proposal penelitian

24
A. JUDUL KAJIAN PERAN SEKTOR PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C PADA PRA DAN MASA OTONOMI DAERAH DALAM UPAYA MENDUKUNG PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI JAWA BARAT B. LATAR BELAKANG Pertambangan merupakan suatu usaha pengambilan bahan galian yang bernilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan dengan menggunakan teknologi yang tepat pada saat itu. Bahan galian mempunyai fungsi multi guna, terutama sebagai sumber bahan baku industri, penghasil devisa negara melalui ekspor, maupun sebagai pemicu bagi pertumbuhan pembangunan suatu daerah. Salah satu bahan galian yang dapat ditambang adalah bahan galian golongan C, dimana bahan galian ini sangat diperlukan untuk kebutuhan berbagai industri dan konstruksi guna menunjang pembangunan di berbagai sektor.Pesatnya perkembangan pembangunan,

description

proposal penelitian

Transcript of proposal penelitian

Page 1: proposal penelitian

A. JUDUL

KAJIAN PERAN SEKTOR PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN

GOLONGAN C PADA PRA DAN MASA OTONOMI DAERAH DALAM

UPAYA MENDUKUNG PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI

JAWA BARAT

B. LATAR BELAKANG

Pertambangan merupakan suatu usaha pengambilan bahan galian yang

bernilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan dengan menggunakan teknologi

yang tepat pada saat itu. Bahan galian mempunyai fungsi multi guna, terutama

sebagai sumber bahan baku industri, penghasil devisa negara melalui ekspor,

maupun sebagai pemicu bagi pertumbuhan pembangunan suatu daerah.

Salah satu bahan galian yang dapat ditambang adalah bahan galian

golongan C, dimana bahan galian ini sangat diperlukan untuk kebutuhan

berbagai industri dan konstruksi guna menunjang pembangunan di berbagai

sektor.Pesatnya perkembangan pembangunan, terutama di sektor konstruksi

dan industri membuat sektor pertambangan sebagai sektor industri hulu,

khususnya bahan galian golongan berkembang dengan pesat, baik jenis bahan

galiannya maupun jumlah pengusahaannya.

Dengan fungsi tersebut, kebijakan pengembangan sektor pertambangan

bahan galian golongan C diharapkan akan menunjang penciptaan efek ganda

(multiplier effects) dalam pembangunan ekonomi di daerah, guna menciptakan

nilai tambah bagi peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyakat.

Page 2: proposal penelitian

Provinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu daerah yang memiliki

potensi sumber daya bahan galian golongan C yang cukup besar, mempunyai

peluang untuk lebih mengembangkan potensi ini secara optimal agar

memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya terhadap perekonomian daerah,

serta mendukung pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya.

Adanya pergeseran struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor

industri di Jawa Barat, telah membuka peluang makin berkembangnya

pengusahaan sector pertambangan bahan galian golongan C sebagai salah satu

sektor pendukungnya. Apabila peningkatan permintaan untuk sektor industri

ini tidak diantisipasi sesegera mungkin, maka akan terjadi peningkatan impor

komoditi ini yang berdampak kurang menguntungkan bagi perkembangan

sektor pertambangan bahan galian golongan C khususnya dan bagi

perekonomian pada umumnya.

Dengan melihat peranan sektor pertambangan bahan galian golongan C

yang sangat penting tersebut, sebagai salah satu sektor pendukung bagi

pertumbuhan proses industrialisasi, juga dengan diberlakukannya Otonomi

Daerah, dimana ada perubahan kewenangan pengelolaan wilayah

pertambangan bahan galian golongan C dan perubahan kewenangan

pengelolaan pendapatannya, maka perlu dilakukan kajian bagaimana peran

sektor pertambangan bahan galian golongan C pada pra dan masa otonomi

daerah dan bagaimana keterkaitannya dengan sektor ekonomi lainnya,

sehingga mendapatkan nilai tambah yang optimal dalam upaya mendukung

pertumbuhan perekonomian di Provinsi Jawa Barat.

Page 3: proposal penelitian

Juga ada peristiwa penting, dimana pada tahun 2000 terjadi pemekaran

Provinsi Jawa Barat menjadi dua provinsi, yaitu Provinsi Jawa Barat dan

Provinsi Banten. Maka perlu dikaji apakah setelah terjadi pemekaran tersebut,

kondisi perekonomian dan peran sektor pertambangan bahan galian golongan

C berubah menjadi lebih baik atau sebaliknya ?

