Proposal Penelitian

55
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencak silat merupakan seni beladiri warisan bangsa yang merupakan hasil karya secara turun temurun dari budaya bangsa Indonesia yang pada masa itu digunakan untuk membela atau mempertahankan eksistensi dan integritasnya terhadap lingkungn hidup atau alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidupnya pada masa itu. Seperti yang dikemukakan oleh Iskandar (1992: 32) bahwa: “pencak silat adalah beladiri tradisonl Indonesia yang berakar dari budaya melayu, dan bisa ditemukan hampir diwilayah seluruh Indonesia. Setiap daerah memiliki kekhasan ciri gerkanya sendiri- sendiri”. Dalam perkembangannya hingga saat ini pencak silat tidak hanya digunakan sebagai alat untuk membela dan mempertahankan diri saja tetapi sudah menjadi suatu

description

Onix

Transcript of Proposal Penelitian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencak silat merupakan seni beladiri warisan bangsa yang merupakan hasil

karya secara turun temurun dari budaya bangsa Indonesia yang pada masa itu

digunakan untuk membela atau mempertahankan eksistensi dan integritasnya

terhadap lingkungn hidup atau alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan

hidupnya pada masa itu. Seperti yang dikemukakan oleh Iskandar (1992: 32)

bahwa: “pencak silat adalah beladiri tradisonl Indonesia yang berakar dari budaya

melayu, dan bisa ditemukan hampir diwilayah seluruh Indonesia. Setiap daerah

memiliki kekhasan ciri gerkanya sendiri-sendiri”.

Dalam perkembangannya hingga saat ini pencak silat tidak hanya

digunakan sebagai alat untuk membela dan mempertahankan diri saja tetapi sudah

menjadi suatu olahraga prestasi yang dipertandingkan baik ditingkat Nasional

maupun Internasional, hal ini diawali dengan masuknya pencak silat kedalam

Pekan Olahraga Nasional (PON) VIII 1973 di Jakarta. Sejak itu seni beladiri

pencak silat maulai berkembang dengan pesat yang ditandai dengan banyak

munculnya perguruan-perguruan pencak silat di Indonesia yang menghasilkan

pesilat-pesilat tangguh yang mampu berprestasi mengharumkan nama Indoneia

ditingkat Nasional dan Internasional. Tidak hanya itu, kini olahraga penak silat

sudah di ajarkan disekolah-sekolah mualai ditingkat SMP, SMA dan perguruan

tinggi. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan calon-calaon atlit pencak silat yang

berprestasi.

Didalam olahraga pencak silat pertandingan yang menampilkan kekerasan

atau adu otot dinamakn dengan “kategori tanding”, sedangkan pertandingan yang

menampilkan kelembutan dan seni dinamakn dengan “TGR (Tunggal Ganda

Regu)” rangkaian jurus atau gerak.

Menurut PB IPSI (2003: 1) menyatakan bahwa:

Pencak silat kategori tanding adalah pertandingan pencak silat yang mempertandingkan 2 pesilat dari kubu berbeda yang saling berhadapan dengan meggunakan unsur pembelaan dan serangan yaitu: menangkis, mengelak, dan menyerang pada sasaran dan menjatuhkan lawan.

Untuk kategori tunggal, kategori ganda dan kategori regu merupakan

pertandingan pencak silat yang menampilkan peragaan jurus bela dan serang

dengan bertenaga, tepat dan mantap dalam waktu 3 menit. Dua komponen inilah

yang dapat dijadikan pilihan, oleh para pelaku “Pesilat” disesuaikan dengan

kebutuhan dan keinginan.

Sampai saat ini para pesilat remaja tidak heti-hentinya untuk mengikuti

kejuaran yang sering di selenggarakan oleh IPSI maupun perguruannya sendiri,

bukan rahasia umum lagi jika kejuaran pencak sialat terselenggara para pesertanya

kebanyakan adalah para pesilat junior atau remaja, yang berasal dari kalangan

pelajar baik siswa SMP maupun SMA. Jika dibandingkan dengan pesilat senior

maka perbandingannya 60 berbanding 40 lebih banyak pesilat dari kalangan

remaja atau pelajar. Hal ini tidak luput dari keterkaitan pihak lembaga-lembaga

pendidikan yaitu sekoalah yang dalam suatu program kegiatan diluar proses

kegiatan belajar mengajarnya.

Untuk mendapatkan sebuah prestasi itu tidaklah mudah diperlukan banyak

hal yang mendukung untuk meraih prestasi yang maksimal, bagi para atlet

dibutuhkan kemampuan fisik, teknik, taktik dan mental yang baik, kerja keras

tentunya dengan melakukan proses latihan yang progressive, overlod dan

berkelanjutan sesuai dengan prinsip latihan, seperti yang dijelaskan, oleh Harsono

(1988: 100) sebagai berikut: “Untuk mencapai prestasi ada empat aspek latihan

yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet yaitu: (a) latihan

fisik (b) latihan teknik (c) latihan taktik (d) latihan mental”.

Berdasarkan penjelasan diatas sudah jelas untuk mencapai suatu prestasi

yang maksimal diperlukan latihan yang tersusun, terencana dan teratur dengan

pola, strategi dan metode latihan dari mualai yang mudah, sedang, dan menuju

kegerakan komplek. Gerakan harus diulangi secar konstan agar kemampuan

fisiologis bertambah baik dan gerakan-gerakan menjadi reflek.

