Proposal PTK Dina Amalia

61
PENERAPAN KOLABORASIMODEL PEMBELAJARAAN PETA KONSEP DAN NUMBERED HEAD TOGETHERUNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENDIAGNOSIS PERMASALAHAN PENGOPERASIAN PERSONAL COMPUTER PADA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TKJ SMK NEGERI 26 JAKARTA DI SUSUN OLEH DINA AMALIA 5215095035 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO - FAKULTAS TEKNIK

Transcript of Proposal PTK Dina Amalia

Page 1: Proposal PTK Dina Amalia

PENERAPAN KOLABORASIMODEL PEMBELAJARAAN PETA

KONSEP DAN NUMBERED HEAD TOGETHERUNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENDIAGNOSIS

PERMASALAHAN PENGOPERASIAN PERSONAL COMPUTER

PADA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN

TKJ SMK NEGERI 26 JAKARTA

DI SUSUN OLEH

DINA AMALIA

5215095035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO - FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

JANUARI 2012

Page 2: Proposal PTK Dina Amalia

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga proposal penelitian ini telah selesai meskipun jauh

dari sempurna. Peneliti berharap proposal penelitian ini, dapat diterima dan

bermanfaat bagi semua pihak, khususnya dalam bidang pendidikan.

Proposal penelitian ini disusun untuk menjelaskan tentang PENERAPAN

KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN PETA KONSEP DAN

NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATAN HASIL BELAJAR

MENDIAGNOSIS PERMASALAHAN PENGOPERASIAN PERSONAL

COMPUTER PADA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TKJ SMK

NEGERI 26 JAKARTA karena dengan penelitian ini sangat berguna untuk

mengetahui sejauh mana hasil belajar yang dicapai dalam pemberian tugas

pekerjaan rumah.

Dalam penyusunan proposal penelitian ini peneliti banyak menghadapi kesulitan

baik dalam penyusunan maupun dalam pengumpulan data. Tetapi semua itu dapat

peneliti atasi. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu, terutama :

1. Orang tua yang telah memberikan doa dan dukungan moril maupun

materil.

2. Bapak Dr. Bambang Dharma Putra, M.Pd sebagai dosen pembimbing

dalam penelitian.

Page 3: Proposal PTK Dina Amalia

3. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Proposal penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kelengkapan

proposal penelitian ini. Akhir kata semoga proposal penelitian ini dapat

bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca umumnya.

Jakarta, Januari 2012

Peneliti

Page 4: Proposal PTK Dina Amalia

BAB I 

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat dan segala informasi

menjadi berlipat ganda setiap detiknya. Hal ini erat kaitannya dengant

eknologi yang memberikan peluang berkembangnya sains. Berbagai macam

penemuan dalam bidang teknologi banyak bermunculan selaras dengan

perkembangan sains. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia

merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan untuk menyesuaikan dengan

perkembangan sains. Solusi untuk meningkatkan sumber daya manusia

adalah melalui pendidikan.

Penggunaan model pembelajaran yang bervariasi dirasa mampu

untuk meningkatkan semangat peserta didik dalam mengikuti proses belajar

mengajar, karena dengan pembelajaran secara kooperatif semaksimal

mungkin partisipasi siswa dalam memperoleh pengetahuan sangat

diperlukan.

Metoda pengajaran yang akan diterapkan harus memperhatikan

sasaran atau subyek pelaku tindakan. Subyek penelitian ini adalah siswa

SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) dimana mereka termasuk dalam

kategori remaja. Menurut Arikunto (2008:38) siswa pada kategori remaja

cenderung bersifat mandiri, ingin segala sesuatunya serba bebas, menuntut

Page 5: Proposal PTK Dina Amalia

kreativitas, ingin dihargai sebagai anak gede yang tidak mau dikungkung

tetapi ingin bebas. Oleh karena itu, metoda pembelajaran yang menjadi

alternative pilihan dan dapat diterapkan pada siswa SMK adalah

pembelajaran kooperatif.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran KKPI di

SMK Negeri 26 Jakarta, dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran mata

pelajaran KKPI masih menggunakan metode ceramah, pembelajaran masih

didominasi oleh guru dan kurang terpusat pada siswa. Siswa hanya diberi

tugas dan berdiskusi pada bagian materi tertentu saja. Hal ini menyebabkan

siswa kurang merespon selama kegiatan pembelajaran berlangsung karena

siswa merasa bosan, jenuh, mengantuk dan kurang dilibatkan dalam

kegiatan pembelajaran. Siswa menganggap bahwa apa yang disampaikan

guru sudah banyak tanpa mereka berinisiatif untuk mencoba memecahkan

masalah, mereka hanya bergantung pada penyampaian materi guru yang

berlanjutsampaimereka lulus. Hal ini berpengaruh pada hasil belajar siswa

yang kurang optimal dalam mencapai ketuntasan belajar.

Oleh karena itu, dengan penerapan kolaborasi model pembelajaran

diharapkan siswa akan merasa lebih dihargai di dalam proses pembelajaran

karena guru berusaha memberikan suatu tanggung jawab kepada masing-

masing siswa atas tugas atau pertanyaan yang telahdiberikanoleh guru.

