Proposal Penelitian Kecil

31
PROPOSAL PROYEK ANATOMI FISIOLOGI HEWAN (BI-2103) PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN B12 TERHADAP JUMLAH ERITROSIT MENCIT (MUS MUSCULUS) Disusun oleh: Kelompok 4 Satria Abi Dileyon 10614006 Winda Nazirah Sulistia 10614022 M. Aslam Fadritama 10614024 Carolin 10614036 Muti’ah Nurul Jihadah 10614055 Asisten: Rahayu Jatiningsih 10612014

Transcript of Proposal Penelitian Kecil

Page 1: Proposal Penelitian Kecil

PROPOSAL PROYEK ANATOMI FISIOLOGI HEWAN (BI-2103)

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN B12 TERHADAP

JUMLAH ERITROSIT MENCIT (MUS MUSCULUS)

Disusun oleh:

Kelompok 4

Satria Abi Dileyon 10614006

Winda Nazirah Sulistia 10614022

M. Aslam Fadritama 10614024

Carolin 10614036

Muti’ah Nurul Jihadah 10614055

Asisten:

Rahayu Jatiningsih

10612014

PROGRAM STUDI BIOLOGI

SEKOLAH DAN ILMU TEKNOLOGI HAYATI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BANDUNG

2015

Page 2: Proposal Penelitian Kecil

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hematologi dikenal sebagai cabang ilmu kedokteran mengenai sel

darah, organ pembentuk darah, dan kelainan yang berhubungan dengan sel

serta organ pembentuk darah. (Pherson, 2004). Pemeriksaan hematologi

merupakan sekelompok pemeriksaan laboratorium yang terdiri atas

beberapa macam pemeriksaan. Pemeriksaan darah ini, dapat dibagi menjadi

dua jenis, yaitu yang dapat dilakukan secara rutin dan yang khusus

(Syamsul, 1987).

Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin, jumlah lekosit, hitung

jenis lekosit, Laju Endap Darah (LED) (Syamsul, 1987). Pemeriksaan darah

khusus meliputi gambaran darah tepi, jumlah eritrosit, hematokrit, indeks

eritrosit, jumlah retikulosit dan jumlah trombosit. Pemeriksaan hematokrit

merupakan salah satu pemeriksaan darah khusus yang sering dikerjakan di

laboratorium berguna untuk membantu diagnosa berbagai penyakit

diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD), anemia, polisitemia.

1.2. Tujuan

Penelitian kecil ini bertujuan untuk:

1. Menentukan pengaruh Vitamin B12 terhadap eritrosit mencit.

2. Menentukan konsentrasi vitamin B12 yang optimal meningkatkan

jumlah eritrosit

1.3. Hipotesis

Pemberian Vitamin B12 dapat meningkatkan kadar eritrosit pada darah.

Peningkatan kadar eritrosit tersebut disebabkan karena Vitamin B12 dapat

mendorong pembentukan Eritrosit.

Page 3: Proposal Penelitian Kecil

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komponen pengukuran parameter hematologi

Hematologi merupakan spesialisasi medis yang berkenaan dengan

studi mengenai darah, jaringan yang menghasilkan darah, kelainan,

penyakit, dan gangguan yang berkaitan dengan darah. Sel dan plasma

darah mempunyai peran fisiologis yang sangan penting dalam

diagnosis, prognosis dan terapi suatu penyakit. Pengukuran hematologi

hewan meliputi pengukuran kadar hemoglobin, penghitungan total

eritrosit, penghitungan total leukosit dan dan pengukuran hematokrit.

Darah dapat digunakan sebagai petunjuk keparahan suatu penyakit yaitu

dengan pemeriksaan hematologi. Susunan darah atau pemeriksaan

hematologi merupakan faktor penting dalam diagnosis, prognosis dan

terapi suatu penyakit. Hematologi merupakan disiplin ilmu yang

mempelajari komponen sel darah serta kelainan fungsional dari sel

tersebut, selain itu juga mempelajari volume darah, sifat aliran darah

dan hubungan fisik antara sel-sel darah dan plasma (Yuwono, 2001).

Haemoglobin merupakan senyawa organik yang kompleks terdiri

atas 4 pigmen porfirin merah yang mengandung atom Fe dan globulin

yang merupakan protein globuler ( terdiri atas asam 4 amino).

