Proposal Penelitian

download Proposal Penelitian

of 37

Transcript of Proposal Penelitian

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPencak silat merupakan seni beladiri warisan bangsa yang merupakan hasil karya secara turun temurun dari budaya bangsa Indonesia yang pada masa itu digunakan untuk membela atau mempertahankan eksistensi dan integritasnya terhadap lingkungn hidup atau alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidupnya pada masa itu. Seperti yang dikemukakan oleh Iskandar (1992: 32) bahwa: pencak silat adalah beladiri tradisonl Indonesia yang berakar dari budaya melayu, dan bisa ditemukan hampir diwilayah seluruh Indonesia. Setiap daerah memiliki kekhasan ciri gerkanya sendiri-sendiri.Dalam perkembangannya hingga saat ini pencak silat tidak hanya digunakan sebagai alat untuk membela dan mempertahankan diri saja tetapi sudah menjadi suatu olahraga prestasi yang dipertandingkan baik ditingkat Nasional maupun Internasional, hal ini diawali dengan masuknya pencak silat kedalam Pekan Olahraga Nasional (PON) VIII 1973 di Jakarta. Sejak itu seni beladiri pencak silat maulai berkembang dengan pesat yang ditandai dengan banyak munculnya perguruan-perguruan pencak silat di Indonesia yang menghasilkan pesilat-pesilat tangguh yang mampu berprestasi mengharumkan nama Indoneia ditingkat Nasional dan Internasional. Tidak hanya itu, kini olahraga penak silat sudah di ajarkan disekolah-sekolah mualai ditingkat SMP, SMA dan perguruan tinggi. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan calon-calaon atlit pencak silat yang berprestasi.Didalam olahraga pencak silat pertandingan yang menampilkan kekerasan atau adu otot dinamakn dengan kategori tanding, sedangkan pertandingan yang menampilkan kelembutan dan seni dinamakn dengan TGR (Tunggal Ganda Regu) rangkaian jurus atau gerak. Menurut PB IPSI (2003: 1) menyatakan bahwa:

Pencak silat kategori tanding adalah pertandingan pencak silat yang mempertandingkan 2 pesilat dari kubu berbeda yang saling berhadapan dengan meggunakan unsur pembelaan dan serangan yaitu: menangkis, mengelak, dan menyerang pada sasaran dan menjatuhkan lawan.

Untuk kategori tunggal, kategori ganda dan kategori regu merupakan pertandingan pencak silat yang menampilkan peragaan jurus bela dan serang dengan bertenaga, tepat dan mantap dalam waktu 3 menit. Dua komponen inilah yang dapat dijadikan pilihan, oleh para pelaku Pesilat disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan.Sampai saat ini para pesilat remaja tidak heti-hentinya untuk mengikuti kejuaran yang sering di selenggarakan oleh IPSI maupun perguruannya sendiri, bukan rahasia umum lagi jika kejuaran pencak sialat terselenggara para pesertanya kebanyakan adalah para pesilat junior atau remaja, yang berasal dari kalangan pelajar baik siswa SMP maupun SMA. Jika dibandingkan dengan pesilat senior maka perbandingannya 60 berbanding 40 lebih banyak pesilat dari kalangan remaja atau pelajar. Hal ini tidak luput dari keterkaitan pihak lembaga-lembaga pendidikan yaitu sekoalah yang dalam suatu program kegiatan diluar proses kegiatan belajar mengajarnya.Untuk mendapatkan sebuah prestasi itu tidaklah mudah diperlukan banyak hal yang mendukung untuk meraih prestasi yang maksimal, bagi para atlet dibutuhkan kemampuan fisik, teknik, taktik dan mental yang baik, kerja keras tentunya dengan melakukan proses latihan yang progressive, overlod dan berkelanjutan sesuai dengan prinsip latihan, seperti yang dijelaskan, oleh Harsono (1988: 100) sebagai berikut: Untuk mencapai prestasi ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet yaitu: (a) latihan fisik (b) latihan teknik (c) latihan taktik (d) latihan mental.Berdasarkan penjelasan diatas sudah jelas untuk mencapai suatu prestasi yang maksimal diperlukan latihan yang tersusun, terencana dan teratur dengan pola, strategi dan metode latihan dari mualai yang mudah, sedang, dan menuju kegerakan komplek. Gerakan harus diulangi secar konstan agar kemampuan fisiologis bertambah baik dan gerakan-gerakan menjadi reflek.Dalam pencak silat penguasan teknik sangatlah penting bagi para atlit untuk menunjang prestasinya khususnya teknik serangn dengan kaki atau tendangan, karena serangan yang sah menggunakan tendangan lebih tinggi poinnya dibandingkan dengan serangan yang menggunakan pukulan. Gearkan teknik yang paling banyak digunakan untuk memperoleh point dalam pertandingan pencak silat adalah teknik tendangan dengan perolehan point 2 atau 1 + 2. Macam-macam tendangan yang sering digunakan dalam pertandingan pencak silat adalah sebagai berikut: (a) tendangan lurus atau depan, (b) tendangan sabit, (c) tendangan T, (d) tendangan belakang.Salah satu teknik tendangan yang harus di kuasi oleh para atlet pencak silat adalah tendangan T, karena tendangan ini mempunyai sasaran tendangan keseluruh tubuh jadi sangat efektif digunkan dalam pertandingan pencak silat, tendangan T yang baik merupakan kordinasi anatara sikap tangan, kaki dan badan, kemudian setelah itu segera tarik kembalai kaki dengan gerakan emeti mengayun (spring) kemudian letakan kembali kaki untuk membentuk sikap pasang seperti semula. Untuk mencapai hasil yang baik dalam melakukan tendangan T diperlukan kecepatan tendangan dan kemampuan jangkauan tendangan agar dapat dengan mudah mencapai sasaran tubuh lawan. Kecepatan tendangan sangat berperan penting dalam sebuah pertandingan, karena dengan seorang pesilat mempunyai tendangan yang cepat dapat menyulitkan lawan dalam melakukan antisipasi seperti tangkisan dan elakan. Menurut Brown (2001: 10) yang dimaksud dengan kecepatan adalah: kemampuan bergerak dari satu titik ke titik lain secara cepat setelah mendapat rangsang. Melihat begituh pentingnya kecepatan tendangan dalam pertandingan pencak silat maka diperlukan usaha-usaha atau latihan untuk meningkatkan kecepatan tendangan, namun kenyataan dilapangan masih banyak atlet atau pelatih yang melakukan latihan kecepatan dengan hanya disuruh melakukan menendang dengan berulang-ulang tanpa memberikan latihan pengembangannya. Hal ini dinilai kurang optimal dalam melatih kecepatan tendangan, karena masih banyak para atlet yang kurang cepat dalam melakukan tendangan. Disini peneliti membuat modifikasi suatu bentuk latihan kecepatan dengan cara yang cukup sederhana yaitu dengan cara melatih kecepatan tendangan dengan menggunakan pola bilangan dilantai dimana lantai tersebut sudah diatur membentuk sebuh persegi empat yang didalamnya terdapat angka. Maka penilti tertarik untuk meneliti sejauh mana pengaruh latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangn dilantai terhadap kecepatan tendangan T dalam pencak silat.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka penulis merumuskan masalah dalam penilitian, yaitu sebagai berikut: Apakah latihan tendangan menggunakan pola bilangan dilantai memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kecepatan tendangan T dalam cabang olahraga pencak silat.

