Proposal Penelitian Hibah Doktor

44
Substansi Penelitian ABSTRAK Dalam beberapa tahun terakhir ini masalah buruknya mutu pelayanan kesehatan menjadi isu utama yang sempat menghiasi sebagian besar jurnal dimana isu yang paling sering muncul adalah mengenai terjadinya medical error. Medical error dapat menyebabkan ketidaknyaman, risiko kecatatan, kematian, memperpanjang waktu perawatan di rumah sakit dan juga menimbulkan dampak ekonomi yang besar. Dampak medical error yang cukup banyak menyebabkan rumah sakit harus berbenah untuk memperbaiki kinerja kinis pelayanannya, sehingga pasien merasa aman dan yakin akan memperoleh pelayanan yang terbaik dari rumah sakit. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencapai mutu pelayanan dan mutu pelayanan klinis, baik secara internal oleh rumah sakit maupun secara eksternal oleh lembaga sertifikasi atau akreditasi. Namun berbagai upaya tersebut ternyata belum mampu menghasilkan peningkatan kinerja rumah sakit, terutama dalam hal peningkatan kinerja klinik, yang ditunjang dari berbagai penelitian baik secara nasional maupun internasional. Salah satu pelayanan yang diberikan rumah sakit adalah pelayanan kebidanan dan kandungan, yang mana salah satu pelayanan yang perlu mendapat perhatian adalah pelayanan sectio caesarea yang kecenderungan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Oleh karena itu penelitian ini akan mengukur mutu klinis pelayanan sectioa caesarea pada rumah sakit yang telah mengimplementasikan sisitem a mutu, baik akreditasi maupun sertifikasi ISO 9001:2008. Pada penelitian ini akan dilakukan observasi kepada pasien sectio caesarea baik yang sifatnya emergency maupun elektif, mulai dari pasien itu masuk ke rumah sakit, persiapan operasi, durante operasi, post operasi dan sampai 30 hari pasien setelah sectio caesarea di RSUP dr. Sardjito. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh gambaran mutu klinis pelayanan sectio caesarea sebagai dasar dalam pengembangan model sistem manajemen mutu untuk peningkatan mutu klinis pelayanan sectio caesarea. 1

Transcript of Proposal Penelitian Hibah Doktor

Page 1: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

Substansi Penelitian

ABSTRAK

Dalam beberapa tahun terakhir ini masalah buruknya mutu pelayanan kesehatan menjadi isu utama yang sempat menghiasi sebagian besar jurnal dimana isu yang paling sering muncul adalah mengenai terjadinya medical error. Medical error dapat menyebabkan ketidaknyaman, risiko kecatatan, kematian, memperpanjang waktu perawatan di rumah sakit dan juga menimbulkan dampak ekonomi yang besar.

Dampak medical error yang cukup banyak menyebabkan rumah sakit harus berbenah untuk memperbaiki kinerja kinis pelayanannya, sehingga pasien merasa aman dan yakin akan memperoleh pelayanan yang terbaik dari rumah sakit. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencapai mutu pelayanan dan mutu pelayanan klinis, baik secara internal oleh rumah sakit maupun secara eksternal oleh lembaga sertifikasi atau akreditasi. Namun berbagai upaya tersebut ternyata belum mampu menghasilkan peningkatan kinerja rumah sakit, terutama dalam hal peningkatan kinerja klinik, yang ditunjang dari berbagai penelitian baik secara nasional maupun internasional.

Salah satu pelayanan yang diberikan rumah sakit adalah pelayanan kebidanan dan kandungan, yang mana salah satu pelayanan yang perlu mendapat perhatian adalah pelayanan sectio caesarea yang kecenderungan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Oleh karena itu penelitian ini akan mengukur mutu klinis pelayanan sectioa caesarea pada rumah sakit yang telah mengimplementasikan sisitem a mutu, baik akreditasi maupun sertifikasi ISO 9001:2008.

Pada penelitian ini akan dilakukan observasi kepada pasien sectio caesarea baik yang sifatnya emergency maupun elektif, mulai dari pasien itu masuk ke rumah sakit, persiapan operasi, durante operasi, post operasi dan sampai 30 hari pasien setelah sectio caesarea di RSUP dr. Sardjito. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh gambaran mutu klinis pelayanan sectio caesarea sebagai dasar dalam pengembangan model sistem manajemen mutu untuk peningkatan mutu klinis pelayanan sectio caesarea.

1

Page 2: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir ini masalah buruknya mutu pelayanan kesehatan

menjadi isu utama yang sempat menghiasi sebagian besar jurnal dimana isu yang paling

sering muncul adalah mengenai terjadinya medical error. Medical error dapat

menyebabkan ketidaknyaman, risiko kecatatan, kematian, memperpanjang waktu perawatan

di rumah sakit dan juga menimbulkan dampak ekonomi yang besar.

Studi mengenai adverse event (kejadian yang tidak diinginkan/KTD) yang

dilaksanakan oleh Harvard Medical Practice yang dilaporkan oleh Institute of Medicine

(IOM) menemukan bahwa sekitar 4% pasien mengalami KTD selama dirawat di rumah

sakit. Sebesar 70% diantaranya berakhir dengan kecacatan, sedangkan 14% berakhir dengan

kematian (Brennan et al., 1991). Laporan the IOM (Institute of Medicine) yang

menyebutkan bahwa setiap tahun sekitar 48.000 hingga 100.000 pasien meninggal dunia di

Amerika Serikat akibat medical error yang terjadi di pusat-pusat pelayanan kesehatan

Suatu studi yang dilakukan oleh Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan (PMPK)

FK UGM pada 15 rumah sakit dan 12 Puskesmas di Jawa Tengah menunjukkan bahwa

secara umum prevalensi KTD tinggi dengan variasi antara 1,82%-88,8%. Nilai prevalensi

error 1,82% adalah pada kesalahan diagnosis, sedangkan yang 80,84% adalah kesalahan

dalam penggunaan antibiotik.

Dampak medical error yang cukup banyak menyebabkan rumah sakit harus berbenah

untuk memperbaiki kinerja kinis pelayanannya, sehingga pasien merasa aman dan yakin

akan memperoleh pelayanan yang terbaik dari rumah sakit. Berbagai upaya telah dilakukan

untuk mencapai mutu pelayanan dan mutu pelayanan klinis, baik secara internal oleh

rumah sakit maupun secara eksternal oleh lembaga sertifikasi atau akreditasi. Namun

berbagai upaya tersebut ternyata belum mampu menghasilkan peningkatan kinerja rumah

sakit, terutama dalam hal peningkatan kinerja klinik, yang ditunjang dari berbagai penelitian

baik secara nasional maupun internasional.

Salah satu pelayanan yang diberikan rumah sakit adalah pelayanan kebidanan dan

kandungan, yang mana salah satu pelayanan yang perlu mendapat perhatian adalah

pelayanan sectio caesarea yang kecenderungan dari tahun ke tahun terus mengalami

peningkatan. Oleh karena itu penelitian ini akan mengukur mutu klinis pelayanan sectio

caesarea pada rumah sakit yang telah mengimplementasikan sistem mutu, baik akreditasi

maupun sertifikasi ISO 9001:2008.

2

Page 3: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mutu klinis pelayanan sectio

caesarea pada rumah sakit sebagai dasar perumusan model sistem manajemen mutu untuk

peningkatan mutu klinis pelayanan section caesarea.

Tujuan khusus:

1. Mengukur indikator klinis pelayanan Sectio caesarea mulai dari pasien masuk IGD

2. Mengukur indikator klinis pelayanan section caesarea pada pre operasi

3. Mengukur indikator klinis pelayanan section caesarea pada durante operasi

4. Mengukur indikator klinis pelayanan section caesarea pada durante operasi

5. Mengukur indikator klinis pelayanan section caesarea pada post operasi

6. Megukur mutu klinis pelayanan sectio caesarea sebagai dasar perumusan model

sistem manajemen mutu untuk peningkatan mutu klinis sectio caesarea.

Urgensi (keutamaan) Penelitian

Salah satu jenis pelayanan yang diberikan di rumah sakit adalah pelayanan

kebidanan dan kandungan. Pelayanan kebidanan dan kandungan menjadi hal penting

mengingat bahwa Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia masih

tinggi yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI 2007 dan angka

kematian ibu melahirkan 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI 2007).

Selain itu masalah kematian ibu ini juga menjadi salah satu dari tujuan pembangunan

millenium (Millenium Development Goals/MDGs) dalam rangka mengurangi tiga per empat

jumlah perempuan yang meninggal selama hamil dan melahirkan pada 2015.

