Proposal Penelitian PTK 3

73
Proposal Penelitian PTK: MENINGKATKAN KECERDASAN VISUAL-SPASIAL ANAK MELALUI PEMANFAATAN BAHAN LIMBAH ANORGANIK PADA ANAK KELOMPOK B2 DI RA/TK “AL-MU’MININ” KECAMATAN KAMBU KOTA KENDARI Sabtu, 01 Juni 2013 PROPOSAL PENELITAN: MENINGKATKAN KECERDASAN VISUAL- SPASIAL ANAK MELALUI PEMANFAATAN BAHAN LIMBAH ANORGANIK PADA ANAK KELOMPOK B2 DI RA/TK ‘AL-MU’MININ’ KECAMATAN KAMBU KOTA KENDARI PROPOSAL PENELITIAN MENINGKATKAN KECERDASAN VISUAL-SPASIAL ANAK MELALUI PEMANFAATAN BAHAN LIMBAH ANORGANIK PADA ANAK KELOMPOK B2 DI RA/TK “AL-MU’MININ” KECAMATAN KAMBU KOTA KENDARI UMK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIK ANAK USIA DINI

description

s

Transcript of Proposal Penelitian PTK 3

Page 1: Proposal Penelitian PTK 3

Proposal Penelitian PTK: MENINGKATKAN KECERDASAN VISUAL-SPASIAL ANAK MELALUI PEMANFAATAN BAHAN LIMBAH ANORGANIK PADA ANAK KELOMPOK B2 DI RA/TK “AL-MU’MININ” KECAMATAN KAMBU KOTA KENDARI

Sabtu, 01 Juni 2013

PROPOSAL PENELITAN: MENINGKATKAN KECERDASAN VISUAL-SPASIAL ANAK MELALUI PEMANFAATAN BAHAN LIMBAH ANORGANIK PADA ANAK KELOMPOK B2 DI RA/TK ‘AL-MU’MININ’ KECAMATAN KAMBU KOTA KENDARI

PROPOSAL PENELITIAN

MENINGKATKAN KECERDASAN VISUAL-SPASIAL ANAK

MELALUI PEMANFAATAN BAHAN LIMBAH ANORGANIK

PADA ANAK KELOMPOK B2 DI RA/TK “AL-MU’MININ” KECAMATAN KAMBU KOTA KENDARI

UMK 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIK ANAK USIA DINIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

Page 2: Proposal Penelitian PTK 3

HALAMAN PERSETUJUAN

MENINGKATKAN KECERDASAN VISUAL-SPASIAL ANAKMELALUI PEMANFAATAN BAHAN LIMBAH ANORGANIK

PADA ANAK KELOMPOK B2 DI RA/TK ‘AL-MU’MININ’KECAMATAN KAMBU KOTA KENDARI

 

Telah disetujui untuk diajukan dalam ujian proposal

Pembimbing Tanda Tangan Tanggal

1.      Drs. Fahruddin Hanafi, M.Pd .................................... .....................

2.      Dra. Sri Astuti, M.Pd .................................... .....................

  Mengetahui,

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Muhammadiyah Kendari

Drs. H. Muh. Natsir, M.Si.NIP. 19640828 199303 1 002

Page 3: Proposal Penelitian PTK 3

BAB I

PENDAHULUAN 

A.  Latar Belakang

Undang-Undang (UU) No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah

mengamanatkan dilaksanakannya pendidikan kepada seluruh rakyat Indonesia sejak usia dini,

yakni sejak anak dilahirkan. Disebutkan secara tegas dalam Undang-Undang tersebut bahwa

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak

sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (pasal 1, butir 14). Pendidikan bagi

anak usia dini semakin popular. Orang tua semakin merasakan pentingnya memberikan

pendidikan kepada anak sejak dini dan berlomba memberikan fasilitas pendidikan terbaik pada

anak-anaknya. Perkembangan tersebut mendorong semakin menggeliatnya pertumbuhan

lembaga pendidikan pra sekolah atau yang lebih dikenal dengan sekolah Raudatul Athfal/Taman

Kanak-Kanak.

Ditengah beragam alternatif Pendidikan Raudatul Athfal/Taman Kanak-Kanak, pada

dasarnya tujuan Pendidikan Raudatul Athfal/Taman Kanak-Kanak adalah membantu peserta

didik mengembangkan berbagai kemampuan atau kecerdasan yang dimiliki oleh setiap anak

baik psikis maupun fisik, yang biasa disebut “Multiple Intelegences”.

Kecerdasan visual-spasial merupakan salah satu kecerdasan majemuk yang dikemukakan

oleh Gardner. Anak yang memiliki kecerdasan ini memiliki kemampuan untuk

memvisualisasikan berbagai hal dan memiliki kelebihan dalam hal berpikir melalui gambar

Page 4: Proposal Penelitian PTK 3

Hildayani, (2005:5.16). Anak yang memiliki kecerdasan visual-spasial dapat dilihat dari

kesehariannya misalnya anak dapat menceritakan gambar dengan jelas, lebih senang membaca

peta, diagram, lebih menyukai gambar daripada teks, menyukai kegiatan seni, pandai

menggambar, yang terkadang mendekati atau persis aslinya, dapat membangun konstruksi tiga

dimensi yang menarik, lebih mudah belajar dengan gambar daripada teks, dan membuat coretan-

coretan yang bermakna dibuku kerja atau kertas.

Kecerdasan visual-spasial dapat dikembangkan melalui kegiatan membayangkan,

menggambar, membuat kerajinan, mengatur, dan merancang, membentuk dan bermain

konstruktif, bermain sandiwara boneka, meniru gambar objek, bermain dengan lilin mainan,

menyusun objek mainan, bermain peran, membaca buku, dan bermain video game. Kegiatan

tersebut merupakan kegiatan yang melibatkan semua indera anak terlibat dalam pembelajaran

yang diawali dengan menampilkan model dan diakhiri dengan membuat atau menciptakan

sesuatu klinik Pediatri, (2009:2). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Kostelnik Masitoh,

(2005:7.4) bahwa pengalaman langsung harus mendahului penggambaran atau sesuatu yang

lebih abstrak dan model lebih konkret daripada gambar, dan gambar lebih konkret daripada kata-

kata.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 2 sampai 25 April 2012

menunjukkan bahwa kemampuan visual-spasial anak di RA/TK Al-Mu’minin Kecamatan

Kambu kota Kendari tidak begitu tampak. Ketika diberikan bahan limbah anorganik berupa kulit

aqua gelas anak hanya mampu mengguntingnya yang menghasilkan bentuk tidak beraturan,

ketika kegiatan menggambar orang sebagian besar anak hanya mampu membuat coretan

sederhana berupa garis, lingkaran dan titik, setelah mencuci tangan anak tidak langsung

mengeringkannya padahal sudah disampaikan oleh ibu gurunya, dan ketika kegiatan

Page 5: Proposal Penelitian PTK 3

menggambar bebas ada anak yang masih bingung gambar apa yang akan dibuat, sedangkan

sekolah sendiri menginginkan anak memiliki kecerdasan visual-spasial diantaranya anak sudah

mengenal spasial dua arah berpasangan seperti arah depan-belakang, atas-bawah, dan kanan-kiri,

anak mampu menggambar figur orang, anak dapat membedakan beberapa warna dan anak dapat

membuat bentuk dari bahan limbah anorganik yang diberikan oleh ibu gurunya. Kondisi di

lapangan tidak sesuai dengan apa yang menjadi tujuan sekolah, hal tersebut dipicu oleh

penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi. Metode ceramah merupakan metode

yang mendominasi pembelajaran di RA/TK, khususnya pembelajaran di RA Al- Mu’minin

kecamatan Kambu kota Kendari. Selain itu media yang digunakan juga kebanyakan berupa

lembar kerja dalam bentuk buku yang berupa latihan-latihan yang lebih menekankan pada

kemampuan akademik. Minimnya pembelajaran yang bisa menggali kecerdasan visual-spasial

anak serta kurangnya keterlibatan anak dalam mengeksplorasi media atau sumber belajar yang

bisa mengasah kecerdasan mereka merupakan faktor utama yang menjadi masalah mengapa anak

memiliki kecerdasan yang minim khususnya kecerdasan visual-spasial. Meskipun demikian,

berdasarkan amatan penulis, potensi kecerdasan visual-spasial masih memiliki peluang yang

potensial untuk dikembangkan secara optimal, dengan catatan perlu melakukan tindakan

perbaikan pembelajaran dalam aktivitas belajar sambil bermain anak.

Pemanfaatan bahan limbah anorganik bagi usia RA/TK merupakan kegiatan bermain dan

memiliki unsur pendidikan yang kompleks, disamping harganya yang murah dan menarik bagi

anak, juga bahannya banyak dan mudah diperoleh disekitar lingkungan anak, maka dipandang

perlu untuk melakukan upaya-upaya perbaikan dalam program pelaksanaan kegiatan

pengembangan potensi anak. Upaya tersebut, dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab kongkrit

dan kewajiban untuk mengoptimalkan perkembangan kecerdasan visual-spasial yang dimiliki

Page 6: Proposal Penelitian PTK 3

anak, yang mana penulis memandangnya masih memiliki peluang yang potensial untuk lebih

dikembangkan lagi.

