Proposal Penelitian Baru.

44
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan mempunyai peranan yang sangat penting karena pada dasarnya kesehatan berkaitan erat dengan peningkatan sumberdaya manusia yang merupakan modal dasar pembangunan. Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan selama ini telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. 1 Salah satu masalah dalam mencapai derajat kesehatan tersebut adalah masih tingginya angka kematian akibat penyakit saluran napas. Asma bronchial merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan yang bersifat kronis dan tidak menular tetapi merupakan penyakit yang dapat diturunkan. 2 Asma bronkial adalah suatu penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kepekaan bronkus terhadap berbagai rangsangan sehingga menyababkan penyempitan saluran pernafasan yang luas dan reversible secara spontan dengan pengobatan. Asma bronkial masih menjadi masalah kesehatan dihampir semua negara di dunia. Lebih kurang 100 juta orang di dunia menderita penyakit asma. 1

Transcript of Proposal Penelitian Baru.

Page 1: Proposal Penelitian Baru.

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan mempunyai peranan yang sangat penting karena

pada dasarnya kesehatan berkaitan erat dengan peningkatan sumberdaya manusia

yang merupakan modal dasar pembangunan. Pembangunan kesehatan yang

dilaksanakan selama ini telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan

yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan.1

Salah satu masalah dalam mencapai derajat kesehatan tersebut adalah masih

tingginya angka kematian akibat penyakit saluran napas. Asma bronchial merupakan

salah satu penyakit saluran pernafasan yang bersifat kronis dan tidak menular tetapi

merupakan penyakit yang dapat diturunkan.2

Asma bronkial adalah suatu penyakit kronis yang ditandai dengan

peningkatan kepekaan bronkus terhadap berbagai rangsangan sehingga menyababkan

penyempitan saluran pernafasan yang luas dan reversible secara spontan dengan

pengobatan. Asma bronkial masih menjadi masalah kesehatan dihampir semua negara

di dunia. Lebih kurang 100 juta orang di dunia menderita penyakit asma. Penyakit ini

diderita oleh anak-anak sampai orang dewasa dengan derajat penyakit yang ringan

sampai berat, bahkan mematikan.3,4

Asma bronkial merupakan penyakit yang sudah dikenal di masyarakat.asma

tercatat sebagai Penyebab kematian nomor tiga pada penyakit saluran pernafasan.

Insidennya meningkat di seluruh dunia terutama pada anak sehubungan dengan

kemajuan industri dan meningkatnya polusi. Peningkatan morbilitas dan mortilitas

asma di seluruh dunia, khususnya peningkatan jumlah perawatan pasien di rumah

sakit atau kunjungan ke emergensi menunjukkan bahwa pengelolaan asma belum

berjalan sebagaimana yang diharapkan, terutama di daerah perkotaan dan industri, hal

ini juga disebabkan oleh karena peningkatan kontaj dan interaksi alergen di rumah

(asap perokok pasif) dan atmosfer (debu kendaraan). Kondisi sosioekonomi yang

rendah juga menyulitkan dalam pemberian terapi yang baik.4,5

1

Page 2: Proposal Penelitian Baru.

Prevalensi asma di seluruh dunia adalah sebesar 8-10% pada anak-anak dan 3-

5% pada orang dewasa dan dalam 10 tahun terakhir ini meningkat sebesar 50%.

Setiap tahun mortalitas asma meningkat di seluruh dunia daro 0,8 per 100.000 (1977),

menjadi 1,2 per 100.000 (1990) dan meningkat lagi menjadi 2,1 per 100.000 (1991).6

Di Negara-negara berkembang seperti India diperkirakan 15-29 juta pasien

menderita asma. Di afrika trendnya bervariasi, di Kenya dari seluruh penduduk

terdapat 11% penderita asma dan di Nigeria prevalensinya 18%. Singapura

melaporkan peningkatan prevalensi asma dari 3,9% (1976) menjadi 13,7% (1987), di

Manilla dari 14,2% (1976) menjadi 22,7% (1987).5,7

I.2 Rumusan Masalah

Belum diketahuinya karakteristik penderita asma bronkial dewasa yang

dirawat di RSUD Labuang Baji periode Januari-Desember 2013.

I.3 Tujuan Penelitian

I.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita asma bronkial dewasa yang dirawat

inap di RS Labuang Baji tahun 2012-2013.

I.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi penderita bedasarkan umur.

b. Mengetahui distribusi penderita bedasarkan jenis kelamin.

c. Mengetahui distribusi penderita berdasarkan pekerjaan .

d. Mengetahui distribusi penderita berdasarkan suku.

e. Mengetahui distribusi penderita berdasarkan riwayat orang tua/keluarga.

f. Mengetahui distribusi penderita berdasarkan riwayat keluhan utama.

1.4 Manfaat Penelitian

I.4.1 Sebagai bahan masukan dan memberikan informasi bagi pihak RS Labuang Baji

Makassar terutama bagi pembuat keputusan untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan dalam pengobatan dan perawatan bagi penderita asma brokial.

I.4.1 Bagi penulis, penelitian ini sangat berguna untuk meningkatkan wawasan dan

pengetahuan tentang penyakit asma bronkial serta menambah pengalaman khususnya

2

Page 3: Proposal Penelitian Baru.

dalam melakukan penelitian ini, selain itu sebagai tugas dalam rangka menyelesaikan

studi penulis di FK UNHAS Makassar.

I.4.3 Sebagai bahan masukan peneliti lain yang membutuhkan data penelitian ini.

3

Page 4: Proposal Penelitian Baru.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.I. Paru-paru dan Cara Kerjanya

Fungsi utama paru-paru adalah menyuplai oksigen (O2), udara masuk ke

dalam aliran darah dan menegeluarkan karbondioksida (CO2) dari tubuh ke udara.

Berkaitan dengan fungsi paru-paru tersebut maka seseorang yang terkena penyakit

asma, yang merupakan salah satu bentuk penyakit paru-paru, proses mekanisme

suplai oksigen dan pengeluaran karbondioksida akan terganggu. Itulah sebabnya

seseorang yang menderita asma dapat kekurangan oksigen sehingga dapat

menimbulkan akibat yang serius atau setidaknya akibat yang lebih ringan tubuh dapat

kelebihan karbondioksida.

Saluran pernafasan dimulai dari hidung dan mulut. Setelah melewati hidung,

udara masuk ke faring (tenggorokan). Ujung bagian bawah dari faring akan terbelah

menjadi dua saluran yang berbeda, yaitu trakea (saluran pernafasan) dan esophagus

(saluran makanan).

Sewaktu melewati trakea, udara mengalami proses pembersihan yang

dilakukan lapisan dalam di sepanjang permukaan trakea. Lapisan dalam trakea ini

akan menyapu lendir yang tercemar menuju ke arah atas menjauhi paru-paru. Dengan

demikian kotoran dapat dikeluarkan saat batuk atau menelannya.