Kolaborasi model pembelajaran Peta Konsep & Number Head Together

merupakan suatu kegiatan berkesinambungan, setelah siswa memahami

Page 6: Proposal PTK Dina Amalia

materi dengan peta konsep yang ada kemudian pengetahuan siswa akan

diperkuat dengan diskusi kelompok dimana masing-masing siswa memiliki

tanggung jawab menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru sebelum

mereka melakukan praktikum. Kegiatan ini merupakan suatu bentuk

penguatan bagi siswa dalam memahami materi pelajaran yang telah

dipelajari. Dengan penerapan kolaborasi model pembelajaran siswa tidak

akan pasif karena pembelajaran yang berorientasi pada siswa, guru

merupakan fasilitator bagi siswa dalam proses pemahaman terhadap materi

pelajaran yang akan diperoleh siswa, serta kemampuan mereka dalam

melakukan praktikum.

Diharapkan dengan penerapan kolaborasi kedua model pembelajaran

dapat meningkatkan hasil belajar siswa, oleh karena itu peneliti

berkeinginan untuk melakukan penelitian pada proses belajar mengajar yang

terjadi di SMK Negeri 26 Jakarta. Penelitian ini mengambil judul

“Penerapan Kolaborasi Model Pembelajaran Peta Konsep & Numbered

Head Together Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada

Materi Mendiagnosis Permasalahan Pengoperasian Personal Computer

di SMK Negeri 26 Jakarta”.

B. Rumusan Masalah

Dari paparan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang

diambil adalah “Bagaimana penerapan Kolaborasi model pembelajaran Peta

Konsep & Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa

Page 7: Proposal PTK Dina Amalia

pada materi mendiagnosis permasalahan pengoperasian personal

Computer?”

C. TujuanPenelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan pembelajaran

Peta Konsep & Numbered Head Together agar dapat meningkatkan hasil

belajar pada materi mendiagnosis permasalahan pengoperasian personal

computer pada siswa X program keahlian TKJ SMK Negeri 26 Jakarta.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian tindakan ini adalah “Jika siswa kelas X

SMK Negeri 26 Jakarta diajar menggunakan kolaborasi model pembelajaran

Peta Konsep & Numbered Head Together maka hasil belajar siswa pada

materi mendiagnosis permasalahan pengoperasian personal computer akan

meningkat”.

E.  Manfaat Hasil Penelitian 

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada berbagai pihak sebagai

berikut:

1. Bagi SMK Negeri 26 Jakarta

Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi sekolah untuk meningkatkan

mutu pendidikan di sekolah tersebut.

Page 8: Proposal PTK Dina Amalia

2. Bagi Guru

a. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan untuk

menerapkan dan mengembangkan model pembelajaran pada mata

pelajaran KKPI agar dapat meningkatkan pemahaman dan peran aktif

siswa.

b. Guru dapat mengevaluasi siswa atas berhasil atau tidaknya pembelajaran

yang sudah dilakukan. Oleh karena itu dengan penelitian ini diharapkan

dapat meningkatkan kualitas pembelajaran guru.

3. Bagi Siswa

a. Dapat memotivasi dan hasil belajar siswa.

b. Dapat mendorong siswa untuk berani mengemukakan idea tau pendapat

serta merasa ikut bertanggung jawab atas pertanyaan yang diberikan oleh

guru.

c. Dapat menimbulkan rasa percaya diri terhadap potensi atau kemampuan

yang dimiliki oleh masing-masing siswa.

4. Bagi Peneliti

a. Dapat memberikan pengalaman pada peneliti dalam menghadapi

permasalahan pendidikan yang ada di lapangan sebagai acuan yang bisa

digunakan dalam proses mengajar pada kesempatan yang akan dating.

b. Dapat memperoleh informasi secara langsung mengenai proses dan hasil

penerapan model pembelajaran Peta Konsep & Numbered Head Together

dilapangan guna meningkatkan hasil belajar siswa.

Page 9: Proposal PTK Dina Amalia

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

Kegiatan yang tidak pernah ditinggalkan manusia selama

menjalani hidupnya adalah berinteraksi dengan lingkungan sekitar, baik

secara langsung maupun tidak langsung, interaksi tersebut merupakan

usaha manusia untuk belajar memahami hidup. Dengan belajar manusia

bisa lebih mengerti tentang apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang

seharusnya tidak dilakukan demi keberlanjutan hidupnya. Secara psikologis

Slameto (2003:2) menjelaskan bahwa:

“Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan

tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya atau proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan. Sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.”

Hamalik (2004:27) juga menyatakan bahwa belajar adalah “suatu

proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan

lingkungan”. Dalam interaksi dengan lingkungan inilah serangkaian

pengalaman baru akan tercipta. Konsep serupa juga dipaparkan oleh Azwar

(2004:164) dalam bukunya bahwa belajar merupakan “setiap perubahan

perilaku yang diakibatkan pengalaman atau sebagai hasil interaksi individu

Page 10: Proposal PTK Dina Amalia

dengan lingkungannya, oleh karena itu manusia selalu terbuka terhadap

seluruh perubahan yang terjadi pada dirinya”.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:17) belajar merupakan

“Seseuatu yang kompleks, hal ini dibuktikan dengan adanya interaksi

antara siswa dan guru. Dari sudut siswa belajar dialami sebagai suatu

proses, sedangkan dari sudut guru proses belajar merupakan perilaku

belajar tentang suatu hal. Dari kegiatan belajar, mengajar, guru

membelajarkan siswa dengan harapan siswa belajar”.

Perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang banyak

sifat maupun jenisnya, adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam

perngertian belajar adalah sebagai berikut seperti yang dikemukakan oleh

Slameto (2003:3); (1) perubahan terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam

belajar bersifat kontinyu dan fungsional, (3) perubahan dalam belajar

bersifat positif dan aktif, (4) perubahan dalam belajar bukan bersifat

sementara, (5) perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan (6)

perubahan mencakup semua aspek tingkah laku. Adapun ciri-ciri perubahan

tingkah laku yang terjadi dalam diri seseorang dapat dilihat pada uraian

berikut.