Bertolak dari keinginan pada latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk menerapkan

kegiatan memanfaatan bahan limbah anorganik dalam meningkatkan kecerdasan visual-spasial

anak RA/TK Al-Mu’minin Kendari. Ketertarikan ini, selanjutnya mendorong penulis dan

berkolaborasi dengan guru RA/TK Al-Mu’minin kota Kendari untuk melaksanakan Penelitian

Tindakan Kelas dengan judul “Meningkatkan Kecerdasan Visual-Spasial Anak Dengan

Memanfaatkan Bahan Limbah Anorganik Pada Anak Kelompok B2 di RA/TK Al-Mu’minin

kecamatan Kambu Kota Kendari”.

B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas , maka permasalahan yang akan dijawab dalam

penelitian ini adalah “ Apakah melalui pemanfaatan bahan limbah anorganik dapat

meningkatkan kecerdasan visual spasial pada anak kelompok B2 di RA/TK Al-Mu’minin

kecamatan Kambu kota Kendari?”

C.  Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian

ini adalah untuk meningkatan kecerdasan visual-spasial pada anak kelompok B2 di RA/TK Al-

Mu’minin kecamatan Kambu kota Kendari melalui pemanfaatan bahan limbah anorganik.

D.  Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat :

1.      Bagi anak didik kelompok B2 RA/TK Al-Mu’minin kecamatan Kambu kota Kendari: agar

mereka terstimulasi sehingga memiliki pola pikir, daya nalar dan pola berimajinasi secara

Page 7: Proposal Penelitian PTK 3

kompleks, motivasi positif, respon, aktif, kreatif dan meningkatkan interaksi positif antar

mereka (anak).

2.      Dari segi teoritis/keilmuwan, hasil penelitian ini diharapkan menjadi kontribusi khasanah ilmiah

dalam mengembangkan kecerdasan visual- spasial anak RA/TK Al-Mu’minin melalui

pemanfaatan bahan limbah anorganik yang banyak terdapat disekitar lingkungan anak sesuai

dengan karakteristik dan kebutuhan anak secara khusus dan memperkaya kajian ilmu Pendidikan

Anak Usia Dini (PAUD) pada umumnya.

3.      Bagi guru RA/TK Al-Mu’minin kecamatan Kambu kota Kendari sebagai tambahan

pengetahuan keprofesian yang selalu dituntut untuk melakukan upaya inovatif sebagai

implementasi berbagai teori dan teknik pembelajaran bagi anak usia dini di RA/TK serta bahan

ajaran yang dapat dikembangkan lebih lanjut dan dipakainya dalam kegiatan belajar sambil

bermain bagi anak didiknya terutama dalam hal meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak

usia dini.

4.      Bagi Lembaga PAUD/RA/TK Al-Mu’minin kecamatan Kambu kota Kendari dan bagi pihak-

pihak yang berkompeten dengan masalah perkembangan anak usia dini, diharapkan hasil

penelitian ini nantinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi untuk menyusun lankah-

langkah yang lebih konkrit dan dalam penyusunan kebijakan usaha pengembangan dan

peningkatan kecerdasan visual-spasial anak usia dini di RA/TK dan sekolah PAUD lain yang

sederajat, khususnya yang relevan dengan pemanfaatan bahan limbah anorganik yang ada

dilingkungan sekitar sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan kecerdasan visual-spasial

anak.

5.      Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta sebagai bahan rujukan atau kajian

lebih lanjut bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang lebih luas dan mendalam

Page 8: Proposal Penelitian PTK 3

mengenai peningkatan kecerdasan visual-spasial anak usia RA/TK, khususnya dengan

memanfaatkan bahan limbah anorganik yang banyak terdapat dilingkungan sekitar.

E.  Defenisi Operasional

Untuk menyamakan persepsi dan menghindari terjadinya kesalahan penafsiran terhadap

aspek-aspek atau variabel-variabel pengamatan dalam penelitian ini, maka perlu untuk diperjelas

terlebih dahulu batasan-batasan konsepsinya pada bagian defenisi operasional, yakni seperti

berikut:

1.    Kecerdasan visual-spasial adalah kemampuan untuk membentuk suatu gambaran tentang tata

ruang didalam pikiran. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada warna, garis, bentuk, ruang dan

hubungan antar unsur-unsur tersebut. Anak dengan kecerdasan visual-spasial  yang tinggi

cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya khayalan internal (internal imagery) sehingga

cenderung imajinatif dan kreatif.

2.    Pemanfaatan bahan limbah anorganik yang dimaksud adalah suatu kegiatan pengelolaan sumber

pembelajaran berupa penggunaan atau pemanfaatan bahan limbah anorganik yang terdapat di

lingkungan sekitar anak untuk tujuan peningkatan kecerdasan visual spasial anak dalam kegiatan

belajar sambil bermain di RA/TK Al-Mu’minin kecamatan Kambu kota Kendari. Melalui

pemanfaatan bahan limbah anorganik itu, diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran yang

memfasilitasi capaian perkembangan kecerdasan visual-spasial anak secara optimal sesuai yang

diharapkan.

3.    Bahan limbah anorganik yang dimaksud adalah bahan bekas atau bahan sisa pakai yang terbuat

dari bahan plastik dan dianggap tidak memiliki manfaat yang terdapat dilingkungan, seperti:

bekas minuman ringan (bekas; aqua gelas, teh gelas, juice gelas, dan lain sejenisnya), bekas botol

minuman plastik, bekas pembungkus makanan dari plastik, dan lain sebagainya. Yang semua

Page 9: Proposal Penelitian PTK 3

bahan limbah anorganik tersebut, dimanfaatkan dalam kegiatan belajar sambil bermain anak

didik (anak “RA/TK Al-Mu’minin” kecamatan Kambu kota Kendari), dalam rangka

meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak didik.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.  Konsep Kecerdasan Visual-Spasial Anak

1.    Konsep Kecerdasan

Teori “Multiple Intelegence” yang dikemukakan oleh Howard Gardner merupakan gebrakan

yang sangat fundamental dibidang ilmu pengetahuan, yakni: a. Kecerdasan Linguistik/bahasa,

berkaitan dengan kemampuan membaca, menulis, berdiskusi, berargumentasi dan berdebat; b.

Kecerdasan Matematis-Logis, berkaitan dengan kemampuan berhitung, menalar dan berpikir

logis, memecahkan masalah; c. Kecerdasan Visual-Spasial, berkaitan dengan kemampuan

menggambar, memotret, membuat patung, mendesain; d. Kecerdasan Musikal, berkaitan dengan

kemampuan menciptakan lagu, mendengar nada dari sumber bunyi atau alat-alat music; e.

Kecerdasan kinestetik/gerak, berkaitan dengan kemampuan gerak motorik dan keseimbangan; f.

Kecerdasan Interpersonal, berkaitan dengan kemampuan bergaul dengan orang lain, memimpin,

kepekaan soasial, kerja sama dan empati; g. Kecerdasan Intrapersonal, berkaitan dengan

pemahaman terhadap diri sendiri, motivasi diri, tujuan hidup dan pengembangan diri; dan h.

Page 10: Proposal Penelitian PTK 3

Kecerdasan Naturalis, berkaitan dengan kemampuan meneliti perkembangan alam, melakukan

identifikasi dan observasi terhadap lingkungan sekitar.

Teori tersebut membuka mata dunia yang selama ini mengidentikkan suatu kecerdasan

dengan nilai IQ. Munculnya teori “Multiple Intelegence” atau kecerdasan majemuk

membuktikan bahwa tidak ada anak yang bodoh atau pintar, yang ada hanyalah anak yang lebih

menguasai satu bidang tertentu dan kurang menguasai bidang lain. Maksud dari pernyataan

tersebut adalah kedelapan kecerdasan yang diungkapkan oleh Gardner bisa saja dimiliki oleh

individu, hanya saja dalam taraf yang berbeda. Selain itu, kecerdasan ini tidak berdiri sendiri

terkadang bercampur dengan kecerdasan lain Agustin, (2006:36). Misalnya saja bila anak pintar

bernyanyi sebagai kecerdasan musikal, ia juga pada umumnya cerdas dalam gerakan tubuh, ia

dapat mengikuti dan menyesuaikan gerakannya dengan ritme atau alunan musik yang

didengarkannya.

Kecerdasan bukanlah sesuatu yang bersifat kebendaan, melainkan sesuatu fiksi ilmiah

untuk mendeskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual. Dalam

mengartikan kecerdasan ini, para ahli mempunyai pengertian yang beragam, sebagaimana yang

dikemukakan oleh Yusuf (2005:106), diantara pengertian itu adalah sebagai berikut:

a.    Kecerdasan sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara

cepat dan efektif.

b.    Intelegensi meliputi tiga pengertian, yaitu kemampuan untuk belajar, keseluruhan pengetahuan

untuk diperoleh, dan kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situasi baru atau

lingkungan pada umumnya.

c.    Kecerdasan dibagi dalam dua kategori, yaitu: (1) “Fluid Inteligence”, yaitu tipe kemampuan

analisis kognitif yang relatif tidak dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya; (2)

Page 11: Proposal Penelitian PTK 3

“Crystalized Inteligence ”, yaitu keterampilan-keterampilan atau kemampuan nalar (berpikir)

yang dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya.

Menurut Thurstone Syaodih, (2007:93) individu memiliki sejumlah faktor kecerdasan yang

berkelompok menjadi tujuh faktor kemampuan, yaitu:

1.        Verbal Comprehension, kemampuan untuk memahami hal-hal yang dinyatakan secara verbal

atau menggunakan bahasa.

2.        Word Fluecy, kelancaran dan kefasihan menyatakan buah pikiran dengan menggunakan kata-

kata.

3.        Number Ability, kemampuan untuk memahami dan memecahkan masalh-masalah matematis,

yaitu masalah yang menyangkut dan menggunakan angka-angka atau bilangan-bilangan.

