Proposal Penelitian

35
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaanya di tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah percobaan. Di tahun 2014, Kurikulum 2013 sudah diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan untuk SMP Kelas VII dan VIII dan SMA Kelas X dan XI. Diharapkan, pada tahun 2015 telah diterapkan di seluruh jenjang pendidikan. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb, sedangkan materi yang ditambahkan

description

Proposal Penelitian

Transcript of Proposal Penelitian

Page 1: Proposal Penelitian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh pemerintah

untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang telah

berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa

percobaanya di tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah

percobaan. Di tahun 2014, Kurikulum 2013 sudah diterapkan di Kelas I, II, IV,

dan V sedangkan untuk SMP Kelas VII dan VIII dan SMA Kelas X dan XI.

Diharapkan, pada tahun 2015 telah diterapkan di seluruh jenjang pendidikan.

Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan,

aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013,

terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan

materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa

Indonesia, IPS, PPKn, dsb, sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi

Matematika. Materi pelajaran tersebut (terutama Matematika) disesuaikan dengan

materi pembelajaran standar Internasional sehingga pemerintah berharap dapat

menyeimbangkan pendidikan di dalam negeri dengan pendidikan di luar negeri.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, menyatakan menghentikan

pelaksanaan Kurikulum 2013 bagi sekolah-sekolah yang baru melaksanakan

kurikulum ini selama satu semester pada tanggal 5 Desember 2014.

Untuk provinsi Aceh sendiri, pemerintah sudah menetapkan untuk terus

melanjutkan menggunakan Kurikulum 2013 di seluruh sekolah yang ada di Aceh,

Page 2: Proposal Penelitian

2

meskipun keputusan pusat sudah menghentikan Kurikulum 2013 sementara waktu

untuk mendapat beberapa revisi sebelum benar-benar diterapkan kepada peserta

didik. Keputusan yang diambil oleh pemerintah Aceh sendiri bukan tanpa

pertimbangan, keputusan untuk tetap menggunakan Kurikulum 2013 sudah

dipertimbangkan dengan matang dan seksama.

Pada Kurikulum 2013, siswa dituntut untuk Kreatif dan mampu

menyelesaikan masalah dalam pembelajaran dengan kreatif. Jadi, di Kurikulum

2013 peserta didik diharapkan bisa menjadi pribadi yang kreatif dalam

menyelesaikan masalah. Makanya Model pembelajaran Creative Problem Solving,

sangat erat kaitannya dengan kurikulum 2013 dan mampu menjadi salah satu cara

penyampaian materi yang cocok untuk peserta didik.

Model “Creative Problem Solving” (CPS) adalah suatu model

pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan

pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan . Ketika

dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan

memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak

hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah

memperluas proses berpikir.1

Suatu soal yang dianggap sebagai “masalah” adalah soal yang memerlukan

keaslian berpikir tanpa adanya contoh penyelesaian sebelumnya. Masalah berbeda

dengan soal latihan. Pada soal latihan, siswa telah mengetahui cara

menyelesaikannya, karena telah jelas antara hubungan antara yang diketahui

1 Karen L. Pepkin. 2004, Creative Problem Solving In Math. (Artikel dari www.uh.edu. Diakses 5 Juni 2015) hal. 1.

Page 3: Proposal Penelitian

3

dengan yang ditanyakan, dan biasanya telah ada contoh soal. Pada masalah siswa

tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya, tetapi siswa tertarik dan tertantang

untuk menyelesaikannya. Siswa menggunakan segenap pemikiran, memilih

strategi pemecahannya, dan memproses hingga menemukan penyelesaian dari

suatu masalah.2

Adapun proses dari model pembelajaran CPS, terdiri dari angkah-langkah

sebagai berikut: (a) Klarifikasi masalah, Klarifikasi masalah meliputi pemberian

penjelasan kepada siswa tentang masalah yang diajukan, agar siswa dapat

memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan. (b) Pengungkapan

pendapat, Pada tahap ini siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat

tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah. (c) Evaluasi dan

Pemilihan, Pada tahap evaluasi dan pemilihan ini, setiap kelompok mendiskusikan

pendapat-pendapat atau strategi-strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan

masalah. (d) Implementasi, Pada tahap ini siswa menentukan strategi mana yang

dapat diambil untuk menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya samapai

menemukan penyelesaian dari masalah tersebut.3 Dengan membiasakan siswa

menggunakan langkah-langkah yang kreatif dalam memecahkan masalah,

diharapkan dapat membantu siswa untuk mengatasi kesulitan dalam mempelajari

matematika.

Media pembelajaran juga diperlukan dalam proses belajar mengajar.

Dengan media, pesan yang terkandung dalam pembelajaran dituangkan dalam

2 Suyitno Amin, Dkk., Dasar-Dasar Dan Proses Pembelajaran Matematika I. (Semarang: Pendidikan Matematika FMIPA UNES, 2000). hal. 34.

3 Karen L. Pepkin. 2004, Creative Problem Solving In Math. (Artikel dari www.uh.edu. Diakses 5 juni 2015) hal. 2.

Page 4: Proposal Penelitian

4

komunikasi verbal (kata-kata dan tulisan) dan non verbal (gambar visual). Media

pembelajaran sangat bermanfaat agar penyampaian pesan pembelajaran dapat

lebih terstandar, pembelajaran dapat lebih menarik, meningkatkan interaktif siswa

dalam menerapkan teori belajar, mempersingkat waktu pembelajaran dan kualitas

pembelajaran dapat ditingkatkan.

Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan

rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis

terhadap siswa.4 Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan

untuk menyampaikan isi materi pelajaran, seperti tape recorder, film, slide,

gambar, televisi, komputer, dan lainnya.

Oleh karena itu, pembelajaran matematika dengan menggunakan model

pembelajaran Creative Problem Solving ditambah dengan media visual dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan

rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis

yang baik terhadap siswa.

Penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving dengan media

visual pada pelajaran matematika sendiri juga bisa digunakan pada materi

Memahami Konsep Bangun Datar. Dengan menggunakan media visual bangun

datar dan model pembelajaran Creative Problem Solving, peserta didik dapat lebih

mudah memahami konsep bangun datar.

B. Rumusan Masalah4 Azhar Arzyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 15.

Page 5: Proposal Penelitian

5

Apakah dampak hasil dari penerapan model pembelajaran creative

problem solving dengan media visual dalam memahami konsep bangun datar pada

siswa?

C. Tujuan

Mengetahui dampak positif dari penerapan model pembelajaran creative

problem solving dengan media visual dalam Memahami Konsep Bangun Datar

pada perkembangan nilai dan pengetahuan siswa.

D. Manfaat

Dapat membantu guru menemukan cara belajar yang efektif dan mudah

dipahami oleh siswa tentang materi bangun datar dengan menggunakan model

creative problem solving ditambah dengan media visual.

BAB II

Page 6: Proposal Penelitian

6

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Belajar

Terdapat banyak pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli

pendidikan maupun psikologi yang mendefinisikan tentang belajar. Salah satunya

adalah Omar Hamalik, menurutnya belajar adalah modifikasi atau memperteguh

kelakuan melalui pengalaman. Perubahan tingkah laku peserta didik dipengaruhi

oleh pengalaman.5

Menurut Tadjab, “Belajar adalah berubahnya kemampuan seseorang untuk

melihat, berfikir, merasakan, mengerjakan sesuatu, melalui berbagai pengalaman-

pengalaman yang sebagiannya bersifat perceptual, sebagiannya bersifat

intelektual, emosional maupun motorik.”6

Dari beberapa pendapat di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi melalui

pengalaman dan latihan. Tingkah laku yang mengalami perubahan tersebut

menyangkut perubahan sikap, pemecahan suatu masalah, keterampilan, kecakapan

dan kebiasaan.

B. Matematika

1. Pengertian Matematika

Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang

artinya belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa belanda disebut

wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.

