Proposal Penelitian Fnal Ref.3

download Proposal Penelitian Fnal Ref.3

of 20

description

proposal

Transcript of Proposal Penelitian Fnal Ref.3

LIZA WARDIN. NIM 021302573125004. Kebutuhan optimal daun ketapang dan padat tebar untuk peningkatan sintasan dan pertumbuhan benih Cardinal Tetra (Paracheirodon axelrodi)). Dibimbing oleh EDIYANTO dan NURHIDAYAT.

RINGKASAN

Salah satu jenis produk perikanan yang mempunyai prospek bisnis perikanan yang cukup menjanjikan adalah ikan hias. Sampai saat ini komoditas ikan hias semakin banyak mendapat perhatian dari masyarakat dan pemerintah untuk mengembangkannya. Pemilihan jenis ikan hias air tawar untuk dibudidayakan sangat bergantung kepada peluang pasar, baik untuk pasar lokal maupun eksport. Bagi para pemula yang akan melakukan budidaya ikan hias air tawar relatif tidak terlalu sulit untuk melakukannya. Salah satu jenis ikan hias air tawar yang dapat dibudidayakan dan memiliki peluang pasar yang bagus saat ini adalah ikan Cardinal tetra (Paracheirodon axelrodi).Sampai saat ini budidaya ikan Cardinal Tetra (Paracheirodon axelrodi) terutama tahap larva rearing dan pendederan ikan mudah mengalami stres ketika terjadi perubahan kualitas air. Perubahan kualitas air akan berpengaruh terhadap fekunditas, fertilitas telur dan kelangsungan hidup ikan selama pemeliharaan. Untuk bisa menjawab masalah-masalah tersebut perlu dilakukan penelitian pemberian daun ketapang dan padat tebar dalam pemeliharaan. Penelitian ini bertujuan untuk rnengetahui dosis optimal daun ketapang dan padat tebar untuk memperoleh kualitas air tetap baik sehingga akan meningkatkan sintasan dan pertumbuhan benih ikan Cardinal Tetra (Paracheirodon axelrodi).Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dalam dua faktor dengan empat perlakuan dua kali ulangan. Jumlah satuan percobaan adalah 32 unit akuarium, pemeliharaan dilakukan didalam ruangan terkontrol. perlakuan ini menggunakan perbedaan dosis daun ketapang dan padat tebar. Pelakuan yang diberikan adalah: D0 tanpa pemberian daun ketapang, D1 Pemberian daun ketapang 0,5 g/liter, D2 Pemberian daun ketapang 1,5 g/liter, D3 Pemberian daun ketapang 2,5 g/Liter, P1 padat tebar 3 ekor/liter, P2 padat tebar 5 ekor/liter, P3 padat tebar 7 ekor/liter dan P4 padat tebar 9 ekor/liter. Hewan uji yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah benih Ikan cardinal tetra (Paracheirodon axelrodi) yang berasal dari Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias Depok, dengan umur 20 hari.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSalah satu jenis produk perikanan yang mempunyai prospek bisnis cukup menjanjikan adalah ikan hias. Sampai saat ini komoditas ikan hias semakin banyak mendapat perhatian dari masyarakat dan pemerintah untuk mengembangkannya. Ikan hias yang ada di dunia ini dikelompokkan menjadi dua yaitu ikan hias air tawar dan ikan hias air laut. Ikan hias air laut sampai saat ini masih belum banyak yang dapat dibudidayakan berbeda dengan ikan Hias air tawar. Jenis ikan hias air tawar yang dibudidayakan tersebut antara lain adalah Botia, Arwana, Cupang, Discus, Manvis, Sumatera, Rainbow, Synodontis, Neon Tetra, Cardinal Tetra (Lesmana, 2001). Sehingga peluang usaha budidaya ikan hias cukup menjanjikan apabila di lihat dari perkembangan dan prospek pasar yang semakin meningkat.Pasar ikan hias saat ini masih terbuka baik itu pasar domestik maupun internasional. Indonesia merupakan negara yang menduduki urutan kelima terbesar sebagai pengekspor ikan hias setelah Singapura, Japan, Chech Republic dan Thailand dengan nilai ekspor pada tahun 2012 sebesar 43,96 juta US$ dan pada tahun 2013 ditargetkan mencapai 65 juta US$ (KKP 2013). Pemilihan jenis ikan hias air tawar yang akan dibudidayakan sangat bergantung kepada peluang pasar yaitu permintaan konsumen baik untuk pasar lokal maupun eksport. Bagi para pemula yang akan melakukan budidaya, ikan hias air tawar relatif tidak sulit untuk melakukannya. Ikan hias air tawar yang akan dibudidayakan harus memiliki peluang pasar yang bagus salah satunya adalah ikan Cardinal Tetra (Paracheirodon axelrodi). Ikan ini tergolong unik karena memiliki warna dasar abu-abu dengan garis biru hijau menyala yang biasa disebut garis Cardinal memanjang dari insang hingga pangkal ekor.Sampai saat ini dalam budidaya ikan Cardinal Tetra (Paracheirodon axelrodi) sering terjadi permasalahan, terutama dalam kegiatan pembenihan dan pendederan yaitu ikan mudah mengalami stres ketika terjadi perubahan kualitas air. Sehingga berpengaruh terhadap fekunditas, tingkat penetasan telur dan tingginya mortalitas ikan selama pemeliharaan. Dengan pemenuhan kualitas air yang optimal atau di sesuaikan dengan habitat aslinya selama masa pemeliharaan dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi ikan tersebut untuk parameter kualitas air, kisaran suhu pemeliharaan adalah 21 C hingga 28 C, dengan pH rendah. Untuk menanggulangi masalah-masalah tersebut maka perlu dilakukan penelitian pemberian daun ketapang dan padat tebar dalam pemeliharaan benih ikan Cardinal Tetra. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis Pemberian daun ketapang dan padat tebar optimal untuk peningkatan sintasan dan pertumbuhan ikan Cardinal Tetra (Paracheirodon axelrodi) dalam pemeliharaan benih. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pengguna dan pembudidaya ikan hias.1.2 Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk:1. Mengetahui Dosis optimal pemberian daun ketapang dan padat tebar dalam pemeliharaan benih Cardinal Tetra (Paracheirodon axelrodi)2. Mengetahui parameter kualitas air ikan cardinal tetra

