Proposal Penelitian Skizofrenia

53
BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau "deteriorating") yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Skizofrenia merupakan gangguan psikiatrik yang menimbulkan masalah baik medik, psikologik, maupun sosial yang dapat menimbulkan disfungsi sosial, pekerjaan, maupun perawatan diri. 1,2 Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropiate) atau tumpul (bluntted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan 1

description

skizo ikm

Transcript of Proposal Penelitian Skizofrenia

Page 1: Proposal Penelitian Skizofrenia

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang

Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi

penyebab (banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak

selalu bersifat kronis atau "deteriorating") yang luas, serta sejumlah akibat

yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial

budaya. Skizofrenia merupakan gangguan psikiatrik yang menimbulkan

masalah baik medik, psikologik, maupun sosial yang dapat menimbulkan

disfungsi sosial, pekerjaan, maupun perawatan diri.1,2

Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan

karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar

(inappropiate) atau tumpul (bluntted). Kesadaran yang jernih (clear

consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara,

walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.1

Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat

dan gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut

menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia)

karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-

budaya.3,4

1

Page 2: Proposal Penelitian Skizofrenia

Skizofrenia adalah kumpulan gejala yang bermanifestasi sebagai

gangguan yang masif pada proses pikir, mood, dan tingkah laku. Penyakit

ini dipengaruhi oleh faktor sosiokultural. Walaupun demikian beberapa

referensi menyebutkan adanya beberapa faktor yang harus

dipertimbangkan pada penderita skizofrenia, antara lain kultur, umur dan

jenis kelamin. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995

menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75%

Penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia

remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan

ini penuh stresor. 3,5

I. 2 Rumusan Masalah

Berdasarkan referensi dan latar belakang yang telah disebutkan

terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan pada penderita

skizofrenia, antara lain ras, umur, jenis kelamin,status perkawinan, jenis

pekerjaan dan tingkat pendidikan formal.

Luasnya cakupan penderita skizofrenia dan adanya tendensi

peningkatan jumlah penyakit ini dari tahun ke tahun membuat penulis

tertarik untuk meneliti karakteristik penderita skizofrenia.

I. 3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi populasi dalam periode

Januari- Mei 2013 serta lokasi pengambilan populasi dan sampel (pasien

yang di rawat inap di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi

Selatan) serta beberapa faktor yang dianggap akan memberikan gambaran

2

Page 3: Proposal Penelitian Skizofrenia

khas tentang penderita skizofrenia, yaitu umur, jenis kelamin, suku,

pekerjaan, status perkawinan, tingkat pendidikan formal yang dimiliki

I. 4 Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum :

Untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik penderita skizofernia

yang dirawat inap di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi

Selatan.

2. Tujuan Khusus :

a. Untuk mengetahui distribusi penderita skizofrenia menurut golongan

umur.

b. Untuk mengetahui distribusi penderita skizofrenia menurut jenis kelamin.

c. Untuk mengetahui distribusi penderita skizofrenia menurut suku.

d. Untuk mengetahui distribusi penderita skizofrenia menurut status

perkawinan dan ada/tidaknya anak dalam keluarga.

e. Untuk mengetahui distribusi penderita skizofrenia menurut jenis

pekerjaan.

f. Untuk mengetahui distribusi penderita skizofrenia menurut tingkat

pendidikan formal yang dijalani.

3

Page 4: Proposal Penelitian Skizofrenia

I. 5 Manfaat penelitian

Penulis berharap agar sekiranya hasil penelitian ini dapat

memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi beberapa pihak antara lain:

1. Masyarakat umum, untuk memberikan gambaran umum kepada

masyarakat tentang karakteristik penderita skizofrenia, yang mungkin

dapat memperbaiki sikap dan pola pikir mereka terhadap penderita

skizofrenia.

2. Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, diharapkan agar

hasil penelitian ini dapat memberi masukan yang berarti bagi penanganan

pasien skizofrenia.

3. Instansi kesehatan lainnya, sebagai suatu bahan masukan demi

meningkatkan mutu pelayanan serta perbaikan program penanganan pasien

skizofrenia.

4. Penelitian ini juga semoga dapat bermanfaat sebagai bahan bacaan, acuan,

ataupun perbandingan bagi peneliti-peneliti selanjutnya.

5. Bagi peneliti sendiri pada khususnya, semoga penelitian ini dapat menjadi

pembelajaran yang berharga terutama untuk perkembangan keilmuan

peneliti.

