Proposal Penelitian Selulosa Ampas Tebu
description
Transcript of Proposal Penelitian Selulosa Ampas Tebu
Proposal PenelitianPembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selulosa, salah satu sumber daya dunia biopolimer yang paling
berlimpah, alami dan terbarukan yang secara luas hadir dalam berbagai
bentuk biomassa, seperti pohon, tanaman, berkulit dan bakteri. Adapun
kegunaan dari selulosa yang berhasil diambil antara lain dapat
dikembangkan menjadi produk-produk yang bermanfaat seperti kertas,
healing plaster, rayon, carboxymethyl cellulose (CMC), selulosa asetat
(CA), nitroselulosa (NC), nanocrystalline cellulose (NCC), dan lain-lain.
Selain dapat dikembangkan menjadi berbagai macam produk, selulosa pun
dapat diperbaharui sehingga keberadaannya tidak mudah hilang. Pada
awalnya, cellulose powder (selulosa dalam bentuk bubuk) dibuat dari
tumbuhan berkayu dan kapas. Beberapa laporan penelitian menunjukkan
bahwa cellulose powder dapat dihasilkan dari kulit kacang kedelai, sekam
padi, ampas tebu, kulit kacang tanah, tongkol jagung, bambu India dan
lain-lain. (Ejikeme, 2008)
Salah satu manfaat selulosa yang menarik adalah ia dapat diproduksi
menjadi NCC. NCC adalah bahan berlimpah, tidak beracun, dan
terbarukan yang berasal dari dinding sel pohon dan tanaman.
Dibandingkan dengan serat selulosa, NCC memiliki banyak keuntungan,
seperti dimensi nano, kekuatan spesifik dan modulus yang tinggi, luas
permukaan yang tinggi, sifat optik yang unik, dan lain-lain. Sifat
fisikokimia yang menakjubkan dan prospek aplikasinya yang luas telah
menarik minat para ilmuwan dan industrialis. Sifat-sifat tersebut dapat
mendukung berbagai sektor industri mulai dari medis untuk sektor
kedirgantaraan. NCC juga dapat meningkatkan kualitas berbagai bahan
seperti kertas, kain, dan perekat komersial sehingga produk lebih tahan
lama dan ramah lingkungan untuk pasar. NCC juga dapat digunakan dalam
pembuatan komponen ringan untuk mobil dan pesawat terbang.
| 1
Proposal PenelitianPembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu
Sebuah tinjauan baru-baru ini terkait NCC dilaporkan oleh Habibi et
al. (2010a) mengenai struktur kimia, komposisi dan hubungan mereka
dengan optik dan mekanik, dan sifat dari NCC. Saat ini, nanoscience dan
nanoteknologi adalah disiplin ilmu yang telah disorot oleh banyak lembaga
dan pemerintah. Tidak diragukan lagi, eksploitasi NCC akan menjadi
jembatan antara nanoscience dan sumber daya alam produk yang bisa
memainkan peran utama dalam menghidupkan kembali industri kehutanan
di negara dengan sumber daya hutan yang berlimpah.
Hidrolisis asam adalah proses utama yang digunakan untuk
menghasilkan NCC. Mula-mula selulosa dibuat dari serat alam dan
dibentuk berupa cellulose powder berukuran mikro (Microcrystalline
Cellulose/MCC). Selanjutnya MCC dihidrolisis dengan asam kuat untuk
menghasilkan NCC. Selulosa asli terdiri dari daerah amorf dan kristal, dan
daerah amorf memiliki kepadatan yang lebih rendah dibandingkan dengan
daerah kristal, jadi ketika serat selulosa menjadi diberi perlakuan dengan
asam kuat, daerah amorf putus lalu melepaskan kristalit individu.
Industri tebu adalah industri yang menghasilkan gula dan semua
produk yang dapat dihasilkan dari perkebunan tebu seperti gula kemas,
alkohol, bahan kosmetik, bumbu masak, pakan ternak, particle board,
pupuk, dll. Industri dan produksi gula di Indonesia diprediksi terus
meningkat. Total lahan yang ditanami tebu diperkirakan mencapai 375
ribu hektare (ha) pada 2013-2014.