Haemoglobin yang mengikat oksigen disebut oksihaemoglobin. Kadar

hemoglobin bervariasi dengan jumlah sel darah merah yang ada. Secara

fisiologis, hemoglobin sangat penting untuk kehidupan hewan dan

sangat menentukan kemampuan kapasitas pengikatan oksigen oleh

darah (Evans, 1988).Difusi oksigen dari atmosfer ke dalam air dapat

terjadi secara langsung pada kondisi air diam (stagnant). Difusi juga

dapat terjadi karena pergolakan massa air akibat adanya gelombang

atau ombak dan air terjun. Namun difusi oksigen dari atmosfer ke

perairan berlangsung relatif lambat, meskipun terjadi pergolakan massa

Page 4: Proposal Penelitian Kecil

air oleh karena itu, sumber utama oksigen di perairan adalah

fotosintesis (Effendi, 2003).

2.2 Komponen-komponen pada Darah

Tiga jenis sel darah utama adalah sel darah merah (eritrosit), sel

darah putih (leukosit), dan trombosit. Cairan plasma membentuk 45

sampai 60% dari volume darah total, sel darah merah (SDM)

menempati sebagian besar volume sisanya. Proporsi sel dan plasma

diatur dan dijaga dengan relative konstan (Pherson, 2004).

Darah memiliki komponen-komponen penyusun, yaitu: elemen

seluler dan plasma darah. Elemen seluler berupa eritorsit, leukosit, dan

tombosit. Tiap jenis darah memiliki jenis dan fungsinya masing-

masing.

Eritrosit merupakan bagian utama dari sel darah. Jumlah pada pria

dewasa adalah lima juta/μl darah sedangkan pada wanita empat juta/μl

darah. Berbentuk bikonkaf, warna merah disebabkan oleh adanya

Hemoglobin. Dihasilkan oleh limpa, hati dan sum-sum tulang pada

tulang pipih. Berusia sekitar 120 hari, sel yang telah tua dihancurkan di

hati dan dirombak menjadi pigmen bilirubin (Pigmen empedu). Fungsi

primernya adalah mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan dan CO2

dari jaringan ke paru-paru. Morfologi Mikroskopis Eritrosit dengan

Pembesaran objektif 100 kali (Jain, 1993).

Leukost memiliki jumlah sel pada orang dewasa 6000-9000 sel/μl

darah. Diproduksi di sum-sum tulang, limpa dan kelenjar limfe.

Leukosit terdiri dari 2 jenis, yaitu granulosit dan agranulosit.

Granulosit merupakan leukosit yang di dalam sitoplasmanya

memiliki granula. Granulosit dibagi menjadi 3, yaitu: Eosinofil yang

mengandung granula berwarna merah dan berperan pada reaksi alergi

(terutama infeksi cacing); Basofil yang mengandung granula berwarna

biru dan berperan pada reaksi alergi; Netrofil (Batang dan Segmen)

Page 5: Proposal Penelitian Kecil

yang disebut juga sel Poly Morpho Nuclear dan berfungsi sebagai

fagosit (Frandson, 1986).

Agranulosit merupakan lekosit yang sitoplasmanya tidak memiliki

granula. Agranulosit dibagi menjadi beberapa jenis, dilihat dari:

Limfosit (berfungsi sebagai sel kekebalan tubuh), ada 2 jenis, yaitu :

Limfosit T: Berperan sebagai imunitas seluler; dan Limfosit B :

Berperan sebagai imunitas humoral (Frandson, 1986). Monosit yaitu

Lekosit dengan ukuran paling besar Fungsi leukosit ada dua, yaitu:

Fungsi defensif yaitu fungsi untuk mempertahankan tubuh terhadap

benda-benda asing termasuk mikroorganisme penyebab infeksi. Fungsi

reparatif yaitu fungsi yang memperbaiki / mencegah terjadinya

kerusakan terutama kerusakan vaskuler / pembuluh darah. (Frandson,

1986).

Trombosit memiliki jumlah pada orang dewasa 200.000-500.000

sel/μl darah. Bentuknya tidak teratur dan tidak mempunyai inti.

Diproduksi pada sum-sum tulang dan berperan dalam proses

pembekuan darah (Pearce, 1989).

2.3 Penyakit atau gangguan pada darah yang menyangkut dengan

parameter yang terukur

Ada beberapa jenis penyakit yang dapat di lihat melalui

hematologi. Anemia, merupakan penyakit kurang darah, disebabkan

kandungan Hb rendah, berkurangnya sel darah merah, atau menurunnya

volume darah dari ukuran normal. Leukemia (kanker darah), merupakan

penyakit yang disebabkan bertambahnya leukosit yang tidak terkendali

akibat kanker jaringan penghasil sel-sel darah putih (Martini, 2012).

