PROPOSAL PENELITIAN.docx

91
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS JOYFULL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SDN 24 SUNGAI GERINGGING PROPOSAL PENELITIAN Oleh : RINA EMADILA NIM : 2411.061 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSANTARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI 2013/2014

Transcript of PROPOSAL PENELITIAN.docx

Page 1: PROPOSAL PENELITIAN.docx

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS JOYFULL

LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL

BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

KELAS IV SDN 24 SUNGAI GERINGGING

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

RINA EMADILA

NIM : 2411.061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSANTARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SJECH M.

DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

2013/2014

Page 2: PROPOSAL PENELITIAN.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Ada dua konsep pendidikan yang saling berkaitan yaitu belajar (Learning)

dan pembelajaran (Instruction). Konsep belajar berakar pada pihak

pendidik. Tujuan pendidikan adalah membentuk sumber daya manusia yang

berkualitas tinggi yaitu manusia yang mampu menghadapai perkembangan

zaman.

Guna mencapai tujuan pendidikan tersebut diperlukan proses

pendidikan. Pendidikan dapat ditempuh melalui jalur formal dan

nonformal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang dimulai dari

jenjang terendah hingga tertinggi yang harus ditempuh dengan serangkaian

persyaratan tertentu jika akan naik kejenjang selanjutnya. Pendidikan

nonformal merupakan jenjang pendidikan yang diperoleh dalam sebuah

lembaga pendidikan yang beorientasi memberi dan meningkatkan

ketrampilan yang dibutuhkan untuk berkompetisi dalam meraih

kesuksesan hidup.

Hasil belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk

mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seorang yang prestasinya

Page 3: PROPOSAL PENELITIAN.docx

tinggi dapat dikatakan bahwa ia telah berhasil dalam belajar. Menurut

Nasution dalam Wartiningsih (2010: 12) Prestasi belajar adalah

Penguasaan seseorang terhadap pengetahuan dan ketrampilan tertentu dalam

suatu mata pelajaran yang lazimnya diperoleh dari nilai tes angka yang

diberikan guru.

Hasil belajar yang dicapai siswa dapat dipengaruhi oleh dua

faktor yaitu faktor internal dan eksternal (Slameto, 2003: 54). Penyebab

utama kesulitan be lajar (Learning disabilities) adalah faktor internal

yaitu diantara nya minat, bakat, motivasi, tingkat intelegensi, sedangkan

penyebab utama problema belajar (learning problems) adalah faktor

eksternal antara lain berupa strategi pembelajaran yang keliru,

pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar

anak, maupun faktor lingkungan yang sangat berpengaruh pada hasil

belajar yang dicapai oleh siswa.

Salah satu faktor dari dalam diri siswa yang menentukan berhasil

tidaknya siswa dalam proses belajar mengajar adalah motivasi belajar.

Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di

dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan be lajar. Motivasi belajar adalah merupakan

faktor psikis yang bersifat non intele ktual. Seorang siswa yang

mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa gagal karena kurang

adanya motivasi dalam belajarnya.

Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar

baik bagi guru maupun siswa. Dalam pembelajaran matematika motivasi

Page 4: PROPOSAL PENELITIAN.docx

belajar siswa masih tergolong rendah. Hal tersebut bisa dilihat dari

keinginan siswa dalam belajar masih kurang, kegiatan belajar kurang

menarik karena siswa cenderung pasif dan jarang mengajukan pertanyaan.

Perhatian dan kemandirian siswa masih rendah karena siswa hanya

bergantung pada apa yang diberikan oleh guru.

Permasalahan lain yang masih sering muncul adalah penggunaan

metode pembelajaran oleh guru yang kurang tepat. Guru kurang bervariasi

dalam mengajarkan pelajaran matematika di sekolah. Bahkan tidak

jarang dijumpai proses pembelajaran matematika yang hanya berpusat pada

guru.

Pada umumnya, metode pembelajaran yang dikembangkan guru

dalam kegiatan belajar mengajar adalah metode pembelajaran

konvensional yang lebih banyak mengandalkan ceramah. Di mana guru

lebih memfokuskan diri pada upaya pemindahan pengetahuan ke dalam diri

siswa tanpa memperhatikan bahwa ketika siswa memasuki kelas, siswa

mempunyai bekal kemampuan dan pengetahuan yang tidak sama. Siswa

hanya ditempatkan sebagai obyek sehingga siswa menjadi pasif dalam

kondisi belajar yang kurang merangsang aktivitas belajar yang kurang

optimal. Proses pembelajaran yang berpusat pada guru tersebut, dengan

guru sebagai penyampai materi atau penceramah dan siswa sebagai

pendengar mempunyai kelemahan yaitu siswa cenderung ramai,

mengantuk, tidak ada siswa yang mau bertanya, dan siswa tidak

mampu menjawab dengan sempurna pertanyaan yang diberikan oleh

guru. Dengan kondisi yang seperti ini maka banyak waktu yang

Page 5: PROPOSAL PENELITIAN.docx

terbuang sia-sia, sedangkan materi yang ingin disampaikan guru tidak

sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan di SDN 24 Sungai

Geringging kelas IV khususnya pada mata pelajaran matematika, siswa

kurang memiliki motivasi dan minat mengikuti pembelajaran matematika.

Saat pembelajaran berlangsung siswa cenderung pasif dan hanya menjadi

pendengar saja serta telihat kurang menikmati pembelajaran yang sedang

berlangsung. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi pencapaian tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai sehingga berpengaruh pada hasil belajar

siswa yang kurang maksimal. Guna mengatasi masalah yang telah

dikemukakan salah satunya adalah dengan menerapkan strategi

pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa adalah

dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis Joyfull Learning.

Selain itu, metode pembelajaran berbasis Joyfull Learning dapat menjadi

alternatif dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga

kegiatan pembelajaran yang umumnya monoton dan menjenuhkan tidak lagi

monoton dan bahkan pembelajaran akan lebih menyenangkan.

Metode pembelajaran berbasis Joyfull Learning merupakan metode

yang sangat baik di gunakan untuk melibatkan siswa dalam mempelajari

materi yang telah disampaikan. Metode ini tepat digunakan saat kegiatan

pembelajaran karena melihat karakteristik siswa SD kelas IV yang masih

suka bermain, maka dalam metode ini pembelajaran dibuat seperti sedang

bermain sehingga siswa dapat menikmati pembelajaran dan bisa terlibat

aktif karena mereka merasa tidak tertekan atau terpaksa dalam mengikuti

Page 6: PROPOSAL PENELITIAN.docx

pembelajaran. Dengan metode ini siswa dapat meningkatkan motivasi dalam

belajar karena siswa terlibat langsung dalam pembelajaran.

B. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini ruang lingkup yang akan diteliti adalah:

1. Sikap dan tingkah laku siswa dalam menerima pelajaran.

2. Motivasi dan hasil belajar siswa setelah mengikuti pelajaran

dengan metode pembelajaran berbasis Joyfull Learning.

a. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan

dalam penelitian ini adalah:

Apakah penerapan metode pembelajaran berbasis joyfull learning dapat

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IV SDN 24 Sungai

Geringging pada mata pelajaran matematika ?

b. Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan arah dari suatu kegiatan untuk mencapai hasil

yang jelas dan diharapkan dapat terlaksana dengan baik dan teratur. Adapun

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: “ Meningkatkn motivasi

dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis

joyfull learning pada mata pelajaran matematika kelas IV SDN 24 Sungai

Geringging.

c. Manfaat Penelitian

Page 7: PROPOSAL PENELITIAN.docx

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dan kegunaan dalam

pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan sumbangan

kepada pembelajaran matematika terutama pada peningkatan motivasi

dan hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran berbasis Joyfull

Learning (Yusuf, Yasin, S.Pd dan Umi Auliya, S.Pd, 2011 )

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru atau Peneliti

1) Memberikan wawasan kepada guru tentang pembelajaran

dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis Joyfull

Learning dalam proses pembelajaran.

2) Guru bisa lebih kreatif dalam menyelenggarakan proses

pembelajaran.

b. Bagi Masyarakat atau Orang Tua Siswa

1) Dapat mengetahui cara meningkatkan motivasi siswa dalam

proses pembelajaran.

2) Dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

c. Bagi dunia pendidikan

Page 8: PROPOSAL PENELITIAN.docx

1) Dapat memperkaya referensi di perpustakaan.

2) Sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran Active

Learning (PAIKEM) dalam pembelajaran.

Page 9: PROPOSAL PENELITIAN.docx

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. JOYFULL LEARNING

1. PENGERTIAN JOYFULL LEARNING

Menurut E. Mulyasa (2006:191-194) pembelajaran menyenangkan (joyfull

learning) merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah

kohesi yang kuat antara pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa

atau tertekan (not under pressure). Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan

adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dan siswa dalam proses

pembelajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam

hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya. Hal ini

dimungkinkan karena pesatnya perkembangan teknologi informasi tidak

memungkinkan lagi guru untuk mendapatkan informasi lebih cepat dari siswanya.