Dalam pencak silat penguasan teknik sangatlah penting bagi para atlit

untuk menunjang prestasinya khususnya teknik serangn dengan kaki atau

tendangan, karena serangan yang sah menggunakan tendangan lebih tinggi

poinnya dibandingkan dengan serangan yang menggunakan pukulan. Gearkan

teknik yang paling banyak digunakan untuk memperoleh point dalam

pertandingan pencak silat adalah teknik tendangan dengan perolehan point 2 atau

1 + 2. Macam-macam tendangan yang sering digunakan dalam pertandingan

pencak silat adalah sebagai berikut: (a) tendangan lurus atau depan, (b) tendangan

sabit, (c) tendangan “T”, (d) tendangan belakang.

Salah satu teknik tendangan yang harus di kuasi oleh para atlet pencak

silat adalah tendangan “T”, karena tendangan ini mempunyai sasaran tendangan

keseluruh tubuh jadi sangat efektif digunkan dalam pertandingan pencak silat,

tendangan “T” yang baik merupakan kordinasi anatara sikap tangan, kaki dan

badan, kemudian setelah itu segera tarik kembalai kaki dengan gerakan emeti

mengayun (spring) kemudian letakan kembali kaki untuk membentuk sikap

pasang seperti semula.

Untuk mencapai hasil yang baik dalam melakukan tendangan “T”

diperlukan kecepatan tendangan dan kemampuan jangkauan tendangan agar dapat

dengan mudah mencapai sasaran tubuh lawan. Kecepatan tendangan sangat

berperan penting dalam sebuah pertandingan, karena dengan seorang pesilat

mempunyai tendangan yang cepat dapat menyulitkan lawan dalam melakukan

antisipasi seperti tangkisan dan elakan. Menurut Brown (2001: 10) yang dimaksud

dengan kecepatan adalah: “kemampuan bergerak dari satu titik ke titik lain secara

cepat setelah mendapat rangsang”. Melihat begituh pentingnya kecepatan

tendangan dalam pertandingan pencak silat maka diperlukan usaha-usaha atau

latihan untuk meningkatkan kecepatan tendangan, namun kenyataan dilapangan

masih banyak atlet atau pelatih yang melakukan latihan kecepatan dengan hanya

disuruh melakukan menendang dengan berulang-ulang tanpa memberikan latihan

pengembangannya. Hal ini dinilai kurang optimal dalam melatih kecepatan

tendangan, karena masih banyak para atlet yang kurang cepat dalam melakukan

tendangan.

Disini peneliti membuat modifikasi suatu bentuk latihan kecepatan dengan

cara yang cukup sederhana yaitu dengan cara melatih kecepatan tendangan

dengan menggunakan pola bilangan dilantai dimana lantai tersebut sudah diatur

membentuk sebuh persegi empat yang didalamnya terdapat angka. Maka penilti

tertarik untuk meneliti sejauh mana pengaruh latihan kecepatan tendangn dengan

menggunakan pola bilangn dilantai terhadap kecepatan tendangan “T” dalam

pencak silat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka penulis

merumuskan masalah dalam penilitian, yaitu sebagai berikut: Apakah latihan

tendangan menggunakan pola bilangan dilantai memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap peningkatan kecepatan tendangan “T” dalam cabang olahraga

pencak silat.

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitain yang kita lakukan harus mempunyai tujuan. Menurut

Subana (2001: 71) bahwa: “penelitian dilakukan karena memiliki tujuan untuk

memecahkan permasalahan yang Tergambar dalam latar belakang dan rumusan

masalah karena itu, tujuan penelitian sebaiknya dirumuskan berdasarkan rumusan

masalahnya”.

Berdasarkan pendapat diatas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian

ini adalah untuk mengetahui apakah latihan tendangan dengan menggunakan pola

bilangan dilantai dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan kecepatan tendangan “T” seorang atlit pencak silat.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharpkan dapat memberikan informasi

dan pengetahuan sebagai bahan kajian, bagi perguruan-perguruan pencak silat

yang ada di Tasikmalaya

2. Secara Praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan yang

berharga bagi pelatih dan atlet dalam cabang olahraga pencak silat dalam

memberikan latihan kecepatan tendangan belakang.

E. Batasan Penelitian

Agar penelitian ini terarah dan sesuai dengn apa yang diharpkan oleh

penulis maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian ini supaya tidak terjadi

penafsiran yang lebih jauh diantaranya:

1. Penelitian ini dilakukan di sekolah SMK AL-Khoeriyah Tasikmalaya pada

kegiatan ekstrakulikuler.

2. Proses latihan yang dijadikan variable bebas dalam penelitian ini adalah

latihan kecepatan tendangan menggunakan pola bilangan dilantai teerhadap

kemampuan kecepatan tendangan belakang dalam pencak silat.

3. Populasi yang digunakan adalah siswa/siswi SMK AL-Koeriyah

Tasikmalaya dengan subyek sebanyak 15 orang.

4. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

5. Lamanya proses penelitian ini berlangsung selama 8 minggu.

F. Batasan Istilah

Batasan istilah merupakan definisi atau pengertian yang mencakup dalam

penelitian, karena penafsiran seseorang terhadap suatu istilah tidak sama sehingga

bisa menimbulkan salah pengertian, oleh karena itu untuk mencegah kesimpang-

siuran dalam penulisan ini, penulis menjelaskan batasan istilah yang digunakan

adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 849) pengaruh yaitu:

“pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang,benda) yang ikut

membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorng”. Dari pengertian

tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh disini adalah adanya perubahan yang

timbul dari suatu bentuk latihan yang dapat memberikan dampak yang signifikan

terhadap kemampuan atlet atau siswa.