Faktor penyebab kematian ibu adalah pendarahan, eklampsia atau gangguan akibat

tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi.

Perdarahan, yang biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara mendadak,

bertanggung jawab atas 28 persen kematian ibu. Sebagian besar kasus perdarahan dalam

masa nifas terjadi karena retensio plasenta dan atonia uteri.

Pelayanan kebidanan yang saat ini juga menjadi perhatian adalah pelayanan

persalinan sectio caesarean (SC). Sectio caesarean adalah cara melahirkan janin melalui

insisi pada dinding abdomen. Bedah sesar digunakan apabila diyakini bahwa penundaan

3

Page 4: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

persalinan akan menimbulkan bahaya bagi janin, ibu atau keduanya dan persalinan

pervaginam tidak mungkin dilakukan secara aman.

Di Indonesia angka persalinan SC juga mengalami peningkatan sekitar 15% . Di

rumah sakit pemerintah rata-rata 11%, dan di rumah sakit swasta lebih dari 30%. Angka ini

jauh lebih tinggi dari yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) yaitu tidak

melebihi 15% dari total kelahiran di rumah sakit. Persalinan sectio caesarea juga

mengandung berbagai risiko terutama terkait masalah medical error

Dalam beberapa tahun terakhir ini masalah buruknya mutu pelayanan kesehatan

menjadi isu utama yang sempat menghiasi sebagian besar jurnal dimana isu yang paling

sering muncul adalah mengenai terjadinya medical error. Studi mengenai adverse event

(kejadian yang tidak diinginkan/KTD) yang dilaksanakan oleh Harvard Medical Practice

yang dilaporkan oleh Institute of Medicine (IOM) menemukan bahwa sekitar 4% pasien

mengalami KTD selama dirawat di rumah sakit. Sebesar 70% diantaranya berakhir dengan

kecacatan, sedangkan 14% berakhir dengan kematian (Brennan et al., 1991). Secara

keseluruhan, Institute of Medicine (2001) melaporkan bahwa di Amerika terdapat sekitar

44.000-98.000 pasien meninggal setiap tahunnya akibat tindakan medik selama perawatan

di rumah sakit.

Suatu studi yang dilakukan oleh Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan (PMPK)

FK UGM pada 15 rumah sakit dan 12 Puskesmas di Jawa Tengah menunjukkan bahwa

secara umum prevalensi KTD tinggi dengan variasi antara 1,82%-88,8%. Nilai prevalensi

error 1,82% adalah pada kesalahan diagnosis, sedangkan yang 80,84% adalah kesalahan

dalam penggunaan antibiotik. Angka kejadian kesalahan terapi yang ditunjukkan oleh

penggunaan antibiotika yang tidak tepat dalam penanganan Infeksi Saluran Pernapasan

Akut, menunjukkan jumlah yang tinggi (78% di RS dan 88,84% di Puskesmas). Studi ini

mengukur KTD di pelayanan keperawatan dengan indikator dekubitus. Hampir 40% pasien

yang dirawat di ICU atau ICCU mengalami dekubitus rerata pada hari perawatan ke 17

(PMPK, 2003).

Dampak dari medical error sangat beragam, mulai dari yang ringan dan sifatnya

reversible hingga yang berat berupa kecatatan atau bahkan kematian. Sebagian penderita

terpaksa harus dirawat di rumah sakit lebih lama (prolonged hospitalization) yang akhirnya

berdampak pada biaya perawatan yang lebih besar. Classen et al melaporkan bahwa untuk

mengatasi masalah medical error pada 2,4% pasien yang masuk rumah sakit selain

diperlukan biaya ekstra sebesar US$ 2262 (atau hampir Rp 23 juta) per pasien juga

diperlukan perpanjangan hari rawat rata-rata 1,9 hari. (Kohn et al., 2000)

4

Page 5: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

Salah satu bentuk dari medical error adalah infeksi nosokomial. Salah satu

Infeksi nosokomial banyak terjadi diseluruh dunia dengan kejadian terbanyak di Negara

miskin dan Negara yang sedang berkembang. Menurut Razavi et al. (2005) WHO melalui

World Alliance for Patient Safety 2005-2006 melaporkan 2%-5% dari prosedur bedah tiap

tahun terjadi infeksi luka operasi. Kejadian ini lebih tinggi ditemukan di Negara

berkembang yaitu Bolivia 12% dan 19% di Republik Tanzania. Penelitian di Iran,

pasien yang mengalami kejadian Infeksi Luka Operasi Abdomen mengalami kejadian

infeksi luka operasi sebesar 17,4%.

Roy and Pearl dalam Helwaldt (1998) mengemukakan bahwa infeksi luka

operasi menempati urutan ketiga terbanyak dalam infeksi nosokomial yang

menyebabkan morbiditas dan mortalitas serta meningkatkan biaya rumah sakit.

Menurut Chong and Sawyer (2002) bahwa data infeksi luka operasi terhitung 14% dari

semua kejadian yang tidak diharapkan pada pasien yang dirawat di rumah sakit yang

menyebabkan peningkatan lama hari rawat rata-rata 7,3 hari dan menyebabkan

peningkatan biaya 42% atau dapat diperkirakan menjadi $ 3,152 per infeksi luka

operasi berdasarkan penelitian sebelumnya pada tahun 1992.

Berdasarkan berbagai fakta yang diuraikan di atas mengindikasikan masih

rendahnya mutu pelayanan terutama mutu klinik pelayanan di rumah sakit. Upaya untuk

mencapai mutu pelayanan dan mutu pelayanan klinis rumah sakit yang optimal dapat

dilakukan secara internal oleh rumah sakit maupun secara eksternal oleh lembaga sertifikasi

atau akreditasi. Secara internal, rumah sakit mengembangkan sistem manajemen mutu

dengan mengacu pada berbagai model. Pengakuan terhadap sistem tersebut dilakukan

melalui mekanisme sertifikasi dan akreditasi. Di Indonesia berbagai model sistem

manajemen mutu telah banyak dikembangkan, dimulai dari Total Quality Management

dengan Gugus Kendali Mutu (GKM) sejak tahun 1986, dan Clinical Performance

Development and Management System (1996). Selanjutnya pada tahun 1995 dikembangkan

program akreditasi rumah sakit merupakan salah satu mekanisme regulasi mutu pelayanan

yang dikembangkan pemerintah agar rumah sakit dapat memperbaiki mutu pelayanannya.

Selain melalui akreditasi rumah sakit, terdapat pula rumah sakit di Indonesia yang

mengadaptasi model sistem manajemen mutu lainnya, seperti dengan sertifikasi ISO

9001:2008, European Foundation for Quality Management (EFQM), Joint Commission

International yang dikembangkan oleh JCAHO, Malcolm Baldridge Quality Award

(MBNQA) dan sistem lainnya.

5

Page 6: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

Berbagai upaya pengembangan mutu yang dilakukan rumah sakit ternyata belum

mampu menghasilkan peningkatan kinerja rumah sakit, terutama dalam hal peningkatan

kinerja klinik, yang ditunjang dari berbagai penelitian baik secara nasional maupun

internasional. Temuan dari hasil penelitian evaluasi sistem manajemen mutu di tingkat

internasional juga tidak jauh berbeda. Meskipun sistem manajemen mutu telah diterapkan

secara luas di rumah sakit, namun tingkat keberlanjutan dan keberhasilannya masih

bervariasi (Francois et al., 2003; Lee et al., 2002; Wardhani et al., 2009). Sebagian rumah

sakit telah berhasil meningkatkan mutunya, namun tidak sedikit yang gagal (Wardhani et

al., 2009). Lee et al. (2002) menyatakan bahwa 98% sistem manajemen mutu rumah sakit

di Amerika telah berhasil meningkatkan kinerja klinis dan melakukan pemeliharaan mutu

secara berkesinambungan, akan tetapi rumah sakit di Korea lebih lambat dalam pencapaian

hal tersebut.

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih mendalam tentang mutu klinis

pelayanan sectio caesarea pada rumah sakit yang mengimplementasikan sistem manajemen

mutu, sehingga dapat digunakan sebagai dasar merumuskan model sistem manajemen mutu

(SMM) untuk peningkatan mutu klinis pelayanan SC.