5 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar cet. Ke-2, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) hal 36.6 Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan, (Surabaya: Karya Abditama, 1994), hal 46-47.

Page 7: Proposal Penelitian

7

Pengertian matematika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu tentang

bilanganbilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang

digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan.7

Menurut pendapat Uno matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang

merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan

praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan kontruksi, generalitas

dan individualistas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika,

aljabar, geometri dan analisis.8

Ada pendapat terkenal yang memandang matematika sebagai pelayan dan

sekaligus raja dari ilmu-ilmu lain. Sebagai pelayan, matematika adalah ilmu dasar

yang mendasari dan melayani berbagai ilmu pengetahuan lain. Sebagai raja,

perkembangan matematika tidak tergantung pada ilmu-ilmu lain.

Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa matematika

adalah ilmu dasar yang dipandang sebagai suatu bahasa, struktur logika, batang

tubuh dari bilangan dan ruang, rangkaian metode untuk menarik kesimpulan,

esensi ilmu terhadap dunia fisik dan sebagai aktivitas intelektual.

2. Matematika Sekolah

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan matematika adalah

matematika sekolah. Pengertian matematika sekolah adalah matematika yang

diajarkan di Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Matematika sekolah

terdiri atas bagian matematika yang dipilih guna mengembangkan kemampuan-

7 Departemen Pendidikan Nasional Edisi ke-3. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal. 673.

8 Hamzah B Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hal. 219.

Page 8: Proposal Penelitian

8

kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpadu kepada perkembangan

IPTEK.

Fungsi matematika sekolah adalah sebagai salah satu unsur masukan

instrumental, yang memiliki objek dasar abstrak dan berlandaskan kebenaran

konsistensi, dalam system proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan

pendidikan.

C. Model pembelajaran Creative Problem Solving

Model pembelajaran creative problem solving (selanjutnya dalam proposal

penelitian ini disingkat dengan CPS) merupakan model pembelajaran yang

mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir tinggi.9 Hal tersebut

terjadi karena model pembelajaran creative problem solving memberikan

kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk memecahkan masalah matematika

dengan strateginya sendiri. Salah satu pengembangan dari model pembelajaran ini

adalah metode pembelajaran CPS.

Pembelajaran CPS merupakan suatu kegiatan yang didesain guru dalam

rangka memberi tantangan kepada siswa melalui penugasan. Fungsi guru adalah

memotivasi siswa agar mau menerima tantangan dan membimbing siswa dalam

proses pemecahan masalah. Masalah yang diberikan kepada siswa harus masalah

yang pemecahannya terjangkau oleh kemampuan siswa. Masalah di luar

jangkauan kemampuan siswa dapat menurunkan motivasi siswa.

9 Menurut pendapat Wiederhold dalam buku Suyitno Amin Dkk., Dasar-Dasar Dan Proses Pembelajaran Matematika I, (Semarang: Pendidikan Matematika FMIPA UNES, 2000), hal. 37.

Page 9: Proposal Penelitian

9

Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu model

pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan

memecahkan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan.10 Ketika

dihadapkan dengan suatu pertanyaan/ permasalahan, siswa dapat melakukan

keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan

tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan

memecahkan masalah memperluas proses berpikir.11

Langkah-langkah Creative Problem Solving

Adapun proses dari metode pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)

terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:

1. Klarifikasi masalah

Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada siswa tentang

masalah yang diajukan, agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperti

apa yang diharapkan.

2. Brainstorming/ Pengungkapan pendapat

Pada tahap ini siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang

berbagai macam strategi penyelesaian masalah.

3. Evaluasi dan pemilihan

Pada tahap evaluasi dan pemilihan, setiap kelompok mendiskusikan

pendapat atau strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah.

10 Menurut pendapat Karen L, Pepkins dalam buku Tri Edhy Cahyono, Perancangan basis data: antara pendekatan model entity relationship dan model relasional. (Yogyakarta: Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Kartika Yan, 2009). hal. 3.