4.        Spatial Ability, kemampuan untuk memahami ruang.

5.        Memory, kemampuan untuk mengingat.

6.        Paceptual Ability, kemampuan untuk mengamati dan memberikan penafsiran atas hasil

pengamatan.

7.        Reasoning, kemampuan berpikir logis.

2.    Konsep Kecerdasan Visual-Spasial pada Anak

Kecerdasan Visual-Spasial berkaitan dengan kemampuan menangkap warna, arah, dan

ruang secara akurat. Sebagaimana dikemukakan oleh Armstrong Masfiroh, (2004:67) bahwa

“anak yang cerdas dalam visual-spasial memiliki kepekaan terhadap warna, garis-garis, bentuk-

bentuk, dan bangunan-bangunan”. Sedangkan menurut Indra Masfiroh, (2004:67) anak yang

memiliki kemampuan visual-spasial dapat mengenali identitas objek ketika objek tersebut ada

Page 12: Proposal Penelitian PTK 3

dari sudut pandang yang berbeda, dan mampu memperkirakan jarak dan kecerdasan darinya

dengan sebuah objek.

Kecerdasan Visual-Spasial memiliki manfaat yang luar biasa dalam kehidupan manusia.

Hampir semua pekerjaan yang menghasilkan karya nyata memerlukan sentuhan kecerdasan ini.

Bangunan yang dirancang arsitektur, desain taman, lukisan, rancangan busana, pahatan, bahkan

benda-benda sehari-hari yang dipakai manusia pun adalah hasil buah kecerdasan visual-spasial

yang tinggi mengesankan kreativitas. Kemampuan mencipta satu bentuk, seperti bentuk pesawat

terbang, rumah, mobil, burung, mengesankan adanya unsur transformasi bentuk yang rumit.

Kecerdasan Visual-Spasial dapat distimulasi melalui berbagai program seperti melukis,

membentuk sesuatu dengan plastisin, mencecap, dan menyusun potongan gambar. Guru perlu

menyediakan berbagai fasilitas yang memungkinkan anak mengembangkan daya imajinasi

mereka, seperti alat-alat permainan konstruktif (Lego, puzzle, lasie), balok-balok bentuk

geometri berbagai warna dan ukuran, peralatan menggambar, pewarna, alat-alat dekoratif (kertas

warna-warni, gunting, lem, benang), dan berbagai buku bergambar. Akan lebih baik, jika

menyediakan beberapa miniatur benda-benda yang disukai anak, seperti mobil-mobilan, pesawat

terbang, rumah-rumahan, hewan dan orang-orangan.

Menurut Gardner Musfiroh, (2004:69) kecerdasan visual-spasial mempunyai lokasi diotak

bagian belakang hemisfer kanan. Kecerdasan ini berkaitan erat dengan kemampuan imajinasi

anak. Pola pikir topologis (bersifat mengurai bagian-bagian dari suatu objek) pada awal masa

kanak-kanak memungkinkan mereka menguasai kerangka pikir euclidean pada usia 9-10 tahun.

Kepekaan artistik pada kecerdasan ini tetap bertahan hingga seseorang itu berusia tua.

Anak usia 4 tahun, umumnya, sudah mengenal spasial dua arah biner (berpasangan) seperti

arah depan-belakang, atas-bawah, sana-sini, meskipun adakalanya masih bingung dengan arah

Page 13: Proposal Penelitian PTK 3

kanan dan kiri. Mereka belum dapat memahami arah mata angin, meskipun diantaranya dapat

menyebutkan nama mata angin.

Menurut Beredekamp dan Copple Musfiroh, (2004:93) anak usia 4 tahun sudah dapat

menata balok-balok menjadi bentuk yang tinggi dan agak kompleks. Mereka yang menunjukkan

kemampuan memperkirakan secara spasial yang masih terbatas, dan cenderung merusak posisi

atau benda. Mereka cenderung mengubah mainan yang memiliki bagian-bagian yang masih

bagus. Menurut Amstrong Musfiroh, (2004:137) untuk mengasah kecerdasan visual-spasial,

anak-anak perlu dibelajarkan melalui gambar, metafora, visual dan warna. Cara terbaik untuk

menstimulasi mereka adalah film, video, diagram, peta, dan grafik.

Secara umum deskripsi tentang kecerdasan spasial pada anak beserta indikatornya yang

dicetuskan oleh Howard Gardner Agustin, (2006:37) diuraikan sebagai berikut :

Page 14: Proposal Penelitian PTK 3

Kecerdasan visual-spasial adalah kemampuan memahami, memproses, dan berpikir dalam

Page 15: Proposal Penelitian PTK 3

bentuk visual. Anak dengan kecakapan ini mampu menerjemahkan bentuk gambaran dalam

pikirannya ke dalam bentuk dua atau tiga dimensi.

Adapun cirri-ciri yang tampak pada aktifitas anak adalah sebagai berikut :

a.    Memiliki kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, ruang, dan bangunan.

b.    Memiliki kemampuan membayangkan sesuatu, melahirkan ide secara visual dan spasial.

c.    Memiliki kemampuan mengenai identitas objek ketika objek itu ada pada sudut pandang yang

berbeda.

d.   Mampu memperkirakan jarak dan keberadaan dirinya dengan sebuah objek.

e.    suka mencoret-coret, membentuk gambar, mewarnai, dan menyusun unsur-unsur bangunan.

Secara karier kecerdasan spasial biasanya dimiliki oleh arsitek, insyinyur mesin, seniman,

fotografer, pilot, navigator, pemahat, dan penemu Lwin Mubiar, (2006:57). Adapun Yusuf dan

Nurihsan Agustin, (2006:36) mengemukakan, kecerdasan spasial sebagai sekumpulan

kemampuan-kemampuan yang berhubungan dengan pemilihan, pemahaman, proyeksi visual,

imajinasi mental pemahaman ruang, manipulasi imajinasi, serta penggadaan imajinasi nyata

maupun imajinasi dalam diri/abstrak.

Dalam kaitannya dengan upaya membantu mengembangkan kecerdasan spasial anak,

Rachmani, Agustin, (2006:36) menjelaskan bahwa stimulasi-stimulasi berikut dapat digunakan

guru untuk membantu mengembangkan kecerdasan spasial anak : (a) menggambar dan melukis;

(b) mencoret-coret; (c) membuat prakarya; dan (d) melakukan permainan konstruktif.

Kecerdasan ini melibatkan imajinasi aktif yang membuat seseorang mampu mempersiapkan

warna, garis dan luas, serta menetapkan arah dengan tepat Andi Yudha, (2009:53). Selain itu

Andi Yudha mengemukakan mengenai bagaimana cara mengembangkan kecerdasan visual-

spasial anak, salah satunya adalah dengan belajar bentuk geometri, salah satu caranya yaitu

Page 16: Proposal Penelitian PTK 3

dengan meminta anak memperhatikan bentuk-bentuk rumah, bola, atau benda yang ada dalam

buku, seperti menyebutkan konsep garis, lurus, zig-zag, bulat, persegi, atau kerucut.

Menurut Apriany (2007:8) kemampuan visual-spasial sangat dibutuhkan anak ketika belajar,

terutama ketika anak diperkenalkan dengan huruf-huruf, angka, dan bentuk. Anak yang kurang

memiliki kemampuan visual-spasial akan merasa kebingungan saat diperkenalkan dengan huruf

sehingga terjadi penafsiran huruf yang terbalik seperti pada huruf b dan d, anak sering salah

dalam membaca dan menuliskan huruf-huruf tersebut. Untuk itu kecerdasan visual-spasial

sangat berperan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan kemampuan visual-spasial

yang dimilikinya, anak dengan mudah mempelajari materi ajar yang diberikan oleh guru

khususnya menulis dan membaca. Selain itu, kecerdasan visual-spasial juga dibutuhkan anak

untuk dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang membutuhkan manipulasi motorik halus

misalnya menggambar, menyusun mainan bongkar pasang, melukis, dan lain-lain..

Menurut Abdurrahman Apriani, (2007:57) ada lima jenis kecerdasan visual-spasial, yaitu:

1.        Hubungan keruangan (Spasial relation)

Menunjukkan persepsi tentang posisi berbagai objek dalam ruang. Dimensi fungsi visual ini

mengimplikasikan prsepsi tentang suatu objek atau symbol (gambar, huruf, dan angka) dan

hubungan ruangan yang menyatu dengan sekitarnya.

2.        Diskriminasi Visual (Visual discrimination)

Menunjukkan pada kemampuan membedakan suatu objek dari objek yang lain. Dalam tes

kesiapan belajar misalnya anak diminta menemukan gambar kelinci yang bertelinga satu dari

sederetan gambar kelinci yang bertelinga dua. Jika anak diminta untuk membedakan antara huruf

m dan n, anak harus mengetahui jumlah bongkol pada tiap huruf tersebut.

3.        Diskriminasi Bentuk dan latar belakang (figure-ground discrimination)

Page 17: Proposal Penelitian PTK 3

Menunjuk pada kemampuan membedakan suatu objek dari latar belakang yang mengelilinginya.

Anak yang memiliki kekurangan dalam bidang ini tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu

objek karena sekeliling objek tersebut ikut mempengaruhi perhatiannya, akibatnya dari keadaan

semacam itu anak menjadi terkecoh perhatiannya oleh berbagai rangsangan yang berada

disekitar objek yang harus diperhatikan.

4.        Visual Clouser

Menunjuk pada kemampuan mengingat dan mengidentifikasi suatu objek, meskipun objek

tersebut tidak diperhatikan secara keseluruhan.

