Proposal PLB 240612

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa merupakan sebuah alat bagi individu untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan individu lainnya. Bahasa tidak pernah lepas dengan sebuah budaya yang berkembang di masyarakatnya. Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam kebudayaan. Ragam kebudayaan ini juga yang membentuk banyaknya ragam bahasa yang tersebar di seluruh pelosok wilayah Indonesia. Salah satunya ragam bahasa di Jawa yang memiliki keunikan tersendiri. Bahasa Jawa merupakan bahasa yang sering didengar dan merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku bangsa Jawa. Penggunaan bahasa Jawa sangat memperhatikan tingkatan-tingkatan pengguna 1

Transcript of Proposal PLB 240612

Page 1: Proposal PLB 240612

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahasa merupakan sebuah alat bagi individu untuk berkomunikasi dan

bersosialisasi dengan individu lainnya. Bahasa tidak pernah lepas dengan

sebuah budaya yang berkembang di masyarakatnya. Indonesia merupakan

negara yang memiliki beragam kebudayaan. Ragam kebudayaan ini juga

yang membentuk banyaknya ragam bahasa yang tersebar di seluruh pelosok

wilayah Indonesia. Salah satunya ragam bahasa di Jawa yang memiliki

keunikan tersendiri.

Bahasa Jawa merupakan bahasa yang sering didengar dan merupakan

bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku bangsa Jawa. Penggunaan

bahasa Jawa sangat memperhatikan tingkatan-tingkatan pengguna bahasa

tersebut. Tingkatan-tingkatan dalam bahasa Jawa salah satunya adalah krama

inggil. Tingkatan ini biasanya digunakan untuk berkomunikasi dengan

seseorang yang lebih muda ke orang yang lebih tua, misalnya dari seorang

anak ke orangtuanya. Krama Inggil digunakan sebagai cara untuk

menghormati orang yang lebih tua.

Di era yang sudah serba modern ini, penggunaan bahasa krama inggil

sendiri sudah mulai dilupakan oleh remaja Jawa saat ini. Alasan mendasar

hilangnya budaya bahasa krama inggil adalah sulitnya mempelajari bahasa ini

1

Page 2: Proposal PLB 240612

(Lunturnya Krama Inggil, 2012). Remaja saat ini lebih memilih utnuk

berkomunikasi dengan bahasa ngoko – digunakan untuk sebaya – atau bahasa

Indonesia dibanding dengan mempelajari bahasa Jawa krama inggil yang

merupakan bahasa ibu mereka.

Sesuai dengan pernyataan di atas, bahwa bahasa Jawa kurang

diajarkan dengan baik di kalangan remaja. Para orangtua lebih memilih

mengajarkan kepada anak-anak mereka bahasa Indonesia dibandingkan

dengan bahasa Jawa dengan alasan lebih mudah dalam mengajarkannya

(Memprihatinkan Nasib Penggunaan Bahasa Jawa, 2009).

Pembelajaran mengenai bahasa Jawa juga sudah dilakukan sejak

rentang Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP), hal

ini dimaksudkan untuk tetap melestarikan budaya yang ada. Namun,

pembelajaran itu seolah hanya menjadi formalitas belaka. Karena tidak ada

perubahan yang signifikan setelah anak mempelajari bahasa Jawa (Motivasi

Memakai Bahasa Jawa Makin Tiada, 2009). Selain itu, sekolah lebih sering

menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar karena akan lebih

mudah dipahami siswa dan merupakan bahasa universal. Pembelajaran bahasa

Jawa yang terlalu monoton juga menjadi faktor remaja menjadi tidak lagi

antusias dalam belajar.

Muslich (2000) pernah melakukan penelitian terkait metode

pembelajaran bahasa Indonesia di kalangan siswa TK. Penelitian ini

menunjukkan bahwa pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh guru

kurang menarik sehingga tidak bisa membangkitkan motivasi anak dalam

2

Page 3: Proposal PLB 240612

belajar. Penelitian lanjutan yang dilakukan oleh Muslich (2003) tentang

efektifitas penggunaan media pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa TK

dinilai kurang memperhatikan pemilihan media pembelajaran itu sendiri.

