proposal penelitian
-
Upload
koko-adittio-rezeki-putra -
Category
Documents
-
view
188 -
download
0
description
Transcript of proposal penelitian
A. JUDUL
KAJIAN PERAN SEKTOR PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN
GOLONGAN C PADA PRA DAN MASA OTONOMI DAERAH DALAM
UPAYA MENDUKUNG PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI
JAWA BARAT
B. LATAR BELAKANG
Pertambangan merupakan suatu usaha pengambilan bahan galian yang
bernilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan dengan menggunakan teknologi
yang tepat pada saat itu. Bahan galian mempunyai fungsi multi guna, terutama
sebagai sumber bahan baku industri, penghasil devisa negara melalui ekspor,
maupun sebagai pemicu bagi pertumbuhan pembangunan suatu daerah.
Salah satu bahan galian yang dapat ditambang adalah bahan galian
golongan C, dimana bahan galian ini sangat diperlukan untuk kebutuhan
berbagai industri dan konstruksi guna menunjang pembangunan di berbagai
sektor.Pesatnya perkembangan pembangunan, terutama di sektor konstruksi
dan industri membuat sektor pertambangan sebagai sektor industri hulu,
khususnya bahan galian golongan berkembang dengan pesat, baik jenis bahan
galiannya maupun jumlah pengusahaannya.
Dengan fungsi tersebut, kebijakan pengembangan sektor pertambangan
bahan galian golongan C diharapkan akan menunjang penciptaan efek ganda
(multiplier effects) dalam pembangunan ekonomi di daerah, guna menciptakan
nilai tambah bagi peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyakat.
Provinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu daerah yang memiliki
potensi sumber daya bahan galian golongan C yang cukup besar, mempunyai
peluang untuk lebih mengembangkan potensi ini secara optimal agar
memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya terhadap perekonomian daerah,
serta mendukung pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya.
Adanya pergeseran struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor
industri di Jawa Barat, telah membuka peluang makin berkembangnya
pengusahaan sector pertambangan bahan galian golongan C sebagai salah satu
sektor pendukungnya. Apabila peningkatan permintaan untuk sektor industri
ini tidak diantisipasi sesegera mungkin, maka akan terjadi peningkatan impor
komoditi ini yang berdampak kurang menguntungkan bagi perkembangan
sektor pertambangan bahan galian golongan C khususnya dan bagi
perekonomian pada umumnya.
Dengan melihat peranan sektor pertambangan bahan galian golongan C
yang sangat penting tersebut, sebagai salah satu sektor pendukung bagi
pertumbuhan proses industrialisasi, juga dengan diberlakukannya Otonomi
Daerah, dimana ada perubahan kewenangan pengelolaan wilayah
pertambangan bahan galian golongan C dan perubahan kewenangan
pengelolaan pendapatannya, maka perlu dilakukan kajian bagaimana peran
sektor pertambangan bahan galian golongan C pada pra dan masa otonomi
daerah dan bagaimana keterkaitannya dengan sektor ekonomi lainnya,
sehingga mendapatkan nilai tambah yang optimal dalam upaya mendukung
pertumbuhan perekonomian di Provinsi Jawa Barat.
Juga ada peristiwa penting, dimana pada tahun 2000 terjadi pemekaran
Provinsi Jawa Barat menjadi dua provinsi, yaitu Provinsi Jawa Barat dan
Provinsi Banten. Maka perlu dikaji apakah setelah terjadi pemekaran tersebut,
kondisi perekonomian dan peran sektor pertambangan bahan galian golongan
C berubah menjadi lebih baik atau sebaliknya ?
C. BATASAN MASALAH
Kajian terhadap peran sektor pertambangan bahan galian golongan C pada
pra dan masa otonomi daerah ini didasarkan pada Model Input-Output (I-O),
dimana :
1. Sektor produksi yang terdapat pada model input-output berdasarkan pada
sektor-sektor yang terdapat di Jawa Barat tahun 1993 (pra otonomi daerah)
dan tahun 2003 (masa otonomi daerah).
2. Transaksi antar sektor yang digunakan adalah transaksi domestic
berdasarkan harga produsen dalam mata uang rupiah.
3. Sektor pertambangan bahan galian golongan C mencakup barang tambang
di luar logam, minyak dan gas bumi.