Untuk memudahkan pemahaman mengenai anatomi paru-paru berikut ini

akan diuraikan tentang bagian paru-paru.

4

Page 5: Proposal Penelitian Baru.

Gambar 1. Anatomi Paru

2.1.1 Trakea

Trakea bercabang menjadi 2 saluran atau bronkus. Satu saluran menuju paru-

paru kiri dan saluran lainnya menuju paru-paru kanan. Untuk selanjutnya trakea ini

bercabang-cabang menjadi saluran lebih kecil.

2.1.2 Bronkiolus

Bronkiolus yang paling ujung (bronkiolus pernafasan) mengarah ke pembuluh

alveolar dan berakhir pada kantung-kantung mikro yang disebut alveoli. Tugas

bronkiolus adalah melakukan pertukaran gas antara udara dan darah.

2.1.3 Alveoli

Alveoli jumlahnya sangat banyak mencapai jutaan kantong. Di bagian paru-

paru ini akan terjadi pertukaran gas antara O2 dengan CO2.

Tepat di sebelah alveoli terdapat pembuluh darah kapiler halus yang berfungsi

membawa darah yang telah mengalami deoksigenasi (pengosongan oksigen) dari sisi

kanan jantung. Oksigen menyebar dari udara masuk ke darah dan mengisinya hingga

darah kembali bermuatan oksigen. Sementara karbondioksida dipindahkan dari darah

ke udara lewat paru-paru sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh lewat nafas.

5

Page 6: Proposal Penelitian Baru.

Perpindahan oksigen dari udara ke dalam darah terjadi pada akhir rangkaian saluran

yang panjang, pembuluh dan rongga. Begitulah proses ini berlangsung sepanjang

hayat seseorang.

Berbagai penyakit paru-paru menimbulkan pengaruh buruk. Penyakit asma

akan menimbulkan gangguan pernafasan pada tingkat yang berbeda. Untuk

memahami penyakit asma ini maka perlu diketahui mekanisme menghirup dan

mengeluarkan udara dari dan ke paru-paru lewat suatu proses kontraksi dan relaksasi

otot. Oleh para dokter kejadian tersebut disebut ventilasi.

Paru-paru bekerja seperti sepasang penghembus dengan dilengkapi gelang

kenyal yang mengelilingi gagangnya. Serangkaian otot secara periodic akan

melakukan kontraksi (peregangan) sehingga menyebabkan dada membesar. Hal ini

akan mengakibatkan penurunan tekanan udara di dalam paru-paru sehingga udara

luar akan terhisap masuk ke dalam paru-paru. Kemudian di saat otot mengalami

relaksasi (mengendur), dada mengempis kembali ke ukuran aslinya dan udara

ditiupkan keluar. Secara normal proses demikian berlangsung secraa konsisten dan

tanpa disadari. Udara akan masuk dan keluar di bawah kendali pusat saraf di otak.

Bila seseorang melakukan aktivitas olahraga, sedang gembira, kaget, atau

takut maka pusat pernafasan akan meningkatkan kecepatan dan kedalaman nafas

guna memenuhi kebutuhan ekstra dari tubuh.

Pada manusia yang sehat dan tidak sedang menderita asma, saluran

pernafasan secara keseluruhan memiliki ruang lingkar yang cukup memadai sehingga

udara dapat keluar dan masuk dengan leluasa tanpa hambatan.8

2.2 Definisi Penyakit Asma Bronkial

Dari dulu, yaitu sejak munculnya ilmu kesehatan, penyakit asma telah dikenal

orang. Istilah asma digunakan pertama kali lebih dari 2000 tahun yang lalu oleh

Hipocrates. Asma berasal dari bahasa Yunani yang berarti sesak.9

Asma bronkial adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh peningkatan

respon dari trakea dan bronkus terhadap bermacam-macam stimulus, ditandai dengan

penyempitan bronkus atau brokiolus yang berakibat sesak nafas. Penyempitan

bronkus disebabkan oleh kontraksi otot polos, pembengkakan dinding bronkus dan

6

Page 7: Proposal Penelitian Baru.

sekresi yang berlebihan dari kelenjar-kelenjar di mukosa bronkus. Atau lebih

sederhana lagi Asma Bronkial adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh keadaan

saluran nafas yang sangat peka terhadap berbagai rangsangan, baik dari dalam

maupun luar tubuh. Akibat dari kepekaan yang berlebihan ini terjadilah penyempitan

saluran pernafasan secara menyeluruh.9,10

Asma itu merupakan salah satu jenis penyakit yang dapat hilang dan timbul.

Bahkan pada penderita yang parah sekalipun penyakit ini tidak secara terus menerus

hadir.5

2.3 Epidemiologi Asma

2.3.1 Distribusi dan Frekuensi

Asma merupakan penyakit yang umum didapat pada seluruh lapisan

masyarakat, selalu dianggap penyakit yang ringan oleh sebagian besar orang tetapi

dapat menyebabkan kenaikan angka kematian setiap tahunnya. Penyakit ini diketahui

dapat menyerang semua kalangan, mulai dari anak kecil sampai dewasa, baik laki-

laki maupun perempuan, baik pada orang yang sosial ekonominya tinggi maupun

orang yang sosial ekonominya rendah.

Beberapa penelitian member petunjuk bahwa peningkatan prevalensi asma

sebagian besar negara adalah lambat, terutama di antara negara-negara berkembang

yang mana angka di daerah perkotaan lebih tinggi di daerah pedesaan. Di Amerika

Serikat asma lebih banyak ditemukan di antara orang yang berkulit hitam daripada

orang yang berkulit putih tetapi di Inggris hubungan ini tidak begitu jelas. Orang Asia

mempunyai prevalensi yang lebih rendah dibandingkan orang yang berkulit putih di

Inggris.9

Pada anak-anak prevalensi asma dalam kelompok umur 5-12 tahun di atas

10%. Penelitian di Australia menunjukkan prevalensi mendekati 20%. Rasio jenis

kelamin pada anak-anak sekitar 7 tahun menunjukkan bahwa anak laki-laki satu

setengah sampai dua kali lebih sering terkena asma daripada anak perempuan, tetapi

selama masa remajanya keadaan anak laki-laki lebih baik daripada anak perempuan

dan pada saat mereka mencapai masa dewasa insidennya menjadi hampir sama.9,10

7

Page 8: Proposal Penelitian Baru.

Gambaran umum untuk prevalensi asma di Inggris adalah 5 % pada orang

dewasa dan 10% pada anak-anak. Pada anak-anak, angka prevalensi yang diperoleh

dari penelitian pada lokasi yang berbeda di Inggris berkisar antara 8% sampai 15%.

