Proposal Penelitian

77
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Investasi dibedakan atas investasi langsung (direct investment) dan investasi portofolio (portofolio investment). Investasi portofolio dilakukan melalui pasar modal dengan instrument surat berharga seperti saham dan obligasi. Sedangkan investasi lansung dikenal dengan penanaman modal asing (PMA). Investasi langsung adalah suatu arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan dan memperluas operasi jaringan bisnisnya di negara-negara lain. Foreign direct investment (FDI) lebih banyak mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan investasi fortofolio. Selain sifatnya yang permanen/ jangka panjang, FDI memberi andil dalam alih teknologi, alih keterampilan manajemen dan membuka lapangan kerja baru. Sehingga masalah menyediakan lapangan kerja akibat dari banyaknya penganguran yang harus dihadapi oleh pemerintah di setiap Negara akan teratasi. 1

description

proposal

Transcript of Proposal Penelitian

BAB I

9

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Investasi dibedakan atas investasi langsung (direct investment) dan investasi portofolio (portofolio investment). Investasi portofolio dilakukan melalui pasar modal dengan instrument surat berharga seperti saham dan obligasi. Sedangkan investasi lansung dikenal dengan penanaman modal asing (PMA). Investasi langsung adalah suatu arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan dan memperluas operasi jaringan bisnisnya di negara-negara lain. Foreign direct investment (FDI) lebih banyak mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan investasi fortofolio. Selain sifatnya yang permanen/ jangka panjang, FDI memberi andil dalam alih teknologi, alih keterampilan manajemen dan membuka lapangan kerja baru. Sehingga masalah menyediakan lapangan kerja akibat dari banyaknya penganguran yang harus dihadapi oleh pemerintah di setiap Negara akan teratasi.Secara garis besar, peran penanaman modal asing terhadap pembangunan negara sedang berkembang dapat diperinci menjadi lima: (1) Sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan oleh negara sedang berkembang sebagai dasar untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi. (2) Pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu diikuti dengan perpindahan struktur produksi dan perdagangan. (3) Modal asing dapat berperan penting dalam memobilisasi dana maupun transformasi struktural. (4) Kebutuhan akan modal asing menjadi menurun segera setelah perubahan struktural benar-benar terjadi meskipun modal asing di masa selanjutnya lebih produktif. (5). Bagi negara-negara sedang berkembang yang tidak mampu memulai membangun industri-industri berat dan industri strategis, adanya modal asing akan sangat membantu untuk dapat mendirikan pabrik-pabik baja, alat-alat mesin, pabrik elektronik, industri kimia dasar dan sebagainya.Namun, masuknya modal asing ke Negara berkembang menimbulkan pro dan kontra. Beberapa alasan yang menentang masuknya PMA antara lain adalah : (1) Di dalam kenyataannya, sangat jarang perusahaan multinasional bersedia menanamkan kembali keuntungan yang diperolehnya di Negara-negara berkemban. (2) Dilihat dari kepentingan neraca pembayaran, apabila neraca pembayaran mengalami tidak keseimbangan, suatu kondisi dimana uang yang dibayarkan dari negara itu lebih besar dibandingkan dengan uang yang diterima dari negara lain, kondisi ini menimbulkan berbagai macam dampak negatif, seperti ; kurs valuta asing yang tidak stabil, kondisi ekonomi menjadi menurun perkembangannya, aliran uang berpindah keluar negeri, hingga pendapatan rata rata masyarakat menjadi menurun. (3) Meskipun perusahaan multinasional turut menyetor pajak kepada Negara, mereka sering mendapatkan keringanan pajak dari pemerintah, serta perlindungan-perlindungan lainnya. (4) Tidak jarang tujuan transfer teknologi tidak dapat berjalan dengan lancar. Disamping kesempatan tenaga kerja lokal yang masih sulit untuk menduduki posisi-posisi kunci dalam perusahaan. Terlepas dari pandangan-pandangan menentang tersebut, Negara Indonesia dinilai masih banyak membutuhkan uluran penanaman modal asing tersebut. Beberapa alasan yang melatarbelakanginya adalah : (1) Kemampuan menabung masyarakat Indonesia yang belum baik, sehingga kebutuhan modal dalam negeri masih kurang. (2) Masih banyak sector usaha yang belum dapat dikelola sendiri oleh tenaga dan manajemen dalam negeri. (3) Belum mampunya perusahaan dalam negri untuk meminimumkan biaya produksi per unit dan memaksimalkan kemampuan tenaga kerja dalam meningkatakan produksi, sehingga lebih menguntungkan jika diserahkan pengelolaannya pada investor asing. (4) Meskipun masih sedikit, kita dapat belajar mencoba proses transfer kemampuan dari para perusahaan multinasional tersebut, disamping perusahaan tersebut banyak juga turut membantu pemerintah dalam membuka pusat usaha baru di tempat-tempat yang selama ini jauh dari kegiatan ekonomi.

Sebagai Negara sedang berkembang, Indonesia mempunyai keinginan yang kuat untuk melaksanakan pembangunan ekonominya, sehingga salah satu cara yang dilakukan Indonesia demi tercapainya hal tersebut adalah dengan menarik sebanyak mungkin investor asing untuk masuk ke Indonesia. Indonesia merupakan Negara dengan memiliki begitu banyak kelebihan dan keuntungan yang menjadi daya tarik bagi investor asing, mulai dari sumber daya alam yang melimpah yang dapat menjadi sumber bahan baku bagi perusahaan.

Selain itu Indonesia memiliki luas geografis dengan beanekaragam budaya, membuat Indonesia memiliki pasar ekonomi yang variatif, dimana dengan beanekaragamnya budaya di Indonesia, bentuk konsumen pun memiliki tipikal yang berbeda dengan kebutuhan yang beaneka ragam. Sehingga berbagai produk yang berbeda dapat dipasarkan di Indonesia.Selama ini investor domestik di negara indonesia yang enggan melakukan usaha yang beresiko tinggi seperti eksploitasi sumber-sumber daya alam yang belum dimanfaatkan dan membuka lahan-lahan baru, dengan hadirnya investor asing akan sangat mendukung untuk merintis usaha dibidang-bidang tersebut. Adanya pengadaan prasarana negara, pendirian industri-industri baru, pemanfaatan sumber-sumber baru, pembukaan daerah-daerah baru, akan membuka kecenderungan baru yaitu meningkatkan lapangan kerja. Sehingga tekanan pendudukan pada tanah pertanian berkurang dan pengangguran dapat diatasi. Adanya transfer teknologi mengakibatkan tenaga kerja setempat menjadi terampil, sehingga meningkatkan marginal produktifitasnya, akhirnya akan meningkatkan keseluruhan upah riil. Semua ini menunjukkan bahwa modal asing cenderung menaikkan tingkat produktifitas, kinerja dan pendapatan nasional.

Masuknya PMA ke Indonesia juga membawa keuntungan bagi masyarakat dan pemerintah. Kepada masyarakat, penanaman modal asing akan menambah kesempatan kerja dan mengurangi masalah pengangguran yang dihadapi pemerintah. Kemampuan perusahaan-perusahaan asing menggunakan teknologi yang lebih tinggi menyebabkan tingkat produktivitasnya tinggi dan oleh karenanya dapat membayar gaji yang lebih tinggi daripada yang sanggup dibayar oleh perusahaan nasional. Teknologi yang lebih tinggi tersebut memungkinkan masyarakat untuk memperoleh barang-barang dengan harga yang lebih murah dan lebih baik mutunya. Sedangkan bagi pemerintah, keuntungan dari penanaman modal asing adalah sebagai sumber penghasilan pendapatan, berupa pajak yang dikenakan atas keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan asing. Berikut adalah tabel perkembangan FDI di Indonesia selama lima belas tahun terahir:Tabel 1. Perkembangan FDI di Indonesia

Tahun 1997-2011TahunFDI

(US $)Perkembangan FDI

%

19974.677.000.000-

1998-240.800.000-105,14

1999-1.865.620.963674,75

2000-4.550.355.286143,90

2001-2.977.391.857-34,86

2002145.085.548.7-104,87

2003-596.923.827.8-511,42

20041.896.082.770-417,64

20058.336.257.208339,65

20064.914.201.435-41,05

20076.928.480.00040,98

20089.318.453.65034,49

20094.877.369.178-47,65

201013.770.580.771182,33

201118.159.533.73131,87

Sumber: world development indicator (www.worldbank.com)Table 1 memperlihatkan bahwa sepanjang periode tahun 1997-2011 FDI di Indonesia cenderung berfluktuasi. Pada tahun 1998 laju pertumbuhan FDI di Indonesia adalah sebesar -105,14 % dengan nilai investasi sebesar US$ -240.800.000. Dan di tahun 1999 nilai investasi di Indonesia sebesar US$ -1.865.620.963. Sedangkan pada tahun 2000 nilai inestasi di Indonesia terus menurun ke level UU$ -4.550.355.286. Hal ini terjadi karna krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1998, di awali dengan krisis nilai tukar pada pertengahan tahu 1997, pada ahirnya menyebabkan investasi di Indonesia yang terus menurun.