2. Latihan

Latihan adalah proses yang sistematis dari pada berlatih atau bekerja

secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau

pekerjannya (Harsono, 1982: 27). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat

disimpulkan bahwa latihan adalah suatu proses kegiatan olahraga yang dilakukan

secara sadar, sistematis, bertahap dan berulang-ulang, dengan waktu yang relatif

lama untuk mencapai suatu tujuan akhir yaitu peningkatan prestasi yang optimal.

3. Kecepatan Tendangan

Menurut Brown (2001: 10) yang dimaksud dengan kecepatan adalah

kemampuan bergerak dari satu titik ke titik lain secara cepat setelah mendapat

rangsang”. Sedangkan menurut Harsono (1993: 31) “kecepatan merupakan

kemampuan melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam

waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh sesuatu

jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”. Kecepatan tendangan merupakan

salah satu teknik serangan pada olaharaga pencak silat dengan menggunakan

tungkai kaki, dimana dilakukan secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-

singkatnya. Pola bilangan dilantai

Pola bilangan dilantai adalah suatu bentuk latihan yang dilakukan dengan

menggunakan lantai yang dimudifikasi berbentuk persegi empat dengan

menggunakan pola angka didalamnya.

4. Tendangan “T”

Menurut Kotot (2003: 74-80), Tendangan “T” adalah tendangan yang

dilakukan dengan posisi tubuh menyamping dan lintasan tendangan lurus ke

samping. Perkenaannya adalah bagian tajam telapak kaki dan tumit.

5. Pencak silat

Menurut Alwi dkk, (2008: 1043) menjelaskan bahwa “Pencak adalah

permainan (keahlian) untuk mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis,

mengelak, dan sebagainya. Sedangkan silat adalah olahraga (permainan) yang

didasarkan pada ketangkasan menyerang dan membela diri, dengan memakai atau

tanpa senjata. Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan bahwa pencak silat

adalah kepandaian berkelahi, seni bela diri dengan ketangkasan membela diri dan

menyerang untuk petandingan atau perkelahian.

G. Anggapan Dasar

Anggapan Dasar merupakan titik tolak pemikiran peneliti terhadap

penelitian yang akan dilakukannya. Surakhmad (2005: 107) menjelaskan sebagai

berikut :

Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik itu. Hal ini berarti setiap penyelidik dapat merumuskan postulat secara berbeda, seorang penyelidik mungkin saja meragu-ragukan sesuatu anggapan dasar yang oleh orang lain diterima sebagai suatu kebenaran. Dari sifat anggapan dasar itu selanjutnya diartikan pula bahwa penyelidik dapat merumuskan satu atau lebih hipotesa yang dianggapnya sesuai dengan penyelidikannya.

Kutipan tersebut menjelaskan bahwa anggapan dasar adalah sebuah titik

tolak pemikiran peneliti yang kebenarannya diterima oleh peneliti tersebut,

sehingga dapat dirumuskan beberapa hipotesis yang sesuai dengan

penyelidikannya. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis mengajukan anggapan

dasar sebagai berikut :

1. Pencak silat adalah olahraga beladiri tradisional yang merupakan budaya

asli Indonesia. Perkembangan olahraga pencak silat di Indonesia mengalami

peningkatan yang pesat. Sebagai indikasinya antara lain dengan banyaknya

kejuaraan yang diselenggarakan secara single event dan multi event, muculnya

peguruan-perguruan pencak silat baru di daerah-daerah. Prinsip dasar

pertandingan pencak silat adalah mendapatkan point dengan melakukan serangan

dan belaan. Dalam mendapatkan point sedapat mungkin masuk dalam bidang

sasaran dan tidak terhalang oleh tangkisan lawan. Untuk melakukan serangan dan

belaan tersebut, penguasaan keterampilan gerak teknik-teknik dasar pencak silat

yang baik dan benar sangat diperlukan. Menurut Nugroho (2005:17) dari ke tiga

teknik dasar yang dapatdigunakan untuk memperoleh point tersebut kira-kira 47%

yang paling dominan digunakan dalam pertandingan adalah teknik tendangan.

Tendangan mempunyai beberapa keuntungan antara lain tendangan mendapatkan

nilai yang cukup tinggi yaitu dua point. Jangkauannya lebih panjang serta

mempunyai power yang lebih besar dibanding dengan serangan lain yaitu pukulan

yang hanya memperoleh nilai satu.

2. Untuk melatih kecepatan tendangan dalam pencak silat diperlukan bentuk

latihan. Bentuk latihan dapat disusun dan dikemas sedemikian rupa oleh

guru/pelatih, salah satunya dengan latihan menggunakan pola bilangan dilantai

. Latihan ini sangat baik untuk melatih kemampuan gerak pergelangan tangan

lebih lentur dan kuat.

3. Tujuan latihan ini adalah membina dan meningkatkan kamampuan dan

keterampilan gerak pemain sebagai upaya untuk pengkayaan gerak. Pelatih harus

cermat dan terampil menciptakan rangkaian gerak yang ada hubungannya dengan

gerakan-gerakan dalam permainan bola voli, di samping memberikan prioritas

pada pembinaan aspek-aspek kelincahan, kegesitan, dan koordinasi gerak yang

memangdibutuhkan dalam bola voli.

Menurut Surakhmad (1998: 98) mengemukakan bahwa: “anggapan dasar

adalah asumsi atau postulat yang menjadi tumpuan segala pandangan dan kegiatan

terhadap masalah yang dihadapi. Postulat ini menjadi titik pangkal, titik dimna

tidak lagi menjadi keraguan penyelidik”.