C. Tujuan PenelitianSetiap penelitain yang kita lakukan harus mempunyai tujuan. Menurut Subana (2001: 71) bahwa: penelitian dilakukan karena memiliki tujuan untuk memecahkan permasalahan yang Tergambar dalam latar belakang dan rumusan masalah karena itu, tujuan penelitian sebaiknya dirumuskan berdasarkan rumusan masalahnya.Berdasarkan pendapat diatas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah latihan tendangan dengan menggunakan pola bilangan dilantai dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kecepatan tendangan T seorang atlit pencak silat.

D. Manfaat Penelitian1. Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharpkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan sebagai bahan kajian, bagi perguruan-perguruan pencak silat yang ada di Tasikmalaya2. Secara Praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan yang berharga bagi pelatih dan atlet dalam cabang olahraga pencak silat dalam memberikan latihan kecepatan tendangan belakang.

E. Batasan PenelitianAgar penelitian ini terarah dan sesuai dengn apa yang diharpkan oleh penulis maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian ini supaya tidak terjadi penafsiran yang lebih jauh diantaranya: 1. Penelitian ini dilakukan di sekolah SMK AL-Khoeriyah Tasikmalaya pada kegiatan ekstrakulikuler.2. Proses latihan yang dijadikan variable bebas dalam penelitian ini adalah latihan kecepatan tendangan menggunakan pola bilangan dilantai teerhadap kemampuan kecepatan tendangan belakang dalam pencak silat.3. Populasi yang digunakan adalah siswa/siswi SMK AL-Koeriyah Tasikmalaya dengan subyek sebanyak 15 orang.4. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.5. Lamanya proses penelitian ini berlangsung selama 8 minggu.

