Proposal Penelitian Metodologi Penelitian Sosial

16
Proposal Penelitian Metodologi Penelitian Sosial (KPM398) Pengaruh Keterlibatan Tenaga Kerja Anak dalam Rumahtangga Miskin (studi kasus : Desa Ciomas Pintu Ledeng, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : Saskia Kencana Murti I34100055 Asisten Praktikum : Retno Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Transcript of Proposal Penelitian Metodologi Penelitian Sosial

Page 1: Proposal Penelitian Metodologi Penelitian Sosial

Proposal Penelitian Metodologi Penelitian Sosial (KPM398)

Pengaruh Keterlibatan Tenaga Kerja Anak dalam Rumahtangga Miskin

(studi kasus : Desa Ciomas Pintu Ledeng, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

Oleh :

Saskia Kencana Murti

I34100055

Asisten Praktikum :

Retno

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Fakultas Ekologi Manusia

2012

Page 2: Proposal Penelitian Metodologi Penelitian Sosial

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kemiskinan di Indonesia masih merupakan hal yang perlu

memperoleh perhatian. Jumlah orang yang hidup dibawah garis kemiskinan

nasional masih signifikan. Dicatat bahwa pada tahun 1985 Indonesia menduduki

peringkat negara termiskin di dunia. Pada tahun 1966 Pendapatan Nasional

Brutonya hanya US$50,- per kapita per tahun ; sekitar 60 persen orang Indonesia

dewasa tidak dapat membaca dan menulis ; dan mencapai 65 persen penduduk

negara tersebut hidup dibawah garis kemiskinan (Tambunan,2006)

Badan Pusat Statistik (2011) melaporkan bahwa jumlah penduduk miskin

(penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan)

di Indonesia pada Maret 2011 mencapai 30,02 juta orang (12,49

persen).Ginandjar (1993) menjelaskan kemiskinan ditandai oleh pengangguran

dan keterbelakangan yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan.

Masyarakat miskin umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas

aksesnya kepada kegiatan ekonomi sehingga makin tertinggal jauh dari

masyarakat lain yang memiliki potensi lebih tinggi. Keadaan kemiskinan

umumnya diukur dengan tingkat pendapatan.

Kemiskinan di pedesaan dapat dipahami sebagai masyarakat yang tidak

memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup di pedesaan. Kesulitan

ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan serta rendahnya pemilikan

lahan. Clifford Geertz (1976) menjelaskan bahwa petani miskin dan tetap miskin

karena berkaitan dengan involusi pertanian dimana pertumbuhan penduduk

seberapa pun jumlahnya dapat ditampung oleh pertanian padi sawah karena

dikerjakan dengan sangat intensif dan rumit.namun demikian, menurut Geertz,

petani ibaratnya berjalan di air, tidak maju tetapi sekedar mempertahankan diri

agar tidak tenggelam. Hal ini menyebabkan adanya pergeseran matapencaharian

masyarakat desa dari sektor pertanian bergeser menjadi sektor industri.

Page 3: Proposal Penelitian Metodologi Penelitian Sosial

Keterbatasan ketersediaan lahan pertanian untuk masyarakat miskin di

pedesaan memaksa rumahtangga untuk bekerja pada sektor industri dengan bekal

kemampuan dasar yang seadanya. Pekerjaan tersebut memberikan upah yang

sangat kecil untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga. Sehingga rumahtangga

miskin menyiasatinya dengan cara memanfaatkan tenaga kerja anak untuk

menjadi penyumbang dalam ekonomi mereka. Anak dipandang sebagai tenaga

kerja potensial. Hal ini mereka jadikan sebagai bentuk strategi dalam bertahan

hidup dengan harapan dapat memberikan pendapatan yang lebih baik bagi

ekonomi keluarga.

Pemanfaatan tenaga kerja yang dilakukan dalam rumahtangga miskin

merupakan salah satu cara untuk mendapatkan tambahan pemasukan ekonomi.