1.3 Manfaat PenelitianAdapun manfaat dari penelitian ini antara lain :1. Memberikan informasi kepada pembaca tentang kebutuhan Dosis optimal daun ketapang dan padat tebar dalam peningkatan sintasan dan pertumbuhan benih ikan Cardinal Tetra (Paracheirodon axelrodi) 2. Menambah wawasan tentang budidaya ikan Cardinal tetra (Paracheirodon axelrodi)

1.4 Batasan MasalahAgar penelitian ini tidak menyimpang dan meluas dari judul, maka batasan masalah hanya di titik beratkan pada kebutuhan optimal pemberian daun ketapang dan padat tebar dalam pemeliharaan serta parameter kualitas air untuk pemeliharaan benih Cardinal Tetra (Paracheirodon axelrodi). BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Ikan Cardinal Tetra (Paracheirodon axelrodi)2.1.1 Taksonomi

Klasifikasi ikan Cardinal Tetra adalah sebagai berikut :Kingdon:AnimaliaPhylum:ChordataClass:ActinopterygiiOrder:CharaciformesFamily:CharacidaeGenus:ParacheirodonSpecies:Paracheirodon axelrodi

Gambar 1. Ikan Cardinal Tetra (Paracheirodon axelrodi)2.1.2 Morfologi Ikan Cardinal tetra merupakan jenis ikan hias air tawar, yang memiliki tubuh berbentuk silindris dan bagian anterior yang tumpul. Sebuah garis biru mengkilap sepanjang sisi tubuh mulai dari bagian anterior tubuh sampai sirip adiposa. Ikan Cardinal tetra juga dihiasi dengan garis merah yang melintang dari ekor sampai abdomen. Pada malam hari warna tubuhnya akan menghilang selama ikan beristirahat dan akan muncul kembali ketika ikan aktif pada pagi harinya.Ikan Cardinal tetra dapat tumbuh hingga mencapai 5 cm. Ikan betina memiliki perut yang sedikit agak besar dibanding ikan jantan. Induk jantan dan betina dapat dibedakan dengan jelas. Pada jantan terdapat garis biru lurus, sedangkan pada betina garis biru tersebut bengkok (Johannes S, 2012).Tabel 1. Perbedaan jantan dan betina ikan cardinal tetraJantanBetina