Selain itu juga, migrasi yang terjadi ke kota besar membuat bahasa

Jawa krama inggil semakin ditinggalkan. Karena ketika bahasa Jawakrama

inggil itu masih melekat akan meninggalkan kesan primitif dan udik di

pendengar yang baru mendengarkannya. Seperti yang telah dibahas di atas,

mereka lebih menggunakan bahasa Indonesia bahkan bahasa asing agar

terlihat lebih elite (Jangan Lupakan Bahasa Jawa, 2010).

Dari beberapa fakta tentang penggunaan bahasa Jawa krama inggil di

kalangan remaja Surabaya yang telah diungkapkan di atas. Maka fenomena

ini menjadi daya tarik bagi peneliti untuk melihat lebih mendalam mengenai

fenomena ini.

1.2. Fokus Penelitian

Berdasar fenomena yang telah dijelasakan di atas mengenai

penggunaan bahasa Jawa krama inggil di kalangan remaja yang cenderung

mengalami kepunahan, maka fokus penelitian yang akan dilakukan antara

lain:

o Bagaimana gambaran fenomena penggunaan bahasa Jawa krama

inggil di kalangan remaja Surabaya?

o Faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan bahasa Jawa

krama inggil di kalangan remaja Surabaya saat ini?

3

Page 4: Proposal PLB 240612

1.3. Signifikansi Penelitian

Penelitian mengenai penggunaan bahasa Jawa krama inggil menjadi

salah satu penelitian yang mulai diminati oleh peneliti. Hal ini terkait karena

masih minimnya penelitian mengenai topik ini. Bahwa topik mengenai

kebahasaan masih minim dibahas. Penelitian mengenai penggunaan bahasa

Jawa ini tentu saja menjadi sesuatu hal baru di tengah isu-isu yang telah

banyak beredar.

Bahwa isu ini semakin istimewa karena hal ini menyangkut

bagaimana sebagai warga negara Indonesia melestarikan kebudayaan yang

sudah ada sebelumnya. Dan penelitian ini juga dapat membantu

mengantisipasi kepunahan suatu budaya yang ada.

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi punahnya penggunaan

bahasa Jawa krama inggil di kalangan remaja Surabaya

2. Mendapatkan gambaran secara utuh mengenai penggunaan bahasa Jawa

krama inggil di masyarakat Surabaya

4

Page 5: Proposal PLB 240612

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini akan memiliki manfaat secara teoritis, antara lain:

1. Penelitian ini nantinya dapat dijadikan referensi untuk penelitian

lanjutan mengenai penggunaan bahasa Jawa krama inggil di

kalangan remaja Surabaya

2. Memberikan kontribusi aktif pada perkembangan ilmu Psikologi,

khususnya di bidang Lintas Budaya.

1.5.2 Manfaat Praktis

Selain manfaat secara teoritis, penelitian ini juga memiliki manfaat

secara praktis, antara lain:

1. Memberikan informasi mengenai penggunaan bahasa Jawa krama

inggil di kalangan remaja Surabaya saat ini

2. Sebagai bahan evaluasi bagi pembaca tentang penggunaan bahasa

Jawa krama inggil

3. Penelitian ini nantinya secara tidak langsung dapat mngatasi

masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, khususnya

mengenai penggunaan bahasa Jawa krama inggil di kalangan

remaja

5

Page 6: Proposal PLB 240612

BAB II

PERSPEKTIF TEORITIS

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Remaja Surabaya

2.1.1.1 Remaja

Masa remaja, sering juga dianggap sebagai masa transisi.

Dimana seorang individu berubah dari anak-anak ke masa dewasa

(Santrock, 2003). Pada masa ini, remaja sering dianggap sebagai

sosok dewasa tanggung. Istilah ini diberikan mengingat mereka

tidak lagi dianggap sebagai anak-anak dan belum pula pantas

dianggap dewasa oleh orang di sekitarnya.