11 Menurut pendapat Pepkin didalam buku M. Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 221.

Page 10: Proposal Penelitian

10

4. Implementasi

Pada tahap ini siswa menentukaan strategi mana yang dapat diambil untuk

menyelesaikan maslah, kemudian menerapkannya sampai menemukan

penyelesian dari masalah tersebut.12

Tahapan-tahapan CPS yang dikemukakan di atas dapat melatih siswa

untuk mengkomunikasikan ide matematisnya, berpikir kritis untuk memecahkan

masalah yang dihadapinya, berpikir sistematis dan logis sesuai data/fakta yang

tersedia serta dapat melatih siswa untuk saling berinteraksi satu sama lain.

Langkah-langkah pemecahan masalah menurut Solso dalam Made Wena

yakni:13

1. Identifikasi permasalahan,

2. Representasi permasalahan,

3. Perencanaan pemecahan,

4. Menerapkan/ mengimplementasikan perencanaan,

5. Menilai perencanaan, dan

6. Menilai hasil pemecahan.

Jika kedua pendapat tersebut dibandingkan, maka tidak ada perbedaan

yang cukup signifikan.

Berdasarkan beberapa langkah di atas, maka implementasi Creative

Problem Solving (CPS) dalam pembelajaran matematika terdiri dari langkah-

langkah sebagai berikut:

12 Menurut pendapat Pepkin didalam buku M. Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 221.

13 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta:Bumi Aksara, 2011), hal. 56.

Page 11: Proposal Penelitian

11

1. Kegiatan Awal

Guru menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran, guru

mengulas kembali materi sebelumnya sebagai prasyarat pada materi saat ini

kemudian guru menjelaskan aturan main dalam pelaksanaan metode pembelajaran

CPS serta memberi motivasi kepada siswa akan pentingnya pembahasan materi

melalui pembelajaran CPS.

2. Kegiatan Inti

Siswa membentuk kelompok kecil untuk melakukan small discussion.

Tiap kelompok terdiri atas 4-5 orang. Secara berkelompok, siswa memecahkan

permasalahan yang disajikan sesuai dengan petunjuk yang tersedia. Siswa

mendapat bimbingan dan arahan dari guru dalam memecahkan permasalahan

(peranan guru dalam hal ini menciptakan situasi yang dapat memudahkan

munculnya pertanyaan dan mengarahkan kegiatan brainstorming serta

menumbuhkan situasi dan kondisi lingkungan yang dihasilkan atas dasar interest

siswa). Adapun penekanan dalam pendampingan siswa dalam menyelesaikan

permasalahan sebagai berikut:

a. Klarifikasi Masalah

Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada siswa tentang

masalah yang diajukan agar siswa dapat memahami tentang

penyelesaian seperti apa yang diharapkan.

Page 12: Proposal Penelitian

12

b. Brainstorming/ Pengungkapan pendapat\

Pada tahap ini siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat

tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah, tidak ada

sanggahan dalam mengungkapan ide gagasan satu sama lain.

c. Evaluasi dan Seleksi

Pada tahap ini, setiap kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau

strategi-strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah.

d. Implementasi

Pada tahap ini, siswa menentukan strategi mana yang dapat diambil

untuk menyelesaikan masalah kemudian menerapkannya sampai

menemukan penyelesaian dari masalah tersebut.

3. Kegiatan Akhir

Lebih lanjut, perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan

hasil yang telah didiskusikan ke depan kelas dan peserta lain menanggapinya.

Kemudian guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi.

D. Media Visual

Media Visual, artinya semua alat peraga yang digunakan dalam proses

belajar yang bisa dinikmati lewat panca-indera mata. Media visual (image atau

perumpamaan) memegang peran yang sangatpenting dalam proses belajar. Media

visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat

pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi

materi pelajaran dengan dunia nyata.14

14 Daryanto, Media Visual untuk Pengajaran Teknik. (Bandung: Tarsito, 1993), hal. 27.

Page 13: Proposal Penelitian

13

Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang

bermakna dansiswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk

meyakinkan terjadinya proses informasi. Dengan demikian media visual dapat

diartikan sebagai alat pembelajaran yang hanya bisa dilihat untuk memperlancar

pemahaman dan memperkuat ingatan akan isi materi pelajaran.