5.        Mengenal Objek (Object recognition)

Menunjuk pada kemampuan mengenal sifat berbagai objek pada saat mereka memandang.

Pengenalan tersebut mencakup berbagai bentuk geometri, hewan, huruf, angka, kata, dan

sebagainya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan visual-spasial sangat penting.

Dimana kemampuan tersebut dapat membantu anak dalam proses belajar mengajar serta

mengenali lingkungan sekitarnya. Misalnya kemampuan hubungan keruangan merupakan bagian

yang sangat penting dalam belajar matematika, demikian juga kemampuan membedakan huruf

dan kata secara visual merupakan bagian yang esensial dalam belajar membaca.

B.     Mengembangkan Potensi Kecerdasan Visual-Spasial Anak Usia Raudatul Athfal/Taman Kanak-Kanak

Menurut Hildayani Watiah, (2011:24) anak dengan kecerdasan visual-spasial bisa melihat

aneka perbedaan warna yang hampir tidak kentara dan berbagai pola yang tidak biasa serta

mampu menerjemahkan desain-desain ini pada media ekspresi yang dipilih. Anak senang dengan

alat seni, termasuk pensil, krayon, lukisan, kuas-lukis, dan grafik computer, dan akan

Page 18: Proposal Penelitian PTK 3

menghabiskan waktu senggangnya untuk membuat sketsa, menggambar, dan mendesain. Sering

kali, karya-karya yang sempurna dari anak ini menunjukan berbagai hubungan visual-spasial

seperti pola-pola inovatif dan pengubahan imajinatif atas berbagai objek sehari-hari.

Muslihuddin dan Agustin (2008:80) mengemukakan guru dapat merangsang kecerdasan spasial

dengan melakukan berbagai program seperti melukis, membentuk sesuatu dengan plastisin,

mengecap dan menyusun potongan gambar.

C.    Peran Guru dalam Meningkatkan Kecerdasan Visual-Spasial

Peran pendidik atau guru bertugas merangsang dan membina kecerdasan visual-spasial anak.

Pentingnya pengembangan visual-spasial pada anak usia Raudatul Athfal/Taman Kanak-Kanak

berdampak positif bagi perkembangan mental dan fisik. Perkembangan mental antara lain:

emosi, intelektual, persepsi, sosial, estetik, dan kreatif. Dalam hal perkembangan fisik motorik

halusnya, anak sudah dapat melakukan aktifitas seperti menggunakan pensil atau krayon,

mencoret-coret, meniru bentuk gambar, untuk mengembangkan imajinasinya sehingga

merangsang aktifitas kreatifnya.

Metode pembelajaran dengan menggunakan permainan adalah cara atau pendekatan yang

dipergunakan dalam menyajikan atau menyampaikan materi pembelajaran di Raudatul

Athfal/Taman Kanak-Kanak. Pembelajaran disusun sehingga menggembirakan dan demokratis

agar anak tertarik untuk terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran. Anak tidak hanya duduk

tenang mendengarkan ceramah guru, tetapi mereka aktif berinteraksi dengan berbagai benda dan

orang dilingkungannya, baik secara fisik maupun mental. Pembelajaran di Raudatul

Athfal/Taman Kanak-Kanak harus menerapkan esensi bermain. Esensi bermain meliputi

perasaan menyenangkan, merdeka, bebas memilih, dan merangsang anak terlibat aktif.

Page 19: Proposal Penelitian PTK 3

Menurut Purba Watiah, (2011:25) untuk mengembangkan dan menginspirasi kecerdasan

visual-spasial ini di ruang kelas, guru dapat melengkapi ruang kelas dengan berbagai bahan seni,

kamera, peta, program computer atau grafik, dan model karya seni. Untuk merangsang

kecerdasan ini, bebaskan anak untuk bereksperimen disemua wilayah seni visual secara bebas,

juga dalam kaitannya dengan berbagai tugas dibidang kurikulum yang lain.

D.  Ragam Aktifitas Pembelajaran Untuk Mengembangkan Kecerdasan Visual-Spasial Anak

Ragam aktifitas pembelajaran yang dapat meningkatkan kecerdasan visual-spasial salah

satunya adalah dengan permainan balok. Menyusun balok, dapat membantu anak menguasai

konsep bidang. Metode pengajaran yang memasukkan berpikir spasial seperti bentuk-bentuk

balok yang menghubungkan konsep spasial dapat membantu terhadap pemecahan masalah dalam

dunia anak-anak, Elliot dalam Sulistyowati, (2010:46).

Bermain merupakan suatu kegiatan yang sangat disenangi anak. Melalui kegiatan bermain,

anak dapat memuaskan keinginannya yang terpendam. Pada berbagai situasi dan tempat anak

selalu menyempatkan untuk menggunakan tempat serta media sebagai arena bermain dan

permainan. Permainan dapat membantu anak mengerti lebih baik melalui indera penglihatan dan

pendengaran, anak dapat mengerti pelajaran dengan memahami perbedaan arah, perbedaan

warna serta bentuk. Anak-anak usia Raudatul Athfal/Taman Kanak-Kanak dalam berekspresi

seni rupa memiliki kekuatan yang menunjukkan karakteristik dan hal ini penting bagi

terwujudnya karya seni.

Menurut Edy Sulistyowati, (2010:46) kecerdasan visual-spasial dapat dikembangkan dengan

pembelajaran seni rupa. Ekspresi seni anak-anak usia dini pada umumnya menunjukkan

keunikan, naïf, spontan, ekspresif, jujur, dan orisinal. Hasil karya seni anak ini termasuk dalam

kecerdasan visual-spasial. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan menangkap warna, arah,

Page 20: Proposal Penelitian PTK 3

dan ruang secara akurat serta mengubah penangkapannya tersebut ke dalam bentuk lain, seperti

lukisan atau menggambar bebas. Potensi ini ditumbuhkembangkan, sehingga kreatifitas anak

dapat tersalurkan dengan baik.

Kegiatan menggambar bebas, permainan warna atau mewarnai gambar merupakan kegiatan

kreatif anak usia dini yang dapat mengenalkan warna pada anak, melatih motorik halus, serta

mampu menceritakan tentang hasil karya yang dibuat. Anak usia dini rasa keingintahuan serta

kemampuan menyimpan memori diingatannya masih sangat tinngi. Oleh karena itu,

pengembangan kecerdasan visual-spasial hendaknya mendapatkan kesempatan dan pembinaan

secara terarah lebih intensif dan efektif sesuai dengan masa perkembangannya. Melalui bermain

warna atau membuat coretan gambar anak akan berekspresi dan bereksplorasi, yang berarti akan

menumbuhkan kecerdasan visual-spasial anak.

Banyak Raudatul Athfal/Taman Kanak-Kanak dalam menyampaikan pembelajaran kurang

memperhatikan potensi, bakat dan minat yang dimiliki anak. Lembaga ataupun pendidik kurang

memahami karakteristik anak, kebebasan yang diinginkan anak, kebutuhan anak, kurang

memberikan kesempatan pada anak dan kurang memahami pemberian penilaian kepada anak.

Metode pembelajaran yang digunakan kurang menyenangkan, monoton, dan guru menjelaskan

materi pembelajaran di papan tulis. Sehingga kurang mempengaruhi tingkat berpikir, kecerdasan

anak, minat belajar anak, dan kurang dapat mengembangkan potensi yang dimiliki anak.

Pelaksanaan pembelajaran di Raudatul Athfal/Taman Kanak-Kanak seharusnya guru

menggunakan berbagai metode yang sesuai dengan rancangan. Metode pembelajaran tersebut

antara lain terdiri dari metode bermain, karyawisata, demonstrasi, proyek, dan bercerita.

E.  Peningkatan Kecerdasan Visual-Spasial Anak Melalui Pemanfaatan Bahan Limbah Anorganik yang Terdapat Di Lingkungan Sekitar Anak

Page 21: Proposal Penelitian PTK 3

Sehubungan dengan kegiatan belajar sambil bermain anak terhadap sesuatu yang ada pada

alam sekitar mereka, menurut Moeslichatoen, (1995:37), akan memberikan kesempatan kepada

anak untuk memahami dan memanfaatkan oleh jajahannya atau sifat petualangannya yang

merupakan salah satu ciri sifat khas pada anak, berupa: (1) wawasan informasi yang lebih luas

dan lebih nyata; (2) menumbuhkan rasa keingintahuan anak tentang sesuatu yang telah ataupun

baru diketahuinya; (3) dapat memperjelas konsep dan mengembangkan kemampuan,

keterampilan, kecerdasan, serta imajinasi dan daya kreativitas anak; (4) memperoleh pemahaman

penuh tentang kehidupan manusia, hewan, tanaman, cuaca, dan sebagainya yang terdapat di

lingkungan dengan berbagai situasi dan kondisi yang ada; (5) memperoleh pengetahuan tentang

bagaimana memahami lingkungan yang ada disekitar serta bagaimana pemanfaatannya.

Berkaitan dengan hal tersebut Rachmawati dan Euis. K., (2005:74), juga mengemukakan

pandangan bahwa dalam proses membelajarkan anak, hendaknya guru mampu memanfaatkan

bahan limbah anorganik/materi yang terdapat di lingkungan sekitar anak sebagai media

pembelajaran dalam suatu bentuk kegiatan pendekatan seperti, menuntun dan mengajak anak

mengeksplorasi bahan limbah anorganik/materi tersebut menjadi bentuk mainan yang edukatif

baginya. Dalam konsep ini, guru dapat mengamati dan memilih benda-benda kongkrit apa saja

yang terdapat di lingkungan sekitar anak, untuk selanjutnya benda-benda yang sesungguhnya

tersebut di eksplorasi secara lebih mendalam yang dilakukan anak sambil bermain sehingga

didapatkan pengetahuan-pengetahuan baru yang bermakna bagi anak dalam mengembangkan

kecerdasan visual-spasial dan daya kreatifitasnya.