Salah satu sumber daya Indonesia yang dapat digunakan sebagai
sumber selulosa adalah ampas tebu. Ampas tebu atau lazimnya disebut
bagasse adalah hasil samping dari proses ekstraksi (pemerahan) cairan
tebu. Dari data pabrik gula PT. Madukismo, ampas tebu yang dihasilkan
sekitar 35 – 40% dari berat tebu yang digiling. Berdasarkan data dari Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) ampas tebu yang dihasilkan
sebanyak 32% dari berat tebu giling. Menurut data yang bersumber dari
Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2013, produksi tebu Indonesia
adalah sebesar 2.550.991 ton/tahun. Berdasarkan data-data yang
didapatkan, maka ampas tebu yang dihasilkan pada tahun 2013 dapat
| 2
Proposal PenelitianPembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu
mencapai 816.317 ton/tahun. Menurut Husin (2007), ampas tebu yang
merupakan hasil samping dalam pembuatan gula tebu mengandung residu
berupa serat antara lain 37,65% selulosa, 27,97% hemiselulosa, 22,09%
lignin, dan komponen-komponen lainnya. Berdasar data tersebut, maka
jika ingin diambil hasil berupa selulosa murni maka akan didapat sebanyak
307.343 ton/tahun.
Tebu pada umumnya diproduksi untuk menghasilkan gula. Dengan
jumlah yang cukup besar tersebut, maka produksi gula dari tebu pun akan
besar pula. Pada umumnya, pabrik gula di Indonesia memanfaatkan ampas
tebu sebagai bahan bakar bagi pabrik yang bersangkutan setelah ampas
tebu tersebut mengalami pengeringan.
B. Rumusan Masalah
Pada umumnya, pabrik gula di Indonesia memanfaatkan ampas tebu
sebagai bahan bakar bagi pabrik yang bersangkutan setelah ampas tebu
tersebut mengalami pengeringan. Namun karena di dalam ampas tebu
terdapat residu yang dapat dimanfaatkan menjadi produk yang lebih
berguna dan lebih bernilai jual tinggi (dalam hal ini selulosa), maka perlu
diadakan penelitian terkait hal tersebut.
Penelitian dapat membantu mencari kondisi yang sesuai untuk
mendapatkan cellulose powder (bubuk selulosa) sehingga ampas tebu yang
semula hanya berakhir sebagai bahan bakar pabrik. Bubuk selulosa pun
dapat dimanfaatkan dengan manfaat yang jauh lebih besar, yakni sebagai
produk nanocrystalline cellulose. Diharapkan dengan penelitian ini akan
membantu membuat ampas tebu memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan negara dengan adanya
produksi NCC.
Wujud penelitian hanya sampai pembentukan cellulose powder
dengan rangkaian kerja berupa proses hidrolisis ampas tebu dengan
menggunakan larutan HCl, delignifikasi dengan larutan KOH, dan proses
bleaching dengan larutan H2O2. Variabel yang diamati dalam penelitian ini
adalah konsentrasi dan volume larutan KOH.
| 3
Proposal PenelitianPembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mencari pengaruh berbagai kondisi pada
proses pembuatan selulosa dari ampas tebu yang memberikan kualitas dan
kuantitas selulosa terbaik.
D. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kondisi optimum dalam proses pembuatan selulosa
dengan kualitas tinggi.
2. Meningkatkan nilai ekonomi dari ampas tebu yang diolah menjadi
selulosa yang memiliki kualitas dan kuantitas yang baik.
3. Mengetahui kelanjutan pemanfaatan cellulose powder berupa produk
nanocrystalline cellulose (NCC).
| 4
Proposal PenelitianPembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Ampas Tebu
Tebu (Saccharum officinarum) pada umumnya adalah tanaman
yang ditanam untuk bahan baku pembuatan gula. Tanaman ini hanya
dapat tumbuh di daerah beriklim tropis dan termasuk jenis rumput-
rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen bisa
mencapai kurang lebih 1 tahun.
Ampas tebu sebagian besar mengandung ligno-cellulose. Panjang
seratnya antara 1,7 sampai 2 mm dengan diameter sekitar 20 mikro,
sehingga ampas tebu ini dapat memenuhi persyaratan untuk diolah
menjadi papan-papan buatan. Bagasse mengandung air 48 - 52%, gula
rata-rata 3,3% dan serat rata-rata 47,7%. Serat bagasse tidak dapat larut
dalam air dan sebagian besar terdiri dari selulosa, pentosan dan lignin
(Husin, 2007).
Tabel 1. Hasil Analisis Serat Bagasse (Husin, 2007)
Kandungan Kadar (%)
Abu 3,82
Lignin 22,09
Selulosa 37,65
Sari 1,81
Pentosan 27,97
SiO23 3,01
2. Selulosa
Selulosa merupakan penyusun utama kayu berupa polimer
alami yang panjang dan linier terdiri dari residu β-D-glukosa yang
dihubungkan oleh ikatan glikosida pada posisi C1 dan C4.
