Proposal Penelitian Skripsi Ekosistem Hutan Mangrove

44
 Proposal Penelitian PENGARUH AKTIVITAS EKONOMI PENDUDUK TERHADAP KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KELURAHAN BAGAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN Diajukan Untuk Diseminarkan Pada Jurusan Pendidikan Geografi Oleh: MUHAMMAD FADHLAN NIM. 061233310038 FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010

description

proposal

Transcript of Proposal Penelitian Skripsi Ekosistem Hutan Mangrove

  • Proposal Penelitian

    PENGARUH AKTIVITAS EKONOMI PENDUDUK TERHADAP KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN

    MANGROVE DI KELURAHAN BAGAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN

    Diajukan Untuk Diseminarkan Pada Jurusan Pendidikan Geografi

    Oleh: MUHAMMAD FADHLAN

    NIM. 061233310038

    FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

    2010

  • DAFTAR ISI

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah... 1

    B. Identifikasi Masalah. 5

    C. Pembatasan Masalah.... 5

    D. Rumusan Masalah.... 5

    E. Tujuan Penelitian..... 6

    F. Manfaat Penelitian 6

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A. Kerangka Teori..... 7

    B. Kerangka Berpikir 22

    C. Hipotesis.. 23

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Lokasi Penelitian.. 24

    B. Populasi dan Sampel. 24

    C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 26

    D. Teknik Pengumpulan Data 28

    E. Teknik Analisa Data. 29

    DAFTAR PUSTAKA.. 30

    Lampiran

    Peta

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

    kepulauan yang memiliki sekitar 17.508 pulau dan panjang garis pantai lebih dari

    81.000 km, serta letaknya yang sangat startegis di antara dua benua dan dua

    samudra yang dilalui garis khatulistiwa (ekuator). Selain itu, Indonesia memiliki

    sumberdaya laut dan pesisir yang melimpah di seluruh wilayah sekitar garis pantai

    Indonesia, baik hayati maupun nonhayati. Salah satu sumberdaya laut dan pesisir

    yang terdapat di Indonesia adalah ekosistem hutan mangrove yang berada hampir

    di setiap wilayah pesisir dan garis pantai Indonesia.

    Ekosistem hutan mangrove adalah suatu sistem ekologi yang terdiri dari

    komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon

    mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai

    berlumpur (Bengen, 2000). Kerusakan ekosistem hutan mangrove adalah

    perubahan fisik biotik maupun abiotik di dalam ekosistem hutan mangrove

    menjadi tidak utuh lagi atau rusak yang disebabkan oleh faktor alam dan faktor

    manusia (Tirtakusumah, 1994). Pada umumnya kerusakan ekosistem hutan

    mangrove disebabkan oleh aktivitas manusia dalam pendayagunaan sumberdaya

    alam wilayah pantai tidak memperhatikan kelestarian, seperti; penebangan untuk

    keperluan kayu bakar yang berlebihan, tambak, permukiman, industri dan

    pertambangan (Permenhut, 2004).

  • Luas ekosistem hutan mangrove yang ada di Indonesia sekitar 4.251.011

    Ha yang tersebar di beberapa pulau, seperti Sumatera, Jawa dan Bali, Nusa

    Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua/Irian yang dimana

    persebaran ekosistem hutan mangrove terbesar terdapat di Papua/Irian ( 65%) dan

    Sumatera ( 15%) (WCMC World Conservation Monitoring Centre, 1992).

    Tetapi, lebih dari setengah luas ekosistem hutan mangrove yang ada di Indonesia

    ternyata dalam kondisi rusak parah, diantaranya 1,6 juta Ha dalam kawasan hutan

    dan 3,7 juta Ha di luar kawasan hutan (Ginting, 2006).

    Ginting (2006) menyatakan bahwa:

    Kerusakan ekosistem hutan mangrove Sumatera Utara yang paling tinggi berada di wilayah Pantai Timur Sumatera Utara, yaitu Kota Tanjung Balai (Kabupaten Asahan) yang mencapai 12.900 Ha (89,6%) dari 14.400 Ha. Kemudian Kecamatan Medan Belawan (Kota Medan) sebesar 150 Ha (71,8%) dari 250 Ha, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai 12.400 Ha (62%) dari 20.000 Ha, dan Kabupaten Langkat 25.300 Ha (60%) dari 35.300 Ha. Tetapi kerusakan hutan mangrove di Kabupaten Labuhan Batu hanya 500 Ha (29,4%) dari 1.700 Ha. Sedangkan di wilayah Pantai Barat Sumatera Utara, kerusakan ekosistem hutan mangrove masih sangat kecil. Seperti di Kabupaten Tapanuli Tengah hanya 250 Ha (13,9%) dari 1.800 Ha, Kabupaten Mandailing Natal dan Kabupaten Tapanuli Tengah sebesar 200 Ha (6,9%) dari 2.900 Ha, dan Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan hanya 650 Ha (9,1%) dari 7.200 Ha. Ekosistem hutan mangrove yang mengalami kerusakan di Kecamatan Medan Belawan seluas 150 Ha (71,8%) dari 250 Ha.

    Pada awalnya hampir seluruh daerah Kelurahan Bagan Deli terdiri dari

    kawasan ekosistem hutan mangrove. Akan tetapi seiring dengan pertambahan

    jumlah penduduk, maka banyak penduduk dari berbagai daerah bermigrasi ke

    Kelurahan Bagan Deli sehingga jumlah penduduk di Kelurahan Bagan Deli

    semakin bertambah. Ditambah lagi Kelurahan Bagan Deli termasuk wilayah jalur

  • lalu lintas laut internasional Selat Malaka dan memiliki Pelabuhan Belawan

    sebagai pelabuhan internasional sehingga semakin banyak penduduk bermigrasi

    dan bertempat tinggal di Kelurahan Bagan Deli. Akibatnya terjadi

    pengalihfungsian lahan hutan mangrove dan pemanfaatan sumberdaya hutan

    mangrove secara besar-besaran untuk kepentingan penduduk sehingga kawasan

    ekosistem hutan mangrove semakin berkurang. Oleh sebab itu, kawasan

    eksosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli mengalami kerusakan

    seluas 18 Ha (78,26%) dari luas keseluruhan 23 Ha (Kantor Kelurahan Bagan

    Deli 2010).

    Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis suatu

    negara (Republik Indonesia) selama enam bulan atau lebih, atau mereka yang

    berdomisili kurang dari enam bulan tetapi dengan tujuan menetap (Badan Pusat

    Statistik, 2000:31). Aktivitas penduduk merupakan suatu wujud kegiatan atau

    tindakan yang memiliki pola tertentu dari manusia di dalam penduduk yang dapat

    menimbulkan wujud kebudayaan. Aktivitas penduduk terdiri dari berbagai macam

    bidang, yaitu bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya. Untuk aktivitas ekonomi

    penduduk terdiri dari pangan dan sandang, tempat tinggal/perumahan,

    pendapatan/penghasilan dan pekerjaan/mata pencaharian (Melly, 1989).