………………………………………………………………………………

………………………………………

penggunaan latihan pola bilangan dilantai

kecepatan tendangan “T” dalam pencak silat

Seperti yang sudah dijelaskan diatas maka untuk meningkatkan kecepatan

tendangan “T” yang baik diperlukan latihan yaitu: dengan cara melakukan latihan

menggunakan pola bilangan dilantai.

H. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari penelitian untuk memberikan

arah dan tujuan dari penelitian tersebut, seperti yang telah dikemukakan oleh

Scates (1945) bahwa: “hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang

dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta

yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai

petunjuk untuk langkah-langkah selanjutnya. Berdasarkan anggapan dasar di atas,

maka hipotesis yang penulis ajukan adalah sebagai berikut: Latihan tendangan

dengan menggunakan pola bilangan dilantai berpengaruh secara signifikan

terhadap peningkatan kecepatan tendangan “T” atlet Pencak Silat.

BAB II

TUJUAN TEORITS

A. Definisi Latihan

Suharno (1993: 5) menjelaskan bahwa latihan ialah suatu proses

penyempurnaan kualitas atlet secara sadar untuk mencapai prestasi yang maksimal

dengan diberi beban fisik dan mental secara teratur, terarah, bertahap, meningkat

dan berulang-ulang waktunya. Beutelstah (1986: 124) menyatakan bahwa training

adalah persiapan para pemain masing-masing secara individu membimbing dan

membentuk mereka sehingga dapat menampilkan prestasi tertinggi secara

individual maupun regu. Sedangkan Latihan fisik adalah latihan yang betujuan

untuk meningkatkan kondisi fisik, yaitu faktor yang paling penting bagi setiap

atlet (Suharno 1993: 1).

Untuk memperoleh prestasi yang maksimal dalam olahraga memerlukan

latihan yang intensitas dan frekuensinya banyak. Latihan juga dapat didefinisikan

sebagai peran serta yang sistematis dalam latihan yang bertujuan untuk

meningkatkan fungsdional fisik dan daya tahan latihan dalam bidang olahraga.

Tujuan akhir latihan adalah untuk meningkatkan kemampuan olahraga

(Dwijowinoto, 1993: 317).

Hal ini sesuai dengan pendapat Harsono (1993: 1) bahwa tujuan utama

dari pelatihan olagraga prestasi adalah untuk meningkatkan keterampilan dan

prestasi semaksimal mungkin. Prestasi tinggi akan dapat dicapai apabila keempat

aspek, yaitu: aspek-aspek fisik, teknik, taktik, dan mental dikembangkan setinggi

mungkin.

Berdasarkan pendapat diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa latihan

merupakan proses latihan yang sistematis yang di lakukan oleh atlit secara sadar

dengan kian hari kain bertambah beban latihannya dengan tujuan untuk

penyempurnaan kualitas atlet untuk mencapai prestasi yang maksimal.

B. Metode Latihan Kecepatan

Dalam melatih kecepatan ada beberapa komponen biomotor yang tidak

sengaja ikut terlatih diantaranya adalah kekuatan, power, keseimbangan dan

kelincahan. Oleh karena itu bentuk latihan kecepatan memiliki kesamaan dengan

komponen biomotor tersebut, dengan demikian tanpa memiliki kombinasi dari

komponen biomotor kecepatan, keseimbangan dan kelincahan, pesilat akan

kesulitan dalam uapaya melakukan serangan dan belaan dengan akurat dan cepat.

Menurut Sukadiyanto (2005: 106) “kecepatan merupakan salah satu

komponen biomotor yang diperlukan dalam setiap cabang oalahraga”. Secara

umum kecepatan mengandung pengertian kemampuan seseorang untuk

melakukan gerak atau serangkaian gerak secepat mungkin sebagai jawaban dari

rangsangan.

Dengan demikian, cara yang digunakan untuk meningkatkan kecepatan

harus disesuaikan dengan kebutuhan yang realistis dalam pertandigan pencak

silat, secara garis besar latihan kecepatan dapat dilakukan dengan cara sebgai

berikut: (a) berlatih mengatasi perubahan aksi dari kawan beralatih, mulai dari

gerakan lambat semakin cepat, (b) berusaha mengatasi perubahan situasi dengan

cara bergerak secepat mungkin pada arah yang telah ditentukan sebelumnya

(kecpatan gerak tunggal), (c) berusaha mengatasi dengan cara setepat mungkin

terhadap perubahan situasi yang ada, (d) berusaha mengatasi perubahan situasi

yang lebih sulit.

C. Macam-macam Kecepatan

Menurut Sukadiyanto (2000: 109) kecepatan ada dua macam yaitu:

“kecepatan gerak dan kecepatan reaksi”. Kecepatan gerak adalah kemampuan

seseorang dalam melakukan gerakan dalam waktu sesingkat mungkin. Kecepatan

gerak dibedakan menjadi dua macam yaitu: gerak siklus dan gerak non siklus.

Gerak siklus adalah kemampuan sistem neuromuskuler untuk melakukan

serangkaian gerakan dalam waktu sesingkat mungkin, sedangkan gerak non siklus

adalah kemampua sisitem neuromuskuler untuk melakukan gerak tunggal dalam

waktu sesingkat mungkin.