Lingkungan kita memang kaya dengan bahan-bahan yang dapat digunakan/dimanfaatkan

guru untuk membuat media bermain atau permainan bagi anak, baik itu yang masih alami

maupun yang sudah terbuang atau merupakan bahan sisa yang telah dibuang. Hal tersebut

Page 22: Proposal Penelitian PTK 3

dipandang sebagai pemanfaatan yang menunjuang pendidikan kreativitas anak ke arah yang

lebih baik, seperti pandangan yang dikutip dari http://asepsofyan.multiply.com, (2009), yang

mengemukakan bahwa pendidikan kreatifitas yang baik adalah mengajak, menuntun dan

membantu anak untuk membuat mainan kerajinan sendiri dari bahan limbah anorganik yang

dianggap tak digunakan lagi yang banyak terdapat di lingkungan sekitar mereka. Mengajak

mereka dengan perasaan riang dan gembira membuat mainan dari bahan limbah anorganik aneka

minuman kaleng dan gelas, kardus, botol bekas, gabus, dan lain sebagainya, dengan kegiatan

seperti permainan membuat robot-robot dari kardus bekas, menghias botol bekas menjadi

binatang, membuat mobil-mobilan dari bahan kaleng bekas, dan sebagainya. Lebih lanjut

dijelaskan bahwa, anak memang perlu terus dilatih untuk mampu bekerja memgembangkan

kecerdasan visual-spasial dan kreatifitasnya dalam durasi yang relatif lama dan berorientasi hasil,

pujilah proses mereka dalam membuat suatu karya sehingga anak tidak akan stres, anak-anak

juga penting untuk terus dibiasakan membuat aneka mainan sendiri dan berilah terus dia support

dalam kegiatan tersebut. Dukungan, dorongan, dan penghargaan yang tulus atas hasil kerja anak

akan membekas, membuat anak tambah semangat bekerja, dan lebih kreatif serta termotivasi

mengembangkan daya imajinasi dan kreatifitasnya untuk selalu ingin membuat hal-hal yang

unik, original, baru, dan lebih menarik lagi.

Berkaitan dengan hal pemanfatan media yang mampu mengembangkan imajinasi dan

kecerdasan visual-spasial anak, Yuliani N. Sujiono, dkk, (2005:8.5) dalam kajiannya

mengungkapkan bahwa adanya keluhan dari berbagai kalangan masyarakat tentang rendahnya

kemampuan imajinatif dan kecerdasan visual-spasial yang dimiliki anak saat ini, disebabkan

antara lain oleh minimnya para guru RA/TK mengunakan atau memanfaatkan media belajar

ketika mereka mengajar, seperti permainan dan mainan dari bahan-bahan sederhana yang banyak

Page 23: Proposal Penelitian PTK 3

terdapat dilingkungan sekitar anak selanjutnya dikatakan bahwa media, meskipun itu dibuat dari

bahan limbah anorganik dalam bentuk yang sederhana, namun dapat menjadikan anak mampu

lebih berpikir kreatif, mampu menyelesaikan permasalahan dari tugas perkembangannya, mampu

berpikir logis, mampu menstimulasi anak untuk melakukan kegiatan belajar yang bermakna,

mampu meningkatkan daya nalarnya dan mampu menemukan satu jawaban yang paling tepat

terhadap masalah yang diberikan berdasarkan informasi yang tersedia. Penerapan media juga

bisa lebih mampu memenuhi kepuasan diri anak dalam belajar sambil bermain. Misalnya saja,

anak yang sedang bermain dengan menggunting-gunting kertas atau bahan limbah dari plastik

atau dengan media permainan konstruktif lainnya, nampak mereka sangat asyik sekali dan

bahkan tidak mau diganggu. Mereka terus mencoba dan mencoba lagi untuk membuat berbagai

bentuk pola-pola dengan kombinasi baru atau membuat berbagai kombinasi susunan baru dari

bahan-bahan tersebut. Nampaklah bahwa media yang sederhana dengan hanya memanfaatkan

bahan limbah anorganik, seperti yang terbuat dari bahan kertas dan pelastik yang banyak terdapat

dilingkungan sekitar anak, juga dapat berperan sebagai sumber munculnya inspiratif, imajinatif,

dan kreatifitas anak sehingga dapat meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak.

F.   Hipotesis tindakan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan pada bagian kajian pustaka di atas, maka

dapat di kemukakan hipótesis tindakan dalam penelitian ini, yaitu “ melalui pemanfaatan bahan

limbah anorganik dalam proses kegiatan belajar sambil bermain, maka dapat meningkatkan

kecerdasan visual-spasial anak kelompok B2 RA Al – Mu’minin kecamatan Kambu kota

Kendari”.

BAB III

Page 24: Proposal Penelitian PTK 3

METODE PENELITIAN

A.  Setting Penelitian

1.      Tempat

Penelitian ini bertempat di kelas anak kelompok B2 RA/TK Al-Mu’minin kecamatan Kambu

kota Kendari.

2.      Waktu

Waktu pelaksanaan, di rencanakan dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2012.

3.      Subjek

Subjek yakni seluruh anak didik yang tergabung dalam kelas kelompok B2 yang seluruhnya

berjumlah 15 anak, terdiri dari 7 anak laki-laki dan 8 anak perempuan, dengan melibatkan atau

berkolaborasi dengan seorang mitra peneliti yakni guru RA/TK Al-Mu’minin Kenadri itu

sendiri.

B.  Faktor Yang Diteliti

Adapun faktor-faktor yang ingin diamati peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1.      Faktor anak RA/TK, mengamati aktifitas anak-anak dalam proses kegiatan sambil bermain

dengan bahan limbah anorganik di dadalam kelas, dalam upaya peningkatan kecerdasan visual-

spasial anak.

2.      Faktor guru RA/TK, mengamati dan memperhatikan segala aktifitas guru RA/TK yang

mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran sambil bermain bagi anak sebagai

upaya peningkatan kecerdasan visual-spasial anak.

Page 25: Proposal Penelitian PTK 3

3.      Faktor sumber, bahan atau perangkat pembelajaran yang diterapkan atau dimanfaatkan guru

yang dapat mendukung dan melancarkan pelaksanaan kegiatan belajar sambil bermain bagi anak

pada bidang pengembangan kemampuan dasar kognitif khusus kecerdasan visual-spasial anak.

4.      Faktor proses pembelajaran, mengamati dan memperhatikan proses tindakan-tindakan

pembelajaran yang diberikan selama kegiatan pembelajaran bidang pengembangan kecerdasan

visual-spasial anak berlangsung dengan aktivitas pemanfaatan bahan limbah anorganik.

C.    Data dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data, jenis data dan teknik dalam pengumpulannya pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1.      Sumber data penelitian diperoleh dari guru dan anak RA/TK. Selain itu, bersumber dari

dokumen-dokumen yang dipandang penting berupa catatan-catatan khusus tentang program-

program kegiatan belajar anak yang belum terdapat dalam pedoman observasi namun dianggap

dapat mendukung hasil penelitian.

2.      Jenis data yang dikumpulkan adalah data kualitatif berupa nilai perolehan yang dinyatakan

dengan simbol huruf (BSB = Berkembang Sangat Baik, BSH = Berkembang Sesuai Harapan,

MB = Mulai Berkembang, dan BB = Belum Berkembang), yang diperoleh dengan menggunakan

pedoman atau lembar checklist penilaian yang berisikan sejumlah indikator penilaian.

3.      Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan teknik penilaian dengan melakukan

observasi yaitu cara pengumpulan data dengan menggunakan pengamatan langsung terhadap

suatu objek yang diteliti dalam satu periode tertentu, dan dengan mengadakan pencatatan secara

sistematis atau pengkodean tentang hal-hal atau aspek-aspek tertentu yang diamati, lalu

mencheklist atau memberi tanda pada lembar pengamatan penilaian dan atau pada pedoman

Page 26: Proposal Penelitian PTK 3

observasi sesuai hasil yang tampak di lapangan. Menurut Sujiono, N. Yuliani, (2005:7.14),

observasi merupakan salah satu alat dalam kegiatan evaluasi di lembaga PAUD yang digunakan

dalam mengevaluasi pengembangan berbagai aspek perkembangan anak. Kegiatan observasi

adalah suatu teknik pengamatan yang dapat dilakukan guru RA/TK/PAUD untuk mengetahui

kemajuan perkembangan kemampuan, unjuk kerja/kinerja, dan sikap anak, yang dilakukan

dengan mengamati aktivitas dan tingkah laku anak dalam kegiatan belajar sambil bermain

dengan berbagai bentuk permainan untuk setiap aspek perkembangan anak.

4.      Disamping teknik observasi, peneliti juga menggunakan teknik tanya jawab dengan anak yang

bermaksud untuk mengetahui kelancaran anak dalam memberikan jawaban verbal atas

pertanyaan-pertanyaan sederhana yang berkisar tentang apa yang dibuatnya dengan bahan

limbah anorganik.