Di tahun 2006 2008 nilai FDI Indonesia terus meningkat, yaitu sebesar US$ 9.318.453.650 pada tahun 2008, dengan laju pertumbuhan 34,49%. Berbeda dengan tahun 2009 nilai FDI di Indonesia kembali turun ke level US$ 4.877.369.178 dengan tingkat laju pertumbuhan sebesar -47,65%.Tahun 2010 dan 2011 nilai FDI di Indonesia terus meningkat, yaitu sebesar US$ 13.770.580.771 dengan laju pertubuhan 182,33% di tahun 2010, dan pada tahun 2011 nilai FDI di Indonesia sebesar US$ 18.159.533.731, laju pertumbuhan FDI 31,87%.Investasi secara garis besar dipengaruhi oleh: (1) Suku bunga, suku bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang atau pinjaman, yang dinyatakan sebagai persentase. Para pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan untuk menanam modal apabila tingkat pengembalian modal dari investasi yang dilakukan, yaitu persentasi keuntungan yang akan diperoleh sebelum dikurangi bunga uang yang harus dibayarkan lebih besar dari bunga. Oleh sebab itu dalam analisis makroekonomi, analisis mengenai investasi lebih ditekankan kepada menunjukkan peranan suku bunga dalam menentukan tingkat investasi dan akibat perubahan suku bunga ke atas investasi dan pendapatan nasional.(2) Inflasi, inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang secara umum mengalami kenaikan secara terus menerus atau terjadi penurunan nilai mata uang dalam negeri. Dengan kata lain, inflasi juga berarti menurunnya nilai mata uangsecara kontinyu. Jika inflasi meningkat, nilai uang juga secara otomatis akan menyusut. Akibatnya, dengan jumlah uang yang sama kita hanya mampu membeli produk atau jasa dalam jumlah yang semakin sedikit. Berdasarkan tingkat kenaikannya, inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun, inflasi sedang antara 10%30% setahun, berat antara 30%100% setahun, dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.

Inflasimemiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Jika tingkat inflasi ringan, mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau(3) Kurs, Terdapat dua cara untuk menyatakan kurs, yaitu : 1. Model Eropa yang sering disebut dengan Indirect Quote, Model ini merupakan cara yang paling umum dipakai dalam perdagangan valuta asing atau antar bank diseluruh dunia. Penetepan kursnya dilakukan berdasarkan pada berapa unit mata uang asing yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang dalam negeri. 2. Model Amerika yang sering disebut Direct Quote, Model ini disebut sebagai harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik. Model ini menjelaskan berapa unit rupiah yang dibutuhkan untuk membeli satu unit US$. Kurs ini merupakan kurs yang biasa dipakai di Indonesia.Kurs juga turut mempengaruhi keputusan foreign direct investment yang dilakukan oleh perusahaan asing. Hal ini berkaitan dengan risiko nilai tukar dan bagaimana preferensi investor dalam menyimpan aset yang dimilikinya dalam bentuk mata uang tertentu. (4) PDB, Pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi itu akan memperbesar permintaan atas barang-barang dan jasa. Maka keuntungan yang dicapai oleh sektor usaha dapat mencapai targetnya, dengan demikian pada akhirnya akan mendorong investasi-investasi baru pada berbagai sektor usaha. Dengan demikian, dalam jangka panjang apabila nilai pendapatan nasional (PDB) semakin bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula. Dan sebaliknya semakin rendah nilai pendapatan nasional (PDB), maka nilai permintaan investasinya akan semakin rendah pula.Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat perkembangan suku bunga internasional pada tahun 1990-2009. Suku bunga internasional yang tertinggi yaitu pada tahun 2005 dengan pertumbuhan 89,62 %. Tingginya tingkat suku bunga internasional pada tahun ini di sebabkan karna akibat naiknya harga minyak dunia yang mencapai level tertinggi di US$ 71 per barel di akhir Agustus 2005. Dan perkembangan yang paling rendah pada tahun 2009 dengan pertumbuhan -50,00 %. Pada Tabel 2 juga dapat dilihat perkembangan inflasi yang cendrung berfluktuasi. Inflasi yang paling tinggi yaitu pada tahun 1998 dengan pertumbuhan 602,53 %. Hal ini disebabkan karna krisis ekonomi yang terjadi pada tahun tersebut. Dan yang paling rendah pada tahun 2009 dengan pertumbuhan -74,86 %.Tabel 2: Suku bunga internasianal, Inflasi, kurs dan PDB di Indonesia dari tahun 1990-2009TahunSuku Bunga InternasionalInflasiKursPDB

(LIBOR)

(%)Laju Pertumbuhan (%)Inflasi (%)

Laju Pertumbuhan (%)Kurs Rp/US$Laju Pertumbuhan (%)PDB

(Milyar Rp)Laju Pertumbuhan (%)

19907,56-9,53-1.901-949.641-

19916,34-16,149,52-0,101.9924,791.018.0637,21

19924,24-33,124,94-48,112.0623,511.061.2484,24

19933,34-21,229,7797,772.1102,331.151.4908,50

19944,7943,419,24-5,422.2004,271.238.3217,54

19956,0526,308,64-6,492.3084,911.340.1018,22

19965,78-4,466,47-25,122.3833,251.444.8737,82

19976,064,8411,0570,794.65095,131.512.7814,70

19985,54-8,5877,63602,538.02572,581.314.202-13,13

19995,733,432,01-97,417.100-11,531.324.5990,79

20006,8419,379,35365,178.40535,141.389.7704,92

20013,85-43,7112,5534,2210.2568,391.442.9853,83

20022,21-42,6010,03-20,089.318-14,041.504.3814,25

20031,35-38,915,16-48,558.593-5,131.577.1714,84

20042,1257,046,4024,038.9409,751.656.5175,03

20054,0289,6217,11167,349.7055,811.750.8155,69

20065,3232,346,60-61,439.168-8,241.847.2935,51

20075,12-3,766,59-0,159.1394,421.963.9746,32

20083,08-39,8411,0667,839.69716,252.082.1046,01

20091,54-50,002,78-74,869.400-14,162.189.1025,14

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar, statistik Indonesia 1990-2009Serta pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai tukar mata uang rupiah (Rp) terhadap Dollar Amerika Serikat (US$) mengalami pergerakan secara berfluktuasi. Perkembangan kurs yang paling tertinggi yaitu pada tahun 1997 nilai tukar dalar terhadap rupiah yaitu sebesar Rp 4.650, dengan laju pertumbuhan 95.13 %. Dan paling rendah terjadi pada tahun 2009 dengan laju pertumbuhan -14,16 %, dan nilai tukar rupiah berada pada level Rp 9.400.Pada Tabel 2 menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia cendrung berfluktuasi. Mulai dari tahun1981 sampai tahun 1987 pertumbuhan PDB terus mengalami penurunan kecuali pada tahun 1984 yang disebabkan oleh masalah kejayaan dan melemahnya pasar minyak bumi. Sedangkan laju pertumbuhan PDB yang paling tinggi dapat di lihat pada tahun 1993 sebesar 8,5 %. Pertumbuhan PDB ini meningkat disebabkan oleh meningkatnya jumlah investasi dan tenaga kerja di Indonesia. Namun, pada tahun 1998 terjadi penurunan PDB sehingga mencapai -13,13 % yang merupakan pertumbuhan ekonomi yang paling terendah. Hal ini juga disebabkan karena terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun tersebut. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka penulis tertarik untuk mengkaji secara statistik apakah terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, dengan tidak mengabaikan variabel lain. Untuk membuktikan hal ini, perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah yang dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Suku Bunga, kurs, dan Inflasi Terhadap Penanaman Modal Asing di Indonesia.B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan di atas, maka di dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahnya sebagai berikut:

1. Sejauhmana pengaruh suku bunga terhadap PMA di Indonesia?

2. Sejauhmana pengaruh inflasi terhadap PMA di Indonesia?3. Sejauhmana pengaruh kurs terhadap PMA di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis:

1. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga terhadap PMA di Indonesia2. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap PMA di Indonesia.