C. BATASAN MASALAH

Kajian terhadap peran sektor pertambangan bahan galian golongan C pada

pra dan masa otonomi daerah ini didasarkan pada Model Input-Output (I-O),

dimana :

1. Sektor produksi yang terdapat pada model input-output berdasarkan pada

sektor-sektor yang terdapat di Jawa Barat tahun 1993 (pra otonomi daerah)

dan tahun 2003 (masa otonomi daerah).

2. Transaksi antar sektor yang digunakan adalah transaksi domestic

berdasarkan harga produsen dalam mata uang rupiah.

3. Sektor pertambangan bahan galian golongan C mencakup barang tambang

di luar logam, minyak dan gas bumi.

4. Wilayah kajian adalah di Provinsi Jawa Barat, baik sebelum terjadi

pemisahan maupun setelah terjadi pemisahaan dengan Provinsi Banten

Disamping itu akan ditelaah kondisi dan potensi daerah, yang meliputi

identifikasi penyebaran sumber daya mineral bahan galian golongan C, serta

kewenangan daerah Provinsi Jawa Barat dalam hubungannya dengan

pengembangan sektor pertambangan bahan galian golongan C.

Page 4: proposal penelitian

Juga akan digunakan metoda Kuosien Lokasi (LQ) untuk melihat apakah

potensi bahan galian golongan C yang ada di kabupaten-kabupaten sudah

dikelola secara optimal ? Pada dasarnya dengan membandingkan secara relatif

antara kemampuan sektor pertambangan bahan galian golongan C di

kabupaten yang dikaji dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang

lebih luas (Provinsi Jawa Barat).

Terakhir digunakan metoda Linear Programing (LP) untuk mencari total

output yang optimal, yaitu dengan memaksimalkan nilai tambah dan

memimalkan biaya dengan proyeksi permintaan sektor-sektor ekonomi pada

masa yang akan datang.

D. RUMUSAN MASALAH

Mengingat bahwa kebijakan pembangunan di Jawa Barat yang mengarah

pada pengembangan sektor industri, konstruksi dan jasa, dimana ditunjukkan

makin dominannya peranan sektor tersebut terhadap struktur perekonomian di

Jawa Barat maka harus diikuti dengan meningkatkan kinerja sektor

pertambangan (khususnya bahan galian golongan C) sebagai salah satu sumber

daya alam andalannya. Dengan melihat peranan sektor pertambangan

golongan C yang sangat penting, maka perlu kiranya dilakukan kajian

mengenai :

1. Seberapa besar pengaruh kewenangan pengelolaan sektor pertambangan

bahan galian golongan C terhadap pendapatan Provinsi Jawa Barat pada

masa otonomi daerah dibandingkan dengan pra otonomi daerah ?

Page 5: proposal penelitian

2. Seberapa besar sektor pertambangan bahan galian golongan C dapat

mendukung perkembangan sektor-sektor ekonomi lain pada masa otonomi

daerah dibandingkan dengan pra otonomi daerah ?

3. Seberapa besar perkembangan pengusahaan sektor pertambangan bahan

galian golongan C pada masa otonomi daerah dibandingkan dengan

daerah?

E. TUJUAN

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengkaji perubahan kewenangan dengan diberlakukannya

otonomi daerah, dimana dijabarkan sebagai berikut :

1. Mengetahui besarnya kontribusi sektor pertambangan bahan galian

golongan C terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Jawa Barat pada masa otonomi daerah

dibandingkan dengan pra otonomi daerah.

2. Mengetahui besarnya keterkaitan ke belakang (backward linkages) dan

keterkaitan ke depan (forward linkages) sektor pertambangan bahan galian

golongan C dalam mendukung sektor-sektor ekonomi lainnya di Provinsi

Jawa Barat pada masa otonomi daerah dibandingkan dengan pra otonomi

daerah.

3. Mengetahui besarnya efek ganda (multiplier effects) ekonomi yang

dihasilkan oleh pengusahaan sektor pertambangan bahan galian golongan

C

Page 6: proposal penelitian

di Provinsi Jawa Barat pada masa otonomi daerah dibandingkan dengan

pra otonomi daerah.

4. Mengetahui besarnya perkembangan pengusahaan (kuosien lokasi (LQ),

jumlahB produksi dan jumlah perizinan) sektor pertambangan bahan galian

golongan C di Provinsi Jawa Barat pada masa otonomi daerah

dibandingkan dengan pra otonomi daerah.

5. Mengetahui total output optimal yang dihasilkan berdasarkan proyeksi

permintaan bahan galian golongan C pada masa yang akan datang dalam

upaya mendukung pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat.

6. Mengetahui kondisi perekonomian dan peran sektor pertambangan bahan

galian golongan C sebelum dan setelah terjadi pemekaran dengan Provinsi

Banten.