2.4 Fungsi dari vitamin B

Vitamin termasuk ke dalam mikronutrien yang diperlukan dalam

tubuh. Dengan kata lain vitamin memang tidak diperlukan dalam

jumlah yang banyak sebagaimana zat-zat makronutrien, namun fungsi

Page 6: Proposal Penelitian Kecil

vitamin cukup vital untuk mengaktivasi fungsi-fungsi tubuh. Total

jumlah vitamin yang diperlukan oleh tubuh ada 13 vitamin, dimana 8 di

antaranya masuk ke dalam grup vitamin B—atau B-kompleks.

Kedelapan anggota vitamin B-kompleks tersebut larut dalam air.

Meski demikian vitamin B-kompleks juga sangat rentan rusak dan

hancur, terutama oleh alkohol dan sumber makanan yang telah diolah

melalui proses pemasakan. Berikut data mengenai masing-masing

vitamin B (Ganong,1998).

1. Tiamin (B1)

Vitamin B1 bermanfaat untuk mengubah glukosa menjadi energidan

berkontribusi dalam fungsi syaraf. Vitamin B1 dapat ditemukan pada

seluruh jenis biji-biji sereal, gandum, nasi, kacang, polong, makanan laut

seperti kepiting, kerang dan udang. Dosis yang dibutuhkan bagi pria

adalah 1,2 mg dan wanita 1,1 mg. Kekurangan tiamin dapat

mempengaruhi fungsi kardiovaskular, otot, usus, serta degenerasi fungsi

sistem syaraf yang ditandai dengan munculnya gejala mudah bingung,

mudah marah, koordinasi lengan dan kaki yang buruk, mudah lesu dan

lelah.

2. Riboflavin (B2)

Manfaat vitamin B2 ialah untuk membantu proses metabolisme energi

yang baik untuk membantu kesehatan penglihatan serta kulit. Riboflavin

dapat ditemukan pada susu, yogurt, keju, roti dan sereal gandum, putih

telur, sayur-sayuran hijau, daging, serta ragi. Dosis yang dibutuhkan pria

adalah 16 mg dan wanita 14 mg.

Kekurangan riboflavin atau yang sering disebut pula dengan

ariboflavinosis biasanya muncul bersama dengan kekurangan vitamin B

lainnya. Gejala yang dapat dilihat dari kekurangan vitamin B2 ini ialah

peradangan lidah—termasuk pecah-pecah dan kemerahan pada lidah dan

sudut bibir, rasa geisah, peradangan pada kelopak mata sehingga mata

sensitif terhadap cahaya dan kornea berwarna merah, rambut rontok serta

kulit kasar.

Page 7: Proposal Penelitian Kecil

3. Niasin (B3)

Vitamin B3 sangat baik untuk membantuk mengubah karbohidrat,

lemak dan alkohol ke dalam bentuk energi. Selain itu niasin juga baik untuk

menunjang kesehatan kulit serta sistem pencernaan dan syaraf. Meski

manfaat vitamin B satu ini sangat penting, namun apabila dikonsumsi

berlebihan niasin justru akan memberi dampak seperti obat pada sistem

syaraf dan gula darah dimana efek samping yang ditimbulkan ialah gatal,

kemerah-merahan, nausea, serta berpotensi menimbulkan kerusakan hati.

Niasin dapat ditemukan pada daging merah, ikan, daging unggas, susu,

telur, sereal dan roti gandum, kacang-kacangan, jamur serta seluruh

makanan yang mengandung protein. Dosis yang dibutuhkan pria 16 mg dan

wanita 14 mg.

Dampak dari kekurangan niasin ialah resiko terkenan pellagra yang

berkaitan langsung dengan masalah pencernaan. Dampak-dampak tersebut

cukup parah karena dapat menimbulkan dementia, diare dan dermatitis.

Selain itu kekurangan niasin dapat dilihat gejala-gejalanya seperti

pembengkakakn lidah, mudah emosi, hilang nafsu makan, kebingungan,

lemah dan mudah pusing. Apabila tidak cepat didiagnosa dan ditangani,

tidak dipungkiri apabila penyakit ini dapat berdampak langsung terhadap

kematian.