4

Page 5: Proposal Penelitian Skizofrenia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Gambaran Umum

Konsep gangguan jiwa adalah bahwa gangguan jiwa adalah suatu

sindrom atau pola perilaku atau psikologis seseorang yang secara klinis

cukup bermakna dan dihubungkan dengan suatu gejala penderitaan atau

disability atau dengan peningkatan resiko kematian, penderitaan,

disability, atau kehilangan kebebasan. Dari konsep tersebut di atas, dapat

dirumuskan bahwa di dalam konsep gangguan jiwa didapatkan butir-butir:1

1. Adanya gejala klinis yang bermakna berupa:

a. Sindrom atau pola perilaku

b. Sindrom atau pola psikologis

2. Gejala klinis tersebut menimbulkan penderitaan, antara lain dapat

berupa rasa nyeri, rasa tidak nyaman, terganggu, disfungsi organ

tubuh, dll

3. Gejala klinis tersebut menimbulkan disability dalam kehidupan

aktivitas sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan

diri dan kelangsungan hidup.

Berdasarkan ICD-10 1992 yang diterbitkan oleh WHO yang

dimuat dalam PPDGJ III, penyakit ini diklasifikasikan dalam gangguan

5

Page 6: Proposal Penelitian Skizofrenia

mental psikotik, chapter F20-29 yaitu skizofrenia, gangguan skizotipal dan

gangguan waham, nomor F20 yaitu skizofrenia1

II. 2 Epidemiologi

1. Internasional

Prevalensi skizofrenia adalah sekitar 1% di seluruh dunia. Studi

internasional telah menemukan bahwa orang dengan skizofrenia yang

tinggal di negara-negara berkembang memiliki prognosis yang lebih baik

daripada mereka yang tinggal di negara-negara dengan derajat yang lebih

tinggi di daerah perindustrian6

2. Mortalitas/Morbiditas

Orang dengan skizofrenia memiliki risiko untuk bunuh diri sebesar 10%.

Kematian juga meningkat karena penyakit medis, karena kombinasi dari

gaya hidup yang tidak sehat, efek samping obat, dan perawatan kesehatan

yang menurun.6

3. Ras

Belum diketahui perbedaan ras dalam prevalensi skizofrenia. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa skizofrenia didiagnosis lebih sering pada

orang kulit hitam dibandingkan orang kulit putih. Temuan ini telah

dikaitkan dengan bias budaya dari para praktisi.6

4. Jenis kelamin

6

Page 7: Proposal Penelitian Skizofrenia

Meskipun keseluruhan rasio hampir sama, laki-laki cenderung memiliki

onset awal dari perempuan7

5. Umur

Usia puncak onset adalah 10 sampai 25 tahun untuk pria dan 25 sampai 35

tahun bagi perempuan. Tidak seperti pria, wanita menampilkan distribusi

usia bimodal, dengan puncak kedua terjadi pada usia pertengahan. Sekitar

3 sampai 10 persen wanita dengan skizofrenia hadir dengan onset penyakit

setelah usia 40. Penelitian tentang karakteristik pasien skizofrenia juga

pernah dilakukan di RS Grhasia Yogyakarta pada periode 2007-2009 dan

didapatkan kelompok terbanyak penyakit skizofrenia pada pada tahun

2007,2008, dan 2009 berusia antara 31-50 tahun, mencapai 50 persen.

Pasien berusia 51-80 tahun, merupakan kelompok usia yang paling sedikit

mengalami skizofrenia dengan persentase 9 %. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa kelompok usia 31-50 tahun merupakan jumlah

terbanyak pasien skizofrenia di RS Grhasia.8,9

II. 3 Etiologi Skizofrenia

Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat

ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak.

Skizofrenia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri

hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari

hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi

(keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang

pancaindra). 3

7

Page 8: Proposal Penelitian Skizofrenia

Skizofrenia memiliki dasar kelainan organis, dengan pengaruh

factor keturunan yang tinggi. Faktor-faktor yang dianggap berperan

sebagai etiologi skizofrenia adalah:10

1. Faktor neurobiologis

a. CT scan dan MRI menunjukkan adanya pembesaran ventrikel dan

sulci serta atropi pada daerah limbus dan thalamus. Perubahan

anatomis ini lebih sering didapatkan pada pria

b. Selama pemeriksaan kognitif, pemeriksaan fungsi radiologis

menunjukkan penurunan aliran darah dan konsumsi glukosa pada

korteks prefrontal serta penurunan respon terhadap persepsi bicara

pada korteks temporal kiri, sedangkan yang kanan mengalami

peningkatan

c. Disfungsi neurotransmitter

2. Faktor genetik

a. Prevalensinya hampir 50% pada kembar monozigot

b. Adanya indikasi suatu faktor keturunan heterogen

3. Faktor lingkungan

a. Adanya stress dapat mempercepat onset penyakit

b. Insidens skizofrenia meningkat pada individu yang lahir pada

musim dingin dan awal musim semi, mungkin sebagai akibat

tingginya prevalensi dari penyakit viral dalam kandungan

II. 4 Gejala Klinis dan Penegakan Diagnosis Skizofrenia

Berikut ini merupakan pedoman diagnostik untuk Skizofrenia 1

8

Page 9: Proposal Penelitian Skizofrenia

1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya

dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a. “Thought echo” : isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema

dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya

sama, namun kualitasnya berbeda; atau

“Thought insertion or withdrawal” : isi pikiran yang asing dari luar masuk

ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh

sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

“Thought broadcasting” : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain

atau umum mengetahuinya.