4. Wilayah kajian adalah di Provinsi Jawa Barat, baik sebelum terjadi
pemisahan maupun setelah terjadi pemisahaan dengan Provinsi Banten
Disamping itu akan ditelaah kondisi dan potensi daerah, yang meliputi
identifikasi penyebaran sumber daya mineral bahan galian golongan C, serta
kewenangan daerah Provinsi Jawa Barat dalam hubungannya dengan
pengembangan sektor pertambangan bahan galian golongan C.
Juga akan digunakan metoda Kuosien Lokasi (LQ) untuk melihat apakah
potensi bahan galian golongan C yang ada di kabupaten-kabupaten sudah
dikelola secara optimal ? Pada dasarnya dengan membandingkan secara relatif
antara kemampuan sektor pertambangan bahan galian golongan C di
kabupaten yang dikaji dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang
lebih luas (Provinsi Jawa Barat).
Terakhir digunakan metoda Linear Programing (LP) untuk mencari total
output yang optimal, yaitu dengan memaksimalkan nilai tambah dan
memimalkan biaya dengan proyeksi permintaan sektor-sektor ekonomi pada
masa yang akan datang.
D. RUMUSAN MASALAH
Mengingat bahwa kebijakan pembangunan di Jawa Barat yang mengarah
pada pengembangan sektor industri, konstruksi dan jasa, dimana ditunjukkan
makin dominannya peranan sektor tersebut terhadap struktur perekonomian di
Jawa Barat maka harus diikuti dengan meningkatkan kinerja sektor
pertambangan (khususnya bahan galian golongan C) sebagai salah satu sumber
daya alam andalannya. Dengan melihat peranan sektor pertambangan
golongan C yang sangat penting, maka perlu kiranya dilakukan kajian
mengenai :
1. Seberapa besar pengaruh kewenangan pengelolaan sektor pertambangan
bahan galian golongan C terhadap pendapatan Provinsi Jawa Barat pada
masa otonomi daerah dibandingkan dengan pra otonomi daerah ?
2. Seberapa besar sektor pertambangan bahan galian golongan C dapat
mendukung perkembangan sektor-sektor ekonomi lain pada masa otonomi
daerah dibandingkan dengan pra otonomi daerah ?
3. Seberapa besar perkembangan pengusahaan sektor pertambangan bahan
galian golongan C pada masa otonomi daerah dibandingkan dengan
daerah?
E. TUJUAN
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengkaji perubahan kewenangan dengan diberlakukannya
otonomi daerah, dimana dijabarkan sebagai berikut :
1. Mengetahui besarnya kontribusi sektor pertambangan bahan galian
golongan C terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Jawa Barat pada masa otonomi daerah
dibandingkan dengan pra otonomi daerah.
2. Mengetahui besarnya keterkaitan ke belakang (backward linkages) dan
keterkaitan ke depan (forward linkages) sektor pertambangan bahan galian
golongan C dalam mendukung sektor-sektor ekonomi lainnya di Provinsi
Jawa Barat pada masa otonomi daerah dibandingkan dengan pra otonomi
daerah.
3. Mengetahui besarnya efek ganda (multiplier effects) ekonomi yang
dihasilkan oleh pengusahaan sektor pertambangan bahan galian golongan
C
di Provinsi Jawa Barat pada masa otonomi daerah dibandingkan dengan
pra otonomi daerah.
4. Mengetahui besarnya perkembangan pengusahaan (kuosien lokasi (LQ),
jumlahB produksi dan jumlah perizinan) sektor pertambangan bahan galian
golongan C di Provinsi Jawa Barat pada masa otonomi daerah
dibandingkan dengan pra otonomi daerah.
5. Mengetahui total output optimal yang dihasilkan berdasarkan proyeksi
permintaan bahan galian golongan C pada masa yang akan datang dalam
upaya mendukung pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat.
6. Mengetahui kondisi perekonomian dan peran sektor pertambangan bahan
galian golongan C sebelum dan setelah terjadi pemekaran dengan Provinsi
Banten.
F. HIPOTESA
Ada beberapa hipotesis yang melandasi penelitian peran sektor
pertambangan bahan galian golongan C di Provinsi Jawa Barat ini, yaitu :
1. Kegiatan usaha pertambangan bahan galian golongan C memberikan efek
keterkaitan yang siginifikan terhadap sektor ekonomi lainnya, baik hulu
maupun hilir.