Pertama, Perubahan secara sadar berarti bahwa seseorang yang

akan belajar menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya

ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Jadi,

perubahan tingkah laku yang terjadi karena keadaan tidak sadar tidak

Page 11: Proposal PTK Dina Amalia

termasuk perubahan dalam pengertian belajar, karena orang yang

bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.

Kedua, Perubahan dalam belajar bersifat kontiyu yaitu sebagai

hasil belajar yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara

berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang akan terjadi akan

menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan

ataupun proses belajar berikutnya.

Ketiga, Perubahan dalam belajar bersifat positif aktif yaitu dalam

pembelajaran perubahan-perubahan perbuatan belajar, perubahan-

perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memeperoleh sesuatu

yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian semakin banyak usaha

belajar itu dilakukan semakin banyak dan semakin baik perubahan yang

diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak

terjadi dengan sendirinya melainkan karena suatu usaha invidu sendiri.

Keempat, Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara,

perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk

beberapa saat saja seperti berkeringat, keluar air mata tidak dapat

digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan terjadi karena

proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti tingkah laku yang

terjadi setelah belajar bersifat tetap.

Kelima, Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah perubahan

tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan

belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

Page 12: Proposal PTK Dina Amalia

Keenam, Perubahan mencakup semua aspek tingkah laku, yaitu

perubahan yang diperoleh seseorang setelah proses belajar meliputi

perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu,

sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara

menyeluruh dan sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.

Dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar

adalah proses usaha yang dilakukan oleh individu dalam konteks

memahami suatu hal serta memperoleh keterampilan nilai dan sikap untuk

mencapai sebuah perubahan tingkah laku dalam diri individu tersebut yang

terkait dengan interaksi lingkungan. Meskipun demikian, tidak semua

perubahan yang terjadi dalam diri individu dapat dikatakan sebagai proses

belajar, perlu digaris bawahi bahwa kondisi belajar adalah ketika individu

terlibat atau melibatkan diri secara sadar dan secara emosional dengan

proses belajar sehingga terjadi perubahan pandangan, pemahaman maupun

tingkah laku dalam diri individu tersebut. Jadi ketika suatu perubahan

terjadi pada diri individu secara tidak sadar, perubahan tersebut tidak dapat

dikatakan sebagai hasil dari proses belajar.

B. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ibrahim, dkk (2002:2) “pembelajaran kooperatif ditandai

dengan adanya struktur tugas, tujuan, dan struktur penghargaan

(reward)”. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajran kooperatif

Page 13: Proposal PTK Dina Amalia

didorong dan atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas

bersama, mereka harus mengkoordinasikan usahanya ini melalui

penggunaan pembelajaran.

Perbedaan antar manusia yang tidak terkelola secara baik dapat

menimbulkan ketersinggungan dan kesalahpahaman antar sesamanya.

Agar manusia terhindar dari hal-hal tersebut maka diperlukan interaksi

yang saling asuh atau tenggang rasa dan saling menyayangi. Menurut

Abdurrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi 2004:61) pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis

mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar

sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata.

Menurut Nurhadi, dkk (2004:61)”pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi

yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalah pahaman

yang dapat menimbulkan permusuhan”.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah suatu cara pembelajaran yang dilakukan

secara sengaja dan sistematis, yang bertujuan mengembangkan interaksi

yang salah asah, silih asih dan silih asuh sesama siswa sebagai latihan

hidup di dalam masyarakat nyata yang bertujuan untuk menghindari

ketersinggungan dan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan

permusuhan.

Page 14: Proposal PTK Dina Amalia

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

setidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas tujuan

pertama pembelajaran kooperatif yaitu meningkatkan hasil akademik,

dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya.

Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang

kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama.

Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajran kooperatif memberi peluang

agar siswa dapat menerima teman-temanya yang mempunyai berbagai

perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.

Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk

mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang

dimaksud antara lain berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat

orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau

pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

2. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif 

Meurut Nurhadi, dkk (2004:61-62). Unsur-unsur pembelajaran

kooperatif adalah adanya:

a. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang

mendorong agar siswa saling merasa membutuhkan. Hugungan yang

Page 15: Proposal PTK Dina Amalia

saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling

ketergantungan positif.

b. Intekasi Tatap Muka

Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat

saling bertatap muka sehingga dapat melakukan dialog, tidak hanya

dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa.

c. Akuntabilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar

kelompok, meskipun demikian, penelitian ditujukan untuk

mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara

individual. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata

pengusaan semua anggota kelompok secara individual.

d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial sperti tenggang

rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan

mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak

mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang

bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal

relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja

diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi

tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari sesama

siswa.

Page 16: Proposal PTK Dina Amalia

C. Model Pembelajaran Coperative Learning tipe Numbered Head

Together

Metode pembelajaran model NHT adalah salah satu bagian dari

metode pembelajaran struktural. Model NHT dikembangkan oleh Spencer

Kagan dan teman-temannya. Meskipun memiliki banyak persamaan dengan

metode lainnya, namun metode pembelajaran struktural yang menekankan

pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola

interaksi siswa. Berbagai struktur tersebut dikembangkan oleh Kagan

dengan maksud agar menjadi alternatif dari berbagai struktur kelas yang

lebih tradisional, yang ditandai dengan pengajuan pertanyaan oleh guru

kepada seluruh siswa dalam kelas dan para siswa memberikan jawaban

setelah lebih dahulu mengangkat tangan dan ditunjukkan oleh guru.

Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja sama saling

bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Ada struktur

yang memiliki tujuan umum (goal) untuk meningkatkan penguasaan isi

akademik dan ada pula struktur yang tujuannya untuk mengerjakan

keterampilan sosial.

Model NHT dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(1) siswa dibai dalam beberapa kelompok dan masing-masing siswa dalam

setiap kelompoknya mendapatkan nomor urut, (2) guru memberikan tugas

dan masing-masing kelompok mengerjakan permasalahn, (3) kelompok

memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap

anggota kelompok mengetahui jawaban ini. (4) guru menyebutkan salah

Page 17: Proposal PTK Dina Amalia

satu nomor dan siswa yang bernomor tersebut melaporkan hasil kerja

kelompok, dan (5) jika memungkinkan, guru dapat mengubah komposisi

kelompok sehingga siswa yang memiliki nomor sama membentuk

kelompok baru.

Dalam metode NHT setiap tim, anggota terdiri dari 3-5 siswa

dengan kemampuan yang bervariasi. Ada siswa yang berkemampuan

tinggi, sedang dan rendah. Di sini ketergantungan positif juga

dikembangkan, sehingga siswa yang berkemanpuan rendah terbantu oleh

siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu setiap siswa dalam kelompok

diberi nomor yang berbeda-beda, misalnya jika dalam satu kelompok terdiri

dari 5 siswa maka akan terdapat 5 nomor yang berbeda, sehingga dapat

memudahkan guru dalam menilai tingkat kemampuaan siswa. Kemudian

guru memberikan soal untuk didikusikan. Adapun tahan pelaksanaan NHT

digambarkan seperti berikut:

Page 18: Proposal PTK Dina Amalia

Tahap II

Tahap I

Tahap III

Tahap IV

Gambar 2.1 Tahapan Pelaksanaan Metode Pembelajaran THT

Kelebihan metode struktural NHT adalah melibatkan lebih banyak

siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pada saat pertanyaan diajukan

keseluruh kelas, masing-masing anggota kelompok memiliki kesempatan

yang sama untuk mewakili kelompok memberikan jawaban melalui

pemanggilan nomor anggota secara acak. Wakil kelompok yang menjawab

pertanyaan guru, tidak hanya terfokus pada siswa yang lebih mampu atau

QuestioningGuru member pertanyaan atau masalah yang akan dibahs oleh siswa

NumberingGuru membagi siswa ke dalam kelompok yang beranggotakan 3-5 orang dengan masing-masing anggota diberi nomor 1-5

NumberingSiswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk menyatukan pendapat terhadap jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh guru dan meyakinkan bahwa tiap anggota dalam tim mengetahui jawaban tersebut.

NumberingGuru menyebutkan satu nomor tertentu, kemudian siswa yang memegang nomor yang dimaksud oleh guru mengacungkan tangan dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Kemudian guru bertanya pada siswa yang memiliki nomor yang sama untuk menanggapi atau menjawab pertanyaan yang sama.

Page 19: Proposal PTK Dina Amalia

didasarkan pada kesepakatan kelompok, tetapi semua siswa mempunyai

kesempatan untuk mewakili kelompok tanpa dibeda-bedakan. Selain itu

kelebihannya adalah dapat mengubah struktur kelas traditional, seperti

mengacungkan tangan terlebih dahulu sebelum ditunjuk guru untuk

menjawab pertanyaan. Susana seperti ini dapat menimbulkan persaingan

antar siswa, bahkan dapat menimbulkan kegaduhan di kelas karena para

siswa saling berebut untuk mendapatkan kesempatan menjawab pertanyaan

dari guru. Namun dengan menggunakan metode ini suasana kegaduhan

akibat memperebutkan kesempatan menjawab pertanyaan dari guru tidak

akan dijumpai karena siswa yang menjawab pertanyaan ditunjuk langsung

oleh guru berdasarkan pemanggilan nomor secara acak.

Kelemahan dari metode NHT adalah membutuhkan waktu yang

cukup lama bagi siswa dan guru sehingga sulit mencapai target kurikulum.

Selain itu membutuhkan kemampuan khusus bagi guru dalam melakukan

atau menerapkan model belajar kooperatif serta menuntut sifat tertentu dari

siswa, misalnya sifat suka bekerja sama. Meskipun demikian, kelemahan

tersebut dapat datasi bila guru senantiasa berusaha mempelajari dan

menerapkan pembelajaran kooperatif metode NHT secara sungguh-

sungguh, serta dimbangi dengan penggunaan fasilitas pembelajaran secara

optimal.

D. Metode Pembelajaran Peta Konsep

Page 20: Proposal PTK Dina Amalia

1. Pengertian Model Pembelajaran Teknik Peta Konsep (Mind Mapping)

Dalam proses belajar siswa mendapatkan materi berupa informasi

mengenai teori, gejala, fakta maupun kejadian-kejadian. Informasi yang

diperoleh akan diolah siswa. Proses pengolahan informasi melibatkan

kerja sistem otak, sehingga informasi yang diproleh dan diolah akan

menjadi suatu ingatan.

Berdasarkan tahapan evolusi, otak pada makhluk hidup berbai

menjadi tiga bagian yaitu, batang atau otak reptilia (Primitif), sistem

limbic atau otak mamalia, dan neokorteks. Masing-masing berkembang

dalam waktu yang berbeda dalam sejarah evolusi makhluk hidup.

