analisis pengaruh keadilan kompensasi, peran kepemimpinan, dan ...
PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH KEPEMIMPINAN, KOMPENSASI ... · PDF file1 proposal penelitian...
Transcript of PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH KEPEMIMPINAN, KOMPENSASI ... · PDF file1 proposal penelitian...
1
PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH KEPEMIMPINAN, KOMPENSASI FINANSIAL, PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA HOTEL KUTA PARADISO
DI KUTA, BADUNG
OLEH :
NAMA : NI LUH AYU IDA LESTARI NPM : 09.32.122.025 JURUSAN : MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR 2012
2
A. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi ini persaingan bisnis menjadi sangat tajam,
baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional (global).
Persaingan terjadi hampir pada semua bidang bisnis termasuk bidang
pariwisata. Pulau Bali merupakan salah satu destinasi wisata yang terkenal.
Daerah Bali yang ditetapkan sebagai pusat pengembangan pariwisata di
Indonesia bagian tengah merupakan daerah wisata terkenal dengan
keramahtamahan penduduknya, adat-istiadatnya, alam flora dan faunanya,
atraksi wisata serta mempunyai ciri-ciri khas tersendiri.
Pembangunan kepariwisataan ditujukan untuk mengembangkan dan
mendayagunakan berbagai potensi kepariwisataan nasional, memberikan nilai
tambah ekonomi atas kepemilikan aset masyarakat setempat secara adil,
memperkaya kebudayaan nasional, melalui pembangunan prasarana dan
sarana kepariwisataan, pengembangan objek dan daya tarik wisata,
peningkatan pemasaran dan promosi. Berkembang pesatnya industri
pariwisata di daerah Bali, menuntut penyediaan akomodasi hotel sebagai
salah satu komponen penting. Perkembangan dunia usaha khususnya industri
perhotelan di Bali, dewasa ini dirasakan semakin maju dan pesat yang
membawa dampak persaingan yang semakin tajam.
Jumlah hotel melati dan hotel berbintang masing-masing Kabupaten
dan Kota di Bali tahun 2011, disajikan seperti pada Tabel 1 berikut.
3
Tabel 1
Jumlah Hotel Melati dan Berbintang pada Kabupaten dan Kota di Bali
Tahun 2011
Kabupaten/ Kota
Jumlah Hotel Melati
(Unit)
Jumlah Hotel Berbintang
(Unit)
Total Jumlah Hotel (Unit)
Persen-tase (%)
Kabupaten Jembrana Kabupaten Tabanan Kabupaten Badung Kota Denpasar Kabupaten Gianyar Kabupaten Klungkung Kabupaten Bangli Kabupaten Karangasem Kabupaten Buleleng
14 40
155 42 50 10 16 42 38
4
15 68 22 18 2 2
14 10
18 55 223 64 68 12 18 56 48
3,20 9,79 39,68 11,39 12,10 2,14 3,20 9,96 8,54
Jumlah 407 155 562 100 Sumber : PHRI Bali (Tahun 2011).
Dari Tabel 1 dapat diketahui sampai tahun 2011 jumlah hotel di Bali
adalah sebanyak 562 hotel. Jumlah hotel terbanyak ada di Kabupaten Badung
yaitu 223 unit hotel (39,68%) terdiri dari 155 hotel Melati dan 68 hotel
Berbintang, jauh lebih besar dari Kabupaten dan Kota lainnya. Dapat
dikatakan persaingan sangat ketat dalam industri perhotelan di Bali terjadi di
Kabupaten Badung. Sebagai suatu perusahaan yang bergerak di bidang
industri pariwisata tentunya menginginkan agar usahanya berkembang secara
berkesinambungan dan memperoleh laba.
Menjamin kesinambungan perusahaan perlu adanya perpaduan dari
lima faktor produksi yaitu materials, money, methods, machine, man. Sumber
daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu
perusahaan, disamping faktor yang lain seperti modal (Marihot Tua Efendi
4
Hariandja, 2007 : 2). Semakin disadari bahwa dalam suatu perusahaan,
manusia merupakan unsur terpenting sehingga sudah selayaknya karyawan
diperlakukan layak dan adil sesuai dengan apa yang diberikannya kepada
perusahaan, yang dapat berimplikasi kepada timbulnya kepuasan kerja
sehingga mereka dapat melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh dan
penuh tanggung jawab serta memiliki disiplin yang tinggi.
Efektivitas kepemimpinan menjadi hal yang penting bagi tercapainya
tujuan perusahaan, karena kepemimpinan yang efektif dapat memberikan
pengarahan dengan baik terhadap semua pekerjaan dalam mencapai tujuan-
tujuan organisasi. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi
orang-orang lain untuk mencapai tujuan dengan antusias. Ini merupakan
faktor manusiawi yang mengikat sebagai suatu kelompok bersama dan
memotivasi mereka dalam pencapaian tujuan (Supardi dan Syaiful Anwar,
2008 : 66).
Kepemimpinan sangat diperlukan bila suatu organisasi ingin sukses.
Kepemimpinan yang memperoleh respon positif dari karyawan cenderung
akan meningkatkan kepuasan kerja karyawan yang dijadikan sebagai dasar
motivasi eksternal untuk menjaga tujuan-tujuan mereka tetap harmonis
dengan tujuan organisasi.
Menyadari betapa pentingnya peranan tenaga manusia dalam
organisasi dan agar dapat dimanfaatkan seefektif mungkin diperlukan cara-
cara untuk menggerakkan agar manusia mau bekerja dan menggunakan skill
atau keahlian secara maksimal. Salah satu caranya adalah pemberian motivasi
5
dalam bentuk perangsang berupa kompensasi finansial sebagai balas jasa dan
perlakuan yang mereka dapatkan, sebab setiap orang yang bekerja pada suatu
organisasi tidak lepas dari motif keuntungan atau manfaat yang diperoleh dari
bekerja.
Kompensasi finansial adalah semua pendapatan yang berbentuk uang
yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada
perusahaan (Malayu SP. Hasibuan, 2006 : 118). Kewajaran kompensasi
finansial dapat dinilai dan diukur dengan kebutuhan hidup minimum artinya
kompensasi yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan minimum setiap
karyawan melalui pekerjaan dari mana mereka memperoleh penghasilan.
Karyawan menginginkan kompensasi finansial yang mereka persepsikan
sebagai adil dan segaris sehingga terpuaskan sesuai dengan harapan mereka.
Kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang teknologi, telah
mengakibatkan turunnya persentase penggunaan tenaga manusia dalam
bidang industri. Ditemukannya mesin-mesin serta penggunaannya di dalam
proses produksi telah mengurangi fungsi tenaga manusia dalam bekerja.
Penggunaan mesin-mesin dalam proses produksi akan meningkatkan resiko
dan bahaya kerja, untuk itu diperlukan usaha-usaha untuk melindungi
keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dalam menjalankan pekerjaannya.
Ketentuan mengenai keselamatan kerja dan kesehatan kerja diatur dalam
Undang-Undang RI No 3 Tahun 2003 dinyatakan bahwa setiap pekerja atau
buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja, moral, dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan
6
harkat dan martabat serta nilai-nilai agama. Peraturan ini menjelaskan bahwa
dengan sistem produksi yang makin modern sehingga peralatan dan bahan-
bahan yang dipergunakan juga semakin membahayakan, maka menjadi
kewajiban bagi perusahaan untuk menjamin keselamatan kepada karyawan
yang mengalami kecelakaan di dalam menjalankan pekerjaannya. Setiap
organisasi harus tanggap terhadap isu keselamatan. Pertimbangan lain adalah
pada isu kesehatan yang timbul pada lingkungan kerja yang berbahaya.
Pimpinan harus mempertimbangkan faktor keselamatan dan
kesehatan kerja dengan tujuan untuk menghindari ketidakpuasan tenaga kerja.
Karena bagaimanapun juga karyawan yang terpuaskan akan lebih produktif
daripada karyawan yang tidak terpuaskan terhadap pekerjaannya.
Hotel Kuta Paradiso merupakan salah satu usaha penginapan di
Kuta, Badung yang sedang berada dalam persaingan dengan usaha sejenis.
Hotel Kuta Paradiso beralamat di Jalan Kartika Plaza, PO Box 1133, Kuta,
Badung. Jumlah kamar pada Hotel Kuta Paradiso di Kuta, Badung sebanyak
250 unit terdiri dari 5 jenis kamar (Junior Suite Room, Superior King Room,
Deluxe Room, Standard Room, President Suite Room).
Pesatnya perkembangan jumlah akomodasi penginapan di Bali,
disamping krisis ekonomi dalam negeri yang belum pulih memperburuk
kondisi perekonomian membuat kondisi persaingan yang demikian sulit bagi
perusahaan dalam mencapai tujuannya. Dalam situasi seperti ini manajemen
perusahaan diharapkan dapat mempertahankan kelangsungan hidup dan
7
perkembangan perusahaan, salah satu upaya yang dilakukan adalah adanya
perhatian terhadap manajemen sumber daya manusia.
Berkaitan dengan sumber daya manusia, berikut ini pada Tabel 2
disajikan jumlah karyawan pada masing-masing departemen pada Hotel Kuta
Paradiso di Kuta, Badung, tahun 2011. Dalam tabel ini tidak termasuk Top
Management (pimpinan manajemen puncak) yaitu 1 orang General Manager,
1 orang General Manager Secretary dan 1 orang Assistant General Manager,
karena penelitian membahas kepemimpinan.
Tabel 2
Jumlah Karyawan pada Masing-masing Departemen pada Hotel Kuta Paradiso
di Kuta, Badung Tahun 2011
No Departemen Jumlah Karyawan
(Orang) 1 Front Office Department 34
2 Housekeeping Department 82
3 Sales and Marketing Department 11
4 Security Department 20
5 Food and Beverage Department 78
6 Human Resources Development (HRD) Department 4
7 Engineering Department 30
8 Accounting Department 32
Jumlah 291 Sumber : Hotel Kuta Paradiso di Kuta, Badung.
Dari Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa jumlah karyawan yang bekerja
pada Hotel Kuta Paradiso di Kuta, Badung, tahun 2011 adalah sebanyak 291
orang. Jumlah karyawan terbanyak adalah pada House Keeping Department
8
yaitu 82 orang (28,18%) dan jumlah karyawan paling sedikit adalah pada
Human Resources Development (HRD) Department yaitu 4 orang (1,37%).
Penelitian menyatakan bahwa seseorang yang tidak puas akan
pekerjaannya atau yang kurang berkomitmen pada organisasi akan terlihat
menarik diri dari organisasi melalui ketidakhadiran (Robert L. Mathis dan
Jhon H. Jackson, 2006 : 100). Dapat dikatakan secara teoritis kepuasan kerja
karyawan tercermin dari tingkat absensi.
Adapun tingkat absensi karyawan pada Hotel Kuta Paradiso di Kuta,
Badung per bulan tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3
Tingkat Absensi Karyawan pada Hotel Kuta Paradiso
di Kuta, Badung Tahun 2011
No Bulan
Jumlah Karya-
wan (Orang)
Jumlah Hari Kerja (Hari)
Jumlah Hari Kerja
Seha-rusnya (Hari)
Jumlah Hari yang
Hilang (Hari)
Jumlah Hari Kerja Senyatanya
(Hari)
Persen-tase
Absensi (%)
(1) (2) (3) (4) (5)=(3)x (4) (6) (7)=(5)-(6) (8)=(6):(5)
X100% 1 Januari 291 26 7.566 120 7.446 1,59 2 Pebruari 291 24 6.984 104 6.880 1,49 3 Maret 291 26 7.566 112 7.454 1,48 4 April 291 25 7.275 100 7.175 1,37 5 Mei 291 23 6.693 116 6.577 1,73 6 Juni 291 25 7.275 144 7.131 1,98 7 Juli 291 26 7.566 120 7.446 1,59 8 Agustus 291 26 7.566 136 7.430 1,80 9 September 291 25 7.275 100 7.175 1,37
10 Oktober 291 25 7.275 140 7.135 1,92 11 Nopember 291 23 6.693 120 6.573 1,79 12 Desember 291 24 6.984 140 6.844 2,00
Jumlah 298 86.718 1.452 85.266 20,12 Rata-rata 24,83 7.226,50 121,00 7.105,50 1,68
Sumber : Hotel Kuta Paradiso di Kuta, Badung.
9
Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa tingkat absensi karyawan pada Hotel
Kuta Paradiso di Kuta, Badung tahun 2011 berfluktuasi setiap bulan dengan
rata-rata tingkat absensi sebesar 1,68% yang termasuk rendah menunjukkan
kepuasan kerja karyawan adalah tinggi.
Kepuasan kerja adalah suatu perasaan positif tentang pekerjaan
seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya
(Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, 2008 : 107). Faktor-faktor
penyebab kepuasan kerja adalah bekerja pada tempat yang tepat, pembayaran
yang sesuai, organisasi dan manajemen, supervisor dan orang yang berbeda
dalam pekerjaan yang tepat (Veithzal Rivai, 2008 : 479). Menurut ahli
lainnya faktor-faktor yang mendorong kepuasan kerja adalah kerja yang
secara mental menantang, ganjaran yang pantas, kondisi kerja yang
mendukung, dan rekan sekerja yang mendukung (Stephen P. Robbins, 2007 :
149). Tolak ukur tingkat kepuasan yang mutlak tidak ada, karena setiap
individu karyawan berbeda standar kepuasannya.
Berdasarkan hasil observasi, diketahui ketidakpuasan karyawan
dalam bekerja pada Hotel Kuta Paradiso di Kuta, Badung, seperti :
1. Karyawan terlihat malas dalam bekerja karena merasa adanya
ketidaksesuaian antara upah yang diterima dengan tuntutan pekerjaan.
2. Ketidakpuasan karyawan terlihat dari kurangnya motivasi untuk lebih
meningkatkan kinerja yang disebabkan oleh rendahnya penghargaan
finansial yang diberikan atas prestasi kerja karyawan.
10
3. Karyawan cenderung tidak mau membantu rekannya yang mengalami
kesulitan dalam pekerjaannya karena menganggap tidak ada keuntungan
yang didapat, padahal jika mau membantu sangat erat kaitannya dengan
keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan.
4. Karyawan sering lamban dalam bekerja karena kurang puas mengerjakan
tugas yang bukan tanggung jawabnya dimana tidak sesuai
kemampuannya.
Perusahaan sebaiknya tetap melaksanakan perbaikan-perbaikan sehingga
lebih meningkatkan kepuasan kerja karyawan, khususnya kepemimpinan,
kompensasi finansial, program keselamatan dan kesehatan kerja dalam usaha
lebih menekan tingkat absensi serendah mungkin tanpa mengabaikan hak-hak
karyawan terutama dalam kenyamanan bekerja.