2. Kegiatan usaha pertambangan bahan galian golongan C memberikan efek
ganda (multiplier effect) ekonomi yang siginifikan untuk mendorong
tumbuhnya sektor ekonomi lainnya.
3. Dengan adanya perubahan kewenangan pengelolaan pertambangan bahan
galian golongan C, yaitu setelah diberlakukannya otonomi daerah, maka
pengembangan pengusahaannya akan bertambah baik.
4. Dengan terjadinya pemekaran Jawa Barat menjadi dua provinsi, tidak akan
mengurangi peran sektor pertambangan bahan galian golongan C, karena
kabupaten-kabupaten yang terpisah memiliki kontribusi yang relatif kecil.
G. TINJAUAN PUSTAKA
1 Bahan Galian Golongan C.
Bahan galian adalah unsur-unsur kimia, mineral, bijih dan segala macam
batuan termasuk batu-batu mulia yang merupakan endapan alam,
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 11 Tahun 1967.
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1980,
dinyatakan bahan galian terdiri dari tiga golongan, yaitu :
a. Bahan galian strategis, yaitu bahan galian yang berarti strategis untuk
pertahanan dan keamanan serta perekonomian negara, contohnya
minyak bumi, gas alam, batubara dan lain-lain.
b. Bahan galian vital, yaitu bahan galian yang berarti dapat menjamin hajat
hidup orang banyak, contohnya besi, mangan, bauksit, tembaga, emas,
perak dan lain- lain.
c. Bahan galian golongan c, yaitu bahan galian yang tidak termasuk
golongan a dan b, karena pada umumnya bersifat tidak langsung
memerlukan pasaran yang bersifat internasional, contohnya andesit,
Dalam arti luas, bahan galian golongan C adalah bahan tambang, kecuali
bahan bakar dan bijih logam yang digali dan dapat digunakan secara
langsung atau melalui proses pengolahan terlebih dahulu untuk keperluan
industri dan konstruksi tertentu.
Dengan semakin berkembangnya industri manufaktur menuntut produk-
produk bahan galian golongan C sebagai bahan baku mempunyai spesifikasi
tertentu, sehingga diperlukan proses-proses pengolahan bahan galian
tersebut untuk memperoleh persyaratan-persyaratan yang diinginkan.
Batasan bahan galian golongan C sangat sukar ditetapkan. Sebagai
contoh bahan galian kromit, zircon, bauksit dan mangan merupakan bahan
logam, akan tetapi dapat pula diklasifikasikan sebagai bahan galian
golongan C, jika digunakan sebagai bahan baku dalam industri manufaktur.
Perkembangan industri manufaktur dan konstruksi secara langsung telah
meningkatkan kebutuhan akan bahan galian golongan C. Karena
perkembangan ini tidak dapat diikuti oleh peningkatan produksi bahan
galian tertentu (terutama produk dengan kualitas tertentu), mengakibatkan
impor bahan galian golongan C meningkat, sehingga menimbulkan
permasalahan yang cukup rumit, terutama jika nilai tukar rupiah melemah
terhadap nilai dollar. Beberapa jenis industri manufaktur sebagai konsumen
bahan galian golongan C di Indonesia antara lain industri kimia, pupuk,
semen, pulp & kertas, keramik & porselen, gelas, minyak nabati, serta
industri lainnya.
Pertambangan bahan galian golongan C sudah dilakukan sejak lama,
yaitu dengan tambang tradisional. Sejak pertengahan Repelita I, tambang-
tambang yang berskala besar mulai bermunculan, seperti tambang
batugamping, lempung dan pasir kuarsa yang dilakukan pabrik-pabrik
semen guna memenuhi kebutuhan bahan bakunya. Keterbatasan potensi
cadangan bahan galian golongan C, seperti belerang, talk dan gipsum
merupakan salah satu faktor penghambat utama, selain belum adanya
penerapan teknologi pemurnian untuk menghasilkan produk dengan
spesifikasi tertentu, seperti felspar untuk glasir dan ultra fine kaolin.
Secara geologis, Indonesia mempunyai sumber daya mineral, termasuk
bahan galian golongan C yang besar. Pembentukan pegunungan, aktivitas
magma pada gunung- gunung berapi, serta proses sedimentasi yang telah
berjalan dalam periode waktu yang lama selalu disertai dengan proses
evolusi geologi yang mengakibatkan terjadinya proses pembentukan bahan
galian. Berbagai indikasi adanya proses tersebut banyak dijumpai di
berbagai tempat di wilayah Indonesia termasuk di Provinsi Jawa Barat.