b. “Delusion of control” : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau

“Delusion of influence” : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau

“Delusion of passivity” : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah

terhadap sesuatu kekuatan dari luar.

“Delusional perception” : pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

c. Halusinasi auditorik:

9

Page 10: Proposal Penelitian Skizofrenia

- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien, atau

- mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai

suara yang berbicara).

- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagi tubuh

d. Waham - waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan

diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau

komunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

2. Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas:

a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang maupun setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (over-

valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama

berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus berulang.

b. Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation),

yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau

neologisme;

c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi

tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,

dan stupor;

10

Page 11: Proposal Penelitian Skizofrenia

d. Gejala-gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan

respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya

kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

• Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih.

• Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek kehidupan perilaku pribadi

(personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak

bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed

atitude), dan penarikan diri secara sosial.

II. 5 Klasifikasi Skizofrenia

Jenis-jenis skizofrenia menurut PPDGJ III adalah:1,4

1. F20.0 Skizofrenia paranoid

Pedoman diagnostik

1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

2. Sebagai tambahan:

- Sebagai tambahan :

Halusinasi dan/ waham arus menonjol;

11

Page 12: Proposal Penelitian Skizofrenia

(a)  Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,

atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit

(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).

(b)  Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual , atau

lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang

menonjol.

(c)  Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan

(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity

(delussion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka

ragam, adalah yang paling khas;

·Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala

katatonik secara relatif tidak nyata / tidak menonjol.

2. F20.1 Skizofrenia hebefrenik

Pedoman Diagnostik

Memenuhi Kriteria umum diagnosis skizofrenia

Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia

remaja atau dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun).

Kepribadian premorbid menunjukan pemalu dan senang menyendiri

(solitary), namun tidak harus demikian untuk memastikan bahwa

gambaran yang khas berikut ini

Untuk meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama

2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang

khas berikut ini memang benar bertahan :perilaku yang tidak

12

Page 13: Proposal Penelitian Skizofrenia

bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta manerisme, ada

kecenderungan untuk menyendiri (solitaris) dan perilaku menunjukan

hampa tujuan dan hampa perasaan. Afek pasien yang dangkal

(shallow) tidak wajar (inaproriate), sering disertai oleh cekikikan

(gigling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum-senyum

sendiri (self absorbed smiling) atau sikap tinggi hati (lofty manner),

tertawa menyerigai, (grimaces), bersenda gurau (pranks), keluhan

hipokondriakal dan ungkapan dan ungkapan kata yang diulang-ulang

(reiterated phrases), dan proses pikir yang mengalami disorganisasi

dan pembicaraan yang tak menentu (rambling) dan inkoherens

Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir

biasanya menonjol, halusinasi dan waham biasanya ada tapi tidak

menonjol ) fleeting and fragmentaty delusion and hallucinations,

dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang

serta sasaran ditinggalkan, sehingga prilaku tanpa tujuan (aimless) dan

tanpa maksud (empty of purpose) Tujuan aimless tdan tampa maksud

(empty of puspose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal, dan

bersifat dibuat-buar terhadap agama, filsafat, dan tema abstrak

lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikirannya.

3. F20.2 Skizofrenia katatonik

Pedoman Diagnostik

Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia

13

Page 14: Proposal Penelitian Skizofrenia

Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi

gambaran klinisnya:

(a). Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap

lingkungan dan dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau

mutisme (tidak berbicara);

(b).Gaduh-gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak

bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal);

(c). Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela

mengambil dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang

tidak wajar atau aneh);

(d).Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif

terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan,

atau pergerakan ke arah yang berlawanan);

(e). Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk

melawan upaya menggerakkan dirinya);

(f). Fleksibilitas cerea/ “waxy flexibility” (mempertahankan

anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk

dari luar); dan

(g).Gejala-gejala lain seperti “command automatism”

(kepatuhan secara otomatis terhadap perintah), dan

pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.

Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku

dari gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus

ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya

14

Page 15: Proposal Penelitian Skizofrenia

gejala-gejala lain. Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala

katatonik bukan petunjuk diagnosis untuk skizofrenia. Gejala

katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan

metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi

pada gangguan afektif

4. F20.3 Skizofrenia tak terinci

Pedoman diagnostik :

(1) Memenuhi kriteria umum untuk diagnosa skizofrenia

(2) Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, hebefrenik,

katatonik.

(3) Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi

pasca skizofrenia

5. F20.4 Depresi pasca skizofrenia

Pedoman diagnostik

Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau:

(a). Pasien telah menderita skizofrenia ( yang memenuhi

kriteria umum skizofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;

(b).Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak

lagi mendominasi gambaran klinisnya); dan

(c). Gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu,

memenuhi paling sedikit kriteria untuk episode depresif

15

Page 16: Proposal Penelitian Skizofrenia

(F32), dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2

minggu.

Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia,

diagnosis menjadi episode depresif (F32). Bila gejala skizofrenia

masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari

subtipe skizofrenia yang sesuai (F20.0-F20.3).

6. F20.5 Skizofrenia residual

Pedoman diagnostik:

Untuk suatu diagnostik yang menyakinkan , persyaratan berikut harus di

penuhi semua:

(a)  Gejala “Negatif” dari skizofrenia yang menonjol misalnya

perlambatan psikomotorik, aktifitas menurun, afek yang

menumpul, sikap pasif dan ketidakadaan inisiatif, kemiskinan

dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal yang

buruk, seperti ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan

posisi tubuh, perawatan diri, dan kinerja sosial yang buruk.

(b)  Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa

lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosa skizofrenia

(c)  Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana

intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan

halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul

sindrom negatif dari skizofrenia

16

Page 17: Proposal Penelitian Skizofrenia

(d)  Tidak terdapat dementia, atau penyakit/gangguan otak organik

lainnya, depresi kronis yang dapat menjelaskan disabilitas negatif

tersebut.

7. F20.6 Skizofrenia simpleks

Pedoman diagnostik

Skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung

pada pemantapan perkembangan yang berjalan berlahan dan progresif

dari: (1) gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa

didahului riwayat halusinasi waham, atau manifestasi lain dari episode

psikotik. Dan (2) disertai dengan perubahan-perubahan perilaku

pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang

mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan

diri secara sosial.

Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibanding dengan sub

type skisofrenia lainnya.

8. F20.8 Skizofrenia lainnya

9. F20.9 Skizofrenia YTT

17

Page 18: Proposal Penelitian Skizofrenia

II. 6 Diagnosis Banding Skizofrenia

Gangguan Psikotik Sekunder dan Akibat Obat

Gejala psikosis dan katatonia dapat disebabkan oleh berbagai

macam keadaan medis psikiatrik dan dapat diakibatkan oleh berbagai

macam zat. Jika psikosis atau katatonia disebabkan oleh kondisi medis

nonpsikiatrik atau diakibatkan oleh suatu zat, diagnosis yang paling sesuai

adalah gangguan psikotik akibat kondisi medis umum, atau gangguan

katatonia akibat zat. Manifestasi psikiatrik dari banyak kondisi medis

nonpsikiatrik dapat terjadi awal dalam perjalanan penyakit, seringkali

sebelum perkembangan gejala lain. Dengan demikian klinisi harus

mempertimbangkan berbagai macam kondisi medis nonpsikiatrik dii

dalam diagnosis banding psikosis, bahkan tanpa adanya gejala fisik yang

jelas.11

Saat memeriksa seorang pasien psikotik, klinisi harus mengikuti

tiga pedoman umum tentang pemeriksaan keadaan nonpsikiatrik. Pertama,

klinisi harus cukup agresif dalam mengejar kondisi medis nonpsikiatrik

jika pasien menunjukkan adanya gejala yang tidak lazim atau jarang atau

adanya variasi dalam tingkat kesadaran. Kedua, klinisi harus berusaha

untuk mendapatkan riwayat keluarga yang lengkap, termasuk riwayat

gangguan medis, neurologis, dan psikiatrik. Ketiga, klinisi harus

mempertimbangkan kemungkinan suatu kondisi medis nonpsikiatrik,

bahkan pada pasien dengan diagnosis skizofrenia sebelumnya. 11

Berpura-pura dan Gangguan buatan

18

Page 19: Proposal Penelitian Skizofrenia

Baik berpura-pura atau gangguan buatan mungkin merupakan

suatu diagnosis yang sesuai pada pasien yang meniru gejala skizofrenia

tetapi sebenarnya tidak menderita skizofrenia. Orang ini telah meniru

menderita skizofrenia dan dirawat dan diobati di rumah sakit psikiatrik.