Istilah remaja sendiri memiliki arti yang lebih luas, yang

meliputi kematangan emosional, mental, sosial, dan fisik

(Hurlock, 1997: 206). Di masa ini, remaja juga banyak

mengalami perubahan-perubahan yang melibatkan emosi, minat,

pola, perilaku, hingga sifat remaja yang mulai ambivalen terhadap

suatu perubahan (Hurlock, 1997: 207). Remaja akan lebih

menginginkan kebebasan dan mereka sangat mengatasanamakan

idealisme.

Perkembangan remaja sendiri juga tidak lepas dari

pengaruh lingkungan di sekitarnya. Seperti yang telah dijelaskan

di atas, bahwa seorang remaja bisa dibilang memiliki kepekaan

6

Page 7: Proposal PLB 240612

terhadap suatu perubahan. Salah satu faktor yang

melatarbelakangi hal itu adalah peran lingkungan di sekitarnya

seperti keluarga, tetangga, hingga teman sebaya. Pengaruh teman

sebaya biasanya didasari oleh adanya konformiti yang

meliputinya. Hal ini dikarenakan remaja lebih sering

menghabiskan besar waktunya di luar rumah.

Selama berkumpul dengan teman sebayanya tersebut,

banyak hal yang akhirnya mempengaruhi remaja itu sendiri,

seperti sikap, gaya bicara dan bahasa, penampilan, dan

sebagainya. Hingga pada akhirnya remaja merasa jika ia ingin

menjadi salah satu di antara yang lain harus melakukan hal yang

sama dengan sekitarnya (Hurlock, 1997).

2.1.1.2 Remaja Surabaya

Surabaya adalah salah satu kota metropolitan dan menjadi

Ibukota Provinsi Jawa Timur. Surabaya merupakan pusat bisnis,

perdagangan, idustri, dan juga pendidikan di wilayah Indonesia

Timur. Itulah mengapa tidak heran kota metropolitan ini

penduduknya tidak hanya berasal dari suku bangsa Jawa saja.

Banyak suku bangsa lain yang hidup dan tinggal menetap di

Surabaya. Tercatat suku Jawa adalah suku mayoritas di kota ini,

disusul dengan suku Madura, Tionghoa, Batak, Bali, Manado,

Dayak, dan masih banyak lagi (Wikipedia).

7

Page 8: Proposal PLB 240612

Di kehidupan remaja Surabaya sendiri, percampuran dan

akulturasi budaya juga banyak ditemukan. Selain karena faktor

banyak suku yang mendiami kawasan Surabaya, juga karena

pergaulan remaja-remaja Surabaya di berbagai komunitas.

Kebutuhan akan informasi baru membuat remaja Surabaya

sering membuat komunitas-komunitas baru, hal ini didasari

karena adanya kecenderungan untuk lebih menonjolkan dirinya di

elompok sosial yang lebih besar (Hurlock, 1997). Komunitas-

komunitas yang dibuat oleh remaja Surabaya ini, anggotanya dari

berbagai suku yang ada di Surabaya.

Remaja Surabaya juga dikenal dengan semangat yang

tinggi dan kekuatan yang dimilikinya. Penilaian ini membuat

anggapan bahwa remaja-remaja di Surabaya memiliki tingkat

adaptasi yang tinggi.

2.1.2. Penggunaan Bahasa Jawa Krama Inggil

2.1.2.1 Bahasa Jawa

Bahasa jawa merupakan bahasa ibu yang digunakan oleh

penduduk suku bangsa Jawa. Bahasa Jawa sendiri penyebarannya

sudah melintasi Pulau Jawa sendiri. Banyak kawasan yang juga

menggunakan bahasa ini dalam keseharian mereka. Tidak hanya

sekitaran wilayah Indonesia saja namun hingga ke luar negeri.

8

Page 9: Proposal PLB 240612

Hal ini dikarenakan adanya migrasi yang dilakukan oleh

masyarakat sejak zaman penjajahan Belanda

Bahasa Jawa adalah bahasa yang sangat terkenal

keistimewaannya. Di tiap wilayah, bahasa Jawa memiliki dialek

yang berbeda-beda (Bahasa Jawa, 2009). Hal ini lebih

dipengaruhi oleh faktor budaya yang melekat di tiap budaya dan

mendapatkan percampuran budaya. Selain itu, faktor geografis

juga mempengaruhi dialek bahasa Jawa tersebut. Contohnya, saat

ini sering didengar dialek Tegal, Banyumasan, Surabaya, Pantura,

dan lain-lain (Bahasa Jawa, 2009).