Pembelajaran menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang

menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada

belajar sehingga waktu curah perhatiannya ("time on task") tinggi (Depdiknas,

2004:3, 3-8). Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti

meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika

proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus

dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajara

memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang dicapai. Jika pembelajaran hanya

Page 10: PROPOSAL PENELITIAN.docx

aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak

ubahnya seperti bermain biasa1

Pembelajaran menyenangkan berarti sesuai pembelajaran yang tidak

membosankan. Jika siswa terlibat langsung sebagai subjek belajar, mereka selalu

senang dalam belajar (Zuroidah, 2005:36).

Jadi yang dimaksud pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning)

dalam penelitian ini sebenarnya merupakan metode, konsep dan praktik

pembelajaran yang merupakan sinergi dari pembelajaran bermakna, pembelajaran

kontekstual, teori konstruktivisme, pembelajaran aktif (active learning) dan

psikologi perkembangan anak.

2. PRINSIP JOYFULL LEARNING

Pembelajaran yang menyenangkan sebenarnya merupakan metode, konsep

dan praktik pembelajaran yang merupakan sinergi dari pembelajaran bermakna,

pembelajaran kontekstual, teori konstruktivisme, pembelajaran aktif (active

learning) dan psikologi perkembangan anak. Dengan demikian walaupun

esensinya sama, bahkan metodologi pembelajaran yang dipilih juga sama, tetap

ada spesifikasi yang berbeda terkait dengan penekanan konseptualnya yang

relevan dengan perkembangan moral dan kejiwaan anak. Anak akan bersemangat

dan gembira dalam belajar karena mereka tahu apa makna dan gunanya belajar,

karena belajar sesuai dengan minat dan hobinya (meaningful learning) karena

mereka dapat memadukan konsep pembelajaran yang sedang dipelajarinya dengan

1 (Depdiknas, 2004:3, 3-8).

Page 11: PROPOSAL PENELITIAN.docx

kehidupan sehari-hari, bahkan dengan berbagai topik yang sedang “ in”

berkembang dimasyarakat.

Prinsip pembelajaran yang menyenangkan (Joyfull Learning) adalah

apabila siswa senang dan belajar tahu untuk apa dia belajar. Menurut Gordon

Dryden (2000:22) bahwa belajar akan efektif jika dilakukan dalam suasana yang

menyenangkan. Joyfull Learning merupakan metode belajar mengajar yang

menyenangkan. Belajar adalah kegiatan seumur hidup yang dapat dilakukan

dengan cara menyenangkan dan berhasil. Guna mendukung proses Joyfull Learnin

maka perlu menyiapkan lingkungan sehingga semua siswa merasa penting, aman,

dan nyaman. Ini dimulai dengan lingkungan fisik yang kondusif yang diperindah

dengan tanaman, seni dan musik. Ruangan harus terasa pas untuk kegiatan belajar

seoptimal mungkin. (Bobbi De Porter, 2000 : 8 )

Mereka dapat belajar dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun

lingkungan sosialnya (contextual teaching and learning). Mereka juga bergembira

dalam belajar karena memulainya dari sesuatu yang telah dimilikinya sendiri,

sehingga timbul rasa percaya diri dan itu akan menimbulkan perasaan diakui dan

dihargai yang menyenangkan hatinya karena ia diberi kesempatan untuk

mengekspresikan dirinya (teori konstruktivisme) sesuai ciri-ciri perkembangan

fisiologis dan psikologisnya. Hal tersebut pada gilirannya akan memotivasi

mereka untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran karena atmosfer

pembelajaran yang sesuai kepentingannya dan diciptakannya sendiri. Jadi faktor

untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (Joyfull Learning) adalah

penciptaan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan dan merangsang anak

Page 12: PROPOSAL PENELITIAN.docx

untuk belajar. Suasana kelas yang diciptakan penuh kegembiraan akan membawa

kegembiraan pula dalam belajar. (Prof. Dr. Mukhlas Samni, M.Pd, 2000 : 1)

Pembelajaran yang dirancang secara menyenangkan akan menimbulkan

motivasi belajar siswa dan terus bertambah. Dengan demikian efektivitas belajar

akan berjalan dengan baik. Proses ini mensyaratkan guru sudah mengetahui secara

persis liku-liku materi pembelajaran yang akan dipelajari. Siswa bersikap dewasa,

terbuka, dan memiliki komitmen tinggi untuk belajar. Suasan akan terbangun

secara demokratis dan siswa sendiri akan merasa senang karen keinginan,

keberadaan, dan otonominya sebagai siswa diakomodasi oleh guru. Perasaan

senang dapat hadir seiring dengan tujuan pendidikan yang dapat diserap dengan

baik dan mudah.

Hal tersebut dapat tejadi karena seseorang yang berada dalam kondisi yang

menyenangkan tahan dan sigap dalam menghadapi beragam bentuk tantangan.

Sebaliknya, seseorang yang sulit mengendalikan emosi akan mengalami

“Emosional Hijacking” (Pembajakan Emosi), berarti orang tersebut akan terlanda

“Nervous” (Kegugupan) dan mudah keliru dalam mengambil keputusan atau

menggunakan “IQ-nya”. Guna mengetahui berhasil tidaknya mendidik seorang

siswa, dapa diketahui melalui tiga faktor penting: Pertama, adalah “Improvement”

(Pertumbuhan). Indikasinya adalah perubahan sikap kearah yang lebih baik.

Pendidikan dikatakan berhasil, apabila guru tahu cara membantu muridnya agar

menjadi dewasa yang mencintai dan memanfaatkan kehidupan secara maksimal

dan mengerti cara memeca hkan masalah ataupun menghilhami orang lain

untuk meningkatkan peran dalam kehidupannya. Kedua adalah “Development”

(Pengembangan). Pengembangan yang dimaksud adalah bagaimana seseorang

Page 13: PROPOSAL PENELITIAN.docx

dapat sukses dalam pendidikan dan mampu melakukan sebuah aktivitas, yang

dibarengi dengan menjadikan orang lain menjadi sukses. Ketiga adalah

“Empowerment” (Pemberdayaan). Berkaitan dengan pemberdayaan, maka yang

menjadi fokus adalah “Keunikan”, dimana anak memiliki kecakapan yang

beragam. Semua orang mempunyai potensi untuk berhasil dengan keunikan

masing-masing.

3. LANGKAH – LANGKAH JOYFULL LEARNING

Sampai kira-kira anak-anak berusia remaja, pembelajaran yang

menyenangkan akan seiring dengan belajar sambil bermain, yang mau tidak mau

akan mengajak siswa untuk aktif. Sambil bermain mereka aktif belajar dan sambil

belajar mereka aktif bermain. Dalam bermain mereka mendapatkan hikmah esensi

suatu pengetahuan dan keterampilan, sambil belajar mereka melakukan refreshing

agar kondisi kejiwaan mereka tidak dalam suasana tegang terus-menerus. Tidak

ada metode standar untuk pembelajaran yang menyenangkan ini. Setiap guru

sesuai dengan konteks kelas dan perkembangan usia mental siswa dapat memilah

dan memilih metode yang sesuai atau bahkan metode yang diciptakannya sendiri.

Joyfull learning menggunakan proses pembelajaran yang diaplikasi kepada

siswa dengan menggunakan pendekatan riang melalui game, quiz, dan aktivitas-

aktivitas fisik lain. Joyfull learning menggunakan pendekatan-pendekatan

permainan, rekreasi, dan menarik minat yang menimbulkan perasaan senang,

segar, aktif, dan kreatif yang tak pelak lagi sangat dibutuhkan untuk mereduksi

kebosanan dan ketegangan belajar yang hari demi hari dialami siswa.

Pembelajaran menye nangkan atau joyful learning diterapkan dan dilatar

Page 14: PROPOSAL PENELITIAN.docx

belakangi oleh ke nyataan bahwa pembelajaran model konvensional dinilai

menjemukan, kurang menarik bagi para siswa sehingga berakibat kurang

optimalnya penguasaan materi bagi siswa (Rahmawati, 2008: 1). Selain itu

Catarinacatur (2008: 1) berpendapat bahwa joyful learning dapat mempercepat

penguasaan dan pemahaman materi pelajaran yang dipelajari, sehingga waktu

yang dibutuhkan untuk belajar lebih cepat. Materi pelajaran yang sulit

dibuat menjadi mudah, sederhana dan tidak bertele-tele sehingga tidak terjadi

kejenuhan dalam belajar. Keberhasilan belajar tidak ditentukan atau diukur

lamanya kita duduk di belakang meja belajar, tetapi ditentukan oleh kualitas cara

belajar kita.