Sebagian besar orang hanya menggunakan otak kirinya sebagai saran

berkomunikasi dan perolehan informasi dalam bentuk verbal ataupun

tertulis. Bidang pendidikan, bisnis, dan sins cenderung yang digunakan

adalah otak belahan kiri. Dalam proses belajar siswa selalu dituntut untuk

mempergunakan belahan otak kiri ketika menerima materi pelajaran.

Materi pelajaran akan diolah dalam bentuk ingatan. Terkadang siswa tidak

dapat mempertahankan ingatan tersebut dalam jangka waktu yang lama.

Hal itu disebabkan karena tidak adanya keseimbangan antara kedua

belahan otak yang akhirnya dapat menimbulkan terganggunya kesehatan

fisik dan mental seseorang.

Untuk menyeimbangkan antara kedua belahan otak maka

diperlukan adanya masukan musik dan estetika dalam proses belajar.

Masukan musik dan estetika dapat memberikan umpan balik positif

Page 21: Proposal PTK Dina Amalia

sehingga dapat menimbulkan emosi positif yang membuat kerja otak lebih

efektif (Bobbi de Porter dan Hernacki, 1999:38).

Mencatat merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan daya

ingat. Otak manusia dapat menyimpan segala sesuatu yang dilihat,

didengar dan dirasakan. Tujuan pencatatan adalah membantu mengingat

informasi yang tersimpan dalam memori tanpa mencatat dan mengulangi

informasi, siswa hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang

diajarkan.

Umumnya siswa membuat catatan tradisional dalam tulisan linier

panjang yang mencakup seluruh isi materi pelajaran, sehingga catatan

terlihat sangat monoton dan membosankan. Umumnya catatan monoton

akan menghilangkan topik-topik utama yang penting dari materi pelajaran.

Otak tidak dapat langsung mengolah informasi menjadi bentuk rapi

dan teratur melainkan harus mencari, memilih, memutuskan dan

merangkainya dalam gambar-gambar, simbol-simbol, suara, citra, bunyi

dan perasaan sehingga informasi yang keluar satu persatu dihubungkan

oleh logika, diatur oleh bahasa dan menghasilkan arti yang dipahami.

Teknik mencatat dapat terbagi menjadi dua bagian. Pertama catat, tulis,

susun (CTS), yaitu teknik mencatat yang mampu mensinergikan kerja otak

kiri dengan otak kanan, sehingga konsentrasi belajar dapat meningkat

sepuluh kali lipat. CTS menghubungkan apa yang didengar menjadi poin-

poin utama dan menuliskan pemikiran dan kesan dari materi pelajaran

yang telah dipelajari (Bobbi de Porte dan Hernacki, 1999: 152).

Page 22: Proposal PTK Dina Amalia

Teknik mencatat kedua, pemetaan pikiran (Mind Mapping), yaitu

cara yang paling mudah untuk memasukkan informasi ke dalam otak dan

untuk kembali mengambil informasi dari dalam otak. Tommy dan Bary

Buzzan (dalam Rostikawati hal 4) menjelaskan peta pemikiran merupakan

teknik yang paling baik dalam membantu proses berfikir otak secara

teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran

manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal

sehingga membuka potensi otak.

Bobbi de Porter Hernacki (1999: 152) menjelaskan, peta pikiran

merupakan teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan

citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk suatu kesan

yang lebih dalam.

2. Perbedaan Catatan Tradisonal dan Peta Konsep

Berikut ini perbedaan antara catatan tradisional (catatan biasa)

dengan catatan pemetaan pikiran (Mind Mapping/ Peta konsep)

Catatan biasa:

1) Hanya berupa tulisan-tulisan saja

2) Hanya dalam satu warna

3) Untuk mereview ulang memerlukan waktu yang lama

4) Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama

5) Statis

Peta pikiran (Mind Mapping)

Page 23: Proposal PTK Dina Amalia

1) Berupa tulisan, simbol atau gambar

2) Berwarna-warni

3) Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek

4) Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif

5) Membuat individu menjadi lebih kreatif.

Sumber: Iwan Sugiarto (dalam Rostikawati, hal 4)

Dari uraian tersebut, peta pikiran (Mind Mapping) adalah satu

teknik mencatat dan mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran

memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di

dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak

maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala

bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secra verbal.

3. Tahapan Dalam Pembuatan Peta Konsep

Adapun langkah-langkah pembelajaran dalam peta pikiran (mind

mapping) adalah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari.

3. Siswa diminta untuk membuat peta pikiran sesuai dengan materi

yang telah diajarkan.

4. Siswa diminta untuk mempresentasikan hasil peta pikiran yang

telah dibuat di depan kelas.

Page 24: Proposal PTK Dina Amalia

5. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan tentang

peta konsep yang telah dibuat oleh siswa dengan mengacu pada

peta konsep bandingan yang dimiliki oleh guru.

E. Hasil Belajar

Penilaian dilakukan untuk memperoleh informasi tentang

kemajuan dan hasil belajar dalam ketuntasan penguasaan kompetensi.

Penilaian di sekolah dilakukan dalam bentuk ulangan harian dan penguasaan

untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar di kelas. Menurut Sudjana

(2008: 22)”penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh

mana tujuan yang telah ditetaqpkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain,

penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan

hasil belajar siswa”.

“Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam

mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya” (Sudjana, 2008:22). Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam

pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar, peranan tujuan instruksional

yang berisi rumusan kemmpuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai

siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian.