Bahasa Jawa sendiri memliki huruf-huruf yang sama

halnya dengan beberapa negara di dunia, seperti Rusia, Yunani

yang memiliki huruf atau aksara sendiri. Cara membaca huruf

Jawa itupun memiliki keunikan tersendiri, dibandingkan dengan

bahasa-bahasa lain yang ada di wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

2.1.2.2 Penggunaan Bahasa Jawa Krama Inggil

Bahasa Jawa biasa digunakan masyarakat suku bangsa

Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari berkomunikasi

antar individu, kegiatan berkesenian, pidato yang biasa dilakukan

dalam sebuah pengajian, dan masih banyak lagi. Bahasa Jawa ini

juga digunakan di sekolah-sekolah. Dimana terdapat satu mata

9

Page 10: Proposal PLB 240612

pelajaran yang khusus mengajarkan bahasa Jawa. Mata pelajaran

ini diberikan atas dasar untuk melestarikan kebuadayaan Jawa dan

juga untuk memperkenalkan bahasa Jawa kepada generasi

penerus agar tetap mengingat bahasa Ibu mereka (Jangan

Lupakan Bahasa Jawa, 2010).

Dalam bahasa Jawa dikenal undhak-undhuk basa dan

menjadi bagian dalam sebuah tata krama di masyarakat Jawa

sendiri (Bahasa Jawa, 2009). Bahasa ini memiliki struktur dan

tata bahasa yang sangat unik, karena penggunaannya yang

berbeda dilihat dari siapa penggunanya, tergantung dari usia,

status sosial, dan lain-lain. Bahasa Jawa sendiri dari dua macam,

yaitu ngoko dan krama. Bahasa Jawa ngoko adalah tingkatan

bahasa yang biasa digunakan saat berbicara dengan orang sebaya

dan biasa disebut bahasa Jawa kasar.

Bahasa Jawa krama sendiri masih dibagi lagi menjadi dua,

yaitu bahasa Jawa krama andhap dan krama inggil. Krama inggil

adalah tingkat bahasa yang paling tinggi. Jenis ini biasa

digunakan dalam komunikasi antara orang yang lebih muda ke

orang yang lebih tua. Krama inggil berfungsi sebagai bentuk

penghormatan kaum yang lebih muda kepada kaum yang lebih

tua dan menunjukkan sopan santun (Jangan Lupakan Bahasa

Jawa, 2010).

10

Page 11: Proposal PLB 240612

Bahasa Jawa krama inggil ini memiliki struktur s yang

lebih kompleks dibandingkan dengan jenis bahasa Jawa yang

lainnya. Struktur kalimatnya juga lebih kompleks. Hal ini terlihat

dari penggunaan kata ganti orang yang sangat berbeda dari yang

lain. Misal, kata ‘aku’ jika menggunakan krama inggil akan

berubah menjadi ‘kula’. Krama inggil ini memiliki eksistensi di

kalangan orang-orang yang sudah lama berada di lingkungan

yang kental penggunaan bahasa Jawanya.

Dari penjelasan yang ada di atas, dapat disimpulkan

bahwa Bahasa Jawa krama inggil, masih kental penggunaannya di

kalangan masyarakat yang sudah sejak lama mengenal bahasa

Jawa dan sudah melekat dalam dirinya. Dan tidak menhiraukan

struktur yang kompleks.

2.2. Perspektif Teori

Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan perspektif psikologi lintas

budaya dengan menggunakan pendekatan emic. Pendekatan emic adalah

sebuah pendekatan yang melihat dan mempelajari sebuah perilaku yang

terdapat dalam sebuah sistem, dan ranah yang dikaji hanya satu kebudayaan

saja (Berry, dkk., 2002).