Tahapan pembelajaran joyfull learning yaitu :

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan berkaitan dengan persiapan siswa untuk belajar. Tanpa

itu siswa akan lambat dan bahkan bisa berhenti begitu saja. Tujuan dari

persiapan pembelajaran adalah untuk:

1. Mengajak siswa keluar dari keadaan mental yang pasif.

2. Menyingkirkan rintangan belajar.

3. Merangsang minat dan rasa ingin tahu siswa.

4. Memberi siswa perasaan positif mengenai, dan hubungan yang bermakna

dengan topik pelajaran.

Page 15: PROPOSAL PENELITIAN.docx

5. Menjadikan siswa aktif yang tergugah untuk berpikir, belajar,

menciptakan, dan tumbuh.

6. Mengajak orang keluar dari keterasingan dan masuk kedalam komunitas

belajar.

Dengan hal tersebut akan berdampak secara psikis kepercayaan diri

untuk bisa memperoleh apa yang menjadi tujuan yang ia inginkan. Pada tahap ini

guru me mberikan motivasi berupa kata– kata dan lagu –lagu/ nyanyian yang

dapat membuat siswa keluar dari tasa tertekan dan menjadi tertarik dengan

pembelajaran.

b. Tahap Penyampaian

Tahap penyampaikan dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk

mempertemukan pembelajaran dengan materi belajar yang mengawali proses

belajar secara positif dan menarik.

Pada tahap ini guru menyampa ikan materi belajar ya ng dikaitkan

dengan hal-hal nyata yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari

dan diasosiasikan dengan apa yang sudah diketahui dan diingat siswa sebelumnya.

c. Tahap Pelatihan

Pada tahap inilah pembelajaran yang berlangsung sebenarnya. Apa yang

dipikirkan, dan dikatakan serta dilakukan siswalah yang menciptakan

pembelajaran, dan bukan apa yang dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan oleh guru.

Pada tahap ini dapat dilakukan dengan meminta siswa berulang-ulang

mempraktikkan suatu keterampilan (andaipun tidak berhasil pada mulanya),

Page 16: PROPOSAL PENELITIAN.docx

mendapatkan umpan balik segera, dan mempraktikkan keterampilan itu lagi.

Mintalah siswa membicarakan apa yang mereka alami, perasaan mereka

mengenainya, dan apa lagi yang mereka butuhkan untuk meningkatkan

prestasinya.

Pembelajaran dibuat seolah-olah siswa sedang bermain dalam hal ini

dengan menggunakan metode kuis atau dapat juga dengan metode yang lain serta

dalam penyampaian diberi gambar-gambar atau animasi yang dapat membuat

siswa menjadi tertarik dan senang dengan pembelajaran. Khususnya metode kuis,

saat pembelajaran siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang akan bersaing

dalam kuis untuk menjadi juara. Agar lebih menarik dan memancing keaktifan

siswa diberikan hadiah-hadiah dan pujian bagi siswa yang aktif dalam kuis.

Serta saat pembelajaran berla ngsung bisa diselingi dengan humor yang dapat

membuat siswa lebih menikmati pembelajaran yang sedang berlangsung.

d. Teknik Penutup.

Banyak kasus dalam menyampaikan pelajaran dalam akhir semester atau

dalam akhir jam guru menjelaskan agar materinya selesai. Namun dengan ini,

malah akan tidak efektif yang seharusnya dilakukan adalah pada pemahaman guru

dalam joyfull learning hendaknya memberi penguatan kepada materi yang telah

diterima oleh siswa dengan memusatkan perhatian, hal itu peluang ada cara

mengingat yang kuat akan apa yang terjadi.

Pada tahap ini guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang

didapatkan. Menutup pembelajaran dengan kata-kata dan nyanyian/ lagu yang

menyenangkan bagi siswa. Apabila fasiltas dan waktu memungkinkan dapat juga

Page 17: PROPOSAL PENELITIAN.docx

guru memutarkan lagu atau film di akhir pembelajaran sebagai sarana refresing

bagi siswa.

4. Pemberian Kuis Matematika

Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah

yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah-

masalah yang kontekstual, siswa dapat secara bertahap dibimbing untuk

menguasai konsep-konsep matematika. Disamping itu juga dapat memotivasi

siswa untuk menyenangi matematika karena mengetahui keterkaitan dan

kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah guru merencanakan dengan baik strategi pembelajaran, guru perlu

melakukan penilaian atau evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan

efisiensi suatu pemelajaran. Evaluasi pembelajaran matematika di SMP

menekankan pada proses dan hasil pembelajaran sesuai dengan kompetensi

yang akan dicapai. Perkembangan belajar siswa perlu diketahui agar dapat

memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.

Kuis merupakan isian singkat dan menanyakan hal-hal yang prinsip.

Biasanya dilakukan sebelum pelajaran dimulai atau setelah menjelaskan materi

pelajaran, kurang lebih 10-15 menit. Kuis dilakukan untuk mengetahui

penguasaan pelajaran oleh siswa. Tingkat berpikir yang terlibat dalam pemberian

kuis ini adalah pengetahuan dan pemahaman.

Kuis terdiri dari soal-soal singkat yang mencakup pelajaran yang baru

dipelajari atau untuk mengingat pelajaran sebelumnya yang sudah disampaikan.

Page 18: PROPOSAL PENELITIAN.docx

Kuis dilakukan untuk mengetahui penguasaan pelajaran oleh siswa.

Pemberian kuis matematikan yang diberikan antara lain berfungsi untuk :

1. Mengetahui kemajuan belajar siswa,

2. Mendiagnosis kesulitan belajar,

3. Memberikan umpan balik,

4. Sebagai bahan pertimbangan untuk melakuka n perbaikan,

5. Memotivasi siswa untuk belajar lebih baik.

Kuis biasanya terdiri dari satu atau dua soal. Dalam mengerjakan kuis

siswa tidak boleh membuka buku dan dikerjakan secara mandiri. Setelah

mengerjakan kuis, hasilnya dikumpulkan dan diberikan penilaian oleh guru.

Apabila siswa kurang yakin dengan penyelesaian kuis yang telah dikerjakan,

siswa diberi kesempatan untuk menanyakan kepada guru. Dengan adanya kuis

setiap hari, menuntut siswa untuk mempelajari materi yang sudah diberikan

maupun yang akan diajarkan. Sehingga diharapkan pemberian kuis dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa .

B. MOTIVASI BELAJAR

Motivasi belajar merupakan dua kata yang mempunyai makna yang

berbeda, namun kedua kata tersebut saling berhubungan dan dapat membentuk

satu arti kata. Maka untuk lebih jelasnya disini akan dijelaskan mengenai

pengertian dua kata tersebut.

Page 19: PROPOSAL PENELITIAN.docx

Kata motivasi berasal dari bahasa Inggris yaitu motivation yang

artinya alasan, daya batin atau dorongan. Sedangkan secara etimologi motivasi

berasal dari kata motif. Kata "motif" diartikan sebagai daya upaya yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai

daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-

aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan

sebagai kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif, maka

motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.

Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk

mencapai tujuan sangat dirasakan.

Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan

kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu,

dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau

mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh

faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang

(Sardiman, 2006:75).

Motivasi dalam psikologi, diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi

pendorong timbulnya suatu tingkah laku (Sabri, 1996:85). Motivasi adalah

kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan, adapun

motif itu masih bersifat potensial dan aktualisasinya dinamakan motivasi.

Lebih jelasnya maka disini akan dikemukakan beberapa pendapat

mengenai pengertian motivasi, yaitu: Handoko (1992:9) mengartikan

motivasisebagai suatu tenaga, atau faktor yang terdapat di dalam diri manusia,

Page 20: PROPOSAL PENELITIAN.docx

yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya.

Clifford T.Morgan dalam Wasty Soemanto (1998:206) memberikan pengertian

bahwa motivasi itu adalah sesuatu yang berhubungan dengan tiga hal yang

mana ketiga hal tersebut itu merupakan aspek dari motivasi itu sendiri, dan

ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating

states), tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavor)

serta tujuan dari tingkahlaku (goals orend of such behavior). Dikatakan bahwa

motivasi adalah merupakan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan, menggerakkan kegiatan serta memberi arah pada

kegiatan demi mencapai suatutujuan.

Ketiga elemen motivasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa motivasi

itu merupakan sesuatu yang komplek, sebab motivasi dapat menyebabkan

terjadinya suatu perubahan, energi yang ada pada manusia sehingga akan

terkait dengan persoalan gejala ke jiwaan, perasaan dan emosi untuk atau

melakukan suatu perbuatan atau pekerjaan yang semuanya itu didorong karena

adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan.