II. STUDI PUSTAKA

A. Sistem Manajemen Mutu

SMM secara luas didefinisikan sebagai semua prosedur yang secara eksplisit

dirancang untuk memantau, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan. Sebagai contoh,

review secara mendalam, survei kepuasan pasien, penanganan keluhan, audit, dan

penyusunan manual mutu (Wagner et al., 2006). Sedangkan menurut Kunkel et al. (2007)

SMM didefinisikan sebagai mutu kerja yang terorganisasi secara sistematis, yang mencakup

berbagai kegiatan dari perbaikan hingga akreditasi. Dalam pelayanan kesehatan, SMM

dapat digambarkan sebagai suatu proses organisasi yang terstruktur yang melibatkan staf

pada tingkat yang berbeda dalam merencanakan, mengukur, dan menilai perawatan pasien

untuk memberikan pelayanan klinis yang optimal kepada pasien secara berkelanjutan (Li,

1997; Macinati, 2008).

Dari berbagai definisi SMM di atas, dapat disimpulkan bahwa SMM adalah suatu

tatanan (termasuk di dalamnya adalah budaya organisasi) dalam sistem manajemen yang

dirancang dan diterapkan untuk menjamin agar sistem atau proses pelayanan dan proses

6

Page 7: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

produksi dapat terus menerus diperbaiki, berjalan sesuai persyaratan mutu dan dapat

memenuhi bahkan melebihi harapan pelanggan (Koentjoro, 2007).

Menurut Gazper (2005), SMM dapat dibedakan menjadi SMM formal dan

informal. SMM formal adalah suatu sistem manajemen mutu yang terikat pada kriteria

formal yang telah ditetapkan oleh lembaga yang menyusun model SMM tersebut. Dengan

mengadopsi suatu SMM formal, maka organisasi dapat dinilai untuk memperoleh

pengakuan dalam bentuk sertifikasi, seperti misalnya MBNQA, ISO (9001-2008), EFQM,

JCI, dan lainnya. Sedangkan dalam SMM informal, setiap manajemen organisasi bebas

untuk menyusun atau membangun model sistem manajemen mutu organisasi, yang berlaku

hanya di organisasi tersebut tanpa perlu terikat pada kriteria-kriteria formal yang telah

ditetapkan oleh suatu lembaga sertifikasi (Gazpersz, 2005).

Meskipun telah diidentifikasi berbagai faktor penting dalam implementasi TQM,

namun aplikasi TQM dalam pelayanan kesehatan masih relatif baru. Penelitian yang

dilakukan oleh Li (1997) merumuskan faktor SMM yang mempengaruhi kinerja

pelayanan rumah sakit meliputi kepemimpinan manajemen puncak, kerjasama organisasi,

kepemimpinan teknologi, pengembangan sumber daya manusia dan analisis informasi. Li

juga menemukan perbedaan antara model SMM untuk industri manufaktur dan pelayanan

kesehatan. Menurutnya pelayanan kesehatan lebih menekankan pada pelatihan staf, job

enlargement, pengembangan kompetensi staf, peran teknologi baik klinis maupun sistem

informasi medis pasien dan analisis informasi untuk peningkatan mutu berkelanjutan.

Sedangkan industri lebih memberikan perhatian pada kegiatan pendukung, misalnya

hubungan dengan pemasok, desain produk dan manajamen proses produksi.

Studi lain yang dilakukan oleh Macinati (2008) menunjukkan bahwa SMM harus

mempunyai ciri unsur-unsur utama tertentu sebagai pembentuk SMM dan core value

organisasi pelayanan kesehatan dalam meningkatkan mutu. Miller et al., (2009)

melakukan studi untuk menilai implementasi SMM di pelayanan kesehatan. Terdapat

delapan faktor yang diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu 1) kelompok empat

faktor strategi meliputi peran kepemimpinan manajemen, peran dokter, fokus pada

pengguna dan investasi pelatihan; dan 2) kelompok empat faktor operasional yang terdiri

dari peran departemen mutu, mutu data/pelaporan, manajemen proses dan hubungan antar

staf.

7

Page 8: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

B. Dampak Sistem Manajemen Mutu terhadap Kinerja Rumah Sakit dan Kinerja

Klinis

Di pelayanan kesehatan, studi yang mengevaluasi dampak SMM terhadap kinerja

organisasi masih terbatas. Suatu studi yang dilakukan di rumah sakit Luthanian menemukan

bahwa tingkat kepuasan manajer rumah sakit yang sangat besar terhadap implementasi

SMM. Lebih lanjut, hasil analisis faktor mengenai manfaat pelaksanaan SMM

menunjukkan bahwa SMM: 1) meningkatkan keselamatan dan mutu pekerjaan, 2)

meningkatnya kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan, dan 3) meningkatkan kinerja

organisasi yang meliputi kinerja keuangan, hubungan antara karyawan dan jumlah pasien

(Buciuniene et al., 2006).

Penelitian yang menghubungkan implementasi SMM dengan kinerja yang diukur

dengan indikator klinis masih terbatas. Sebagian besar studi menggunakan persepsi

responden dalam pengukuran kinerjanya (Li, 2003; Kunkel, 2007; Macinati, 2008). Dua

studi yang menggunakan indikator mutu klinis melalui pengukuran objektif hanya

menggunakan satu indikator klinis atau indikator tertentu saja (Maldonado et al., 2001;

Wagner et al., 2006).

Penelitian Macinati (2008) di Italia melibatkan 352 rumah sakit dengan respons

42%. SMM diukur berdasarkan komitmen manajemen puncak terhadap kualitas,

perencanaan strategik mutu, pengembangan karyawan, partisipasi karyawan, data dan

informasi mutu, koordinasi, keberadaan dan peran departemen mutu, manajemen mutu

pemasok, dan manajemen proses. Sedangkan kinerja organsiasi diukur dari kinerja

keuangan, kinerja operasional, kinerja hasil subyektif (kepuasan pasien, orientasi pasar dan

reputasi stakeholder), dan kinerja hasil obyektif (mortality rate dan number of patient

discharged). Hasil studi ini menunjukkan korelasi yang negatif antara kinerja hasil obyektif

dengan komitmen manajemen puncak terhadap strategi mutu dan karakteristik perencanaan

strategik mutu. Korelasi yang positif ditemukan antara kinerja hasil obyektif dengan data

mutu. Hubungan antara kinerja hasil obyektif dengan variabel lainnya tidak signifikan.

Weiner et al. (2006) dalam penelitiannya yang mengukur hubungan antara tingkat

implementasi pengembangan mutu dengan indikator mutu di tingkat organisasi menemukan

hubungan yang signifikan antara cakupan implementasi mutu dengan indikator mutu rumah

sakit secara keseluruhan. Indikator mutu dipilih dari enam indikator AHRQ yang berfokus

pada indikator kematian rawat inap for CABG ( Coronary Artery Bypass Graft Mortality

Rate), Acute Myocardial Infarction Mortality Rate, congestive hearth failure, stoke dan

8

Page 9: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

pneumonia. Indikator diukur dengan .dengan menggunakan data sekunder untuk rata-rata

dua tahun (Tahun 1997 dan 1998). Semakin tinggi persentase partisipasi manajer dan

karyawan dalam pengembangan mutu, maka semakin tinggi pula tingkat mutu yang

diperoleh. Namun, semakin banyak keterlibatan unit-unit lain di rumah sakit justru semakin

buruk indikator mutu rumah sakitnya.

Hubungan antara SMM dengan keselamatan pasien merupakan aspek multidimensi

yang memiliki sudut pandang berbeda ketika ditinjau dari sisi pengambil kebijakan, pembeli

jasa, pembayar jasa, peneliti, dan pasien (Miller, et al., 2009). Pengembangan SMM

berfungsi untuk menyediakan data bagi para petugas kesehatan, pengambil kebijakan, dan

pasien tentang aktivitas lembaga pelayanan kesehatan secara sistematik dalam

meningkatkan mutu. SMM diharapkan dapat mendukung aktivitas rutin dokter dan perawat

untuk memberikan pelayanan secara efektif kepada pasien (Kunkel dan Westerling, 2007).

Pendekatan lain yang digunakan untuk mengukur SMM adalah menggunakan skor

dan status akreditasi rumah sakit. Namun demikian belum terbukti pula hubungan antara

skor dan status akreditasi, keselamatan pasien, dan dampaknya bagi kualitas hidup pasien

(Miller et al., 2009). Penelitian Yudani (2002) juga menemukan bahwa, indikator mutu

pelayanan klinis RSU Banyumas sebagian besar mengalami penurunan pasca akreditasi.