4. Pantothenic acid (B5)

Vitamin B5 bermanfaat untuk membantu proses metabolisme

karbohidrat, protein, lemak dan alkohol. Selain itu vitamin B5 juga memiliki

fungsi untuk memproduksi sel darah merah dan hormon steroid. Vitamin B5

dapat mudah ditemui di berbagai jenis makanan, meski demikian sumber

yang paling baik mengandung vitamin B5 ialah daging, susu, telur, ragi,

kacang, sarden, alpukat dan semangka. Dosis yang dibutuhkan per-hari bagi

pria 6 mg dan wanita 4 mg.

Meski sangat jarang ditemui kasus kekurangan pantothenic acid, namun

bukan berarti kekurangan dari vitamin B jenis ini tidak memiliki dampak

buruk bagi tubuh. Hal ini karena kekurangan vitamin B5 dapat berdampak

Page 8: Proposal Penelitian Kecil

langsung pada kurangnya nafsu makan, kelelahan dan insomnia, konstipasi

serta menimbulkan stres pada usus yang dapat menyebabkan rasa mual dan

ingin muntah.

5. Biotin (B7)

Vitamin B7 bermanfaat membantu metabolisme energi dan asam amino

serta sintesa lemak dan glikogen dalam tubuh. Meski fungsinya sangat

esensial bagi tubuh, namun biotin tidak perlu dikonsumsi berlebihan pula

karena dapat berpengaruh pada naiknya kolestorel dalam darah.

Sumber-sumber makanan yang mengandung banyak bioting ialah

kembang kol, kuning telur, kacang, ayam, ikan salmon, pisang, ragi dan

jamur. Dosis yang dibutuhkan per-hari bagi pria adalh 30 mkg; wanita 25

mkg; wanita menyusui 35 mkg; wanita hamil 30 mkg.

Sebagaimana vitamin B5, jarang pula ditemui kasus kekurangan

vitamin B7.  Namun apabila mengkonsumsi terlalu banyak putih telur,

kemungkinan kekurangan vitamin B7 semakin membesar karena protein

dalam putih telur menghambat penyerapan biotin dalam tubuh. Jika

demikian akan muncul gejala-gejala seperti kulit kusam dan kering, rambut

rontok, lidah pecah-pecah, depresi, halusinasi, hilang nafsu makan, serta

lesu dan lemas.

6. Piridoksin (B6)

Vitamin B6 berfungsi untuk proses metabolisme protein dan

karbohidrat, pembentukan sel darah merah dan beberapa zat kimia penting

pada otak. Dengan demikian tidak hanya mempengaruhi kinerja otak,

piridoksin juga mempengaruhi fungsi imunitas dan aktivitas hormon steroid.

Meski demikian jangan mengkonsumsi vitamin B6 lebih dari 50 mg per-hari

karena dapat menimbulkan efek mati rasa pada tangan dan kaki, bahkan

apabila fatal akan berdampak langsung terhadap kerusakan syaraf.

Asupan vitamin B6 dapat diperoleh dari biji-biji sereal, sayur-sayuran

hijau dan buah-buahan ungu, daging unggas, daging sapi, dan ikan. Dosis

yang dibutuhkan per-hari bagi pria adalah 1,3 mg; wanita 1,3 mg.

Page 9: Proposal Penelitian Kecil

Dampak-dampak yang dapat ditimbulkan dari kekurangan vitamin B6

yang mungkin muncul akibat menstruasi atau konsumsi alkohol berlebih

ialah insomnia, anemia, depredi, lidah halus, pecah-pecah di sudut bibir,

mudah marah, serta linu otot.

Asam Folat (B9)

Vitamin B9 bermanfaat untuk membantu pembentukan sel darah merah,

mencegah kerusakan pada syaraf janin serta mengembangkan sistem syaraf,

perkembangan sel dan sintesa DNA pada bayi dalam kandungan. Asam folat

dapat ditemukan pada sayuran berdaun hijau, kacang polong, biji-bijian,

daging unggas, telur, sereal dan buah-buahan sitrus. Dosis yang dibutuhkan

pria dan wanita 400 mkg; ibu hamil 600 mkg, ibu menyusui 500 mkg.

Kekurangan asam folat dapat berdampak langsung pada munculnya

gejala anemia, kekurangan berat badan, kelelahan, serta pada masa

kehamilan dapat meningkatkan resiko kerusakan syaraf pada bayi di

kandungan.

7. Kobalamin (B12)

Vitamin B12 bermanfaat untuk memproduksi dan menunjang sel mielin

yang meyelubungi sel-sel saraf, kemampuan mental, pembentukan sel darah

merah dan pemecah asam lemak dan amino untuk menghasilkan energi.