Motivasi belajar juga dapat diartikan sebagai dorongan belajar yang sangat

besar karena keinginan anak untuk berhasil dapat dilihat dari besarnya tanggung

jawab, besarnya kebutuhan anak akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi

diri.2

2 (Titiek Syamsiah, Hubungan Motivasi Belajar dan Persepsi Murid tentang

Lingkungan Belajar dengan Hasil Belajar Bahasa Inggris di Sekolah Dasar, Jurnal Ilmu

Pendidikan, Tahun 26, Nomor Khusus, Desember 1999. Hal:125).

Page 21: PROPOSAL PENELITIAN.docx

Motivasi dalam kegiatan belajar, dapat dikatakan sebagai keseluruhan

daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga

tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan

“keseluruhan”, Karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama sama

menggerakkan siswa untuk belajar (Sardiman, 2006:75).

Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat

nonintelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah,

merasa senang dan semangat untuk belajar (Sardiman, 2006:75).

Jadi yang dimaksud motivasi belajar dalam penelitian ini adalah suatu

kekuatan mental yang mendorong terjadinya poses belajar, yang mana kekuatan

mental itu berupa keinginan, perhatian kemauan dan cita-cita, baik yang tergolong

rendah maupun yang tinggi, yang menggerakkan perilaku manusia termasuk

perilaku belajar dengan mengaktifkan, menggerakkan dan mengarahkan tingkah

laku individu dalam belajar untuk mencapai cita-cita dan harapannya.

Dengan motivasi belajar itu terkandung keinginan yang mengaktifkan,

mengerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap atau perilaku individu dalam

belajar. Motivasi belajar itu merupakan kekuatan mental yang mampu mendorong

terjadinya suatu proses belajar. Hal itu biasanya dimulai dengan adanya

perubahan energi personal pelajar yang ditandai oleh reaksi-reaksi yang

berupa semangat dan perilaku secara progresif untuk mencapai tujuan belajar.

C. HASIL BELAJAR

Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh

hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar berasal dari dua kata dasar

Page 22: PROPOSAL PENELITIAN.docx

yaitu hasil dan belajar, istilah hasil dapat diartikan sebagai sebuah prestasi

dari apa yang telah dilakukan.

Sedangkan definisi belajar menurut para ahli sebagai berikut :

Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap

suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamanya yang berulang-ulang

dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan

atau dasar kecenderungan respon pembawaan. (Hilgard dan Bower , 1975 : 156)

Belajar juga dapat dikatakan suatu proses perubahan dalam kepribadian

manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas

dan kuantitas tingkah laku seperti peningakatan kecakapan pengetahuan, sikap,

pemahaman, keterampilan, daya fakir dan kemampuan lainnya. (Thursan Hakim,

2002)

Beberapa penjelasan ahli tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa

belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan perilaku siswa dalam bakat

pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar mengajar ialah

perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap,

bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti

mengorganisasi pengalaman belajar, menilai proses dan hasil belajar, termasuk

dalam cakupan tanggung jawab guru dalam pencapaian hasil belajar siswa.

Petunjuk bahwa suatu proses bela jar mengajar dianggap berhasil menurut

Syiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain ( 2002 : 120 ) ialah :

Page 23: PROPOSAL PENELITIAN.docx

a) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai

prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.

b) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran instruksional

khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa.

Berdasarkan ungkapan pendapat tentang hasil belajar tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah

kemampuan yang diperoleh individu setelah melakukan kegiatan belajar yang

membawa suatu perubahan dari diri seseorang untuk mencapai tujuan dan

ditegaskan bahwa salah satu fungsi hasil belajar siswa diantaranya ialah siswa

dapat mencapai prestasi yang maksimal sesuai dengan kapasitas yang mereka

miliki, serta siswa dapat mengatasi berbagai macam kesulitan belajar yang mereka

alami.

1. Hasil Belajar Kognitif

Ranah kognitif merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan

kemampuan intelektual. Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas

otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan

dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal,

memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan

mengevaluasi. Menurut Sudjana (1995) dalam ranah kognitif itu terdapat enam

aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan

jenjang yang paling tinggi, enam aspek tersebut antara lain:

1) Pengetahuan (Know ledge), mencakup ingatan akal hal-hal yang

dipelajari dan disimpan dalam ingatan.

Page 24: PROPOSAL PENELITIAN.docx

2) Pemahaman (Comprehension), mengacu pada kemampuan memahami

makna materi.

3) Penerapan (Application), mengacu pada kemampuan menggunakan

atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru

dan menyangkut penggunaan atau dan prinsip.

4) Analisis (Analysis), mengacu pada kemampuan menguraikan materi

ke dalam hubungan diantara bagian yang satu dengan lainnya

sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti.

5) Sintesis (Synthesis), mengacu pada kemampuan memadukan konsep

atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur

atau bentuk baru.

6) Evaluasi (Evaluation), mengacu pada kemampuan memberikan

pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.

Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat

rendah, sedangkan aspek aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi termasuk

kognitif tingkat tinggi. Diantara ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris,

maka ranah kognitif paling banyak digunakan oleh guru dalam pembelajaran

di sekolah. Hal ini, karena ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan siswa

dalam menguasai isi bahan pengajaran. Hasil belajar aspek pengetahuan termasuk

tingkat kognitif yang paling rendah, meliputi pengetahuan faktual dan

pengetahuan hafalan atau untuk diingat.

Page 25: PROPOSAL PENELITIAN.docx

Hasil belajar kognitif siswa dapat diukur melalui instrumen dalam bentuk

tes. Tes yang peneliti gunakan yaitu tes objektif dalam bentuk tes uraian. Tes

uraian, yang dalam literatur disebut juga essay examination , merupakan alat

penilaian hasil belajar yang paling tua . Secara umum tes uraian ini adalah

pe rta nyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan,

menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberi alasan, dan bentuk

lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan

kata-kata dan bahasanya sendiri.

Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa da lam hal

mengekspresikan gagasannya melalui gaga san tulisan. Dalam ha l inilah

kekuatan atau kelebihan tes uraian dari alat penilaian lainnya. Harus diakui bahwa

tes uraian dalam banya k hal mempunyai ke lebihan daripada tes objektif,

terutama da lam hal meningkatkan kemampuan menalar dika langan siswa. Hal

ini ialah karena melalui tes ini siswa dapat mengungkapakan aspek kognitif

tingkat tinggi seperti analisis-sintesis-evaluasi, baik secara lisan maupun

tulisan. Siswa juga dibiasakan dengan kemampuan memecahkan masalah

(problem solving), mencoba merumuskan hipotesis, menyusun dan

mengekspresikan gagasannya, dan menarik kesimpulan dari pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kelebihan atau

Keunggulan tes uraian ini antara lain adalah :

a) Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif

tingkat tinggi.

Page 26: PROPOSAL PENELITIAN.docx

b) Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun

tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa.

c) Dapat melatih kemampuan berfikir teratur atau penalaran, yakni

berfikir logis, analitis, dan sistematis.

d) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem

solving).

e) Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya

sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara

langsung melihat proses berfikir siswa.

Di lain pihak kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini

antara lain adalah :

a) Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungin dapat

menguji semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes

objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui jumlah

pertanyaan.

b) Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat

pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya.

c) Tes ini biasanya kurang reliabel, mengungkap aspek yang terbatas,

pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis

bagi kelas yang jumlah kelas yang relatif besar.

Page 27: PROPOSAL PENELITIAN.docx

1. Jenis-jenis Tes Uraian

Bentuk tes uraian dibedakan menjadi (a) Uraian bebas (free essay), (b)

Uraian terbatas dan uraian berstruktur. Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak

dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh

isi pertanyaan uraian bebas yang sifatnya umum.

Melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas tepat digunakan

apabila bertujuan untuk:

a. Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah

sehingga dapat diketahui luas dan intensitasnya.

b. Mengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya

beraneka ragam sehingga tidak ada jawaban satupun yang pasti.

c. Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan

dari berbagai segi atau dimensinya.

Kelemahan tes ini adalah sukar menilainya karena jawaban siswa bisa

bervariasi, sulit menentukan kriteria penilaian, sangat subyektif karena bergantung

pada guru sebagai penilaiannya .

2. Menyusun Soal Bentuk Uraian.

Agar diperoleh soal-soal bentuk uraian yang dikatakan memandai sebagai

alat penilaian ha sil belajar, hendaknya diperhatikan hal-hal berikut:

a) Segi isi yang diukur.

Page 28: PROPOSAL PENELITIAN.docx

Segi yang hendak diukur hendaknya ditentukan secara jelas abilitasnya,

misa lnya pemahaman konsep, aplikasi suatu konsep, analisis suatu permasala

han, dan aspek kognitif lainnya. Dengan kejelasan apa yang akan diungkapkan

maka soal atau pertanyaan yang dibuat hendaknya mengungkapkan kemampuan

siswa dalam abilitas tersebut.