Kepemimpinan pada Hotel Kuta Paradiso di Kuta, Badung dapat
dijelaskan sebagai berikut : gaya kepemimpinan dapat dikatakan berpola
mementingkan pelaksanaan hubungan kerja sama yang harmonis antara
atasan dengan bawahan dan bawahan dengan rekan sekerja sehingga dapat
menciptakan lingkungan kerja yang kondusif. Gaya kepemimpinan yang
diterapkan adalah kepemimpinan demokratis yaitu menempatkan karyawan
sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap departemen dan organisasi.
Berdasarkan kenyataan yang terjadi, dapat dijelaskan beberapa
masalah yang terjadi berkaitan dengan kepemimpinan pada Hotel Kuta
Paradiso di Kuta, Badung adalah :
11
1. Sulitnya menerapkan profesionalisme dalam kepemimpinan, terutama
ketegasan dalam pemberian tugas terhadap karyawan yang memiliki
keahlian lebih dan karyawan yang lebih senior. Hal ini menunjukkan
kepemimpinan belum efektif dalam mengarahkan karyawan bekerja
sehingga hasil yang dicapai tidak sesuai harapan.
2. Walaupun secara umum gaya kepemimpinan demokratis menumbuhkan
rasa kekeluargaan antara karyawan, namun dalam praktek sulit untuk
hanya menerapkan gaya kepemimpinan demokratis. Ada saatnya
karyawan membutuhkan sikap keras dari pimpinan (otokratis) sesuai
dengan kondisi dan situasi yang dibutuhkan terutama pada saat kinerja
bawahan kurang maksimal yang disebabkan karena sering menunda
pekerjaan dan kurang memahami pekerjaan yang dilakukan.
3. Adanya perlakuan yang berbeda terhadap beberapa karyawan dari atasan
menyebabkan sulitnya membangunan kredibilitas dan kepercayaan
karyawan terhadap atasan.
4. Karyawan jarang menerima pujian dari atasannya atas prestasi kerjanya
sehingga karyawan kurang termotivasi untuk bekerja lebih keras lagi.
5. Besarnya tanggung jawab yang harus dipikul atas beban kerja berlebihan
yang diberikan oleh atasan namun tidak disertai wewenang dalam
membuat keputusan. Hal ini dapat dilihat dari terlalu banyaknya
pekerjaan, sedikitnya waktu yang tersedia dan campur tangan atasan
yang berlebihan sampai ke aspek teknis pekerjaan sehingga berdampak
pada menurunnya kualitas kerja.
12
6. Pimpinan kurang cepat menyelesaikan permasalahan yang ada di
lingkungan departemennya, akibatnya karyawan harus menunggu
sehingga hasil yang dicapai tidak sesuai dengan target yang
direncanakan.
Selain adanya perhatian terhadap kepemimpinan, dalam usaha
meningkatkan kepuasan kerja karyawan maka Hotel Kuta Paradiso di Kuta,
Badung juga memberikan perhatian terhadap kompensasi finansial bagi
karyawan. Kompensasi finansial yang diberikan kepada karyawan terdiri dari
gaji, tunjangan makan, tunjangan transport, tunjangan hari raya dan uang
servis.
Jumlah kompensasi finansial yang diberikan kepada karyawan pada
Hotel Kuta Paradiso di Kuta, Badung tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 4
berikut.
Tabel 4
Jumlah Kompensasi Finansial yang Diberikan Kepada Karyawan pada Hotel Kuta Paradiso
di Kuta, Badung Tahun 2011
No Bulan Gaji Pokok (Rp.)
Tunjangan Transport
(Rp.)
Tunjangan Makan (Rp.)
THR (Rp.)
Uang Servis (Rp.)
Jumlah (Rp)
1 Januari 204.450.000 59.568.000 89.352.000 83.250.000 90.736.500 527.356.500 2 Pebruari 204.450.000 55.040.000 82.560.000 - 92.027.400 434.077.400 3 Maret 204.450.000 59.632.000 89.448.000 - 98.146.800 451.676.800 4 April 204.450.000 57.400.000 86.100.000 - 98.228.400 446.178.400 5 Mei 204.450.000 52.616.000 78.924.000 10.300.000 103.369.200 449.659.200 6 Juni 204.450.000 57.048.000 85.572.000 - 97.892.700 444.962.700 7 Juli 204.450.000 59.568.000 89.352.000 83.250.000 112.664.700 549.284.700 8 Agustus 204.450.000 59.440.000 89.160.000 43.200.000 108.679.200 504.929.200 9 September 204.450.000 57.400.000 86.100.000 - 112.666.500 460.616.500
10 Oktober 204.450.000 57.080.000 85.620.000 - 113.417.100 460.567.100 11 Nopember 204.450.000 52.584.000 78.876.000 - 105.376.500 441.286.500 12 Desember 204.450.000 54.752.000 82.128.000 52.600.000 120.467.400 514.397.400
Jumlah 2.453.400.000 682.128.000 1.023.192.000 272.600.000 1.253.672.400 5.684.992.400 Rata-rata 204.450.000 56.844.000 85.266.000 22.716.667 104.472.700 473.749.367
Sumber : Hotel Kuta Paradiso di Kuta, Badung.
13
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah kompensasi finansial yang
diberikan kepada karyawan setiap bulannya cenderung berfluktuasi. Hal ini
terjadi karena dipengaruhi oleh jumlah absensi karyawan tiap bulannya dan
berbedanya uang servis yang diberikan perusahaan. Uang servis merupakan
salah satu jenis kompensasi finansial yang diberikan perusahaan untuk
karyawan yang didapat dari 5% laba kotor setiap bulan, dimana jumlah yang
diterima masing-masing karyawan berbeda sesuai dengan departemen dan
jabatannya.
Hotel Kuta Paradiso di Kuta, Badung menerapkan kebijakan sistem
gaji bulanan yang besarnya disesuaikan dengan jabatan karyawan.
Berbedanya tunjangan transport dan tunjangan makan disebabkan oleh sistem
pembayaran yang digunakan per-hari kerja dimana masing-masing diberikan
sebesar Rp.8.000,- dan Rp.12.000,- sehingga jumlah tunjangan transport dan
tunjangan makan sesuai dengan jumlah hari kerja karyawan yang senyatanya.
Tunjangan hari raya diberikan sebesar satu kali gaji setiap tahun. Bagi 178
orang karyawan Hindu, tunjangan hari raya diberikan 2 kali pada bulan
Januari dan Juli menjelang Galungan masing-masing sebesar setengah kali
gaji. Tunjangan hari raya bagi 11 orang karyawan Buda diberikan pada bulan
Mei menjelang Waisak sebesar satu kali gaji, bagi 46 orang karyawan Islam :
diberikan pada bulan Agustus menjelang Lebaran, sedangkan 56 orang
karyawan Kristen menerima tunjangan hari raya pada bulan Desember
menjelang Natal.
14
Meskipun telah diberikan kompensasi finansial, masih ditemui
keluhan-keluhan karyawan yaitu :
1. Pemberian kompensasi finansial sering tidak tepat waktu, terlambat 1
atau 2 hari dari waktu yang ditetapkan, misalnya bulan Maret, Juni dan
Oktober 2011.
2. Karyawan merasa kurang puas dengan tunjangan transport yang
diberikan sebesar Rp.8.000,- per hari kerja dan menginginkan
peningkatan sebesar Rp.10.000,- per hari kerja, karena sebagian besar
jarak tempuh karyawan menuju tempat kerja cukup jauh, yaitu dari
Denpasar, Gianyar dan Tabanan.
3. Adanya ketidaksesuaian antara harapan dengan uang servis yang diterima
karyawan. Hal ini timbul karena kurangnya informasi bagian keuangan
kepada karyawan berkaitan dengan laporan keuangan perusahaan
terutama mengenai laba bersih usaha.
4. Uang servis diberikan tidak merata bagi karyawan yang disesuaikan
dengan departemen dan jabatannya. Departemen dimana karyawannya
berhadapan langsung dengan wisatawan mendapatkan uang servis lebih
besar dibandingkan departemen lain.
Program keselamatan dan kesehatan kerja yang telah dilaksanakan
pada Hotel Kuta Paradiso di Kuta, Badung dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Program Keselamatan Kerja
a. Menyediakan alat-alat pengamanan untuk melindungi karyawan
pada saat bekerja, seperti alat pemadam kebakaran dan tangga
15
darurat serta kamera (CCTV) tersembunyi untuk mengetahui
kejadian-kejadian janggal yang terjadi di perusahaan.
b. Pemeriksaan perlengkapan dan peralatan sebelum karyawan bekerja.
c. Peralatan dan fasilitas teknik (mechanical electrical) seperti
komputer, genzet, lift, pipa air dan kabel dirawat agar tidak rusak dan
menghindari dari gangguan.
d. Tersedianya fasilitas P3K yang bertujuan untuk mempermudah
karyawan yang memerlukan pengobatan jika terjadi kecelakaan
ringan di tempat kerja.
2. Program Kesehatan Kerja
a. Adanya jaminan asuransi kesehatan kerja untuk karyawan yang
membuat mereka merasa tenang dan nyaman dalam melakukan
pekerjaan.
b. Semua karyawan diberikan asuransi kesehatan dimana pihak
perusahaan telah melakukan kerjasama dengan beberapa rumah sakit
dan karyawan pun dapat mengunjungi rumah sakit tersebut bila
terjadi keluhan terhadap kesehatan.
Beberapa keluhan karyawan berkaitan dengan program keselamatan
dan kesehatan kerja pada Hotel Kuta Paradiso di Kuta, Badung, seperti :
1. Kurang memadainya alat-alat pengamanan yang disediakan oleh
perusahaan untuk melindungi karyawan jika terjadi kecelakaan kerja
seperti alat pemadam kebakaran dan kamera (CCTV) yang tidak
berfungsi baik sehingga kurang menjamin keselamatan karyawan.
16
2. Kondisi beberapa peralatan dan fasilitas teknik yang kurang aman,
seperti pipa air yang bocor, kabel yang rusak dan penempatannya yang
tidak teratur sehingga dapat membahayakan karyawan.
3. Tidak diberikan pemeriksaan kesehatan awal dan berkala bagi setiap
karyawan padahal sudah merupakan aturan setiap perusahaan harus
menyediakan itu. Hal ini menyebabkan karyawan tidak dapat
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik jika terganggu kesehatannya.
4. Ruang kesehatan yang kurang memadai dan dokter yang tidak selalu ada
siap setiap saat sehingga jika karyawan mengalami gangguan kesehatan
pada saat kerja maka karyawan dibantu rekannya harus memeriksa
sendiri masalah kesehatannya ke klinik atau rumah sakit.
Adanya beberapa masalah berkaitan dengan kepemimpinan,
kompensasi finansial, program keselamatan dan kesehatan kerja, maka sangat
menarik diteliti lebih jauh pengaruh kepemimpinan, kompensasi finansial,
program keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan
pada Hotel Kuta Paradiso di Kuta, Badung.
B. Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah kepemimpinan, kompensasi finansial, program keselamatan dan
kesehatan kerja mempunyai pengaruh secara simultan terhadap kepuasan
kerja karyawan pada Hotel Kuta Paradiso di Kuta, Badung?
17
2. Apakah kepemimpinan, kompensasi finansial, program keselamatan dan
kesehatan kerja mempunyai pengaruh secara parsial terhadap kepuasan
kerja karyawan pada Hotel Kuta Paradiso di Kuta, Badung?
3. Diantara variabel kepemimpinan, kompensasi finansial, program
keselamatan dan kesehatan kerja yang manakah berpengaruh dominan
terhadap kepuasan kerja karyawan pada Hotel Kuta Paradiso di Kuta,
Badung?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara kepemimpinan,
kompensasi finansial, program keselamatan dan kesehatan kerja
terhadap kepuasan kerja karyawan pada Hotel Kuta Paradiso di
Kuta, Badung.
b. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara kepemimpinan,
kompensasi finansial, program keselamatan dan kesehatan kerja
terhadap kepuasan kerja karyawan pada Hotel Kuta Paradiso di
Kuta, Badung.
c. Untuk mengetahui variabel mana diantara kepemimpinan,
kompensasi finansial, program keselamatan dan kesehatan kerja
yang berpengaruh dominan terhadap kepuasan kerja karyawan pada
Hotel Kuta Paradiso di Kuta, Badung.
18
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Mahasiswa
1) Penelitian ini merupakan kesempatan yang baik untuk
mengaplikasikan teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan
kenyataan pada perusahaan
2) Sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar Sarjana
Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Warmadewa Denpasar.
b. Bagi Hotel Kuta Paradiso di Kuta, Badung
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
perusahaan dalam menetapkan kebijakan dalam bidang manajemen
sumber daya manusia khususnya kepemimpinan, kompensasi
finansial, program keselamatan dan kesehatan kerja dalam
meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
c. Bagi Fakultas/Universitas
Penelitian ini digunakan sebagai tambahan referensi bacaan
perpustakaan di Fakultas/Universitas sehingga dapat dipergunakan
untuk penelitian sejenis lebih lanjut.
19
D. Tinjauan Pustaka
1. Landasan Teori
a. Manajemen Sumber Daya Manusia
1) Pengertian Manajemen
Manajemen adalah seperangkat kegiatan-kegiatan yang
mencakup pengkoordinasian, pengintegrasian dan penggunaan
sumber-sumber daya guna mencapai tujuan organisasi melalui
manusia-manusia, teknik-teknik, berbagai informasi dalam suatu
struktur organisasi (Justine T. Sirait, 2008 : 2).
Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan
pengontrolan terutama human resources untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu. (M. Manullang,
2008 : 2).
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu
(Malayu S.P. Hasibuan, 2008 : 2).
Dari pendapat para ahli tersebut dapat dikatakan
manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, pengarahan dan pengawasan melalui
pendayagunaan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
20
2) Pengertian Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor
yang sangat penting dalam suatu perusahaan, disamping faktor
yang lain seperti modal. Oleh karena itu, sumber daya manusia
harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi organisasi, sebagai salah satu fungsi dalam perusahaan
(Marihot Tua Efendi Hariandja, 2007 : 2).
Sumber daya manusia adalah segala potensi yang ada
pada manusia baik berupa akal pikiran, tenaga, keterampilan,
emosi dan sebagainya yang dapat digunakan baik untuk dirinya
sendiri maupun untuk perusahaan (Ahmad Tohardi, 2006 : 12).