Data yang sudah berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini, berikutnya diolah dan

dideskripsikan secara kualitatif dalam bentuk paparan logis sesuai keadaan apa adanya yang

diperoleh dari hasil pengamatan di dalam kelas, kemudian dilakukan interpretasi sebagai

jawaban terhadap permasalahan yang diajuakan dalam penelitian ini. Selanjutnya, atas dasar

hasil jawaban tersebut dapat ditarik suatu kesimpulannya.

D.  Teknik Analisis Data

Sebelum data-data dianalisis (nilai tingkat pencapaian perkembangan kecerdasan visual-

spasial anak didik), peneliti terlebih dahulu melakukan evaluasi atau penilaian dengan observasi.

Selanjutnya melakukan analisis data setelah semua data yang dibutuhkan telah terkumpul. Untuk

keperluan analisis data-data, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif-kualitatif dengan

presentatif hasil, yang disesuaikan dengan indikator-indikator atau ketentuan yang telah

Page 27: Proposal Penelitian PTK 3

ditetapkan. Untuk maksud analisis data berupa nilai-nilai capaian perkembangan kecerdasan

visual-spasial anak, peneliti menggunakan kriteria tertentu yang disesuaikan dengan bentuk

penilaian yang digunakan guru di RA Al-Mu’minin Kendari dalam menilai capaian

perkembangan kemampuan dasar anak didiknya dan memperhatikan pula pedoman penilaian di

TK yang disarankan Depdiknas, Direktorat PAUD, (2010).

Penilaian terhadap pencapaian perkembangan kecerdasan visual-spasial yang ditampakkan

setiap anak terhadap tagihan indikator penilaian dalam memanfaatkan bahan limbah anorganik

untuk menghasilkan sebuah karya seperti yang telah diperlihatkan guru, dilakukan atau diberi

nilai dengan mengacu pada pedoman pemberian penilaian dalam satuan pendidikan Taman

Kanak-Kanak, yakni dengan diberikan dalam bentuk simbol-simbol dengan huruf seperti : (

) = Berkembang Sangat Baik (BSB), yakni jika anak menunjukkan kecerdasan visual-

spasial sesuai tagihan indikator tanpa bantuan guru; ( ) = Berkembang Sesuai Harapan

(BSH), yakni jika anak mampu menampakkan kecerdasan visual-spasial sesuai tagihan indikator

namun terkadang masih harus diberikan bimbingan dan bantuan guru; ( ) = Mulai

Berkembang (MB), yakni jika anak telah mampu menampakkan kecerdasan visual-spasial sesuai

tagihan indikator namun masih sering dibimbing dan dibantu langsung oleh guru; ( ) =

Belum Berkembang (BB), yakni jika anak belum menampakkan kecerdasan visual-spasial sesuai

tagihan indikator pencapaian perkembangan kecerdasan visual-spasial karena dalam

melakukannya harus selalu dibimbing dan dibantu secara langsung dari awal oleh guru,

Direktorat Pembinaan TK dan SD (2010), Usman Uzer dan Lilisetiawati, (1993:75), yang telah

dipersiapkan sebelumnya pada tahap kegiatan perencanaan (seperti terlampir), untuk sampai

pada data perolehan nilai akhir pengembangan kemampuan masing-masing anak didik (setiap

siklus tindakan), melakukan pengamatan dan penilaian dengan memberi nilai terhadap aspek

Page 28: Proposal Penelitian PTK 3

pengembangan yang dicapai anak didik berdasarkan indikator penilaian yang diamati/dinilai

disetiap kegiatan evaluasi.

Perolehan Nilai AkhirAnak Didik Adapun rumus yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: melakukan perhitungan berdasarkan jumlah perolehan nilai yang dicapai masing-masing anak didik sesuai yang ada dalam penilaian setiap siklus, seperti berikut :

Dengan ketentuan perolehan nilai (secara individu) dengan kriteria hasil hitungan berdasarkan

konversi, anak dikatakan mampu jika minimal 2,50-3,49 atau minimal BSH (Berkembang Sesuai

Harapan) seperti berikut :

Nilai Konversi 3,50-4,00 (BSB = Berkembang Sangat Baik)

Nilai Konversi 2,50-3,49 (BSH = Berkembang Sesuai Harapan)

Nilai Konversi 1,50-2,49 ( MB = Mulai Berkembang)

Nilai Konversi 0,01-1,49 ( BB = Belum Berkembang).

Direktorat Pembinaan TK dan SD, .(2010). Usman Uzer dan Lilis Setiawati, (1993:75)

Indikator kinerja yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan kinerja secara klasikal pada

setiap siklus tindakan, (dalam penelitian ini menggunakan acuan patokan 75% secara klasikal)

sebagai berikut :

Jumlah anak yang memperoleh nilai bintang ( , & )

% P = X100%

Page 29: Proposal Penelitian PTK 3

Total banyaknya anak didik dalam kelas (B2)

P = Perolehan nilai klasikal

Jika : Hasil hitungan berada pada persentase 95% - 100% = BSB

Hasil hitungan berada pada persentase 85% - 94% = BSH

Hasil hitungan berada pada persentase 75% - 84% = MB

Hasil hitungan berada pada persentase di bawah 75% = BB

Selanjutnya adalah tahap pelaporan berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran peningkatan

kecerdasan visual-spasial anak dengan pemanfaatan bahan limbah anorganik selama kegiatan,

dan tahap akhir adalah penarikan kesimpulan dalam bentuk penulisan penelitian.

E.     Indikator Keberhasilan Kinerja

Berdasarkan hasil evaluasi/penilaian yang telah disesuaikan tersebut dan hasil perhitungan

dengan formulasi diatas, selanjutnya diberi makna secara kualitatif berupa nilai kemampuan

dasar kecerdasan visual-spasial anak dalam konveksi, kemudian disesuaikan dengan indikator

keberhasilan kinerja yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun persentase indikator kinerja

yang diterapkan dalam penelitian ini adalah dengan menghitung banyaknya anak didik yang

memperoleh nilai konversi 2,50 – 4,00 atau jumlah anak didik yang memperoleh nilai akhir

kecerdasan visual-spasial dengan nilai BSB (Berkembang Sangat Baik) dan BSH (Berkembang

Sesuai Harapan), dan secara klasikal 75% sebagai acuan apakah penelitian tindakan ini telah

dapat diselesaikan ataukah masih harus dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Berdasarkan hasil

penilaian dari tagihan indikator penilaian berupa item-item aspek perkembangan kecerdasan

Page 30: Proposal Penelitian PTK 3

spasial anak yang diamati dan diberi nilai (terdapat pada lembar observasi/assesmen checklist

pada halaman lampiran), maka kegiatan penilitian tindakan ini dihentikan karena dipandang telah

terselesaikan. Berarti, secara individu anak kelompok B2 RA/TK Almuminin Kendari dikatakan

berhasil jika telah memperoleh perkembangan kecerdasan visual spasial dengan nilai BSB

Berkembang Sangat Baik) dan BSH (Berkembang Sesuai Harapan), dan secara klasikal 75%

yang diterapkan guru RA/TK Al-Mu’minin kota Kendari.

F.   Model Rancangan Pendekatan dan Prosedur Penelitian Tindakan

Sesuai dengan maksud dan tujuan yang terkandung dalam pelaksanaan penelitian ini, maka

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan tindakan atau yang oleh Hopkins (1993) disebut

penelitian tindakan (action research) yang merupakan bagian dari penelitian kualitatif, yaitu

penelitian yang dilakukan untuk mencari makna yang melatarbelakangi kinerja guru, sehingga

akan diperoleh tingkat pemahaman tentang masalah atau situasi yang ada dilapangan, khususnya

yang menyangkut pelaksanaan pengelolaan dan proses pembelajaran di kelas.

Proses penelitian tindakan kelas menggunakan proses penelitian observasi dan wawancara

yang bersifat reflektif, partisipatif, dan kolaboratif sebagaimana yang dikemukakan oleh Hopkins

(1993:88-89), dengan langkah-langkah sebagai berikut: Pertama, diadakan perencanaan

bersama (planning converence) anatara guru (Guru RA/TK) dengan penelitian. Kedua, observasi

kelas (classroom observation) pada kegiatan ini peneliti mengobservasi guru (Guru RA/TK)

yang sedang melakukan kegiatan pembelajaran atau mengajar di kelas dan selanjutnya

mengumpulkan data yang objektif tentang aspek-aspek pengamatan yang telah direncanakan

semula. Dan langkah Ketiga, pertemuan balikan (feedback conference), peneliti dan guru (Guru

RA/TK) mengadakan diskusi untuk saling memberi penilaian (evaluation) atau yang merupakan

refleksi terhadap tampilan pembelajaran. Kemmis dan Mc Taggar, lebih lanjut mengemukakan

Page 31: Proposal Penelitian PTK 3

bahwa penelitian tindakan dilaksanakan dalam beberapa siklus tindakan dengan beberapa kali

tindakan dalam setiap siklusnya yang mengacu pada empat langkah utama yaitu (1) perencanaan,

(2) tindakan, (3) observasi, (4) refleksi. Keemapat langkah tersebut akan dilaksanakan secara

bersiklus dengan jumlah putaran akan ditentukan berdasarkan perkembangan efektifitas solusi

aksi yang ditawarkan kepada subjek (guru dan siswa). Kedua model tersebut dipadukan dengan

formulasi sesuai dengan kebutuhan penelitian ini yang disesuaikan dengan kondisi lapangan

yang tahapannya dapat digambarkan dalam bentuk siklus seperti pada halaman berikut:

Alternatif pemecahan(Rencana TindakanI)

 

Pelaksanaan

Tindakan I

 SKETSA SIKLUS PENELTIAN TINDAKAN

PERMASALAHAN

 