3. Untuk mengetahui pengaruh kurs terhadap PMA di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini bermanfaat untuk:1. Penulis sendiri sebagai salah satu syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi di Universitas Negeri Padang.2. Pengembangan ilmu pengetahuan yaitu Ekonomi Moneter, Ekonomi Mikro, Ekonomi Makro dan Ekonomi Pembangunan.

3. Sebagai bahan masukan bagi instansi-instansi dalam menetapkan suatu kebijakan tentang Penanaman Modal Asing di Indonesia.4. Bagi penelitian lebih lanjut yang meneliti tentang pengaruh suku bunga, Inflasi dan kurs terhadap PMA di Indonesia.

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Teori1. Penanaman Modal Asing (PMA)1.1.Konsep dan Defenisi PMAMenurut Krugman (2005: 214) yang dimaksud dengan penanaman modal asing adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain. Oleh karena itu tidak hanya terjadi pemindahan sumber daya, tetapi juga terjadi pemberlakuan kontrol terhadap perusahaan di luar negeri.

Menurut Todaro (2004: 165) penanaman modal asing atau investasi asing ialah : Penanaman modal oleh pihak swasta asing yang dana investasinya lansung digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis atau mengadakan alat-alat atau fasilitas produksi, seperti membeli lahan, membuka pabrik-pabrik, mendatangkan mesin-mesin, membeli bahan baku dan sejenisnya.

Menurut Mudrajad Kuncoro (2000: 215) PMA merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional di samping ekspor, tabungan domestik dan bantuan luar negeri. Keuntungan adanya modal asing yaitu berupa diolahnya sumber daya alam kita, meningkatkan lapangan pekerjaan, meningkatnya penerimaan Negara dari sumber pajak, serta adanya alih teknologi.

Tujuan penyelenggaraan penanaman modal antara lain untuk (Undang Undang No. 25 Tahun 2007) :1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional2. Menciptakan lapangan kerja3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakatUndang-Undang No. 25 Tahun 2007 juga menjelaskan bahwa pemerintah menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya. Pemerintah menetapkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan berdasarkan criteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam, perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan usaha yang ditunjuk pemerintah.Jenis usaha yang tidak boleh dilakukan oleh perusahaan PMA di atur dalam perpes No. 76, 77, 111 tahun 2007. Adapun klasifikasi daftar bidang usaha dalam rangka penanamam modal asing terbagi atas:

1. Daftar bidang usaha yang tertutup untuk penanam modal, seperti Perjudian/kasino, peninggalan sejarah dan purbakala, museum pemerintah, pemukiman/linkungan adat, monumen, objek ziarah, pemanfaatan koral alam serta bidang-bidang usaha lain sebagaimana tercantum dalam lampiran 1 perpes No. 111 tahun 2007.

2. Daftar bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan (sebagaimana tercantum dalam lampiran II perpes No. 111 tahun 2007):

a) Dicadangkan untuk UMKMK

b) Kemitraan

c) Kepemilikan modal

d) Lokasi tertentu

e) Perizinan khususDari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penanaman modal asing merupakan jenis penanaman modal oleh pihak asing yang masuk ke suatu negara, dimana modal langsung digunkan untuk kegiatan bisnis atau mengadakan alat-alat atau fasilitas produksi.1.2.Teori Investasi

Menurut Mankiw (2004:12) investasi terdiri dari barang-barang yang dibeli untuk panggunaan masa depan untuk menghasilkan barang dan jasa. Investasi dapat dibagi menjadi tiga sub kelompok yaitu:

a. Inventory Investment, termasuk didalamnya semua perubahan dalam persediaan bahan baku (raw materials), perlengkapan, dan produk akhir yang dihasilkan oleh perusahaan.

b. Fixed Investment, termasuk didalamnya semua produk yang dibeli oleh perusahaan yang tidak ditujukan untuk dijual kembali.

c. Residential investment, pembelian rumah baru oleh rumah tangga dan tuan tanah.Menurut Mankiw (2002:458) fungsi investasi dapat dilihat pada persamaan berikut:

I = f{MPK-(Pk/P)(r+)}+K Dimana:

I = investasiMPK = Produk marjinal modal

Pk/p = Harga relative dari barang modal

r= Biaya modal atau suku bunga

K = penyusutan

Model di atas juga menunjukkan bahwa investasi bergantung pada produk marginal modal (MPK) yang mana produk marginal modal atau output tambahan yang dilakukan perusahaan tergantung pada tingkat pendapatan nasional artinya apabila pendapatan nasional suatu negara meningkat maka perusahaan akan melakukan output tambahan pada setiap barang dan jasa karna daya beli masyarakat yang meningkat begitu juga sebaliknya. Investasi bergantung pada harga relative dari barang modal (pk/p) artinya apabila harga pada suatu barang dan jasa pada suatu negara tidak stabil dikarenakan pendapatan suatu Negara meningkat, dan peningkatan itu berujung kepada daya beli masyarakat maka permintaan akan suatu barang dan jasa juga akan meningkat tentunya ini akan mempengaruhi harga, hal ini akan menyebabkan terjadinya inflasi artinya harga relative dan barang modal ini bisa mengalami tingkat inflasi. Investasi bergantung pada suku bunga artinya apabila tingkat suku bunga suatu Negara tinggi, maka akan berdampaknya kepada rendahnya minat investor untuk berinvestasi dan begitu juga sebaliknya.

Menurut Soekirno (2002:109), faktor-faktor utama yang mempengaruhi investasi adalah :

a. Tingkat Keuntungan Yang Akan Diperoleh

Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan memberikan gambaran kepada para pengusaha mengenai jenis-jenis investasi yang mempunyai prospek yang baik untuk dilaksanakan dan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk mewujudkan tambahan barang-barang modal yang harus dilakukan untuk mewujudkan tambahan barang-barang modal yang diperlukan.

b. Suku Bunga

Suku bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberikan keuntungan kepada para pengusaha dan dapat dilaksanakan. Para pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan utuk menanamkan modal apabila tingkat pembelian modal dari investasi yang dilakukan yaitu persentase keuntungan yang akan diperoleh sebelum dikurangi bunga uang yang dibayar, lebih besar dari bunga.

c. Ramalan Mengenal Keadaan Ekonomi Masa Depan

Dalam menetukan kegiatan-kegiatan yang akan dikembangkan apakah akan dikembangkan apakah akan memperoleh untung atau menimbulkan kerugian, para pengusaha haruslah membuat ramalan-ramalan mengenai kedaan masa depan. Ramalan ini menunjukkan bawha keadaan ekonomi termasuk situasi politik dan keamanan akan menjadi lebih baik lagi pada masa depan, yaitu diramalkan bahwa harga-harga akan tetap stabil dan pertambahan pendapatan masyarakat akan berkembang dengan cepat, merupakan keadaan yang akan mendorong investasi.

d. Kemajuan Teknologi

Pada umumnya makin banyak perkembangan teknologi yang dibuat, makin banyak pula kagiatan pembaharuan yang akan dilakukan oleh para pengusaha. Untuk melaksanakan pembaharuan-pembaharuan, para pengusaha harus membeli barang-barang modal yang baru dan adakalanya juga harus mendirikan bangunan-bangunan pabrik atau industri baru. Maka makin banyak pembaharuan yang akan dilakukan, makin tinggi investasi yang akan dicapai.e. Tingkat Pendapatan Nasional dan Perubahannya

Tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi tersebut akan memperbesar permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa. Maka keuntungan perusahaan akan tambah tinggi dan ini akan mendorong dilakukannya lebih banyak investasi. Dengan kata lain, dalam jangka panjang apabila pendapatan nasional bertambah tinggi maka investasi akan bertambah tinggi pula.

f. Keuntungan PerusahaanDana investasi diperoleh perusahaan dari meminjam atau tabungannya sendiri. Tabungan perusahaan terutama diperoleh dari keuntungan, semakin besar untungnya semakin besar pula keuntungan yang tetap disimpan perusahaan. Keuntungan yang semakin besar ini memungkinkan perusahaan memperluas usahanya atau mengembangkan usaha baru. Langkah seperti ini akan menambah investasi dalam perekonomian.Menurut Tandelilin (2001:212) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor ekonomi makro yang berpengaruh terhadap investasi di suatu negara, sebagai berikut :

a. Produk Domestik Bruto (PDB). PDB adalah ukuran produksi barang dan jasa total suatu negara. Pertumbuhan PDB yang cepat merupakan indikasi terjadinya pertumbuhan ekonomi.

b. Inflasi. Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan. c. Tingkat bunga. Tingkat bunga yang tinggi akan meningkatkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan. Di samping itu tingkat bunga yang tinggi juga akan menyebabkan return yang disyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat.Ada beberapa teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli untuk menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing (PMA), yaitu :

1. Teori R. Vernon

Vernon (1966) menjelaskan penanaman modal asing dengan model yang disebut Model Siklus Produk (Pandji Anoraga, 1995: 53). Dalam model ini, introduksi dan pengembangan produk baru di pasar mengikuti tiga tahap. Pendorong untuk mengembangkan produk baru diberikan oleh kebutuhan dan peluang pasar.

Dalam tahap satu, pada waktu produk pertama kali dikembangkan dan dipasarkan, diperlukan suatu hubungan yang erat antara kelompok desain, produksi dan pemasaran dari perusahaan dan pasar yang akan dilayani oleh produk itu. Untuk itu produksi dan penjualan perlu dilakukan di dalam negeri. Tahap kedua yakni perusahaan mulai memikirkan kemungkinan mencari pasar baru di negara negara yang relatif maju dan ekspor pun mulai dilakukan dengan tujuan negara dunia ketiga. Keuntungan perusahaan terletak pada skala ekonomi dalam produksi, pengangkutan dan pemasaran. Strategi strategi penentuan harga dan lokasi didasarkan atas aksi dan reaksi multinational corporation yang lain dan bukan pada biaya komperatif.

Tahap ketiga atau tahap terakhir yakni dimana produk telah terbuat dengan baik dengan desain yang distandarisasi, sehingga risetan keterampilan manajemen tidak lagi penting. Tenaga kerja yang tidak terampil dan setengah terampil mulai mendapat tempat dan konsekuensinya, produk bergerak ke negara yang sedang berkembang, dimana ongkos tenaga kerjanya masih lebih rendah. Produk yang dihasilkan di negara berkembang tersebut akan diimpor kembali ke negara asal dan juga ke pasar negara yang lebih maju.

Oleh karena itu, lokasi produksi akan lebih ditentukan oleh perbedaan biaya dari jarak pasar. Investasi luar negeri akan dilihat sebagai suatu cara untuk dapat mempertahankan daya saing perusahaan dalam produk inovatifnya.

2. Teori J.H Dunning

John Dunning (1977) dalam menjelaskan faktor faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing melalui teori ancangan eklektis (Pandji Anoraga, 1995: 57). Teori eklektis menetapkan suatu set yang terdiri dari tiga persyaratan yang diperlukan bila sebuah perusahaan akan berkecimpung dalam penanaman modal asing.

Yang pertama adalah adanya keunggulan spesifik perusahaan. Rentang keunggulan yang dapat menumbuhkan FDI adalah :

a. Teknologi pemilikan disebabkan karena kegiatan penelitian dan pengembangan.

b. Keterampilan manajerial, pemasaran, atau lainnya yang spesifik untuk fungsi organisasi perusahaan.

c. Deferensiasi produk, merk dagang atau nama cap.

d. Ukuran besar, yang mencerminkan skala ekonomi.

e. Keperluan modal yang besar untuk pabrik dengan ukuran efisien minimum.

Yang kedua adalah keunggulan internalisasi. Kondisi yang menyokong internalisasi meliputi :

a. Biaya tinggi dalam membuat dan melaksanakan kontrak.

b. Ketidakpastian pembeli tentang nilai teknologi yang dijual.

c. Kebutuhan untuk mengendalikan penggunaan atau penjualan kembali produk.

d. Keunggulan untuk menggunakan diskriminasi harga atau subsidi ulang (cross-subsidization).

Yang ketiga adalah keunggulan spesifik negara. Keunggulan spesifik lokasi dari negara tuan rumah dapat meliputi :

a. Sumber daya alami.

b. Kekuatan tenaga kerja biaya rendah yang efisien dan terampil.

c. Rintangan perdagangan membatasi impor.

Yang pertama dan kedua dapat menghasilkan FDI yang mengarahkan ke ekspor maupun produksi untuk pasar lokal. Yang ketiga hanya akan berkaitan dengan produksi lokal saja.

3. Teori David K. Eiteman

Menurut David K. Eiteman (1989), motif yang mendasari penanaman modal asing ada tiga, yaitu : motif strategis, motif perilaku dan motif ekonomi (Pandji Anoraga, 1995: 60).

Dalam motif strategis dibedakan dalam :

a. Mencari pasar

b. Mencari bahan baku

c. Mencari efisiensi produksi

d. Mencari pengetahuan

e. Mencari keamanan politik.

Sedangkan motif perilaku merupakan ransangan lingkungan eksternal dan yang lain dari organisasi didasarkan pada kebutuhan dan komitmen individu atau kelompok.

Motif ekonomi merupakan motif untuk mencari keuntungan dengan cara memaksimalkan keuntungan jangka panjang dan harga pasar saham perusahaan.

4. Teori Robock & Simmonds

Teori PMA yang lain dijelaskan oleh Robock & Simmonds (1989), melalui pendekatan global, pendekatan pasar yang tidak sempurna, pendekatan internalisasi, model siklus produk, produksi internasional dan model imperalisasi marxis (Pandji Anoraga, 1995: 61).

Pendekatan Global. Menurut pendekatan global, kekuatan intern yang mempengaruhi PMA yaitu pengembangan teknologi/ produk baru, ketergantungan pada sumber sumber bahan baku, memanfaatkan mesin mesin yang sudah usang, mencari pasar yang lebih besar. Sedangkan kekuatan eksternal yang mempengaruhi PMA yaitu pelanggan, pemerintah, ekspansi ke luar negeri dari pesaing dan pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE).

Model Siklus Produk. Model ini menerangkan bahwa penanaman modal asing melalui tiga tahap, yaitu tahap produk baru, tahap produk matang dan tahap produk yang distandardisasi.

Pada tahap produk baru, produk dihasilkan di dalam negeri. Sedangkan untuk pasar luar negeri dilayani dengan ekspor.

Pada tahap produk matang, harga produk menjadi penting. Pasar luar negeri telah dilayani oleh produksi lokal.

Pada tahap ketiga, persaingan menjadi lebih penting dan produksi diarahkan pada lokasi/ tempat yang biayanya rendah (kecil) dalam lingkup negara yang berpenghasilan rendah.

5. Teori Stephen Hymer

Investasi langsung merupakan persoalan yang kompleks dan sulit dijelaskan dengan cara yang sederhana, namun Stephen Hymer telah mengembangkan suatu teori yang cukup kuat untuk menjelaskan cara bekerja internasional dari perusahaan perusahaan nasional.

Menurut Hymer, invetasi langsung termasuk dalam teori persaingan tidak sempurna, dan bukan dalam teori persaingan biasa atau teori mengenai pergerakan modal secara internasional (Pandji Anoraga, 1995: 66). Hymer mengemukakan bahwa inti pokok dari penanaman modal secara langsung adalah meratakan beberapa keuntungan monopolistik yang dinikmati oleh perusahaan induk.