Pemanfaatan yang mengarah kepada eksploitasi dilakukan dalam bentuk

mempekerjakan anak dibawah umur ke lapangan kerja yang tersedia. Bellamy

(1997) dalam Usman dan Nachrowi (2004) mengatakan bahwa anak – anak yang

bekerja pada usia dini biasanya berasal dari rumah tangga miskin dengan

pendidikan yang terabaikan, sesungguhnya akan melestarikan kemiskinan. Anak

yang bekerja kemudian akan tumbuh menjadi seorang yang dewasa yang terjebak

dalam pekerjaan yang tak terlatih dan dengan upah yang sangat buruk.

Masalah pekerja anak atau tenaga kerja anak diatur di dalam Undang-

undang no.25 tahun 1997 pasal 1 tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan),

yang sekaligus menetapkan batas usia anak yang diperbolehkan bekerja adalah 15

tahun, baik untuk anak laki-laki maupun untuk anak perempuan. Tetapi

menanggapi pertanyaan apakah peraturan tersebut sudah memadai dan

sejauhmana pelaksanaannya adalah jauh dari mudah, karena sampai saat ini

masalah pekerja anak masih menjadi kontroversi dalam isu tentang perlindungan

anak pada umumnya. Bisa dikatakan, masalah pekerja anak merupakan masalah

klasik dalam hal perlindungan anak.

Sebagai Negara yang telah meratifikasi Konvensi Hak Anak (KHA) dalam

Keppres No.36 Tahun 1990, maka ada baiknya kita merujuk pada KHA untuk

semua masalah seputar anak yang kita temui. Di dalam pasal 32 dari KHA,

Page 4: Proposal Penelitian Metodologi Penelitian Sosial

dinyatakan bahwa anak mempunyai hak untuk dilindungi dari segala bentuk

eksploitasi ekonomi dan dari setiap bentuk pekerjaan yang berbahaya dan

mengganggu pendidikannya, membahayakan kesehatannya atau mengganggu

perkembangan fisik, mental, spiritual, moral, dan sosial anak. Oleh karena itu

negara berkewajiban untuk menentukan batas usia minimum pekerja anak,

mengatur jam dan kondisi penempatan kerja, serta menetapkan sanksi dan

menjatuhi hukuman kepada pihak-pihak yang melanggar peraturan tersebut.

Dalam hal ini, bisa dikatakan bahwa Negara telah menunaikan core

obligation-nya melalui UU Ketenagakerjaan tersebut. Negara telah menetapkan

batas usia minimum pekerja anak, telah mengatur bahwa anak harus dihindarkan

dari kondisi pekerjaan yang berbahaya. Tetapi persoalan implementasi merupakan

masalah yang sangat berbeda.

Menurut Kusumaningrum (2002) Ada tiga pendekatan dalam memandang

masalah pekerja anak, yaitu penghapusan (abolition), perlindungan (protection),

dan pemberdayaan (empowerment). Pendekatan abolisi mendasarkan

pemikirannya pada bahwa setiap anak tidak boleh bekerja dalam kondisi apapun,

karena anak punya hak yang seluas-luasnya untuk bersekolah dan bermain, serta

mengembangkan dirinya seoptimal mungkin. Sementara pendekatan proteksi

mendasarkan pemikirannya pada jaminan terhadap hak sipil yaitu bahwa sebagai

manusia dan sebagai warga negara setiap anak punya hak untuk bekerja. Dan

pendekatan pemberdayaan sebenarnya merupakan lanjutan dari pendekatan

proteksi, yang mengupayakan pemberdayaan terhadap pekerja anak agar mereka

dapat memahami dan mampu memperjuangkan hak-haknya. Pada dasarnya ILO

didukung beberapa negara termasuk Indonesia secara terus-menerus

mengupayakan pendekatan abolisi atau penghapusan terhadap segala bentuk

pekerja anak.