    Ekosistem hutan mangrove yang mengalami kerusakan dapat disebabkan

    oleh dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Kerusakan ekosistem hutan

    mangrove disebabkan oleh faktor manusia berupa aktivitas ekonomi penduduk

    yang memanfaatkan sumberdaya alam yang terdapat di dalam ekosistem hutan

    mangrove tersebut. Aktivitas ekonomi penduduk yang menyebabkan kerusakan

  • ekosistem hutan mangrove, yaitu pengalihfungsian kawasan ekosistem hutan

    mangrove menjadi lahan pertambakan, pertanian, perumahan, permukiman, dan

    raklamasi pantai untuk kawasan rekreasi atau pariwisata. Selain itu, pohon

    mangrove dimanfaatkan sebagai bahan bakar (kayu bakar, arang dan alkohol),

    bahan bangunan (balok perancah, atap rumah, tonggak, dan badan kapal) dan

    bahan baku industri (makanan, minuman, pupuk, obat-obatan dan kertas)

    (Saenger, 1983).

    Ekosistem hutan mangrove yang sudah dieksploitasi oleh aktivitas

    ekonomi penduduk biasanya tidak dilakukan upaya pelestariannya sehingga

    ekosistem hutan mangrove akan terus-menerus mengalami kerusakan dan

    akhirnya menjadi punah. Untuk ekosistem hutan mangrove yang mengalami

    kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas ekonomi penduduk perlu dilakukan

    upaya pelestarian ekosistem hutan mangrove oleh pemerintah dan masyarakat

    dengan konservasi, reboisasi, dan rehabilitasi hutan mangrove. Upaya pelestarian

    ekosistem hutan mangrove yang dilakukan oleh pemerintah biasanya dilakukan

    oleh Departemen Kehutanan, Departemen Kelautan dan Perikanan maupun

    dari Pemerintah daerah setempat kemudian dibantu oleh masyarakat yang ikut

    berpartisipasi dalam menjaga kelestarian lingkungan alam.

    Terkait dengan permasalahan-permasalahan diatas, maka penulis merasa

    tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh aktivitas ekonomi penduduk

    terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli

    Kecamatan Medan Belawan.

  • B. Identifikasi Masalah

    Beberapa permasalahan yang terkait dengan pengaruh aktivitas penduduk

    terhadap ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan

    Belawan, yaitu: (1). Kondisi fisik ekosistem hutan mangrove; (2). Fungsi dan

    manfaat ekosistem hutan mangrove; (3). Kondisi fisik kerusakan ekosistem hutan

    mangrove; (4). Pengaruh yang signifikan aktivitas ekonomi penduduk terhadap

    kerusakan ekosistem hutan mangrove; dan (5). Upaya pelestarian kerusakan

    ekosistem hutan mangrove akibat aktivitas ekonomi penduduk.

    C. Pembatasan Masalah

    Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah dalam penelitian ini

    dibatasi pada kondisi fisik kerusakan ekosistem hutan mangrove, pengaruh yang

    signifikan aktivitas ekonomi penduduk terhadap kerusakan ekosistem hutan

    mangrove, dan upaya pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove akibat

    aktivitas ekonomi penduduk di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan.

    D. Perumusan Masalah

    Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini yang

    menjadi perumusan masalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana kondisi fisik kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan

    Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan?

  • 2. Bagaimana pengaruh yang signifikan aktivitas ekonomi penduduk terhadap

    kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan

    Medan Belawan?

    3. Bagaimana upaya pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove akibat

    aktivitas ekonomi penduduk di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan

    Belawan?

    E. Tujuan Penelitian

    Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui kondisi fisik kerusakan ekosistem hutan mangrove di

    Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan.

    2. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan aktivitas ekonomi penduduk

    terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli

    Kecamatan Medan Belawan.

    3. Untuk mengetahui upaya pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove

    akibat aktivitas ekonomi penduduk di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan

    Medan Belawan.

    F. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

    1. Sebagai bahan masukan bagi instansi pemerintah dan swasta di Kecamatan

    Medan Belawan, Kota Medan khususnya di Kelurahan Bagan Deli dalam

    mengambil kebijakan tentang pelestarian kerusakan ekosistem hutan

  • mangrove.

    2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi penduduk yang berdomisili

    di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan.

    3. Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam menulis karya ilmiah

    berbentuk skripsi.

    4. Sebagai bahan pembanding bagi penulis lain untuk meneliti masalah yang

    sama pada waktu dan daerah yang berbeda.

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Kerangka Teori

    1. Hutan Mangrove

    Menurut etimologi (asal kata), kata mangrove berasal berasal dari kata

    Mangue (Bahasa Prancis) dan kata at Grove (Bahasa Inggris) yang artinya

    komunitas tanaman yang tumbuh di daerah berlumpur dan pada umumnya

    ditumbuhi oleh sejenis pohon bakau (Rhizophera sp) (Davis, 1940). Hutan

    mangrove merupakan hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara

    teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak

    terpengaruh oleh iklim sedangkan daerah pantai adalah daratan yang terletak di

    bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut dan masih

    dipengaruhi oleh pasang surut dengan kelerengan kurang dari 8% (Departemen

    Kehutanan, 1994 dalam Santoso, 2000). Noor (1999) memberikan batasan tentang

    hutan mangrove bahwa hutan mangrove sebagai hutan yang tumbuh pada tanah

    alluvial di daerah pantai dan sekitar muara sungai yang dipengaruhi pasang surut

    air laut serta ciri dari hutan ini terdiri dari tegakan pohon Rhizhophor, Bruguiera,

    Sonneratia, Nypa, Avicennia, Ceriops, Lumnitzera, Aegiceras, Xylocarpus dan

    Scyphyphora.

  • Menurut Bengen (2000), Indonesia memiliki vegetasi hutan mangrove

    yang keragaman jenis yang tinggi. Jumlah jenis yang tercatat mencapai 202 jenis

    yang terdiri dari 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana, 44 jenis epifit, dan 1

    jenis sikas yang dimana dalam hutan mangrove, paling tidak terdapat salah satu

    jenis tumbuhan mangrove sejati, yang termasuk ke dalam empat famili:

    Rhizoporaceae (Rhizophora, Bruguiera, dan Ceriops), Sonneratiaceae

    (Sonneratia), Avicenniaceae (Avicennia), dan Meliaceae (Xylocarpus). Sugiarto

    (1996) menyatakan bahwa di dalam ekosistem hutan mangrove terdapat berbagai

    macam jenis tumbuhan mangrove, yaitu Bakau (Rhizophora mucronata), Tanjang

    (Bruguiera gymnorrizha), Tenngar (Ceriops tagal), Perapat/Bogem/Pedada

    (Sonneratia alba), Api-Api (Avicennia marina), Niri/Nyiri (Xylocarpus

    moluccensis), Bayur Laut/Cerlang Laut (Heritiera littoralis), Kayu Kuda

    (Dolichaudrone spathacea), Terutum (Lumnitzera littorea), Perepat

    Kecil/Gedangan/Tanggung (Aegiceras cornoculatum), Jeruju (Acanthus

    ilicifolius), Kayu Buta-Buta (Excoecaria agallocha), Paku Laut (Acrostichum

    aureum), Gelang Laut/Gelang Pasir (Sasuvium portulacastrum), Alur (Sueda

    maritima), Tuba Laut (Derris heterophylla), Gambir Laut (Chlerodendron

    inerme), Triantheum portulacastrum dan Phyla nodiflora.