Daging sapi, ikan, hati, telur, susu, kedelai dan rumput laut merupakan

contoh makanan yang mengandung kobalamin. Dosis yang dibutuhkan pria

dan wanita adalah 2,4 mkg.

Pada dasarnya kekurangan vitamin B12 lebih banyak dialami oleh

orang yang sudah lanjut usia, bayi menyusui serta ibu-ibu yang vegetarian.

Gejala yang ditimbulkan antaranya ialah rasa lelah dan lesu, kurang nafsu

makan dan berat badan turun, apatis dan depresi, lidah halus, anemia serta

degenerasi pada perkembangan sel saraf tepi. Hal ini disebabkan karena

vitamin B12 merupakan ko-substrat pembentukan neurotransmiter

(Biemans, 2014).

Page 10: Proposal Penelitian Kecil

2.5 Proses pembentukan darah

Proses pembentukan eritrosit yang disebut sebagai eritropoiesis

merupakan proses yang diregulasi ketat melalui kendali umpan balik.

Pembentukan eritrosit dihambat oleh kadar hemoglobin diatas normal

dan dirangsang oleh keadaan anemia dan hipoksia. Eritropoiesis pada

masa awal janin terjadi dalam yolk sac, pada bulan kedua kehamilan

eritropoiesis berpindah ke liverdan saat bayi lahir eritropoiesis di liver

berhenti dan pusat pembentukan eritrosit berpindah ke sumsum tulang

(Williams, 2007). Pada masa anak-anak danremaja semua sumsum

tulang terlibat dalam hematopoiesis, namun pada usia dewasa hanya

tulang-tulang tertentu seperti tulang panggul, sternum, vertebra, costa,

ujung proksimal femur dan beberapa tulang lain yang terlibat

eritropoiesis. Bahkan pada tulang-tulang seperti disebut diatas beberapa

bagiannya terdiri dari jaringan adiposit. Pada periode stress

hematopoietik tubuh dapat melakukan reaktivasi pada limpa, hepar dan

sumsum berisi lemak untuk memproduksi sel darah, keadaan ini disebut

sebagai hematopoiesis ekstramedular (Munker, 2006).

Proses eritropoiesis diatur oleh glikoprotein bernama eritropoietin

yang diproduksi ginjal (85%) dan hati (15%). Pada janin dan neonatus

pembentukan eritropoietin berpusat pada hati sebelum diambil alih oleh

ginjal (Ganong, 1999). Eritropoietin bersirkulasi di darah dan

menunjukkan peningkatan menetap pada penderita anemia, regulasi

kadar eritropoietin ini berhubungan eksklusif dengan keadaan hipoksia.

Sistem regulasi ini berkaitan erat dengan faktor transkripsi yang dinama

i hypoxia induced factor-1 (HIF-1) yang berkaitan dengan proses

aktivasi transkripsi gen eritropoeitin. HIF-1 termasuk dalam sistem

detektor kadar oksigen yang tersebar luas di tubuh dengan efek relatif

luas (cth: vasculogenesis, meningkatkan reuptake glukosa, dll), namun

perannya dalam regulasi eritropoiesis hanya ditemui pada ginjal dan

hati (Williams, 2007). Eritropoeitin ini dibentuk oleh sel-sel endotel

peritubulus di korteks ginjal, sedangkan pada hati hormon ini

Page 11: Proposal Penelitian Kecil

diproduksi sel Kupffer dan hepatosit. Selain keadaan hipoksia beberapa

zat yang dapat merangsang eritropoiesis adalah garam-garam kobalt,

androgen, adenosin dan katekolamin melalui sistem β-adrenergik.

Namun perangsangannya relatif singkat dan tidak signifikan

dibandingkan keadaan hipoksia (Harper,2003).

Eritropoietin yang meningkat dalam darah akan mengikuti sirkulasi

sampai bertemu dengan reseptornya pada sel hematopoietik yaitu sel

bakal/stem cell beserta turunannya dalam jalur eritropoiesis. Ikatan

eritropoietin dengan reseptornya ini menimbulkan beberapa efek

seperti:

1. Stimulasi pembelahan sel eritroid (prekursor eritrosit).

2. Memicu ekspresi protein spesifik eritroid yang akan

menginduksi diferensiasi sel-sel eritroid.

3. Menghambat apoptosis sel progenitor eritroid.

Eritropoietin bersama-sama dengan stem cell factor, interleukin-3,

interleukin-11, granulocyte-macrophage colony stimulating factor dan

trombopoietin akan mempercepat proses maturasi stem celleritroid

menjadi eritrosit (Hoffman,2005). Secara umum proses pematangan

eritosit dijabarkan sebagai berikut :

Stem cell: eritrosit berasal dari sel induk pluripoten yang dapat

memperbaharui diri dan berdiferensiasi menjadi limfosit,

granulosit, monosit dan megakariosit (bakal platelet).