Kajian mengenai bahasa Jawa krama inggil merupakan sebuah kajian

emic yang menggelitik peneliti untuk menelitinya. Peneliti menggabungkan

kajian bahasa Jawa krama inggil dengan penggunaannya dalam kehidupan

11

Page 12: Proposal PLB 240612

sehari-hari di kalangan remaja Surabaya. Hal ini dilihat dengan upaya dalam

melestarikan bahasa ibu yang telah terkikis seiring berkembangnya zaman.

12

Page 13: Proposal PLB 240612

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif sendiri merupakan penelitian yang berfokus pada proses

pengumpulan data, yang bisa beupa angka, simbol, objek fisik, gambar, dan

lain-lain (Neumann, 2007).

Tipe penelitian yang akan dilakukan ini dilakukan dengan

menggunakan metode Phenomenological Research Design. Metode ini

bertujuan untuk memahami perspektif individu untuk memaknai tiap hal yang

ada di sekitarnya. Untuk membuka makna yang terkandung dalam sebuah

percakapan atau teks (Ritchie dan Lewis, 2003).

3.2. Unit Analisis

Unita analisis dalam penelitian lintas budaya kali ini adalah

penggunaan bahasa Jawa krama inggil di kalangan remaja Surabaya. Unit

analisis dalam penelitian ini terletak pada bagaimana penggunaan bahasa

Jawa krama inggil di tengah era serba modern di Surabaya dan juga melihat

sejauh mana penggunaannya.

13

Page 14: Proposal PLB 240612

3.3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada penelitian kali ini adalah remaja-remaja di

Surabaya yang memahami bahasa Jawa dengan baik. Peneliti memilih subjek

penelitian berdasarkan penelitian yang akan dilakukan dan terkait penelitian

sebelumnya.

Pemilihan remaja Surabaya terkait dengan banyaknya penduduk

Surabaya yang menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari.

Sebagian besar penduduk Surabaya yang merupakan suku bangsa Jawa, juga

menjadi salah satu alasan pemilihan subjek penelitian.

Pemahaman akan bahasa Jawa juga menjadi alasan pemilihan subjek

penelitian ini. Karena ini untuk menghindari salah persepsi dari remaja yang

tidak memahami betul mengenai bahasa Jawa, seperti jenis-jenis, tinkatan,

dan lain sebagainya.

3.4. Teknik Penggalian Data

Peneliti menggunakan teknik observasi dan wawancara sebagai

metode penggalian data. Berikut ini merupakan pedoman wawancara yang

akan digunakan dalam proses penelitian:

TAHAPAN PEMBUKAAN/RAPPORT

Pada tahap ini interviewer memperkenalkan diri dan memberikan penjelasan

singkat.

IR: “Selamat pagi/siang/sore/malam, perkenalkan nama Saya Kusdinar

Wulandini. Di sini saya akan ngajukan beberapa pertanyaan terkait

14

Page 15: Proposal PLB 240612

dengan penggunaan bahasa Jawa krama inggil di kalangan remaja

Surabaya.”

Selain itu, interviewer juga menanyakan identitas dari subjek, yaitu: nama,

usia, pekerjaan, alamat.

TAHAPAN WORKING

Pada tahapan ini, interviewer mulai memberikan pertanyaan terkait dengan

penggunaan bahasa Jawa kram inggil di kalangan remaja Surabaya.

1. Latar belakang keluarga

subjek

1) Bisa Anda ceritakan latar belakang

keluarga Anda?

2) Bagaimana komunikasi Anda

dengan orangtua?

2. Pemahaman bahasa Jawa 1) Sebagai seseorang yang berasal dari

suku bangsa Jawa, apakah orangtua

Anda mengajarkan bahasa Jawa

tersebut?

2) Apakah Anda memahami bahasa itu

sendiri?

3) Sejauh mana pemahaman Anda

tentang bahasa Jawa?

3. Penggunaan bahasa Jawa

krama inggil dalam kehidupan

sehari-hari

1) Apakah Anda sering menggunakan

bahasa Jawa dalam komunikasi

sehari-hari?