F. HIPOTESA

Ada beberapa hipotesis yang melandasi penelitian peran sektor

pertambangan bahan galian golongan C di Provinsi Jawa Barat ini, yaitu :

1. Kegiatan usaha pertambangan bahan galian golongan C memberikan efek

keterkaitan yang siginifikan terhadap sektor ekonomi lainnya, baik hulu

maupun hilir.

2. Kegiatan usaha pertambangan bahan galian golongan C memberikan efek

ganda (multiplier effect) ekonomi yang siginifikan untuk mendorong

tumbuhnya sektor ekonomi lainnya.

Page 7: proposal penelitian

3. Dengan adanya perubahan kewenangan pengelolaan pertambangan bahan

galian golongan C, yaitu setelah diberlakukannya otonomi daerah, maka

pengembangan pengusahaannya akan bertambah baik.

4. Dengan terjadinya pemekaran Jawa Barat menjadi dua provinsi, tidak akan

mengurangi peran sektor pertambangan bahan galian golongan C, karena

kabupaten-kabupaten yang terpisah memiliki kontribusi yang relatif kecil.

G. TINJAUAN PUSTAKA

1 Bahan Galian Golongan C.

Bahan galian adalah unsur-unsur kimia, mineral, bijih dan segala macam

batuan termasuk batu-batu mulia yang merupakan endapan alam,

sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 11 Tahun 1967.

Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1980,

dinyatakan bahan galian terdiri dari tiga golongan, yaitu :

a. Bahan galian strategis, yaitu bahan galian yang berarti strategis untuk

pertahanan dan keamanan serta perekonomian negara, contohnya

minyak bumi, gas alam, batubara dan lain-lain.

b. Bahan galian vital, yaitu bahan galian yang berarti dapat menjamin hajat

hidup orang banyak, contohnya besi, mangan, bauksit, tembaga, emas,

perak dan lain- lain.

c. Bahan galian golongan c, yaitu bahan galian yang tidak termasuk

golongan a dan b, karena pada umumnya bersifat tidak langsung

Page 8: proposal penelitian

memerlukan pasaran yang bersifat internasional, contohnya andesit,

Dalam arti luas, bahan galian golongan C adalah bahan tambang, kecuali

bahan bakar dan bijih logam yang digali dan dapat digunakan secara

langsung atau melalui proses pengolahan terlebih dahulu untuk keperluan

industri dan konstruksi tertentu.

Dengan semakin berkembangnya industri manufaktur menuntut produk-

produk bahan galian golongan C sebagai bahan baku mempunyai spesifikasi

tertentu, sehingga diperlukan proses-proses pengolahan bahan galian

tersebut untuk memperoleh persyaratan-persyaratan yang diinginkan.

Batasan bahan galian golongan C sangat sukar ditetapkan. Sebagai

contoh bahan galian kromit, zircon, bauksit dan mangan merupakan bahan

logam, akan tetapi dapat pula diklasifikasikan sebagai bahan galian

golongan C, jika digunakan sebagai bahan baku dalam industri manufaktur.

Perkembangan industri manufaktur dan konstruksi secara langsung telah

meningkatkan kebutuhan akan bahan galian golongan C. Karena

perkembangan ini tidak dapat diikuti oleh peningkatan produksi bahan

galian tertentu (terutama produk dengan kualitas tertentu), mengakibatkan

impor bahan galian golongan C meningkat, sehingga menimbulkan

permasalahan yang cukup rumit, terutama jika nilai tukar rupiah melemah

terhadap nilai dollar. Beberapa jenis industri manufaktur sebagai konsumen

bahan galian golongan C di Indonesia antara lain industri kimia, pupuk,

semen, pulp & kertas, keramik & porselen, gelas, minyak nabati, serta

industri lainnya.

Page 9: proposal penelitian

Pertambangan bahan galian golongan C sudah dilakukan sejak lama,

yaitu dengan tambang tradisional. Sejak pertengahan Repelita I, tambang-

tambang yang berskala besar mulai bermunculan, seperti tambang

batugamping, lempung dan pasir kuarsa yang dilakukan pabrik-pabrik

semen guna memenuhi kebutuhan bahan bakunya. Keterbatasan potensi

cadangan bahan galian golongan C, seperti belerang, talk dan gipsum

merupakan salah satu faktor penghambat utama, selain belum adanya

penerapan teknologi pemurnian untuk menghasilkan produk dengan

spesifikasi tertentu, seperti felspar untuk glasir dan ultra fine kaolin.