Pasien tersebut biasanya memilki alasan finansial dan hukum yang jelas

untuk dianggap gila. Pasien yang kurang mengendalikan pemalsuan gejala

psikotiknya mungkin memenuhi diagnosis suatu gangguan buatan

(factitious disorder). Tetapi, beberapa pasien dengan skizofrenia seringkali

berpura-pura mengeluh suatu eksaserbasi gejala psikotik untuk

mendapatkan bantuan lebih banyak atau untuk dapat dirawat di rumah

sakit.11

Gangguan Psikotik Lain

Gejala psikotik yang terlihat pada skizofrenik mungkin identik

dengan yang terlihat pada gangguan psikotik singkat, dan gangguan

skizoafektif. Gangguan psikotik singkat adalah diagnosis yang tepat jika

gejala berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan

jika pasien tidak kembali ke tingkat fungsi pramorbidnya. Gangguan

skizoafektif adalah diagnosis yang tepat jika sindroma manik atau depresif

berkembang bersama-sama dengan gejala utama skizofrenia.

Suatu diagnosis gangguan delusional diperlukan jika waham yang

tidak aneh (nonbizzare) telah ada selama sekurangnya satu bulan tanpa

adanya gejala skizofrenia lainnya atau suatu gangguan mood. 11

Gangguan Mood

19

Page 20: Proposal Penelitian Skizofrenia

Untuk mendiagnosa skizofrenia dan gangguan mood dapat sulit,

tetapi penting karena tersedianya pengobatan yang spesifik dan efektif

untuk mania dan depresi. Gejala afektif atau mood pada skizofrenia harus

relatif singkat terhadap lama gejala primer. Tanpa adanya informasi selain

dari pemeriksaan status mental, klinisi harus menunda diagnosis akhir atau

harus menganggap adanya gangguan mood, dan bukan membuat diagnosis

bahwa pasien tersebut menderita skizofrenia 11

Gangguan Kepribadian

Berbagai gangguan kepribadian dapat ditemukan bersama dengan

suatu ciri skizofrenia. Gangguan kepribadian skizotipal, schizoid, dan

ambang adalah gangguan kepribadian dengan gejala yang paling mirip

dengan gejala skizofrenia. Gangguan kepribadian, tidak seperti

skizofrenia, karena mempunyai gejala yang ringan dan tidak adanya onset

yang dapat diidentifikasi. 11

II. 7 Pengobatan Skizofrenia

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati skizofrenia

memiliki berbagai macam sifat farmakologi, tapi semua berguna untuk

memblokade dopamine pada reseptor pasca-sinaptik neuron di otak.

Antipsikotik dapat dikategorikan menjadi dua kelompok utama:

antipsikotik konvensional, yang juga disebut sebagai antipsikotik generasi

pertama atau antagonis reseptor dopamin, dan obat-obat baru, yang telah

disebut generasi kedua atau antipsikotik antagonis dopamin serotonin

(SDA). Obat anti psikosis dibagi menjadi dua yaitu obat anti-psikosis

20

Page 21: Proposal Penelitian Skizofrenia

tipikal seperti chlorpromazine, perphenazine, trifluoperazine,

fluphenazine, thioridazine, haloperidol dan pimozide, dan anti psikosis

atipikal yaitu supiride, clozapine, olanzapine, quetiapine, zotepine,

risperidon, aripriprazole.8,12,13

Risperidone adalah suatu obat antispikotik dengan aktivitas

antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 ( 5-HT2 ) dan pada

reseptor dopamine tipe 2 ( d2 ). Risperidone menjadi obat lini pertama

dalam pengobatan skizofrenia karena kemungkinan obat ini lebih efektif

dan lebih aman daripada antagonis reseptor dopaminergik yang tipikal.11

Clozapine (Clozaril) adalah suatu obat antipsikotik yang efektif.

Mekanisme kerjanya belum diketahui secara pasti. Clozapine adalah suatu

antagonis lemah terhadap reseptor D2 tetapi merupakan antagonis yang

kuat terhadap reseptor D4 dan mempunyai aktivitas antagonistik pada

reseptor serotogenik. Agranulositosis merupakan suatu efek samping yang

mengharuskan monitoring setiap minggu pada indeks-indeks darah. Obat

ini merupakan lini kedua, diindikasikan pada pasien dengan tardive

dyskinesia karena data yang tersedia menyatakan bahwa clozapine tidak

disertai dengan perkembangan atau eksaserbasi gangguan

tersebut.Clozapine merupakan antipsikotik yang efektif pertama dengan

tidak ada efek samping ekstrapiramidal , ditemukan pada tahun 1958 dan

pertama kali digunakan pada tahun 1960-an. Namun, pada tahun 1976,

tercatat bahwa clozapine dikaitkan dengan risiko besar agranulositosis.