Selulosa mempunyai sifat antara lain berwarna putih, berserat, tidak
| 5
Proposal PenelitianPembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu
larut dalam air dan pelarut organik serta mempunyai kuat tarik yang
tinggi. Dalam kondisi asam yang kuat dan konsentrasi alkohol yang
berlebih, akan terjadi reaksi etherifikasi selulosa yaitu reaksi antara
selulosa dengan alkohol membentuk ether.
Karakteristik selulosa antara lain muncul karena adanya struktur
kristalin dan amorf serta pembentukan micro fibril dan fibril yang pada
akhirnya menjadi serat selulosa. Sifat fisik selulosa adalah zat yang
padat, kuat, berwarna putih, dan tidak larut dalam alkohol dan eter.
Gambar 1. Struktur molekul selulosa
Berdasarkan kelarutan dalam senyawa natrium hidroksida (NaOH)
17,5%, selulosa dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu :
1. Selulosa α (Alpha Cellulose) adalah selulosa berantai panjang,
tidak larut dalam larutan NaOH 17,5% atau larutan basa kuat.
Selulosa α memiliki derajat polimerisasi paling tinggi, yaitu
antara 600 – 1500. Selulosa α tidak larut dalam larutan NaOH
17,5% karena struktur alfa selulosa yang rumit karena ikatan
hidrogen yang terjadi antarmolekul dan intramolekul.
Akibatnya, molekul alfa selulosa nampak seperti kumpulan
benang kusut yang sulit dipisahkan. Selulosa ini disebut juga
true selulosa karena selulosa ini merupakan indikator
kemurnian selulosa dari suatu sumber.
2. Selulosa β (Betha Cellulose) adalah selulosa berantai pendek,
larut dalam larutan NaOH 17,5% atau basa kuat, dapat
mengendap bila dinetralkan. Selulosa ini memiliki derajat
polimerisasi antara 15 - 600.
| 6
Proposal PenelitianPembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu
3. Selulosa µ (Gamma cellulose) adalah selulosa berantai pendek,
larut dalam larutan NaOH 17,5% atau basa kuat, tetapi tidak
dapat mengendap bila dinetralkan. Selulosa ini memiliki derajat
polimerisasi paling rendah, yaitu di bawah 15.
Selulosa α merupakan kualitas selulosa yang paling tinggi (mumi).
Selulosa α > 92% memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan
baku utama pembuatan propelan dan atau bahan peledak, sedangkan
selulosa kualitas di bawahnya digunakan sebagai bahan baku pada
industri kertas dan industri sandang/kain (serat rayon).
Selulosa dalam bentuk bubuk, atau yang biasa dikenal sebagai
cellulose powder biasa digunakan dalam aplikasi anti-caking karena
memiliki kemampuan untuk menyerap kelembaban.
3. Senyawa Turunan Selulosa
a. Carboxymethyl Cellulose (CMC)
Carboxymethyl Cellulose (CMC) merupakan produk turunan
selulosa yang mempunyai banyak manfaat dalam bidang teknologi
pangan. CMC merupakan eter polimer selulosa linear dan berupa
senyawa anion. Struktur CMC dasar adalah β–1,4-Glukopiranosa yang
merupakan polimer selulosa. Molekul CMC umumnya agak pendek
dibandingkan selulosa alami. Pembuatan CMC meliputi tahap alkalisasi
yaitu pereaksian antara selulosa dengan NaOH (alkali), yang
dilanjutkan dengan reaksi karboksimetilasi antara alkali selulosa dengan
garam sodium monokloroasetat (Heinze dan Pfeiffer, 1999).
CMC dimanfaatkan sebagai penstabil, pengental dan pengemulsi
pada bahan pangan. Penambahan CMC dapat meningkatkan kualitas
beberapa produk pangan. Peningkatan kualitas tersebut tentunya akan
berpengaruh terhadap peningkatan nilai ekonomi dari produk pangan
yang dihasilkan.
| 7
Proposal PenelitianPembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu
Gambar 2. Struktur Molekul Carboxymethil Cellulose
b. Selulosa Asetat (Cellulose Acetat/CA)
Selulosa asetat adalah ester selulosa. Selulosa asetat dibuat dengan
asetilasi gugus hidroksil selulosa oleh asam asetat anhidrid dengan
penambahan katalis asam.
Selulosa sebagai polihidroksi alkohol bisa mengalami reaksi
esterifikasi. Adanya asam menyebabkan terjadi reaksi kesetimbangan
berikut:
Asam + Alkohol Ester
Agar reaksi berjalan ke kanan, asam yang digunakan diganti
dengan asam asetat anhidrid, dan asam sulfat berperan sebagai katalis.