F. Batasan IstilahBatasan istilah merupakan definisi atau pengertian yang mencakup dalam penelitian, karena penafsiran seseorang terhadap suatu istilah tidak sama sehingga bisa menimbulkan salah pengertian, oleh karena itu untuk mencegah kesimpang-siuran dalam penulisan ini, penulis menjelaskan batasan istilah yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. PengaruhMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 849) pengaruh yaitu: pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang,benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorng. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh disini adalah adanya perubahan yang timbul dari suatu bentuk latihan yang dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap kemampuan atlet atau siswa.2. Latihan Latihan adalah proses yang sistematis dari pada berlatih atau bekerja secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjannya (Harsono, 1982: 27). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa latihan adalah suatu proses kegiatan olahraga yang dilakukan secara sadar, sistematis, bertahap dan berulang-ulang, dengan waktu yang relatif lama untuk mencapai suatu tujuan akhir yaitu peningkatan prestasi yang optimal.3. Kecepatan TendanganMenurut Brown (2001: 10) yang dimaksud dengan kecepatan adalah kemampuan bergerak dari satu titik ke titik lain secara cepat setelah mendapat rangsang. Sedangkan menurut Harsono (1993: 31) kecepatan merupakan kemampuan melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh sesuatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kecepatan tendangan merupakan salah satu teknik serangan pada olaharaga pencak silat dengan menggunakan tungkai kaki, dimana dilakukan secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Pola bilangan dilantai Pola bilangan dilantai adalah suatu bentuk latihan yang dilakukan dengan menggunakan lantai yang dimudifikasi berbentuk persegi empat dengan menggunakan pola angka didalamnya.4. Tendangan TMenurut Kotot (2003: 74-80), Tendangan T adalah tendangan yang dilakukan dengan posisi tubuh menyamping dan lintasan tendangan lurus ke samping. Perkenaannya adalah bagian tajam telapak kaki dan tumit.5. Pencak silat Menurut Alwi dkk, (2008: 1043) menjelaskan bahwa Pencak adalah permainan (keahlian) untuk mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, mengelak, dan sebagainya. Sedangkan silat adalah olahraga (permainan) yang didasarkan pada ketangkasan menyerang dan membela diri, dengan memakai atau tanpa senjata. Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan bahwa pencak silat adalah kepandaian berkelahi, seni bela diri dengan ketangkasan membela diri dan menyerang untuk petandingan atau perkelahian.

G. Anggapan DasarAnggapan Dasar merupakan titik tolak pemikiran peneliti terhadap penelitian yang akan dilakukannya. Surakhmad (2005: 107) menjelaskan sebagai berikut :

Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik itu. Hal ini berarti setiap penyelidik dapat merumuskan postulat secara berbeda, seorang penyelidik mungkin saja meragu-ragukan sesuatu anggapan dasar yang oleh orang lain diterima sebagai suatu kebenaran. Dari sifat anggapan dasar itu selanjutnya diartikan pula bahwa penyelidik dapat merumuskan satu atau lebih hipotesa yang dianggapnya sesuai dengan penyelidikannya.

Kutipan tersebut menjelaskan bahwa anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran peneliti yang kebenarannya diterima oleh peneliti tersebut, sehingga dapat dirumuskan beberapa hipotesis yang sesuai dengan penyelidikannya. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis mengajukan anggapan dasar sebagai berikut :1. Pencak silat adalah olahraga beladiri tradisional yang merupakan budaya asli Indonesia. Perkembangan olahraga pencak silat di Indonesia mengalami peningkatan yang pesat. Sebagai indikasinya antara lain dengan banyaknya kejuaraan yang diselenggarakan secara single event dan multi event, muculnya peguruan-perguruan pencak silat baru di daerah-daerah. Prinsip dasar pertandingan pencak silat adalah mendapatkan point dengan melakukan serangan dan belaan. Dalam mendapatkan point sedapat mungkin masuk dalam bidang sasaran dan tidak terhalang oleh tangkisan lawan. Untuk melakukan serangan dan belaan tersebut, penguasaan keterampilan gerak teknik-teknik dasar pencak silat yang baik dan benar sangat diperlukan. Menurut Nugroho (2005:17) dari ke tiga teknik dasar yang dapatdigunakan untuk memperoleh point tersebut kira-kira 47% yang paling dominan digunakan dalam pertandingan adalah teknik tendangan. Tendangan mempunyai beberapa keuntungan antara lain tendangan mendapatkan nilai yang cukup tinggi yaitu dua point. Jangkauannya lebih panjang serta mempunyai power yang lebih besar dibanding dengan serangan lain yaitu pukulan yang hanya memperoleh nilai satu. 2. Untuk melatih kecepatan tendangan dalam pencak silat diperlukan bentuk latihan. Bentuk latihan dapat disusun dan dikemas sedemikian rupa oleh guru/pelatih, salah satunya dengan latihan menggunakan pola bilangan dilantai. Latihan ini sangat baik untuk melatih kemampuan gerak pergelangan tangan lebih lentur dan kuat. 3. Tujuan latihan ini adalah membina dan meningkatkan kamampuan dan keterampilan gerak pemain sebagai upaya untuk pengkayaan gerak. Pelatih harus cermat dan terampil menciptakan rangkaian gerak yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan dalam permainan bola voli, di samping memberikanprioritas pada pembinaan aspek-aspek kelincahan, kegesitan, dan koordinasi gerak yang memangdibutuhkan dalam bola voli.