Setelah abilitas yang hendak diukur cukup jelas, tetapkan materi yang

ditanyakan. Dalam memilih materi sesuai dengan kurikulumnya atau silabusnya,

pilihlah materi yang esensial sehingga tidak semua materi perlu ditanyakan.

b) Segi bahasa.

Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah diketahui makna

yang terkandung dalam rumusan pertanyaan. Bahasanya sederhana, singkat,

tetapi jelas apa yang ditanyakan. Hindari bahasa yang berbelit-belit,

membingungkan atau mengecoh siswa.

c) Segi teknis penyajian soal.

Hendaknya jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap materi yang

sama sekalipun untuk abilitas yang berbeda sehingga soal atau pertanyaan

yang diajukan lebih kompeherensif dari pada segi lingkup materinya. Perhatikan

waktu yang tersedia untuk mengejakan soal tersebut sehingga soal tidak terlalu

banyak atau terlalu sedikit. Bobot penilaian untuk setiap soal hendaknya

dibedakan menurut tingkat kesulitan soal. Soal-soal yang tergolong sulit

hendaknya di beri bobot yang lebih besar. Tingkat kesulitan soal dilihat dari

sifat materinya dan abilitas yang diukurnya. Abilitas analisis lebih sulit

Page 29: PROPOSAL PENELITIAN.docx

daripada aplikasi dan pemahaman demikian juga sintesis lebih sulit daripada

analisis. Sedangkan dari aspek materi, konsep lebih sulit diperoleh dari fakta.

d) Segi jawaban.

Setiap pertanyaan yang hendak diajukan sebaiknya telah ditentukan

jawaban yang diharapkan, minimal pokok-pokoknya. Tentukan pula besarnya

skor maksimal untuk setiap soal yang di jawab benar dan skor minimal bila

jawaban dianggap salah atau kurang memadai. Jangan sekali-kali mengajukan

pertanyaan yang jawabannya belum pasti atau guru sendiri tidak tau

jawabannya, atau mengharapkan kebenaran jawaban tersebut diperoleh dari

siswa.

Mengingat sifat tes uraian lebih mengutamakan kekuatan (power test),

bukan kecepatan (speed test), maka maka dalam pelaksanaan tes ini hendaknya

diperhatikan hal-hal berikut:

1) Berilah waktu yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan soal-

soal tersebut. Dengan demikian siswa dapat mengungkapkan

jawabannya tanpa terburu-buru.

2) Berikan kemungkinan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal

siswa yang mudah terlebih dahulu tanpa harus mengikuti urutan

nomor soal.

3) Awasi pengerjaan soal oleh para siswa sehingga meraka bekerja

sendiri tanpa bekerja sama dengan yang lain.

Page 30: PROPOSAL PENELITIAN.docx

4) Dalam hal tertentu, jika dipandang perlu, berikan soal-soal uraian

yang memperbolehkan siswa membuka buku dan catatan

pelajarannya. Biasanya soal mengungkapkan aplikasi suatu konsep,

pemecahan suatu masalah, menarik suatu generalisasi dapat diberikan

kepada siswadengan memperbolehkan siswa membuka catatan dan

materi pelajaran.

5) Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal, ada baiknya guru

menjelaskan jawaban setiap soal sehingga para siswa mengetahuinya

sebagai bahan dan untuk memperkaya pemahaman mereka me

ngenai bahan atau materi pelajaran.

Berdasarkan kaidah penyusunan soal bentuk uraian diatas, maka peneliti

akan mengunakannya sebagai acuan dalam penyusunan untuk lembar uji validasi

pakar/ahli. Aspek-aspek yang akan peneliti gunakan kedalam lembar uji validasi

pakar/ahli terdapat dalam tabel berikut:

Tabel 1: Kisi-kisi Lembar Uji Validasi Pakar/Ahli

No Aspek Kaidah Penulisan Soal Uraian (essay examination)

1. Dari Segi Yang di Ukur

a. Memilih materi yang ditanyakan harus sesuai dengan kurikulumnya dan

silabusnya.

b. Hendaknya ditentukan secara jelas abilitasnya, mengenai pemahaman

konsep.

Page 31: PROPOSAL PENELITIAN.docx

2. Dari Segi Bahasa

a. Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah diketahui makna

yang terkandung dalam rumusan pertanyaan.

b. Bahasanya sederhana, singkat, tetapi jelas apa yang ditanyakan.

c. Hindari bahasa yang berbelit-belit, membingungkan atau mengecoh

siswa.

3. Dari Segi Teknis Penyajian Soal

a. Perhatikan waktu yang tersedia untuk mengejakan soal tersebut

sehingga soal tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit.

b. Bobot penilaian untuk setiap soal hendaknya dibedakan menurut tingkat

kesulitan soal.

c. Soal-soal yang tergolong sulit hendaknya di beri bobot yang lebih besar.

d. Tingkat kesulitan soal dilihat dari sifat materinya dan abilitas yang

diukurnya..

4. Dari Segi Jawaban

a. Pilihan jawaban tidak mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu

kesatuan pengertian.

b. Sebaiknya telah ditentukan jawaban yang di harapkan, minimal pokok

pokoknya.

c. Mentukan pula besarnya skor maksimal untuk setiap soal yang di jawab

Page 32: PROPOSAL PENELITIAN.docx

benar dan skor minimal bila jawaban dianggap salah atau kurang memadai.

d. Jangan mengajukan pertanyaan yang jawabannya belum pasti atau guru

sendiri tidak tau jawabannya.

D. Kerangka Konseptual

Langkah awal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diharapkan pada

mata pelajaran matematika, guru harus dapat menentukan metoda dan media

yang tepat dan tidak asing bagi siswa. Penentuan metode dan media yang

tepat dalam proses pembelajaran ini akan sangat menentukan berhasil tidaknya

penyampaian materi kepada siswa. Dalam proses pembelajaran guru hendaknya

tidak berprinsip sebagai satu-satunya sumber ilmu tetapi lebih bersifat sebagai

penasihat, fasilitator dan innovator sehingga mengurangi verbalisme siswa

dalam upaya memahami mata pelajaran matematika.

Kondisi siswa yang kurang memiliki motivasi belajar sudah tentu

tidak mampu menghasilkan hasil belajar yang memuaskan. Dalam kaitannya

dengan materi pelajaran matematika, selama ini siswa cenderung tidak memiliki

minat untuk mempelajarinya. Hal ini tidak terlepas dari pemilihan metode

pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam proses

belajar menga jar yang akan berpengaruh pada hasil belajar.

Metode pembelajaran berbasis Joyfull Learning berhubungan erat dengan

pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran yang dirancang secara menye

nangkan akan menimbulkan motivasi belajar siswa dan terus bertambah. Dengan

Page 33: PROPOSAL PENELITIAN.docx

demikian efektivitas belajar akan berjalan dengan baik. Siswa yang memiliki

motivasi belajar yang tinggi akan lebih tekun, bersemangat, lebih tahan dan

memiliki ambisi yang lebih tinggi dalam mencapai hasil belajar yang lebih

baik, dibandingkan dengan siswa yang kurang atau tidak memiliki motivasi

belajar. Mereka yang tidak memiliki motivasi belajar akan kelihatan kurang

atau tidak bergairah dalam belajar maupun mengikuti pembelajaran di kelas,

tidak menaruh perhatian terhadap pelajaran yang dipelajari, apatis dan tidak

berpartisipasi aktif dalam belajar.

E. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir tersebut, maka hipotesis dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis Joyfull Learning pada mata

pelajaran matematika dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas

IV SDN 24 Sungai Geringging.

Proses Belajar Mengajar

(PBM) rendah

Motivasi dan Hasil Belajar Matematika

rendah

Pelaksanan tindakan dengan

menerapkan metode

pembelajaran berbasis joyfull

Motivasi dan Hasil Belajar

Matematika meningkat

Page 34: PROPOSAL PENELITIAN.docx

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka jenis

penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah

untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara

mengenakan kepada satu atau kelompok eksperimental satu atau lebih

kondisi perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih

kelompok kontrol yang tidak dikenalkan kondisi perlakuan.3

Pada penelitian ini kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa

penerapan Model pembelajaran berbasis Joyfull Learning, sedangkan pada

kelompok kontrol dilakukan pembelajaran konvensional. Kedua kelompok

diberikan pengukuran hasil belajar yang sama berupa tes.

B. Rancangan penelitian

Rancangan penelitian ini adalah Randomized Control Only Design.