    Menurut Chapman (1984) bahwa flora yang terdapat dalam ekosistem

    hutan mangrove dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu; (1). Flora

    mangrove inti, yakni flora mangrove yang mempunyai peran ekologi utama dalam

    formasi hutan mangrove, contoh: Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Kandelia,

    Sonneratia, Avicennia, Nypa, Xylocarpus, Derris, Acanthus, Lumnitzera,

  • Scyphiphora, Smythea dan Dolichandrone; dan (2). Flora mangrove peripheral

    (pinggiran), yaitu flora mangrove yang secara ekologi berperan dalam formasi

    hutan mangrove, tetapi juga flora tersebut berperan penting dalam formasi hutan

    lain, contoh: Excoecaria agallocha, Acrostichum aureum, Cerbera manghas,

    Heritiera littorelis, Hibiscus tiliaceus, dan lain-lain. Flora mangrove umumnya di

    dalam ekosistem hutan mangrove tumbuh membentuk zonasi mulai dari pinggir

    pantai sampai pedalaman daratan yang terbentuk bisa berupa zonasi yang

    sederhana (satu zonasi, zonasi campuran) dan zonasi yang kompleks (beberapa

    zonasi) tergantung pada kondisi lingkungan mangrove yang bersangkutan yang

    mencerminkan tanggapan ekofisiologis tumbuhan mangrove terhadap gradasi

    lingkungan (Saenger, 1983).

    Saenger (1983); Salim (1986); dan Naamin (1990) menyatakan bahwa

    fungsi ekosistem mangrove mencakup: (1) Fungsi fisik; menjaga garis pantai agar

    tetap stabil, melindungi pantai dari erosi laut (abrasi) dan intrusi air laut; dan

    mengolah bahan limbah, (2) Fungsi biologis ; tempat pembenihan ikan, udang,

    tempat pemijahan beberapa biota air; tempat bersarangnya burung; habitat alami

    bagi berbagai jenis biota, dan (3) Fungsi ekonomi sebagai sumber bahan bakar

    (arang kayu bakar), pertambakan, tempat pembuatan garam, dan bahan bangunan.

    Saenger, (1983) juga merinci hasil-hasil produk dari ekosistem hutan mangrove,

    antara lain; bahan bakar (kayu bakar, arang dan alkohol), bahan bangunan (balok

    perancah, bangunan, jembatan, balok rel kereta api, pembuatan kapal, tonggak dan

    atap rumah), pertanian (makanan ternak, pupuk dan sebagainya), perikanan (tiang-

    tiang untuk perangkap ikan, pelampung jaring, pengeringan ikan, bahan

  • penyamak jaring dan lantai), dan bahan baku industri (makanan, minuman, obat-

    obatan, kertas, dan sebagainya). Berdasarkan pada KMNL (1995/1996) bahwa

    potensi ekosistem hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat, yaitu (1).

    Membantu mencegah terjadinya abrasi laut; (2). Mengatur keseimbangan antara

    ketersediaan garam dan air tawar dalam memelihara ekosistem; (3). Akar pohon

    mangrove dapat menahan gerakan pasang surut air laut; (3). Sebagai sumber

    makanan, tempat berlindung dan tempat bereproduksi bagi hewan laut dan satwa

    liar darat; dan (4). Sebagai sumber bahan bakar, bahan bangunan dan bahan baku

    industri kimia. Dilihat dari segi ekonomi, ekosistem hutan mangrove sangat

    berfungsi dan bermanfaat bagi kehidupan manusia terutama penduduk setempat

    yang berdomisili di dekat ekosistem hutan mangrove, misalnya sebagai sumber

    pendapatan/penghasilan tambahan atau sebagai sumber mata

    pencaharian/pekerjaan sampingan penduduk setempat (Anwar dan Gunawan,

    2007).

    2. Kondisi Fisik Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove

    Sumberdaya alam ekosistem mangrove termasuk dalam sumber daya

    wilayah pesisir, merupakan sumber daya yang bersifat alami dan dapat

    diperbaharui (renewable resources) yang harus dijaga keutuhan fungsi dan

    kelestariannya, supaya dapat menunjang pembangunan dan dapat

    dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan pengelolaan yang lestari. Menurut

    Dahuri (2003), ada tiga parameter lingkungan utama yang menentukan

    kelangsungan hidup dan pertumbuhan mangrove, yaitu suplai air tawar dan

  • salinitas, pasokan nutrien, dan stabilitas substrat.

    Kerusakan ekosistem hutan mangrove adalah perubahan kondisi fisik

    biotik maupun abiotik di dalam ekosistem hutan mangrove menjadi tidak utuh lagi

    (rusak) yang disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia (Tirtakusumah,

    1994). Pada umumnya kerusakan ekosistem hutan mangrove disebabkan oleh

    aktivitas manusia dalam pendayagunaan sumberdaya alam wilayah pantai tidak

    memperhatikan kelestarian, seperti; penebangan untuk keperluan kayu bakar yang

    berlebihan, tambak, permukiman, industri dan pertambangan (Permenhut, 2004).

    Bengen (2001) menjelaskan bahwa kerusakan ekosistem hutan mangrove

    dikarenakan adanya fakta bahwa sebagian manusia dalam memenuhi keperluan

    hidupnya dengan mengintervensi ekosistem mangrove. Hal ini dapat dilihat dari

    adanya alih fungsi lahan ekosistem hutan mangrove menjadi tambak, pemukiman,

    industri, dan sebagainya maupun penebangan oleh masyarakat untuk berbagai

    keperluan. Hal itu dikarenakan memang pada dasarnya hutan mangrove memiliki

    fungsi ekonomi antara lain sebagai penghasil keperluan rumah tangga, penghasil

    keperluan industri, dan penghasil bibit.

    Khomsin (2005: 190) menyatakan bahwa:

    Kerusakan alamiah ekosistem hutan mangrove timbul karena peristiwa alam seperti adanya gelombang besar pada musim angin timur dan musim kemarau yang berkepanjangan sehingga dapat menyebabkan akumulasi garam dalam tanaman. Selain itu, Gelombang besar dapat menyebabkan tercabutnya tanaman muda atau tumbangnya pohon, serta menyebabkan erosi tanah tempat bakau tumbuh. Kekeringan yang berkepanjangan bisa menyebabkan kematian pada vegetasi mangrove dan menghambat pertumbuhannya.

  • Konversi hutan mangrove terus meningkat untuk dijadikan lahan pertanian

    atau tambak ikan/udang, sehingga menyebabkan penurunan produktivitas

    ekosistem tersebut (Dave, 2006; Prima-vera, 2005). Menurut Irwanto (2008)

    bahwa banyak kegiatan manusia di sekitar kawasan ekosistem hutan mangrove

    yang berakibat perubahan karakteristik fisik dan kimiawi di sekitar habitat hutan

    mangrove sehingga tempat tersebut tidak lagi sesuai bagi kehidupan dan

    perkembangan flora dan fauna di dalam ekosistem hutan mangrove. Menurut

    Soesanto (1994) bahwa dalam usaha pengembangan ekonomi kawasan mangrove

    seperti pembangkit tenaga listrik, lokasi rekreasi, pemukiman dan sarana

    perhubungan serta pengembangan pertanian pangan, perkebunan, perikanan dan

    kehutanan harus mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan kelestarian

    sumber daya wilayah pesisir. Pertumbuhan penduduk yang pesat menyebabkan

    tuntutan untuk mendayagunakan sumberdaya mangrove terus meningkat.