Secara geologis, Indonesia mempunyai sumber daya mineral, termasuk

bahan galian golongan C yang besar. Pembentukan pegunungan, aktivitas

magma pada gunung- gunung berapi, serta proses sedimentasi yang telah

berjalan dalam periode waktu yang lama selalu disertai dengan proses

evolusi geologi yang mengakibatkan terjadinya proses pembentukan bahan

galian. Berbagai indikasi adanya proses tersebut banyak dijumpai di

berbagai tempat di wilayah Indonesia termasuk di Provinsi Jawa Barat.

Penggunaan bahan galian golongan C dalam berbagai aspek kehidupan

manusia sangat luas. Hal ini menempatkan bahan galian golongan C

menjadi salah satu bahan galian yang sangat diperlukan dalam kehidupan

manusia. Sedangkan peranan bahan galian golongan C dalam perekonomian

negara dapat dilihat dari tingkat konsumsinya, dimana tingkat konsumsi

sangat erat kaitannya dengan tingkat populasi penduduk dan pendapatan per

Page 10: proposal penelitian

kapita.

2. Kebijakan Pengelolaan Usaha Pertambangan

Tujuan peletakan kewenangan dalam penyelanggaraan otonomi daerah

adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan,

demokratisasi, penghormatanterhadap budaya lokal dan memperhatikan

potensi serta keanekaragaman daerah.

Demikian pula otonomi daerah bidang pertambangan dan energi,

kewenangan pemerintah pada kebijakan meliputi norma, standar, kriteria,

pengaturan, persyaratan dan pedoman, serta kewenangan tingkat

pelaksanaan terbatas yang bertujuan mempertahankan dan memelihara

identitas dan integritas bangsa, menjamin kualitas dan efisiensi pelayanan

umum, supermasi hukum, dan menciptakan stabilitas ekonomi dalam rangka

peningkatan pemberdayaan dan kemakmuran rakyat.

Otonomi daerah bidang pertambangan umum dan energi bersumber dari

UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, UU No. 25 tahun 1999

tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, PP No. 25 tahun

2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai

daerah otonom. Kemudian Kepmen Energi dan Sumber Daya Mineral No.

1451-1455K/30/MEN/2000 tentang pedoman teknis pelaksanaan dan

kewenangan bidang energi dan sumber daya mineral.

Undang-undang No. 22 tahun 1999, memberikan kewenangan yang luas,

nyata dan bertanggung jawab kepada daerah dalam perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi agar :

Page 11: proposal penelitian

a. Leluasa mengatur dan melaksanakan kewenangannya atas prakarsa

sendiri.

b. Sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat potensi setiap daerah.

c. Meletakan semua kewenangan pemerintah pada daerah kabupaten/kota,

kecuali kewenangan yang diatur dalam PP No. 25 tahun 2000.

Sebenarnya pada tahun 1986 pemerintah pusat telah menyerahkan

sebagian urusan pemerintahan tentang pengelolaan bahan galian golongan

C kepada daerah (PP No. 37/1986), maka pada tahun sembilan puluhan,

Departemen Pertambangan dan Energi kembali merintis pemikiran

penyerahan kewenangan pengelolaan pertambangan umum beserta konsep

perimbangan kewenangan kepada daerah, hingga berlakunya UU No.22

tahuan 1999 dan UU No. 25 tahun 1999. Dalam hal ini petambangan umum

meliputi tidak kurang dari 84 jenis mineral termasuk batubara, kecuali

mineral-mineral radioaktif.

Berdasarkan perkembangan keadaan, ketanegaraan, dan tuntutan

penyelenggaraan otonomi daerah, kemudian pada tahun 2004 dikeluarkan

UU No. 32 tentang pemerintahan daerah dan UU N. 33 tahun 2004 tentang

perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.

3.Sumber Daya Bahan Galian di Provinsi Jawa Barat

Secara geologi, dataran Jawa Barat terbentuk oleh proses pengangkatan,

perataan dan pelapukan. Selain itu proses orogenesa dan epirogenesa

Page 12: proposal penelitian

menghasilkan lipatan baru dan gunung berapi sebagai akibat dari adanya

interaksi lempeng yang berlangsung sejak masa Miosen Awal atau

Cretaceous Akhir.

Sejarah geologi Jawa Barat sejak akhir Mesozoik hingga akhir Tersier

merupakan akumulasi dari beberapa sistem deformasi dan poses geologi

menghasilkan beragam jenis batuan sedimen, batuan vulkanik, batuan

metamorf dan lain-lain.