H. Hadari Nawawi (2005 : 40) menyebutkan tiga
pengertian mengenai sumber daya manusia, yaitu :
a) Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja di
lingkungan suatu organisasi (disebut juga personil, tenaga
kerja, pekerja atau karyawan).
b) Sumber Daya Manusia adalah potensi manusiawi sebagai
penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya.
c) Sumber Daya Manusia (SDM) adalah potensi yang
merupakan aset yang berfungsi sebagai modal (non
material/non finansial) didalam organisasi bisnis yang dapat
diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan
non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi.
21
Dari pendapat para ahli tersebut dapat dikatakan
sumber daya manusia (disebut juga personil, tenaga kerja,
pekerja atau karyawan) adalah seseorang atau sekumpulan orang
yang bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerjanya pada
suatu badan atau organisasi.
3) Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia adalah rancangan
sistem formal organisasi untuk memastikan penggunaan bakat
manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan
organisasi (Sedarmayanti, 2007 : 25).
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
atas pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud
untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan secara
terpadu (Husein Umar, 2009 : 3).
Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni
mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan
efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan,
dan masyarakat (Malayu SP. Hasibuan, 2008 : 10).
Dari beberapa pendapat ahli dapat dikatakan
manajemen sumber daya manusia adalah rancangan sistem
formal organisasi yang khusus berhubungan dengan bidang
22
personalia dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi
tenaga kerja untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan
secara terpadu.
4) Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Justine T. Sirait (2008 : 5-7) menyebutkan fungsi
manajemen sumber daya manusia dikelompokkan menjadi 2
(dua) yaitu :
a) Fungsi-fungsi manajemen, terdiri dari :
(1) Perencanaan
Perencanaan berarti menetapkan terlebih dahulu
program-program kepegawaian yang dapat memberi
andil terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
oleh organisasi.
(2) Pengorganisasian
Pengorganisasian berarti membentuk satu organisasi
dengan cara merancang struktur yang menggambarkan
hubungan antar tugas-tugas, antara pegawai, dan antar
faktor-faktor fisik.
(3) Pengarahan
Secara logis, langkah berikutnya adalah pengoperasian,
artinya mengerjakan sesuatu yang telah direncanakan.
Namun, hal ini harus didahului oleh proses pengarahan
atau pemberian motivasi atau pemberian komando agar
23
pegawai mulai bekerja. Fungsi ini akan menumbuhkan
kemauan pegawai untuk mulai bekerja secara efektif.
(4) Pengendalian
Kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan dalam proses
pengendalian berupa observasi terhadap kegiatan-
kegiatan dengan perencanaan. Di samping itu, juga
melakukan koreksi-koreksi terhadap penyimpangan
yang terjadi selama rencana sedang dilaksanakan.
b) Fungsi-fungsi operasional, terdiri dari :
(1) Penarikan pegawai
Penarikan pegawai berkaitan dengan masalah untuk
memperoleh pegawai yang baik dalam jenis dan jumlah
maupun waktunya yang tepat, sehingga dapat
melaksanakan usaha pencapaian tujuan organisasi
dengan baik. Kegiatan-kegiatan ini mencakup :
(a) Penarikan (recruitment)
(b) Pemilihan (selection)
(c) Penempatan (placement).
(2) Pengembangan
Pengembangan adalah berbagai kegiatan yang
berkenaan dengan peningkatan keterampilan melalui
berbagai latihan, yang sangat penting dilakukan untuk
dapat menampilkan cara kerja yang memadai.
24
(3) Pemberian imbalan
Fungsi ini didefinisikan sebagai usaha untuk memberi
balas jasa bagi karyawan yang telah menyumbangkan
waktu dan tenaganya bagi tujuan organisasi.
(4) Integrasi
Integrasi berkaitan dengan usaha untuk menghasilkan
situasi di mana terjadi penyesuaian/pencocokan antara
kepentingan yang bersifat individual, organisasi
maupun kemasyarakatan.
(5) Pemeliharaan
Merupakan sesuatu hal yang berkenaan dengan usaha
agar para pegawai dapat bekerja dengan baik dengan
cara menjaga kesehatan mental maupun fisik.
(6) Pemutusan hubungan kerja
Jika pada awal organisasi menarik pegawai kerja dari
masyarakat, pada suatu saat tertentu organisasi juga
akan mengembalikan pegawai tersebut ke masyarakat.
Perlu diatur bagaimana sebaiknya suatu proses
pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh organisasi
sehingga tidak mempunyai dampak yang negatif, baik
bagi individu, organisasi maupun bagi masyarakat.
25
b. Kepemimpinan
1) Pengertian Pemimpin
Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai
kekuasaan untuk mempengaruhi perilaku orang lain (Miftah
Thoha, 2007 : 4).
Pemimpin adalah orang yang membina dan
menggerakkan seseorang atau sekelompok orang lain agar
mereka bersedia, komitmen, dan setia melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya di dalam mencapai tujuan perusahaan yang
telah ditetapkan sebelumnya (I G. N. Gorda, 2007 : 151).
Pemimpin adalah orang yang mampu mempengaruhi
orang lain dan yang memiliki otoritas manajerial (Stephen P.
Robbins dan Mary Coulter, 2004 : 494).
Dari pendapat para ahli maka dapat dikatakan
pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kekuasaan untuk
mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang yang
memiliki otoritas manajerial dengan aturan sehingga mereka
bersedia, komitmen, dan setia melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya.
2) Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah suatu proses penggunaan
pengaruh positif terhadap orang lain untuk melakukan usaha
26
lebih banyak dalam sejumlah tugas atau mengubah perilakunya
(Kenneth N. Wexley dan Gary A. Yukl, 2005 : 189).
Kepemimpinan (leadership) adalah sifat atau karakter,
atau cara seseorang di dalam upaya membina dan menggerakkan
seseorang atau sekelompok orang agar mereka bersedia,
komitmen, dan setia melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya
untuk mewujudkan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan
sebelumnya (I G. N. Gorda, 2007 : 151).
Kepemimpinan kadangkala diartikan sebagai pelaksana
otoritas dan pembuatan keputusan. Kepemimpinan diartikan
juga suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu
pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari
suatu persoalan bersama. Lebih jauh dirumuskan bahwa
kepemimpinan itu adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-
orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi (Miftah
Thoha, 2007 : 5).
Dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat dikatakan
kepemimpinan adalah sifat atau kartakter, atau kegiatan atasan
atau pimpinan untuk mempengaruhi perilaku sekelompok
karyawan secara positif, membimbing dan mengarahkannya
agar bekerja dengan lancar sehingga tujuan perusahaan dapat
tercapai.
27
3) Pentingnya Kepemimpinan
Menurut Supardi dan Syaiful Anwar (2008 : 66)
pentingnya kepemimpinan dapat disebutkan adalah :
a) Kepemimpinan akan memberikan pengarahan pekerja
dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi
Tanpa kepemimpinan, hubungan antara tujuan perseorangan
dan tujuan organisasi mungkin menjadi renggang (lemah).
Keadaan ini berdampak pada situasi dimana seorang bekerja
untuk mencapai tujuan pribadinya, sementara itu
keseluruhan organisasi menjadi tidak efisien dalam
pencapaian sasaran.
b) Kepemimpinan akan memotivasi pekerja dalam mencapai
tujuan-tujuan organisasi dengan antusias
Tanpa kepemimpinan, suatu organisasi adalah kumpulan
orang-orang dan mesin-mesin yang tidak teratur. Kegiatan-
kegiatan manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian
dan pengambilan keputusan merupakan kepompong yang
tidak aktif sampai pemimpin bertindak menghidupkan
motivasi setiap pekerja dan mengarahkan mereka mencapai
tujuan dengan antusias.
Dengan demikian dapat dikatakan kepemimpinan sangat
diperlukan bila suatu organisasi ingin sukses. Terlebih lagi
pekerja-pekerja yang baik selalu ingin tahu bagaimana mereka
28
dapat menyumbang dalam pencapaian tujuan organisasi dan
paling tidak gairah para pekerja memerlukan kepemimpinan
sebagai dasar motivasi eksternal untuk menjaga tujuan-tujuan
mereka tetap harmonis dengan tujuan organisasi.
4) Fungsi Kepemimpinan
Supardi dan Syaiful Anwar (2008 : 66) menyebutkan
fungsi kepemimpinan dalam hubungannya dengan peningkatan
aktivitas dan efisiensi perusahaan, yaitu :
a) Fungsi kepemimpinan sebagai inovator
Sebagai inovator, pemimpin mampu mengadakan berbagai
inovasi-inovasi baik yang menyangkut pengembangan
produk, sistem manajemen yang efektif dan efisien, maupun
di bidang konseptual yang keseluruhannya dilaksanakan
dalam upaya mempertahankan dan atau meningkatkan
kinerja perusahaan.
b) Fungsi kepemimpinan sebagai komunikator
Sebagai komunikator, maka pimpinan harus :
(1) Mampu menyampaikan maksud dan tujuan dari
kepemimpinan yang dilakukannya secara baik kepada
seseorang dan atau sekelompok karyawan sehingga
timbul pengertian di kalangan mereka.
29
(2) Pemimpin harus mampu memahami, mengerti dan
mengambil intisari pembicaraan-pembicaraan orang
lain.
c) Fungsi kepemimpinan sebagai motivator
Sebagai motivator, pemimpin merumuskan dan
melaksanakan berbagai kebijaksanaan yang mengarah
kepada upaya mendorong karyawan untuk melaksanakan
sesuatu kegiatan tertentu sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya.
d) Fungsi kepemimpinan sebagai kontroler
Sebagai kontroler (pengendali), pemimpin melaksanakan
fungsi pengawasan terhadap berbagai aktivitas perusahaan
agar terhindar dari penyimpangan baik terhadap pemakaian
sumber daya maupun di dalam pelaksanaan rencana dan
atau program kerja perusahaan sehingga pencapaian tujuan
menjadi efektif dan efisien.
5) Kekuasaan Kepemimpinan
Dasar utama membuat segala sesuatu dapat diwujudkan
melalui kepemimpinan yang efektif adalah terletak pada cara
seorang pemimpin menggunakan kekuasaan untuk
mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang.
Kekuasaan (power) adalah kemampuan seorang pemimpin
membuat segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendak
30
pemimpin sendiri. Menurut I G. N. Gorda (2007 : 154) lima
sumber kekuasaan adalah sebagai berikut :
a) Kekuasaan penghargaan (reward power) adalah
kemampuan untuk mempengaruhi melalui penghargaan.
Kekuasaaan tersebut berupa kemampuan untuk
menawarkan sesuatu yang mempunyai nilai positif dan
sebagai sarana untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
b) Kekuasaan paksaan (qoersive power) adalah kemampuan
untuk mempengaruhi melalui ancaman hukuman.
Kekuasaan ini merupakan kemampuan untuk menghukum
atau tidak memberikan hasil-hasil positif sebagai salah satu
cara mempengaruhi perilaku orang lain.
c) Kekuasaan sah (legitimate power) adalah kemampuan untuk
mempengaruhi melalui otoritas, yaitu hak berdasarkan
posisi atau status organisasional untuk melaksanakan
kontrol atas orang-orang dalam posisi bawahan.
d) Kekuasaan keahlian (expert power) adalah kemampuan
untuk mempengaruhi perilaku orang lain yang disebabkan
oleh pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan seseorang.
Keahlian diperoleh dari kepemilikan kemahiran teknis atau
informasi yang berhubungan dengan permasalahan yang
dihadapi.
31
e) Kekuasaan rujukan (referent power) adalah kemampuan
untuk mempengaruhi perilaku orang lain sebab mereka
mengagumi seorang pemimpin dan ingin diidentifikasi
secara positif dengan pemimpin yang bersangkutan.
Referensi merupakan kekuasaan yang diperoleh dari daya
tarik kharisma atau daya tarik interpersonal.
6) Tipe Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara pemimpin untuk
mempengaruhi bawahannya. Secara relatif ada tiga tipe gaya
kepemimpinan yang berbeda, yaitu otokratis, demokratis atau
partisipatif dan laissez-faire, yang semuanya pasti mempunyai
kelemahan-kelemahan dan kelebihan. Supardi dan Syaiful
Anwar (2008 : 76) menyebutkan ketiga tipe gaya kepemimpinan
tersebut dijelaskan sebagai berikut :
a) Otokratis
(1) Semua penentuan kebijakan dilakukan oleh pemimpin.
(2) Teknik-teknik dan langkah-langkah kegiatan didikte
oleh atasan setiap waktu sehingga langkah-langkah
yang akan datang selalu tidak pasti untuk tingkat luas.
(3) Pemimpin biasanya mendikte tugas kerja bagian dan
kerjasama setiap anggota
(4) Pemimpin cenderung menjadi “pribadi” dalam pujian
dan kecamannya terhadap kerja setiap anggota ;
32
mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali
bila menunjukkan keahliannya.
b) Demokratis
(1) Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi
dan keputusan, dengan dorongan dan bantuan dari
pemimpin.
(2) Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah
umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan bila
dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin
menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang
dapat dipilih.
(3) Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang
mereka pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh
kelompok.
(4) Pemimpin adalah obyek atau “fact-minded” dalam
pujian dan kecamannya dan mencoba menjadi seorang
anggota kelompok biasa dalam jiwa dan semangat
tanpa melakukan banyak pekerjaan.
c) Laissez-Faire
(1) Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau
individu, dengan partisipasi minimal dari pemimpin.
(2) Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh
pemimpin yang membuat selalu siap bila dia akan
33
memberikan informasi pada saat ditanya. Dia tidak
mengambil bagian dalam diskusi kerja.
(3) Sama sekali tidak ada partisipasi dari pimpinan dalam
penentuan tugas.
(4) Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap
kegiatan anggota atau pertanyaan dan tidak bermaksud
menilai atau mengatur suatu kejadian-kejadian.
Kebanyakan manajer menggunakan ketiganya pada suatu waktu,
tetapi gaya yang paling sering digunakan akan dapat dipakai
untuk membedakan seorang manajer sebagai pemimpin yang
otokratis, demokratis atau laissez-faire. Kepemimpinan otokratis
lebih banyak menghendaki masalah pemberian perintah kepada
bawahan. Kepemimpinan demokratis cenderung mengikuti
pertukaran pendapat antara orang-orang yang terlibat. Dalam
kepemimpinan laissez-faire, pemimpin memberikan
kepemimpinannya bila diminta.
c. Kompensasi Finansial
1) Pengertian Kompensasi
Kompensasi adalah seluruh balas jasa baik berupa
uang, barang maupun kenikmatan yang diberikan oleh
perusahaan kepada karyawan atas kinerja yang disumbangkan
kepada perusahaan. Kompensasi merupakan kontra prestasi
yang diterima oleh karyawan atas kinerjanya. Bila ditinjau dari
34
sudut pandang karyawan sendiri, maka kompensasi merupakan
hak yang timbul karena karyawan telah memenuhi
kewajibannya. Sedangkan dari sudut pandang perusahaan,
kompensasi merupakan kewajiban atas hak yang telah diterima
dari karyawan (I G. N. Gorda, 2007 : 179).