Penggunaan bahan galian golongan C dalam berbagai aspek kehidupan
manusia sangat luas. Hal ini menempatkan bahan galian golongan C
menjadi salah satu bahan galian yang sangat diperlukan dalam kehidupan
manusia. Sedangkan peranan bahan galian golongan C dalam perekonomian
negara dapat dilihat dari tingkat konsumsinya, dimana tingkat konsumsi
sangat erat kaitannya dengan tingkat populasi penduduk dan pendapatan per
kapita.
2. Kebijakan Pengelolaan Usaha Pertambangan
Tujuan peletakan kewenangan dalam penyelanggaraan otonomi daerah
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan,
demokratisasi, penghormatanterhadap budaya lokal dan memperhatikan
potensi serta keanekaragaman daerah.
Demikian pula otonomi daerah bidang pertambangan dan energi,
kewenangan pemerintah pada kebijakan meliputi norma, standar, kriteria,
pengaturan, persyaratan dan pedoman, serta kewenangan tingkat
pelaksanaan terbatas yang bertujuan mempertahankan dan memelihara
identitas dan integritas bangsa, menjamin kualitas dan efisiensi pelayanan
umum, supermasi hukum, dan menciptakan stabilitas ekonomi dalam rangka
peningkatan pemberdayaan dan kemakmuran rakyat.
Otonomi daerah bidang pertambangan umum dan energi bersumber dari
UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, UU No. 25 tahun 1999
tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, PP No. 25 tahun
2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai
daerah otonom. Kemudian Kepmen Energi dan Sumber Daya Mineral No.
1451-1455K/30/MEN/2000 tentang pedoman teknis pelaksanaan dan
kewenangan bidang energi dan sumber daya mineral.
Undang-undang No. 22 tahun 1999, memberikan kewenangan yang luas,
nyata dan bertanggung jawab kepada daerah dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi agar :
a. Leluasa mengatur dan melaksanakan kewenangannya atas prakarsa
sendiri.
b. Sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat potensi setiap daerah.
c. Meletakan semua kewenangan pemerintah pada daerah kabupaten/kota,
kecuali kewenangan yang diatur dalam PP No. 25 tahun 2000.
Sebenarnya pada tahun 1986 pemerintah pusat telah menyerahkan
sebagian urusan pemerintahan tentang pengelolaan bahan galian golongan
C kepada daerah (PP No. 37/1986), maka pada tahun sembilan puluhan,
Departemen Pertambangan dan Energi kembali merintis pemikiran
penyerahan kewenangan pengelolaan pertambangan umum beserta konsep
perimbangan kewenangan kepada daerah, hingga berlakunya UU No.22
tahuan 1999 dan UU No. 25 tahun 1999. Dalam hal ini petambangan umum
meliputi tidak kurang dari 84 jenis mineral termasuk batubara, kecuali
mineral-mineral radioaktif.
Berdasarkan perkembangan keadaan, ketanegaraan, dan tuntutan
penyelenggaraan otonomi daerah, kemudian pada tahun 2004 dikeluarkan
UU No. 32 tentang pemerintahan daerah dan UU N. 33 tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.
3.Sumber Daya Bahan Galian di Provinsi Jawa Barat
Secara geologi, dataran Jawa Barat terbentuk oleh proses pengangkatan,
perataan dan pelapukan. Selain itu proses orogenesa dan epirogenesa
menghasilkan lipatan baru dan gunung berapi sebagai akibat dari adanya
interaksi lempeng yang berlangsung sejak masa Miosen Awal atau
Cretaceous Akhir.
Sejarah geologi Jawa Barat sejak akhir Mesozoik hingga akhir Tersier
merupakan akumulasi dari beberapa sistem deformasi dan poses geologi
menghasilkan beragam jenis batuan sedimen, batuan vulkanik, batuan
metamorf dan lain-lain.