Media Visual yang bergerak ialah media yang dapat menampilkan atau

membiaskan gambar atau bayangan yang dapat bergerak di layar bias, seperti:

bias gambar-gambar yang ditampilkan oleh motion picture film dan loopfilm.

Masing-masing media baik yang bergerak maupun yang tak bergerak

dilihat penggunaannya tak lepas dari kelebihan dan keterbatasan yang ada,

tergantung pada situasi dan kondisi pengoperasiannya.

E. Pokok Bahasan yang Terkait Pelaksanaan Penelitian

Pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah tentang bangun datar,

secara keseluruhan yang akan dibahas dalah penelitian ini adalah semua bentuk

bangun datar seperti; Layang-layang, Persegi, Persegi panjang, Belah ketupat,

Jajar genjang, dan Lingkaran.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Page 14: Proposal Penelitian

14

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang kurang mementingkan

kedalaman data, penelitian kuantitatif tidak terlalu menitik beratkan pada

kedalaman data, yang penting dapat merekam data sebanyak-banyaknya dari

populasi yang luas. Walaupun populasi penelitian besar, tetapi dengan mudah

dapat dianalisis, baik melalui rumus-rumus statistik maupun komputer. Jadi

pemecahan masalahnya didominasi oleh peran statistik. Pendekatan penelitian

kuantitatif adalah penelitian yang identik dengan pendekatan deduktif, yang

berangkat dari persoalan umum (teori) ke hal khusus sehingga penelitian ini harus

ada landasan teorinya.15

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 – 30 Juni pada siswa SMA

Negeri 8 Banda Aceh pada kelas X tahun 2015.

C. Populasi dan Sample

1. Populasi

Menurut Warsito, populasi yaitu sekumpulan unsur atau elemen yang

menjadi objek penelitian dan elemen populasi itu merupakan satuan analisis.

Dengan demikian populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti baik

berupa benda, manusia, peristiwa ataupun gejala yang akan terjadi.16 Sedangkan

pengertian populasi menurut Kountur adalah suatu kumpulan menyeluruh dari

15 Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Psikologi dan Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 167.

16Hermawan Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), hal. 49.

Page 15: Proposal Penelitian

15

suatu objek yang merupakan perhatian peneliti, objek penelitian dapat berupa

makhluk hidup, benda, sistem dan prosedur, fenomena, dan lain-lain.17

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA

Negeri 8 Banda Aceh kelas X yang berjumlah 172 siswa yang terdiri dari kelas 1a

sebanyak 34 siswa, kelas 1b sebanyak 31 siswa, kelas 1c sebanyak 37 siswa, dan

kelas 1d sebanyak 35 orang dan 1e sebanyak 35 siswa.

Untuk lebih jelasnya keadaan populasi dapat dilihat pada tabel populasi

berikut ini.

No Kelas Siswa

1. 1A 34

2. 1B 31

3. 1C 37

4. 1D 35

5. 1E 35

Jumlah 172

Tabel (i)

2. Sample

17 Ronny Kountur, (Jakarta: PPM, 2007), Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi Dan Tesis (Edisi Revisi), hal. 145.

Page 16: Proposal Penelitian

16

Sampel menurut Sugiono yaitu sebagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi.18 Sedangkan sampel menurut Hadi adalah sebagian

individu atau populasi yang diselidiki. Dapat disimpulkan bahwa sampel adalah

sebagian populasi yang diambil untuk diselidiki oleh peneliti.19

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik Random Sampling

yakni cara pengambilan sampel yang semua anggota populasi diberi kesempatan

untuk dipilih menjadi sampel.