Menurut Surakhmad (1998: 98) mengemukakan bahwa: anggapan dasar adalah asumsi atau postulat yang menjadi tumpuan segala pandangan dan kegiatan terhadap masalah yang dihadapi. Postulat ini menjadi titik pangkal, titik dimna tidak lagi menjadi keraguan penyelidik. penggunaan latihan pola bilangan dilantai kecepatan tendangan T dalam pencak silat

Seperti yang sudah dijelaskan diatas maka untuk meningkatkan kecepatan tendangan T yang baik diperlukan latihan yaitu: dengan cara melakukan latihan menggunakan pola bilangan dilantai.

H. HipotesisHipotesis adalah jawaban sementara dari penelitian untuk memberikan arah dan tujuan dari penelitian tersebut, seperti yang telah dikemukakan oleh Scates (1945) bahwa: hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah selanjutnya. Berdasarkan anggapan dasar di atas, maka hipotesis yang penulis ajukan adalah sebagai berikut: Latihan tendangan dengan menggunakan pola bilangan dilantai berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kecepatan tendangan T atlet Pencak Silat.

BAB IITUJUAN TEORITS

A. Definisi LatihanSuharno (1993: 5) menjelaskan bahwa latihan ialah suatu proses penyempurnaan kualitas atlet secara sadar untuk mencapai prestasi yang maksimal dengan diberi beban fisik dan mental secara teratur, terarah, bertahap, meningkat dan berulang-ulang waktunya. Beutelstah (1986: 124) menyatakan bahwa training adalah persiapan para pemain masing-masing secara individu membimbing dan membentuk mereka sehingga dapat menampilkan prestasi tertinggi secara individual maupun regu. Sedangkan Latihan fisik adalah latihan yang betujuan untuk meningkatkan kondisi fisik, yaitu faktor yang paling penting bagi setiap atlet (Suharno 1993: 1).Untuk memperoleh prestasi yang maksimal dalam olahraga memerlukan latihan yang intensitas dan frekuensinya banyak. Latihan juga dapat didefinisikan sebagai peran serta yang sistematis dalam latihan yang bertujuan untuk meningkatkan fungsdional fisik dan daya tahan latihan dalam bidang olahraga. Tujuan akhir latihan adalah untuk meningkatkan kemampuan olahraga (Dwijowinoto, 1993: 317).Hal ini sesuai dengan pendapat Harsono (1993: 1) bahwa tujuan utama dari pelatihan olagraga prestasi adalah untuk meningkatkan keterampilan dan prestasi semaksimal mungkin. Prestasi tinggi akan dapat dicapai apabila keempat aspek, yaitu: aspek-aspek fisik, teknik, taktik, dan mental dikembangkan setinggi mungkin.Berdasarkan pendapat diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa latihan merupakan proses latihan yang sistematis yang di lakukan oleh atlit secara sadar dengan kian hari kain bertambah beban latihannya dengan tujuan untuk penyempurnaan kualitas atlet untuk mencapai prestasi yang maksimal.

B. Metode Latihan KecepatanDalam melatih kecepatan ada beberapa komponen biomotor yang tidak sengaja ikut terlatih diantaranya adalah kekuatan, power, keseimbangan dan kelincahan. Oleh karena itu bentuk latihan kecepatan memiliki kesamaan dengan komponen biomotor tersebut, dengan demikian tanpa memiliki kombinasi dari komponen biomotor kecepatan, keseimbangan dan kelincahan, pesilat akan kesulitan dalam uapaya melakukan serangan dan belaan dengan akurat dan cepat.Menurut Sukadiyanto (2005: 106) kecepatan merupakan salah satu komponen biomotor yang diperlukan dalam setiap cabang oalahraga. Secara umum kecepatan mengandung pengertian kemampuan seseorang untuk melakukan gerak atau serangkaian gerak secepat mungkin sebagai jawaban dari rangsangan.Dengan demikian, cara yang digunakan untuk meningkatkan kecepatan harus disesuaikan dengan kebutuhan yang realistis dalam pertandigan pencak silat, secara garis besar latihan kecepatan dapat dilakukan dengan cara sebgai berikut: (a) berlatih mengatasi perubahan aksi dari kawan beralatih, mulai dari gerakan lambat semakin cepat, (b) berusaha mengatasi perubahan situasi dengan cara bergerak secepat mungkin pada arah yang telah ditentukan sebelumnya (kecpatan gerak tunggal), (c) berusaha mengatasi dengan cara setepat mungkin terhadap perubahan situasi yang ada, (d) berusaha mengatasi perubahan situasi yang lebih sulit.