Garis pada tubuh lurus dan badan lebih panjangBadan agak pendek, perut membesar dan garis tubuh agak bengkok

2.1.3 Habitat dan Penyebaran Karena asal-usulnya adalah hasil tangkapan liar, Cardinal tetra cenderung agak sedikit terdapat di penangkaran. Di alam liar, ikan ini hidup di dasar perairan gambut yang asam (Johannes S, 2012). Cardinal Tetra hasil penangkaran cenderung lebih kuat untuk beradaptasi daripada Cardinal tetra tangkapan liar.Mengingat asal-usul Cardinal Tetra, yaitu berasal dari sungai blackwater yang memiliki pH asam, kandungan mineral rendah dan adanya asam humat, spesies ini beradaptasi dengan berbagai kondisi di penangkaran, perubahan kualitas air akan berdampak terhadap pada fekunditas dan penetasan telur. Kisaran suhu pemeliharaan adalah 21 C hingga 28 C. parameter kimia air di dalam akuarium harus di sesuaikan dengan habitat aslinya.

2.2 Kualitas airDi dalam kegiatan budidaya Kualitas air merupakan faktor penting kerena diperlukan sebagai media hidup ikan. Beberapa perubahan fisika dan kimia yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan adalah suhu, oksigen terlarut, CO2, pH, alkalinitas, kesadahan, amoniak, nitrit dan nitrat.

2.2.1 SuhuPerubahan suhu yang tinggi dalam suatu perairan akan mempengaruhi proses metabolisme, aktifitas tubuh dan syaraf ikan. Setiap spesies mempunyai suhu optimal untuk pertumbuhan optimumnya dan kisaran toleransi suhu agar ikan masih bisa hidup. Kisaran suhu untuk media ikan cardinal adalah 21 - 28 C Suhu diatas dan dibawah optimum, pertumbuhan akan menurun. Metabolisme rendah berarti pakan yang dimakan berkurang dan pertumbuhan menjadi lambat. Suhu diatas kisaran optimum biasanya konsumsi pakan meningkat untuk mengimbangi kecepatan metebolisme yang tinggi, tapi pertumbuhan tidak meningkat (Stickney, 1979).2.2.2 DOKonsentrasi dan kesediaan oksigen terlarut (DO) dalam air sangat dibutuhkan ikan dan organisme air lainnya untuk hidup. Konsentrasi oksigen dalam air dapat mempengaruhi pertumbuhan dan konversi pakan serta mengurangi daya dukung perairan. Tabel 2. Kadar Oksigen Terlarut dan Pengaruhnya terhadap Kelangsungan Hidup IkanKadar Oksigen Terlarut (mg/liter)Pengaruh terhadap Kelangsungan Hidup Ikan

< 0,3Hanya sedikit jenis ikan yang dapat bertahan pada massa pemaparan singkat (short exposure)

0,3 1,0Pemaparan lama (prolonged exposure) dapat mengakibatkan kematian ikan

1,0 5,0Ikan dapat bertahan hidup, tetapi pertumbuhannya terganggu

> 5,0Hampir semua organisme akuatik menyukai kondisi ini

Sumber : Modifikasi Swingle (1969) dalam Boyd (1988) dalam Effendi (2000)Apabila kandungan DO < 5 ppm maka kebutuhan ikan akan oksigen berkurang sehingga menyebabkan nafsu makan ikan menurun dan menghambat pertumbuhan ikan.

2.2.3 pHNilai pH merupakan ukuran konsentrasi ion H+ di dalam air, keasaman adalah kapasitas air untuk menetralkan ion-ion hidroksi (OH-) Nilai pH disebut asam bila kurang dari 7, pH 7 disebut nentral dan pH di atas 7 disebut basa (Forrteath et al. 1993). Di habitat aslinya ikan Cardinal tetra biasanya hidup pada perairan yang asam dengan pH 5,5 6,5 (Anonim, 2005). Kondisi asam pada masa pemeliharaan dapat dijaga dengan penggunaan daun ketapang yang direndam dalam air pada tandon.