Prevalensi ini juga terlihat meningkat di negara-negara lainnya, seperti Kanada,

Australia, dan New Zealand. Pada orang dewasa, pria dan wanita kurang lebih

prevalensinya sama, sedangkan pada anak-anak, perbandingan antara laki-laki dan

perempuan adalah sekitar 2:1.11

Penelitian prevalensi asma di Australia 1982-1992 didasarkan kepada data

atopi, mengi dan HRB menunjukkan kenaikan prevalensi asma akut di daerah lembab

(Belmont), dari 4,4% (1982) menjadi 11,9% (1992). Data dari daerah Perifer yang

kering adalah sebesar 0,5% dari 215 anak dengan bakat atopi sebesar 20,5%, mengi

2%, HRB 4%.

Di Indonesia belum didapatkan angka-angka yang pasti. Di Rumah Sakit

Kariadi Semarang pada tahun 1974 didapatkan 763 penderita 15% dari seluruh

pengunjung sedang pada tahun 1975 didapatkan 883 penderita (6% dari seluruh

pengunjung) menderita asma bronkial.9

Dari seluruh penyakit yang disebabkan alergi, asma bronkial merupakan

frekuensi terbesar yang menyebabkan morbiditas dan mortilitas. Kematian oleh

karena asma terus meningkat, di Inggris dan Wales didapatkan angka kematian anak-

anak usia 5 tahun sampai dengan 64 tahun berjumlah 720 penderita.9

Asma lebih umum terdapat pada anak-anak. Sebagian besar penderita

mengalami serangan sebelum berusia 10 tahun. Asma dapat timbul pertama kali

setiap usia, tetapi paling umum pada masa kanak-kanak. Gejala-gejala dapat

berkembang pada 50% penderita asma anak-anak dengan serangan pada waktu

berusia 3 tahun dan 80% dengan serangan pada waktu berusia 5 tahun.9

2.3.2.Determinan

a. Faktor Penyebab Asma Bronkial

Asma merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan penyempitan jalan

nafas yang reversible. Masalah utamanya adalah kepekaan seaput lendir bronkial dan

8

Page 9: Proposal Penelitian Baru.

hiperreaktif otot bronkial.11 Jika ada rangsangan pada bronkus yang hiperreaktif akan

terjadi hal-hal berikut ini:

1. Otot bronkus akan mengerut dan menyempit

2. Selaput lendir bronkus membengkak

3. Produksi lendir menjadi banyak dan kental. Lendir yang kental ini sulit

dikeluarkan sehingga penderita menjadi sesak nafas.10

Keadaan bronkus yang sangat peka dan hiperreaktif pada penderita asma yang

menyebabkan saluran menjadi sempit, akibatnya pernafasan yang terganggu. Di

dalam paru-paru, ada jaringan otot yang mengelilingi semua saluran pernafasan,

kecuali saluran pernafasan yang terkecil. Pada orang normal, fungsi otot ini tidak

diketahui, tetapi pada penderita asma, otot ini mempunyai arti penting. Kontraksi otot

inilah (disertai radang dan produksi lendir yang berlebihan), yang menyebabkan

hambatan pada saluran pernafasan yang menjadi sebab ketidaknyamanan penderita

asma.10

Kontraksi otot saluran pernafasan, merupakan kejadian utama dalam asma,

terjadinya kontraksi otot ini juga menimbulkan reaksi lain di saluran pernafasan paru-

paru. Reaksi ini merupakan respon tubuh yang biasa terjadi terhadap segala jenis

serangan ataupun iritasi, dan disebut radang.11

Salah satu akibat radang adalah timbulnya pembengkakan. Hal ini terutama

karena akibat berkumpulnya cairan, dan dikenal sebagai oedema. Biasanya

pembengkakan ini tidak menimbulkan masalah besar, tetapi dalam saluran pernafasan

yang sempit di dalam paru-paru, pengaruhnya sama sekali berbeda.11

Pada penderita asma, saluran pernafasan dan cabangnya telah terhambat oleh

kontraksi otot halus ini. Pembengkakan dinding saluran pernafasan akan

memperburuk keadaan, karena mengurangi pembukaan yang bisa dilalui udara.12

Reaksi radang juga menyebabkan paru-paru membentuk lebih banyak

substansi kental serta lengket yang disebut mukosa atau lendir. Lendir bertumpuk di

saluran pernafasan yang sempit, makin menyumbat saluran ini. Disaat penderita asma

berusaha untuk menghembuskan nafas, tekanan udara bertambah di dalam dada,

9

Page 10: Proposal Penelitian Baru.

menekan saluran pernafasan dan mempersempitnya. Pada saat ini mulai terjadi awal

lingkaran setan.11

Keadaan ini berkaitan dengan proses pernafasan. Saat kita menarik nafas,

tekanan dalam dada menurun, menciptakan kekosongan. Berkurangnya tekanan ini

membantu mempertahankan agar saluran-saluran pernafasan tetap terbuka, yakni

dengan menarik dindingnya.12

Di lain pihak, saat kita menghembuskan nafas, tekanan meningkat, sehingga

berpengaruh terhadap dinding saluran pernafasan dan cabang-cabangnya, akibatnya

cenderung menjadihkan pipih. Keadaan ini membuat saluran pernafasan semakin

sempit sehingga makin menyulitkan untuk menghembuskan nafas. Inilah alas an

mengapa penderita asma mengalami kesulitan besar saat harus menghembuskan nafas

dan mengapa suara mengi terjadi pada saat yang bersamaan.11

b. Faktor Pencetus Asma

Berikut ini beberapa faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan asma:

1. Alergen

Alergen adalah zat yang menimbulkan alergi. Alergen merupakan faktor

pencetus yang sering dijumpai pada asma. Diperkirakan 30-40% serangan asma pada

orang dewasa dicetuskan oleh alergen, sedangkan pada anak jumlah ini lebih tinggi

lagi. Alergen dapat masuk ke dalam tubuh melalui hirupan, makanan, minuman

suntikan, atau tempelan pada kulit. Jenis alergen adalah makanan (susu, telur, kacang,

ikan laut, coklat), debu rumah, tungau debu rumah, spora jamur, serpihan kulit anjing

atau kucing, dll.

Dari semua alergen tersebut yang paling sering menjadi pencetus asma adalah

tungau debu rumah (Dermatophagoides pteronyssymus atau Dermatophagoides

farina).

Tungau debu rumah senang hidup di tempat yang lembab dan banyak

makanan, seperti di tempat tidur dan dapur. Mereka juga hidup di karpet, buku-buku

tua, barang-barang berbulu, seperti selimut, gorden, dan kursi. Kotoran, air seni, dan

potongan-potongan badan tungau yang telah mati juga dapat mencetuskan asma,

karena sangat kecil dan ringan, partikel-partikel tungau sangat mudah tertiup angin

10

Page 11: Proposal Penelitian Baru.

dan tersebar di udara. Hewan peliharaan juga dapat mencetuskan asma, contohnya

anjing,kucing, dan kuda.