Kondisi geologi di wilayah Jawa Barat memungkinkan terjadinya dan
terakumulasinya berbagai bahan mineral, baik logam maupun bahan galian
golongan C. Hasil studi Paleo-Tektonik menyebutkan bahwa wilayah bagian
Jawa Barat (Southern Mountains) merupakan daerah bekas aktivitas
vulkanisma yang membentang dari Barat ke Timur, dimana menghasilkan
proses epitermal yang memungkinkan terjadinya alterasi dan mineralisasi
beragam bahan mineral logam, terutama emas. Di samping itu, proses
vulkanik yang hingga kini masih tetap berlangsung membawa material dari
dalam bumi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi dan
industri.
Selain dilalui jalur mineralisasi logam, hampir seluruh wilayah Jawa
Barat kaya akan potensi sumber daya bahan galian golongan C, seperti pasir,
lempung, andesit, batu kali, zeolit, marmer, kalsit dan lain-lain. Potensi ini
sampai sekarang pengelolaannya masih kurang, sehingga hasil yang
diperoleh belum optimal
H. METODELOGI PENELITIAN
Tahapan penelitian meliputi pengumpulan data, pengolahan dan kajian
hasil dari dua masa, yaitu pada pra dan masa otonomi daerah.
1. Pengumpulan Data
Data-data diperoleh dari berbagai instansi terkait, yang menunjang
proses penelitian ini, antara lain :
a. Data Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Kabupaten dan Provinsi Jawa Barat.
b. Data potensi, jumlah perizinan, jumlah perusahaan dan luasnya, serta
produksi bahan galian golongan C di Provinsi Jawa Barat.
c. Data struktur perekonomian di Provinsi Jawa Barat.
d. Data laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat
e. Data klasifikasi sektor Tabel I-O Provinsi Jawa Barat.
f. Data Tabel I-O Provinsi Jawa Barat tahun 1993dan 2004.
g. Data-data pendukung lainnya.
Data-data tersebut diperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti
Badan Pusat Statistik (BPS), Bappeda, Dinas Pertambangan dan Energi,
Puslitbang Tekmira, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral,
Dispenda dan instansi lainnya di lingkungan Provinsi Jawa Barat.
2. Pengolahan Data dan Kajian Hasil
Untuk pengolahan data dan mengkaji struktur permasalahan yang ada
dipergunakan pendekatan Model Input Output (Model I-O), karena model
ini mempresentasikan keterkaitan dan saling ketergantungan antar sektor
ekonomi, seperti keterkaitan ke belakang (backward linkages) dan
keterkaitan ke depan (forward linkages) sektor pertambangan bahan
galian golongan C. Juga model ini mampu menggambarkan interaksi tiap-
tiap sektornya, serta memperlihatkan dampak sektor yang dikaji apabila
dilakukan intervensi-intervensi terhadap sektor tersebut, dalam hal ini
sektor pertambangan bahan galian golongan C.
Untuk pengkajiannya dipisahkan menjadi dua kelompok, yaitu
sebelum otonomi dan setelah otonomi daerah, kemudian dibandingkan
hasilnya, apakah ada perbedaan yang signifikan besarnya peran sektor
pertambangan bahan galian golongan C tersebut di Provinsi Jawa Barat.
Kemudian akan dikaji juga efek ganda (multiplier effects) ekonomi
yang dihasilkan sektor pertambangan bahan galian golongan C, guna
mendukung pertumbuhan perekonomian di Jawa Barat pada pra dan masa
otonomi daerah.
Juga akan digunakan Model Kuosien Lokasi (LQ), untuk melihat
apakah potensi bahan galian golongan C yang ada di kabupaten-kabupaten
sudah dikelola secara optimal ? Pada dasarnya dengan membandingkan
secara relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah kabupaten yang
dikaji (pertambangan bahan galian golongan C) dengan kemampuan
sektor yang sama pada daerah yang lebih luas (Provinsi Jawa Barat).
Untuk melihat pengaruh perubahan kewenangan pengelolaan
pertambangan bahan galian golongan C, akan dikaji dari perkembangan
jumlah produksi, jumlah izin dan luas wilayahnya. Terakhir akan
digunakan metoda Linear Programing (LP) untuk mencari total output
yang optimal, yaitu dengan batasan memaksimalkan nilai tambah dan
meminimalkan biaya dengan proyeksi permintaan akhir sektor-sektor
ekonomi pada masa yang akan datang.
I. JADWAL PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian ini direncanakan dilakukan selama 4 bulan atau
dengan rencana kegiatan sebagai berikut :