Hidrolisis selulosa asetat bisa dilakukan dengan menambahkan
asam asetat yang mengandung air dalam sistem reaksi. Gugus asetil
pada atom karbon nomor enam terhidrolisis menjadi gugus hidroksil
karena posisi atom karbon tersebut mempunyai halangan sterik yang
paling kecil. Produk yang dihasilkan adalah selulosa diasetat, dan
setelah dicuci dan dikeringkan, selulosa diasetat bisa dilarutkan dalam
aseton untuk operasi pemintalan.
Gambar 3. Struktur Molekul Selulosa Asetat
| 8
Proposal PenelitianPembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu
c. Nitroselulosa (Nitrocellulose/NC)
Nitroselulosa mempunyai rumus molekul (C6H7O2(OH)3)n. Dari
rumus molekul ini tampak bahwa unsur-unsur bahan bakar (fuel) yaitu
C dan H bergabung dengan unsur oksidator yaitu O membentuk satu
senyawa yang mampu terbakar apabila dikenai energi aktivasi
walaupun tanpa kehadiran oksigen dari udara (udara mengandung 21
%v oksigen dan 79 %v nitrogen).
Nitroselulose (<12,6 % N) biasanya dipertahankan basah dan
mengandung ± 30 % air agar tidak mudah meledak. Nitroselulosa
dengan kadar N lebih tinggi dikenal sebagai guncotton dan mudah
meledak meski sedikit basah. Jika kering semua jenis nitroselulosa
sangat peka terhadap ledakan dan cukup berbahaya. Nitroselulosa
kering diperlukan untuk jenis bahan peledak tertentu, dan ini dibuat
dengan pengeringan pelan-pelan dari nitroselulosa basah dalam aliran
air hangat.
Pemanfaatan dari nitroselulosa sendiri saat ini sangat luas.
Diantaranya pemanfaatan nitroselulosa dapat digunakan sebagai bahan
bakar yang bisa digunakan dalam skala rumah tangga maupun dalam
skala industri.
Gambar 4. Struktur Molekul Nitroselulosa
d. Nanocrystalline cellulose
Nanocrystalline cellulose adalah nanopartikel berbasis selulosa
yang dapat diekstraksi dengan asam hidrolisis dari berbagai macam
bahan sumber alam (misalnya, pohon, tanaman tahunan, alga, bakteri).
| 9
Proposal PenelitianPembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu
Partikel ini memiliki kombinasi unik dari karakteristik: kekakuan tinggi
aksial ( 150 GPa), kekuatan tarik tinggi (diperkirakan 7,5 GPa),
koefisien ekspansi termal rendah ( 1 ppm / K), stabilitas termal sampai
dengan 300 °C, rasio aspek tinggi (10-100), dan densitas rendah (
1.6g/cm3). NCC ini telah berhasil ditambahkan ke berbagai polimer
alami dan sintetis dan telah digunakan untuk memodifikasi sifat
komposit (mekanik, optik, termal, penghalang). Selain itu, NCC adalah
nanopartikel sangat menarik karena mereka ramah lingkungan, tidak
berdampak buruk bagi kesehatan, dan rendah resiko. Selain itu NCC
memiliki potensi untuk diproses dalam jumlah skala industri dengan
biaya rendah.
Meskipun ada banyak varian dari proses untuk mengisolasi NCC
dari bahan sumber selulosa yang diberikan, proses ini umumnya terjadi
dalam dua tahap utama.
Tahap pertama adalah pemurnian bahan sumber untuk
menghilangkan sebagian besar komponen non-selulosa dalam
biomassa. Hal ini termasuk lignin, hemiselulosa, lemak dan lilin,
protein, dan kontaminan anorganik.
Tahap kedua menggunakan proses hidrolisis asam untuk
mendekonstruksi bahan selulosa yang telah dimurnikan menjadi
komponen kristalnya. Hal ini dilakukan dengan menghilangkan daerah-
daerah amorf dari mikrofibril selulosa. Partikel yang berbentuk seperti
kumis (lebar 3-20 nm, panjang 50-2000 nm) adalah 100% selulosa,
sangat kristal (62% -90%, tergantung pada sumber bahan selulosa dan
metode pengukuran). Variasi dalam karakteristik NCC (misalnya
morfologi partikel, kimia permukaan, persen kristalinitas, dll) sangat
terkait dengan sumber bahan selulosa dan kondisi pengolahan hidrolisis
asam. Berbagai perlakuan kimiawi dapat memodifikasi struktur
permukaan NCC.
| 10
Proposal PenelitianPembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu
Gambar 5. Skema diagram yang menggambarkan berbagai
jenis modifikasi kimia pada permukaan NCC
4. Proses Pembuatan Selulosa
Proses pembuatan selulosa dari ampas tebu dilakukan melalui
tahap hidrolisis dan delignifikasi.