    Berdasarkan pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

    201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan

    Mangrove, maka kondisi ekosistem hutan mangrove dibagi menjadi tiga kriteria

    yang dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

    Tabel 1: Kriteria Ekosistem Hutan Mangrove

    No Kriteria Penutupan Kerapatan Pohon/Ha 1 Baik 75% 1500 Pohon/Ha 2 Sedang 50% - < 75% 1000 - < 1500 Pohon/Ha 3 Rusak < 50% < 1000 Pohon/Ha

    Sumber : Dahuri,1996 dalam Sunarto, 2008, hal. 26

  • Selain itu, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004

    bahwa ekosistem menyatakan bahwa ekosistem hutan mangrove yang mengalami

    kerusakan dapat dibedakan menjadi tiga bagian (Dahuri,1996), yaitu:

    a. Kerusakan Kecil

    Kerusakan ekosistem hutan mangrove yang tergolong kecil apabila jumlah

    populasi pohon mangrove yang menutupi ekosistem hutan mangrove kurang dari

    50% dan jumlah kerapatan pohon mangrove kurang dari 1000 pohon/Ha. Untuk

    kerusakan kecil ekosistem hutan mangrove hanya berpengaruh kecil terhadap

    kelangsungan hidup fauna yang berhabitat disana maupun aktivitas ekonomi

    penduduk yang tinggal di daerah tersebut.

    b. Kerusakan Sedang

    Kerusakan ekosistem hutan mangrove yang tergolong sedang apabila

    jumlah populasi pohon mangrove yang menutupi ekosistem hutan mangrove

    kurang dari 30% dan jumlah kerapatan pohon mangrove kurang dari 600

    pohon/Ha. Untuk kerusakan sedang ekosistem hutan mangrove dapat

    mengakibatkan sebagian besar fauna kehilangan sumber makanan dan tempat

    tinggal, serta sebagian besar aktivitas ekonomi penduduk dalam memanfaatkan

    sumberdaya alam hutan mangrove akan berkurang.

    c. Kerusakan Besar

    Kerusakan ekosistem hutan mangrove yang tergolong besar apabila jumlah

    populasi pohon mangrove yang menutupi ekosistem hutan mangrove kurang dari

    10% dan jumlah kerapatan pohon mangrove kurang dari 200 pohon/Ha. Untuk

    kerusakan besar ekosistem hutan mangrove dapat mengakibatkan kehidupan fauna

  • yang berhabitat disana terancam bahaya bahkan kepunahan dan aktivitas ekonomi

    penduduk yang memanfaatkan sumberdaya alam hutan mangrove akan terhenti,

    selain itu daerah tersebut akan terancam dari bencana alam tsunami, gelombang

    laut besar dan abrasi yang membahayakan kehidupan manusia.

    3. Pengaruh Yang Signifikan Aktivitas Ekonomi Penduduk Terhadap

    Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove

    Menurut Soesanto dan Sudomo (1994), kerusakan ekosistem hutan

    mangrove dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain: (1). Kurang dipahami

    kegunaan ekosistem hutan mangrove; dan (2). Meskipun hutan mangrove terus

    terancam kelestariannya, namun berbagai aktivitas penyebab kerusakan hutan

    mangrove terus terjadi dan adakalanya dalam skala dan intensitas yang terus

    meningkat (Kusmana, 2002). Perubahan dari hutan mangrove primer dan

    sekunder menjadi areal non hutan mangrove diakibatkan oleh konversi, terutama

    pembukaan areal untuk pertambakan, pertanian maupun pembangunan (Rudianto,

    2009).

    Bengen (2004: 4) menyatakan bahwa:

    Dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya kegiatan pembangunan di pesisir bagi berbagai peruntukan (pemukiman, perikanan, pelabuhan, dll), tekanan ekologis terhadap ekosistem pesisir, khususnya ekosistem hutan mangrove, semakin meningkat pula. Meningkatnya tekanan ini tentunya berdampak terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove itu sendiri baik secara langsung (misalnya kegiatan penebangan atau konversi lahan) maupun tak langsung (misalnya pencemaran oleh limbah berbagai kegiatan pembangunan ).

  • Menurut Ibrahim (2006) bahwa penyebab ancaman dan kerusakan

    ekosistem hutan mangrove antara lain: (1). Meningkatnya jumlah penduduk

    yang bermukim di lingkungan sekitar ekosistem hutan mangrove, sehingga

    pemanfaatan sumberdaya alam hutan mangrove semakin meningkat;

    (2). Pemanfaatan sumberdaya alam hutan mangrove yang semula dilakukan secara

    tradisional berubah menjadi secara komersial; (3). Ekosistem hutan mangrove

    peka terhadap perubahan dan tekanan dari luar yang melampaui kemampuan dan

    daya dukungnya, misalnya pencemaran lingkungan berupa limbah industri dan

    sampah di dalam ekosistem hutan mangrove; (4). Semakin meningkatnya jumlah

    penduduk mengakibatkan kawasan ekosistem hutan mangrove diubah menjadi

    perumahan, permukiman, perkantoran, industri, pelabuhan, tempat rekreasi (objek

    wisata), dan lain-lain; serta (5). Kawasan ekosistem hutan mangrove menjadi

    berkurang karena adanya perubahan pemanfaatan lahan hutan mangrove menjadi

    lahan pertambakan, baik tambak ikan maupun tambak udang.

    Faktor-faktor yang mendorong aktivitas manusia untuk memanfaatkan

    hutan mangrove dalam rangka mencukupi kebutuhannya sehingga berakibat

    rusaknya hutan, antara lain: (1). Keinginan untuk membuat pertambakan dengan

    lahan yang terbuka dengan harapan ekonomis dan menguntungkan, karena mudah

    dan murah; (2). Kebutuhan kayu bakar yang sangat mendesak untuk rumah

    tangga, karena tidak ada pohon lain di sekitarnya yang bisa ditebang; dan (3).

    Rendahnya pengetahuan masyarakat akan berbagai fungsi hutan mangrove,

    adanya kesenjangan sosial antara petani tambak tradisional dengan pengusaha

    tambak modern, sehingga terjadi proses jual beli lahan yang sudah tidak rasional

  • (Perum Perhutani 1994).

    Menurut Dahuri (1996) bahwa dampak potensial yang dapat timbul akibat

    aktivitas ekonomi penduduk terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove yang

    dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

    Tabel 2: Beberapa Aktivitas Ekonomi Penduduk Terhadap Dampak

    Potensial Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove

    No Aktivitas Penduduk Dampak Potensial

    1 Tebang Habis

    Berubahnya komposisi tumbuhan, pohon -pohon mangrove akan digantikan oleh spesies-spesies yang nilai komersialnya rendah dan terjadinya penurunan fungsi sebagai feeding, nursery dan spawning ground.

    2 Pengalihan aliran air tawar misalnya pada pembangunan irigasi

    Terjadinya peningkatan salinitas dan penurunan kesuburan mangrove.

    3 Konversi menjadi lahan pertanian, perikanan, pemukiman

    Mengancam regenerasi stok ikan dan udang diperairan lepas pantai, terjadi pencemaran laut oleh pencemar yang sebelumnya diikat oleh substrat mengrove. Terjadi pendangkalan pantai, abrasi dan intrusi air laut.

    4 Pembuangan sampah cair Penurunan kandungan oksigen, munculnya gas H2S.

    5 Pembuangan sampah padat

    Memungkinkan tertutupnya pneumatopor yang berakibat kematian mangrove dan perembasan bahan-bahan pencemar dalam sampah padat.