Menurut pendekatan ini, pengembalian investasi yang lebih tinggi di luar negeri tidak menjamin kelengkapan penjelasan arus modal, karena pengembalian investasi itu sendiri berarti bahwa modal akan lebih efisien bila dialokasikan melalui pasar modal dan tidak memerlukan pemindahan perusahaan.

Kemungkinan memperoleh pengembalian investasi yang lebih tinggi akan timbul bila perusahaan memiliki keunggulan tertentu atas perusahaan yang ada di negara tuan rumah. Keunggulan tertentu perusahaan dapat timbul karena adanya akses ke sumber modal yang lebih mudah dan besar, adanya pasar bahan mentah yang diproduksi dengan skala besar dan memiliki keahlian seperti keahlian manajemen, keterampilan pemasaran dan lain sebagainya.2. Suku Bunga

2.1.Teori dan Konsep Suku BungaSuku bunga sangat mempengaruhi seorang investor untuk berinvestasi. Menurut Kamus Besar Ekonomi (2003) suku bunga yaitu angka yang menggambarkan tingkat bunga atas dasar ukuran tertentu yang harus dibayar oleh penerima (dana) kepada pemberi pinjaman.Menurut Soekirno (2000:377) pembayaran atas modal yang dipinjamkan dari pihak lain dinamakan bunga. Bunga yang dinyatakan sebagai persentase dari modal dinamakan tingkat suku bunga, berarti tingkat suku bunga adalah persentase pembayaran modal yang di pinjamkan dari pihak lain.Menurut Boediono (1985 : 75), tingkat bunga yaitu sebagai harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Pengertian tingkat bunga sebagai harga ini bisa juga dinyatakan sebagai harga yang harus dibayar apabila terjadi pertukaran antara satu rupiah sekarang dan satu rupiah nanti. Sedangkan tingkat suku bunga SBI menurut Bank Indonesia adalah tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia yang ditetapkan oleh pemerintah (BI) sebagai dasar penetapan tingkat suku bunga pada perbankan Indonesia.Jadi tingkat suku bunga merupakan persentase dari modal yang dipinjam dari pihak luar atau tingkat keuntungan yang didapatkan oleh penabung di Bank atau tingkat biaya yang dikeluarkan oleh investor yang menanamkan dananya pada saham.Menurut teori klasik, bunga adalah bagian dari penggunaan dana yang tersedia untuk dipinjamkan (loanable fund). Harga ini terjadi di pasar dana investasi, ini terjadi dimana pada periode waktu tertentu anggota masyarakat memiliki kelebihan dari pendapatan kemudian menabung kelebihan pendapatannya. Jumlah seluruh tabungan mereka membantu penawaran (supply) untuk dipinjamkan kepada anggota masyarakat atau pengusaha yang memerlukan dana untuk investasi. Keseluruhan investasi membentuk permintaan yang akan dipinjamkan, selanjutnya para penabung dan para investor bertemu di pasar dana investasi (loanable fund) untuk melakukan tawar menawar dan akan dihasilkan tingkat bunga keseimbangan sebagai harga dari loanable fund yang digunakan oleh para investor. Menurut teori klasik, tabungan dan investasi adalah fungsi dari tingkat bunga. Dengan kata lain, tingkat bunga merupakan hasil interaksi antara tabungan dan investasi. Pada tabungan, semakin tinggi tingkat bunga semakin tertarik nasabah untuk menyimpan uangnya. Sedangkan pada investasi, semakin tinggi tingkat bunga maka investor cenderung enggan untuk berinvestasi.Menurut Case dan Fair (2001:635) suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman.Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur. Dalam melakukan penanaman modal para investor harus juga memperhatikan besar atau kecilnya tingkat bunga. Apabila tingkat bunga itu tinggi maka investasi yang akan ditanamkan oleh para investor itu rendah atau tingkat bunga melebihi tingkat pengembalian.Dalam teori makro Keynes keputusan apakah suatu investasi akan dilaksanakan atau tidak, tergantung pada perbandingan antara besarnya keuntungan yang diharapkan (yang dinyatakan dalam per-satuan waktu) di satu pihak. Dalam teori Keynes, tingkat keuntungan yang diharapkan ini disebut dengan istilah Marginal Efficiency of Capital (MEC). Jadi secara singkat, bila keuntungan yang diharapkan (MEC) adalah lebih besar dari tingkat bunga maka investasi dilaksanakan dan sebaliknya. Bila MEC sama dengan tingkat bunga investasi boleh dilaksanakan boleh tidak bagi mereka yang memiliki dana (Nopirin, 2000:134-135).2.2.Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Investasi

Para pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan untuk menanam modal apabila tingkat pengembalian modal dari investasi yang dilakukan, yaitu persentasi keuntungan yang akan diperoleh sebelum dikurangi bunga uang yang dibayar, lebih besar dari bunga. Oleh sebab itu dalam analisis makroekonomi, analisis mengenai investasi lebih ditekankan kepada menunjukkan peranan suku bunga dalam menentukan tingkat investasi dan akibat perubahan suku bunga ke atas investasi dan pendapatan nasional (Sukirno, 2006:123).

Menurut teori klasik (dalam Nopirin 1998:71) menyatakan bahwa investasi baik asing maupun domestik tergantung pada fungsi dari tingkat bunga. Pada investasi, semakin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dia bayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil.

Menurut Sukirno (2006:125), Para penanam modal harus mempertimbangkan suku bunga. Apabila suku bunga lebih tinggi dari tingkat pengembalian modal, investasi yang direncanakan tidak menguntungkan, oleh sebab itu rencana perusahaan untuk melakukan investasi akan dibatalkan. Kegiatan investasi hanya akan dilaksanakan apabila tingkat pengembalian modal lebih besar atau sama dengan suku bunga. Dengan demikian, untuk menentukan besarnya investasi yang harus dilakukan ialah kita perlu menghubungkan kurva MEI dengan suku bunga, yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1: Kurva Fungsi Investasi (MEC)

Berdasarkan Gambar 1 diatas, dapat dilihat terdapat pengaruh negative antara tingkat suku bunga dengan investasi. Pada saat tingkat suku pada titik r1 jumlah investasi sebanyak I2, pada saat suku bungan naik dari r1 ke r2 maka tingkat investasi akan turun menjadi I1. Jadi dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang negative antara tingkat suku bunga dengan investasi. Apabila tingkat suku bunga meningkat maka investasi akan turun dan sebaliknya apabila tingkat suku bunga menurun maka investasi akan mengalami kenaikan

3.Inflasi3.1.Teori dan Konsep Inflasi

Inflasi merupakan suatu fenomena ekonomi yang terjadi di Negara-negara berkembang, dan merupakan objek kajian yang selalu menarik melihat dampak yang di hasilkan dalam masalah pembangunan.Menurut Cash dan Fair (2004:6) inflasi adalah kenaikan harga secara keseluruhan. Keseluruhan tingkat harga dalam suatu perekonomian bergerak untuk menyeimbangkan jumlah uang beredar dan permintaan uang. Pada saat Bank Sentral memutuskan untuk meningkatkan jumlah uang beredar, tingkat harga juga akan naik. Pertumbuhan penawaran uang yang berkelanjutan akan diikuti inflasi yang berkelanjutan juga (Mankiw, 2003:202).Menurut Friedman inflasi adalah kenaikan harga secara terus menerus pada tingkat yang cepat. Jika uang beredar terus tumbuh pada tahun-tahun berikutnya, perekonomian akan terus bergerak ke tingkat harga yang lebih tinggi. Selama uang beredar tumbuh, proses ini akan terus berlanjut, dan inflasi akan terjadi. Jadi, pertumbuhan uang yang tinggi mengakibatkan inflasi yang tinggi (Mishkin, 2006:366).Khalwaty (2000:6) mendefinisikan inflasi sebagai suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam yang berlangsung secara terus menerus dalam jangka yang cukup lama. Seirama dengan kenaikan harga-harga tersebut, nilai uang turun secara tajam pula sebanding dengan kenaikan harga-harga tersebut. Hampir sama dengan Nopirin (dalam Khalwaty 2000:25) menyatakan bahwa inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus. Hal ini tidak berarti bahwa harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja meskipun dalam persentase yang cukup besar bukanlah merupakan inflasi.Macam-macam inflasi berdasarkan sudut pandang menurut Khalwaty (2000:31) sebagai berikut :

1. Asal Inflasi

a) a). Domestic inflation (inflasi domestik) adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestik).

b) Imported inflation adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan harga dari luar negeri.