Sedangkan kecepatan reaksi adalah kemampuan seseorang menjawab

rangsangan dalam waktu sesingkat mungkin. Kecepatan reaksi dibedakan menjadi

dua macam yaitu: kecepatan reaksi tunggal dan kecepatan reaksi majmeuk. Reaksi

tunggal adalah kemampuan seseorang untuk menjawab rangsangan yang telah

diketahui arahdan tujuannya, sedangkan raksi majmeuk adalah kemampuan

seseorng untuk mejawab rangsangan sesingkat mungkin dimna arah dan sasaran

dari rangsangan tersebut belum diketahui.

Melihat penjelasan diatas pencak silat termasuk kedalam kriteria reaksi

majemuk, dikarnakan arah dan sasaran dari gerakan lawan belum diketahui

sebelumnya, hal ini dilihat dalam pertandingan pencak silat pada saat atlet

melakukan serangan atau membalas serangan lawan.

D. Karakteristik Pencak Silat

Pencak adalah gerakan serang bela, berupa tari dan berirama dengan

peraturan adapt kesopanan tertentu yang bisa dipertunjukkan di depan umum.

Silat dlaah inti sari dari pencak, yakni kemahiran untuk perkelahian atu membela

diri mati-mtian yang tidak dapt dipertunjukkan di depan umum. seni bela diri

pencak silat ini dapat dimaknai sebagai seni dalam pembelaan diri atau bisa juga

diartikan sebagai seni dan bela diri. Seni adalah suatu keindahan yang bisa

dinikmati baik kasat mata (abstrak) maupun tidak kasat mata (nyata), sedangkan

bela diri bermaksud sebagai suatu pertarungan atau pertempuran. Jadi seni bela

diri adalah “ suatu pola teratur yang dapat dinikmati keindahannya dalam suatu

aksi pembelaan diri atau pertarungan.

1. Teknik Dasar Pencak Silat

Pada dasarnya teknik dasar dalam pencak silat dibagi menjadi 4 bagian

yaitu: 1) sikap pasang merupakan sikap siaga tubuh yang di lakukan oleh para

pesilat untuk mengawali serangan dan belaan. 2) gerak langkah merupakan teknik

perpindahan atau mengubah posisi tubuh dari suatu tempat ke temapat yang

lainnya, yang disertai dengan menunjukan kewaspadaan yang optimal untuk

mendapatkan posisi yang menguntungkan dalam rangka mendekati dan menjahui

lawan untuk kepentingan dalam melakukan serangan dan belaan. 3) serangana

adalah upaya mengalah kan lawan dengan cara menyerang lawan terlebih dahulu,

pada dasarnya serangan dalam pencak silat dibagi menjadi dua bagian utama

yaitu: a) serangan lengan yang meliputi serangan dengan menggunakan tangan

dan siku. b) serangan dengan tungkai meliputi serangan dengan menggunakan

kaki dan lutut. 4) belaan adalah kesiagan untuk membela diri dari serangan yang

di lancarkan oleh musuh atau lawan.

2. Teknik tendangan dalam pencak silat

Pada olah raga pencak silat teknik tendangan sama pentingnya dengan

dengan teknik pukulan, akan tetapi tendangan mempunyai kekuatan yang lebih

besar dan memiliki jangkauan yang panjang dibandingkan dengan pukulan, oleh

karena itu bagi semua atlit pencak silat harus menguasai teknik tendangan dengan

baik.

Menurut Agung (2001: 17) membagi jenis tendangan menurut perkenaan

kakinya yaitu: (a) tendangan depan yaitu, tendangan yang menggunakan

punggung, telapak dan tumit kaki, (b) tendangan samping “T” yaitu, tendangan

yang menggunakan sisi kaki, telapak dan tumit kaki, (c) tendangan belakang

merupakan tendangan yang menggunakan telapak dan tumit kaki, (d) tendangan

busur merupakan tendangan yang meggunakan punggung,dan ujung telapak kaki.

a. Tendangan depan

Tendangan lurus merupakan serangan yang dilakukan dengan posisi

berdiri dengan mengangkat lutut setinggi pinggang, lalu menjulurkan tungkai

bawah kedepan diikuti oleh dorongan pinggul searah tendangan

Gambar 2.1

Tendangan Depan

(Agung, 2001: 17)

b. Tendangan samping (T)

Tendangan “T” meupakan serangan yang dilakukan dengan posisi berdiri,

mengangkat lutut setinggi sasaran dengan posisi menyamping, kumudian

dorongkan kaki yang digunakan untuk menendang, lalu tendang lurus.

Gambar 2.2

Tendangan Samping

(Agung, 2001: 18)

c. Tendangan belakang

Tendangn belakang meupakan serangan yang dilakukan dengan posisi

berdiri lalu melakukan putaran tubuh (berbalik), kemudian dorongkan tungkai ke

belakang.

Gambar 2.3

Tendangan Belakang

(Agung, 2001: 17)

d. Tendangan sabit (busur)

Tendangan sabit merupakan serangan yang dilakukan dengan posisi

berdiri, mengangkat lutut setinggi sasaran dengan posisi meyamping, lecutkan

tungkai bawah bersumber pada lutut.

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam setiap penelitian diperlukan suatu metode. Penggunaan metode

dalam penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitiannya. Hal ini

berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang penting dalam pelaksanaan

pengumpulan dan analisis data. Sesuai dengan masalah yang ingin dikaji maka

metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan suatu penelitian yang menjawab

pertanyaan jika kita melakukan sesuatu pada kondisi yang dikontrol secara ketat

maka apakah yang akan terjadi?. Untuk mengetahui apakah ada perubahan atau

tidak pada suatu keadaan yang di control secara ketat maka kita memerlukan

perlakuan (treatment) pada kondisi tersebut dan hal inilah yang dilakukan pada

penelitian eksperimen. Sehingga penelitian eksperimen dapat dikatakan sebagai

metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu

terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

Menurut Solso (2002: 55), penelitian eksperimen adalah suatu penelitian

yang di dalamnya ditemukan minimal satu variabel yang dimanipulasi untuk

mempelajari hubungan sebab-akibat. Oleh karena itu, penelitian eksperimen erat

kaitanya dalam menguji suatu hipotesis dalam rangka mencari pengaruh,

hubungan, maupun perbedaan perubahan terhadap kelompok yang dikenakan

perlakuan.