    6 Pencemaran tumpahan minyak Mengakibatkan kematian mangrove.

    7

    Penambangan dan ekstraksi mineral, baik dalam hutan maupun daerah sekitar hutan

    Kerusakan total ekosistem mangrove sehingga menghancurkan fungsibio ekologis mangrove dan terjadinya pengendapan sedimen yang berlebihan yang dapat mematikan mangrove.

    Sumber: Dahuri,1996 dalam Sunarto, 2008, hal. 31

  • 4. Upaya Pelestarian Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove Akibat

    Aktivitas Ekonomi Penduduk

    Upaya pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove di beberapa

    daerah, baik di pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, maupun Papua telah dilakukan

    berkali-kali (Rimbawan, 1995; Sumarhani, 1995; Fauziah, 1999). Upaya ini

    biasanya dilakukan oleh pemerintah berupa proyek yang berasal dari Departemen

    Kehutanan, Departemen Kelautan dan Perikanan maupun dari Pemerintah

    daerah setempat, namun hasil yang dipeorleh relatif tidak sesuai dengan

    biaya dan tenaga yang dikeluarkan oleh pemerintah (Saparinto, 2007).

    Upaya pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove tidak hanya

    dilakukan oleh pemerintah saja, tetapi juga dilakukan oleh masyarakat yang ikut

    berpertisipasi membantu pemerintah dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup

    khususnya ekosistem hutan mangrove dengan metode, yaitu konservasi, reboisasi

    dan rehabilitasi (Rahmawaty, 2006).

    Kusmana (2005: 8) menyatakan bahwa:

    Secara umum, semua habitat pohon mangrove di dalam ekosistem hutan mangrove yang mengalami kerusakan dapat memperbaiki kondisinya seperti semula secara alami dalam waktu 15 20 tahun apabila (1). Kondisi normal hidrologi tidak terganggul; dan (2). Ketersediaan biji dan bibit serta jaraknya tidak terganggu atau terhalangi. Jika kondisi hidrologi normal atau mendekati normal tetapi biji pohon mangrove tidak dapat mendekati daerah rehabilitasi, maka dapat direhabilitasi dengan cara penanaman. Oleh karena itu, habitat pohon mangrove dapat diperbaiki tanpa penanaman, maka rencana rehabilitasi harus terlebih dahulu melihat potensi aliran air laut yang terhalangi atau tekanan-tekanan lain yang mungkin menghambat perkembangan pohon mangrove.

  • Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Pasal 43 tentang

    kehutanan bahwa dalam kaitan kondisi hutan mangrove yang rusak pada setiap

    orang yang memiliki, mengelola atau memanfaatkan hutan mangrove wajib

    melaksanakan rehabilitas untuk tujuan perlindungan konservasi. Rudianto (2007)

    menyatakan bahwa salah satu cara melindungi hutan mangrove adalah dengan

    menunjuk suatu kawasan hutan mangrove sebagai kawasan konservasi, dan

    sebagai bentuk sabuk hijau di sepanjang pantai dan tepi sungai.

    Menurut Sugandhy (1994) bahwa ada beberapa permasalahan yang

    terdapat dalam kawasan ekosistem hutan mangrove yang dengan upaya

    pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove, yaitu; (1). Pemanfaatan ganda

    yang tidak terkendali; (2). Permasalahan tanah timbul akibat sedimentasi yang

    berkelanjutan; (3). Konversi kawasan hutan mangrove menjadi kawasan lain; (4).

    Permasalahan sosial ekonomi; (5). Permasalahan kelembagaan dan pengaturan

    hukum kawasan pesisir dan lautan; dan (6). Permasalahan informasi kawasan

    pesisir. Menurut Anita (2002) bahwa usaha-usaha yang harus dikembangkan

    dalam upaya pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove, antara lain; (1).

    Perlindungan kawasan hutan mangrove yang bernilai konservasi tinggi; (2).

    Peremajaan perlu dilakukan pada hutan mangrove yang telah rusak untuk

    memulihkan fungsi ekosistem dan untuk meningkatkan nilai manfaat

    langsungnya; dan (3). Pencagaran ekosistem hutan mangrove hendaknya

    berdasarkan kriteria yang jelas dan pertimbangan yang rasional.

  • Sugiarto (1996) menyatakan bahwa kawasan ekosistem hutan mangrove

    banyak dikonservasi dalam kawasan terpisah maupun kawasan tergabung dalam

    cagar alam, suaka margasatwa dan taman nasional berdasarkan pada empat

    strategi pokok konservasi, yaitu pelindung proses ekologis dan penyangga

    kehidupan kawasan, pengawet keragaman sumberdaya plasma nutfah, pelestarian

    pemanfaatan jenis dan ekosistem, serta tata guna dan tata ruang kawasan hutan

    mangrove.

    Menurut Perum Perhutani (1994) dalam pelaksanaan reboisasi (penghijauan)

    kawasan ekosistem hutan mangrove yang mengalami kerusakan dapat dilakukan

    dengan langkah-langkah sebagai berikut:

    1. Pengadaan Bibit

    Pada umunya bibit tanaman mangrove masih diambil langsung dari alam

    yaitu induk pohon mangrove karena saat ini belum ada pengusaha yang khusus

    memperbanyak bibit tanaman mangrove kemudian bibit dikelompokkan

    berdasarkan jenis dan besar tanaman mangrove.

    2. Seleksi Bibit

    Untuk melakukan seleksi bibit tanaman mangrove harus diperhatikan

    beberapa hal, diantaranya pertumbuhan batang, cabang, daun dan akarnya serta

    memperhatikan kesehatan bibit apakah cacat, terkena penyakit atau hama

    tanaman.

    3. Persemaian Bibit

    Lokasi persemaian bibit sebaiknya tidak jauh dari daerah yang akan

    direboisasi tetapi sebaiknya pada daerah yang agak terlindung dari gempuran

  • ombak laut dan memiliki cukup lumpur sebagai media tanam. Selain itu, lokasi

    persemaian perlu dibuat pagar pembatas sebagai pelindung untuk menghindari

    gangguan kepiting bakau (Neosarmatrium meinerti).

    4. Media Semai

    Untuk media semai bibit tanaman mangrove harus berupa lumpur hutan

    mangrove yang diambil langsung di sekitar kawasan ekosistem hutan mangrove.

    5. Pengangkutan Bibit

    Setelah bibit cukup umur untuk ditanam, maka bibit tanaman mangrove

    diangkut ke lokasi penanaman pohon mangrove dengan menggunakan wadah

    angkut sebaiknya berupa kayu atau palstik kontainer berdasarkan jenis dan

    ketinggian bibit.

    6. Penanaman Bibit

    Penanaman bibit tanaman mangrove di lokasi penanaman sebaiknya

    dilakukan pada sore hari karena cahaya matahari sudah tidak terlalu panas.

    Penanaman bibit dilakukan dengan jarak tanam 5 x 5 m atau disesuaikan dengan

    kanopi pohon induk dan lubang tanam berukuran 50 x 50 x 50 cm setelah itu bibit

    sebaiknya diberi tongkat kayu yang diikat kuat dengan tali agar tidak perpindah

    apabila terkena ombak laut.