BFU-E : burst-forming uni-eritroid, merupakan

prekursorimatur eritroid yang lebih fleksibel dalam ekspresi

genetiknya menjadi eritrosit dewasa maupun fetus. Sensitivitas

terhadap eritropoeitin masih relatif rendah.

CFU-E : colony-forming unit eritroid, merupakan prekursor

eritroid yang lebih matur dan lebih terfiksasi pada salah satu

jenis eritrosit (bergantung pada subunit hemoglobinnya.

Proeritroblast, eritroblast dan normoblast : progenitor eritrosit

ini secara morfologis lebih mudah dibedakan dibanding sel

Page 12: Proposal Penelitian Kecil

prekursornya, masih memiliki inti, bertambah banyak melalui

pembelahan sel dan ukurannya mengecil secara progresif

seiring dengan penambahan hemoglobin dalam sel tersebut.

Retikulosit : eritrosit imatur yang masih memiliki sedikit

sisa nukleus dalam bentuk poliribosom yang aktif

mentranslasi mRNA, komponen membran sisa dari sel

prekursornya, dan hanya sebagian enzim, protein serta

fosfolipid yang diperlukan sel selama masa hidupnya.

Selelah proses enukleasi, retikulosit akan memasuki

sirkulasi dan menghabiskan sebagian waktu dalam 24 jam

pertamanya di limpa untuk mengalami proses maturasi

dimana terjadi remodeling membran, penghilangan sisa

nukleus, dan penambahan serta pengurangan protein, enzim,

dan fosfolipid. Setelah proses ini barulah eritrosit mencapai

ukuran dan fungsi optimalnya dan menjadi matur (Munker,

2006).

Hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan globin yang

membentuk struktur tetramer. Sintesis globin terjadi seperti protein

pada umumnya, mRNA dari intisel akan ditranslasi ribosom untuk

merakit rantai asam amino untuk membentuk globin. Di sisi lain

proses pembentukan heme relatif lebih kompleks, bahan dasar heme

adalah asam amino glisin dan suksinil-KoA, hasil dari siklus asam

sitrat. Pada awalnya proses ini terjadi di dalam mitokondria,

kemudian setelah terbentuk δ-aminolevulinat (ALA) reaksi terjadi di

sitoplasma sampai terbentuk coproporhyrinogen III, kemudian

substrat akan masuk kembali kedalam mitokondria untuk

menyelesaikan serangkaian reaksi pembentukan heme yaitu

penambahan besi ferro ke cincin protoporphyrin. (Harper, 2003).

Sintesis heme terjadi hampir pada semua sel mamalia dengan

pengecualian eritrosit matur yang tidak memiliki mitokondria,

namun hampir 85% heme dihasilkan oleh sel prekursor eritroid pada

Page 13: Proposal Penelitian Kecil

sumsum tulang dan hepatosit. Regulasi sintesis heme terjadi melalui

mekanisme umpan balik oleh enzim δ-aminolevulinat sintase

(ALAS), ALAS tipe 1 ditemukan pada hati sedangkan ALAS tipe 2

ditemukan pada sel eritroid. Heme tampaknya bekerja melalui

molekul aporepresor bekerja sebagai regulator negatif terhadap

sintesis ALAS1, pada percobaan tampak bahwa sintesis ALAS1

tinggi saat kadar heme rendah dan hampir tidak terjadi saat kadar

heme tinggi. Selain sintesis hemoglobin, heme juga dibutuhkan

enzim hati sitokrom P450 untuk memetabolisme zat lain, keadaan ini

dapat meningkatkan kerja ALAS1 (Harper, 2003).

Page 14: Proposal Penelitian Kecil

BAB III

METODOLOGI

3.1 Desain Penelitian

Pada percobaan digunakan sembilan mencit betina dengan umur 7-

12 bulan, berat badan 20-30 gram, dan tidak memiliki abnormalitas.

Mencit yang digunakan diperoleh dari laboratorium Biologi, Sekolah Ilmu

dan Teknologi Hayati (SITH) ITB. Sembilan mencit yang digunakan

dibagi ke dalam tige kelompok. Kelompok 1 merupakan kelompok kontrol

yang didedahkan NaCL 0,9% melalui metode injeksi intramuscular (IM).