O1 T1 O2

O3 T2 O4

Oleh karena itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian eksperimen, karena penelitian ini ingin mengungkap masalah

yang terjadi pada masa sekarang. Secara spesifik dapat dikemukakan bahwa

penelitian ini ingin meneliti sejauhmana pengaruh latihan tendangan

menggunakan pola bilangan dilantai terhadap peningkatan kecepatan tendangan

“T” dalam pencak silat di SMK AL-Khoeriah Tasikamalaya

B. Desain Penelitian

Desain penelitian diperlukan untuk mencari atau mencapai kejelasan

dalam suatu penelitian. Desain penelitian merupakan hal penting dalam suatu

penelitian agar dalam pelaksanaan dapat berjalan lancar dan ekonomis.

Berdasarkan hal tersebut, desain yang dipergunakan dalam penelitian ini terdapat

dua kelompok sample yang terdiri dari kelompok A (eksperimen) dan kelompok

B (kontrol). Kelompok A (eksperimen) adalah kelompok yang melakukan latihan

dengan menggunakan pola bilangan dilantai, sedangkan kelompok B (kontrol)

adalah kelompok yang melakukan latihan pencak silat. Desain penelitian yang

telah penulis rancang dapat dilihat pada gambar 3.1, yaitu sebagai berikut :

Gambar 3.1

Desain penelitian

Populasi

Sampel

Tes Awal Kecepatan Tendangan “T”

Latihan Pencak SilatLatihan Pola Bilangan Dilantai

Tes Akhir Kecepatan Tendangan “T”

Analisis data

Kesimpulan

Keterangan :

O1, O3 : Tes awal

T1 : Latihan dengan pola bilangan dilantai

T2 : Latihan pencak silat

O2, O4 : Tes akhir

Guna memberikan gambaran mengenai langkah penelitian sebagai rencana

kerja, maka penulis menggambarkan langkah-langkah penelitian sebagai berikut :

Gambar 3.2

Langkah-langkah penelitian

C. Populasi dan Sampel

Menurut Santoso (2002: 79) populasi merupakan sekumpulan orang atau

objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang

membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus. Populasi yang akan diteliti

harus didefinisikan dengan jelas sebelum penelitian dilakukan. Populasi dalam

penleitian ini adalah seluruh siswa SMK AL-Khoeriah Tasikmalaya yang

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pencak silat yaitu sebanyak 30 orang siswa.

Sampel menurut Arikunto (1998:119) adalah "sebagian atau wakil dari

populasi yang diteliti". Dari populasi yang berjumlah 30 orang siswa kemudian

diambil 50% sehingga didapat 15 orang untuk sampel. Adapun teknik

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tehnik random

sampling atau sampel acak, karena didalam pengambilan sampelnya, peneliti

mencampur subjek-subjek didalam populasi sehingga semua subjek dianggap

sama. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penulis menetapkan jumlah sample

sebanyak 30 orang. Jumlah sampel yang diambil dibagi menjadi dua kelompok,

yaitu 15 orang untuk kelompok A (eksperimen) yang melakukan latihan dengan

menggunakan pola bilangan dilantai, dan 15 siswa untuk kelompok B (kontrol)

kelompok yang melakukan latihan pencak silat. Adapun teknik pengelompokan

yang penulis lakukan yaitu dengan menggunakan teknik A – B – B – A.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek yang akan di uji. Adapun variabel yang digunakan

terdiri dari 2 variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabel

bebas dalam penelitian ini yaitu latihan tendangan menggunakan pola bilangan

dilantai, sedangkan variabel terikat kecepatan tendangan “T” dalam pencak silat.

E. Instrumen Penelitian

Dalam usaha memperoleh data penelitian maka diperlukan alat ukur untuk

mengetahui kekurangan dan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai. Nurhasan

(1994:1) menjelaskan "dalam proses pengukuran membutuhkan alat ukur, dengan

alat ukur ini akan mendapatkan data yang merupakan hasil pengukuran".

Berkaitan dengan tersebut, maka instrument yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tes kecepatan tendangan “T” dengan jarak 60 cm dari sasaran dan waktu

tes dilaksanakan selama 10 detik, hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Iman

(Wasit Nasional) melalui wawancara pada tanggal 17 Maret 2013 menjelaskan

mengenai ukuran waktu tes tendangan “T” dalam pencak silat yaitu: “untuk

mengukur kecepatan tendangan cukup dengan waktu 10 detik, hal ini dikarnakan

waktu 10 detik bisa mewakili kriteria seorang atlit dalam pertandingan yaitu 3

ronde dalam 6 menit atau 2 menit tiap rondeya”. Adapun penilaian terhadap

kecepatan tendangan “T” yaitu sebagai beriku :

1. Tujuan : untuk mengetahui kemampuan kecepatan tendangan “T” atlet

pencak silat.