    7. Pemeliharaan dan Perlindungan

    Setelah melakukan penanaman, perlu dilakukan pemeliharaan tanaman

    agar pertumbuhan tanaman terkontrol apabila kemungkinan terjadi kerusakan

    tanaman akibat serangan hama tanaman dan ombak laut, sehingga apabila hal

    tersebut terjadi maka tanaman harus segera diganti dengan bibit yang baru.

  • B. Kerangka Berpikir

    Kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli,

    Kecamatan Medan Belawan dapat disebabkan oleh dua faktor penyebab, yaitu

    penyebab alami dan penyebab manusia. Kerusakan ekosistem hutan mangrove

    yang berasal dari faktor penyebab alami pada umumnya disebabkan oleh gempa

    bumi, badai angin, kekeringan dan hama penyakit, yang merupakan faktor

    penyebab yang relatif kecil, sedangkan, kerusakan ekosistem hutan mangrove

    yang berasal dari faktor penyebab manusia merupakan faktor dominan penyebab

    kerusakan hutan mangrove, seperti penebangan pohon mangrove (sebagai bahan

    bakar dan bahan baku industri kimia), membuat areal pertambakan (tambak ikan

    atau udang), dan pembangunan (permukiman, industri, pelabuhan dan tempat

    rekreasi) (Tirtakusumah, 1994).

    Faktor kerusakan ekosistem hutan mangrove yang disebabkan oleh

    manusia pada umumnya terjadi karena manusia memanfaatkan sumberdaya alam

    yang terdapat di dalam ekosistem hutan mangrove untuk memenuhi kebutuhan

    ekonomi sehari-hari, seperti sebagai sumber pendapatan/penghasilan tambahan

    ataupun sebagai sumber pekerjaan/mata pencaharian sampingan pada para

    nelayan yang tinggal di daerah sekitar tersebut (Melly, 1989). Oleh sebab itu,

    diperlukan upaya pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove yang

    dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat yang ikut berpartisipasi menjaga

    kelestarian lingkungan hidup dengan metode konservasi, reboisasi dan rehabilitasi

    (Rahmawaty, 2006).

  • Gambar 1: Skema Kerangka Berpikir

    C. Hipotesis

    Di dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

    Terdapat pengaruh yang signifikan aktivitas ekonomi penduduk terhadap

    kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan

    Medan Belawan

    Ekosistem

    Hutan Mangrove

    Upaya Pelestarian

    Ekosistem Hutan Mangrove

    Aktivitas Ekonomi

    Penduduk

    Proses

    Alamiah

    Eksploitasi Kerusakan Ekosistem

    Hutan Mangrove

    Pemerintah

    Masyarakat

    Konservasi

    Reboisasi

    Rehabilitasi

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini berlokasi di Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan

    Belawan. Adapun alasan penulis mengambil daerah ini sebagai lokasi penelitian

    adalah:

    1. Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan yang terletak di daerah

    pesisir dengan tepi pantai yang berlumpur sehingga banyak pohon mangrove

    yang tumbuh disana membentuk ekosistem hutan mangrove seluas 163 Ha.

    2. Sepanjang pengetahuan penulis belum pernah dilakukan penelitian yang sama

    di daerah ini.

    B. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang berdomisili

    di Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan dengan jumlah penduduk

    13.618 jiwa atau 3.144 kepala keluarga (KK) (BPS Kota Medan Tahun 2008).

  • 2. Sampel

    Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi penelitian yang berjumlah

    3.144 kepala keluarga (KK) di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan

    Belawan. Apabila sampel tersebut sudah lebih dari 1000 kepala keluarga (KK),

    maka diperlukan perhitungan sampel dengan menggunakan rumus-rumus sebagai

    berikut:

    a. Menghitung variabilitas (V) terlebih dahulu untuk mengambil jumlah sampel

    sebagai berikut.

    Rumus 1:

    b. Selanjutnya menghitung jumlah sampel (n) dari Variabilitas (V) yang sudah

    dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

    Rumus 2:

    ppV 100

    benardianggapyangsampeltikkarakterispersentasepasVariabilitV

    Keterangan

    :

    2

    CVZn

    )(

    )(

    :

    LimitConfidencenkepercayaaBatasCasVariabilitV

    LevelConfidencenkepercayaaTingkatZsampelJumlahn

    Keterangan

  • c. Kemudian menghitung jumlah sampel yang sebenarnya (n) digunakan rumus

    jumlah sampel yang dikoreksi sebagai berikut.

    Rumus 3:

    Untuk perhitungan yang menentukan jumlah sampel dari populasi di Kelurahan

    Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan dapat dilihat pada lampiran III. Jadi,

    jumlah sampel yang sebenarnya dalam penelitian ini adalah 93 kepala keluarga

    (KK) untuk populasi 3.144 kepala keluarga (KK) di Kelurahan Bagan Deli

    Kecamatan Medan Belawan sebagai lokasi penelitian.

    C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

    1. Variabel Penelitian

    Variabel dalam penelitian ini berupa variabel bebas (X), yaitu kerusakan

    ekosistem hutan mangrove dan variabel terikat (Y), yaitu pengaruh aktivitas

    ekonomi penduduk.

    Gambar 2: Variabel Penelitian

    Nn

    nn

    1

    '

    )arg(2

    ':

    aKeluKepalapopulasiJumlahNrumusnberdasarkadihitungyangsampelJumlahn

    dikoreksitelahyangsampelJumlahnKeterangan

    Variabel Bebas (X) Kerusakan Ekosistem

    Hutan Mangrove

    Variabel Terikat (Y) Pengaruh Aktivitas Ekonomi Penduduk

  • 2. Definisi Operasional

    Untuk memahami variabel penelitian dari penelitian ini, maka perlu

    penjelasan berupa definisi operasional sebagai berikut:

    a. Kerusakan ekosistem hutan mangrove adalah perubahan kondisi fisik biotik

    maupun abiotik di dalam ekosistem hutan mangrove menjadi tidak utuh lagi

    (rusak) yang disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia.

    b. Ekosistem hutan mangrove yang mengalami kerusakan lebih dominan

    disebabkan oleh faktor manusia berupa aktivitas penduduk.

    c. Aktivitas penduduk adalah suatu wujud kegiatan atau tindakan yang memiliki

    pola tertentu dari manusia di dalam penduduk yang dapat menimbulkan wujud

    kebudayaan yang terdiri dari bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya.

    d. Aktivitas penduduk di bidang ekonomi yang dapat mengakibatkan kerusakan

    ekosistem hutan mangrove karena pemanfaatan sumberdaya alam hutan

    mangrove sebagai sumber pendapatan/penghasilan tambahan atau sebagai

    sumber pekerjaan/mata pencaharian sampingan.

    e. Untuk variabel kerusakan ekosistem hutan mangrove diperlukan data

    kuantitatif berupa jumlah pendapat sampel terhadap tingkat kerusakan lahan

    ekosistem hutan mangrove, yaitu kerusakan kecil, sedang dan besar.

    f. Untuk variabel aktivitas ekonomi penduduk diperlukan data kuantitatif berupa

    jumlah pendapatan/penghasilan penduduk dan jumlah penduduk berdasarkan

    jenis pekerjaan/mata pencaharian.

  • D. Teknik Pengumpulan Data

    Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

    1. Data Primer

    Observasi

    Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data tentang gambaran umum

    aktivitas yang dilakukan oleh penduduk yang berpotensi menyebabkan kerusakan

    ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan

    dengan mengamati secara langsung ke lokasi penelitian menggunakan lembar

    observasi.