2. Non Alergen

a. Infeksi saluran nafas

Infeksi saluran nafas merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering

menimbulkan asma. Diperkirakan dua pertiga asma anak dan sepertiga penderita

asma dewasa, serangannya ditimbulkan oleh infeksi saluran nafas. Berbagai virus,

misalnya virus influenza sangat sering dijumpai pada penderita yang sering mndapat

serangan asma. Kemungkinan mendapat serangan asma semakin besar jika infeksi

yang terjadi cukup berat.

Pada orang normal, infeksi saluran nafas hanya akan menyebabkan batuk,

pilek, dan demam. Namun pada penderita asma, gejala ini akan diikuti dengan

serangan asma.

b. Iritan

Iritan atau polusi udara dalam rumah dapat menimbulkan asma misalnya, asap

rokok, minyak wangi, semprotan obat nyamuk, atau semprotan rambut. Penderita

yang tidak merokok bisa mendapat serangan asma karena berada dalam ruangan yang

penuh asap rokok.

Polusi udara akibat pabrik juga dapat mengganggu penderita asma karena

penderita asma sangat peka terhadap zat-zat hasil sampingan yang dikeluarkan

pabrik, terutama asap yang mengandung hasil pembakaran berupa sulfur dioksida dan

oksida fotokemikal.

c. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik yang terlalu berat atau terlalu berlebihan menimbulkan

serangan asma pada sebagian besar penderita asma. Lari cepat dan bersepeda paling

cepat enimbulkan serangan asma.

Pada penderita asma dianjurkan untuk melakukan pemanasan sebelum

berolahraga. Serangan asma akibat kegiatan jasmani biasanya terjadi setelah selesai

olahraga. Biasanya, berupa sesak yang berlangsung selama 10-60 menit.

11

Page 12: Proposal Penelitian Baru.

Meskipun demikian, penderita asma tidak perlu menjauhi olahraga karena

dalam jangka panjang olahraga justru bermanfaat bagi penderita asma dan akan

meningkatkan kabugaran paru-parunya. Yang penting diperhatikan adalah porsi

olahraganya.

d. Obat-obatan tertentu

Obat-obat tertentu juga dapat mencetuskan serangan asma. Yang paling sering

adalah obat-obat yang termasuk dalam golongan penyekat reseptor-beta (beta-

blockers) yang digunakan sebagai pengobatan pada penyakit jantung koroner dan

tekanan darah tinggi. Aspirin dan obat-obatan anti rematik juga dapat mencetuskan

serangan asma pada 2-10% penderita asma. Serangan asma yang ditimbulkan bisa

berat, kadang-kadang disertai dengan gejala alergi lain, seperti mata dan bibir

bengkak serta gatal-gatal pada kulit, meskipun mekanismenya bukan reaksi alergi.

Obat-obat lain, bahkan anti asma pernah juga dilaporkan dapat mencetuskan asma,

meskipun jarang.

e. Faktor emosi

Faktor emosi, misalnya rasa marah dan cemas, selain dapat mencetuskan asma

juga dapat memperberat serangan asma yang sudah ada.

Asma yang disertai luapan emosi misalnya tertawa dan menangis dapat

berkaitan dengan respon saluran nafas yang hiperreaktif terhadap inspirasi dalam atau

terhadap penghirupan udara yang dingin dan kering dan bukan terhadap emosi itu

sendiri.

f. Cuaca

Cuaca yaitu perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara dan kelembaban

udara, juga dapat menimbulkan serangan asma. Udara dengan kelembaban yang

tinggi dapat mencetuskan serangan asma. Udara yang terlalu panas atau terlalu dingin

juga dapat menimbulkan serangan asma.

g. Akibat pekerjaan

Beberapa ahli memperkirakan bahwa lebih dari 5% dari kasus asma orang

dewasa mempunyai sumber di tempat kerja dan lebih dari 200 pencetus telah

dilaporkan, misalnya debu dan udara yang dingin.

12

Page 13: Proposal Penelitian Baru.

Masih ada beberapa bulan lain yang belum disebutkan di atas yang dapat

mencetuskan serangan asma, misalnya zat pengawet atau zat pewarna makanan. Pada

sebagian penderita, meskipun telah dilakukan beberapa pemeriksaan ternyata sulit

sekali untuk menentukan faktor yang menjadi pencetus serangan asma.

Hubungan Asma dengan Faktor Keturunan dan Alergi

Alergi adalah reaksi yang tidak normal terhadap zat-zat tertentu, yang bagi

sebagian besar orang zat-zat tersebut tidak menimbulkan gangguan yang spesifik.

Gejala alergi akan timbul jika kita mempunyai bakat atau kecenderungan alergi dan

ada zat yang menimbulkannya.

Kecenderungan untuk mendapatkan alergi dipengaruhi oleh faktor keturunan

meskipun belum diketahui mekanismenya. Yang jelas penderita dengan penyakit

alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga menderita alergi. Jika salah satu

dari kedua orang tua menderita alergi, kemungkinan anaknya akan menderita alergi

adalah 50%. Kemungkinan bertambah menjadi 75% jika kedua orang tuanya

menderita alergi. Penyakit alergi yang diderita belum tentu sama dengan alegi yang

diderita oleh orang tuanya karena yang diturunkan bukan penyakitnya, melainkan

bakat atau sifat alerginya. Seorang ayah yang menderita asma, mungkin akan

menurunkan pada anaknya alergi pada kulit (eksim) atau hidung (pilek).

2.4 Klasifikasi Asma Bronkial

2.4.1 Asma Bronkial Tipe Atopik (Ekstrinsik)

Individu yang pertama kali didiagnosa menderita asma pada masa anak-anak

cenderung menderita asma yang disebut asma atopik, asma alergi atau asma

ekstrinsik. Atopik merupakan sifat keturunan. Seseorang yang mengidap atopik jika

terkena rangsang dari luar akan membuat yang bersangkutan menjadi lebih sensitive

terhadap substansi alergi yang dapat mendorong terjadinya respon alergi.

Pada golongan penderita atopik munculnya keluhan biasanya terkait langsung

dengan terjadinya kontak seseorang terhadap alergi dalam suasana lingkungan yang

spesifik. Respon ini umumnya dapat diuji derajat kepekaannya, misalnya dengan uji

kulit atau perangsangan bronkial. Sifat-sifat yang sering melekat pada asma atopik

adalah sebagai berikut:

13

Page 14: Proposal Penelitian Baru.

a. Timbul sejak kanak-kanak

b. Terdapat anggota family lain yang menderita asma

c. Sering ditandai dengan adanya eksim pada waktu bayi

d. Sering menderita rhinitis

Penderita atopi akan lebih mudah terserang penyakit-penyakit alergi seperti

eksim dan hay fever karena atopik bersifat keturunan maka asma atopik cenderung

diturunkan dalam keluarga. Walaupun tidak semua anggota keluarga menderita asma,

seringkali ada riwayat dan bakat tertentu dari masing-masing anggota keluarga

terhadap penyakit atopik jenis lain, seperti eksim.