Dalam rancangan ini sekelompok subjek diambil dari populasi tertentu

dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan

kelompok control. Kelompok eksperimen dikenai variabel perlakuan tertentu

dalam jangka waktu tertentu, lalu kedua kelompok itu dikenai pengukuran

yang sama.4

Tabel 2. Rancangan Penelitian

3 Sumadi Suryabarata, Metodologi Penelitian, (Jakarata: Grafindo, 2004), h. 88

4 Sumadi Suryabarata, Metodologi Penelitian …, h. 105

Page 35: PROPOSAL PENELITIAN.docx

Kelas Perlakuan Tes Akhir

Eksperimen X T

Kontrol - T

Keterangan:

X = Penerapan model pembelajaran berbasis Joyfull Learning

T = Test akhir yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Berdasarkan pengertian

populasi tersebut maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas IV SDN 24 Sungai Geringging yang dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 3: Jumlah Siswa Kelas IV SDN 24 Sungai Geringging Tahun

Pelajaran 2013/ 2014.

Sumber : Guru matematika kelas IV SDN 24 Sungai Geringging

2. Sampel

Sampel

adalah bagian yang

diambil dari populasi

dengan menggunakan

cara-cara tertentu dimana tujuannya untuk diteliti untuk memperoleh data

yang diperlukan. Sampel yang dipilih dalam penelitian haruslah

menggambarkan keseluruhan karakteristik dari suatu populasi. Sesuai dengan

Kelas Jumlah Siswa

IV1 30

IV2 31

IV3 32

JUMLAH 93

Page 36: PROPOSAL PENELITIAN.docx

masalah yang diteliti, maka dibutuhkan dua kelas sebagai sampel yaitu kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Penentuan sampel dalam penelitian ini

dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data ujian MID semester I matematika kelas IV SDN

24 Sungai Geringging tahun pelajaran 2013/2014, kemudian dihitung

rata-rata dan simpangan bakunya.

b. Melakukan uji normalitas yang bertujuan untuk mengetahui apakah

data berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis yang diajukan adalah:

Ho = Data populasi berdistribusi normal

H1 = Data populasi berdistribusi tidak normal

Untuk melihat sampel berdistribusi normal, digunakan uji liliefort

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Data X1, X2, X3,…, Xn diperoleh dan disusun dari data yang

terkecil sampai yang terbesar.

2) Mencari skor skor baku dari skor mentah dengan menggunakan

rumus sebagai berikut: Zi = X i− X⃛

S

Dimana:

S = Simpangan baku

Xi = Skor dari tiap soal

X = Skor rata-rata

3) Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian

dihitung peluang F (Zi) = P (P ≤ Zi)

Page 37: PROPOSAL PENELITIAN.docx

4) Menghitung jumlah proporsi skor baku yang lebih baku atau sama

Zi yang dinyatakan dengan S(Zi) dengan menggunakan rumus :

S(Zi) = Banyaknya Z1 , Z2 ,…, Zn yang≤ Z i

n

5) Menghitung selisih F (Zi) - S(Zi), kemudian ditentukan nilai

mutlaknya

6) Ambil harga mutlak yang terbesar dari harga mutlak selisih itu

diberi symbol Lo. Lo = maks |(Z i)−S (Z i)|

7) Bandingkan nilai Lo yang diperoleh dengan nilai Lo yang ada pada

table. Pada taraf 0,05 jika Lo ≤ Ltabel maka Hoditerima. Dari hasil

analisis data pada taraf nyata α = 0,05 terlihat bahwa Lo ¿Ltabel

maka Ho diterima. Berarti data tersebut berasal dari populasi

berdistribusi normal.5

c. Melakukan uji homogenitas varians dengan menggunakan uji Barlet.

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah populasi mempunyai populasi

yang homogen atau tidak.

Hipotesis yang diajukan yaitu:

H0 = Populasi mempunyai varians yang sama

H1 = populasi mempunyai varians yang tidak sama.

Untuk menentukan uji homogenitas ini dilakukan dengan beberapa

langkah sebagai berikut:

1) Hitung k buah ragam contoh S1, S2, …, Sk dari contoh-contoh

berukuran n1, n2, …, nk dengan N = ∑i=1

k

ni

5 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h.466

Page 38: PROPOSAL PENELITIAN.docx

2) Gabungan semua ragam contoh sehingga menghasilkan dugaan

gabungan:

Sp2 = ∑i=1

k

(n¿¿ i –1)si2

H−k¿

3) Dari dugaan gabungan tentukan nilai peubah acak yang

mempunyai nilai sebaran Bartlett:

b = |(S1

2 )n1−1. (S2

2)n2−1… (Sk

2 )nk−1| 1N−k

S p2

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Jika b≥bk (a;n) berarti homogen

Jika b bk (a;n) berarti tidak homogen.6

d. Variabel dan data melakukan uji kesamaan rata-rata dengan

menggunakan analisis variansi. Uji ini menggunakan teknik anava

satu arah dengan langkah sebagai berikut:

Langkah-langkah untuk melihat kesamaan rata-rata populasi yaitu:

1) Tuliskan hipotesis statistik yang diajukan

H0 : μ1 = μ2

H1 sekurang-kuragnya dua rata-rata yang tidak sama

2) Tentukan taraf nyatanya (α)

3) Tentukan wilayah kritiknya dengan menggunaka rumus:

f > fα[k-1, N –k]

6 Ronal, E. Walpole, Pengantar Statistiaka, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1993), h.391

Page 39: PROPOSAL PENELITIAN.docx

4) Tentukan perhitungan melalui tabel:

Tabel 4. Data Hasil Belajar Siswa Kelas Populasi

Populasi

1 2 3 K

X11

X12

X1n

X21

X22

X2n

X31

X32

X3n

Xk1

Xk2

Xkn

TotalT1 T2 T3 Tk T…

Nilai

tengah

X1 X2 X3 X k X…

Perhitungan dengan menggunakan rumus:

Jumlah Kuadrat Total (JKT) = ∑i=1

k

∑j=1

k

∑i , j

2 −T 2

N

Jumlah Kuadrat untuk nilai tengah Kolom

(JKK) = ∑i=1

k T i2

N−¿

T …2

N¿

Jumlah Kuadrat Galat (JKG) = JKT- JKK

Masukkan data hasil perhitungan ke dalam table berikut :

Tabel 5. Analisis Ragam Bagi Data Hasil Belajar Siswa Kelas

Populasi

Page 40: PROPOSAL PENELITIAN.docx

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat

Derajat

Bebas

Kuadrat

Tengah

fhitung

Nilai tengah

kolom

JKK k-1S1

2=JKKk−1

S12

S22

Galat JKG N - k S22 =

JKGN−K

Total JKT N - 1

5) Keputusannya:

Diterima H0 jika f < fα(k – 1), (N – K)

Tolak H0 jika f > fα(k – 1), (N – K)7

e. Mengambil dua kelas secara acak, kelas yang terambil pertama adalah

kelas eksperimen dan kelas yang kedua sebagai kelas kontrol.

D. Variabel dan Data

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan

penelitian.8 Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini maka yang

menjadi variabel adalah :

7 Ronal, E. Walpole, Pengantar…, h.383

8 Sumadi . . ., h, 25

Page 41: PROPOSAL PENELITIAN.docx

a) Variabel bebas yaitu variabel yang berpengaruh terhadap variabel lain.

Variabel bebas dalam penelitian ini model pembelajaran berbasis Joyfull

Learning

b) Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar

matematika siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data

primer dan data sekunder:

1) Data primer adalah data aktivitas siswa, data angket respon

siswa, dan hasil belajar matematika siswa kelas sampel.

2) Data sekunder adalah data nilai ujian mid semester I mata

pelajaran Matematika Kelas IV SDN 24 Sungai Geringging

Tahun Pelajaran 2013/2014 dan jumlah siswanya. Data

sekunder ini diperoleh dari guru matematika kelas IV SDN 24

Sungai Geringging

b. Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:

1) Data primer bersumber dari kelas sampel.

2) Data sekunder bersumber dari guru Matematika SDN 24 Sungai

Geringging.

A. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

Page 42: PROPOSAL PENELITIAN.docx

Sebelum penelitian dilaksanakan peneliti mempersiapkan segala

sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian yaitu sebagai

berikut :

a. Menetapkan jadwal kegiatan, jadwal penelitian disusun setelah peneliti

mendapatkan informasi tentang waktu pengajaran.

b. Menentukan materi pelajaran.

c. Membuat rencana pelaksanaan pengajaran sebagai pedoman dalam

proses pengajaran, dan membuat RPP.

d. Mempersiapkan lembar observasi.

e. Membuat kisi-kisi soal, angket motivasi dan menyusun test akhir.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Kelas Eksperimen

Langkah-langkah Pembelajaran pada model berbasis Joyfull Learning Pada

Kelas Eksperimen

- Ke giatan Awal ( 5 Menit)

a. Berdoa, salam pembuka, presensi

b. Persiapan alat peraga dan pengecekan sarana prasarana alat tulis siswa.

c. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

d. Apersepsi dan motivasi

Menyanyikan lagu “Bangun Ruang” dengan nada lagu “Bangun Tidur”

Bangun Ruang Dimana-mana

Ada kubus dan ada balok

Page 43: PROPOSAL PENELITIAN.docx

Ada tabung dan ada Kerucut

Ada prisma dan ada Bola

Guru bertanya kepada siswa:”Berdasarkan lagu yang sudah dinyanyikan

apa yang akan dipelajari? Tentang apa yang akan dipelajari?