Kondisi geologi di wilayah Jawa Barat memungkinkan terjadinya dan

terakumulasinya berbagai bahan mineral, baik logam maupun bahan galian

golongan C. Hasil studi Paleo-Tektonik menyebutkan bahwa wilayah bagian

Jawa Barat (Southern Mountains) merupakan daerah bekas aktivitas

vulkanisma yang membentang dari Barat ke Timur, dimana menghasilkan

proses epitermal yang memungkinkan terjadinya alterasi dan mineralisasi

beragam bahan mineral logam, terutama emas. Di samping itu, proses

vulkanik yang hingga kini masih tetap berlangsung membawa material dari

dalam bumi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi dan

industri.

Selain dilalui jalur mineralisasi logam, hampir seluruh wilayah Jawa

Barat kaya akan potensi sumber daya bahan galian golongan C, seperti pasir,

lempung, andesit, batu kali, zeolit, marmer, kalsit dan lain-lain. Potensi ini

sampai sekarang pengelolaannya masih kurang, sehingga hasil yang

diperoleh belum optimal

Page 13: proposal penelitian

H. METODELOGI PENELITIAN

Tahapan penelitian meliputi pengumpulan data, pengolahan dan kajian

hasil dari dua masa, yaitu pada pra dan masa otonomi daerah.

1. Pengumpulan Data

Data-data diperoleh dari berbagai instansi terkait, yang menunjang

proses penelitian ini, antara lain :

a. Data Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) Kabupaten dan Provinsi Jawa Barat.

b. Data potensi, jumlah perizinan, jumlah perusahaan dan luasnya, serta

produksi bahan galian golongan C di Provinsi Jawa Barat.

c. Data struktur perekonomian di Provinsi Jawa Barat.

d. Data laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat

e. Data klasifikasi sektor Tabel I-O Provinsi Jawa Barat.

f. Data Tabel I-O Provinsi Jawa Barat tahun 1993dan 2004.

g. Data-data pendukung lainnya.

Data-data tersebut diperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti

Badan Pusat Statistik (BPS), Bappeda, Dinas Pertambangan dan Energi,

Puslitbang Tekmira, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral,

Dispenda dan instansi lainnya di lingkungan Provinsi Jawa Barat.

2. Pengolahan Data dan Kajian Hasil

Untuk pengolahan data dan mengkaji struktur permasalahan yang ada

Page 14: proposal penelitian

dipergunakan pendekatan Model Input Output (Model I-O), karena model

ini mempresentasikan keterkaitan dan saling ketergantungan antar sektor

ekonomi, seperti keterkaitan ke belakang (backward linkages) dan

keterkaitan ke depan (forward linkages) sektor pertambangan bahan

galian golongan C. Juga model ini mampu menggambarkan interaksi tiap-

tiap sektornya, serta memperlihatkan dampak sektor yang dikaji apabila

dilakukan intervensi-intervensi terhadap sektor tersebut, dalam hal ini

sektor pertambangan bahan galian golongan C.

Untuk pengkajiannya dipisahkan menjadi dua kelompok, yaitu

sebelum otonomi dan setelah otonomi daerah, kemudian dibandingkan

hasilnya, apakah ada perbedaan yang signifikan besarnya peran sektor

pertambangan bahan galian golongan C tersebut di Provinsi Jawa Barat.

Kemudian akan dikaji juga efek ganda (multiplier effects) ekonomi

yang dihasilkan sektor pertambangan bahan galian golongan C, guna

mendukung pertumbuhan perekonomian di Jawa Barat pada pra dan masa

otonomi daerah.

Juga akan digunakan Model Kuosien Lokasi (LQ), untuk melihat

apakah potensi bahan galian golongan C yang ada di kabupaten-kabupaten

sudah dikelola secara optimal ? Pada dasarnya dengan membandingkan

secara relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah kabupaten yang

dikaji (pertambangan bahan galian golongan C) dengan kemampuan

sektor yang sama pada daerah yang lebih luas (Provinsi Jawa Barat).

Untuk melihat pengaruh perubahan kewenangan pengelolaan

Page 15: proposal penelitian

pertambangan bahan galian golongan C, akan dikaji dari perkembangan

jumlah produksi, jumlah izin dan luas wilayahnya. Terakhir akan

digunakan metoda Linear Programing (LP) untuk mencari total output

yang optimal, yaitu dengan batasan memaksimalkan nilai tambah dan

meminimalkan biaya dengan proyeksi permintaan akhir sektor-sektor

ekonomi pada masa yang akan datang.

I. JADWAL PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian ini direncanakan dilakukan selama 4 bulan atau

dengan rencana kegiatan sebagai berikut :

Page 16: proposal penelitian