh si pelajar.

Istilah hasil belajar mem;punyai hubungan yang erat

kaitannya dengan prestasi belajar. Sesungguhnya sangat sulit untuk

membedakan pengertian prestasi belajar dengan hasil belajar. Ada

yang berpendapat bahwa pengertian hasil belajar dianggap sama

dengan pengertian prestasi belajar. Hasil belajar menunjukkan

kualitas jangka waktu yang lebih panjang, misalnya satu cawu, satu

semester dan sebagainya. Sedangkan prestasi belajar menunjukkan

kualitas yang lebih pendek, misalnya satu pokok bahasan, satu kali

ulangan harian dan sebagainya.

Nawawi (1981:100) mengemukakan pengertian hasil belajar

adalah sebagai berikut : Keberhasilan murid dalam mempelajari

nateri pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau

skor dari hasil tes mengenai sejumlah pelajaran tertentu.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasi Belajar

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak, yaitu :

a. Faktor Internal

Faktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani

dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat

menunjang atau melatar belakangi aktivitas belajar.

Page 16: Proposal Ptk q

Faktor psikologis, yaitu faktor yang mendorong atau

memotivasi belajar. Diantaranya sebagai berikut :

Adanya keinginan untuk tahu

Agar mendapat simpati dari orang lain

Untuk memperbaikai kegagalan

Mntuk mendapatkan rasa aman

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak

yang ikut mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal

dari orang tua, sekolah, dan masyarakat.

1. Faktor yang berasal dari orang tua

Faktor yang berasal dari orang tua adalah sebagai

cara mendidik orang tua terhadap anaknya. Dalam hal ini

dapat dikaitkan suatu teori apakah orang tua mendidik

secara demokratis, atau secara otoriter. Orang tua sebaiknya

selalu memperhatikan anak selama belajar baik langsung

maupun tidak langsung dan memberikan arahan-arahan

manakala akan melakukan tindakan yang kurang tertib

dalam belajar.

2. Faktor yang berasal dari sekolah

Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari

guru, mata pelajaran yang ditempuh, dan metode yang

diterakan guru dalam proses pembelajaran. Faktor guru

Page 17: Proposal Ptk q

banyak menjadi penyebab kegagalan belajar anak, yaitu

yang menyangkut kepribadian guru , dan kemampuan

mengajarnya.

3. Faktor yang berasal dari masyarakat

Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor

masyarakat bahkan sangat kuat pengaruhnya terhadap

pendidikan anak. Sampai-sampai pengaruh masyarakat sulit

untuk dikendalikan. Mendukung atau tidak mendukung

perkembangan anak, masyarakat juga ikut mempengaruhi.

Selain beberapa faktor internal dan eksternal di atas, ada faktor lain yang

mempengaruhi hasil belajar yaitu :

1. Minat

2. Kecerdasan

3. Bakat

4. Motivasi

Page 18: Proposal Ptk q

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian Tindakan

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research),

karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran

di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab

menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan

bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

B. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam

melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan.

Penelitian ini bertempat di SDN Puntukdoro 2 Magetan.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian

atau saat penelitian dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan

pada saat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dimulai sejak

bulan nopember sampai desember.

3. Subyek Penelitaian

Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi Kelas IV SDN

Puntukdoro 2 Magetan dengan mata pelajaran IPS pada

kompetensi dasar menghargai berbagai peninggalan sejarah di

Page 19: Proposal Ptk q

lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga

kelestariannya.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah bntuk kajian yang

bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk

meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam

melaksanakan tugas, memperdalam pemehaman terhadap tindakan-

tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana

prektek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000:3).

Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk

memperbaiki/meningkatkan praktek pembelajaran secara

berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaan adalah

menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000:5).

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari

Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997:6), yaitu berbentuk spiral

dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap silkus meliputi

planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan

reflection (refleksi).

Page 20: Proposal Ptk q

Obervasi Awal

Perencanaan IPembelajaran menggunakan model pembelajaran think

pair share pada mata pelajaran IPS kelas IV

Pelaksanaan I

Pengamatan I

SIKLUS I

Refleksi I

Permasalahan Baru

Perencanaan IIPembelajaran menggunakan model pembelajaran think pair share pada mata pelajaran IPS kelas IV

Pelaksanaan II

SIKLUS II

Pengamatan II

Refleksi II

Laporan

D. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan yaitu melalui beberapa siklus

berikut :

Alur Penelitian Tindakan Kelas Diadaptasi dari Mulyasa (2011)

Page 21: Proposal Ptk q

E. Instrument Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran, pengolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai

pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran.

Masing-masing RPP berisi standar kompetensi, kompetensi dasar,

indikator, tujuan pembelajaran, metode, kegiatan pembelajaran,

sumber belajar dan penilaian.

3. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegiatan siswa ini yang dipergunakan siswa untuk

membantu proses pengumpulan data dari hasil kegiatan belajar

mengajar.

4. Tes Formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman

konsep Ilmu Pengetahuan Sosial pada pokok bahasan

perkembangan teknologi untuk produksi, komunikasi dan

transportasi. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk

soal yang diberikan adalah pilihan guru (objektif).

Page 22: Proposal Ptk q

F. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh

melalui observasi pengolahan belajar aktif, observasi aktivitas siswa

dan guru, serta tes formatif. Data itu bersumber dari kelas IV SDN

Puntukdoro 2 Magetan.

G. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keaktifan suatu metode dalam kegiatan

pembelajaran perlu diadakan analisis data. pada penelitian ini

menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode

penelitian bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan

data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar

yang dicapai siswa.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau presentase

keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya

dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis

pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan ststistik sederhana yaitu :

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang

selanjutnya dibagi dengan siswa yang ada di kelas tersebut

sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan sebagai

berikut :

Page 23: Proposal Ptk q

X = ∑ X

∑ N

Dengan : X = nilai rata-rata

∑ X = jumlah semua nilai siswa

∑ N = jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan

dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar

mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa

telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65 % atau nilai 65, dan

kelas disebut tuntas belajar bila kelas tersebut terdapat 85 % yang

telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65 %.

Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar digunakan rumus

sebagai berikut :

P = ∑ siswa yang tuntasbelajar x100 %

∑ siswa

Page 24: Proposal Ptk q

DAFTAR PUSTAKA

Ali Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Sinar Baru Algesindon.

Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:

Rineksa Cipta.

Rustiyah, N.K.1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta:

PAU PPAI, Universitas Terbuka.

file:///C:/Users/Public/Documents/model-pembelajaran-kooperatif-

tipe.html