Page 25: Proposal PTK Dina Amalia

Bloom (dalam Sudjana, 2008: 22) mengklasifikasikan hasil belajar

menjadi tiga ranah kognitif, ranah afekti dan ranah psikomotorik.

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif

tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat

tinggi.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,

yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan

internalisasi.

3. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni

gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,

keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan

gerakan ekspresif dan interpretatif.

F. Kerangka Berfikir

Page 26: Proposal PTK Dina Amalia

Kerangka berfikir duhubungkan pada tujuan hipotesis yaitu jika

siswa kelas X SMK Negeri 26 Jakarta diajar menggunakan kolaborasi

model pembelajaran Peta Konsep & Numbered Head Together maka hasil

belajar siswa pada materi mendiagnosis permasalahan pengoperasian

personal computer akan meningkat. Model pembelajaran merupakan

kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam

mengkoordinasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar,

yang berfungsi sebagai pedoman guru dalam merancang dan melaksanakan

kegiatan pembelajaran, mengelola lingkungan pembelajaran dan mengelola

kelas. Dengan model pembelajaran diharapkan tumbuh berbagai kegiatan

belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain

terciptalah interaksi antara guru dan siswa. Proses akan berjalan dengan

baik jika siswa lebih banyak aktif.

Permasalahan yang dihadapi adalah rendahnya hasil belajar siswa,

serta kurangnya keaktifan mereka di dalam kelas, menyebabkan hasil

belajar mereka tidak sesuai dangan harapan, dan tidak mencapai standar

kompetensi minimal sesuai yang ditargetkan. Untuk itu diperlukan upaya

mengaktifkan siswa, mengajak siswa untuk berfikir kritis dan

mengembangkan daya nalarnya dalam memecahkan masalah, salah satunya

dengan menerapkan kolaborasi model pembelajaran peta konsep dan

Numbered Head Together.

BAB III

Page 27: Proposal PTK Dina Amalia

METODOLOGI PENELITIAN

A. Kehadiran dan Peran Peneliti di Lapangan

Dalam penelitian, kehadiran peneliti mutlak diperlukan karena

pengumpulan data dilakukan dalam situasi yang sesungguhnya oleh peneliti.

Sesuai dengan salah satu karakteristik penelitian kualitatif, yaitu manusia

sebagai alat atau instrument (Moleong, 2066:9).

Pada penelitian ini, kehadiran peneliti sebagai subyek pemberi tindakan

sebagai pengajar yang membuat rancangan pembelajaran sekaligus

menyampaikan bahan ajar selama kegiatan pembelajaran berlangsung, serta

peniliti bertindak sebagai pengumpul dan penganalisis data, dan sebagai

pelapor hasil penelitian. Proses pengumpulan data dilakukan selama proses

belajar berlangsung di kelas pada saat penelitian tindakan kelas.

B. Lokasi dan Subyek penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMK 26 Jakarta yang terletak di Jalan Balai

Pustaka, “Subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk diteliti oleh

peniliti” (Arikuto, 202:122). Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah

siswa kelas X Program keahlian TKJ di SMK Negeri 26 Jakarta.

C. Intrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah:

Page 28: Proposal PTK Dina Amalia

1. Lembar Observasi

Lembar observasi adalah lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat

untuk mendapatkan data tentang aktivitas yang dilakukan oleh guru sebagai

pengajar dengan peserta didik selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

2. Lembar Wawancara

Lembar wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

informasi mengenai tingkah laku siswa, hasil belajar siswa sebelum dan

sesudah diterapkannya kolaborasi model pembelajaran Peta Konsep &

Numbered Head Together.

3. Soal Tes

Arikunto (2006: 150) menyatakan “tes merupakan serentetan pertanyaan

atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu

atau kelompok”.

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2008:204) ”Teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian ini mendapatkan data”.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

metode:

1. Observasi (Pengamatan)

Page 29: Proposal PTK Dina Amalia

Menurut Arikunto (2006: 156)”…obervasi atau yang sering disebut

dengan pengamatan meliputi kediatan pemusatan perhatian terhadap

sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra”. Menurut Nasution

(dalam Sugiyono, 2008:226) “observasi adalah dasar semua ilmu

pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu

fakta mengenai dunia kenyataan diporelah melalui observasi”. Dalam

penilitian ini observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana kegiatan

peneliti dalam menerapkan kolaborasi model pembelajaran Peta Konsep &

Numbered Head Together dan aktivitas siswa ketika proses pembelajaran

sedang berlangsung. Obervasi ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya

kesesuaian antara perencanaan dan pelaksannan tindakan yang dilakukan

oleh peneliti. Hasil kegiatan observasi ini ditulis dalam lembar observas.

2. Interview (Wawancara)

Menurut Arikunto (2006: 150) menyatakan “wawancara atau

konsioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara

(interview)”. Esterberg (dalam Sugiyono, 2008: 231) mengatakan bahwa

‘wawancara adalah merupakan pertemuaan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksi makna

dalam suatu topic tertentu. Teknik wawancara dilakukan di awal dan akhir

pemberian tindakan pada penelitian ini”. Peneliti melakukan wawancara

awal untuk mengetahui bagaimana pelaksannaan pembelajaran pada

kompetensi mendiagnosis permasalahan pengoperasian personal computer

Page 30: Proposal PTK Dina Amalia

di SMK Negeri 26 Jakarta, dan peneliti melakukan wawancara di akhir

pemberian tindakan untuk mengetahui tanggapan guru terhadap penerapan

kolaborasi model pembelajaran Peta Konsep & Numbered Head Together

pada kelas X bidang keahlian TKJ. Wawancra dilakukan dengan guru

mata pelajaran.