2. Intensitas Inflasi

a) Creeping inflation atau mild inflation atau inflasi merayap adalah inflasi yang terjadi dengan laju pertumbuhan berlangsung lambat (merayap).

b) Hyper inflation atau galloping inflation adalah inflasi yang sangat berat yang timbul akibat adanya kenaikan harga-harga yang umum yang berlangsung sangat cepat.

3). Bobot Inflasi

a. Inflasi ringan disebut juga creeping inflation. Inflasi ringan adalah inflasi dengan laju pertumbuhan yang berlangsung secara perlahan dan berada pada posisi satu digit atau di bawah 10% per tahun.

b. Inflasi sedang adalah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan berada di antara 10-30% per tahun atau melebihi dua digit dan sangat mengancam struktur dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

c. Inflasi berat merupakan inflasi dengan laju pertumbuhan berada di antara 30-100% per tahun. Pada kondisi demikian, sektor-sektor produksi hampir lumpuh total kecuali yang dikuasai negara.

d. Inflasi sangat berat yang juga disebut hyper inflation adalah inflasi dengan laju pertumbuhan melampaui 100% per tahun, sebagaimana yang terjadi di masa Perang Dunia II (1939-1945).

Sedangkan menurut Boediono, inflasi sebagai kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari barang-barang lain.

Menurut Nopirin (2000:28) berdasarkan kepada sumber penyebabnya inflasi dapat dibedakan menjadi dua bentuk:

1) Demand pull inflationInflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total. Kenaikan permintan total akan menaikkan harga dan hasil produksi.2) Cost push inflationBiasanya ditandai dengan kenaikan harga dan penurunan produksi. Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi pada gilirannya akan menaikkan harga dan turunnya produksi. Kalau proses ini berjalan terus-menerus timbulah cost push inflation.Jadi dapat disimpulkan inflasi adalah kenaikan harga secara keseluruhan dalam perekonomian dalam periode tertentu.3.2.Pengaruh Inflasi Terhadap Investasi

Inflasi pada hakikatnya merupakan perubahan harga barang agregat yang penyebabnya adalah ketidakseimbangan pada pasar barang dan pasar uang. Tingkat harga agregat ditentukan pada titik keseimbangan antara permintaan agregat (AD) dan penawaran agregat (AS). Pengambil kebijakan bisa menggunakan kebijakan fiscal atau moneter untuk memperbesar permintaan agregat, kebijakan ini akan meningkatkan atau menggerakkan perekonomian.Adapun hubungan antara inflasi dengan investasi menurut Khalwaty, (2000:105), inflasi sangat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam investasi, baik investasi dalam bentuk fisik maupun dalam bentuk surat-surat beharga seperti saham dan obligasi. Dalam keadaan inflasi, harga barang-barang naik relatif cepat dan cukup tinggi. Demikian juga dengan biaya modal (cost of capital) dari suatu proyek investasi akan menjadi semakin mahal yang juga diikuti dengan kenaikan suku bunga.

Inflasi yang berkepanjangan dapat menghancurkan kehidupan masyarakat, karena dampak inflasi yang sangat luas menerjang seluruh sendi kehidupan masyarakat yang berpenghasilan tetap. Bagi sektor industri, inflasi akan menerjang seluruh faktor industri, terutama industi yang sangat bergantung pada bahan baku dan komponen impor. Bagi para investor, inflasi merupakan suatu resiko yang setiap saat menggerogoti kinerja investasinya yang akhirnya akan menggulung seluruh investasinya, terutama investasi yang dibiayai oleh hutang luar negeri.

Jadi dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang negative antara tingkat inflasi dengan investasi. Apabila tingkat inflasi meningkat maka investasi akan turun dan sebaliknya.4. Kurs

4.1.Konsep dan Defenisi Kurs

Nilai valuta asing adalah suatu nilai yang menunjukkan jumlah mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing. Nilai berbagai mata uang asing berbeda dalam suatu waktu tertentu, dan suatu mata uang asing nilainya akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu (Sukirno, 2002:358).

Menurut Sukirno (2002:23), salah satu alat pengukur yang digunakan untuk menilai keteguhan sesuatu ekonomi adalah kurs valuta asing. Kurs ini akan menunjukkan banyaknya uang dalam negeri yang diperlukan untuk membeli satu unit valuta asing tertentu. Kurs valuta asing dapat dipandang sebagai harga dari sesuatu mata uang asing. Maka keteguhan perubahan-perubahan kurs valuta asing dapat digunakan sebagai salah satu ukuran untuk menilai kestabilan dan perkembangan suatu perekonomian.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kurs ialah harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dengan mata uang negara lain, yang digunakan sebagai salah satu ukuran untuk menilai kestabilan dan perkembangan perekonomian suatu negara.

4.2.Pengaruh Kurs Terhadap InvestasiBeberapa faktor penting yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap perubahan dalam kurs pertukaran menurut Sukirno (2002:362) adalah:

1) Perubahan Dalam Citarasa Masyarakat.

2) Perubahan Harga dari Barang-barang Ekspor.

3) Kenaikan Harga-harga Umum (Inflasi).

4) Perubahan Dalam Tingkat Bunga dan Tingkat Pengembalian Investasi.

5) Pertumbuhan Ekonomi.

Menurut pendapat Salvator (dalam Putri, 2008:34) semakin terdepresiasi nilai kurs mata uang rupiah terhadap dolar Amerika maka akan semakin turun investasi asing. Nilai kurs rupiah adalah perbandingan nilai tukar mata uang Indonesia (Rp) terhadap mata uang Amerika ($). Maksudnya disini adalah harga yang dibayarkan dalam rupiah untuk menukarkan dalam US dolar. Semakin banyak harga dalam rupiah yang dikeluarkan untuk ditukarkan dengan satu US dolar, maka berarti nilai kurs rupiah melemah, dan sebaliknya.

Menurut Samsul (2006:5), ada satu faktor yang sangat penting yang dapat mendatangkan investor asing, yaitu kestabilan nilai rupiah. Nilai mata uang domestik yang stabil dapat menghindarkan investor asing di pasar modal mengalami kerugian akibat perbedaan kurs valuta asing. Nilai mata uang domestik yang labil dapat membangkrutkan usaha investor asing maupun investor lokal yang memiliki utang valuta asing.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kestabilan nilai tukar rupiah sangat berpengaruh dalam mendorong kegiatan penanaman modal khususnya modal asing. Untuk itu pemerintah dalam mengambil kebijakan moneter perlu senantiasa mempertahankan kestabilan nilai tukar rupiah terhadap terhadap valuta asing, sehingga perekonomian dapat berjalan dengan lancar dan stabil dari tahun ke tahun. Dengan kondisi yang demikian tersebut pada akhirnya akan merangsang minat para investor asing untuk menanamkan investasinya di Indonesia.

B. Temuan Penelitian Sejenis

Hasil penelitian sejenis ini merupakan bagian yang menguraikan tentang beberapa pendapat/hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Dibawah ini dikemukakan beberapa hasil penelitian yang dilakukan dilapangan yang menghasilkan beberapa kesimpulan terkait adalah:1. Penelitian yang dilakukan Arief Fadillah Nerius (2011) yang berjudul : Analisis Pengaruh Pendapatan Nasional, Suku Bunga dan Inflasi Terhadap Investasi Sektor Pertambangan di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan investasi dipengaruhi secara signifikan dan positif oleh pendapatan nasional , investasi dipengaruhi secara signifikan dan negatif antara oleh tingkat suku bunga, investasi dipengaruhi secara signifikan dan negative terhadap inflasi.2. Penelitian yang dilakukan oleh Pipin Novridinata (2011) yang berjudul Analisis Investasi dan Inflasi Di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan investasi dipengaruhi secara signifikan dan positif oleh pendapatan nasional , investasi dipengaruhi secara signifikan dan negatif antara oleh tingkat suku bunga, inflasi dipengaruhi secara signifikan dan positif antara oleh jumlah uang beredar.Beda penelitian yang diteliti ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini meneliti tentang suku bunga, kurs, inflasi dan PMA di Indonesia.C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ini dimaksudkan sebagai konsep untuk menjelaskan, mengungkapkan dan menentukan persepsi keterkaitan antara variabel yang diteliti berdasarkan teori yang telah dikemungkakan dan rumusan masalah. Keterpautan maupun hubungan antara variabel yang diteliti diuraikan dengan berpijak pada kajian teori.Dalam melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Suku Bunga, Kurs dan Inflasi Terhadap PMA di Indonesia, dipakai beberapa variabel, yang terdiri dari variabel bebas dan variable terikat. Dimana variabel terikat adalah PMA (Yt) yang dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu suku bunga (Xt1), Kurs (Xt2) dan inflasi (Xt3).