Sebuat systematic review yang bertujuan untuk menganalisis dampak sistem akreditasi

berbagai negara menyimpulkan bahwa manfaat akreditasi yang konsisten adalah mendorong

perubahan dan pengembangan profesional. Sedangkan hasil yang tidak konsisten terdapat

pada kategori sikap profesional terhadap akreditasi, dampak organisasional, dampak

finansial, pengukuran mutu dan penilaian program. Review ini menemukan bahwa belum

cukup bukti yang diperoleh untuk menyimpulkan manfaat akreditasi terhadap consumer

view, public disclosure dan surveyor issues (Greenfield dan Braithwaite, 2008). Dalam

literature review tersebut masih memperdebatkan bukti-bukti tentang nilai dan manfaat

akreditasi dalam meningkatkan mutu klinis dan keselamatan pasien (Miller et al., 2005;

Salmon et al., Mazmanian et al., 1993; Barker et al, 2002). Beberapa studi menunjukkan

hubungan yang lemah antara akreditasi atau status sertifikasi dengan indikator mutu

pelayanan (Dean et al.,2005; Borenstein et al., 2004; Chen dan Rathore, 2003.

Selaras dengan hasil review di atas dalam hal manfaat akreditasi terhadap pengukuran

mutu, Sunol et al. (2008) juga menemukan bahwa penilaian eksternal (akreditasi dan ISO)

tidak berpengaruh secara bermakna terhadap output klinis di bangsal kebidanan dan bedah.

Akan tetapi pengaruh ISO terhadap patient-centredness menunjukkan hasil yang

signifikan. Dick (2000) dalam literature review mengemukakan bahwa terdapat hubungan

9

Page 10: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

yang konsisten dan positif antara mutu dengan peningkatan kinerja bisnis, baik barang

maupun jasa, walaupun tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara sertifikasi mutu

(ISO 9000) dengan peningkatan kinerja.

Berbagai studi yang telah diuraikan di atas memberikan gambaran bahwa sistem

manajemen dibentuk dari unsur-unsur atau determinan yang saling berhubungan antara satu

dengan yang lainnya dalam mempengaruhi kinerja organisasi. Selain mempengaruhi kinerja

organisasi, terjadi juga hubungan diantara unsur-unsur pembentuk SMM.

C. Bedah Sesar (Sectio Caesarea)

Bedah sesar adalah cara melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen/

laparotomi dan dinding uterus. Histerektomi (Cunningham et al., 2001). Bedah sesar

digunakan apabila diyakini bahwa penundaan persalinan akan menimbulkan bahaya bagi

janin, ibu atau keduanya dan persalinan pervaginam tidak mungkin dilakukan secara aman.

Angka bedah sesar terus meningkat dari waktu ke waktu dengan insidensi 3%

hingga 4% pada 15 tahun yang lampau hingga 10%-15% pada saat ini. Angka terakhir

mungkin bisa diterima dan benar. Bukan saja pembedahan menjadi lebih aman bagi ibu,

tetapi juga jumlah bayi yang cedera akibat partus lama dan pembedahan traumatic vagina

yang berkurang. Di samping itu, alasan kualitas kehidupan dan pengembangan intelektual

pada bayi telah memperluas indikasi bedah sesar.

Setiap wanita hamil harus diberikan informasi yang benar berdasarkan bukti ilmiah

yang mutakhir (evidence-based) mengenai bedah sesar terutama berkaitan dengan lima hal,

yaitu indikasi prosedur, risiko dan keuntungan maupun implikasi untuk masa depan

kehamilannya. Permintaan dan keinginan ibu maupun suami bukan merupakan indikasi

untuk bedah sesar. Indikasi untuk dilakukannya bedah sesar adalah:

1. Proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses persalinan normal

(distosia).

2. Fetal distress/ fetal compromise dimana janin mengalami distress karena tidak ada

kuatnya suplai oksigen/ hipoksia melalui sirkulasi janin maternal

3. Pre-eklampsia dan eklamsia

4. Sang ibu menderita herpes genitalis

5. Kegagalan persalinan dengan induksi

6. Kegagalan persalinan dengan alat bantu

7. Masalah plasenta

10

Page 11: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

8. Ibu menderita hipertensi

9. Riwayat insisi pada uterus

Bedah sesar elektif pada kehamilan tanpa komplikasi sebenarnya tidak dianjurkan.

Namun demikian pandangan ini mulai berubah pada akhir-akhir ini karena adanya

pertimbangan bahwa bedah sesar memberI keuntungan bagi ibu dan bayi. Keseimbangan

manfaat antara bedah sesar dan kelahiran vaginal selalu diperdebatkan, walaupun tidak ada

bukti sempurna yang menunjukka bahwa kelahiran vagina selalu lebih baik (Peterson-

Brown, 1998).

Efek Bedah Sesar dibanding dengan Melahirkan Vaginal untuk Ibu dan Bayi

Bertambah dengan Bedah Sesar

Tidak Ada Bedanya Berkurang dengan Bedah Sesar

Sakit perut Luka kandung kemih Luka ureter Lanjut perlu ahli bedah Perawatan intensif Penyakit Thromboemboli Lama tinggal di RS Masuk ulang ke RS Kematian ibu Kelahiran mati pada

janin berikutnya Plasenta Previa Tidak mendapat anak Neonatal Respiratory

Morbidity

Pendarahan Infeksi Luka saluran kelamin Sembelit Punggung sakit Disparenia Postnatal depression Mortalis Neonatal Pendarahan intraknial Cedera ple kono

brakhialis Cerebral palsy

Nyeri perineal Inkontinensia urin Prolapsed uterovaginal

Sumber data: NICE, 2004

Ibu hamil harus diberikan informasi yang komplit dan tidak bias, antara lain dengan

menjelaskan prosedur bedah sesar secara benar, termasuk kemungkinan risiko yang dapat

terjadi serta berbagai implikasi medik yang dapat saja terjadi selama prosedur yang

dilakukan. Informasi yang diberikan haruslah dapat mebantu ibu hamil dalam memilih jenis

tindakan secara rasional. Komite Etik (the Committee for Ethical og Human Reproduction

and Women’s Helath of FIGO states) tahun 1999 melaporkan bahwa melakukan bedah

sesar tanpa alasan indikasi medis menurut etika tidak dibenarkan (Lancet. 256, 2000)

Kira-kira 40 tahun yang lalu mendokumentasikan risiko rupture rahim saat tindakan

bedah sesar di antara 2000 wanita dengan bekas luka dari bedah sesar hanya lebih 1%, dan

lebih dari ketiga janin akan meninggal. Kemungkinan terjadinya rupture rahim akibat

persalinan per vagina pada ibu yang pernah operasi sesar memang pernah diteliti. Itulah

11

Page 12: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

sebabnya ada semacam ungkapan bahwa sekali bedah sesar, selalu aka nada bedah sesar

selanjutnya (Michael & Greene., 2001).

D. Medical Error

1. Definisi dan Dampak Medical Error

Menurut Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai The

failure of a planned action to be completed as intended (i.e., error of execusion) or the

use of a wrong plan to achieve an aim (i.e., error of planning).7

Definisi tersebut menggambarkan bahwa setiap tindakan medik yang dilaksanakan

tetapi tidak sesuai dengan rencana atau prosedur sudah dianggap sebagai medical error.

Di sisi lain melakukan upaya medik melalui prosedur yang keliru juga dianggap sebagai

medical error. Sedangkan menurut Bhasale et al (1998) medical error didefinisikan

sebagai “an unintended event….that could have harmed or did harm a patient.”7

Data pasti mengenai medical error relatif sulit diperoleh, karena sebagian tidak

dikenali, dianggap biasa (bukan suatu event), atau terjadi tetapi tidak dicatat. Salah satu

studi yang cukup representatif adalah yang dilaporkan oleh Brennan et al (1991)

terhadap medical record dari 30.121 pasien yang masuk ke 51 rumah sakit di New York

tahun 1984. Laporan tersebut menunjukkan bahwa efek samping terjadi pada 3,7%

pasien, yang 69% di antaranya terjadi akibat medical error. Angka yang jauh lebih

besar dilaporkan oleh Wilson et al (1995) di Australia. Dari 14.179 catatan medik

pasien yang berasal dari 28 rumah sakit di New South Wales, medical error terjadi pada

16,6% pasien, yang mengakibatkan terjadinya kecacatan tetap (permanent dissability)

pada 13,7% pasien dan kematian.7

Dampak dari medical error sangat beragam, mulai dari yang ringan dan sifatnya

reversible hingga yang berat berupa kecatatan atau bahkan kematian. Sebagian

penderita terpaksa harus dirawat di rumah sakit lebih lama (prolonged hospitalization)

yang akhirnya berdampak pada biaya perawatan yang lebih besar. Classen et al

melaporkan bahwa untuk mengatasi masalah medical error pada 2,4% pasien yang

masuk rumah sakit selain diperlukan biaya ekstra sebesar US$ 2262 (Rp 23 juta) per

pasien juga diperlukan perpanjangan hari rawat rata-rata 1,9 hari.(Kohn et al., 2000)

Hasil yang hampir sama juga dilaporkan melalui the Harvard study of adverse drug

events. Dalam temuannya terbukti bahwa biaya yang harus dikeluarkan per pasien

akibat adanya medical error adalah sekitar US $2595 (lebih dari Rp 25 juta) dengan

perpanjangan masa rawat di rumah sakit rata-rata 2,2 hari. Namun demikian jika

12

Page 13: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

dilakukan analisis lebih rinci maka untuk kasus-kasus yang sifatnya bisa dicegah

(preventable) biaya ekstra yang harus dikeluarkan hampir dua kalinya, yaitu US $4685

(hampir 50 juta) sedangkan perpanjangan masa rawat inap rata-rata 4,5 hari. Perkiraan

lebih lanjut menunjukkan bahwa untuk rumah sakit pendidikan dengan 700 tempat tidur

maka rata-rata biaya yang harus dikeluarkan per tahun untuk mengatasi medical error

adalah sekitar US $5,6 juta (sekitar Rp 56 miliyar).

2. Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial banyak terjadi diseluruh dunia dengan kejadian terbanyak di

Negara miskin dan Negara yang sedang berkembang. Menurut Razavi et al. (2005)

WHO melalui World Alliance for Patient Safety 2005-2006 melaporkan 2%-5% dari

prosedur bedah tiap tahun terjadi infeksi luka operasi. Kejadian ini lebih tinggi

ditemukan di Negara berkembang yaitu Bolivia 12% dan 19% di Republik Tanzania.

Penelitian di Iran, pasien yang mengalami kejadian Infeksi Luka Operasi Abdomen

mengalami kejadi infeksi luka operasi sebesar 17,4%.

Roy and Pearl dalam Helwaldt (1998) mengemukakan bahwa infeksi luka

operasi menempati urutan ketiga terbanyak dalam infeksi nosokomial yang

menyebabkan morbiditas dan mortalitas serta meningkatkan biaya rumah sakit. Menurut

Chong and Sawyer (2002) bahwa data infeksi luka operasi terhitung 14% dari semua

kejadian yang tidak diharapkan pada pasien yang dirawat di rumah sakit yang

menyebabkan peningkatan lama hari rawat rata-rata 7,3 hari dan menyebabkan

peningkatan biaya 42% atau dapat diperkirakan menjadi $ 3,152 per infeksi luka operasi

berdasarkan penenlitian sebelumnya pada tahun 1992.

Infeksi nosokomial bisa bersumber dari petugas kesehatan, pasien yang lain, alat

dan bahan yang digunakan untuk pengobatan maupun dari lingkungan rumah sakit.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial antara lain, faktor

internal (seperti usia, penggunaan obat, penyakit penyerta, malnutrisi, kolonisasi flora

normal tubuh, perilaku personal,dan lain-lain) serta faktor eksternal (seperti banyaknya

petugas kesehatan yang kontak langsung dengan pasien, banyaknya prosedur invasif,

lama tinggal di rumah sakit, lingkungan yang terkontaminasi).

3. Infeksi Luka Operasi

Infeksi luka operasi adalah infeksi pada luka operasi (tempat insisi) yang di

dapatkan selama pasien dirawat di rumah sakit atau sampai 30 hari setelah dilakukan

13

Page 14: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

pembedahan atau infeksi organ/ ruang sampai dengan 1 tahun setelah dilakukan

pemasangan implant. (Mangram et al., 1999)

Tietjen et al. (2004) membagi faktor risiko terjadinya SSI secara umum kedalam

dua kelompok, yaitu:

a. Faktor Pasien meliputi : 1) Status nutrisi, buruk, 2) Diabetes, tidak terkontrol, 3)

Perokok atau pengguna tembakau lainnya, 4) Obesitas, 5) Infeksi yang

bersamaan di bagian tubuh lain, 6) Kolonasi dengan mikroorganisme, 7)

perubahan respon kekebalan tubuh, 8) Lamanya rawat inap pra bedah

b. Faktor Pembedahan meliputi: 1) Pencukuran pra bedah, 2) Persiapan kulit pra

bedah, 3) Lamanya pembedahan, 4) Profilaksis antimicrobial, 5) Ventilasi ruang

bedah, 6) Pemrosesan instrument, 7) Bahan asing di tempat pembedahaan, 8)

Pengaliran bedah, 9) Teknik bedah

Menurut Depkes (2001), Infeksi luka operasi dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

1) Infeksi luka permukaan/ luka insisi atau superficial incisional yaitu infeksi

yang terjadi dalam 30 hari asca bedah oada luka yang mengenai jaringan

kulit dan jaringan subcutan.

2) Infeksi luka dalam (deep wound infection), adalah infeksi luka operasi yang

terjadi setelah 30 hari sampai 1 tahun pasca bedah (bila ada implant) yang

mengenai struktur di bawah luka yang dibuat atau terbuka pada saat operasi.

Infeksi ini mengenai struktur di bawah fascia.

III. METOD E PENELITIAN

Penelitian yang dilaksanakan merupakan langkah awal untuk perumusan model

sistem manajemen mutu untuk peningkatan mutu klinis pelayanan SC di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta. Secara skematis metode pelaksanaan penelitian dapat dilihat ada Gambar

berikut:

14

Page 15: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

Tahap 1 Pengukuran Indikat or Klinis Pelayanan SC

Mutu klinis Pelayanan Sectio Caesarea

Perumusan Model SMM untuk peningkatan mutu klinis SC

Pasien Masuk RSRespon time IGD

Ketepatan diagnosaRespon time emergensi SC

Pre OperasiProsedur persiapan operasi

Antibiotik profilaksis

Durante OperasiProsedur operasi

Anastesi Perdarahan

Transfusi darah

Post OperasiApgar score bayi

Kembali ke ruang operasi tanpa direncanakan Infeksi Luka Operasi

Tahap 3Penilaian Implementasi SMM

InputKepemimpinan managerial

Kepemimpinan Klinik (Clinical Leadership)

Tanggung jawab manajemenSumber Daya Manusia

Pendidikan dan PelatihanKeterlibatan dan pemberdayaan

karyawanSumber Daya Sarana

Bangunan, ruang kerja dan fasilitasPeralatan medik

obat

ProsesRealisasi Produk

Output SMMEvaluasi dan peningkatan

mutuPengukuran

Analisis Peningkatan

Tahap 4

Tahap 2

15

Page 16: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

Keterangan :

IV. RANCANGAN (DESIGN) PENELITIAN

1. Rancang Bangun

Desain penelitian yang digunakan adalah prospektif observasional yaitu melakukan

observasi langsung kepada pasien yang menjalani sectio caesarean. Observasi

dilakukan pada saat diputuskan operasi sampai dengan 30 hari pasca operasi.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSUP dr. Sardjito di Provinsi Yogyakarta (DIY). RSUP

Dr.Sarjito yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah rumah sakit pendidikan milik

pemerintah kelas A, yang sudah menerapkan SMM dengan pengakuan dari KARS

melalui akreditasi 16 pelayanan dan ISO 9001-2008. Pemilihan rumah sakit dilakukan

secara purposive sampling, menggunakan intensity sampling. RSUP Sardjito tersebut

telah lama terakreditasi oleh KARS dan telah menjalani resertifikasi ISO. Dengan

demikian, dapat diasumsikan bahwa intensitas penerapan SMM tinggi di rumah sakit

tersebut. Dalam kaitannya dengan indikator klinis, rumah sakit juga telah menetapkan

dan menerapkan pengukuran indikator klinis. Selain itu, rumah sakit pendidikan dipilih

oleh karena dengan mengemban fungsi pendidikan bagi dokter, rumah sakit seharusnya

mempunyai minat yang lebih tinggi dalam menyediakan pelayanan yang sesuai standar.

Selain itu peningkatan jumlah kasus operasi secar juga semakin meningkat dari tahun ke

tahun.

3. Populasi, sampel dan subyek penelitian

Subyek penelitian adalah semua pasien yang menjalani sectio caesarea baik yang

emergensi maupun elektif. Dengan kriteria inklusi yaitu pasien dengan kadar gula

sewaktu normal (<200 mg/dl), pasien bersedia menjadi responden dan menandatangani

informed consent dan dapat dikontrol/dikunjungi hingga 30 hari pasca operasi.