    1.2. Angket

    Angket digunakan untuk menjaring data tentang aktivitas penduduk yang

    dapat mempengaruhi kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan

    Deli, Kecamatan Medan Belawan yang dimana penduduk yang berdomisili di

    lokasi penelitian dijadikan sebagai responden penelitian. Untuk memilih

    responden yang akan dipilih pada jumlah sampel untuk mengisi angket dilakukan

    teknik sampel keseluruhan (Total Sampling) yang berjumlah 93 kepala keluarga

    (KK) di Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan.

    2. Data Sekunder

    2.1. Studi Kepustakaan

    Studi kepustakaan dilakukan dengan mempelajari referensi-referensi dari

    para ahli yang relevan sesuai dengan msalah yang diteliti.

  • 2.2. Studi Dokumentasi

    Studi dokumentasi dilakukan di kantor Kelurahan Bagan Deli dan kantor

    Kecamatan Medan Belawan. Selain itu, instansi yang terkait dalam penelitian ini

    adalah Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara untuk melihat peta persebaran

    ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli dan Kecamatan Medan

    Belawan.

    E. Teknik Analisis Data

    Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

    hipotesis deskriptif satu sampel dengan menggunakan tes Chi Square ( X2 ) satu

    sampel untuk menguji hipotesis yang dirumuskan pada penelitian ini. Tes Chi

    Square ( X2 ) satu sampel digunakan untuk mengetes perbedaan frekuensi yang

    variabelnya berbentuk variabel tunggal atau mandiri yang bersifat asosiatif.

    Untuk menguji hipotesisi yang dirumuskan pada penelitian ini digunakan rumus

    tes Chi Square ( X2 ) satu sampel sebagai berikut:

    Rumus 4:

    h

    i h

    h

    fffx

    1

    02

    )()(

    )(:

    0

    2

    HarapanEkspektasiFrekuensifKenyataanObservasiFrekuensif

    KuadratChiSquareChixKeterangan

    h

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonymous, 2003. Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat. Hutan Mangrove Indonesia, Kondisi, Manfaat dan Pengelolaannya. , (Online), (http://www.google.com/jurnalmangrove/, diakses 13 Juli 2010).

    Arief, Arifin. 2003. Hutan Mangrove Fungsi & Manfaatnya.Yogyakarta

    : Kanisius. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

    Jakarta: Rineka Cipta. Ghostrecon. 2008. Jurnal Indoskripsi. Kerusakan dan Usaha Rehabilitasi

    Hutan Mangrove di Indonesia, (Online), (http//www.indoskripsi.com, diakses 28 September 2010).

    Hasan, TWN. 2007. Harian Sinar Indonesia Baru (SIB). Kerusakan Hutan Bakau

    di Sumut Mencapai 62,7 Persen dari Luas 83.550 Ha, (Online), (http://www.hariansib.com/?p=10858, diakses 5 Agustus 2010).

    Irwanto. 2008. Irwantoshut.com. Hutan Mangrove dan Manfaatnya, (Online),

    (http://www.irwantoshut.com/penelitian/hutan_mangrove/, diakses 7 September 2010).

    Isma. 2009. Upaya Pelestarian Ekosistem Mangrove di Desa Secanggang

    Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

    Onrizal. 2010. Perubahan Tutupan Hutan Mangrove di Pantai Timur Sumatera

    Utara Periode 1977-2006. Jurnal Biologi Indonesia. Bogor: DIPA Puslit Biologi-LIPI Bogor (2): hlm 163-170.

    Rizka, Meika. 2010. Upaya Pelestarian Hutan Mangrove Berdasarkan Pendekatan

    Masyarakat. Karya Ilmiah. Bengkulu: Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu (1): hlm. 3-13.

    S, Nasib. 2008. Kecamatan Medan Belawan Dalam Angka. Medan: Katalog BPS

    (Badan Pusat Statistik) Kota Medan. Saparinto, C. 2007. Pendayagunaan Ekosistem Mangrove. Semarang: Dahara

    Prize. Sugiarto (dkk). 1996. Penghijauan Pantai. Jakarta: Penebar Ilmu.

  • Suhendang, E. dan Kusuma C. 1993. Kelestarian Hasil Dalam Pengelolaan

    Hutan Mangrove. Jakarta: Lestari. Sulastri. 2005. Partisipasi Masyarakat Dalam Konservasi Hutan Mangrove di

    Desa Lubuk Kasih Kecamatan Brandan Barat Kabupaten Langkat. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

    Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah

    Pesisir Tropis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wahyuni, Sri. 2009. Pengelolaan Hutan Mangrove di Kelurahan Belawan

    Sicanang Kecamatan Medan Belawan. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

    Tambunan, Patiar. 2009. Kajian Potensi Ekonomi Mangrove (Studi Kasus di Desa

    Kayu Besar Kecamatan Bandar Khalifah Kabupaten Serdang Bedagai). Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

    Tika, Moh. Pandu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara. Umairoh. 2010. Kajian Kelembagaan dan Persepsi Masyarakat Dalam

    Pengelolaan Hutan Mangrove (Studi Kasus di Desa Kayu Besar Kecamatan Bandar Khalifah Kabupaten Serdang Bedagai). Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

  • Lampiran I

    LEMBAR OBSERVASI

    A. Biodata

    Nama : Muhammad Fadhlan

    NIM : 061233310038

    Jurusan : Pendidikan Geografi

    Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial

    Universitas : Universitas Negeri Medan (UNIMED)

    Judul Skripsi : Pengaruh Aktivitas Ekonomi Penduduk Terhadap Kerusakan Ekosistem Hutan

    Mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan

    Lokasi Penelitian

    Kelurahan : Kelurahan Bagan Deli

    Kecamatan : Kecamatan Medan Belawan

    Waktu Penelitian :........................................................................................................................

  • B. Data Observasi

    1. Pengalihan fungsi kawasan ekosistem hutan mangrove dijadikan lahan pertambakan

    N

    o

    Jenis

    Tambak Nama Pemilik Nama Budidaya Luas (Ha)

    Hasil Poduksi

    (ton/tahun)

    Ke

    t

    1 Tambak

    Ikan

    2 Tambak

    Udang

    3

    Tambak

    Kepiting

    Jumlah

  • 2. Pengalihan fungsi kawasan ekosistem hutan mangrove dijadikan lahan untuk pembangunan

    No Jenis

    Pembangunan Nama Bangunan Nama Pemilik Luas (Ha) Lokasi Ket

    1 Perumahan

    2 Permukiman

    3 Pendidikan

    4 Industri

    5 Sarana &

    Prasarana

    Jumlah

  • Lampiran II

    ANGKET PENELITIAN

    A. Pendahuluan

    Sudilah kiranya Bapak/Ibu menjawab daftar pertanyaan di bawah ini, diisi dengan sejujurnya

    sesuai dengan keadaan sebenarnya. Adapun tujuan pengisian angket ini adalah untuk memperoleh data

    tentang Pengaruh Aktivitas Ekonomi Penduduk Terhadap Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove di

    Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan. Jawaban Bapak/Ibu sangat dibutuhkan dalam

    penyusunan skripsi dan dijamin kerahasiaannya serta tidak mempengaruhi kehidupan pribadi Bapak/Ibu.