2.2.4 AlkalinitasAlkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau kuantitas anion air yang dapat menetralkan kation hidrogen serta sebagai kapasitas penyangga terhadap perubahan pH perairan (Effendi, 2000). Alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan keasaman dan menaikan pH.Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas di atas 20 ppm. Kapasitas pem-buffer-an alam dilengkapi dengan mekanisme pertahanan sedemikian rupa sehingga dapat bertahan terhadap berbagai perubahan, begitu juga dengan pH air. Mekanisme pertahanan pH terhadap berbagai perubahan dikenal dengan istilah Kapasitas pem-buffer-an pH

2.2.5 KesadahanKesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila di campurkan dengan deterjen (sabun). Pada air yang mempunyai kesadaahn rendah akan mudah membentuk busa apabila dicampurkan dengan sabun. Sedangkan pada air yang mempunyai kesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Kesadahan sangat penting bagi kehidupan ikan, tidak semua ikan dapat hidup pada nilai kesadahan yang sama. Setiap jenis ikan memerlukan nilai kesadahan pada kisaran tertentu untuk hidupnya. Kesadahan merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya dengan usaha untuk mengubah nilai pH. Arifin, (2008), menyatakan kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu didalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonad. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat.

2.2.6 AmoniakAmoniak merupakan hasil akhir metabolisme protein dan merupakan racun bagi ikan sekalipun pada konsentrasi yang sangat rendah. Konsentrasi amoniak terlarut itu sendiri didalam air bergantung pada pH dan suhu. Semakin tinggi pH dan suhu dalam perairan, maka kandungan ammoniak akan semakin tinggi pula. Ammoniak adalah zat utama dari senyawa nitrogen yang di ekresikan oleh kebanyakan hewan akuatik (Spotte, 1997).

2.3 Daun ketapang2.3.1 Ketapang

Ketapang atau katapang (Terminalia catappa L.) adalah nama sejenis pohon tepi pantai yang rindang. Lekas tumbuh dan membentuk tajuk indah bertingkat-tingkat, ketapang kerap dijadikan pohon peneduh di taman-taman dan tepi jalan. Berikut tingkatan klasifikasi Daun ketapang

Kerajaan : PlantaeDivisi : MagnoliophytaKelas : MagniliopsidaOrdo : MyrtalesFamili : CombretaceaeGenus : TerminaliaSpecies : Terminalia catappa L.

Gambar 2. Daun Ketapang (Terminalia catappa L.)

Ketapang merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara dan umum ditemukan di wilayah ini, kecuali di Sumatera dan Kalimantan yang agak jarang didapati di alam. Pohon ini biasa ditanam di Australia bagian utara dan Polinesia, demikian pula di India, Pakistan, Madagaskar, Afrika Timur dan Afrika Barat, Amerika Tengah, serta Amerika Selatan.2.3.2 Manfaat daun ketapang (Terminalia catappa L.)Daun ketapang (Terminalia catappa L.) sudah digunakan sejak dulu dalam budidaya perikanan oleh para petani ikan tropis di asia, untuk menjaga kesehatan ikan. Daunnya memiliki efek antiseptik dan digunakan untuk mengobati penyakit jamur dan bakteri (Tropical Aquaworld, 2006) dalam Nurmaidah Ashry, (2007).Penelitian pemberian daun ketapang dalam Adaptasi budidaya ikan sebelumnya sudah pernah dilakukan di Balai Riset Budidaya Ikan hias Depok, dengan perlakuan pemberian daun ketapang dengan dosis yang berbeda pada media pemeliharaan ikan hias gurame coklat (Tuti Kadarini, dkk. 2010). Dalam penelitian tersebut dosis yang digunakan adalah, 10, 20, dan 30 g/40 liter air. Daun ketapang mengeluarkan zat aktif ke dalam air tampa merusak sistem imun ikan, dimana sering terjadi pada penggunaan beberapa obat. Daun ketapang dapat diletakkan langsung didalam akuarium, dimana zat-zat aktifnya akan dilepas kedalam air, dapat dilihat dari warna air yang berubah menjadi kecoklatan. Untuk pengobatan ikan sakit hanya daun gugur yang digunakan, selain pengobatan daun ketapang juga dapat menurunkan pH air. Zat-zat yang terkandung pada daun ketapang di antaranya violaxanthin, lutein, dan zeaxanthin, serta dapat juga ditemukan seperti quercetin dan kamferol. Daun ketapang juga mengandung tannin, seperti punicalin, punicalagin dan tercatein (Tropical Aquaworld, 2006). Zat kimia dalam daun ketapang yang diduga bersifat anti bakteri adalah tannin (Chee Mun, 2003). Daun yang kering ketika terendam air akan menghasilkan air yang berwarna kuning kecoklatan. Air tersebut mengandung asam organik seperti humic dan tannin. Sehingga ekstrak daun ketapang bisa digunakan sebagai media penurun pH air.

2BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan TempatKegiatan penelitian ini akan dilaksanakan selama 30 hari mulai tanggal 10 November sampai dengan tanggal 09 Desember 2014 yang bertempat di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Jalan Perikanan No. 13 Pancoran Mas Depok.3.2 Alat dan bahan3.2.1 AlatPeralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: Tabel 3. Peralatan yang digunakan dalam PenelitianNoJenis alatJumlahSatuanKeterangan

1Akuarium32UnitWadah pemeliharaan

2Termometer1BuahMengukur suhu

3pH meter1UnitMengukur pH

4Aerator dan perlengkapannya1PaketMensuplai oksigen

5Selang sipon1PaketMenyipon air

6Selang air1PaketMengisi air

7Sorok 1BuahMenangkap benih ikan

8Ember 1BuahWadah penampung benih

9Baskom3BuahMerendam daun ketapang

10Timbangan1UnitMenimbang benih ikan

11Penggaris 1BuahMengukur panjang ikan

12Alat tulisMencatat hasil penelitian

13Kamera 1BuahDokumentasi

3.2.2 BahanBahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:1. Daun ketapang yang digunakan daun ketapang kering2. Pakan yang digunakan jenis pakan alami cacing sutra (Tubifex sp)3.3 Hewan ujiIkan Cardinal tetra (Paracheirodon axelrodi) yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan yang berasal dari Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias Depok, dengan umur 20 hari.

3.4 Metode PenelitianPenelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dalam dua faktor dengan empat perlakuan dua kali ulangan. Sehingga jumlah suatu percobaan adalah 32 unit akuarium, pemeliharaan dilakukan didalam ruangan terkontrol. perlakuan ini menggunakan perbedaan dosis ekstrak daun ketapang dan jumlah padat tebar. Adapun rincian dari setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 4 dan 5 di bawah ini:Tabel 4. Perlakuan DosisPadat Tebar

P1P2P3P4

D0D0P1D0P2D0P3D0P4

D1D1P1D1P2D1P3D1P4

D2D2P1D2P2D2P3D2P4

D3D3P1D3P2D3P3D3P4

Keterangan:D0: Tanpa pemberian daun ketapangD1: Pemberian daun ketapang 0,5 g/LD2: Pemberian daun ketapang 1,5 g/LD3: Pemberian daun ketapang 2,5 g/LP1: Padat tebar 3 ekor/LP2: Padat tebar 5 ekor/LP3: Padat tebar 7 ekor/LP4: Padat tebar 9 ekor/L

Model linier faktorial dua faktor dengan Rancangan Acak Lengkap adalah sebagai berikut:

Keterangan :Yijk= pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B= mean populasi= pengaruh taraf ke-i dari faktor A= pengaruh taraf ke-j dari faktor B()= pengaruh taraf ke-i dari faktor A dan pengaruh taraf ke-j dari faktor Bk= pengaruh acak dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan ij. ij N (0,2)

Tabel 5. Rancangan Acak Lengkap (ulangan)D1P4D2P3D2P1D1P3D0P4D1P2D3P1D0P3

D3P2D0P2D3P4D0P1D1P1D3P3D2P2D2P4

D1P2D1P3D1P1D2P2D2P1D3P2D0P3D2P4

D3P4DOP4D0P2D3P3D3P1D0P1D2P3D1P4

3.5 Prosedur Kerja3.5.1 Persiapan wadahWadah pemeliharaan Cardinal tetra (Paracheirodon axelrodi) mengunakan akuarium dengan volume 2 liter, sebanyak 32 unit yang di susun di atas rak. Sebelum digunakan akuarium di cuci hingga bersih, selanjutnya akuarium di keringkan agar akuarium benar-benar bersih dan steril. Selanjutnya pengisian air yang sudah ditandon dengan perendaman daun ketapang, setiap akuarium di isi air dengan volume 2 liter/akuarium, setelah tahapan pengisian air maka setiap akurium di pasang aerasi masing-masing.