Besar sampel dihitung dengan rumus:

16

Diteliti pada penelitian hibah doktor

Tidak diteliti pada penelitian hibah doktor, diteliti pada penelitian disertasi

Page 17: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

n = (1,96)2(0,5)(0,5) = 96 orang pasien

(0,1)2

4. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Mutu klinis pelayanan SC adalah hasil kerja yang dicapai dalam pemberian

pelayanan SC yang diukur dengan indikator klinis. Dari sejumlah indikator klinis yang

tersedia, kemudian dipilih indikator klinis dengan pertimbangan sebagai berikut: (1)

indikator yang menggambarkan kontinuitas pelayanan sejak pasien masuk rumah sakit

hingga keluar; (2) indikator yang berbasis pada bukti yang kuat; (3) indikator yang

mencerminkan dimensi mutu prioritas; (4) indikator yang digunakan di berbagai negara,

termasuk SPM rumah sakit di Indonesia; (4) Indikator proses dan outcome pelayanan yang

mengukur kinerja klinis dan keselamatan pasien; serta (5) indikator yang sumber datanya

tersedia secara valid dan reliabel. Indikator klinis yang dijabarkan berikut ini merupakan

indikator tentatif, yang selanjutnya akan disepakati dalam proses penelitian.

Tabel. Definisi Operasional Variabel dan Cara Pengukuran

Indikator Klinis Pelayanan Sectio Caesarea

Definisi operasional Skala Pengukuran

Kriteria hasil pengukuran

1. Respon time IGD Jarak waktu (menit) antara pasien masuk di IGD sampai memperoleh pelayanan

Nominal ≤ 5 menit = Baik> 5 menit = Tdk baik(SPM 2008)

2. Ketepatan indikasi SC Keputusan section caesarea berdasarkan indikasi medis

Nominal Baik ; jika sesuai indikasi medisTidak baik : jika tidak sesuai indikasi medis

3. Respon time emergency SC

Waktu sejak pasien diputuskan untuk dilakukan tindakan SC sampai dilakukan irisan pertama operasi

Nominal < 60 = baik> 60’ = tidak baik

4. Pemberian antibiotika profilaksi pada SC elektif dan cito

Pemberian antibiotika profilaksis paling lama 1 jam sebelum tindakan operasi, kecuali emergency

Nominal ≤ 1 jam = baik > 1 jam = tdk baik

5. Jenis anaestesi pada SC Pemberian anastesi pada wanita yang akan sc

Nominal 1= anastesi general2 = anastesi regional

6. Transfusi darah Pemberian transfusi darah pada ibu saat operasi maupun setelah operasi

Nominal 1 = tidak mendapat transfusi darah2 = mendapat transfusi darah

7. Kesejahteraan bayi diukur dengan Apgar score bayi

Skoring/penilaian bayi baru lahir berdasarkan frekuensi jantung, usaha bernafas, reflex

Ordinal Normal : skor Apgar 8-10Asfiksia ringan : skor

17

Page 18: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

dan warna kulit yang dihitung untuk nilai apgar 1 menit pertama dan nilai apgar 5 menit.

apgar 4-7Asfiksia berat : skor apgar < 3

8. Kembali ke kamar operasi tanpa direncanakan pada masa perawatan yang sama

.

Pasien yang kembali ke ruang operasi tanpa direncanakan untuk prosedur lebih lanjut pada masa perawatan yang sama

Nominal 1 = tidak kembali ke ruang operasi 2 = kembali ke ruang operasi

9. Infeksi Luka Operasi (ILO)

Infeksi pada luka operasi yang terjadi sampai dengan 30 hari pasca operasi

Nominal Infeksi yang timbul pada saat setelah dilakukan operasi sampai dengan 30 hari pasca bedahdan infeksi yang terjadi hanya meliputi kulit dan jaringan subkutan pada luka insisi disertai dengan tanda-tanda klinis infeksi luka operasi

5. Instrumen Penelitian

1) Ceklis dan pedoman observasi

Ceklis dan pedoman observasi digunakan untuk mencatat data yang diperlukan

untuk mengukur indikator klinis pelayanan SC, mulai dari pasien masuk hingga 30

hari setelah dipulangkan dari rumah sakit.

2) Data rekam medik pasien untuk melengkapi identitas pasien dan hasil pemeriksaan

penunjang.

6. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui observasi terstruktur dengan

menggunakan ceklis dan formulir observasi yang telah diuji coba sebelumnya sebagai

pedoman observasi.

1) Observasi dilakukan oleh asisten peneliti yang terlatih berlatar belakang profesi

perawat, mulai dari pasien masuk rumah sakit baik melalui IGD maupun melalui

rawat inap, persiapan pre operasi, operasi dan pasca operasi.

18

Page 19: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

2) Pengamatan berikutnya adalah pengamatan pre operasi. Pengamatan pre operasi

meliputi prosedur persiapan pre operasi dan pemberian antibiotik profilaksis.

3) Tahap berikutnya adalah observasi durante operasi. Pengamatan oleh observer

meliputi tindakan prosedur operasi, pemberian anastesi, perdarahan dan transfusi

darah, apgar score bayi. Hasil pengamatan kemudian dimasukkan dalam lembar

ceklis melanjutkan lembar ceklis pasien sebelum operasi.

4) Pada saat selesai operasi, diukur juga kejadian kembali ke kamar operasi tanpa

direncanakan. Selanjutnya dilakukan pengamatan pasca operasi di ruang perawatan

pada hari ketiga pasca operasi. Pengamatan meliputi prosedur penanganan luka

pasca pasien SC dan sekaligus mengamati hasil operasi yaitu infeksi luka operasi.

Hasil pengamatan dicatat dalam lembar ceklis pasien melanjutkan lembar ceklis dari

kamar operasi serta mendokumentasikan infeksi luka operasi (dokumentasi foto)

atas seijin pasien (verbal consent). Dokumentasi foto hanya menggambarkan luka

pada bekas jahitan operasi saja untuk menetapkan kejadian infeksi luka operasi pada

saat pasien dipulangkan.

5) Pengamatan selanjutnya dilakukan di poliklinik kebidanan dan kandungan pada saat

pasien kontrol hari ke 7 dan dilanjutkan dengan kunjungan rumah pada hari ke 30.

Tujuan observasi baik pada hari ke-7 dan ke-30 untuk mengidentifikasi kejadian

infeksi luka operasi. Hasil pengamatan dicatat dalam lembar ceklis, melanjutkan

lembar ceklis dari ruang perawatan dan mendokumentasikan infeksi luka operasi

dengan seijin pasien.

6) Selama observasi berlangsung di rumah sakit, peneliti akan melakukan monitoring

ke asisten peneliti untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi di lapangan serta

merekap data yang masuk.

7. Cara Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis seperti berikut ini.

Sebelum analisis dilakukan, seluruh form pengumpulan data (ceklis dan pedoman

observasi) akan dicek kelengkapan isinyanya. Selanjutnya data akan dientri dengan

perangkat lunak komputasi, dan dilakukan data cleaning serta analisis distribusi

frekuensi. Analisis indikator klinis yang utama adalah penghitungan rate-based yang

dinyatakan dalam persentase, dengan menunjukkan berapa persentase yang sesuai

standar dan melebihi standar di rumah sakit tempat penelitian.

19

Page 20: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

8. Etika Penelitian

Penelitian ini melibatkan observasi pasien dengan tujuan untuk mendokumentasikan

kegiatan yang dilakukan dalam proses pelayanan SC tanpa melakukan intervensi tertentu.

Penelitian akan dilakukan dengan memperhatikan kaidah etika penelitian terhadap subyek

penelitian pasien, tenaga kesehatan yang diwawancara serta rumah sakit tempat penelitian.

Sebelum penelitian dilakukan, akan ditembuh proses untuk memperoleh persetujuan etik

dari komisi etik dan penelitian Fakultas Kedokteran UGM, serta persetujuan operasional

dari pihak rumah sakit yang diteliti.

Pengumpulan data berupa wawancara dengan tenaga kesehatan atau narasumber

akan diawali dengan proses verbal consent dengan cara pemberian informasi mengenai

maksud dan tujuan penelitian ini secara umum. Responden atau narasumber yang terlibat

diminta kesediaannya terlebih dulu dan membuat persetujuan tertulis (informed consent),

dan meminta ijin sebelum mendokumentasikan infeksi luka operasi (verbal consent).

Peneliti akan menjunjung tinggi privasi responden, azas kerahasiaan (confidentiality)

terhadap data responden mulai saat pengumpulan data hingga penyajian dalam bentuk

tertulis maupun verbal, kepemilikan dan akses data (data access and ownership) dengan

memanfaatkan data penelitian semata-mata hanya untuk kepentingan penelitian saja dan

juga menerapkan asas anonymity hingga pada tahap mengkomunikasikan hasil penelitian.