a) Hidrolisis dengan Bantuan Asam Klorida
Hidrolisis adalah suatu proses kimia yang menggunakan
H2O sebagai pemecah suatu persenyawaan. Tujuan hidrolisis
sebelum delignifikasi adalah untuk meningkatkan hasil selulosa
dengan kandungan hemiselulosa yang rendah terutama
pentosan. Pentosan (xylan dan araban) didegradasi menjadi
xylose dan arabinose yang larut dalam larutan alkali. Selain itu,
hidrolisis juga meningkatkan jumlah lignin yang terambil
dalam proses delignifikasi karena serat selulosa lebih terbuka.
Larutan HCl yang digunakan adalah larutan HCl 2.0 N
sebanyak 400 mL dengan lama waktu hidrolisis sebanyak 2
jam pada suhu 80⁰C.
| 11
Proposal PenelitianPembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu
Gambar 2. Skema Hidrolisis Semi-Helulosa
b) Delignifikasi dengan Larutan Kalium Hidroksida (KOH)
Delignifikasi merupakan proses pelarutan lignin. Suhu,
tekanan dan konsentrasi larutan pemasak selama proses pulping
merupakan faktor-faktor yang akan mempengaruhi kecepatan
reaksi pelarutan lignin, selulosa dan hemiselulosa. Selulosa
tidak akan rusak saat proses pelarutan lignin jika konsentrasi
larutan pemasak yang digunakan rendah dan suhu yang
digunakan sesuai. Pemakaian suhu di atas 180°C menyebabkan
degradasi selulosa lebih tinggi, dimana pada suhu ini lignin
telah habis terlarut dan sisa bahan pemasak akan mendegradasi
selulosa (Casey 1980).
Larutan KOH yang digunakan adalah larutan KOH yang
divariasikan konsentrasi dan volumenya. Untuk variasi
konsentrasi dimulai dari konsentrasi 0.5 N, 1.0 N, 1.5 N, dan
2.0 N, sedangkan untuk volumenya dimulai dari volume 300
mL, 350 mL, 400 mL, dan 500 mL. Proses delignifikasi
dilakukan pada suhu 80⁰C dengan lama waktu 2 jam.
c) Bleaching dengan larutan hidrogen peroksida (H2O2)
Bleaching merupakan proses peningkatan derajat
kecerahan sehingga proses ini dapat menstabilkan warna
selama penyimpanan. Proses ini dilakukan dengan
menghilangkan warna dari serat akibat adanya lignin yang
tersisa dalam pulp. Dalam proses pulping, lignin tidak dapat
terlarut 100% sehingga masih terdapat sisa lignin dengan warna
| 12
Proposal PenelitianPembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu
yang berbeda-beda di dalam pulp. Bleaching agent yang dapat
digunakan bermacam-macam, seperti klorin (Cl2), kalsium
hidrogen sulfit (Ca(HSO3)2), hidrogen peroksida (H2O2), dan
sodium perborat (NaBO3). Dalam penelitian ini yang digunakan
sebagai bleaching agent adalah larutan H2O2.
Bleaching dilakukan sebanyak 2 kali, yakni setelah proses
hidrolisi dan delignifikasi. Larutan H2O2 yang dipakai adalah
larutan H2O2 15% sebanyak 300 mL, dan proses ini dilakukan
selama ½ jam pada suhu 100⁰C.
| 13
Proposal PenelitianPembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Ampas Tebu yang diperoleh dari limbah pabrik gula PT. Madukismo,
Yogyakarta.
2. Kalium hidroksida (KOH) yang diperoleh dari Laboratorium
Konservasi Energi dan Pencegahan Pencemaran, Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
3. Larutan asam klorida (HCl) yang diperoleh dari Laboratorium
Konservasi Energi dan Pencegahan Pencemaran, Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
4. Larutan hidrogen peroksida (H2O2), diperoleh dari Laboratorium
Konservasi Energi dan Pencegahan Pencemaran, Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
B. Alat
Dalam penelitian ini alat proses yang digunakan dibagi menjadi 2
bagian yaitu alat utama dan alat tambahan. Yang dimaksud dengan alat
utama adalah alat-alat yang digunakan pada proses hidrolisis dan proses
delignifikasi, sedangkan alat tambahan adalah alat-alat yang digunakan
untuk proses penunjang proses utama.