3. Soal Tes

Menurut Arikunto (2006: 150) menyatakan “tes merupakan

serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat

yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Tes yang akan dilakukan

dalam penelitian ini berupa tes awal (pre test) dan tes akhir (post test).

Test awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai

bahasan atau materi yang akan disampaikan atau diajarkan, sedangkan tes

akhir dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa

setelah pemberian tindakan dalam proses pembelajaran. Instrument yang

digunakan yaitu soal-soal yang berbentuk tes obyektif dan tes subyektif.

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan cara mengkaji

dokumen baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dalam

Page 31: Proposal PTK Dina Amalia

penelitian ini peneliti menggunakan kamera untuk memperoleh data

berupa gambar dalam proses berlangsungnya delajar mengajar.

5. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk melengkapi data-data yang

tidak terekam dalam lembar observasi, dengan demikian diharapkan tidak

ada data penting yang dilewatkan dalam kegiatan penelitian ini. Catatan

lapangan dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti, dibantu oleh guru

mata pelajaran.

E. Teknik Analisis Data

Menurut Saukah dalam PPKI (2000:25) dijelaskan bahwa “analisis

data melibatkan pengerjaan, pengorganisasian, pemacahan dan sintesis data

serta pencarian pola, pengungkapan hal penting dan penentuan apa yang

dilaporkan”.

Mengacu pada pendapat tersebut, maka analisis adata dalam

penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu meliputi: (1) reduksi data, (2)

data display, (3) penarikan kesimpulan, Miles dan Huberman (dalam

Sugiyono), 2008:247-2552).

1. Reduksi data

Mereduksi data berarti menrangkum, memilih hal-hal yang pokok,

menfokuskan pada hal-hal yang penting, cicari tema dan polanya. Dengan

Page 32: Proposal PTK Dina Amalia

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display (penyajian data)

Penyajian data adalah proses penampilan data yang terorganisasikan,

tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar ketegori flow chart dan sebagainya.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten pada saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang akan dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

F. Pengecekan keabsahan Data

Menurut Moloeng (2066:324) “untuk menetapkan keabsahan data,

diperlukan teknik pemeriksaan data. Ada 4 kriteria yang digunakan yaitu

derjat kepercayaan (credibility), keteralihan (transfererability),

kebergantungan (dependability), kepastian (confirmability)”.

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan:

1. Teknik Triangulasi

Page 33: Proposal PTK Dina Amalia

Moeong (2006:330) menjelaskan “triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan yang memanfaatkan sesuatau yang lain. Di luar

data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagi pembanding terhadap

data itu”. Denzin (dalam Moleong, 2006:330) membedakan 4 macam

triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan

sumber, metode, penyidik dan teori.

Dalam penelitian ini triangulasi adalah sumber, metode, dan teori.

Triangulasi sumber digunakan untuk memeriksa keabsahan data dengan

membandingakan data yang diperoleh dengan fenomena yang ada. Teknik

triangulasi dengan sumber pada penelitian ini dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. Data

hsail pengamatan selama pemberian tindakan langsung akan

dibandingkan dengan data hasil wawancara pada guru yang dilakukan

sebelum dan sesudah dilakukan pemberian tindakan pada kelas.

Kemudian dari kedua data tersebut akan dicari kesamaan pandangan

untuk membuktikan bahwa pemebelajaran Teknik Peta Konsep dan

Cooperatif Learning tipe Numbered Head Together dapat memberikan

dampak positif bagi kelas yang diberi tindakan.

b. Membandingkan data dokumen nilai siswa pada pokok bahasan

sebelumnya dengan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II

berdasarkan pre test dan post test. Kemudian dari data tersebut akan

dicari kesamaan pandangan untuk membuktikan bahwa hasil belajar

Page 34: Proposal PTK Dina Amalia

siswa dapat meningkat setelah pemberian tindakan pada siklus I dan

siklus II. Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek temuan

hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data, dan

triangulasi teori dilakukan dengan membandingkan data yang

diperoleh melalui observasi dengan teori terkait.

2. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi

Pemeriksaan teman sejawat merupakan pemeriksaan yang

dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan-rekan sejawat, yang

memiliki pengetahuan yang sama tentang apa yang sedang diteliti.

Sehingga peneliti dapat meriew persepsi, pandangan dan analisis yang

sedang silakukan.

G. Tahap-tahap Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu Penerapan Kolaborasi

Mosel Pembelajaran Peta Konsep dan Numbered Head Together Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Mendiagnosis Permasalah Pengoperasian

Personal Komputer Pada Siswa Kelas X Program Keahlian TKJ SMK Negeri

26 Jakarta, maka pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas

(Classroom Action Researgh). Secra garis besar alur pelaksanaan penelitian

Page 35: Proposal PTK Dina Amalia

tindakan kelas terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu 1)

perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, 4) refleksi.

Secara operasional langkah-langkah penelitian adalah sebagi berikut:

a. SIKLUS I

1. Perencanaan

1) Menentukan tujuan pembelajaran

2) Menyusun scenario dan rencana pembelaaran dengan menerapkan

kolaborasi model pembelajaran Peta Konsep & Numbered Head

Together

3) Menyiapkan media yang dibutuhkan

4) Menyiapkan lembar observasi, dan menyusun pedoman wawancara

5) Membuat soal-soal tes tulis untuk mengukur hasil belajar siswa

6) Menyusun daftar kelompok kecil mata pelajaran NHT

7) Berkoordinasi dengan guru mata pelajaran dan rekan sejawat

tentang pelaksanaan tindakan yang dilakukan

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan penerapan kegiatan pembelajaran yang telah

disusun dalam perencanaan. Proses dalam tindakan ini mengikuti urutan

Page 36: Proposal PTK Dina Amalia

kegiatan sebagaimana yang terdapat dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya.