9. Tahapan Penelitian

Adapun tahapan penelitian yang akan dilakukan diuraikan sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

1) Peneliti mengajukan surat ethical clearance dan permohonan ijin pengambilan

data kepada pihak rumah sakit tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan,

peneliti akan melakukan koordinasi dan konfirmasi ulang ke pihak rumah sakit

tentang prosedur penelitian serta waktu pengambilan data.

2) Memahami critical pathway atau alur pelayanan SC di rumah sakit dan

memastikan unit pelayanan yang akan diteliti.

3) Peneliti mengkomunikasikan indikator klinis yang akan diukur dengan pihak

rumah sakit dan memfinalkan pengukuran indikator klinis yang akan digunakan.

4) Peneliti mempersiapkan tim asisten pengumpulan data yang berlatarbelakang

profesi kesehatan. Untuk memastikan kesamaan persepsi dan menjamin validitas

dan reliabilitas data, peneliti mengadakan orientasi terhadap tim pengambilan data

20

Page 21: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

tentang cara pengambilan data beserta pengisian seluruh formulir penelitian.

Peneliti akan memastikan bahwa setiap anggota tim memahami operasional tata

cara pengumpulan data secara rinci. Dalam proses pelatihan, peneliti memberi

kesempatan kepada tim asisten untuk mencoba melakukan pengumpulan data di

rumah sakit lokasi penelitian, sehingga tim tersebut benar-benar memahami

kegiatan pengumpulan data yang dilakukan.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Tim mengidentifikasi critical pathway, standar operasional prosedur atau alur

pelayanan untuk pelayanan SC.

2) Pengamatan dimulai saat pasien masuk rumah sakit dan diputuskan untuk

tindakan SC. Pasien yang dijadikan subyek penelitian diberikan penjelasan dan

membuat persetujuan tertulis apabila bersedia menjadi responden (informed

consent).

3) Pengamatan pre operasi dilakukan di ruang bersalin atau di IGD atau di rawat inap

kebidanan. Adapun yang diamati adalah berbagai tindakan prosedur pre-operasi

sesuai yang tertera pada ceklis dan dicatat pada lembar ceklis.

4) Pengamatan berikutnya adalah pengamatan saat operasi. Pengamatan oleh

observer meliputi tindakan prosedur sebelum operasi, kelengkapan APD, jam

operasi, jam selesai operasi, jam bayi dilahirkan. Hasil pengamatan dimasukkan

pada lembar checklist meneruskan lembar checklist dari ruang persiapan

sebelumnya.

5) Selanjutnya dilakukan pengamatan pasca operasi di ruang rawat inap kebidanan

pada hari ketiga pasca operasi. Pengamatan meliputi cuci tangan sebelum merawat

luka, sterilisasi alat, pemakaian APD dan juga mengamati hasil operasi berupa

infeksi luka operasi. Hasil pengamatan dimasukkan pada lembar ceklis serta

mendokumentasikan infeksi luka operasi dengan seijin pasien.

6) Pengamatan selanjutnya dilakukan di poliklinik kebidanan dan kandungan saat

pasien datang kontrol. Hasil pengamatatan dicatat dalam ceklis. Apabila pasien

tidak kembali ke poliklinik, maka tim peneliti akan melakukan kunjungan ke

rumah pasien.

7) Selain itu juga dilakukan penelusuran dokumen atau wawancara dengan informan

untuk melengkapi gambaran umum lokasi penelitian, kinerja rumah sakit,

pedoman dan prosedur mutu serta kinerja klinis unit pelayanan rumah sakit.

21

Page 22: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

8) Peneliti melakukan pengendalian mutu setiap proses pengumpulan data.

Rekapitulasi data, kontrol kelengkapan data serta proses analisis data dilakukan

oleh peneliti.

V. HASIL YANG DIHARAPKAN

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah diperolehnya gambaran tentang mutu klinis pelayanan sectio caesarea pada rumah sakit yang telah mengimplemtasikan sistem manajemen mutu sebagai dasar untuk mengembangkan model sistem manajemen mutu untuk peningkatan kinerja klinis pelayanan sectio caesarea. Hasil penelitian akan dibuat dalam naskah publikasi dan direncanakan untuk dimasukkan ke Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.

VI. JADWAL DAN INDIKATOR KINERJA

No Kegiatan Waktu Pelaksanaan Indikator kerja

1 Melakukan observasi awal untuk memahami critical pathway atau alur pelayanan SC di rumah sakit dan memastikan unit pelayanan yang akan diteliti.

April 2011 Tersusunnya flowchart pelayanan SC dan kepastian unit pelayanan yang akan diteliti

2 Mempersiapkan tim asisten pengumpul data dan melakukan pelatihan penggunaan instrumen penelitian

April 2011 Terbentuknya tim asisten pengumpul data dan adanya kesepahaman tentang instrument penelitian

3 Orientasi lapangan dan uji coba instrumen penelitian

April 2011 Kelayakan instrumen penelitian

4 Pelaksanaan pengumpulan data Mei-Agustus 2011 Diperoleh data hasil penelitian tentang mutu klinis pelayanan SC

5 Melakukan analisis data, pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian dan publikasi

September-oktober 2011

Tersusunnya laporan hasil penelitian dan naskah publikasi

22

Page 23: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

VII. PERSONALIA

Nama Lengkap dan Gelar

Posisi dalam

kegiatan

Golongan/ Pangkat/

NIP

Jabatan struktural/fungsional

Bidang Keahlian

Alokasi waktu

jam/minggu Fridawaty Rivai, SKM.,M.Kes

Peneliti III d/ 197310161997022001

Lektor Manajemen Rumah Sakit

12 jam/minggu

Raidatussakinah M. Nur, SKM

Assisten peneliti

12 jam/minggu

Happy Indah Kusumawati

Pengumpul data

12 jam/minggu

Ayu Erika Amandari S

Pengumpul data

12 jam/minggu

Ayu Erika Amandari S

Pengumpul data

12 jam/minggu

Agnesya Hendra Pengumpul data

12 jam/minggu

Eriyono Budi Wiyono

Pengumpul data

12 jam/minggu

VIII. PEMBIAYAAN

Rekapitulasi usulan pembiayaan disajikan pada table berikut, sedangkan justifikasi dan

rincian usulan disajikan pada lampiran 2

No Uraian Jumlah Usulan %1 Gaji/upah Rp - 0.002 Bahan habis/perangkat penunjang Rp. 22.710.000 50.003 Perjalanan Rp. 11.330.000 24.904 Pengolahan data, Laporan, Publikasi,

Seminar,dllRp. 11. 375.000 25.00

Total Rp. 45.500.000 99.90

23

Page 24: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

DAFTAR PUSTAKA

ACHS. (1997) A Working Guide for The Implementation of a Clinical Indicator Program. The Australian Council on Healthcare Standards

ACHS, (2001) Clinical Indicator Users Manual 2001. The Australian Council on Healthcare Standards

ACHS, (2004). Clinical Indicator Summary Guide 2004. The Australian Council on Healthcare Standards

Brennan, T.A., Leape, LL., Laird, NM., Hebert, L., Localio, AR., and Lawthers, AG. 1991. Incidence of Adverse Events and Neglicence in Hospitalized Patients N. Engk. J. Med. 324: 370-376.

Braithwaite, J., Westbrook, J., Pawsey, M., Greenfield, D., Naylor, J., Iedema, R., Runciman, B., Redman, S., Jorm, C., Robinson, M., Nathan, S., & Gibberd, R., 2006. A Prospective, Multi-Method, Multi-Disciplinary, Multi-Level, Collaborative, Social-Organizational Design For Researching Health Sector Accreditation. BMC Health Services Research, [Online]. 6, Pp. 113-22.

Brook, H. R., McGlynn E. & Schekelle, P. G., (2000) Defining And Measuring Quality Of Care: A Perspective From US Researchers. International Journal For Quality In Health Care, [Online]. 12 (4), Pp. 281-95.

Buciuniene, I., Malciankina, S., Lydeka, Z., & Kazlauskaite, R., (2006) Managerial Attitude To The Implementation Of Quality Management System In Lithuanian Support Treatment And Nursing Hospitals. BMC Health Services Research, [Online]. 6, Pp. 120-29.

Francois, P., Peyrin, J.-C., Touboul, M., Labarere, J., Reverdy, T., & Vinck, D., 2003. Evaluating Implementation Of Quality Management Systems In A Teaching Hospital’s Clinical Departments. International Journal For Quality In Health Care, [Online]. 15 (1), Pp. 47-55.