2) Seringkah Anda menggunakan

15

Page 16: Proposal PLB 240612

krama inggil ketika berbicara

dengan orang yang lebih tua?

4. Harapan subjek 1) Apa harapan Anda terkait dengan

penggunaan bahasa Jawa krama

inggil yang sudah mulai

ditinggalkan?

TAHAPAN TERMINASI

Pada tahapan terminasi ini, interviewer mengucapkan terima kasih dan juga

meminta maaf jika ada kesalahan. Selain itu, interviewer juga memohon

kesediaan waktu subjek jika di suatu hari interviewer membutuhkan

lkelengkapan data lebih lanjut.

IR: “terima kasih kepada Saudara atas waktu yang telah diberikan.

Kurang lebihnya Saya memohon maaf jika ada kesalahan. Saya juga

meminta kesediaan Saudara jika nantinya Saya menghubungi Anda

kembali untuk melengkapi kekurangan data.”

IR: “ selamat pagi/siang/sore/malam.”

Selain itu, kelengkapan data juga akan ditunjang dari catatan-catatan

yang ada di lapangan. Seperti hasil observasi, deskripsi hal penting yang

ditemukan oleh peneliti. Seperti melihat kemungkinan adanya komunikasi

subjek dengan pihak lain, atau data dari pihak-pihak yang berhubungan

dengan subjek sendiri, seperti orangtua dan teman.

16

Page 17: Proposal PLB 240612

3.5. Teknik Pengorganisasian dan Analisis Data

Teknik pendorganisasian dan analisis data yang dilakukan oleh

peneliti menggunakan analisis tematik. Dimana analisis ini diawali dengan

membuat verbatim dari hasil wawancara. Yang kemudian transkrip

wawancara tadi dikoding. Koding adalah pengorganisasian data yang di dapat

ke indikator-indikator yang telah dibuat oleh peneliti.

17

Page 18: Proposal PLB 240612

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, R. (2010, Juni). Jangan Lupakan Bahasa Jawa. Kompasiana [on-line].

Diakses pada tanggal 24 Juni 2012 dari

http://m.kompasiana.com/post/bahasa/2010/06/20/jangan-lupakan-bahasa-

jawa/.

Berry, J.W., Poortinga, Y.H., Segall, M.H., & Dasen, P.R. (2002). Cross-Cultural

Psychology Research and Applications. New York: Cambridge University

Press.

Hurlock, E.B. (1997). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Muslich, M., & Suyono. (2009). Pengembangan media pembelajaran kosakata

berbasis audio-visual untuk peningkatan kompetensi berbahasa Indonesia

anak usia dini. Jurnal Penelitian Pendidikan, 19, 1.

Neuman, W.L. (2007). Basic of Social Research: Qualitative and Quantitative

Approaches Second Edition. Boston: Pearson Education, Inc.

Ritchie, J., & Lewis, J. (2003). Qualitative Research Practice: A Guide for Social

Science Students and Researchers. London: SAGE Publications Ltd.

Santrock, J.W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Penerbit

Erlangga.

Syifa, M. (2012, Februari). Lunturnya Krama Inggil. Kompasiana [on-line].

Diakses pada tanggal 24 Juni 2012 dari

http://m.kompasiana.com/post/sosbud/2012/02/06/lunturnya-krama-inggil/.

http://id.m.wikipedia.org/wiki/kota_Surabaya/ [on-line] diakses pada tanggal 25

Juni 2012.

18

Page 19: Proposal PLB 240612

http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa/ [on-line] diakses pada tanggal 25 juni

2012.

Motivasi Memakai Bahasa Jawa Makin Tiada (2009, 2 April). Kompas [on-line]

diakses pada tanggal 25 Juni 2012 dari

http://regional.kompas.com/read/2009/01/31/04550670/Bahasa.Jawa.Mulai.

Ditinggalkan/.

Memperihatinkan, Nasib Penggunaan Bahasa Jawa (2009, 17 Mei). Kompas [on-

line] diakses pada tanggal 25 Juni 2012 dari

http://regional.kompas.com/read/2009/05/17/06032772/Memprihatinkan..N

asib.Penggunaan.Bahasa.Jawa/.

19