Kondisi-kondisi yang sangat merugikan seperti diupah dengan murah,

rentan terhadap eksploitasi, rentan terhadap kecelakaan kerja, rentan terhadap

PHK yang semena-mena, serta berpotensi untuk kehilangan akses dan kesempatan

Page 5: Proposal Penelitian Metodologi Penelitian Sosial

mengembangkan diri, menimbulkan kewajiban baru bagi negara untuk

memberikan perlindungan kepada anak yang terpaksa bekerja, dan bahwa kepada

anak yang bekerja harus diberikan perlindungan melalui peraturan

ketenagakerjaan agar mereka mendapatkan hak-haknya sebagai pekerja

sebagaimana orang dewasa dan agar mereka terhindar dari segala bentuk

eksploitasi dan penyalahgunaan.

Kabupaten Bogor, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat,

Indonesia. Ibukotanya adalah Cibinong. Kabupaten ini berbatasan dengan

Kabupaten Tangerang (Banten), Kota Depok, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi

di utara; Kabupaten Karawang di timur, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten

Sukabumi di selatan, serta Kabupaten Lebak (Banten) di barat. Kabupaten Bogor

terdiri atas 40 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan.

Kabupaten Bogor terbagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah Timur,

Tengah dan Barat. Untuk wilayah Tengah yakni Kecamatan Ciomas Pintu Ledeng

dapat dikategorikan sebagai desa miskin dikarenakan menerima bantuan

RASKIN, Imunisasi gratis, serta penerima fasilitas pemberdayaan PNPM mandiri.

1.2 Rumusan Masalah

Rumahtangga miskin di pedesaan memiliki beberapa strategi dalam

pemenuhan kebutuhannya demi bertahan hidup. Salah satu strateginya ialah

memanfaatkan anak sebagai solusi pemenuhan ekonomi rumah tangga. Hal ini

menjadi pilihan utama dikarenakan anak diposisikan sebagai tenaga kerja

potensial yang dapat menaikkan derajat perekonomian rumahtangga miskin ke

status sosial yang lebih baik.

Berdasarkan realitas tersebut, penelitian ini merumuskan beberapa

pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah bentuk strategi nafkah (untuk melihat strategi survival)

rumah tangga miskin yang melibatkan anaknya sebagai pencari

nafkah?

Page 6: Proposal Penelitian Metodologi Penelitian Sosial

2. Seberapa besarkah sumbangan ekonomi tenaga kerja anak terhadap

rumah tangga miskin ?

3. Bagaimana dampak sosial yang muncul pada anak yang bekerja

sebagai akibat dari strategi nafkah tersebut ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan di dalam rumusan masalah

melalui observasi dan wawancara dari fakta dan data yang ada di lapang.

Mengacu kepada pertanyaan penelitian diatas, tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengkaji bentuk strategi nafkah rumah tangga miskin di pedesaan yang

melibatkan anaknya sebagai pencari nafkah.

2. Menggambarkan besarnya sumbangan ekononomi tenaga kerja anak

terhadap perekonomian rumah tangga miskin di pedesaan.

3. Menjelaskan dampak sosial pada tenaga kerja anak yang bekerja sebagai

akibat dari strategi nafkah tersebut.

Page 7: Proposal Penelitian Metodologi Penelitian Sosial

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemiskinan

Ginandjar (1993) menjelaskan kemiskinan ditandai oleh pengangguran

dan keterbelakangan yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan.

Masyarakat miskin umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas

aksesnya kepada kegiatan ekonomi sehingga makin tertinggal jauh dari

masyarakat lain yang memiliki potensi lebih tinggi. Keadaan kemiskinan

umumnya diukur dengan tingkat pendapatan. Kemiskinan dapat menghambat

banyak hal salah satunya ialah menghambat arus pertumbuhan ekonomi. Oleh

karena itu penanggulangan kemiskinan merupakan hal utama yang dapat

memperkuat dasar pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Pendekatan yangditerapkan Badan Pusat Statistik adalah menggunakan

pengukuran kebutuhan dasar untuk menghitung angka kemiskinan. Dengan

pendekatan ini, kemiskinan dikonseptualisasikan sebagai ketidakmampuan dalam

memenuhi kebutuhan dasar. Dengan kata lain, kemiskinan dipandang sebagai

ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutujhan makanan maupun

non makanan yang bersifat mendasar.