1. Alat utama
a. Labu leher tiga 1000 ml, sebagai tempat terjadinya proses
delignifikasi dan hidrolisis.
b. Motor pengaduk dan alat pengaduk, sebagai alat untuk mengaduk
campuran ampas tebu dan larutan pereaksi.
c. Pemanas mantel, sebagai alat untuk memanaskan larutan.
d. Termometer alkohol, sebagai alat untuk mengukur suhu larutan.
| 14
Proposal PenelitianPembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu
e. Pendingin bola, sebagai alat untuk mengembunkan kembali
larutan yang menguap.
2. Alat tambahan
a. Neraca analisis digital, sebagai alat untuk menimbang bahan baku,
hasil, maupun zat pereaksi.
b. Oven, sebagai alat untuk mengeringkan produk selulosa.
c. Blender, digunakan untuk menghaluskan pulp ampas tebu.
d. Saringan, digunakan untuk memisahkan produk dan larutan
pereaksi.
C. Rangkaian Alat
Gambar 3. Rangkaian alat proses hidrolisis dan delignifikasi
Gambar 4. Rangkaian Alat Bleaching
| 15
1
2
3
5
4
Keterangan:1. Motor Pengaduk2. Pendingin bola3. Termometer alkohol4. Labu leher tiga5. Pemanas mantel
Keterangan:
1. Kertas saring2. Corong Büchner3. Pompa vaccum4. Labu Büchner 1L
12
3
4
Proposal PenelitianPembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu
D. Cara Kerja
Dalam penelitian ini, selulosa diperoleh melalui 2 tahapan proses
yaitu proses hidrolisis dan proses delignifikasi. Variasi yang dilakukan
adalah variasi konsentrasi dan volume larutan kalium hidroksida
(KOH).
1. Variasi Konsentrasi Larutan KOH
a. Proses Hidrolisis dengan Bantuan Asam Klorida
1) Ampas tebu kering ditimbang sebanyak 20 gram.
2) Ampas tebu ditumbuk hingga halus.
3) Ampas tebu hasil tumbukan dilarutkan agar menjadi
pulp kemudian disaring dengan saringan.
4) Larutan HCl 2.0 N dibuat dibuat sebanyak 400 mL.
5) Selulosa beserta larutan HCl dimasukkan ke dalam labu
leher tiga 1000 mL.
6) Proses hidrolisis dilakukan di dalam labu leher tiga
1000 mL sambil diaduk dengan motor pengaduk pada
suhu 80 °C selama 2 jam.
7) Selulosa murni disaring.
8) Selulosa dinetralkan dengan air hangat.
9) Selulosa dikeringkan di dalam oven suhu 105 oC.
b. Proses Pemutihan dengan H2O2
1) Larutan H2O2 15% dibuat sebanyak 300 mL.
2) Hemiselulosa hasil hidrolisis dimasukkan ke dalam
larutan H2O2 15%.
3) Proses pemutihan dilakukan selama ½ jam pada suhu
100°C.
4) Hemiselulosa disaring dan dinetralkan dengan air
hangat.
5) Hemiselulosa yang sudah netral dikeringkan di oven
dengan suhu 50oC.
| 16
Proposal PenelitianPembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu
c. Proses Delignifikasi dengan Kalium Hidroksida
1) Larutan KOH 2.0 N dibuat sebanyak 400 mL.
2) Pulp dan larutan KOH 2.0 N dimasukkan ke dalam labu
leher tiga 1000 mL.
3) Proses delignifikasi dilakukan di dalam labu leher tiga
1000 mL sambil diaduk dengan motor pengaduk pada
suhu 80 oC selama 2 jam.
4) Selulosa hasil proses delignifikasi disaring.
5) Selulosa dinetralkan dengan air hangat.
6) Seluruh langkah di atas diulangi untuk konsentrasi
larutan KOH 0.5 N; 1 N; dan 1,5 N
d. Proses Pemutihan dengan H2O2
1) Larutan H2O2 15% dibuat sebanyak 300 mL.
2) Selulosa hasil delignifikasi dimasukkan ke dalam
larutan H2O2 15%.
3) Proses pemutihan dilakukan selama ½ jam pada suhu
100°C.
4) Selulosa disaring dan dinetralkan dengan air hangat.
5) Selulosa yang sudah netral dikeringkan di oven dengan
suhu 50oC.
6) Penilaian dilakukan terhadap selulosa yang dihasilkan.
2. Variasi Volume Larutan KOH
a. Proses Hidrolisis dengan Bantuan Asam Klorida
1) Ampas tebu kering ditimbang sebanyak 20 gram.
2) Ampas tebu ditumbuk hingga halus.
3) Ampas tebu hasil tumbukan dilarutkan agar menjadi
pulp kemudian disaring dengan saringan.