C. Macam-macam KecepatanMenurut Sukadiyanto (2000: 109) kecepatan ada dua macam yaitu: kecepatan gerak dan kecepatan reaksi. Kecepatan gerak adalah kemampuan seseorang dalam melakukan gerakan dalam waktu sesingkat mungkin. Kecepatan gerak dibedakan menjadi dua macam yaitu: gerak siklus dan gerak non siklus. Gerak siklus adalah kemampuan sistem neuromuskuler untuk melakukan serangkaian gerakan dalam waktu sesingkat mungkin, sedangkan gerak non siklus adalah kemampua sisitem neuromuskuler untuk melakukan gerak tunggal dalam waktu sesingkat mungkin. Sedangkan kecepatan reaksi adalah kemampuan seseorang menjawab rangsangan dalam waktu sesingkat mungkin. Kecepatan reaksi dibedakan menjadi dua macam yaitu: kecepatan reaksi tunggal dan kecepatan reaksi majmeuk. Reaksi tunggal adalah kemampuan seseorang untuk menjawab rangsangan yang telah diketahui arahdan tujuannya, sedangkan raksi majmeuk adalah kemampuan seseorng untuk mejawab rangsangan sesingkat mungkin dimna arah dan sasaran dari rangsangan tersebut belum diketahui.Melihat penjelasan diatas pencak silat termasuk kedalam kriteria reaksi majemuk, dikarnakan arah dan sasaran dari gerakan lawan belum diketahui sebelumnya, hal ini dilihat dalam pertandingan pencak silat pada saat atlet melakukan serangan atau membalas serangan lawan.

D. Karakteristik Pencak SilatPencak adalah gerakan serang bela, berupa tari dan berirama dengan peraturan adapt kesopanan tertentu yang bisa dipertunjukkan di depan umum. Silat dlaah inti sari dari pencak, yakni kemahiran untuk perkelahian atu membela diri mati-mtian yang tidak dapt dipertunjukkan di depan umum. seni bela diri pencak silat ini dapat dimaknai sebagai seni dalam pembelaan diri atau bisa juga diartikan sebagai seni dan bela diri. Seni adalah suatu keindahan yang bisa dinikmati baik kasat mata (abstrak) maupun tidak kasat mata (nyata), sedangkan bela diri bermaksud sebagai suatu pertarungan atau pertempuran. Jadi seni bela diri adalah suatu pola teratur yang dapat dinikmati keindahannya dalam suatu aksi pembelaan diri atau pertarungan. 1. Teknik Dasar Pencak SilatPada dasarnya teknik dasar dalam pencak silat dibagi menjadi 4 bagian yaitu: 1) sikap pasang merupakan sikap siaga tubuh yang di lakukan oleh para pesilat untuk mengawali serangan dan belaan. 2) gerak langkah merupakan teknik perpindahan atau mengubah posisi tubuh dari suatu tempat ke temapat yang lainnya, yang disertai dengan menunjukan kewaspadaan yang optimal untuk mendapatkan posisi yang menguntungkan dalam rangka mendekati dan menjahui lawan untuk kepentingan dalam melakukan serangan dan belaan. 3) serangana adalah upaya mengalah kan lawan dengan cara menyerang lawan terlebih dahulu, pada dasarnya serangan dalam pencak silat dibagi menjadi dua bagian utama yaitu: a) serangan lengan yang meliputi serangan dengan menggunakan tangan dan siku. b) serangan dengan tungkai meliputi serangan dengan menggunakan kaki dan lutut. 4) belaan adalah kesiagan untuk membela diri dari serangan yang di lancarkan oleh musuh atau lawan.2. Teknik tendangan dalam pencak silatPada olah raga pencak silat teknik tendangan sama pentingnya dengan dengan teknik pukulan, akan tetapi tendangan mempunyai kekuatan yang lebih besar dan memiliki jangkauan yang panjang dibandingkan dengan pukulan, oleh karena itu bagi semua atlit pencak silat harus menguasai teknik tendangan dengan baik. Menurut Agung (2001: 17) membagi jenis tendangan menurut perkenaan kakinya yaitu: (a) tendangan depan yaitu, tendangan yang menggunakan punggung, telapak dan tumit kaki, (b) tendangan samping T yaitu, tendangan yang menggunakan sisi kaki, telapak dan tumit kaki, (c) tendangan belakang merupakan tendangan yang menggunakan telapak dan tumit kaki, (d) tendangan busur merupakan tendangan yang meggunakan punggung,dan ujung telapak kaki.a. Tendangan depan Tendangan lurus merupakan serangan yang dilakukan dengan posisi berdiri dengan mengangkat lutut setinggi pinggang, lalu menjulurkan tungkai bawah kedepan diikuti oleh dorongan pinggul searah tendangan

Gambar 2.1Tendangan Depan(Agung, 2001: 17)

b. Tendangan samping (T)Tendangan T meupakan serangan yang dilakukan dengan posisi berdiri, mengangkat lutut setinggi sasaran dengan posisi menyamping, kumudian dorongkan kaki yang digunakan untuk menendang, lalu tendang lurus.

Gambar 2.2Tendangan Samping(Agung, 2001: 18)c. Tendangan belakang Tendangn belakang meupakan serangan yang dilakukan dengan posisi berdiri lalu melakukan putaran tubuh (berbalik), kemudian dorongkan tungkai ke belakang.

Gambar 2.3Tendangan Belakang(Agung, 2001: 17)

d. Tendangan sabit (busur)Tendangan sabit merupakan serangan yang dilakukan dengan posisi berdiri, mengangkat lutut setinggi sasaran dengan posisi meyamping, lecutkan tungkai bawah bersumber pada lutut.