Dalam perkembangannya, gangguan atopik tersebut akan berangsur membaik

sejalan dengan bertambahnya usia. Hal ini dialami oleh banyak penderita. Atopik

dapat hilang sama sekali ketika seseorang mulai menginjak masa pubertas.

Asma atopik yang alergik juga dikenal sebagai bentuk asma ekstrinsik, karena

serangan biasanya ditimbulkan oleh alergen dari luar.

2.4.2 Asma Bronkial Tipe Non-atopik (intrinsik)

Pada golongan penderita asma bronkial tipe non-atopik, keluhan tidak ada

hubungannya dengan kontak seseorang terhadap alergen.

Sifat-sifat yang melekat pada penyakit asma ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Serangan timbul setelah dewasa

b. Tidak ada anggota keluarga yang menderita asma

c. Penyakit infeksi sering memperberat keadaan

d. Ada hubungan dengan pekerjaan ata, beban fisik

e. Rangsangan psikis mempunyai peran yang cukup nyata menimbulkan

serangan asma

f. Perubahan-perubahan cuaca atau lingkungan non-spesifik merupakan keadaan

yang peka bagi penderita.

Dalam berbagai hal, asma bronkial non-atopik ini berbeda dengan asma

atopik. Individu dengan asma non-atopik tidak memiliki alergen khas dan nyata yang

dapat mengakibatkan terjadinya serangan. Walaupun ada faktor-faktor tertentu yang

memicu timbulnya serangan, tetapi penyebabnya bukan alergi. Pada saat serangan

14

Page 15: Proposal Penelitian Baru.

datang maka sifatnya cenderung berlangsung dalam jangka waktu lama dan seringkali

bersifat serius. Tidak jarang penyakit ini berubah menjadi kronis sehingga

membutuhkan pengobatan secara terus menerus. Kadangkala penderita asma intrinsic

dapat menjadi peka terhadap aspirin dan obat-obat sejenis. Namun karena kepekaan

ini bukan merupakan gejala alergi sesungguhnya, maka keadaan tersebut disebut

sebagai intoleransi aspirin.

a. Asma tak aktif

Penderita asma tak aktif pada orang dewasa atau remaja ditandai dengan

riwayat asma yang samar-samar. Kondisinya sering tidak menampakkan gejala asma

dan ketika diperiksa fungsi paru-parunya ternyata tidak menampakkan gejala asma

dan ketika diperiksa fungsi paru-parunya ternyata tidak normal demikian juga gas

darah arterinya.

b. Asma ringan

Penderita asma ringan mengalami serangan asma kurang dari dua episode

asma per bulan. Gejalanya tidak melumpuhkan dan mudah dipulihkan dengan aerosol

bronkodilator.

c. Asma sedang

Penderita asma sedang mengalami serangan asma hampir setiap minggu. Sifat

serangannya menetap sampai berjam-jam dalam beberapa hari. Gejalanya bersifat

kronik dan mengganggu kehidupan sehari-hari.

d. Asma berat

Penderita asma berat mengalami gejala serangan setiap hari, menderita asma

kontinu, dan pola kehidupan harian mereka mengalami kemunduran dengan sangat

jelas. Penderita asma berat selalu disertai dengan fungsi paru-paru yang abnormal.

Jenis asma ini memerlukan terapi jangka panjang, berminggu-minggu sampai

berbulan-bulan.

e. Status asmatikus

Penderita yang mengalami status asmatikus menderita asma berat setiap hari,

terus menerus, dan mengalami kesulitan pernafasan secara nyata. Respon terhadap

pengobatan yang dilakukan berlangsung secara perlahan-lahan. Fungsi paru-paru

15

Page 16: Proposal Penelitian Baru.

sangat terganggu sehingga penderita sering tak sanggup mejalani uji-uji yang

dilakukan oleh rumah sakit. Pada keadaan ini, status gas darah menunjukkan pada

keadaan asam, mengalami kekurangan oksigen berat, dan terjadi peningkatan tajam

kadar CO2 dalam darah.

2.4.3 Asma Bronkial Campuran (mixed)

Pada golongan penderita asma bronkial, gejala dan keluhan akan diperburuk

oleh faktor-faktor intrinsic dan ekstrinsik. Jenis asma ini berlangsung lama dan

cenderung terjadi pada individu yang berumur tua serta banyak merokok.

Tanda utama asma bronkial campuran adalah batuk-batuk berlendir yang

sering kambuh. Salah satu akibatnya adalah menyempitnya saluran pernafasan dan

timbulnya sumbatan-sumbatan di tempat-tempat tertentu yang biasanya bersifat

permanen. Keadaan ini menjadi alas an sehingga dokter kemudian memasukkan jenis

asma ini ke dalam kelompok penyakit penyumbatan saluran pernafasan kronis.

Penyakit lain yang masuk golongan ini adalah emphysema, bronchitis dan

bronchiectasis. Namun demikian, kadang kala sumbatan udara yang berkaitan dengan

penyakit ini cukup beragam. Oleh karenanya, sampai pada tingkatan tertentu penyakit

asma campuran ini sering dianggap dapat diabaikan. Akibat lebih jauh lagi bila

kondisi sumbatannya berat seingkali menimbulkan nafas mengi.

2.5 Gambaran Klinis

Serangan asma mendadak secara klinis dapat dibagi atas tiga stadium.

2.5.1 Stadium pertama ditandai dengan batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi

sebagai akibat iritasi riak yang kental dan yang mengumpul. Pada stadium ini

terjadi edema atau pembengkakan dinding bronkus.

2.5.2 Stadium kedua, ditandai dengan batuk dan pasien mulai sesak nafas. Berusaha

nafas lebih dalam, ekspirasi memanjang dan timbul bunyi wheezing (mengi)

pada saat mengeluarkan nafas. Sela-sela iga tertarik ke dalam. Penderita lebih

senang duduk dengan membungkuk, tangan menekan pada pinggir tempat

tidur atau kursi. Penderita tampak pucat, gelisah, warna kulit sekitar mulut

mulai membiru.

16

Page 17: Proposal Penelitian Baru.

2.5.3 Stadium ketiga, ditandai dengan hampir tidak terdengarnya suara nafas karena

aliran udara sedikit akibat penyumbatan penyempitan bronkus. Batuk hampir

tidak ditemukan. Timbul kesan seolah-olah sudah ada perbaikan. Oleh karena

itu stadium ini sangat berbahaya. Pernafasan menjadi dangkal dan tidak

teratur, irama pernafasan menjadi lebih cepat karena asfiksia. Adakalanya

perjalanan penyakit memburuk sehingga tidak menunjukkan perbaikan

walaupun sudah dilakukan tindakan pengobatan yang lazim. Keadaan

demikian dikenal sebagai “asma statikus” dan merupakan suatu keadaan

darurat medis yang harus ditanggulangi tepat. Penanggulangan yang tidak

tepat dapat membawa kematian atau kerusakan otak.