Terdapatnya pengaruh yang negative antara tingkat suku bunga (Xt1) dengan PMA (Yt). Apabila tingkat suku bunga (Xt1) meningkat, maka PMA (Yt) akan turun, dan sebaliknya.

Makin tinggi tingkat suku bunga, keinginan seorang investor untuk melakukan investasi akan semakin kecil. Hal ini disebabkan karena seorang investor akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih dari tingkat suku bunga yang harus di bayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos dalam penggunaan dana. Makin rendah tingkat suku bunga, maka investor akan lebih cendrung untuk melakukan investasi, sebab penggunaan dana juga akan semakin kecil.Kurs (Xt2) memiliki hubungan yang positif terhadap PMA (Yt), apabila kurs (Xt2) meningkat, maka investasi juga akan meningkat, dan sebaliknya.Terdapatnya pengaruh yang negative antara tingkat inflasi (Xt3) dengan PMA (Yt), apabila tingkat inflasi (Xt3) meningkat, maka PMA (Yt) akan turun, dan sebaliknya.

Inflasi (Xt3) sangat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam investasi (Yt), baik investasi dalam bentuk fisik maupun dalam bentuk surat-surat beharga seperti saham dan obligasi. Dalam keadaan inflasi, harga barang-barang naik relatif cepat dan cukup tinggi. Demikian juga dengan biaya modal (cost of capital) dari suatu proyek investasi akan menjadi semakin mahal yang juga diikuti dengan kenaikan suku bunga.

Inflasi yang berkepanjangan dapat menghancurkan kehidupan masyarakat, karena dampak inflasi yang sangat luas menerjang seluruh sendi kehidupan masyarakat yang berpenghasilan tetap. Bagi sektor industri, inflasi akan menerjang seluruh faktor industri, terutama industi yang sangat bergantung pada bahan baku dan komponen impor. Bagi para investor, inflasi merupakan suatu resiko yang setiap saat menggerogoti kinerja investasinya yang akhirnya akan menggulung seluruh investasinya, terutama investasi yang dibiayai oleh hutang luar negeri.

Jadi dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang negative antara tingkat inflasi (Xt3) dengan investasi (Yt). Apabila tingkat inflasi (Xt3) meningkat maka investasi (Yt) akan turun dan sebaliknya.

Untuk lebih jelasnya akan penelitian ini, maka uraian di atas dapat diperlihatkan pada gambar berikut:Gambar 3: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PMA Di Indonesia.

D.Hipotesis PenelitianBerdasarkan teori yang diuraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga adanya pengaruh yang signifikan antara Suku Bunga dengan PMA di Indonesia.

Ho : 1= 0

Ha : 1 0

2. Diduga adanya pengaruh yang signifikan antara Kurs dengan PMA di Indonesia.

Ho : 2= 0

Ha : 2 0

3. Diduga adanya pengaruh yang signifikan antara Inflasi dengan PMA di Indonesia.

Ho : 3= 0

Ha : 3 0BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dan asosiatif. Penelitian deskriptif adalah suatu jenis penelitian yang berusaha menggambarkan dan menerangkan yang diteliti apa adanya dan data yang digunakan berbentuk angka-angka. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Penelitian ini menjelaskan pengaruh antara variabel bebas yaitu suku bunga kredit, pendapatan nasional, inflasi dan variabel terikatnya PMA di Indonesia.B. Tempat dan Waktu PenelitianSeluruh data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi pemerintah yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat. Selain instansi BPS, peneliti juga mencari data pada instansi terkait yang diakses melalui website atau situs internet.C. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dapat ditinjau dari beberapa aspek diantaranya adalah:1. Berdasarkan sifatnya data yang digunakan adalah data kuantitatif karena data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yang menggambarkan, suku bunga kredit, pendapatan nasional, inflasi dan PMA2. Berdasarkan waktu pengumpulan data, maka penelitian ini menggunakan data time series yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu yaitu dari tahun 1997-2009.

3. Berdasarkan kepada cara memperoleh datanya maka data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersumber dari instansi pemerintah yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat. Dengan demikian data yang digunakan tergolong kepada data sekunder.

D. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi variabelnya terdiri dari variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Disini yang menjadi variabel bebas Suku bunga kredit, pendapatan nasional dan inflasi, sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah PMA.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam menganalisa dan mencari pemecahan masalah yang diinginkan, maka teknik yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi dan studi perpustakaan. Dimana data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang terdapat pada Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat.F. Defenisi Operasional

Definisi operasional ini untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang konsep yang digunakan dalam penelitian ini:

1. PMA (Yt) merupakan total penanaman modal asing (PMA) di Indonesia dari tahun 1997-2009, yang diukur dalam Milyar rupiah.

2. Suku Bunga (Xt1) merupakan tingkat suku bunga yang telah ditetapkan oleh Bank Sentral khusus untuk investasi. Dinyatakan dalam bentuk persentase.3. Pendapatan nasional (Xt2) disini maksudnya merupakan nilai keseluruhan barang dan jasa yang diproduksikan suatu Negara dalam suatu tahun tertentu, dimana ukuran yang digunakan adalah milyar rupiah pertahun 1997-2009.4. Inflasi (Xt3) merupakan kecendrungan meningkatnya harga-harga umum secara terus menerus pada suatu periode waktu tertentu yang mana kenaikan harga itu meliputi seluruh barang secara umum, yang biasa dihitung dengan Indeks Harga Konsumen (IHK), yang diukur dalam satuan persen.

G. Teknik Analisis Data1. Analisis Deskriptif

Teknik deskriptif yang dimaksudkan untuk menginterprestasikan bagaimana pengaruh suku bunga kredit, pendapatan nasional dan inflasi terhadap PMA di Indonesia dengan menyajikan data-data dalam tabel dan rata-rata dari masing-masing variabel penelitian.

................................................Koefisien Variasi:

............2. Analisis Induktif (inferensial)

a. Uji Asumsi Klasik

Sebelum memakai model regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari:1) Uji Heterokedastisitas

Salah satu asumsi penting didalam penggunaan estimator OLS agar bersifat Best Liniear Unbiased Estimator (BLUE) adalah varians yang konstan. Varians dari residual tidak berubah dengan berubahnya satu atau lebih variabel bebas (Homokedastisitas). Pelanggaran asumsi ini yang disebut Heterokedastisitas terjadi ketika residual tidak lagi konstan melainkan bersifat variabel sehingga menyebabkan estimator menjadi tidak bias.

Untuk melihat ada atau tidaknya heterokedastisitas ini digunakan suatu metode yang di sebut Uji Park, park mengemukakan metode bahwa variance (S) merupakan fungsi dari variabel-variabel indepeden yang dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut (Gujarati, 2006:92).

(= X

....Kriteria pengujian :

Jika nilai sig < 0,05 varian terdapat heterokedastisitas

Jika nilai sig 0,05 varian tidak terdapat heterokedastisitas.

2) Multikolinearitas

Menurut Gujarati (1999:157), uji multikolinearitas menunjukan adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi.