Kompensasi adalah sesuatu yang diterima karyawan
sebagai balas jasa untuk kerja mereka (Husein Umar, 2009 : 16).
Kompensasi merupakan sesuatu yang diterima karyawan
sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan
(Veithzal Rivai, 2008 : 357).
Dari pendapat para ahli tersebut maka dapat dikatakan
kompensasi adalah balas jasa yang diberikan oleh perusahaan
baik berupa uang, barang maupun kenikmatan kepada para
pekerja yang memberikan kontribusi dalam mewujudkan
tujuannya melalui kegiatan yang disebut bekerja.
2) Jenis-jenis Kompensasi
I G. N. Gorda (2007 : 179) menyebutkan kompensasi
dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :
a) Kompensasi berwujud uang seperti upah atau gaji, bonus,
uang lembur, tunjangan pangan yang dibayar dengan uang.
b) Kompensasi berwujud barang seperti tunjangan pangan
yang dibayar dengan beras, tunjangan lauk-pauk yang
dibayar dengan lauk-pauk, dan sebagainya.
35
c) Kompensasi berwujud kenikmatan seperti penghargaan,
perumahan dengan sewa murah, transportasi dengan sewa
murah, pelayanan kesehatan gratis, dan sebagainya.
Pendapat lain yaitu menurut Veithzal Rivai (2008 :
360-363) menyebutkan komponen-komponen kompensasi
terdiri dari :
a) Gaji
Gaji adalah balas jasa dalam bentuk uang yang diterima
karyawan sebagai konsekuensi dari kedudukannya sebagai
seorang karyawan yang memberikan sumbangan tenaga dan
pikiran dalam mencapai tujuan perusahaan. atau, dapat juga
dikatakan sebagai bayaran tetap yang diterima seorang dari
keanggotaannya dalam sebuah perusahaan.
b) Upah
Upah merupakan imbalan finansial langsung yang
dibayarkan kepada karyawan berdasarkan jam kerja, jumlah
barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan yang
diberikan. Jadi tidak seperti gaji yang jumlahnya relatif
tetap, besarnya upah dapat berubah-ubah tergantung pada
keluaran yang dihasilkan.
c) Insentif
Insentif merupakan imbalan langsung yang dibayarkan
kepada karyawan karena kinerjanya melebihi standar yang
36
ditentukan. Insentif merupakan bentuk lain dari upah
langsung di luar upah dan gaji yang merupakan kompensasi
tetap, yang biasa disebut kompensasi berdasarkan kinerja
(pay for performance plan).
d) Kompensasi tidak langsung (fringe benefit)
Fringe benefit, merupakan kompensasi tambahan yang
diberikan berdasarkan kebijakan perusahaan terhadap
karyawan sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan para
karyawan. Contohnya, seperti : asuransi-asuransi,
tunjangan-tunjangan, uang pensiun dan lain-lain. Dalam
praktiknya kompensasi yang diberikan antara satu
perusahaan dengan perusahaan lain relatif berbeda satu
sama lain.
3) Pengertian Kompensasi Finansial
Kompensasi finansial, sesuatu yang diterima oleh
karyawan dalam bentuk seperti gaji atau upah, bonus, premi,
pengobatan, asuransi, dan lain-lain yang sejenis yan dibayar
oleh organisasi (Husein Umar, 2009 : 16).
Kompensasi finansial adalah penghargaan/ganjaran
dalam bentuk uang yang mencakup upah (wage) dan gaji
(salary) ditambah tunjangan-tunjangan (benefit) (Louis E.
Boone dan David L. Kurtz, 2004 : 327).
37
Kompensasi finansial bagi organisasi atau perusahaan
berarti penghargaan atau ganjaran berupa uang pada para
pekerja yang telah memberikan kontribusi dalam mewujudkan
tujuan perusahaan (H. Hadari Nawawi, 2005 : 315).
Dari pendapat para ahli tersebut maka dapat dikatakan
kompensasi finansial adalah balas jasa yang diterima karyawan
dari perusahaan atas hasil kerjanya berupa uang mencakup upah
(wage) dan gaji (salary) ditambah tunjangan-tunjangan (benefit).
4) Tujuan Pemberian Kompensasi Finansial
I G. N. Gorda (2007 : 180-182) menyebutkan tujuan
dari pemberian kompensasi finansial adalah :
a) Menjamin tumbuhnya rasa keadilan
Pimpinan perusahaan di dalam merumuskan kebijaksanaan
kompensasi finansial untuk karyawan harus diupayakan
seadil-adilnya. Untuk mendekati rasa keadilan tersebut,
pimpinan perusahaan harus mempertimbangkan beberapa
faktor di dalam merumuskan kebijaksanaan kompensasi
finansial seperti ruang lingkup tugas dan tanggung jawab,
tingkat resiko dari pelaksanaan tugas, tingkat keterampilan
dalam melaksanakan tugas, berat-ringannya tugas yang
dipangku, pengalaman melaksanakan tugas di perusahaan,
dan sebagainya.
38
b) Memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas
Sumber daya manusia yang berkualitas tinggi baik aspek
spiritual, intelektual, sosial maupun aspek profesionalnya
adalah mahal, karena mereka menuntut kompensasi
finansial yang cukup tinggi. Oleh sebab itu untuk
memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas,
pimpinan perusahaan dipandang perlu menetapkan
kebijaksanaan kompensasi finansial yang layak sebagai
daya tariknya. Kebijaksanaan kompensasi finansial yang
layak tersebut lebih penting lagi bila dihubungkan dengan
tingkat persaingan yang semakin tinggi di kalangan dunia
bisnis di dalam memperebutkan sumber daya manusia yang
berkualitas.
c) Mempertahankan sumber daya manusia di perusahaan
Dewasa ini persaingan dunia bisnis semakin meningkat dan
ketat yang diwarnai oleh saling bajak-membajak sumber
daya manusia yang berkualitas dengan menjanjikan
kompensasi finansial yang lebih baik dan menarik. Oleh
sebab itu, kebijaksanaan kompensasi finansial yang
dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang kompentitif
sifatnya akan menjadi faktor penyebab sumber daya
manusia yang dimilikinya akan lari beralih ke perusahaan
lain yang menjanjikan kompensasi finansial yang lebih baik
39
dan relatif lebih tinggi. Bila ini terjadi maka tingkat
perputaran karyawan (labour turn-over) di perusahaan yang
bersangkutan tinggi, kondisi perusahaan yang demikian itu
mencirikan bahwa dalam perusahaan terjadi kemerosotan
semangat kerja di kalangan karyawan.
d) Memenuhi ketentuan Perundang-undangan
Pemerintah mengeluarkan ketentuan tentang upah minimum
bagi karyawan menurut jenis perusahaan/industri. Bila
pimpinan perusahaan tidak mengindahkan ketentuan-
ketentuan upah minimum maka pimpinan perusahaan akan
dihadapkan kepada berbagai masalah seperti :
(1) Pimpinan perusahaan dapat dituntut di depan
pengadilan karena melanggar peraturan perundang-
undangan yang berlaku di dalam menetapkan
kompensasi finansial.
(2) Terbuka kemungkinan terjadi protes berupa unjuk rasa
bahkan pemogokan karyawan, karena menuntut
dilaksanakan ketentuan upah minimum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e) Mengendalikan biaya ke arah efisiensi
Kebijaksanaan kompensasi finansial yang tepat merupakan
faktor pendorong tumbuh-kembangnya kinerja karyawan,
kepuasan kerja dan semangat kerja di kalangan karyawan.
40
Indikator tersebut merupakan faktor utama meningkatnya
efisiensi di dalam perusahaan yang dicerminkan semakin
meningkat kemampuan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan (rentabilitas). Sumber daya manusia di
perusahaan itu mampu meminimalkan biaya-biaya dalam
hubungannya dengan operasi perusahaan.
f) Mengokohkan dan menentukan struktur
Kebijaksanaan sistem kompensasi finansial dapat
membantu pimpinan perusahaan untuk menentukan struktur
organisasi perusahaan, hierarki statusnya, dan tingkat di
mana orang-orang dalam posisi teknik dapat mempengaruhi
orang-orang yang ada di posisi ini.
g) Memudahkan sasaran strategis
Suatu perusahaan yang ingin membentuk budaya
perusahaan yang menguntungkan dan kompetitif, atau
mungkin ingin menjadi tempat kerja yang menarik sehingga
dapat menarik pelamar-pelamar terbaik. Kompensasi
finansial total dapat mencapai sasaran ini, dan dapat pula
memajukan sasaran perusahaan lainnya, seperti
pertumbuhan pesat, kelangsungan hidup, dan inovasi.
5) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Kompensasi
Finansial
41
Menurut I G. N. Gorda (2007 : 182-184) adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi kebijakan kompensasi finansial
adalah :
a) Penawaran dan permintaan tenaga kerja
Hukum permintaan dan penawaran tenaga kerja di pasar
kerja berpengaruh terhadap besar-kecilnya kompensasi
finansial yang diberikan kepada karyawan. Suatu jabatan
yang menuntut persyaratan ketrampilan tinggi disertai
dengan jumlah tenaga kerja yang langka, maka kompensasi
finansial yang diberikan kepada karyawan cenderung tinggi.
Sebaliknya bila suatu jabatan tidak menuntut persyaratan
ketrampilan tinggi dan jumlah tenaga kerja berlimpah, maka
kompensasi finansial yang ditetapkan cenderung lebih
rendah.
b) Organisasi pekerja
Organisasi pekerja merupakan wadah perjuangan karyawan
dalam memperjuangkan hak-haknya, rasa keadilan dalam
hubungan kerja yang keseluruhannya untuk meningkatkan
kesejahteraan karyawan yang bergabung dalam organisasi
pekerja. Ada tidaknya, dan kuat-lemahnya organisasi
pekerja dalam suatu perusahaan mempengaruhi kebijakan
kompensasi finansial.
42
c) Produktivitas kerja
Kompensasi finansial yang diberikan perusahaan kepada
karyawan merupakan balas jasa terhadap produktivitas
karyawan kepada perusahaan. Semakin tinggi produktivitas
kerja karyawan, maka semakin tinggi pula kompensasi
finansial yang diterima karyawan. Bila produktivitas kerja
karyawan semakin rendah, maka semakin rendah
kompensasi finansial yang diterima karayawan.
d) Kemampuan perusahaan untuk membayar
Semakin tinggi tingkat produktivitas perusahaan semakin
tinggi pula kemampuan untuk menghasilkan keuntungan
dan kondisi ini menjadi sebab meningkatnya kemampuan
untuk membayar kompensasi finansial kepada karyawan.
Sebaliknya bila produktivitas perusahaan menurun, maka
semakin menurun kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan, dan kondisi ini menjadi sebab
menurunnya kemampuan perusahaan untuk membayar
kompensasi finansial terhadap karyawan.
e) Kesediaan perusahaan untuk membayar
Meskipun kemampuan perusahaan untuk membayar
kompensasi finansial kepada karyawan cukup memadai,
bila pimpinan perusahaan tersebut tidak ada kesediaan dan
itikad baik untuk membayar, maka realisasi pemberian
43
kompensasi finansial yang memadai tidak mungkin terjadi.
Dengan demikian kesediaan dan itikad baik dari pimpinan
perusahaan berpengaruh terhadap tinggi-rendahnya
kompensasi finansial yang akan diterima oleh karyawan
dalam suatu perusahaan tertentu.
f) Biaya hidup
Tinggi-rendahnya hidup di suatu tempat agar diperhatikan
oleh pimpinan perusahaan didalam merumuskan
kebijaksanaan kompensasi finansial terhadap karyawannya.
Di kota-kota besar pada umumnya biaya hidup tinggi dan
kompensasi finansial cenderung tinggi pula. Sebaliknya di
pedesaan atau kota-kota kecil umumnya biaya hidup lebih
rendah, maka kompensasi finansial cenderung pula lebih
rendah bila dibandingkan dengan kota-kota besar.
g) Peraturan Perundang-undangan
Segala peraturan dan perundang-undangan yang
dikeluarkan oleh pemerintah yang menyangkut masalah
kompensasi finansial seperti peraturan upah minimum, dan
upah kerja lembur merupakan peraturan yang harus diikuti
dan dilaksanakan oleh pimpinan perusahaan. Peraturan
tentang upah minimum merupakan batas bawah dari tingkat
kompensasi finansial yang harus diberikan oleh pimpinan
perusahaan kepada karyawan.
44
c. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1) Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu
masalah penting dalam setiap proses operasional baik di sektor
tradisional maupun di sektor modern. Khususnya dalam
masyarakat yang sedang beralih dari satu kebijaksanaan kepada
kebijaksanaan yang lain, perubahan-perubahan pada umumnya
menimbulkan beberapa permasalahan yang jika tidak
ditanggulangi secara cermat dapat membawa berbagai akibat
buruk bahkan fatal.
Dengan perkembangan teknologi sekarang ini akan
berdampak meningkatnya penggunaan mesin di perusahaan.
Namun di sisi lain penggunaan ini bisa menyebabkan
kecelakaan kerja. Untuk itu, setiap perusahaan dan karyawan
perlu mengetahui mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
nantinya dapat dilaksanakan sehingga kecelakaan kerja dapat
dihindari.
Isitilah kesehatan dan keselamatan saling berkaitan.
Istilah yang lebih luas dan umum adalah kesehatan, yang
merujuk pada keadaan umum dari kesejahteraan fisik, mental
dan emosional. Seseorang yang sehat bebas dari keadaan sakit,
luka-luka, atau masalah mental dan emosional yang
mengganggu aktivitas manusia normal. Praktik manajemen
45
kesehatan di organisasi berusaha keras untuk mempertahankan
kesejahteraan para individu secara keseluruhan (Stephen P.
Robbins, 2007 : 487).
Biasanya keselamatan (safety) merujuk pada
perlindungan terhadap kesejahteraan fisik orang-orang. Tujuan
utama dari program keselamatan yang efektif dalam organisasi
adalah mencegah luka-luka dan kecelakaan yang berhubungan
dengan pekerjaan (Stephen P. Robbins, 2007 : 487).
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah pengawasan
terhadap orang, mesin, material dan metode yang mencakup
lingkungan kerja agar pekerja tidak mengalami cedera. Tiap
tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atau
keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moral kerja
serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral
agama (Sedarmayanti, 2007 : 208).