Page 32: Proposal Penelitian PTK 3

SIKLUS I

 

ANALISISDATA I

 

Terselesaikan

 

REFLEKSI I

 

OBSERVASI

(Monitoring)

 

BELUMTERSELESAIKAN

 

Page 33: Proposal Penelitian PTK 3

SIKLUSII(ProgramPerbaikan)

 

Alternatif Pemecahan

(Rencana Tindakan II)

 

PELAKSANAAN

TINDAKAN II

 

Terselesaikan 

REFLEKSIII

 

ANALISISDATAII

Page 34: Proposal Penelitian PTK 3

 

OBSERVASI

(Monitoring) 

SIKLUS SELANJUTNYA 

BELUM

TERSELESAIKAN 

Sri Wuryan Aziz, (2000:57)

Memperhatikan bagan tahapan atau prosedur penelitian tindakan kelas yang disajikan pada

halaman sebelumnya, terlihat bahwa aktifitas penelitian tindakan berlangsung dari siklus ke

siklus selanjutnya. Begitu pun juga pada penelitian yang penulis akan lakukan kali ini

direnacakan dan diupayakan kegiatan tindakan yang dilakukan dapat terselesaikan dengan baik

dalam dua siklus saja. Oleh sebab itu, dalam perencanaannya, prosedur kegiatan tindakan yang

akan dilakukan didesain seoptimal mungkin bersama mitra peneliti (Guru) dan pengamatannya

disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang ingin dicapai seperti apa yang telah didesain

dalam aspek-aspek yang akan diamati mengenai faktor perkembangan kreatifitas anak RA/TK

Al-Mu’minin Kendari.

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan ini, langkah-langkah prosedur kegiatan yang akan

dilakukan juga mengikuti tahapan kegiatan sebagaimana yang nampak terlihat pada gambar

skema di halaman sebelumnya. Secara garis besar menurut gambar tersebut, tahapan atau

prosedur kegiatan dalam penelitian tindakan ini yakni: (1) Perencanaan kegiatan dan tindakan

Page 35: Proposal Penelitian PTK 3

yang akan dilakukan; (2) Pelaksanaan tindakan (dalam proses belajar-mengajar di kelas); (3)

Pengadaaan observasi/pengamatan dan penilaian (evaluasi); dan (4) Refleksi.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahapan prosedur tersebut, secara rinci dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1.    Kegiatan perencanaan; hal-hal yang dilakukan pada tahapan ini adalah:

a.    Membuat skenario kegiatan belajar sambil bermain bagi anak dengan memanfaatkan bahan

limbah anorganik (RKH).

b.        Membuat lembar daftar pengamatan atau pedoman observasi untuk dijadikan acuan pengamatan

dalam mengetahui perkembangan daya kecerdasan visual-spasial anak yang diamati, serta

bagaimana situasi atau keadaan dalam proses kegiatan pembelajaran anak yang bermain dengan

anak yang bermain dengan memanfaatkan media dari bahan limbah anorganik, baik untuk guru

RA/TK (untuk keperluan perbaikan tindakan pada setiap siklus kegiatan pembelajaran), maupun

untuk anak RA/TK guna menilai kecerdasan visual-spasialnya dalam kegiatan belajar sambil

bermain membuat pola-pola bahan limbah anorganik dan membentuknya menjadi objek seperti

yang telah diperlihatkan guru.

c.         Mempersiapkan berbagai bahan limbah anorganik dan peralatan permainan serta perlengkapan

lainnya yang diperlukan dan yang dapat membantu guru dalam membimbing dan

membelajarkan anak RA/TK secara baik.

d.        Mendesain alat evaluasi/penilaian yang digunakan untuk melihat dan mengetahui hasil

pelaksanaan tindakan dan perkembangan kecerdasan visual-spasial anak dalam program kegiatan

belajar sambil bermain membuat pola-pola dari bahan limbah anorganik dan membentuknya

menjadi objek seperti yang akan diperlihatkan atau dicontohkan guru.

e.         Mempersiapkan pedoman untuk jurnal refleksi diri.

Page 36: Proposal Penelitian PTK 3

2.    Pelaksanaan tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah melaksanakan aktivitas proses belajar sambil

bermain bersama anak di dalam kelas dalam rangka mengembangkan kecerdasan visual-spasial

anak, yang sesuai dengan rencana kegiatan pembelajaran yang telah disusun dan direncanakan

sebelum tindakan dilakukan, dan tentunya dengan memilih tema yang sesuai dengan kurikulum

RA/TK dan lingkungan kehidupan sekitar anak.

3.    Kegiatan Observasi dan Evaluasi

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengadakan observasi atau pengamatan yang

skema dan faktual terhadap pelaksanaan tindakan dalam proses kegiatan pembelajaran anak

RA/TK. Kegiatan ini dilakukan secara berkolaborasi dengan salah satu guru RA/TK Al-

Mu’minin kota Kendari, dan selanjutnya mencatat semua kejadian-kejadian penting dan

perubahan-perubahan serta hal-hal lain yang nampak dalam aktivitas mengajar dan belajar

sambil bermain anak, semaua hal ini dalam pengamatan dan pencatatannya diupayakan evaluasi

atau penilaiannya relevan dan sesuai dengan aspek-aspek pengamatan yang ingin diselidiki pada

anak.

4.    Refleksi

Hasil-hasil pengamatan dan pencatatan yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi

dikumpulkan serta dianalisis. Berdasarkan hasil analisis ini, dapat diketahui kelemahan dan

kekurangan yang terjadi dari tindakan yang dilakukan pada setiap kegiatan pembelajaran dalam

satu siklus. Setelah diketahui hal-hal yang dimaksud, maka diambil suatu keputusan apakah

tindakan tersebut dapat dianggap terselesaikan ataukah dipandang masih perlu perbaikan-

perbaikan sehingga siklus tindakan selanjutnya masih harus dilakukan lagi.

Page 37: Proposal Penelitian PTK 3

Lampiran 1.

Lembar Observasi Guru

Berkaitan dengan Pelaksanaan Pembelajaran Peningkatan Kecerdasan Visual-Spasial melalui Pemanfaatan Bahan Limbah Anorganik

Hari / Tanggal :

Tempat : RA/TK ‘Al-Mu’minin

Responden : Guru

No. Aspek Yang Diamati

Hasil

Pengamatan Keterangan

Ya Tidak

1. Melaksanakan Apersepsi

2. Menyampaikan materi sesuai dengan tujuan

pembelajaran mengenal bilangan yang akan

disampaikan

3. Melaksanakan prosedur peningkatan

kecerdasan visual-spasial yang akan

dilaksanakan

4. Menyediakan dan menjelaskan media yang

akan digunakan dalam peningkatan

kecerdasan visual-spasial

5. Memberikan kesempatan kepada setiap anak

untuk memanfaatkan bahan limbah

Page 38: Proposal Penelitian PTK 3

anorganik dalam proses pembelajaran

6. Melakukan evaluasi dengan mereview

materi pembelajaran kecerdasan visual-

spasial yang telah disampaikan

Kendari,

                          Guru Kelompok B2 Peneliti

Mengetahui,

Kepala RA/TK Al-Mu’minin

Lampiran 2.

Pedoman Observasi Anak

Berkaitan dengan Aktivitas Anak

Hari / Tanggal :

Tempat : RA/TK ‘Al-Mu’minin

Responden : Anak

No. Aspek Yang Diamati

Hasil

Pengamatan Keterangan

Page 39: Proposal Penelitian PTK 3

Ya Tidak

1. Anak mengetahui permasalahan peningkatan

kecerdasan visual-spasial yang disampaikan

2. Anak mampu memegang dan menggunakan

peralatan secara baik dan benar

3. Anak berinteraksi aktif dalam pembelajaran

4. Anak melakukan yang diperintahkan

5. Anak dapat memegang dan menggunting

bahan limbah anorganik (gelas air mineral)

hingga terbagi dua mengikuti garis lengkung

6. Anak mengemukakan hasil perlakuannya

7. Anak memberikan tanggapan terhadap

perlakuan yang telah diselesaikannya

8. Anak mampu secara kreatif memanfaatkan

bahan limbah anorganik dalam berbagai

bentuk media yang bisa meningkatkan

kecerdasan visual-spasial

9. Anak mengalami kesulitan dengan

permasalahan yang disajikan

10. Anak merapikan peralatan yang telah

digunakan

Kendari,

Page 40: Proposal Penelitian PTK 3

                          Guru Kelompok B2 Peneliti

Mengetahui,

Kepala RA/TK Al-Mu’minin

Lampiran 3.

Lembar Instrumen Penilaian

Instrumen Penilaian AnakMeningkatkan Kecerdasan Visual-Spasial Anak Melalui Pemanfaatan Bahan Limbah Anorganik

Pada Anak Kelompok B2 RA/TK Al-Mu’minin Kendari.