Uji ini merupakan analisis dengan rumus product moment yang dijabarkan dalam bentuk matrik korelasi semua variabel bebas. Jika terdapat multikolinearitas, maka salah satu variabel bebas tersebut harus dikeluarkan dari analisis regresi berganda (Idris, 2004:58). Untuk menentukan ada tidaknya multikolinearitas maka dilakukan dengan cara membandingkan koefisien korelasi dengan nilai kritisnya = 0,05 dengan rumus:

QUOTE ...Jika VIF 5 , maka terdapat multikolinearitas

Jika VIF < 5 , maka tdak terdapat multiklinearitas

3)Uji Autokorelasi

Menurut Gujarati (1999:201), uji autokorelasi merupakan korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deretan waktu) atau ruang (seperti dalam data cross sectional).Autokorelasi digunakan apabila data yang digunakan adalah data time series gunanya adalah untuk menguji apakah data sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, berarti ada problema autokorelasi maka solusi dari masalah autokorelasi adalah dengan menstransformasikan data mengikuti prosedur persamaan perbedaan yang digeneralisasikan. Model yang baik adalah model yang bebas dari autokorelasi. Uji ini memakai rumus Durbin Watson (Gujarati, 1999:215) yaitu : QUOTE

.....................................................................

Dimana :

d = Statistik Durbin Watson

Ut = Nilai Residu

Nilai tersebut dapat diklasifikasikan pada tabel berikut ini :Tabel 2. Klasifikasi Nilai dNoNilai dKeterangan

1d < dLAda autokorelasi

2dL d duTidak ada kesimpulan

3du d 4-duTidak ada autokorelasi

44-du d n4-dLTidak ada kesimpulan

54-dL d 4Ada autokorelasi

Sumber : Supranto (1995:112)

b. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis ini bertujuan untuk mengaitkan dua variabel atau lebih. Dalam hal ini penulis menetapkan pengaruh variable bebas terhadap variabel terikat. Untuk melakukan analisis estimasi PMA di Indonesia (Yt) sebagai variabel dependen, sedangkan variabel independen yaitu; suku bunga kredit (Xt1), pendapatan nasional (Xt2) dan inflasi (Xt3) dengan melihat sejauh mana variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Digunakan model analisis regresi linear berganda secara sistematis hubungan ini dapat ditulis dalam bentuk notasi umum dapat dinyatakan dalam persamaan (Gujarati, 1999:130) dibawah ini yaitu:Yt = f(Xt1, Xt2, Xt3, Ut).. Untuk melihat sejauh mana hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat maka digunakan persamaan struktural non linear sebagai berikut:

Yt = o.Xt1 .Xt2.Xt3 t3 .Ut

dimana:

Yt : PMA pada tahun t

Xt1 : Suku bunga kredit pada tahun t

Xt2 : Pendapatan nasional pada tahun t

Xt3 : inflasi pada tahun t

12 3 : Nilai Parameter untuk Variabel bebas

o : Konstanta

Ut : Kesalahan Penganggu (Error Term)

Persamaan (7) struktural non linear ditransformasikan menjadi persamaan struktural logaritma linear terikat terhadap variabel bebas dengan memakai logaritma linear agar dapat dijadikan ukuran elastisitas maka persamaan tersebut dapat ditulis menjadi:

Log Yt = log o + 1t log Xt1 + 2tXt2 + 3tXt3 + logUt ..dimana:

Yt: PMA pada tahun t

Log Xt1: Suku bunga kredit pada tahun t

Xt2: Pendapatan nasional pada tahun t

Xt3 : Inflasi pada tahun t

o: Konstanta

12 3 : Nilai Parameter untuk Variabel bebas

Ut: Kesalahan Penganggu (Error Term)

c. Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Supranto (1992:250), koefisien determinasi digunakan untuk menentukan besarnya proposi sumbangan variabel dependen (Y) dengan variabel indenpendentnya (X). dimana, R2 terletak antara 0 dan 1, jika nilainya mendekati 0 berarti tidak ada hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Dan sebaliknya, jika nilainya mendekati 1 maka terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Untuk melihat besarnya pengaruh X terhadap fungsi PMA dapat dirumuskan sebagai berikut:

R=1-.........

Dimana :

R2 = Koefisien Determinasi

Ut =Variabel Penganggu

Yt= Total jumlah kuadrat

d. Pengujian Hipotesis

1. Uji t (t-test)

Dilakukan untuk melihat apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel indepedent terhadap variabel dependent dalam persamaan regresi linear berganda secara partial dengan mengasumsikan variabel lain dianggap konstan, dapat dibuktikan dengan rumus (Gujarati, 2000:73) :

thit= ...dimana :

bi= Koefisien regresi masing-masing variabel

Sbi = Koefisien error masing-masing variable Kriteria pengujian :

a) Jika thit t tab atau thit < ttab maka Ho ditolak, Ha diterima berarti terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial.

b) Jika thit < ttab atau thit -ttab maka Ho diterima, Ha ditolak berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel terikat secara prasial.

2. Uji F

Pengujian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tak bebas secara keseluruhan. Dimana dalam pengujian ini untuk mengetahui apakah variabel independen (X) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y) atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau tidak (Gujarati, 1999:120). Uji ini menggunakan rumus:Fo=..Dimana :

Fo : Fhitung

R: Koefisien determinasi ganda

n : Besarnya sampel ( banyak data )

k : Banyak variabel penelitian

Nilai F-hitung yang dihasilkan dari perhitungan diatas dengan tingkat kesalahan sebesar 5% ( = 0,05) dan derajat kebebasan sebesar (n-k-1), dengan ketentuan mengambil keputusan sebagai berikut:

Kriteria penguji hipotesis:

Ho ditolak: jika Fo Ftab

Ho diterima: jika Fo < Ftab

Jika F hitung < F tabel maka hitpotesa nol (Ho) diterima dan hipotesa alternatif (Ha) ditolak, berarti variabel bebas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Begitu sebaliknya, jika F hitung F tabel maka hipotesa nol (Ho) ditolak dan hipotesa (Ha) diterima, berarti variabel bebas mamiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

DAFTAR PUSTAKAAkhirmen. 2005. Buku Ajar Statistika 2. Padang: Fakultas Ekonomi UNP.Case dan Fair. 2001. Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro. Edisi Lima. PT. Indeks: Jakarta.

Gujarati, Damodar. 1999. Ekonometrika Dasar. Terjemahan oleh Zumarno Zain. Jakarta : Erlangga ---------------------.2003. Basic Econometrics, International Edition. Hill: Mc Graw.Idris. 2004. Analisis Model Data Kuantitatif dengan Program SPSS. Padang: MM UNP. Jhingan. 2000.Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan. Jakarta: PT. Rajawali Persada.

Khalwaty, Tajul. 2000. Inflasi dan Solusinya. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Mankiw, N. Gregory. 2002. Pengantar Makro Ekonomi Jakarta: Erlangga.

------------------------. 2004. Principle Of Economics, Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat..

M. Hatta 2008. Membongkar Kerusakan Teori Inflasi Moderat. (http://www.jurnal-ekonomi.org). diakses tanggal 9 juli 2011Nanga, Muana. 2001. Makroekonomi. Teori, Masalah dan Kebijakan. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada; Jakarta.

Nerius, Arief Fadillah. 2009.Analisis Pengaruh Pendapatan Nasional, Suku Bunga dan Inflasi Sektor Pertambangan di Indonesia. Fakultas Ekonomi. UNP. Padang. (Tidak di Publikasikan).Nopirin.Ph.D. 2000.Ekonomi Moneter. BPFE. Yokyakarta.

Novridinata, Pipin. 2009. Analisis Investasi dan Inflasi di Indonesia. Fakultas Ekonomi. UNP. Padang. (Tidak di Publikasikan).Satryadi.2007.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Domestik di Indonesia (Skripsi). Padang. UNP (Tidak Dipublikasikan).Sukirno, Sadono. 2000. Makro Ekonomi Modern Perkembangan Pemikiran dari Krisis Hingga Keynesian Baru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

--------------------. 2002. Penghantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

2004. Pengantar Teori Makroekonomi. Edisi ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Todaro, Michel.P.Stephen.2003.Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Tingkat Bunga (r)

I = f(r)

I2

I1

r2 QUOTE

r1

Suku Bunga

(Xt1)

PMA

(Yt)

Kurs

(Xt2)

Inflasi

(Xt3)

1

_1400841368.unknown

_1400843109.unknown

_1400843110.unknown

_1400841369.unknown

_1400841370.unknown

_1381404470.unknown

_1381404473.unknown

_1381404475.unknown

_1400841367.unknown

_1381404474.unknown

_1381404472.unknown

_1381404469.unknown