3.5.2 Proses perendaman daun Ketapang (Terminalia catappa L. )Daun Ketapang (Terminalia catappa L.) yang digunakan adalah daun ketapang yang sudah gugur dari pohonnya, daun ketapang di cuci dan dekeringkan selanjutnya di rendam dalam wadah tandon selama 1-3 hari kemudian air rendaman daun ketapang di masukan ke dalam akuarium, wadah perendaman digunakan tiga buah masing-masing 0,5 g/L, 1,5 g/L dan 2,5 g/L.

3.6 Penebaran BenihPenebaran benih ikan Cardinal tetra (Paracheirodon axelrodi) dilakukan pada pagi hari pada jam 08, benih Cardinal tetra yang digunakan umur 20 hari. Padat penebaran benih P1 padat tebar 3 ekor/liter, P2 padat tebar 5 ekor/liter, P3 padat tebar 7 ekor/liter dan P4 padat tebar 9 ekor/liter dengan volume air masing-masing 2 liter, sebelum penebaran benih dilakukan aklimatisasi yaitu penyesuaian dengan lingkungan baru, misalnya penyesuaian terhadap pH, suhu, oksigen terlarut.3.7 Proses Pemeliharaan 3.7.1 Pemberian Pakan Pakan yang diberikan pada benih Cardinal tetra (Paracheirodon axelrodi) harus disesuaikan dengan bukaan mulut ikan, pada umumnya pakan yang diberikan untuk Cardinal tetra adalah pakan alami jenis cacing sutra (Tubifex sp) Pakan diberikan 2 kali sehari secara ad libitum.

3.7.2 Pengelolaan Kualitas airSelama pemeliharaan ikan, air dalam akuarium akan dicemari oleh sisa pakan dan kotoran yang dikeluarkan oleh ikan (feses ikan). Kotoran yang terlalu banyak dalam media pemeliharaan akan menurunkan kualitas air dan dapat mengganggu kehidupan ikan sehingga perlu dibersihkan. Pembersihkan kotoran dalam akuarium pemeliharaan ikan dilakukan dengan cara penyiponan kotoran menggunakan selang. Caranya selang diisi dengan air lalu kedua ujungnya ditutup dengan jari selanjutnya tempatkan satu ujung selang dalam akuarium dan satu lagi di lantai. Lepaskan jari dari ujung selang sehingga air akan mengalir ke bawah. Sentuhkan ujung selang dalam akuarium dan arahkan ke kotoran sehingga kotoran masuk ke dalam selang bersama aliran air dan terbuang. Selama penyiponan hindarkan ujung selang terlalu dekat dengan ikan agar ikan tidak terbawa. Air yang keluar sebaiknya ditampung dengan ember untuk memudahkan pengambilan ikan yang ikut tersedot selama penyiponan.

3.8 Pengamatan3.8.1 Kelangsungan hidup (SR)Menurut Effendie (1997), tingkat kelangsungan hidup merupakan persentase dari jumlah ikan yang hidup pada awal dan akhir pemeliharaan. Rumus dari tingkat kelangsungan hidup adalah sebagai berikut :

Keterangan :SR= Tingkat kelangsungan hidup (%)Nt= Jumlah ikan yang hidup pada akhir pengamatanNo= Jumlah ikan yang hidup pada awal pengamatan

3.8.2 Pertambahan Panjang MutlakPertambahan panjang Mutlak adalah perubahan panjang rata-rata individu pada setiap perlakuan dari awal hingga akhir pemeliharaan, dapat dihitung menggunakan rumus dari Effendie (1997): Keterangan :Pm= Pertambahan Panjang Mutlak (cm)Lt= Panjang rata-rata akhir (cm)Lo= Panjang rata-rata awal (cm)