2.6 Diagnosa

Faktor utama tingginya angka kejadian dan kematian penyakit asma adalah

tidak terdiagnosisnya penyakit asma. Berikut ini hal-hal yang perlu dilakukan untuk

menentukan diagnosis penyakit asma:

2.6.1 Anamnesis (wawancara)

Untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit, dokter memerlukan berbagai

informasi dari penderita dan keluarganya yang diperoleh dengan cara wawancara

(anamnesis).

Pada penyakit asma, dokter tidak saja memerlukan informasi mengenai

penderita dan penyakit, tetapi juga mengenai kerluarganya. Berikut ini hal-hal yang

perlu diketahui dokter mengenai penderita dan penyakitnya.

a. Frekuensi serangan asma

b. Beratnya serangan asma

c. Saat timbul dan lamanya serangan

d. Faktor-faktor yang dapat mencetuskan asma

e. Penyakit lain yang pernah diderita

f. Obat-obat yang pernah atau sedang diminum

g. Lingkungan rumah, keadaan kamar tidur, hewan peliharaan, dll.

Mengenai keluarga, dokter memerlukan keterangan mengenai riwayat asma

atau alergi dalam keluarga.

17

Page 18: Proposal Penelitian Baru.

2.6.2 Pemeriksaan fisik

Setelah dokter memperoleh data di atas, mungkin sudah memberikan

gambaran kasar mengenai penyakit asma yang dialami. Selanjutnya dilakukan

pemeriksaan fisik secara lengkap, mencatat semua kelainan yang dijumpai pada saat

pemeriksaan, dan kemudian ditafsirkannya bersama-sama dengan data yang telah

diperoleh dari anamnesis serta data yang diperoleh dari pemeriksaan penyokong.

Pemeriksaan fisik dimulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, tentunya dengan

berbagai penekanan pada organ atau sistem tubuh tertentu seperti sistem

kardiovaskuler, sistem pernafasan, telinga hidung tenggorokan, gigi, mata, abdomen,

kulit.

Hanya dengan stetoskop saja, dokter belum dapat memastikan diagnosa

penyakit asma. Pada keadaan serangan asma, dokter dapat menemukan adanya mengi

yang dapat didengar, baik tanpa stetoskop maupun dengan stetoskop.

2.6.3 Pemeriksaan Fungsi Paru

Pemeriksaan fungsi paru bertujuan untuk mengetahui adanya penyempitan

saluran nafas. Pemeriksaan fungsi paru dapat dilakukan dengan alat yang disebut

dengan spirometer. Caranya, penderita diminta untuk menghirup udara sebanyak-

banyaknya, kemudian meniupkannya secara cepat sampai habis ke dalam alat

spirometer.

Pemeriksaan dengan spirometer tidak saja berguna untuk menegakkan

diagnosis asma, juga bermanfaat untuk mengetahui berat ringannya penyempitan

saluran nafas dan untuk menilai hasil pengobatan asma.

Alat yang lebih sederhana untuk mengetahui penyempitan saluran nafas

adalah flow meter. Alat ini lebih praktis karena dapat dibawa ke mana-mana dan lebih

murah. Meskipun hasil pengukuran dengan flow meter tidak seteliti dengan

spirometer, tetapi alat ini dapat membantu penderita dalam memantau penyakitnya di

rumah atau di mana saja. Meskipun demikian, pemeriksaan ini tidak dapat digunakan

pada semua anak karena hanya dapat digunakan untuk anak besar yang sudah dapat

menerima petunjuk dan berkoordinasi.

18

Page 19: Proposal Penelitian Baru.

2.6.4 Pemeriksaan Skin Test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu diagnosis asma, khususnya dalam

menentukan alergen sebagai pencetus asma.

2.6.5 Pemeriksaan IgE

Pemeriksaan IgE dalam seruan juga dapat membantu menegakkan diagnosis

asma, tetapi ketepatan diagnosisnya kurang karena lebih dari 30% populasi menderita

alergi.

2.6.6 Tes Provokasi Bronkial

Pemeriksaan baru dilakukan jika dokter masih belum dapat memastikan

diagnosis asma meskipun ia sudah melakukan berbagai macam pemeriksaan. Dengan

melakukan provokasi, baik dengan zat kimia (seperti histamine dan metakolin), hawa

dingin, atau dengan kegiatan jasmani dalam beberapa menit, saluran nafas penderita

asma akan menyempit. Penyempitan ini diukur dengan alat spirometer yang

dilakukan sebelum dan sesudah provokasi. Pada orang normal, tes ini tidak akan

menyebabkan penyempitan saluran nafas.

2.6.7 Pemeriksaan Rontgen

Pemeriksaan rontgen paru hanya sedikit dalam membantu diagnosis asma

karena pemeriksaan ini tidak dapat menunjukkan adanya penyempitan saluran nafas.

Tujuan pemeriksaan rontgen pada asma adalah untuk melihat adanya penyakit paru

lain (seperti tuberkulosis) atau komplikasi asma (seperti infeksi paru atau pecahnya

alveoli).

2.7 Tindakan Pencegahan dan Pengobatan

2.7.1 Pencegahan

Pencegahan asma dapat berupa pencegahan primer dan sekunder. Pencegahan

pimer adalah upaya untuk mencegah terjadinya penyakit asma. Jadi dilakukan pada

masyarakat atau individu yang belum menderita asma. Sedangkan pencegahan

sekunder adalah upaya mencegah eksaserbasi asma pada orang-orang yang selalu

menderita penyakit ini serta menghindari perburukan fungsi paru atau kematian

karena asma.

19

Page 20: Proposal Penelitian Baru.

a. Pencegahan primer

Seperti halnya alergi lain, kecenderungan timbulnya penyakit asma

dipengaruhi oleh peranan beberapa gen dan faktor lingkungan. Penelitian pencegahan

primer yang banyak ditujukan pada faktor lingkungan dan cara hidup dibandingkan

dengan faktor genetic. Namun kedua faktor ini saling terkait. Upaya-upaya yang

dilakukan dalam pencegahan primer adalah untuk menurunkan/mengurangi faktor-

faktor pencetus yang ada, misalnya:

1. Asap rokok

Anak-anak dan remaja mempunyai resiko tinggi untuk mendapat asma jika

salah satu atau kedua orang tuanya merokok. Hal ini terutama dianjurkan pada ibu

hamil selama dan sesudah kehamilan. Pada orang dewasa, merokok dapat

meningkatkan kadar serum IgE.

2. Lingkungan di luar rumah

Polusi lingkungan, terutama gas Nitrogenoksida merupakan hasil pembakaran

tak sempurna dari bahan bakar minyak. Polutan tersebut yang kadarnya meningkat

terus setiap tahun, dapat merusak epitel saluran nafas. Meskipun nitrogen oksida

secara langsung tidak berpengaruh pada asma, tetapi secara tidak langsung kerusakan

epitel saluran nafas menyebabkan alergen mudah masuk ke dalam paru. Dalam

lingkungan kerja, beberapa zat dalam lingkungan tersebut dapat menimbulkan asma

akibat kerja. Upaya penghindaran polusi alergen di lingkungan kerja punya peranan

dalam pengurangan sensitivitas.