Terdapat dua faktor penyebab kemiskinan menurut Darwis (2004) ada dua

faktor utama, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari

sumberdaya manusia dan sumberdaya fisik. Sumber daya manusia identik dengan

lapangan pekerjaan dan pendidikan, sedangkan sumberdaya fisik yang dimiliki

seperti status tanah, kesejahteraan petani juga dapat menggambarkan tingkat

kesejahteraan sebuah rumahtangga. Acuan tingkat kesejahteraan tersebut adalah

kondisi rumah. Sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh potensi / keadaan

wilayah, sarana dan prasarana, kelembagaan, aksesibilitas terhadap faktor

produksi, modal, pasar, dan faktor ekonomi lainnya.

Page 8: Proposal Penelitian Metodologi Penelitian Sosial

2.2 Pekerja Anak dalam Rumatangga Miskin

Usman dan Naschrowi (2004) melihat bahwa kemiskinan merupakan

faktor utama yang mendorong munculnya pekerja anak,maka program

pengentasan kemiskinan melaluiprogram Instruksi Presiden tentang Daerah

Tertinggal (IDT) dapatdimasukkan sebagai salah satu kebijakan pemerintah untuk

menanggulangi permasalahan anak – anak yang bekerja. Program ini merupakan

upaya sistematis untuk mendorong rumahtangga miskin di kampong tertinggal

untuk mengembangkan kegiatan – kegiatan produktif melalui penyediaan modal

usaha.

Pekerja anak lebih disebutkan kepada anak – anak yang bekerja di bawah

umur. Definisi ini diperjelas dengan anak yang bekerja pada usia sekolah dan

sebelumnya (1-16 tahun). Nachrowi, et al, (1997) dalam Usman dan Nachrowi

(2004) menyebutkan keberadaan pekerja anak terutama di Negara – Negara

berkembang telah lama menjadi sorotan internasional. Keunggulan komparatif

yang dimiliki Negara – Negara berkembang, termasuk Indonesia dengan

membayar upah buruh murah termasuk mempekerjakan anak – anak banyak

mendapat kritikan dari Negara maju. Tetapi dibalik kritikan itu, banyak orang

berpendapat bahwa isu pekerja anak telah dipergunakan oleh Negara yang lebih

maju secara ekonomis, sekedar se3bagai alat politik untuk menekan Negara –

Negara berkembang secara tidak adil. (Mboi dan Irwanto 1998) dalam Usman dan

Nachrowi, 2004)

2.3 Konsep Strategi nafkah

Dharmawan (2001) menjabarkan secara umum bahwa strategi nafkah

dapat dibagi ke dua kelompok yaitu :

1. Strategi nafkah normative, strategi ini berbasiskan pada kegiatan social

ekonomi yang tergolong ke dalam kegiatan positif seperti kegiatan

produksi, sistem pertukaran, migrasi, maupun strategi social dengan

membangun jaringan social. Strategi ini juga disebut sebagai “ peaceful

ways” dalam melaksanakan strategi nafkah.

Page 9: Proposal Penelitian Metodologi Penelitian Sosial

2. Strategi nafkah yang illegal, dalam strategi ini termasuk didalamnya

berbagai tindakan social ekonomi yang melanggar hokum dan illegal.

Seperti penipuan, perampokan, pelacuran, dan sebagainya. Kategori ini

juga disebut sebagai “non peaceful” karena cara yang ditempuh biasanya

menggunakan cara kekerasan atau kriminal.