Lebih khusus lagi penelitian ini menggunakan teknik proporsional random

sampling yaitu pengambilan Sampel atas besarnya populasi. Dalam hal ini penulis

mengambil sampel sebesar 43 siswa atau 25 % dari jumlah populasi 172. Hal ini

sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto yang

mengemukakan bahwa: “Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil

semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika

jumlah subjek lebih besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25% atau lebih.”

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan

dalam kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini

metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Angket atau Kuesioner

18 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung : CV. Alfabeta, 2004), hal. 56.19 Sutrisno Hadi, Metodologi Researc. (Yogyakarta: Yayasan Penerbit FKLTS Psikologi

UGM, 1983) hal. 63.

Page 17: Proposal Penelitian

17

Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-

formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada

seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan

dan informasi yang diperlukan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan angket

atau kuesioer, daftar pertanyaannya dibuat secara berstruktur denan bentuk

pertanyaan pilihan berganda (multiple choice questions) dan pertanyaan terbuka

(open question). Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang bagaimana

pengalaman siswa setelah belajar menggunakan model pembelajaran Creative

problem solving dengan menggunakan media visual pada materi bangun datar.20

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu pengumpulan data dimana peneliti menyelidiki

benda benda tertulis seperti buku-buku, alat peraga, media, dan sebagainya yang

digunakan oleh siswa dalam proses belajar mengajar. Metode ini digunakan untuk

memperoleh data tentang jumlah alat peraga atau alat-alat yang biasanya dapat

membantu siswa belajar disekolah.21

E. Variabel dan Indikator Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian. Variabel juga dapat diartikan sebagai faktor-faktor yang berperan

dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Adapun variabel dalam penelitian

ini, antara lain:

20 M. Junaidi Ghony dan fauzan almanshur, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, (Malang: UIN-Malang Press, 2009), hlm. 300.

21 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif, (Jakarta: Rajawali pres, 2010), hlm. 37-38.

Page 18: Proposal Penelitian

18

1. Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel bebas adalah penguasaan materi bangun datar (X) dengan

indikator sebagai berikut:

a. Pengertian bangun datar

b. Bentuk bangun datar

c. Macam-macam bangun datar

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat

karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini kemampuan

mengerjakan soal-soal bangun datar (Y) dengan indikator sebagai berikut:

a. Paham bentuk soal bangun datar

b. Dapat mengerjakan soal bangun datar

F. Teknik Pengolahan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan beberapa teknik sebagai berikut :

1. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden dan jawaban-jawaban

responden dicatat atau direkam. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara

semi terpimpin, yakni pewawancara menanyakan serentetan pertanyaan yang

Page 19: Proposal Penelitian

19

sudah terstruktur (dipersiapkan sebelumnya), kemudian satu persatu diperdalam

untuk mengorek lebih lanjut. Peneliti menggunakan metode ini untuk

mendapatkan data dari para guru tentang bagaimana cara belajar murid dan

pemahaman dasar para murid tentang materi bangun datar disekolah.22

2. Tes

Tes adalah teknik yang digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya serta

besarnya kemampuan objek yang diteliti. Tes yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tes tertulis yang berbentuk multiple choice (pilihan ganda) dan tes praktik

yaitu, tes yang menuntut peserta didik dalam bentuk perilaku, tindakan, atau

perbuatan. Tes tertulis (multiple choice) dilakukan untuk mengukur penguasaan

materi bangun datar (X). Sedangkan tes praktik digunakan untuk mengukur

kemampuan mengerjakan soal-soal bangun datar (Y). Penilaian tes praktik ini

dilaksanakan pada saat para siswa sedang menjawab soal yang diberikan oleh

gurunya tentang materi bangun datar. Data yang baik adalah data yang sesuai

dengan kenyataan yang sebenarnya dan data tersebut bersifat tetap (valid) dan

dapat dipercaya (reliabel). Agar tes tersebut dapat menghasilkan data yang valid

dan reliabel maka perlu diadakan analisis butir soal yang meliputi analisis

validitas dan reliabilitas. Sedangkan untuk mengetahui kualitas butir soal

dilakukan analisis daya pembeda dan tingkat kesukaran.23

3. Observasi

22 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 258.