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya. Hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera.
Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
46
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja
(Undang-Undang RI No 3 Tahun 2003).
Dengan diaturnya keselamatan dan kesehatan kerja ini
dalam peraturan perundangan, maka keselamatan dan kesehatan
kerja harus dilaksanakan di setiap tempat kerja. Tempat kerja
adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, dimana
terdapat sumber-sumber bahaya. Disamping itu tempat kerja
adalah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya
yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan
tempat kerja. Dari ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa
tempat kerja adalah setiap tempat yang di dalamnya terdiri dari
tiga unsur yaitu adanya tempat dimana dilakukan pekerjaan,
adanya tenaga kerja yang bekerja di tempat kerja dan adanya
sumber-sumber bahaya di tempat kerja.
Dari beberapa pendapat ahli serta mengacu pada
Undang-Undang RI No 3 Tahun 2003 maka dapat didefinisikan
keselamatan dan kesehatan kerja adalah program yang
dilaksanakan oleh organisasi sebagai upaya perlindungan
terhadap kesejahteraan fisik karyawan untuk mencegah luka-
luka dan kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta
menjaga kesehatan karyawan sehingga bebas dari keadaan sakit,
luka-luka, atau masalah mental dan emosional yang
mengganggu aktivitas kerja karyawan.
47
2) Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dari dasar pertimbangan dikeluarkannya Undang-
Undang RI No 3 Tahun 2003 diketahui tujuan dilaksanakannya
usaha keselamatan dan kesehatan kerja antara lain :
a) Alasan kemanusian
Agar tenaga kerja dan semua orang lainnya yang berada di
tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan melakukan
pekerjaannya demi kesejahteraannya.
b) Alasan ekonomi
Agar proses produksi berjalan lancar serta produktivitas
nasional dapat ditingkatkan dan agar setiap sumber produksi
dapat dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien.
3) Azas Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
membutuhkan suatu asas tersendiri. Dengan demikian, maka
ketiga fungsi manajemen : prerencanaan, pengambilan
keputusan dan organisasi (administrasi pencegahan kecelakaan
dan pemeliharaan kesehatan kerja) akan mengenai sasaran.
Sedarmayanti (2007 : 211) menjelaskan ketiga fungsi
manajemen tersebut sebagai berikut :
a) Perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja
Pertimbangan ekonomis merupakan jiwa setiap perusahaan.
Yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan
48
keselamatan dan kesehatan kerja adalah biaya kecelakaan
dan biaya pencegahannya. Kedua faktor ini sangat
mempengaruhi biaya produksi menyeluruh dan keuntungan
yang akan diperoleh.
Biaya kecelakaan mencakup :
(1) Kerusakaan peralatan dan bahan.
(2) Gangguan atas kelancaran produksi.
(3) Ganti rugi terhadap karyawan.
Sasaran utama perusahaan adalah mengurangi biaya yang
harus ditanggung sebab akibat kecelakaan kerja. Inilah
sebabnya setiap perusahaan harus menyusun kerangka
tindakan untuk mencegah kecelakaan dengan berbagai
langkah-langkah keselamatan dan kesehatan kerja akan
mengurangi kecelakaan tersebut. Perencanaan keselamatan
dan kesehatan kerja pada dasarnya harus mengimbangi
biaya pencegahan dengan manfaat yang diperoleh dari
upaya tersebut. Manfaat yang diperoleh adalah : biaya yang
dapat diselamatkan dan kemungkinan meningkatkan
produktivitas sehubungan dengan langkah-langkah
pencegahan. Perusahaan harus mengadakan investasi atas
pencegahan kecelakaan sampai seimbang dengan kerugian
yang mungkin timbul seandainya tidak ada rencana
pencegahan. Biaya pencegahan kecelakaan merupakan
49
pertimbangan dasar setiap manajer keselamatan dan
kesehatan kerja.
b) Pengambilan keputusan
Sebagaimana telah disinggung, manusia merupakan salah
satu faktor produksi yang senantiasa terlibat dalam
kecelakaan. Setiap keputusan yang diambil sehubungan
dengan pencegahannya harus mencakup.
(1) Subsistem tekno-struktural, yaitu subsistem perangkat
keras (peralatan, proses produksi dan mutu produksi).
(2) Subsistem sosio-prosesual yaitu subsistem perangkat
lunak (manusia, persyaratan kerja, kebijakan
perusahaan, pengupahan dan sebagainya).
Tekno struktural pada dasarnya jauh lebih murah
dibandingkan dengan sosio-prosesual. Jika tekno struktural
hancur atau rusak, biaya perbaikan atau penggantiannya
relatif kecil sekali. Sebaliknya sosio prosesual berdampak
penderitaan anggota keluarganya. Jadi setiap usaha
pencegahan kecelakaan harus meletakkan pertimbangan
terbesar atas subsistem sosio-prosesual.
c) Organisasi
Organisasi atau administrasi pencegahan kecelakaan dan
pemeliharaan kesehatan kerja harus didasarkan pada
kenyataan bahwa karyawan tidak dihadapkan pada
50
kecelakaan secara merata. Hal ini dikarenakan bahaya
kecelakaan tidak disebarluaskan secara merata pada
berbagai kategori kegiatan industri dan juga dikarenakan
biaya pencegahan tidak sama selamanya.
4) Manajemen Keselamatan
Manajemen keselamatan yang efektif membutuhkan
sebuah komitemen organisasional pada kondisi bekerja yang
aman. Tetapi yang lebih penting, program keselamatan yang
dirancang dan dikelola dengan baik dapat memberikan
keuntungan yaitu mengurangi kecelakaan dan biaya-biaya
terkait, seperti kompensasi para pekerja dan denda. Selanjutnya,
kecelakaan dan persoalan keselamatan yang lain biasanya
berkurang sebagai akibat dari usaha-usaha manajemen yang
menekankan keselamatan (Stephen P. Robbins, 2007 : 490).
Menurut Stephen P. Robbins (2007 : 490) ada tiga
pendekatan berbeda yang digunakan oleh para pemberi kerja
dalam mengatur keselamatan kerja karyawan, yaitu pendekatan
organisasional, teknis dan individual.
a) Komitmen dan budaya organisasional
Inti dari manajemen keselamatan adalah komitmen
organisasional pada kondisi bekerja yang aman. Usaha ini
harus dikoordinasi dari manajemen tingkat atas untuk
51
memasukkan semua anggota organisasi dan juga harus
tercermin dalam tindakan-tindakan manajerial.
b) Keselamatan dan teknik mesin
Para pemberi kerja dapat mencegah beberapa kecelakaan
dengan membuat area mesin, area peralatan, dan area kerja
sehingga para pekerja yang kadangkala melamun atau yang
kemungkinan besar melakukan pekerjaan-pekerjaan yang
berbahaya tidak dapat melukai diri mereka sendiri dan
orang lain.
Merancang pekerjaan dengan baik membutuhkan
pertimbangan keadaan fisik dari pekerjaan. Ruang kerja
yang mengelilingi pekerjaan dapat mempengaruhi kinerja
pekerja pada pekerjaan itu sendiri. Beberapa faktor yang
mempengaruhi keselamatan telah diidentifikasikan,
termasuk ukuran area kerja, jenis material yang digunakan,
kondisi panca indra, jarak antara area-area kerja, serta
gangguan dari kegaduhan arus lalu lintas.
c) Pertimbangan individual dan keselamatan
Para psikolog industri dan ahli faktor-faktor manusia
melihat keselamatan secara berbeda. Mereka
menyampaikan kesesuaian yang tepat dari para individu
dengan pekerjaan dan menekankan pelatihan karyawan
dalam metode-metode keselamatan, pengurangan rasa lelah,
52
dan kesadaran akan kesehatan. Banyak studi menunjukkan
pentingnya perbedaan, motivasi, sikap dan pengetahuan
individual sebagai faktor-faktor utama dalam
mengendalikan unsur manusia dalam keselamatan.
Merancang kebijakan dan peraturan keselamatan serta
mendisiplinkan para pelanggar merupakan komponen
penting dari usaha-usaha keselamatan. Usaha-usaha seperti
ini harus melibatkan para karyawan, supervisor dan
manajer.
5) Manajemen Kesehatan
Masalah kesehatan karyawan ada beraneka jenis dan
sulit dihindari. Beberapa karyawan memiliki masalah kesehatan
emosional, karyawan yang lain memiliki masalah alkohol atau
narkoba. Semua masalah itu dapat mempengaruhi operasi
organisasional dan produktivitas karyawan individual. Menurut
Stephen P. Robbins (2007 : 492), hal-hal yang berkaitan dengan
manajemen kesehatan adalah :
a) Promosi kesehatan
Promosi kesehatan (health promotion) adalah sebuah
pendekatan suportif guna memudahkan dan mendorong
para karyawan untuk meningkatkan tindakan dan gaya
hidup yang sehat. Usaha-usaha peningkatan kesehatan dapat
dimulai dengan pemberian informasi dan peningkatan
53
kesadaran karyawan mengenai persoalan kesehatan sampai
penciptaan budaya organisasional yang mendukung
peningkatan kesehatan.
b) Program kesejahteraan
Program kesejahteraan (wellness program) dirancang untuk
mempertahankan atau meningkatkan kesehatan karyawan
sebelum muncul masalah. Program kesejahteraan awal
ditujukan terutama untuk mengurangi biaya dan risiko
penyakit. Program terbaru menekankan gaya hidup dan
lingkungan yang sehat.
c) Program bantuan karyawan
Satu metode yang digunakan oleh organisasi sebagai respon
yang berbasis luas terhadap persoalan-persoalan kesehatan
adalah program bantuan karyawan (employee assistance
program), yang memberikan konseling dan bantuan lain
untuk para karyawan yang memiliki masalah emosional,
fisik, atau masalah pribadi yang lain.
d) Budaya kesehatan organisasional
Para pemberi kerja, baik yang besar maupun yang kecil,
mengakui bahwa budaya organisasional yang menekankan
dan mendukung usaha-usaha kesehatan adalah bermanfaat.
Perkembangan kebijakan dan prosedur yang mendukung
usaha-usaha kesehatan, yang membuka fasilitas olahraga di
54
tempat, dan yang terus-menerus mempromosikan usaha
kesehatan memberikan kontribusi pada penciptaan
lingkungan yang lebih sehat di seluruh organisasi.
e. Kepuasan Kerja
1) Pengertian Kepuasan Kerja
Pada pikiran yang paling mendasar, kepuasan kerja
adalah keadaan emosi yang positif dari mengevaluasi
pengalaman kerja seseorang. Ketidakpuasan kerja muncul saat
harapan-harapan ini tidak terpenuhi. Sebagai contoh, jika
seorang tenaga kerja mengharapkan kondisi kerja yang aman
dan bersih, maka tenaga kerja mungkin bisa menjadi tidak puas
jika tempat kerja tidak aman dan kotor (Robert L. Mathis dan
Jhon H. Jackson, 2006 : 98).
Kepuasan kerja adalah suatu perasaan positif tentang
pekerjaan seseorang yang merupakan basil dari sebuah evaluasi
karakteristiknya (Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge,
2008 : 107).
Dari pendapat para ahli tersebut, dapat dikatakan
kepuasan kerja adalah keadaan emosi yang positif dari
pengalaman kerja seseorang terhadap pekerjaannya dengan
ganjaran yang seharusnya mereka terima.
55
2) Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi
Kepuasan kerja mempunyai banyak dimensi. Secara
umum tahap yang diamati adalah kepuasan dalam pekerjaan itu
sendiri, gaji, pengakuan, hubungan antara supervisor dengan
tenaga kerja, dan kesempatan untuk maju. Setiap dimensi
menghasilkan perasaan puas secara keseluruhan dengan
pekerjaan itu sendiri.
Tidak ada rumusan sederhana untuk memperkirakan
kepuasan tenaga kerja. Lagipula, hubungan antara produktivitas
dan kepuasan kerja tidak jelas seluruhnya. Faktor kritisnya
adalah apa yang diharapkan tenaga kerja dari pekerjaannya dan
apa yang mereka terima sebagai penghargaan dari pekerjaan
mereka. Meskipun kepuasan kerja itu sendiri menarik dan
penting, hal yang paling mendasar adalah pengaruh kepuasan
kerja terhadap komitmen organisasi yang mempengaruhi tujuan
produktivitas, kualitas, dan pelayanan.
Jika tenaga kerja berkomitmen pada organisasi, mereka
mungkin lebih produktif. Komitmen organisasi adalah tingkat
kepercayaan dan penerimaan tenaga kerja terhadap tujuan
organisasi dan mempunyai keinginan untuk tetap ada di dalam
organisasi tersebut. Penelitian menyatakan bahwa kepuasan
kerja dan komitmen organisasi cenderung pengaruhi satu sama
lain. Apa yang disarankan dari penemuan ini adalah orang-orang
56
yang relatif puas dengan pekerjaannya akan lebih berkomitmen
pada organisasi dan orang-orang yang berkomitmen terhadap
organisasi lebih mungkin untuk mendapatkan kepuasan yang
lebih besar.
Komitmen organisasional memberi titik berat secara
khusus pada kekontinuan faktor komitmen yang menyarankan
keputusan tersebut untuk tetap atau meninggalkan organisasi
yang pada akhirnya tergambar dalam statisik ketidakhadiran dan
masuk-keluar tenaga kerja. Seorang yang tidak puas akan
pekerjaanya atau yang kurang berkomitmen pada organisasi
akan terlihat menarik diri dari organisasi baik melalui
ketidakhadiran atau masuk-keluar (Robert L. Mathis dan Jhon
H. Jackson, 2006 : 100).
3) Faktor-faktor yang Menyebabkan Kepuasan Kerja
Menurut Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge
(2008 : 107) beberapa faktor yang menyebabkan kepuasan kerja
adalah :
a) Menikmati kerja itu sendiri hampir selalu merupakan segi
yang paling berkaitan erat dengan tingkat kepuasan kerja
yang tinggi secara keseluruhan.
b) Pekerjaan menarik yang memberikan pelatihan, variasi,
kemerdekaan, dan kendali memuaskan sebagian besar
karyawan. Dengan perkataan lain, sebagian besar individu
57
lebih menyukai kerja yang menantang dan membangkitkan
semangat daripada kerja yang dapat diramalkan dan rutin.
c) Bayaran dan kepuasan kerja memiliki suatu hubungan yang
menarik. Untuk individu yang miskin (misainya, hidup di
bawah garis kemiskinan), upah sangat berhubungan dengan
kepuasan kerja dan kebahagiaan secara keseluruhan. Tetapi,
setelah seorang individu mencapai satu tingkat kehidupan
yang nyaman, hubungan tersebut sebenarnya menghilang.
d) Pekerjaan yang diimbangi dengan baik mempunyai tingkat
kepuasan kerja rata-rata yang tidak lebih tinggi daripada
pekerjaan yang dibayar lebih sedikit.
e) Kepuasan kerja tidak hanya berkaitan dengan kondisi
pekerjaan. Kepribadian juga memainkan sebuah peran.