3. Tahap Pengamatan

Mengamati dilakukan selama kegiatan pelaksanaan berlangsung,

proses pengamatan secra intensif dilakukan oleh dua orang yaitu sebagai

seorang guru dan seorang teman sejawat. Obyek yang damati peneliti

meliputi aktivitas peneliti sebagai pengajar dan aktivitas siswa selama

kegiatan pembelajaran, pengamatan dilakukan berdasarkan lembar

observasi yang telah disiapkan sebelumnya, selain lembar observasi

disediakan juga catatan lapangan untuk melengkapi data hasil observasi.

4. Tahap Refleksi

Tahap ini dilakukan untuk melihat proses pelaksanaan tindakan dan

hasil pemahaman siswa, merefleksi adalah menganalisis data-data yang

diperoleh dari observasi, wawancara, tes awal sampai akhir pada siklus I

ini, serta catatan lapamgan yang telah dieroleh. Tahapan refleksi meliputi

kegiatan memahami, menjelaskan dan meyimpan data. Peneliti bersama

pengamat merenungkan hail tindakan I sebagai bahan pertimbangan

apakah siklus I sudah sesuai dengan rencana yang telah dibuat atau masih

perlu perbaikan-perbaikan, sebagai pelengkap untuk criteria tindakan yang

telah ditentukan dalam refleksi juga dilakukan penilaian terhadap proses

pembelajaran, hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini

dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus selanjutnya.

Page 37: Proposal PTK Dina Amalia

b. SIKLUS II

1. Perencanaan

1) Menentukan tujuan pembelajaran

2) Menyusun scenario dan rencana pembelaaran dengan menerapkan

kolaborasi model pembelajaran Peta Konsep & Numbered Head

Together

3) Menyiapkan media yang dibutuhkan

4) Menyiapkan lembar observasi, dan menyusun pedoman wawancara

5) Membuat soal-soal tes tulis untuk mengukur hasil belajar siswa

6) Menyusun daftar kelompok kecil mata pelajaran NHT

7) Berkoordinasi dengan guru mata pelajaran dan rekan sejawat

tentang pelaksanaan tindakan yang dilakukan

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan penerapan kegiatan pembelajaran yang telah

disusun dalam perencanaan. Proses dalam tindakan ini mengikuti urutan

kegiatan sebagaimana yang terdapat dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya. Pelaksanaan kegiatan

pada siklus II menitik beratkan pada kelanjutan kegiatan pada siklus I,

yakni pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran NHT. Peta konsep yang telah ada akan digunakan sebagai

aguan untuk menjawab pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.

Page 38: Proposal PTK Dina Amalia

3. Tahap Pengamatan

Mengamati dilakukan selama kegiatan pelaksanaan berlangsung,

proses pengamatan secra intensif dilakukan oleh dua orang yaitu sebagai

seorang guru dan seorang teman sejawat. Obyek yang damati peneliti

meliputi aktivitas peneliti sebagai pengajar dan aktivitas siswa selama

kegiatan pembelajaran, pengamatan dilakukan berdasarkan lembar

observasi yang telah disiapkan sebelumnya, selain lembar observasi

disediakan juga catatan lapangan untuk melengkapi data hasil observasi.

4. Tahap Refleksi

Tahap ini dilakukan untuk melihat proses pelaksanaan tindakan

dan hasil pemahaman siswa, kegiatan merefleksi pada siklus II ini

dimaksudkan untuk memperbaiki setiap kesalahan yang terjadi pada siklus

I agar tidak terulang pada siklus II. Tahapan refleksi meliputi kegiatan

memahami, menjelaskan dan meyimpan data. Peneliti bersama pengamat

merenungkan hail tindakan I sebagai bahan pertimbangan apakah siklus II

sudah sesuai dengan rencana yang telah dibuat atau masih perlu perbaikan-

perbaikan, sebagai pelengkap untuk criteria tindakan yang telah ditentukan

dalam refleksi juga dilakukan penilaian terhadap proses pembelajaran,

hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini dipergunakan untuk

keberhasilan dalam pembelajaran pada siklus II.

Page 39: Proposal PTK Dina Amalia

DAFTAR PUSTAKA

Arikuntro, Suharsini, Donald Ary, danAriefFurchan,

PengantarPenelitianDalamPendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982

Page 40: Proposal PTK Dina Amalia

Nana Sudjana. (2005) Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda

Karya. Suharsimi Arikunto dkk (2007) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi

Aksara.

Bambang Dharmaputra, "Penyusunan Silabus dalam KTSP SMK," Jurnal 8

Pendidikan, vol.3, No.4, 1-10 (Jakarta, April 2008).

Abdurrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi 2004:61)

(Moleong, 2066:9)

Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2009. PenelitianTindakanKelas. Jakarta :BumiAksara.

Fitria Kurniawati. 2011. Jurnal Penilaian Tindakan Kelas,

(http://www.docstoc.com/docs/80948628/Proposal-Penelitian-Tindakan-Kelas?

utm_source=email&utm_medium=email&utm_campaign=2&utm_content=3,

diakses 25 Desember 2011)