Pada tahun 1990, clozapine akhirnya tersedia di Amerika Serikat, namun

21

Page 22: Proposal Penelitian Skizofrenia

penggunaannya dibatasi untuk pasien yang merespon buruk terhadap agen

lainnya.8,11

Obat Lain11

Lithium

Efektif dalam menurunkan gejala psikotik lebih lanjut pada sampai 50

persen pasien dengan skizofrenia dan merupakan obat yang beralasan

untuk dicoba pada pasien yang tidak mampu menggunakan medikasi

antipsikotik.

Antikonvulsan

Carbamazepine dan valproat dapat digunakan sendiri-sendiri atau

dalam kombinasi dengan lithium atau suatu antipsikotik. Walaupun

tidak terbukti efektif dalam menurunkan gejala psikotik pada

skizofrenia, namun jika digunakan sendiri-sendiri mungkin efektif

dalam menurunkan episode kekerasan pada beberapa pasien

skizofrenia.

Benzodiazepin

Pemakaian bersama-sama alprazolam ( xanax ) dan antipsikotik bagi

pasien yang tidak berespo terhadap pemberian antipsikotik saja, dan

pasien skizofrenia yang berespon terhadap dosis tinggi diazepam

( valium ) saja. Tetapi keparahan psikosis dapat di eksaserbasi setelah

putus dari benzodiazepine.

Tiga pengamatan dasar tentang skizofrenia yang memerlukan

perhatian saat mempertimbangkan pengobatan gangguan, yaitu :14

22

Page 23: Proposal Penelitian Skizofrenia

1. Terlepas dari penyebabnya, skizofrenia terjadi pada seseorang yang

mempunyai sifat individual, keluarga, dan sosial psikologis yang unik.

2. Kenyataan bahwa angka kesesuaian untuk skizofrenia pada kembar

monozigotik adalah 50 persen telah diperhitungkan oleh banyak

peneliti untuk menyarankan bahwa faktor lingkungan dan psikologis

memiliki kemungkinan spesifik telah berperan dalam perkembangan

gangguan.

3. Skizofrenia adalah suatu gangguan yang kompleks, dan tiap pendekatan

terapeutik tunggal jarang untuk mengatasinya. Oleh karena itu

diperlukan intervensi lainnya.

Walaupun medikasi antipsikotik adalah inti dari pengobatan

skizofrenia, penelitian telah menemukan bahwa intervensi psikososial

dapat memperkuat perbaikan klinis.

II. 8 Komplikasi Skizofrenia14

1. Penyakit medis

Studi telah melaporkan bahwa orang dengan penyakit mental yang

berat lebih menderita karena masalah kesehatan serius daripada mereka

yang tidak mengalami gangguan mental, dan mereka cenderung tidak

menerima bantuan medis. Penyalahgunaan zat merupakan faktor yang

signifikan untuk menyebabkan risiko yang lebih tinggi.

23

Page 24: Proposal Penelitian Skizofrenia

2. Depresi

Depresi sering terjadi pada orang dewasa. Meskipun gangguan

mood ini dapat timbul sebagai akibat dari dampak sosial negatif dari

skizofrenia, beberapa dokter percaya bahwa depresi adalah bagian dari

proses skizofrenia itu sendiri.

3. Efek pada inteligens

Dalam sebuah studi, sekitar setengah dari pasien mengalami

penurunan IQ(10 poin atau lebih) tetapi pada setengah sampel lainnya

inteligensnya tetap sama. Para peneliti percaya bahwa penurunan IQ

mencerminkan kerusakan saraf awal tetapi itu bukan merupakan

konsekuensi yang tak terelakkan dari proses penyakit.

4. Bunuh diri

Antara 20%-50% dari pasien skizofrenia melakukan upaya bunuh

diri. Diperkirakan sekitar 9%-13% pasien meninggal karena bunuh diri.

II. 9 Prognosis14

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa lebih dari periode 5

sampai 10 tahun setelah perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit

karena skiofrenia, hanya kira-kira 10-20 % pasien dapat digambarkan

memliki hasil yang baik. Lebih dari 50% pasien dapat digambarkan

memiliki hasil yang buruk, dengan perawatan di rumah sakit yang

berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguan mood berat, dan usaha

24

Page 25: Proposal Penelitian Skizofrenia

bunuh diri. Walaupun angka-angka yang kurang bagus tersebut,

skizofrenia memang tidak selalu memiliki perjalanan penyakit yang buruk,

dan sejumlah faktor telah dihubungkan dengan prognosis yang baik.