Gambar 2.4Tendangan Sabit(Agung, 2001: 17)

BAB IIIMETODELOGI PENELITIAN

A. Metode PenelitianDalam setiap penelitian diperlukan suatu metode. Penggunaan metode dalam penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitiannya. Hal ini berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang penting dalam pelaksanaan pengumpulan dan analisis data. Sesuai dengan masalah yang ingin dikaji maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan suatu penelitian yang menjawab pertanyaan jika kita melakukan sesuatu pada kondisi yang dikontrol secara ketat maka apakah yang akan terjadi?. Untuk mengetahui apakah ada perubahan atau tidak pada suatu keadaan yang di control secara ketat maka kita memerlukan perlakuan (treatment) pada kondisi tersebut dan hal inilah yang dilakukan pada penelitian eksperimen. Sehingga penelitian eksperimen dapat dikatakan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.Menurut Solso (2002: 55), penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang di dalamnya ditemukan minimal satu variabel yang dimanipulasi untuk mempelajari hubungan sebab-akibat. Oleh karena itu, penelitian eksperimen erat kaitanya dalam menguji suatu hipotesis dalam rangka mencari pengaruh, hubungan, maupun perbedaan perubahan terhadap kelompok yang dikenakan perlakuan.Oleh karena itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen, karena penelitian ini ingin mengungkap masalah yang terjadi pada masa sekarang. Secara spesifik dapat dikemukakan bahwa penelitian ini ingin meneliti sejauhmana pengaruh latihan tendangan menggunakan pola bilangan dilantai terhadap peningkatan kecepatan tendangan T dalam pencak silat di SMK AL-Khoeriah Tasikamalaya

B. Desain PenelitianDesain penelitian diperlukan untuk mencari atau mencapai kejelasan dalam suatu penelitian. Desain penelitian merupakan hal penting dalam suatu penelitian agar dalam pelaksanaan dapat berjalan lancar dan ekonomis. Berdasarkan hal tersebut, desain yang dipergunakan dalam penelitian ini terdapat dua kelompok sample yang terdiri dari kelompok A (eksperimen) dan kelompok B (kontrol). Kelompok A (eksperimen) adalah kelompok yang melakukan latihan dengan menggunakan pola bilangan dilantai, sedangkan kelompok B (kontrol) adalah kelompok yang melakukan latihan pencak silat. Desain penelitian yang telah penulis rancang dapat dilihat pada gambar 3.1, yaitu sebagai berikut :

O1T1O2O3T2O4

Gambar 3.1Desain penelitianKeterangan :O1, O3: Tes awalT1: Latihan dengan pola bilangan dilantaiT2 : Latihan pencak silatO2, O4: Tes akhirGuna memberikan gambaran mengenai langkah penelitian sebagai rencana kerja, maka penulis menggambarkan langkah-langkah penelitian sebagai berikut :

PopulasiSampelTes Awal Kecepatan Tendangan TLatihan Pencak SilatLatihan Pola Bilangan DilantaiTes Akhir Kecepatan Tendangan TAnalisis dataKesimpulan

Gambar 3.2Langkah-langkah penelitianC. Populasi dan SampelMenurut Santoso (2002: 79) populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus. Populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas sebelum penelitian dilakukan. Populasi dalam penleitian ini adalah seluruh siswa SMK AL-Khoeriah Tasikmalaya yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pencak silat yaitu sebanyak 30 orang siswa.Sampel menurut Arikunto (1998:119) adalah "sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti". Dari populasi yang berjumlah 30 orang siswa kemudian diambil 50% sehingga didapat 15 orang untuk sampel. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tehnik random sampling atau sampel acak, karena didalam pengambilan sampelnya, peneliti mencampur subjek-subjek didalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penulis menetapkan jumlah sample sebanyak 30 orang. Jumlah sampel yang diambil dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 15 orang untuk kelompok A (eksperimen) yang melakukan latihan dengan menggunakan pola bilangan dilantai, dan 15 siswa untuk kelompok B (kontrol) kelompok yang melakukan latihan pencak silat. Adapun teknik pengelompokan yang penulis lakukan yaitu dengan menggunakan teknik A B B A.

D. Variabel Penelitian Variabel adalah objek yang akan di uji. Adapun variabel yang digunakan terdiri dari 2 variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini yaitu latihan tendangan menggunakan pola bilangan dilantai, sedangkan variabel terikat kecepatan tendangan T dalam pencak silat.