Sebagai contoh, beberapa individu dipengaruhi untuk
menyukai hampir segala hal, dan individu lain merasa tidak
senang bahkan dalam pekerjaan yang tampaknya sangat
hebat. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang
mempunyai kepribadian negatif (cenderung galak, kritis,
dan negatif) biasanya kurang puas dengan pekerjaan
mereka.
Pendapat lain yaitu oleh Veithzal Rivai (2008 : 478),
menyebutkan faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
karyawan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :
58
a) Intrinsik
Intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri
karyawan dan dibawa oleh setiap karyawan sejak mulai
bekerja di tempat pekerjaanya.
b) Ekstrinsik
Ekstrinsik adalah faktor yang menyangkut hal-hal yang
berasal dari luar diri karyawan antara lain : kondisi fisik
lingkungan kerja, interaksinya dengan karyawan lain,
sietem penggajian dan sebagainya.
4) Faktor-faktor yang Mendorong Kepuasan Kerja
Menurut Stephen P. Robbins (2007 : 181), faktor-faktor
yang mendorong kepuasan kerja adalah :
a) Kerja yang secara mental menantang
Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan
yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan
ketrampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan
beragam tugas, kebebasan, kreativitas dan umpan balik
mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik
ini membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan
yang terlalu kurang menantang menciptakan kebosanan,
tetapi yang terlalu banyak menantang menciptakan frustasi
dan gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan
karyawan akan mengalami kesenangan dan kepuasan.
59
b) Ganjaran yang pantas
Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan
promosi yang mereka persepsikan sebagai adil, dan segaris
dengan harapan mereka. Bila upah dilihat sebagai adil yang
didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat ketrampilan
individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan
besar akan menghasilkan kepuasan. Demikian pula dengan
promosi, karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan
praktik promosi yang adil. Promosi memberikan
kesempatan untuk pertumbuhan pribadi, tanggung jawab
yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan.
Individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan
promosi dibuat secara adil kemungkinan besar akan
mengalami kepuasan.
c) Kondisi kerja yang mendukung
Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk
kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan
mengerjakan tugas yang baik. Karyawan lebih menyukai
keadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya atau merepotkan.
Temperatur, cahaya, dan faktor-faktor lingkungan lain
seharusnya tidak terlalu ekstrem (terlalu banyak atau terlalu
sedikit). Disamping itu, karyawan lebih menyukai bekerja
60
dekat dengan rumah, dalam fasilitas yang bersih dan relatif
modern, dan dengan alat-alat dan peralatan yang memadai.
d) Rekan sekerja yang mendukung
Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan
akan interaksi sosial. Mempunyai rekan sekerja yang ramah
dan mendukung akan menghantar ke kepuasan kerja yang
meningkat. Perilaku atasan juga merupakan determinan
utama dari kepuasan. Umumnya kepuasan dapat
ditingkatkan, bila atasan bersifat ramah dan memahami,
menawarkan pujian untuk kinerja yang baik, mendengarkan
pendapat karyawan, dan menunjukkkan suatu minat pribadi
pada mereka.
e) Kesesuaian pribadi pada pekerjaan
Karyawan yang tipe kepribadiannya sama dan sebangun
dengan pekerjaannya seharusnya mendapatkan bahwa
mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk
memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka, dengan
demikian lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada
pekerjaan yang berakibat adanya pencapaian kepuasan yang
tinggi dari dalam kerja mereka.
5) Pengaruh Ketidakpuasan Karyawan di Tempat Kerja
Ada konsekuensi ketika karyawan menyukai pekerjaan
mereka, dan ada konsekuensi ketika karyawan tidak menyukai
61
pekerjaan mereka. Sebuah kerangka teoritis : kerangka keluar-
pengaruh-kesetiaan-pengabaian-sangat bermanfaat dalam
memahami konsekuensi dari ketidakpuasan. Menurut Stephen P.
Robbins dan Timothy A. Judge (2008 : 111-112) respons-
respons dari kerangka teoritis didefinisikan seperti berikut :
a) Keluar (exit) : Ketidakpuasan yang diungkapkan melalui
perilaku yang ditujukan untuk meninggalkan organisasi.
b) Aspirasi (voice): Ketidakpuasan yang diungkapkan melalui
usaha-usaha yang aktif dan konstruktif untuk memperbaiki
kondisi.
c) Kesetiaan (loyalty) : Ketidakpuasan yang diungkapkan
dengan secara aktif menunggu membaiknya kondisi.
d) Pengabaian (neglect) : Ketidakpuasan yang diungkapkan
dengan membiarkan kondisi menjadi lebih buruk.
Model ini mengembangkan respons karyawan untuk mencakup
pengaruh dan kesetiaan yaitu perilaku konstruktif yang
memungkinkan individu untuk menoleransi situasi yang tidak
menyenangkan atau membangkitkan kondisi kerja yang
memuaskan.
6) Hasil-hasil Spesifik Kepuasan Kerja
Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge (2008 : 113-
118) menyebutkan hasil spesifik dari kepuasan kerja, adalah :
62
a) Kepuasan Kerja dan Kinerja
Organisasi yang mempunyai karyawan yang lebih puas
cenderung lebih efektif bila dibandingkan organisasi yang
mempunyai karyawan yang kurang puas.
b) Kepuasan Kerja dan OCB
Kepuasan kerja seharusnya menjadi faktor penentu utama
dari perilaku kewargaan organisasional (organizational
citizenship behavior-OCB) seorang karyawan. Karyawan
yang puas tampaknya cenderung berbicara secara positif
tentang organisasi, membantu individu lain, dan melewati
harapan normal dalam pekerjaan mereka.
c) Kepuasan Kerja dan Kepuasan Pelanggan
Karyawan yang puas bisa meningkatkan kepuasan dan
kesetiaan pelanggan. Karyawan yang merasa puas
cenderung lebih ramah, ceria, dan responsif-yang dihargai
oleh para pelanggan. Karena karyawan yang puas tidak
mudah berpindah kerja, pelanggan kemungkinan besar
menemui wajah-wajah yang familiar dan menerima layanan
yang berpengalaman. Kualitas ini membangun kepuasan
dan kesetiaan pelanggan.
d) Kepuasan Kerja dan Ketidakhadiran
Terdapat hubungan negatif yang konsisten antara kepuasan
dan ketidakhadiran. Karyawan yang tidak puas cenderung
63
melalaikan pekerjaan. Pekerja yang mempunyai skor
kepuasan tinggi memiliki kehadiran yang jauh lebih tinggi
daripada mereka yang mempunyai tingkat kepuasan yang
lebih rendah.
e) Kepuasan Kerja dan Perputaran Karyawan
Kepuasan juga berhubungan secara negatif dengan
perputaran karyawan. Hal ini berarti kemungkinan yang
lebih besar untuk tinggal dengan organisasi karena alasan
pengakuan, pujian, dan penghargaan-penghargaan lain
memberi mereka lebih banyak alasan untuk tinggal.
f) Kepuasan Kerja dan Perilaku Menyimpang di Tempat Kerja
Ketidakpuasan kerja memprediksi banyak perilaku khusus,
termasuk upaya pembentukan serikat kerja, penyalahgunaan
hakikat, pencurian di tempat kerja, pergaulan yang tidak
pantas, dan kelambanan. Perilaku ini adalah indikator
sebuah sindrom yang lebih luas disebut perilaku
menyimpang di tempat kerja (atau penarikan diri
karyawan). Apabila para pemberi kerja ingin
mengendalikan konsekuensi yang tidak diinginkan dari
ketidakpuasan kerja, mereka lebih baik menyelesaikan
sumber masalahnya yaitu ketidakpuasan daripada berusaha
mengendalikan respons-respons yang berbeda.
64
2. Publikasi Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh kepemimpinan,
kompensasi finansial, program keselamatan dan kesehatan kerja terhadap
kepuasan kerja karyawan sudah pernah dilakukan. Penelitian pertama
oleh Dedy Krisnajaya, Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen
Universitas Warmadewa Denpasar, tahun 2010 dengan judul : Pengaruh
Kepemimpinan dan Kompensasi Finansial Terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan pada Bhanuswari Resort and Spa di Sukawati, Gianyar.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh secara simultan
maupun parsial antara kepemimpinan dan kompensasi finansial terhadap
kepuasan kerja karyawan pada Bhanuswari Resort and Spa di Sukawati,
Gianyar. Jumlah responden ditentukan dengan metode sensus sebanyak
76 orang karyawan. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi
linier berganda, uji statistik F (F-test) dan uji statistik t (t-test). Hasil
analisis data diperoleh bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara
simultan antara kepemimpinan dan kompensasi finansial terhadap
kepuasan kerja karyawan, serta ada pengaruh positif dan signifikan
secara parsial antara kepemimpinan dan kompensasi finansial terhadap
kepuasan kerja karyawan pada Bhanuswari Resort and Spa di Sukawati,
Gianyar.
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang
yaitu membahas bidang manajemen sumber daya manusia dengan tujuan
untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan dan kompensasi finansial
65
terhadap kepuasan kerja karyawan dengan alat analisis data terdiri dari
analisis regresi linier berganda, uji statistik F (F-test), dan t-test koefisien
regresi. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang
yaitu : penelitian sebelumnya pada Bhanuswari Resort and Spa di
Sukawati, Gianyar dengan jumlah responden sebanyak 76 orang
ditentukan dengan menggunakan metode sensus sedangkan penelitian
sekarang pada Hotel Kuta Paradiso di Kuta, Badung dengan jumlah
responden sebanyak 75 orang ditentukan dengan menggunakan metode
stratified random sampling. Penelitian sekarang juga membahas variabel
program keselamatan dan kesehatan kerja, menggunakan uji validitas dan
reliabilitas serta menganalisis variabel yang berpengaruh dominan
terhadap kepuasan kerja karyawan dengan menggunakan koefisien Beta.
Penelitian kedua oleh Muhamad Irfan, Fakultas Ekonomi
Jurusan Manajemen Universitas Warmadewa Denpasar, tahun 2011
dengan judul : Pengaruh Kepemimpinan, Program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada Palm Beach
Hotel di Kuta, Badung. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
pengaruh secara simultan maupun parsial antara kepemimpinan, program
keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan, serta
untuk mengetahui variabel yang berpengaruh dominan terhadap kepuasan
kerja karyawan pada Palm Beach Hotel di Kuta, Badung. Hasil analisis
data diperoleh bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara simultan
antara kepemimpinan, program keselamatan dan kesehatan kerja
66
terhadap kepuasan kerja karyawan, ada pengaruh positif dan signifikan
secara parsial antara kepemimpinan, program keselamatan dan kesehatan
kerja terhadap kepuasan kerja karyawan, dan kompensasi finansial
berpengaruh dominan terhadap kepuasan kerja karyawan pada Palm
Beach Hotel di Kuta, Badung.
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang
yaitu membahas bidang manajemen sumber daya manusia dengan tujuan
untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan dan kompensasi finansial
terhadap kepuasan kerja karyawan dengan alat analisis data terdiri dari
analisis regresi linier berganda, uji statistik F (F-test), dan t-test koefisien
regresi dan koefisien Beta. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan
penelitian sekarang yaitu : penelitian sebelumnya pada Palm Beach Hotel
di Kuta, Badung dengan jumlah responden sebanyak 82 orang ditentukan
dengan menggunakan metode sensus sedangkan penelitian sekarang pada
Hotel Kuta Paradiso di Kuta, Badung dengan jumlah responden sebanyak
75 orang ditentukan dengan menggunakan metode stratified random
sampling. Perbedaan lainnya adalah penelitian sekarang juga membahas
variabel kompensasi finansial, menggunakan uji validitas dan reliabilitas
instrumen penelitian sebelum dilakukan analisis data.
67
E. Kerangka Pemikiran
Efektivitas kepemimpinan menjadi hal yang penting bagi tercapainya
tujuan perusahaan, karena kepemimpinan yang efektif dapat memberikan
pengarahan dengan baik terhadap semua pekerjaan dalam mencapai tujuan-
tujuan organisasi. Kepemimpinan sangat diperlukan bila suatu organisasi
ingin sukses karena kepemimpinan yang memperoleh respon positif dari
karyawan cenderung akan meningkatkan kepuasan kerja karyawan yang
dijadikan sebagai dasar motivasi eksternal untuk menjaga tujuan-tujuan
mereka tetap harmonis dengan tujuan organisasi.
Setiap organisasi berkewajiban melindungi keselamatan dan
kesehatan kerja karyawan dalam menjalankan pekerjaannya. Pimpinan harus
mempertimbangkan faktor-faktor yang termasuk dalam program keselamatan
dan kesehatan kerja dengan tujuan perlindungan terhadap kesejahteraan fisik
karyawan untuk mencegah luka-luka dan kecelakaan yang berhubungan
dengan pekerjaan, serta menjaga kesehatan karyawan sehingga bebas dari
keadaan sakit, luka-luka, atau masalah mental dan emosional yang
mengganggu aktivitas kerja karyawan.
Motivasi utama orang bekerja adalah mendapatkan keuntungan atau
manfaat yang pantas dari yang telah mereka lakukan untuk perusahaan, salah
satunya dalam bentuk kompensasi finansial. Pemberian kompensasi finansial
yang layak dan adil sesuai dengan tuntutan pekerjaan dan tingkat ketrampilan
individu cenderung akan meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
68
Kerangka pemikiran dinyatakan dalam bentuk skema sederhana
tetapi utuh memuat pokok-pokok unsur penelitian dan tata hubungan antara
pokok-pokok unsur penelitian, seperti pada Gambar 1 berikut.
Gambar 1
Kerangka Pemikiran Penelitian
Kepemimpinan (X1) : 1. Kemampuan pimpinan memotivasi karyawan. 2. Gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi dan kondisi. 3. Pimpinan memposisikan diri secara baik dengan
karyawan yang lebih senior. 4. Pimpinan mampu melaksanakan pengawasan dari
berbagai penyimpangan. 5. Pimpinan menugaskan karyawan sesuai dengan
bidangnya. 6. Pimpinan berlaku adil dalam pemberian tugas. 7. Pimpinan mampu menyelesaikan masalah di dalam
kelompok. 8. Pujian dari pimpinan atas prestasi kerja karyawan. 9. Kecerdasan pimpinan. 10. Ketegasan pimpinan.