4) Larutan HCl 2.0 N dibuat dibuat sebanyak 400 mL.
| 17
Proposal PenelitianPembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu
5) Selulosa beserta larutan HCl dimasukkan ke dalam labu
leher tiga 1000 mL.
6) Proses hidrolisis dilakukan di dalam labu leher tiga
1000 mL sambil diaduk dengan motor pengaduk pada
suhu 80 °C selama 2 jam.
7) Selulosa murni disaring.
8) Selulosa dinetralkan dengan air hangat.
9) Selulosa dikeringkan di dalam oven suhu 105 oC.
b. Proses Pemutihan dengan H2O2
1) Larutan H2O2 15% dibuat sebanyak 300 mL.
2) Hemiselulosa hasil hidrolisis dimasukkan ke dalam
larutan H2O2 15%.
3) Proses pemutihan dilakukan selama ½ jam pada suhu
100°C.
4) Hemiselulosa disaring dan dinetralkan dengan air
hangat.
5) Hemiselulosa yang sudah netral dikeringkan di oven
dengan suhu 50oC.
c. Proses Delignifikasi dengan Kalium Hidroksida
1) Larutan KOH 2.0 N dibuat sebanyak 400 mL.
2) Pulp dan larutan KOH 2.0 N dimasukkan ke dalam labu
leher tiga 1000 mL.
3) Proses delignifikasi dilakukan di dalam labu leher tiga
1000 mL sambil diaduk dengan motor pengaduk pada
suhu 80 oC selama 2 jam.
4) Selulosa hasil proses delignifikasi disaring.
5) Selulosa dinetralkan dengan air hangat.
6) Seluruh langkah di atas diulangi untuk volume larutan
KOH 300 mL, 350 mL, dan 450 mL.
d. Proses Pemutihan dengan H2O2
1) Larutan H2O2 15% dibuat sebanyak 300 mL.
| 18
Proposal PenelitianPembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu
2) Selulosa hasil delignifikasi dimasukkan ke dalam
larutan H2O2 15%.
3) Proses pemutihan dilakukan selama ½ jam pada suhu
100°C.
4) Selulosa disaring dan dinetralkan dengan air hangat.
5) Selulosa yang sudah netral dikeringkan di oven dengan
suhu 50oC.
6) Penilaian dilakukan terhadap selulosa yang dihasilkan.
| 19
Proposal PenelitianPembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu
Gambar 4. Diagram proses pembuatan selulosa dari ampas tebu
E. Analisis Data
1) Analisis kuantitas selulosa
a) Menentukan yield investor
Yield investor menunjukkan banyaknya hasil selulosa yang
diperoleh dari tiap satuan bahan baku yang dipakai. Yield investor
inilah yang biasa dipakai oleh para investor untuk kepentingan
industrinya.
| 20
Proposal PenelitianPembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu
Yield selulosa (investor) dicari dengan persamaan:
(1)
Dengan:
Yi = Yield selulosa (investor), %
Mp = Massa produk selulosa, gram
Ma = Massa sampel ampas tebu, gram
b) Menentukan yield akademis
Yield akademis menunjukkan banyaknya hasil selulosa yang
diperoleh dari jumlah total selulosa yang terkandung dalam bahan
baku. Yield akademis ini sering dipakai dalam kepentingan
pendidikan/akademik.
Yield selulosa (akademis) dicari dengan persamaan:
(2)
Dengan:
Ya = Yield selulosa (akademis), %
Mp = Massa produk selulosa, gram
Ms = Massa selulosa dalam sampel ampas tebu, gram
2) Analisis kualitas selulosa
a) Menentukan kadar abu pada selulosa
Kadar abu dicari dengan persamaan:
(3)Dengan:
Xa = Kadar abu, %
Ma = Massa abu, gram
Ms = Massa selulosa, gram
| 21
Proposal PenelitianPembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu
b) Menentukan kadar crude α selulosa pada selulosa
Kadar crude α selulosa dicari dengan persamaan:
(4)
Dengan:
Xs = Kadar crude α selulosa, %
Mc = Massa crude α selulosa, gram
c) Menentukan kualitas struktur selulosa, crude α selulosa, dan abu
Analisis kualitatif dilakukan dengan melihat kenampakan hasil
selulosa yang diperoleh, yaitu warna dan kehalusan tekstur selulosa
yang kemudian diberi skors 1-5 untuk masing-masing kriteria,
kemudian dikalikan dengan faktor pengali,yaitu sebesar 2,5.
Analisis juga dilakukan dengan melihat struktur selulosa melalui
foto perbesaran 25x, kemudian dibandingkan hasil penampakannya.