2.4 Kerangka analisis

Kemiskinan di Pedesaan

Ketiadaan Aset :

Pendidikan Modal Jaringan

Ketiadaan Akses :

Pekerjaan

Alokasi Sumberdaya Manusia dalam Rumahtangga

Melibatkan tenaga kerja anak (berusia < 15 tahun)

Efek :

Perubahan tingkat kesejahteraan masyarakat

Perubahan Struktur keluarga

Berubahnya kehidupan sosial pada anak

Page 10: Proposal Penelitian Metodologi Penelitian Sosial

Masyarakat miskin di pedesaan umumnya tidak memiliki akses

pendidikan, modal, maupun relasi yang begitu memadai sehingga tujuan hidup

mereka hanyalah sebatas untuk dapat bertahan hidup. Mereka tidak berfikir untuk

memenuhi kebutuhan tersier yang dapat meningkatkan derajat perekonomian

mereka. Dengan segala keterbatasannya masyarakat miskin di pedesaan tidak

memiliki ruang gerak dalam memperbaiki perekonomian mereka yang serba

terbatas. Oleh karena itu, seiring dengan perkembangan zaman yang diwarnai oleh

arus industrialisasi di pedesaan. Kini masyarakat miskin mengalokasikan

sumberdaya manusia dalam rumahtangga mereka dengan memanfaatkankan

tenaga kerja anak yang dilihat lebih memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan

rumahtangga. Hal ini nampaknya berdampak pada perubahan kesejahteraan

masyarakat.

2.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat disusun hipotesis penelitian

sebagai berikut

1. Masyarakat miskin di pedesaan mengalokasikan sumberdaya manusia

rumahtangga dengan memanfaatkan tenaga kerja anak sebagai strategi

nafkah dalam memenuhi kebutuhannya.

2. Alokasi pendapatan rumahtangga yang lebih besar disinyalir bersumber

pada tenaga kerja anak.

3. Anak yang bekerja di usia dini akan kehilangan masa – masa dalam

mengenyam pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi sehingga berpotensi

tidak akan memiliki kesempatan untuk medapatkan pekerjaan yang lebih

baik.

2.6 Definisi Operasional

Penulis menggunakan definisi operasional agar mempermudah dalam

memahami realita social yang ada dilapangankhususnyamengenai tenaga kerja

anak dalam rumahtangga miskin di pedesaan. Istilah – istilah yangdigunakan pada

penelitian iniantara lain :

Page 11: Proposal Penelitian Metodologi Penelitian Sosial

1. Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sejumlah orang

memiliki tingkat kekurangan dalam memenuhi kebutuhannya

dibandingkan dengan kehidupan umum yang berlaku di masyarakat.

2. Strategi bertahan hidup adalah cara masyarakat miskin di pedesaan untuk

dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara memanfaatkan tenaga kerja

anak di bawah umur untuk menhasilkan pendapatan rumahtangga.

3. Alokasi sumberdaya manusia adalah pembagian penggunaan tenaga kerja

anak dengan bekerja.

4. Pekerja anak dibawah umur adalah anak pada usia dibawah 16 tahun yang

bekerja dengan mendapatkan upah kerja.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik. Berita Resmi Statistik (2011). Tingkat Kemiskinan di

Indonesia Tahun 2011. No.38/11/Th.X, 2 Juli 2011

Dharmawan, A . 2001. Farm Household Livelihood Strategies and Socio economics Changes in Rural Indonesia. Disertasim University of Gottingen. Jerman

Darwis, V. 2004. Faktor Penyebab Kemiskinan, Sumber Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga Miskin Lahan Pesisir di Kabupaten Lamongan. Working Paper no 58. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian : Bogor. http : // pse.litbang.deptan.go.idindpdffilesWF58.2004.pdf. diakses pada 6 November 2012 19.23

Geertz, Clifford (1976). Involusi pertanian, proses perubahan ekologi di Indonesia (Agriculture involution), (Supomo, Trans). Jakarta : Bharatara K.A

Sajogjo (2006). Ekososiologi, deideologisasi teori, restrukturisasi aksi (petani

dan Pedesaan sebagai kasus uji ). Yogyakarta : Pustaka Rakyat Cerdas

Sukindari, B.S. 2004. Peranan Pekerja Anak Bagi Keluarga (Studi kasus : Pekerja Anak Pada Industri Kerajinan Tas Kulit di Desa Tegalrawu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi, Institut Pertanian Bogor