Rentang angka pemulihan yang dilaporkan dalam literatur adalah

dari 10-60% dan perkiraan yang beralasan adalah bahwa 20-30% dari

semua pasien skizofrenia mampu untuk menjalani kehidupan yang agak

normal. Kira-kira 20-30% dari pasien terus mengalami gejala yang

sedang,dan 40-60% dari pasien terus terganggu scara bermakna oleh

gangguannya selama seluruh hidupnya.

Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada:

1. Usia pertama kali timbul ( onset): makin muda makin buruk.

2. Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik.

3. Tipe skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik.

4. Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat.

5. Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik.

6. Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek.

7. Kepribadian prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introvred lebih

jelek.

8. Keadaan sosial ekonomi: bila rendah lebih jelek.

25

Page 26: Proposal Penelitian Skizofrenia

BAB III

KERANGKA KONSEP

III. 1 Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

Berdasarkan literature yang ada, serta sesuai dengan tujuan khusus

dari penelitian yang dilakukan, maka penulis mendeskripsikan dasar

pemikiran dari variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Umur

Meskipun dikatakan bahwa skizofrenia dapat mengenai semua golongan

umur, namun beberapa penulis dan peneliti mengajukan batasan umur

tertentu dimana terjadi peningkatan kasus skizofrenia. Dikatakan bahwa

onset penyakit ini biasanya pada usia remaja akhir dan pertengahan usia

30-an, namun juga dapat muncul pada usia di atas 40 tahun terutama pada

wanita

2. Jenis kelamin

Skizofrenia dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dengan

angka kejadian yang hampir sama, meskipun terdapat perbedaan dari segi

onset umur terjadinya penyakit

3. Suku

Dikatakan dalam literature bahwa beberapa peneliti pernah membuat

banyak diagnosa skizofrenia pada grup etnis tertentu. Hal ini mungkin

26

Page 27: Proposal Penelitian Skizofrenia

berhubungan dengan kebudayaan pada etnis tertentu, misalnya pola

interaksi masyarakat, pengekspresian emosi, serta kebudayaan tradisional

yang berbau magis.

4. Status perkawinan

Pengaruh keluarga sangat penting artinya dalam pengontrolan emosi

seseorang, dan juga sebagai penangkal stressor yang terjadi, bahkan dapat

menjadi sumber stress itu sendiri berkaitan dengan tanggung jawab dalam

keluarga, yang akan memicu terjadinya skizofrenia.

5. Jenis pekerjaan

Pekerjaan dengan tanggung jawab yang besar sangat mungkin menjadi

stressor yang dapat menimbulkan depresi pada seseorang, meskipun hal ini

tergantung pada cara individu menghadapi beban kerja. Penulis ingin

melihat sejauh mana variabel ini memberikan kontribusi terhadap

terjadinya kasus skizofrenia.

6. Tingkat pendidikan formal yang dimiliki

Peneliti ingin melihat ada tidaknya gambaran distribusi yang khas dari

penderita skizofrenia berdasarkan tingkat pendidikan formal yang dimiliki.

Dasar pemikirannya adalah untuk melihat sejauh mana tingkat pendidikan

formal mempengaruhi faktor- faktor yang dapat menjadi pemicu

timbulnya skizofrenia

27

Page 28: Proposal Penelitian Skizofrenia

DIAGRAM DESKRIPSI VARIABEL

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

III. 2 Definisi Operasional

1. Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab

(banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat

kronis atau "deteriorating") yang luas, serta sejumlah akibat yang

tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.

(menurut kriteria PPDGJ III untuk skizofrenia).

28

Faktor Individu :

- Tipe kepribadian

- Riwayat peristiwa traumatis

Faktor Lingkungan :

- Interaksi sosial

- Stressor sosial

Faktor Genetik

Faktor Neurobiologi :

- Hasil CT-Scan dan MRI

- Disfungsi neurotransmitter

- Umur

- Jenis Kelamin

- Suku

- Status Pernikahan

- Jenis Pekerjaan

- Tingkat Pendidikan Formal

Yang Dimiliki

Page 29: Proposal Penelitian Skizofrenia

2. Umur ialah masa hidup penderita yaitu sejak lahir sampai saat masuk

rumah sakit, yang dinyatakan dalam satuan tahun. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan penggolongan umur sebagai berikut:

a. kurang dari 15 tahun

b. 15-24 tahun

c. 25-34 tahun

d. 35-44 tahun

e. 45-54 tahun

f. lebih dari 55 tahun

3. Jenis kelamin menyatakan perbedaan secara seksual yang terdiri dari laki-

laki dan perempuan

4. Suku menyatakan keragaman etnis yang dibatasi oleh penulis sebagai etnis

yang berada di wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, yaitu terdiri