- Ke giatan Inti ( 50 Menit)

a. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok yang mana nama setiap

kelompoknya adalah dari nama-nama buah-buahan.

b. Siswa dalam kelompok akan bersaing dengan kelompok lain

menjawab kuis yang diberikan oleh guru.

c. Siswa menjawab kuis yang berhubungan dengan sifat-sifat bangun

ruang kubus dan balok. (eksplorasi)

d. Wakil kelompok menuliskan jawaban kuis di papan tulis.

(elaborasi).

b. Kelas kontrol

Tabel 6: Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Pada Kelas

Kontrol adalah seperti tabel berikut:

Kegiatan

Perkiraan aktivitas Keterangan

Waktu

Guru Siswa

Pendahuluan Apersepsi

1. Guru mengabsensi

Page 44: PROPOSAL PENELITIAN.docx

siswa

2. Guru

menyampaikan

judul dan tujuan

pembelajaran

Siswa

mendengarkan

guru

± 10menit

Kegiatan inti Guru menjelaskan

materi pelajaran dengan

pembelajaran biasa

sesuai dengan RPP

Siswa

mendengarkan

penjelasan guru

± 20menit

Guru memberikan

kesempatan pada siswa

untuk bertanya terhadap

materi yang tidak

dimengerti

Siswa bertanya

kepada guru

tentang soal

yang belum

dipahami

± 20menit

Guru memberikan soal-

soal latihan untuk

mengetahui sejauh

mana pemahaman

siswa terhadap materi

yang baru dipelajari

Siswa

mengerjakan

soal latihan yang

diberikan oleh

guru

± 20menit

Penutup 1. Guru membimbing

siswa untuk

Siswa mencatat

Page 45: PROPOSAL PENELITIAN.docx

menyimpulkan

materi yang telah

dipelajari

2. Guru memberikan

pekerjaan rumah

kesimpulan

Siswa

mendengarkan

guru

± 10 menit

3. Tahap Penyelesaian

Mengadakan tes untuk melihat hasil belajar siswa setelah selesai

memberikan materi disaat penelitian berlangsung. Tes diberikan pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

B. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

penelitian. Instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Lembar Observasi motivasi siswa

Lembar observasi yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana

motivasi siswa belajar matematika dengan model pembelajaran berbasis

Joyfull Learning adalah dengan membuat tanda ceklis () pada angket

yang di bagikan.

Angket yang digunakan disini merupakan angket tertutup, artinya

angket yang pengisianya memberikan centang atau menyilang dari

beberapa item yang telah ditentukan oleh peneliti. Angket motivasi

belajar ini dibuat dengan memperhatikan beberapa indikator. Supriono

Page 46: PROPOSAL PENELITIAN.docx

mengemukakan beberapa indikator dalam pembuatan angket motivasi

belajar adalah : (1) perhatian (attention), (2) keterkaitan (relevance),

(3) kepuasan (satistaction), dan (4) keya kinan (confidence).

Tabel 7: Kisi – Kisi Angket Motivasi

No Aspek Indikator Item Jumlah

I Perhatian a. Siswa

memperhatikan

proses

pembelajaran

b. Siswa tidak

melakukan

kegiatan di luar

pembelajaran

6, 16, 19, 22 4

II Ket ertarikan a. Siswa tertarik

pada penggunaan

metode joyfull

learning

pendekatan kuis

dalam

pembelajaran

10,11,12, 2, 9,

10, 14, 21, 13

5

III Kepuasan a. Siswa ingin

melakukan

20, 25 8, 17,

19,21,24, 7,

6

Page 47: PROPOSAL PENELITIAN.docx

pembelajaran

dengan metode

yang sama, yaitu

metode joyfull

learning dengan

pendekatan kuis

b. Siswa merasa

hasil yang dicapai

dengan

menggunakan

metode joyfulll

earning

pendekatan kuis

ini maksimal

12, 13, 24

IV Keyakinan a. Siswa merasa

lebih mudah

belajar dengan

mengguanakan

metode Joyfull

Learning dengan

pendekatan kuis

1, 3, 4, 5, 23

5

Jumlah 20

Page 48: PROPOSAL PENELITIAN.docx

2. Tes Hasil Belajar

Tes yang akan diberikan adalah tes berbentuk essay. Karena tes

essay dapat mendorong siswa untuk mengorganisasikan dan

mengintegrasikan ide-idenya sendiri. Dalam penyusunan tes tersebut,

penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mempelajari kurikulum

b. Membuat kisi-kisi soal

Kisi-kisi soal tes disusun dalam bentuk tabel yang memuat tentang

kompetensi dasar yang ingin dicapai, indikator, rincian materi yang

akan diujikan. Kisi-kisi soal disusun agar mempermudah dalam

pembuatan soal.

c. Menyusun tes sesuai dengan kisi-kisi soal yang telah dibuat.

Dalam menyusun item tes, ada beberapa hal yang akan dilakukan,

yaitu:

1) Mempelajari dan memahami materi yang akan diujikan.

2) Mengkonsultasikan kepada guru yang bersangkutan mengenai

karakteristik siswa yang akan menjadi testee.

3) Mempelajari dan memahami tekhnik pembuatan soal essay dan

membahasakan gagasan soal yang telah dirancang sesuai dengan

kisi-kisi soal.

4) Membuat kuci jawaban

Page 49: PROPOSAL PENELITIAN.docx

d. Melakukan validasi tes

Validasi tes yang akan digunakan adalah validitas isi yaitu validitas

tes yang mempersoalkan apakah isi butir tes yang diujikan itu

mencerminkan isi kurikulum yang seharusnya diukur atau tidak.9 Jadi,

untuk memvalidasi soal tes tersebut, peneliti akan meminta bantuan

kepada guru mata pelajaran dan dosen.

e. Uji coba tes.

f. Analisis butir soal tes

Analisis ini dilakukan untuk melihat dan mengidentifikasi soal-soal

yang baik, kurang baik dan soal yang tidak sama sekali. Hal-hal yang

dilakukan dalam menganalisis butir soal:

1) Validitas Tes

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

kevalidan suatu instrument. Instrument dikatakan valid jika mampu

mengukur apa yang diinginkan melalui data dan variabel yang

diteliti secara sadar.10

Untuk menentukan validitas tes essay dapat digunakan korelasi

product moment yaitu:

r xy=N ∑ XY −(∑ X )(∑Y )

√ {N ∑ X 2−(∑ X )2} {N ∑Y 2−(∑ Y )2}Keterangan

r xy = koofesien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = Jumlah testee

9 M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 1996), h.111

10 Suharsimi Arikunto, Dasar –Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1999),h.79

Page 50: PROPOSAL PENELITIAN.docx

∑ XY = jumlah perkalian antara skor item dan skor total

∑ X = jumlah skor item

∑Y = jumlah skor total

Koefesien korelasi selalu terdapat antar -1,00 sampai +1,00.

Kriteria yang digunakan untuk validitas yaitu:

Antara 0,800 sampai dengan 1,00: sangat tinggi

Antara 0,600 sampai dengan 0,800: tinggi

Antara 0,400 sampai dengan 0,600: cukup

Antara 0,200 sampai dengan 0,400: rendah

Antara 0,000 sampai dengan 0,200: sangat rendah11

2) Reliabilitas Tes

Untuk menentukan reliabilitas soal digunakan rumus:

r11 = [ nn−1 ][1−∑ S i

2

St2 ]

dengan :

r11 = koefisien reliabilitas tes

n = banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

∑ S i2 = jumlah varian skor daritiap item

St2 = varian total

Klasifikasi reliabilitas menurut Slamet Santoso adalah :

0,80 ≤ r11 ≤ 1,00 reliabilitas sangat tinggi

0,60 ≤ r11 ≤ 0,79 reliabilitas tinggi

11 M. Chabib Thoha, Teknik … h.115

Page 51: PROPOSAL PENELITIAN.docx

0,40 ≤ r11 ≤ 0,59 reliabilitas sedang

0,20 ≤ r11 ≤ 0,39 reliabilitas rendah

0,00 ≤ r11 ≤ 0,19 reliabilitas sangat rendah12

3) Indeks Analisis Tingkat Kesukaran (IK)

Indeks kesukaran digunakan untuk melihat apakah soal

tersebut mudah, sedang atau sukar. Soal yang baik adalah soal

yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.