3.8.3 Laju Pertumbuhan Harian Laju pertumbuhan harian benih cardinal tetra dapat diketahui melalui perbandingan antara rata-rata pertumbuhan awal penebaran dengan pertumbuhan akhir pemeliharaan, untuk menghitung pertumbuhan bobot harian ditentukan dengan rumus dari Huisman (1989) dalam Dhiayaaulhaq, 2010. Sebagai berikut:

Keterangan :g= Laju pertumbuhan HarianWt= Bobot biomasa akhir rata-rata (gr)Wo= Bobot biomasa awal rata-rata (gr)T= Lama waktu pemeliharaan (hari)

3.8.4 Pengamatan Kualitas AirKualitas air yang diamati dapat dilihat pada table di bawah ini:Tabel 6. Parameter kualitas air dan alat pengukuran yang digunakanNoParameter kualitas airSatuanWaktu PengukuranFrekuensi pengukuranAlat

1SuhuoCTermometer

2DOmg/LDO Meter

3pHpH Meter

4alkalinitasmg/L

5KesadahanppmWater Hardness test

6AmoniakMg/LAmmonia meter, Spectrophotometer

7Nitrit (N02)ppmNitrite, NO2 Test Kit, Spectrophotometer

3.9 Analisis DataData yang diperoleh selanjutnya dianalisis ragam (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap sintasan dan pertumbuhan ikan. Apabila terdapat perbedaan akan di uji lanjut (BNT) untuk melihat perlakuan terbaik. Untuk menghitung nilai BNt, kita membutuhkan beberapa data yang berasal dari perhitungan sidik ragam (ANOVA) yang telah dilakukan sebelumnya, data tersebut berupa MSE dan dfE. Selain itu juga butuh tabel t-student. Secara lengkap rumusnya adalah sbb:

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Neon tetra (Paracheirodon innesi) profile. http:// badmanstropicalfish.com/profiles/ profile17.html. Kunjungan: 05 September 2014, pk 14:30:18

Arifin. 2008. Metode Pengolahan kesadahan (Hardness) Air dengan Menggunakan Resin Penukar ion.

Che Mun, F. 2003. Ketapang (Cattapa) Leaves-Black Water : Understading Black Water. INBS Forum Index. Http://www.joyabetta.com/. Kunjungan: 05 September 2014, pk 14:30:18

Dhiyaaulhaq, H., 2010. Penggunaan Naungan yang berbeda pada Pendederan Benihikan lele di bak terpal. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

DJPB-KKP, 2013, Profil Ikan Hias Indonesia, Direktorat Produksi, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya-Kementerian Kelautan dan PerikananEffendi, H. 2000. Telaahan kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor. 258 hal.Effendie, M.I., 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta.Forteath N. L. Wee dan M. Frith. 1993. Water Quality. In. P. Hart and D. O Sullivan (eds). Recirculation Systems: Desing, construction and Manajemen. University of Tasmania at Lauceston. Australia

Indri Sri Anggraeni, 2002. Pembenihan Ikan Neon Tetra (Paracheisodon innesi) di CV. Citra Mina FF Sawangan Bogor.Johannes S, 2012, Cardinal Tetra Pelangi Dari Amazon, http://o-fish.com/Spesies/Cardinal_tetra.php. Kunjungan: 11 September 2014, pk 11:30:14

Lesmana, D. S, dan I. Dermawan. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar Swadaya.

Kadarini T, Subandiyah S, Rohmy S, Kusrini E. 2010. Adaptasi dan pemeliharaan ikan hias gurame coklat (Sphaerychthtys ophronomides) Dengan penambahan daun ketapang. Balai Riset Budidaya Ikan Hias. DepokNurmaidah Ashry., 2007. Pemamfaatan Daun Ketapang (Terminalia cattapa) Untuk Pencegahan dan Pengobatan ikan patin. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.Spotte, S., 1997. Sea Water Aquarium. The Captive Environment. John Wiley and Sons, New York-Crister-Brisbane.Stickney, RR. 1979. Principles of warmwater Aquaculture. aWiley-Interscience Publication, John Wiley & Son, Inc. New York

i

8