dari:

a. Makassar

b. Bugis

c. Mandar

d. Toraja

e. Suku lain

29

Page 30: Proposal Penelitian Skizofrenia

5. Status perkawinan menunjukkan status pernikahan penderita,

dikelompokkan sebagai berikut:

a. Belum menikah

b. Sudah menikah

6. Jenis pekerjaan menunjukkan aktivitas yang dilakukan dan memperoleh

penghasilan atasnya yang digunakan untuk keseluruhan atau sebagian

besar untuk biaya hidup sehari-hari. Jenis pekerjaan dikelompokkan

sebagai berikut:

a. Pegawai Negeri Sipil (PNS)

b. Pegawai swasta

c. Petani

d. Pekerjaan lain

e. Pengangguran

7. Tingkat pendidikan formal menunjukkan jenjang pendidikan yang pernah

mereka ikuti, pengelompokkannya adalah sebagai berikut:

a. SD

b.SMP

c. SMA

d. Perguruan tinggi

30

Page 31: Proposal Penelitian Skizofrenia

e. Tidak bersekolah

31

Page 32: Proposal Penelitian Skizofrenia

BAB IV

METODE PENELITIAN

IV. 1 Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif, di mana penulis mencoba untuk membuat gambaran

atau deskripsi tentang karakteristik penderita skizofrenia secara objektif

berdasarkan data-data sekunder yang didapatkan.

IV.2 Populasi dan Sampel

1. Populasi yang diteliti adalah semua penderita skizofrenia yang dirawat

inap di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan periode

Januari-Mei 2013.

2. Sampel diambil dengan menggunakan total sampling

IV.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui data sekunder berupa rekam

medis Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

32

Page 33: Proposal Penelitian Skizofrenia

IV.4 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik statistik

dengan menggunakan program spss dan kemudian data disajikan dalam

bentuk tabel dan grafik.

33

Page 34: Proposal Penelitian Skizofrenia

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa: Ringkasan Ringkas dari PPDGJ-III.

Jakarta: PT. Nuh Jaya; 2003.p.7, 46-48

2. Agus Dharmadi. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pasien Skizofrenia.

[Online] 2012 [cited 2012 September 3]. Available at:

http://digilib.litbang.depkes.go.id.

3. Psychology mania. Gangguan Skizofrenia Merupakan Gangguan Psikosis

Fungsional. [Online] 2012 [cited 2012 September 3]. Available at:

http://www.psychologymania.com/2011/09/gangguan-skizofrenia-

merupakan-gangguan.html.2011

4. Kuntjoro Zainuddin. Mengenal Gangguan Jiwa Pada Lansia. [Online]

2012 [cited 2012 September 3]. Available at: http://www.e-

psikologi.com/epsi/lanjutusia_detail.asp?id=181.

5. Eisendarth Stuart J; Lichtmacher Jonathan E. Psychiatric

Disorders .Current Medical Diagnosis and Treatment. New York:

McGraw-Hill; 2008. p.927

6. Frankenburg, Frances. Schizophrenia. [Online] 2012 [cited 2012

September 3].Available at: http://emedicine.medscape.com/article/288259-

overview#a0199.

7. DSM-IV. Schizophrenia. 295.1-295.3, 295.90

8. Sadock Benjamin J; Sadock Virginia A. Schizophrenia. Kaplan &

Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry

34

Page 35: Proposal Penelitian Skizofrenia

10th ed. New York: New York University School of Medicine;

2007.p.468,488

9. Qosim J. Identifikasi Karakteristik Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit

Grhasia Yogyakarta Periode Januari 2007- Desember 2009. 2012.

10. Stevens, Vivian. Schizophrenia and Psychotic Disorder in Behavioral

Science. USA: Mosby Inc; 1992. p 93-104

11. Yuindartanto A. Skizofrenia. [Online] 2012 [cited 2012 September 5]

Available at: http://yumizone.wordpress.com/2009/01/10/skizofrenia/

12. Maslim R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik edisi ketiga. Jakarta: PT

Nuh Jaya; 2007.p. 14-17

13. Adam. Schizophrenia. [Online] 2012 [cited 2012 September 5].Available

at:http://www.vdshared.com/kesehatan/34-dunia-manusia/109-penyebab-

skizofrenia-.html

14. Phi-D. Penyebab Schizophrenia. [Online] 2012 [cited 2012 September 5].

Available at:

http://health.nytimes.com/health/guides/disease/schizophrenia/complicatio

ns.html

15. Qosim J. Karakteristik Pasien Skizofrenia Berdasarkan Jenis Kelamin Di

Rumah Sakit Grhasia Yogyakarta Periode Januari 2007- Desember 2009

35