    Akhir kata, atas bantuannya diucapkan terima kasih.

    B. Petunjuk:

    Isilah titik-titik dari data-data di bawah ini yang disediakan atau beri tanda silang ( X ) atau

    lingkaran (O) pada data responden berikut sesuai dengan data diri dan pilihan Bapak/Ibu dan pada pilihan

    jawaban yang telah disediakan sesuai dengan kondisi nyata atau fakta di lapangan!

    C. Data Responden:

    Nama Lengkap :..................................................................................................................

    Nama Panggilan :..................................................................................................................

    Jenis Kelamin : a. Laki-Laki b. Perempuan

    Alamat :..................................................................................................................

    Agama :..................................................................................................................

    Suku :..................................................................................................................

    Daerah Asal :..................................................................................................................

    Usia/Umur :..................................................................................................................

    Tempat & Tanggal Lahir :..................................................................................................................

    Pendidikan Terakhir :..................................................................................................................

    Status Perkawinan : a. Kawin b. Tidak Kawin

    Jumlah Anggota Keluarga :......................................Orang

    Pekerjaan Utama :..................................................................................................................

    Pekerjaan Sampingan :..................................................................................................................

    Pendapatan/Penghasilan :..................................................................................................................

  • 1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang hutan mangrove?

    a. Ya

    b. Tidak

    2. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang fungsi dan manfaat dari hutan mangrove?

    a. Ya

    b. Tidak

    3. Berapa jarak lokasi ekosistem hutan mangrove dari tempat tinggal Bapak/Ibu?

    a. Dekat (0 500 m)

    b. Jauh (500 1000 m)

    4. Bagaimana kondisi/keadaan hutan mangrove di daerah tempat tinggal Bapak/Ibu dilihat dari kerapatan

    pohon mangrove dalam ekosistem hutan mangrove?

    a. Baik ( 1500 Pohon/Ha)

    b. Sedang ( 1000 - < 1500 Pohon/Ha)

    c. Rusak (< 1000 Pohon/Ha)

    5. Apabila kondisi/keadaan hutan mangrove di daerah tempat tinggal Bapak/Ibu yang mengalami

    kerusakan, seberapa besar tingkat kerusakannya dilihat dari kerapatan pohon mangrove dalam

    ekosistem hutan mangrove?

    a. Kecil (< 1000 Pohon/Ha)

    b. Sedang (< 600 Pohon/Ha)

    c. Besar (< 200 Pohon/Ha)

    6. Apakah Bapak/Ibu memanfaatkan sumberdaya hutan mangrove di tempat tinggal?

    a. Ya

    b. Tidak

    7. Bagian apa yang dimanfaatkan dari sumberdaya hutan mangrove?

    a. Pohon (kayu, buah, biji dan akar)

    b. Biota Laut

    c. Lainnya (sebutkan!):.................................................................

    8. Digunakan untuk apa bagian dari hutan mangrove tersebut yang dimanfaatkan?

    a. Kebutuhan Sendiri

    b. Langsung Dijual

    c. Diolah Lagi Menjadi Bahan Lain

  • 9. Apakah penduduk di sekitar tempat tinggal Bapak/Ibu terdapat pengalihfungsian kawasan ekosistem

    hutan mangrove dijadikan lahan pertambakan?

    a. Ya

    b. Tidak

    10 Apakah penduduk di sekitar tempat tinggal Bapak/Ibu terdapat pengalihfungsian kawasan ekosistem

    hutan mangrove dijadikan lahan untuk pembangunan?

    a. Ya

    b. Tidak

    11. Apakah kerusakan ekosistem hutan mangrove di daerah tempat tinggal dapat mempengaruhi aktivitas

    ekonomi keluarga Bapak/Ibu?

    a. Ya

    b. Tidak

    12. Seberapa besar tingkat pengaruh aktivitas ekonomi penduduk terhadap kerusakan ekosistem hutan

    mangrove di daerah tempat tinggal?

    a. Kecil

    b. Sedang

    c. Besar

    13. Apakah Bapak/Ibu berencana akan melakukan upaya menjaga kelestarian ekosistem hutan mangrove

    di daerah tempat tinggal?

    a. Ya

    b. Tidak

    14. Apakah ada upaya dari pemerintah daerah/setempat yang melakukan upaya pelestarian ekosistem

    hutan mangrove di daerah tempat tinggal?

    a. Ada

    b. Tidak Ada

    15. Upaya apa yang dilakukan oleh pemerintah daerah/setempat dalam menjaga kelestarian ekosistem

    hutan mangrove di daerah tempat tinggal?

    a. Konservasi

    b. Rehabilitasi

    c. Reboisasi

    d. Ketiga-tiganya

  • Lampiran III

    PERHITUNGAN JUMLAH SAMPEL DARI POPULASI

    Pada populasi penelitian berupa jumlah seluruh di Kelurahan Bagan Deli

    Kecamatan Medan Belawan yang berjumlah 3.144 kepala keluarga (KK). Apabila

    sampel tersebut sudah lebih dari 1000 kepala keluarga (KK), maka perhitungan

    untuk menetukan jumlah sampel dengan rumus-rumus sebagai berikut:

    d. Menghitung variabilitas (V) terlebih dahulu untuk mengambil jumlah sampel

    sebagai berikut:

    Rumus 1:

    Apabila jumlah populasi aktivitas penduduk yang mempengaruhi kerusakan

    ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan

    diperkirakan sebesar 50%, maka variabilitas (V) jumlah sampel yang akan diambil

    adalah sebagai berikut.

    5010050 V

    5050V

    2500V

    50V

    ppV 100

    benardianggapyangsampeltikkarakterispersentasepasVariabilitV

    Keterangan

    :

  • e. Selanjutnya menghitung jumlah sampel (n) dari variabilitas (V) yang sudah

    dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

    Rumus 2:

    Jika ditentukan batas kepercayaan (C) sebesar 10% dan tingkat kepercayaan (Z)

    sebesar 95%, maka jumlah sampel (n) dari variabilitas (V) sebesar 50 adalah

    sebagai berikut.

    2

    105096,1

    n

    2

    1098

    n

    28,9n

    96n

    2

    CVZn

    )(

    )(

    :

    LimitConfidencenkepercayaaBatasCasVariabilitV

    LevelConfidencenkepercayaaTingkatZsampelJumlahn

    Keterangan

  • f. Kemudian menghitung jumlah sampel yang sebenarnya (n) digunakan rumus

    jumlah sampel yang dikoreksi sebagai berikut.

    Rumus 3:

    Apabila jumlah sampel (n) sebesar 96 dan jumlah populasi (N) di Kelurahan

    Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan sebesar 3.144 kepala keluarga (KK),

    maka jumlah sampel yang sebenarnya (n) adalah sebagai berikut.

    144.3961

    96'

    n

    030,0196'

    n

    030,196'n

    20,93'n

    93'n

    Jadi jumlah sampel yang sebenarnya dalam penelitian ini adalah 93 kepala

    keluarga (KK) dari populasi 3.144 kepala keluarga (KK) di Kelurahan Bagan Deli

    Kecamatan Medan Belawan sebagai lokasi penelitian.

    Nn

    nn

    1

    '

    )arg(2

    ':

    aKeluKepalapopulasiJumlahNrumusnberdasarkadihitungyangsampelJumlahn

    dikoreksitelahyangsampelJumlahnKeterangan