3. Infeksi

Infeksi virus saluran nafas masa kanak-kanak seperti bronchitis dan

bronkiolitis dapat memicu timbulnya asma di kemudian hari. Upaya pencegahan

infeksi tersebut diharapkan dapat mencegah timbulnya asma. Dimasa mendatang

vaksinasi terhadap virus mungkin akan memberikan manfaat.

4. Lain-lain

Gangguan nutrisi dan berat lahir rendah diperkirakan cukup mendukung

terjadinya asma, meskipun bukti-bukti yang ada masih kontroversi.

20

Page 21: Proposal Penelitian Baru.

Sebagai ringkasan dapat dikemukakan bahwa upaya pencegahan primer

terutama ditujukan untuk mengurangi keterpaparan alergen seperti tungau debu

rumah atau bulu kucing. Ibu hamil jangan merokok dan bayi serta anak-anak

dihidarkan dari asap rokok. Perbaikan nutrisi bagi ibu hamil dan pengurangan polusi

udara kendaraan bermotor diharapkan dapat menurunkan prevalensi asma.

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah eksaserbasi, penurunan fungsi

paru karena asma. Hal ini identik dengan penatalaksanaan asma jangka panjang.

Tujuan pencegahan asma jangka panjang adalah mencapai dan

mempertahankan keadaan gejala asma yang terkendali, misalnya mencegah

eksaserbasi asma, mempertahankan fungsi paru senormal mungkin, mempertahankan

aktivitas yang normal, mencegah timbulnya limitasi saluran nafas yang irreversibel.

Dalam perawatan pencegahan sekunder ini diperlukan bimbingan yang

bersifat mendidik penderita agar lambat laun penderita dapat menyesuaikan diri

dengan keadaan fisiknya, dan menyesuaikan diri dengan tatanan kehidupan yang

sesuai dengan kelemahan-kelemahannya.

Berdasarkan faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma yang

beranekaragam, tindakan yang dapat dilakukan untuk pencegahan bermacam-macam,

yang penting jangan sampai menimbulkan kesan proteksi yang berlebihan untuk

menghindarkan penderita dari kelainan-kelainan psikosomatik. Berikut ini

pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindarkan penderita dari serangan asma

adalah:

1. Sanitasi lingkungan

Penderita harus sedapat mungkin dihindarkan dari pemaparan terhadap faktor

alergen inhalan, alergen kontaktan, alergen ingesten serta faktor iritan, yang

merupakan polusi dari lingkungan tempat penderita bertempat tunggal atau bekerja.

Alergen inhalan yang sering menimbulkan serangan asma adalah debu rumah. Bila

serangan asma timbul waktu tidur atau setelah membersihkan tempat tidur, alergi

terhadap debu rumah merupakan dugaan yang kuat.

21

Page 22: Proposal Penelitian Baru.

Jamur merupakan alergen kedua yang paling sering menyebabkan asma.

Alergen lain yang juga banyak berperan menyebabkan asma adalah serpihan kulit

mati dari hewan seperti anjing, kucing dan burung.

Sanitasi tempat tunggal dan kamar yang baik akan mengurangi atau menekan

serangan asma bronkial.

Tindakan-tindakan untuk mengurangi perkembangbiakan kutu debu rumah

pada tempat tunggal dapat dilakukan dengan membersihkan semua ruangan seluruh

rumah paling sedikit seminggu sekali, menjaga perabotan rumah tangga bebas dari

debu. Jamur tempat tidur langsung di bawah sinar matahari sesering mungkin.

Menjaga kebersihan hewan peliharaan.

2. Penyesuaian pekerjaan

Asma bronkial yang terjadi karena ada kaitannya dengan pekerjaan tersebut

sebagai occupational asthma. Jenis serangan asma ini dapat terlihat pada mereka

yang bekerja di pabrik tekstil, pabrik asbes, pabrik semen, perusahaan roti, dan lain-

lain.

Orang-orang yang telah mempunyai bakat alergi (atopik) lebih mudah

mendapat serangan asma daripada mereka yang tidak ada riwayat alergi. Pencegahan

untuk mereka yang atopik sangat perlu diperhatikan. Orang-orang yang telah

mempunyai atopi sebaiknya jangan memilih pekerjaan di pabrik-pabrik atau

perusahaan yang berpolusi. Mereka yang sudah bekerja di tempat-tempat tersebut

sebaiknya menggunakan berbagai sarana pengaman seperti masker dan alat pelindung

diri lainnya. Pemeriksaan berkala dapat mendeteksi secara dini kemungkinan

serangan asma pada kelompok pekerja tersebut. Dalam hal ini, peranan dokter

perusahaan sangat penting.

3. Pengawasan terhadap infeksi

Infeksi saluran nafas disebut sebagai faktor pencetus serangan asma bronkial.

Disamping itu, serangan asma sering meninggalkan akibat bagi penderitanya

sedemikian rupa sehingga mudah terserang penyakit infeksi. Oleh karena itu, faktor

infeksi saluran nafas pada penderita asma harus selalu diawasi dengan ketat. Bila

22

Page 23: Proposal Penelitian Baru.

ditemukan ada faktor infeksi maka harus ditanggulangi secara tuntas. Penggunaan

antibiotika harus hati-hati karena adanya faktor alergi terhadap obat-obatan.

4. Obat-obatan

Penderita asma dengan atopi lebih besar kemungkinannya untuk memberikan

reaksi alergi terhadap obat-obatan daripada penderita asma yang non-atopi. Banyak

kasus asma yang terjadi karena penggunaan aspirin, oleh sebab itu penderita asma

harus hati-hati dalam menggunakan obat, sebaiknya konsultasi terlebih dahulu

dengan dokter sebelum minum obat-obata di luar resep yang diberikan.

Obat-obatan golongan bronkodilator sering diberikan dengan tujuan untuk

mencegah. Selain itu banyak juga obat baru yang dinyatakan mempunyai manfaat

untuk mencegah serangan asma.

5. Immunoterapi

Pada umumnya immunoterapi diberikan kepada penderita-penderita dengan

penyakit seperti asma bronkial, rhinitis alergi, kongjutivitis alergi, hay fever, dan

penyakit-penyakit alergi lainnya. Alergen yang diduga sebagai Penyebab serangan

asma disuntikkan kepada penderita dimulai dengan dosis larutan yang sangat rendah.

Dosis alergen dinaikkan perlahan-lahan sampai tercapai suatu dosis optimal dengan

tidak menimbulkan gejala-gejala klinis. Jadi jelaslah bahwa dengan immunoterapi

diharapkan terjadi toleransi tertentu terhadap alergen yang bersangkutan.