Kelompok 2 merupakan kelompok mencit yang diberikan vitamin B12

dengan konsentrasi 3,5 mM, dan kelompok 3 diberikan vitamin b12

dengan konsentrasi maksimal, yaitu 7 mM. Seluruh mencit didedahkan

selama 7 hari. Mencit diambil darahnya melalui sinus orbital setelah

pendedahan untuk dihitung jumlah eritrositnya.

didedahkan dengan

Diambil darahnya

Gambar 3.1 Skema Desain Penelitian

Mencit

Vitamin B12 (7mM) selama 7 hari

NaCl 0,9% selama 7 hari

Vitamin B12 (3,5mM) selama 7 hari

Dihitung jumlah eritrosit

Page 15: Proposal Penelitian Kecil

3.2 Cara Kerja

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian kecil ini adalah

sebagai berikut.

Tabel 3.1 Alat dan Bahan

Alat Bahan

Set hemacytometer (kaca

hemacytometer, coverglass,

pipet khusus eritrosit)

Pipet tetes

Mortar dan alu

Vial darah

Kandang metabolisme satu set

Mencit (9 ekor)

Vitamin B12 tablet

Larutan Hayem

Alkohol 70%

Kapas

Syringe dan jarum suntik

Pipa kapiler

Larutan NaCl 0,9%

Pakan dan minum mencit

Tisu

Cara kerja yang dilakukan dalam penelitian kecil ini adalah sebagai

berikut.

3.2.1 Pembuatan cairan B12

Dibuat dua larutan vitamin B12 dengan konsentrasi 3,5 mM

dam 7 mM. Digerus vitamin B12 sebanyak 1,9 gram dan dilarutkan

dalam larutan NaCl 20mL untuk mendapatkan larutan vitamin B12

dengan konsentrasi 7 mM. Digerus vitamin B12 sebanyak 0,95 gram

dan dilarutkan dalam larutan NaCl 20mL untuk mendapatkan larutan

vitamin B12 dengan konsentrasi 3,5 mM.

3.2.2 Pendedahan

Cairan B12 yang telah dibuat dimasukkan ke dalam jarum suntik

sebanyak 0,05 mL, dihindari adanya gelembung. Diusapkan alkohol

70% pada daerah kaki dengan kapas, lalu diinjeksi. Disterilkan

kembali wilayah bekas injeksi dan dimasukkan mencit ke dalam

kandang metabolisme.

Page 16: Proposal Penelitian Kecil

Pendedahan dilakukan selama seminggu setiap hari. Mencit

dipelihara dalam kandang metabolisme dan diberi pakan normal serta

minum air putih ad libitum.

3.2.3 Pengukuran parameter histologi mencit

Setelah mencit didedahkan, dilakukan pengambilan darah pada

sinus orbital. Ditusuk vena sinus orbital menggunakan pipa kapiler,

lalu ditampung darah pada vial. Dicampurkan setetes darah dengan

larutan Hayem menggunakan pipet khusus eritrosit, lalu diteteskan

pada kaca kaca hemacytometer dan dihitung sel darah merahnya.

3.3 Jadwal Kegiatan

Jadwal kegiatan penelitian kecil ini adalah sebagai berikut:

No Nama Kegiatan Hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Pembelian bahan

2. Persiapan larutan

3. Pemeliharaan mencit

4. Pemberian perlakuan

5. Perhitungan eritrosit

6. Pengolahan data

7. Pembuatan laporan

Page 17: Proposal Penelitian Kecil

BAB IV

RANCANGAN ANGGARAN BIAYA

Anggaran biaya yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian kecil ini

adalah sebagai berikut:

No. Nama Barang Kebutuhan Jumlah Harga Satuan Harga Total

1. Mencit Objek

penelitiian

9 Rp. 9.000,- ekor Rp. 81.000,-

2. Vitamin B12 Bahan

penguji

1 Rp. 6.000,- kotak Rp. 6.000,-

3. Larutan NaCl

0,9%

Bahan

penguji

1 Rp. 15.000,- botol Rp. 15.000,-

4. Kapas Alat

sterilisasi

1 Rp. 9.000,- bungkus Rp. 9.000,-

5. Syringe dan

jarum suntik

Alat injeksi 63 Rp. 1.000,- buah Rp. 63.000,-

6. Tissue Roll Kebersihan

praktikum

2 Rp. 3000,- buah Rp. 6.000,-

7. Alkohol 70% Alat

sterilisasi

1 Rp. 16.000,- botol Rp. 16.000,-

Total Rp. 196.000,-

Page 18: Proposal Penelitian Kecil

DAFTAR PUSTAKA

Alamanda, et., al. 2006. Metode Hematologi dan Endoparasit Darah untuk

Penetapan Kesehatan Ikan Lele Dumbo Clarias gariepinus di Kolam

Budidaya Desa Mangkubumen Boyolali.Biodiversitas 8 (1) : 34-38.