Kepuasan Kerja Karyawan (Y) : 1. Tugas dilaksanakan dengan penuh
tanggung jawab. 2. Keinginan untuk terus bekerja pada
perusahaan. 3. Tugas diberikan sesuai dengan
kemampuan dan jabatan karyawan. 4. Tingkat kehadiran karyawan ditempat
kerja. 5. Disiplin dalam bekerja. 6. Dukungan rekan kerja terhadap
keberhasilan pekerjaan. 7. Kesempatan promosi dalam pekerjaan. 8. Tugas diselesaikan tepat waktu. 9. Kesempatan menggunakan metode
sendiri dalam mengerjakan pekerjaan. 10. Penghargaan yang diterima bila
pekerjaan dapat dikerjakan dengan baik.
Kompensasi Finansial (X2) : 1. Jumlah gaji pokok sesuai dengan jabatan. 2. Perbedaan gaji yang tidak terlalu tinggi antara bawahan
dan atasan. 3. Kelayakan jumlah tunjangan makan. 4. Jumlah tunjangan transport meringankan beban ongkos
transport. 5. Jumlah tunjangan hari raya meringankan beban biaya
untuk hari raya. 6. Jumlah uang servis sesuai tingkat keuntungan
perusahaan. 7. Kesesuaian uang servis untuk masing-masing
departemen. 8. Kompensasi finansial dapat mengikat karyawan. 9. Kompensasi finansial dirasakan adil sesuai dengan
kinerja karyawan. 10. Pembayaran kompensasi finansial dilakukan tepat
waktu..
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (X3) : 1. Tersedia alat-alat pengamanan yang memadai. 2. Pemeriksaan perlengkapan dan peralatan. 3. Peralatan dan fasilitas teknik yang memadai. 4. Persediaan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). 5. Pemberian kompensasi jika terjadi kecelakaan kerja. 6. Jaminan asuransi kesehatan kerja. 7. Pemeriksaan kesehatan awal dan berkala bagi
karyawan. 8. Tersedia ruang kesehatan yang memadai. 9. Pemberian informasi dan peningkatan kesadaran
karyawan tentang kesehatan. 10. Program konseling bagi masalah emosional, fisik atau
masalah pribadi karyawan.
69
F. Hipotesis
Sesuai dengan perumusan masalah dan tinjauan pustaka maka dapat
dinyatakan hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga kepemimpinan, kompensasi finansial, program keselamatan dan
kesehatan kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan secara
simultan terhadap kepuasan kerja karyawan pada Hotel Kuta Paradiso di
Kuta, Badung.
2. Diduga kepemimpinan, kompensasi finansial, program keselamatan dan
kesehatan kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan secara
parsial terhadap kepuasan kerja karyawan pada Hotel Kuta Paradiso di
Kuta, Badung.
3. Diduga kompensasi finansial berpengaruh dominan terhadap kepuasan
kerja karyawan pada Hotel Kuta Paradiso di Kuta, Badung.
G. Metode Penelitian
1. Tempat dan Obyek Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Hotel Kuta Paradiso di Kuta,
Badung yang beralamat di Jalan Kartika Plaza, PO Box 1133, Kuta,
Badung.
70
b. Obyek Penelitian
Sebagai obyek dalam penelitian ini adalah kepemimpinan,
kompensasi finansial, program keselamatan dan kesehatan kerja,
serta kepuasan kerja karyawan.
2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2008 : 115). Populasi dalam penelitian ini
adalah karyawan Hotel Kuta Paradiso di Kuta, Badung sebanyak 291
orang, tidak termasuk Top Management (pimpinan manajemen puncak)
yaitu 1 orang General Manager, 1 orang General Manager Secretary dan
1 orang Assistant General Manager karena penelitian membahas
kepemimpinan.
Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat
yang sama dari obyek yang merupakan sumber data. Sampel sering juga
disebut sebagai himpunan bagian dari suatu populasi. Sebagai bagian dari
populasi, sampel memberikan gambaran yang benar tentang populasi.
Jika dalam populasi dibagi ke dalam kelompok (strata) yang relatif
homogen dan sampel dibentuk dari masing-masing kelompok, cara ini
dinamakan stratified random sampling (Sri Mulyono, 2006 : 173).
Dengan dasar pertimbangan keterbatasan biaya, waktu dan tenaga
disamping karena jumlah populasi cukup banyak maka sampel penelitian
71
ditentukan sebesar 25% dari jumlah populasi dari masing-masing jabatan
karyawan dengan menggunakan metode stratified random sample.
Lebih jelasnya penentuan jumlah sampel penelitian yang
dijadikan sebagai responden dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5
Penentuan Jumlah Sampel Penelitian pada Hotel Kuta Paradiso
di Kuta, Badung
No Departemen
Jumlah Populasi
Karyawan (Orang)
Jumlah Sampel 50%
(Orang)
1 Front Office Department 34 9
2 Housekeeping Department 82 21
3 Sales and Marketing Department 11 3
4 Security Department 20 5
5 Food and Beverage Department 70 18
6 Human Resources Development
(HRD) Department 12 3
7 Engineering Department 30 8
8 Accounting Department 32 8
Jumlah 291 75 Sumber : Hotel Kuta Paradiso di Kuta, Badung.
Dari Tabel 5 maka dengan menggunakan metode stratified
random sampling dapat diketahui jumlah sampel penelitian sebagai
responden adalah sebanyak 75 orang karyawan Hotel Kuta Paradiso di
Kuta, Badung.
72
3. Identifikasi Variabel
Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas dan satu variabel
terikat, yaitu :
a. Variabel bebas, adalah variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel
lainnya, terdiri dari kepemimpinan, kompensasi finansial, program
keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Variabel terikat, adalah variabel yang dapat dipengaruhi oleh
variabel lainnya, yaitu kepuasan kerja karyawan.
4. Definisi Operasional Variabel
Definisi variabel penelitian secara operasional berkaitan dengan
obyek penelitian, dibatasi oleh tempat dan faktor-faktor penentu
(indikator) variabel, sebagai berikut :
a. Kepemimpinaan, adalah respon karyawan Hotel Kuta Paradiso di
Kuta, Badung terhadap sifat karakter, atau kegiatan pimpinan untuk
mempengaruhi perilaku karyawan secara positif, membimbing dan
mengarahkannya agar bekerja dengan lancar sehingga tujuan
perusahaan dapat tercapai dengan baik.
Indikator-indikator kepemimpinan adalah :
1) Kemampuan pimpinan memotivasi karyawan.
2) Gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi dan kondisi.
3) Pimpinan memposisikan diri secara baik dengan karyawan yang
lebih senior.
73
4) Pimpinan mampu melaksanakan pengawasan dari berbagai
penyimpangan.
5) Pimpinan menugaskan karyawan sesuai dengan bidangnya.
6) Pimpinan berlaku adil dalam pemberian tugas.
7) Pimpinan mampu menyelesaikan masalah di dalam kelompok.
8) Pujian dari pimpinan atas prestasi kerja karyawan.
9) Kecerdasan pimpinan.
10) Ketegasan pimpinan.
b. Kompensasi finansial, adalah respon karyawan Hotel Kuta Paradiso
di Kuta, Badung terhadap imbalan atau balas jasa yang telah
diserahkan perusahaan dalam bentuk uang secara tunai yang
diperoleh karyawan untuk pelaksanaan pekerjaannya, terdiri dari gaji
pokok, tunjangan makan, tunjangan transport, tunjangan hari raya
dan uang servis.
Indikator-indikator kompensasi finansial adalah :
1) Jumlah gaji pokok sesuai dengan jabatan.
2) Perbedaan gaji yang tidak terlalu tinggi antara bawahan dan
atasan.
3) Kelayakan jumlah tunjangan makan.
4) Jumlah tunjangan transport meringankan beban ongkos
transport.
5) Jumlah tunjangan hari raya meringankan beban biaya untuk hari
raya.
74
6) Jumlah uang servis sesuai tingkat keuntungan perusahaan.
7) Kesesuaian uang servis untuk masing-masing departemen.
8) Kompensasi finansial dapat mengikat karyawan.
9) Kompensasi finansial dirasakan adil sesuai dengan kinerja
karyawan.
10) Pembayaran kompensasi finansial dilakukan tepat waktu.
c. Program keselamatan dan kesehatan kerja, adalah respon karyawan
terhadap program yang dilaksanakan Hotel Kuta Paradiso di Kuta,
Badung sebagai upaya perlindungan terhadap kesejahteraan fisik
karyawan untuk mencegah luka-luka dan kecelakaan yang
berhubungan dengan pekerjaan, serta menjaga kesehatan karyawan
sehingga bebas dari keadaan sakit, luka-luka, atau masalah mental
dan emosional yang mengganggu aktivitas kerja karyawan.
Indikator-indikator program keselamatan dan kesehatan kerja adalah :
1) Tersedia alat-alat pengamanan yang memadai.
2) Pemeriksaan perlengkapan dan peralatan.
3) Peralatan dan fasilitas teknik yang memadai.
4) Persediaan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
5) Pemberian kompensasi jika terjadi kecelakaan kerja.
6) Jaminan asuransi kesehatan kerja.
7) Pemeriksaan kesehatan awal dan berkala bagi karyawan.
8) Tersedia ruang kesehatan yang memadai.
75
9) Pemberian informasi dan peningkatan kesadaran karyawan
tentang kesehatan.
10) Program konseling bagi masalah emosional, fisik atau masalah
pribadi karyawan.
d. Kepuasan kerja karyawan, adalah respon karyawan Hotel Kuta
Paradiso di Kuta, Badung terhadap keadaan emosi yang positif dari
pengalaman kerjanya terhadap pekerjaannya dengan balasan yang
seharusnya mereka terima sesuai dengan harapan.
Indikator-indikator kepuasan kerja karyawan adalah :
1) Tugas dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
2) Keinginan untuk terus bekerja pada perusahaan.
3) Tugas diberikan sesuai dengan kemampuan dan jabatan
karyawan.
4) Tingkat kehadiran karyawan ditempat kerja.
5) Disiplin dalam bekerja.
6) Dukungan rekan kerja terhadap keberhasilan pekerjaan.
7) Kesempatan promosi dalam pekerjaan.
8) Tugas diselesaikan tepat waktu.
9) Kesempatan menggunakan metode sendiri dalam mengerjakan
pekerjaan.
10) Penghargaan yang diterima bila pekerjaan dapat dikerjakan
dengan baik.
76
5. Jenis Data dan Sumber Data
a. Jenis Data Menurut Sifatnya
Menurut sifatnya data dapat dibedakan :
1) Data Kuantitatif
Data kuantitatif, adalah data yang dapat dihitung dan berupa
angka-angka seperti jumlah karyawan, jumlah kompensasi
finansial, tingkat absensi karyawan dan skor jawaban kuisioner
kepemimpinan, kompensasi finansial, program keselamatan dan
kesehatan kerja, serta kepuasan kerja karyawan.
2) Data Kualitatif
Data kualitatif, adalah data yang tidak berupa angka-angka dan
tidak dapat dihitung, seperti sejarah perusahaan, struktur
organisasi dan aktivitas pemasaran.
b. Jenis Data Menurut Sumbernya
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah :
1) Data Primer
Data primer, yaitu data yang dikumpulkan langsung dari
sumbernya, diamati dan dicatat pertama kali oleh peneliti,
misalnya hasil jawaban kuisioner kepemimpinan, kompensasi
finansial, program keselamatan dan kesehatan kerja, serta
kepuasan kerja karyawan.
77
2) Data Sekunder
Data sekunder, yaitu data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti melainkan sudah dikumpulkan
oleh pihak lain, misalnya sejarah singkat perusahaan, job
description, jumlah karyawan, daftar absensi karyawan, jumlah
kamar, harga kamar dan legalitas usaha yaitu Surat Ijin Usaha
dan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).
6. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a. Observasi
Observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan secara langsung tentang obyek yang diteliti dan
mencatat data yang diperlukan sesuai dengan pembahasan, seperti
proses check in dan check out wisatawan.
b. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data dengan melihat
catatan-catatan, brosur atau dokumen-dokumen perusahaan yang erat
kaitannya dengan masalah yang diteliti, seperti jumlah karyawan,
tingkat absensi karyawan, jumlah kompensasi finansial, jumlah
kamar, harga kamar dan legalitas usaha yaitu Surat Ijin Usaha dan
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).
78
c. Wawancara
Wawancara, yaitu metode pengumpulan data dengan mengadakan
wawancara langsung dengan kepala bagian personalia dan karyawan
untuk mendapatkan data yang diperlukan seperti masalah-masalah
kepemimpinan, kompensasi finansial, program keselamatan dan
kesehatan kerja, serta kepuasan kerja karyawan.
d. Kuisioner
Kuisioner, yaitu metode pengumpulan data dengan mengajukan daftar
pertanyaan atau pernyataan tertulis tentang masalah yang dibahas terdiri
dari kuisioner kepemimpinan, kompensasi finansial, program
keselamatan dan kesehatan kerja, serta kepuasan kerja karyawan.
7. Teknik Analisis Data
a. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang
bersifat bilangan atau berupa angka-angka.
Sumber data penelitian ini adalah penarikan data primer pada
variabel kepemimpinan, kompensasi finansial, program keselamatan dan
kesehatan kerja, serta kepuasan kerja karyawan dengan menggunakan
kuisioner. Data dikuantitatifkan dengan memberikan skor pada masing-
masing jawaban responden. Skala Likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial (Sugiyono, 2008 : 132).
79
Setiap jawaban kuisioner mempunyai bobot atau skor nilai
dengan skala Likert sebagai berikut :
a. Jawaban SB (sangat baik), mendapat skor 5
b. Jawaban B (baik), mendapat skor 4
c. Jawaban CB (cukup baik), mendapat skor 3
d. Jawaban KB (kurang baik), mendapat skor 2
e. Jawaban SKB (sangat kurang baik), mendapat skor 1.
Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian setelah dilakukan
tabulasi data, maka selanjutnya dianalisis dengan analisis statistik sebagai
berikut :
1) Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum data dianalisis terlebih dahulu ditentukan validitas
dan reliabilitas instrumen penelitian. Instrumen yang valid berarti
alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu
valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliable
adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur
obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono,
2008 : 172). Digunakannya instrumen yang valid dan reliable dalam
pengumpulan data, diharapkan hasil penelitian menjadi valid dan
reliable juga. Instrumen yang valid dan reliable merupakan syarat
mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliable.