Persyaratan-persyaratan tertentu yang harus yang harus dipenuhi oleh

penderita sebelum immunoterapi mempunyai kriteria yaitu adanya gangguan alergi,

jenis alergen yang dapat ditunjukkan, tidak ada mekanisme patogenetik lainnya, dapat

dikenali faktor-faktor psikologik yang berperan, tersedianya suatu sistem pengawasan

terhadap keselamatan dan efektivitas pada tiap-tiap penderita dan harus mendapatkan

terapi suntikan dalam waktu lama.

2.7.2 Pengobatan

Pengobatan adalah perawatan yang diberikan kepada penderita pada waktu

terjadi serangan. Serangan asma dapat dibagi dalam tiga bentuk. Pertama, serangan

asma akut yang tidak berkembang menjadi status asmatikus. Kedua, status asmatikus

dan ketiga, eksaserbasi ringan.

23

Page 24: Proposal Penelitian Baru.

Pada umumnya pengobatan yang diberikan kepada penderita dengan serangan

asma adalah sama, kecuali pada status asmatikus. Obat-obatan yang umumnya

diberikan dokter kepada penderita pada waktu ada serangan antara lain:

a. Golongan bronkodilator yang mempunyai efek melonggarkan bronkus.

b. Mukolitik atau ekspektoran. Obat golongan mukolitik adalah obat yang

mempunyai efek mengencerkan lendir sehingga mudah dikeluarkan lendir

sehingga mudah dikeluarkan. Obat golongan ekspektoran juga mempunyai

efek yang sama.

c. Kortiosteroid berfungsi sebagai penghambat produksi lendir dan mengurangi

edema (pembengkakan) dinding bronkus dan trachea.

d. Sedativum, pada umumnya mempunyai peranan kecil dalam penanganan

serangan akut atau status asmatikus.

e. Antibiotikum, obat ini diberikan bila dijumpai faktor infeksi yang

mencetuskan serangan asma.

f. Oksigen harus diberikan bila terdapat tanda-tanda yang menunjukkan

kekurangan oksigen, seperti warna biru di sekitar mulut atau hidung. Oksigen

mutlak diberikan pada status asmatikus.

g. Bila terjadi asmatikus atau serangan yang berat, perlu diberikan cairan

intravena (infus) untuk memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit serta

mencegah asidosis.

h. Inhaler, merupakan pengobatan yang sudah canggih dan dikenal di

masyarakat. Yang termasuk golongan inhaler adalah salbutamol (venolin

inhaler), fluticasone propionate dan salmeterol (seretide inhaler).

24

Page 25: Proposal Penelitian Baru.

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Sesuai dengan masalah, tujuan dan model penelitian beserta dengan definisi

operasionalnya, masing-masing adalah sebagai berikut:

a. Umur adalah usia penderita sesuai dengan yang tertulis di kartu status yang ada di

rekam medis sewaktu berobat di RS Labuang Baji.

b. Jenis kelamin adalah jenis kelamin penderita sesuai dengan yang tertulis di dalam

kartu status yang ada di rekam medis.

c. Suku adalah suku penderita sesuai dengan yang tertulis di dalam kartu status yang

ada di rekam medik.

d. Pekerjaan adalah pekerjaan yang dilakukan di luar/di dalam rumah untuk

memenuhi kebutuhan hidup keluarga yang tercatat dalam rekam medik.

e. Riwayat org tua/keluarga adalah didasarkan pd ada tidaknya riwayat asma &

bakat atopi (alergi) di dlm anggota keluarga pasien sesuai dgn kartu status.

f. Keluhan utama adalah keluhan atau keadaan penderita sewaktu datang ke RSUD

Labuang Baji.

25

Page 26: Proposal Penelitian Baru.

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian adalah studi deskriptif yang bersifat cross sectional dan data

diambil secara retrospektif.

4.2 Lokasi Penelitian

4.2.1 Lokasi

Penelitian dilakukan di RSUD Labuang Baji Makassar dengan pertimbangan

alasan sebagai berikut:

a. Adanya kasus asma di RS Labuang Baji Makassar.

b. Peneliti berdomisili di Makassar.

c. Belum pernah dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita Asma yang

dirawat inap di RS Labuang Baji Makassar.

d. RSUD Labuang Baji Makassar merupakan salah satu pusat pelayanan

kesehatan pemerintah yang besar di Sulawesi Selatan, dimana dengan fasilitas

yang tersedia, masyarakat atau penderita yang datang dengan berbagai

penyakit dapat dijaring sesuai dengan unit yang tersedia.

e. Adanya data rekam medik yang tersedia di RSUD Labuang Baji selama tahun

2012-2013.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai 5-11 Mei 2014

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah semua penderita asma bronkial dewasa yang dirawat inap di

rumah sakit di Makassar periode Januari-Desember 2013.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah seluruh penderita asma bronkial yang dirawat di RSUD

Labuang Baji Makassar periode Januari-Desember 2013 (total sampling).

26

Page 27: Proposal Penelitian Baru.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu status

penderita asma bronkial dewasa rawat inap yang berasal dari rekam medis di RSUD

Labuang Baji Makassar periode Januari-Desember 2013. Semua kartu status

penderita asma dikumpulkan,dilakukan pencatatan tabulasi sesuai dengam jenis

variable yang diteliti.

4.5 Teknik Analisa Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan computer dan dianalisis

secara statistik deskriptif dengan program SPSS dan dusajikan dalam bentuk tabel

distribusi dan grafik.

27

Page 28: Proposal Penelitian Baru.

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes, 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Indonesia Sehat 2010.

Depkes RI, Jakarta.

2. ------------, 2002. Penatalaksanaan Asma Masa Kini.

www.pupdi.or.id/penatalaksanaanasmamasakini

3. Budiman I, 2002. Inovasi Baru Mengontrol Asma.

www.pikiran-rakyat.com/hikmah/lain4.com

4. --------------, Penegakan Diagnosis dan Terapi Asma dengan Metode Obyektif.

Cermin Dunia Kedokteran, ISSN 0125-913X N0.128

5. Dahlan Zul, 1998. Masalah Asma di Indonesia dan Penanggulangannya.

Cermin Dunia Kedokteran, ISSN 0125-913X N0.121

6. ------------, 2002. Strategi pencegahan dan Pengobatan Asma Bronkial.

www.alergi.co.id/topikutama/edisi398.htm

7. Dina H, Mahdi H, 1984. Pemakaian Dermatophagoides Pteronyssinus Sebagai

Pendekatan Tunggal guna Pembuktian Atopi pada Asma Bronkial.

Universitas Airlangga Press, Surabaya.

8. Rees John, Price John, 1998. Petunjuk Penting Asma. Penerbit Buku

Kedokteran, Jakarta.

9. Crockett Antoni, 1997. Penanganan Asma dalam Perawatan Primer.

Hippocrates, Jakarta.

10. Sinclair Chris, 1995. ASMA. Arcan, Jakarta

11. Tjen Daniel, 1991. Alergi dan Asma Bronkial. Pustaka Sinar Harapan,

Jakarta.

28