Gaspersz, V., (2005) ISO 9001: 2000 and continual quality improvement. 5th ed. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Koentjoro, T., (2007). Regulasi Kesehatan Di Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset.

Kunkel, S., Rosenqvist, U., & Westerling, R., (2007). The Structure Of Quality System Is Important To The Process And Outcome, An Empirical Study Of 386 Hospital Departments In Sweden. BMC Health Services Research, [Online]. 7, pp. 104-11.

Kohn, L. T., Corrigan J. M. & Donaldson M., 2000. To err is human: building a safer health system. Washington DC: National Academy Press.

Lee, S., Choi, K., Kang, H., Cho, W., & Chae, Y. M., (2002) Assessing The Factors Influencing Continuous Quality Improvement Implementation: Experience In Korean Hospitals. International Journal For Quality In Health Care, [Online]. 14 (5), Pp. 383-91.

24

Page 25: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

Li, L., (1997) Relationships Between Determinants Of Hospital Quality Management And Service Quality Performance – A Path Analytic Model. Omega, The International Journal Of Management Science, [Online]. 25 (5), Pp. 535-45.

Macinati, M. S., (2008). The Relationship Between Quality Management Systems and Organizational Performance In The Italian National Health Service. Jounal Of Health Policy, [Online]. 85, Pp.228-41.

Miller, W.J., Sumner, A. T., & Deane, R. H., (2009) Assessment Of Quality Management Practices Within The Healthcare Industry. American Journal Of Economics And Business Administration, [Online]. 1 (2), Pp. 105-13.

National Nosocomial Infection Surveilance (NNIS) System, 1991. Nosocomial Infection Rates for Interhospital Comparison: Limitations and Possible Solutions. Infection Control and Hospital Epidemiology, 12 (10): 609-619.

PMPK, 2003. Final Report. Accreditation Of Health Care Organization, Health Professional, and Higher Education Institution For Health Personnel Central Java Province – The World Bank. Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan. Fakultas Kedokteran UGM.

Wardhani, V., Utarini, A., Dijk, J. P. V., Post, D., & Groothoff, J. W., (2009) Determinants Of Quality Management System Implementation In Hospitals. Health Policy, [Online]. 89, Pp. 239-51.

Wagner, C., Gulácsi, L., Takacs, E. & Outinen, M., (2006b). The Implementation Of Quality Management Systems In Hospitals: A Comparison Between Three Countries. BMC Health Service Research, [Online]. 6, Pp. 50-60.

Weiner, B. J., Alexander, J. A., Shortell, S. M., Baker, L. C., Becker, M., & Geppert, J. J., (2006) Quality Improvement Implementation And Hospital Performance On Quality Indicators. Health Services Research, [Online]. 41 (2), Pp. 307-34.

Wingart, S.N., Wilson, RMcL., Gibberd, RW., and Harrison, B. 2000. Epidemiology of Medical Error: British Medical Journal. 320: 774-777.

25

Page 26: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

Lampiran 1

BIODATA PENGUSUL PENELITIAN DISERTASI

1. IDENTITAS DIRI

1.1 Nama Lengkap (dengan gelar) Fridawaty Rivai, SKM., M.Kes (P)1.2 Jabatan Fungsional Lektor1.3 NIP 19731016199702 2 0011.4 Tempat dan Tanggal Lahir Makassar, 16 Oktober 19731.5 Alamat Rumah Jl. Sunu Kompleks Unhas Blok MX No.5,

Makassar1.6 Nomor Telepon/Fax 0411-4370271.7 Nomor HP 0813552506281.8 Alamat Kantor FKM Unhas, Jln. Perintis Kemerdekaan km.10

Tamalanrea, Makassar1.9 Nomor Telepon/Fax 0411-5883791.10 Alamat e-mail [email protected]

2. RIWAYAT PENDIDIKAN2.1. Program: S1 S2 S3

2.2. Nama PT Universitas Hasanuddin

Universitas Airlangga Universitas Gadjah Mada

2.3. Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat

Manajemen Rumah Sakit

Kesehatan Masyarakat

2.4. Tahun Masuk 1992 1998 2007

2.5. Tahun Lulus 1996 2000 -

2.6. Judul Skripsi/Tesis

Analisis Biaya Satuan Operasi Histeroktomi di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar

Analisis Faktor Dominan yang Mmempengaruhi kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RS Haji Surabaya

Studi kasus Hubungan Sistem Manajemen Mutu dan Kinerja Klinis dengan Fokus pada Pelayanan Sectio Caesarea di RS Dr. Sardjito

2.7. Nama Pembimbing/Promotor

Prof. Dr.Amran Razak, SE

Dr. Widodo, J.Pudjirahadjo, MS, MPH, Dr.PH

Prof. dr. Adi Utarini, MPH, MSc., Ph.D

26

Page 27: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

3. PENGALAMAN PENELITIAN (bukan skripsi maupun tesis)

No. Tahun Judul Penelitian PendanaanSumber Jml (Juta

Rp)1

2010 Analisis kepuasan pasien rawat inap dan RS Jalan di RS Sanggata, Kabupaten Kutai Timur. Provinsi Kalimantan Timur.

Pemda Kab. Kutai Timur

50

12007 Analisis Unit cost pelayanan Puskesmas, Ability

To Pay dan Willingness to pay di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur

Pemda Kab. Kutai Timur

50

22007 Analisis kebutuhan dan harapan masyarakat

terhadap pelayanan kesehatan untuk pengembangan Model Puskesmasmas Perkotaan dan Pedesaan Models. Collaboration with Balitbangda South Sulawesi Province on 2007.Dinamika Penularan Malaria Di Daerah Berbatasan

Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Prov. Sulawesi Selatan

75

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hokum. Dan apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menenrikma risikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi persyaratan sebagai salah satu syarat pengajuan hibah Penelitian Disertasi Doktor.

Yogyakarta, 20 Maret 2011

Pengusul,

Fridawaty Rivai

NIP. 197310161997022001

27

Page 28: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

Lampiran 2

Justifikasi Anggaran

Rekapitulasi Biaya yang diusulkan

No Uraian Jumlah (Rp)1 Bahan habis/perangkat penunjang Rp. 22.710.0002 Perjalanan Rp. 11.330.0003 Pengolahan data, Laporan, Publikasi, Seminar,dll Rp. 11. 375.000

Total Rp. 45.500.000

1. Bahan habis pakai/peralatan

No Bahan Volume Satuan

Biaya Satuan (Rp)

Biaya total (Rp)

1 Pembelian buku 4 bh 300,000 1,200,0002 Fotocopy 10000 exp 150 1,500,0003 penjilidan 20 bh 7,000 140,0004 Kertas HVS 5 rim 40,000 200,0005 CD 3 bh 100,000 300,0006 Ballpoint 15 bh 6,500 97,5007 Map 15 bh 1,500 22,5008 Catridge hitam 2 bh 325,000 650,0009 Cartridge warna 2 bh 47,500 95,000

10 Tinta refil warna 3 bh 75,000 225,00011 Tinta refil hitam 2 bh 50,000 100,00012 Biaya cetak buku/kartu pasien 100 lbr 15,000 1,500,00013 Ekternal Hard Disc 1 bh 840,000 840,00014 Kamera digital 1 bh 4,250,000 4,250,000

15Biaya cetak foto (3 kali foto masing-masing responden) 288 bh 10,000 2,880,000

16 Entry data 20 oh 110,000 2,200,00017 Pengolahan data 30 oh 110,000 3,300,00018 Komunikasi 5 pkt 150,000 750,00019 BBM peneliti 5 pkt 500,000 2,500,000 Jumlah Biaya       22,750,000

2. Perjalanan

No Tujuan Volume Satuan Biaya Satuan (Rp)

Biaya total (Rp)

1 Transportasi pengumpul data 103 oh 110,000 11,330,000

3. Pengolahan data, Laporan, Publikasi, Seminar,dll

28

Page 29: Proposal  Penelitian Hibah Doktor

No Uraian kegiatan Volume Satuan Biaya Satuan (Rp)

Biaya total (Rp)

Konsumsi sosialisasi kegiatan di 5 unit pelayanan 75 org/kali 32,000 2,400,000

Transportasi responden 96 org 50,000 4,800,000 Laporan penelitian 4 pkt 61,250 245,000 Biaya penelitian di RS 1 pkt 1,430,000 1,430,000 Biaya mengikuti seminar 1 pkt 2,500,000 2,500,000 Jumlah 11,375,000

29