Nama Anak Didik : ………………………………

No. Indikator

Nilai Perolehan

BSB BSH MB BB

1. Anak mampu memegang dan

menggunakan peralatan gunting secara

baik dan benar

Page 41: Proposal Penelitian PTK 3

2. Anak dapat menggunting kertas karton

dan plastik membentuk 6-8 lekukan

gerigi

3. Anak dapat membuat pola gambar

kursi dan meja serta mampu

menggunting pola gambar kursi dan

meja yang telah anak buat sendiri

4. Anak dapat memegang dan

menggunting bahan limbah anorganik

(gelas air mineral) hingga terbagi dua

mengikuti garis vertikal

5. Anak dapat memegang dan

menggunting bahan limbah anorganik

(gelas air mineral) hingga terbagi dua

mengikuti garis lengkung

6. Anak dapat memegang dan

menggunting bahan limbah anorganik

(gelas air mineral) menjadi bentuk

gelang-gelang

7. Anak mampu membuat guntingan

mengikuti pola garis lurus tidak

terputus yang dibuat guru

8. Anak mampu membuat guntingan

mengikuti pola gambar bentuk

Page 42: Proposal Penelitian PTK 3

segitiga, segi empat, dan kerucut

seperti yang telah dibuat dan

ditunjukkan oleh guru

9. Dengan kecerdasan visual-spasialnya,

anak mampu membuat guntingan

membentuk 1-2 buah kursi dan meja

mengikuti pola yang telah dibuat dan

ditunjukk an guru serta mampu

menghiasinya atau mewarnainya

dengan spidol warna yang telah

disiapkan guru

10. Dengan memanfaatkan bahan limbah

anorganik, anak mampu membuat

guntingan membentuk 1-2 buah mata

angin dan mampu menghiasinya atau

mewarnainya dengan cat warna

Keterangan:

= (BSB) Berkembang Sangat Baik, jika anak mampu menunjukkan

kecerdasan visual-spasial sesuai tagihan indikator tanpa

bantuan guru.

= (BSH) Berkembang Sesuai Harapan, jika anak menunjukkan

kecerdasan visual-spasial sesuai tagihan indikator namun

Page 43: Proposal Penelitian PTK 3

terkadang masih harus diberikan bimbingan dan bantuan guru.

= (MB) Mulai Berkembang, yakni jika anak telah mampu

menampakkan kecerdasan visual-spasial sesuai tagihan

indikator namun masih sering dibimbing dan dibantu langsung

oleh guru.

= (BB) Belum Berkembang, yakni jika anak belum menampakkan

kecerdasan visual-spasial sesuai tagihan indikator pencapaian

perkembangan kecerdasan visual-spasial karena dalam

melakukannya harus selalu dibimbing dan dibantu secara

langsung dari awal oleh guru.

(Jml nilai BSB x 4) + (Jml nilai BSH x 3) + (Jml nilai MB x 2) + (Jml nilai BB x 1)Perolehan

Nilai Akhir = Anak Didik Jumlah Seluruh Indikator = 10

Sedangkan untuk mengetahui keberhasilan kinerja secara klasikal pada setiap siklus tindakan

menggunakan acuan patokan 75% secara klasikal sebagai berikut :

Jumlah anak yang memperoleh nilai bintang ( , & )

% P = X100%

Total banyaknya anak didik dalam kelas (B2)

Page 44: Proposal Penelitian PTK 3

P = Perolehan nilai klasikal

Jika : Hasil hitungan berada pada persentase 95% - 100% = BSB

Hasil hitungan berada pada persentase 85% - 94% = BSH

Hasil hitungan berada pada persentase 75% - 84% = MB

Hasil hitungan berada pada persentase di bawah 75% = BB

Lampiran 4.

RENCANA KEGIATAN HARIAN (RKH)

Meningkatkan Kecerdasan Visual-Spasial AnakMelalui Pemanfaatan Bahan Limbah Anorganik

Pada Anak Kelompok B2 Di RA/TK Al-Mu’mininKecamatan Kambu Kota Kendari

Kelompok : Kelompok B2

Semester : II

Tema / Sub Tema : Lingkungan / Peralatan Dalam Rumah

Bidang Pengembangan : Motorik Halus

Tingkat Pencapaian Perkembangan : Melakukan Eksplorasi dengan Berbagai Media dan

Kegiatan

Capaian Perkembangan : Bereksplorasi dengan Berbagai Media

: Membuat Mainan dengan Teknik Melipat,

Menggunting dan Menempel.

Page 45: Proposal Penelitian PTK 3

Hari / Tanggal : …………………………………… 2012

Waktu : ± 60 Menit

I.       Tujuan

A.     Tujuan Umum

Anak dengan kecerdasan visual-spasialnya dapat memanfaatkan bahan limbah anorganik yang

terbuat dari plastik yang banyak berserakan di lingkungan sekitarnya.

B.     Tujuan Khusus

Anak dapat atau mampu mengembangkan kecerdasan visual-spasialnya untuk membuat bentuk

kursi, meja, dan mata angin mainan dengan memanfaatkan limbah plastik.

II. Materi, Media, Sumber Data, dan Metode

a.       Materi : Meningkatkan Kecerdasan Visual-Spasial Anak

b.      Media : Bahan Limbah Anorganik(aqua gelas, teh gelas, juice gelas, dan

lain sejenisnya.

c.       Sumber Data : Kurikulum berdasarkan Permen 58 Tahun 2009 tentang

Standar Pendidikan Anak Usia Dini

d.      Metode : Penugasan dan Hasil Karya

III. Kegiatan Pembelajaran

  Pendahuluan (± 10 Menit)

Page 46: Proposal Penelitian PTK 3

1.      Guru membimbing anak untuk berdo’a sebelum belajar, bernyanyi dan mengucapkan salam.

2.      Guru memberi penjelasan sambil bercerita tentang macam-macam peralatan dalam rumah,

memperlihatkan dan memperagakan serta memberi contoh-contoh konkrit bagaimana mengolah

bahan limbah anorganik menjadi suatu hasil karya sesuai indikator yang dinilai dan

menghubungkan materi pembelajaran (tema dan sub tema) dengan tindakan penelitian.

  Kegiatan Inti (± 40 Menit)

1.      Anak mendengarkan penjelasan guru dan perhatian tertuju pada proses pembelajaran.

2.      Guru menjelaskan jenis dan fungsi alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan

menggunting, mebuat pola-pola bentuk kursi, meja, dan mata angin.

3.      Guru mengajak, mengarahkan dan memotivasi anak untuk bermain sambil belajar membuat

sesuatu dengan memperlihatkan atau memperagakan bagaimana mempergunakan alat (gunting)

dan bahan-bahan limbah plastik yang telah dipersiapkan dengan hati-hati dan benar untuk

membuat sesuatu (kursi, meja dan mata angin).

4.      Membelajarkan, memotivasi, dan membimbing/menuntun anak bagaimana menggunting secara

hati-hati dengan menggunkan gunting agar hasil guntingan juga baik (menggunting lurus,

membelokan guntingan, menggunting dari arah berlawanan, menggunting dengan irisan kecil-

kecil, memegang bahan-bahan limbah seperti kertas, karton, plastik lalu mengguntingnya, dan

sebagainya).

5.      Guru mengajak dan meminta anak untuk memperhatikan guru mengerjakan atau membuat

bentuk kursi, meja, dan mata angin dari bahan limbah plastik hingga selesai menjadi hasil karya.

6.      Guru mengajak, memotivasi, dan meminta anak untuk melakukanya sendiri seperti contoh dan

cara yang telah diperlihatkan guru.

Page 47: Proposal Penelitian PTK 3

7.      Dua orang guru keliling ruangan mengamati dan memperhatikan aktifitas anak-anak untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan (karena anak memengang gunting dalam bermain

sambil belajar) dan membantu anak yang mengalami kesulitan.

8.      Guru terus berkeliling kelas, menyantuni anak, memberikan bantuan seperlunya, menanggapi

permintaan dan pertanyaan-pertanyaan anak, memotivasi dan menstimulasi kecerdasan visual-

spasial anak dalam memberdayakan alat dan bahan-bahan limbah anorganik untuk membuat

sesuatu, hingga waktu istrahat tiba.

9.      Guru mengajak, mengarahkan dan meminta, anak untuk membersikan diri, duduk tertib, lalu

berdoa, kemudian menikmati bekalnya.

10.  Guru mengajak dan mengarahkan anak untuk istrahat dan bermain bebas diluar kelas.

  Kegiatan Penutup (± 10 Menit)

1.      Guru mendiskusikan kegiatan anak yang telah dilaksanakan seharian.

2.      Guru membimbing anak untuk bernyanyi, berdoa pulang, dan ucapkan salam.

IV. Kegiatan Evaluasi

a.       Pelaksanaan evaluasi dilakukan dalam proses pembelajaran.

b.      Alat Evaluasi :

= (BSB) Berkembang Sangat Baik, jika anak mampu menunjukkan

kecerdasan visual-spasial sesuai tagihan indikator tanpa

bantuan guru.

= (BSH) Berkembang Sesuai Harapan, jika anak menunjukkan

kecerdasan visual-spasial sesuai tagihan indikator

Page 48: Proposal Penelitian PTK 3

namun terkadang masih harus diberikan bimbingan

dan bantuan guru.

= (MB) Mulai Berkembang, yakni jika anak telah mampu

menampakkan kecerdasan visual-spasial sesuai

tagihan indikator namun masih sering dibimbing dan

dibantu langsung oleh guru.

= (BB) Belum Berkembang, yakni jika anak belum

menampakkan kecerdasan visual-spasial sesuai

tagihan indikator pencapaian perkembangan

kecerdasan visual-spasial karena dalam

melakukannya harus selalu dibimbing dan dibantu

secara langsung dari awal oleh guru.

Perolehan (Jml nilai BSB x 4) + (Jml nilai BSH x 3) + (Jml nilai MB x 2) + (Jml nilai BB x 1)

Nilai Akhir =

Anak Didik Jumlah Seluruh Indikator = 10

c.       Hasil evaluasi tercantum pada format penilaian.

Kendari,

Page 49: Proposal Penelitian PTK 3

                          Guru Kelompok B2 Peneliti