E. Instrumen Penelitian Dalam usaha memperoleh data penelitian maka diperlukan alat ukur untuk mengetahui kekurangan dan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai. Nurhasan (1994:1) menjelaskan "dalam proses pengukuran membutuhkan alat ukur, dengan alat ukur ini akan mendapatkan data yang merupakan hasil pengukuran". Berkaitan dengan tersebut, maka instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kecepatan tendangan T dengan jarak 60 cm dari sasaran dan waktu tes dilaksanakan selama 10 detik, hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Iman (Wasit Nasional) melalui wawancara pada tanggal 17 Maret 2013 menjelaskan mengenai ukuran waktu tes tendangan T dalam pencak silat yaitu: untuk mengukur kecepatan tendangan cukup dengan waktu 10 detik, hal ini dikarnakan waktu 10 detik bisa mewakili kriteria seorang atlit dalam pertandingan yaitu 3 ronde dalam 6 menit atau 2 menit tiap rondeya. Adapun penilaian terhadap kecepatan tendangan T yaitu sebagai beriku : 1. Tujuan : untuk mengetahui kemampuan kecepatan tendangan T atlet pencak silat.2. Peralatan : sandsack, stop wach dan daftar pencatat hasil tes3. Pelaksanaan : subyek bersiap berdiri di belakang sadsack dengan jarak 60 cm dari sasaran dengan ketinggian sandsack 75 cm. Pada saat abab-aba ya, atlet melakukan tedangan dengan kaki terkuat secepat-cepatnya selama 10 detik kemudian dicatat berapa kali tendangan dihasilkan. Pelaksanaan tes dilakukan sebanyak 3 kali kemudian diambil nilai yang terbaik.

F. Pelaksanaan PenelitianPenelitian dengan menggunakan metode eksperimen, lamanya periode latihan menjadi suatu hal yang sangat penting dan mendapat perhatian karena akan memberikan dampak terhadap hasil latihan itu. Mengenai frekwensi latihan, Cooper (1982:299) menyatakan bahwa; latihan sekurang-kurangnya tiga kali setiap minggu, dan lebih baik lagi empat kali. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penulis dapat merumuskan jadwal latihan, yaitu sebagai berikut :Lama Latihan: 1,5 bulan (6 minggu)Jumlah Pertemuan: 18 kali pertemuan (3 kali dalam seminggu)Waktu Latihan: Pkl. 14.00Tempat Latihan: SMK AL-Khoeriah TasikmalayaProgram dibuat berdasarkan pada prinsip-prinsip latihan, khususnya pada prinsip intensitas dan prinsip kualitas latihan. Rincian program latihan dapat dilihat pada tabel 3.1, sebagai berikut :

Tabel 3.1Program Latihan Kecepatan Tendangan dengan Menggunakan Pola Bilangan Dilantai

Minggu kePertemuan keProgram latihanIntensitas

Tes awal melakukan tentang T3 kali tendangan

IPertemuan ke-1Selasa,1. Pendahuluan Doa Absen Pemanasan, peregangan statis, peregangan dinamis2. Inti Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai3. Penutup Colling down Doa3 set 3 repetisi

Pertemuan ke-2Kamis, 1. Pendahuluan Doa Absen Pemanasan, peregangan statis, peregangan dinamis2. Inti Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai3. Penutup Colling down Doa3 set 6 repetisi

Pertemuan ke-3Sabtu, 1. Pendahuluan Doa Absen Pemanasan, peregangan statis, peregangan dinamis2. Inti Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai3. Penutup Colling down Doa3 set 9 repetisi

IIPertemuan ke-4Selasa,1. Pendahuluan Doa Absen Pemanasan, peregangan statis, peregangan dinamis2. Inti Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai3. Penutup Colling down Doa4 set 9 repetisi

Pertemuan ke-5Kamis, 1. Pendahuluan Doa Absen Pemanasan, peregangan statis, peregangan dinamis2. Inti Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai3. Penutup Colling down Doa4 set 12 repetisi

Pertemuan ke-6Sabtu, 1. Pendahuluan Doa Absen Pemanasan, peregangan statis, peregangan dinamis2. Inti Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai3. Penutup Colling down Doa4 set 15 repetisi

IIIPertemuan ke-7Selasa,1. Pendahuluan Doa Absen Pemanasan, peregangan statis, peregangan dinamis2. Inti Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai3. Penutup Colling down Doa5 set 9 repetisi

Pertemuan ke-8Kamis, 1. Pendahuluan Doa Absen Pemanasan, peregangan statis, peregangan dinamis2. Inti Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai3. Penutup Colling down Doa5 set 12 repetisi

Pertemuan ke-9Sabtu, 1. Pendahuluan Doa Absen Pemanasan, peregangan statis, peregangan dinamis2. Inti Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai3. Penutup Colling down Doa5 set 15 repetisi

IVPertemuan ke-10Selasa,1. Pendahuluan Doa Absen Pemanasan, peregangan statis, peregangan dinamis2. Inti Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai3. Penutup Colling down Doa6 set 15 repetisi

Pertemuan ke-11Kamis, 1. Pendahuluan Doa Absen Pemanasan, peregangan statis, peregangan dinamis2. Inti Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai3. Penutup Colling down Doa6 set 18 repetisi

Pertemuan ke-12Sabtu, 1. Pendahuluan Doa Absen Pemanasan, peregangan statis, peregangan dinamis2. Inti Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai3. Penutup Colling down Doa6 set 21 repetisi