Bakri, Syamsul. 1987.Practical Hematologi . Penerbit ELBS.

Biemans, E.; Hart, H.E.; Rutten, G.E.; Renteria, V.G.C.; Kooijman-Buiting, A.M.;

Beulens, J.W. (2014). "Cobalamin status has a relationship with depression,

cognition and neuropathy in patients with Type 2 diabetes mellitus using

metformin". Acta diabetologica: 1–11.

Burner dan Suddart. 1996.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 Edisi 8 .

EGC Jakarta.

Chernecky CC & Berger BJ. 2008. Laboratory Tests and Diagnostic Procedures

5th edition. Saunders-Elsevier.

Dukes, H. H. 1995. The Phisiology of Domestic Animals.Constock Publishing

Associates, New York.

Estetika I. A, Soesanti S. H, Budiharjo A. 2006. Penggunaan Metode Hematologi

dan Pengamatan Endoparasit Darah untuk Penetapan Kesehatan Ikan Lele

Dumbo (Clarias gariepinus) di Kolam Budidaya Desa Mangkubumen

Boyolali . FMIPA Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Evans, P. H. 1988. The Physiology of Fishes 2nd Edition. CRC Press, USA.

Fabricant, D.S and N.R. Farnsworth. 2001.The value of plantsused in traditional

medicine for drug discovery . Environ. Health. Perspect 109(1):69-75.

Frandson, R. D. 1986. Anatomy and physiology of Farm Animals. Lea and

Febiger: Philadelphia.

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Ganong,W.F. 1998. Buku Fisiologi Kedokteran edisi 17. Jakarta: EGC

Hadikastowo, H. 1982. Zoologi Umum. Penerbit Alumni, Bandung.

Hoffbrand, A. V dan J. E. Pettit. 1987.Haematologi . Penerbit EGC, Jakarta.

Page 19: Proposal Penelitian Kecil

Hugo et al,. 2005. Analysis of blood coagulation in mice: pre-analytical

conditions and evaluation of a home-made assay for thrombin-antithrombin

complexes. Thrombosis Journal 2005, 3:12.

Legler, et al., 1997. The Study of Fishes.The University of Michigan Ann Arbor.

Michigan.

Mediawati, Dina, dkk. 2009. FISIOLOGI DARAH KATAK DAN MANUSIA.

Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Jakarta: Jakarta

Oslon, C. 1973. Aulan Hematology in Riester HE and LH Schwarte. The Lowa

State University Press. USA.

Safitri, Dewi. Sugito. Sumarti. 2013.Program Studi Pendidikan Dokter Hewan

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. Vol 7: Banda Aceh

Situmorang, Manihar. 2010.Bahan Kuliah Pengelolaan Laboratorium. PPS

Unimed: Medan.

Martini, fredrrich . 2012 . Fundamental of Anatomy and Physiology ninth edition.

Pearson: San Fransico

Mc Pherson, A. R., & Sacher, A. R. 2004.Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan

Laboratorium. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

Ville et al,. C A, Walker, W. F., Jr, and Barnes, R. D. 1988. Zoologi Umum.

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Wahjuningrum, D., N. Ashry, dan S. Nuryati. 2008.Pemanfaatan ekstrak daun

ketapang (Terminalia cattapa) untuk pencegahan dan pengobatan ikan patin

(Pangasionodon hypophthalmus) yang terinfeksi Aeromonas hydrophila.

Jurnal Akuakultur Indonesia 7(1):79–94.

Williams, Bryan. 2007. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga

Yuwono E. 2001. Fisiologi Hewan Air. CV Sagung Seto: Jakarta.

Zarianis. 2006.Efek Suplementasi Besi-Vitamin C dan Vitamin C Terhadap Kadar

Hemoglobin Anak Sekolah Dasar Yang Anemia Di Kecamatan Sayung

Page 20: Proposal Penelitian Kecil

Kabupaten Demak . Tesis Program Magister Gizi Masyarakat Universitas

Diponegoro. Semarang. http://eprints.undip.ac.id/15967/1/Zarianis.pdf .

Diakses pada tanggal 3 Maret 2012