80
Dalam pengujian butir tersebut, bisa saja ada butir yang
tidak valid dan reliable, sehingga harus dibuang atau diganti dengan
pertanyaan atau pernyataan yang lain. Ketentuan suatu instrumen
dikatakan valid atau sahih apabila memiliki koefisien korelasi
Pearson Product Moment ( r ) > 0,3 dengan alpha sebesar 0,05.
Suatu instrumen dikatakan reliable atau handal, apabila memiliki
koefisien alpha Cronbach (a) lebih besar dari 0,60 (Sugiyono,
2008 : 173). Setelah diketahui validitas dan reliabilitas instrumen
penelitian, maka selanjutnya baru dilakukan analisis data.
2) Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya
pengaruh secara simultan antara kepemimpinan, kompensasi
finansial, program keselamatan dan kesehatan kerja terhadap
kepuasan kerja karyawan. Regresi linier berganda dinyatakan dalam
bentuk persamaan garis regresi linier berganda (Sugiyono, 2008 :
277) :
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3
Dimana :
Y = Kepuasan kerja karyawan
a = Nilai konstanta
X1 = Kepemimpinan
X2 = Kompensasi finansial
X3 = Program keselamatan dan kesehatan kerja
81
b1 = Koefisien regresi kepemimpinan (X1)
b2 = Koefisien regresi kompensasi finansial (X2)
b3 = Koefisien regresi program keselamatan dan kesehatan
kerja (X3).
3) Uji Statistik F (F-test)
Uji ini digunakan untuk menguji signifikansi koefisien
regresi sehingga diketahui apakah pengaruh secara simultan antara
kepemimpinan, kompensasi finansial, program keselamatan dan
kesehatan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan adalah memang
nyata terjadi (signifikan) atau hanya diperoleh secara kebetulan.
Langkah-langkah uji statistiknya adalah :
a) Menentukan formulasi hipotesis
Dalam menentukan formulasi harus disesuaikan dengan
hipotesis.
Ho : b1,b2,b3 = 0, berarti tidak ada pengaruh positif secara
simultan antara kepemimpinan, kompensasi
finansial, program keselamatan dan
kesehatan kerja terhadap kepuasan kerja
karyawan.
Hi : b1,b2,b3 > 0, berarti ada pengaruh positif secara simultan
antara kepemimpinan, kompensasi finansial,
program keselamatan dan kesehatan kerja
terhadap kepuasan kerja karyawan.
82
b) Ketentuan pengujian
Menggunakan derajat kepercayaan 95% atau tingkat kesalahan
5% (a = 0,05), derajat bebas pembilang : k dan derajat
penyebut : n-k-l maka diperoleh nilai F-tabel 0,05 (k;n-k-1).
c) Kriteria penerimaan atau penolakan Ho
(1) Ho ditolak apabila F-hitung > F-tabel
(2) Ho diterima apabila F-hitung < F-tabel.
d) Penentuan nilai F-hitung
Rumus (Sugiyono, 2008 : 257) :
R2 / k Fh =
(1 – R2) / (n – k – 1)
Dimana :
Fh = F-hitung
R = Koefisien korelasi berganda
n = Jumlah data (responden)
k = Jumlah variabel.
83
Daerah Penerimaan Ho
Daerah Penolakan Ho
·
e) Menggambarkan daerah penerimaan dan penolakan Ho
Gambar 2
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (F-test)
f) Mendapatkan keputusan
Sesuai gambar daerah penerimaan dan penolakan Ho dan
kriteria yang telah ditentukan, jika nilai F-hitung berada pada
daerah penolakan Ho maka pengaruh adalah signifikan,
sedangkan jika nilai F-hitung berada pada daerah penerimaan
Ho maka hubungan adalah tidak signifikan.
4) Uji Statistik t (t-test)
Uji ini digunakan untuk menguji signifikansi masing-
masing koefisien regresi sehingga diketahui apakah pengaruh secara
parsial antara kepemimpinan, kompensasi finansial, program
keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan
F tabel 0,05 (k ; n-k-1)
0
Sumber : Damodar Gujarati (2006 : 399).
84
adalah memang nyata terjadi (signifikan) atau hanya diperoleh
secara kebetulan.
a) Pengujian koefisien regresi X1 (b1)
Langkah-langkah uji statistik :
(1) Menentukan formulasi hipotesis
Dalam menentukan formulasi harus disesuaikan dengan
hipotesis.
Ho : b1 = 0, berarti tidak ada pengaruh positif antara
kepemimpinan terhadap kepuasan kerja
karyawan.
Hi : b1 > 0, berarti ada pengaruh positif antara
kepemimpinan terhadap kepuasan kerja
karyawan.
(2) Ketentuan pengujian
Menggunakan derajat kepercayaan 95% atau tingkat
kesalahan 5% (a = 0,05) dan derajat kebebasan : n-k-1,
test satu sisi pada sisi kanan, diperoleh nilai t-tabel
(0,05 ; n-k-1).
(3) Kriteria penerimaan atau penolakan Ho
(1) Ho ditolak apabila t1-hitung > t-tabel
(2) Ho diterima apabila t1-hitung < t-tabel.
85
Daerah Penolakan Ho
·
(4) Penentuan nilai t1-hitung
Rumus menguji (Sugiyono, 2008 : 246) :
b1 t1-hitung =
Sb1
Dimana :
b1 = Koefisien regresi X1
Sb1 = Tingkat kesalahan koefisien regresi X1
(5) Menggambarkan daerah penerimaan dan penolakan Ho
Gambar 3
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (t-test Uji b1)
Sumber : Sugiyono (2008 : 228).
(6) Mendapatkan keputusan
Sesuai gambar daerah penerimaan dan penolakan Ho dan
kriteria yang telah ditentukan, jika nilai t1-hitung berada
pada daerah penolakan Ho maka pengaruh adalah
signifikan, sedangkan jika nilai t1-hitung berada pada
Daerah Penerimaan Ho
0 t-tabel (0,05 ; n-k-1)
86
daerah penerimaan Ho maka pengaruh adalah tidak
signifikan.
b) Pengujian koefisien regresi X2 (b2)
Langkah-langkah uji statistik :
(1) Menentukan formulasi hipotesis
Dalam menentukan formulasi harus disesuaikan dengan
hipotesis.
Ho : b2 = 0, berarti tidak ada pengaruh positif antara
kompensasi finansial terhadap kepuasan kerja
karyawan.
Hi : b2 > 0, berarti ada pengaruh positif antara kompensasi
finansial terhadap kepuasan kerja karyawan.
(2) Ketentuan pengujian
Menggunakan derajat kepercayaan 95% atau tingkat
kesalahan 5% (a = 0,05) dan derajat kebebasan : n-k-1,
test satu sisi pada sisi kanan, diperoleh nilai t-tabel
(0,05 ; n-k-1).
(3) Kriteria penerimaan atau penolakan Ho
(1) Ho ditolak apabila t2-hitung > t-tabel
(2) Ho diterima apabila t2-hitung < t-tabel.
87
Daerah Penolakan Ho
·
(4) Penentuan nilai t2-hitung
Rumus menguji (Sugiyono, 2008 : 246) :
b2 t2-hitung =
Sb2
Dimana :
b2 = Koefisien regresi X2
Sb2 = Tingkat kesalahan koefisien regresi X2
(5) Menggambarkan daerah penerimaan dan penolakan Ho
Gambar 4
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (t-test Uji b2)
Sumber : Sugiyono (2008 : 228).
(6) Mendapatkan keputusan
Sesuai gambar daerah penerimaan dan penolakan Ho dan
kriteria yang telah ditentukan, jika nilai t2-hitung berada
pada daerah penolakan Ho maka pengaruh adalah
signifikan, sedangkan jika nilai t2-hitung berada pada
Daerah Penerimaan Ho
0 t-tabel (0,05 ; n-k-1)
88
daerah penerimaan Ho maka pengaruh adalah tidak
signifikan.
c) Pengujian koefisien regresi X3 (b3)
Langkah-langkah uji statistik :
(1) Menentukan formulasi hipotesis
Dalam menentukan formulasi harus disesuaikan dengan
hipotesis.
Ho : b3 = 0, berarti tidak ada pengaruh positif antara
program keselamatan dan kesehatan kerja
terhadap kepuasan kerja karyawan.
Hi : b3 > 0, berarti ada pengaruh positif antara program
keselamatan dan kesehatan kerja terhadap
kepuasan kerja karyawan.
(2) Ketentuan pengujian
Menggunakan derajat kepercayaan 95% atau tingkat
kesalahan 5% (a = 0,05) dan derajat kebebasan : n-k-1,
test satu sisi pada sisi kanan, diperoleh nilai t-tabel
(0,05 ; n-k-1).
(3) Kriteria penerimaan atau penolakan Ho
(1) Ho ditolak apabila t3-hitung > t-tabel
(2) Ho diterima apabila t3-hitung < t-tabel.
89
Daerah Penolakan Ho
·
(4) Penentuan nilai t3-hitung
Rumus menguji (Sugiyono, 2008 : 246) :
b3 t3-hitung =
Sb3
Dimana :
b3 = Koefisien regresi X3
Sb3 = Tingkat kesalahan koefisien regresi X3
(5) Menggambarkan daerah penerimaan dan penolakan Ho
Gambar 5
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (t-test Uji b3)
Sumber : Sugiyono (2008 : 228).
(6) Mendapatkan keputusan
Sesuai gambar daerah penerimaan dan penolakan Ho dan
kriteria yang telah ditentukan, jika nilai t3-hitung berada
pada daerah penolakan Ho maka pengaruh adalah
signifikan, sedangkan jika nilai t3-hitung berada pada
Daerah Penerimaan Ho
0 t-tabel (0,05 ; n-k-1)
90
daerah penerimaan Ho maka pengaruh adalah tidak
signifikan.
5) Koefisien Beta
Koefisien Beta merupakan modifikasi koefisien regresi
dalam bentuk standar. Koefisien Beta dipergunakan untuk
menentukan variabel mana dari kepemimpinan, kompensasi
finansial, program keselamatan dan kesehatan kerja yang dominan
pengaruhnya terhadap kepuasan kerja karyawan dalam model regresi
linier berganda. Informasi tentang variabel bebas yang dominan
diperoleh melalui perbandingan antara koefisien Beta dalam model
regresi tersebut.
Rumus koefisien Beta (Damodar Gujarati, 2006 : 208) :
s Xi bi = bi
s Y
Dimana :
bi = Koefisien Beta
bi = Koefisien regresi Xi
sY = Standar deviasi Y
sXi = Standar deviasi Xi.
91
b. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif adalah analisis yang pada prinsipnya
cenderung berwujud kata-kata dari pada angka yang digunakan
untuk melengkapi analisis kuantitatif yaitu berupa uraian dari hasil
penelitian sehingga mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang
hasil penelitian.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan penelitian ini terdiri dari :
BAB I. PENDAHULUAN
Bab I merupakan pendahuluan, dimana diuraikan mengenai latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab II merupakan tinjauan pustaka yang mendukung penelitian
terdiri dari landasan teoritis, publikasi penelitian sebelumnya,
kerangka pemikiran dan hipotesis. Pada landasan teoritis
diuraikan teori : manajemen sumber daya manusia,
kepemimpinan, kompensasi finansial, program keselamatan dan
kesehatan kerja serta kepuasan kerja.
BAB III. METODE PENELITIAN
Dalam bab III menguraikan metode penelitian yang terdiri dari :
tempat dan obyek penelitian, metode penentuan sampel,
92
identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis data
yang diperlukan, metode pengumpulan data dan teknik analisis
data.
BAB IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
Bab IV merupakan gambaran umum tempat penelitian yang
terdiri dari : sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi
perusahaan dan deskripsi jabatan, personalia dan bauran
pemasaran.
BAB V. DATA DAN PEMBAHASAN
Bab V merupakan data dan pembahasan yang terdiri dari
deskripsi data, analisis data dan pembahasan. Pada deskripsi
data dibahas secara deskriptip data kepemimpinan, kompensasi
finansial, program keselamatan dan kesehatan kerja serta
kepuasan kerja karyawan. Selanjutnya analisis data terdiri dari
uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, analisis regresi
linier berganda, uji statistik F (F-test), uji statistik t (t-test) dan
koefisien Beta.
BAB VI. PENUTUP
Bab VI merupakan penutup yang berisi simpulan dari hasil
analisis data dan pembahasan, selanjutnya diajukan saran
kepada pihak perusahaan berkaitan dengan pengaruh
kepemimpinan, kompensasi finansial, program keselamatan dan
kesehatan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan.
93
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tohardi, (2006), Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit CV. Mandar Maju, Bandung.
Damodar Gujarati, (2006), Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta.
H. Hadari Nawawi, (2005), Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang Kompetitif, Cetakan Pertama, Penerbit UGM, Yogyakarta.
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, (2009), Pengantar Statistika, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Husein Umar, (2009), Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
I G. N. Gorda, (2007) Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Astabrata Bali, Denpasar.
Justine T. Sirait, (2008), Memahami Aspek-Aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, Penerbit Grasindo, Jakarta.
Kenneth N. Wexley dan Gary A. Yukl, (2005), Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Louis E. Boone dan David L. Kurtz, (2004), Pengantar Bisnis, Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Malayu SP. Hasibuan, (2008), Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Marihot Tua Efendi Hariandja, (2007), Manajemen Sumber Daya Manusia, Pengadaan, Pengembangan, Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktivitas Pegawai, Penerbit PT. Grasindo, Jakarta.
Miftah Thoha, (2007), Kepemimpinan dalam Manajemen Suatu Pendekatan Perilaku, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
M. Manullang, (2008), Manajemen Personalia, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
Riduwan dan Sunarto, (2010), Pengantar Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, dan Bisnis, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Robert L. Mathis dan Jhon H. Jackson, (2006), Manajemen Sumber Daya Manusia, Buku I, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
94
Sedarmayanti, (2007), Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit PT. Refika Aditama, Bandung.
Sri Mulyono, (2006), Statistika Untuk Ekonomi dan Bisnis, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Stephen P. Robbins, (2007), Perilaku Organisasi, Jilid 1, Penerbit PT. Prenhallindo, Jakarta.
Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2004), Manajemen, Edisi Bahasa Indonesia, Jilid 2, Penerbit Prenhallindo, Jakarta.
Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, (2008), Perilaku Organisasi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Sugiyono, (2008), Metode Penelitian Bisnis, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Supardi dan Syaiful Anwar, (2008), Dasar-Dasar Perilaku Organisasi, UII Press, Yogyakarta.
Veithzal Rivai, (2008), Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, Dari Teori ke Praktik, Penerbit. PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.
, Undang-Undang RI No 3 Tahun 2003 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.