2. Peralatan : sandsack, stop wach dan daftar pencatat hasil tes

3. Pelaksanaan : subyek bersiap berdiri di belakang sadsack dengan jarak 60

cm dari sasaran dengan ketinggian sandsack 75 cm. Pada saat abab-aba ‘ya’, atlet

melakukan tedangan dengan kaki terkuat secepat-cepatnya selama 10 detik

kemudian dicatat berapa kali tendangan dihasilkan. Pelaksanaan tes dilakukan

sebanyak 3 kali kemudian diambil nilai yang terbaik.

F. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dengan menggunakan metode eksperimen, lamanya periode

latihan menjadi suatu hal yang sangat penting dan mendapat perhatian karena

akan memberikan dampak terhadap hasil latihan itu. Mengenai frekwensi latihan,

Cooper (1982:299) menyatakan bahwa; “latihan sekurang-kurangnya tiga kali

setiap minggu, dan lebih baik lagi empat kali.” Berdasarkan penjelasan tersebut,

maka penulis dapat merumuskan jadwal latihan, yaitu sebagai berikut :

Lama Latihan : 1,5 bulan (6 minggu)

Jumlah Pertemuan : 18 kali pertemuan (3 kali dalam seminggu)

Waktu Latihan : Pkl. 14.00

Tempat Latihan : SMK AL-Khoeriah Tasikmalaya

Program dibuat berdasarkan pada prinsip-prinsip latihan, khususnya pada

prinsip intensitas dan prinsip kualitas latihan. Rincian program latihan dapat

dilihat pada tabel 3.1, sebagai berikut :