F. Evaluasi Data
1) Menentukan konsentrasi optimum larutan KOH pada proses
delignifikasi
Dalam menentukan konsentrasi optimum larutan KOH,
konsentrasi larutan asam klorida pada proses hidrolisis dibuat tetap
yaitu 2.0 N. Penentuan konsentrasi optimum dilakukan dengan metode
optimasi korelasi matematis. Optimasi ini dibuat dengan membuat
suatu persamaan yang di dalamnya terkandung variabel-variabel yang
mewakili kuantitas maupun kualitas produk selulosa. Hasil selulosa
pada masing-masing variasi diuji yield selulosanya dan dipotret pada
perbesaran 15x untuk dianalisis strukturnya secara organoleptik.
Penentuan pangkat pada variabel persamaan bergantung pada
pemanfaatan produk selulosa. Pangkat 1 diberikan apabila kualitas
selulosa tidak terlalu penting misalnya pada pembuatan kertas,
pangkat 2 diberikan apabila kualitas selulosa cukup penting misalnya
pada pembuatan liquor, sedangkan pangkat 3 diberikan apabila
kualitas selulosa sangat penting, misalnya dalam pembuatan
| 22
Proposal PenelitianPembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu
nitroselulosa. Dalam penelitian ini selulosa yang dihasilkan
diharapkan dapat menjadi bahan baku nitroselulosa, sehingga kualitas
selulosa sangat penting dalam menentukan konsentrasi optimum
larutan KOH. Persamaan yang yang sesuai dengan pernyataan di atas
adalah
(5)
Dengan:
Fd = Nilai gabungan pada proses delignifikasi
Yd = Yield selulosa, %
Nd = Nilai masing-masing struktur
Konsentrasi optimum KOH adalah konsentrasi KOH yang
memberikan nilai gabungan tertinggi.
2) Menentukan kuantitas selulosa pada variasi konsentrasi larutan
KOH
Pada tiap variasi konsentrasi larutan KOH dapat dihitung yield
selulosa yang dihasilkan. Hasil perhitungan yield selulosa yang
didapat diplotkan di dalam grafik terhadap variasi konsentrasi larutan
KOH. Konsentrasi larutan yang memberikan yield tertinggi
merupakan konsentrasi yang paling optimum.
3) Menentukan kualitas selulosa pada variasi konsentrasi larutan
KOH
Kualitas selulosa ditentukan dengan cara organoleptik dengan
membandingkan hasil potret perbesaran produk selulosa pada masing-
masing konsentrasi larutan KOH. Ampas tebu sebagai bahan baku
diberi nilai 10, sedangkan struktur selulosa terbaik pada diberi nilai
80. Konsentrasi larutan yang memberikan nilai terbaik merupakan
konsentrasi yang paling optimum.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
| 23
Proposal PenelitianPembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu
Anggit, Felicia. 2011. Pengambilan Selulosa dari Kertas Koran Bekas. Jurusan
Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Casey JP., 1980, Pulp and Paper Chemistry and Chemical Technology, 3rd
edition, Vol. I A, New York: Willey Interscience Publisher.
Fadel, Mochamad. 2014. Pembuatan High Refinned Cellulose dari Ampas Tebu.
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Heinze, T., dan Pfeiffer, K. 1999. Studies on The Sinthesis and Characterization
of CMC. Die Angewandte Makromolekuler Chemie. 266 (4638) : 37-45
Husin, A. A. 2007. Pemanfaatan Limbah Untuk Bahan Bangunan. Modul 1-3.
Peng, B.L., Dhar, N., Liu, H.L. , and Tam, K.C. 2011. Chemistry and Applications
of NanocrystallineCellulose and its Derivatives: a Nanotechnology
Perspective. The Canadian Journal of Chemical Engineering. Wiley
Online Library.
Postek, M.T., Moon, R.J., Rudie A.W., and Bilodeau, M.A. 2013. Production and
Applications of Cellulose Nanomaterials. Tappi Press. United States of
America.
Zhang, Y., Lu, X., Gao, C., Lv, W., and Yaou, J. 2012. Preparation and
Characterization of Nano Crystalline Cellulose from Bamboo Fibers by
Controlled Cellulase Hydrolysis. Journal of Fiber Bioengineering and
Informatics. Binary Information Press & Textile Bioengineering and
Informatics Society.
Zhou, C., Wu, Qinglin. 2012. Recent Development in Applications of Cellulose
Nanocrystals for Advanced Polymer-Based Nanocomposites by Novel
Fabrication Strategies. Intech.
http://www.pertanian.go.id/infoeksekutif/bun/IP%20ASEM%20BUN%202013/
Produksi-Tebu.pdf diakses pada tanggal 24 Mei 2014
| 24