VPertemuan ke-13Selasa,1. Pendahuluan Doa Absen Pemanasan, peregangan statis, peregangan dinamis2. Inti Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai3. Penutup Colling down Doa7 set 24 repetisi

Pertemuan ke-14Kamis, 1. Pendahuluan Doa Absen Pemanasan, peregangan statis, peregangan dinamis2. Inti Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai3. Penutup Colling down Doa7 set 27 repetisi

Pertemuan ke-15Sabtu, 1. Pendahuluan Doa Absen Pemanasan, peregangan statis, peregangan dinamis2. Inti Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai3. Penutup Colling down Doa7 set 30 repetisi

VIPertemuan ke-16Selasa,1. Pendahuluan Doa Absen Pemanasan, peregangan statis, peregangan dinamis2. Inti Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai3. Penutup Colling down Doa3 set 33 repetisi

Pertemuan ke-17Kamis, 1. Pendahuluan Doa Absen Pemanasan, peregangan statis, peregangan dinamis2. Inti Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai3. Penutup Colling down Doa8 set 36 repetisi

Pertemuan ke-18Sabtu, 1. Pendahuluan Doa Absen Pemanasan, peregangan statis, peregangan dinamis2. Inti Latihan kecepatan tendangn dengan menggunakan pola bilangan dilantai3. Penutup Colling down Doa8 set 39 repetisi

Tes akhir melakukan tentang T3 kali tendangan

G. Rancangan Analisis DataData yang diperoleh dalam penelitian ini masih dalam bentuk data mentah, oleh karena itu perlu dianalisis. Data yang terkumpul dari hasil pengukuran tes kecepatan tendangan T pada sampel penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik uji-t, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :1. Menghitung skor rata-rata, dengan mengunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

= nilai rata-rata yang dicari X = skor mentah n = jumlah sampel2. Menghitung standar deviasi atau simpangan baku untuk kelompok kecil dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterngan :S= simpangan baku yang dicari = Sigma atau jumlah X= nilai data mentah

= nilai rata - rata yang dicari n 1= jumlah sampel dikurangi satu3. Menghitung variansi, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :S2= Standar deviasi yang dicari= jumlah dariX= nilai data

=Skor rata-ratan= jumlah sample4. Uji NormalitasRumus yang digunakan adalah dengan uji kenormalan secara non parametrik yang dikenal dengan uji liliefors. Untuk pengujian hipotesis nol, ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:a. Pengamatan X1, X2, ... ..., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,..., Zn dengan menggunakan rumus :

Keterangan :Zskor= Nilai Z yang dicariX= Nilai data

= Skor rata-rataS= simpangan bakub. (X dan S merupakan rata-rata dan simpangan baku setiap kelompok butir tes).c. Untuk tiap bilangan baku ini, menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F (Zi) = P (Z Zi). d. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ..., Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi), maka

e. Hitung selisih F (Zi) - S (Zi) kernudian tentukan harga mutlaknya.f. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar ini (Lo).g. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka kita bandingkan Lo ini dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors, dengan taraf nyata (penulis menggunakan = 0,05). Kriterianya adalah tolak hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi normal, Jika Lo yang diperoleh dari pengamatan melebihi L dari daftar kritis uji Liliefors. Dalam hal lain hipotesis nol diterima. (Sudjana, 1989: 466-467).5. Uji Homogenitas Menguji homogenitas sampel dengan menggunakan rumus:

Kriteria pengujian homogenitas adalah terima Ho jika, F (1- )(n - 1) < F < F1/2 (n1-l, n2 -1) dan tolak jika , F >Fl/2 (V1,V2).6. Uji signifikasi data menggunakan Uji-t, untuk melihat seberapa besar pengaruh peningkatan hasil tes. Mengujinya ditentukan dengan uji normalitas, apabila ternyata berdistribusi normal baru dilakukan uji-t, yaitu menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :t= Nilai signifikasi yang dicari

= Skor rata-rata tes awal

= Skor rata-rata tes akhirS1= Simpangan baku tes awalS2= simpangan baku tes akhirn1= jumlah sample tes awaln2= Jumlah sample tes akhir7. Uji signifikasi antara dua kelompok untuk mengetahui perbedaan antara peningkatan kelompok eksperimen A dan kelompok eksperimen B, dengan prosedur sebagai berikut :a. Hitung jumlah peningkatan pada masing-masing kelompok.b. Cari rata-rata da simpangan baku pada masing-masing kelompok.c. Hitung simpangan baku gabungan antara dua kelompok dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :Sgab= Simpangan baku gabungan yang dicari n1=Jumlah sample kelompok A n2=Jumlah sample kelompok B S1= Simpangan baku kelompok AS2= Simpangan baku kelompok B 1 & 2= Harga mutlakd. Langkah selanjutnya memasukan nilai tersebut ke dalam rumus :

Keterangan :t= Nilai signifikasi yang dicari

= Rata-rata kelompok A

= Rata-rata keklompok BS= Simpangan baku gabungann1= Jumlah sample kelompok An2= Jumlah sample kelompok B 1= Harga mutlak