23 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 149-150.

Page 20: Proposal Penelitian

20

Observasi atau pengamatan adalah pengumpulan data dengan mengulas

dan mencatat secara sistematis kejadian atau fenomena yang sedang diteliti.

Adapun observasi dilakukan untuk mengetahui secara rinci atau membuktikan

adanya korelasi antara cara belajar belajar Creative problem solving dengan

menggunakan media visual pada materi bangun datar.24

G. Instrumen Penelitian

Arikunto instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih

baik.Alat yang digunakan oleh peneliti sebagai alat pengumpulan data adalah tes

dan lembar observasi.25

1. Soal Tes

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Soal tes diberikan

kepada setiap siswa setelah siswa melakukan proses belajar. Soal tes yang akan

digunakan adalah soal tes pilihan ganda sebanyak 10 soal.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa tentang

Konsep Bangun Datar. Observasi tersebut dilakukan oleh peneliti untuk

mengamati guru serta aktivitas siswa tanpa mengganggu kegiatan siswa secara

individu. Lembar observasi berisi daftar jenis kegiatan yang diamati, dalam proses

observasi pengamat tinggal memberikan tanda( √ ) pada kolom nilai yang

24 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 270.

25 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 160.

Page 21: Proposal Penelitian

21

tersedia. Dalam penelitian ini menggunakan satu lembar observasi yaitu nilai

observasi siswa. Lembar observasi siswa digunakan untuk menggunakan

pengamatan pemahaman Konsep Bangun Datar.

H. Analisis Data

Tahap-tahap pengolahan data hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan akan kelengkapan jawaban.

Pada tahap ini data yang diperoleh diperiksa kembali untuk mencari

jawaban dari kuesioner yang tidak lengkap.

2. Tally, yaitu menghitung jumlah atau frekuensi dari masing-masing

jawaban dalam kuesioner.

3. Menghitung persentase jawaban responden dalam bentuk tabel tunggal

melalui distribusi frekuensi dan persentase. dengan menggunakan rumus :

P = f/N x 100%

P : Persentase

f : Frekuensi data

N : Jumlah sampel yang diolah

DAFTAR PUSTAKA

Page 22: Proposal Penelitian

22

Amin, Suyitno Dkk., Dasar-Dasar Dan Proses Pembelajaran Matematika I,

Semarang: Pendidikan Matematika FMIPA UNES, 2000.

Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2012.

Arikunto, S., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:

Rineka Cipta, 2006.

Arzyad, Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2003.

Cahyono, Tri, Edhy, Perancangan basis data: antara pendekatan model

entity relationship dan model relasional, Yogyakarta: Akademi Manajemen

Informatika dan Komputer Kartika Yan, 2009.

Daryanto, Media Visual untuk Pengajaran Teknik, Bandung: Tarsito,

1993.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

ke-3, Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif, Jakarta:

Rajawali pres, 2010.

Ghony, M. Junaidi dan fauzan almanshur, Metodologi Penelitian

Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Malang: UIN-Malang Press, 2009.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Researc, Yogyakarta: Yayasan Penerbit

FKLTS Psikologi UGM, 1983.

Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar cet. Ke-2, Jakarta: Bumi

Aksara, 2003.

Page 23: Proposal Penelitian

23

Kountur, Ronny., Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi Dan Tesis

(Edisi Revisi), Jakarta: PPM, 2007.

Muslich, M., KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,

Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Pepkin, Karen L., 2004, Creative Problem Solving In Math. (Artikel dari

www.uh.edu. Diakses 5 Juni 2015)

Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Psikologi dan

Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2009.

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung : CV. Alfabeta, 2004.

Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan, Surabaya: Karya Abditama, 1994.

Uno, Hamzah B., Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar

Mengajar yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.

Wena, Made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta:Bumi

Aksara, 2011.

Warsito, Hermawan, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 1992.