Tabel 3.1

Program Latihan Kecepatan Tendangan

dengan Menggunakan Pola Bilangan Dilantai

Minggu ke

Pertemuan ke

Program latihan Intensitas

Tes awal melakukan tentang “T” 3 kali tendangan

I Pertemuan ke-1Selasa,…………

1. Pendahuluan Do’a Absen Pemanasan, peregangan statis,

peregangan dinamis2. Inti

Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai

3. Penutup Colling down Doa

3 set 3 repetisi

Pertemuan ke-2Kamis, …………

1. Pendahuluan Do’a Absen Pemanasan, peregangan statis,

peregangan dinamis2. Inti

Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai

3. Penutup Colling down Doa

3 set 6 repetisi

Pertemuan ke-3Sabtu, …………

1. Pendahuluan Do’a Absen Pemanasan, peregangan statis,

peregangan dinamis2. Inti

Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai

3 set 9 repetisi

Minggu ke

Pertemuan ke

Program latihan Intensitas

3. Penutup Colling down Doa

II Pertemuan ke-4Selasa,…………

1. Pendahuluan Do’a Absen Pemanasan, peregangan statis,

peregangan dinamis2. Inti

Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai

3. Penutup Colling down Doa

4 set 9 repetisi

Pertemuan ke-5Kamis, …………

1. Pendahuluan Do’a Absen Pemanasan, peregangan statis,

peregangan dinamis2. Inti

Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai

3. Penutup Colling down Doa

4 set 12 repetisi

Pertemuan ke-6Sabtu, …………

1. Pendahuluan Do’a Absen Pemanasan, peregangan statis,

peregangan dinamis2. Inti

Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai

3. Penutup Colling down Doa

4 set 15 repetisi

III Pertemuan ke-7Selasa,

1. Pendahuluan Do’a Absen

5 set 9 repetisi

Minggu ke

Pertemuan ke

Program latihan Intensitas

………… Pemanasan, peregangan statis, peregangan dinamis

2. Inti Latihan kecepatan tendangn

dengan menggunakan pola bilangan dilantai

3. Penutup Colling down Doa

Pertemuan ke-8Kamis, …………

1. Pendahuluan Do’a Absen Pemanasan, peregangan statis,

peregangan dinamis2. Inti

Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai

3. Penutup Colling down Doa

5 set 12 repetisi

Pertemuan ke-9Sabtu, …………

1. Pendahuluan Do’a Absen Pemanasan, peregangan statis,

peregangan dinamis2. Inti

Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai

3. Penutup Colling down Doa

5 set 15 repetisi

IV Pertemuan ke-10Selasa,…………

1. Pendahuluan Do’a Absen Pemanasan, peregangan statis,

peregangan dinamis2. Inti

Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai

6 set 15 repetisi

Minggu ke

Pertemuan ke

Program latihan Intensitas

3. Penutup Colling down Doa

Pertemuan ke-11Kamis, …………

1. Pendahuluan Do’a Absen Pemanasan, peregangan statis,

peregangan dinamis2. Inti

Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai

3. Penutup Colling down Doa

6 set 18 repetisi

Pertemuan ke-12Sabtu, …………

1. Pendahuluan Do’a Absen Pemanasan, peregangan statis,

peregangan dinamis2. Inti

Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai

3. Penutup Colling down Doa

6 set 21 repetisi

V Pertemuan ke-13Selasa,…………

1. Pendahuluan Do’a Absen Pemanasan, peregangan statis,

peregangan dinamis2. Inti

Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai

3. Penutup Colling down Doa

7 set 24 repetisi

Pertemuan ke-14Kamis,

1. Pendahuluan Do’a Absen

7 set 27 repetisi

Minggu ke

Pertemuan ke

Program latihan Intensitas

………… Pemanasan, peregangan statis, peregangan dinamis

2. Inti Latihan kecepatan tendangn

dengan menggunakan pola bilangan dilantai

3. Penutup Colling down Doa

Pertemuan ke-15Sabtu, …………

1. Pendahuluan Do’a Absen Pemanasan, peregangan statis,

peregangan dinamis2. Inti

Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai

3. Penutup Colling down Doa

7 set 30 repetisi

VI Pertemuan ke-16Selasa,…………

1. Pendahuluan Do’a Absen Pemanasan, peregangan statis,

peregangan dinamis2. Inti

Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai

3. Penutup Colling down Doa

3 set 33 repetisi

Pertemuan ke-17Kamis, …………

1. Pendahuluan Do’a Absen Pemanasan, peregangan statis,

peregangan dinamis2. Inti

Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai

8 set 36 repetisi

Minggu ke

Pertemuan ke

Program latihan Intensitas

3. Penutup Colling down Doa

Pertemuan ke-18Sabtu, …………

1. Pendahuluan Do’a Absen Pemanasan, peregangan statis,

peregangan dinamis2. Inti

Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai

3. Penutup Colling down Doa

8 set 39 repetisi

Tes akhir melakukan tentang “T” 3 kali tendangan

G. Rancangan Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini masih dalam bentuk data mentah,

oleh karena itu perlu dianalisis. Data yang terkumpul dari hasil pengukuran tes

kecepatan tendangan “T” pada sampel penelitian dianalisis dengan menggunakan

teknik analisis statistik uji-t, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Menghitung skor rata-rata, dengan mengunakan rumus sebagai berikut :

X=∑ X

n

Keterangan :

X = nilai rata-rata yang dicari

X = skor mentah

n = jumlah sampel

2. Menghitung standar deviasi atau simpangan baku untuk kelompok kecil

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

S=√∑ ( X1−X )2

n−1

Keterngan :

S = simpangan baku yang dicari

Σ = Sigma atau jumlah

X = nilai data mentah

X = nilai rata - rata yang dicari

n – 1 = jumlah sampel dikurangi satu

3. Menghitung variansi, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

S2=√∑ ( X1−X )2

n−1

Keterangan :

S2 = Standar deviasi yang dicari

Σ = jumlah dari

X = nilai data

X = Skor rata-rata

n = jumlah sample

4. Uji Normalitas

Rumus yang digunakan adalah dengan uji kenormalan secara non

parametrik yang dikenal dengan uji liliefors. Untuk pengujian hipotesis nol,

ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:

a. Pengamatan X1, X2, ... ..., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,..., Zn dengan

menggunakan rumus : 

ZSkor=( X−X )

S

Keterangan :

Zskor = Nilai Z yang dicari

X = Nilai data

X = Skor rata-rata

S = simpangan baku

b. (X dan S merupakan rata-rata dan simpangan baku setiap kelompok butir

tes).

c. Untuk tiap bilangan baku ini, menggunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian dihitung peluang F (Zi) = P (Z ≤ Zi).

d. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ..., Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi), maka

S( Z1)=Banyaknya Z1 , Z2 , Z3 , .. .. Zn

n

e. Hitung selisih F (Zi) - S (Zi) kernudian tentukan harga mutlaknya.

f. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih

tersebut. Sebutlah harga terbesar ini (Lo).

g. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka kita bandingkan Lo ini

dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors,

dengan taraf nyata α (penulis menggunakan α = 0,05). Kriterianya adalah tolak

hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi normal, Jika Lo yang diperoleh dari

pengamatan melebihi L dari daftar kritis uji Liliefors. Dalam hal lain hipotesis nol

diterima. (Sudjana, 1989: 466-467).

5. Uji Homogenitas

Menguji homogenitas sampel dengan menggunakan rumus:

F =Variansi TerbesarVariansi Terkecil

Kriteria pengujian homogenitas adalah terima Ho jika, F (1- α)(n - 1) < F < F1/2 α

(n1-l, n2 -1) dan tolak jika , F >Fl/2 α (V1,V2).

6. Uji signifikasi data menggunakan Uji-t, untuk melihat seberapa besar

pengaruh peningkatan hasil tes. Mengujinya ditentukan dengan uji normalitas,

apabila ternyata berdistribusi normal baru dilakukan uji-t, yaitu menggunakan

rumus sebagai berikut :

t =X1−X 2

√ S12

n1

+S

22

n2

Keterangan :

t = Nilai signifikasi yang dicari

X1 = Skor rata-rata tes awal

X 2 = Skor rata-rata tes akhir

S1 = Simpangan baku tes awal

S2 = simpangan baku tes akhir

n1 = jumlah sample tes awal

n2 = Jumlah sample tes akhir

7. Uji signifikasi antara dua kelompok untuk mengetahui perbedaan antara

peningkatan kelompok eksperimen A dan kelompok eksperimen B, dengan

prosedur sebagai berikut :

a. Hitung jumlah peningkatan pada masing-masing kelompok.

b. Cari rata-rata da simpangan baku pada masing-masing kelompok.

c. Hitung simpangan baku gabungan antara dua kelompok dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

Sgab=√ (n1−1 )S12+(n2−1 ) S

22

n1+n2−2

Keterangan :

Sgab = Simpangan baku gabungan yang dicari

n1 =Jumlah sample kelompok A

n2 =Jumlah sample kelompok B

S1 = Simpangan baku kelompok A

S2 = Simpangan baku kelompok B

1 & 2 = Harga mutlak

d. Langkah selanjutnya memasukan nilai tersebut ke dalam rumus :

t =X1−X2

S√ 1n1

+1n2

Keterangan :

t = Nilai signifikasi yang dicari

X1 = Rata-rata kelompok A

X 2 = Rata-rata keklompok B

S = Simpangan baku gabungan

n1 = Jumlah sample kelompok A

n2 = Jumlah sample kelompok B

1 = Harga mutlak