Cara menentukan indeks kesukaran butir soal digunakan

rumus:

Ik = Dt+Dr

2 mn x 100%

Keterangan:

Ik = indeks kesukaran tes

Dt= banyaknya jawaban salah yang dibuat oleh kelompok tertinggi

Dr = banyaknya jawaban salah yang dibuat oleh kelompok rendah

m = skor setiap soal jika benar

n = 27% dari peserta tes

Adapun kriteria tingkat kesukaran adalah:

Ik < 27% = sukar

27% ≤ Ik ≤ 73% = sedang

12 Pratiknyo Prawinonegoro, Evaluasi Hasil Belajar Khusus Analisis Soal Bidang Studi Matemaika, (Jakarta: Dirjen Dikti P21.PTK,1985), h.4

Page 52: PROPOSAL PENELITIAN.docx

73% < Ik = mudah.13

4) Indeks Daya Pembeda (IP)

Daya pembeda soal adalah kemempuan suatusoal untuk

membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan

siswa yang berkemampuan rendah.

Untuk menentukan daya pembeda soal, digunakan rumus :

Ip =

M t−M r

√∑ X t2+∑ X r

2

n(n−1)

Dimana:

Ip = indeks pembeda soal

Mt = rata-rata skor dari kelompok tertinggi

Mr = rata-rata skor dari kelompok rendah

∑ X t2 = jumlah kuadrat deviasi dari kelompok tertinggi

∑ X r2 = jumlah kuadrat deviasi dari kelompok rendah

n = 27% dari pengikut tes

Adapun criteria tingkat pembeda soal berdasarkan indeks

pembeda adalah:

0,4 – 1 = baik sekali

13 Pratikyo Prawinonegoro, Evaluasi …, h.11

Page 53: PROPOSAL PENELITIAN.docx

0,3 – 0,39 = baik

0,2 – 0,29 = sedang

0 – 0,19 = jelek14

5) Klasifikasi soal

Setelah soal dianalisis, soal dapat diklasifikasikan menjadi soal

yang dapat dipakai, diperbaiki, atau diganti.

Klasifikasi soal sebagai berikut:

1. Soal dipakai jika I p signifikan dan 0% < I k ≤ 100%

2. Soal diperbaiki jika:

I p signifikan dan I k = 0% atau I k = 100%

I p tidak signifikan dan 0% < I k ≤ 100%

Soal diganti jika I p tidak signifikan dan I k = 0% atau I k = 100%15

C. Teknik Analisis Data

1. Analisis Hasil Observasi

Data aktifitas yang diperoleh melalui lembar observasi menurut

Anas Sudijono dianalisis dengan menggunakan rumus persentase, yaitu:

P = FN

x 100%

Keterangan:

P = Persentase aktifitas

F = Frekuensi aktifitas yang dilakukan

N = Jumlah siswa

14 Pratiknyo, Evaluasi …, h.11

15 Pratiknyo, Evaluasi …, h.16

Page 54: PROPOSAL PENELITIAN.docx

Kriteria penilaian aktifitas dalam proses pembelajaran adalah

sebagai berikut:

a. Jika persentase penilaian aktifitas adalah 1% - 25% maka aktifitas

tergolong sedikit tinggi.

b. Jika persentase penilaian aktifitas adalah 26% - 50% maka aktifitas

tergolong sedikit.

c. Jika persentase penilaian aktifitas adalah 51% - 75% maka aktifitas

tergolong banyak.

d. Jika persentase penilaian aktifitas adalah 76% - 100% maka aktifitas

tergolong banyak sekali.16

Persentase aktifitas belajar ini dipantau setiap kali pertemuan,

sehingga dapat diketahui bagaimana perkembangan aktifitas siswa dalam

model pembelajaran kooperatif tipe CORE.

2. Tes Hasil Belajar

a. Uji Normalitas

Melakukan uji normalitas sampel terhadap nilai tes akhir matematika

siswa kelas VIII yang bertujuan untuk mengetahui apakah sampel

tersebut berdistribusi normal atau tidak.

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 = Sampel berdistribusi normal

H1 = Sampel berdistribusi tidak normal

Untuk melihat sampel berdistribusi normal, digunakan uji Liliefort

16 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan ,(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2005), h.43

Page 55: PROPOSAL PENELITIAN.docx

b. Uji Homogenitas Variansi

Menguji homogenitas variansi jika telah didapatkan dua proporsi

normal. Dalam hal ini akan diuji H0 : σ 1 dan σ 2 adalah simpangan baku

dari masing-masing kelompok sampel. Rumus yang digunakan untuk

mengujihipotesis menurut Sudjana adalah:17

F = S2

1

S22

Keterangan :

F = Perbandingan antara variansi terbesar dan variansi terkecil

S21 = Variansi terbesar

S22 = Variansi terkecil

Kriteria pengujian adalah terima hipotesis H0 jika :

F(1−

12

α, n1−1 ,n2−1)< F < F 12

α ( n1−1 , n2−1)

dimana

F(1−

12

α)(n1−1 ;n2−1)= 1

F 12

á (n1−1 , n2−1)

c. Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas, selanjutnya

dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis bertujuan untuk melihat perbandingan

hasil belajar kedua kelas sampel. Dengan hipotesis yaitu:

17 Sudjana…, h.249

Page 56: PROPOSAL PENELITIAN.docx

H0 : μ1 = μ2 : Hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe CORE sama dengan

hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran

konvensional.

H1 : μ1 > μ2 : Hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe CORE lebih baik

dari hasil belajar siswa yang mengikuti model

pembelajaran konvensional.

Dimana: μ1 adalah hasil belajar kelas eksperimen μ2 adalah hasil belajar

kelompok kontrol.

Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas ada beberapa rumus untuk

menguji hipotesis yaitu :

1) Apabila data berdistribusi normal dan mempunyai variansi homogen

maka uji statistik yang digunakan adalah dengan rumus:

t =

X1−X2

S √ 1n1

+ 1n2

dengan S2 = (n1−1 ) S1

2+(n2−1)S22

n1+n2−2

Dimana: X1= Nilai rata-rata kelas eksperimen

X2 = Nilai rata-rata kelas kontrol

S12 = Variansi hasil belajar kelas eksperimen

S22 = Variansi hasil belajar kelas kontrol

S = Simpangan baku

n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen

Page 57: PROPOSAL PENELITIAN.docx

n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

Kriteria pengujiannya:

Terima H0 jika −t1−1

2α < t < t 1−1

2α dengan dk = n1 + n2 – 2 selain itu H0

ditolak.18

2) Jika sampel berdistribusi normal dan kedua kelompok sampel tidak

mempunyai variansi homogen, maka uji statistic yang digunakan

adalah:

t’ =

X1−X2

√ S21

n1

+S2

2

n2

Kriteria pengujiannya adalah:

Tolak hipotesis H0 jika t’ ≥ w1 t1+w2t 2

w1+w2 dan

Terima H0 jika t’ < w1 t1+w2t 2

w1+w2

Dengan:

wt = S1

2

n1

wt = S2

2

n2

t 1=t(1−

12

a) (n1−1 )t 2=t

(1−12

a) (n2−1 )

18 Sudjana…, h.239

Page 58: PROPOSAL PENELITIAN.docx
Page 59: PROPOSAL PENELITIAN.docx

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan dan Lif Khoiru Ahmadi . Konstruksi Pengembangan Pembelajaran .

Jakarta: Prestasi Pustaka. 2012

Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009

Arikunto, Suharsimi. Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

2007

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2006

Hamalik, Oemar. Kurikulum dan pembelajaran.Jakarta:Bumi Aksara .2008

Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia. 2011

Handoko, Martin. 1992. Motivasi Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta:

karnisius.

M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 1996), h.111

Ronal, E. Walpole. 1993 Pengantar Statistiaka. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Raja Grafindo

Persada. 2011

Silberman, Melvin. Active learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Jakarta:

Insan Madani. 2010

Sudjana. Metode Statistik. Bandung: PT. Tarsito. 2002

Page 60: PROPOSAL PENELITIAN.docx

Suherman, Erman. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:

JICA. 2001

Usman, Husaini. Pengantar Statistika.Jakarta:PT Garmedia Persada. 1993

Wahyuni, sri. 2011. Peningkatan motivasi belajar matematika melalui metode

pembelajaran berbasis joyfull learning pada siswa kelas V SD N K

Kloco 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Skripsi: surakarta:

program studi S1 PGSD FKIP-UMS

Prawinonegoro, Pratiknyo. 1985. Evaluasi Hasil Belajar Khusus Analisis Soal Bidang

Studi Matemaika. Jakarta: Dirjen Dikti P21.PTK,

Page 61: PROPOSAL PENELITIAN.docx